KE-NU AN
MATERI MAKESTA
Disusun Oleh :
SALMA ANNISATUS SOLIKHAH
B. Hikmah Silaturahmi
Pertama adalah bisa merekatkan tali persaudaraan. Ya, tentunya sebagai
manusia tidak terlepas dari yang namanya salah dan khilaf. Pasti ada saja masalah
dan konflik yang terjadi, bahkan sering kali tanpa sadar kamu menyakiti hati
seseorang. Nah, dengan silaturahmi memberikan hikmah untuk merekatkan ukhuwah
dan juga kekerabatan yang mulai pupus atau berkurang.
Kedua memperbanyak rezeki Di dalam beberapa hadis mengatakan bahwa
dengan bersilaturahmi bisa memperbanyak rezeki. Tentu saja rezeki ini bisa bersifat
langsung ataupun efek yang tidak langsung. Misalnya saja, dengan bertemu sahabat,
kamu bisa menawarkan produk bisnis, membangun bisnis bersama, atau mendapatkan
berkah lainnya dari bersilaturahmi.
Ketiga menambah empati dan menjauhi sikap egois Hikmah dan keutamaan
silaturahmi lainnya adalah bisa menambah empati dan menjauhi sikap egois. Ya, saat
sedang bersilaturahmi, kamu dibiasakan untuk menghargai orang lain, menghormati
mereka, mendengarkan cerita dan masalahnya dan hal-hal lainnya. Untuk itu,
silaturahmi secara tidak langsung, kalau dijalankan secara konsisten akan membentuk
empati dan menjauhi sikap egois.
Kedelapan penyebab masuk surga dan dijauhkan dari neraka hikmah dan
keutamaan silaturahmi berikutnya adalah didekatkan dengan surga dan dijauhkan dari
api neraka. Sebagaimana yang tertera di dalam hadis berikut ini,
ِ َصالَةَ َوتُْؤ تِ َي ال َّز َكاةَ َوت
ص ُل ال َّر ِح َم َّ ش ْيًئا َوتُقِ ْي ُم ال ْ ُتَ ْعبُ ُد هللاَ َوالَ ت
َ ش ِر ُك بِ ِه
“Engkau menyembah Allah SWT dan tidak menyekutukan sesuatu dengan-Nya,
mendirikan shalat, menunaikan zakat, dan menyambung tali silaturahmi.” (HR
Bukhari dan Muslim).
Dan dalam satu riwayat:
َك بِ َما َأ َمرْ تُهُ بِ ِه دخَ َل َْالجَّنََّة
َ ِإ ْن تَ َم َّس
“Jika dia berpegang dengan apa yang Kuperintahkan kepadanya niscaya ia masuk
surga.”
Metode Ceramah
Ceramah adalah suatu teknik atau metode yang banyak diwarnai oleh ciri
karakteristik bicara oleh seorang da’i/ mubaligh pada suatu aktivitas dakwah.
Ceramah dapat pula bersifat propaganda, berpidato (retorika), khutbah, sambutan,
mengajar dan sebagainya
Metode diskusi (Mujaddalah)
Mujaddalah atau diskusi atau debat adalah mempertahankan pendapat dan
nideologinya agar pendapat dan ideologinya itu diakui kebenaran dan kehebatannya
oleh orang lain.
Metode tanya jawab
Metode tanya jawab adalah penyampaian materi dakwah dengan cara
mendorong sasarannya (objek dakwah) untuk menyatakan suatu masalah yang dirasa
belum dimengerti dan da’i atau muballig penjawabnya.
Dakwah Bi al-Hal
pada dasarnya dakwah bi al-hal23 selain menuntut adanya contoh dan karya
nyata, juga menuntut keterlibatan yang intens dari para pelaku dakwah terhadap
permasalahan objek dakwah dan merumuskan jawaban dari permasalahan tersebut
kedalam bentuk mkegiatan, dengan cara mana aktifitas dakwah dapat
diselenggarakan, dapat secara langsung dirasakan manfaatnya oleh masyarakat
sebagai sasaran dakwah.
BAB V PENINGKATAN HIDUP DAN KUALITAS HIDUP MASYARAKAT
MELALUI KEGIATAN YANG TERARAH
A. Lembaga Perekonomian Nahdlatul Ulama (LPNU)
Lembaga Perekonomian Nahdlatul Ulama (LPNU) merupakan perangkat atau
lembaga yang bertugas melaksanakan kebijakan NU di bidang pengembangan
ekonomi warga Nahdlatul Ulama. Program penguatan ekonomi umat mulai dari
pendirian koperasi dan kebijakan kemitraan atau kelembagaan bagi nahdliyin atau
anggota nahdlatul ulama.
“Wahai pemuda putra bangsa yang cerdik pandai dan para ustaz yang mulia.
