Oleh:
Kelompok 12
1
LEMBAR PENGESAHAN
Laporan asuhan keperawatan pada Tn. F dengan diagnosa medis tumor paru
dalam rangka pelaksanaan profesi keperawatan medical bedah.
Menyetujui,
Mengetahui,
Kepala Ruang Palem II
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan
hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan laporan “Asuhan Keperawatan
Pada Ny. D Dengan Diagnosa Medis DHF (Dengue Hemorrhagic Fever) Yang
Mengalami Masalah Kebutuhan Dasar Manusia Termoregulasi” ini dengan baik.
Kami menyampaikan terima kasih kepada:
1. Dr. Joni Wahyuhadi, dr., Sp.BS (K) selaku Direktur Utama RSUD dr. Soetomo
Surabaya
2. Dr. Anang Endaryanto, dr., Sp.A (K) selaku Direktur Pelayanan Medik dan
Keperawatan
3. Prof. Dr. Nursalam M.Nurs (Hons) selaku Dekan Fakultas Keperawatan
Universitas Airlangga Surabaya yang telah memberikan kesempatan dan
dorongan fasilitas kepada kami untuk mengikuti Program Profesi Ners
4. Muzhidah, S.Kep.Ns selaku Kepala Bidang Keperawatan
5. Endang, S.Kep.Ns selaku Kepala Keperawatan Irna Medik
6. Ibu Ika Nur Pratiwi, S.Kep.Ns., M.Kep selaku pembimbing akademik yang telah
meluangkan waktu dan tenaga dalam memberikan arahan dan bimbingan
penyusunan dan penyelesaian makalah ini
7. Ibu Wiji Lestari, S.Kep.Ns selaku kepala ruangan Palem II sekaligus pembimbing
klinik yang telah memberikan kesempatan kepada kami untuk menimba ilmu di
ruang Palem II RSUD dr. Soetomo Surabaya dan telah meluangkan waktu dan
tenaga dalam memberikan arahan dan bimbingan penyusunan dan penyelesaian
makalah ini
8. Kepala program studi pendidikan ners (P3N) Fakultas Keperawatan Universitas
Airlangga yang telah memberikan kesempatan untuk mengikuti program profesi
ners
Penyusun menyadari bahwa makalah ini belum sempurna dan masih banyak
kekurangan. Oleh karena itu penyusun mengharapkan kritik dan saran yang dapat
iii
membangun agar dalam penyusunan makalah selanjutnya menjadi lebih baik.
Akhirnya penyusun berharap semoga makalah ini bermanfaat bagi kami dan bagi
yang membaca
Penyusun
iv
DAFTAR ISI
v
BAB 1
PENDAHULUAN
1
2
setengah penderita kanker paru-paru akan meninggal dalam waktu satu tahun setelah
didiagnosis. (U.S. National Institute of Health, 2014).
Rumusan Masalah
Bagaimanakah penerapan asuhan keperawatan pada Tn.F dengan Tumor Paru
di Ruang Palem II RS Dr. Soetomo Surabaya?
Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Mahasiswa dapat memahami penerapan asuhan keperawatan pada klien
dengan diagnose medis Tumor Paru
1.3.2 Tujuan Khusus
Mahasiswa mengetahui dan mampu:
1. Menjelaskan tentang konsep dasar Tumor Paru
2. Menjelaskan asuhan keperawatan pada kasus Tumor Paru
Manfaat
1.4.1 Bagi penulis
Hasil studi kasus ini dapat memberikan wawasan tentang penyakit tumor paru
dengan menggunakan asuhan keperawatan
1.4.2 Bagi instansi akademik
Sebagai bahan bacaan di perpustakaan dan acuan pertimbangan pada
keperawatan khusunya kasus keperawatan dengan diagnosa medis tumor
paru
1.4.3 Bagi klien
Memberi pengetahuan dan ketrampilan pada anggota keluarga tentang
perawatan orang dengan diagnosa medis tumor paru
1.4.4 Bagi rumah sakit
Dapat memberikan asuhan keperawatan untuk kasus yang sama yaitu
tumor paru serta menjaga dan meningktakn pelayanan pada masyarakat,
3
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
(Abdi, 2014)
3) Karsinoma sel besar
Karsinoma yang paling jarang ditemukan, hanya mencakup 10% dari
kanker paru. Karsinoma ini metastase lebih cepat dan memiliki prognosis
yang lebih buruk. (Abdi, 2014)
2.1.2 Gambaran klinis & laboratorium
a. Tanda & Gejala
Gejala yang berkaitan dengan pertumbuhan tumor langsung, seperti batuk,
hemoptisis, nyeri dada dan sesak napas/stridor. Batuk merupakan gejala tersering
(60- 70%) pada kanker paru. (PNPK kanker paru).
