Anda di halaman 1dari 16

1

A. Pendahuluan

Hadis sebagai sumber hukum Islam kedua setelah Al-Qur’an. Hadis


mempunyai fungsi sebagai penguat atas dalil-dalil yang terdapat dalam Al-Qur’an
dan atas ayat-ayat yang bersifat mujmal. Hadis mempunyai peranan penting
dalam berbagai aspek kehidupan manusia sebagai pedoman dan petunjuk hidup
disamping pedoman pada Al-Qur’an.
Menurut pengamatan secara umum, banyak orang sesuka hati saling
bergunjing dan menikmatinya tanpa keraguan, padahal bertentangan dengan
hukum syari’ah. Hal ini untuk membangkitkan kesadaran terdalam dan
menggugah orang-orang memahami gentingnya perbuatan dosa itu sehingga
diharapkan berdampak pada beberapa perubahan positif di masyarakat dalam
jangka panjang.
Pada makalah ini akan dibahas tentang hadis tingkah laku tercela, diantaranya
buruk sangka, ghibah dan buhtan. Semoga karya ini dapat berguna dalam jangka
panjang, terutama bagi kepentingan masyarakat yang lebih luas lagi.
Ghibah adalah sebuah penyakit yang sangat tercela dalam Islam. Dalam QS Al-
Hujurat(49) ayat 12, Allah memerintahkan kita untuk tidak bergunjing di antara
sesama, karena hal itu serupa dengan memakan bangkai saudara sendiri.
Perumpamaan ini menunjukkan betapa menjijikkannya dosa tersebut. Banyak
hadis Rasulullah yang menyoroti masalah tidak bermoral ini (ghibah).
Seseorang tidak boleh menceritakan kesalahan orang lain, juga tidak
boleh memikirkan dan menduga-duga walau dalam hati. Berprasangka buruk
mengenai seorang muslim, tanpa dasar yang jelas, adalah berghibah dalam hati.
Dikatakan berghibah karena seorang muslim tidak boleh berpikir buruk mengenai
muslim lainnya, kecuali ia tahu pasti bahwa saudaranya telah melakukan
perbutan kejiyang tidak bisa dimaafkan maupun diberi pembenaran. Siapapun
seharusnya memaafkan saudaranya, dan jika ia tidak menemukan alasan untuk
memaafkannya, ia seharusnya mencari kekurangan yang ada pada diri sendiri1.

1
Shakil Ahmad Khan dan Wasim Ahmad,Ghibah:sumber segala kejahatan,(Jakarta:PT.
Mizan Publika,2010),h.1.
2

B. Hadis Tingkah Laku Tercela

1. Pengertian Tingkah Laku Tercela

Tingkah laku tercela adalah tingkah laku yang tidak baik yang lebih banyak
mendatangkan keburukan. Islam sangat tidak menganjurkan umatnya untuk
bertingkah laku tercela karena hanya akan berdampak buruk bagi orang yang
melakukannya.

Buruk Sangka dalam hal ini adalah haram hukumnya. Buruk sangka
dinyatakan oleh Nabi Saw sebagai sedusta-dustanya ucapan. Buruk sangka
biasanya berasal dari diri sendiri, hal itu sangat berbahaya karena akan
mengganggu hubungannya dengan orang lain yang dituduh jelek, padahal belum
tentu orang tersebut sejelek persangkaannya. Itulah sebabnya, berburuk sangka
sangat berbahaya, bahkan sebagian ulama berpendapat bahwa buruk sangka lebih
berbahaya dari berbohong.

Manusia diciptakan Allah Swt dan dilahirkan ke dunia ini semuanya diberi
oleh-Nya sebuah nafsu. Nafsu adalah keinginan yang harus dikendalikan. Tingkat
keelastisan dari nafsu sangat tinggi, yakni apabila seseorang mampu
mengendalikan nafsu maka ia akan lebih mulia daripada malaikat. Dan sebaliknya
apabila nafsu mampu mengendalikan seseorang maka ia akan lebih hina dari
binatang.

2. Jenis jenis Tingkah Laku Tercela

a. Buruk Sangka

Buruk sangka adalah menyangka seseorang berbuat kejelekan atau


menganggap jelek tanpa adanya sebab yang jelas yang memperkuat
sangkaaannya. Orang yang melakukannya berarti telah berbuat dosa sebagaimana
dinyatakan dalam sebuah Hadist Kitab Al-lulu Wal Marjan ke 1660 : Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda.

