Anda di halaman 1dari 61

SEMINAR KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH (KMB)


PADA PASIEN DENGAN DIAGNOSA MEDIS TUMOR PARU
DI RUANG PALEM 2 RSUD DR. SOETOMO

Oleh:
Kelompok 12

Aris Sucipto, S.Kep 131823143037


Dwi Astutik, S.Kep 131823143065
Rafidah Azizah, S.Kep 131823143066
Maria Florentina Moi, S.Kep 131823143068

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS


FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
2019

1
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan asuhan keperawatan pada Tn. F dengan diagnosa medis tumor paru
dalam rangka pelaksanaan profesi keperawatan medical bedah.

Disahkan Tanggal, April 2019

Menyetujui,

Pembimbing Akademik Pembimbing Klinik

Ika Nur Pratiwi., S.Kep.Ns., M.Kep Widji Lestari, S.Kep. Ns


NIP. 198711022015042003 NIP. 196904131993032004

Mengetahui,
Kepala Ruang Palem II

Widji Lestari, S.Kep. Ns


NIP. 196904131993032004

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan
hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan laporan “Asuhan Keperawatan
Pada Ny. D Dengan Diagnosa Medis DHF (Dengue Hemorrhagic Fever) Yang
Mengalami Masalah Kebutuhan Dasar Manusia Termoregulasi” ini dengan baik.
Kami menyampaikan terima kasih kepada:

1. Dr. Joni Wahyuhadi, dr., Sp.BS (K) selaku Direktur Utama RSUD dr. Soetomo
Surabaya
2. Dr. Anang Endaryanto, dr., Sp.A (K) selaku Direktur Pelayanan Medik dan
Keperawatan
3. Prof. Dr. Nursalam M.Nurs (Hons) selaku Dekan Fakultas Keperawatan
Universitas Airlangga Surabaya yang telah memberikan kesempatan dan
dorongan fasilitas kepada kami untuk mengikuti Program Profesi Ners
4. Muzhidah, S.Kep.Ns selaku Kepala Bidang Keperawatan
5. Endang, S.Kep.Ns selaku Kepala Keperawatan Irna Medik
6. Ibu Ika Nur Pratiwi, S.Kep.Ns., M.Kep selaku pembimbing akademik yang telah
meluangkan waktu dan tenaga dalam memberikan arahan dan bimbingan
penyusunan dan penyelesaian makalah ini
7. Ibu Wiji Lestari, S.Kep.Ns selaku kepala ruangan Palem II sekaligus pembimbing
klinik yang telah memberikan kesempatan kepada kami untuk menimba ilmu di
ruang Palem II RSUD dr. Soetomo Surabaya dan telah meluangkan waktu dan
tenaga dalam memberikan arahan dan bimbingan penyusunan dan penyelesaian
makalah ini
8. Kepala program studi pendidikan ners (P3N) Fakultas Keperawatan Universitas
Airlangga yang telah memberikan kesempatan untuk mengikuti program profesi
ners

Penyusun menyadari bahwa makalah ini belum sempurna dan masih banyak
kekurangan. Oleh karena itu penyusun mengharapkan kritik dan saran yang dapat

iii
membangun agar dalam penyusunan makalah selanjutnya menjadi lebih baik.
Akhirnya penyusun berharap semoga makalah ini bermanfaat bagi kami dan bagi
yang membaca

Surabaya, 24 April 2019

Penyusun

iv
DAFTAR ISI

v
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Kanker paru adalah penyakit malignan yang paling umum di temukan didunia,
dan menjadi salah satu penyebab kematian terbesar oleh kanker. Berdasarkan WHO
Cancer Fact sheet, terhitung 8.8juta kematian di dunia oleh kanker pada tahun 2015.
Penyebab kematian oleh kanker yang paling umum adalah kanker paru, dengan total
kematian 1.69juta jiwa. Kanker paru-paru (baik small-cell dan non-small cell) adalah
kanker paling umum kedua pada pria maupun wanita (tidak termasuk kanker kulit).
Pada pria, kanker prostat lebih umum, sedaangkan pada wanita kanker payudara lebih
umum. Sekitar 14% dari seluruh kanker adalah kanker paru-paru. (American Cancer
Society, 2017)
Diperkirakan isidens kanker paru oleh The American Cancer Society di
Amerika Serikat untuk tahun 2017 adalah 222,500 kasus baru untuk kanker paru
(1116,990 pada pria dan 105,510 pada wanita). (American Cancer Society, 2017).
Berdasarkan laporan profil kanker WHO, kanker paru merupakan penyumbang
insidens kanker pada pria teritinggi di Indonesia, diikuti oleh kanker kolorektal,
prostat, hati, dan nasofaring, dan merupakan penyumbang kasus ke-5 pada
perempuan, setelah kanker payudara, serviks-uteri, koloektal, ovarium. Kanker paru
merupakan pertama kematian pada kankerpda pria (21.8%), dan penyebab kematian 2
ketiga (9.1%)kanker pada perempuan setelah kanker payudara (21.4%) dan kanker
seriks-uteri (10.3%). (World Health Organization, 2014).
Tingkat kelangsungan hidup lima tahun (five-year survival rate) kanker paru
18.1% lebih rendah dari jenis kanker lainnya, seperti kanker colon dan rectum
(64.9%), kanker payudara (89.7%), kanker prostat (98.6%). Tingkat kelangsungan
hidup kanker paru untuk kasus yang terdeteksi ketika peyakit masih terlokalisasi (di
paru- paru) adalah 55.6%. Namun, hanya 28.9% untuk kanker paru yang sudah
menyebar secara regional. Untuk kanker paru yang sudah metastase (menyebar ke
organ lain), tingkat kelangsungan hidup lima tahunnya menjadi 4.5%. lebih dari

1
2

setengah penderita kanker paru-paru akan meninggal dalam waktu satu tahun setelah
didiagnosis. (U.S. National Institute of Health, 2014).

Rumusan Masalah
Bagaimanakah penerapan asuhan keperawatan pada Tn.F dengan Tumor Paru
di Ruang Palem II RS Dr. Soetomo Surabaya?

Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Mahasiswa dapat memahami penerapan asuhan keperawatan pada klien
dengan diagnose medis Tumor Paru
1.3.2 Tujuan Khusus
Mahasiswa mengetahui dan mampu:
1. Menjelaskan tentang konsep dasar Tumor Paru
2. Menjelaskan asuhan keperawatan pada kasus Tumor Paru

Manfaat
1.4.1 Bagi penulis
Hasil studi kasus ini dapat memberikan wawasan tentang penyakit tumor paru
dengan menggunakan asuhan keperawatan
1.4.2 Bagi instansi akademik
Sebagai bahan bacaan di perpustakaan dan acuan pertimbangan pada
keperawatan khusunya kasus keperawatan dengan diagnosa medis tumor
paru
1.4.3 Bagi klien
Memberi pengetahuan dan ketrampilan pada anggota keluarga tentang
perawatan orang dengan diagnosa medis tumor paru
1.4.4 Bagi rumah sakit
Dapat memberikan asuhan keperawatan untuk kasus yang sama yaitu
tumor paru serta menjaga dan meningktakn pelayanan pada masyarakat,
3

khususnya asuhan keperawatan dengan diagnosa medis tumor paru.


4

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Kanker Paru


2.1.1 Definisi
Kanker terjadi apabila sel normal mengalami perubahan genetik secara
abnormal menjadi sel kanker. Kanker paru berawal dari perubahan genetic pada sel
di dalam paru-paru, tepatnya berawal dari sel yang berada didalam saluran udara
paruparu. Secara klinis karsinoma paru dibagi menjadi small cell lung cancer
(SCLC) dan non-small cell lung cancer (NSCLC).
a. Small-Cell Lung Cancer (SCLC)
Small-cell lung cancer atau yang di sebut kanker paru jenis karsinoma sel
kecil (KPKSK) mencakup sekitar 20% dari semua kanker paru-paru. SCLC
memiliki sifat yang sanagat agresif dan dianggap sebagai penyakit “sistemik”
saat didiagnosis. Kanker paru jenis ini berkembang dalam waktu 3-5 tahun dan
meiliki waktu 30 hari untuk menggandakan dirinya. SCLC timbul dari sel
neuroendokrin dan dapat mengeluarkan berbagai macam polipeptida. Beberapa
dari polipeptida ini memiliki sifat umpan balik otomatin yang dapat
menginduksi pertumbuhan tumor lebih lanjut. SLSC juga sering di asosiasikan
dengan beberapa sindrom neoplastic.
b. Non-Small Cell Lung Cancer (NSCLC)
Non-Small Cell Lung Cancer atau kanker paru jenis karsinoma bukan sel
kecil (KPKBSK) mencakup sekitar 80% dari semua kanker paru-paru. KPKBSK
terbagi menjadi 3 kategori berdasarkan histologinya, yaitu:
1) Adenokarsinoma
Mencakup sekiranya 40% dari kanker paru dan lebih banyak pasien
wanita. Pertumbuhan adenokarsinoma biasanya lambat dan perlu waktu 15
tahun unntuk tumbuh dengan waktu untuk menggandakan diri lebih dari 200
hari. Adenokarsinoma muncul dari sel mucus didalam epitel pada bronkus.
(Abdi, 2014)
2) Karsinoma sel skuamosa
Lebih jarang ditemukan dan mencakup sekiranya 25% dari kanker
paru. Karsinoma ini lebih agresif dari pada adenokarsinoma dan
membutuhkan 8 tahun untuk berkembang. Biasanya karsinoma sel skuamosa
dapat menyebabkan obstruksi pada bronkus yang menyebabkan infeksi.
5

(Abdi, 2014)
3) Karsinoma sel besar
Karsinoma yang paling jarang ditemukan, hanya mencakup 10% dari
kanker paru. Karsinoma ini metastase lebih cepat dan memiliki prognosis
yang lebih buruk. (Abdi, 2014)
2.1.2 Gambaran klinis & laboratorium
a. Tanda & Gejala
Gejala yang berkaitan dengan pertumbuhan tumor langsung, seperti batuk,
hemoptisis, nyeri dada dan sesak napas/stridor. Batuk merupakan gejala tersering
(60- 70%) pada kanker paru. (PNPK kanker paru).
Adapun juga gejala yang biasa terjadi pada kanker paru, yaitu:
1) Berat badan berkurang
2) Nafsu makan hilang
3) Teraba massa pada pangkal leher
4) Cepat lelah
5) Demam
b. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan ini mencakup tampilan umum penderita kanker paru yang
menurun secara abnormal terutama pada pemeriksaan fisik paru. (PNPK kanker
paru), tumor paru yang berukuran kecil dan terletak di perifer dapat memberikan
gambaran yang normal pada pemeriksaan. Dengan pemeriksaan ini juga bisa di
dapatkan benjolan superficial pada leher, ketiak atau dinding dada, tanda
pembesaran hepar dan tanda asites, dan nyeri ketok tulang. Tanda-tanda vital
lainnya adalah edema pada wajah dan lengan kanan atas disertai peningkatan
vena jugularin dan tampak venektasi di dada. Pemeriksaan ini juga dapat
memberikan informasi untuk menentukan stage penyakit. (PDPI, 2003).
c. Pemeriksaan radiologis
Salah satu pemeriksaan penunjang yang dibutuhkan untuk menentukan
lokasi tumor primer dan metastasis, serta dibutuhkan untuk menentukan stadium
penyakit berdasarkan system TNM. Pemeriksaan radiologis yang dibutuhkan
sebagai berikut:
1) Foto toraks AP/lateral
2) CT-Scan toraks
3) MRI (magnetic resonance imaging) Untuk menentukan letak , ukuran dan
metastasis sebagai berikut:
4) Bone scan
5) Bone survey
6) USG abdomen
6

