Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

KEPERAWATAN GAWAT DARURAT


“ Telaah Jurnal DISRITMIA: Atrial Fibrilaasi”

DOSEN PEMBIMBING:Ns. Junaidi Suparman Rustam, S.Kep, MNS

Disusun Oleh :

Kelompok 10

ANGGUN RUHT DIANA P (1811142010013)

ERIN SUKMA MELATI (1811142010021)

RIPA AULIA (1811142010063)

PRODI S1 KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN ( STIKes )

YARSI SUMBAR BUKITTINGGI

TAHUN 2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat,taufik,sertahidayahnya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah “Telaah Jurnal
DISRITMIA: Atrial Fibrilaasi ” yang diajukan guna memenuhi tugas mata kuliah
Keperawatan Gawat Darurat .

Pada kesempataan kali ini kami mengucapkan terimakasih kepada semua pihak turut
adil dalam penyusunan makalah ini hingga pada batas waktu yang telah ditentukan .

Kami sebagai penulis sangat menyadari bahwa makalah kami ini masih jauh dari kata
sempurna.Oleh karena itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran para pembaca untuk
kesepurnaan makalah ini.

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR………………………………………………………………………..i

DAFTAR ISI…………………………………………………………………………………ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang……………………………………………………………………….1
B. Rumusan Masalah…………………………………………………………………....1
C. Tujuan………………………………………………………………………………..2

BAB II PEMBAHASAN

A. Definisi disritmia …………………………………………………………………….3


B. Atrial fibrirasi ………………………………………..………………………………3
C. Telaah Jurnal………………………………………………………………………….5

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan …………………………………………………………………………..9
B. Saran……………………………………………………………………………….…9

DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………………. 10

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Atrial fibrilasi (AF) didefinisikan sebagai irama jantung yang abnormal dengan
aktivitas listrik jantung yang cepat dan tidak beraturan. Hal ini mengakibatkan atrium
bekerja terus menerus menghantarkan impuls ke nodus AV (atrioventrikuler) sehingga
respon ventrikel menjadi ireguler. Kejadian atrial fibrilasi meningkat dengan
bertambahnya usia. Umumnya terjadi pada usia di atas 50 tahun.1 Pada abad ke-21 ini
jumlah angka kejadian pada pasien dengan diagnosa atrial fibrilasi semakin meningkat.
Angka kejadian atrial fibrilasi di dunia pada tahun 2010 diperkirakan 2,66 miliar dan
pada tahun 2050 diperkirakan sejumlah 12 miliar jiwa. Dalam dua periode ini angka
kematian akibat atrial fibrilasi selalu meningkat. Atrial fibrilasi lebih banyak dijumpai
pada laki-laki dibandingkan wanita, walaupun terdapat keperpustakaan yang mengatakan
tidak terdapat perbedaan jenis kelamin yang mempengaruhi prevalensi atrial fibrilasi.2
Kejadian atrial fibrilasi dapat terjadi pada jantung dengan struktur anatomi normal,
namun umumnya lebih sering terjadi pada keadaan kelainan struktur penyakit jantung.3
Penyebab atrial fibrilasi yang paling sering terjadi adalah akibat penyakit jantung
iskemik, penyakit jantung 1 2 hipertensi, kelainan katup mitral, perikarditis,
kardiomiopati, emboli paru, pneumonia, penyakit paru obstruksi kronik, kor pulmonal.
Pada beberapa kasus, atrial fibrilasi tidak ditemukan penyebabnya.4 Atrial fibrilasi
merupakan salah satu penyebab kematian. Atrial fibrilasi juga dapat memberikan
komplikasi dan kegawatan berupa terjadinya stroke, demensia, gagal jantung dan
kematian.5,6 Akibat yang ditimbulkan oleh atrial fibrilasi akan meningkatkan risiko
terjadinya stroke pada pasien pasca mengalami atrial fibrilasi dan juga meningkatkan
risiko terjadinya kematian. Selain itu, pasien pasca atrial fibrilasi akan mengalami
penurunan kualitas hidup.6 Kejadian atrial fibrilasi juga merupakan aritmia yang paling
sering dijumpai dalam praktek sehari-hari dan paling sering menjadi penyebab seseorang
harus menjalani perawatan di rumah sakit.
Atrial fibrilasi makin mudah terjadi apabila terdapat kelainan anatomi jantung. Salah
satu penyebab kelainan struktur jantung adalah hipertensi lama.2 Hipertensi adalah suatu

