Disusun Oleh:
2019
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Di Indonesia terdapat berbagai macam penyakit. Penyakit-penyakit tersebut
dikelompokkan menjadi 2 macam, yaitu penyakit infeksi dan penyakit non infeksi.
Penyakit menular atau penyakit infeksi adalah penyakit yang disebabkan oleh agen
biologi (seperti virus, bakteria atau parasit), bukan disebabkan faktor fisik (seperti
lukabakar) atau kimia (seperti keracunan). Sedangkan penyakit tidak menular adalah
Penyakit yang tidak disebabkan oleh kuman, tetapi disebabkan karena adanya problem
fisiologis atau metabolisme pada jaringan tubuh manusia.Sejak 50 tahun terakhir
ini,kejadian penyakit kanker di dunia semakin mengkhawatirkan. Pertarungan manusia
melawan kanker masih imbang. Pertarungan manusia melawan kanker masih imbang.
Kanker belum benar-benar dapat ditaklukkan oleh. Bahkan, badan kesehatan dunia-WHO
memprediksi bahwa pada tahun 2030 sebanyak 26 juta penduduk dunia akan menderita
kanker dan 17 juta di antaranya diperkirakan meninggal dunia.
Kondisi di Indonesia sendiri tidak lebih baik. Berdasarkan data riskesdas
2007,kanker menduduki peringkat ke-7 sebagai penyebab kematian utama di Indonesia
dengan presentase 5,7%. Ditemukan empat kasus kanker atau tumor setiap seribu
penduduk Indonesia. Banyaknya kasus kanker di Indonesia disebabkan rendahnya
kesadaran (awareness) masyarakat terhadap penyakit kanker serta rendahnya
pengetahuan masyarakat mengenai penyakit kanker.
Kanker paru adalah gangguan yang dapat mempengaruhi organ di dalam paru
atau system pernafasan. Biasanya di sebabkan oleh sel-sel di dalam paru yang abnormal
dan bisa juga berasal dari bagian tubuh yang terkena kanker sehingga menjalar ke organ
yang lain.
Pada awal Abad ke-20, kanker paru menjadi masalah global. Kanker paru
merupakan kanker yang paling sering di dunia. Saat ini, 1,2 juta orang meninggal karena
kanker paru-paru setiap tahun dan kejadian global kanker paru-paru semakin meningkat
(Hansen, 2008).
World Health Organisation (WHO) tahun 2007 melaporkan bahwa insidens
penyakit kanker di dunia mencapai 12 juta penduduk dengan PMR 13 %. Di negara maju
seperti Amerika Serikat dan Inggris, kematian akibat kanker menduduki peringkat kedua
setelah penyakit kardiovaskuler.
Tingginya angka merokok pada masyarakat Indonesia akan menjadikan kanker
paru sebagai salah satu masalah kesehatan di Indonesia. Kanker paru merupakan salah
satu jenis penyakit paru yang memerlukan penanganan dan tindaka yang cepat dan
terarah. Penegakan diagnosis penyakit ini membutuhkan ketrampilan dan sarana yang
tidak sederhana dan memerlukan pendekatan multidisiplin.
B. Tujuan
Umum :
1. Untuk Mengetahui definisi dari kanker Paru
2. Untuk mengetahui gejala dari ca paru
3. Untuk mengetahui pathogenesis dari ca paru
4. Mengetahui gejala kanker paru-paru
5. Untuk mengetahui pencegahan dari ca paru
6. Untuk mengetahui penyebab dari ca paru
Khusus :
1. Mengetahui apa itu kanker paru-paru serta mengetahui terapi diet yang sesuai bagi
penderita kanker
2. Mengetahui bahaya dari kanker paru-paru sehingga kita dapat mencegah penyakit
kanker paru-paru
C. Rumusan masalah
Kanker paru merupakan salah satu masalah utama di bidang kedokteran pada
kurun waktu akhir-akhir ini dan merupakan salah satu tantangan terbesar di bidang
onkologi. Tantangan ini disebabkan oleh naiknya insiden kanker paru yang terus-menerus
terutama pada kebanyakan negara berkembang, termasuk Indonesia, akibat faktor etiologi
makin banyak antara lain makin meningkatnya pemasaran rokok di negara berkembang
hingga diperkirakan akan menimbulkan kenaikan drastis kanker paru di negara tersebut. ,
bukan hanya pada laki laki tetapi juga pada perempuan. Buruknya prognosis penyakit ini
mungkin berkaitan erat dengan jarangnya penderita datang ke dokter ketika penyakitnya
masih berada dalam stadium awal penyakit. Jadi apa saja faktor yang dapat menjadi
penyebab kanker paru selain merokok?