7) Brain-CT
d. Pemeriksaan khusus
1) Bronkoskopi
2) Endobrachial ultrasound (EBUS)
3) Sitologi sputum
4) Thoracentesis
5) Biopsy transtorakal
6) Fine needle aspiration (FNA) biopsy (bila di perlukan)
7) Torakoskopi
8) Pemeriksaan fungsi paru
e. Tumor marker
Petanda tumor atau yang disebut biomarker ini bias dapat membantu para
klinisi untuk memperkirakan jumlah tumor yang aktif di dalam pasien baik
sebagai tambahan atau tes sensitive terhadap tingkat penyakit dengan deteksi
radiologis. (Kerr D., 2016)
2.1.3 Diagnosis
Menurut PDPI (2003) tindakan diagnosis untuk kanker paru diarahkan agar
dapat ditentukan jenis histologis, derajat (staging), dan tampilan (performace status)
sehingga jenis pengobatan dapat dipilih sesuai dengan kondisi penderita.
a. Jenis histopatologi
Untuk menentukan jenis histologis, secara lebih rinci dipakai klasifikasi histologis
menurut WHO tahun 1999 (Brambilla, 2001), dan kanker paru memiliki 2 jenis
yaitu:
1) Small cell lung cancer (SCLC)
2) Non-small cell lung cancer (NSCLC)
a. Adenokarsinoma
b. Karsinoma sel skuamosa
c. Karsinoma sel besar

b. Pederajatan (staging) kanker paru


Kanker paru jenis karsinoma sel kecil terbagi menjadi 2 tahap yaitu
“terbatas” (limited) dan “luas” (extensive). Pada tahap “terbatas”, sel kanker
hanya ada pada satu bagian dada saja. Disebut tahap “luas” ketika sel kanker
menyebar ke bagin dada yang lain atau menyebar ke organ lain.(American
Thoracic society, 2010) Kanker paru jenis karsinoma bukan sel kecil
menggunakan system penderajatan TNM. Pengertian T adalah lokasi dan ukuran
tumor yang dikategorikan 10 sebagai Tx, To s/d T4, N adalah keterlibatan nodul
limpa yang di kategorikan sebagai Nx, No s/d N3, M menunjukkan adanya
metastasis atau tidak, Mo dan M1. (PDPI, 2003).
c. Status penampilan (performance status)
7

Tampilan penderita kanker paru berdasarkan keluhan subyektif dan obyektif


yang dapat dinilai oleh dokter. Ada beberapa skala international untuk menilai
tampilan ini, antara lain berdasarkan Karnofsky Scale yang banyak dipakai di
Indonesia, tetapi juga dapat dipakai skala tampilan WHO. Tampilan inilah yang
sering jadi penentu dapat tidaknya kemoterapi atau radioterapi kuratif diberikan.
(PDPI, 2003)
2.1.4 Klasifikasi Stadium
Stadium tumor / kanker paru bukan sel kecil (WHO, 2015).
Stadiu T N M
Kunci
m (Tumor) (Nodus) (Metastase)
IA T1 N0 M0 T1: ≤ 3 cm tanpa pembelahan
IB T2 N0 M0 T2: > 3 cm, atau invasi bronkus utama > 2 cm
IIA T1 N1 M0 dari karina utama, atau mengincasi pleusa
IIB T2 N1 M0 viseralis, atau bronkus yang
T3 N0 M0 menyebabkan obstruksi.
T3: Menginvasi dinding dada atau pleura, atau
bronkus utama < 2 cm dari karina utama
T4: Menginvasi struktur yang berdekatan,
effuse maligna, nodus satelit.
IIIA T1, 2, 3 N2 M0 N0: Tidak ada metastase kelenjar getah bening
T3 N1 M0 N1: Kelenjar getah bening hilus ipsilateral
IIIB T1,2,3,4 N3 M0 N2: Kelanjar getah bening subskarina atau
T4 N1,2 M0 mediastrium ipsilateral.
N3: Kelanjar getah bening supraklavikular,
skalenus, atau kontralateral
IV T1 - 4 N0 – 3 M1 Mo: Tidak ada metastase jauh
M1: Setiap metastase jauh

2.1.5 Tatalaksana
a. Small cell lung cancer
Pengobatan untuk kanker paru jenis karsinoma sel kecil biasanya
tergantung dari derajat dari kanker tersebut. Pengobatan untuk kanker paru jenis
karsinoma sel kecil biasanya menggunakan radioterapy dan kemoterapi.
Pembedahan jarang di lakukan pada kanker paru jenis ini, karena penyebaran
kanker paru ini sudah terlalu jauh. Obat kemoterapi yang biasa digunakan adalah
kombinasi dari etoposide dan cisplatin atau carboplatin untuk stadium terbatas.
Untuk stadium lanjut di tambahkan dengan kombinasi irinotecan. (Cherath L.,
2015)
b. Non-small cell lung cancer
8

Pada umumnya penatalaksanaan NSCLC ditentukan berdasarkan


stadiumnya (table 2.1)
Tabel 2.1. Pilihan tata laksana NSCLC berdasarkan stadium
Stadium Pengobatan
0 Observasi
IA Pembedahan
IB
IIA Pembedahan dilanjutkan dengan kemoterapi
IIB
IIIA adjuvan
IIIB
IV Kemoterapi paliatif
Sumber: Horn L, 2012
1) Pembedahan
Pembedahan reseksi paru merupakan tindakan terbaik untuk pasien
dengan kanker paru yang terbatas pada lesi primer selama masih memiliki
fungsi cadangan paru yang baik. Pasien ini berada di dalam stadium IA, IB,
IIA dan IIB. Untuk pasien yang berada pada stadium IIIA dilakukan
pembedahan reseksi di kombinasikan dengan kemoterapi atau radioterapi.
(Kerr D., 2016)
Jenis pembedahan yang dilakukan tergantung dari seberapa parah
paruparu yang terkena kanker. Ada 3 jenis prosedur pembedahan yang dapat
di lakukan, yaitu:
a) Wedge resection
b) Lobektomi
c) Pneumotomi
(Cherath L, 2015)
2) Radioterapi
Radioterapi pada kanker paru dapat menjadi terapi kuratif atau
paliatif. Pada terapi kuratif, radioterapi menjadi bagian dari kemoterapi
neoadjuvan untuk NSCLC stadium IIIA. Pada kondisi tertentu, radioterapi
saja tidak jarang menjadi alternatif terapi kuratif. Syarat standar sebelum
penderita diradiasi adalah :
a) Hb > 10 g%
b) Trombosit > 100.000/mm3
c) Leukosit > 3000/dl
Dosis radiasi yang diberikan secara umum adalah 5000 - 6000 cGy,
dengan cara pemberian 200 cGy/x, 5 hari perminggu. (PDPI, 2003).
9

3) Kemoterapi
Kemoterapi dapat diberikan pada semua kasus kanker paru. Syarat
utama harus ditentukan jenis histologis tumor dan tampilan (performance
status) harus lebih dan 60 menurut skala Karnosfky atau 2 menurut skala
WHO. Kemoterapi dilakukan dengan menggunakan beberapa obat antikanker
dalam kombinasi regimen kemoterapi.
Prinsip pemilihan jenis antikanker dan pemberian sebuah regimen
kemoterapi adalah:
a) Platinum based therapy ( sisplatin atau karboplatin)
b) Respons obyektif satu obat antikanker s 15%
c) Toksisiti obat tidak melebihi grade 3 skala WHO 13
d) Harus dihentikan atau diganti bila setelah pemberian 2 sikius pada
penilaian terjadi tumor progresif.
Regimen untuk KPKBSK adalah :
a) Platinum based therapy ( sisplatin atau karboplatin)
b) PE (sisplatin atau karboplatin + etoposid)
c) Paklitaksel + sisplatin atau karboplatin
d) Gemsitabin + sisplatin atau karboplatin
e) Dosetaksel + sisplatin atau karboplatin
Syarat standar yang harus dipenuhi sebelum kemoterapi:
a) Tampilan > 70-80, pada penderita dengan PS < 70 atau usia lanjut, dapat
diberikan obat antikanker dengan regimen tertentu dan/atau jadual
tertentu.
b) Hb > 10 g%, pada penderita anemia ringan tanpa perdarahan akut, meski
Hb < 10 g% tidak perlu tranfusi darah segera, cukup diberi terapi sesuai
dengan penyebab anemia.
c) Granulosit > 1500/mm3
d) Trombosit > 100.000/mm3
e) Fungsi hati baik
f) Fungsi ginjal baik (creatinin clearance lebih dari 70 ml/menit)
Dosis obat anti-kanker dapat di hitung berdasarkan ketentuan
farmakologik masing-masing. (PDPI, 2003).
2.1.6 Evaluasi
Angka kekambuhan (relaps) kanker paru paling tinggi terjadi pada 2 tahun pertarna,
sehingga evaluasi pada pasien yang telah diterapi optimal dilakukan setiap 3 bulan sekali.
Evaluasi meliputi pemeriksaan klinis dan radiologis yaitu foto toraks PA / lateral dan CT-
scan thoraks, sedangkan pemeriksaan lain dilakukan atas indikasi. (PDPI, 2003)
2.1.7 Prognonsis
10

Prognosis untuk SCLC tidak terlalu baik, karena SCLC adalah suatu penyakit yang
sangat agresif. Tanpa pengobatan, pada stadium terbatas kemungkinan pasien hidup hanya 3
sampai 6 bulan, sedangkan untuk stadium lanjut hanya 6 sampai 12 minggu. Namun, SCLC
berespon sangat baik terhadap kemoterapi dan radioterapi. (Cherath L., 2015). Prognosis
untuk NSCLC lebih baik jika terdiagnosis lebih cepat dan di singkirkan secara pembedahan.
(Cherath L., 2015).
11

2.1.8 WOC

Agen perusak DNA Sel Normal Mutasi diturunkan dalam


didaptkan dari lingkungan Gen-gen yang menyerang
Kimia (Rokok, Tar) pembelahan DNA
Kerusakan DNA
Radiasi Gen yang menyerang sel
pertumbuhan
Kerusakan Sel spesifik
Radiasi

Tumor paru
Mengaktifkan
ankogen yang
Di organ paru Di organ darah meningkatkan
pertumbuhan
B1. Breath B2. Blood

Memperlihatkan
Perubahan epitel silia dan Hasil analisa gas darah hasil gen yang sudah
mukosa / bagian paru lain PCO2 meningkat, PO2 diganti dan hasil gen
menurun pengaturan yang
hilang
Produksi mukus ↑
Gangguan
O2 ke jaringan
pertukaran Mempeng
Bersihan jalan nafas tidak maksimal kemoterapi
gas aruhi saraf
tidak efektif pada organ
Perubahan: pencernaa
SPO2, TD, RR, n Mual
hasil peeriksaan Nafsu muntah
EKG ketika makan
berpindah posisi menuru
Hiperplasi / n
metaplasia BB
kelelahan Anemia Menurun
(HB
Pola nafas berubah: menurun)
eupnea, kusmaul,
chynestoke, dll Intoleransi Resiko
Aktifitas jatuh
Defisit nutrisi
Suara nafas wheezing,
penggunaan otot bantu
nafas

Sesak nafas

Pola nafas
tidak efektif
12

2.2 Konsep Dasar Asuhan Keperawatan


1. Pengkajian
a. Identitas pasien
Nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan, pekerjaan, alamat tinggal.
b. Keluhan utama
Keluhan yang sering muncul pada pasien tumor paru adalah sesak nafas.
c. Riwayat penyakit sekarang
Pasien biasanya mengeluhkan sesak nafas, susah bernafas apabila tanpa oksigen tambahan.
Biasanya pasien harus duduk untuk memaksimalkan pernafasan. Keluarga biasanya
langsung membawa ke rumah sakit.
d. Riwayat penyakit dahulu
Biasanya pasien terpajan tethadap lingkungan karsinogenik atau merokok. Pasien memiliki
riwayat penyakit paru yang telah mengakibatkan pembentukan jariangan parut, dan
fibrosis pada jaringan paru.
e. Riwayat penyakit keluarga
Biasanya keluarga ada yang merokok atau memiliki masalah yang sama dengan pasien. yang
sama seperti pasien.
f. Pola kebutuhan dasar (sebelum dan saat sakit)
1) Pola bernafas
2) Pola makan minum
3) Pola eliminasi
4) Pola aktivitas dan latihan
5) Pola istirahat tidur
6) Pola berpakaian
7) Pola rasa nyaman
8) Pola aman
9) Pola kebersihan diri
10) Pola kOmunikasi
11) Pola ibadah
12) Pola produktivitas
13) Pola rekreasi
14) Pola kebutuhan belajar

