Anda di halaman 1dari 33

KASUS 2: ASKEP PASIEN DENGAN CA PARU

Makalah ini disusun guna memenuhi tugas


Keperawatan Menjelang Ajal dan Paliatif Care

Dosen Pembimbing: Ns. Riadinni Alita, S.Kep., M.Kes., M.Kep., Sp.Kep.Mat

Disusun Oleh:

Mentari Elisabeth T. 1710711002


Shafiyyah Al A. 1710711004
Mujahidatul H. 1710711005
Arkianti Putri 1710711019
Ganis Eka M. 1710711024
Hopipah Indah N. 1710711053
Nada Naflah 1710711058
Yahya Syukria 1710711060

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAKARTA

2019
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Di Indonesia terdapat berbagai macam penyakit. Penyakit-penyakit tersebut
dikelompokkan menjadi 2 macam, yaitu penyakit infeksi dan penyakit non infeksi.
Penyakit menular atau penyakit infeksi adalah penyakit yang disebabkan oleh agen
biologi (seperti virus, bakteria atau parasit), bukan disebabkan faktor fisik (seperti
lukabakar) atau kimia (seperti keracunan). Sedangkan penyakit tidak menular adalah
Penyakit yang tidak disebabkan oleh kuman, tetapi disebabkan karena adanya problem
fisiologis atau metabolisme pada jaringan tubuh manusia.Sejak 50 tahun terakhir
ini,kejadian penyakit kanker di dunia semakin mengkhawatirkan. Pertarungan manusia
melawan kanker masih imbang. Pertarungan manusia melawan kanker masih imbang.
Kanker belum benar-benar dapat ditaklukkan oleh. Bahkan, badan kesehatan dunia-WHO
memprediksi bahwa pada tahun 2030 sebanyak 26 juta penduduk dunia akan menderita
kanker dan 17 juta di antaranya diperkirakan meninggal dunia.
Kondisi di Indonesia sendiri tidak lebih baik. Berdasarkan data riskesdas
2007,kanker menduduki peringkat ke-7 sebagai penyebab kematian utama di Indonesia
dengan presentase 5,7%. Ditemukan empat kasus kanker atau tumor setiap seribu
penduduk Indonesia. Banyaknya kasus kanker di Indonesia disebabkan rendahnya
kesadaran (awareness) masyarakat terhadap penyakit kanker serta rendahnya
pengetahuan masyarakat mengenai penyakit kanker.
Kanker paru adalah gangguan yang dapat mempengaruhi organ di dalam paru
atau system pernafasan. Biasanya di sebabkan oleh sel-sel di dalam paru yang abnormal
dan bisa juga berasal dari bagian tubuh yang terkena kanker sehingga menjalar ke organ
yang lain.
Pada  awal  Abad  ke-20,  kanker  paru  menjadi  masalah  global. Kanker paru
merupakan kanker yang paling sering di dunia. Saat ini, 1,2 juta orang meninggal karena
kanker paru-paru setiap tahun dan kejadian global kanker paru-paru semakin meningkat
(Hansen, 2008).
World Health Organisation (WHO) tahun 2007 melaporkan bahwa insidens
penyakit kanker di dunia mencapai 12 juta penduduk dengan PMR 13 %. Di negara maju
seperti Amerika Serikat dan Inggris, kematian akibat kanker menduduki peringkat kedua
setelah penyakit kardiovaskuler. 
Tingginya angka merokok pada masyarakat Indonesia akan menjadikan kanker
paru sebagai salah  satu masalah kesehatan  di Indonesia. Kanker  paru merupakan salah
satu jenis penyakit paru yang memerlukan penanganan dan tindaka yang cepat dan
terarah. Penegakan diagnosis  penyakit  ini membutuhkan ketrampilan  dan sarana yang
tidak sederhana dan memerlukan pendekatan multidisiplin.

B. Tujuan
Umum :
1. Untuk Mengetahui definisi dari kanker Paru
2.  Untuk mengetahui gejala dari ca paru
3. Untuk mengetahui pathogenesis dari ca paru
4. Mengetahui gejala kanker paru-paru
5.  Untuk mengetahui pencegahan dari ca paru
6.  Untuk mengetahui penyebab dari ca paru

Khusus :

1. Mengetahui apa itu kanker paru-paru serta mengetahui terapi diet yang sesuai bagi
penderita kanker
2. Mengetahui bahaya dari kanker paru-paru sehingga kita dapat mencegah penyakit
kanker paru-paru

C. Rumusan masalah
Kanker paru merupakan salah satu masalah utama di bidang kedokteran pada
kurun waktu akhir-akhir ini dan merupakan salah satu tantangan terbesar di bidang
onkologi. Tantangan ini disebabkan oleh naiknya insiden kanker paru yang terus-menerus
terutama pada kebanyakan negara berkembang, termasuk Indonesia, akibat faktor etiologi
makin banyak antara lain makin meningkatnya pemasaran rokok di negara berkembang
hingga diperkirakan akan menimbulkan kenaikan drastis kanker paru di negara tersebut. ,
bukan hanya pada laki laki tetapi juga pada perempuan. Buruknya prognosis penyakit ini
mungkin berkaitan erat dengan jarangnya penderita datang ke dokter ketika penyakitnya
masih berada dalam stadium awal penyakit. Jadi apa saja faktor yang dapat menjadi
penyebab kanker paru selain merokok?
1. Apa itu kanker paru-paru?
2. Factor apa saja yang menjadi penyebab kanker paru-paru?
3. Bagaimana cara pencegahan kanker paru-paru?
4. Apa saja gejala kanker paru-paru?

D. Manfaat

Adapun manfaat yang diperoleh dari penulisan makalah ini,antara lain :


1. Bagi penulis, dapat menambah wawasan dan pengetahuan terutama terkait dengan
gangguan saluran pencernaan (penyakit kanker paru)
2. Bagi fakultas, dapat dijadikan sebagai salah satu syarat pemenuhan nilai mahasiwa/i.
3. Bagi masyarakat, dapat dijadikan pedoman untuk lebih mengetahui gangguan saluran
cerna terutama penyakit kanker paru.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi

kanker adalah istilah umum untuk satu kelompok besar penyakit yang dapat
mempengaruhi setiap bagian dari tubuh. Istilah lain yang digunakan adalah tumor ganas
dan neoplasma. Salah satu fitur mendefinisikan  kanker adalah pertumbuhan sel - sel baru
secara abnormal yang tumbuh melampaui batas normal, dan yang kemudian dapat
menyerang bagian sebelah tubuh dan  menyebar ke organ lain. Sedangkan Kanker paru
adalah jenis kanker yang tumbuh di jaringan paru-paru yang berperan penting dalam proses
pernapasan. Kanker paru-paru berasal dari jaringan tipis paru-paru, pada umumnya berupa
lapisan sel yang terletak pada saluran udara. Dua tipe utama kanker ini adalah kanker paru-
paru sel kecil (SCLC) dan kanker paru-paru non-sel kecil (NSCLC). Tipe-tipe ini
didiagnosa berdasarkan bentuk sel yang terlihat di bawah mikroskop. Lebih dari 80%
kanker paru-paru merupakan tipe kanker paru-paru non-sel kecil. Kanker paru adalah jenis
kanker yang tumbuh di jaringan paru-paru yang berperan penting dalam proses pernapasan.
Kanker paru-paru berasal dari jaringan tipis paru-paru, pada umumnya berupa lapisan sel
yang terletak pada saluran udara. Dua tipe utama kanker ini adalah kanker paru-paru sel
kecil (SCLC) dan kanker paru-paru non-sel kecil (NSCLC). Tipe-tipe ini didiagnosa
berdasarkan bentuk sel yang terlihat di bawah mikroskop. Lebih dari 80% kanker paru-
paru merupakan tipe kanker paru-paru non-sel kecil.

B. Prevalensi
Kanker paru adalah semua penyakit keganasan di paru, mencakup keganasan yang
berasal dari paru sendiri (primer). Dalam pengertian klinik yang dimaksud dengan kanker
paru primer adalah tumor ganas yang berasal dari epitel bronkus (karsinoma
bronkus/bronchogenic carcinoma).Kanker paru merupakan penyebab utama keganasan di
dunia, mencapai hingga 13 persen dari semua diagnosis kanker. Selain itu, kanker paru
juga menyebabkan 1/3 dari seluruh kematian akibat kanker pada laki-laki. Di Amerika
Serikat, diperkirakan terdapat sekitar 213.380 kasus baru pada tahun 2007 dan 160.390
kematian akibat kanker paru pada tahun 2007. Berdasarkan data WHO,Kanker paru
merupakan jenis kanker terbanyak pada laki-laki di Indonesia, dan terbanyak kelima untuk
semua jenis kanker pada perempuan. Kanker paru juga merupakan penyebab kematian
akibat kanker terbanyak pada laki-laki dan kedua terbanyak pada perempuan. Hasil
penelitian berbasis rumah sakit dari 100 RS di Jakarta menunjukkan bahwa kanker paru
merupakan kasus terbanyak pada laki-laki dan nomor 4 terbanyak pada perempuan, dan
merupakan penyebab kematian utama pada laki-laki dan perempuan. Berdasarkan data
hasil pemeriksaan di laboratorium Patologi Anatomik RSUP Persahabatan, lebih dari 50
persen kasus dari semua jenis kanker yang didiagnosa adalah kasus kanker paru. Data
registrasi kanker Rumah Sakit Dharmais tahun 2003-2007 menunjukkan bahwa kanker
trakea, bronkus dan paru merupakan keganasan terbanyak kedua pada pria (13,4%) setelah
kanker nasofaring (13,63%) dan merupakan penyebab kematian akibat kanker terbanyak
pada pria (28,94%).
Insiden kanker paru termasuk rendah pada usia di bawah 40 tahun, namun
meningkat sampai dengan usia 70 tahun. Faktor risiko utama kanker paru adalah merokok.
Secara umum, rokok menyebabkan 80% kasus kanker paru pada laki-laki dan 50% kasus
pada perempuan. Faktor lain adalah kerentanan genetik (genetic susceptibility), polusi
udara, pajanan radon, dan pajanan industri (asbestos, silika, dan lain-lain)

C. Patofisiologi Kanker Paru

Awalnya menyerang percabangan segmen/sub bronkus menyebabkan cilia hilang


dan deskuamasi sehingga terjadi pengendapan karsinogen. Dengan adanya pengendapan
karsinogen maka menyebabkan metaplasia, hyperplasia dan displasia. Bila lesi perifer yang
disebabkan oleh metaplasia, hyperplasia dan displasia menembus ruang pleura, biasanya
timbul efusi pleura, dan bisa diikuti invasi langsung pada kosta dan korpus vertebra. Lesi
yang letaknya sentral berasal dari salah satu cabang bronkus yang terbesar. Lesi ini
menyebabkan obstuksi dan ulserasi bronkus dengan diikuti dengan supurasi di bagian
distal. Gejala-gejala yang timbul dapat berupa batuk, hemoptysis, dispneu, demam, dan
dingin. Wheezing unilateral dapat terdengan pada auskultasi. Pada stadium lanjut,
penurunan berat badan biasanya menunjukkan adanya metastase, khususnya pada hati.
Kanker paru dapat bermetastase ke struktur-struktur terdekat seperti kelenjar limfe, dinding
esofagus, pericardium, otak, dan tulang rangka (Arisandi, 2008).

D. Pemeriksaan Penunjang
 Pemeriksaan Labratorium
Darah rutin: Hb, Leukosit, Trombosit, fungsi hati, fungsi ginjal.
 Pemeriksaan Pencitraan
1. Foto toraks AP/lateral merupakan pemeriksaan awal untuk menilai pasien dengan
kecurigaan terkena kanker paru.Berdasarkan hasil pemeriksaan ini, lokasi lesi dan
tindakanselanjutnya termasuk prosedur diagnosis penunjang dan penanganan dapat
ditentukan. Jika pada foto toraks ditemukan lesi yang dicurigai sebagai keganasan,
maka pemeriksaan CT scan toraks wajib dilakukan untuk mengevaluasi lesi tersebut.
2. CT scan toraks dengan kontras merupakan pemeriksaan yang penting untuk
mendiagnosa dan menentukan stadium penyakit, dan menentukan segmen paru yang
terlibat secara tepat. CT scan toraks dapat diperluas hingga kelenjar adrenal untuk
menilai kemungkinan metastasis hingga regio tersebut.
3. CT scan kepala dengan kontras diindikasikan bila penderita mengeluh nyeri kepala
hebat untuk menilai kemungkinan adanya metastasis ke otak.
4. USG abdomen dilakukan untuk menilai kemungkinan metastasi
5. Bone Scan dilakukan untuk mendeteksi metastasi ke tulang-tulang. Bone survey
dilakukan jika fasilitas bone scan tidak ada.
6. PET-scan dapat dilakukan untuk menilai hasil pengobatan