1. Apa itu kanker paru-paru?
2. Factor apa saja yang menjadi penyebab kanker paru-paru?
3. Bagaimana cara pencegahan kanker paru-paru?
4. Apa saja gejala kanker paru-paru?
D. Manfaat
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
kanker adalah istilah umum untuk satu kelompok besar penyakit yang dapat
mempengaruhi setiap bagian dari tubuh. Istilah lain yang digunakan adalah tumor ganas
dan neoplasma. Salah satu fitur mendefinisikan kanker adalah pertumbuhan sel - sel baru
secara abnormal yang tumbuh melampaui batas normal, dan yang kemudian dapat
menyerang bagian sebelah tubuh dan menyebar ke organ lain. Sedangkan Kanker paru
adalah jenis kanker yang tumbuh di jaringan paru-paru yang berperan penting dalam proses
pernapasan. Kanker paru-paru berasal dari jaringan tipis paru-paru, pada umumnya berupa
lapisan sel yang terletak pada saluran udara. Dua tipe utama kanker ini adalah kanker paru-
paru sel kecil (SCLC) dan kanker paru-paru non-sel kecil (NSCLC). Tipe-tipe ini
didiagnosa berdasarkan bentuk sel yang terlihat di bawah mikroskop. Lebih dari 80%
kanker paru-paru merupakan tipe kanker paru-paru non-sel kecil. Kanker paru adalah jenis
kanker yang tumbuh di jaringan paru-paru yang berperan penting dalam proses pernapasan.
Kanker paru-paru berasal dari jaringan tipis paru-paru, pada umumnya berupa lapisan sel
yang terletak pada saluran udara. Dua tipe utama kanker ini adalah kanker paru-paru sel
kecil (SCLC) dan kanker paru-paru non-sel kecil (NSCLC). Tipe-tipe ini didiagnosa
berdasarkan bentuk sel yang terlihat di bawah mikroskop. Lebih dari 80% kanker paru-
paru merupakan tipe kanker paru-paru non-sel kecil.
B. Prevalensi
Kanker paru adalah semua penyakit keganasan di paru, mencakup keganasan yang
berasal dari paru sendiri (primer). Dalam pengertian klinik yang dimaksud dengan kanker
paru primer adalah tumor ganas yang berasal dari epitel bronkus (karsinoma
bronkus/bronchogenic carcinoma).Kanker paru merupakan penyebab utama keganasan di
dunia, mencapai hingga 13 persen dari semua diagnosis kanker. Selain itu, kanker paru
juga menyebabkan 1/3 dari seluruh kematian akibat kanker pada laki-laki. Di Amerika
Serikat, diperkirakan terdapat sekitar 213.380 kasus baru pada tahun 2007 dan 160.390
kematian akibat kanker paru pada tahun 2007. Berdasarkan data WHO,Kanker paru
merupakan jenis kanker terbanyak pada laki-laki di Indonesia, dan terbanyak kelima untuk
semua jenis kanker pada perempuan. Kanker paru juga merupakan penyebab kematian
akibat kanker terbanyak pada laki-laki dan kedua terbanyak pada perempuan. Hasil
penelitian berbasis rumah sakit dari 100 RS di Jakarta menunjukkan bahwa kanker paru
merupakan kasus terbanyak pada laki-laki dan nomor 4 terbanyak pada perempuan, dan
merupakan penyebab kematian utama pada laki-laki dan perempuan. Berdasarkan data
hasil pemeriksaan di laboratorium Patologi Anatomik RSUP Persahabatan, lebih dari 50
persen kasus dari semua jenis kanker yang didiagnosa adalah kasus kanker paru. Data
registrasi kanker Rumah Sakit Dharmais tahun 2003-2007 menunjukkan bahwa kanker
trakea, bronkus dan paru merupakan keganasan terbanyak kedua pada pria (13,4%) setelah
kanker nasofaring (13,63%) dan merupakan penyebab kematian akibat kanker terbanyak
pada pria (28,94%).
