Tidak dapat dipungkiri, bahwa manusia, secara kodrati tidak bisa hidup sendiri, ia pasti membutuhkan
orang lain. Satu sama lain saling membutuhkan, itulah sebabnya manusia sering disebut sebagai makhluk
sosial. Mengapa demikian? Karena manusia adalah makhluk yang lemah, ia diciptakan dalam keadaan
yang sangat lemah
ْ اَّلل َا ْن ُي َخ ِّف َف َع ْن ُك ْم َو ُخل َق
)٢٨ :اإلن َس ُان َض ِع ًيفا (النساء ُ ُير ُيد ه
ِ ِ ِ
Allah hendak memberikan keringanan kepadamu, dan manusia dijadikan bersifat lemah. ( An-Nisa : 28 )
Sebagai bukti bahwa manusia diciptakan dalam keadaan lemah adalah bahwa ia tidak mengetahui
sesuatu pun ketika dilahirkan dari rahim seorang ibu. Akan tetapi dari kelemahan itu Allah SWT
memberikan anugerah yang sangat besar sebagai modal untuk menutupi kekurangannya tersebut,
sebagaimana disebutkan dalam Al-Qur’an
َ أ أ ون َش ْي ًئ َو َج َع َل َل ُك ُم ه
َ اَّلل َا ْخ َر َج ُك ْم ِم ْن ُب ُطون ُا هم َها ِت ُك ْم ال َت ْع َل ُم
الس ْم َع َواال ْب َص َار َواال ْف ِئ َد َة ل َع هل ُك ْم ِ
ُ َو ه
)٧٨ :َت ْش ُك ُرو َن (النحل
Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatu pun, dan Dia
memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur. ( An-Nahl : 78 )
ْات ِل َي هت ِخ َذ َب ْع ُض ُهم َ َ َ ْ َ َ ْ َ ْ ُ َ ْ َ َ ْ َ َ َ َ ْ ُّ َ َ ْ َ َن ْح ُن َق َس ْم َنا َب ْي َن ُه ْم َم ِع
ْ يش َت ُه
ٍ ض درج ٍ ع ب ق و ف م ه ض ع ب ا ن ع ف ر و ا ي ن الد اةِ ي ح ال ي ف
ِ م
ون َ َب ْع ًضا ُس ْخر ًّيا َو َر ْح َم ُت َر ِّب َك َخ ْي ٌر ِم هما َي ْج َم ُع
ِ ِ
Kamilah yang menentukan penghidupan mereka dalam kehidupan dunia, dan Kami telah meninggikan
sebagian mereka atas sebagian yang lain beberapa derajat, agar sebagian mereka dapat memanfaatkan
sebagian yang lain. Dan rahmat Tuhanmu lebih baik dari apa yang mereka kumpulkan. (QS Az-Zuhruf, 43:
32)
Kenyataan inilah yang merupakan hajjah basyariyyah bagi ummat manusia untuk selalu hidup bersama
dan bergaul dengan yang lain. Seperti yang disebutkan dalam sebuah riwayat, bahwa manusia mukmin
yang dapat bergaul dan berinteraksi dengan lingkungannya lebih utama daripada seorang mukmin yang
hidup menyendiri:
اس َو َي ْص ِب ُرَ ْال ُم ْؤ ِم ُن هال ِذي ُي َخا ِل ُط هالن:اَّلل َع َل ْي ِه َو َس هل َم َق َال
ُ َعن ْابن ُع َم َر رضي هللا عنهما أا ِّن هالنب هي َص هلى ه
ِ ِ ِ
أ أ
)اس َوال َي ْص ِب ُر َع َلى َا َذ ُاه ْم (اخرجه الطبراني واحمد َ َع َلى َا َذ ُاه ْم َا ْف َض ُل ِم َن ْال ُم ْؤ ِم ِن هال ِذي ال ُي َخا ِل ُط هالن
Dari Ibnu ‘Umar bahwasanya Nabi saw bersabda: “Seorang mukmin yang berinteraksi dengan manusia
(yang lain) dan ia bersabar terhadap gangguannya lebih utama daripada seorang mukmin yang tidak
berinteraksi dengan manusia (yang lain) dan tidak (mau) bersabar terhadap gangguannya. (HR. Ahmad,
hadits no. 5139 dan 23799; Sunan Al-Baihaqiy, hadits no. 20669 dan 20670; Sunan Ibnu Majah, hadits no.
4168; dan Al-Mu’jam Al-Kabir Lith-Thabraniy, hadits no. 660)
Dalam Kitab Subul As-Salam Juz 7 hal. 245 dijelaskan yang dimaksud dengan berinteraksi itu adalah
adanya saling ajak dalam urusan yang ma’ruf dan saling cegah dalam urusan yang munkar, serta saling
baguskan dalam urusan mu’amalah.