 Pemeriksaan Khusus
1. Bronkoskopi adalah prosedur utama untuk mendiagnosa kanker paru. Prosedur ini
dapat membantu menentukan lokasi lesi primer, pertumbuhan tumor intraluminal
dan mendapatkan spesimen untuk sitologi dan biopsi, sehingga diagnosa dan
stadium kanker paru dapat ditentukan. Salah satu metode terkini adalah bronkoskopi
fleksibel yang dapat menilai paru hingga sebagian besar bronkus derajat ke-empat,
dan kadang hingga derajat ke-enam. Spesimen untuk menghasilkan pemeriksaan
sitologi dan histopatologi didapat melalui bilasan bronkus, sikatan bronkus dan
biopsi bronkus. Prosedur ini dapat memberikan hingga >90% diagnosa kanker paru
dengan tepat, terutama kanker paru dengan lesi pada regio sentral. Kontraindikasi
prosedur bronkoskopi ini adalah hipertensi pulmoner berat, instabilitas
kardiovaskular, hipoksemia refrakter akibat pemberian oksigen tambahan,
perdarahan yang tidak dapat berhenti, dan hiperkapnia akut. Komplikasi yang dapat
terjadi adalah pneumotoraks dan perdarahan.
2. Bila tersedia, pemeriksaan Endobrachial Ultrasound (EBUS) dapat dilakukan untuk
membantu menilai kelenjar getah bening mediastinal, hilus, intrapulmoner juga
untuk penilaian lesi perifer dan saluran pernapasan, serta mendapatkan jaringan
sitologi dan histopatologi pada kelenjar getah bening yang terlihat pada CT-scan
toraks maupun PET CT-scan.

3. Biopsi Biopsi transtorakal (transthoracal biopsy-TTB), merupakan tindakan biopsi


paru transtorakal, tanpa tuntunan radiologis (blinded TTB) maupun dengan tuntunan
USG (USG-guided TTB) atau CT-scan toraks (CT-guided TTB), untuk mendapatkan
sitologi atau histopatologi kanker paru.
4. Tindakan biopsi lain, seperti aspirasi jarum halus kelenjar untuk pembesaran
kelenjar getah bening, maupun biopsi pleura dapat dilakukan bila diperlukan.

 Pemeriksaan Lainnya
1. Pleuroscopy dilakukan untuk melihat masalah intrapleura dan menghasilkan
spesimen intrapleura untuk mendeteksi adanya sel ganas pada cairan pleura yang
dapat merubah stadium dan tatalaksana pasien kanker paru. Jika hasil sitologi
tidak menunjukkan adanya sel ganas, maka penilaian ulang atau CT scan toraks
dianjurkan.
2. Mediastinoskopi dengan VATS kadang dilakukan untuk mendapatkan specimen,
terutama penilaian kelenjar getah ening mediastinal.
3. Torakotomi eksplorasi dilakukan sebagai modalitas terakhir, jika dengan semua
modalitas lainnya tidak ditemukan sel ganas.
 Rekomendasi Skrining
Pemeriksaan low-dose CT-Scan dilakukan pada pasien risiko tinggi yaitu pasien
berusia > 40 tahun dengan riwayat merokok ≥30 tahun dan berhenti merokok dalam
kurun waktu 15 tahun sebelum pemeriksaan atau pasien berusia ≥50 tahun dengan
riwayat merokok ≥20 tahun dan adanya minimal satu faktor risiko lainnya
.Pemeriksaan low-dose CT Scan untuk skrining kanker paru setiap tahun selama 3
tahun. Pemeriksaan ini tidak dilakukan pada pasien dengan komorbiditas berat
lainnya dan dapat mengurangi mortalitas akibat kanker paru hingga 20%.Pemeriksaan
low-dose CT Scan tidak direkomendasikan pada pasien yang tidak memenuhi kriteria
“kelompok risiko tinggi”. Selain itu, pemeriksaan ini juga tidak disarankan pada
pasien yang tidak dapat menjalani terapi kanker paru akibat keterbatasan biaya atau
memiliki kondisi kesehatan yang tidak memungkinkan.

E. Peran dan Fungsi Perawat Paliatif


Dalam menjalankan peran dan fungsi perawat dalam palliative care, perawat
harus menghargai hak-hak pasien dalam menentukan pilihan, memberikan kenyamanan
pasien dan pasien merasa bermartabat yang sudah tercermin di dalam rencana asuhan
keperawatan. Perawat memiliki tanggung jawab mendasar untuk mengontrol gejala
dengan mengurangi penderitaan dan support yang efektif sesuai kebutuhan pasien. Peran
perawat sebagai pemberi layanan palliative care harus didasarkan pada kompetensi
perawat yang sesuai kode etik keperawatan. Hal-hal yang berkaitan dengan pasien harus
dikomunikasikan oleh perawat kepada pasien dan keluarga yang merupakan standar
asuhan keperawatan yang profesional. Menurut American Nure Association Scope And
Standard Practice dalam (Margaret, 2013) peraway yang terintegrasi harus mampu
berkomunikasi dengan pasien, keluarga dan tenaga kesehatan lainnya mengenai
perawatan pasien dan ikut berperan serta dalam penyediaan perawatan tersebut dengan
berkolaborasi dalam membuat rencana yang berfokus pada hasil dan keputusan yang
berhubungan dengan perawatan dan pelayanan mengindikasikan komunikasi dengan
pasien, keluarga dan yang lainnya.
 Dapat menerapkan pengetahuan dan keterampilan dalam memberikan asuhan
keperawatan.
 Menetapkan proritas asuhan keperawatan, mengelola waktu secara efektif dan saran-
saran untuk meningkatkan kualitas hidup.
 Sebagai narasumber/konselor bagi pasien, keluarga dan komunittas dalam
menghadapi perubahan kesehatan, ketidakmampuan dan kematian.
 Sebagai komunikator yang terapeutik dan pendengar yang baik dalam memberikan
dukungan dan perhatian
 Membantu pasien tetap independent sesuai kemampuan mereka sehingga
kenyamanan terpenuhi, serta meningkatkan mutu hidup.

F. Peran Perawat Yang Dapat Diberikan


Bantuan emosional
1) Fase denial
Perawat perlu waspada terhadap isyarat pasien dengan denial dengan cara
menanyakan tentang kondisinya atau prognosisnya dan pasien dapat mengekspresikan
perasaan-perasaannya.
2) Fase marah
Biasanya pasien akan merasa berdosa telah mengekspresikan perasaannya yang
marah. Perawat perlu membantunya agar mengerti bahwa masih merupakan hal yang
normal dalam merespon perasaan kehilangan menjelang kematian. Akan lebih baik bila
kemarahan ditujukan kepada perawat sebagai orang yang dapat dipercaya, memberikan
rasa aman dan akan menerima kemarahan tersebut, serta meneruskan asuhan sehingga
membantu pasien dalam menumbuhkan rasa aman.
3) Fase tawar-menawar
Pada fase ini perawat perlu mendengarkan segala keluhan pasien dan mendorong
pasien untuk dapat berbicara karena akan mengurangi rasa bersalah dan takut yang tidak
masuk akal.
4) Fase depresi
Pada fase ini perawat selalu hadir di dekatnya dan mendengarkan apa yang
dikeluhkan oleh pasien. Akan lebih baik jika berkomunikasi secara nonverbal yaitu
duduk dengan tenang disampingnya dan mengamati reaksi-reaksi nonverbal dari pasien
sehingga menumbuhkan rasa aman bagi pasien.
5) Fase penerimaan
Fase ini ditandai pasien dengan perasaan tenang, damai. Kepada keluarga dan
teman-temannya dibutuhkan pengertian bahwa pasien telah menerima keadaannya dan
perlu dilibatkan seoptimal mungkin dalam program pengobatan dan mampu untuk
menolong dirinya sendiri sebatas kemampuannya
BAB III
PEMBAHASAN