Insiden kanker paru termasuk rendah pada usia di bawah 40 tahun, namun
meningkat sampai dengan usia 70 tahun. Faktor risiko utama kanker paru adalah merokok.
Secara umum, rokok menyebabkan 80% kasus kanker paru pada laki-laki dan 50% kasus
pada perempuan. Faktor lain adalah kerentanan genetik (genetic susceptibility), polusi
udara, pajanan radon, dan pajanan industri (asbestos, silika, dan lain-lain)
D. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Labratorium
Darah rutin: Hb, Leukosit, Trombosit, fungsi hati, fungsi ginjal.
Pemeriksaan Pencitraan
1. Foto toraks AP/lateral merupakan pemeriksaan awal untuk menilai pasien dengan
kecurigaan terkena kanker paru.Berdasarkan hasil pemeriksaan ini, lokasi lesi dan
tindakanselanjutnya termasuk prosedur diagnosis penunjang dan penanganan dapat
ditentukan. Jika pada foto toraks ditemukan lesi yang dicurigai sebagai keganasan,
maka pemeriksaan CT scan toraks wajib dilakukan untuk mengevaluasi lesi tersebut.
2. CT scan toraks dengan kontras merupakan pemeriksaan yang penting untuk
mendiagnosa dan menentukan stadium penyakit, dan menentukan segmen paru yang
terlibat secara tepat. CT scan toraks dapat diperluas hingga kelenjar adrenal untuk
menilai kemungkinan metastasis hingga regio tersebut.
3. CT scan kepala dengan kontras diindikasikan bila penderita mengeluh nyeri kepala
hebat untuk menilai kemungkinan adanya metastasis ke otak.
4. USG abdomen dilakukan untuk menilai kemungkinan metastasi
5. Bone Scan dilakukan untuk mendeteksi metastasi ke tulang-tulang. Bone survey
dilakukan jika fasilitas bone scan tidak ada.
6. PET-scan dapat dilakukan untuk menilai hasil pengobatan
Pemeriksaan Khusus
1. Bronkoskopi adalah prosedur utama untuk mendiagnosa kanker paru. Prosedur ini
dapat membantu menentukan lokasi lesi primer, pertumbuhan tumor intraluminal
dan mendapatkan spesimen untuk sitologi dan biopsi, sehingga diagnosa dan
stadium kanker paru dapat ditentukan. Salah satu metode terkini adalah bronkoskopi
fleksibel yang dapat menilai paru hingga sebagian besar bronkus derajat ke-empat,
dan kadang hingga derajat ke-enam. Spesimen untuk menghasilkan pemeriksaan
sitologi dan histopatologi didapat melalui bilasan bronkus, sikatan bronkus dan
biopsi bronkus. Prosedur ini dapat memberikan hingga >90% diagnosa kanker paru
dengan tepat, terutama kanker paru dengan lesi pada regio sentral. Kontraindikasi
prosedur bronkoskopi ini adalah hipertensi pulmoner berat, instabilitas
kardiovaskular, hipoksemia refrakter akibat pemberian oksigen tambahan,
perdarahan yang tidak dapat berhenti, dan hiperkapnia akut. Komplikasi yang dapat
terjadi adalah pneumotoraks dan perdarahan.
2. Bila tersedia, pemeriksaan Endobrachial Ultrasound (EBUS) dapat dilakukan untuk
membantu menilai kelenjar getah bening mediastinal, hilus, intrapulmoner juga
untuk penilaian lesi perifer dan saluran pernapasan, serta mendapatkan jaringan
sitologi dan histopatologi pada kelenjar getah bening yang terlihat pada CT-scan
toraks maupun PET CT-scan.
