Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH FARMAKOEPIDEMIOLOGI

Kanker Paru

DOSEN :

DI SUSUN OLEH :

Anindya Purnama A (13330023)

PROGRAM STUDI FARMASI

FAKULTAS FARMASI

INSTITUT SAINS DAN TEKNOLOGI NASIONAL

JAKARTA

2016
KATA PENGANTAR

Puji syukur Kami panjatkan atas Kehadirat ALLAH SWT, yang telah memberikan rahmat
dan hidayah-Nya kepada Saya atas nikmat-Nya sehingga Saya dapat menyelesaikan makalah
farmakoepidemiologi dengan judul Kanker Paru untuk melengkapi tugas yang diberikan.
Dalam menyusun makalah ini Saya mendapatkan berbagai bantuan, baik moril, materil, tenaga
dan pikiran dari berbagai pihak. Oleh karena itu dengan segala hormat dan kasih sayang Saya
mengucapkan terimakasih kepada selaku dosen farmakoepidemilogi yang membimbing dan
mengarahkan Kami dalam menyelesaikan makalah ini.

Saya menyadari akan kelemahan dan kekurangannya. Oleh karena itu segala kritik
membangun dan saran akan diterima dengan penuh ucapan teima kasih agar semakin baiknya
makalah ini.

Semoga makalah ini bermanfaat bagi para pembacanya.

Jakarta, Januari 2017

Penulis
DAFTAR ISI

Kata Pengantar I

Daftar Isi . II

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah ... 2
C. Tujuan . 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Epidemiologi .. 3
B. Pengertian ... 4
C. Etiologi ... 5
D. Gejala .. 6
E. Pathogenesis ... 7
F. Pencegahan . 9

BAB III PEMBAHASAN

A. Pengendalian .. 12

BAB IV PENUTUP

A. Kesimpulan 15

Daftar Pustaka 16
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kanker paru adalah gangguan yang dapat mempengaruhi organ di dalam paru atau
system pernafasan. Biasanya di sebabkan oleh sel-sel di dalam paru yang abnormal dan
bisa juga berasal dari bagian tubuh yang terkena kanker sehingga menjalar ke organ yang
lain. Pada awal Abad ke-20, kanker paru menjadi masalah global. Kanker paru
merupakan kanker yang paling sering di dunia. Saat ini, 1,2 juta orang meninggal karena
kanker paru-paru setiap tahun dan kejadian global kanker paru-paru semakin meningkat
(Hansen, 2008).
World Health Organisation (WHO) tahun 2007 melaporkan bahwa insidens
penyakit kanker di dunia mencapai 12 juta penduduk dengan PMR 13 %. Di negara maju
seperti Amerika Serikat dan Inggris, kematian akibat kanker menduduki peringkat kedua
setelah penyakit kardiovaskuler. Salah satu penyakit kanker yang menyebabkan kematian
tertinggi di dunia adalah kanker paru.
WHO World Report 2000 melaporkan, PMR kanker paru pada tahun 1999 di
dunia 2,1%. Menurut WHO, Cause Specific Death Rate (CSDR) kanker trakea, bronkus,
dan paru di dunia 13,2 per 100.000 penduduk dengan PMR 2,3% (WHO, 2004). Hasil
survei penyakit tidak menular oleh Direktorat Je nderal PPM & PL di 5 rumah sakit
propinsi di Indonesia (Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Lampung, dan Sumatera
Selatan) pada tahun 2004, menunjukkan angka kesakitan disebabkan oleh kanker paru
sebesar 30%. (Depkes RI, 2004).
Tingginya angka merokok pada masyarakat Indonesia akan menjadikan kanker
paru sebagai salah satu masalah kesehatan di Indonesia. Kanker paru merupakan salah
satu jenis penyakit paru yang memerlukan penanganan dan tindakan yang cepat dan
terarah. Penegakan diagnosis penyakit ini membutuhkan ketrampilan dan sarana yang
tidak sederhana dan memerlukan pendekatan multidisiplin kedokteran. Penemuan kanker
paru pada stadium dini akan sangat membantu penderita (PDPI, 2003).

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud kanker paru?
2. Apa yang dimaksud epidemiologi dari kanker paru?
3. Apa saja etiologi dari kanker paru?
4. Apa saja manifestasi dari kanker paru?
5. Bagaimana cara pencegahan terjadinya kanker paru?

