DOSEN PEMBIMBING :
DISUSUN OLEH
KELOMPOK 4:
PRODI S1 KEPERAWATAN
TAHUN 2019/2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur ke hadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya,
disampaikan rasa terimakasih yang setulus tulusnya Semoga amal baik dari semua
Kami menyadari bahwa makalah ini masih kurang sempurna oleh karena itu,
kritik dan saran dari semua pihak sangat diharapkan guna penyempurnaan makalah
Desember 2019
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN….. .................................................................
Daftar Pustaka
BAB I
PENDAHULUAN
merupakan salah satu dari 10 penyebab kematian utama di dunia serta merupakan
penyakit keganasan yang bisa mengakibatkan kematian pada penderitanya karena sel
kanker merusak sel lain. Sel kanker adalah sel normal yang mengalami
mutasi/perubahan genetik dan tumbuh tanpa terkoordinasi dengan sel-sel tubuh lain.
lama diduga disebabkan karena akumulasi perubahan genetik dan epigenetik yang
sel. Perubahan genetik tersebut dapat berupa aktivasi proto-onkogen dan atau
inaktivasi gen penekan tumor yang dapat memicu tumorigenesis dan memperbesar
Kanker paru adalah salah satu jenis penyakit paru yang memerlukan
penanganan dan tindakan yang cepat dan terarah.Penegakan diagnosis penyakit ini
pendekatan multidisiplin kedokteran. Penyakit ini membutuhkan kerja sama yang erat
dan terpadu antara ahli paru dengan ahli radiologi diagnostik, ahli patologi anatomi,
ahli radiologi terapi dan ahli bedah toraks, ahli rehabilitasi medik dan ahli-ahli lainnya
(PDPI, 2003).
Menurut data jenis kanker yang menjadi penyebab kematian terbanyak adalah
kanker paru, mencapai 1,3 juta kematian pertahun. Disusul kanker lambung
(mencapai lebih dari 1 juta kematian pertahun), kanker hati (sekitar 662.000 kematian
pertahun), kanke usus besar (655.000 kematian pertahun), dan yang terakhir yaitu
kanker payudara (502.000 kematian pertahun) (WHO 2005 dalam Lutfia, 2008).
Di Amerika Serikat kematian karena kanker paru mencapai 36% dari seluruh
kematian kanker pada laki-laki, merupakan urutan pertama penyebab kematian pada
paru terhadap penderita kanker paru didapatkan angka 3,1 per 1000 orang tiap tahun
(Alsagaf, 1995).
ahli paru untuk mendapatkan diagnosis pasti. Penemuan kanker paru pada stadium
dini akan sangat membantu penderita, dan penemuan diagnosis dalam waktu yang
lebih cepat memungkinkan penderita memperoleh kualitas hidup yang lebih baik
terapi harus dapat segera dilakukan, mengingat buruknya respons kanker paru
paru membutuhkan penangan sesegera mungkin meski diagnosis pasti belum dapat
ditegakkan.Kanker paru dalam arti luas adalah semua penyakit keganasan di paru,
mencakup keganasan yang berasal dari paru sendiri maupun keganasan dari luar paru
dengan kanker paru ialah kanker paru primer, yakni tumor ganas yang berasal dari
epitel bronkus atau karsinoma bronkus (bronchogenic carcinoma). Menurut konsep
masa kini kanker adalah penyakit gen. Sebuah sel normal dapat menjadi sel kanker
apabila oleh berbagai sebab terjadi ketidak seimbangan antara fungsi onkogen dengan
gen tumor suppresor dalam proses tumbuh dan kembangnya sebuah sel.Perubahan
berkembang tak terkendali. Perubahan ini berjalan dalam beberapa tahap atau yang
hilangnya heterogeniti kromosom atau LOH juga diduga sebagai mekanisme ketidak
normalan pertumbuhan sel pada sel kanker. Dari berbagai penelitian telah dapat
dikenal beberapa onkogen yang berperan dalam proses karsinogenesis kanker paru,
antara lain gen myc, gen k-ras sedangkan kelompok gen tumor suppresor antaralain,
gen p53, gen rb. Sedangkan perubahan kromosom pada lokasi 1p, 3p dan 9p sering
PEMBAHASAN
Kanker paru adalah keganasan yang berasal dari luar paru (metastasis tumor
paru) maupun yang berasal dari paru sendiri, dimana kelainan dapat disebabkan oleh
kumpulan perubahan genetika pada sel epitel saluran nafas, yang dapat
mengakibatkan proliferasi sel yang tidak dapat di kendalikan. Kanker paru adalah
semua penyakit keganasan di paru, mencakup keganasan yang berasal dari paru
sendiri (primer) Dalam pengertian klinik yang dimaksud dengan kanker paru primer
adalah tumor ganas yang berasal dari epitel bronkus (karsinoma bronkus =
bronchogenic carcinoma).
Kanker paru merupakan suatu transformasi ganas dan expansi dari jaringan
kanker paru tetap menjadi salah satu penyebab kematian kanker tertinggi
diamerika serikat, membunuh kurang lebih 173.000 orang amerika setiap tahun
Terdapat 3 tipe kanker paru berdasarkan ukuran dan penampakan sell kanker.
1. Kanker paru bukan sel kecil (Non-small cell lung cancer {NSCLC} )
2. Karsinoma sel kecil (small cell) juga disebut karsinoma sel gandum ,
dimulai dijalan nafas besar dan kemudian menjadi cukup besar. Karsinoma
kemoterapi, tapi akhirnya akan memiliki proknosis yang lebih buruk dan
keparu paru.
pria, dan sekitar 70% pada wanita.Di negara-negara industri, sekitar 56%
- 80% merokok menyebabkan penyakit pernafasan kronis dan sekitar
b. Orang yang merokok lebih dari satu pak rokok per hari memiliki
20-25 kali lebih besar risiko terkena kanker paru-paru daripada orang
pernah merokok.
1) Merokok pasif, atau asap bekas, menyajikan lain risiko untuk kanker
pasif.
pada fase tar seperti PAH dan fenol aromatik Tar adalah sejenis cairan
hidrokarbon yang bersifat lengket dan menempel pada paru – paru. Kadar
tar dalam tembakau antara 0.5-35 mg/ batang. Tar merupakan suatu zat
karsinogen yang dapat menimbulkan kanker pada jalan nafas dan paru-
2.2.2 Polusi udara
bagi paru-paru adalah SO2 dan NO2. Kalau unsur ini diisap, maka
2.2.3 Akibat Kerja
jenis kanker pada lapisan rongga dada yang disebut pleura atau lapisan
asbes.
b. Pekerjaan tertentu dimana paparan arsenik,, kromium nikel,
paru-paru.
cair atau padat, sehingga karena ukurannya yang kecil akan mudah
kuning, dan oranye dapat menyebabkan kanker paru dan iritasi kulit,
2.2.4 Penyakit Paru
dengan PPOK memiliki risiko empat sampai enam kali lebih besar terkena
2.2.5 Iradiasi
signifikan untuk radon, meskipun tidak ada yang tahu risiko yang tepat.
radon, atau sekitar 21.000 kematian paru-paru terkait kanker setiap tahun
2.2.6 Genetik.
paru, yakni :
a. Proton oncogen
2.2.7 Diet
2001).