A. Analisa Kasus
Kasus

Hasil pengkajian seorang pada seorang laki laki usia 65 tahun , pekerjaan pedagang,
dirawat di ruang Ruang perawatan sebuah rumah sakit dengan CA paru Stadium 4 ,K/U CM ,
terpasang O.2 4 liter sesak nafas napas, batuk darah sejak 6 bulan yang lalu , Penurunan berat
badan dari 67 menjadi 45 kg selama 6 bulan , TB 163 CM , cepat lelah, terpasang NGT, sulit
menelan, tdk mau makan , nyeri , skla nyeri 8 , TD. 119/ 60 MMHg, Nd: 67 X menit , R. 30 X
menit . klien merasa cemas dan takut dengan penyakitnya . Riwayat perokok berat seja usia 14
tahun.

Data tambahan:

Pernapasan cuping hidung, Pengkajian nyeri P: adanya tumor ganas di paru-paru, Q:


terasa seperti tumpul dan berat, R: di dada, S: skala 8, T: hampir setiap saat, ekspresi wajah
meringis, IMT 16,93 (↓), mukosa pucat dan bibir kering.

Data Fokus

Data objektif Data subjektif


 CA Paru stadium 4  Klien mengatakan pekerjaannya
 K/U cm sebagai pedagang
 Terpasang oksigen 4 liter  Keluarga klien mengatakan sudah
 Tampak sesak napas batuk berdarah sejak 6 bulan yang lalu

 Batuk darah  Klien mengatkan BB 6 bulan yang

 Berat badan 45kg lalu adalah 67 kg

 Tinggi badan 163 cm  Klien mengatakan sulit menelan


 Tampak lelah  Klien mengatakan nyeri
 Terpasang NGT  Klien mengatakan bahwa ia perokok
 TD 119/60 mmHg berat sejak berusia 14 tahun
 Nadi 67x/menit
 RR 30 x/menit
 Tampak cemas dan ketakutan
 Sulit menelan
 Tampak Tidak mau makan
 Skala nyeri 8
 Tampak nyeri
Data tambahan:
 Pernapasan cuping hidung
 Pengkajian nyeri
P: adanya tumor ganas di paru-paru
Q: terasa seperti tumpul dan berat
R: di dada
S: skala 8
T: hampir setiap saat
 Ekspresi wajah meringis
 IMT 16,93 (↓)
 Mukosa pucat dan bibir kering

Analisa Data

No Data Fokus Masalah Etiologi


.
1. DS: Ketidakefektifan Pola Hiperventilasi
 Klien mengatakan bahwa ia Napas
perokok berat sejak berusia 14
tahun
DO:
 RR 30x/menit (takipneu)
 Terpasang oksigen 4 liter (nasal
kanul)
 Tampak sesak napas
 Diagnose medis: Ca Paru
stadium 4
DT:
 Pernapasan cuping hidung
2. DS: Nyeri Akut Agen Pencedera (CA
 Klien mengatakan nyeri Paru)
 Pengkajian nyeri
P: adanya tumor ganas di paru-
paru
Q: terasa seperti tumpul dan
berat
R: di dada
S: skala 8
T: hampir setiap saat
DO:
 TD 119/60 mmHg
 Tampak nyeri
 Nadi 67x/menit
 RR 30 x/menit
 Tampak lelah
 CA Paru stadium 4
 Pasien tampak tidak mau makan

DT :
 Ekspresi wajah meringis
3. DS : Ketidakseimbangan Asupan diet kurang
 Klien mengatkan BB 6 bulan Nutrisi : Kurang dari
yang lalu adalah 67 kg kebutuhan
 Klien mengatakan sulit menelan

DO :
 Tampak tidak mau makan
 Terpasang NGT
 Berat badan 45kg
 Tinggi badan 163 cm

DT :
 IMT 16,93 (↓)
 Mukosa pucat dan bibir kering

Rencana tindakan keperawatan

DIAGNOSA
NO NOC NIC
KEPERAWATAN
1. Ketidakefektifan Tujuan: 3140. Manajemen Jalan nafas
pola napas (00032) Setelah dilakukan perawatan 1. Posisikan klien untuk
berhubungan dengan 2x24 jam status pola nafas klien memaksimalkan ventilasi
hiperventilasi efektif 2. Motivasi pasien untuk bernafas
Kriteria Hasil: Status dalam dan pelan
Pernafasan 3. Monitor status pernafasan dan
1. Frekuensi pernafasan oksigenasi sebagaimana
dari skala 1 mestinya
menjadi skala 5 3320. Terapi Oksigen
2. Saturasi oksigen dari skala 7. Bersihkan mulut hidung dan
1 menjadi skala 4 sekresi trakea dengan tepat
3. Suara auskultasi nafas
8. Pertahankan kepatenan jalan
dari skala 1
nafas
menjadi skala 4
9. Siapkan peralatan oksigen dan
4. Irama pernafasan dari skala
1 menjadi berikan melalui sistem
skala 5 humidifier
10. Berikan oksigen tambahan
seperti yang diperintahkan
11. Monitor alat pemberian oksigen
12. Monitor efektifitas terapi
oksigen dengan tepat
2. Nyeri akut Tujuan: Pemberian analgesic
berhubungan dengan Setelah dilakukan perawatan1. Periksa aturan pemakaian obat,
Agen Pencedera (CA 2x24 jam nyeri klien berkurang dosis, frekuensi resep analgesic
Paru). Kriteria Hasil: Pengendalian2. Periksa pengalaman alergi obat
nyeri 3. Monitor tanda vital sebelum dan
1. Mengenal sesudah pemberian obat
serangan nyeri (kondisi analgesic dosis pertama
yang dialami pasien /4. Lakukan tindakan untuk
peningkatan yang menurangi efek samping
diharapkan) analgesic
2. Menggunakan 5. Ajarkan cara menggunakan
diary sebagai pemantau analgesic, strategi mengurangi
gejala setiap waktu efek samping, dan harapan untuk
(kondisi yang dialami melibatkan ketegasan untuk
pasien / peningkatan yang meringankan nyeri.
diharapkan) 6. Berkolaborasi dengan dokter jika
1. Menggunakan analgesic sesual obat, dosis, rute pemberian atau
anjuran interval penggantian
2. Menggunakan non analgesic terindikasi,membuat
Kriteria hasil: Tingkat nyeri rekomendasi mendasar yang
1. Lamanya episode nyeri spesifik pada prinsip
(kondisi yang dialami pasien / ekuianalgesik
peningkatan yang diharapkan) Manajemen nyeri
2. Ekpresi wajah terhadap nyeri 1. Melakukan pengkajian
3. Tekanan otot komprehensif terhadap nyeri
4. Kehilangan nafsu makan termasuk lokasi, karakteristik,
durasi, frekuensi, kualitas,
intensitas atau keparahan nyeri
dan factor penyebab
2. Mengamati tindakan nonverbal
dari ketidaknyamanan
3. Menjamin perhatian pasien
terhadap penggunaan analgesic
4. Menggunakan strategi
komunikasi terapeutik untuk
mengetahui pengelaman nyeri
dan menyampaikan penerimaan
respon pasien terhadap nyeri