C. Tujuan
Agar mahasiswa lebih memahami apa itu kanker paru, apa epidemiologi dari kanker,
bagaimana cara pencegahannya, apa saja manifestasi dari kanker paru.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Epidemiologi
Kanker paru masih menjadi salah satu keganasan yang paling sering, berkisar
20% dari seluruh kasus kanker pada laki-laki deng an risiko terkena 1 dari 13 orang dan
12% dari semua kasus kanker pada perempuan dengan risiko terkena 1 dari 23 orang.
Di Inggris rata-rata 40.000 kasus baru dilaporkan setiap tahun. Perkiraan inside nsi
kanker paru pa da laki-laki tahun 2005 di Amerika Serikat adalah 92.305 dengan rata-
rata 91.537 orang meninggal karena kanker.
American Cancer Society mengestimasikan kanker paru di Amerika Serikat pada
tahun 2010 sebagai berikut :
1. Sekitar 222.520 kasus baru kanker paru akan terdiagnosa (116.750 orang laki-laki
dan 105.770 orang perempuan).
2. Estimasi kematian karena kanker pa ru sekitar 157.300 kasus (86.220 pada laki-laki
dan 71.080 pada perempuan), berkisar 28% dari semua kasus kematian karena kanker.
Risiko terjadinya kanker paru sekitar 4 kali lebih besar pada laki-laki
dibandingkan perempuan dan risiko meningkat sesuai dengan usia: di Eropa insidensi
kanker paru 7 dari 100.000 laki-laki dan 3 dari 100.000 perempuan pada usia 35 tahun,
tetapi pada pasien >75 tahun, insidensi 440 pada laki-laki dan 72 pada perempuan.
Variasi insidensi kanker paru secara geografik yang luas juga dilaporkan dan hal ini
terutama berhubungan dengan kebiasaan merokok yang bervariasi di seluruh dunia.
Menurut penelitian Widyastuti, jumlah penderita kanker paru di RSUP H.Adam
Malik Medan pada tahun 2000 ada 36 orang (7,07%), 54 orang (12,62%) tahun 2001, 88
orang (15,52%) pada tahun 2002 (Sri Widyastuti, 2004). Penelitian yang dilakukan
Melindawati menunjukkan jumlah penderita kanker paru sebanyak 378 orang pada tahun
2004 2008 dengan perincian pada tahun 2004 sebanyak 63 orang, tahun 2005 sebanyak
88 orang, tahun 2006 sebanyak 68 orang, tahun 2007 sebanyak 70 orang, dan tahun 2008
sebanyak 89 orang ( Melindawati, 2008).
Menurut Departemen Kesehatan melalui pusat promosi kesehatan menyatakan
Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang memiliki tingkat konsumsi
rokok dan produksi rokok tertinggi. Berdasarkan data dari WHO, prevalensi merokok di
kalangan orang dewasa meningkat ke 31,5% pada tahun 2001 dari 26,9 % pada tahun
1995. Pada tahun 2001, 62,2% dari pria dewasa merokok, dibandingkan dengan 53,4 %
pada tahun 1995. Rata rata umur mulai merokok yang semula 18,8 tahun pada tahun
1995 menurun ke 18,4 tahun pada tahun 2001. Prevalensi merokok pada pria meningkat
cepat seiring dengan bertambahnya umur: dari 0,7% (10 14 tahun), ke 24,2 % (15 19
tahun), melonjak ke 60,1 % (20 24 tahun). Remaja pria umur 15 19 tahun mengalami
peningkatan konsumsi sebesar 65% antara 1995 dan 2001 lebih tinggi dari kelompok
lain manapun. (WHO, 2001). Dapat dilihat bahwa terjadi peningkatan prevalensi
merokok dalam jangka waktu 5 tahun.