Sebagaimana yang disebutkan dalam Al-Qur’an tentang hubungan dan keterikatan di antara manusia dan
lingkungannya adalah sebagai berikut
َ الص
الة َ ون َو ْال ُم ْؤ ِم َنا ُت َب ْع ُض ُه ْم َا ْو ِل َي ُاء َب ْعض َي ْا ُم ُرو َن ب ْال َم ْع ُرو ِف َو َي ْن َه ْو َن َعن ْال ُم ْن َكر َو ُي ِق ُيم
ون ه َ َو ْال ُم ْؤ ِم ُن
ِ ِ ِ ٍ
)٧١ :اَّلل َع ِز ٌيز َح ِك ٌيم (التوبة ُ اَّلل َو َر ُس َول ُه ُا َول ِئ َك َس َي ْر َح ُم ُه ُم ه
َ اَّلل ِإ هن ه َ ون ه َ ون هالز َك َاة َو ُي ِط ُيعَ َو ُي ْؤ ُت
Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebahagian mereka (adalah) menjadi penolong bagi
sebahagian yang lain. mereka menyuruh (mengerjakan) yang ma'ruf, mencegah dari yang munkar,
mendirikan shalat, menunaikan zakat dan mereka taat pada Allah dan Rasul-Nya. mereka itu akan diberi
rahmat oleh Allah; Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. ( At-Taubah : 71 )
Dari sanalah muncul kebutuhan seseorang untuk berjama’ah (berkumpul atau berserikat) dalam setiap
urusan. Sebab dengan melakukan kerjasama dalam satu ikatan, maka suatu tujuan akan dengan mudah
bisa tercapai. Sebagaimana yang tersurat dalam sebuah riwayat
ْ ْ
َا هن ُه َق َال « اث َن ِان َخ ْي ٌر ِم ْن َو ِاح ٍد َو ُث َال ٌث َخ ْي ٌر ِم ِن اث َن ْي ِن-صلى هللا عليه وسلم- َع ْن َا ِبى َذ ِّ ٍر َع ِن هالن ِب ِِّى
َ
)اَّلل َع هز َو َج هل ل ْن َي ْج َم َع ُا هم ِتى ِإ هال َع َلى ُه ًدى (مسند احمد َ َو َا ْر َب َع ٌة َخ ْي ٌر ِم ْن َث َال َث ٍة َف َع َل ْي ُك ْم ب ْال َج َم َاع ِة َف ِإ هن ه
ِ
Dari Abi Dzar dari Nabi saw bahwasanya beliau bersabda: “Dua lebih baik dari satu, tiga lebih baik dari
dua, dan empat lebih baik dari tiga. Maka hendaklah kalian berjama’ah. Sesungguhnya Allah ‘Azza wa Jalla
tidak akan mengumpulkan ummatku kecuali dalam hidayah. (HR. Ahmad, hadits no. 21899)
Logikanya, suatu urusan baik dalam hal kebaikan maupun keburukan akan mudah dilaksanakan jika
dilakukan secara berkelompok dan bersama-sama guna mencapai satu tujuan yang telah disepakati
bersama. Oleh sebab itu sudah seharusnya setiap kebaikan (yang dimaksud amar ma’ruf dan nahyi
munkar) akan dapat mudah dilakukan jika dilakukan secara berjama’ah dalam satu komando yang jelas.
Saidina Ali Bin Abi Thalib pernah mengatakan bahwa kebaikan yang tidak terorganisir akan dapat
dikalahkan oleh kebathilan (kejahatan) yang terorganisir.
untuk mengikuti Al-Qur’an dan As-Sunnah). Juga sebagaimana dijelaskan dalam Jami’ul Bayan Fi Tafsiril
Qur’an Juz 1 hal. 278; Tafsir Ad-Durul Mantsur Juz 2 hal. 405, sebagai berikut
َ إ َلى، الناس:ون
اتباع القران وسنة رسول هللا صلى هللا عليه وسلم وعلى:الخ ْي ِر َ عُ ْ َي، جماعة:ُا هم ٌة
د
ِ
اله
Ummat adalah sekelompok orang, yang mengajak orang-orang kepada kebajikan, yaitu untuk mengikuti
Al-Qur’an dan Sunnah Rasulullah saw.
Ar-Raghib Al-Ashfahaniy menjelaskan mengenai ayat di atas
أ أ و أ
)23 :1 ،اي جماعة يتخير ن العلم والعمل الصالح يكونون اسوة لغيرهم (غريب القران لالصفهانى
adalah sekelompok orang yang memilih ilmu dan amal sholeh yang menjadikan mereka sebagai contoh
bagi sebagian yang lain.
Hal tersebut merupakan suatu kewajiban bagi semua ummat Muhammad. Seperti yang disebutkan dalam
sebuah hadits
ْ َ ه ُ َع ْن ُح َذ ْي َف َة ْبن ْال َي َمان َع ْن هالنب ِّي َص هلى ه
اَّلل َع َل ْي ِه َو َس هل َم َق َال َوال ِذي َن ْف ِسي ِب َي ِد ِه ل َت ْا ُم ُر هن ِبال َم ْع ُرو ِف ِ ِ ِ ِ
َ ُ َ َْ ُ ََ ُ َ ُ ْ َ َََْ َ ُ ه َ ْ ُْ ْ َ َْ َُ َ ه هُ َ ْ َْ َ َ َ َْ ُ ْ َ ً ْ ُ ُ ه
اب ل ُك ْم وشكن اَّلل ان يبعث عليكم ِعقابا ِمنه ثم تدعونه فال يستج ِ ولتنهون عن المنك ِر او لي
Dari Hudzaifah bin Al Yaman dari Nabi saw beliau bersabda: "Demi Dzat yang jiwaku berada di tangan-
Nya, hendaknya kalian beramar ma'ruf dan nahi munkar atau jika tidak niscaya Allah akan mengirimkan
siksa-Nya dari sisi-Nya kepada kalian, kemudian jika kalian memohon kepada-Nya namun do'a kalian tidak
lagi dikabulkan.” (HR. Ahmad hadits no. 23301; Sunan At-Tirmidziy hadits no. 2169; Musnad Abu Ya’la
hadits no. 4914; Mushonaf Ibnu Abi Syaibah hadits no. 37221; dan As-Sunan Al-Kubra Lil-Baihaqiy hadits
no. 20199. Dengan sedikit redaksi yang berbeda-beda
Juga disebutkan pada hadits berikut
ِّ من أراى منكم منكرا:وسلم
فليغيره ِّ قال رسول ِّاَّلل:عن أابي هريرة رضي هللا عنه قال
ِّ صلى ِّاَّلل عليه
أ
) وذلك اضعف اإليمان (رواه مسلم، فإن لم يستطع فبقلبه، فإن لم يستطع فبلسانه،بيده
Dari Abi Hurairah, ia berkata: Rasulullah saw bersabda: “Barang siapa salah seorang diantara kalian
melihat kemungkaran maka hendaklah ia merubah dengan tangannya, apabila tidak mampu, maka
hendaklah ia merubah dengan lisannya, apabila tidak mampu maka rubahlah dengan hatimu, dan hal
tersebut merupakan tingkatan iman yang paling lemah.” (Shohih Muslim hadits no 49/78; Musnad Ahmad
hadits no. 11460; Sunan Ibnu Majah hadits no. 4013; Shohih Ibnu Hibban hadits no. 307; dan As-Sunan Al-
Kubra Lil-Baihaqiy hadits no. 11513)
Akan tetapi kewajiban tersebut dilaksanakan harus secara proporsional bergantung kepada kapasitas
setiap individu. Tentulah seluruh kapasitas ini harus disatu misi-kan, agar menjadi terarah dan menjadi
satu pijakan yang terarah dan tersusun secara rapi. Karena hal ini sangat dicintai oleh Allah SWT
ٌ ُ ْ َ ٌ َ ْ ُ ْ ُ ه َ َ ًّ َ َ َ ُ َ ُ َ ه ه َ ُ ُّ ه
)٤ :ِإن اَّلل ي ِحب ال ِذين يقا ِتلون ِفي س ِبي ِل ِه صفا كانهم بنيان مرصوص (الصف
Sesungguhnya Allah menyukai orang yang berperang dijalan-Nya dalam barisan yang teratur seakan-akan
mereka seperti suatu bangunan yang tersusun kokoh.