Pemeriksaan Lainnya
1. Pleuroscopy dilakukan untuk melihat masalah intrapleura dan menghasilkan
spesimen intrapleura untuk mendeteksi adanya sel ganas pada cairan pleura yang
dapat merubah stadium dan tatalaksana pasien kanker paru. Jika hasil sitologi
tidak menunjukkan adanya sel ganas, maka penilaian ulang atau CT scan toraks
dianjurkan.
2. Mediastinoskopi dengan VATS kadang dilakukan untuk mendapatkan specimen,
terutama penilaian kelenjar getah ening mediastinal.
3. Torakotomi eksplorasi dilakukan sebagai modalitas terakhir, jika dengan semua
modalitas lainnya tidak ditemukan sel ganas.
Rekomendasi Skrining
Pemeriksaan low-dose CT-Scan dilakukan pada pasien risiko tinggi yaitu pasien
berusia > 40 tahun dengan riwayat merokok ≥30 tahun dan berhenti merokok dalam
kurun waktu 15 tahun sebelum pemeriksaan atau pasien berusia ≥50 tahun dengan
riwayat merokok ≥20 tahun dan adanya minimal satu faktor risiko lainnya
.Pemeriksaan low-dose CT Scan untuk skrining kanker paru setiap tahun selama 3
tahun. Pemeriksaan ini tidak dilakukan pada pasien dengan komorbiditas berat
lainnya dan dapat mengurangi mortalitas akibat kanker paru hingga 20%.Pemeriksaan
low-dose CT Scan tidak direkomendasikan pada pasien yang tidak memenuhi kriteria
“kelompok risiko tinggi”. Selain itu, pemeriksaan ini juga tidak disarankan pada
pasien yang tidak dapat menjalani terapi kanker paru akibat keterbatasan biaya atau
memiliki kondisi kesehatan yang tidak memungkinkan.
A. Analisa Kasus
Kasus
Hasil pengkajian seorang pada seorang laki laki usia 65 tahun , pekerjaan pedagang,
dirawat di ruang Ruang perawatan sebuah rumah sakit dengan CA paru Stadium 4 ,K/U CM ,
terpasang O.2 4 liter sesak nafas napas, batuk darah sejak 6 bulan yang lalu , Penurunan berat
badan dari 67 menjadi 45 kg selama 6 bulan , TB 163 CM , cepat lelah, terpasang NGT, sulit
menelan, tdk mau makan , nyeri , skla nyeri 8 , TD. 119/ 60 MMHg, Nd: 67 X menit , R. 30 X
menit . klien merasa cemas dan takut dengan penyakitnya . Riwayat perokok berat seja usia 14
tahun.
Data tambahan:
Data Fokus
Analisa Data
DT :
Ekspresi wajah meringis
3. DS : Ketidakseimbangan Asupan diet kurang
Klien mengatkan BB 6 bulan Nutrisi : Kurang dari
yang lalu adalah 67 kg kebutuhan
Klien mengatakan sulit menelan
DO :
Tampak tidak mau makan
Terpasang NGT
Berat badan 45kg
Tinggi badan 163 cm
DT :
IMT 16,93 (↓)
Mukosa pucat dan bibir kering
DIAGNOSA
NO NOC NIC
KEPERAWATAN
1. Ketidakefektifan Tujuan: 3140. Manajemen Jalan nafas
pola napas (00032) Setelah dilakukan perawatan 1. Posisikan klien untuk
berhubungan dengan 2x24 jam status pola nafas klien memaksimalkan ventilasi
hiperventilasi efektif 2. Motivasi pasien untuk bernafas
Kriteria Hasil: Status dalam dan pelan
Pernafasan 3. Monitor status pernafasan dan
1. Frekuensi pernafasan oksigenasi sebagaimana