2.3 Keluhan dan Gejala Penyakit Kanker Paru
Gambaran klinik penyakit kanker paru tidak banyak berbeda dari penyakit paru
lainnya, terdiri dari keluhan subyektif dan gejala obyektif. Dari anamnesis akan
didapat keluhan utama dan perjalanan penyakit, serta faktor–faktor lain yang sering
dengan / tanpa dahak (dahak putih, dapat juga purulen), batuk darah, sesak napas,
suara serak, sakit dada, sulit / sakit menelan, benjolan di pangkal leher, sembab muka
dan leher, kadang-kadang disertai sembab lengan dengan rasa nyeri yang hebat
(PDPI, 2003).
Tidak jarang yang pertama terlihat adalah gejala atau keluhan akibat metastasis
di luar paru, seperti kelainan yang timbul karena kompresi hebat di otak, pembesaran
hepar atau patah tulang kaki. Gejala dan keluhan yang tidak khas seperti :berat badan
berkurang, nafsu makan hilang, demam hilang timbul, sindrom paraneoplastik, seperti
Pada kebanyakan kasus, kanker paru dapat menyerupai kondisi paru lainnya.
pemeriksaan klinis yang spesifik dapat bervariasi bergantung tipe tumor, lokasi, dan
Tumor paru yang terletak di tengah sering kali mengganggu aliran udara,
obstruksi meningkat, infeksi bronkopulmonal sering terjadi pada bagian distal dari
obstruksi.Nyeri dada, bahu, lengan, dan punggung dapat muncul saat tumor
menginvasi saraf – saraf perivaskular.Tumor skuamosa dan sel kecil sering kali
Tumor paru perifer sering kali tidak menimbulkan temuan pemeriksaan pada saat
awal.Seiring waktu, nyeri pleural akan muncul dan meningkat saat inspirasi, sifatnya
tajam dan sangat sakit, dan biasanya terlokalisasi.Efusi pleura (lihat nanti) juga
Tumor Pancoast terjadi pada apeks paru – paru baik pada kanker sel skuamosa
sekitar.Gejala klinis disebabkan oleh tekanan dari pleksus brakialis dan perjalanannya
dari saraf servikal kedelapan menuju dua saraf torakal awal.Ini mengakibatkan nyeri
lengan dan bahu pada sisi yang terserang dan juga atrofi pada otot lengan dan
tumor (biasanya tulang rusuk pertama dan kedua) dapat terinvasi, mengakibatkan
menyebabkan sindrom Horne .Sindrom ini terdiri atas miosis (kontraksi pupil), ptosis
parsial (kelopak mata atas jatuh), dan anhidrosis (tidak ada keringat) pada sisi wajah
yang terserang.
Tanda – tanda Bahaya dari Kanker Paru
Suara serak
Batuk persisten
Rasa lelah
Dispnea, demam, atau penurunan berat bdan yang tidak dapat dijelaskan
displasia.Bila lesi perifer yang disebabkan oleh metaplasia, hyperplasia dan displasia
menembus ruang pleura, biasa timbul efusi pleura, dan bisa diikuti invasi langsung
pada kosta dan korpus vertebra.Lesi yang letaknya sentral berasal dari salah satu
cabang bronkus yang terbesar.Lesi ini menyebabkan obstuksi dan ulserasi bronkus
dengan diikuti dengan supurasi di bagian distal. Gejala-gejala yang timbul dapat
berupa batuk, hemoptysis, dispneu, demam, dan dingin. Wheezing unilateral dapat
Kanker paru dimulai ketika terpapar karsinogen. Penyebab tersering adalah asap
rokok, 85% dari kasus kanker paru disebabkan oleh faktor resiko ini. Faktor resiko
lain dapat disebabkan karena terpapar polusi seperti asbestosis dan tar, bahan metal
seperti arsenic dan chromium. Paparan lingkungan sering diperberat oleh faktor
genetik pada mereka yang terkena kanker paru. Faktor – faktor resiko tersebut
pembentukan NSCLC. Small cell dan non small cell lung cancer (SCLC, NSCLC)
muncul dari tipe sel dan gejala klinis yang berbeda. SCLC pertumbuhan tumor berada
dibagian sentral sedangkan NSCLC bisa berada di central dan dibagian perifer.
menurut WHO tahun 1999, tetapi untuk kebutuhan klinis cukup jika hanya
dapat diketahui :
3. Adenokarsinoma (adenocarcinoma)
Secara garis besar kanker paru dibagi menjadi 2 bagian yaitu Small Cel Lung
Kejadian kanker paru jenis SCLC ini hanya sekitar 20 % dari total kejadian
kanker paru. Namun jenis ini berkembang sangat cepat dan agresif.Apabila tidak
kanker paru karsinoma sel kecil (KPKSK atau small cell lung cancer, SCLC) atau
kanker paru jenis karsinoma bukan sel kecil (KPKBSK, nonsmall cell lung cancer,
Walaupun terdapat lebih dari satu kanker paru primer, namun kanker bronkogenik
(termasuk keempat tipe sel yang pertama) merupakan 95% dari seluruh kanker paru.
Karsinoma bronkogenik biasanya dibagi menjadi kanker paru sel kecil (small cell
lung cancer, SCLC) dan kanker paru sel tidak kecil (non-small cell lung cancer,
NSCLC) untuk menentukan terapi.Termasuk didalam golongan kanker paru sel tidak
kecil adalah epidermoid, adenokarsinoma, tipe-tipe sel besar atau campuran dari
tanpa radiasi, sedangkan NSCLC, jika pada saat diagnosis terlokalisasi, bias diatasi
dengan pembedahan .
bronkogenik yang paling sering ditemukan, berasal dari permukaan epitel bronkus.
Perubahan epitel termasuk metaplasia atau dysplasia akibat merokok jangka panjang,
secara khas mendahului timbulnya tumor.Kanker ini jelas berkaitan dengan asap
komponen polusi udara. Tumor sel skuamosa biasanya terletak di bronkus pada
sisitem bronkus masuk keparu, yang disebut hilus, yang kemudian meluas ke bawah
atelectasis absorbs dan pneumonia, serta penurunan kapasitas ventilasi. Tumor ini
memperbaiki prognosis.
Adenokarsinoma adalah jenis kanker paru yang berasal dari kelenjer paru.
Tumor ini biasanya terjadi dibagian perifer paru, termasuk bronkiolus terminal dan
alveolus. Kanker jenis ini terhitung 30% dari kanker paru dan lebih tinggi di antara
jarang ditemukan dan yang berasal dari eoitel alveolus dan bronkiolus terminal.
dibatasi oleh sel-sel jernih penghasil mucus dan terdapat banyak sputum mukoid.
Prognosis nya buruk kecuali dilakukan pembuangan lobus yang terserang pada saat
bermetastasis.Tumor ini 10-15% dari semua kanker paru, sering terjadi di bagian
perifer dan meluas ke arah pusat paru.Tumor ini berkaitan erat dengan merokok dan
menyebabkan nyeri dada.Kanker jenis ini memiliki prognosis bertahan hidup yang
sangat buruk.
