Anda di halaman 1dari 7

Biografi Abdul Malik bin Marwan

Abdul Malik bin Marwan, bernama lengkap Abdul Malik bin Marwan bin Hakam bin Abul
Aas bin Umayya bun Abd Shams bi Abdi Manaf bin Qussai bin Kilab, adalah seorang
khalifah pertama yang mencentak uang dinar dalam Islam. Dia lahir pada bulan Ramadhan
tahun 23 H dan meninggal tahun 86 H atau 685-705 Masehi. Abdul Malik diangkat sebagai
khalifah oleh kaum muslim setelah terbunuhnya Abdullah bin Zubair. Sebelum menjabat
sebagai khalifah, dia adalah seorang yang ahli ibadah dan zuhud. Muawiyah pernah
menugaskannya untuk mengurus Madinah pada waktu Abdul Malik bin Marwan masih
berusia 16 tahun. Pada masa pemerintahannya, gerakan penerjemahan buku-buku berbahasa
Persia dan Romawi ke bahasa Arab mengalami perkembangan yang pesat. Selain itu, pada
masa kepemimpinannya pula, bahasa Arab dijadikan sebagai bahasa resmi negara.
Kemudian, Yerusalem pada masanya dijadikan sebagai tempat yang suci bagi orang-orang
Islam.

Meskipun selama menjadi khalifah, Abdul Malik bin Marwan banyak mengalami kemajuan,
namun di sisi yang lain juga banyak mengalami perlawanan dari para musuhnya dan setelah
meninggal, kekhalifahannya diganti oleh anaknya yang bernama Al-Walid.

Iki gk bio kabeh ngesor iki dadi pilihen wae, lk nduwur


wes bio kabeh (jauktlung 0_0) yoknek ge materi laen sing
butuh
Seorang pemimpin kaum muslimin dari bani Umayyah, beliau seorang tabiin. Beliau banyak
berguru pada sahabat rasulullah. Kedalamannya pada ilmu-ilmu Islam yang dia gali dari para
sahabat, membuat hukum-hukum Islam terjaga dengan baik.
Ya.. Dia adalah Abdul Malik bin Marwan bin Al-Hakam bin Abu Al ‘Ash bin Umayah bin
Abdu Syams bin Abdu Manaf. Ibunya adalah Aisyah binti Muawiyah bin Al Mughirah bin
Abu Al ‘Ash bin Umayah. Silsilah ayah dan ibunya bertemu pada Abu Al ‘Ash. Ibunya
terkenal sebagai orang yang sangat baik perilakunya dan sifat-sifatnya. Abdul Malik lahir di
Madinah pada tahun 26 H pada masa khalifah Usman bin Affan.
Sejak kecil ia sudah menghafal al-Qur’an dan berguru langsung kepada Usman. Selain
belajar menghafal al-Qur’an, ia juga belajar hadits, fikih, tafsir, dan lainnya. Dia di kenal
dengan pribadi yang sangat erdas.
Ibnu Sa’d telah meriwayatkan, bahwa penduduk Madinah berkata: Abdul Malik belajar
menghafal Al-Qur’an dari Utsman bin Affan dan mendengar (belajar) hadits dari Abu
Hurairah, Abu Sa’id Al-Khudri, Jabir bin Abdullah, dan dari para sahabat Rasulullah s.a.w
yang lain. Dengan demikian tidaklah mengherankan, bilamana dia dikenal sebagai orang
yang ahli fiqih dan seorang ahli ilmu yang sangat mencintai ilmu. Begitu juga, ia pun seorang
pujangga dan seorang kritikus syair yang ahli dalam membedakan syair yang baik dan yang
jelek, kemudian diapun terkenal sebagai seorang yang memiliki klub tempat bertemu dan
berdiskusi bersama para penyair dan pujangga untuk membahas tentang buku-buku
kesusasteraan, seperti kitab Al-Kamil karangan Al-Mubarrad, kitab Al Amali karangan Abu
Ali, dan buku-buku kumpulan sastra yang lain
Dia di angkat sebagai Gubernur Madinah oleh Muawiyah pada saat umurnya baru 16 tahun.
Sebelum menjadi khalifah dia di kenal sebagai sosok yang zuhud dan di anggap sebagai salah
seorang ulama Madinah. Dia ikut terlibat dalam penaklukan-penaklukan yang terjadi di
Afrika pada tahun 41-45 H.

Bagaimanakah Abdul Malik Mencapai Kursi Kekhalifahan?


