Anda di halaman 1dari 12

GHIBAH, DOSA BESAR YANG KITA PERBUAT SETIAP HARI

Dan aku ingin memberitahumu salah satu dosa besar yang sering kita lakukan. Dosa ini dilakukan
oleh hampir semua orang kecuali mereka yang diselamatkan oleh Allah Ta’ala. Dosa ini disebut
ghibah atau menggunjing, berbicara buruk tentang seseorang akan hal yang tidak ia sukai.

Apa itu Ghibah ?

Kata seorang ulama tafsir, Imam Masruq, “Ghibah adalah jika engkau membicarakan sesuatu yang
jelek pada seseorang. Itu disebut mengghibah atau menggunjingnya. Jika yang dibicarakan adalah
sesuatu yang tidak benar ada padanya, maka itu berarti menfitnah (menuduh tanpa bukti).”
Demikian pula dikatakan oleh Imam Hasan Al Bashri Rahimahullah.

Dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘Anhu, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam bersabda, “Tahukah
engkau apa itu ghibah?” Mereka menjawab, “Allah dan Rasul-Nya yang lebih tahu.” Ia berkata,
“Engkau menyebutkan kejelekan saudaramu yang ia tidak suka untuk didengarkan orang lain.”
Beliau ditanya, “Bagaimana jika yang disebutkan sesuai kenyataan?” Jawab Nabi Shallallahu ‘Alaihi
Wa Sallam, “Jika sesuai kenyataan berarti engkau telah mengghibahnya. Jika tidak sesuai, berarti
engkau telah memfitnahnya.” (HR. Muslim). Ghibah (menggunjing) termasuk dosa besar, namun
sedikit yang mau menyadari hal ini. Seringkali kita melakukan dosa ini tanpa sadar. Bahkan ketika
kita menuju masjid dan menunggu waktu shalat, bukannya berdzikir, bukannya membaca Alqur’an,
bukannya bershalawat kepada Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam, malah kita bergosip dan
menggunjing orang lain. Termasuk banyaknya siaran dan berita di media cetak maupun elektronik
tentang ghibah (gosip) ini dan bahkan disediakannya halaman dan program khusus tentang
perbuatan dosa besar yang diharamkan ini. Na’udzubillah min dzalik.

Imam Nawawi Rahimahullah menyebutkan, “Ghibah adalah sesuatu yang amat jelek, namun
tersebar dikhalayak ramai. Yang bisa selamat dari tergelincirnya lisan seperti ini hanyalah sedikit.
Ghibah memang membicarakan sesuatu yang ada pada orang lain, namun yang diceritakan adalah
sesuatu yang ia tidak suka untuk diperdengarkan pada orang lain. Sesuatu yang diceritakan bisa jadi
pada badan, agama, dunia, diri, akhlak, bentuk fisik, harta, anak, orang tua, istri, pembantu, budak,
pakaian, cara jalan, gerak-gerik, wajah berseri, kebodohan, wajah cemberutnya, kefasihan lidah,
atau segala hal yang berkaitan dengannya. Cara ghibah bisa jadi melalui lisan, tulisan, isyarat, atau
bermain isyarat dengan mata, tangan, kepala atau semisal itu.”

Adakah Dosa dan Haramnya Ghibah ?

Dosa yang akan diperoleh dari orang yang melakukan ghibah adalah ibarat memakan daging
saudaranya yang sudah mati. Firman Allah Ta’ala, “Dan janganlah menggunjingkan satu sama lain.
Adakah seorang diantara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka
tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha
Penerima Taubat lagi Maha Penyayang” (QS. Al Hujurat: 12). Imam Asy Syaukani Rahimahullah
dalam kitab tafsirnya mengatakan, “Allah Ta’ala memisalkan ghibah (menggosip orang lain) dengan
memakan bangkai seseorang. Karena bangkai sama sekali tidak mengetahui siapa yang memakan
dagingnya. Ini sama halnya dengan orang yang hidup juga tidak mengetahui siapa yang menggunjing
dirinya”. Imam Qatadah Rahimahullah berkata, “Sebagaimana engkau tidak suka jika mendapati
saudaramu dalam keadaan mayat penuh ulat. Engkau tidak suka untuk memakan bangkai semacam
itu. Maka sudah sepantasnya engkau tidak mengghibahinya ketika ia masih dalam keadaan hidup”.

Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wa Sallam bersabda, “Ketika aku dinaikkan ke langit, aku melewati
suatu kaum yang memiliki kuku-kuku dari tembaga, mereka melukai (mencakari) wajah-wajah
mereka dan dada dada mereka. Maka aku bertanya :”Siapakah mereka wahai Jibril?” Jibril berkata,
Mereka adalah orang orang yang memakan daging daging manusia dan mereka mencela
kehormatan-kehormatan manusia” (HR. Ahmad dan Abu Dawud). Sungguh sangat berbahaya akan
dosa dari perbuatan ghibah ini.

Bagaimana Cara Bertaubat dari Ghibah ?

Berkata Al ‘Alamah Syaikh Utsaimin Rahimahullah, “Jika yang dighibahi telah mengetahui bahwa
engkau telah mengghibahinya, maka engkau harus datang kepadanya dan meminta agar dia
merelakan perbuatanmu. Namun jika dia tidak tahu, maka janganlah engkau mendatanginya (tetapi
hendaknya) engkau memohon ampun untuknya dan engkau membicarakan kebaikan kebaikannya di
tempat tempat yang engkau mengghibahinya. Karena sesungguhnya kebaikan kebaikan bisa
menghilangkan kejelekan kejelekan. Engkau bisa berkata: “Ya Allah ampunilah dia”, sebagaimana
Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wa Sallam bersabda, “Kafarah (penebus dosa) untuk orang yang kau
ghibahi adalah engkau memohon ampunan untuknya” (HR. Harits Bin Abu Usamah). Maka
bertaubatlah kita dengan banyaknya dosa ghibah (gosip) yang dilakukan.

Adakah Ghibah yang Diperbolehkan ?

Ghibah adalah suatu hal yg diharamkan dalam Islam dan termasuk dalam dosa besar. Sehingga
apapun bentuknya menceritakan tentang orang lain adalah dilarang bila sesuatu tersebut tidak
disenangi olehnya. Namun ada ghibah diperbolehkan tetapi dengan tujuan yang benar, darurat dan
syar’i yang tidak mungkin tercapai tujuan tersebut tanpa melakukan ghibah ini.

Imam Nawawi Rahimahullah dalam Riyadus Shalihin menyebutkan enam ghibah yang dibolehkan
adalah:

Pertama : Seseorang terzhalimi mengadukan kepada pihak yang berwenang dan dia mempunyai
pengaruh terhadap orang yang menzhalimi.
Kedua : Meminta bantuan untuk mengubah kemungkaran, menasihati dan mengembalikan pelaku
kemaksiatan kepada jalan kebenaran.

Ketiga : Meminta pendapat dan solusi dari seorang yang ‘alim tang persoalan yang dihadapi.

Keempat : Memperingatkan seluruh kaum muslimin akan kejahatan yang dilakukan seseorang.

Kelima : Kepada seseorang yang terang terangan menampakkan kemaksiatannya, kefasikannya,


kemungkarannya dan kebid’ahannya.

Keenam : Dengan tujuan mudah dikenal dengan menyebutkan julukan yang ada pada seseorang.

Namun perlu diperhatikan semestinya kita harus terus berhati hati dalam perkara dosa besar ini.
Karena hal ini tak jarang terjadi dalam kehidupan keluarga, masyarakat, kampus, masjid, kantor
maupun melalui media-media yang dengan sangat mudah di akses baik disengaja maupun tak
disengaja.

Wallahu a’lam. Semoga bermanfaat tulisan yang singkat ini, semoga Allah Ta’ala menjauhkan dari
setiap dosa besar termasuk pula perbuatan ghibah. Semoga Allah Ta’ala memberi taufik untuk
menjaga lisan dan sikap ini supaya senantiasa berkata dan berbuat yang baik.
Ghibah Dalam Islam – Dalil, Hukum dan
Bahayanya
 Post authorBy Dini lidya
 Post dateNovember 24, 2015