Karsinoma sel kecil sekitar 25% dari semua jenis kanker paru.Tumor jenis ini
juga disebut sebagai karsinoma oat cell dan biasanya tumbuh dibagaian tengah
paru.Karsinoma sel kecil sejenis tumor yang bersifat sangat anaplastic, atau
embrionik, sehingga memperlihatkan insiden metastasis yang tinggi. Tumor ini sering
merupakan tempat produksi tumor ektopik dan dapat menyebabkan gejala awal
berdasarkan gangguan endokrin.Manifestasi paru yang timbul pada tumor ini juga
disebabkan oleh obstruksi aliran udara.Tumor ini mungkin merupakan jenis yang
paling sering dijumpai pada perokok, dan memiliki prognosis paling buruk.
Lung Cancer 1997, berdasarkan sistem TNM. Pengertian T adalah tumor yang
dikatagorikan atas Tx, To s/d T4, N untuk keterlibatan kelenjar getah bening (KGB)
yang dikategorikan atas Nx, No s/d N3, sedangkan M adalah menunjukkan ada atau
TNM
Stage TNM
occult carcinoma : Tx N0 M0
0 : Tis N0 M0
IA : T1 N0 M0
IB : T2 N0 M0
IIA : T1 N1 M0
IIB : T2 N1 M0
IIIA : T3 N0 M0
T3 N2 M0
IIIB : seberang T N3 M0
T4 sebarang N M0
IV : sebarangT sebarangN sebarangT
KETERANGAN
T Tumor Primer
To Tidak ada bukti ada tumor primer. Tumor
berikut :
Viseral
T4
Tumor sebarang ukuran yang mengenai mediastinum atau jantung, pembuluh besar,
trakea, esofagus, korpus vertebra, karina, tumor yang disertai dengan efusi pleura
ganas atau satelit tumor nodul ipsilateral pada lobus yang sama dengan tumor primer.
subkarina
serak. Kompresi pada esofagus dapat menciptakan disfagia. Invasi atau kompresi dari
vena cava superior akan menghasilkan sindroma vena cava, suatu kegawatdaruratan.
bening
Karsinoma TX N0 M0
tersembunyi
Stadium 0 Tis Karsinoma in situ M0
Stadium IA T1 N0 M0
Stadium IB T2 N0 M0
Stadium IIA T1 N1 M0
Stadium IIB T2 N1 M0
Stadium IIIA T3 N0 M0
T3 N1 M0
T1-T3 N2 M0
Stadium IIIB T berapapun N3 M0
T4 N berapapun
Stadium IV T berapapun N berapapun M1
Angka yang makin besar menunjukkan stadium lebih lanjut atau penyebaran
dari penyakit. X menunjukansel tumor ada,namun, tidak ada tumor yang tampak pada
kompresi vena cavadan evusi pleura ganas biasanya, jika kelenjar getah bening
mediastinal terlibat, eksisi bedah dari tumor paru tidak lagi mungkin dilakukan.
luasnya kanker paru. Pemeriksaan sitologi sputum dan rontgen dada dapat digunakan
pada awalnya. Bronkoskopi dapat digunakan untuk melakukan biopsi pada tumor
mendeteksi kelenjar getah bening yang terlibat dan tumor paru kecil (kurang dari 1
cm) pada stadium awal yang masih dapat ditangani dengan baik.Bronkoskopi adalah
spesimen untuk sitologi dan biopsi, sehingga diagnosa dan stadium kanker paru dapat
ditentukan. Salah satu metode terkini adalah bronkoskopi fleksibel yang dapat menilai
paru hingga sebagian besar bronkus derajat ke-empat, dan kadang hingga derajat ke-
melalui bilasan bronkus, sikatan bronkus dan biopsi bronkus. Prosedur injdapat
memberikan hingga >90% diagnosa kanker paru dengan tepat, terutama kanker paru
dengan lesi pada regio sentral. Perkembangan diagnostik kanker tulang menjanjikan
PET menghasilkan figur dari keseluruhan tubuh dan digunakan untuk menentukan
apakah kanker paru terisolasi pada satu area atau telah bermetastatis.
Mediastinoskopi dan torakotomo dipertimbangkan sebagai “standar terbaik”
yang terlibat juga telah digunakan dengan sukses untuk mengonfirmasi diagnosis
a. Pemeriksaan Jasmani
ukuran kecil dan terletak di perifer dapat memberikan gambaran normal pada
pemeriksaan. Tumor dengan ukuran besar, terlebih bila disertai atelektasis sebagai
akibat kompresi bronkus, efusi pleura atau penekanan vena kava akan memberikan
hasil yang lebih informatif. Pemeriksaan ini juga dapat memberikan data untuk
penentuan stage penyakit, seperti pembesaran KGB atau tumor diluar paru. Metastasis
ke organ lain juga dapat dideteksi dengan perabaan hepar, pemeriksaan funduskopi
b. Pemeriksaan Radiologis
dibutuhkan untuk menentukan lokasi tumor primer dan metastasis, serta penentuan
stadium penyakit berdasarkan sistem TNM. Jenis pemeriksaan Radiologis yaitu
(PDPI, 2003) :
Pada pemeriksaan foto toraks PA/lateral akan dapat dilihat bila masa tumor
dengan ukuran tumor lebih dari 1 cm. Tanda yang mendukung keganasan adalah tepi
yang ireguler, disertai identasi pleura, tumor satelit tumor, dll. Pada foto tumor juga
dapat ditemukan telah invasi ke dinding dada, efusi pleura, efusi perikar dan
kanker paru pada seorang penderita penyakit paru dengan gambaran yang tidak khas
golongan resiko tinggi (GRT) dengan diagnosis penyakit paru, harus disertai
difollowup yang teliti. Pemberian OAT yang tidak menunjukan perbaikan atau
tetapi lain masalahnya pengobatan pneumonia yang tidak berhasil setelah pemberian
dibalik pneumonia tersebut Bila foto toraks menunjukkan gambaran efusi pleura yang
luas harus diikuti dengan pengosongan isi pleura dengan punksi berulang atau
pemasangan WSD dan ulangan foto toraks agar bila ada tumor primer dapat
cairan serohemoragik.
daripada foto toraks.CT-scan dapat mendeteksi tumor dengan ukuran lebih kecil dari
1 cm secara lebih tepat. Demikian juga tanda-tanda proses keganasan juga tergambar
secara lebih baik, bahkan bila terdapat penekanan terhadap bronkus, tumor intra
bronkial, atelektasis, efusi pleura yang tidak masif dan telah terjadi invasi ke
mediastinum dan dinding dada meski tanpa gejala. Lebih jauh lagi dengan CT-scan,
keterlibatan KGB yang sangat berperan untuk menentukan stage juga lebih baik
karena pembesaran KGB (N1 s/d N3) dapat dideteksi.Demikian juga ketelitiannya
Kekurangan dari foto toraks dan CT-scan toraks adalah tidak mampu
jaringan otak, bone scan dan/atau bone survey dapat mendeteksi metastasis diseluruh
jaringan tulang tubuh. USG abdomen dapat melihat ada tidaknya metastasis di hati,
c. Pemeriksaan Khusus
1. Bronkoskopi
dihandalkan untuk dapat mengambil jaringan atau bahan agar dapat dipastikan ada
mukosa saluran napas, seperti terlihat kelainan mukosa tumor misalnya, berbenjol-
benjol, hiperemis, atau stinosis infiltratif, mudah berdarah.Tampakan yang abnormal
amat mudah berdarah, atau apabila mukosa licin berbenjol, maka sebaiknya dilakukan
biopsi aspirasi jarum, karena bilasan dan biopsi bronkus saja sering memberikan hasil
negatif.