Yazid bin Mu’awiyah sebelum meninggal, mewasiatkan khilafah untuk anaknya yang
bernama Mu’awiyah bin Yazid. Setelah Yazid meninggal, penduduk Syam membaiatnya
dalam rangka memenuhi wasiat ayahnya.

Pada waktu itu ‘Abdullah bin Az-Zubair radhiyallahu ‘anhu telah dibaiat sebagai khalifah di
negeri Hijaz dan kekuasaannya semakin besar. Mu’awiyah bin Yazid tidak berkeinginan
jatuh dalam pertentangan dengan Ibnu Az-Zubair radhiyallahu ‘anhu. Oleh karena itu, beliau
mengumumkan pengunduran diri dari kursi kekhalifahan tidak berapa lama setelah
pengangkatannya. Kemudian beliau mengasingkan diri dari manusia sampai meninggalnya
yang tidak lama berselang setelah. pengunduran diri. Dan beliau tidak menentukan siapapun
sebagai pengganti.

Dengan demikian khilafah yang syar’i dipegang oleh Amirul Mukminin Abdullah bin Az-
Zubair radhiyallahu ‘anhu . Penduduk Iraq, Mesir, Afrika, Khurasan, dan mayoritas
penduduk Syam membaiatnya. Lebih tepat dikatakan seluruh wilayah Islam kecuali sebagian
kecil dari wilayah Syam bagian selatan yang mereka terbagi menjadi dua kelompok. Satu
kelompok mendukung Bani Umayyah yang dipimpin oleh Hasan bin Malik, kelompok lain
mendukung Ibnu Az-Zubair yang dipimpin oleh Adh Dhahhak bin Qais.
Antara kedua kelompok ini terjadi pertempuran Marjuraahith. Pertempuran ini terjadi pada
tahun 65 H. Pendukung Bani Umayyah mendapatkan kemenangan sehingga Marwan bin Al-
Hakam rahimahullah berhasil menguasai Syam sedangkan Ibnu Az-Zubair tetap menjadi
khalifah yang menguasai seluruh wilayah Islam. Marwan hanya memegang tampuk
kekuasaan pada masa yang relatif singkat yaitu satu tahun kemudian dia meninggal pada
tahun 65 H. Setelah dia meninggal, kekuasaan digantikan oleh anaknya yang bernama ‘Abdul
Malik.

Abdul Malik bin Marwan menjabat khalifah kelima Dinasti Umayyah pada usia 39 tahun. Ia
menjadi khalifah atas wasiat ayahnya, Marwan bin Hakam. Selama 21 tahun memerintah ia
dianggap khalifah perkasa, negarawan berwibawa yang mampu memulihkan kesatuan kaum
Muslimin.

Setelah selesai pengangkatan baiat di Masjid Damaskus pada 65 Hijriyah, Khalifah Abdul
Malik bin Marwan naik mimbar dan menyampaikan pidato singkat namun tegas yang dicatat
sejraah. Di antara isi pidato itu adalah, “Aku bukan khalifah yang suka menyerah dan lemah,
bukan juga seorang khalifah yang suka berunding, bukan juga seorang khalifah yang
berakhlak rendah. Siapa yang nanti berkata begini dengan kepalanya, akan kujawab begini
dengan pedangku.”
Setelah ia turun dari mimbar, sejak saat itu wibawanya dirasakan oleh segenap hadirin.
Mereka mendengarkan ucapannya dengan rasa hormat dan kepatuhan.

Sekilas tentang kehidupan dan amalan ‘Abdul Malik:


Setelah ‘Abdul Malik rahimahullah berhasil menguasai Syam dan Mesir, maka terletak di
pundaknya beban untuk membangun kembali Daulah Umawiyyah yang kedua. Pada masa itu
kekuasaan di sebagian besar wilayah Islam berada di tangan ‘Abdullah bin Az-Zubair .
`Abdul Malik berhasil memikul beban berat ini dan mampu merebut kekuasaan dari tangan
`Abdullah bin Az-Zubair radhiyallahu ‘anhu kemudian membunuhnya. Sebagaimana pula
mampu menghadapi Rafidhah dan Khawarij dan melibas mereka dengan tebasan yang
mematahkan pada sejumlah medan pertempuran.