dari skala 1 mestinya
menjadi skala 5 3320. Terapi Oksigen
2. Saturasi oksigen dari skala 7. Bersihkan mulut hidung dan
1 menjadi skala 4 sekresi trakea dengan tepat
3. Suara auskultasi nafas
8. Pertahankan kepatenan jalan
dari skala 1
nafas
menjadi skala 4
9. Siapkan peralatan oksigen dan
4. Irama pernafasan dari skala
1 menjadi berikan melalui sistem
skala 5 humidifier
10. Berikan oksigen tambahan
seperti yang diperintahkan
11. Monitor alat pemberian oksigen
12. Monitor efektifitas terapi
oksigen dengan tepat
2. Nyeri akut Tujuan: Pemberian analgesic
berhubungan dengan Setelah dilakukan perawatan1. Periksa aturan pemakaian obat,
Agen Pencedera (CA 2x24 jam nyeri klien berkurang dosis, frekuensi resep analgesic
Paru). Kriteria Hasil: Pengendalian2. Periksa pengalaman alergi obat
nyeri 3. Monitor tanda vital sebelum dan
1. Mengenal sesudah pemberian obat
serangan nyeri (kondisi analgesic dosis pertama
yang dialami pasien /4. Lakukan tindakan untuk
peningkatan yang menurangi efek samping
diharapkan) analgesic
2. Menggunakan 5. Ajarkan cara menggunakan
diary sebagai pemantau analgesic, strategi mengurangi
gejala setiap waktu efek samping, dan harapan untuk
(kondisi yang dialami melibatkan ketegasan untuk
pasien / peningkatan yang meringankan nyeri.
diharapkan) 6. Berkolaborasi dengan dokter jika
1. Menggunakan analgesic sesual obat, dosis, rute pemberian atau
anjuran interval penggantian
2. Menggunakan non analgesic terindikasi,membuat
Kriteria hasil: Tingkat nyeri rekomendasi mendasar yang
1. Lamanya episode nyeri spesifik pada prinsip
(kondisi yang dialami pasien / ekuianalgesik
peningkatan yang diharapkan) Manajemen nyeri
2. Ekpresi wajah terhadap nyeri 1. Melakukan pengkajian
3. Tekanan otot komprehensif terhadap nyeri
4. Kehilangan nafsu makan termasuk lokasi, karakteristik,
durasi, frekuensi, kualitas,
intensitas atau keparahan nyeri
dan factor penyebab
2. Mengamati tindakan nonverbal
dari ketidaknyamanan
3. Menjamin perhatian pasien
terhadap penggunaan analgesic
4. Menggunakan strategi
komunikasi terapeutik untuk
mengetahui pengelaman nyeri
dan menyampaikan penerimaan
respon pasien terhadap nyeri
Psikososial adalah suatu kondisi yang terjadi pada individu yang mencakup aspek
psikis dan sosial atau sebaliknya. Psikososial menunjuk pada hubungan yang dinamis antara
faktor psikis dan sosial, yang saling berinteraksi dan memengaruhi satu sama lain.
Psikososial sendiri berasal dari kata psiko dan sosial. Kata psiko mengacu pada aspek
psikologis dari individu (pikiran, perasaan dan perilaku) sedangkan sosial mengacu pada
hubungan eksternal individu dengan orang-orang di sekitarnya (Pusat Krisis Fakultas
Psikologi UI). Istilah psikososial berarti menyinggung relasi sosial yang mencakup faktor-
faktor psikologis (Chaplin, 2011).
