Sifat Nafsiyah adalah sifat yang menunjukkan zat itu sendiri bukan hal
lainnya. Sifat Nafsiyah juga bisa didefinisikan sebagai haliyyah atau kondisi
yang pasti ada pada suatu dzat selama dzat tersebut tidak 'ilati dengan
suatu 'ilat. Sifat wajib Allah yang termasuk ke dalam sifat Nafsiyah
hanyalah satu, yaitu sifat wujud.
Sifat Salbiyah
Sifat Salbiyah adalah sifat yang menafikan segala hal yang tidak layak
bagi Allah ta'ala. Sifat wajib Allah yang masuk ke sifat Salbiyah sendiri
mencakup 5 sifat, Yaitu Qidam, Baqa’, Mukhalafatu lilhawadisi,
Qiyamuhu Binafsihi dan Wahdaniyah. Sebenarnya sifat Salbiyah sendiri
tidak hanya 5 sifat, sebab berbagai kekurangan tidak terbatas dan
semuanya ternafikan dari Allah SWT. Namun 5 sifat tersebut merupakan
pokok yang sudah dirumuskan oleh para ulama.
Sifat Ma'ani
Sifat Ma'ani adalah sifat yang ada pada sesuatu yang disifati yang
otomatis menetapkan suatu hukum padanya. Seperti sifat Qudrah Allah
yang secara otomatis menetapkan hukum Kaunuhu Qadiran ( keberadaan
Allah SWT maha mampu/ kuasa). Sifat Ma'ani juga disebut sebagai
sifat wujudiyyah, yaitu sifat yang memiliki wujud atau ada wujudnya,
maksudnya adalah sifat tersebut tidak terlepas dari zat Allah SWT. Dari
sifat-sifat wajib Allah, yang termasuk dalam kategori Ma'ani adalah 7
(Tujuh) sifat, yaitu Qadrah, Iradah, 'Ilm, Hayat, Sam', Bashar dan Kalam.
BACA JUGA
Sifat Ma'nawiyah
Syifa Ma'nawiyah adalah sifat yang ada pada suatu yang disifati, yang
otomatis menetapkan suatu hukum padanya, maka sifat Ma'nawiyah
merupakan hukum tersebut. Dari definisi di atas bisa kita simpulkan bahwa
sifat Ma'nawiyah merupakan sebuah kondisi yang selalu menetap pada
sifat Ma'ani itu sendiri. Sifat 'Ilm misalnya, pasti dzat yang bersifat
dengannya mempunyai kondisi berupa Kaunuhu '
Aliman ( keberadaannya sebagai zat yang berilmu/ mengetahui). Sifat
wajib Allah yang termasuk dalam kategori Ma'nawiyah ada 7 sebagaimana
sifat Ma'ani yaitu: Kaunuhu Qadiran, Kaunuhu Muridan,
Kaunuhu 'Aliman, Kaunuhu Hayyan, Kaunuhu Sami'an,
Kaunuhu Bashiran dan Kaunuhu Mutakalliman.
Untuk mempermudah memahaminya kami buatkan tabel khusus
mengenai sifat Nafsiyah, Salbiyah, Ma'ani dan Ma'nawiyah. :
20 Sifat Wajib Allah terbagi menjadi 4 Kategori
Jawaban dengan merujuk kepada kitab-kitab akidah seperti kifayatul awam, karya Syaikh
Muhammad al-Fazhaali :
Istilah-istilah ini merupakan istilah-istilah yang digunakan dalam kajian sifat dua puluh yang wajib
bagi Allah Ta’ala. Adapun pengertiannya adalah sebagi berikut :
1. Ta’alluq secara bahasa berarti hubungan, kalau dikatakan Allah menciptakan alam dari tiada kepada
ada, maka itu artinya antara qudrah Allah dan alam ada ta’alluq (hubungan), yaitu hubungan
penciptaan : Allah dengan sifat qudrahnya sebagai pencipta dan alam sebagai ciptaan.
2. Sedangkan shuluhi qadim (shuluhi secara bahasa bermakna patut) berarti Allah patut pada azali
mengadakan atau meniadakan sesuatu, meskipun belum wujud sesuatu yang diadakan atau
ditiadakan pada kenyataannya. Contohnya si umar sebelum dijadikan Allah pada alam kenyataan,
maka si Umar itu pada azali patut dijadikan atau tidak dijadikan Allah. Ta’alluq ini sifatnya qadim,
karena masih pada azali belum wujud pada kenyataan yang bersifat dengan waktu dan tempat
(baharu). Ini shuluhi qadim pada sifat qudrah Allah Ta’ala. Adapun shuluhi qadim pada sifat iradah
Allah Ta’ala berarti Allah Ta’ala pada azali patut menentukan sesuatu dengan mengadakan atau
meniadakannya, memendekkan atau memanjangkan atau keadaan lain-lainnya.
3. Tanjizi qadim bermakna terjadi pada kenyataannya dan keadaannya adalah qadim, seperti Allah
menentukan sesuatu dengan mengadakan atau meniadakan atau menentukan sesuatu dengan
keadaan pendek atau panjang dan lain-lain. Disebut dengan tanjizi karena ta’alluqnya berlaku pada
kenyataan (tidak bersifat patut lagi) dan disebut qadim, karena penentuan sesuatu ada, tidak ada
atau panjang dan lain-lain adalah sudah ada pada azali yang sifatnya qadim. Tanjizi qadim ini tidak
ada pada qudrah Allah Ta’ala.
4. Tanjizi hadits pada qudrah bermakna Allah Ta’ala menciptakan sesuatu atau meniadakannya dengan
qudrahnya pada waktu dan tempat tertentu. Penciptaan atau meniadakan sesuatu itu adalah
baharu, karena bersifat dengan waktu atau tempat, misalnya Allah menciptakan si Umar pada hari
senin yang lahir di Indonesia. Tanjizi hadits ini didahului oleh shuluhi qadim pada qudrah Allah
Ta’ala. Berdasarkan ini, maka sifat menciptakan, mematikan (sifat-sifat af’al) adalah baharu, tidak
qadim, karena itu sifat menciptakan atau mematikan (sebagai contoh) adalah sifat baharu bagi Allah
Ta’ala dan karenanya tidak berdiri pada zat Allah yang qadim. Yang qadim yang berdiri pada zat Allah
Ta’ala adalah sifat qudrah.
5. Wassalam, mudah2an bermanfaat