Mengapa kalian tidak mendirikan saja suatu badan usaha ekonomi yang beroperasi,
dimana setiap kota terdapat satu badan usaha yang otonom” ( KH. Hasyim Asy’ari
“Deklarasi Nahdlatut Tujjar 1918” ).
B. Sejarah Mengenal Lembaga Perekonomian Nahdlatul Ulama
Nahdhutul Ulama sebagai ormas keagamaan yang pada awal berdirinya
ditujukan untuk membendung gerakan Islam pembaruan yang hendak menghabisi
kelompok tradisionalis Islam. Meski NU baru lahir pada tahun 1926, namun
sebenarnya telah didahului dengan berdirinya lembaga-lembaga milik para ulama.
Baik di bidang pemikiran maupun ekonomi. NU tidak bisa dipisahkan tiga tiang
penyangga kelahirannya, yaitu Nahdlatul Wathan yang berdiri pada tahun 1914,
Nahdlatut Tujjar (1918) dan Tashwirul Afkar (1918) yang juga didirikan oleh para
ulama pendiri NU. Sebagai organisasi ekonomi NU, Nahdlatut Tujjar sesungguhnya
kurang begitu populer dalam sejarah perjuangan bangsa Indonesia. Nahdlatut Tujjar
jarang sekali termaktub dalam catatan sejarah resmi. Ini terjadi karena tiga alasan.
Pertama, sejarah Nahdlatut Tujjar tidak pernah terdokumentasikan secara rapi, baik
oleh para pendiri ataupun penerusnya. Kedua, ketidaktahuan kalangan peneliti
mengenai keberadaan Nahdlatut Tujjar dan pengaruhnya terhadap perekonomian
nasional saat itu. Ketiga, kemungkinan adanya distorsi penulisan sejarah. Setelah
beberapa waktu NU berdiri di tengah kondisi perjuangan dan makin banyaknya
persoalan sosial kemasyarakatan dan keagamaan, Nahdlutut Tujjar tidak lagi
memiliki peranan penting sebagaimana di awal berdirinya. Hingga banyak persoalan
kesejahteraan umat terabaikan. Untuk mengantisipasi problem ekonomi umat ketika
itu, sebenarnya telah dikembangkan ekonomi kerakyatan berupa koperasi. Pada tahun
1937 Ketua Tanfidz NU, KH. Mahfoedz Siddiq mendirikan Koperasi Syirkah
Mu’awwanah. Kehadiran koperasi ini berupaya membuka jaringan perdagangan antar
pesantren yang banyak menghasilkan produk-produk pertanian dan usaha-usaha kecil
lainnya.
C. Usaha Dan Bisnis Nahdlatul Ulama
Pada saat itu, terdapat satu departemen dari lima departemen yang ada yang
secara khusus mengurusi masalah bisnis di dalam NU. Para anggota yang
memproduksi barang-barang sederhana seperti pakaian, rokok, sajadah, dan lain-lain
diperkenankan memasarkan barangnya dengan nama “Nahdlatul Ulama”, dengan
menggunakan lambang resmi NU. Sebagai imbalannya mereka harus memberikan
persentase keuntungannnya kepada organisasi. Semua label harus dicetak di
percetakan milik NU sendiri. Kiai didorong mendirikan toko sendiri, dengan logo
NU, untuk menjual barang-barang yang diperlukan di pesantren. Departemen ini akan
membantu mereka mengembangkan keterampilan bisnis mereka, dan para usahawan
didorong menjual barang-barang mereka dengan persyaratan yang lebih mudah.
Namun pada kenyataannnya Syirkah Mu’awwanah dan departemen yang mengurusi
bisnis di NU ini tidak mampu berperan secara maksimal dalam mengangkat
perekonomian umat. Meski telah memiliki BMT SM NU dan usaha-usaha lain seperti
Koperasi An-Nisa, Koperasi Bintang Sembilan dari kelanjutan Syirkah Muawwanah.
Namun hingga kini manfaatnya belum dapat dirasakan secara maksimal oleh warga
NU.
D. Kiprah Pesantren
Selain itu, banyak pesantren NU yang berhasil memperkuat basis ekonominya
dengan mendirikan koperasi-koperasi pesantren. Lihat saja, Koperasi Pesantren
Sidogiri di Pasuruan bahkan sudah memiliki lebih dari 10 cabang. An Nuqoyah di
Guluk-guluk Sumenep, Nurul Jadid di Paiton-Probolingga, Pesantren Drajat di
lamongan, dan masih banyak lagi yang lainnya. Di antara pesantren itu bahkan telah
memiliki produk unggulan masing masing. Namun koperasi-koperasi dan unit-unit
usaha produksi yang berdiri kuat di pesantren ini masih belum memiliki jaringan
ekspansi pasar yang kuat dan berjalan sendiri-sendiri, sehingga pengembangannya
menjadi agak terhambat. Selain itu aspek permodalan juga masih sangat kurang,
disamping sklill dalam menangani bisnis juga masih perlu terus ditingkatkan.