TBNA di karina, atau trakea 1/1 bawah (2 cincin di atas karina) pada posisi
jam 1 bila tumor ada dikanan, akan memberikan informasi ganda, yakni didapat bahan
Jika lesi kecil dan lokasi agak di perifer serta ada sarana untuk fluoroskopik
Jika lesi terletak di perifer dan ukuran lebih dari 2 cm, TTB dengan
Biopsi jarum halus dapat dilakukan bila terdapat pembesaran KGB atau teraba
masa yang dapat terlihat superfisial.Biopsi KBG harus dilakukan bila teraba
bila tidak jelas terlihat pembesaran KGB suparaklavikula dan cara lain tidak
menghasilkan informasi tentang jenis sel kanker. Punksi dan biopsi pleura harus
Dengan tindakan ini massa tumor di bagaian perifer paru, pleura viseralis,
murah.Kekurangan pemeriksaan ini terjadi bila tumor ada di perifer, penderita batuk
kering dan tehnik pengumpulan dan pengambilan sputum yang tidak memenuhi
sitologi/histologi. Bahan berupa cairan harus dikirim segera tanpa fiksasi, atau dibuat
sediaan apus, lalu difiksasi dengan alkohol absolut atau minimal alkohol 90%. Semua
Pada kasus kasus yang rumit terkadang tindakan invasif seperti Torakoskopi
paru terbuka dibutuhkan agar diagnosis dapat ditegakkan. Tindakan ini merupakan
pilihan terakhir bila dari semua cara pemeriksaan yang telah dilakukan, diagnosis
Semua tindakan diagnosis untuk kanker paru diarahkan agar dapat ditentukan :
a. Jenis histologis.
b. Derajat (staging).
e. Pemeriksaan lain
1. Petanda Tumor
Petanda tumor yang telah, seperti CEA, Cyfra21-1, NSE dan lainya tidak
pengobatan.
sederhana dapat menilai ekspresi beberapa gen atau produk gen yang terkait dengan
kanker paru,seperti protein p53, bcl2, dan lainya. Manfaat utama dari pemeriksaan
Manajemen klien dengan kanker paru tergantung pada tipe dan stadium tumor
dan jug kondisi kesehatan klien. Setelah diagnosis, modalitas terapi pertama adalah
pembedahan, terapi radiasi, dan kemoterapi.
1) Terapi radiasi
Terapi radiasi(radio terapi) dapat menyembuhkn klien dengan penyakit lokal tingkat
lanjut (1) yang mana pembedahan memberikan resiko sangat tinggi,(2) yang memiliki
tumor yang tidak dapat dioperasi atau, (3)yang menolak melakukan torakonomi.
Dosis radiasi dibatasi karena adanya struktur lain pada area terapi dan karena toleransi
jaringan normal. Perubahan fibrotik yang ireversibel Dan efek samping paru paru
lainnya dapat terjadi. Untuk membatasi dengan tepat area yang akan
Radioterapi juga dapat digunakan pada kanker kanker tingkat lanjut sebagai paliatif
untuk gejala seperti nyeri dada, sesak napas, batuk,hemoptisis dan obstruksi atau
2) Kemoterapi
Respons kanker paru terhadap kemoterapi tergantung pada tipe sel tumor. SCLC
merespon agen Kemoterapi karena lajh pertumbuhannya yang cepat. Penelitian telah
menunjukkan bahwa angka ketahanan hidup pada klien dengan SCLC dapat
Efektivitas dari kemoterapi pada Terapi NSCLC masih buruk, modalitas ini umumnya
digunakan pada klien yang ditangani dengan pembedahan atau radiasi yang
mengalami penyakit berulang atau metastasis jauh. Namun, penelitian skala besar
tidak dapat menunjukkan perbaikan angka ketahanan hidup untuk klien klien tersebut.
a) Fase diagnostik
Klien yang menjalani pemeriksaan diagnostik untuk kanker perlu mengadapi masa
depan yang tidak jelas. Jika diagnosis terkonfirmasi, klien dapat mengantisipasi
kesulitan fisik, terapi media yang mungkin sangat ekstensif, dan banyak perubahan
Riwayat keperawatan harus meliputi eksplorasi dari keluhan utama klien, terutama
infeksi rekuren. Tanyalah klien mengenai adanya faktor resiko Seperti riwayat
merokok, paparan terhadap karsinogen jalan napas dari tempat kerja , atau riwata
penyakit serupa dari keluarga. Kaji situasi sosioekonomi klien dan dukungan sosial
yang ada karena faktor tersebut memengaruhi pilihan terapi berikutnya.
dan edukasi klien bersama dengan perawatan fisik yang dibutuhkan. Bantu klien
menjaga kontrol yang ia miliki dengan selalu mengingatkan klien mengenai semua
harus melibatkan tindakan yang didesain untuk membantu klien beradabtasi dengan
dari aktivitas kerja,dan sosial, serta kemungkinan perubahan perubahan pada tujuan
hidup.
b) Fase terapi
toraks dan tidak ada metastasis jauh.Namun, hanya beberapa klien dengan NSCLC
memenuhi criteria ini pada waktu diagnosis.Untuk klien yang berhasil melewati
Peran dari reseksi bedah pada terapi dari SCLC cukup terbatas karena kanker
sel kecil pada paru tumbuh dan bermetastasis dengan cepat. Pembedahan mungkin
efektif untuk klien dengan stadium SCLC awal, sebagai komponen dari modalitas
lebih lanjut, pembedahan menyebabkan stress dan resiko yang tidak perlu, tanpa ada
keuntungan yang jelas.
Tujuan utama dari reseksi bedah adalah untuk mengambil tumor secara
Luasnya operasi bergantung pada lokasi dan ukuran dari tumor dan keparahan dari
proses patologis yang mendasari. Klien dengan penyakit paru sebelumnya mungkin
atauresiko pembedahan.
