Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Bergaul dengan orang banyak di tengah-tengah masyarakat mempunyai
nilai keutamaan lebih dibanding dengan hidup menyendiri menjauh dari
mereka dengan syarat mengikuti mereka dalam kegiatan-kegiatan keagamaan
maupun sosial seperti menghadiri shalat jum’ah, shalat berjamaah, majlis-
majlis ta’lim, mengunjungi orang sakit, mengantar jenazah (ta’ziyah),
membantu meringankan beban sebagian anggota masyarakat yang memerlukan,
memberikan bimbingan kepada yang tidak tahu/tidak mengerti atas suatu
persoalan keagamaan maupun sosial serta mampu mengendalikan diri dari
mengikuti hal-hal yang tidak baik dan tabah serta sabar atas segala gangguan
yang mungkin timbul.
Begitulah yang dapat kita lihat dari riwayat hidup Rasulullah SAW
beserta sahabat-sahabat beliau yang mulia bahkan semua Nabi dan Rasul Allah
senantiasa bergaul dan berinteraksi dengan masyarakat .
Di dalam tulisan ini akan dijelaskan 3 pokok bahasan tentang Tata
Pergaulan, yaitu meliputi :
1. Larangan beduaan tanpa mahram
2. Sopan santun duduk di pinggir jalan
3. Menyebarluaskan salam

1
1.2 RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana tata pergaulan yang baik dalam islam ?
2. Bagaimana hadist-hadist yang menyatakan larangan berduaan tanpa
mahram ?
3. Bagaimana hadist-hadist yang menyatakan sopan santun duduk
dipinggir jalan. ?
4. Bagaimana hadist-hadist yang menyatakan menyebarkan salam ?

1.3 TUJUAN MAKALAH


1. Menjelaskan apa yang dimaksud dengan tata pergaulan yang baik
menurut islam.
2. Mengetahui dan menjelaskan hadist-hadist yang menyatakan
larangan berduaan tanpa mahram.
3. Mengetahui dan menjelaskan hadist-hadist yang menyatakan sopan
santun duduk dipinggir jalan.
4. Mengetahui dan menjelaskan hadist-hadist yang menyatakan
menyebarkan salam.

1.4 MANFAAT MAKALAH

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 TATA PERGAULAN


A. Etika Bergaul
Perhatian Islam terhadap pergaulan sangat besar sekali, karena
adanya urgensi yang besar dan dampak sensitif, sehingga Islam
memerintahkan umatnya agar bergaul dengan orang-oramg yang benar.
Allah Subhanallahu wa Ta’ala berfirman: “Hai orang-orang yang beriman,
bertakwalah kepada Allah dan hendaklah kamu bersama orang-orang yang
benar”. (At-Taubah: 119).
Islam juga menganjurkan agar bergaul dengan para ahli ibadah.
Allah berfirman, “Dan bersabarlah bersama dengan orang-orang yang
menyeru Tuhan-Nya di pagi dan senja hari dengan mengharap
keridhaannya”. (Al-Kahfi:28).
Islam juga melarang agar tidak bergaul dengan orang-orang
dzalim, karena banyak sekali pergaulan yang hanya sesaat saja, tetapi bisa
membuka aib teman bergaul sampai hari Kiamat dan pada akhirnya
diiringi sebuah penyesalan yang tidak terhenti.
Islam menjadikan setiap pergaulan yang ikatan dan hubugannya
tidak dibangun di atas ketakwaan kepada Allah Subhanallah wa ta’ala
sebagai sesuatu pergaulan yang mengantarkan kepada permusuhan yang
nyata. Allah berfirman, “Teman-teman karib pada hari itu sebagiannya
menjadi musuh bagi sebagian yang lain kecuali orang-orang yang
bertakwa.” (Az-Zukhruf:67).
Sebagian dari etika dan kewajiban dalam etika bergaul tersebut seperti
berikut ini:
a. Menyeleksi dan memilih teman sebelum bergaul, teman tersebut harus
memenuhi syarat sebagai berikut:

3
1) Berakal sehat
2) Berpegang teguh dengan agama yang benar
3) Berakhlak dengan akhlak terpuji.
b. Tidak bergaul dengan orang-orang bodoh dan fasik, orang-orang yang
hina, dan bodoh, karena itu teman itu bisa mempengaruhi (teman
gaulnya), dan barangsiapa duduk bersamanya mesti akan terpengaruh
c. Ikhlas karena Allah dalam bergaul, tanpa melihat tujuan duniawi atau
kepentingan yang lain.
d. Berkenalan sebelum bergaul, tanya tentang namanya, pekerjaannya,
tempat tinggalnya, dan hal-hal lain yang berkaitan dengan dasar-dasar
perkenalan.
e. Menganggap teman gaulnya seperti dirinya sendiri dalam
menyampaikan kebaikan terhadapnya, berusaha memberikan manfaat
kepadanya dan memberikan sesuatu yang berharga karenanya.
f. Memperbanyak silaturahim, saling memberi nasihat, saling memberi
hadiah, saling berkunjung jarena Allah. Dan memberikan bantuan,
dengan tenaga dan harta, untuk menghilangkan kesusahan dan
melapangkan kesempitan, sekalipun hal itu mengalahkan kepentingan
pribadinya.
g. Tidak berlebih-lebihan dalam mencintai temannya dan dalam
memujinya, adil dan tengah-tengah dalam bergaul dan berhubungan,
selalu berpegang teguh pada nilai-nlai agama yang berlaku.
h. Memulai dengan salam dan jabat tangan setiap kali bertemu (dalam
suasana yang baru), disertai dengan wajah berseri-seri dan
pembicaraan yang lembut.
i. Tidak mengolok-olok, tidak mengunjing, tidak dengki, tidak benci,
tidak beprasangka buruk, tidak mencari-cari alasan untuk setiap hal
yang tidak berjalan dengan sesuai harapan.
j. Tidak membeberkan rahasia yang telah diamanatkan temannya
kepadanya sekalipun dengan sebab apa pun.
B. Tata Cara Pergaulan Lawan Jenis