َ‫ َوال‬،‫س ْوا‬ َّ ‫ َوالَ تَ َج‬،‫س ْوا‬


ُ ‫س‬ َّ ‫ َوالَ تَ َح‬.ِ‫ظ َّن أ َ ْكذَبُ ْال َح ِد ْيث‬
ُ ‫س‬ َّ ‫ فَإ ِ َّن ال‬،‫ظ ِِّن‬
َّ ‫ ِإيَّا ُك ْم َوال‬: ‫م قَا َل‬.‫س ْو َل هللاِ ص‬
ُ ‫أ َ َّن َر‬: ‫من أ َ ِبي‬
‫ض‬.‫ر‬ َ ‫ه َُري َْرة‬
‫ كتاب‬.78 :‫ َو ُك ْونُ ْوا ِعبَادَ هللاِ إِ ْخ َوانًا أخرجه البخارى في‬،‫ َوالَ تَدَابَ ُر ْوا‬،‫ َوالَ تَبَا َغض ُْوا‬،‫سد ُْوا‬
َ ‫ َوالَ ت َ َحا‬،‫ش ْوا‬
ُ ‫تَنَا َج‬
‫األدب‬
3

”Abu Hurairah r.a. berkata : Rasulullah saw. Bersabda : Berhati-hatilah kalian


dari sangka-sangka, sebab sangka itu sedusta-dusta cerita (berita), dan jangan
menyelidiki, dan jangan memata-matai (mengamati) hal orang, dan jangan
menawar untuk menjerumuskan orang lain, dan jangan hasud menghasud, dan
jangan benci membenci dan jangan belakang membelakangi dan jadilah kalian
sebagai hamba Allah itu bersaudara.”

auhilah kebanyakan purba-sangka (kecurigaan), karena sebagian dari purba-sa


janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang diantara kamu yang
suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa
jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha
Penerima Taubat lagi Maha Penyayang.

a. Dampak negatif dari sifat buruk sangka

1. Mendapatkan ancaman dan siksaaan di neraka jahannam , laknat dan murka


Allah

2. Mendapatkan kecelakaan dari Allah di dunia dan di akhirat

3. Merasakan kesempitan , ketidaktenangan dalam kehidupan, karena senantiasa


tidak puas dengan takdir Allah.

4. Dijauhi oleh orang lain karena akibat dari perbuatan sendiri

5. Timbulnya permusuhan dan kebencian diantara sesama manusia

6. Hilangnya ketentraman: seseorang yang berprasangka buruk akan melanggar


kehormatan pribadi seorang muslim

7. Penasaran pada urusan orang lain: seseorang yang berburuk sangka, untuk
memperoleh bukti-bukti atas sangka buruknya, akan melakukan pelanggaran
terhadap kebebasan seorang muslim.

b. Cara Menghindari Sifat Buruk Sangka


4

1. Selalu waspada dan hati-hati dalam setiap tindakan dan ucapan agar tidak
timbul suatu masalah

2. Menumbuhkan rasa persamaan dan kasih sayang sesama manusia

3. Mengamalkan ajaran agama dan mendekatkan diri kepada Allah swt.

4. Membiasakan diri bersyukur kepada Allah swt dan merasa cukup atas segala
pemberian Allah

5. Menjauhi seluruh penyebabnya, sperti mengikuti hawa nafsu, persaingan


duniawi yang tidak bersih dan lain-lain.

c. Kandungan Hadist

Kandungan hadist diatas, menjelaskan bahwa sebagai seorang muslim


hendaknya selalu bersikap hati-hati dalam buruk sangka, karena buruk sangka itu
adalah sedusta- dustanya ucapan apalagi kalau buruk sangka terseut terhadap
masalah aqidah yang harus diyakini apa adanya . Buruk sangka dalam hal seperti
ini hukumnya haram sebaliknya berburuk sangka terhadap masalah-masalah
kehidupan agar memiliki semangat untuk menyelidikinya adalah diperbolehkan.

Oleh karena itu hendaknya bagi umat islam untuk selalu membiasakan diri
berprasangka baik terhadap orang lain demi kemaslahatan umat islam agar tetap
harmonis .

d. Relevansi Hadist Dengan Kondisi Zaman

Dengan kondisi zaman seperti saat ini peran hadist sangatlah penting dan
masih sangat relevan untuk digunakan karena hadist merupakan swumber hukum
islam yang kedua setelah Al-Quran dan dapat dijadikan sebagai panduan pada
zaman yang semakin labil dan akan selalu up to date sepanjang zaman, tinggal
manusianya sendiri mau melihat dari sudut pandang apa, mana dan bagaimana
cara menentukan posisinya dalam hidupnya.

2. Gibah dan Buhtan


a. Pengertian ghibah dan buhtan
Ghibah secara etimologis berarti tidakkelihatan atau gaib. Adapun menurut
terminlogi syariat, gibah adalah kamu menyebut saudarmu dengan sesuatu yang
tidak disenanginya. Ini adalah definisi yang disebutkan oleh Rasulullah,
5

sebagaimana diriwayatkan dari Abu Hurairah ra. Bahwa Rasulullah


Shallallahu’alihi Wasallam bersabda:

‫ هللاُ َو‬: ‫ أَت َ ْد ُر ْونَ َما ْال ِغ ْي َبةُ ؟ قَالُ ْوا‬: ‫س ْو َل هللاِ قَا َل‬ ُ ‫َع ْن أ َ ِب ْي ُه َري َْرة َ أ َ َّن َر‬
‫ْت ِإ ْن َكانَ فِ ْي‬ َ ‫ أَفَ َرأَي‬: ‫ فَ ِق ْي َل‬،ُ‫َاك ِب َما يَ ْك َره‬ َ ‫ ِذ ْك ُر َك أَخ‬: ‫ قَا َل‬،‫س ْولُهُ أ َ ْعلَ ُم‬ ُ ‫َر‬
‫ َو ِإ ْن لَ ْم يَ ُك ْن فِ ْي ِه َما‬,ُ‫ ِإ ْن َكانَ فِ ْي ِه ِما تَقُ ْو ُل فَقَ ِد اْ ْغت َ ْبتَه‬: ‫أ َ ِخ ْي َما أَقُ ْو ُل ؟ قَا َل‬
ُ‫تَقُ ْو ُل فَقَ ْد بَ َهتَّه‬
“Dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu bahwsanya Rasulullah Shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda: “Tahukah kalian apakah ghibah itu?”. Sahabat
menjawab: “Allah dan Rasul-Nya yang lebih mengetahui”. Nabi Shallallahu
‘alaihi wa sallam berkata: “Yaitu engkau menyebutkan sesuatu yang tidak disukai
oleh saudaramu”, Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam ditanya: “Bagaimanakah
pendapat anda, jika itu memang benar ada padanya ? Nabi Shallallahu ‘alaihi
wa sallam menjawab: “Kalau memang sebenarnya begitu berarti engkau telah
mengghibahinya, tetapi jika apa yang kau sebutkan tidak benar maka berarti
engkau telah berdusta atasnya”.
Dan lain sebagainya yang ada kaitannya dengannya. Baik kamu sebutkan
dengan ucapan, tulisan, simbol, isyarat mata, isyarat tangan, isyarat kepala dan
semisalnya. Adapun pada badannya seperti: buta, pincang, jelek mata, botak,
pendek, tinggi, hitam, dan kuning. Adapun dalam agamanya seperti : fasik,
pencuri, pengkhianat, zalim, malas shalat, menggampangkan najis, tidak berbakti
kepada orangtua, tidak membayar zakat, dan tidak menjauhi ghibah. Adapun
dengan dunianya, seperti tidak beradab, meremehkan orang lain, tidak
memperhatikan hak orang lan, banyak bicara, banyak makan, banyak tidur, tidur
bukan pada waktunya, dan duduk tidak pada tempatnya2.

Adapun yang berkaitan dengan orang tuanya seperti bapaknya orang fasik,
orang india, orang kampungan, orang negro, tukang sepatu, tukang kayu. Adapun
tentang perilakunya seperti jelek akhlaknya, sombong, congkak, tergesa-gesa,
takabur, lemah hati, sembrono. Adapun mengenai pakaiannya seperti besar
lengannya, kotor pakaiannya.

Imam Hasan berkata, “Ghibah itu ada tiga macam, semuanya disebutkan
dalam Al-Qur’an :

Ghibah, yaitu kamu menyebut saudaramu apa yang ada padanya.

2
Muhammad Aniq Imam, Misteri Lisan: karena lisan dapat menjerumuskan ke neraka
atau memasukkan kesurga,(Jakarta:Mirqat,2007),h.187-
188.
6

Ifkun, yaitu kamu menyebut apa yang kamu dengar tentang saudaramu

Buhtan,yaitu kamu menyebut saudaramu apa yang tidak ada


padanya3.

Ghibah adalah menceritakan kejelekan yang apabila orang tersebut


mendengarnya ia tidak suka meskipun hal itu benar. Sedangkan Buhtan
menceritakan sesuatu yang tidak sebenarnya atau disebut sebagai fitnah .
Seseorang yang telah tergelincir lisannnya dengan menceritakan kejelekan orang
lain sesungguhnya telah berbuat dosa. Sedangkan kejelekan orang yang
diceritakannnya akan berpindah kepadanya sementara kebaikannya akan
berpindah kepada orang yang diceritainya. Sebagaimana di riwayatkan dalam
sebuah hadist kitab Riyadlus Sholihin ke 1520:

Lisan yang berisi kata-kata kotor bukanlah lisan mukmin sejati. Rasulullah
bersabda,“ seorang mukmin bukanlah pengumpat dan yang suka mengutuk, yang
keji dan ucapannya kotor.” (HR. Al –Bukhari).

b. Perbedaan gibah dan buhtan

Perbedaan antara ghibah dan buhtan adalah, ghibah berarti perkataanmu


tentang saudaramu apa yang ada padanya namun dia tidak menyukainya.
Sedangkan buhtan adalah perkataanmu tentang saudaramu apa yang tidak ada
padanya dengan tujuan untuk merendahkannya. Buhtan menggabungkan antara
ghibah dengan dusta. Ghibah adalah haram hukumnya sebagaimana yang telah
disepakati jumhur ulama. Bahkan ghibah termasuk kedalam dosa besar.