3
keadaan dimana dijumpai tekanan darah lebih dari 140/90 mmHg atau lebih untuk usia
13-50 tahun dan tekanan darah mencapai 160/95 mmHg untuk usia di atas 50 tahun. Dan
harus dilakukan pengukuran tekanan darah minimal sebanyak dua kali untuk lebih
memastikan keadaan tersebut.7 Menurut Profil Data Kesehatan Indonesia tahun 2011
terdapat 80.615 kasus baru pada tahun 2010. 3 Sebanyak 19.874 harus dirawat di Rumah
Sakit dan angka kematian akibat hipertensi adalah 4,81%.8 Hipertensi dapat disebabkan
dan menyebabkan kerusakan berbagai organ target seperti pembuluh darah, retina,
jantung, sistem saraf pusat dan ginjal.3 Hipertensi yang berkepanjangan dan tidak
terkendali dapat mengubah struktur miokard, pembuluh darah dan sistem konduksi
jantung.
Perubahan-perubahan ini dapat mengakibatkan kelainan, salah satunya hipertrofi
ventrikel kiri. Gangguan sistem konduksi, dilatasi atrium kiri, disfungsi sistolik dan
diastolik juga dapat mengalami perubahan. Hal ini mempermudah terjadinya aritmia
jantung terutama atrial fibrilasi.9 Sepengetahuan peneliti, belum pernah ada penelitian
yang membandingkan dan mencari hubungan prosentase hipertensi dan hipertrofi
ventrikel kiri pada pasien lansia dengan atrial fibrilasi
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian disritmia?
2. Apa pengertian atrial fibrirasi?
3. Bagaimana telaah jurnal mengenai disritmia dan atrial fibrirasi?

C. Tujuan

Agar pembaca dapat memahami tentang disritmia dan atrial fibrirasi

4
BAB II

PEMBAHASAN

A. Distrimia

Aritimia/disritmia atau gangguan irama jantung adalah gangguan pada system kelistrikan
jantung yang mengatur denyut jantung sehingga denyut jantung dapat menjadi lebih lambat,
lebih cepat, atau tidak beraturan. Ketika tidak berdetak dengan normal, jantung tidak dapat
memompa darah sebagaimana mestinya dan mengakibatkan gangguan supply darah sehingga
dapat menyebabkan kerusakan pada jantung dan organ penting lainnya. Gangguan irama
jantung ini biasanya muncul saat olahraga, stress atau setelah terpapar kafein, nikotin dan
obat-obatan tertentu. Normalnya, jantung akan berdenyut 60 – 100 kali/menit. Apabila ada
gangguan irama jantung maka jantung akan berdenyut lebih lambat (bradikardi) atau lebih
cepat (takikardi).
Gejala Aritmia
Gejala aritmia/disritmia dapat berdeba-beda untuk setiap orang tergantung dari jenis
aritmia/disritmia yang dialami. Salah satu gejala yang biasanya dirasakan adalah jantung
berdebar (palpitasi). Apabila aritmia/disritmia sudah berlangsung cukup lama sehingga
mempengaruhi kerja jantung, maka gejala yang dapat dialami adalah:

 Denyut jantung tidak beraturan


 Sesak nafas
 Nyeri dada
 Mudah lelah
 Keringat dingin, mual, pusing
 Pingsan bahkan henti jantung

Faktor Risiko Aritmia


Hal-hal berikut ini dapat meningkatkan risiko seseorang mengalami aritmia

 Usia
 Hipertensi
 Obesitas
 Diabetes
 Gagal jantung
 Penyakit jantung koroner

5
 Hipertiroid/hipotiroid
 Merokok
 Terlalu banyak konsumsi alkohol atau kafein
 Stress
 Penggunaan obat-obatan atau suplemen tertentu
 Kelainan katup jantung
 Kelainan jantung bawaan (congenital heart disease)
 Faktor genetik
 Infeksi

Aritmia/disritmia juga meningkatkan risiko seseorang mengalami stroke 4 – 5 kali lebih besar
dibanding yang tidak mengalami aritmia. Data CDC tahun 2017 menyebutkan bahwa aritmia
menyebabkan stroke iskemik sebesar 15% – 20%.
Pemeriksaan Diagnostik Aritmia/Disritmia
Untuk mendiagnosa aritmia, dokter akan mengevalusi gejala dan riwayat medis pasien
melalui pemeriksaan fisik. Selain itu diperlukan juga pemeriksaan penunjang seperti:

 Elektrokardiografi (EKG) adalah pemeriksaan paling sederhana  untuk merekam


irama jantung sesaat
 Holter monitor adalah alat serupa EKG yang dipasangkan ke  tubuh pasien untuk
merekam irama jantung pasien selama 24 jam atau lebih
 Echocardiogram adalah pemeriksaan menggunakan gelombang ultrasound untuk
melihat gambaran, struktur, pergerakan jantung, dan fungsi jantung.
 Treadmill test adalah pemeriksaan rekam jantung saat kondisi pasien sedang
beraktifitas karena pada beberapa pasien, aritmia/disritmia muncul saat sedang beraktifitas
 Electrophysiology Study (EPS) adalah pemeriksaan untuk meme takan aktifitas listrik
jantung sehingga titik asal penyebab terjadinya gangguan kelistrikan jantung dapat diketahui.
Dari hasil pemeriksaan ini dapat ditentukan tindakan korektif yang dibutuhkan. Pemeriksaan
ini dilakukan dengan cara memasukan kateter melalui pembuluh darah sampai ke jantung.
Elektroda khusus terpasang di ujung kateter untuk mengirimkan sinyal listrik ke  jantung dan
merekam aktifitasnya. Prosedur ini dikerjakan di ruangan cath lab/ laboratorium kateterisasi.

Penanganan  Aritmia/Disritmia
Berdasarkan hasil pemeriksaan diagnostik, maka dokter dapat menentukan tindakan terapi
yang sesuai. Terapi dapat berupa obat-obatan, pemasangan alat khusus, ablasi, atau tindakan
pembedahan jika diperlukan.
1. Pemasangan alat pacu jantung
Pacemaker dan Implantable Cardiac Defibrilator (ICD) adalah alat pacu jantung yang
dipasang di bawah kulit di bagian dada dan dihubungkan ke jantung lewat elektroda untuk

6
mengkoreksi aritmia/disritmia. Alat ini akan menghasilkan sinyal listrik untuk menstimulasi
jantung agar berdenyut normal kembali.

 Echocardiogram adalah pemeriksaan menggunakan gelombang ultrasound untuk


melihat gambaran, struktur, pergerakan jantung, dan fungsi jantung.
 Treadmill test adalah pemeriksaan rekam jantung saat kondisi pasien sedang
beraktifitas karena pada beberapa pasien,  aritmia/disritmia muncul saat sedang beraktifitas
 Electrophysiology Study (EPS) adalah pemeriksaan untuk memetakan aktifitas listrik
jantung sehingga titik asal penyebab terjadinya gangguan kelistrikan jantung dapat diketahui.
Dari hasil pemeriksaan ini dapat ditentukan tindakan korektif yang dibutuhkan. Pemeriksaan
ini dilakukan dengan cara memasukan kateter melalui pembuluh darah sampai ke jantung.
Elektroda khusus terpasang di ujung kateter untuk mengirimkan sinyal listrik ke jantung dan
merekam aktifitasnya. Prosedur ini dikerjakan di ruangan cath lab/ laboratorium kateterisasi.

2. Cardiac Ablation
Merupakan tindakan untuk mengkoreksi aritmia dengan cara memasukan kateter melalui
pembuluh darah sampai ke jantung (mirip seperti prosedur pada EPS). Elektroda pada ujung
kateter dilengkapi dengan energi radiofrekuensi untuk mengablasi (merusak) titik tertentu
pada jantung yang menyebabkan aritmia/disritmia sehingga jantung dapat kembali berdenyut
normal.
Omni Hospitals Pulomas berhasil menyembuhkan salah satu kasus penderita Aritmia yang
menimpa anak muda berusia 16 tahun yang kegiatannya sangat aktif baik dalam berolahraga
maupun bersekolah. Dari testimoni penderita aritmia tersebut dapat disimpulkan bahwa
penyakit tersebut bisa datang kapan saja dan dari umur berapa saja. Bahkan bagi Anda yang
sudah melakukan gaya hidup sehat tidak menutup kemungkinan akan terjangkit penyakit
Aritmia. Oleh karena itu, disarankan Anda cek secara berkala kesehatan tubuh dan Jantung
agar dapat dicegah sejak dini.

B. Defenisi Fibrilasi atrial

Denyut jantung tidak teratur dan sering kali cepat yang umumnya
menyebabkan aliran darah tidak lancar. Bilik atas jantung (atrium) tidak bekerja
sama dengan bilik bawah (ventrikel). Kondisi ini mungkin tidak memiliki gejala,
tetapi jika ada, gejala berupa jantung berdebar, sesak napas, dan kelelahan.
Perawatan termasuk obat-obatan, sengatan listrik (kardioversi), dan bedah invasif
minimum (ablasi).
Membutuhkan diagnosis medis
Kondisi ini mungkin tidak memiliki gejala, tetapi jika ada, gejala berupa jantung berdebar,
sesak napas, dan kelelahan.

