Anda di halaman 1dari 16

Bekal Seorang Daiyah (Zaad Ad-Daaiyah)

Hukum amal dakwah adalah wajib syari, Seperti yang disebutkan dalam firman Allah :







Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebahagian mereka (adalah) menjadi
penolong bagi sebahagian yang lain. Mereka menyuruh (mengerjakan) yang maruf, mencegah
dari yang munkar, mendirikan shalat, menunaikan zakat dan mereka taat pada Allah dan Rasul-
Nya. Mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah; sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha
Bijaksana. (Q.S. At-taubah : 71)

Dapat dilihat keterpaduan kerjasama antara lelaki dan wanita dalam melakukan amal dakwah ke
arah Islam dan penerapan hukum-hukumnya.

Penjelasan di atas menunjukkan bahwa wanita Islam mempunyai peranan istimewa dan memiliki
kewajiban melakukan amal dakwah seperti halnya laki-laki. Bahkan dalam satu sisi peranan
wanita dapat mengungguli peran laki-laki, terutama dalam bidang yang didominasi oleh kaum
wanita. Ini kerana kaum wanita mempunyai beberapa keistimewaan tersendiri dari sudut
kesediaan, kemampuan, sifat-sifat keperibadian, kejiwaan dan perasaan yang berbeda daripada
kaum lelaki. apalagi kalau kita lihat kondisi saat ini menunjukkan bahwa keterlibatan wanita
dalam dakwah dan kerja-kerja kemasyarakatan amat penting, karena wanita adalah salah satu dari
sumber kekuatan Islam.

Ummu Atiyyah al-Ansariyyah umpamanya menjadikan rumahnya markaz dakwah dan


menimba ilmu. Beliau begitu terkenal karena keaktifannya di dalam memberi nasihat dan
menyampaikan ajaran Islam di kalangan pelbagai qabilah pada zaman Nabi s.a.w. Baliau pernah
disiksa dan dipenjarakan. Namun semangatnya tidak patah.

Menurut Zainab al-Ghazali di dalam bukunya yang berjudul Ila Ibnati, keadaan umat masa kini
sangat memerlukan kaum wanita memainkan peranan yang aktif di dalam dakwah. Ini disebabkan
penjajah Barat mengeksploitasi wanita di dalam menabur benih-benih kejahatan dan keruntuhan
nilai-nilai akhlak dan kemanusiaan. Wanita Islam yang kurang agamanya serta sedikit ilmunya
akan terus menjadi alat propaganda syaitan di dalam menyebarkan kemungkaran melalui media
massa, baik media cetak maupun media elektronik. Menurut penelitian beliau, wanita adalah
orang yang memiliki peranan penting dalam menjalankan operasi dakwah di kalangan yang
sejenis dengan mereka. Karena mereka lebih memahami tabiat, kedudukan dan permasalahan
yang dihadapi oleh kaum mereka. Dengan itu mereka lebih berupaya masuk kedalam hati mad u
dengan pendekatan yang sesuai dan lebih serasi dengan fitrah mereka.

Dan dakwah tidak terbatas pada menyampaikan ceramah di masjid-masjid, memberi tazkirah di
dalam liqaat mingguan atau majlis-majlis talim, namun dakwah yang mencakup pada usaha
membentuk tingkah laku dan gaya hidup seseorang; membentuk manusia yang memiliki akhlak
mulia, tutur kata yang baik, kasih sayang yang mendalam, persaudaraan yang jujur, kegigihan
dalam bekerja, sabar ketika bencana, teguh dan setia menanggung suka dan derita.

Karena itu medan dakwah cukup luas, setiap orang bisa bahkan wajib memainkan peranan dalam
berbagai medan dakwah, berusaha untuk bisa menyesuaikan diri, meningkatkan kemampuan,
kesesuaian masa, tempat, kapasitas dan kemampuan yang dimiliki untuk kerja-kerja dakwah. Dan
untuk menjadi daiyah yang mumpuni, maka harus memiliki bekal yang memadai baik aqidah,
ibadah, akhlak dan ilmu serta jihad dan hijrah, sehingga dengan bekal itu dapat menjadi penuntun
dan penunjang kelancaran dan keberhasilan dakwah.

Adapun bekal yang harus dimiliki oleh seorang wanita (daiyah) dalam berdakwah adalah
sebagai berikut:

Iman yang suci : Hati yang selalu terpaut dengan Allah

Keimanan yang berbuah pada ketaatan kepada Allah SWT terhadap segala perintah dan larangan
yang telah ditetapkan secara sunguh-sungguh. Ketaatan kepada Allah SWT akan menelurkan kasih
dan cinta yang tidak ternilai di sisi manusia. Ketaatan dan cinta kepada Allah ini bukanlah mudah
diperoleh sekirannya persediaan kearah itu disepelekan. Bagi seorang daiyah harus memiliki
bekal keimanan yang benar sehingga mampu menembus relung hati dan dapat diterima oleh
madunya terhadap materi yang disampaikan olehnya.

Ada sebab-sebab yang dapat menguatkan keimanan seseorang sehingga kadar keimanannya naik
dan bertambah. Firman Allah:


Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu adalah mereka yang apabila disebut nama Allah
gemetarlah hati mereka dan apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayat-Nya, bertambahlah iman
mereka karenanya dan kepada Tuhan merekalah mereka bertawakkal. (Q.S. Al-Anfal:2).