2. Pengkajian Fisik
a. Keadaan umum
- Tingkat ketersediaan : omposmentis / apatis / somnolen / tumor / koma
- GCS : Mata : … , Verbal : … , Psikomotor : …
b. Tanda-tanda vital : Nadi: …, RR: …., Suhu: …., TD: …
c. Keadaan fisik
13

1) B1 (Breath): Biasanya pola nafas pasien berubah (misalnya: kusmaul), adanya suara
nafas tambahan (Wheezing), saturasi oksigen > 95%, pernafasan meningkat > 20
x/menit.
2) B2 (Blood): hasil analisa gas darah (PCO2 meningkat, PO2 menurun), HB menurun.
3) B3 (Brain): biasanya tidak ada masalah
4) B4 (Bladder): tidak ada masalah dengan bladder (biasanya pasien dibantu saak BAK
karena intolerasni aktivitas)
5) B5 (Bowel): tidak ada masalah (biasanya pasien dibantu saat BAB karena intoleransi
aktivitas)
6) B6 (Bone): apabila tumor sudah menjadi ganas dapat bermetastase ke sel tulang, dan
dapat terjadi gangguan moilitas fisik.
Pemeriksaan fisik (Head to toe):
1) Kepala dan Leher: biasanya kepala dan leher normal tidak ada lesi
2) Dada (Paru dan jantung), Pemeriksaan
I = Ada benjolan
A = ada suara wheezing, ronkhi (jika ada sputum)
Pa= ada benjolan
Pe= sonor
3) Payudara dan Ketiak: tidak ada masalah
4) Abdomen
I = normal tidak ada benjolan, lesi
A = bising usus normal 5-10 x/menit,
Pa = tidak ada benjolan
Pe = tidak ada nyeri tekan
5) Genetalia: biasanya normal tidak ada gangguan
6) Integumen: biasanya normal, CRT <2 detik
7) Ekstremitas (atas dan bawah): kekuatan otot menurun karena oksigen ke jaringan tidak
adekuat dan menyebabkan kelemahan sehingga intoleransi aktivitas.
8) Neurologis
- Status mental & emosi
- Pengkajian saraf kranial
- Pemeriksaan refleks
d. Pemeriksaan penunjang
1) Data laboratorium yang berhubungan: hasil pemeriksaan AGD, darah lengkap
2) Pemeriksaan radiologi: hasil pemeriksaan foto thorak
3) Hasil konsultasi: hasil konsultasi dengan ahli gizi
4) Pemeriksaan penunjang diagnose lain.
3. Diagnosa Keperawatan
a. Pola nafas tidak efektif (D.0005) b.d tumor paru
b. Bersihan jalan nafas tidak efektif (D.0001) b.d penurunan fungsi silia di saluran pernafasan
c. Gangguan pertukaran gas (D.0003) b.d ketidakseimbangan ventilasi
d. Defisit nutrisi (D.0019) b.d kurang asupan makanan
14

e. Intoleransi aktivitas (00092) b.d ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen
4. Intervensi Keperawatan
Dx: pola nafas tidak efektif (D.0005)
NOC:
a. Outcome untuk mengukur penyelesaian dari diagnosis
- Status pernafasan normal (RR: 12-20 xx/menit, SPO2: 93-99%, S: 36.5-37,5 oC, N: 60-
100 x/menit, TD: 100-140 mmHg)
- Status pernafasan: ventilasi normal (tidak ada sumbatan nafas, tidak ada sputum, tidak
ada suara nafas tambahan)
b. Outcome untuk mengukur batasan karakteristik
- Respon alergi: tidak ada
- Status pernafasan baik: pertukaran gas baik (Nilai AGD: normal)
PH: 7,35-7,45
PCO2: 35-45 mmHg
PO2: 80-100 mmHg
HCO3: 22-26 mmol/l
- Keparahan syok: tidak ada syok anafilaksis
c. Outcome yang berkaitan dengan faktor yang berhubungan
- Keparahan respirator: tidak ada acidosis akut, alkohol akut
- Tingkat kecemasan: ringan / tidak ada
- Konservasi energy
- Kelelahan: tidak ada otot bantu pernafasan
- Tingkat nyeri berkurang (skala 1-3)
- Perilaku berhenti merokok
- Berat badan normal (IMT normal: 18,5-24,9)
Intervensi keperawatan
1. Pola nafas tidak efektif (D.0005)
Intervensi:
a. Dukungan ventilasi (I.01002)
Tindakan:
1) Observasi
- Identifikasi adanya kelelahan otot bantu nafas
- Identifikasi efek perubahan posisi terhadap status pernafasan
- Monitor status respirasi dan oksigenasi (mis: frekuensi, kedalaman nafas,
penggunaan otot bantu nafas, bunyi nafas tambahan, saturasi O2).
2) Terapeutik
- Pertahankan kepatenan jalan nafas
- Berikan posisi semifowler atau fowler
- Fasilitasi mengubah posisi senyaman mungkin
- Berikan oksigenasi sesuai kebutuhan (mis: nasal kanul, masker wajah, masker
rebreathing / non rebreathing)
15

3) Edukasi
- Ajakan melakukan teknik relaksasi nafas dalam
- Ajakan mengubah posisi secara mandiri
- Ajakan teknik batuk efektif
4) Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian bronkodilator, jika perlu.
b. Pemantauan Respirasi (I.01014)
Tindakan
1) Observasi
- Monitor frekuensi, irama, kedalaman, dan upaya nafas.
- Monitor pola nafas (seperti: bradipnea, takipnea, hiperventilasi, kussmaull, cheyne-
strokes, biot, ataksik).
- Palpasi kesimetrian ekspansi paru
- Auskultasi bunyi nafas
- Monitor saturasi O2
- Monitor nilai AGD
- Monitor hasil x-ray thoraks
2) Terapeutik
- Atur interval pemantauan respirasi sesuai kondisi pasien
- Dokumentasi hasil pemantauan

3) Edukasi
- Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan
- Informasikan pemantauan, jika perlu.
c. Dukungan Berhenti Merokok (I.0001)
Tindakan
1) Observasi
- Identifikasi keinginan berhenti merokok
- Identifikasi upaya berhenti merokok
2) Terapeutik
- Diskusi motivasi penghentian merokok
- Diskusi kesiapan perubahan gaya hidup
- Lakukan pendekatan psikoedukasi untuk membimbing upaya berhenti merokok.
3) Edukasi
- Jelaskan efek langsung berhenti merokok
- Jelaskan berbagai intervensi dengan farmakoterapi.
d. Edukasi Pengukuran Respirasi
Tindakan:
1) Observasi
- Identifikasi kesiapan kemampuan menerima informasi
2) Terapeutik
- Sediakan materi dan media pendidikan kesehatan
- Berikan kesempatan untuk bertanya
- Dokumentasi hasil pengukuran respirasi.
3) Edukasi
16

- Jelaskan cara menghitung respirasi selama 30 detik dan klaikan dengan 2 atau
hitung selama 60 detik jika respirasi tidak teratur.
e. Manajemen Kemoterapi (I.14511)
Tindakan:
1) Observasi
- Periksa kondisi sebelum kemoterapi
- Monitor efek samping dan efek toksik pengobatan
- Monitor mual muntah akibat kemoterapi.
- Monitor status gizi dan berat badan
2) Terapeutik
- Batasi stimulasi lingkungan (mis: suara, cahaya, bau)
- Berikan asupan cairan adekuat
- Lakukan tindakan perawatan rambut (mis: wig, topi, syal, turban).
- Berikan obat kemoterapi sesuai program
3) Edukasi
- Jelaskan tujuan dan prosedur kemoterapi
- Jelaskan efek obat pada sel kanker & fungsi sumsum tulang belakang.
- Anjurkan diet sesuai indikasi
- Anjurkan melaporkan efek samping kemoterapi yang dirasakan
- Ajarkan cara mencegah infeksi
- Ajarkan teknik manajemen energy.
- Ajarkan mengelola kelelahan dengan merencanakan sering istirahat dan membatasi
kegiatan.
4) Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian obat untuk mengendalikan efek samping.
17

BAB 3
LAPORAN KASUS

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

FORMAT PENGKAJIAN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH


Tanggal MRS : 03 April 2019 Jam Masuk : 17.00 WIB
Tanggal Pengkajian : 08 April 2019 No. RM : 1272xxxx
Jam Pengkajian : 10.00 WIB Diagnosa Masuk Ca
: paru
Hari rawat ke :5

IDENTITAS
1. Nama Pasien : Tn. F
2. Umur : 26 tahun
3. Suku/ Bangsa : Jawa/Indonesia
4. Agama : Islam
5. Pendidikan : SMA
6. Pekerjaan : Buruh/pabrik plastik
7. Alamat : Bondowoso
8. Sumber Biaya : Keluarga

KELUHAN UTAMA
Keluhan utama: sesak nafas

RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG


1. Riwayat Penyakit Sekarang:
Pasien datang dengan keluhan badan lemas sejak 2 bulan yang lalu sebelum masuk rumah sakit, sesak nafas
sejak 2 hari yang lalu, batuk berdahak warna putih, tidak nafsu makan, nafsu makan menurun, berat badan
menurun sejak 2 bulan yang lalu. Pada tanggal 3 april pasien si rujuk ke RS Lamongan untuk memeriksakan
penyakitnya di RSUD Dr. Soetomo dan hingga saat ini pasien dirawat di ruang Pallem 2.

RIWAYAT PENYAKIT DAHULU


1. Pernah dirawat : ya tidak kapan : - diagnosa : -
2. Riwayat penyakit kronik dan menular ya tidak jenis: Tidak ada
3. Riwayat kontrol : tidak ada
Riwayat penggunaan obat : tidak ada
4. Riwayat alergi:
Obat ya tidak Jenis : Tidak ada
Makanan ya tidak Jenis : Tidak ada
Lain-lain ya tidak Jenis : Tidak ada

5. Riwayat operasi: ya tidak


- Kapan : Tidak ada
- Jenis operasi : Tidak ada

6. Lain-lain:

Tidak ada
18

RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA


Ya tidak
- Jenis : Tidak ada
- Genogram :

Keterangan:
= Laki laki

: Perempuan

: Garis pernikahan

: Garis ketirunan

PERILAKU YANG MEMPENGARUHI KESEHATAN Masalah Keperawatan :


Perilaku sebelum sakit yang mempengaruhi kesehatan:
Tidak ada masalah
Alkohol ya tidak
keterangan…………………….........................................................
Merokok ya tidak
keterangan…………………….........................................................
Obat ya tidak
keterangan…..............................................................………………
Olahraga ya tidak
keterangan…..........................................................…………………

OBSERVASI DAN PEMERIKSAAN FISIK


1. Tanda tanda vital
S : 37,8 oC N : 112x/menit T : 110/70 mmHgRR : 24x/menit
Kesadaran Compos Mentis Apatis Somnolen Sopor Koma