7
Mungkin tidak menunjukkan gejala, namun orang dapat mengalami:
Area nyeri: dada
Seluruh tubuh: kelelahan, ketidakmampuan untuk berolahraga, lemas atau pusing
Jantung: denyut jantung cepat atau jantung berdetak cepat (palpitasi)
Juga umum: napas pendek

Pengobatan terdiri dari pengencer darah dan beta blocker


Perawatan termasuk obat-obatan, sengatan listrik (kardioversi), dan bedah invasif minimum
(ablasi).

Prosedur medis
Kardioversi dan Ablasi kateter

Obat
Penghambat beta, Pengeblok kanal kalsium, Antiaritmik, dan Antikoagulan

Perawatan pendukung
Pemantauan jantung

Bedah
Prosedur Maze dan Prosedur pembedahan mini maze

C. Telaah Jurnal
1. Analisa Jurnal I
a. Judul : Ciri-Ciri Fibrilasi Atrium Berdasarkan Umur, Jenis Kelamin, dan
Etiologi
b. Penulis : Barizatul Husniyah 1, Bambang Herwanto 2 *, Noor Idha
Handayani 3 1 Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga, Surabaya,
Indonesia. 2 Departemen Kardiologi dan Kedokteran Vaskular, Fakultas
Kedokteran, Universitas Airlangga, Surabaya, Indonesia. 3 Departemen
Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi, Fakultas Kedokteran, Universitas
Airlangga, Surabaya, Indonesia.
c. Temuan : Dalam penelitian ini diperoleh 60 sampel yang memenuhi kriteria
dengan jumlah 25 laki-laki (41,7%) dan 35 perempuan (58,3%). AF
menyerang lebih banyak pasien pada usia 51-60 tahun (31,7%). Etiologi AF
yang paling umum adalah penyakit jantung rematik (60%).

8
d. Bukti : Korespondensi: dr_bambangher@yahoo.com JUXTA: Jurnal Ilmiah
Mahasiswa Kedokteran Universitas Airlangga p-ISSN: 1907-3623; e-ISSN:
2684-9453 DOI: 10.20473 / juxta.V11I22020.86-89 Buka akses di bawah
Lisensi Internasional Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 (CC-
BY-SA)
2. Analisa Jurnal II
a. JUDUL : Ablasi Fibrilasi Atrium Persisten menggunakan Kateter Ablasi
Serbaguna
b. Penulis : Edward J. Davies, MBBS * , Ben Clayton, MBChB, Garis Ian, Guy
A. Haywood, MD Pusat Kardiotoraks Barat Daya, Plymouth, Inggris
Diterima 19 Juni 2015; diterima dalam bentuk revisi 1 Desember 2015;
diterima 19 Desember 2015; online publish-before-print 28 Januari 2016
c. Metode : Empat puluh empat prosedur pada 40 pasien yang menjalani ablasi
PsAF dengan teknik baru secara prospektif dimasukkan ke dalam database:
27 de novo. Titik akhir primer adalah bebas dari aritmia selama lebih dari
dua tahun masa tindak lanjut. Titik akhir sekunder adalah waktu untuk
kekambuhan aritmia pertama, bebas dari fibrilasi atrium (AF) dan mematikan
obat antiaritmia (AAD), durasi prosedur dan fluoroskopi dan tingkat
komplikasi.
d. Temuan : Pada tindak lanjut rata-rata 33 bulan, kebebasan absolut dari
kekambuhan aritmia adalah 45% di de novo kelompok. Secara keseluruhan,
pada 33 (IQR 24-63) bulan, 60% dari de novo pasien berada dalam ritme
sinus normal yang berkelanjutan dan 15% lainnya hanya melaporkan
paroksisma AF sesekali pada tindak lanjut jangka panjang. Waktu prosedur
192 25 menit, total energi yang dikirim 2239 883s dan waktu fluoroskopi 60
10 menit.
e. Bukti : Jantung, Paru-paru dan Sirkulasi (2016) 25, 645–651 1443-9506 /
04 / $ 36,00 http://dx.doi.org/10.1016/j.hlc.2015.12.096

3. Analisa Jurnal III


a. Judul : Pengaruh substrat atrium pada penangkapan lokal yang disebabkan
oleh kecepatan fibrilasi atrium yang cepat
b. Penulis : Alexandru Rusu 1, Vincent Jacquemet 2, Jean-Marc Vesin 1, dan
Nathalie Virag 3 * 1 Grup Pemroses Sinyal Terapan, Institut Teknologi