َّ ‫ض‬
‫الظ ِِّن ِإث ٌم ۖ َو َال‬ َّ َ‫ثيرا ِمن‬
َ ‫الظ ِِّن ِإ َّن َب ْع‬ ً ‫اجتَ ِنبُ ْوا َك‬ ْ ‫َيا أَيُّ َها الَّ ِذيْنَ آ َمنُ ْوا‬
‫ضا ۚ أَيُ ِحبُّ أَ َحدُ ُكم أ َ ْن َيأ ُك َل َل ْح َم أَ ِخ ْي ِه َم ْيتًا‬
ً ‫ض ُك ُم بَ ْع‬ُ ‫س ْوا َو َال يَ ْغتَبْ بَ ْع‬ ُ ‫س‬ َّ ‫ت َ َج‬
‫اب َرحي ٌم‬ ٌ ‫َّللاَ ت َ ِّو‬ َّ ‫فَ َك ِر ْهت ُ ُم ْوهُ ۚ َواتَّقُ ْوا‬
َّ ‫َّللاَ ۚ إِ َّن‬
“Wahai orang-orang yang beriman! Jauhilah banyak prasangka. Sesungguhnya
sebagian prasangka itu dosa. Janganlah kamu mencari kesalahan orang
lain dan jangan di antara kalian menggunjing sebagian yang lain. Apakah
di antara kalian suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? tentu
kalian akan merasa jijik. Bertakwalah kalian pada Allah,
sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat dan Maha Penyayang.” (QS. Al-
Hujurat : 12)4

Didalam ayat ini terdapat ancaman dan peringatan keras terhadap ghibah.
Sperti memakan daging dari bangkai manusia “Adakah seseorang di antara kamu

3
Ibid,h.189
4
Al-Qur’an,49:12
7

yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu
merasa jijik kepadanya.” Sebagaimana kalian tidak senang memakan bangkai,
maka bencilah ghibah karena syariat telah melarangnya. Sungguh, balasan ghibah
lebih keras dari itu. Perumpamaan ghibah seperti ini sebagai peringatan agar kita
menjauhinya. Allah membuat perumpamaan ini sebagai penjelasan terhadap
buruknya ghibah, karena memakan bangkai adalah perbuatan buruk, menjijikkan
dan tidak disenangi oleh fitrah manusia5.

Setiap mukmin dituntut untuk selalu menjaga dan mengontrol segala


perilaku, tingkah laku, tindak–tanduk, sikap dan ucapan dari hal-hal yang tidak
baik adalah menyakiti, menipu, mencela, menghina, mengumpat, memfitnah,
memecah-belah, berkata-kata keji, mengutuk dan mengucapkan kata-kata kotor
kepada orang lain, seperti yang diisyaratkan pada hadist diatas.

Di era internet dengan berbagai media sosial yang ada didalamnya, seperti
facebook, Twitter, Instagram, atau yang lainnya. Banyak sekali kita dapati
ucapan-ucapan yang tidak baik bertebaran seperti menyindir orang lain di status
padahal orang tersebut tidak merasa. Bahkan ironisnya, acap kali apa yang terjadi
di dunia maya berlanjut ke dunia nyata. Ada orang yang saling mencela di media
sosial, kemudai berlanjut menjadi perkelahian didunia nyata. Atau gara-gara
menyebarkan informasi yang tidak benar, terjadi perpecahan atau perdebatan yang
tidak ada manfaatnya dan tidak produktif bagi kemajuan umat. Umat kemudian
malah asyik dalam perdebatan yang kadang tidak argumentatif, lebih
mengedepankan emosi, sehingga melupakan hal-hal penting yang seharusnya
lebih baik dilakukan.

C.Dampak Negatif dari Sifat Ghibah dan Buhtan

1. Mendapatkan ancaman dan murka Allah

2. Mendapatkan laknat dari Allah didunia maupun di akhirat

3. Akan melahirkan permusuhan dan kebencian diantara manusia.

4. Merupakan penyebab jatuh dalam akibat yang buruk dan membuka perbuatan
yang keji

5. Kebencian terselubung yang dikhawatirkan akan bertambah menjadi


permusuhan yang nyata.

5
Ibid,h.190.
8

6. Sifat Hasad (dengki) yang menggerogoti hati seseorang hingga ingin


merenutkan kedudukan saudaranya dalam pandangan manusia

7. Adanya sifat Fasad dan gairah dalam melakukan dosa dan kemungkaran.

d. Cara Menghindari Sifat Ghibah dan Buhtan

1. Jangan mudah percaya terhadap berita yang kita dengar sebelum diteliti
terlebih dahulu kebenarannya sehingga tidak menyesal bila berita itu membawa
akibat buruk.