4
Adapun pergaulan antara pria dan wanita atau sebaliknya maka
itulah yang meimbulkan berbagai problrm yang memerlukan pengaturan
dengan suatu peraturan tertentu. Pergaulan pria dan wanita itulah yang
melahirkan berbagai interaksi yang timbul karenanya.
Islam sebagai agama yang mempunyai karakteristik moderat memberikan
batasan pergaulan antara lawan jenis. System interaksi (pergaulan) dalam
islamlah yang menjadikan aspek ruhani sebagai landasan dan hukum-
hukum syari’at tolok ukur yang didalamnya terdapat hukum-hukum yang
mampu menciptakan nilai-nilai akhlak yang luhur. System islam
memandang manusia baik pria maupun wanita sebagai seorang yang
memiliki naluri, perasaan, dan akal.
Dengan hukum-hukum inilah islam dapat menjaga interaksi antara
pria dan wanita sehingga tidak menjadi interaki yang mengarah pada
hubungan lawan jenis atau hubungan yang bersifat seksual. Artinya
interaksi mereka tetap dalam koridor kerjasama semata dalam menggapai
berbagai kemaslahatan dan dalam melakukan berbagai aktifitas. Dengan
hukum-hukum inilah islam mampu memecahkan hubungan yang muncul
dari adanya sejumlah kepentingan individual, baik pria maupun wanita
ketika mereka bertemu dan berinteraksi.
C. Tata Cara Pergaulan Lawan Jenis Berdasarkan Hadist
1. Larangan Berduaan Tanpa Mahram
ُ‫سلم‬
َُ ُ ‫للاِ ُصلى ُللا ُعليه ُو‬
ُ ُ ‫س ِم ْعتُ ُرسول‬ َُ ‫للاَ ُعْنهُ ُقَا‬
َ ُ :ُ ‫ل‬ ُ ُ ‫ضى‬ ُ ‫َو َع ْنهُ ُاِالَّ َو َم َع َهاذ ْو َمحْ َرمُ ُ َو‬
ِ ‫الَ ُ َر‬
ُْ ‫سافِرُ ُ ْال َم ْرأَةُ ُاالَّ َم َُع ُذ‬
َُ َ‫ُفَق‬.ُ‫ي ُ َمحْ َرم‬
ُ‫يارسول‬:‫ُفقال‬.ُ‫ام ُ َرجل‬ َ ‫ن ُ َرجلُ ُ ِبإ ِ ْم َرأَةُ ُت‬
َُّ ‫ُالَ َي ْخل َو‬:ُ ُ‫يخطبُ ُ َيق ْول‬
ْ
ُ ‫ق ُفَ َح‬
ُُِ‫جِ ُ َم َُع ُإ‬ َ ‫ُاِ ْن‬:ُ ‫ل‬
ُْ ‫ط ِل‬ ُْ ‫إن ُإ ْم َرأَتِى ُخ ََر َج‬
َُ ‫ ُفَقَا‬،‫ت ُ َحا ُ َّجةُ ُ َُو ُإنِى ُا ْكتَتَبْتُ ُفِى ُغ َْز َوةُ ُ َكذَ َاو َكذَا‬ َُّ ُ ،‫للا‬
ُُُُُُُُُُُُُُُُُُُُُُُُُُُُُُُُُُُُُُُُُُُُُُُُُُُُُُُُُُُُُُُُُُُُُُُُُُُُُُُُُُُُُُُُ)‫ُ(متفقُعليه‬.َُ‫ْم َرأَتِك‬
Terjemahan Hadits :
"Ibnu Abbas berkata : "Saya mendengar Rasulullah SAW berkotbah,
"Janganlah seorang laki-laki bersama dengan seorang perempuan,
melainkan (hendaklah) besertanya (ada) mahramnya, dan janganlah
bersafar (bepergian) seorang perempuan, melainkan dengan
mahramnya. "Seorang berdiri dan berkata : Ya Rasulullah, istri saya
keluar untuk haji, dan saya telah mendaftarkan diri pada peperangan

5
anu dan anu." Maka beliau bersabda, "Pergilah dan berhajilah
bersama istrimu." (Mutatafaq’alaih)

Penjelasan Hadits :
Larangan tersebut, antara lain dimaksudkan sebagai batasan dalam
pergaulan antara lawan jenis demi menghindari fitnah. Dalam
kenyataannya, di negara-negara yang menganut pergaulan bebas, norma-
norma hukum dan kesopanan merupakan salah satu pembeda antara
manusia dengan binatang seakan-akan hilang. Hal ini karena kesenangan
dan kebebasan dijadikan sebagai rujukan utama. Akibatnya, perzinahan
sudah bukan hal yang aneh, tetapi sudah biasa terjadi, bahkan di tempat-
tempat umum sekalipun. Kalau demikian adanya, apa bedanya antara
manusia dengan binatang ?.
Oleh karena itu, larangan Islam, tidak semata-mata untuk
membatasi pergaulan, tetapi lebih dari itu, yaitu untuk menyelamatkan
peradaban manusia. Berduaan dengan lawan jenis merupakan salah satu
langkah awal terhadap terjadinya fitnah. Dengan demikian, larangan
perbuatan tersebut, sebenarnya sebagai langkah preventif agar tidak
melanggar norma-norma hukum yang telah ditetapkan oleh agama dan
yang telah disepakati masyarakat.
Adapun larangan kedua, tentang wanita yang bepergian tanpa
mahram, terjadi perbedaan pendapat di antara para ulama. Ada yang
menyatakan bahwa larangan tersebut sifatnya mutlak. Dengan demikian,
perjalanan apa saja, baik yang dekat maupun yang jauh, harus disertai
mahram. Ada yang berpendapat bahwa perjalanan tersebut adalah
perjalanan jauh yang memerlukan waktu minimal dua hari. Ada pula yang
berpendapat bahwa larangan tersebut ditujukan bagi wanita yang masih
muda-muda saja, sedangkan bagi wanita yang sudah tua diperbolehkan,
dan masih banyak pendapat lainnya.
Sebenarnya, kalau dikaji secara mendalam, larangan wanita mengadakan
safar adalah sangat kondisional. Seandainya wanita tersebut dapat menjaga