Juga sebenarnya hal ini sudah pernah diisyaratkan oleh Rasulullah saw dalam sebuah hadits tentang
ketentuan mengangkat seorang pemimpin ketika berada dalam satu perjalanan
ْ َ
« ِإ َذا َخ َر َج َثال َث ٌة ِفي َس َف ٍر َفل ُي َؤ ِِّم ُروا:هللا َع َل ْي ِه َو َس هل َم َق َال َا هن َر ُس َول ِه،َع ْن َابي َس ِع ٍيد ْال ُخ ْدر ِّي
ُ اَّلل َص هلى
ِ ِ ِ
»َا َح َد ُه ْم
Dari Abi Sa’id Al-Khudriyyi, nahwasanya Rasulullah saw bersabda: “Apabila ada tiga orang yang pergi
melakukan suatu perjalanan, maka hendaklah salah seorang di antara kalian menjadi pemimpin. (Sunan
Abi Daud hadits no. 2608; Mustakhroj Abi ‘Iwanah hadits no. 7538; Al-Mu’jam Al-Ausath Lith-Thabraniy
hadits no. 8093; Musnad Abi Ya’la hadits no. 1054; As-Sunan Al-Kubra Lil Baihaqiy hadits no. 10351; dan
Musnad Al-Bazar hadits no. 329)
Pada riwayat lain dengan redaksi
َ َو َال َي ِح ُّل ِل َث َال َث ِة َن َفر َي ُك ُونون... :هللا َع َل ْي ِه َو َس هل َم َق َال
ُ هللا َص هلى
ِ ولَ َا هن َر ُس،َع ْن َع ْبد هللا ْبن َع ْمرو
ٍ ٍ ِ ِ ِ
َْ َ ه
....ض َفال ٍة ِإال َا هم ُروا َع َل ْي ِه ْم َا َح َد ُه ْم
ِ ِبار
Dari ‘Abdillah Bin ‘Amr, bahwasanya Rasulullah saw bersabda: “…Dan tidaklah halal (diperkenankan) bagi
tiga orang yang sedang berada di padang yang luas melainkan jika mereka mengangkat salah seorang di
antara mereka sebagai pemimpin.” (Musnad Ahmad hadits no. 6647; Shohih Ibnu Hibban hadits no. 4525,
dengan redaksi yang sedikit berbeda; Al-Mu’jam Al-kabir Lith-Thabraniy hadits no. 139; dan Mawaridu
Adh-dhaman hadits no. 1560)
Dalam Nail Al-Authar Juz 8 hal. 294 Kitab Al-Aqdliyah wa Al-Ahkam Bab Wujubi Nashbi Wilayati wal
Imarati wa Ghairiha, dijelaskan bahwa kedua hadits tersebut merupakan dalil disyari’atkannya
mengangkat seorang pemimpin apabila (suatu kumpulan) mencapai minimal tiga orang, sebab hal itu
akan terselamatkan dari perbedaan yang disebabkan oleh berbagai macam keinginan. Maka dengan tidak
adanya pemimpin, setiap orang ingin memaksakan kehendak akalnya, dan berbuat sesuai dengan
keinginan nafsunya, pastilah hal ini akan membinasakan mereka. Oleh sebab itu, dengan adanya
pemimpin akan dapat mengurangi perbedaan dan akan dapat mengkompromikan berbagai pendapat.
Bagaimana mungkin suatu perjuangan untuk menegakkan syari’at Islam secara kaffah bisa dilakukan dan
diperoleh hasil maksimal yang sesuai dengan tujuan jika dilakukan sendirian. Tentulah dalam hal ini,
sekelompok orang yang terpimpin lebih baik dari yang sendirian. Bahkan lebih bisa menyelamatkan,
karena di bawah satu “garis komando” yang jelas.