Adapun juga gejala yang biasa terjadi pada kanker paru, yaitu:
1) Berat badan berkurang
2) Nafsu makan hilang
3) Teraba massa pada pangkal leher
4) Cepat lelah
5) Demam
b. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan ini mencakup tampilan umum penderita kanker paru yang
menurun secara abnormal terutama pada pemeriksaan fisik paru. (PNPK kanker
paru), tumor paru yang berukuran kecil dan terletak di perifer dapat memberikan
gambaran yang normal pada pemeriksaan. Dengan pemeriksaan ini juga bisa di
dapatkan benjolan superficial pada leher, ketiak atau dinding dada, tanda
pembesaran hepar dan tanda asites, dan nyeri ketok tulang. Tanda-tanda vital
lainnya adalah edema pada wajah dan lengan kanan atas disertai peningkatan
vena jugularin dan tampak venektasi di dada. Pemeriksaan ini juga dapat
memberikan informasi untuk menentukan stage penyakit. (PDPI, 2003).
c. Pemeriksaan radiologis
Salah satu pemeriksaan penunjang yang dibutuhkan untuk menentukan
lokasi tumor primer dan metastasis, serta dibutuhkan untuk menentukan stadium
penyakit berdasarkan system TNM. Pemeriksaan radiologis yang dibutuhkan
sebagai berikut:
1) Foto toraks AP/lateral
2) CT-Scan toraks
3) MRI (magnetic resonance imaging) Untuk menentukan letak , ukuran dan
metastasis sebagai berikut:
4) Bone scan
5) Bone survey
6) USG abdomen
6
7) Brain-CT
d. Pemeriksaan khusus
1) Bronkoskopi
2) Endobrachial ultrasound (EBUS)
3) Sitologi sputum
4) Thoracentesis
5) Biopsy transtorakal
6) Fine needle aspiration (FNA) biopsy (bila di perlukan)
7) Torakoskopi
8) Pemeriksaan fungsi paru
e. Tumor marker
Petanda tumor atau yang disebut biomarker ini bias dapat membantu para
klinisi untuk memperkirakan jumlah tumor yang aktif di dalam pasien baik
sebagai tambahan atau tes sensitive terhadap tingkat penyakit dengan deteksi
radiologis. (Kerr D., 2016)
2.1.3 Diagnosis
Menurut PDPI (2003) tindakan diagnosis untuk kanker paru diarahkan agar
dapat ditentukan jenis histologis, derajat (staging), dan tampilan (performace status)
sehingga jenis pengobatan dapat dipilih sesuai dengan kondisi penderita.
a. Jenis histopatologi
Untuk menentukan jenis histologis, secara lebih rinci dipakai klasifikasi histologis
menurut WHO tahun 1999 (Brambilla, 2001), dan kanker paru memiliki 2 jenis
yaitu:
1) Small cell lung cancer (SCLC)
2) Non-small cell lung cancer (NSCLC)
a. Adenokarsinoma
b. Karsinoma sel skuamosa
c. Karsinoma sel besar
2.1.5 Tatalaksana
a. Small cell lung cancer
Pengobatan untuk kanker paru jenis karsinoma sel kecil biasanya
tergantung dari derajat dari kanker tersebut. Pengobatan untuk kanker paru jenis
karsinoma sel kecil biasanya menggunakan radioterapy dan kemoterapi.
Pembedahan jarang di lakukan pada kanker paru jenis ini, karena penyebaran
kanker paru ini sudah terlalu jauh. Obat kemoterapi yang biasa digunakan adalah
kombinasi dari etoposide dan cisplatin atau carboplatin untuk stadium terbatas.
Untuk stadium lanjut di tambahkan dengan kombinasi irinotecan. (Cherath L.,
2015)
b. Non-small cell lung cancer
8
3) Kemoterapi
Kemoterapi dapat diberikan pada semua kasus kanker paru. Syarat
utama harus ditentukan jenis histologis tumor dan tampilan (performance
status) harus lebih dan 60 menurut skala Karnosfky atau 2 menurut skala
WHO. Kemoterapi dilakukan dengan menggunakan beberapa obat antikanker
dalam kombinasi regimen kemoterapi.
Prinsip pemilihan jenis antikanker dan pemberian sebuah regimen
kemoterapi adalah:
a) Platinum based therapy ( sisplatin atau karboplatin)
b) Respons obyektif satu obat antikanker s 15%
c) Toksisiti obat tidak melebihi grade 3 skala WHO 13
d) Harus dihentikan atau diganti bila setelah pemberian 2 sikius pada
penilaian terjadi tumor progresif.
Regimen untuk KPKBSK adalah :
a) Platinum based therapy ( sisplatin atau karboplatin)
b) PE (sisplatin atau karboplatin + etoposid)
c) Paklitaksel + sisplatin atau karboplatin
d) Gemsitabin + sisplatin atau karboplatin
e) Dosetaksel + sisplatin atau karboplatin
Syarat standar yang harus dipenuhi sebelum kemoterapi:
a) Tampilan > 70-80, pada penderita dengan PS < 70 atau usia lanjut, dapat
diberikan obat antikanker dengan regimen tertentu dan/atau jadual
tertentu.
b) Hb > 10 g%, pada penderita anemia ringan tanpa perdarahan akut, meski
Hb < 10 g% tidak perlu tranfusi darah segera, cukup diberi terapi sesuai
dengan penyebab anemia.
c) Granulosit > 1500/mm3
d) Trombosit > 100.000/mm3
e) Fungsi hati baik
f) Fungsi ginjal baik (creatinin clearance lebih dari 70 ml/menit)
Dosis obat anti-kanker dapat di hitung berdasarkan ketentuan
farmakologik masing-masing. (PDPI, 2003).