Dari segi bahasa, ghibah artinya membicarakan mengenai hal negatif atau positif
tentang orang lain yang tidak ada kehadirannya di antara yang berbicara. Dari segi
istilah, ghibah berarti pembicaraan antar sesama muslim tentang muslim lainnya dalam
hal yang bersifat kejelekkan, keburukan, atau yang tidak disukai. Bedanya dengan
dusta, sesuatu yang diperbincangkan dalam ghibah memang benar adanya.
Dari Abu Hurairah RA, Rasulullah SAW bersabda yang artinya;

‘Tahukah kalian, apakah itu ghibah? Para sahabat menjawab, ‘Allah dan rasul-Nya lebih
mengetahui.’ Rasulullah SAW bersabda, ‘engkau membicarakan sesuatu yang terdapat dalam diri
saudaramu mengenai sesuatu yang tidak dia sukai. Salah seorang sahabat bertanya, ‘Wahai
Rasulullah SAW, bagaimana pendapatmu jika yang aku bicarakan benar-benar ada pada diri
saudaraku? Rasulullah SAW menjawab, jika yang kau bicarakan ada pada diri saudaramu,
maka engkau sungguh telah mengghibahinya. Sedangkan jika yang engkau bicarakan tidak
terdapat pada diri saudaramu, maka engkau sungguh telah mendustakannya.” (H. R. Muslim)
Baca juga:

Dalil Mengenai Larangan Mengghibah

Beberapa dalil mengenai larangan berbuat ghibah dalam Al-Qur’an dan hadist:

1. Dalil Al-Qur’an, Allah SWT berfirman yang artinya;

 “Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan dari prasangka, sesungguhnya sebagian
prasangka itu adalah dosa dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain dan janganlah
sebahagian kamu menggunjing sebahagian yang lain. Sukakah salah seorang di antara kamu
memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya.
Dan bertaqwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha
Penyayang.” (Q. S. 49 : 12).

 “Dan janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang diantara kamu yang suka
memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya.
Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha
Penyayang.” (Q. S. Al-Hujurat : 12).

2. Dalil hadist, Nabi Muhammad SAW bersabda yang artinya;


 Diriwayatkan oleh Said bin Zaid RA, Rasulullah SAW bersabda yang
artinya; “Sesungguhnya riba yang paling bahaya adalah berpanjang kalam (ucapan) dalam
membicarakan (keburukan) seorang muslim dengan (cara) yang tidak benar.” (H. R. Abu
Daud).

 Hadits riwayat Ahmad dari Jabir bin Abdullah; “Kami pernah bersama Nabi tiba-tiba tercium
bau busuk yang tidak mengenakan. Kemudian Rasulullah berkata; ‘Tahukah kamu, bau apakah
ini? Ini adalah bau orang-orang yang mengghibah (menggosip) kaum mukminin.”

Ghibah yang Diperbolehkan

Dalil mengenai larangan berbuat ghibah memang ada banyak, namun, dalam Islam ada
ketentuan dengan kondisi tertentu yang ghibah menjadi boleh untuk dilakukan.
Allah SWT berfirman yang artinya:

“Allah tidak menyukai ucapan buruk, (yang diucapkan) dengan terus terang kecuali oleh orang
yang dianiaya. Allah adalah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.”
Sedangkan Nabi Muhammad dalam sebuah hadist mengatakan; “Setiap umatku akan
dimaafkan kecuali para mujahir.
Mujahir adalah orang-orang yang menampakkan perilaku dosanya untuk diketahui
umum.” (H. R. Muslim).

Mengenai kondisi yang diperbolehkan untuk berbuat ghibah tersebut adalah sebagai
berikut:
1. Tadzalum
yakni kondisi orang yang teraniaya lalu melaporkan perbuatan tersebut kepada pihak
berwajib, ulama, atau penguasa yang kiranya dapat menangani permsalahannya. Allah
SWT berfirman yang artinya;
“Allah tidak menyukai ucapan buruk, (yang diucapkan) dengan terang kecuali oleh orang yang
dianiaya. Allah adalah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.”
2. Menceritakan tentang keburukan seseorang oleh karena orang tersebut
berbuat maksiat

Dalam hal ini, tujuan menceritakan keburukan orang tersebut adalah agar ustadz, kiai,
psikolog, atau orang yang mampu untuk memperbaiki dan mengubah si yang
dibicarakan agar berhenti berbuat maksiat.
Rasulullah SAW bersabda yang artinya;