Di samping itu ada pula perbuatan-perbuatan yang menyebabkan turunnya kadar keimanan
seseorang seperti: bermaksiat kepada Allah. Rasulullah bersabda:

Tidaklah seorang mukmin berzina ketika ia mukmin, tidaklah seorang mukmin meminum
khamar ketika mukmin, tidaklah seorang mukmin mencuri ketika ia mukmin. (HR. Bukhari,
Muslim dan yang lainnya).

Untuk menjaga keimanan dibutuhkan penopang yang kokoh yaitu berupa keyakinan kepada Allah
SWT dengan diiringi perbuatan-perbuatan taqwa dan menjauhi kemaksiatan sekecil apapun. Maka
membersihkan hati dan menghilangkan sekat-sekat yang menutupinya dari hidayah Allah SWT
adalah langkah pertama menuju keimanan yang hakiki.

Keimanan yang benar tersusun dari dua hal:


Keyakinan yang mantap tanpa dicampuri keraguan dan kebimbangan.
Amal perbuatan sebagai konsekwensi keyakinan.
Sedangkan perbuatan itu dapat dibagi menjadi tiga macam:

Perbuatan hati, seperti: Takut kepada Allah, bertawakkal kepada-Nya.


Perbuatan lisan, seperti: Mengucapkan Syahadatain, bertasbih, istighfar dan lainnya.
Perbuatan anggota tubuh seperti: Sholat, puasa, berjihad di jalan Allah, berusaha mencari rizki dan
lain-lain.
Iman Menjadikan Hidup Memiliki Tujuan

Karena itu, seorang wanita muslimah daiyah harus mengetahui tujuan hidupnya, dalam
berumah tangga, menjadi istri untuk suaminya, menjadi ibu untuk anak-anaknya, menjadi bagian
masyarakat dan bergaul ditengah masyarakat, menjadi hamba Allah dan segala aktivitas, sikap dan
perbuatannya hanya ditujukan karena Allah yang berlandaskan akidah yang benar dan iman yang
mantap.

Iman Menjadikan Dakwah Lebih kokoh

Ingatlah wahai muslimah bahwa dakwah yang tidak dilandasi dengan iman yang shahih tidak akan
memberikan manfaat sama sekali, dirinya akan rapuh dan tidak mampu bertahan lama. Ibarat tong
kosong nyaring bunyinya. Sekalipun ditopang dengan dana yang berlimpah, perangkat yang
canggih dan retorika yang memukau, jika tidak berdasarkan iman maka semuanya merupakan
fatamorgana yang tidak mampu memberikan manfaat dan tidak akan mampu bertahan lama.

Faham komunis dan sekularis merupakan dua contoh konkret akan rapuhnya sebuah ajaran yang
tidak berlandaskan iman. Begitupun dengan aliran sesat seperti Ahmadiyah, syiah, al-qiyadah al-
islamiyah dan lain-lainnya sekalipun mereka mengaku membawa ajaran Islam namun tidak
berlandaskan akidah yang murni pada sendirinya akan hancur dan tidak akan bertahan lama.

Iman adalah Kunci Kebahagiaan Dunia Akhirat

Dalam surat Al-Baqarah ayat 201, Allah berfirman:

Dan diantara mereka ada yang mendoa : Ya Tuhan Kami , berilah kami kebaikan didunia
dan kebaikan diakhirat dan pelihara kami dari siksa Neraka. Merekalah Orang-orang yang
mendapat kebahagian dari apa yang mereka usahakan, dan Allah sangat cepat perhitungan-Nya.

Menurut sudut pandang Islam, diperlukan suatu tata hidup yang seimbang antara kebutuhan-
kebutuhan dunia dan akhirat. Sebagaimana firman Allah dalam surat Al-Qashash ayat 77:

Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu berupa kebahagiaan negeri
akhirat, tetapi janganlah kamu melupakan bagianmu dari kenikmatan duniawi, dan berbuat baiklah
kepada orang lain sebagaiman Allah telah berbuat baik kepadamu dan janganlah kamu berbuat
kamu kerusakan di muka bumi sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat
kerusakan.

Seorang muslim yang betul-betul beriman, tidaklah akan terpesona oleh kemewahan dan
kenikmatan hidup di dunia. Sebab dia yakin bahwa semua itu akan sirna dan lenyap. Ia ingin
mendapatkan kenikmatan dunia dengan berusaha sekuat tenaga, tetapi dia juga berusaha sekuat
tenaga untuk menabung amal shaleh dan beribadah untuk kebahagiaannya nanti di akhirat.

Dalam kehidupan dunia yang sementara, tidak sedikit manusia yang terbujuk dan terpikat, ia lupa
akan hakikat dan tujuan hidupnya, lalu terjerumuslah ia ke lembah kesesatan dan kehancuran. Ia
berusaha menikmati manisnya dunia sepuas-puasnya, dan bersedia melakukan berbagai cara untuk
mendapatkan kenikmatan itu. Ia tak segan berbohong, melakukan pemerasan dan penindasan
terhadap sesama, dan lain sebagainya. Jika sudah demikian, hilanglah rasa kasih sayang dan
persaudaraan seseorang, lalu hilanglah imannya kepada Allah.

Ibadah yang Shahih: Segala Perbuatan yang Dicintai dan Diridhai Allah, Baik Dzahir dan
Bathin.

