Anda di halaman 1dari 4

‫اَلَّس اَل ُم َع َلْي ُك ْم َو َر ْح َم ُة ِهللا َو َبَر َك اُتُه‬

Innal hamda lillah, nahmaduhu, wanastainu, wanastagfiru, wana'udzubillahi min sururi anfusina wa min saiati
a'malina, mai yahdillahu, fala mudillalah, wamay yudlil fala hadialah. Asyhadu alla ilaha illallah wa
asyhaduanna muhammadan abduhu wa rosulu, La nabiya ba’dah.
Allahumma Sholi wasalim wa karim wa barik ala saiyidina muhammad wa ala alihi ashabihi aj’main, amma
ba’du

Pertama tama marilah kita panjatkan rasa Puji serta syukur kehadirat Allah SWT yang mana telah memberikan
kepada kita berbagai macam ribu nikmat, dari mulai nikmat iman-islam, nikmat sehat, serta nikmat panjang
umur sehingga kita bisa berkumpul bersama di tempat ini dalam keadaan tiada kurang sesuatu apa pun.

Shalawat serta salam tak lupa pula kita curahkan kepada baginda alam yaitu nabi besar Muhammad SAW.
Semoga kita selalu menjadi pengikutnya dan mendapat safa’atnya di hari akhir nanti. Aminn.

Yang saya hormati pembinan yayasan ar-royyan bapak H. Zaidul Munir dan istri ibu Hj Romlah
Yang saya hormati ketua yayasan ar royyan Ustadz H. Rafi Muzzani
Yang saya hormati penasihat yayasan bpk ustadz Zainuddin Tohari, M.Pd.
Yang saya hormati ketua koordinator bidang pendidikan bapak Drs Hamka Harahap, M.M.
Yang saya hormati ketua koordinator bidang sosial dan da’w ah bapak ustad H. Muhidin, S.Ag, M.Pd.
Yang saya hormati kepala sekolah TKIT ar royyan ibu Siti Alfiyah, S.E
Yang saya hormati kepala sekolah SDIT Ar royyan ibu Nurmaya Junilasari, S.Pd
Dan Yang saya hormati bapak- bapak dan ibu-ibu yg namany tidak dapat saya sebutkan satu persatu namun
tidak mengurangi rasa ta’zim dan mahabbah saya kepada beliau.

Menanyakan kabar.

alhamdulillah, pada kesempatan kali ini, saya memohon izin untuk memberikan sedikit materi kajian yg
bertemakan tentang Keutamaan Menutup Aib Orang Lain. Mudah-mudahan materi yang saya sampaikan
nantinya dapat meningkatkan pengetahuan kita tentang keagamaan.

Bapak ibu yg di rahmati allahh.

Sekarang ini kita menyaksikan, betapa mudahnya seseorang membuka aib sesama, melempar tudingan,
mencari-cari kesalahan orang lain, menyebarluaskan dan bahkan menjadikannya sebagai lelucon, tanpa
menyadari akan bahayanya. Mereka berbicara tanpa mengindahkan larangan agama, berbicara tanpa fakta nyata
dan hanya mengikuti hawa nafsunya saja. Mereka tidak menyadari bahwa semua perkataan yang mereka
ucapkan kelak akan dipertanggung jawabkan di hadapan Allah swt
Salah satu bahaya lisan yang sedang merebak luas adalah tentang ghibah. Ini terjadi di mana saja, baik di pasar,
warung, halaman rumah, dapur, ruang tamu, tempat kerja, dan bahkan di masjid dan mushala. Ironisnya, hal ini
sudah dianggap biasa dan menjadi hidangan keseharian dalam pergaulan. Juga tak kalah serunya dengan adanya
acara-acara infotainmen tentang ghibah di berbagai media massa, yang kerapkali menyebut-nyebut keburukan
orang lain. Berkenaan dengan hal ini, Allah swt memberikan peringatan dalam Al-Qur’an:
‫َٰٓيَأُّيَها ٱَّلِذ يَن َء ا ُنو۟ا ٱْج َتِنُبو۟ا َك ِثيًرا ِّم َن ٱلَّظِّن َّن َبْع َض ٱلَّظِّن ْثٌم ۖ َو اَل َتَج َّسُسو۟ا‬
‫ِإ‬ ‫ِإ‬ ‫َم‬
ۚ‫َو اَل َيْغ َتب َّبْع ُض ُك م َبْعًضاۚ َأُيِح ُّب َأَح ُد ُك ْم َأن َيْأُك َل َلْح َم َأِخ يِه َم ْيًت ا َفَك ِر ْهُتُم وُه‬
‫َو ٱَّتُقو۟ا ٱَهَّللۚ ِإَّن ٱَهَّلل َتَّو اٌب َّر ِح يٌم‬
"Wahai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan dari prasangka, karena sesungguhnya sebagian dari
prasangka itu adalah dosa dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan dan aib orang lain dan janganlah kamu
menggunjing (ghibah) sebagian yang lain. Apakah seseorang dari kamu suka memakan daging saudaranya yang
telah mati? Maka sudah tentu kamu jijik kepadanya. (Oleh karena itu, jauhilah larangan-larangan yang tersebut)
dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima tobat lagi Maha Penyayang." (QS Al-
Hujurat: Ayat 12)
Diriwayatkan oleh Ibnu Mundzir yang bersumber dari Ibnu Juraij bahwa ayat ini (QS al-Hujurat: 12) turun
berkenaan dengan peristiwa salah seorang sahabat Rasul saw yang bernama Salman al-Farisi yang bila selesai
makan, terus tidur dan mendengkur. Pada waktu itu ada orang yang menggunjing perbuatannya. Maka turunlah
QS al-Hujurat ayat 12 yang melarang seseorang mengolok-ngolok dan menceritakan aib orang lain.
Selaras dengan larangan Allah swt tersebut, Rasulullah saw juga melarang mengumbar aib orang lain.
Sebagaimana sabdanya:

‫ِإَّياُك ْم َو الَّظَّن َفِإَّن الَّظَّن َأْك َذ ُب اْلَحِد يِث َو اَل َتَج َّسُسوا َو اَل َتَح َّسُس وا‬
‫َو اَل َتَباَغ ُضوا َو ُك وُنوا ِإْخ َو اًنا‬
“Jauhilah oleh kalian prasangka, sebab prasangka itu adalah ungkapan yang paling dusta. Dan janganlah kalian
mencari-cari aib orang lain, jangan pula saling menebar kebencian dan jadilah kalian orang-orang yang
bersaudara” (HR al-Bukhari).
Dalam KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia), kata aib itu memiliki arti malu, cela, noda, salah ataupun keliru.
Menurut al-Fairuz Abadzi dalam Al-Qamus al-Muhith, secara bahasa, aib (‫ )العيب‬bermakna cacat atau
kekurangan. Bentuk jamaknya adalah uyub.
Secara psikologis, jika kita mendengar suatu informasi dari orang lain lalu menjadikan hati kita merasa tidak
enak, maka hal ini dapat disebut aib. Aib dapat berupa peristiwa, keadaan, atau suatu penjelasan. Seringkali aib
sendiri maupun orang lain diumbar secara sadar/tidak sadar kita sebarkan ke orang lain, bahkan diviralkan ke
media massa atau media sosial. Aib merupakan sesuatu yang digambarkan buruk, tidak terpuji, dan negatif. Aib
adalah suatu cela atau kondisi yang tidak baik tentang seseorang jika diketahui oleh orang lain akan membuat
rasa malu yang membawa kepada efek psikologi yang negatif. Korban akan merasa terzalimi, disudutkan, dan
bahkan dilemahkan jati dirinya.

Bapak ibu yang berbahagia.


Aib terbagi menjadi dua, yaitu aib khalqiyah yang bersifat kodrati dan Aib khuluqiyah yang berkenaan dengan
perilaku. Aib khalqiyah merupakan aib karena terdapat cacat di salah satu organ tubuh atau penyakit yang
membuatnya malu jika diketahui oleh orang lain, sedangkan yang kedua yaitu aib khuluqiyah yang bersifat fi’li
(perilaku) merupakan aib dari perbuatan maksiat.
Rasulullah bersabda:

‫ َس َتَر ُه ُهَّللَا ِفي َالُّد ْنَيا َو اآْل ِخ َرِة‬,‫َو َم ْن َس َتَر ُم ْس ِلًم ا‬


“Barang siapa menutupi aib seorang, Allah akan menutupi aibnya di dunia dan akhirat” (HR Muslim).
Menutup aib orang lain tidak hanya memiliki keutamaan akan menutup aib kita di dunia dan akhirat, tapi juga
seperti menghidupkan bayi yang dikubur hidup-hidup. Hal ini sebagaimana yang disinyalir oleh hadits Nabi
saw yang berbunyi: “Siapa melihat aurat (aib orang lain) lalu menutupinya, maka seakan-akan ia
menghidupkan bayi yang dikubur hidup-hidup” (HR Abu Daud).
Untuk itu, mari kita jauhi sifat ghibah, dusta, prasangka, dan mencari-cari kesalahan orang lain serta
menyebarluaskan aib sesama. Jagalah aib orang lain sebagaimana kita menjaga aib pribadi. Dan marilah kita
sama introspeksi diri.
Apabila kita mengetahui aib atau kesalahan orang maka jngan lah kita sebarkan dengan memberitahu aib
tersebut kepada orng lain, kita tau orang itu salahh, apabila itu ranah/kewajiban/tugas, kita buat menasihati
kesalahan orang tersebut maka hubungi orang tersebut secara pribadi lalu berilah nasihat kepadanya. Akan
tetapi klo itu bukan ranah/kewajiban/tugas kita untuk menasihatinya maka jngan lah kita memberihaukan
kesalahan/aib tersebut kepada orang lain. Maka yang kita harus lakukan adalah menjaga aib orang tersebut dan
cukup kita saja yang tau, supaya tidak menimbulkan kegaduhan dan kebencian diantara sesama kita.

Demikian materi pengajian yang bisa saya sampaikan. Mohon maaf apabila ada kesalahan dan kekurangan
kata-kata yg terucap dari mulut saya, apabila ada yang baik itu datang nya dari Allah dan apabila ada yang salah
itu datang nya dari diri saya sendiri. “Unzur ma qola wala tanzur man qola”
Wabillahi taufik wal hidayah, wal rihido wal inayah, wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
‫َو َالَّس اَل ُم َع َلْيُك ْم َو َرْح َم ُة ِهللا َو َبَر َكاُتُه‬

Anda mungkin juga menyukai