a. Berduka
b. Keputusasaan
c. Ansietas
d. Ketidakberdayaan
e. Risiko penyimpangan perilaku sehat
f. Gangguan citra tubuh
g. Koping tidak efektif
h. Koping keluarga tidak efektif
i. Sindroma post trauma
j. Penampilan peran tidak efektif
k. HDR situasional
Kasus
Hasil pengkajian seorang pada seorang laki laki usia 65 tahun , pekerjaan pedagang,
dirawat di ruang Ruang perawatan sebuah rumah sakit dengan CA paru Stadium 4 ,K/U
CM , terpasang O.2 4 liter sesak nafas napas, batuk darah sejak 6 bulan yang lalu ,
Penurunan berat badan dari 67 menjadi 45 kg selama 6 bulan , TB 163 CM , cepat lelah,
terpasang NGT, sulit menelan, tdk mau makan , nyeri , skla nyeri 8 , TD. 119/ 60 MMHg,
Nd: 67 X menit , R. 30 X menit, tampak cemas. klien merasa cemas dan takut dengan
penyakitnya . Riwayat perokok berat seja usia 14 tahun. Pernapasan cuping hidung,
Pengkajian nyeri P: adanya tumor ganas di paru-paru, Q: terasa seperti tumpul dan berat, R:
di dada, S: skala 8, T: hampir setiap saat, ekspresi wajah meringis, IMT 16,93 (↓), mukosa
pucat dan bibir kering. Pasien mengatakan cemas dan nyeri. Pasien mengatakan cemas kalua
dia sakit siapa yang akan mencari nafkah, terutama istrinya hanyalah buruh cuci dan anak-
anaknya masih sekolah. Pasien juga mengatakan peran dia sebagai seorang ayah dan sebagai
pencari nafkah akan terganggu. Pasien mengatakan biaya hidup keluarga bergantung kepada
penghasilan pasien sebagai pedagang, gaji istrinya pun tidak mampu mencukup kebutuhan
rumah sehari-hari.
Analisa data
Diagnosa
No. Data Fokus Keperawatan Etiologi
Psikososial
1. DS: Ansietas Ancaman pada
1. Pasien mengatakan cemas dan status kesehatan
nyeri. Pasien mengatakan cemas terkini (CA Paru
kalau dia sakit siapa yang akan stadium 4) ditandai
mencari nafkah, terutama dengan adanya nyeri
istrinya hanyalah buruh cuci dan
anak-anaknya masih sekolah.
2. Pasien juga mengatakan peran
dia sebagai seorang ayah dan
sebagai pencari nafkah akan
terganggu.
3. Pasien mengatakan biaya hidup
keluarga bergantung kepada
penghasilan pasien sebagai
pedagang, gaji istrinya pun tidak
mampu mencukup kebutuhan
rumah sehari-hari.
DO:
1. Pasien tampak cemas.
Kecemasan adalah kekhawatiran yang tidak jelas dan menyebar, yang berkaitan
dengan perasaan tidak pasti dan tidak berdaya. Keadaan emosi ini tidak memiliki objek yang
spesifik. Ansietas dialami secara subjektif dan dikomunikasikan secara interpersonal.
Ansietas berbeda dengan rasa takut yang merupakan penilaian intelektual terhadap sesuatu
yang berbahaya. Ansietas adalah respon emosional terhadap penilaian tersebut yang
penyebabnya tidak diketahui. Sedangkan rasa takut mempunyai penyebab yang jelas dan
dapat dipahami (Stuart, 2007).
Ansietas adalah perasaan takut yang tidak jelas dan tidak didukung oleh situasi.
Ketika merasa cemas, individu merasa cemas, individu merasa tidak nyaman atau takut atau
mungkin memiliki firasat akan ditimpa malapetaka padahal ia tidak mengerti mengapa emosi
yang mengancam tersebut terjadi. Tidak ada objek yang dapat diidentifikasi sebagai stimulus
ansietas. Ansietas merupakan alat peringatan internal yang memberikan tanda bahaya kepada
individu (Viedebeck, 2008).
Kecemasan adalah perasaan tidak nyaman atau kekhawatiran yang sama disertai
respon autonom (sumber sering kali tidak spesifik atau tidak diketahui oleh individu),
perasaan takut yang disebabkan oleh antisipasi terhadap bahaya. Hal ini merupakan isyarat
kewaspadaan yang memperingatkan individu akan adanya bahaya dan memampukan
individu untuk bertindak menghadapi ancaman (Nurarif & Kusuma, 2013).
1) Perubahan dalam (status ekonomi, lingkungan, status kesehatan, pola interaksi, fungsi
peran, status peran)
2) Pemajanan toksin
3) Terkait keluarga
4) Herediter
5) Krisis maturasi, krisis situasional
6) Stres, ancaman kematian
7) Penyalahgunaan zat
8) Ancaman pada (status ekonomi, lingkungan, status kesehatan, pola interaksi, fungsi
peran, status peran, konsep diri)
1) Gejala perilaku dari kecemasan yaitu : penurunan produktivitas, gelisah, kontak mata
yang buruk, mengekspresikan kekawatiran karena perubahan dalam peristiwa hidup.