Sifat ‘Abdul Malik dan upaya perbaikan yang diadakan:


Dia adalah orang yang pertama kali menyadur pembukuan dari bahasa Romawi dan Persia ke
dalam bahasa Arab. Pembukuan/ pengarsipan yang ada di Syam adalah dengan bahasa
Romawi (Yunani), sedangkan Iraq menggunakan bahasa Persia. Keduanya dialihbahasakan
ke dalam bahasa Arab pada masa pemerintahan ‘Abdul Malik. Orang yang menerjemahkan
dari bahasa Romawi ke bahasa Arab adalah Abu Tsabit Al-Khanasi, sedangkan yang
menerjemahkan dari bahasa Persia ke bahasa Arab adalah Shalih bin Abdurrahman, sekretaris
Al-Hajjaj Ats-Tsaqafi.

Apa yang diperbuat oleh ‘Abdul Malik ini memberatkan orang-orang Persia sampai-sampai
mereka memberikan kepada Shalih uang sejumlah 1000 dirham dengan syarat ia tidak
melanjutkan tugas itu. Tetapi dia tidak memperdulikannya. Sebagian pembesar Persia
mengatakan kepadanya: “Semoga Allah memutuskan keturunanmu di dunia sebagaimana
engkau memutuskan Persia.”
`Abdul Malik adalah seorang yang dikenal dengan kokoh pendirian dan kemauannya. Dia
seorang yang pemberani, tidak mudah gamang dalam menghadapi banyak peristiwa
walaupun besar. Kejadian yang ada pada masanya sangat keras dan mencekam. Perpecahan
dan perselisihan senantiasa mengancam kerajaan dengan ancaman yang sangat berbahaya.
Akan tetapi dia selalu menangani urusannya dengan penuh hikmah dan akal yang cemerlang
sehingga keadaan menjadi tenang dan langit menjadi cerah. Kerajaan pun menjadi satu dan
persatuan terwujud. Seluruh pelosok negeri Islam di bawah satu bendera dan satu penguasa.

Keadaan ini menyerupai keadaan yang terjadi pada tahun persatuan (masa pemerintahan
Mu’awiyah bin Abu Sufyan). Jadilah ‘Abdul Malik rahimahullah pendiri kedua Daulah
Umawiyyah.

Jasa-jasa Abdul Malik bin Marwan


Keberhasilan Abdul Malik bin Marwan mempertahankan keutuhan wilayah kekuasaan dinasti
bani Umayyah, membawa dampak positif bagi kemajuan dinasti ini. Sebab kendala atau
hambatan terpenting didalam usaha mempertahankan dan mengembangkan kekuasaannya,
telah dapat diatasi dengan baik. Dengan demikian, mudah baginya untuk mengeluarkan
kebijakan politik untuk membangun negeri.
Selama masa pemerintahannya, khalifah Abdul Malik bin Marwan melakukan beberapa
upaya pembaharuan untuk memperlancar administrasi pemerintahan. Diantara jasa dan
pembaharuan yang dilakukan adalah :

1. Menjadikan Bahasa Arab menjadi bahasa resmi negara


Kebijakan ini dikeluarkan karena bahasa yang dipakai untuk kegiatan administrasi
pemerintahan di daerah taklukan pada masa-masa sebelumnya, bukan bahasa arab. Seperti
diketahui bahwa pada masa nabi dan para sahabat dan masa-masa awal dinasti bani
Ummayyah seluruh dokumen yang berkaitan dengan perikehidupan dicatat dalam bahasa
Arab.

Setelah bangsa Persia, Syiria dan Mesir bergabung dalam kekuasaan pemerintahan Islam,
Khalifah Umar bin Al-Khatab mempertahankan dokumen yang berkaitan dengan negeri
tersebut tetap dicatat dalam bahasa mereka masing-masing. Akibatnya, departemen keaungan
negeri-negeri tersebut dikuasai oleh pribumi non muslim yang memahami bahasa mereka.
Ketika Abdul Malik bin Marwan berkuasa, ia menghapuskan bahasa mereka dan menetapkan
bahasa Arab sebagai bahasa resmi pemerintahan, kebijakan ini pertama kali diterapkan
bahasa resmi pemerintahan. Kebijakan ini pertama kali diterapkan di Syiria dan Irak,
kemudian Mesir dan Persia.