6
diri dan meyakini tidak akan terjadi apa-apa. Serta merasa bahwa ia akan
merepotkan mahramnya setiap kali akan pergi. Maka perjalanannya
dibolehkan. Misalnya pergi untuk kuliah, kantor dan lain-lain yang
memang sudah biasa dilakukan setiap hari, apabila kalau kantor atau
tempat kuliahnya dekat. Namun demikian, lebih baik ditemani oleh
mahramnya, kalau tidak merepotkan dan menganggunya.
Dengan demikian, yang menjadi standar adalah kemaslahatan dan
keamanan. Begitu pula pergi haji, kalau diperkirakan akan aman, apalagi
pada saat ini telah ada petugas pembimbing haji yang akan bertanggung
jawab terhadap keselamatan dan kelancaran para jamaah haji, maka
seorang wanita yang pergi haji tidak disertai mahramnya diperbolehkan
kalau memang dia sudah memenuhi persyaratan untuk melaksanakan
ibadah haji.
2. Haram Duduk Berdua (Berkhilwat) Dengan Perempuan Bukan
Muhram
Uqbah Ibn Amir ra. Menerangkan:
ُ:ُ‫ار‬ َ ‫لُ َرجلُُ ِمن ْاْل َ ْن‬
ُِ ‫ص‬ َُ ‫ُفَقَا‬.‫اء‬
ُِ ‫س‬
َ ِ‫لىُالن‬
َُ ‫ع‬
َ ُ‫ل‬
َُ ‫ُّخو‬ َُ ‫للاُِعليهُوسلمُقَا‬
ْ ‫ُ ِإيَّاك ُْمُ َوالد‬:‫ل‬ َُّ َ ‫أ‬
ُ ُُ‫نُ َرسول‬
‫ُ ْال َح ْمو ْال َم ْوت‬:‫للاُِ!ُأَفَ َرأَيْتَُُ ْال َح ْم َو؟ُُقال‬
ُ ُ‫ل‬َُ ‫يارسو‬
Terjemahan Hadits :
“ Bahwsannya Rasulullah SAW bersabda: janganlah kamu masuk ke
kamar-kamar perempuan. Seorang laki-laki Anshar berkata: Ya
Rasulullah terangkan padaku bagaimana hukum masuk ke dalam
kamar ipar perempuan. Nabi SAW menjawab; ipar itu adalah
kematian (kebinasaan).”( al bukhari 67:111: muslim 39:8: Al lu’lu-u
wal marjan 3;69-70).
Penjelasan Hadits :
Nabi tidak membenarkan kita masuk ke kamar-kamar perempuan,
maka hal ini memeberi pengertian, bahwa kita dilarang duduk-duduk
berdua-duaan saja dalam sebuah bilik dengan seorang perempuan
tanpa mahramnya.
Ahli hadis tidak ada yang mengetahui nama orang anshar yang
bertanya kepada Rasul tentang hukum kerabat-kerabat si suami yang

7
selain dari ayah dan anaknya, masuk ke tempat istri si suami itu.
Diterangkan oleh An Nawawy, bahwa yang dimaksud dengan Hamwu
disini, ialah kerabat-kerabat si suami seperti saudaranya, anak
saudaranya dan kerabat-kerabat lain yang boleh mengawini istrinya
bila ia di ceraikan atau meninggal.
Yang tidak masuk ke dalam kerabat disini ialah ayah dan anak si
suami karena mereka di anggap mahram.
Nabi menerangkan bahwa kerabat-kerabat si suami menjumpai si
istri itu sama dengan menjumpai kematian, karena menyendiri dalam
kamar memudahkan timbul nafsu jahat yang membawa pada
kemurkaan Allah dan membawa kepada kebinasaan, atau
menyebabkan si suami menceraikan istrinya jika sang suami
pencemburu. Jelasnya, takut kepada mudah timbul kejahatan dari
kerabat-kerabat itu adalah lebih mudah daripada yang dilakukan oleh
yang bukan kerabat. Karena kerabat itu lebih leluasa masuk kedalam
bilik-bilik si perempuan dengan tidak menimbulkan prasangka tang
tidak-tidak. Mengingat hal ini perlu dihindari masuk ke dalam bilik
orang lain.
Dikarenakan jika kita berada dalam satu tempat dengan seorang
perempuan yang bukan mahram. Dikhawatirkan kita akan terjebak
untuk mengikuti hawa nafsu. Apabila seorang bergerak mengikutinya
meskipun hanya selangkah. Ia akan terpaksa untuk mengikuti langkah
itu dengan langkah berikutnya.
Dalam Al-Kafi, Imam As shidiq a.s diriwyatkan berkata:
“waspadalah hawa nafsumu sebagaimana engkau mewaspadai
musuhmu. Sebab tidak ada musuh yang lebih berbahaya bagi manusia
selain kaetundukan pada hawa nafsu dan perkataan lidahnya.
3. Haram melihat perempuan yang Bukan Mahram
ُُ‫الزنَا ُمد ِْرك‬
ِ ُ َُ‫َص ْي َبهُ ُ ِمن‬ ُِ ‫ب ُ َعلَى ُاب‬
ِ ‫ْن ُأدَ َُم ُن‬ ُْ ‫َع‬
َُ ‫ك ِت‬،‫ن ُابى ُهريرة ُرضيى ُللاُ ُعنه ُالنبيُ ُص ُم ُقال‬
ْ َّ‫َان ُ ِزنَاه َما ُالن‬
ُ‫ ُواليد ُزنا ُها‬،ُ ‫ ُوْلدنان ُزنا ُهما ُاالستماع ُواللسان ُزناه ُالكالم‬،‫ظر‬ ُِ ‫ ُ ْالعَ ْين‬،ُ ُ‫َال َم َحالَة‬
ُ‫ ُ(متفق‬.‫ ُوالرجل ُزنا ُها ُالخطى ُواقلب ُيهوى ُويتمنى ُويصدق ُذلك ُالفرج ُاويكذبه‬،ُ ‫البطشى‬
ُُُُُُُُُُُُُُُُُُُُُُُُُُُُُُُُُُُُُُُُُُُُُُُُُُُُُُُُُُُ‫عليهُوهذاُلفظُمسلمُورواايهُالبخارُُمحصرُة‬