2. Kita tinggalkan berita yang kita dengar bila tidak berkepentingan

3. Memperbnayak meneliti keburukan diri sendiri

4. Membiasakan lidah berdzikir dan menanamkan pengertian bahwa menggunjing


itu adalah dosa karena itu sangat dilarang oleh agama Islam

5. Meningkatkan ketaqwaan dengan mendekatkat diri kepada Allah, misalnya


sering bertilawah dan berdzikir agar hati menjadi lunak dan jiwa menjadi
tenang

6. Berfikir sebelum memulai pembicaraan dan perbuatan kita akan dicatat oleh
malaikat Raqib dan Atid.

7. Tabayyun sebelum menyampaikan berita, supaya ukhuwah tetap terjaga dan


tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan

8. Mengingatkan orang lain ketika ia menceritakan saudaranya, agar ia tidak


terjatuh kedalam lembah yang bernama Ghibah.

e. Hukum Bagi Orang yang Mendengarkan Ghibah dan Buhtan

Hukum bagi orang yang mendengarkan ghibah adalah haram. Maka wajib
bagi siapa saja yang mendengar seseorang mulai mengghibah untuk melarang
orang itu, kalau dia tidak takut kepada mudarat yang jelas. Dan jika dia takut
kepada orang itu, maka wajib baginya untuk mengingkari dengan hatinya dan
meninggalkan majelis tempat ghibah tersebut jika hal itu memungkinkan.

Sebagian ulama (dan lainnya) mengatakan bahwasanya engkau jangan


datang kepadanya, tetapi ada perincian: Jika yang dighibahi telah mengetahui
bahwa engkau telah mengghibahinya, maka engkau harus datang kepadanya dan
9

memintanya agar dia merelakan perbuatanmu. Namun jika dia tidak tau, maka
janganlah engkau mendatanginya (tetapi hendaknya) engkau memohon ampun
untuknya dan engkau membicarakan kebaikan–kebaikannnya ditempat yang
engkau mengghibahinya. Karena sesungguhnya kebaikan-kebaikan bisa
menghilangkan kejelekan-kejelekan. Engkau bisa berkata : “Ya allah ampunilah
dia” sebagaimana yang terdapat dalam hadist :

“ Kafarah (penebus dosa) untuk orang yang kau ghibahi adalah engkau memohon
ampunan untuknya”.6
Jabir bin Abdullah ra. Dan Abi Talhah ra. Meriwayatkan, Rasullullah Saw
bersabda,

“Tiada orang yang menghina seorang muslim di suatu tempat, yang mana
kehormatannya dilanggar dan dihinakan melainkan Allah akan menghinanya
pada tempat dimana Allah senang untuk menolongnya. Dan tiada seorang yang
menolong seorang muslim pada tempat dimana kehormatannya dihinakan dan
kehormatannya dilanggar melainkan Allah akan menolongnya da tempat dimana
Allah suka menolongnya.”(HR. Abu Dawud)

Mu’adz bin Anas Al-Juhani ra. Meriwayatkan bahwa Rasulullah Shallallahu


Alaihi Wasallam bersabda :

“barang siapa melindungi orang mukmin dari seorang munafik yang berbuat
ghibah kepadanya, maka Allah akan mengutus seorang malaikat kepadanya yang
akan melindungi dagingnya dari api neraka besok di hari kiamat. Dan barang
siapa melempar seorang mukmin dengan sesuatu yang dia ingin memakinya,
maka Allah akan menahannya di atas jembatan Jahannam sampai keluar dari
apa yang dikatakannya.”
Abu Darda’ra. Meriwayatkan bahwa Rasulullah Saw bersabda,
“Barang siapa mempertahankan kehormatan saudaranya, maka Allah akan
menghindarkan wajahnya dari api neraka.”

Orang yang Ghibah dan yang mendengarkannya sama-sama berdosa


Banyak orang yang mengira bahwa dosa gibah hanya dipikul oleh pelakunya
saja. Mereka menganggap tidak apa-apa menghadiri majelis yang ada gibahnya
selama dia tidak ikut berbuat gibah. Anggapan seperti ini salah, sebab oarang
yang ghibah dan orang yang mendengarkannya sama-sama berdosa.

Ibnu, Abidin As- Soronji, “Hukum mendengarkan Ghibah, “ https


6

://almanhajj.or.id/2010/02/10/Hukum mendengarkan ghibah/ (rabu,20 november 2019,13.00)


10

f. Ghibah yang diperbolehkan

Ketahuilah bahwa ghibah meskipun diharamkan, akan tetapi dibolehkan dalam


kondisi tertentu untuk kemaslahatan. Ghibah hanya dibolehkan untuk tujuan yang
dibenarkan syariat, dimana tujuan itu tidak akan tercapai kecuali dengan
melakukan ghibah. Ghibah diperbolehkan karena salah satu sebab dari enam
sebab berikut ini:

1. Mengadu, diperbolehkan bagi orang yang didzalimi untuk mengadu kepada


sang penguasa atau kepada hakim atau kepada orang-orang yang memiliki
kekuasaan. Dia mengadu,”si fulan telah menzalimiku, si fulan telah
menyakitiku, si fulan telah mengambil hartaku, dan lain-lain.
2. Minta bantuan untuk merubah kemungkaran dan mengarahkan orang yang
berbuat maksiat kepada kebenaran.
3. Minta fatwa, berkata kepada sang Mufti. “Bapakku atau saudaraku, atau si
fulan telah mendzalimiku dengan begini. Apakah sikap seperti itu
diperbolehkan atau tidak? Dan aku tidak memiliki jalan untuk menjauh darinya
dan mendapatkan hakku, serta aku tidak mempunyai daya untuk membela
diriku atas kezalimannya.
4. Memperingatkan dan menasehati kaum muslimin dari bahaya kemaksiatan dan
kedzaliman. Salah satu caranya menunjukkan kebohongan seseorang dalam
periwayatan hadis atau dalam kesaksian.
5. Jika seseorang melakukan kefasikan, bid’ah, minum-muniman keras,
merampas harta benda orang lain, memungut pajak dengan zalim, atau
memimpin dengan sewenang-wenang dan semua ini dilakukan dengan terang-
terangan maka boleh menyebut semua ini dengan terang-terangan pula.
6. Mengenalkan. Jika seseorang sudah terkenal dengan nama julukannya, seperti
mata kabur, pincang, tuli, buta, hidung pesek, dan lain sebagainya maka boleh
mengenalkannya dengan nama julukannya dengan berniat mengenalkan saja7.

g. Cara Bertaubat Bagi Orang yang Melakukan Ghibah dan Buhtan


Ketahuilah bahwaorang yang melakukan kemaksiatan, baik yang melanggar
hak Allah atau hak orang lain, maka dia harus segera bertaubat dan meminta
ampunan dari Allah. Dan gibah adalah salah satu dari kemaksiatan. Allah Swt
berfirman dalam surat Az-Zumar ayat 53-54

7
Ibid,h.200-203
11

“Katakanlah, ‘Hai hamba-hamba-ku yang melampaui batas terhadap diri mereka


sendiri, jangalah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah
mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya dia-lah yang Maha
Pengampun lagi Maha Penyayang. Dan kembalilah kamu kepada Tuhanmu dan
berserah dirilah kepada-Nya sebelum datang azab kepadamu kemudian kamu
tidak dapat ditolong (lagi).”(QS. Az-Zumar:53-54).

Ketahuilah bahwa wajib atas pengumpat menyesal dan bertaubat dan bersedih hati
atas apayang diperbuatnya agar dapat keluar dari hak Allah, kemudian ia
meminta maaf kepada orang yang diumpatnya agar dimaafkannya, lalu ia keluar
dari penganiyaannya.
Diriwayatkan dari Anas bin Malik ia berkata Rasulullah Saw bersabda:”kifarat
(penebus dosa) orang yang kamu umpat adalah kamu memohon ampunan
baginya.”8
a. Menarik kembali kabar bohong yang dia sampaikan dahulu.

b. Meminta maaf kepada orang yang difitnah

c. Meminta ampun kepada Allah atas perbuatan Buhtan, karena buhtan termasuk
dosa yang sejajar dengan menyembah berhala. Sebagaimana firman Allah
Swt.(Qs.Al-Haj Ayat 30)

Ketahuilah bahwa bahaya lidah itu besar dan tidak selamat dari bahayanya
kecuali dengan diam.
1. Bahaya pertama : berkata mengenai sesuatu yang tidak penting bagimu
Ketahuilah bahwa sebaik-baik keadaan adalah bahwa kamu menjaga kata-
katamu dari semua bencana yang telah kami sebutkannya, yaitu: mengumpat,
adu domba, dusta, bermusuhan, berdebat dan lain-lainnya dan kamu berbicara
mengenai apa yang diperbolehkan, yang tidak ada bahaya atasmu dan atas
orang muslim sama sekali, kecuali kamu berbicara dengan apa yang tidak
kamu memerlukannya, dan tidak ada keperluan kepadanya.
2. Bahaya kedua : pembicaraaan yang berlebihan
Atha’ bin Abi Rabah berkata:”Sesungguhnya orang-orang yang sebelum kamu
tidak menyukai kata-kata yang berlebihan, dan mereka menghitung kata-kata
yang tidak perlu selain kitab Allah ta’ala dan sunnah Rasulullah SAW, atau
amar ma’ruf dan nahi mungkar atau kamu mengatakan keperluanmu mengenai
penghidupanmu yang tidak boleh tidak bagimu.
Ibrahim At-Taimi berkata:”apabila orang mukmin ingin berbicara, niscaya ia
memperhatikan,” kalau itu bermanfaat baginya, maka ia berbicara, kalau tidak ia
menahan. Orang Zalim adalah lidahnya terlepas dengan sangat.9