2.1.6 Evaluasi
Angka kekambuhan (relaps) kanker paru paling tinggi terjadi pada 2 tahun pertarna,
sehingga evaluasi pada pasien yang telah diterapi optimal dilakukan setiap 3 bulan sekali.
Evaluasi meliputi pemeriksaan klinis dan radiologis yaitu foto toraks PA / lateral dan CT-
scan thoraks, sedangkan pemeriksaan lain dilakukan atas indikasi. (PDPI, 2003)
2.1.7 Prognonsis
10
Prognosis untuk SCLC tidak terlalu baik, karena SCLC adalah suatu penyakit yang
sangat agresif. Tanpa pengobatan, pada stadium terbatas kemungkinan pasien hidup hanya 3
sampai 6 bulan, sedangkan untuk stadium lanjut hanya 6 sampai 12 minggu. Namun, SCLC
berespon sangat baik terhadap kemoterapi dan radioterapi. (Cherath L., 2015). Prognosis
untuk NSCLC lebih baik jika terdiagnosis lebih cepat dan di singkirkan secara pembedahan.
(Cherath L., 2015).
11
2.1.8 WOC
Tumor paru
Mengaktifkan
ankogen yang
Di organ paru Di organ darah meningkatkan
pertumbuhan
B1. Breath B2. Blood
Memperlihatkan
Perubahan epitel silia dan Hasil analisa gas darah hasil gen yang sudah
mukosa / bagian paru lain PCO2 meningkat, PO2 diganti dan hasil gen
menurun pengaturan yang
hilang
Produksi mukus ↑
Gangguan
O2 ke jaringan
pertukaran Mempeng
Bersihan jalan nafas tidak maksimal kemoterapi
gas aruhi saraf
tidak efektif pada organ
Perubahan: pencernaa
SPO2, TD, RR, n Mual
hasil peeriksaan Nafsu muntah
EKG ketika makan
berpindah posisi menuru
Hiperplasi / n
metaplasia BB
kelelahan Anemia Menurun
(HB
Pola nafas berubah: menurun)
eupnea, kusmaul,
chynestoke, dll Intoleransi Resiko
Aktifitas jatuh
Defisit nutrisi
Suara nafas wheezing,
penggunaan otot bantu
nafas
Sesak nafas
Pola nafas
tidak efektif
12
2. Pengkajian Fisik
a. Keadaan umum
- Tingkat ketersediaan : omposmentis / apatis / somnolen / tumor / koma
- GCS : Mata : … , Verbal : … , Psikomotor : …
b. Tanda-tanda vital : Nadi: …, RR: …., Suhu: …., TD: …
c. Keadaan fisik
13
1) B1 (Breath): Biasanya pola nafas pasien berubah (misalnya: kusmaul), adanya suara
nafas tambahan (Wheezing), saturasi oksigen > 95%, pernafasan meningkat > 20
x/menit.
2) B2 (Blood): hasil analisa gas darah (PCO2 meningkat, PO2 menurun), HB menurun.
3) B3 (Brain): biasanya tidak ada masalah
4) B4 (Bladder): tidak ada masalah dengan bladder (biasanya pasien dibantu saak BAK
karena intolerasni aktivitas)
5) B5 (Bowel): tidak ada masalah (biasanya pasien dibantu saat BAB karena intoleransi
aktivitas)
6) B6 (Bone): apabila tumor sudah menjadi ganas dapat bermetastase ke sel tulang, dan
dapat terjadi gangguan moilitas fisik.
Pemeriksaan fisik (Head to toe):
1) Kepala dan Leher: biasanya kepala dan leher normal tidak ada lesi
2) Dada (Paru dan jantung), Pemeriksaan
I = Ada benjolan
A = ada suara wheezing, ronkhi (jika ada sputum)
Pa= ada benjolan
Pe= sonor
3) Payudara dan Ketiak: tidak ada masalah
4) Abdomen
I = normal tidak ada benjolan, lesi
A = bising usus normal 5-10 x/menit,
Pa = tidak ada benjolan
Pe = tidak ada nyeri tekan
5) Genetalia: biasanya normal tidak ada gangguan
6) Integumen: biasanya normal, CRT <2 detik
7) Ekstremitas (atas dan bawah): kekuatan otot menurun karena oksigen ke jaringan tidak
adekuat dan menyebabkan kelemahan sehingga intoleransi aktivitas.
8) Neurologis
- Status mental & emosi
- Pengkajian saraf kranial
- Pemeriksaan refleks
d. Pemeriksaan penunjang
1) Data laboratorium yang berhubungan: hasil pemeriksaan AGD, darah lengkap
2) Pemeriksaan radiologi: hasil pemeriksaan foto thorak
3) Hasil konsultasi: hasil konsultasi dengan ahli gizi
4) Pemeriksaan penunjang diagnose lain.