8
Terjemahan Hadits :
Dari Abu Hurairah r.a. dari Nabi SAW. Beliau bersabda: “telah
ditentukan bagi anak adam (manusia) bagian zinanya. Dimana ia pasti
mengerjakannya. Zina kedua mata adalah melihat, zina kedua telinga
adalah mendengar, zina lisan adalah berbicara. Zina tangan adalah
memukul, zina kaki adalah berjalan serta zina hati adalah bernafsu dan
berangan-angan, yang semuanya dibuktikan atau tidk dibuktikan oleh
kemaluan.(HR. Bukhari Muslim)
Penjelasan Hadits :
Dalam Hadits tersebut mengandung arti bahwa hadits Imam
Bukhari termasuk zina anggota tubuh , tetapi semuanya tidak hanya
dilakukan lewat kemaluan saja melainkan lewat anggota tubuh lainnya.
Misalnya pandangan mata karena awal mula timbulnya hasrat dari
pandangan mata yang tidak terkontrol atau tidak dijaga terhadap hal-hal
yang memancing nafsu birahi , kemudian lisannya bicara yang tidak
baik misalnya menggunjing orang lain, berdusta dan berbicara yang
tidak menjurus perbuatan yang menimbulkan hasrat dengan lawan jenis.
4. Hadits tentang memandang wanita
َُ َ‫الَُّأحْ د‬
‫ثُللاُلَ ُهَُ ِعبَادَةُُيَ ِجدُُ َحالَ َوت َ َها‬ ُ ‫ص َرهُُإ‬
َ َ‫ضُب‬ ْ ‫لُن‬
ُُّ ‫َظ َرةُُث َُّمُيَغ‬ َُ ‫نُم ْس ِلمُُيَ ْنظرإِلَىُإ ْم َرأةُُأَ َّو‬
ُْ ‫ام‬
ِ ‫َم‬
Terjemahan Hadits :
“ Tidaklah seorang muslim yang memandang seorang wanita dalam
pandangan pertamanya. Kemudian ia palingkan pandangannya kecuali
Allah menjadikannya nilai ibadah yang akan dirasakan kemanisannya.”
“ Memandang wanita (bukan muhram) merupakan salah satu anak
panah iblis. Barangsiapa meninggalkannya karena takut akan Adzab
Allah. Maka Allah akan menganugrahkan kepadanya iman yang
dirasakan manisnya dalam hatinya.”
D. Sopan Santun Dan Duduk Di Jalan
Hadits
َُ ‫إِيَّاك ُْم ُ َو ْالجل ْو‬:ُ ‫ل‬
ُ‫س ُ َعلَى‬ َُ ‫سلَّ َُم ُقَا‬
َ ‫صلَّى ُللاُ ُ َعلَ ْي ُِه ُ َو‬
َ ُِ ‫ي‬ ُِ ‫ي ُللاُ ُ َع ْنهُ ُ َع‬
ُ ِ‫ن ُالنَّب‬ َُ ‫ض‬ ُ ‫س ِع ْي ُِد ُ ْالخد ِْر‬
ِ ‫ي ُِ َر‬ َ ُ ‫ن ُأَبِى‬
ُْ ‫َع‬
َُُ‫ط ِريْق‬ َُ ‫الَّ ُ ْال َم َجا ِل‬
َّ ‫س ُفَأَعْط ْواال‬ ُ ِ‫ُفَإِذَاأَبَيْت ُْم ُإ‬:ُ ‫ل‬ َُ ‫ُ َمالَنَابدُ ُإِنَّ َماه‬:ُ ‫ت ُفَقَال ْوا‬
َُ ‫ِي ُ َم َجا ِلسنَا ُنَت َ َحدَّثُ ُفِ ْي َها ُقَا‬ ُّ ‫ال‬
ُِ ‫طرقَا‬

9
ُِ ‫سالَم ُ َوأ َ ْمرُ ُبِ ْال َم ْعر ْو‬
ُُ‫ف ُ َونَ ْهي‬ َّ ‫َف ُاْالَذَى ُ َو َر ُدُّ ُال‬ َ َ‫َض ُاْلب‬
ُُّ ‫ص ُِر َوك‬ َُ ‫ق ُ؟ ُقَا‬
ُُّ ‫ُغ‬:ُ ‫ل‬ َّ ‫ق ُال‬
ُِ ‫ط ِر ْي‬ ُُّ ‫ُ َو َما َح‬:ُ ‫َحقَّ َها ُقَال ْوا‬
ُُُُُُُُُُُُُُُُُُُُُُُُُُُُُُُُُُُُُُُُُُُُُُُُُُُُُُُُُُُُُُُ)‫نُ ْالم ْنكَرُُُ(رواهُالبخاريُومسلمُوأبوداود‬
ُِ ‫َع‬

Terjemahan Hadits :
"Dari Abu Said Al-Khudry r.a. Rasulullah SAW. bersabda, Kami semua
harus menghindari untuk duduk di atas jalan (pinggir jalan)-dalam
riwayat lain, di jalan – mereka berkata, "Mengapa tidak boleh padahal itu
adalah tempat duduk kami untuk mengobrol. Nabi bersabda, "Jika tidak
mengindahkan larangan tersebut karena hanya itu tempat untuk
mengobrol, berilah hak jalan." Mereka bertanya, "Apakah hak jalan itu?"
Nabi bersabda, "Menjaga pandangan mata, berusaha untuk tidak
menyakiti, menjawab salam, memerintahkan kepada kebaikan dan
larangan kemunkaran."
(H.R Bukhari, Muslim, dan Abu Dawud).
Pelajaran yang dapat di ambil dari hadits di atas adalah Rasulullah SAW
melarang duduk di pinggir jalan, baik di tempat duduk yang khusus,
seperti diatas kursi, di bawah pohon, dan lain-lain. Sebenarnya larangan
tersebut bukan berarti larangan pada tempat duduknya, yakni bahwa
membuat tempat duduk di pinggir jalan itu haram.
Terbukti ketika para sahabat merasa keberatan dan berargumen
bahwa hanya itulah tempat mereka mengobrol. Rasulullah SAW. pun
membolehkannya dengan syarat mereka harus memenuhi hak jalan, yaitu
berikut ini :
a. Menjaga Pandangan Mata
Menjaga pandangan merupakan suatu keharusan begi setiap muslim
atau muslimat,sesuai dengan perintah Allah SWT. Dalam al-Qur'an :
"Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman: "Hendaklah
mereka menahan pandanganya, dan memelihara kemaluannya; yang
demikian itu adalah lebih Suci bagi mereka, Sesungguhnya Allah
Maha mengetahui apa yang mereka perbuat".