Allah SWT berfirman :


Dan beribadahlah kepada Tuhanmu sampai mati mendatangimu,(Al-Hijr:99).

Dan Allah juga berfirman :

Dan tidaklah aku ciptakan Jin dan Manusia kecuali untuk beribadah kepada-Ku (QS. Adz-
Dzariyat:56)

Allah menciptakan manusia bukan untuk sia-sia, tetapi karena tujuan mulia yaitu untuk beribadah
kepada-Nya. Ibadah adalah kata yang mencakup segala hal yang dicintai dan diridhoi Allah SWT.
Kita menjalankan perintah Allah dan meninggalkan larangannya-Nya adalah ibadahJadi Ibadah itu
artinya luas bukan hanya ibadah mahdhoh (murni) saja seperti shalat, puasa, zakat dan haji, seperti
dalam penjelasan Nabi saw bahwa cabang-cabang keimanan itu lebih dari enam puluh atau lebih
dari tujuh puluh cabang. Paling utama adalah Lailaha illallah dan paling rendah adalah
menyingkirkan duri di jalanan. Tapi ibadah itu tidak berarti positif dunia maupun akhirat sampai
memenuhi dua kriteria:
Ibadah itu harus dilakukan dengan ikhlas karena Allah.
Ibadah itu harus dilakukan sesuai dengan petunjuk Rasulullah saw.
Satu syarat saja tidak diterima Allah, sampai betul memenuhi kedua persyaratan itu.

Dan Allah berfirman:

Katakanlah: Sesungguhnya Aku Ini manusia biasa seperti kamu, yang diwahyukan kepadaku:
Bahwa Sesungguhnya Tuhan kamu itu adalah Tuhan yang Esa. barangsiapa mengharap
perjumpaan dengan Tuhannya, Maka hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh dan janganlah ia
mempersekutukan seorangpun dalam beribadat kepada Tuhannya. (Al-Kahfi : 110)

Salah satu sikap yang harus dimunculkan pada diri seorang muslim adalah sikap tunduk dan patuh
serta taat kepada Allah, menjunjung tinggi perintah-Nya, menghormati aturan-aturan-Nya di atas
segala-galanya sebagai wujud rasa kehambaan kepada-Nya. Maka langkah pertama
menyampaikan kepada ketundukan dan totalitas yang sempurna adalah menanamkan iman kepada
Allah SWT kedalam hati, menghujamkan keyakainan yang kuat kedalam sanubari. Bahwa Allah
adalah pencipta manusia, Dia lebih tahu seluk beluk manusia, Dia Maha mengetahui apa yang
baik bagi manusia dan apa yang tidak baik. Rasa iman ini harus dibuktikan melalui kesiapan
mengemban kewajiban yang telah diwajibkan Allah kepada manusia berupa syariat Islam,serta
melaksanakannya dengan tulus ikhlas.

Pengakuan seseorang bahwa ia telah beriman dan berislam tidak cukup untuk membuktikan ia
seorang mumin atau muslim sejati, akan tetapi iman dan islam membutuhkan pembuktian yang
lebih kongkrit dan mendalam. Tak cukup tersimpan dalam jiwa dan hati saja, sebab Iman dan
Islam adalah amalan lahir bathin. Maka dalam membuktikannya seseorang harus melaksanakan
ibadah-ibadah yang telah diwajibkan Allah, baik dengan anggota tubuh, tenaga, harta dan jiwa.
Karena iman yang tidak dibuktikan secara kongkrit, akan menjadikan orang diam seribu bahasa,
menyeret orang menjadi jumud dan beku, duduk berpangku tangan, lalu menjauhkan diri ketempat
yang sepi, dengan anggapan demi memelihara hati dan jiwa. Padahal sedikitpun pengakuannya itu
tidak pernah terbukti.

Ketika Allah SWT memerintahkan Ummahatul Mukminin untuk berdiam di rumah mereka, Allah
gandengkan perintah tersebut dengan perintah beribadah. Allah berfirman:

Dan tetaplah kalian di rumah-rumah kalian dan janganlah bertabarruj seperti tabarrujnya orang-
orang jahiliyyah yang terdahulu, tegaklah shalat, tunaikanlah zakat dan taatlah kepada Allah dan
Rasul-Nya. (Al-Ahzab: 33)

Dengan menegakkan ibadah kepada Allah SWT ini, akan sangat membantu seorang wanita untuk
melaksanakan perannya dalam rumah tangga. Dan dengan ia melaksanakan ibadah disertai
kekhusyuan dan ketenangan yang sempurna akan memberi dampak positif kepada orang-orang
yang ada di dalam rumahnya, baik itu anak-anaknya ataupun selain mereka.

Beberapa dimensi ibadah:

Banyak sujud kepada Allah




:

Diriwayatkan Abdullah bin Masud ra dia berkata: Aku bertanya kepada Rasulullah SAW
apakah amal yang paling utama? Beliau menjawab, Shalat tepat pada waktunya. Aku
bertanya, kemudian apa lagi? Beliau menjawab, Berbakti kepada orang tua. Aku bertanya,
kemudian apa lagi? Beliau menjawab, Jihad di jalan Allah. (Muttafaq Alaih).