2. Sistem Pernafasan
a. RR: 24x/menit
b. Keluhan: sesak nyeri waktu nafas orthopnea
Batuk produktif tidak produktif
Sekret: Ada Konsistensi : Encer
Warna:Putih Bau : Tidak ada
c. Penggunaan otot bantu nafas: menggunakan otot dada dan clavicula
d. PCH: ya tidak
e. Irama nafas teratur tidak teratur
f. Friction rub: Tidak ada
g. Pola nafas Dispnoe Kusmaul Cheyne Stokes Biot
h. Suara nafas Vesikuler Bronko vesikuler
Tracheal Bronkhial Masalah Keperawatan :
Ada masalah keperawatan
- Gangguan pola pernafasan
- Bersihan jalan nafas tidak efektif
19

Ronki Wheezing
Crackles
i. Alat bantu napas ya tidak

Jenis : Nasal kanul Flow: 6 lpm

j. Penggunaan WSD:
- Jenis : Tidak ada
- Jumlah cairan : Tidak ada
- Undulasi : Tidak ada
- Tekanan : Tidak ada
k. Tracheostomy: ya tidak
Tidak ada
l. Lain-lain:
Tidak ada
3. Sistem Kardio vaskuler
a. TD : 110/70 mmHg Masalah Keperawatan :
b. N : 112x/menit
c. Keluhan nyeri dada: ya tidak Tidak ada masalah
P : Tidak ada
Q : Tidak ada
R : Tidak ada
S : Tidak ada
T : Tidak ada
d. Irama jantung: reguler ireguler
e. Suara jantung: normal (S1/S2 tunggal) murmur
gallop lain-lain.....
g. Ictus Cordis: Tidak ada
h. CRT : < 3detik
i. Akral: hangat kering merah basah
pucat panas dingin
j. Sikulasi perifer: normal menurun
k. JVP : Tidak ada
l. CVP : Tidak ada
m. CTR : Tidak ada
n. ECG & Interpretasinya:
Tidak ada
o. Lain-lain :
Tidak ada
4. Sistem Persyarafan
a. S : 37,7 oC Masalah Keperawatan :
b. GCS : 4-5-6 Tidak ada masalah
c. Refleks fisiologis patella triceps biceps
d. Refleks patologis babinsky brudzinsky kernig
e. Keluhan pusing ya tidak
P : Tidak ada
Q : Tidak ada
R : Tidak ada
S : Tidak ada
T : Tidak ada
20

f. Pemeriksaan saraf kranial:


N1 : normal tidak Dapat membedakan bau dgn jelas
Ket.: ……..............................................................
N2 : normal tidak Tidak mengalami mata kabur
Ket.: ……..............................................................
N3 : normal tidak Palpebra dapat membuka tutup
Ket.: ……..............................................................
N4 : normal tidak Rotasi dan depresi mata normal
Ket.: ……..............................................................
N5 : normal tidak Sensori wajah positif
Ket.: ……..............................................................
N6 : normal tidak Gerak bola mata akomodatif
Ket.: ……..............................................................
N7 : normal tidak Tidak ada gangguan otot wajah
Ket.: ……..............................................................
N8 : normal tidak Klien dapat mendengar suara lemah
Ket.: ……..............................................................
N9 : normal tidak Refleks muntah positif
Ket.: ……..............................................................
N10 : normal tidak Tidak terjadi disfagia
Ket.: ……..............................................................
N11 : normal tidak Sterno kledo mastodeus normal
Ket.: ……..............................................................
N12 : normal tidak Gerak tidak positif, tidak terjadi diversi
Ket.: ……..............................................................

g. Pupil anisokor isokor Diameter: 1,5/1,5


h. Sclera anikterus ikterus
i. Konjunctiva ananemis anemis
j. Isitrahat/Tidur : 8 Jam/Hari Gangguan tidur : Tidak ada
k. IVD : Tidak ada
l. EVD : Tidak ada
m. ICP : Tidak ada
n. Lain-lain:
Tidak ada
5. Sistem perkemihan
Masalah Keperawatan
a. Kebersihan genetalia: Bersih Kotor
b. Sekret: Ada Tidak Tidak ada masalah
c. Ulkus: Ada Tidak
d. Kebersihan meatus uretra: Bersih Kotor
e. Keluhan kencing: Ada Tidak
Bila ada, jelaskan:
Tidak ada
f. Kemampuan berkemih:
Spontan Alat bantu, sebutkan: Tidak ada
Jenis :Tidak ada
Ukuran : Tidak ada
Hari ke : Tidak ada
g. Produksi urine : 0,5 ml/jam
Warna : kuning
Bau : Menyengat
h. Kandung kemih : Membesar ya tidak
i. Nyeri tekan ya tidak
j. Intake cairan oral : 1000cc/hari parenteral : Tidak ada cc/hari
k. Balance cairan:
Infus : 1000 cc
Injeksi : 10 cc
Air metabolism : 5cc x 60 kg = 300 cc
Urine : 1800 cc
IWL : 15 x 60/24 jam = 37,5
BC = cm-ck
= 2310 – 1837,5
= 472,5 cc
o. Lain-lain:
Tidak ada
21

6. Sistem pencernaan
a. TB : 163 cm BB : 46 kg Masalah Keperawatan :
b. IMT : 17,5 Interpretasi : Kurus Tidak ada masalah
c. LOLA : Tidak ada

d. Mulut: bersih kotor berbau


e. Membran mukosa: lembab kering stomatitis
f. Tenggorokan:
sakit menelan kesulitan menelan
pembesaran tonsil nyeri tekan
g. Abdomen: tegang kembung ascites
h. Nyeri tekan: ya tidak
i. Luka operasi: ada tidak
Tanggal operasi : Tidak ada
Jenis operasi : Tidak ada
Lokasi : Tidak ada
Keadaan : Tidak ada
Drain : ada tidak
- Jumlah : Tidak ada
- Warna : Tidak ada
- Kondisi area sekitar insersi : Tidak ada
j. Peristaltik: 10 x/menit
k. BAB: 1 x/hari Terakhir tanggal : 8 April 2019
l. Konsistensi: keras lunak cair lendir/darah
m. Diet: padat lunak cair
n. Diet Khusus:
TKTP 2100 Kkal/hari
o. Nafsu makan: baik menurun Frekuensi: 3 x/hari
p. Porsi makan: habis tidak Keterangan: ¼ porsi setiap makan
q. Lain-lain:
Tidak ada

7. Sistem penglihatan
a. Pengkajian segmen anterior dan posterior: Masalah Keperawatan :
OD OS Tidak ada masalah
Normal 6/6 Visus Normal 6/6

Tidak terdapat spasme Palpebra Tidak terdapat spasme

Kemerahan Conjunctiva Kemerahan

Jernih Kornea Jernih

Normal BMD Normal

Bulat Pupil Bulat

Radier Iris Radier

Jernih Lensa Jernih

Normal TIO Normal


22

b. Keluhan nyeri: ya tidak


P : Tidak ada
Q : Tidak ada
R :.Tidak ada
S : Tidak ada
c. Luka operasi: ada tidak
Tanggal operasi : Tidak ada
Jenis operasi : Tidak ada
Lokasi : Tidak ada
Keadaan : Tidak ada
d. Pemeriksaan penunjang lain: Tidak ada
e. Lain-lain:
Tidak ada

8. Sistem pendengaran
a. Pengkajian segmen anterior dan posterior: Tidak terkaji Masalah Keperawatan :
Tidak ada masalah
OD OS
Tidak ada deformitas Aurcicula Tidak ada deformitas

Bersih tidak ada serumen MAE Bersih tidak ada serumen

Merah muda Membran Merah muda


Tymhani

Normal Rinne Normal

Normal Weber Normal

Normal Swabach Normal

b. Tes Audiometri:
Tidak terkaji
c. Keluhan nyeri: ya tidak
P : Tidak ada masalah
Q : Tidak ada masalah
R :Tidak ada masalah
S : Tidak ada masalah
d. Luka operasi: ada tidak
Tanggal operasi : Tidak ada
Jenis operasi : Tidak ada
Lokasi : Tidak ada
Keadaan : Tidak ada
e. Alat bantu Dengar: Tidak ada
f. Lain-lain:
Tidak ada
23

9. Sistem muskuloskeletal
a. Pergerakan sendi: bebas terbatas
5
b. Kekuatan otot: 5

5 5
c. Kelainan ekstremitas: ya tidak
d. Kelainan tulang belakang: ya tidak Masalah Keperawatan :
Frankel: Tidak ada Tidak ada masalah
e. Fraktur: ya tidak
- Jenis :Tidak ada
- Traksi: ya tidak
- Jenis : Tidak ada
- Beban : Tidak ada
- Lama pemasangan : Tidak ada
f. Penggunaan spalk/gips: ya tidak
g. Keluhan nyeri: ya tidak
P : Tidak ada
Q : Tidak ada
R : Tidak ada
S : Tidak ada.
T :. Tidak ada
i. Sirkulasi perifer: Tidak ada
j. Kompartemen syndrome ya tidak
k. Kulit: ikterik sianosis kemerahan hiperpigmentasi
l. Turgor baik kurang jelek
m. Luka operasi: ada tidak
Tanggal operasi : Tidak ada
Jenis operasi : Tidak ada
Lokasi : Tidak ada
Keadaan : Tidak ada
Drain : ada tidak
- Jumlah : Tidak ada
- Kondisi area sekitar insersi :.Tidak ada
n. ROM : Tidak ada
o. POD : Tidak ada
p. Cardinal Sign : Tidak ada
q. Lain-lain:
Tidak ada
10. Sistem integumen
a. Penilaian risiko decubitus:
ASPEK YANG KRITERIA PENILAIAN
1 2 3 4 NILAI
DINILAI
PERSEPSI TERBATAS SANGAT KETERBATASAN TIDAK ADA 4
SENSORI SEPENUHNYA TERBATAS RINGAN GANGGUAN
TERUS 2
SANGAT
KELEMBABAN MENERUS KADANG2 BASAH JARANG BASAH
BASAH LEMBAB
LEBIH SERING 1
AKTIVITAS BEDFAST CHAIRFAST KADANG2 JALAN JALAN
IMMOBILE SANGAT KETERBATASAN TIDAK ADA 1
MOBILISASI SEPENUHNYA TERBATAS RINGAN KETERBATASAN
SANGAT KEMUNGKINAN
ADEKUAT SANGAT BAIK
3
NUTRISI
BURUK TIDAK ADEKUAT
TIDAK 3
GESEKAN & POTENSIAL
BERMASALAH MENIMBULKAN
PERGESERAN BERMASALAH
MASALAH
NOTE: Pasien dengan nilai total < 16 maka dapat dikatakan bahwa pasien berisiko 14
mengalami dekubitus (pressure ulcers). TOTAL NILAI
(15 or 16 = low risk; 13 or 14 = moderate risk; 12 or less = high risk)
24

b. Warna: Tidak ada


c. Pitting edema: -/- grade: Tidak ada
d. Ekskoriasis: ya tidak
Masalah Keperawatan :
e. Psoriasis: ya tidak
f. Pruritus: ya tidak Tidak ada
g. Urtikaria: ya tidak
h. Lain-lain:
Tidak ada
11. Sistem Endokrin
a. Pembesaran tyroid: ya tidak Masalah Keperawatan :
b. Pembesaran kelenjar getah bening: ya tidak Tidak ada masalah
c. Hipoglikemia: ya tidak
d. Hiperglikemia: ya tidak
e. Kondisi kaki DM:
- Luka gangren : ya tidak
Jenis : Tidak ada
- Lama luka : Tidak ada
- Warna : Tidak ada
- Luas luka : Tidak ada
- Kedalaman : Tidak ada
- Kulit kaki : Tidak ada
- Kuku kaki : Tidak ada
- Telapak kaki : Tidak ada
- Jari kaki : Tidak ada
- Infeksi : ya tidak
- Riwayat luka sebelumnya : ya tidak
Jika ya:
- Tahun : Tidak ada
- Jenis Luka : Tidak ada
- Lokasi : Tidak ada
- Riwayat amputasi sebelumnya : ya tidak
Jika ya:
Jika ya:
- Tahun : Tidak ada
- Lokasi : Tidak ada
f. ABI: Tidak ada
g. Lain-lain:
Tidak ada