3. Ketidakseimbanga Tujuan: Manajemen nutrisi


n Nutrisi : Kurang Setelah dilakukan perawatan1. Tentukan status nutrisi pasien
dari kebutuhan 2x24 jam nutrisi klien stabil dan kemampuan untuk
berhubungan dengan Kriteria hasil: Peningkatan memenuhi kebutuhan nutrisi
asupan diet kurang status nutrisi 2. Ketahui makanan alergi pasien
1. Toleransi makanan (kondisi dan intoleransi
yang dialami pasien / 3. Tentukan pilihan makanan
peningkatan yang pasien
diharapkan) 4. Bantu pasien untuk menetukan
2. Berat badan petunjuk atau pyramid makanan
3. Serum albumin 5. Tentukan jumlah kalori dan tipe
4. Intek nutrisi nutrisi yang dibutuhkan
6. Mengatur diet jika dibutuhkan
7. Bantu pasien membuka
bungkusan makanan, memotong
makanan, dan makan jika
diperlukan
8. Menawarkan nutrisi dengan
makanan berat
9. Monitor kalori dan intek
makanan
10. Monitor kecendrungan
penurunan berat badan dan
penambahan berat
Memantau gizi
1. Berat pasien
2. Monitor turgor kulit dan
mobilitas pasien
3. Tentukan pola makan
4. Pantau kepucatan, kemerahan
dan selaput konjungtiva kering
B. Konsep Psikososial
1. Definisi Psikososial

Psikososial adalah suatu kondisi yang terjadi pada individu yang mencakup aspek
psikis dan sosial atau sebaliknya. Psikososial menunjuk pada hubungan yang dinamis antara
faktor psikis dan sosial, yang saling berinteraksi dan memengaruhi satu sama lain.
Psikososial sendiri berasal dari kata psiko dan sosial. Kata psiko mengacu pada aspek
psikologis dari individu (pikiran, perasaan dan perilaku) sedangkan sosial mengacu pada
hubungan eksternal individu dengan orang-orang di sekitarnya (Pusat Krisis Fakultas
Psikologi UI). Istilah psikososial berarti menyinggung relasi sosial yang mencakup faktor-
faktor psikologis (Chaplin, 2011).

Masalah-masalah psikososial menurut (Nanda, 2012) yaitu :

a. Berduka
b. Keputusasaan
c. Ansietas
d. Ketidakberdayaan
e. Risiko penyimpangan perilaku sehat
f. Gangguan citra tubuh
g. Koping tidak efektif
h. Koping keluarga tidak efektif
i. Sindroma post trauma
j. Penampilan peran tidak efektif
k. HDR situasional

Kasus

Hasil pengkajian seorang pada seorang laki laki usia 65 tahun , pekerjaan pedagang,
dirawat di ruang Ruang perawatan sebuah rumah sakit dengan CA paru Stadium 4 ,K/U
CM , terpasang O.2 4 liter sesak nafas napas, batuk darah sejak 6 bulan yang lalu ,
Penurunan berat badan dari 67 menjadi 45 kg selama 6 bulan , TB 163 CM , cepat lelah,
terpasang NGT, sulit menelan, tdk mau makan , nyeri , skla nyeri 8 , TD. 119/ 60 MMHg,
Nd: 67 X menit , R. 30 X menit, tampak cemas. klien merasa cemas dan takut dengan
penyakitnya . Riwayat perokok berat seja usia 14 tahun. Pernapasan cuping hidung,
Pengkajian nyeri P: adanya tumor ganas di paru-paru, Q: terasa seperti tumpul dan berat, R:
di dada, S: skala 8, T: hampir setiap saat, ekspresi wajah meringis, IMT 16,93 (↓), mukosa
pucat dan bibir kering. Pasien mengatakan cemas dan nyeri. Pasien mengatakan cemas kalua
dia sakit siapa yang akan mencari nafkah, terutama istrinya hanyalah buruh cuci dan anak-
anaknya masih sekolah. Pasien juga mengatakan peran dia sebagai seorang ayah dan sebagai
pencari nafkah akan terganggu. Pasien mengatakan biaya hidup keluarga bergantung kepada
penghasilan pasien sebagai pedagang, gaji istrinya pun tidak mampu mencukup kebutuhan
rumah sehari-hari.

Analisa data

Diagnosa
No. Data Fokus Keperawatan Etiologi
Psikososial
1. DS: Ansietas Ancaman pada
1. Pasien mengatakan cemas dan status kesehatan
nyeri. Pasien mengatakan cemas terkini (CA Paru
kalau dia sakit siapa yang akan stadium 4) ditandai
mencari nafkah, terutama dengan adanya nyeri
istrinya hanyalah buruh cuci dan
anak-anaknya masih sekolah.
2. Pasien juga mengatakan peran
dia sebagai seorang ayah dan
sebagai pencari nafkah akan
terganggu.
3. Pasien mengatakan biaya hidup
keluarga bergantung kepada
penghasilan pasien sebagai
pedagang, gaji istrinya pun tidak
mampu mencukup kebutuhan
rumah sehari-hari.
DO:
1. Pasien tampak cemas.

Kecemasan adalah kekhawatiran yang tidak jelas dan menyebar, yang berkaitan
dengan perasaan tidak pasti dan tidak berdaya. Keadaan emosi ini tidak memiliki objek yang
spesifik. Ansietas dialami secara subjektif dan dikomunikasikan secara interpersonal.
Ansietas berbeda dengan rasa takut yang merupakan penilaian intelektual terhadap sesuatu
yang berbahaya. Ansietas adalah respon emosional terhadap penilaian tersebut yang
penyebabnya tidak diketahui. Sedangkan rasa takut mempunyai penyebab yang jelas dan
dapat dipahami (Stuart, 2007).