Wanita muslimah yang taat tidak merasa cukup hanya melaksanakan shalat wajib lima waktu,
tetapi juga melaksanakan shalat-shalat sunnah rawatib dan nawafil (sunnah secara mutlak),
bersujud menghadap Allah sesuai dengan kesempatan dan kesanggupannya, seperti shalat dhuha
dan shalat tahajud. Sebab shalat-shalat sunah ini dapat mendekatkan hamba kepada Rabb -nya,
mendatangkan kecintaan Allah dan ridhaNya, menjadikannya termasuk orang-orang yang shalih,
taat dan beruntung.

Sabda Rasulullah SAW dalam sebuah hadist qudsy Allah berfirman: Barangsiapa yang
memusuhi seorang pemimpin untukku, maka Aku telah membolehkannya untuk memeranginya,
dan hambaku senantiasa mendekatkan diri kepadaKu dengan melaksanakan shalat-shalat nafilah
hingga Aku mencintainya. Jika Aku sudah mencintainya, maka Aku menjadi pendengarannya,
dengannya dia mendengar, Aku menjadi penglihatannya, dengannya dia melihat, Aku menjadi
tangannya, dengannya dia bertindak, Aku menjadi kakinya, dengannya dia berjalan. Jika dia
memohon kepadaKu maka Aku benar-benar akan memberinya dan Jika dia meminta perlindungan
kepadaKu maka Aku benar-benar akan melindunginya. (HR.Al-Bukhari).

Dan hal-hal lain yang merupakan kewajiban seorang wanita muslimah, dan jangan lupa memohon
taufik kepada Allah untuk merealisasikan semua itu!

Banyak dzikir kepada Allah

Tilawah Al-Quran disertai tadabbur


Pada dasarnya Al-Quran diturunkan kepada Manusia memiliki dua fungsi, seperti yang disebutkan
dalam firman Allah:

Ini adalah sebuah kitab yang Kami turunkan kepadamu penuh dengan berkah supaya mereka
memperhatikan ayat-ayatnya dan supaya mendapat pelajaran orang-orang yang mempunyai
fikiran. (Shad : 29)

Ditadabburkan, (dibaca dan difahami)


Dijadikan pelajaran (dihafal dan diamalkan)
Namun dalam kenyataannya kadang seorang manusia saya, anda dan kita- jauh dari melakukan
dua hal diatas, kecuali membaca dan membaca. Kurang dari melakukan interaksi yang baik
terhadap Al-Quran yang menjadi sumber rujukan, hukum, petunjuk, dan pelita kehidupan baik
dunia ataupun akhirat.

Rasulullah SAW bersabda : Orang-orang yang berkumpul di masjid dan membaca Al Quran,
maka kepada mereka Allah akan menurunkan ketenangan batin dan limpahan rahmat, dan
dilindungi para malaikat serta Allah selalu memujinya pada siapa ada disisi-Nya (HR Muslim).

Sebagian orang mengartikan tadarus dengan membaca Al Quran secara patungan (secara
bergiliran). Kendatipun ada manfaatnya seperti yang disebutkan dalam hadits :

Barangsiapa membaca satu huruf Al Quran, maka pahala untuknya sepuluh kali lipat
kebaikan, saya tidak katakana alif lam mim huruf, namun alif, lam dan mim 30 kabaikan (HR
Tirmidzi).

Namun, membaca dalam konteks hadits di atas, tidak perlu diartikan secara harfiah. Ketenangan
batin dan limpahan rahmat akan mungkin lebih bisa dicapai bila tadarusan diartikan dengan
mempelajari, menelaah, dan menikmati Al Quran. Sudah saatnya kita tidak lagi mengandalkan
pengaruh psikologi magnetis dalam membaca Al Quran (tanpa mengetahui maknanya).
Karena bagi kita sudah saatnya untuk mendapatkan arti limpahan rahmat tersebut dari telaah
kandungan isi Al Quran.

Bagi wanita shalihah tidaklah seperti yang dicontoh diatas, namun dirinya memahami betul akan
kewajibannya terhadap Al-Quran, menjadikannya sebagai wirid harian dalam hidupnya, minimal
dalam sebulan dapat menghatamkan Al-Quran satu kali.

Doa dan munajat


Wanita muslimah selalu mendekatkan diri kepada Allah dan hatinya selalu bergantung kepada-
Nya, memohon doa dan bermunajat hanya kepada Allah. Doa merupakan permohonan seorang
hamba kepada Allah SWT dan merupakan ibadah yang sangat penting, sebagaimana Allah SWT
berfirman:

Dan Tuhanmu berfirman: Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan kuperkenankan bagimu,


sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku (tidak mau berdoa)
akan masuk neraka jahanam dalam keadaan hina dina. (Q.S. Al-Mu;min: 60)

Nabi saw juga bersabda:

Doa itu otak (inti) ibadah

Dan wanita yang suka berdoa, memohon kepada Allah SWT menjadi pertanda kerendahan
hatinya, pengakuan bahwa hanya Allah Yang Maha Kuasa dan Berkehendak, pemberi rizki,
pemberi kehidupan dan hidayah serta berbagai kenikmatan lainnya, sedangkan dirinya adalah
hamba yang lemah, yang mengharap petunjuk dan pertolongan dari-Nya. Oleh karena itu Allah
menyebutkan somnong orang yang tidak mau berdoa kepada-Nya dan mengancamnya akan
dimasukkan kedalam neraka jahannam dalamkeadaan hina dina.