Secara struktural, sebenarnya telah diadakan upaya-upaya membangun perekonomian
ini. Pada juni 1990 NU menandatangani kesepakatan dengan Bank Summa (milik
grup Astranya William Soerjadjaya) dan membentuk bank Nusumma. Kehadiran
bank Nususmma ini sebenarnya adalah upaya menjembatani kebutuhan permodalan
bagi pengembangan usaha-usaha warga NU, selain secara khusus juga dimaksudkan
sebagai badan usaha untuk menopang kebutuhan NU. Namun keberadaan Nusumma
sendiri tidak mampu bertahan setelah kelompok usaha William Surjadjaja tersandung
masalah dan terpaan badai krisis ekonomi 1997. Setelah Nusumma tidak lagi punya
likuiditas dan pemerintah tidak lagi membantu meningkatkan likuiditasnya, akhirnya
Nusumma turut dilikuidasi bersama bank-bank nasional lainnya.
E. Masa Reformasi
Setelah masa reformasi bergulir, NU pun turut dalam program-program
peningkatan kesejahteraan khususnya petani dan pengusaha kecil. NU juga dipercaya
sebagai salah satu penyalur dana dari program Kredit Usaha Tani (KUT), namun
karena minimnya SDM dan banyak faktor lain, seperti fluktuasi harga dan gagal
panen, banyak dari peminjam dana KUT tidak mengembalikan, termasuk yang
disalurkan melalui NU kepada warganya. Akhirnya program KUT dinyatakan gagal
dan Pemerintah membebaskan dari pengembalian utang KUT. Secara kelembagaan,
NU memiliki Lembaga Perekonomian Nahdlatul Ulama (LPNU), akan tetapi dari
latar belakang diatas LPNU belum mengambil peranan penting untuk pengawasan
dan menggerakan ekonomi secara organisasi, ini dikarenakan LPNU terjebak pada
gerakan-gerakan non-economic, sehingga LPNU hanya sebagai pelengkap penderita
dalam organisasi. Pengembangan ekonomi nahdliyah tidak saja akan memberdayakan
warga NU, namun juga dapat memberdayakan ekonomi NU secara organisatoris
bahkan umat pada umumnya. Oleh karenanya kerjasama semua pihak sangat
dibutuhkan dalam upaya ini. sinergitas peran secara sistemik yang harus menjadi
komitmen bersama. Inilah saatnya mengentas kemiskinan umat dan kembali
mengangkat Islam dan umat Islam pada posisi yang kuat, sehingga tidak hanya secara
normative Islam disebut sebagai ya’lu wala yu’la alaihi, namun juga secara riil
menunjukkan bahwa umat Islam berdiri pada posisi yang terhormat dan sejahtera.
Inilah tujuan yang sesungguhnya dari upaya pengembangan ekonomi melalui basis
keumatan.
F. Prinsip Dasar Lembaga Perekonomian Nahdlatul Ulama
Secara umum prinsip dasar mengacu pada prinsip-prinsip dasar adalah sebagai
berikut:
1. Kemitraan
Semua pihak yang berkepentingan didorong untuk mewujudkan kemitraan
dan kerjasama sinergi dalam rangka optimalisasi dalam mencapai tujuan
2. Kewirausahaan
Dalam pelaksanaannya memerlukan jiwa pelaku usaha yang kuat, kukuh,
kreatif dan tidak mudah terguncang dalam menghadapi berbagai persoalan yang
menghalangi usahanya, sehingga dapat lebih produktif, tumbuh dan berkelanjutan.
3. Kelembagaan
Mengukuhkan pranata social yang memperteguh kebersamaan dalam
memperjuangkan tujuan dan kepentingan anggota serta memperkokoh kemandirian
dalam mengembangkan kapasitas social ekonomi jama’ah.
4. Kearifan Lokal
Pelaksanaanya didasarkan pada optimalisasi sumber daya setempat yang ada
di wilayah maupun sekitarnya, baik sumber daya manusia, sumber daya pendanaan,
dan sumber daya lainnya dalam rangka mendukung usaha yang akan
dikembangkannya.
5. Keberlanjutan
Setiap pengambilan keputusan harus mempertimbangkan kepentingan
peningkatan kesejahteraan jamaah, tidak hanya saat ini tapi juga di masa depan
dengan tetap menjaga kelestarian lingkungan.