Maka dapat ditarik satu kesimpulan, hendaklah ada di antara kita sekelompok orang, yaitu suatu
jam’iyyah yang memperjuangkan nilai-nilai agama, menjalankan syari’at agama jika tidak bisa seluruhnya
maka lakukanlah sebagiannya, tentunya dengan disertai usaha agar bisa melaksanakan seluruhnya
secara sempurna. Jadikanlah setiap gerakannya bernilai seperti al-jama’ah yang dimaksud oleh banyak
keterangan di atas. Hal inilah yang menjadi karekteristik ummat muslim yang beriman
Atau dengan bahasa yang lebih sederhana, Al-Jama’ah harus menjadi sifat dari jam’iyyah atau dengan
kata lain -meminjam istilah al-ustadz KH. Entang Muchtar, Allahu Yarham- jam’iyyah berwawasan al-
jama’ah.
بسم هللا الرحمن الرحيم
KEWAJIBAN BERJAM’IYYAH ( Bagian I )
untuk mengikuti Al-Qur’an dan As-Sunnah). Juga sebagaimana dijelaskan dalam Jami’ul Bayan Fi Tafsiril
Qur’an Juz 1 hal. 278; Tafsir Ad-Durul Mantsur Juz 2 hal. 405, sebagai berikut
َ إ َلى، الناس:ون
اتباع القران وسنة رسول هللا صلى هللا عليه وسلم وعلى:الخ ْي ِر َ عُ ْ َي، جماعة:ُا هم ٌة
د
ِ
اله
Ummat adalah sekelompok orang, yang mengajak orang-orang kepada kebajikan, yaitu untuk mengikuti
Al-Qur’an dan Sunnah Rasulullah saw.
Ar-Raghib Al-Ashfahaniy menjelaskan mengenai ayat di atas
أ أ أ
)23 :1 ،اي جماعة يتخيرون العلم والعمل الصالح يكونون اسوة لغيرهم (غريب القران لالصفهانى
adalah sekelompok orang yang memilih ilmu dan amal sholeh yang menjadikan mereka sebagai contoh
bagi sebagian yang lain.
Hal tersebut merupakan suatu kewajiban bagi semua ummat Muhammad. Seperti yang disebutkan dalam
sebuah hadits
ْ َ ه ُ َع ْن ُح َذ ْي َف َة ْبن ْال َي َمان َع ْن هالنب ِّي َص هلى ه
اَّلل َع َل ْي ِه َو َس هل َم َق َال َوال ِذي َن ْف ِسي ِب َي ِد ِه ل َت ْا ُم ُر هن ِبال َم ْع ُرو ِف ِ ِ ِ ِ
َ ُ َ َْ ُ ََ ُ َ ُ ْ َ َََْ َ ُ ه َ ْ ُْ ْ َ َْ َُ َ ه هُ َ ْ َْ َ َ َ َْ ُ ْ َ ً ْ ُ ُ ه
اب ل ُك ْم وشكن اَّلل ان يبعث عليكم ِعقابا ِمنه ثم تدعونه فال يستج ِ ولتنهون عن المنك ِر او لي
Dari Hudzaifah bin Al Yaman dari Nabi saw beliau bersabda: "Demi Dzat yang jiwaku berada di tangan-
Nya, hendaknya kalian beramar ma'ruf dan nahi munkar atau jika tidak niscaya Allah akan mengirimkan
siksa-Nya dari sisi-Nya kepada kalian, kemudian jika kalian memohon kepada-Nya namun do'a kalian tidak
lagi dikabulkan.” (HR. Ahmad hadits no. 23301; Sunan At-Tirmidziy hadits no. 2169; Musnad Abu Ya’la
hadits no. 4914; Mushonaf Ibnu Abi Syaibah hadits no. 37221; dan As-Sunan Al-Kubra Lil-Baihaqiy hadits
no. 20199. Dengan sedikit redaksi yang berbeda-beda
Juga disebutkan pada hadits berikut
ِّ من أراى منكم منكرا:وسلم
فليغيره ِّ قال رسول ِّاَّلل:عن أابي هريرة رضي هللا عنه قال
ِّ صلى ِّاَّلل عليه
أ
) وذلك اضعف اإليمان (رواه مسلم، فإن لم يستطع فبقلبه، فإن لم يستطع فبلسانه،بيده
Dari Abi Hurairah, ia berkata: Rasulullah saw bersabda: “Barang siapa salah seorang diantara kalian
melihat kemungkaran maka hendaklah ia merubah dengan tangannya, apabila tidak mampu, maka
hendaklah ia merubah dengan lisannya, apabila tidak mampu maka rubahlah deng an hatimu, dan hal
tersebut merupakan tingkatan iman yang paling lemah.” (Shohih Muslim hadits no 49/78; Musnad Ahmad
hadits no. 11460; Sunan Ibnu Majah hadits no. 4013; Shohih Ibnu Hibban hadits no. 307; dan As-Sunan Al-
Kubra Lil-Baihaqiy hadits no. 11513)
Akan tetapi kewajiban tersebut dilaksanakan harus secara proporsional bergantung kepada kapasitas
setiap individu. Tentulah seluruh kapasitas ini harus disatu misi-kan, agar menjadi terarah dan menjadi
satu pijakan yang terarah dan tersusun secara rapi. Karena hal ini sangat dicintai oleh Allah SWT
)٤ :وص (الصف َ اَّلل ُي ِح ُّب هال ِذ َين ُي َقا ِت ُل
ٌ ون ِفي َس ِبي ِل ِه َص ًّفا َك َا هن ُه ْم ُب ْن َي ٌان َم ْر ُص َ ِإ هن ه
Sesungguhnya Allah menyukai orang yang berperang dijalan-Nya dalam barisan yang teratur seakan-akan
mereka seperti suatu bangunan yang tersusun kokoh.