3. Diagnosa Keperawatan
a. Pola nafas tidak efektif (D.0005) b.d tumor paru
b. Bersihan jalan nafas tidak efektif (D.0001) b.d penurunan fungsi silia di saluran pernafasan
c. Gangguan pertukaran gas (D.0003) b.d ketidakseimbangan ventilasi
d. Defisit nutrisi (D.0019) b.d kurang asupan makanan
14
e. Intoleransi aktivitas (00092) b.d ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen
4. Intervensi Keperawatan
Dx: pola nafas tidak efektif (D.0005)
NOC:
a. Outcome untuk mengukur penyelesaian dari diagnosis
- Status pernafasan normal (RR: 12-20 xx/menit, SPO2: 93-99%, S: 36.5-37,5 oC, N: 60-
100 x/menit, TD: 100-140 mmHg)
- Status pernafasan: ventilasi normal (tidak ada sumbatan nafas, tidak ada sputum, tidak
ada suara nafas tambahan)
b. Outcome untuk mengukur batasan karakteristik
- Respon alergi: tidak ada
- Status pernafasan baik: pertukaran gas baik (Nilai AGD: normal)
PH: 7,35-7,45
PCO2: 35-45 mmHg
PO2: 80-100 mmHg
HCO3: 22-26 mmol/l
- Keparahan syok: tidak ada syok anafilaksis
c. Outcome yang berkaitan dengan faktor yang berhubungan
- Keparahan respirator: tidak ada acidosis akut, alkohol akut
- Tingkat kecemasan: ringan / tidak ada
- Konservasi energy
- Kelelahan: tidak ada otot bantu pernafasan
- Tingkat nyeri berkurang (skala 1-3)
- Perilaku berhenti merokok
- Berat badan normal (IMT normal: 18,5-24,9)
Intervensi keperawatan
1. Pola nafas tidak efektif (D.0005)
Intervensi:
a. Dukungan ventilasi (I.01002)
Tindakan:
1) Observasi
- Identifikasi adanya kelelahan otot bantu nafas
- Identifikasi efek perubahan posisi terhadap status pernafasan
- Monitor status respirasi dan oksigenasi (mis: frekuensi, kedalaman nafas,
penggunaan otot bantu nafas, bunyi nafas tambahan, saturasi O2).
2) Terapeutik
- Pertahankan kepatenan jalan nafas
- Berikan posisi semifowler atau fowler
- Fasilitasi mengubah posisi senyaman mungkin
- Berikan oksigenasi sesuai kebutuhan (mis: nasal kanul, masker wajah, masker
rebreathing / non rebreathing)
15
3) Edukasi
- Ajakan melakukan teknik relaksasi nafas dalam
- Ajakan mengubah posisi secara mandiri
- Ajakan teknik batuk efektif
4) Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian bronkodilator, jika perlu.
b. Pemantauan Respirasi (I.01014)
Tindakan
1) Observasi
- Monitor frekuensi, irama, kedalaman, dan upaya nafas.
- Monitor pola nafas (seperti: bradipnea, takipnea, hiperventilasi, kussmaull, cheyne-
strokes, biot, ataksik).
- Palpasi kesimetrian ekspansi paru
- Auskultasi bunyi nafas
- Monitor saturasi O2
- Monitor nilai AGD
- Monitor hasil x-ray thoraks
2) Terapeutik
- Atur interval pemantauan respirasi sesuai kondisi pasien
- Dokumentasi hasil pemantauan
3) Edukasi
- Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan
- Informasikan pemantauan, jika perlu.
c. Dukungan Berhenti Merokok (I.0001)
Tindakan
1) Observasi
- Identifikasi keinginan berhenti merokok
- Identifikasi upaya berhenti merokok
2) Terapeutik
- Diskusi motivasi penghentian merokok
- Diskusi kesiapan perubahan gaya hidup
- Lakukan pendekatan psikoedukasi untuk membimbing upaya berhenti merokok.
3) Edukasi
- Jelaskan efek langsung berhenti merokok
- Jelaskan berbagai intervensi dengan farmakoterapi.
d. Edukasi Pengukuran Respirasi
Tindakan:
1) Observasi
- Identifikasi kesiapan kemampuan menerima informasi
2) Terapeutik
- Sediakan materi dan media pendidikan kesehatan
- Berikan kesempatan untuk bertanya
- Dokumentasi hasil pengukuran respirasi.
3) Edukasi
16
- Jelaskan cara menghitung respirasi selama 30 detik dan klaikan dengan 2 atau
hitung selama 60 detik jika respirasi tidak teratur.
e. Manajemen Kemoterapi (I.14511)
Tindakan:
1) Observasi
- Periksa kondisi sebelum kemoterapi
- Monitor efek samping dan efek toksik pengobatan
- Monitor mual muntah akibat kemoterapi.
- Monitor status gizi dan berat badan
2) Terapeutik
- Batasi stimulasi lingkungan (mis: suara, cahaya, bau)
- Berikan asupan cairan adekuat
- Lakukan tindakan perawatan rambut (mis: wig, topi, syal, turban).
- Berikan obat kemoterapi sesuai program
3) Edukasi
- Jelaskan tujuan dan prosedur kemoterapi
- Jelaskan efek obat pada sel kanker & fungsi sumsum tulang belakang.
