Anda di halaman 1dari 10

SEJARAH KEBUDAYAAN ISLAM

SILSILAH KHALIFAH BANI UMAYYAH I


“IBRAHIM BIN WALID DAN MARWAN II BIN MUHAMMAD”
Guru Pengampu : Putra Hasraen Padang

Di Susun Oleh :
1. Rahmat New Sanawi Berutu
2. Nur Aisah Saprida Tumangger
3. Damayanta Berutu
4. Elfiana Tumangger

PESANTREN ASSYAHAADAH DESA MAHOLIDA


KABUPATEN PAKPAK BHARAT
2022
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT


yang senantiasa memberikan rahmat, taufik, hidayah, serta inayah-Nya sehingga
penulis dapat menyelesaikan Tugas Sejarah Kebudayaan Islam ini. Shalawat dan
salam selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW, keluarganya,
sahabatnya, serta orang-orang yang taat kepada ajarannya. Makalah ini dibuat
untuk menyelesaikan tugas Sejarah Kebudayaan Islam sebagai bahan bacaan
Santri/Santriwati untuk memperdalam ilmu pengetahuan mengenai “Sejarah
Silsilah Khalifah Bani Umayyah I”.
Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan, karenanya
masukan dan saran dari pembaca sangat diharapkan untuk kesempurnaannya.
Akhir kata, penulis berharap mudah-mudahan makalah ini dapat memberikan
sumbangan pikiran dan bermanfaat bagi pembaca.
.
Sibande, 06 Oktober 2022
Penulis,

1. Rahmat New Sanawi Berutu


2. Nur Aisah Saprida Tumangger
3. Damayanta Berutu
4. Elfiana Tumangger
PENDAHULUAN

Pengetahuan akan sejarah Islam tidak perlu hanya memahami


perkembangan agama Islam pada masa Rasulullah saw saja. Seorang muslim
khususnya seorang pelajar perlu untuk mengetahui lebih dalam sejarah umat
Islam. Kursi kepemimpinan Islam pada awalnya di dapatkan dengan jalan
musyawarah antar umat muslim. Khalifah yang menjabat yakni Abu Bakar as-
Shiddiq, Umar Bin Khattab, Utsman Bin Affan dan Ali Bin Abi Thalib. Akan
tetapi, semenjak Ali Bin Abi Thalib r.a. meninggal maka di gantikan oleh
Muawiyah yang berasal dari Bani Umayyah. Semenjak Muawiyah menduduki
kursi kekhalifaan, maka sistem pemilihan kepemimpinan Islam berubah menjadi
sistem kerajaan. Muawiyah dan keturunannya memegang kekuasaan kurang lebih
Sembilan puluh tahun.
Selama Sembilan puluh tahun berkuasa, Dinasti Umayyah telah
menyumbangkan berbagai pencapaian yang bisa didapati hingga kini. Mulai dari
pengembangan ilmu pengetahuan, bangunan-bangunan dan sebagainya.
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..................................................................................... i


PENDAHULUAN ............................................................................................. ii
DAFTAR ISI ..................................................................................................... iii
BAB I IBRAHIM BIN WALID ....................................................................... 1
BAB II MARWAN II BIN MUHAMMAD .................................................... 3
2.1 Asal-usul ............................................................................................ 3
2.2 Naik Tahta ......................................................................................... 3
2.3 Wafat ............................................................................................... 4

BAB III PENUTUP ......................................................................................... 5


3.1 saran .......................................................................................................... 5
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
IBRAHIM BIN WALID