“Barang siapa di antara kalian yang melihat kemungkaran maka hendaklah ia merubahnya
dengan tangannya, jika tidak mampu, maka dengan lisannya, dan jika tidak mampu maka dengan
hatinya.” (H. R. Muslim).
3. Saat meminta fatwa
Dalam sebuah riwayat, Hindun binti Utbah (istri Abu Sofyan) pernah mengadu
kepada Rasulullah SAW dan mengatakan;

“Wahai Rasulullah SAW, suamiku adalah seorang yang bakhil. Dia tidak memberikan padaku
uang yang cukup untuk dapat memenuhi kebutuhan rumah tangga kami, kecuali yang aku ambil
dari simpanannya dan dia tidak mengetahuinya. Apakah perbuatanku itu dosa? Rasulullah SAW
menjawab, ambillah darinya sesuatu yang dapat memenuhi kebutuhanmu dan anak-anakmu
dengan cara yang baik (ma’ruf).” (H. R. Bukhari)
4. Untuk memberitahukan atau memperingatkan akan adanya suatu bahaya

Dalam riwayat, Fatimah binti Qais RA hendak dipinang oleh Muawiyah dan Abu
Jahm. Kemudian, Fatimah memberitahukan hal tersebut kepada Rasulullah SAW;
datang kepada Rasulullah SAW dan beliau bersabda;

“Adapun Muawiyah, ia adalah seseorang yang sangat miskin, sedangkan Abu Jahm, adalah
seseorang yang ringan tangan (suka memukul wanita).” (H. R. Muslim).
5. Boleh mengghibah orang yang berbuat maksiat

Misalnya mabuk, berjudi, dan mencuri, dan sebagainya. Juga terhadap orang yang
menunjukkan permusuhan terhadap Islam.

6. Ghibah sebagai bentuk pengenalan

Contoh: ada seseorang yang memiliki ciri khas tertentu yang cenderung lebih dikenali
orang dibandingkan nama, misal; seseorang itu adalah buta, sedangkan masyarakat
lebih mengenal kecacatannya itu dibandingkan nama. Jadi, saat mengenalkan akan si
Buta tersebut, berarti kita mengghibah Asal tujuannya tidak untuk menjelek-jelekkan,
maka boleh saja.
Baca juga:

Bahaya Ghibah dalam Pandangan Islam

Ghibah merupakan perbuatan yang tergolong dalam dosa besar, sebagaimana Imam
Al-Qurthubi ungkapkan dalam kitab Al Jami’ li Ahkam Al Qur’an,
bahwasanya ghibah itu sebanding dengan dosa zina, pembunuhan, dan dosa besar
lainnya. Sedangkan menurut Hasan Al Bashri, perbuatan bergunjing lebih cepat
merusak agama dibandingkan dengan penyakit yang menggerogoti
tubuh. Ghibah sendiri membahayakan baik bagi orang yang dibicaraka, diri sendiri,
bahkan masyarakat.
1. Mendapat murka Allah SWT

Seorang muslim yang mempergunjingkan saudaranya dalam hal bukan ghibah yang
diperbolehkan, sama saja artinya ia telah menghina makhluk ciptaan Allah. Selain itu,
ia juga telah melanggar larangan Allah SWT, sehingga pantas jika ia mendapat
kemarahan dan kemurkaan dari Allah SWT. Tiada ada balasan kepada orang yang
mendapat kebencian daripadanAllah SWT kecuali siksa neraka.
2. Hatinya menjadi keras

Ghibah yang buruk itu dimana bibirnya terasa seperti diberi manisnya madu sehingga
sangat senang ketika membicarakan keburukan orang lain. Tidak jarang diiringi
dengan kata-kata yang tidak pantas atau umpatan. Dalam keadaan begini, bukan Allah
yang berada di hatinya, melainkan iblis yang turut bersarang di hati bahkan di bibirnya.
Tiada ada kebaikan atau keberkahan yang ia peroleh melainkan dosa.
3. Memicu terjadinya pertikaian dan perpecahan

Tidak ada yang senang ketika aibnya diumbar-umbar kepada khalayak. Sedangkan
mereka yang berghibah, artinya telah membeberkan sesuatu yang mungkin saja
memalukan dan sangat dirahasiakan. Saat hal demikian terjadi, tak jarang timbul rasa
kebencian yang akhirnya berujung pada permusuhan, pengrusakan, perkelahian,
bahkan sampai tindak kejahatan pembunuhan.
Andai kata dendam itu hanya dipendam sekalipun, pasti akan membuat hubungan di
antara keduanya menjadi renggang karena menyimpan perasaan tidak suka satu sama
lain.