2) Gejala afektif dari kecemasan yaitu : gelisah, distres, kesedihan yang mendalam,
ketakutan, perasaan tidak adekuat, berfokus pada diri sendiri, peningkatan kewaspadaan,
iritabilitas, gugup senang berlebihan, rasa nyeri yang meningkatkan ketidakberdayaan,
peningkatan rasa ketidakberdayaan yang persisten, bingung, menyesal, ragu/tidak
percaya diri dan khawatir.
3) Gejala fisiologis dari kecemasan yaitu : wajah tenang, tremor tangan, peningkatan
keringat, peningkatan ketegangan, gemetar, tremor, suara bergetar.
4) Gejala simpatik dari kecemasan yaitu : anoreksia, eksitasi kardiovaskular, diare, mulut
kering, wajah merah, jantung berdebardebar, peningkatan tekanan darah, peningkatan
denyut nadi, peningkatan reflek, peningkatan frekuensi pernapasan, pupil melebar,
kesulitan bernafas, vasokontriksi superfisial, lemah dan kedutan pada otot.
5) Gejala parasimpatik dari kecemasan yaitu : nyeri abdomen, penurunan tekanan darah,
penurunan denyut nadi, diare, mual, vertigo, letih, gangguan tidur, kesemutan pada
extremitas, sering berkemih, anyanganyangan, dorongan segera berkemih.
6) Gejala kognitif dari kecemasan yaitu : menyadari gejala fisiologis, bloking fikiran,
konfusi, penurunan lapang persepsi, kesulitan berkonsentrasi, penurunan kemampuan
untuk belajar, penurunan kemampuan untuk memecahkan masalah, ketakutan terhadap
konsekuensi yang tidak spesifik, lupa, gangguan perhatian, khawatir, melamun,
cenderung menyalahkan orang lain.
Rencana Tindakan Keperawatan
No Diagnosa
Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
. Keperawatan
1. Ansietas b.d Setelah dilakukan perawatan NIC: Pengurangan Kecemasan
ancaman pada status 3x24 klien sedikit atau tidak 1. Gunakan pendekatan yang
kesehatan terkini menunjukkan tanda ansietas, tenang dan meyakinkan.
(CA Paru stadium dengan kriteria hasil: 2. Jelaskan penyebab nyeri yang
4) d.d adanya nyeri NOC: Tingkat Kecemasan dialami
1. Pasien tidak 3. Berikan informasi faktual
mengungkapkan adanya terkait diagnosis, perawatan dan
perasaan gelisah prognosis.
2. Tidak ada rasa cemas 4. Instruksikan klien untuk
yang disampaikan secara menggunakan tekhnik relaksasi
lisan 5. Kolaborasi penggunaan obat-
3. Tidak ada peningkatan obatan untuk mengurangi
frekuensi nadi kecemasan secara tepat
4. Tidak ada gangguan tidur
yang dialami pasien NIC: Monitor Tanda-Tanda
Vital
1. Monitor tekanan darah, nadi,
suhu, dan status pernafasan
dengan tepat.
2. Monitor irama dan tekanan
jantung
3. Monitor nada jantung.
4. Monitor irama dan laju
pernafasan.
5. Identifikasi kemungkinan
penyebab perubahan tanda-tanda
vital
BAB IV
PENUTUP
A. Simpulan
Kanker paru-paru adalah pertumbuhan sel kanker yang tidak terkendali dalam
jaringan paru. Patogenesis kanker paru belum benar-benar dipahami. Sepertinya sel
mukosal bronkial mengalami perubahan metaplastik sebagai respon terhadap paparan
kronis dari partikel yang terhirup dan melukai paru. Sebagai respon dari luka selular,
proses reaksi dan radang akan berevolusi. Sel basal mukosal akan
mengalami proliferasi dan terdeferensiasi menjadi sel goblet yang mensekresi mukus.