- Anjurkan diet sesuai indikasi
- Anjurkan melaporkan efek samping kemoterapi yang dirasakan
- Ajarkan cara mencegah infeksi
- Ajarkan teknik manajemen energy.
- Ajarkan mengelola kelelahan dengan merencanakan sering istirahat dan membatasi
kegiatan.
4) Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian obat untuk mengendalikan efek samping.
17
BAB 3
LAPORAN KASUS
IDENTITAS
1. Nama Pasien : Tn. F
2. Umur : 26 tahun
3. Suku/ Bangsa : Jawa/Indonesia
4. Agama : Islam
5. Pendidikan : SMA
6. Pekerjaan : Buruh/pabrik plastik
7. Alamat : Bondowoso
8. Sumber Biaya : Keluarga
KELUHAN UTAMA
Keluhan utama: sesak nafas
6. Lain-lain:
Tidak ada
18
Keterangan:
= Laki laki
: Perempuan
: Garis pernikahan
: Garis ketirunan
2. Sistem Pernafasan
a. RR: 24x/menit
b. Keluhan: sesak nyeri waktu nafas orthopnea
Batuk produktif tidak produktif
Sekret: Ada Konsistensi : Encer
Warna:Putih Bau : Tidak ada
c. Penggunaan otot bantu nafas: menggunakan otot dada dan clavicula
d. PCH: ya tidak
e. Irama nafas teratur tidak teratur
f. Friction rub: Tidak ada
g. Pola nafas Dispnoe Kusmaul Cheyne Stokes Biot
h. Suara nafas Vesikuler Bronko vesikuler
Tracheal Bronkhial Masalah Keperawatan :
Ada masalah keperawatan
- Gangguan pola pernafasan
- Bersihan jalan nafas tidak efektif
19
Ronki Wheezing
Crackles
i. Alat bantu napas ya tidak
j. Penggunaan WSD:
- Jenis : Tidak ada
- Jumlah cairan : Tidak ada
- Undulasi : Tidak ada
- Tekanan : Tidak ada
k. Tracheostomy: ya tidak
Tidak ada
l. Lain-lain:
Tidak ada
3. Sistem Kardio vaskuler
a. TD : 110/70 mmHg Masalah Keperawatan :
b. N : 112x/menit
c. Keluhan nyeri dada: ya tidak Tidak ada masalah
P : Tidak ada
Q : Tidak ada
R : Tidak ada
S : Tidak ada
T : Tidak ada
d. Irama jantung: reguler ireguler
e. Suara jantung: normal (S1/S2 tunggal) murmur
gallop lain-lain.....
g. Ictus Cordis: Tidak ada
h. CRT : < 3detik
i. Akral: hangat kering merah basah
pucat panas dingin
j. Sikulasi perifer: normal menurun
k. JVP : Tidak ada
l. CVP : Tidak ada
m. CTR : Tidak ada
n. ECG & Interpretasinya:
Tidak ada
o. Lain-lain :
Tidak ada
4. Sistem Persyarafan
a. S : 37,7 oC Masalah Keperawatan :
b. GCS : 4-5-6 Tidak ada masalah
c. Refleks fisiologis patella triceps biceps
d. Refleks patologis babinsky brudzinsky kernig
e. Keluhan pusing ya tidak
P : Tidak ada
Q : Tidak ada
R : Tidak ada
S : Tidak ada
T : Tidak ada
20
6. Sistem pencernaan
a. TB : 163 cm BB : 46 kg Masalah Keperawatan :
b. IMT : 17,5 Interpretasi : Kurus Tidak ada masalah
c. LOLA : Tidak ada
7. Sistem penglihatan
a. Pengkajian segmen anterior dan posterior: Masalah Keperawatan :
OD OS Tidak ada masalah
Normal 6/6 Visus Normal 6/6
8. Sistem pendengaran
a. Pengkajian segmen anterior dan posterior: Tidak terkaji Masalah Keperawatan :
Tidak ada masalah
OD OS
Tidak ada deformitas Aurcicula Tidak ada deformitas
b. Tes Audiometri:
Tidak terkaji
c. Keluhan nyeri: ya tidak
P : Tidak ada masalah
Q : Tidak ada masalah
R :Tidak ada masalah
S : Tidak ada masalah
d. Luka operasi: ada tidak
Tanggal operasi : Tidak ada
Jenis operasi : Tidak ada
Lokasi : Tidak ada
Keadaan : Tidak ada
e. Alat bantu Dengar: Tidak ada
f. Lain-lain:
Tidak ada
23
9. Sistem muskuloskeletal
a. Pergerakan sendi: bebas terbatas
5
b. Kekuatan otot: 5
5 5
c. Kelainan ekstremitas: ya tidak
d. Kelainan tulang belakang: ya tidak Masalah Keperawatan :
Frankel: Tidak ada Tidak ada masalah
e. Fraktur: ya tidak
- Jenis :Tidak ada
- Traksi: ya tidak
- Jenis : Tidak ada
- Beban : Tidak ada
- Lama pemasangan : Tidak ada
f. Penggunaan spalk/gips: ya tidak
g. Keluhan nyeri: ya tidak
P : Tidak ada
Q : Tidak ada
R : Tidak ada
S : Tidak ada.