Ansietas adalah perasaan takut yang tidak jelas dan tidak didukung oleh situasi.
Ketika merasa cemas, individu merasa cemas, individu merasa tidak nyaman atau takut atau
mungkin memiliki firasat akan ditimpa malapetaka padahal ia tidak mengerti mengapa emosi
yang mengancam tersebut terjadi. Tidak ada objek yang dapat diidentifikasi sebagai stimulus
ansietas. Ansietas merupakan alat peringatan internal yang memberikan tanda bahaya kepada
individu (Viedebeck, 2008).

Kecemasan adalah perasaan tidak nyaman atau kekhawatiran yang sama disertai
respon autonom (sumber sering kali tidak spesifik atau tidak diketahui oleh individu),
perasaan takut yang disebabkan oleh antisipasi terhadap bahaya. Hal ini merupakan isyarat
kewaspadaan yang memperingatkan individu akan adanya bahaya dan memampukan
individu untuk bertindak menghadapi ancaman (Nurarif & Kusuma, 2013).

Penyebab kecemasan menurut (Nurarif & Kusuma, 2013) yaitu :

1) Perubahan dalam (status ekonomi, lingkungan, status kesehatan, pola interaksi, fungsi
peran, status peran)
2) Pemajanan toksin
3) Terkait keluarga
4) Herediter
5) Krisis maturasi, krisis situasional
6) Stres, ancaman kematian
7) Penyalahgunaan zat
8) Ancaman pada (status ekonomi, lingkungan, status kesehatan, pola interaksi, fungsi
peran, status peran, konsep diri)

Gejala-gejala kecemasan menurut (Nurarif & Kusuma,2013) yaitu :

1) Gejala perilaku dari kecemasan yaitu : penurunan produktivitas, gelisah, kontak mata
yang buruk, mengekspresikan kekawatiran karena perubahan dalam peristiwa hidup.
2) Gejala afektif dari kecemasan yaitu : gelisah, distres, kesedihan yang mendalam,
ketakutan, perasaan tidak adekuat, berfokus pada diri sendiri, peningkatan kewaspadaan,
iritabilitas, gugup senang berlebihan, rasa nyeri yang meningkatkan ketidakberdayaan,
peningkatan rasa ketidakberdayaan yang persisten, bingung, menyesal, ragu/tidak
percaya diri dan khawatir.
3) Gejala fisiologis dari kecemasan yaitu : wajah tenang, tremor tangan, peningkatan
keringat, peningkatan ketegangan, gemetar, tremor, suara bergetar.
4) Gejala simpatik dari kecemasan yaitu : anoreksia, eksitasi kardiovaskular, diare, mulut
kering, wajah merah, jantung berdebardebar, peningkatan tekanan darah, peningkatan
denyut nadi, peningkatan reflek, peningkatan frekuensi pernapasan, pupil melebar,
kesulitan bernafas, vasokontriksi superfisial, lemah dan kedutan pada otot.
5) Gejala parasimpatik dari kecemasan yaitu : nyeri abdomen, penurunan tekanan darah,
penurunan denyut nadi, diare, mual, vertigo, letih, gangguan tidur, kesemutan pada
extremitas, sering berkemih, anyanganyangan, dorongan segera berkemih.
6) Gejala kognitif dari kecemasan yaitu : menyadari gejala fisiologis, bloking fikiran,
konfusi, penurunan lapang persepsi, kesulitan berkonsentrasi, penurunan kemampuan
untuk belajar, penurunan kemampuan untuk memecahkan masalah, ketakutan terhadap
konsekuensi yang tidak spesifik, lupa, gangguan perhatian, khawatir, melamun,
cenderung menyalahkan orang lain.
Rencana Tindakan Keperawatan

No Diagnosa
Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
. Keperawatan
1. Ansietas b.d Setelah dilakukan perawatan NIC: Pengurangan Kecemasan
ancaman pada status 3x24 klien sedikit atau tidak 1. Gunakan pendekatan yang
kesehatan terkini menunjukkan tanda ansietas, tenang dan meyakinkan.
(CA Paru stadium dengan kriteria hasil: 2. Jelaskan penyebab nyeri yang
4) d.d adanya nyeri NOC: Tingkat Kecemasan dialami
1. Pasien tidak 3. Berikan informasi faktual
mengungkapkan adanya terkait diagnosis, perawatan dan
perasaan gelisah prognosis.
2. Tidak ada rasa cemas 4. Instruksikan klien untuk
yang disampaikan secara menggunakan tekhnik relaksasi
lisan 5. Kolaborasi penggunaan obat-
3. Tidak ada peningkatan obatan untuk mengurangi
frekuensi nadi kecemasan secara tepat
4. Tidak ada gangguan tidur
yang dialami pasien NIC: Monitor Tanda-Tanda
Vital
1. Monitor tekanan darah, nadi,
suhu, dan status pernafasan
dengan tepat.
2. Monitor irama dan tekanan
jantung
3. Monitor nada jantung.
4. Monitor irama dan laju
pernafasan.
5. Identifikasi kemungkinan
penyebab perubahan tanda-tanda
vital
BAB IV

PENUTUP

A. Simpulan
Kanker paru-paru adalah pertumbuhan sel kanker yang tidak terkendali dalam
jaringan paru. Patogenesis kanker paru belum benar-benar dipahami. Sepertinya sel
mukosal bronkial mengalami perubahan metaplastik sebagai respon terhadap paparan
kronis dari partikel yang terhirup dan melukai paru. Sebagai respon dari luka selular,
proses reaksi dan radang akan berevolusi. Sel basal mukosal akan
mengalami proliferasi dan terdeferensiasi menjadi sel goblet yang mensekresi mukus.

Penyebab kematian utama akibat kanker pada laki-laki dan wanita yang sering
kali disebabkan oleh merokok. yang sering kali di sebabkan oleh merokok. Karena tidak
ada penyembuhan dari kanker, penekanan utama adalah pada pencegahan misalnya
dengan berhenti merokok karena perokok mempunyai peluang 10 kali lebih besar untuk
mengalami kanker paru di bandingkan dengan yang tidak merokok.