Juga sebenarnya hal ini sudah pernah diisyaratkan oleh Rasulullah saw dalam sebuah hadits tentang
ketentuan mengangkat seorang pemimpin ketika berada dalam satu perjalanan
ْ َ ْ
« ِإ َذا َخ َر َج َثال َث ٌة ِفي َس َف ٍر َفل ُي َؤ ِِّم ُروا:هللا َع َل ْي ِه َو َس هل َم َق َال
ُ اَّلل َص هلى َ َ َ
ِ ا هن َر ُسول ه،َع ْن ا ِبي َس ِع ٍيد ال ُخ ْد ِر ِّ ِي
»َا َح َد ُه ْم
Dari Abi Sa’id Al-Khudriyyi, nahwasanya Rasulullah saw bersabda: “Apabila ada tiga orang yang pergi
melakukan suatu perjalanan, maka hendaklah salah seorang di antara kalian menjadi pemimpin. (Sunan
Abi Daud hadits no. 2608; Mustakhroj Abi ‘Iwanah hadits no. 7538; Al-Mu’jam Al-Ausath Lith-Thabraniy
hadits no. 8093; Musnad Abi Ya’la hadits no. 1054; As-Sunan Al-Kubra Lil Baihaqiy hadits no. 10351; dan
Musnad Al-Bazar hadits no. 329)
Pada riwayat lain dengan redaksi
َ َو َال َي ِح ُّل ِل َث َال َث ِة َن َفر َي ُك ُون... :هللا َع َل ْي ِه َو َس هل َم َق َال
ون ُ هللا َص هلى
ِ ولَ َا هن َر ُس،َع ْن َع ْبد هللا ْبن َع ْمرو
ٍ ٍ ِ ِ ِ
َْ َ ه
....ض َفال ٍة ِإال َا هم ُروا َع َل ْي ِه ْم َا َح َد ُه ْم
ِ ِبار
Dari ‘Abdillah Bin ‘Amr, bahwasanya Rasulullah saw bersabda: “…Dan tidaklah halal (diperkenankan) bagi
tiga orang yang sedang berada di padan g yang luas melainkan jika mereka mengangkat salah seorang di
antara mereka sebagai pemimpin.” (Musnad Ahmad hadits no. 6647; Shohih Ibnu Hibban hadits no. 4525,
dengan redaksi yang sedikit berbeda; Al-Mu’jam Al-kabir Lith-Thabraniy hadits no. 139; dan Mawaridu
Adh-dhaman hadits no. 1560)
Dalam Nail Al-Authar Juz 8 hal. 294 Kitab Al-Aqdliyah wa Al-Ahkam Bab Wujubi Nashbi Wilayati wal
Imarati wa Ghairiha, dijelaskan bahwa kedua hadits tersebut merupakan dalil disyari’atkannya
mengangkat seorang pemimpin apabila (suatu kumpulan) mencapai minimal tiga orang, sebab hal itu
akan terselamatkan dari perbedaan yang disebabkan oleh berbagai macam keinginan. Maka dengan tidak
adanya pemimpin, setiap orang ingin memaksakan kehendak akalnya, dan berbuat sesuai dengan
keinginan nafsunya, pastilah hal ini akan membinasakan mereka. Oleh sebab itu, dengan adanya
pemimpin akan dapat mengurangi perbedaan dan akan dapat mengkompromikan berbagai pendapat.
Bagaimana mungkin suatu perjuangan untuk menegakkan syari’at Islam secara kaffah bisa dilakukan dan
diperoleh hasil maksimal yang sesuai dengan tujuan jika dilakukan sendirian. Tentulah dalam hal ini,
sekelompok orang yang terpimpin lebih baik dari yang sendirian. Bahkan lebih bisa menyelamatkan,
karena di bawah satu “garis komando” yang jelas.
B. KEWAJIBAN DAN HAK ANGGOTA JAM’IYYAH
1. Kewajiban Anggota
Setiap anggota PERSIS wajib :
a. Mempelajari, memehami, dan mengamalkan al-Qur’an dan as-Sunnah sebagai landasan
kehidupan.
b. Mempelajari, memahami, dan mengamalkan Qanun Asasi-Qanun Dakhili Persatuan Islam sebagai
landasan perjuangan.
c. Menjauhkan diri dari perbuatan munkarat, maksiat, bid’ah, dan kegiatan keagamaan di luar
tuntunan al-Qur’an dan as-Sunnah.
d. Menaati imamah, imarah, dan melaksanakan taushiyah pimpinan, selama sejalan dengan al-Qur’an
dan as-Sunnah.
e. Berperan aktif dalam kegiatan-kegiatan jam’iyyah PERSIS secara langsung atau tidak langsung.
f. Mempertahankan, memelihara, dan mengembangkan nama baik jam’iyyah PERSIS khususnya,
serta kehormatan islam pada umumnya.
g. Menjadi uswatun hasanah dalam seluruh aspek kehidupan.
h. Menjadi as haabun dan hawariyyuun islam dengan menyediakan harta dan jiwa raganya untuk
membela islam.
i. Mengusahakan keikutsertaan anggota keluarganya dalam kegiatan jam’iyyah PERSIS atau yang
ada kaitan dengan jam’iyyah PERSIS.
j. Mengusahak an anggota keluarganya untuk menjadi anggota PERSIS atau anggota bagian Otonom
PERSIS.
k. Mengembangkan pemahaman al-Qur’an dan as-Sunnah di lingkungan tempat tinggal dan atau di
lingkungan tempat kerjanya.
l. Mengajak orang lain yang sepemahaman untuk menjadi anggota PERSIS.
m. Berusaha mengikutsertakan keluarganya memakmurkan mesjid dan lembaga pendidikan PERSIS.
n. Membayar infaq, zakat, dan shadaqah melalui Jam’iyyah PERSIS sesuai pedoman perzakaatan
PERSIS.
o. Membayar infaq ( iuran ) bulanan anggota.