4. Berani berbuat maksiat

Orang yang senang bergunjing berarti senang berbuat maksiat. Ia tidak malu
menceritakan aib saudaranya kepada orang lain bahkan ia justru merasa bangga karena
telah berhasil mempermalukan orang yang ia gunjing.
Tidak ada lagi rasa segan dan takut dalam berbuat dosa, maka tidak menutup
kemungkinan perbuatan maksiat lainnya juga akan ia lakukan.

5. Melenyapkan amal ibadah seorang mukmin

Dengan mengghibah, sebenarnya tanpa sadar seseorang sudah menghapuskan sendiri


kebaikan-kebaikan yang ia miliki. Dengan kata lain, ghibah dapat melenyapkan amal
ibadah.
6. Amal ibadah ditolak Allah

Ghibah juga menjadi penyebab mengapa amal ibadah seseorang tidak diterima di sisi
Allah SWT.
7. Allah menjadi murka

Ghibah menjadikan Allah murka sehingga Ia meninggalkan orang tersebut dan tidak
lagi melindunginya. Dalam keadaan demikian, adalah iblis menjadi lebih mudah dalam
mempengaruhi manusia sehingga ia pun semakin gencar berbuat maksiat sekaligus
semakin jauh dari Allah SWT.
Ma’lu Bertanya, Ma’gue yang Jawab = 3G (Gosip/Ghibah/Gunjing)

Senin 04 Mar 2013 05:56 WIB

Red: Heri Ruslan

Berbicara (Ilustrasi)

Berbicara (Ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, Assalamu’alaikum Wr.Wb.

Bismillaahirrahmaanirrahiim,

Ma’lu (emak loe) bertanya, Ma’gue (emak gue) nyang jawab. Judul di atas adalah semacam ilustrasi
dalam bahasa Betawi ketika ibu-ibu bergosip.

Gosip adalah serapan kata bahasa Inggris, yang jika dalam bahasa Indonesia mengandung arti
bergunjing. Jika definisi arti dalam bahasa Inggris adalah a report (often malicious) about the
behavior of other people; "the divorce caused much gossip", yang terjemahannya menurut saya
kurang lebih pemberitaan (yang seringkali sinis/tidak baik/cenderung buruk) tentang perilaku orang
lain; contohnya seperti perceraian menimbulkan banyak gosip.

Zaman sekarang gosip bukan hanya melekat pada kebiasaan ibu-ibu saja, tapi juga mulai menjamur
keseluruh lapisan masyarakat. Apalagi dengan adanya acara-acara gosip di televisi yang semakin
lama semakin meningkat persentasenya, seakan-akan membalikkan nilai-nilai moral tabu
sebelumnya.

Kini hampir di seluruh sudut pergaulan hadir menu gosip. Terkadang gosip dikarenakan kesal dan
ingin meredakan kekesalan, ada yang karena alasan pergaulan, atau ingin mengangkat diri
sendiri/kelompok, ada juga yang hanya karena ingin becanda atau karena alasan guyon doang. Gosip
artis dan publik figur yang paling menarik dari semuanya.

Gosip jika dalam bahasa Indonesia dapat diartikan menggunjing atau termasuk ghibah dalam istilah
agama. Karena itu saya singkat 3G yaitu Gosip/Ghibah/Gunjing diartikan sebagai suatu perkataan
mengenai suatu keadaan yang terdapat pada seseorang yang jika diceritakan kepada orang lain, hal
tersebut itu sesuatu yang sangat tidak disukai orang tersebut.
Jika hal tersebut benar adanya terdapat pada orang yang diceritakan keadaannya, maka si pencerita
berarti telah menggunjing orang yang diceritakannya. Namun jika hal tersebut tidak benar adanya,
maka ia telah menfitnah orang tersebut.