10
Hal itu tidak mungkin dapat dihindari bagi mereka yang sedang
duduk dipinggir jalan. Ini karena akan banyak sekali orang yang lewat,
dari berbagai usia dan berbagai tipe. Maka bagi para lelaki janganlah
memandang dengan sengaja kepada para wanita yang bukan muhrim
dengan pandanagan syahwat. Begitu pula, tidak boleh memandang
dengan pandangan sinis atau iri kepada siapa saja yang lewat.
Pandangan seperti tidak hanya akan melanggar aturan Islam. Tetapi
akan menimbulkan kecurigaan, persengketaan dan memarahan dari
orang yang dipandangnya, apalagi begi mereka yang mudah
tersinggung. Oleh karena itu, mereka yang sedang duduk dipinggir
harus betul-betul menjaga pandangannya.
b. Tidak Menyakiti
Tidak boleh menyakiti orang-orang yang lewat, dengan lisan, tangan,
kaki, dan lain-lain. Dengan lisan misalnya mengata-ngatai atau
membicarakannya, dengan tangan misalnya melempar dengan batu-
batu kecil atau benda apa saja yang akan menyebabkan orang lewat
sakit dan tersinggung, tidak memercikkan air, dan lain-lain yang akan
menyakiti orang yang lewat atau menyinggung perasaannya.
c. Menjawab Salam
Menjawab salam hukumnya adalah wajib meskipun mengucapkan-
nya sunnat. Oleh karena itu, jika ada yang mengucapkan salam ketika
duduk dijalan, hukum menjawabnya adalah wajib. Untuk lebih jelas
tentang salam ini, akan dibahas di bawah.
d. Memerintahkan kepada Kebaikan dan Melarang kepada Kemungkaran.
Apabila sedang duduk di jalan kemudian melihat ada orang yang
berjalan dengan sombong atau sambil mabuk atau memakai kendaraan
dengan ngebut, dan lain-lain, diwajibkan menegurnya atau
memberinya nasihat dengan cara yang bijak. Jika tidak mampu,
karena kurang memiliki kekuatan untuk itu, doakanlah dalam hati
supaya orang tersebut menyadari kekeliruan dan kesombongannya.

2.2 MENYEBARLUASKAN SALAM

11
Salah satu hal yang penting dalam kehidupan masyarakat muslim adalah
menyebarkan salam. Karena dengannya akan tumbuh rasa saling cinta di
antara mereka, biarpun tidak saling mengenal.
Satu kebiasaan yang ringan namun bisa jadi jarang diterapkan di tengah
keluarga kita adalah menyebarkan salam. Padahal banyak buah kebaikan
yang bisa dipetik dari ucapan yang mengandung muatan doa.
Betapa banyak kita temui anjuran Rasulullah -n kepada kita untuk
menyebarkan salam. Sebagaimana disampaikan oleh Abu Hurairah
Rasulullah pernah bersabda:
ُ،‫عاكَُُفَأ َ ِجبْه‬
َ َ‫ُ َو ِإذَاُد‬،‫س ِل ُْمُ َعلَ ْي ِه‬
َ َ‫ُ ِإذَاُلَ ِق ْيت َهُُف‬:‫ل‬
َُ ‫لُللاِ؟ُقَا‬ َُ ‫ُقِ ْي‬.ُ‫قُ ْالم ْس ِل ُِمُ َعلَىُ ْالم ْس ِل ُِمُ ِست‬
َُّ ‫ُ َماُه‬:‫ل‬
َُ ‫نُيَاُ َرس ْو‬ ُُّ ‫َح‬
َُ ‫ُ َو ِإذَاُ َم ِر‬،‫س ِمتْه‬
ُُُُُُُُُُُ‫ُ َو ِإذَاُ َماتَُُفَات َّ ِب ْعه‬،‫ضُفَعدْه‬ َ َ‫للاَُف‬
ُ َُ‫سُفَ َح ِم ُد‬ َ ‫ُ َو ِإذَاُ َع‬،‫حُلَه‬
َُ ‫ط‬ َ ‫َو ِإذَاُا ْست َ ْن‬
َ ‫ص َحكَُُفَا ْن‬
ُْ ‫ص‬
“Hak seorang muslim atas muslim yang lain ada enam.” Beliau pun
ditanya, “Apa saja, ya Rasulullah?” Jawab beliau, “Jika engkau bertemu
dengannya, ucapkan salam kepadanya. Jika dia memanggilmu, penuhi
panggilannya. Jika dia meminta nasihat kepadamu, berikan nasihat
kepadanya. Jika dia bersin lalu memuji Allah, doakanlah dia1. Jika dia
sakit, jenguklah dia; dan jika dia meninggal, iringkanlah jenazahnya.”
(HR. Al-Bukhari no. 1240 dan Muslim no. 2162)
Dinukilkan pula oleh Abu Hurairah bahwa beliau bersabda:
ُُُ‫ش ْيءُُ ِإذَاُفَ َع ْلتم ْوهُُت َ َحا َببْتم‬
َ ُ‫الَُأَدلُّك ُْمُ َعلَى‬ ُ ‫ُ َو‬،‫الَُتَدْخلونَُُ ْال َجنَّ ُةَُ َحتَّىُتؤْ ِمنوا‬
ُ ‫ُأ َ َو‬،‫الَُتؤْ ِمنواُ َحتَّىُتَ َحابُّوا‬ ُ
َّ ‫ُأَ ْفشواُال‬
ُُُُُُُُُُُُُُُُُُُُُُُُُُُُُُُُُُُُُُُُُُُُُُُُُُُُُُُُُُُُُُُُُُُُُُُُُُُُُُُُُُُُُُُُُُُُُُُُُ‫سالَ َُمُبَ ْينَكم‬
“ Kalian tidak akan masuk surga sampai kalian beriman, dan tidak
akansempurna iman kalian hingga kalian saling mencintai. Maukah aku
tunjukkan kalian pada sesuatu yang jika kalian lakukan kalian akan saling
mencintai? Sebarkanlah salam di antara kalian.” (HR. Muslim no. 54)
Al-Imam An-Nawawi menjelaskan, dalam hadits ini terdapat anjuran kuat
untuk menyebarkan salam dan menyampaikannya kepada seluruh kaum
muslimin, baik yang engkau kenal maupun yang tidak engkau kenal.Beliau
juga menjelaskan bahwa ucapan salam merupakan pintu pertama kerukunan
dan kunci pembuka yang membawa rasa cinta. Dengan menyebarkan salam,
semakin kokoh kedekatan antara kaum muslimin, serta menampakkan syi’ar
mereka yang berbeda dengan para pemeluk agama lain. Di samping itu, di