9
Federal Swiss, CH-1015 Lausanne, Swiss; 2 Departemen Fisiologi,
Universitas Montreal dan Centre de Recherche, Hôpital du Sacré-Coeur,
Montréal, (QC) H4J 1C5, Kanada; dan 3 Medtronic Europe, CH-1131
Tolochenaz, Swiss Diterima 15 Juli 2013; diterima setelah revisi 3 Januari
2014
c. Metode dan Temuan : Tiga model biofisik AF dengan anatomi identik dari
atrium manusia tetapi dengan substrat AF yang berbeda digunakan: (i) AF
berdasarkan multiplewavelet, (ii) AF berdasarkan heterogenitas dalam
aktivasi vagal, (iii) AF berdasarkan heterogenitas dalam repolarisasi. Model
anatomi keempat tanpa bundel Bachmann (BB) juga diimplementasikan.
Penempatan cepat diterapkan dari septum pada panjang siklus pacu dalam
kisaran 50–100% dari panjang siklus AF. Penangkapan lokal secara otomatis
dinilai dengan 24 pasang elektroda yang didistribusikan secara merata di
permukaan atrium. Hasilnya dirata-ratakan pada 16 simulasi AF. Pada
substrat homogen, penangkapan AF bisa mencapai 80% dari permukaan
atrium. Heterogenitas menurunkan kemampuan menangkap selama AF. Di
substrat vagal, penangkapan cenderung lebih teratur dan degradasi hasil
tangkapan tidak secara langsung berkaitan dengan luasan spasial dari
heterogenitas tersebut. Pada substrat ketiga, heterogenitas memicu
penambatan gelombang dan pemecah gelombang bahkan di area yang dekat
dengan lokasi pacu, dengan efek yang lebih dramatis pada pengambilan AF.
Terakhir, BB tidak secara signifikan mempengaruhi kemampuan menangkap
d. Bukti : Europace (2014) 16, 766–773 doi: 10.1093 / europace / euu003

10
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Aritimia/disritmia atau gangguan irama jantung adalah gangguan pada system kelistrikan
jantung yang mengatur denyut jantung sehingga denyut jantung dapat menjadi lebih lambat,
lebih cepat, atau tidak beraturan. Ketika tidak berdetak dengan normal, jantung tidak dapat
memompa darah sebagaimana mestinya dan mengakibatkan gangguan supply darah sehingga
dapat menyebabkan kerusakan pada jantung dan organ penting lainnya. Gangguan irama
jantung ini biasanya muncul saat olahraga, stress atau setelah terpapar kafein, nikotin dan
obat-obatan tertentu. Normalnya, jantung akan berdenyut 60 – 100 kali/menit. Apabila ada
gangguan irama jantung maka jantung akan berdenyut lebih lambat (bradikardi) atau lebih
cepat (takikardi).Gejala aritmia/disritmia dapat berdeba-beda untuk setiap orang tergantung
dari jenis aritmia/disritmia yang dialami. Salah satu gejala yang biasanya dirasakan adalah
jantung berdebar (palpitasi). Apabila aritmia/disritmia sudah berlangsung cukup lama
sehingga mempengaruhi kerja jantung, maka gejala yang dapat dialami adalah:Denyut
jantung tidak beraturan ,Sesak nafas dan lain-lain
Denyut jantung tidak teratur dan sering kali cepat yang umumnya menyebabkan aliran darah
tidak lancar. Bilik atas jantung (atrium) tidak bekerja sama dengan bilik bawah (ventrikel).
Kondisi ini mungkin tidak memiliki gejala, tetapi jika ada, gejala berupa jantung berdebar,
sesak napas, dan kelelahan. Perawatan termasuk obat-obatan, sengatan listrik (kardioversi),
dan bedah invasif minimum (ablasi).Membutuhkan diagnosis medis :Kondisi ini mungkin
tidak memiliki gejala, tetapi jika ada, gejala berupa jantung berdebar, sesak napas, dan
kelelahan.Mungkin tidak menunjukkan gejala, namun orang dapat mengalami:
Area nyeri: dada
Seluruh tubuh: kelelahan, ketidakmampuan untuk berolahraga, lemas atau pusing
Jantung: denyut jantung cepat atau jantung berdetak cepat (palpitasi)
Juga umum: napas pendek

11
B. Saran
Agar mahasiswa/i bias menjadikan bahan kami sebagai acuan pembelajaran

DAFTAR PUSTAKA

https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/26906282/
https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/29984814/

12

Anda mungkin juga menyukai