Dan Doa wanita lebih makbul daripada lelaki karena sifat penyayangnya yang lebih kuat dari
lelaki.

Shodaqoh dan infaq


Sedekah yang paling utama adalah sedekah pada bulan Ramadhan (HR. Tirmidzi)

Wanita shalihah adalah wanita yang pandai menggunakan uangnya untuk kebaikan dan
kemaslahatan yang panjang, terutama dengan selalu bersedekah dan berinfak di jalan Allah SWT.

Aisyah ra, ummul mukminin adalah sosok wanita yang dermawan dan suka bersedekah dari harta
yang dimilikinya, pernah suatu ketika beliau diberi hadiah berupa uang sebesar 200 dinar (dalam
riwayat lain 100 dinar), namun beliau segera menginfakkan seluruh uangnya di jalan Allah tanpa
ada tersisa sedikitpun.

Puasa sunnah
Wanita yang shalihah juga pandai membagi waktunya dalam beribadah, menjaganya agar tidak
terbuang sia-sia, termasuk dengan berusaha melakukan ibadah puasa sunnah jika suaminya
mengijinkannya. Karena puasa sunnah yang dilakukan oleh wanita shalihah harus meminta izin
terlebih dahulu, apalagi jika suami sedang berada dirumahnya.

Puasa sunnah adalah puasa yang dikerjakan untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT, bukan
diwajibkan tetapi hanya disunnahkan yang apabila dikerjakan mendapat pahala jika ditinggalkan
tidak apa-apa.

Mencari rizki halal dan toyyib


Diantara ciri wanita shlihah adalah mencari rizki halal, baik dengan mencarinya melalui
tangannya senduri atau dengan member wasiat kepada suaminya (jika sudah bersuami) untuk
mencari rizki yang halal dan toyyib: Allah SWT berfirman Hai orang-orang yang beriman!
Janganlah kamu saling makan harta kamu dengan tidak sah, kecuali dengan cara perdagangan atsa
dasar suka sama suka. janganlah kamu membunuh (menghancurkan) diri sendiri, Allah sungguh
Maha Pengasih kepada kamu. Dan barang siapa melakukannya dengan melanggar hukum dan
tidak adil, akan Kami lemparkan ke dalam api neraka. Dan yang demikian bagi Allah mudah
sekali (An-Nisa: 29-30).

Ayat di atas hanya mengimbau orang-orang yang beriman. Mengapa tidak kepada semua orang?
Karena Allah Maha Tahu, yang akan percaya merenungkan dan mengamalkan Alquran hanya
orang yang beriman. Maka Hanya sekali-sekali saja Alquran mengimbau seluruh manusia.

Janganlah kamu saling makan harta kamu dengan tidak sah. Karena dalam perekonomian
mustahil bisa berjalan sendiri, maka tiap pelaksanaan kegiatan ekonomi pada dasarnya dilakukan
lebih dari satu orang atau membutuhkan banyak pihak, Pedagang membutuhkan pembeli dan
begitu sebaliknya.

Dalam ayat di atas terdapat kata batil, yang secara harfiah mempunyai makna sia-sia atau merugi.
Tapi yang dimaksud dalam ayat tersebut adalah melakukan kegiatan ekonomi yang menyimpang,
baik dari tuntunan syariat maupun dari perundang-undangan. Jadi bisa dikatakan bahwa segala
kegiatan perekonomian yang menyimpang dari tuntunan syariat dan perundang-undangan yang
berlaku atau aturan-aturan yang telah ditetapkan termasuk dalam kategori batil

Alquran tidak melarang kegiatan ekonomi di antara sesama manusia, khususnya orang-orang yang
beriman, karena dalam kehidupan ini manusia membutuhkan makan, minum, dan segala
kebutuhan hidup lainya. Kegiatan perekonomian ini tidak dilarang, tetapi dianjurkan. Bahkan ada
sebuah hadits mengecam orang yang bermalas-malasan.

Islam mengajarkan bahwa dalam melaksanakan perekonomian harus didasarkan pada prinsip-
prinsip:

Suka sama suka, penjual merasa puas karena barang-barang dagangannya laku terjual, begitupun
pembeli merasa puas karena barang yang dibelinya berkualitas tinggi dan bermanfaat.
Usaha ekonomi harus mencerminkan unsur keadilan antara kedua belah pihak. Jangan sampai
salah satu pihak merasakan ketidakadilan.
Asas Manfaat, tingkah laku dalam usaha perekonomian harus melahirkan manfaat bagi kehidupan
manusia. Maka barang-barang yang membawa madharat dan dampak negatif bagi kehidupan
manusia dilarang diperjualbelikan oleh agama, seperti: minuman keras, obat-obatan terlarang dan
sebagainya, karena tidak mempunyai nilai guna.
Dalam kehidupan, bahwa makanan dan minuman yang masuk kedalam perut atau yang
dikonsumsi akan berpengaruh pada baik tidaknya perkembangan fisik maupun jiwa orang yang
memakan harta itu.

Menghiasi Diri dengan Akhlak Karimah: Yaitu Merupakan Gerak Reflek yang Menghasilkan
Perbuatan dan Perkataan tanpa Melalui difikir Lebih Dahulu.