G. Strategi Lembaga Perekonomian Nahdlatul Ulama
Dalam rangka mencapai tujuan, menerapkan 3 (tiga) strategi dasar yang satu
sama lain merupakan satu kesatuan, yaitu:
1. Meningkatkan Kapasitas Kelembagaan
Fokus orientasinya dititikberatkan pada penguatan pengetahuan, sikap dan
ketrampilan yang berhubungan dengan pengembangan kelembagaan, kapasitas
organisasi.
2. Meningkatkan Kapasitas Kelompok bisnis yang sudah ada
Kapasitas yang dimaksud mencakup dimensi moral, intelektual, material, dan
manajerial. Kelompok bisnis yang sudah ada pada dasarnya telah memiliki asset
berupa: asset keuangan, asset social (nilai-nilai kebajikan/jaringan social), asset fisik
lingkungan, asset sumber daya manusia, maupun asset yang berkaitan dengan akses
terhadap sumber daya alam dan informasi.
3. Meningkatkan Pelayanan
Secara umum, layanan berupa penyediaan akses infrastruktur, akses ekonomi,
terutama dukungan dana bergulir untuk usaha produktif. Tata Kelola Mengenal
Lembaga Perekonomian Nahdlatul Ulama Lembaga adalah perangkat departementasi
organisasi Nahdlatul Ulama yang berfungsi sebagai pelaksana kebijakan Nahdlatul
Ulama, khususnya yang berkaitan dengan bidang tertentu. Lembaga Perekonomian
Nahdlatul Ulama disingkat LPNU, bertugas melaksanakan kebijakan Nahdlatul
Ulama di bidang perekonomian. Peran LPNU dalam upaya pemberdayaan ekonomi
melaksanakan peran fasilitatif dengan mengadakan diskusi dan dialog kepada
masyarakat dan membantu kebutuhan kelompok masyarakat. Peran edukasional atau
mendidik dengan memberikan pelatihan, peran representasional menjalin kemitraan
dengan perbankan dan lembaga lain serta peran teknis dengan pelayanan masyarakat
melalui koperasi simpan pinjam.
BAB VI PENUTUP
A. Kesimpulan
Kegiatan kegiatan yang dipilih oleh NU pada awal berdiri dan khidmahnya
menunjukkan pandangan dasar yang peka terhadap pentingnya terus menerus di bina
hubungan dan komunikasi antara para ulama sebagai pimpinan masyarakat serta ada
keprihatinan atas nasib manusia yang terjerat oleh keterbelakangan kebodohan dan
kemiskinan. Sejak semula NU melihat ini sebagai bidang garapan yang harus segera
dilaksanakan melalui kegiatan kegiatan yang nyata. Pilihan akan ikhtiar yang
dilakukan mendasari kegiatan NU dari masa kemasa dengan tujuan untuk melakukan
perbaikan perubahan dan pembaharuan masyarakat terutama dengan mendorong
swadaya masyarakat sendiri NU sejak semula meyakini bahwa persatuan para ulama
dan pengikutnya masalah pendidikan da’wah islamiyah kegiatan sosial serta
perekonomian adalah masalah yang tidak bisa dipisahkan untuk merubah masyarakat
yang maju sejahtera berakhlaq mulia Pilihan kegiatan NU tersebut sekaligus
menumbuhkan sikap partisipasi terhadap setiap usaha yang bertujuan membawa
masyarakat kepada kehidupan yang maslahah. Setiap kegiatan NU untuk
kemaslahatan manusia dipandang sebagai perwujudan amal ibadah yang didasarkan
paham keagamaan yang dianutnya. Dalam rangka melaksanakan ikhtiar ikhtiarnya
NU membentuk organisasi yang mempunyai struktur tertentu yang berfungsi sebagai
alat untuk melaksanakan koordinasi bagi tercapainya tujuan yang telah ditentukan
baik tujuan yang bersifat keagamaan maupun kemasyarakatan. Karena pada dasarnya
NU adalah jamiyah diniyahyang membawa faham keagamaan maka paraulama
sebagai mata rantai pembawa faham Ahlusunnah wal jamaah selalu ditempatkan
sebagai pengelola, pengendali, pengawas dan bimbingan utama jalannya organisasi.
Untuk melaksanakan kegiatan kegiatannya, NU menempatkan tenaga yang sesuai
dengan bidangnya untuk menanganinya.
DAFTAR PUSTAKA
[1] L. Kemenag, “Upaya Peningkatan Pendidikan Agama di Kawasan 3T,” 2019,
2019. [Online]. Available: https://www.nu.or.id/post/read/112605/upaya-
peningkatan-pendidikan-agama-di-kawasan-3-t.
[2] Muttaqin, “Pemikiran Dan Manajemen Pendidikan Nu Dan Muhammadiyah,”
NUR EL-ISLAM J. Pendidik. dan Sos. Keagamaan, vol. 4, no. 1, pp. 1–39,
2017.