T :. Tidak ada
i. Sirkulasi perifer: Tidak ada
j. Kompartemen syndrome ya tidak
k. Kulit: ikterik sianosis kemerahan hiperpigmentasi
l. Turgor baik kurang jelek
m. Luka operasi: ada tidak
Tanggal operasi : Tidak ada
Jenis operasi : Tidak ada
Lokasi : Tidak ada
Keadaan : Tidak ada
Drain : ada tidak
- Jumlah : Tidak ada
- Kondisi area sekitar insersi :.Tidak ada
n. ROM : Tidak ada
o. POD : Tidak ada
p. Cardinal Sign : Tidak ada
q. Lain-lain:
Tidak ada
10. Sistem integumen
a. Penilaian risiko decubitus:
ASPEK YANG KRITERIA PENILAIAN
1 2 3 4 NILAI
DINILAI
PERSEPSI TERBATAS SANGAT KETERBATASAN TIDAK ADA 4
SENSORI SEPENUHNYA TERBATAS RINGAN GANGGUAN
TERUS 2
SANGAT
KELEMBABAN MENERUS KADANG2 BASAH JARANG BASAH
BASAH LEMBAB
LEBIH SERING 1
AKTIVITAS BEDFAST CHAIRFAST KADANG2 JALAN JALAN
IMMOBILE SANGAT KETERBATASAN TIDAK ADA 1
MOBILISASI SEPENUHNYA TERBATAS RINGAN KETERBATASAN
SANGAT KEMUNGKINAN
ADEKUAT SANGAT BAIK
3
NUTRISI
BURUK TIDAK ADEKUAT
TIDAK 3
GESEKAN & POTENSIAL
BERMASALAH MENIMBULKAN
PERGESERAN BERMASALAH
MASALAH
NOTE: Pasien dengan nilai total < 16 maka dapat dikatakan bahwa pasien berisiko 14
mengalami dekubitus (pressure ulcers). TOTAL NILAI
(15 or 16 = low risk; 13 or 14 = moderate risk; 12 or less = high risk)
24
PENGKAJIAN PSIKOSOSIAL
a. Persepsi klien terhadap penyakitnya:
Pasien mengatakan takut bila sesak nafasnya bertambah berat dan tidak segera dilakukan kemoterapi.
e. Lain-lain:
Tidak ada
PERSONAL HYGIENE & KEBIASAAN Masalah Keperawatan :
a. Kebersihan diri:
Klien mengatakan mandi 1x perhari dibantu ibunya Tidak ada masalah
b. Kkemampuan klien dalam pemenuhan kebutuhan:
- Mandi: di bantu seluruhnya dibantu sebagian mandiri
- Ganti pakaian:
di bantu seluruhnya dibantu sebagian mandiri
- Keramas: di bantu seluruhnya dibantu sebagian mandiri
- Sikat gigi: di bantu seluruhnya dibantu sebagian mandiri
- Memotong kuku:
di bantu seluruhnya dibantu sebagian mandiri
- Berhias: di bantu seluruhnya dibantu sebagian mandiri
- Makan: di bantu seluruhnya dibantu sebagian mandiri
PENGKAJIAN SPIRITUAL
a. Kebiasaan beribadah Masalah Keperawatan :
- Sebelum sakit sering kadang- kadang tidak pernah
Tidak ada masalah
- Selama sakit sering kadang- kadang tidak pernah
2) Pemeriksaan radiologi
a. Hasil pemeriksaan patologi anatomi
Tanggal pemeriksaan 5 April 2019
Kesimpulan:
Paru dektra, fnab ct-scan guilding:
Sediaan tidak representative
Surabaya, 8 April2019
TTD
Perawat
27
2 . ANALISA DATA
DATA INTERPRETASI MASALAH
DS: Pasein mengatakan sesak nafas, tidak bisa sel tidak normal Pola nafas
tidur terlentang, lebih nyaman tidur tidak efektif
membungkuk kerusakan sel spesifik D.0005
DO: hyperplasia
- Dyspneu
- RR= 24 x/menit Sumbatan parsial/total di bagian
- SPO2 = 97 % saluran pernafasan
- Hasil pemeriksaan foto thorak menunjukan
pola nafas berubah
adanya tumor di bagian 1/3 pulmonal dektra
inferior Sesak nafas (wheezing)
- Inspeksi dada pola nafas kusmaul (cepat,
Menurunnya ekspansi paru
dalam, sulit)
- Pernafsan cuping hidung
Pola nafas tidak efektif
- Adanya penggunaan otot bantu pernafasan
- Terpasang O2 nasal kanul 3 lpm
DS: pasien mengeluh batuk dan berdahak sulit Sel normal Bersihan jalan
keluar nafas tidak
Sel abnormal (tumor paru) efektif
DO: D.0149
- Pasien terlihat batuk Perubahan epitel silia dan
- Terlihatdahak berwarna putih mukosa di bagian paru
- RR = 24 x/menit
- SPO2 = 97% Hipersekresi jalan nafas
- Terdapat suara ronkhi
Bersihan jalan nafas tidak
+ + efektif
- -
-
DO: Ketidaktahuan
- Pasien sering bertanya tentang
Koping individu tidak efektif
penyakitnya
- Pasien sering bertanya tentang efek
Kekhawatiran mengalami
kemoterapi kegagalan
- Pasien tampak pucat
- Nasi meningkat (112x/m) Ansietas
29
RENCANA INTERVENSI
Hari/ Tanggal Waktu Diagnosa Keperawatan Intervensi Rasional