1. Manajemen Praoperasi
bronkodilator, prosedur napas tekanan positif intemiten, dan latihan napas dengan di
awasi untuk memperbaiki efisiensi napas. Klien didorong untuk berhenti merokok
2. Prosedur Bedah
i. Pembedahan Laser
endobronkial yang tidak dapat direseksi bedah.Namun, tumor harus dapat diakses
luar bronkus tidak dapat diberikan terapi laser.Prosedur laser tidak menghasilkan
toksisitas sistemik atau kumulatif dan dapat ditoleransi dengan baik.Terapi laser dapat
Pada reksesi baji(wedge resection), suatu area tumor yang kecil dan
terlokalisasi dan terletak dengan permukaan paru dapat diambil menggunakan alat
[VATS]).Oleh karena area reseksi cukup kecil, struktur dan fungsi paru relative tidak
kebanyakan klien bahkan jika mereka memiliki fungsi paru yang buruk.
v. Lobektomi
paru yang tersisa akan mengembangkan untuk memenuhi bagian yang terbuka dari
ruang toraks. Klien dengan fungsi paru yang lebih baik dapat menoleransi
pengambilan keseluruhan lobus.Lobektomi dipercaya merupakan operasi kanker yang
lebih baik karena lebih banyak jaringan paru yang sekitar yang diambil.Sehingga, jika
ada sel kanker mikroskopik, pengambilan lebih banyak jaringan seperti ini akan
vi. Pneumonektomi
yang terlibat dari rongga toraks akan menjadi ruang kosong. Untuk mengurangi
ukuran rongga ini, ahli bedah akan memotong nervus frenikus pada sisi yang
merupakan pengambilan beberapa rusuk atau bagian dari rusuk dapat dilakukan untuk
Drainase dada tertutup tidak digunakan setelah pneumonektomi karena tidak ada
paru yang akan melakukan ekspansi kembali. Dada kosong dapat diisi dengan
Selama torakotomi, pleura parietalis di insisi dan rongga pleura akan dimasuki. Udara
atsmosfer akan memasuki rongga pleura, mengubah tekanan negative yang normal
pada rongga pleura menjadi tekanan positif. Akibatnya, paru akan kembali ke ukuran
tidak berekspansi dan tetap kolabs. Slang dada biasanya dimasukkan di ruangan
operasi selama pembelahan dada. Namun, pada beberapa kasus darurat, slang dada
melalui rungan intercostal kedua untuk memungkinkan keluarnya udara yang masuk
diantara ruang intercostal keenam hingga kesembilan pada garis midaksila untuk
drainase akumulasi cairan serosa nguinous pada bagian bawah dari rongga pleura.
Slang bagian bawah mungkin memiliki diameter lebih besar dari slang bagian atas,
untuk membantu drainase cairan. Slang dada ditarik keluar dari dinding dada melalui
luka tusuk yang dibuat oleh dokter bedah. Kateter diletakkan kekulit klien dengan
jaitan.
Dua slang dada mungkin dapat menggabungkan satusama lain dengan Y-junction
plastic dan kemudian disambungkan dengan satu system drainase dada tertutup.
system drainse terpisah. Pengaturan ini akan memungkinkan rawat untuk memonitor
udara dan drainase cairan dari tiap slang secara terpisah dan kemudian untuk
mengambil slang yang tidak melakukan drainase dengan baik tanpa mengganggu
system secara keseluruhan. Slang drainase fleksible menyambungkan slang dada
kealat pengumpul cairan. Biasanya, slang dada di sambungkan dengan alat drainase
Persiapan praoperasi pada klien dengan kanker paru yang akan menjalani
pembedahan sama dengan semua klien bedah, tetapi dengan penekanan yang lebih
mengurangi tingkat kecemasan klien. Kecemasan berasal dari ketakutan akan kanker
dan proknosisnya dan juga ketakutan akan prosedur bedah dan pengetahuan yang
Prosedur bedah yang akan dijalani: Nilailah tingkat pemahaman klien (dan
Periode pasca operasi: Diskusikan secara spesifik apa yang dapat diharapkan setelah
operasi dan bagaimana klien dapat berpatisipasi dalama ktifitas pemulihan. Penjelasan
yang spesifik harus diberikan mengenai adanya slang dada (kecuali pada
peneumonektomi) dan slang drainase, intubasi dan fentelasi mekanis, terapi oksigen,
(1) Latihan pernafasan, seperti penggunaan spirometry insentif (IS) untuk menjaga
fungsi paruefektif,
(2) Teknik dekapan/splinting untuk mendorong batuk dan pernafasan dalam yang
efektif dan
(3) Latihan kaki untuk mencegah tromboflebitis. Semua latihan ini harus di
demontrasikan sebelum operasi, dan harus diberikan kesempatan untuk praktik dan
menggunakan IS dan gunakan volume tersebut sebagai target tujuan pasca operasi.
Lama periode segera setelah operasi, pemeriksaan yang lengkap sangat penting.
factor-faktor berikut:
5. Protokol rumahsakit.
bentuk trauma dada. System drainase dada kedap udara , atau tertutup, untuk
mencegah aliran masuk dari tekanan atmosfer. Drainase dada tertutup setelah
pleura
Sistem kontrol isap basah (wet suction control )memiliki tiga bagian utama
Ruang kedap air digunakan sebagai katup satu arah sehingga udara atau
cairan dapat di-drainase dari dada klien dan tidak krmbali lagi.
Sistem kontrol isap kering ( dry suction control ) memiliki dua bagian
tinggi dan lebih akurat.Ruang pengumpul dan ruang kedap air dari sistem
darah dan laju aliran drainase dari rongga pleura.Sistem sekali pakai dibuat
jika denyut nadi menjadi cepat dan tekanan darah turun.Periksa cairan
berupa darah setelah lebih dari beberpa jam pascaoperasi, (2) pendarahan
kembali setelah sebelumya sudah melambat, atau (3) ada manifestasi lain
dari pendarahan.
Kaji Fungsi Katup Air.Katup air memiliki katup satu arah antara
drainase.Gelembung udara ini akan naik melalui katup air dan memasuki
terisap kembali ke dalam rongga pleura (yang akan membuat paru paru
kolaps).Cairan pada kompartemen kedap air tidak tertarik kembali ke
rongga dada karena tekanan negatifyang tercipta saat inspirasi pada rongga
memberikan jalan keluar bagi udara yang melewati katup air dari rongga
pleura.
Amati Katup Air.Cairan di dalam kompartemen kedap air harus naik dan
dan alat berfungsi baik.Undalasi akan berhenti jika paru telah mengalami
ekspansi kembali atau jika slang drainase paru tertekuk atau tersumbat.Jika
rongga pleura.
ada udara yang bocor ke dalam sistem drainase atau rongga pleura.Oleh
sistem drainase.