2. Hak anggota Jam’iyyah PERSIS
Setiap anggota PERSIS berhak :
a. Mendapatkan pembinaan dan bimbingan dari jam’iyyah dalam upaya meningkatkan pemahaman
dan pengamalan al-Qur’an dan as-Sunnah.
b. Mendapatkan pembinaan, bimbingan, dan layanan jam’iyyah dalam aspek pendidikan, sosial,
ekonomi, hukum dan politik.
c. Mendapat perlindungan hukum dari jam’iyyah PERSIS sesuai peraturan dan perundang-undangan
yang berlaku.
d. Menyatakan pendapatnya.
e. Memiliki hak suara, hak memilih, dan hak dipilih kecuali anggota kehormatan.
( Qanun Dakhili Persatuan Islam, Bagian Kelima, Pasal 16 halaman 24 – 26 )
Maka dapat ditarik satu kesimpulan, hendaklah ada di antara kita sekelompok orang, yaitu suatu
jam’iyyah yang memperjuangkan nilai-nilai agama, menjalankan syari’at agama jika tidak bisa seluruhnya
maka lakukanlah sebagiannya, tentunya dengan disertai usaha agar bisa melaksanakan seluruhnya
secara sempurna. Jadikanlah setiap gerakannya bernilai seperti al-jama’ah yang dimaksud oleh banyak
keterangan di atas. Hal inilah yang menjadi karekteristik ummat muslim yang beriman
Atau dengan bahasa yang lebih sederhana, Al-Jama’ah harus menjadi sifat dari jam’iyyah atau dengan
kata lain -meminjam istilah al-ustadz KH. Entang Muchtar, Allahu Yarham- jam’iyyah berwawasan al-
jama’ah.
FIQIH SYIASAH
َ ه َ ْ
هللا َع َل ْي ِه َو َس هل َم ُك ُّل ُك ْم َراع َف َم ْس ُئ ٌول َع ْن َر ِع هي ِت ِه فاال ِم ْي ُر ال ِذي َعلى ه
َ ُ اَّلل َص هلى َق َال َر ُس ُول ه
اس َر ٍاع َو ُه َو
ِ الن ٍ ِ
َم ْس ُئ ٌول َع ْن ُه ْم َو هالر ُج ُل َر ٍاع َع َلى َا ْه ِل َب ِيت ِه
Rasulullah Saw. bersabda : Setiap kalian adalah pemimpin dan setiapkalian bertanggung jawab atas
kepemimpinannya. Pemimpin masyarakat adalah pemimpin dan bertanggung jawab terhadap
kepemimpinannya. Seorang laki-laki adalah pemimpin dalam keluarganya dan bertanggung jawab atas
kepemimpinannya. ( H.r. al-Bukhari )
Kriteria Imam / Pemimpin
Yang layak menjadi Imam
َ الص َال َة َو ُي ْؤ ُتو َن هالز َك َاة َو ُه ْم َرا ِك ُع
َو َم ْن َي َت َوله,ون ون ه َ اَّلل َو َر ُس ُول ُه َو هال ِذ َين َا َم ُنوا هال ِذ َين ُي ِق ُيم
ُ ِإ هن َما َو ِل ُّي ُك ُم ه
اَّلل َو َر ُس َول ُه َو هالذ َين َا َم ُنوا َفإ هن ِح ْز َب ِه
َاَّلل ُه ُم ْال َغا ِل ُبون َ ه
ِ ِ
Sesungguhnya penolong kamu hanyalah Allah, Rasul-Nya, dan orang-orang yang beriman, yang mendirikan
shalat dan menunaikan zakat, seraya mereka tunduk (kepada Allah). Dan barangsiapa mengambil Allah,
Rasul-Nya dan orang-orang yang beriman menjadi penolongnya, maka sesungguhnya pengikut (agama)
Allah itulah yang pasti menang. ( Al-Maidah : 55-56 )
َ َ ْ ُ َ َ َ َ َ ُ َ َ ُ َ ْ ُ َ ْ َ ٌ َ ُّ َ ه ُ ه ُ َ َ ْ ُ ِّ َ َ َ ُ ْ َ ْ ٌ َ َ ٌّ ُ َ ه
هللا
ِ يايها الناس اتقوا هللا و ِان ا ِمر عليكم عبد حب ِشي مجدع فاسمعوا له وا ِطيعوا ما اقام لكم ِك تاب
)(رواه الترميذي
“Wahai sekalian manusia bertakwalah kalian kepada Allah dan jika kalian di pimpin oleh seorang habsyi
yang jelek maka dengarkanlah dan ta’atilah selama ia menegakkan kitab Allah” (H.r. al-Tirmidzi)
هللا َع َلى َم َنا ِب َر ِم ْن ُن ْو ٍر َع ْن َي ِم ْي ِن هالر ْحم ِن َع هز َ هللا َع َل ْي ِه َو َس هل َم ِا هن ُالم ْق ِس ِط
ِ ين ِع ْن َد ُ اَّلل َص هلى ُ
ِ قال َر ُسول ه
َ َ
ه َ َو َج هل َو ِك ْل َتا َي َد ِيه َي ِم ْي ٌن هال ِذ َين َي ْع ِد ُل
) ون ِفى ُح ْك ِم ِهم َو ْاه ِلي ِه ْم َو َما َول ْوا ( رواه مسلم
Rasulullah Saw bersabda : Sesungguhnya orang-orang yang adil di sisi Allah berada pada mimbar-mimbar
cahaya pada kedudukan tinggi yang terpuji dan masing-masing kedua tangannya terpuji. Orang-orang
yang adil dalam menerapkan hukum mereka dan ( adil ) pada keluarga serta pada yang mereka pimpin.