PENGKAJIAN PSIKOSOSIAL
a. Persepsi klien terhadap penyakitnya:
Pasien mengatakan takut bila sesak nafasnya bertambah berat dan tidak segera dilakukan kemoterapi.

b. Ekspresi klien terhadap penyakitnya


Murung/diam gelisah tegang marah/menangis
c. Reaksi saat interaksi kooperatif tidak kooperatif curiga
d. Gangguan konsep diri:
Tidak ada gangguan konsep diri Masalah keperawatan :
Ada masalah keperawatan
ansietas
25

e. Lain-lain:
Tidak ada
PERSONAL HYGIENE & KEBIASAAN Masalah Keperawatan :
a. Kebersihan diri:
Klien mengatakan mandi 1x perhari dibantu ibunya Tidak ada masalah
b. Kkemampuan klien dalam pemenuhan kebutuhan:
- Mandi: di bantu seluruhnya dibantu sebagian mandiri
- Ganti pakaian:
di bantu seluruhnya dibantu sebagian mandiri
- Keramas: di bantu seluruhnya dibantu sebagian mandiri
- Sikat gigi: di bantu seluruhnya dibantu sebagian mandiri
- Memotong kuku:
di bantu seluruhnya dibantu sebagian mandiri
- Berhias: di bantu seluruhnya dibantu sebagian mandiri
- Makan: di bantu seluruhnya dibantu sebagian mandiri

PENGKAJIAN SPIRITUAL
a. Kebiasaan beribadah Masalah Keperawatan :
- Sebelum sakit sering kadang- kadang tidak pernah
Tidak ada masalah
- Selama sakit sering kadang- kadang tidak pernah

b. Bantuan yang diperlukan klien untuk memenuhi kebutuhan beribadah:


Motivasi dari keluarga untuk selalu mengingatkan ibdah dan berdoa

PEMERIKSAAN PENUNJANG (Laboratorium,Radiologi, EKG, USG , dll)


a. Hasil pemeriksaan laboratorium patologi
Tanggal pemeriksaan 5 April 2019
No Parameter Hasil Satuan Remaks Nilai rujukan
1 WBC 3000 103/uL 3,37-10
2 HB 11,2 Mmhg 13,3-16,6
3 HCT 35,7 % 41,3-52,1
4 PLT 628 103/uL 150-450-3,0

b. Hasil pemeriksaan gas darah


Tanggal pemeriksaan 5 April 20192019
No Parameter Hasil Satuan Remaks Nilai rujukan
1 Ph 7,41 7,35-7,45
2 Pco2 29,0 Mmhg 35-45
3 Po2 78,0 Mmhg 80-100
-
4 Hco3 20,2 Mmol/l 22-26
5 TCo2 21,1 Mmol/l 2,3-3,0
6 So2 96%

2) Pemeriksaan radiologi
a. Hasil pemeriksaan patologi anatomi
Tanggal pemeriksaan 5 April 2019
Kesimpulan:
Paru dektra, fnab ct-scan guilding:
Sediaan tidak representative

b. Hasil pemeriksaan r30-ct.scan thorax (pakai kontras)


26

Tanggal pemeriksaan 5 April 2019


Kesimpulan:
Masih tampak heterogeneosis enchacing solid lesion ukuran ± 2,5,2,5,3,18 cm di
segmen medial lobus medius paru kanan, yang dibandingkan dengan ct thorak
sebelumnya ukuran relative sama, disertai multiple nodus di lobus superior paru
kanan dan multiple nodus subcentimeter di segmen anterior dan apicospoterior
lobus superior paru kiri
- Masih tampak lymphadenopathy berkonglomerasi di subcarina (yang dibadningkan
denga ct thorak sebelumnya ukuran ut di atas, disertai multiple lymphadenopathy
di upper paratrachea kanan, lower paratrachea kanan kiri, peribronkial kanan,
subclavikula kanan kiri
- Ground glass opacity dengan iar bronkogram di lobus superior paru kanan d/: 1,
pneumonia : 2. Pneumonia tipe metastasis
- Multiple lesi litik blastik di corpus dan pedicle kanan kiri vth 10, corpus vth 4,5,7
dan vl 2 curiga proses metastasik (staging massa paru meurut ajcc bth edition:
t4n3m1)
- Nodul thyroid kiri
c. Hasil pemeriksaan bone survey
Tanggal pemeriksaan 5 April 2019
Kesan:
Tidak tampak proses metastasis pada tulang-tulang yang bervisualisasi ancidental
finding:
- Curiga massa paru kanan ukuran ± 2,2 x 2 cm
- Fibroinfiltrat, konsolidasi dan multiple nodul ukuran bervariasi dengan ukuran
terbesar ± 2,2 x 1,2 cm di intra-parahilar kanan dapat merupakan proses metastasis.
TERAPI

Nama obat Dosis Cara pemberian


NaCl 0.9% 500 ml/24 jam Iv
Ceftriaxon 1 gr/12 jam Iv
Coedein 10 mg/8 jam Oral
Paracetamol 500mg/8 jam Oral
Combivent 1 respul/8 jam Melalui nebulizer

DATA TAMBAHAN LAIN :

Surabaya, 8 April2019

TTD

Perawat
27

2 . ANALISA DATA
DATA INTERPRETASI MASALAH
DS: Pasein mengatakan sesak nafas, tidak bisa sel tidak normal Pola nafas
tidur terlentang, lebih nyaman tidur tidak efektif
membungkuk kerusakan sel spesifik D.0005

DO: hyperplasia
- Dyspneu
- RR= 24 x/menit Sumbatan parsial/total di bagian
- SPO2 = 97 % saluran pernafasan
- Hasil pemeriksaan foto thorak menunjukan
pola nafas berubah
adanya tumor di bagian 1/3 pulmonal dektra
inferior Sesak nafas (wheezing)
- Inspeksi dada pola nafas kusmaul (cepat,
Menurunnya ekspansi paru
dalam, sulit)
- Pernafsan cuping hidung
Pola nafas tidak efektif
- Adanya penggunaan otot bantu pernafasan
- Terpasang O2 nasal kanul 3 lpm

DS: pasien mengeluh batuk dan berdahak sulit Sel normal Bersihan jalan
keluar nafas tidak
Sel abnormal (tumor paru) efektif
DO: D.0149
- Pasien terlihat batuk Perubahan epitel silia dan
- Terlihatdahak berwarna putih mukosa di bagian paru
- RR = 24 x/menit
- SPO2 = 97% Hipersekresi jalan nafas
- Terdapat suara ronkhi
Bersihan jalan nafas tidak
+ + efektif

- -
-

- Menggunakan nasal kanul 3 lpm


28

DS: Pasien mengatakan sesak nafas Sel abnormal Gangguan


pertukaran gas
DO: Massa tumor dalam bronkus D. 0003
- Dispneu
- RR = 24 x/menit Bronkospasme
- SPO2 = 97%
- Pola nafas cepat Penurunan Ekpansi paru
- Warna kulit pucat
- PCO2 menurun (29 mmHg) Ketidakseimbangan ventilasi-
- PO2 menurun (78 mmHg) perfusi
- Terdapat bunyi nafas tambahan
Kerja nafas meningkat
wheezing, Ronkhi
- Takikardia (112x/m)
Dispneu

Gangguan pertukaran gas

DS: Pasien mengatakan takut jika tambah Tumor paru Ansietas


sesak. Pasien mengatakan siapa yang akan D. 0080
membantu oarngtuanya karena sakitnya tidak Kemoterapi, perubahan status
bisa disembuhkan. kesehatan

DO: Ketidaktahuan
- Pasien sering bertanya tentang
Koping individu tidak efektif
penyakitnya
- Pasien sering bertanya tentang efek
Kekhawatiran mengalami
kemoterapi kegagalan
- Pasien tampak pucat
- Nasi meningkat (112x/m) Ansietas
29

DAFTAR PRIORITAS DIAGNOSIS KEPERAWATAN

Tanggal: 8 April 2019


1. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan menurunnya ekspansi paru
ditandai dengan dyspnea, terdapat otot bantu nafaas, pola nafas abnormal.
2. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan hipersekresi jalan
nafas ditandai dengan batuk tidak efektif, terdapat ronkhi, frekuensi nafas
abnormal.
3. Gangguan petukaran gas berhubungan dengan ketidakseimbangan
ventilaasi-perkusi ditandai dengan PCO2 menurun, PO2 menurun,
takikardia, terdapat wheezing dan ronkhi, kulit pucat.
4. Ansietas berhubungan dengan kekhawatiran mengalami kegagalan
ditandai dengan pasien khawatir, frekuensi nadi meningkat, tampak pucat.
30

RENCANA INTERVENSI
Hari/ Tanggal Waktu Diagnosa Keperawatan Intervensi Rasional
Senin/ 8 April 10.00 Pola nafas tidak efektif Pemantauan Respirasi I.01014
2019 Setelah dilakukan tindakan keperawatan Manajemen Jalan Nafas I.01011
3x24 jam diharapkan pola nafas 1. Posisikan psien semi fowler
membaik dengan kriteria hasil: 2. Berikan oksigen sesuai kebutuhan
L.01004 3. Monitor frekuensi, kedalaman,
- Dyspneu menurun suara/upaya nafas
(pasien mengatakan tidak 4. Monitor pola nafas
sesak) 5. Palpasi kesimetrisan ekspansi paru
- Penggunaan otot bantu nafas 6. Auskultasi bunyi nafas
menurun 7. Monitor saturasi oksigen
(pasien tidak menggunakan 8. Ajarkan pasien nafas dalam
otot bantu nafas)
- Nafas cuping hidung menurun
(pasien tidak menggunakan
pernafasan cuping hidung)
- Frekuensi nafas membaik
RR 16-20 x/m
- Saturasi oksigen normal
SPO2 ≥ 95%

Senin/ 8 April 10.00 Bersihan jalan tidak efektif Manajemen Jalan Nafas I.01011
2019 Setalah dilakukan tindakan keperawatan Latihan batuk efektif I.01006
3x 24 jam diharapkan bersihan jalan 1. Berikan posisi semi fowler
nafas meningkat dengan kriteria hasil: 2. Berikan O2 sesuai kebutuhan
L. 01001 3. Monitor bunyi nafas tambahan
- Batuk efektif meningkat 4. Monitor jumlah dan warna sputum
- Produksi sputum meningkat 5. Ajarkan teknik batuk efektif
31

Hari/ Tanggal Waktu Diagnosa Keperawatan Intervensi Rasional


- Ronkhi menurun 6. Anjurkan untuk minum hangat
- Suara nafas normal 7. Kolaborasi pemberian
vesikuler bronkodilator
- Frekuensi nafas membaik
RR 16-20x/m
Senin/ 8 April 10.00 Gangguan pertukaran gas Pemantauan Respirasi I.01014
2019 Setelah dilakukan tindakan keperawatan Terapi oksigen I.01026
diharapkan pertukaran gas meningkat Dukungan Ventilasi
dengan kriteria hasil: L. 01003 1. Posisikan pasien semi fowler
- Dyspnea menurun 2. Berikan pasien Oksigen sesuai
Pasien mengatakan tidak sesak kebutuhan
- Tidak terdapat bunyi nafas 3. Palpasi kesimetrisan ekspansi paru
tambahan 4. Auskultasi bunyi nafas
Vesikuler 5. Monitor saturasi oksigen
- pCO2 membaik 6. Identifikasi Order pemeriksaan
33 - 45 darah arteri
- pO2 membaik 7. Monitor nilai BGA
90 - 100 8. Identifikasi adanya kelelahan otot
bantu nafas
- Takikardi membaik
9. Ajarkan teknik relaksasi nafas
60 – 100x/m
dalam
- Warna kulit membaik
Tidak pucat
Senin/ 8 April 10.00 Ansietas Reduksi ansietas I.09314
2019 Setelah dilakukan tindakan Terapi relaksasi I.09326
keperawatan diharapkan tingkat 1. Ciptakan suasana teraupetik
ansietas menurun dengan kriteria hasil: 2. Pahami situasi yang membuat
L.09093 ansietas
- Verbalisasi khawatir akibat 3. Dengarkan dengan penuh perhatian
kondisi yang dihadapi 4. Motivasi pasien untuk mengurangi
32