menunjukkan kehilangan udara yang cukup banyak,yang dapat ditemukan pada insisi
atau robekan pada pleura paru. Jika ini terjadi,beri tahu tahu dokter segera sehingga
Saat merawat klien dengan drainase kedap air,tentukan apakah ruang kedap air untuk
berubah menjadi gelembung konstan atau jika alat yang sbelumnya tidak
akan membutuhkan alat penghisap (suction) selama 24 jam hingga 72 jam .alat hisap
dapat di sambungkan pada sistem drainase dada tertutup untuk alasan berikut:
Drainase grafitasi tidak cukup kuat untuk menarik udara dan cairan keluar dari
Batuk dan nafas klien terlalu lemah untuk memaksa udara dan cairan keluar
Udara bocor kedalam rongga pleura lebih cepat dari yang bisa di buang oleh
kolom air pada ruang hisap .makin banyak air dalam ruang tersebut ,makin
banyak isapan (tekanan subatmosfer) yang tercipta .jika tidak ada air dalam
ruang ,udara atmosfer akan langsung keluar dari ventilasi udara ke sumber
isapan secepat mungkin .lewatnya udara melalui air akan memperlambat aliran
melalui ventilasi udara . alat penghisap yang digunakan pada klien di jaga agar
2. Empiema
kekuatan isap yang dapat merusak paru , maka kekuatan isapan dari sistem
oleh gelembung terus menerus pada ruang kontrol isap. Gelembung yang
Tidak adanya gelembung pada ruang kontrol isap berarti sistem tidak bekerja
dangan seharusnya dan kekuatan isap yang tepat tidak dapat di jaga. Alasan
1. Sejumlah besar udara bocor ke dalam rongga pleura atau kedalam alat
rainase
2. Masalah mekanis pada regulator .
Masalah yang paling serius adalah udara yang bocor pada rongga
sementara slang drainase dada yang dekat dengan tubuh klien dan
Jika kemudain muncul gelembung pada ruang kontrol isap, tidak ada
yang salah pada alat drainase atau regulator masalah nya berada pada kebocoran udara
kedalam rongga pleura di sekitar slang dada .jika kebocoran udara tidak dapat
Jika gelembung tidak mulai muncul pada ruang kontrol idap ketika keteter
dada di jepit, permasalahan berada pada sambungan drainase atau regulator. Periksa
sistem dengan teliti,lihat apakah ada sambungan yang longar dan adanya kebocoran
udara disekitar ujung kompartemen dan di slang. Pastian bahwa slang tidak tertekuk,
dalam posisi yang benar dsn tidak ada bentuk lingkaran yang tergantung . jika sumber
tenaga isap diduga bermasalah. Coba gunakan alat dan regulator isap lainya
Oleh karena keter dada tetap terjepit selama pemeriksaan ini, amati klien
cairan pada ruangan kontrol isap akan mulai bergelembung. Segera lepas klem pada
kateter dada.
Sistem drainase dada tertutup harus selalu ditempatkan lebih rendah (lebih
berlangsung , dan cairan tidak dapat dipaksa kembali ke dalam rongga pleura .sistem
drainase dada harus diletakkan tegak dilantai atau bergantung pada ujung kaki tempat
tidur.
Jika alat drainase diletakkan dilantai, berhati hatilah untuk tidak menurunkan
tempat tidur atau sandaran tempat tidur ke atasnya. Jika klien mendengar drainase
dada tertutup inggin bergerak, selalu jaga sistem drainase dada di bawah ketinggian
dada klien .
Jika alat drainase diletakan di atas dada klien, bahkan hanya sebentar, maka
cairan dari ruang drainase akan terisap kembali ke dalam rongga pleura. Jika sangat
perlu, slang dada di jepit dulu sementara selama gerakan yang memerlukan alat
berada di atas ketinggian dada(misalnya : memindahkan alat drainase dari satu sisi
tempat tidur ke sisi lainya jika slang tidak memungkinkan untuk memindahkan alat
Ikuti perintah untuk memosisikan klien secara hati hati jika klien dapat di
posisikan pada sisi yang di miliki slang dada, pastikan klien berbaring pada (menindih
atau menekuk ) keteter atau slang. Ini dapat menganggu drainase, menyebabkan
meningkat kan rasa tidak nyaman klien, buatlah kumparan slang drainase ( yang
menghubungkan slang dada ke alat drainase) diatas tempat tidur klien sehingga slang
akan jatuh langsung ke alat drainase,tanpa ada putaran slang yang bergantung. Putaran
slang yang tergantung dan mengandung cairan akan menghambat aliran cairan dan
menciptakan tekanan balik yang mengganggu cairan dranase udara atau cairan.
Slang drainase harus tidak terlalu pendek atau terlalu panjang.panjang slang
miring dan duduk tanpa tarikan pada slang tapi tiap kali klien dimiringkan atau
digerakkan periksa slang dada untuk memastikan slang tidak tertarik atau bergeser
mengeluarkan udara atau jika cairan atau darah dapat keluar dengan baik
Anjurkan Aktivitas.
Anjurkan klien dengan drainase dada tertutup untuk sering batuk dan
mendorong ekspansi paru dan ekspulsi udara dan cairan dari rongga pleura dengan
mobilisasi dini tanpa menjepit slang dada selama alat tetap apada posisi tegak
dibawah ketinggian dada selama mobilisasi alat dapat diletakkan di kursi roda
Alat drainase dada portable (heimlich valve, tru-close thoracic vent, pneumostat
chest drain valve ).Merupakan slang dada yang lebih kecil yang mengunakan katup
mekanis satu arah di bandingkan ruang kedap air, dan tidak memiliki ruang kontrol
isap . udara dapat keluar dari dadadenagan ekalasi melalui katup tipe flutter satu arah
yang dapat kolaps,yang kemudian mampu mencegah udara masuk kembali melalui
inhalasi.Drainase dada portabel digunakan untuk klien yang membutuhkan slang dada
tetapi tidak membutuhkan alat pengisap untuk melakukan infalasi ulang paru dan
tidak sedang mengeluarkan sejumlah besar cairan dari rongga pleura.Alat ini
digunakan untuk klien yang membutuhkan terapi jangka panjang untuk efusi pleura
dan kebocoran udara persisten.Oleh karena ukuran yang kecil dan tidak adanya sistem
pengumpulan drainase yang besar klien dapat melakukan mobilitas lebih awal pada
masa pemulihannya.
Pada kebanyakan situasi, dilarang menjepit (klem) slang dada. Jika klien
memiliki kebocaran udara residual atau pneumotoraks, menjepit slang dada dapat
Jika slang terlepas, paling baik adalah segara menyambungkan lagi ke sistem drainase
atau menenggelamkan ujungnya kedalam botol air steril salin untuk mengembalikan
ruangan keadp air, sehingga salah satu larutan steril tersebut harus selalu ada
disamping tempat tidur klien. Jika tidak tersedia cairan, maka lebih baik membiarkan
selang terbuka karena resiko tekanan pneumotoraks lebih besar dari pada konsekuensi
slang
drainase dada tanpa perintah untuk melakukannya. Jika menjepit harus dilakukan,
sesegera mungkin.
melepas slang dada.Dokter akan menentukan kapan melepaskan slang dada drainase
dada tertutup. Satu tanda bahwa paru telah mengalami ekspansi kembali adalah
berhentinya endulasi pada ruang kedap air (jika tidak menggunakan alat penghisap).
Auskultasi dada, perkusi dada dan rontgen dada akan mengonfirmasi akspansi
kembali paru.
atau 3 hari pascaoperasi drainase dada. Slang dada biasanya dibiarkan ditempatnya
dan sihubungkan kesistem drainase 24 jam tambahan setelah semua drainase udara
dan cairan telah berhenti. Slang dapat dijepit sementara untuk menentukan bagaimana
klien pelepasan slang. Slang dada tidak boleh dilepas jika drainase dada masih lebih
dari 50 hingga 70ml cairan per hari. Makin cepat slang dada dilepaskan, makin baik.