Senin/ 8 April 10.00 Pola nafas tidak efektif Pemantauan Respirasi I.01014
2019 Setelah dilakukan tindakan keperawatan Manajemen Jalan Nafas I.01011
3x24 jam diharapkan pola nafas 1. Posisikan psien semi fowler
membaik dengan kriteria hasil: 2. Berikan oksigen sesuai kebutuhan
L.01004 3. Monitor frekuensi, kedalaman,
- Dyspneu menurun suara/upaya nafas
(pasien mengatakan tidak 4. Monitor pola nafas
sesak) 5. Palpasi kesimetrisan ekspansi paru
- Penggunaan otot bantu nafas 6. Auskultasi bunyi nafas
menurun 7. Monitor saturasi oksigen
(pasien tidak menggunakan 8. Ajarkan pasien nafas dalam
otot bantu nafas)
- Nafas cuping hidung menurun
(pasien tidak menggunakan
pernafasan cuping hidung)
- Frekuensi nafas membaik
RR 16-20 x/m
- Saturasi oksigen normal
SPO2 ≥ 95%
Senin/ 8 April 10.00 Bersihan jalan tidak efektif Manajemen Jalan Nafas I.01011
2019 Setalah dilakukan tindakan keperawatan Latihan batuk efektif I.01006
3x 24 jam diharapkan bersihan jalan 1. Berikan posisi semi fowler
nafas meningkat dengan kriteria hasil: 2. Berikan O2 sesuai kebutuhan
L. 01001 3. Monitor bunyi nafas tambahan
- Batuk efektif meningkat 4. Monitor jumlah dan warna sputum
- Produksi sputum meningkat 5. Ajarkan teknik batuk efektif
31
2 10.00 1. memposisikan psien semi fowler 13.35 S: pasien mengeluh batuk dan
- Pasien nyaman dengan posisi berdahak sulit keluar
setengah duduk O:
10.05 2. memberikan oksigen sesuai - Pasien terlihat batuk
kebutuhan - Terlihat dahak berwarna putih
- Pasien nyaman, pasien - RR = 25 x/menit
mendapatka oksigen 3 lpm - SPO2 = 96%
10.20 3. Memonitor bunyi nafas tambahan - Terdapat suara ronkhi
- Terdengarsuara ronkhi di lobus
+ + dekstra sinistra atas
10.35 4. Memonitor jumlah dan warna
- - sputum
- Pasien hanya setelah di uap
- bisa mengeluarkan sputum
12.30 5. memberikan bronkodilator
- Pasien mendapatkan ventolin 1 - Menggunakan nasal kanul 3 lpm
respul, pasien nyaman setelah
diberikan uap A: Masalah bersihan jalan nafas belum
teratasi
3 10.00 1. memposisikan psien semi fowler 13.35 S: Pasien mengatakan sesak nafas
- Pasien nyaman dengan posisi O:
setengah duduk - Dispneu
46
1.1 Pengkajian
Pengkajian didapatkan data berupa alasan klien masuk ke rumah sakit
yaitu klien merasa sesak sudah 2 hari sebelum masuk RS, badan terasa lemas
sejak dua bulan sebelum masuk RS, batuk berdahak, tidak nafsu makan, berat
badan menurun sejak dua bulan yang lalu. Keluhan utama yang dirasakan klien
yaitu sesak nafas. Hasil observasi menunjukkan RR 24x/m, klien nampak lemah
dan pucat. Serta pasien terihat cemas, takut jika semakin sesak dan pasien
memikirkan orangtuanyya jika pasien tidak bisa sembuh. Tekanan darah : 110/70
mmHg, nadi : 112x/menit, suhu : 37,8oC, akral teraba dingin, berkeringat.
Manifestasi klinik yang di ditemukan saat pengkajian maka sesuai dengan teori
Ananda, et al (2018) yang menyatakan bahwa manifestasi klinis pada penderita
tumor paru yaitu batuk, nafas pendek, nyeri dada, batuk darah, mual, nyeri,
kelelahan dan beberapa keluhan lainnya. hal ini juga sesuai dengan Fajri (2018),
gejala yang ditemui pada penderita kanker paru yaitu, batuk, dispnea, sakit (dada,
bahu, danlengan), disfagia, anemia, penurunan berat badan.
Pemeriksaan penunjang pada Tn.F untuk menunjukkan tumor paru yaitu
dilakukan FNAB dengan hasil paru dekstra CT-Scan gulding sediaan tidak
representative. Hal ini sesuai dengan pendapat Widjajahakim (2007), biopsi
aspirasi jarum halus atau Fine Needle Aspiration Biopsy (FNAB) adalah
merupakan suatu metode atau tindakan pengambilan sebagian jaringan tubuh
manusia dengan suatu alat aspirator berupa jarum suntik yang bertujuan untuk
membantu diagnosis berbagai penyakit tumor. Jadi dengan FNAP dapat
membuktikan atau menegakkan diagnosa tumor paru.