Kita memahami bahwa Allah tidak memandang paras rupa (kecantikan) seseorang namun akhlak
yang mulia yang menjadi nilai yang agung disisi-Nya. Akhlak mulia dan sempurna menjadi
pakaian yang kekal manakala kecantikan akan luntur dimakan usia. Tetapi jika kecantikan ini
dapat disepadankan dengan akhlak yang mulia sudah tentu ia adalah pilihan utama setiap insan.

Untuk melahirkan wanita yang berakhlak baik perlulah dididik dan diasuh dengan nilai-nilai yang
begitu rupa agar meninggikan lagi taraf kamanusian dan sekaligus membedakannya dengan sifat
kehewanan.

Isteri yang berakhlak mulia dengan mudah dapat memahami akan bentuk-bentuk pakaian yang
harus dikenakan pada tubuhnya dalam keadaan tertentu; dapat mengawal perkataan-perkataan
yang maruf ketika berbicara dan mengetahui akan batas-batas bergaul sesama teman, suami,
keluarga dan juga saudara-saudara yang lainnya.

Di samping itu segala tindakannya mempunyai perbedaan dengan wanita yang tidak soleh. Ia tidak
gemar membeli tanpa izin suaminya. Juga tidak bertindak menggunakan harta dan uang suami
tanpa seizinnya. Sekiranya tidak mencukupi maka dia mengambilnya secara yang maruf
sebagaimana yang dilakukan oleh isteri Abu Sufian; Rasulullah menasihatkan agar mengambil
dengan maruf dan sesuai kebutuhan. Isteri yang soleh juga akan mudah mengawal harta benda
suami ketika tidak berada dirumah.

Akhlaq yang mulia mendapatkan timbangan yang paling berat di hari kiamat.
Rasulullah Saw bersabda :

Sesuatu yang paling berat dalam timbangan seorang mukmin di hari kiamat adalah akhlaq yang
baik (HR. Abu Daud, Ahmad, Ibnu Hibban dan selain mereka)

Akhlaq yang mulia meninggikan derajat seseorang disisi Allah


Rasulullah Saw bersabda :

Sesungguhnya seseorang itu dengan sebab akhlaqnya yang baik, sungguh akan mencapai
derajat orang yang sholat malam dan shaum di siang hari (HR. Abu Daud, Hakim dan
selainnya).
Beliau Saw juga bersabda :

Sesungguhnya seorang muslim yang dibimbing lurus (oleh Allah) benar-benar akan mencapai
derajat ahli shaum dan ahli ibadah (sholat) yang selalu melantunkan ayat-ayat Allah disebabkan
karakternya yang mulia dan akhlaqnya yang baik (HR. Ahmad)

Akhlaq yang mulia merupakan sebaik-baik amalan manusia


Rasulullah Saw bersabda :

Wahai Abu Dzar, maukah aku tunjukkan kepadamu dua hal ; keduanya itu sangat ringan
dipikul dan sangat berat dalam timbangan dibandingkan selain keduanya? Abu Dzar menjawab,
Tentu wahai Rasulullah., beliau bersabda, Engkau harus berakhlaq yang baik dan harus
banyak diam, demi yang jiwaku berada ditangan-Nya, tidak ada amalan manusia yang menyamai
keduanya. (HR. Yala dan Baihaqi)

Akhlaq yang mulia menambah umur


Akhlaq yang mulia menjadikan rumah makmur
Dari Aisyah ra berkata : Rasulullah Saw bersabda kepadanya:

sesungguhnya barangsiapa yang diberikan kebaikan dari lemha lembutnya maka telah diberikan
kebaikan dunia dan akhirat, dan silaturrahim, khlaq yang baik dan bertetangga yang baik,
keduanya menjadikan rumah makmur dan menambah umur (HR. Ahmad)

Berdakwah Kepada Allah dan Beramar Maruf Nahi Munkar

Allah SWT memerintahkan umat Islam agar berdakwah dan beramar nahi munkar. Dia berfirman:

Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan,
menyuruh kepada yang maruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang
beruntung (Q.S. Ali Imran: 104)

Allah SWT juga menyebutkan bahwa para wanita muminat bantu membantu dengan kaum laki-
laki dalam melakukan tugas amar maruf nahi munkar,


Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebahagian mereka (adalah) menjadi
penolong bagi sebahagian yang lain. Mereka menyuruh (mengerjakan) yang maruf, mencegah
dari yang munkar (Q.S. At-taubah: 71)

Hijrah dan Jihad dijalan Allah

Hijrah merupakan sebuah kata kunci untuk memunculkan peradaban baru itu. Yang memindahkan
masyarakat yang didera berbagai kesulitan, serba kekurangan, yang belum dapat memunculkan
kejayaan Islam dan peradaban Islam ke sebuah kawasan baru, pendukung baru, kesituasi baru
dimana Islam bisa dimunculkan, diperjuangkan, dimenangkan dan disebarluaskan bahkan menjadi
agama abadi yang rahmatan lil alamin.

Hijrah merupakan sebuah ungkapan yang memindahkan dari periode Mekah ke periode Medinah,
dari periode Mekah yang ungkapannya adalah sekedar Wahai umat manusia pada periode
Madinah yang ungkapannya Wahai orang-orang yang beriman. Disini hijrah membawa
sebuah peningkatan kualitas kemanusiaan dari sekedar manusia Menjadi manusia yang beriman.