Slang dada sering kali berperan pada nyeri pascaoperasi dan inaktifitas. Makin lama
slang dada digunakan, makin besar resiko infeksi. Slang dada yang digunakan untuk
terapi empiema dapdat dibiarkan dilokasinya lebih lama dari slang yang diletakkan
Klien melaporkan bahwa pelepasan slang dada nyerinya sedang hingga sangat.
melepas jahitan untuk menggunting jahitan yang mengikat slang, kasa petrolatum
steril, kasa 10cmX10cm untuk menutup luka, dan plester oklusif tahan air.
Jika slang dada tidak sengaja terlepas, tutup lokasi insersi dengan kasa
petrolatum steril dan beritahu dokter bedah. Jangan gunkan perban yang oklusif
karena meningkatkan klien mendapatkan tekanan pneumotoraks. Amati klien dengan
teliti dan lepaskan kasa petrolatum untuk mengeluarkan udara jika terjadi distres
pernafasan.
terapi). Kenyataanya pada saat pemilihan terapi, sering bukan hanya diharapkan pada
jenis histologis, derajat dan tampilan penderita saja tetapi juga kondisi non-
a. Pembedahan
Indikasi pembedahan pada kanker paru adalah untuk KPKBSK stadium I dan
kemoterapi neoadjuvan untuk KPBKSK stadium IIIA. Indikasi lain adalah bila ada
kegawatan yang memerlukan intervensi bedah, seperti kanker paru dengan sindroma
vena kava superiror berat. Prinsip pembedahan adalah sedapat mungkin tumor
pneumonektomi.Segmentektomi atau reseksi baji hanya dikerjakan jika faal paru tidak
cukup untuk lobektomi.Tepi sayatan diperiksa dengan potong beku untuk memastikan
bahwa batas sayatan bronkus bebas tumor.KGB mediastinum diambil dengan diseksi
b. Kemoterapi
Kemoterapi merupakan pilihan utama untuk kanker paru karsinoma sel kecil
(KPKSK) dan beberapa tahun sebelumnya diberikan sebagai terapi paliatif untuk
kanker paru karsinoma bukan sel kecil (KPKBSK) stage lanjut. Tujuan pemberian
oleh perkembangan sel kanker tersebut sehingga diharapkan akan dapat meningkatkan
prognosis, baik 3 sebagai modaliti tunggal maupun bersama modaliti lain, yaitu
ialah:
1. Penderita kanker paru jenis karsinoma sel kecil (KPKSK) tanpa atau
dengan gejala.
2. Penderita kanker paru jenis karsinoma bukan sel kecil (KPKBSK) yang
inoperabel (stage IIIB & IV), jika memenuhi syarat dapat dikombinasi
kemoradioterapi.
karsinoma bukan sel kecil (KPKBSK) stage I, II dan III yang telah dibedah.
beberapa kasus stage IIIB yang akan menjalani pembedahan. Dalam hal ini
al., 2005) :
Apabila ahli patologi sulit menentukan jenis yang pasti, maka bagi kepentingan
Sedangkan untuk pemberian siklus berikutnya, jika nilai-nilai di atas itu lebih
rendah maka beberapa jenis obat masih dapat diberikan dengan penyesuaian dosis.
karsinoma sel kecil/ limited stage mendapatkan perbedaan hasil mengenai pengaruh
etoposid.Jumlah penderita jenis ini tidak begitu banyak, lagipula yang mampu
menyediakan obat masih amat terbatas.Karena itu, hasil pengobatan masih belum
dapat dinilai secara cermat.Tetapi terlihat 70% penderita mengalami respons subjektif
yang cukup nyata. Tampilan membaik pada 71,4% dan 14,3% mengalami kenaikan
berat badan. Efek samping berupa gangguan hemopoetik dan gejala gastrointestinal
terlihat pada semua kasus, 57% tidak mengalami kerontokan rambut dan respons
objektif terlihat pada 70% (ED-SCLC). Dua puluh lima persen penderita hidup
sampai 15 bulan dan masa tengah tahan hidup 2-5 bulan (Data Div Onkologi dalam
c. Pengobatan lain
Pengobatan lain yang dapat dilakukan kepada penderita kanker paru adalah
Imunoterapi, Hormonoterapi dan Terapi Gen. Namun untuk ketiga pengobatan ini
masih dalam tahap ujicoba dan belum dipakai secara luas di Indonesia.
1. Rehabilitasi
fungsi organ yang cacat itu supaya penderita dapat hidup dengan layak dan wajar di
2000).
a. Rehabilitasi mental
Penderita kanker paru yang mengetahui dirinya mengidap kanker dapat menjadi
stres dan merasa ia cepat mati dalam keadaan yang menyedihkan, ia juga merasa
dirinya tidak berguna lagi untuk hidup yang hanya memberatkan beban keluarganya.
Depresi mental yang dihadapi penderita kanker dan juga keluarganya umumnya
disebabkan kurang pengertiannya terhadap kanker atau karena salah persepsi akan
penyakit kanker paru itu. Untuk mengatasi depresi mental itu, perlu penderita dan atau
itu.Kalau perlu dengan bantuan seorang psikolog, ahli agama, atau tokoh
disembuhkan asal saja dapat diobati pada stadium dini. Bila tidak dapat disembuhkan
lagi perlu pula diberitahu bagaimana sebaiknya ia hidup dengan kanker, dan diajar
bagaimana menyesuaikan kehidupan dirinya dengan penyakit kanker yang dideritanya
b. Rehabilitasi Sosial
Rehabilitasi penting agar penderita setelah pulang dari rumah sakit dapat hidup
menerima penderita.
c. Rehabilitasi Pekerjaan
Setelah penderita pulang dari rumah sakit dan terbebas dari penyakit kanker
yang dideritanya, diharapkan dapat bekerja lagi di masyarakat dengan normal seperti
sediakala. Bila tidak mungkin dapat lagi bekerja seperti sedia kala, penderita diberi
bimbingan dan latihan kerja (vocational training), supaya dapat bekerja dengan
pekerjaan lain sesuai dengan keadaan fisik dan mentalnya (Sukardja, 2000).
2. Prognosis
juga akibat respons sel kanker yang rendah terhadap berbagai obat sitostatik yang
ada.. Angka tahan hidup 1 tahun 2347 penderita kanker paru yang diteliti oleh
National Cancer Institute pada tahun 1983-1998, dihitung dengan life table method
hanya 41,8% dan angka tahan hidup 5 tahun 12,0 %. Berbagai data memperlihatkan
bahwa hal itu berkaitan dengan stage penyakit pada saat ditemukan (Greene, 2002).