54
55
mengeluh sesak, PCO2 menurun, PO2 menurun, takikardi, terdapat bunyi nafas
tambahan, warna kulit abnormal. Dari asuhan keperawatan diatas menunjukkan
bahwa data klien sudah sesuai dengan teori.
4. Ansietas
Kondisi emosi dan pengalaman subyektif individu terhadap objek yang
tidak jelas dan spesifik akibat antisipasi bahaya yang memungkinkan individu
melakukan tindakan untuk menghadapi ancaman (PPNI, 2016). Dengan tanda dan
gejala pada Tn.F secara subjektif yaitu pasien mengatakan takut jika sesaknya
semakin bertambah, pasien mengatakan siapa yang akan membantu orangtuanya
karena sakitnya tidak bisa disembuhkan. Pasien sering bertanya tentang sakitnya,
pasien ertanya tentang efek kemoterapi, paasien tampak pucat, nadi 112x/m.
Hal ini sesuai dengan teori PPNI (2016), pengangkatan diagnose ansietas
mempunyai gejala dan tanda mayor minor diantaranya yaitumerasa bingung,
merasa khawatir, frekuensi nafas meningkat, nadi meningkat. Dari asuhan
keperawatan diatas menunjukkan bahwa data klien sudah sesuai dengan teori.
bantu nafas, ajarkan teknik relaksasi nafas dalam. Dan untuk rencana intervensi
ansietas diantaranya yaitu, ciptakan suasana teraupetik, pahami situasi yang
membuat ansietas, dengarkan dengan penuh perhatian, motivasi pasien untuk
mengurangi hal yang memicu kecemasan, anjurkan untuk mengalihkan pikiran
dengan kegiatan yang lain, anjurkan keluarga untuk selalu menemani.
nafas dalam.
Penulis berpendapat bahwa pelaksanaan keperawatan yang dilakukan
mengacu pada perencanaan yang telah dibuat sebelumnya dan dapat
diimplementasikan pada klien dengan respon data objektif, yaitu keluarga klien
dapat mengerti dan memahami apa yang sudah diajarkan. Kekuatan dari
implementasi yang sudah diberikan adalah selama dilakukan tindakan
keperawatan, keluarga klien kooperatif dan mendukung setiap tindakan yang
dilakukan, serta melakukan apa yang sudah diajarkan secara mandiri, sehingga
tidak ada hambatan selama dilakukan tindakan keperawatan.
BAB 5
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Merokok merupakan salah satu bentuk perilaku yang ditemui dalam
kehidupan sehari-hari dan dapat dijumpai diberbagai tempat umum. Rokok
memiliki dampak yang dapat membahayakan kesehatan tubuh kita, karena
terdapat kandungan zat kimia yang berbahaya didalam rokok. Dengan
mengkomsumsi rokok dalam kehidupan sehari-hari, maka kita telah memasukkan
bahan-bahan berbahaya tersebut kedalam tubuh kita. Penyakit-penyakit yang
dapat disebabkan oleh rokok antara lain serangan jantung, stroke, penyakit paru
obstruktif kronik (PPOK), emfisema, dan kanker terutama kanker paru-paru,
kanker laring dan mulut, serta kanker pankreas. Selain merokok penyakit saluran
pernapasan dapat juga disebabkan oleh polusi lingkungan kerja.
Dari hasil pengkajian pada pasien Tn. F, penyebab dari Ca Paru-paru yang
dideritanya sekarang adalah dari polusi lingkungan kerja, karena pasien sama
sekali tidak pernah merokok dan bekerja di salah satu pabrik plastik, sejak kurang
lebih 6 tahun yang lalu dan selama bekerja pasien tidak menggunakan Alat
Pelindung Diri (APD) dalam hal ini adalah masker. Faktor yang mempengaruhi
pengetahuan dari seseornag termasuk pengetahuan tentang bahaya JIKA tidak
menggunakan APD saat berada di lingkungan kerja yang berpotensi dapat
mempengaruhi polusi udara. Hal ini menjelaskan bahwa semakin rendahnya
tingkat pengetahuan para buruh pabrik tentang bahaya jika tidak menggunakan
APD (Masker) dapat menyebabkan makin tingginya para pekerja di pabrik-pabrik
untuk terkena penyakit saluran pernapasan.
5.2 Saran
Setelah kita mengetahui penyebab dan cara merawat pasien dengan
penyakit tumor, kita dapat melakukan asuhan keperawatan memberika posisi semi
fowler, mengajarkan batuk efektif, mengajarkan teknik nafas dalam, serta
menganjurkan untuk relaksasi distraksi. Serta memberikan informasi kepada
masyarakat untuk selalu memperhatikan lingkungan dan gaya hidup/ pola hidup
59
60
agar terhindar dari penyakit yang dapat menyebabkan masalah pernafasan dan
terjadi kematian.
60
61
DAFTAR PUSTAKA
Sudoyo, A., Setiyohadi, B., Alwi , I., Simadibrata , M., & Setiati , S. (2009). Buku
Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II edisi V. Jakarta: Interna Publishing
61
62
62