Anda di halaman 1dari 2

Pendidikan Umar bin Abdul Aziz

Abdul Aziz, ayahanda Umar memilih Shalih bin Kaisan sebagai pendidik anaknya,
Shalih pun
mendidiknya dengan baik. Shalih mengharuskan Umar shalat lima waktu berjamaah
di masjid. Suatu hari Umar tertinggal dari shalat berjamaah, maka Shalih bin Kaisan
pun bertanya, Apa yang menyibukkanmu? Umar menjawab, Pelayanku menyisir
rambutku. Shalih berkata, Sedemikian besar perhatianmu terhadap menyisir
rambut, sampai-sampai kamu tertinggal shalat. Lalu Shalih menyampaikan hal itu
kepada ayah Umar bin Abdul Aziz, maka ayahnya mengutus seseorang dan langsung
mencukur rambutnya tanpa bertanya apa-apa lagi.
Di antara guru-guru yang berpengaruh bagi dirinya adalah Ubaidullah bin Abdullah
bin Utbah bin Masud, Umar sangat menghormatinya, menimba ilmu darinya,
beradab dengan meniru prilakunya, dan sering mengunjunginya, sampai ketika Umar
menjadi gubernur Madinah, ia pun sering melakukan hal itu. Ketika Umar menjabat
sebagai khalifah, ia mengatakan, Seandainya Ubaidullah masih hidup, niscaya aku
tidak menetapkan sebuah keputusan kecuali berpijak dengan pendapatnya. Aku
berharap memperoleh ini dan ini dengan satu hari bersama Ubaidullah.
Gurunya yang lain adalah Said bin Al-Musayyib, ia dijuluki sebagai bintangnya para
tabiin. Jika generasi sahabat memiliki Abu Bakar sebagai tokoh utama, maka
generasi tabiin diwakilkan oleh Said bin Al-Musayyib, demikianlah pujian ulama
terhadapnya. Ia merupakan seorang ulama yang kharismatik, berwibawa, dan
disegani oleh para pemimpin. Bilamana khalifah datang ke suatu masjid yang
memerlukan untuk mengosongkan masjid tersebut, sementara di sana sedang duduk
Said, maka khalifah tidak akan berani menyentuhnya karena kewibawaannya. Ia
tidak pernah mendatangi seorang gubernur pun selain Umar. Menunjukkan
keshalihan dan kebaikan Umar pun diakui di mata seorang Said bin Al-Musayyib.
Salim bin Abdullah bin Umar bin Khattab juga merupakan salah seorang gurunya.
Said bin Al-Musayyib pernah memujinya, Putra Umar (bin Khattab) yang paling
mirip dengannya adalah Abdullah, dan anak Abdullah yang paling mirip dengannya
adalah Salim. Umar sangat menyayangi Salim, saking sayangnya, orang-orang pun
menganggapnya berlebihan. Namun Umar membela diri karena Salim memang layak
mendapatkan hal seperti itu.
Suatu hari, Salim bin Abdullah datang kepada Khalifah Sulaiman bin Abdul Malik, saat
itu salim memakai baju yang kasar dan using. Sulaiman menyambutnya dengan
hangat dan mempersilakannya duduk di singgasananya. Umar bin Abdul Aziz ikut
hadir di majlis tersebut, maka seorang laki-laki di barisan belakang berkata kepada
Umar, Apakah pamanmu itu tidak bisa memakai baju yang lebih bagus dan lebih
baik dari bajunya itu untuk menghadap amirul mukminin? Orang yang berbicara ini
memakai baju yang bagus dan mahal. Umar menjawab. Aku tidak melihat baju yang
diapakai pamanku itu mendudukkannya di tempatmu ini, dan aku juga tidak melihat
bajumu ini bisa mendudukanmu di tempat pamanku itu.
Umar bin Abdul Aziz terdidik dan belajar di tangan para ulama dan fuqaha dalam
jumlah besar, jumlah gurunya mencapai tiga puluh tiga orang; delapan dari mereka
adalah sahabat dan dua puluh lima lainnya adalah tabiin. Umar bin Abdul Aziz
menimba ilmu dan hikmah dari mereka, sehingga tampaklah ilmu dan akhlak yang
mulia pada dirinya. Ia memiliki jiwa yang tangguh dalam menghadapi rintangan,
keteguhan pemikiran yang mendalam dan selalu merenungkan Alquran, berkemauan
kuat, dll.

Inilah faktor-faktor yang mempengaruhi kepribadian Umar. Sejak kecil ia sudah


ditempa oleh pribadi-pribadi luhur dan agung. Membimbingnya agar menjadi seorang
yang mencintai Allah dan dicintai oleh Allah.
Sumber: Perjalanan Hidup Khalifah Yang Agung, Umar bin Abdul Aziz. Oleh Dr. Ali
Muhammad Ash-Shalabi

Anda mungkin juga menyukai