Hal sepadan juga menyebutkan bahwa, ketika bahasa Arab menjadi bahasa percakapan
orang-orang non-Arab, bahasa Arab mendapat masukan-masukan kata baru. Kata-kata baru
ini diambil dari kata-kata wilayah yang ditaklukkan. Sebagai contoh, kata “kubah” dan
“menara”. Kedua kata tersebut masuk kedalam kosakata bahasa Arab ketika orang-orang
Arab melihat bangunan-bangunan itu. Hal yang lebih menarik lagi bahasa Arab sendiri
ternyata memiliki kelenturan menerima kosakata kata baru. Dengan demikian bahasa Arab
menjadi sangat kaya dengan kosakata dan istilah.

2. Mengganti Mata Uang


Kebijakan lain yang dikelurkan abdul Malik bin Marwan adalah penggantian mata uang. Ia
mengeluarkan mata uang logam Arab. Sebelumnya, pada masa Nabi Muhammad saw., dan
Khalifah Abu bakar mata uang yang dipakai sebagai alat tukar atau alat bayar adalah mata
uang romawi dan persia. Mata uang ini pada masa pemerintahan sesudahnya, khususnya pada
masa Khalifah Umar bin Khattab telah banyak yang rusak.
Inilah salah satu sebab mengapa Abdul Malik bin Marwan melakukan pembaharuan dalam
bidang mata uang. Ia mengeluarkan jenis mata uang baru yang bisa dibilang sebagai mata
uang resmi pemerintahan Islam. Mata uang ini terbuat dari emar (Dinar), perak (Dirham) dan
Perunggu (Fals atau fuls).
Yaitu, mata uang yang satu sisinya bertuliskan kalimat “Laailaha Illallah” dan sisi lainnya
tertulis nama khalifah. Mata uang Islam yang baru ini menghilangkan symbolis Kristen dan
Zoroaster.
Untuk kepentingan itu, Khalifah Abdul Malik bin Marwan mendirikan pabrik percetakan
uang di Damaskus.

3. Pembaharuan Ragam Tulisan Bahasa Arab


Kebijakan Abdul malik bin Marwan lainya adalah pembaharuan dalam ragam tulisan bahasa
Arab. Hal ini dilakukan karena berdasarkan penilaiannya terdapat dua kelemahan didalam
bahasa Arab. Pertama, bahasa arab hanya mengandung huruf konsonan (huruf mati), yang
dapat diucapkan dalam beberapa bunyi Vokal. Kenyataannya ini menyulitkan bagi
masyarakat muslim yang bukan berasal dari bahasa Arab didalam memahami dan
mengucapakan bahasa Arab. Kedua, adalah beberapa huruf arab mempunyai kesamaan
bentuk, seperti antara huruf ( ‫ د‬dan ( ‫ ذ‬dan lainya.
Hajjaj bin Yusuf salah seorang gubernur Abdul malik yang mahir di dalam seni menulis arab,
memperkenalkan tanda vokal dan menerapkan tanda-tanda titik untuk membedakan beberapa
huruf yang sama bentuknya. Pembaharuan yang dilakukan khalifah Abdul Malik dan
Gubernur Hajjaj bin Yusuf ini menjadikan bahasa Arab lebih sempurna dan sekaligus
mengihlangkan kesulitan bagi pembaca luas dikalangan non Arab.

4. Pembaharuan Dalam Bidang Keuangan


Hingga pada masa pemerintahan Abdul Malik, umat Islam hanya berkewajibkan membayar
zakat dan bebas dari kharaj dan jizyah. Hal ini mendorong orang non-muslim memeluk
agama Islam. Dengan cara ini, mereka terbebas dari pembayaran Kharaj dan jizyah. Setelah
itu, mereka meninggalkan tanah pertaniannya guna mencari nafkah di kota-kota besar sebagai
tentara.
Kenyataan ini menimbulkan masalah bagi perekonomian negara. Karena pada satu sisi
perpindahan agama mengakibatkan berkurangnya sumber pendapatan negara dari sektor
pajak. Pada sisi lain, bertambahnya militer Islam dari kelompok Mawali memerlukan dana
subsidi yang makin besar.
Untuk mengatasi permasalahan ini, khalifah Abdul Malik mengembalikan beberapa militer
Islam kepada profesinya semula, yakni sebagai petani dan menetapkan kepadanya untuk
membayar sejumlah kewajiban mereka sebelum mereka masuk Islam, yakni sebesar beban
Kharraj dan Jizyah.
Keputusan khalifah Abdul Malik ini tentu saja ditentang keras oleh kelompok Mawali.
Karena ketidakpuasan ini, pada akhirnya mereka menyokong gerakan propoganda Abbasiyah
untuk menggulingkan kekuasaan dinasti Umayyah.