Kanker paru dapat menimbulkan berbagai gejala klinis  dan sindrom  yang


cukup  beragam, tergantung  dari iokasi,  ukuran, substansi  yang dikeluarkan oleh tumor
dan metastasis ke organ yang dikenai.Ada banyak gejala yang dari penyakit ini, gejala
paling umum yang ditemui pada penderita kanker paru adalah Batuk yang terus menerus
atau menjadi hebat, dahak berdarah, berubah warna dan makin banyak, napas sesak dan
pendek-pendek, sakit kepala, nyeri atau retak tulang dengan sebab yang tidak jelas,
kehilangan selara makan atau turunnya berat badan tanpa sebab yang jelas.Kemoterapi,
pembedahan dan radioterapi merupakan tindakan yang dapat dilakukan sebagai bentuk
pengendalian dari kanker paru

B. Saran
1) hindari rokok untuk menghindari resiko lebih besar terkena penyakit kanker paru-
paru
2) ubah pola makan menjadi pola makan gizi seimbang
3) lakukan pengecekan terhadap kondisi badan apabila ada gejala tentang kanker paru-
paru
4) hindari faktor-faktor pemicu yang dapat menyebabkan kanker paru-paru
5) menjaga BB dan lakukanlah aktifitas fisik secara rutin
NASKAH ROLEPLAY

MENYAMPAIKAN BERITA BURUK

ADEGAN 1
Setting Tempat : Nurse Station Ruang Melati RS UPNVJ

Pada suatu hari di ruang Melati rumah sakit UPNVJ terdapat seorang laki-laki bernama
Tn. Yahya berusia 65 tahun. Dokter mendiagnosis menderita penyakit Ca paru.
Kemudian tenaga kesehatan akan menyampaikan informasi mengenai perkembangan
penyakit bapak Yahya.

Dokter : “Selamat pagi sus.”


Perawat 1 : “Iya, selamat pagi dok.”
Dokter : “Bagaimana kabarnya hari ini?”
Perawat 1 : “Baik dok.”
Dokter : “Sus saya mau bertanya bagaimana perkembangan keadaan Tn.Yahya?”
Perawat 1 : “Ini dok hasil pemeriksaan CT Scan thoraks Tn. Yahya setelah mejalani
kemoterapi yang keempat kemarin.”
Dokter : “Emmmm. Sel tumornya semakin menyebar ya, kalau begitu tolong
jadwalkan untuk pemeriksaan PET-Scan pada hari kamis ya. Tolong
informasikan kepada pihak keluarga pasien, terkait kondisi pasien.”
Perawat 1 : “Iya baik dok.”

Kemudian perawat memanggil pihak keluarga pasien untuk memberikan informasi dan
persetujuan untuk dilakukan PET-scan.

ADEGAN 2
Setting Tempat : Kamar Klien Tn. Yahya

Perawat 2 : “Selamat pagi bu, pak... dengan keluarga Tn. Yahya?”


Istri Pasien : “Iya benar sus, saya istrinya Tn. Yahya.”
Anak Pasien : “Ada perlu apa sus?”
Perawat 2 : “Ibu dan anak ibu bisa ke ruang perawat sekarang? Ada informasi
perkembangan yang ingin disampaikan oleh perawat.”
Istri Pasien : “Iya sus sebentar lagi kami kesana.”
Perawat 2 : “Baik bu, terimakasih. Saya permisi dulu.”
Anak Pasien : “Pak, ibu dan panji ke ruangan perawat sebentar ya?”
Pasien : “Iya nak Jangan lama-lama ya?” (dengan keadaan sesak)

Kemudian anak dan istri pasien pergi ke nurse station untuk menemui perawat.

ADEGAN 3
Setting Tempat : Nurse Station Ruang Melati RS UPNVJ

Istri Pasien : “Pagi sus, bagaimana perkembangan suami saya?”


Perawat 1 : “Baik bu, duduk dulu sebentar semuanya akan disampaikan oleh dokter.”

Perawat mengarahkan keluarga untuk menemui dokter.

Dokter : ”Selamat pagi bu, pak. Bagaimana keadaan hari ini?”


Istri dan Anak : “Baik dok.”
Dokter : “Benar dengan keluarga Tn. Yahya?”
Istri Pasien : ”Iya benar dok saya ibunya, dan ini anaknya.”
Dokter : “Begini bu. Saya ingin menyampaikan beberapa hal mengenai penyakit
Tn. Yahya. Dari hasil pemeriksaan lab yang sudah dilakukan, menunjukan
tumor paru-paru sudah menyebar ke organ lain. Kami mencurigai suami
ibu sudah memasuki stadium 4. Untuk hasil lebih lanjut kita akan
melakukan tes Namanya PET-CT Scan.”
Istri Pasien : “Itu pemeriksaan apa ya, Dok? Jika suami saya sudah stadium 4 tersebut
apa masih ada peluang untuk sembuh?”
Dokter : “PET-CT Scan itu tujuannya untuk memperlihatkan lokasi sel kanker
yang aktif. Pemeriksaan ini juga bisa mendeteksi penyebarannya dan dapat
mengetahui kearah mana penyebarannya. Mengenai penyakit ini
kemungkinan untuk sembuh, mohon maaf sudah tidak ada bu.”
Istri Pasien : “Bagaimana, Dok? Padahal suami saya sudah sering melakukan
kemoterapi.”
Dokter : “Ibu tujuan dari kemoterapi itu hanya untuk menghambat penyebaran
tumornya, bukan untuk penyembuhan total. Tetapi karena kondisi
kekebalan tubuh suami ibu tidak baik, penyebaran tumor akan mudah,
alhasil meskipun sudah melakukan kemoterapi tetap penyebaran tidak bisa
dicegah.”
Istri Pasien : “Lalu saya harus bagaimana, Dok? Apa tidak ada acara lain?”
Anak Pasien : “Iya, Dok gimana ayah saya?”
Perawat 1 : “Seperti yang tadi sudah dokter jelaskan. Kita akan melakukan
pemeriksaan PET-CT Scan, untuk memastikan apakah sudah stadium 4.
Apakah ibu bersedia?”
Istri Pasien : “Baik, Sus saya bersedia, apapun demi suami saya.”
Anak Pasien : “Iya, Sus. tolong lakukan yang terbaik.”

ADEGAN 4
Setting Tempat : Ruang Dokter

Perawat 2 : “Sore dok, saya mau memberi tahu mengenai persetujuan keluarga Tn.
Yahya untuk dilakukannya PET-CT Scan. Istri pasien sudah
menyetujuinya dok.”
Dokter : “Yasudah sus tolong hubungi bagian radiologi untuk dibuatkan jadwal
pemeriksaannya ya.”
Perawat 2 : “Baik dok.”

Selanjutnya, perawat melaporkan ke bagian radiologi untuk dibuatkan jadwal mengenai


pemeriksaan PET-CT Scan pada Tn. Yahya.