12
dalamnya juga terdapat latihan bagi jiwa seseorang untuk senantiasa
berendah diri dan mengagungkan kehormatan kaum muslimin yang lainnya.
Al-Bara` bin ‘Azib menukilkan sabda Rasulullah :
َّ ‫أَ ْفشواُال‬
‫سالَ َُمُت َ ْسلَموا‬
“Sebarkanlah salam, niscaya kalian akan selamat.”
( HR. Ahmad, dikatakan oleh Asy-Syaikh Al-Albani t dalam Shahih Al-
Adabil Mufrad no. 604: hasan)
Maksudnya di sini, kalian akan selamat dari sikap saling menjauh dan
pemutusan hubungan, serta akan langgeng rasa saling cinta di antara kalian.
Hati kalian pun akan bersatu, dan hilanglah permusuhan serta pertikaian.
‘Abdullah bin ‘Amr mengatakan, Rasulullah pernah bersabda:
َّ ‫سالَ َُمُتَدْخلواُ ْال َجنَّ ُةَُبِال‬
ُ‫سالَ ِم‬ َّ ‫امُ َوأَ ْفشواُال‬ ْ َ ‫الرحْ َمنَُُ َوأ‬
َّ ‫ط ِعمواُال‬
َُ َ‫طع‬ َّ ُ‫اعْبدوا‬
“Ibadahilah Ar-Rahman, berikan makanan dan sebarkan salam, niscaya
kalian akan masuk ke dalam surga dengan selamat.”
( HR. At-Tirmidzi no. 1855, dikatakan oleh Asy-Syaikh Al-Albani t dalam
Shahih Sunan At-Tirmidzi: shahih)
Banyak nukilan ucapan para salaf kita yang shalih yang menunjukkan
keutamaan mengucapkan salam. Di antaranya dari ‘Abdullah bin Mas’udz:
ُ‫علَى ُ ْالقَ ْو ُِم‬
َ ُ ‫سلَّ َُم‬
َ ُ ‫ل ُإِذَا‬
َُ ‫الرج‬ َُّ ِ‫ ُإ‬،‫ ُفَأ َ ْفشوهُ ُبَ ْينَك ْم‬،‫ض‬
َّ ُ ‫ن‬ ِ ‫ضعَهُ ُللاُ ُفِي ُ ْاْل َ ْر‬
َ ‫للاِ ُ َو‬ ُِ ‫ن ُأ َ ْس َم‬
ُ ُ ‫اء‬ ُْ ‫سالَ َُم ُاسْمُ ُ ِم‬ َُّ ِ‫إ‬
َّ ‫ن ُال‬
ُْ ‫نُلَ ُْمُي َر ُدَُّ َعلَ ْي ُِهُ َر ُدَُّ َعلَ ْي ُِهُ َم‬
ُُ‫نُه َُوُ َخيْرُُ ِم ْنه‬ َّ ‫ُ ِْلَنَّهُُذَ َّك َرهمُُال‬،‫َتُ َعلَ ْي ِه ُْمُفَضْلُُدَ َر َجة‬
ُْ ِ‫ُ َوإ‬،‫سالَ َم‬ ُْ ‫فَ َردُّواُ َعلَ ْي ُِهُكَان‬
ْ َ‫أ‬
ُ‫طيَب‬
“ Sesungguhnya As-Salam adalah salah satu nama Allah yang Allah
letakkan di bumi, maka sebarkanlah salam di antara kalian. Sesungguhnya
bila seseorang mengucapkan salam kepada suatu kaum, lalu mereka
menjawab salamnya, maka dia memiliki keutamaan derajat di atas mereka
karena dia telah mengingatkan mereka dengan salam. Dan bila tidak
dijawab salamnya, maka akan dijawab oleh makhluk yang lebih baik
darinya.”
( HR. Al-Bukhari dalam Al-Adabul Mufrad, dikatakan oleh Asy-Syaikh Al-
Albani t dalam Shahih Al-Adabil Mufrad no. 793: shahih secara mauquf,
shahih juga secara marfu’)
Abu Hurairah pernah mengatakan:

13
َّ ‫اسُالَّذِيُيَ ْبخَلُُبِال‬
ُ‫سالَ ِم‬ ُ ِ َّ‫أ َ ْبخَلُُالن‬
“Orang yang paling bakhil adalah orang yang bakhil untuk
mengucapkan salam.”
( HR. Al-Bukhari dalam Al-Adabul Mufrad, dikatakan oleh Asy-Syaikh Al-
Albani t dalam Shahih Al-Adabil Mufrad no. 795: shahih secara mauquf,
shahih juga secara marfu’)
Setelah mengetahui keutamaan amalan ini serta pentingnya dalam
kehidupan masyarakat muslimin, tentu tak layak bila kita remehkan. Lebih-
lebih berkaitan dengan pendidikan anak-anak kita. Semenjak awal mestinya
mereka dikenalkan dan dibiasakan dengan ucapan salam sebagaimana yang
diajarkan oleh syariat ini.
Bagaimana mungkin akan kita biarkan anak-anak kita saling mengucapkan
salam atau melontarkan sapaan dengan ucapan yang tidak dicontohkan oleh
Rasulullah n, atau bahkan mengadopsi dari kebiasaan orang-orang kafir?
Betapa banyak kaum muslimin yang masih membiasakan anak-anak mereka
ketika berpisah melambaikan tangan sambil mengatakan, “Daaag!” Atau
ketika bertemu dengan anak-anaknya dia menyapa, “Halo, Sayang!” Begitu
pula si anak akan menjawab, “Halo, Papa! Halo, Mama!”
Betapa banyak itu terjadi, dan masih banyak pula gambaran yang lain.
Sementara contoh yang begitu gamblang kita dapatkan dari Rasulullah n.
Beliau biasa menyapa dan menyampaikan salam kepada anak-anak para
sahabat.
Anas bin Malik z, pelayan Rasulullah n yang menghabiskan masa kecilnya
dalam bimbingan beliau n ini menceritakan:
ِ‫للا‬
ُ ُ‫ل‬َُ ‫نُ َرس ْو‬ َ َ‫َم َُّرُ َعلَىُ ِغ ْل َمانُُف‬
َُّ َ ‫سلَّ َُمُ َعلَ ْي ِه ْمُ أ‬
“ Rasulullah pernah bertemu dengan anak-anak kecil lalu beliau
mengucapkan salam kepada mereka.” (HR. Muslim no. 2168)
Peristiwa yang disaksikan oleh Anas bin Malik ini membekas dalam
dirinya, sehingga Anas pun melakukannya. Diriwayatkan oleh Tsabit Al-
Bunani, bahwa dia pernah berjalan bersama Anas bin Malik, melewati anak-
anak kecil.
Lalu Anas mengucapkan salam kepada mereka, dan mengatakan:

14
ُّ ِ‫يَ ْفعَلهُ كَانَُُالنَّب‬
ُ‫ي‬
“ Nabi dahulu biasa melakukannya.” (HR. Al-Bukhari no. 6247 dan
Muslim no. 2168)
Perbuatan Rasulullah ini diikuti pula oleh sahabat yang lainnya.
Diceritakan oleh ‘Anbasah bin ‘Ammar :
ِ ‫انُفِيُالكتَّا‬
ُ‫ب‬ ُِ َ‫الص ْبي‬ َ ‫َرأَيْتُُابْنَُُع َم َُرُي‬
ِ ُ‫س ِلمُُ َعلَى‬
“Aku pernah melihat Ibnu ‘Umar memberi salam kepada anak-anak kecil
di kuttab.”
(HR. Al-Bukhari dalam Al-Adabul Mufrad, dikatakan oleh Asy-Syaikh Al-
Albani t dalam Shahih Al-Adabil Mufrad no. 797: shahihul isnad)
Al-Imam An-Nawawi t menjelaskan tentang hadits Anas bin Malik di atas:
“Hadits ini menunjukkan disenanginya memberi salam kepada anak-anak
yang berusia tamyiz.”
Al-Hafizh menukil penjelasan Ibnu Baththal: “Dalam pemberian salam
kepada anak-anak ini terdapat pendidikan terhadap adab-adab syariat. Di
dalamnya terkandung pula sikap menjauhi kesombongan pada diri orang-
orang yang besar, perilaku tawadhu’, serta lemah-lembut kepada orang-
orang di sekitar.”
Memperdengarkan Ucapan Salam
Ketika menyampaikan salam, hendaknya seseorang memperdengarkan
ucapan salamnya. Diriwayatkan oleh Tsabit bin ‘Ubaid t:

َ ُُ‫اركَة‬
ُ‫طيِبَة‬ ُْ ‫ُفَإِنَّ َهاُت َِحيَّةُُ ِم‬،‫سلَّ ْمتَُُُفَأَس ِْم ْع‬
ُ ُ‫نُ ِع ْن ُِد‬
َ َ‫للاُِمب‬ َ ُ‫ُإِذَا‬:‫ل‬ ُ ُُ‫أَتَيْتُُ َمجْ ِلساُفِ ْي ُِهُ َعبْد‬
َُ ‫للاُِبْنُُع َم َُرُفَقَا‬

“Aku pernah mendatangi suatu majelis yang di situ ada ‘Abdullah bin
‘Umar.Maka beliau berkata, ‘Apabila engkau mengucapkan salam,
perdengarkan ucapanmu. Karena ucapan salam itu penghormatan dari sisi
Allah yang penuh berkah dan kebaikan’.” (HR. Al-Bukhari dalam Al-
Adabul Mufrad, dikatakan oleh Asy-Syaikh Al-Albani t dalam Shahih Al-
Adabil Mufrad no. 769: shahihul isnad).

Ucapan Salam ketika Datang dan Pergi

15
Anak-anak sudah semestinya dibiasakan untuk mengucapkan salam ketika
datang dan pergi. Perlu pula mereka mengetahui, ucapan salam yang lebih
utama. Seseorang yang mengucapkan salam dengan sempurna tentu
memiliki keutamaan.
Diceritakan oleh Abu Hurairah z:
Ada seseorang datang kepada Rasulullah n yang saat itu sedang berada di
suatu majelis. Orang itu berkata, “Assalamu ‘alaikum.” Beliau pun
bersabda, “Dia mendapat sepuluh kebaikan.” Datang lagi seorang yang
lain, lalu berkata, “Assalamu ‘alaikum warahmatullahi.” Beliau bersabda,
“Dia mendapat duapuluh kebaikan.” Ada seorang lagi yang datang, lalu
mengatakan, “Assalamu ‘alaikum warahmatullahi wabarakatuhu.” Beliau
pun bersabda, “Dia mendapat tigapuluh kebaikan.” Kemudian ada
seseorang yang bangkit meninggalkan majelis tanpa mengucapkan salam,
maka Rasulullah n pun mengatakan, “Betapa cepatnya teman kalian itu
lupa. Jika salah seorang di antara kalian mendatangi suatu majelis,
hendaknya dia mengucapkan salam. Bila ingin duduk, hendaknya dia
duduk. Bila dia pergi meninggalkan majelis, hendaknya mengucapkan
salam. Tidaklah salam yang pertama lebih utama daripada salam yang
akhir.” (HR. Al-Bukhari dalam Al-Adabul Mufrad, dikatakan oleh Asy-
Syaikh Al-Albani t dalam Shahih Al-Adabil Mufrad no. 757: shahih)
Yang Muda Memberi Salam pada yang Lebih Tua
Hendaknya anak-anak diajari pula agar memberi salam kepada orang yang
lebih tua. Demikian yang diajarkan oleh Rasulullah n dalam ucapan beliau
yang dinukilkan oleh Abu Hurairah :
ُ‫ُ َو ْالقَ ِليْلُُ َعلَىُ ْال َكثِي ِْر‬،ِ‫ارُ َعلَىُ ْالقَا ِعد‬
ُُّ ‫ُ َو ْال َم‬،‫ص ِغيْرُُ َعلَىُ ْال َكبِي ِْر‬
َّ ‫س ِلمُُال‬
َ ‫ي‬
“Yang kecil memberi salam kepada yang besar, yang berjalan memberi
salam kepada yang duduk, yang sedikit memberi salam kepada yang
banyak.” (HR. Al-Bukhari no.6234 dan Muslim no. 2160)
Ibnu Baththal t mengatakan, sebagaimana yang dinukil oleh Al-Hafizh:
“Pemberian salam orang yang lebih muda kepada yang lebih tua
disebabkan hak orang yang lebih tua. Karenanya orang yang lebih muda
diperintahkan untuk memuliakannya serta bersikap rendah hati kepadanya.