Ibrahim bin Al-Walid ialah Khalifah Bani Umayyah. Ia hanya memerintah


dalam waktu singkat pada tahun 744 sebelum ia turun tahta, dan bersembunyi dari
ketakutan terhadap lawan-lawan politiknya. Pada masa pemerintahan Khalifah
Ibrahim bin al-Walid, telah dilakukan penerjemahan buku-buku filsafat Yunani ke
dalam bahasa Arab. Hal ini mengakibatkan lahirnya golongan Mutakalimin,
seperti Mu'tazilah, Jabariah, Ahlus Sunnah, dsb. Ibrahim naik tahta menggantikan
Yazid III. Imam Suyuthi menceritakan sebenarnya Yazid III menolak memberi
wasiat untuk mengangkat Ibrahim sebagai penggantinya. Kabarnya saat Yazid III
pingsan menjelang wafatnya, Qathn menulis surat wasiat atas nama Yazid III
yang berisikan pengangkatan Ibrahim sebagai khalifah. Jadi, ini semacam fait
accompli. Tapi kedudukan Ibrahim nyaris tidak diakui oleh sejarawan. Dalam
buku The History of al-Tabari disebutkan terjadi proses delegitimasi yang intens
terhadap kedudukannya hanya seminggu menjabat sebagai khalifah,
kekuasaannya menyusut menjadi hanya sekadar Amir, dan hanya seminggu
kemudian, iapun seakan hilang dari orbit kekuasaan, bukan khalifah, bukan pula
seorang Amir.
Menurut Abu Hashim Mukhallad bin Muhammad, masa pemerintahan
Ibrahim bin Walid hanya berlangsung 70 malam. Ini agak lebih lama dari durasi
kekuasaan Muawiyah bin Yazid (Muawiyah II) yang hanya menjabat 40 hari saja.
Ketika mendapuk dirinya sebagai khalifah, banyak pihak yang enggan memberi
bai’at kepada Ibrahim bin Walid. Marwan bin Muhammad - gubernur Armenia
dan sosok yang sangat mencintai Walid II - begitu mendengar kabar tentang
kematian Yazid III, langsung bergerak bersama 80.000 pasukannya menuju
Damaskus. Ketika memasuki wilayah Hims, Marwan melihat ada yang janggal
dengan situasi di sana. Ternyata sebelumnya sudah datang Sulaiman bin Hisham
yang diutus oleh Ibrahim untuk mengambil baiat dari masyarakat Hims, tapi
masyarakatnya menolak. Sehingga Sulaiman bin Hisham mengepung wilayah ini
dengan 120.000 pasukan.
Begitu pasukan Marwan bin Muhammad tiba, maka pertempuran tidak
bisa dihindari. Hasil akhirnya, Sulaiman kalah telak dan kehilangan lebih dari
17.000 prajuritnya. Ia lari ke Damaskus dan lebih memilih bertahan di sana.
Setelah pasukan Sulaiman pergi, masyarakat Hims langsung berbai’at pada
Marwan bin Muhammad. Namun Marwan mengatakan bahwa ia datang untuk
memenuhi amanat Walid II, yang telah mewasiatkan kekuasaan pada kedua
putranya, Utsman dan Hakam yang ketika itu sedang ditahan oleh Ibrahim.
Dengan demikian, bai’at masyarakat ditujukan untuk Hakam dan Utsman. Di
Damaskus, begitu mendengar kabar tentang kedatangan Marwan bin Muhammad,
Ibrahim panik. Ia lalu membunuh kedua putra Walid II yang masih kecil. Akbar
Shah Najeeb abadi dalam bukunya berjudul "The History Of Islam" mengatakan
bala tentara Ibrahim sebenarnya banyak, tapi kesetiaannya begitu rendah. Dengan
mudah Marwan memasuki kota Damaskus layaknya seorang penakluk. Ibrahim
dan Sulaiman pun lari meninggalkan kota bersembunyi ke Tadmur, sebuah kota
tua di Selatan Syiria. Di kemudian hari, Ibrahim memberikan baiatnya pada
Marwan dan ia diampuni. Begitu memasuki Istana Damaskus, hal pertama yang
dicari Marwan adalah Hakam dan Utsman, putra-putra Walid II, yang ternyata
telah tewas dibunuh. Menurut Tabari, adalah Abu Muhammad al-Sufyani sosok
yang pertama kali mengusulkan Marwan diangkat sebagai khalifah terakhir Bani
Umayyah.
Dikisahkan, bahwa Abu Muhammad dibawa ke hadapan Marwan dalam
keadaan terikat, lalu ia secara tiba-tiba menunduk dan berbaiat pada Marwan bin
Muhammad. Melihat kejanggalan ini, Marwan kebingungan dan bertanya
alasannya melakukan hal tersebut. Meski ia salah satu sosok paling berpengaruh
pada masa itu, tapi menjadi khalifah bukanlah sesuatu yang dibayangkan oleh
Marwan.
BAB II
MARWAN II BIN MUHAMMAD

Marwan bin Muhammad atau Marwan II adalah khalifah Dinasti Umayyah


yang terakhir. Khalifah Marwan bin Muhammad memimpin Bani Umayyah
selama enam tahun, yakni antara 744-750. Pergolakan di masa pemerintahannya
akibat perang saudara memuncak pada peristiwa Revolusi Abbasiyah. Dalam
peristiwa itu, akhirnya, Marwan yang merupakan Khalifah Dinasti Umayyah
dapat dikalahkan oleh Bani Abbasiyah pimpinan Abu Abbas As-Saffah. Khalifah
Marwan bin Muhammad terbunuh pada tanggal 6 Agustus 750, yang sekaligus
menandai runtuhnya Dinasti Umayyah di Damaskus, Suriah.