Hal ini sebagaimana hadis yang diiriwayatkan dari Abu Hurairah ra bahwasanya Rasulullah saw
bersabda,“Tahukah kalian apa itu ghibah?”.

Mereka (para sahabat) menjawab, “Allah dan Rasul-Nya lebih tahu.”

Kemudian Rasulullah saw bersabda, “Engkau menyebut-nyebut saudaramu tentang sesuatu yang ia
benci.”

Kemudian ada yang bertanya, “Bagaimana menurutmu jika sesuatu yang aku sebutkan tersebut
nyata-nyata ada pada saudaraku?”.

Beliau menjawab, “Jika memang apa yang engkau ceritakan tersebut ada pada dirinya itulah yang
namanya ghibah, namun jika tidak berarti engkau telah berdusta atas namanya.” (HR Muslim 2589
Bab: Al-Bir Wash Shilah Wal Adab)

Allah SWT telah mengajarkan kita agar selalu berhati-hati, check & recheck, tabayun atau klarifikasi
terhadap berita agar tidak terjebak ghibah dan fitnah. Sebagaimana ayat ; “Hai orang-orang yang
beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti
agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya
yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu”. (QS. Al Hujurat: 6). Bagaimana seorang
mukmin dapat menjaga kehormatan lisan hingga setiap perkataannya dapat dijamin kebenarannya,
sehingga fitnahpun dapat dihindari.

Beberapa ayat Alquran yang berkenaan dengan menggunjing antara lain:

- Seperti memakan daging saudaranya sendiri ; “…Dan janganlah sebagian kamu menggunjing
sebagian yang lain. Sukakah salah seorang diantara kalian memakan daging saudaranya yang sudah
mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya…” (surah Al Hujurat ayat 12)

- Menggunjing termasuk menyampaikan cerita-cerita bohong tentang orang lain ; “(Ingatlah) di


waktu kamu menerima berita bohong itu dari mulut ke mulut dan kamu katakan dengan mulutmu
apa yang tidak kamu ketahui sedikit juga dan kamu menganggapnya suatu yang ringan saja. Padahal
dia pada sisi Alloh adalah besar”. (surah An Nuur ayat 15)

Menggunjing termasuk perbuatan zalim ; “Hai orang-orang yang beriman, janganlah suatu kaum
mengolok-olokkan kaum yang lain (karena) boleh jadi mereka (yang diolok-olokkan) lebih baik dari
mereka (yang mengolok-olokkan) dan jangan pula wanita-wanita (mengolok-olokkan) wanita-wanita
lain (karena) boleh jadi wanita-wanita (yang diperolok-olokkan) lebih baik dari wanita (yang
mengolok-olokkan) dan janganlah kamu mencela dirimu sendiri dan janganlah kamu panggil
memanggil dengan gelar-gelar yang buruk. Seburuk-buruk panggilan ialah (panggilan) yang buruk
sesudah iman dan barangsiapa yang tidak bertaubat, maka mereka itulah orang-orang yang zalim“
(surah Al Hujurat ayat 11).

Marilah kita berhati-hati dengan menghindari obrolan yang sia-sia, yang sekiranya sudah masuk
kategori 3G (GOSIP/GHIBAH/GUNJING), segera hindari, daripada secara sadar tidak sadar kita masuk
kedalamnya atau bahkan menjadi orang yang memercik api, lebih jauh lagi mengipas-ngipasnya.
Mari giatkan gerakan Stop ghibah, no fitnah ! nau’dzubillah.

Tidaklah lebih baik dari yang berbicara ataupun yang mendengarkan, karena yang lebih baik di sisi
ALLAH adalah yang mengamalkannya.

Wassalamu’alaikum Wr.Wb.
Mulutmu Bau "Lebih Baik Diam daripada Bercerita tentang Buruk Sahabatmu"