Hari/ Tanggal Waktu Diagnosa Keperawatan Intervensi Rasional


menurun hal yang memicu kecemasan
- Pasien tidak pucat 5. Anjurkan untuk mengalihkan
- Frekuensi nadi normal pikiran dengan kegiatan yang lain
60-80x/m 6. Anjurkan keluarga untuk selalu
menemani
33

IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN


Hari/ Tanggal No.Dx Jam Implementasi Paraf Jam Evaluasi Paraf
Senin/ 8 April 1 10.00 1. memposisikan psien semi fowler 13.35 S: pasien mengatakan masih sesak
2019 - Pasien nyaman dengan posisi O:
setengah duduk - Dyspneu
10.05 2. memberikan oksigen sesuai - RR= 24 x/menit
kebutuhan - SPO2 = 97 %
- Pasien nyaman, pasien - Inspeksi dada pola nafas kusmaul
mendapatka oksigen 3 lpm (cepat, dalam, sulit)
10.10 3. Memonitor frekuensi, kedalaman, - Pernafsan cuping hidung
suara/upaya nafas - Adanya penggunaan otot bantu
- RR 24x/m, nafas cepat dan pernafasan clavikula
dalam - Terpasang O2 nasal kanul 3 lpm
10.13 4. Memonitor pola nafas
- Pola nafas irregular, cepat dan A: masalah pola nafas belum teratasi
dalam P: Lanjutkan Intervensi
10.15 5. mempalpasi kesimetrisan ekspansi 1,2,3,4,6,7
paru
- Pergerakan dada pasien tidak
seimbang, bagian kanan
tertinggal
10.20
6. mendengarkan bunyi nafas
- Terdengar suara ronkhi
Dilobus atas kanan dan kiri
10.30
7. Memonitor saturasi oksigen
10.45 - SPO2 97%
8. mengajarkan pasien nafas dalam
- Pasien dapat mempraktikan
tetapi belum optimal
34

Hari/ Tanggal No.Dx Jam Implementasi Paraf Jam Evaluasi Paraf


2 10.00 1. memposisikan psien semi fowler 13.35 S: pasien mengeluh batuk dan
- Pasien nyaman dengan posisi berdahak sulit keluar
setengah duduk O:
10.05 2. memberikan oksigen sesuai - Pasien terlihat batuk
kebutuhan - Terlihat dahak berwarna putih
- Pasien nyaman, pasien - RR = 24 x/menit
mendapatka oksigen 3 lpm - SPO2 = 97%
10.20 3. Memonitor bunyi nafas tambahan - Terdapat suara ronkhi
- Terdengarsuara ronkhi di lobus
+ + dekstra sinistra atas
10.35 4. Memonitor jumlah dan warna
- - sputum
- Pasien hanya setelah di uap
- bisa mengeluarkan sputum
10.55 5. mengajarkan teknik batuk efektif
- Pasien dapat mempraktikkan - Menggunakan nasal kanul 3 lpm
tetapi belum sempurna
6. menganjurkan untuk minum hangat A: Masalah bersihan jalan nafas belum
12.30
- Pasien paham teratasi
7. memberikan bronkodilator
12.37
- Pasien mendapatkan ventolin 1 P: Lanjutkan Intervensi 1,2,3,4,7
respul, pasien nyaman setelah
diberikan uap
35

Hari/ Tanggal No.Dx Jam Implementasi Paraf Jam Evaluasi Paraf


3 10.00 1. memposisikan psien semi fowler 13.35 S: Pasien mengatakan sesak nafas
- Pasien nyaman dengan posisi O:
setengah duduk - Dispneu
10.05 2. memberikan oksigen sesuai - RR = 24 x/menit
kebutuhan - SPO2 = 97%
- Pasien nyaman, pasien - Pola nafas cepat
mendapatka oksigen 3 lpm - Warna kulit pucat
10.15 3. Mempalpasi kesimetrisan ekspansi - PCO2 menurun (29 mmHg)
- Ketidaksimetris antara dekstra - PO2 menurun (78 mmHg)
dan sinistra.
10.20 - Terdapat bunyi nafas
4. Mendengarkan bunyi nafas
tambahan Ronkhi
- Terdapat suara tambahan - Takikardia (112x/m)
ronkhi di lobus atas dekstra
sinistra
10.30 A: Masalah gangguan pertukaran gas
5. Memonitor saturasi oksigen
belum teratasi
- SPO2 pasien 97%
11.00
6. Mengidentifikasi pemeriksaan darah P: lanjutkan Intervensi 1,2,3,4,5,6
arteri
- Pasien dilakukan pemeriksaan
darah arter
10.45
7. Mengajarkan teknik nafas dalam
- Pasien dapat memraktikkan
tetapi belum optimal
36

Hari/ Tanggal No.Dx Jam Implementasi Paraf Jam Evaluasi Paraf


4 10.00 1. Menciptakan suasana teraupetik 13.35 S: Pasien mengatakan takut jika
- Pasien merasa nyaman dalam tambah sesak
bercerita
11.00 2. memahami situasi yang membuat O:
ansietas - Pasien masih bertanya
- perawat dan pasien saling tentang penyakitnya
mengerti - Pasien tampak pucat
11.10 3. Mendengarkan dengan penuh - Nasi meningkat (112x/m)
perhatian
- Pasien dapat menceritakannya A: masalah ansietas belum teratasi
dengan nyaman
11.10 4. Memotivasi pasien untuk P: lanjutkan intervensi 1,4,5
mengurangi hal yang memicu
kecemasan
- Pasien paham bahwa semua
sudah diatur, pasien harus
sabar.
11.15 5. Menganjurkan untuk mengalihkan
pikiran dengan kegiatan yang lain
- Pasien sambil bermain HP
11.20
6. Menganjurkan keluarga untuk
selalu menemani
- Keluarga pasien paham
37

Hari/ Tanggal No.Dx Jam Implementasi Paraf Jam Evaluasi Paraf


Selasa/ 9 April 1 10.00 1. memposisikan psien semi fowler 13.35 S: pasien mengatakan masih sesak
2019 - Pasien nyaman dengan posisi O:
setengah duduk - Dyspneu
10.05 2. memberikan oksigen sesuai - RR= 24 x/menit
kebutuhan - SPO2 = 98 %
- Pasien nyaman, pasien - Inspeksi dada pola nafas kusmaul
mendapatka oksigen 3 lpm (cepat, dalam, sulit)
10.10 3. Memonitor frekuensi, kedalaman, - Pernafsan cuping hidung
suara/upaya nafas - Adanya penggunaan otot bantu
- RR 23x/m, nafas cepat dan pernafasan clavikula
dalam - Terpasang O2 nasal kanul 3 lpm
10.13 4. Memonitor pola nafas
- Pola nafas irregular, cepat dan A: masalah pola nafas belum teratasi
dalam P: Lanjutkan Intervensi
10.15 5. mendengarkan bunyi nafas 1,2,3,4,6,7
- Terdengar suara ronkhi
Dilobus atas kanan dan kiri
6. Memonitor saturasi oksigen
- SPO2 97%
38

Hari/ Tanggal No.Dx Jam Implementasi Paraf Jam Evaluasi Paraf


2 10.00 1. memposisikan psien semi fowler 13.35 S: pasien mengeluh batuk dan
- Pasien nyaman dengan posisi berdahak sulit keluar
setengah duduk O:
10.05 2. memberikan oksigen sesuai - Pasien terlihat batuk
kebutuhan - Terlihat dahak berwarna putih
- Pasien nyaman, pasien - RR = 24 x/menit
mendapatka oksigen 3 lpm - SPO2 = 97%
10.20 3. Memonitor bunyi nafas tambahan - Terdapat suara ronkhi
- Terdengarsuara ronkhi di lobus
+ + dekstra sinistra atas
10.35 4. Memonitor jumlah dan warna
- - sputum
- Pasien hanya setelah di uap
- bisa mengeluarkan sputum
12.30 5. memberikan bronkodilator
- Pasien mendapatkan ventolin 1 - Menggunakan nasal kanul 3 lpm
respul, pasien nyaman setelah
diberikan uap A: Masalah bersihan jalan nafas belum
teratasi

P: Lanjutkan Intervensi 1,2,3,4,7


39

Hari/ Tanggal No.Dx Jam Implementasi Paraf Jam Evaluasi Paraf


3 10.00 1. memposisikan psien semi fowler 13.35 S: Pasien mengatakan sesak nafas
- Pasien nyaman dengan posisi O:
setengah duduk - Dispneu
10.05 2. memberikan oksigen sesuai - RR = 24 x/menit
kebutuhan - SPO2 = 98%
- Pasien nyaman, pasien - Pola nafas cepat
mendapatka oksigen 3 lpm - Warna kulit pucat
10.15 3. Mempalpasi kesimetrisan ekspansi - PCO2 menurun (29 mmHg)
- Ketidaksimetris antara dekstra - PO2 menurun (78 mmHg)
dan sinistra.
10.20 - Terdapat bunyi nafas
4. Mendengarkan bunyi nafas
tambahan Ronkhi
- Terdapat suara tambahan - Takikardia (112x/m)
ronkhi di lobus atas dekstra
sinistra
10.30 A: Masalah gangguan pertukaran gas
5. Memonitor saturasi oksigen
belum teratasi
- SPO2 pasien 97%
11.00
6. Mengidentifikasi pemeriksaan darah P: lanjutkan Intervensi 1,2,3,4,5,6
arteri
- Pasien dilakukan pemeriksaan
darah arter
40

Hari/ Tanggal No.Dx Jam Implementasi Paraf Jam Evaluasi Paraf


4 10.00 1. Menciptakan suasana teraupetik 13.35 S: Pasien mengatakan takut jika
- Pasien merasa nyaman dalam tambah sesak
bercerita
11.00 2. Memotivasi pasien untuk O:
mengurangi hal yang memicu - Pasien masih bertanya
kecemasan tentang penyakitnya
- Pasien paham bahwa semua - Pasien tampak pucat
sudah diatur, pasien harus - Nasi meningkat (112x/m)
sabar.
11.10 3. Menganjurkan untuk mengalihkan A: masalah ansietas belum teratasi
pikiran dengan kegiatan yang lain
- Pasien sambil bermain HP P: lanjutkan intervensi 1,4,5
41

Hari/ Tanggal No.Dx Jam Implementasi Paraf Jam Evaluasi Paraf


Rabu/ 10 April 1 10.00 1. memposisikan psien semi fowler 13.35 S: pasien mengatakan masih sesak
2019 - Pasien nyaman dengan posisi O:
setengah duduk - Dyspneu
10.05 2. memberikan oksigen sesuai - RR= 25 x/menit
kebutuhan - SPO2 = 96 %
- Pasien nyaman, pasien - Inspeksi dada pola nafas kusmaul
mendapatka oksigen 3 lpm (cepat, dalam, sulit)
10.10 3. Memonitor frekuensi, kedalaman, - Pernafsan cuping hidung
suara/upaya nafas - Adanya penggunaan otot bantu
- RR 25x/m, nafas cepat dan pernafasan clavikula
dalam - Terpasang O2 nasal kanul 3 lpm
10.13 4. Memonitor pola nafas
- Pola nafas irregular, cepat dan A: masalah pola nafas belum teratasi
dalam P: Lanjutkan Intervensi
10.15 5. mendengarkan bunyi nafas 1,2,3,4,6,7
- Terdengar suara ronkhi
Dilobus atas kanan dan kiri
6. Memonitor saturasi oksigen
- SPO2 96%
42