(H.R. Muslim)
Yang Tidak Boleh Menjadi Imam
ون َا ْن َت ْج َع ُلوا ِ ه َِّلل َعل ْي ُك ْم
َ َ َيا َا ُّي َها هال ِذ َين َا َم ُنوا َال َت هت ِخ ُذوا ْال َك ِافر َين َا ْو ِل َي َاء ِم ْن ُدون ْال ُم ْؤ ِم ِن
َ ين َا ُتر ُيد
ِ ِ ِ
ْ
ُسل َط ًانا ُم ِب ًينا
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang kafir menjadi wali dengan
meninggalkan orang-orang mukmin. Inginkah kamu mengadakan alasan yang nyata bagi Allah (untuk
menyiksamu). ( an-Nisa : 144 )
َ َيا َا ُّي َها هالذ َين َا َم ُنوا َال َت هت ِخ ُذوا ْال َي ُه
ُود َو هالن َص َارى َا ْو ِل َي َاء َب ْع ُض ُه ْم َا ْو ِل َي ُاء َب ْعض َو َم ْن َي َت َو هل ُه ْم ِم ْن ُك ْم َف ِإ هنه
ٍ ِ
اَّلل َال َي ْهدي ْال َق ْو َم ه ه
َ الظا ِل ِم
ين ِ َ ِم ْن ُه ْم ِإ هن
Wahai orang-orang yang beriman, kalian tidak diperkenankan menjadikan orang- orang Yahudi dan
Nasrani sebagai penolong yang kalian taati. Mereka itu sama saja dalam menentang kalian. Barangsiapa
yang menjadikan mereka sebagai pemimpin, maka ia telah masuk ke dalam golongan mereka.
Sesungguhnya Allah tidak akan memberi petunjuk kepada mereka yang menzalimi diri sendiri, dengan
menjadikan orang-orang kafir sebagai penguasa mereka. ( al-Maidah : 51 )
ْ ً ُ َ َ َ ه
َيا َا ُّي َها ال ِذ َين ا َم ُنوا ال َت هت ِخ ُذوا ِب َط َان ًة ِم ْن ُدو ِن ُك ْم ال َي ْال َون ُك ْم َخ َباال َو ُّدوا َما َع ِن ُّت ْم َق ْد َب َد ِت ال َب ْغ َض ُاء ِم ْن
َات ِإ ْن ُك ْن ُت ْم َت ْع ِق ُلون َ َْ ُ ُ َ َْ َ ْ َ َ ُ ْ ُ ُ ُ ُ ْ َ َُْ َ ْ َهه
ِ افو ِاه ِهم وما تخ ِفي صدورهم اكبر قد بينا لكم االي
Wahai orang-orang yang beriman, janganlah kamu sekalian mengangkat selain pengikut agamamu
sebagai orang-orang kepercayaan, tempat kalian meminta bantuan dan mengungkapkan rahasia! Karena,
mereka tidak akan segan-segan merusak urusan kamu sekalian. Mereka akan senang bila dapat
menyusahkan dan mendatangkan mudarat yang paling berat atas diri kamu sekalian. Telah tampak
dengan jelas tanda- tanda kebencian dari ucapan yang mereka kemukakan. Dan yang tersimpan dalam hati
lebih besar dari itu. Sungguh Kami telah menunjukkan kepadamu tanda-tanda yang membedakan antara
kawan dan lawan, jika kamu sekalian termasuk golongan yang berpikir dan berpengetahuan benar. ( Al-
Imran : 118 )
َ ًّ َ ْ
َك ْي َف َو ِإ ْن َيظ َه ُروا َع َل ْي ُك ْم ال َي ْر ُق ُبوا ِف ُيك ْم ِإال َوال ِذ هم ًة ُي ْر ُض َون ُك ْم ِب َا ْف َو ِاه ِه ْم َو َت ْا َبى ُق ُلو ُب ُه ْم َو َا ْك َث ُر ُه ْم
ون َ َف ِاس ُق
Bagaimana mungkin kalian memelihara perjanjian-perjanjian mereka, sedangkan mereka adalah kaum
yang, bila memperoleh kemenangan atas kalian, tidak segan-segan memusuhi kalian dan tidak
mengindahkan hubungan kekerabatan dan perjanjian. Mereka menipu kalian dengan kata-kata manis,
sedangkan hati mereka penuh dengan kebencian. Kebanyakan mereka keluar dari kebenaran dan
melanggar perjanjian. ( at-Taubah : 8 )
َ َيا َا ُّي َها هال ِذ َين َا َم ُنوا َال َت هت ِخ ُذوا هال ِذ َين هات َخ ُذوا ِد َين ُك ْم ُه ُز ًوا َو َل ِع ًبا ِم َن هال ِذ َين ُا ُوتوا ْال ِك َت
ْاب ِم ْن َق ْب ِل ُكم
َ َو ْال ُك هف َار َا ْو ِل َي َاء َو هات ُقوا ه
َاَّلل ِإ ْن ُك ْن ُت ْم ُم ْؤ ِم ِنين
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kalian menjadikan musuh-musuh Islam - yaitu orang-orang
Yahudi, Nasrani dan orang-orang musyrik- yang menjadikan agama kalian sebagai bahan ejekan dan main-
mainan, sebagai penolong. Jangan jadikan perwalian kalian kepada mereka. Takutlah kepada Allah jika
kalian benar- benar beriman. ( al-Maidah : 57 )
َْيا َا ُّي َها هال ِذ َين َا َم ُنوا َال َت هت ِخ ُذوا َا َب َاء ُك ْم َو ِإ ْخ َو َان ُك ْم َا ْو ِل َي َاء ِإن ْاس َت َح ُّبوا ْال ُك ْف َر َع َلى ْ ِاإل َيمان َو َم ْن َي َت َو هل ُهم
ِ ِ
ٌ ُق ْل إ ْن َك َان َا َب ُاؤ ُك ْم َو َا ْب َن ُاؤ ُك ْم َوإ ْخ َو ُان ُك ْم َو َا ْز َو ُاج ُك ْم َو َعش َيرُت ُك ْم َو َا ْم َوال,ون َ م ُ ل ا م ْن ُك ْم َف ُا َولئ َك ُه ُم ه
الظ
ِ ِ ِ ِ ِ ِ
وها َو ِت َج َار ٌة َت ْخ َش ْو َن َك َس َاد َها َو َم َسا ِك ُن َت ْر َض ْو َن َها َا َح هب إ َل ْي ُك ْم م َن ِه
اَّلل َو َر ُسو ِل ِه َو ِج َه ٍاد ِفي َس ِبي ِل ِه َ ْاق َت َر ْف ُت ُم
ِ ِ
ينَ اَّلل َال َي ْه ِدي ْال َق ْو َم ْال َف ِاس ِقُ اَّلل ب َا ْمر ِه َو ه
ُ َف َت َر هب ُصوا َح هتى َي ْا ِت َي ه
ِ ِ
Wahai orang-orang mukmin, janganlah kalian menjadikan bapak, anak, saudara, kerabat dan istri kalian
sebagai penolong, jika mereka lebih mencintai kekufuran daripada keimanan serta selalu meminta
pertolongan kepada orang-orang kafir. Mereka itulah orang-orang yang melanggar jalan yang lurus.