ADEGAN 5
Setting Tempat : Nurse Station

Perawat 2 : “Halo, Selamat pagi, Pak dari Ruang Melati dengan perawat 1
ingin dibuatkan jadwal untuk pemeriksaan PET-CT Scan atas nama
Tn. Yahya dengan tanggal lahir 11 November 1954.”
Pihak Radiologi : “Baik, Kak. Tanggal apa dan jam berapa, Kak?”
Perawat 2 : “Hari Kamis tangal 02 September 2019, jam 10 pagi ya.”
Pihak Radiologi : “Baik, Sudah saya buatkan ya, Kak.”
Perawat 2 : “Terimakasih.”
Pihak Radiologi : “Ya, sama-sama.”

Keesokkan harinya setelah pemeriksaan PET-CT Scan, perawat dan dokter akan
menyampaikan hasil pemeriksaan PET-CT Scan kepada Tn. Yahya.

ADEGAN 6
Setting Tempat : Kamar Klien Tn. Yahya

Perawat 1 : “Selamat pagi pak? gimana kondisinya pak hari ini?”


Pasien : “Pagi juga suster, saya masih terasa nyeri suster di bagian dada dan
masih lemas sus.”
Perawat 1 : “Baik pak, sering-sering dilakukan relaksasi nafas dalam saja ya pak.”
Perawat 2 : ”Hari ini siapa yang menunggu pak? Kok sendirian?”
Pasien : “Oh iya, istri saya sedang ke luar membeli makan sus.”
Perawat 2 : “Baiklah kalau gitu. Nah bapak, kedatangan kami dan dokter kesini mau
memberitahukan hasil pemeriksaan yang kemarin dilakukan.”
Pasien : “Bagaimana dok hasilnya?”
Dokter : “Dari hasil pemeriksaan kemarin hasilnya bahwa kanker paru yang sudah
bapak alami sudah memasuki fase stadium 4.”
Pasien : (pasien syok) “Memangnya sudah seberapa parah Dok kalau stadium 4
itu?”
Dokter : “Jadi begini, penyebaran kanker bapak sudah menyebar ke organ lain
karena ternyata kekebalan tubuh bapak tidak baik. Jadi penyebarannya
cepat.”
Pasien : “Ada kemungkinan sembuh Dok?”
Dokter : “Mengenai itu kemungkinan untuk sembuh, mohon maaf sudah
tidak ada.”
Pasien : “Jadi sudah tidak ada pengobatan yang bisa saya lakukan lagi
dok?”
Dokter : “Tetap harus menjalani pengobatan Pak, yaitu dengan kemoterapi
beserta pengobatan lainnya. Supaya tidak semakin parah
penyebaran ke organ lainnya, jadi tetap terkontrol dan mencegah
komplikasi lainnya.”
Pasien : “Kalau begitu berarti saya percuma, dirawat disini selama ini,
bukannya sembuh malah semakin parah. Percuma saya menjalani
banyak pengobatan tapi tidak bisa sembuh.”
Perawat 1 : “Bapak saya tau ini tidak mudah bagi Bapak, tapi Bapak harus
tetap semangat karena ini bukanlah akhir dari segalanya. Bapak
masih memiliki orang-orang yang sayang, peduli dan mendukung
bapak, yang menemani hingga saat ini.”
Perawat 2 : “Saya tau, Bapak pasti memiliki keyakinan untuk menghadapi ini
semua. Bapak boleh mengeluarkan isi hati serta kesedihan yang
bapak rasakan sekarang. Tapi jangan berlarut-larut terlalu dalam
kesedihan ini ya Pak. Karena Bapak harus bangkit dan tetap
semangat menjalani hidup.”
Pasien : “Baiklah kalau begitu. Apakah sudah selesai ada yang ingin
disampaikan lagi? Karena saya butuh waktu sendiri.”
Perawat 1 : “Baik pak, apakah Bapak mengizinkan kami untuk
memberitahukan hal ini kepada keluarga?”
Pasien : “Iya tak apa.”
Perawat 2 : “Baik Pak Kalau begitu, nanti apabila istri Bapak sudah kembali,
tolong diberitahu untuk ke nurse station. Kami permisi terlebih
dahulu ya, Pak.”

ADEGAN 7
Setting Tempat : Nurse Station

Istri Pasien : “Siang Sus, tadi kata suami saya, saya dipanggil kesini ya?”
Perawat 1 : “Iya bu, ada yang ingin kami bicarakan mengenai hasil
pemeriksaan PET-CT scan kemarin dan kondisi suami Ibu.”
Istri Pasien : “Bagaimana Sus hasilnya?”
Perawat 2 : “Tapi yang akan menyampaikan mengenai hal tersebut, Dokter
langsung ya Bu. Bagaimana? Apakah ibu bersedia untuk saat ini?”
Istri Pasien : “Oh iya baik Sus. Saya boleh ajak anak saya?”
Perawat 1 : “Boleh ibu, mari saya antarkan ke ruang dokter.”
Istri Pasien : “Ayo, Nak.”
Anak 2 : “Iya Bu.”

ADEGAN 8
Setting Tempat : Ruang Dokter

Perawat 1 : “Siang, Dok. Ini ada keluarga dari Tn. Yahya.“


Dokter : “Oh iya silahkan masuk.”
Istri Pasien : “Jadi bagaimana dok hasil pemeriksaannya?”
Dokter : “Baik Ibu. Jadi begini kanker yang dialami Bapak sudah mencapai
stadium 4, pertumbuhan sel kankernya sudah mencapai ke organ
lain karena kekebalan tubuh bapak kurang baik.”
Istri Pasien : (terkejut) “Lalu saya harus bagaimana dok? Pengobatan apalagi
yang bisa dijalani supaya suami saya sembuh?”
Dokter : “Kemungkinan untuk sembuh tidak ada Bu. Jadi kami tenaga
kesehatan hanya bisa memberikan pengobatan dan memfasilitasi
Bapak supaya dapat mengurangi rasa sakit dan gejala yang dialami
serta mencegah komplikasi yang mungkin akan muncul sehingga
tidak memperparah kondisi suami ibu.”
Istri Pasien : “Apakah sudah benar-benar tidak bisa ditolong Dok Sus? Apakah
harapn hidup suami saya sudah tidak ada?”
Perawat 1 : “Untuk hal itu, kami tidak bisa memprediksikan dengan pasti Bu.
Kami hanya berusaha melakukan yang terbaik.”
Perawat 2 : “Yang bisa dilakukan keluarga saat ini adalah berdoa, berikan
pasien dukungan penuh dan penuhi saja kebutuhan dan keinginan
pasien. Kami juga berusaha melakukan yang terbaik untuk
kesejahteraan bapak. Ibu dan kaka yang sabar ya, kalian harus tetap
mendukung Bapak supaya tetap semangat.”
Anak Pasien 2 : “Iya, Sus makasih ya, saya yakin ayah pasti bisa.” (sambil
tersenyum)

Anda mungkin juga menyukai