2.1 Asal-usul
Nama lengkap Marwan bin Muhammad adalah Marwan bin Muhammad
bin Marwan bin al-Hakam. Ia lahir di Suriah pada 691 sebagai putra dari
Muhammad bin Marwan, putra mahkota sekaligus salah satu jenderal Bani
Umayyah yang terkemuka. Kakeknya adalah Marwan I, khalifah Dinasti
Umayyah keempat yang memerintah antara 684-685. Ibu Marwan bin Muhammad
jarang disebutkan, tetapi beberapa sejarawan menyebut namanya Rayya atau
Tarubah, seorang perempuan non-Arab. Pada 732, Marwan bin Muhammad
ditunjuk oleh Hisyam, khalifah Bani Umayyah saat itu, menjadi Gubernur
Armenia. Pada 735, ia mulai serangan ke Georgia yang berlangsung selama
beberapa tahun.

2.2 Naik takhta


Pada awal 744, Marwan bin Muhammad mendengar rencana penggulingan
Al-Walid II, khalifah Bani Umayyah saat itu. Saat itu, ia tengah mengawasi
peperangan melawan Kekaisaran Bizantium di perbatasan. Marwan II segera
menulis surat kepada kerabat-kerabatnya untuk mengurungkan niatan itu demi
menjaga keharmonisan dinasti mereka. Namun, surat Marwan II diabaikan dan
Yazid III berhasil menggulingkan Al-Walid II lewat peristiwa kudeta setelah
menyelinap masuk ke Damaskus. Yazid III hanya berkuasa dalam waktu enam
bulan karena meninggal setelah menderita tumor otak. Sebelum meninggal, Yazid
III menunjuk sang adik yang bernama Ibrahim sebagai penerusnya. Namun,
Marwan II memanfaatkan kematian Yazid III untuk naik ke tampuk kekuasaan
dengan menggusur Ibrahim dari takhta kekhalifahan. Baca juga: Nama-Nama
Khalifah Bani Umayyah Masa pemerintahan Ketika Marwan bin Muhammad naik
takhta pada 4 Desember 744, sentimen anti-Umayyah di Iran dan Irak semakin
besar karena lebih mendukung Bani Abbasiyah. Kebijakan Marwan bin
Muhammad selama memerintah pun difokuskan untuk menjaga keutuhan
kekhalifahannya. Oleh karena itu, prestasi Marwan bin Muhammad didominasi
dengan kemenangan atas lawan-lawannya. Pada 749, Marwan berusaha
memadamkan Pemberontakan Bashmuric di Mesir, tetapi gagal. Setelah itu, ia
juga mengalami kekalahan telak dalam Pertempuran Zab dari Bani Abbasiyah di
bawah pimpinan Abu Abbas As-Saffah. Pada pertempuran itu, Bani Umayyah
bahkan kehilangan sekitar 300 anggota keluarganya.

2.3 Wafat
Setelah mengalami kekalahan dalam Pertempuran Zab, kekuasaan Bani
Umayyah di Damaskus pun runtuh. Marwan bin Muhammad kemudian melarikan
diri dari Damaskus menuju Yordania, Palestina, hingga akhirnya mencapai Mesir.
Marwan bin Muhammad akhirnya tewas di medan perang di tangan pengikut Abu
Abbas As-Saffah pada 6 Agustus 750. Keturunannya sempat melarikan diri, tetapi
akhirnya juga tewas di tangan Bani Abbasiyah. Peristiwa itu menandai
berakhirnya pemerintahan Bani Umayyah di Damaskus. Setelah pemerintahan di
Damaskus runtuh, salah seorang keturunan Bani Umayyah bernama Abdurrahman
ad-Dakhil berhasil melarikan diri ke Andalusia (Spanyol). Abdurrahman ad-
Dakhil kemudian membangun kekuasaan Bani Umayyah di Kordoba, yang
bertahan hingga tahun 1031.
BAB III
PENUTUP

3.1 Saran
Dalam makalah ini di harapkan dapat memberikan wawasan yang lebih
luas kepada pembaca dan dapat mengambil manfaat dari sebuah kisah bani
ummayyah.
Makalah ini jauh dari kata sempurna, di mohon kiranya agar memberikan
saran-saran yang bermanfaat sehingga dapat menyempurnakan pembuatan
makalah berikutnya.
DAFTAR PUSTAKA

A. Syalabi, Sejarah dan Kebudayaan Islam, Jilid-1, Jakarta: Pustaka Al-


Husna,1994, hlm.116.

Badri Yatim,Sejarah Peradaban Islam, Jakarta:PT. Rajawali Press, 2001, hlm.35

https://ms.wikipedia.org/wiki/Marwan_bin_Muhammad

https://everipedia.org/Marwan_II

https://id.wikipedia.org/wiki/Ibrahim_bin_Walid

Upriyadi, Dedi. Sejarah Peradaban Islam. Bandung: CV Pustaka Setia, 2008.

Syalabi, Ahmad. Sejarah dan Kebudayaan Islam 2. Jakarta: PT. Al Husna Zikra,
1995.

Anda mungkin juga menyukai