27 Januari 2014 09:25 Diperbarui: 24 Juni 2015 02:26 693 1 1

Alkisah raja monyet dan para prajuritnya, Raja monyet : "eh si anu, itu si itu anu.." Prajurit monyet :
"masa gitu tuanku mas raja monyet.." Prajurit monyet dua : "parah yah tuanku mas raja ...." Mereka
para monyet bergosip dalam dunia maya dan dunia nyata, membongkar aib, membicarakan
keburukan rekan rekannya.... Bang jack :: hemmm jadi #Ceramah #malamminggu : mendadak
ceramah, tapi ini bukan ceramah kok, ini hanya mengingatkan saja ketika saya membaca status yg
menjelekan sahabat, hati saya trenyuh, yo mbok inget, gusti allah mboten sare, bicarakanlah
kebaikan sahabat, bukan keburukannya, Nabi SAW Bersabda : Kalian mengerti ghibah ? Para Shabat
menjawab : Allah dan RasulNya lebih mengerti, lalu beliau SAW bersabda : Ketika kau ungkap hal-
hal/keadaan kawanmu (Sedangkan) ia benci tentang pengungkapan hal itu kepada orang lain, maka
itulah yang disebut ghibah. Lalu ditanyakan Bagaimana kalau hal itu sesuai dengan kenyataan ?
Jawab Beliau SAW : Jika hal (yang kau ungkap) itu sesuai dengan kenyataan orang itu, berarti itu
ghibah, tetapi jika tidak sesuai, malahan itu disebut “Buhtan” Buhtan = Menfitnah (Menjelek-
jelekan) orang dengan berbagai cara, seperti menghasut, berbohong/memalsu Mencela seorang
muslim itu perbuatan fasiq sedangkan memeranginya adalah perbuatan kufur.(HR.Bukhari dan
Muslim) Janganlah kamu sibuk mencari keburukan orang lain, justru kamu lalai (meneliti) keburukan
pada dirimu, sesungguhnya itu dua keburukan.” (Al-Qahthani) Berkata baik atau lebih baik diam Dari
Abu Hurairah radhiyallahu anhu, sesungguhnya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam telah
bersabda : “Barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhirat, maka hendaklah ia berkata
baik atau diam, barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhirat, maka hendaklah ia
memuliakan tetangga dan barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhirat, maka hendaklah
ia memuliakan tamunya”. [Bukhari no. 6018, Muslim no. 47] Kalau kata socrates...ada tiga tipikal
manusia. #1 manusia hebat adalah manusia yg berbicara tentang sebuah ide dan karya dan
bagaimana menciptakannya. #2 manusia biasa aja adalah manusia yg berbicara peristiwa dan yang
ke #3 Dan manusia yg tolol adalah manusia yg berbicara tentang keburukan manusia Apakah ghibah
itu? Jawabannya dapat kita temukan dalam hadist Rasulullah SAW berikut ini : --Rasulullah bersabda,
“Tahukan kalian apa itu ghibah?”, mereka menjawab, “Allah dan Rasul-Nya yang lebih tahu.” Beliau
bersabda, “Yaitu engkau menceritakan tentang saudaramu yang membuatnya tidak suka.” Lalu
ditanyakan kepada beliau, “Lalu bagaimana apabila pada diri saudara saya itu kenyataannya
sebagaimana yang saya ungkapkan?” Maka beliau bersabda, “Apabila cerita yang engkau katakan itu
sesuai dengan kenyataan maka engkau telah meng-ghibahi-nya. Dan apabila ternyata tidak sesuai
dengan kenyataan dirinya maka engkau telah berdusta atas namanya.” (HR. Muslim) -- Dalil-dalil
keharaman ghibah dan bahayanya. Ghibah termasuk perbuatan dosa besar, hal ini bisa ditemukan
keterangannya pada ayat dan hadist berikut ini : 1. Allah ta’ala berfirman : “Hai orang-orang yang
beriman, jauhilah kebanyakan dari prasangka, karena sebagian dari prasangka itu dosa. Dan
janganlah mencari-cari keburukan orang dan janganlah sebagian kalian menggunjingkan (ghibah)
sebagian yang lain. Adakah seorang di antara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang
sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertawakalah kepada Allah.
Sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang.” (QS. Al-Hujuraat : 12) 2.