Wahai Rasul, katakan kepada orang-orang mukmin, "Apabila kalian lebih mencintai bapak, anak, saudara,
istri, kerabat serta harta yang telah kalian dapatkan, juga perdagangan yang kalian takuti kerugiannya
serta rumah yang kalian pakai untuk beristirahat dan bertempat tinggal daripada Allah, Rasul-Nya dan
berjihad di jalan-Nya, sampai-sampai itu semua lebih menyibukkan kalian daripada menolong Rasul, maka
tunggulah sampai Allah menjatuhkan keputusan dan hukuman-Nya atas kalian. Allah tidak akan memberi
petunjuk kepada orang-orang yang keluar dari batas-batas agama-Nya ( at-Taubah : 23-24 )
Prinsip Imamah
Prinsip Ibadah
ْ ْ ْ ْ
ُت ْؤ ِتي ال ُمل َك َم ْن َت َش ُاء َو َت ْن ِز ُع ال ُمل َك ِم هم ْن َت َش ُاء َو ُت ِع ُّز َم ْن َت َش ُاء َو ُت ِذ ُّل َم ْن َت َش ُاء
Engkau memberi kekuasaan kepada siapa saja yang Engkau kehendaki dan mengambilnya dari siapa saja
yang Engkau kehendaki pula. Engkau memberi kejayaan kepada hamba- Mu yang Engkau kehendaki
dengan cara menunjukkan faktor-faktor penyebabnya. Engkau merendahkan siapa saja yang Engkau
kehendaki.." ( Ali Imran : 26 )
Prinsip Amanah
َ َيا َا ُّي َها هال ِذ َين َا َم ُنوا َال َت ُخ ُونوا ه
َ اَّلل َو هالر ُس َول َو َت ُخ ُونوا َا َم َانا ِت ُك ْم َو َا ْن ُت ْم َت ْع َل ُم
ون
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengkhianati Allah dan Rasul (Muhammad) dan (juga)
janganlah kamu mengkhianati amanat-amanat yang dipercayakan kepadamu, sedang kamu mengetahui. (
Al- Anfaal : 27 )
Prinsip Akhlaqul Karimah
َ اَّلل َو ْال َي ْو َم ْ َاال ِخ َر َو َذ َك َر ه
ًاَّلل َك ِثيرا َ اَّلل ُا ْس َو ٌة َح َس َن ٌة ِل َم ْن َك َان َي ْر ُجو ه
ِ ول ه ُ
س رَ ي ِْ َل َق ْد َك َان َل ُك
ف م
ِ
Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang
mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah. (Al-Ahzaab : 21)
Prinsip Ilmu/Profesionalitas
ً َ ْ ْ َ َ َْ ُ َ َْ َ َ َ ْ ٌ ه ه
الس ْم َع َوال َب َص َر َوال ُف َؤ َاد ُك ُّل ُاول ِئ َك َك َان َع ْن ُه َم ْس ُئوال وال تقف ما ليس لك ِب ِه ِعلم ِإن
Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya
pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya. ( Al-Israa’ : 36 )
Prinsip Keadilan
َ َيا َا ُّي َها هال ِذ َين َا َم ُنوا ُك ُونوا َق هو ِام
َِ ين ب ْال ِق ْس ِط ُش َه َدا َء ِ ه َِّلل َو َل ْو َع َلى َا ْن ُف ِس ُك ْم َاو ْال َوا ِل َد ْين َو ْ َاال ْق َرب
ْين إ ْن َي ُكن
ِ ِ ِ ِ
ْ ُ ْ
َ اَّلل َا ْو َلى به َما َف َال َت هتب ُعوا ال َه َوى َا ْن َت ْع ِدلوا َو ِإ ْن َتل ُووا َا ْو ُت ْعر ُضوا َف ِإ هن ه ُ َغ ِن ًّيا َا ْو َف ِق ًيرا َف ه
اَّلل َك َان ِب َما ِ ِ ِِ
ون َخ ِب ًيراَ َت ْع َم ُل
Wahai orang-orang yang beriman, jadilah kamu orang yang benar-benar penegak keadilan, menjadi saksi
karena Allah biarpun terhadap dirimu sendiri atau ibu bapa dan kaum kerabatmu. Jika ia[361] kaya ataupun
miskin, maka Allah lebih tahu kemaslahatannya. Maka janganlah kamu mengikuti hawa nafsu karena ingin
menyimpang dari kebenaran. Dan jika kamu memutar balikkan (kata-kata) atau enggan menjadi saksi,
maka sesungguhnya Allah adalah Maha Mengetahui segala apa yang kamu kerjakan ( An-Nisaa : 135 )