8
Al-Ghazali,Ihya’Ulumiddin.ter.Ahmad Tohaputra(Semarang : CV.ASY-Syifa’,1994).h.452.
9
Ibid, h.310-317.
12

h. Sebab-sebab yang mendorong seseorang mengumpat

1. Untuk menyembuhkan kemarahan, karena apabila kemarahannya berkobar,


maka ia menjadi penyembuh dengan menyebut kejelekan-kejelekannya, lalu
lidahnya terlanjur secara thabiat kepada demikian itu, kalau disana tidak ada
agamanya yang mencegah.
2. Menyesuaikan teman-teman, bersikap baik pada sahabat-sahabat dan
membantu mereka dalam pembicaraan. Maka ia membantu mereka dan ia
berpendapat bahwa demikian itu termasuk bagus pergaulan dan ia menyangka
bahwa itu adalah sikap baik dalam pergaulan.
3. Ia merasa dari seseorang bahwa orang itu bermaksud kepadanya dan
memanjangkan lisannya kepadanya atau menjelek-jelekkan kepadanya
dihadapan orang yang dihadapan malu, atau ia menjadi saksi atasnya dengan
suatu persaksian.
4. Bahwa ia dituduh berbuat sesuatu, lalu ia bermaksud membebaskan diri dari
padanya, kemudian ia menyebutkan orang yang melakukannya.
5. Bermaksud berbuat-buat dan membanggakan diri yaitu: bahwa ia menggikan
dirinya dengan mengurangi orang lain, lalu ia berkata :”si fulan itu bodoh,
pemahamnnya itu cacat dan perkataanya itu lemah.”
6. Dengki, bahwa ia dengki kepada orang yang dipuji oleh manusia, dicintai dan
dimuliakan oleh mereka, lalu ia berkehendak hilangnya kenikmatan tersebut
dari padanya.
7. Bermain, bersenda-gurau, dan menyucikan waktu dengan tertawa, lalu ia
menyebut aib-aib orang lain dengan cara yang membuat manusia tertawa
dengan jalan menirukan. Dan sumbernya adalah sombong dan bangga diri.
8. Mengejek dan memperolok-olok untuk menghina kepada orang itu. 10

10
Ibid,h.428-430.
13

C.Larangan berbuat Boros


1. pengertian Boros
Boros adalah menggunakan atau membelanjakan harta kepada sesuatu hal
yang tidak perlu, atau disebut juga tabzir. Perbuatan boros dapat merugikan diri
sendiri juga orang lain. Allah melarang manusia untuk tidak boros, karena hal
tersebut kufur nikmat. Selain itu, Allah juga menganggap orang-orang yang
berbuat boros tersebut adalah temannya syaitan, seperti diriwayatkan

Dari Abu Hurairah, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam


bersabda,

َّ ‫َص ُموا ب ِ َح ْب ِل‬


ِ ‫َّللا‬ ِ ‫ال تُ ْش ِر ُكوا ب ِ ِه َش ْي ًئا َو َأ ْن تَعْت‬
َ ‫ضى َل ُك ْم َأ ْن تَعْبُدُوه ُ َو‬ َ ‫ال ًثا َفيَ ْر‬ َ ‫ال ًثا َويَ ْك َره ُ َل ُك ْم َث‬
َ ‫ضى َل ُك ْم َث‬ َّ ‫إ ِ َّن‬
َ ‫َّللا َ يَ ْر‬
‫ضاعَ َة ا ْل َما ِل‬
َ ِ ‫ال تَ َف َّر ُقوا َويَ ْك َره ُ َل ُك ْم قِي َل َو َقا َل َو َك ْث َرةَ ال ُّس َؤا ِل َوإ‬
َ ‫َج ِميعًا َو‬

“Sesungguhnya Allah meridlai tiga hal bagi kalian dan murka apabila kalian
melakukan tiga hal. Allah ridha jika kalian menyembah-Nya dan tidak
mempersekutukan-Nya dengan sesuatu apapun, dan (Allah ridla) jika kalian
berpegang pada tali Allah seluruhnya dan kalian saling menasehati terhadap
para penguasa yang mengatur urusan kalian. Allah murka jika kalian sibuk
dengan desas-desus, banyak mengemukakan pertanyaan yang tidak berguna serta
membuang-buang harta. ”(HR. Muslim no.1715)

A. ‫ِيرا إ ِ َّن ا ْل ُمبَ ِّذ ِِرينَ كَا ُنوا إ ِ ْخ َوانَ ال َّشيَا ِطين‬
ً ‫َوال تُبَ ِّذ ِْر تَ ْبذ‬

“Dan janganlah kamu menghambur-hamburkan (hartamu) secara boros.


Sesungguhnya pemboros-pemboros itu adalah saudara-saudara syaitan. ”(QS. Al
Isro ’[17]: 27-26).
Ibnu Mas’ud dan Ibnu ‘Abbas mengatakan, “Tabdzir (pemborosan) adalah
menginfakkan sesuatu pada jalan yang keliru.”

Mujahid mengatakan, “Seandainya seseorang menginfakkan seluruh hartanya


dalam jalan yang benar, itu bukanlah tabdzir (pemborosan). Seandainya
seseorang menginfakkan satu mud saja (ukuran telapak tangan) pada jalan yang
keliru, itulah yang dinamakan tabdzir (pemborosan).”