“Sesungguhnya orang-orang yang ingin agar (berita) perbuatan yang amat keji itu tersiar di kalangan
orang-orang yang beriman, bagi mereka azab yang pedih di dunia dan akhirat. Dan Allah
mengetahui, sedang, kamu tidak mengetahui.” (QS. An-Nur – 19) 3. Di dalam Sunan Abu Dawud
tercantum sebuah hadist yang diriwayatkan dari jalan ‘Aisyah. Beliau berkata : “Wahai Rasulullah,
cukuplah menjadi bukti bagimu kalau ternyata Shafiyah itu memiliki sifat demikian dan demikian.”
Salah seorang periwayat hadist menjelaskan maksud ucapan ‘Aisyah bahwa Shafiyah itu orangnya
pendek. Maka Nabi SAW bersabda, “Sungguh engkau telah mengucapkan sebuah kalimat yang
seandainya dicelupkan ke dalam lautan maka niscaya akan merubahnya.” 4. Di dalam Sunan Tirmidzi
terdapat riwayat yang menceritakan hadist dari jalan Ibnu ‘Umar, beliau berkata : Rasulullah SAW
naik mimbar dan menyeru dengan suara lantang, “Wahai segenap manusia yang masih beriman
dengan lisannya namun iman itu belum meresap ke dalam hatinya janganlah menyakiti kaum
muslimin. Dan janganlah melecehkan mereka. Dan janganlah mencari-cari kesalahan-kesalahan
mereka. Karena sesungguhnya barang siapa yang mencari-cari kejelekan saudaranya sesama muslim
maka Allah akan mengorek-ngorek kesalahannya. Dan barang siapa yang dikorek-koorek
kesalahannya oleh Allah maka pasti dihinakan, meskipun dia berada di dalam bilik rumahnya.” 5.
Diriwayatkan dari Ibnu Umar ra. dia berkata, Rasulullah SAW bersabda, “Wahai orang yang telah
menyatakan Islam dengan lisannya namun iman itu belum masuk ke dalam hatinya, janganlah kalain
semua menyakiti sesama muslim, janganlah kalian membuka aib mereka, dan janganlah semua
kalian semua mencari-cari (mengintai) kelemahan mereka. Karena siapa saja yang mencari
kekurangan saudaranya sesama muslim maka Allah akan mengintai kekurangannya, dan siapa yang
akan diintai Alah kekurangannya maka pasti Allah akan ungkapkan, meskipun dia berada dalam
rumahnya.” 6. Rasulullah SAW bersabda : “Ghibah itu lebih keras daripada zina.” Mereka bertanya,”
Bagaimana ghibah lebih keras daripada zina, wahai Rasulullah?” Beliau bersabda, “Sesungguhnya
seorang telah berzina, kemudian bertaubat dan Alah mengampuni dosanya, sedangkan orang yang
melakukan ghibah tidak akan diampuni Allah, hingga orang yang di-ghibah-nya mengampuninya.” 7.
Dari Ibnu Umar ra. Rasulullah SAW bersabda : “Siapa yang berkata tentang seorang mukmin dengan
sesuatu yang tidak terjadi (tidak dia perbuat), maka Allah SWT akan mengurungnya di dalam lumpur
keringat ahli neraka, sehingga dia menarik diri dari ucapannya (malakukan sesuatu yang dapat
membebaskannya).” (HR. Ahmad) 8. Rasulullah SAW bersabda : “Ketika aku di-mi’raj-kan aku
melewati suatu kaum yang memiliki kuku-kuku dari tembaga. Dengan kuku-kuku itu mereka
mencakar-cakar wajah dan dada-dada mereka sendiri. Maka aku berkata, “Siapakah mereka itu
wahai Jibril?” . Jibril menjawab, “Mereka itu adalah orang-orang yang berani memakan daging-
daging menusia serta menjatuhkan kehormatan dan harga diri orang lain.” (HR. Abu Daud) Tulisan ini
saya buat sebagai perlawanan bahwa hidup ini tidak saja tentang dunia tapi tentang hari akhir ,
Membunuh karakter = FITNAH = tindakan tanpa dasarkan kebenaran/fakta yg disebarkan dengan
maksud menjelekkan orang (seperti menodai nama baik, merugikan kehormatan orang) TANPA
KONFIRMASI kepada PersonNya! Cukup diamkan saja pada saatnya saya percaya gusti allah akan
memberikan keadilan . Eh ternyata saya tau siapa dalangnya"jarene kawan, jarene pemimpin
"intropeksi dulu sebelum bertindak, saya memang pernah berbuat salah tapi saya bukan pemfitnah!
dan saya berjiwa besar untuk menyelesaikan.

Anda mungkin juga menyukai