Hijrah juga membawa sebuah perubahan dari sekedar masyarakat yang diam menjadi masyarakat
yang berpindah menuju munculnya sebuah peradaban. Itulah sebabnya hijrah Rasulullah berhasil
merubah sebuah kota yang namanya Yatsrib menjadi namanya Al Madinah bahkan menjadi Al
Madinah al Munawaroh yaitu sebuah kota yang memiliki peradaban yang dicerahkan oleh nilai-
nilai Islam.

Salah satu kunci keberhasilan Rasulullah dalam hijrahnya secara konkrit dapat memunculkan
persaudaraan ukhuwah dikalangan umat Islam yaitu Muhajirin dan Anshor.

Hijrah membawa kepada persatuan umat. Sekalipun bukan berarti bahwa persatuan itu artinya
persetujuan dengan adanya kemungkaran-kemungkaran, tapi persatuan ini dilakukan dalam rangka
menegakan syariat Allah dan dalam rangka ber-amar maruf dan nahyi munkar Dengan hijrah ini
kita sebagai aktivis partai dawah harus dapat membuktikan kembali bahwa hijrah adalah
sesuatu yang memiliki makna.

Maka sangat benar bila Umar bin Khatab menjadikan hijrahnya Rasulullah SAW sebagai tonggak
untuk munculnya penanggalan baru. Artinya ada sebuah kebudayaan baru dan memang hijrah
menghasilkan kebudayaan baru.

Dari pemahaman hijrah dapat difahami akan manfaat hijrah dalam kehidupan umat manusia,
termasuk wanita muslimah, yaitu berusaha menjauhkan diri dari kemaksiatan menuju rahmat
Allah, dari murka menuju ridha-Nya, dan bersungguh-sungguh (bermujahadah) untuk menjadikan
landasan hidup dalam segala aktivitasnya sehari-hari.
Membekali diri dengan ilmu yang bermanfaat

Ilmu merupakan perhiasan tak ternilai bagi muslimah.

Seorang yang mendambakan kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat harus memiliki pedoman
dalam menapaki kehidupannya di dunia. Dan pedoman hidup seorang hamba semua telah diatur
dalam syariat Islam.

Seorang yang sukses bukanlah orang yang hidup dengan bersemboyan semau gue dengan
mengikuti hawa nafsunya, tapi orang yang sukses adalah orang yang mengambil Al Qur an dan
Sunnah Rasulullah Saw dengan pemahaman Salafus Shalih sebagai pengikat aturan hidupnya.
Petunjuk Allah SWT dan Rasul-Nya Saw ini tidak mungkin dapat diketahui tanpa menuntut ilmu
syari. Karena itulah, Allah dan Rasul-Nya memerintahkan setiap Muslim dan Muslimah yang
baligh dan berakal (mukallaf) untuk menuntut ilmu. Dalam sebuah hadits dari Anas bin Malik ra,
Rasulullah Saw bersabda: Menuntut ilmu wajib bagi setiap Muslim. (HR. Ahmad)
Seseorang tidak akan berada di atas hakikat agamanya sebelum ia berilmu atau mengenal Allah
Taala. Pengenalan ini tidak akan terjadi kecuali dengan menuntut ilmu Dien (Agama Islam).

Sebagai istri, seorang Muslimah dituntut agar menjadi istri yang shalihah, sehingga ia dapat
menjadi perhiasan dunia yang paling baik, bukan justru menjadi fitnah atau musuh bagi suaminya.
Abdullah bin Amr bin Al Ash ra berkata, Rasulullah Saw bersabda:

Dunia adalah perhiasan dan sebaik-baik perhiasan dunia adalah wanita yang shalihah. (HR.
Muslim)

Allah SWT berfirman tentang sifat-sifat wanita shalihah:



maka wanita shalihah, ialah yang taat kepada Allah lagi memelihara diri ketika suaminya
tidak ada, oleh karena itu Allah telah memelihara mereka. (QS.An Nisa: 34)

Maksud ayat ini diterangkan oleh Asy Syaikh Abu Bakar Jabir Al Jazairi dan Asy Syaikh Salim Al
Hilali rahimahumullah bahwa wanita yang shalihah adalah yang menunaikan hak-hak Allah SWT
dan mentaati-Nya, mentaati Rasulullah Saw, dan menunaikan hak-hak suaminya dengan
mentaatinya dan menghormatinya, serta menjaga harta suami, anak-anak mereka, dan
kehormatannya tatkala suaminya tidak ada. Untuk menjadi wanita shalihah yang seperti ini,
seorang Muslimah membutuhkan ilmu.

Sebagai seorang ibu, ia mempunyai tanggung jawab mendidik anak-anaknya agar menjadi anak-
anak yang shalih dan shalihah. Di bawah kepemimpinan suami, istri adalah penjaga rumah tangga
suami dan anak-anaknya, sebagaimana dalam hadits dari Ibnu Umar ra dari Nabi Saw
bahwasanya beliau bersabda:



setiap kalian adalah pemimpin dan akan ditanya tentang yang dipimpinnya, laki-laki adalah
pemimpin atas keluarganya, wanita adalah pemimpin dalam rumah tangga suaminya dan anak-
anaknya, maka setiap kalian adalah pemimpin, akan ditanya tentang yang dipimpinnya.
(Muttafaqun Alaihi)

Hasil didikan seorang ibu terhadap anak-anaknya inilah yang termasuk perkara yang akan
ditanyakan oleh Allah kelak di hari kiamat. Karena itulah Muslimah harus menuntut ilmu syari
sebagai bekal mendidik anak-anak sehingga fitrah mereka tetap terjaga dan menjadi penyejuk hati
karena keshalihan mereka.