Qotadah mengatakan, “Yang namanya tabdzir (pemborosan) adalah


mengeluarkan nafkah dalam berbuat maksiat pada Allah, pada jalan yang keliru
dan pada jalan untuk berbuat kerusakan. ”(Lihat Tafsir Al Qur’an Al ‘Azhim,
475-474/8)

Termasuk perbuatan boros (tabdzir) adalah apabila seseorang menghabiskan


harta pada jalan yang keliru. Semisal seseorang berjam-jam duduk di depan
internet, lalu membuka Facebook, blog, email dan lainnya, lantas dia tidak
memanfaatkannya untuk hal yang bermanfaat, namun untuk hal-hal yang
14

mengandung maksiat. Na’udzu billahi min dzalik. Cobalah internet kita


manfaatkan untuk berdakwah atau untuk mempelajari Islam lebih dalam.

Semoga Allah memudahkan kita untuk mengisi waktu kita di setiap tempat
dengan hal-hal yang bermanfaat dan berguna bagi orang lain terutama dalam
masalah agama dan masalah kehidupan sehari-hari.

2. Dampak Negatif dari Sifat Boros

1. Uang yang dimiliki cepat habis karena biaya hidup yang tinggi
2. Menjadi budak hobi (nafsu) yang bisa menghalalkan uang haram
3. Malas membantu yang membutuhkan dan beramal shaleh
4. Selalu sibuk mencari harta untuk memenuhi kebutuhan
5. Menimbulkan sifat kikir, iri, dengki, suka pamer,dsb
6. Anggota keluarga terbiasa hidup mewah tidak mau jadi orang sederhana
7. Akan ditempatkan kedalam neraka
8. Lebih mementingkan urusan muamalah
9. Sumber daya alam yang ada menjadi habis
10. Tidak punya tabungan untuk saat krisis.
11. Termasuk dalam golongan orang-orang yang kufur terhadap nikmat Allah
12. Mendapatkan ancaman dan siksaan dari Allah Swt

3. Cara menghindari sifat boros


a. Membelanjakan uang sesuai dengan kebutuhan
b. Memperbanyak bersedekah dan membantu orang yang tidak mampu seperti
fakir miskin
c. Meningkatkan ketaqwaan dengan memperbanyak dzikir serta membaca
Al-Qur’an dan hadis sehingga dapat mengetahui bahwa dalam Al-Qur’an
dan hadis sifat berburuk sangka sangat diharamkan dalam Islam
d. Membiasakan diri hidup sederhana sehingga merasa tentram hati dan jiwa.
e. Lebih mendekatkan diri kepada Allah Swt serta memperbanyak iktikaf
f. Selalu meelihat kondisi ekonomi orang lain sehingga dapat menimbulkan
sikap hati-hati dalam membelanjakan uang agar tidak terjerumus kedalam
lembah kesengsaraan.
15

Kesimpulan

Islam mengajarkan kepada kita untuk tidak berburuk sangka dan


menggunjing kepada orang lain. Hendaklah kita berprasangka yang baik terhadap
orang lain. Tujuan utama setan adalah menjerumuskan manusia ke dalam
kesalahan. Salah satu caranya adalah menggoda manusia agar bergunjing atau
bergosip. Kaum muslim seharusnya wasapada agar jangan sampai memakan
bangkai saudaranya, dengan mengumpat seperti ini.
Setiap orang yang terpelajar mengetahui dengan pasti bahwa menggunjing
seseorang tidak akan membawa kebaikan apa pun bagi kaum muslim.terlebih sang
pelaku berusaha menyembunyikan kesalahan dan dosanya.
Al-Qur’an telah menyeru kaum beriman agar mereka bertaqwa kepada
Allah sebab hanya dia yang berhak ditaati. Takwa kepada Allah akan membuat
setiap orang menjaga lidahnya, sehingga tidak akan menyalahgunakan organ
terpenting yang telah Allah berikan kepadanya.

Saran

Segala tindakan haruslah diperhatikan baik dan buruknya suatu tindakan


tersebut dan janganlah bertindak gegabah agar tidak menjauhkan diri dari Allah
swt. Jika ingin mencari kebenaran maka carilah dengan ilmu maupun
pengetahuan yang sudah jelas dan terang dalam pemaparannya.
Makalah yang kami sajikan ini tidaklah terlepas dari kekhilafan dan
kekurangan oleh karenanya kritik dan saran yang konstruktif sangat kami
harapkan dari para pakar dan pembaca sekalian.
Semoga makalah ini memberikan manfaat dalam menopang
perkembangan informasi baik bagi para penyaji khususnya dan umumnya pada
semua yang membaca makalah ini.
16

DAFTAR PUSTAKA

Al-Quran surah Al-Hujurat ayat 12

Al-Ghazali.1994.Ihya ‘Ulumiddin.ter.Ahmad Tohaputra.Semarang:CV.Asy Syifa

Ibnu,Abidin As-Soronji,https://almanhaj.or.id./2010/02/10/Hukum
mendengarkanghibah/(rabu,20 November 2019.13:00)

Imam Muhammad Aniq.2007.Misteri Lisan:menjerumuskan ke neraka atau


memasukkan ke surga.Jakarta:Mirqat

Shakil Muhammad Khan dan Wasim Ahmad.2010.Ghibah:Sumber segala


kejahatan.Jakarta: PT.Mizan Publika

Anda mungkin juga menyukai