5. Pengembangan Sistem Pos


Ketika Abdul Malik berkuasa, ia berusaha mengembangkan sistem pos yang telah dibangun
pada masa Muayyah bin Abu Sufyan. Sistem pos ini menghubungkan kota-kota propinsi
dengan pemerintahan pusat. Para petugas pos mengendarai kuda dalam menjalankan
tugasnya, khususnya tugas menyampaikan informasi penting dari pemerintahan pusat ke
pemerintahan propinsi.
Selain itu Khalifah juga mendirikan beberapa kota baru, diantara kota terpenting adalah Al-
Wasith di antara rendah Irak. Pendidrian kota ini dimaksudkan untuk mengendalikan
kemungkinan timbulnya gerakan pengacau di wilayah Irak.

6. Membentuk Mahkamah Agung


Kebijakan lain yang menjadi jasa penting dari peninggalan pemerintahan Khalifah Abdul
Malik adalah mendirikan lembaga mahkamah Agung. Lembaga ini didirikan untuk mengadili
para pejabat tinggi negara yang melakukan penyelewengan atau tindakan yang merugikan
bangsa dan negara atau bertindak sewenang-wenang terhadap rakyat.

7. Mendirikan Bangunan-Bangunan Penting


Keberhasilan lain yang menjadi jasa dari peninggalan Khalifah Abdul Malik adalah
menjadikan bangunan-bangunan penting yang sangat dibutuhkan didalam memperlancar roda
pemerintahan dan kekuasaan militter bani Umayyah.
Pada masanya, telah dibangun pabrik-pabrik senjata dan pabrik kapal perang di Tunisia.
Membangun Kubah baru (Qubbah Al-Sakhra) di Yerussalem. Yang hingga kini masi
terpelihara dengan baik dan masih utuh.
Demikian jasa dan peningggalan Khalifah Abdul Malik bin Marwan yang berkuasa selama
lebih kurang 20 tahun (66-86 H/685-705M). Jasa dan peninggalan ini kini masih dapat
disaksikan sebagai bagian dari masa kejayaan Khalifah abdul Malik bin Marwan, di
antaranya adalah : penggunaan bahasa Arab secara menyeluruh di wilayah zajirah Arabiyah
dan beberapa negara di Afrika Utara.
Tanpa jasa dan usahanya ini, mungkin bahasa Arab hanya sebagai bahasa komunikasi
diantara bangsa Arab. Tetapi untuk bangsa non Arab, mereka tidak mampu membaca dan
mempelajari bahasa Arab. Karena terdapat banyak kesamaan huruf yang ada dalam bahasa
Arab. Berkat jasa dan bantuan gubernur Hajjaj bin Yusuf Al-Saqafy, bahasa Arab lebih
mudah dipahami. Sehingga memudahkan bagi pengguna bahasa yangg berasal dari
masyarakat non Arab.

8. Kerajinan
Kerajinan pada masa Abdul Malik mulai dirintis pembuatan tiraz atau semacam bordiran
yakni cap resmi yang di cetak pada pakaian khalifah dan para pembesar pemerintahan.

9. Membangun Sarana dan Prasarana


Abdul Malik juga mendirikan bangunan seperti pabrik senjata dan kapal perang di Tunisia. Ia
juga membangun Masjid Umar atau Qubbatush Shakra’ di Yerusalem dan memperluas
Masjidil Haram di Makkah.

Pembebasan wilayah
Perluasan wilayah (ekspansi) politik Islam diluar semenanjung Arabia yang terhenti dimasa
khalifah Ali, kini diteruskan oleh dinasti bani umayyah, terutama dimasa khalifah Abdul
Malik bin Marwan dan al-Walid bin Abdul Malik. Ekspansi pada masa ini terbagi kepada dua
arah, ke barat yang meliputi wilayah Afrika Utara, Spanyol dan Perancis. Dan ke timur yang
meliputi wilayah Asia Tengah dan India.