16
Mengucapkan Salam ketika Masuk Rumah
Hal yang tak patut ketinggalan dalam pembiasaan salam adalah
mengucapkan salam ketika masuk rumah. Allah berfirman di dalam Kitab-
Nya yang mulia:
“ Apabila kalian memasuki rumah, maka ucapkanlah salam bagi diri
kalian sebagai penghormatan dari sisi Allah yang penuh berkah dan
kebaikan.” (An-Nur: 61)
Yang dimaksudkan di sini, mencakup rumah miliknya maupun rumah
orang lain, baik di rumah itu ada orang ataupun tidak. Makna firman Allah
l: “Maka ucapkanlah salam bagi diri kalian”, hendaknya seseorang
mengucapkan salam kepada yang lainnya. Karena kaum muslimin itu
bagaikan satu individu, dari sisi saling cinta dan saling menyayangi serta
mengasihi di antara mereka. Sehingga ucapan salam disyariatkan ketika
memasuki semua rumah, tanpa dibedakan rumah yang satu dengan yang
lain. (Taisirul Karimir Rahman, hal. 575)
Dijelaskan pula oleh para pendahulu kita yang shalih, di antaranya
Mujahid dan Qatadah, “Apabila engkau masuk rumah untuk menemui
keluargamu, ucapkanlah salam kepada mereka. Apabila engkau masuk
rumah yang tak berpenghuni, ucapkanlah: َُ‫ـحيْن‬
ِ ‫صا ِل‬ ُ ُ ‫سالَمُ ُ َعلَ ْينَا ُ َو َعلَى ُ ِع َبا ُِد‬
َّ ‫للاِ ُال‬ َّ ‫ ال‬.
(Tafsir Ibnu Katsir, 5/431)
Ini perlu dibiasakan pada anak-anak, karena orang yang masuk rumah
dengan mengucap salam memiliki keutamaan. Diriwayatkan oleh Abu
Umamah Al-Bahili dari Rasulullah:
ُ ُ‫امنُُ َعلَى‬
ُ‫للاُِ َع َُّزُ َو َج َّل‬ ِ ‫ض‬َ ُ‫لُبَ ْيت َهُُ ِب َسالَمُُفَه َُو‬
َُ ‫ُ( ِم ْن َها)ُ َو َرجلُُدَ َخ‬:‫ل‬ ُ ُ‫امنُُ َعلَى‬
َُّ ‫للاُِ َع َُّزُ َو َج‬ ِ ‫ض‬َ ُ‫ثَالَثَةُُكلُّه ُْم‬
“Ada tiga orang yang mendapat jaminan dari Allah k, (di antaranya)
seseorang yang masuk rumahnya dengan mengucapkan salam, maka dia
mendapatkan jaminan dari Allah. (HR. Abu Dawud no. 2494, dikatakan
oleh Asy-Syaikh Al-Albani t dalam Shahih Sunan Abi Dawud: shahih)

Menjawab Salam dengan yang Lebih Baik

17
Tak lepas dari permasalahan ini, anak-anak diajarkan pula cara menjawab
salam sebagaimana dituntunkan oleh syariat. Allah memerintahkan:
“Dan apabila kalian diucapkan salam penghormatan, balaslah dengan
yang lebih baik atau balaslah (dengan yang serupa)…” (An-Nisa`: 86)
Al-Imam Ibnu Katsir menjelaskan, “Apabila seorang muslim
mengucapkan salam kepada kalian, balaslah dengan ucapan salam yang
lebih utama daripada yang dia ucapkan, atau balaslah sebagaimana yang
dia ucapkan. Sehingga membalas dengan menambah ucapan salam itu
disunnahkan, dan membalas dengan ucapan yang sama itu diwajibkan.”
Demikian yang semestinya dilakukan oleh setiap orangtua dalam
menanamkan kebiasaan ini. Begitu pula hendaknya yang ditempuh oleh
seorang pengajar yang mendidik anak-anak. Dinasihatkan oleh Asy-Syaikh
Muhammad bin Jamil Zainu: “Seorang pengajar apabila memasuki kelas
ُ ُ ُ‫الس ََّالمُ ُ َعلَيْك ُْم ُ َو َرحْ َمة‬
hendaknya mengucapkan salam dengan mengatakan ُِ‫للا‬
ُ‫وبَ َركَاته‬,
َ dan hendaknya dia mengetahui bahwa ini adalah perilaku Islami
yang agung, yang memperkuat ikatan cinta dan kepercayaan di antara
murid, maupun antara pengajar dengan muridnya.”
Beliau menambahkan: “Tidak sepantasnya salam yang diucapkan itu
berupa kalimat ‘selamat pagi’ atau ‘selamat sore’. Namun tidak mengapa
bila setelah mengucapkan salam dia ucapkan perkataan itu dengan sedikit
perubahan, seperti misalnya ‘Semoga Allah berikan kebaikan padamu pagi
ini’, sehingga ucapan itu mengandung makna doa….” (Nida` ilal
Murabbiyin wal Murabbiyat, hal. 17)
Inilah tuntunan Islam dalam mempererat hubungan persaudaraan di antara
kaum muslimin. Tentunya, harus kita tinggalkan kebiasaan-kebiasaan yang
jauh dari tuntunan Rasulullah n. Sebagai gantinya, menghidupkan sunnah
yang demikian benderang ini dalam kehidupan kita dan anak-anak kita.
Wallahu ta’ala a’lamu bish­-shawab.
 Yaitu dengan mengucapkan ُ‫يَ ْر َحمكَُُللا‬
 Kuttab adalah suatu tempat yang digunakan anak-anak untuk belajar
membaca, menulis, dan menghafal Al-Qur`an.

18
BAB III
PENUTUP

4.1 KESIMPULAN
1. Pergaulan yang baik ialah melaksanakan pergaulan menurut norma-
norma kemasyarakatan yang tidak bertentangan dengan hukum syara’,
serta memenuhi segala hal yang berhak mendapatkannya masing-
masing menurut kadarnya.

19
2. Haram bersepi-sepian (berduan) laki-laki dan perem-puan yang bukan
mahramnya. Karena yang menjadi pihak ketiga adalah syetan yang akan
menggoda mereka.
3. Anjuran sopan santun ketika duduk di jalan, yaitu :
 Menjaga pandangan mata.
 Tidak menyakiti.
 Menjawab Salam
 Memerintahkan kepada kebaikan dan melarang kepada kemungkaran
4. Salam juga merupakan doa yang berisi permohonan kepada Allah Swt.
Agar orang yang diberi salam memperoleh keselamatan di dunia
maupun di akhirat.
4.1 SARAN
Semoga dengan makalah ini kita dapat memahami dan menerapkan dalam
kehidupan sehari-hari tentang tata pergaulan yang baik, berlaku sopan
ketika dipinggir jalan, dan menyebarkan salam kepada sesama muslim.
Penulis mengucapkan mohon maaf kepada semua pihak khususnya para
dosen dan umumnya untuk semua mahasiswa mengenai kritik dan
saran.Karena penulis menyadari dalam penulisan makalah ini masih sangat
jauh dari kesempurnaan sehingga penulis mengharapkan kritik dan saran
yang membangun guna perbaikan makalah kedepannya.

DAFTAR PUSTAKA

http://asysyariah.com/menyebarkan-salam/
https://stnj2016.blogspot.co.id/2016/10/evaluasi-pendidikan-islam.html
https://emaskuwinggo.blogspot.co.id/2016/09-tentang-menyebarluaskan-salam.html
http://slametmasngudi.blogspot.co.id/2015/04/makalah-haadits-tata-pergaulan.html
http://teratakhijau11.blogspot.co.id/2013/07/hadits-persaudaraan-tata-pergaulan-
dan_21.html

20
21

Anda mungkin juga menyukai