Penyebab kematian utama akibat kanker pada laki-laki dan wanita yang sering
kali disebabkan oleh merokok. yang sering kali di sebabkan oleh merokok. Karena tidak
ada penyembuhan dari kanker, penekanan utama adalah pada pencegahan misalnya
dengan berhenti merokok karena perokok mempunyai peluang 10 kali lebih besar untuk
mengalami kanker paru di bandingkan dengan yang tidak merokok.
B. Saran
1) hindari rokok untuk menghindari resiko lebih besar terkena penyakit kanker paru-
paru
2) ubah pola makan menjadi pola makan gizi seimbang
3) lakukan pengecekan terhadap kondisi badan apabila ada gejala tentang kanker paru-
paru
4) hindari faktor-faktor pemicu yang dapat menyebabkan kanker paru-paru
5) menjaga BB dan lakukanlah aktifitas fisik secara rutin
NASKAH ROLEPLAY
ADEGAN 1
Setting Tempat : Nurse Station Ruang Melati RS UPNVJ
Pada suatu hari di ruang Melati rumah sakit UPNVJ terdapat seorang laki-laki bernama
Tn. Yahya berusia 65 tahun. Dokter mendiagnosis menderita penyakit Ca paru.
Kemudian tenaga kesehatan akan menyampaikan informasi mengenai perkembangan
penyakit bapak Yahya.
Kemudian perawat memanggil pihak keluarga pasien untuk memberikan informasi dan
persetujuan untuk dilakukan PET-scan.
ADEGAN 2
Setting Tempat : Kamar Klien Tn. Yahya
Kemudian anak dan istri pasien pergi ke nurse station untuk menemui perawat.
ADEGAN 3
Setting Tempat : Nurse Station Ruang Melati RS UPNVJ
ADEGAN 4
Setting Tempat : Ruang Dokter
Perawat 2 : “Sore dok, saya mau memberi tahu mengenai persetujuan keluarga Tn.
Yahya untuk dilakukannya PET-CT Scan. Istri pasien sudah
menyetujuinya dok.”
Dokter : “Yasudah sus tolong hubungi bagian radiologi untuk dibuatkan jadwal
pemeriksaannya ya.”
Perawat 2 : “Baik dok.”
ADEGAN 5
Setting Tempat : Nurse Station
Perawat 2 : “Halo, Selamat pagi, Pak dari Ruang Melati dengan perawat 1
ingin dibuatkan jadwal untuk pemeriksaan PET-CT Scan atas nama
Tn. Yahya dengan tanggal lahir 11 November 1954.”
Pihak Radiologi : “Baik, Kak. Tanggal apa dan jam berapa, Kak?”
Perawat 2 : “Hari Kamis tangal 02 September 2019, jam 10 pagi ya.”
Pihak Radiologi : “Baik, Sudah saya buatkan ya, Kak.”
Perawat 2 : “Terimakasih.”
Pihak Radiologi : “Ya, sama-sama.”
Keesokkan harinya setelah pemeriksaan PET-CT Scan, perawat dan dokter akan
menyampaikan hasil pemeriksaan PET-CT Scan kepada Tn. Yahya.
ADEGAN 6
Setting Tempat : Kamar Klien Tn. Yahya
ADEGAN 7
Setting Tempat : Nurse Station
Istri Pasien : “Siang Sus, tadi kata suami saya, saya dipanggil kesini ya?”
Perawat 1 : “Iya bu, ada yang ingin kami bicarakan mengenai hasil
pemeriksaan PET-CT scan kemarin dan kondisi suami Ibu.”
Istri Pasien : “Bagaimana Sus hasilnya?”
Perawat 2 : “Tapi yang akan menyampaikan mengenai hal tersebut, Dokter
langsung ya Bu. Bagaimana? Apakah ibu bersedia untuk saat ini?”
Istri Pasien : “Oh iya baik Sus. Saya boleh ajak anak saya?”
Perawat 1 : “Boleh ibu, mari saya antarkan ke ruang dokter.”
Istri Pasien : “Ayo, Nak.”
Anak 2 : “Iya Bu.”
ADEGAN 8
Setting Tempat : Ruang Dokter