Hari/ Tanggal No.Dx Jam Implementasi Paraf Jam Evaluasi Paraf


2 10.00 1. memposisikan psien semi fowler 13.35 S: pasien mengeluh batuk dan
- Pasien nyaman dengan posisi berdahak sulit keluar
setengah duduk O:
10.05 2. memberikan oksigen sesuai - Pasien terlihat batuk
kebutuhan - Terlihat dahak berwarna putih
- Pasien nyaman, pasien - RR = 25 x/menit
mendapatka oksigen 3 lpm - SPO2 = 96%
10.20 3. Memonitor bunyi nafas tambahan - Terdapat suara ronkhi
- Terdengarsuara ronkhi di lobus
+ + dekstra sinistra atas
10.35 4. Memonitor jumlah dan warna
- - sputum
- Pasien hanya setelah di uap
- bisa mengeluarkan sputum
12.30 5. memberikan bronkodilator
- Pasien mendapatkan ventolin 1 - Menggunakan nasal kanul 3 lpm
respul, pasien nyaman setelah
diberikan uap A: Masalah bersihan jalan nafas
belum teratasi

P: Lanjutkan Intervensi 1,2,3,4,7


43

Hari/ Tanggal No.Dx Jam Implementasi Paraf Jam Evaluasi Paraf


3 10.00 1. memposisikan psien semi fowler 13.35 S: Pasien mengatakan sesak nafas
- Pasien nyaman dengan posisi O:
setengah duduk - Dispneu
10.05 2. memberikan oksigen sesuai - RR = 25 x/menit
kebutuhan - SPO2 = 96%
- Pasien nyaman, pasien - Pola nafas cepat
mendapatka oksigen 3 lpm - Warna kulit pucat
10.15 3. Mempalpasi kesimetrisan ekspansi - PCO2 menurun (29 mmHg)
- Ketidaksimetris antara dekstra - PO2 menurun (78 mmHg)
dan sinistra. - Terdapat bunyi nafas
4. Mendengarkan bunyi nafas
tambahan Ronkhi
- Terdapat suara tambahan - Takikardia (112x/m)
10.20 ronkhi di lobus atas dekstra
sinistra
A: Masalah gangguan pertukaran gas
5. Memonitor saturasi oksigen
10.30 belum teratasi
- SPO2 pasien 96%
6. Mengidentifikasi pemeriksaan darah P: lanjutkan Intervensi 1,2,3,4,5,6
11.00
arteri
- Pasien dilakukan pemeriksaan
darah arter
44

Hari/ Tanggal No.Dx Jam Implementasi Paraf Jam Evaluasi Paraf


4 10.00 1. Memotivasi pasien untuk 13.35 S: Pasien mengatakan takut jika
mengurangi hal yang memicu tambah sesak
kecemasan
11.00 - Pasien paham bahwa semua O:
sudah diatur, pasien harus - Pasien masih bertanya
sabar. tentang penyakitnya
2. Menganjurkan untuk mengalihkan - Pasien tampak pucat
pikiran dengan kegiatan yang lain - Nasi meningkat (112x/m)
- Pasien sambil bermain HP
11.10 A: masalah ansietas belum teratasi

P: lanjutkan intervensi 4,5


Kamis/ 11 April 1 10.00 1. memposisikan psien semi fowler 13.35 S: pasien mengatakan masih sesak
2019 - Pasien nyaman dengan posisi O:
setengah duduk - Dyspneu
10.05 2. memberikan oksigen sesuai - RR= 25 x/menit
kebutuhan - SPO2 = 96 %
- Pasien nyaman, pasien - Inspeksi dada pola nafas kusmaul
mendapatka oksigen 3 lpm (cepat, dalam, sulit)
10.10 3. Memonitor frekuensi, kedalaman, - Pernafsan cuping hidung
suara/upaya nafas - Adanya penggunaan otot bantu
- RR 23x/m, nafas cepat dan pernafasan clavikula
dalam - Terpasang O2 nasal kanul 3 lpm
10.13 4. Memonitor pola nafas
- Pola nafas irregular, cepat dan A: masalah pola nafas belum teratasi
dalam P: Lanjutkan Intervensi
10.15 5. mendengarkan bunyi nafas 1,2,3,4,6,7
- Terdengar suara ronkhi
Dilobus atas kanan dan kiri
45

Hari/ Tanggal No.Dx Jam Implementasi Paraf Jam Evaluasi Paraf


6. Memonitor saturasi oksigen
- SPO2 97%

2 10.00 1. memposisikan psien semi fowler 13.35 S: pasien mengeluh batuk dan
- Pasien nyaman dengan posisi berdahak sulit keluar
setengah duduk O:
10.05 2. memberikan oksigen sesuai - Pasien terlihat batuk
kebutuhan - Terlihat dahak berwarna putih
- Pasien nyaman, pasien - RR = 25 x/menit
mendapatka oksigen 3 lpm - SPO2 = 96%
10.20 3. Memonitor bunyi nafas tambahan - Terdapat suara ronkhi
- Terdengarsuara ronkhi di lobus
+ + dekstra sinistra atas
10.35 4. Memonitor jumlah dan warna
- - sputum
- Pasien hanya setelah di uap
- bisa mengeluarkan sputum
12.30 5. memberikan bronkodilator
- Pasien mendapatkan ventolin 1 - Menggunakan nasal kanul 3 lpm
respul, pasien nyaman setelah
diberikan uap A: Masalah bersihan jalan nafas belum
teratasi

P: Lanjutkan Intervensi 1,2,3,4,7

3 10.00 1. memposisikan psien semi fowler 13.35 S: Pasien mengatakan sesak nafas
- Pasien nyaman dengan posisi O:
setengah duduk - Dispneu
46

Hari/ Tanggal No.Dx Jam Implementasi Paraf Jam Evaluasi Paraf


10.05 2. memberikan oksigen sesuai - RR = 25 x/menit
kebutuhan - SPO2 = 96%
- Pasien nyaman, pasien - Pola nafas cepat
mendapatka oksigen 3 lpm - Warna kulit pucat
10.15 3. Mempalpasi kesimetrisan ekspansi - PCO2 menurun (29 mmHg)
- Ketidaksimetris antara dekstra - PO2 menurun (78 mmHg)
dan sinistra. - Terdapat bunyi nafas
4. Mendengarkan bunyi nafas
tambahan Ronkhi
- Terdapat suara tambahan - Takikardia (112x/m)
10.20 ronkhi di lobus atas dekstra
sinistra
A: Masalah gangguan pertukaran gas
5. Memonitor saturasi oksigen
10.30 belum teratasi
- SPO2 pasien 96%
6. Mengidentifikasi pemeriksaan darah P: lanjutkan Intervensi 1,2,3,4,5,6
11.00 arteri
- Pasien dilakukan pemeriksaan
darah arter

4 10.00 1. Memotivasi pasien untuk 13.35 S: Pasien mengatakan takut jika


mengurangi hal yang memicu tambah sesak
kecemasan
- Pasien paham bahwa semua O:
sudah diatur, pasien harus - Pasien masih bertanya
sabar. tentang penyakitnya
11.00 2. Menganjurkan untuk mengalihkan - Pasien tampak pucat
pikiran dengan kegiatan yang lain - Nasi meningkat (112x/m)
- Pasien sambil bermain HP
A: masalah ansietas belum teratasi
47

Hari/ Tanggal No.Dx Jam Implementasi Paraf Jam Evaluasi Paraf


P: lanjutkan intervensi 4,5
BAB 4
PEMBAHASAN

Penulis akan membahas tentang kesenjangan antara teori dan hasil


pengambilan data. Bab ini akan menguraikan pembahasan tentang “Asuhan
Keperawatan Pada Tn.F Dengan Diagnosa Medis Tumor Paru pada tanggal 8 – 12
April 2019.

1.1 Pengkajian
Pengkajian didapatkan data berupa alasan klien masuk ke rumah sakit
yaitu klien merasa sesak sudah 2 hari sebelum masuk RS, badan terasa lemas
sejak dua bulan sebelum masuk RS, batuk berdahak, tidak nafsu makan, berat
badan menurun sejak dua bulan yang lalu. Keluhan utama yang dirasakan klien
yaitu sesak nafas. Hasil observasi menunjukkan RR 24x/m, klien nampak lemah
dan pucat. Serta pasien terihat cemas, takut jika semakin sesak dan pasien
memikirkan orangtuanyya jika pasien tidak bisa sembuh. Tekanan darah : 110/70
mmHg, nadi : 112x/menit, suhu : 37,8oC, akral teraba dingin, berkeringat.
Manifestasi klinik yang di ditemukan saat pengkajian maka sesuai dengan teori
Ananda, et al (2018) yang menyatakan bahwa manifestasi klinis pada penderita
tumor paru yaitu batuk, nafas pendek, nyeri dada, batuk darah, mual, nyeri,
kelelahan dan beberapa keluhan lainnya. hal ini juga sesuai dengan Fajri (2018),
gejala yang ditemui pada penderita kanker paru yaitu, batuk, dispnea, sakit (dada,
bahu, danlengan), disfagia, anemia, penurunan berat badan.
Pemeriksaan penunjang pada Tn.F untuk menunjukkan tumor paru yaitu
dilakukan FNAB dengan hasil paru dekstra CT-Scan gulding sediaan tidak
representative. Hal ini sesuai dengan pendapat Widjajahakim (2007), biopsi
aspirasi jarum halus atau Fine Needle Aspiration Biopsy (FNAB) adalah
merupakan suatu metode atau tindakan pengambilan sebagian jaringan tubuh
manusia dengan suatu alat aspirator berupa jarum suntik yang bertujuan untuk
membantu diagnosis berbagai penyakit tumor. Jadi dengan FNAP dapat
membuktikan atau menegakkan diagnosa tumor paru.

54
55

1.2 Diagnosa Keperawatan


1. Pola nafas tidak efektif
Pola nafas merupakan inspirasi dan atau ekspirasi yang tidak memberikan
ventilasi adekuat. Pada Tn. F didapatkan data subjektif pasien mengatakan sesak
nafas, tidak bisa tidur terlentang, lebih nyaman tidur membungkuk dan data
objektifnya adalah RR 24x/m N 112x/menit, cepat dan lemah, suhu = 38 oC, SPO2
97%, kulit lembab, dan pucat. Selain itu pasien mengalami nafas kusmaul (cepat,
dalam, sulit), terdapat pernafasan cupping hidung, menggunakan otot bantu nafas,
terdapat retraksi dinding dada.
Berdasarkan teori menurut PPNI (2016), pengangkatan diagnosa pola
nafas tidak efektif mempunyai gejala dan tanda mayor minor diantaranya yaitu
dispneu, menggunakan otot bantu nafas, pola nafas abnormal (kusmaul), terdapat
pernafasan cuping hidung. Dari asuhan keperawatan diatas menunjukkan bahwa
data klien sudah sesuai dengan teori.
2. Bersihan jalan nafas tidak efektif
Ketidakmampuan membersihkan secret atau obstruksi jalan nafas untuk
mempertahankan jalan nafas tetap paten. Dengan tanda dan gejala pada Tn.F
secara subjektif klien mengeluh batuk sulitkeluar. Sedangkan objektif batuk tidak
efektif, terlihat dahak berwarna putih, RR 24x/m, SPO2 97%, terdapat suara
ronkhi, dan pasien menggunakan Oksigen nasal kanul 3 lpm.
Hal ini sesuai dengan teori PPNI (2016), pengangkatan diagnosa bersihan
jalan nafas tidak efektif mempunyai gejala dan tanda mayor minor diantaranya
yaitu klien batuk tidak efektif, ronkhi, frekuensi nafas berubah. Dari asuhan
keperawatan diatas menunjuukan bahwa data klien sudah sesuai dengan teori.
3. Gangguan pertukaran gas
Kelebihan atau kekurangan oksigen dan atau eliminasi karbondioksida
pada membrane alveolus-kapiler (PPNI, 2016). Dengan tanda dan gejala pada
Tn.F secara subjektif klien mengeluh sesak, RR 24x/m, SPO2 97%, pola nafas
cepat, warna kulit pucat, PCO2 29 mmHg, PO2 78 mmHg, terdapat suara nafas
ronkhi, takikardi 112x/m.
Hal ini sesuai dengan teori PPNI (2016), pengangkatan diagnosa gangguan
pertukaran gas mempunyai gejala dan tanda mayor minor diantaranya yaitu klien
56