Di tempat lain, bila seorang Muslimah belum menikah, maka sebagai anak ia wajib taat pada
orang tuanya selama tidak memerintahkan kepada maksiat. Allah SWT berfirman:

Kami wasiatkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada kedua orang tuanya. (QS.Al
Ankabut : 8)

Dalam hadits dari Abdullah bin Amr bin Al Ash ra dari Nabi Saw, beliau bersabda tentang
dosa-dosa besar atau ditanya tentang dosa besar:

Dosa-dosa besar ialah menyekutukan Allah, durhaka pada orang tua, membunuh jiwa (tanpa
hak), dan sumpah palsu. (HR. Bukhari)

Untuk dapat berbuat baik dan menunaikan hak-hak orang tua dengan benar, seorang Muslimah
tidak bisa lepas dari ilmu.

Seluruh kewajiban ini harus dapat ditunaikan dengan dasar ilmu. Karena jika tidak, akan terjadi
berbagai kesalahan dan kerusakan. Maka tidak heran, bila para Muslimah yang bodoh terhadap
agamanya melakukan berbagai praktek kesyirikan dan kebidahan.

Akibat kebodohannya pula, banyak Muslimah yang durhaka pada suami atau orang tuanya. Atau
terjadi berbagai kesalahan dalam mendidik anak sehingga muncullah generasi yang berakhlak
buruk, bahkan bisa jadi durhaka pada orang tua yang telah merawat dan membesarkannya. Karena
kebodohannya pula, banyak Muslimah yang tidak mengetahui bagaimana ia harus menjaga
kehormatannya, sehingga ia menjadi fitnah dan terjerumus dalam perzinahan dan berbagai
kemaksiatan. Kita berlindung kepada Allah SWT dari yang demikian itu.
Usamah bin Zaid ra berkata, telah bersabda Rasulullah Saw:

Aku diperlihatkan penghuni surga dan aku dapatkan mayoritas penghuninya adalah orang-orang
miskin, dan aku diperlihatkan penghuni neraka, maka aku dapatkan mayoritas penghuninya adalah
para wanita. (HR. Bukhari dan Muslim)

Rasulullah Saw pun sangat bersemangat mengajar para shahabiyah, sampai-sampai beliau
menyuruh wanita yang haid, baligh, dan merdeka untuk menyaksikan kumpulan ilmu dan
kebaikan. Bahkan beliau Saw memutuskan udzur wanita yang tidak memiliki hijab, sebagaimana
yang disebutkan dalam Shahihain dari Ummu Athiyah Al Anshariyah radhiallahu anha, ia
berkata: Rasulullah Saw menyuruh kami mengeluarkan wanita yang merdeka, yang haid, dan
yang dipingit untuk keluar pada hari Iedul Fithri dan Adha. Adapun yang haid memisahkan diri
dari tempat shalat, dan mereka pun menyaksikan kebaikan dan dakwah kaum Muslimin. Aku
berkata : Wahai Rasulullah! Salah seorang dari kami tidak memiliki jilbab. Beliau bersabda :
Hendaklah saudaranya meminjamkan jilbabnya.

Oleh karena itulah, kita dapatkan dalam sejarah Islam, di antara mereka ada yang menjadi ahli
fiqih, ahli tafsir, sastrawati, dan ahli dalam seluruh bidang ilmu dan bahasa. Sebagai contoh,
Ummul Mukminin Aisyah radhiallahu anha yang dididik dalam madrasah Rasulullah Saw
sehingga beliau menjadi wanita yang berilmu dan shalihah.

Imam Az Zuhri rahimahullah berkata : Seandainya ilmu Aisyah dikumpulkan dan


dibandingkan dengan ilmu seluruh wanita, maka ilmu Aisyah lebih afdhal.

Bahkan Aisyah merupakan guru dari beberapa shahabat, ia menjadi bahan rujukan mereka
dalam masalah hadits, sunnah, dan fiqih. Urwah bin Az Zubair berkata : Aku tidak melihat
orang yang lebih mengetahui ilmu fiqih, pengobatan, dan syiir ketimbang Aisyah.

Para wanita dari kalangan tabiin juga berdatangan ke rumah Aisyah untuk belajar, di antara
muridnya adalah Amrah bintu Abdurrahman bin Saad bin Zurarah. Ibnu Hibban berkata :
Dia adalah orang yang paling mengetahui hadits-haditsnya Aisyah.

Di antara deretan nama wanita generasi terdahulu yang cemerlang dalam ilmu adalah Hafshah
bintu Sirin yang masyhur dengan ibadahnya, kefaqihannya, bacaan Al Qurannya, dan hadits-
haditsnya. Begitu pula Ummu Darda Ash Shuqra Hujaimah, ia seorang yang faqih, alimah,
banyak meriwayatkan hadits, cerdas, masyhur dengan keilmuan, amalan, dan zuhudnya.

Demikianlah wahai saudariku Muslimah mereka adalah contoh terbaik bagi kita dan telah
terbukti bahwa Allah SWT mengangkat derajat orang-orang yang berilmu sebagaimana firman-
Nya:


Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman dan orang-orang yang diberi ilmu
pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. (Al
Mujadilah: 11)

Anda mungkin juga menyukai