Pembebasan wilayah barat telah dimulai sejak masa pemerintahan Muawiyah. Ia mengutus
Uqbah bin Nafi’ untuk menaklukkan daerah-daerah Afrika utara yang telah lama dikuasai
romawi. Ia berhasil mengusai tunisia, dan di tahun 670 M. Ia menjadikan kota Qairuwan
sebagai ibu kota dan pusat kebudayaan Islam.
Namun, wilayah itu kemudian kembali dikuasai bangsa barbar, baru pada masa Abdul Malik
bin Marwan berhasil dikuasai kembali berkat pasukan yang dipimpin Hasan bin Nu’man.
Setelah Hasan meninggal pada 708 M, jabatan gubernur digantikan oleh panglima Musa bin
Nusair. Ia meluaskan kekuasaannya dengan menaklukkan Aljazair, Maroko, sampai ke pantai
samudra Atlantik. Ekspedesinya juga berhasil merebut pulau Majorka, Minorka, dan Ivoka

Pembebasan wilayah di zaman Umaiyah mencakup tiga front penting yaitu :


Pertama, front melawanbangsa Romawi di Asia kecil dengan sasaran utama pengepungan ke
ibu kota Konstantinopel, dan penyerangan ke pulau-pulau di Laut Tengah. Kedua, front
Afrika Utara. Selain menundukkan daerah hitam Afrika, pasukan muslim juga menyeberangi
selat Gibraltar, lalu masuk ke Spanyol. Ketiga, front timur menghadapi wilayah yang amat
luas, sehingga operasi ke jalur ini dibagi menjadi dua arah. Yang satu menuju utara ke
daerah-daerah di seberang sungai Jihun (Amu Dariyah). Sedangkan yang lainnya ke arah
selatan menyusuru Sind, wilayah india bagian barat
Pada masa pemerintahan Muawiyah diraih kemajuan besar dalam perluasan wilayah,
meskipun pada beberapa tempat masih bersifat rintisan. Peristiwa paling mencolok
keberaniannya mengepung kota Konstantinopel melalui suatu ekspedisi yang dipusatkan di
kota pelabuhan Dardanela, setelah terlebih dahulu menduduki pulau-pulau di Laut Tengah
seperti Rodhes, Kreta, Cyprus, Sicilia dan sebuah pulau yang bernama award, tidak jauh dari
ibu kota Romawi Timur itu. Di belahan timur, Muawiyah berhasil menaklukan Khurrasan
sampai ke sungai Oxus dan Afganistan.

Ekspansi ke timur yang telah dirintis oleh Muawiyah, lalu disempurnakan oleh khalifah
Abdul Malik bin Marwan. Dibawah komando Gubernur Irak Hajjaj ibn Yusuf, tentara kaum
muslimin menyeberangi sungai Ammu Darya dan menundukkan Balkh, Bukhara,
Khawarizm, Fergana dan Samarkand. Pasukan islam juga melalui Makran masuk ke
Balukhistan, Sind dan Punjab sampai ke Multan, pada waktu itu Islam menancapkan kakinya
untuk pertama kalinya di bumi India.

Wafat
Dalam sejarah, Abdul Malik dikenal dengan “Abdul Muluk” atau ayah para raja atau
khalifah. Dijuluki demikian karena keempat anaknya sempat menjadi khalifah Bani Umayyah
menggantikannya. Mereka itu adalah Walid, Sulaiman, Yazid, dan Hisyam. Abdul Malik bin
Marwan meninggal dunia pada pertengahan bulan Syawwal tahun 86 Hijriyah dalam usia 60
tahun. Ia meninggalkan karya besar bagi sejarah Islam. Masa pemerintahannya 21 tahun, dan
8 tahun dari masa tersebut menghadapi sengketa dengan Khalifah Abdullah ibn Zubair.

Hikmah dari Kekhalifahan Abdul Malik bin Marwan


Beberapa hikmah yang dapat diambil dari kepemimpinan Abdul Malik Bin Marwan adalah
sebagai berikut :

1.Semangat juang mempertahankan suatu negara/wilayah/suku dll. Seperti pada


penyelamatan Kekhalifahan Umayyah dari kehancuran
2.Memperhatikan kelangsungan/kesejahteraan hidup orang banyak sebagai contoh;
memperbaiki fasilitas Negara yang bertujuan untuk memakmurkan rakyat
3.Memudahkan kita semua untuk membaca sebuah Kita Suci dengan menyempurnakan
mushaf al-Qur`an
4.Selalu bersemangat dalam menyebarkan dan menjaga agama Islam
5.Selalu bersikap admitrif dalam berbagai hal termasuk hal-hal penting
6.Tidak melakukan sesuatu hal dengan cara emosional dan bersikap adil sesama manusia
sehingga tidak memiliki sikat pendendam (harus sabar), serta mau menerima kritik dari
berbagai pihal yang membangun.

Anda mungkin juga menyukai