mengeluh sesak, PCO2 menurun, PO2 menurun, takikardi, terdapat bunyi nafas
tambahan, warna kulit abnormal. Dari asuhan keperawatan diatas menunjukkan
bahwa data klien sudah sesuai dengan teori.
4. Ansietas
Kondisi emosi dan pengalaman subyektif individu terhadap objek yang
tidak jelas dan spesifik akibat antisipasi bahaya yang memungkinkan individu
melakukan tindakan untuk menghadapi ancaman (PPNI, 2016). Dengan tanda dan
gejala pada Tn.F secara subjektif yaitu pasien mengatakan takut jika sesaknya
semakin bertambah, pasien mengatakan siapa yang akan membantu orangtuanya
karena sakitnya tidak bisa disembuhkan. Pasien sering bertanya tentang sakitnya,
pasien ertanya tentang efek kemoterapi, paasien tampak pucat, nadi 112x/m.
Hal ini sesuai dengan teori PPNI (2016), pengangkatan diagnose ansietas
mempunyai gejala dan tanda mayor minor diantaranya yaitumerasa bingung,
merasa khawatir, frekuensi nafas meningkat, nadi meningkat. Dari asuhan
keperawatan diatas menunjukkan bahwa data klien sudah sesuai dengan teori.

1.3 Rencana Tindakan Keperawatan


Terdapat beberapa rencana tindakan keperawatan di dalam Standar
Intervensi Keperawatan Indonesia (PPNI, 2016) yang di terapkan pada klien, dan
secara umum tahap perencanaan tinjauan kasus mengacu pada tinjauan teori,
tetapi tetap disesuaikan dengan situasi dan kondisi baik klien maupun prosedur
rumah sakit. Sehingga tidak semua perencanaan keperawatan yang ditetapkan dari
teori dapat diterapkan pada kasus. Pada hal ini intervensi yang diterapkan pada
kasus mencakup 4 tindakan yaitu observasi, terapeutik, edukasi, dan kolaborasi.
Rencana tindakan pada diagnosa pola nafas tidak efektif, bersihan jalan
nafas tidak efektif, dan gangguan pertuaran gas sesuai kasus yaitu posisikan psien
semi fowler, berikan oksigen sesuai kebutuhan, monitor frekuensi, kedalaman,
suara/upaya nafas, monitor pola nafas, palpasi kesimetrisan ekspansi paru,
auskultasi bunyi nafas, monitor saturasi oksigen, ajarkan pasien nafas dalam,
monitor jumlah dan warna sputum, ajarkan teknik batuk efektif, anjurkan untuk
minum hangat, kolaborasi pemberian bronkodilator, identifikasi Order
pemeriksaan darah arteri, monitor nilai BGA, identifikasi adanya kelelahan otot
57

bantu nafas, ajarkan teknik relaksasi nafas dalam. Dan untuk rencana intervensi
ansietas diantaranya yaitu, ciptakan suasana teraupetik, pahami situasi yang
membuat ansietas, dengarkan dengan penuh perhatian, motivasi pasien untuk
mengurangi hal yang memicu kecemasan, anjurkan untuk mengalihkan pikiran
dengan kegiatan yang lain, anjurkan keluarga untuk selalu menemani.

1.4 Pelaksanaan Keperawatan


Pelaksanaan keperawatan pada Tn. F yaitu untuk masalah keperawatan
pola nafas tidak efektif yang telah dilakukan adalah memposisikan pasien semi
fowler. Rasional yang didapat yaitu membantu memaksimalkan ekspansi paru dan
menurunkan upaya pernafasan. Memberikan oksigen sesuai kebutuhan bertujuan
untuk memenuhi kebutuhan yaitu dengan mempertahankan PaO2 normal.
Memonitor saturasi oksigen bertujuan untk mengetahui oksigen dalam darah
pasien sehingga terpenuhinya kebutuhan oksigen. Mengajarkan teknik nafas
dalam dengan rasional yang diapat yaitu mengurangi ketegangan otot saat
bernafas dan mengurangi kelelahan (Doengoes, 2000).
Masalah keperawatan bersihan jalan nafas yang telah dilakukan adalah
mengukur tanda-tanda vital dengan tujuan mendeteksi adanya perubahan system
tubuh. Rasioan yang didapat yaitu perubahan frekuensi nadi dan frekuensi nafas
dapat. Intervensi selanjutnya yaitu mengajarkan teknik batuk efektif yaitu untuk
meningkatkan kemampuan pasien dalam emngeluarkan secret, menganjurkan
minum hangat dengan rasional mengencerkan secret sehingga secret bisa keluar
(Doengoes, 2000).
Masalah keperawatan gangguan pertukaran gas yang telah dilakukan
adalah memposisikan pasien semi fowler. Rasional yang didapat yaitu membantu
memaksimalkan ekspansi paru dan menurunkan upaya pernafasan. Memberikan
oksigen sesuai kebutuhan bertujuan untuk memenuhi kebutuhan yaitu dengan
mempertahankan PaO2 normal. Memonitor nilai BGA dengana tujuan mengetahui
PCO2 dan PO2 pada pasien (Doengoes, 2000). Selain itu, teknik relaksasi juga
merubah respon penerimaan (psikologis) terhadap prosedur keperawatan menjadi
adaptif (Yuni, 2008). Jadi dalam tindakan keperawatan untuk menurunan
intensitas nyeri atau kelelahan akibat pernafasan abnormal dapat dilakukan teknik
58

nafas dalam.
Penulis berpendapat bahwa pelaksanaan keperawatan yang dilakukan
mengacu pada perencanaan yang telah dibuat sebelumnya dan dapat
diimplementasikan pada klien dengan respon data objektif, yaitu keluarga klien
dapat mengerti dan memahami apa yang sudah diajarkan. Kekuatan dari
implementasi yang sudah diberikan adalah selama dilakukan tindakan
keperawatan, keluarga klien kooperatif dan mendukung setiap tindakan yang
dilakukan, serta melakukan apa yang sudah diajarkan secara mandiri, sehingga
tidak ada hambatan selama dilakukan tindakan keperawatan.

1.5 Evaluasi Keperawatan


Tahap evaluasi antara teori dan kasus sama yaitu menggunakan SOAP
dalam melaksanakan evaluasi. Masalah keperawatan yang didapatkan yaitu pola
nafas tidak efektif, bersihan jalan nafas tidak efektif, gangguan pertukaran gas dan
ansietas. Dalam perawatan pasien dengan tumor paru selama lima hari, belum
terdapat peningkatan atau masalah belum teratasi. Hal ini sesuai dengan teori
Wong (2008), bahwa pasien dengan masalah tumor paru dilakukan perawatan
dirumah sakit untuk meningkatkan energy atau mengurangi ketidakberdayaan,
tidak bisa menyembuhkan dari sel tumor itu sendiri. Dan untuk tindakan
kemoterapi yang akan dilakukan yaitu hanya untuk menghambat pertumbuhan sel
abnormal.
59

BAB 5

PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Merokok merupakan salah satu bentuk perilaku yang ditemui dalam
kehidupan sehari-hari dan dapat dijumpai diberbagai tempat umum. Rokok
memiliki dampak yang dapat membahayakan kesehatan tubuh kita, karena
terdapat kandungan zat kimia yang berbahaya didalam rokok. Dengan
mengkomsumsi rokok dalam kehidupan sehari-hari, maka kita telah memasukkan
bahan-bahan berbahaya tersebut kedalam tubuh kita. Penyakit-penyakit yang
dapat disebabkan oleh rokok antara lain serangan jantung, stroke, penyakit paru
obstruktif kronik (PPOK), emfisema, dan kanker terutama kanker paru-paru,
kanker laring dan mulut, serta kanker pankreas. Selain merokok penyakit saluran
pernapasan dapat juga disebabkan oleh polusi lingkungan kerja.
Dari hasil pengkajian pada pasien Tn. F, penyebab dari Ca Paru-paru yang
dideritanya sekarang adalah dari polusi lingkungan kerja, karena pasien sama
sekali tidak pernah merokok dan bekerja di salah satu pabrik plastik, sejak kurang
lebih 6 tahun yang lalu dan selama bekerja pasien tidak menggunakan Alat
Pelindung Diri (APD) dalam hal ini adalah masker. Faktor yang mempengaruhi
pengetahuan dari seseornag termasuk pengetahuan tentang bahaya JIKA tidak
menggunakan APD saat berada di lingkungan kerja yang berpotensi dapat
mempengaruhi polusi udara. Hal ini menjelaskan bahwa semakin rendahnya
tingkat pengetahuan para buruh pabrik tentang bahaya jika tidak menggunakan
APD (Masker) dapat menyebabkan makin tingginya para pekerja di pabrik-pabrik
untuk terkena penyakit saluran pernapasan.

5.2 Saran
Setelah kita mengetahui penyebab dan cara merawat pasien dengan
penyakit tumor, kita dapat melakukan asuhan keperawatan memberika posisi semi
fowler, mengajarkan batuk efektif, mengajarkan teknik nafas dalam, serta
menganjurkan untuk relaksasi distraksi. Serta memberikan informasi kepada
masyarakat untuk selalu memperhatikan lingkungan dan gaya hidup/ pola hidup

59
60

agar terhindar dari penyakit yang dapat menyebabkan masalah pernafasan dan
terjadi kematian.

60
61

DAFTAR PUSTAKA

Arief, M. (2000). Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: Medica Aeculpalus.

Asmadi. (2008). Teknik Prosedural Keperawatan: Konsep dan Aplikasi


Kebutuhan Dasar Klien. Jakarta : Salemba Medika.

Bulechek, M. G. (2013). Nursing Interventions Classification (NIC) . Indonesia:


Mocomedia.

BIBLIOGRAPHY Chang, R. (2005). Kimia Dasar: Konsep-Konsep Inti Jilid I.


Jakarta: Erlangga.

Hanifah. (2011). Komplikasi dan Pencegahan Demam Berdarah. 2-5.

Hardinegoro, S., Soegijanto, S., & Wuryono, S. S. (2006). Tatalaksana Demam


Berdarah Dengue di Indonesia. 4th ed. Jakarta: Departemen Kesehatan
Republik Indonesia Direktorat Jenderal Pemberantasan Penyakit Menular
dan Penyehatan Lingkungan.

Hidayat. (2009). Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia, Buku I. Jakarta: Salemba


Medika.

Muwarni, A. (2011). Perawatan Pasien Penyakit Dalam. Jilid I. Yogyakarta.

Ngastiyah. (2005). Asuhan Keperawatan Penyakit Dalam. Jakarta: EGC.

Nursalam. (2005). Asuhan Keperawatan Bayi dan Anak. Jakarta : Salemba


Medika.

Potter, P. A., & Perry, A. G. (2005). Buku Ajar Fundamental Keperawatan:


Konsep, Proses, dan Praktik. Edisi 4. Volume 2. Jakarta: EGC.

SDKI, DPP , & PPNI. (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia;


definisi dan indikator diagnostik . Jakarta: DPPPPNI.

Sudoyo, A., Setiyohadi, B., Alwi , I., Simadibrata , M., & Setiati , S. (2009). Buku
Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II edisi V. Jakarta: Interna Publishing

61
62

62

Anda mungkin juga menyukai