Usaha–usaha preventif seharusnya dapat dilakukan karena kaitan antara bahan
karsinogen yang terkandung dalam asap rokok dan polusi udara telah dapat
dibuktikan secara ilmiah sebagai bagian dari patogenesis kanker paru. Tetapi usaha
preventif primer yaitu mencegah orang merokok sangat sulit untuk dilakukan,
demikian juga usaha penemuan penyakit pada tahap dini juga belum
hal ini mengakibatkan terapi tidak dapat lagi diberikan untuk tujuan kuratif. Di sisi
lain tampak bahwa pemberian multi-modality terapi pada penderita dapat memberikan
hasil yang lebih baik dibandingkan mereka yang hanya menerima modaliti tunggal.
memberikan hasil yang paling baik, bila dilakukan pada derajat yang operabel, yaitu
stage I dan II (intrapulmoner, intratorakal) serta pada jenis histologis yang cocok
untuk tindakan tersebut. Tetapi kesimpulan dari berbagai data menunjukkan bahwa
umur tahan hidup 5 tahun penderita kanker paru dengan TNM stage T1N0 dan T2N0
serta telah menjalani reseksi lengkap (complete resection) masih berkisar antara 40-
50% (Deslauriers, 2000). Di luar negeri angka tersebut cukup tinggi, sedangkan data
angka tahan hidup penderita kanker yang dibedah 1 tahun 56,6%, 2 tahun 16,4% dan
(Cairan pleura) normal ini biasanya bersih tidak berwarna, mengandung < 1,5 gr
protein/ 100 ml dan 1.500 sel/ microliter. Efusi pleura dapat terjadi pada penyakit
tumor ganas intratoraks, organ ekstratoraks maupun keganasan sistemik. Seperti pada
penderita efusi pleura lain, EPG memberikan gejala sesak napas, napas pendek, batuk,
nyeri dada dan isi dada terasa penuh. Gejala ini sangat bergantung pada jumlah cairan
dan deviasi trakea dan/atau jantung kearah kontralateral, fremitus melemah, perkusi
redup dan suara napas melemah pada sisi toraks yang sakit.Pada kanker paru, infiltrasi
pleura oleh sel tumor dapat terjadi sekunder akibat perluasan langsung (inviltrasi),
terutama tumor jenis adenokarsinoma yang letaknya perifer.Dapat juga terjadi akibat
metastasis ke pembuluh darah dan getah bening.Bila efuasi pleura terjadi akibat
yaltu pengobatan lokal dan pengobatan kausal. Pengobatan kausal disesuaikan dengan
stage dan jenis tumor. Tidak jarang tumor primer sulit diternukan, maka aspek
pengobatan lokal menjadi pilihan dengan tujuan untuk mengurangi sesak napas yang
sangat mengganggu, terutama bila produksi cairan berlebihan dan cepat. Tindakan
yang dapat dilakukan antara lain, punksi pleura, pemasangan WSD dan pleurodesis
untuk mengurangi produksi cairan. Zat-zat yang dapat dipakal, antara lain talk,
tetrasikiin, mitomisin-C, adriamisin dan bleomisin. Bila tumor primer berasal dari
paru dan dari cairan pleura diternukan sel ganas maka EPG termasuk T4, tetapi bila
diternukan sel ganas pada biopsi pleura termasuk stage IV. Bila setelah dilakukan
berbagai pemeriksaan tumor primer paru tidak diternukan, dan tumor-tumor di luar
paru juga tidak dapat dibuktikan, maka EPG dianggap berasal dari paru. Apabila
tumor primer diternukan di luar paru, maka EPG ini termasuk gejala sisternik tumor
Sindrom vena kava superior muncul bila terjadi gangguan aliran oleh
berbagai sebab, di antaranya tumor paru dan tumor mediastinum. Gangguan ini pada
penderita kanker paru muncul akibat penekanan atau invasi massa ke vena cava
berat ringannya gangguan, sakit kepala, sesak napas, batuk, sinkope, sakit menelan,
dan batuk darah.Pada keadaan berat selain gejala sesak napas yang hebat dapat dilihat
pembengkakan leher dan lengan kanan disertai pelebaran vena-vena subkutan leher
adalah bila keadaan umurn penderita baik (PS > 50) maka harus dilakukan prosedur
diagnostik untuk mendapatkan jenis sel kanker.Narnun tindakan radiasi cito harus
segera diberikanbila keluhan sesak napas sangat berat dan setelah gejala berkurang,
prosedur diagnostik harus dilakukan. Tindakan radioterapi selanjutnya tergantung dari
dosis 3 Gy/fraksi.
3) Obstruksi Bronkus
dapat parsial atau total dan kadang-kadang diperlukan tindakan untuk meningkatkan
kualitas hidup penderita. Keluhan sesak napas disertai napas berbunyi dapat terjadi
pada obstruksi yang hebat. Keluhan akan bertambah bila disertai “mucus plug”. Pada
pemeriksaan jasmani akan ditemukan bunyi napas melemah pada sisi paru yang sakit,
dan dapat dijumpai pula bunyi napas patologis, misalnya mengi pada ekspirasi dan
inspirasi, suara ekspirasi memanjang atau stidor bila sumbatan pada jalan napas yang
dilakukan bila tebal sumbatan intrabronkial nnasih dapat diketahui. Hal Inl diperlukan
agar komplikasi tindakan laser tidak terjadi dan juga dibutuhkan untuk mengetahui
ukuran stent yang diperlukan. Bila sumbatan disebabkan oleh penekanan massa
laser dan pemasangan stent maka tindakan bedah perlu dipikirkan. Pada keadaan
dan distal 3 cm dari penyempitan, dosis : (5 - 8 Gy) 1 cm dari sumbu sumber radio
aktif. Apabila radiasi endobronkial tidak dapat dikerjakan, maka dapat diberikan
radiasi ekstemal di daerah bronkus yang menyempit dan daerah mukosa dengan dosis
dapat mengancam nyawa. Pada batuk darah masif harus dilakukan segera tindakan
bronkoskopi, selain untuk membuang bekuan darah ( stool cell), tindakan ini juga
pembedahan untuk mengatasinya. Radiasi adalah salah satu noninvasiv untuk batuk
darah.Target volume dan dosis seperti pada obstruksi bronkus (PDPI, 2003).
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1) Sel kanker adalah sel normal yang mengalami mutasi/perubahan genetik
dan tumbuh tanpa terkoordinasi dengan sel-sel tubuh lain.
3) Gambaran klinik penyakit kanker paru tidak banyak berbeda dari
penyakit paru lainnya, terdiri dari keluhan subyektif dan gejala obyektif. Dari
anamnesis akan didapat keluhan utama dan perjalanan penyakit, serta faktor–
faktor lain yang sering sangat membantu tegaknya diagnosis.
3.2 Saran
1. Perlunya Upaya Kesehatan bagi Penderita penyakit paru yakni
melaksanakan upaya Promotif, Perilaku Hidup Sehat, Upaya Preventif,
Upaya Kuratif, dan Upaya Rehabilitatif,
2. Perlunya Program alternatif yang lebih memperhatikan aspek psikologis
penderita penyakit paru dengan cara mengintegrasikan dengan program
pemerintah yang lainnya.
3. Perlunya sosialisasi terhadap seluruh kelompok umur masyarakat, agar
lebih memahami karakteristik penderita penyakit paru serta faktor resiko dan
juga karakterisitik penyakit pada lansia.
DAFTAR PUSTAKA