B. Pengertian
Menurut WHO, kanker adalah istilah umum untuk satu kelompok besar penyakit
yang dapat mempengaruhi setiap bagian dari tubuh. Istilah lain yang digunakan adalah
tumor ganas dan neoplasma. Salah satu fitur mendefinisikan kanker adalah pertumbuhan
sel sel baru secara abnormal yang tumbuh melampaui batas normal, dan yang kemudian
dapat menyerang bagian sebelah tubuh dan menyebar ke organ lain. Menurut National
Cancer Institute(2009).
Kanker adalah suatu istilah untuk penyakit di mana sel sel membelah secara
abnormal tanpa kontrol dan dapat menyerang jaringan di sekitarnya. Proses ini disebut
metastasis. Metastasis merupakan penyebab utama ke matian akibat kanker (WHO,
2009) Kanker paru adalah pertumbuhan sel-sel kanker yang tidak dapat terkendali
dalam jaringan paru yang dapat disebabkan oleh sejumlah karsinogen lingkungan
terutama asap rokok (Ilmu Penyakit Dalam, 2001).
Kanker paru adalah tumor berbahaya yang tumbuh diparu, sebagian besar kanker
paru berasal dari sel-sel didalam paru tapi dapat juga berasal dari bagian tubuh lain yang
terkena kanker. Paru merupakan organ elastis berbentuk kerucut dan letaknya di dalam
rongga dada. Jenis tumor paru dibagi untuk tujuan pengobatan, meliputi SCLC (Small
Cell Lung Cancer) dan NSLC (Non Small Cell Lung Cancer / Karsinoma Skuamosa,
adenokarsinoma, karsinoma sel besar).

C. Etiologi
1. Merokok
Merupakan penyebab utama Ca paru. Suatu hubungan statistik yang defenitif
telah ditegakkan antara perokok berat (lebih dari dua puluh batang sehari) dari
kanker paru (karsinoma bronkogenik). Perokok seperti ini mempunyai kecenderung
sepuluh kali lebih besar dari pada perokok ringan. Selanjutnya orang perokok berat
yang sebelumnya dan telah meninggalkan kebiasaannya akan kembali ke pola resiko
bukan perokok dalam waktu sekitar 10 tahun. Hidrokarbon karsinogenik telah
ditemukan dalam ter dari tembakau rokok yang jika dikenakan pada kulit hewan,
menimbulkan tumor.

2. Iradiasi
Insiden karsinoma paru yang tinggi pada penambang kobalt di Schneeberg dan
penambang radium di Joachimsthal (lebih dari 50 % meninggal akibat kanker paru)
berkaitan dengan adanya bahan radioaktif dalam bentuk radon. Bahan ini diduga
merupakan agen etiologi operatif.

3. Zat-zat yang terhirup ditempat kerja


Terdapat insiden yang tinggi dari pekerja yang terpapar dengan karbonil nikel
(pelebur nikel) dan arsenic (pembasmi rumput). Pekerja pemecah hematite (paru
paru hematite) dan orang orang yang bekerja dengan asbestos dan dengan kromat
juga mengalami peningkatan insiden. Contoh : radon, nikel, radiasi dan arsen.

4. Polusi Udara
Mereka yang tinggal di kota mempunyai angka kanker paru yang lebih tinggi dari
pada mereka yang tinggal di desa dan walaupun telah diketahui adanya karsinogen
dari industry dan uap diesel dalam atmosfer di kota. Contoh: Polusi udara, pemaparan
gas RT, asap kendaraan / pembakaran (Thomson, Catatan Kuliah Patologi,1997).
5. Genetik
Terdapat perubahan/ mutasi beberapa gen yang berperan dalam kanker paru, yakni
:
a. Proton oncogen.
b. Tumor suppressor gene.
c. Gene encoding enzyme.
d. Teori Onkogenesis.
Terjadinya kanker paru didasari oleh tampilnya gen suppresor tumor dalam
genom (onkogen). Adanya inisiator mengubah gen supresor tumor dengan cara
menghilangkan (delesi/del) atau penyisipan (insersi/ inS) sebagian susunan pasangan
basanya, tampilnya gen erbB1 dan atau neu/erbB2 berperan dalam anti apoptosis
(mekanisme sel untuk mati secara alamiah- programmed cell death). Perubahan
tampilan gen kasus ini menyebabkan sel sasaran dalam hal ini sel paru berubah
menjadi sel kanker dengan sifat pertumbuhan yang autonom. Dengan demikian
kanker merupakan penyakit genetic yang pada permulaan terbatas pada sel sasaran
kemudian menjadi agresif pada jaringan sekitarnya.

6. Diet
Dilaporkan bahwa rendahnya konsumsi betakaroten, seleniumdan vitamin A
menyebabkan tingginya resiko terkena kanker paru. (Ilmu Penyakit Dalam, 2001).

D. Gejala
Gejala paling umum yang ditemui pada penderita kanker paru adalah:
1. Batuk yang terus menerus atau menjadi hebat.
2. Dahak berdarah, berubah warna dan makin banyak.
3. Napas sesak dan pendek-pendek.
4. Sakit kepala, nyeri atau retak tulang dengan sebab yang tidak jelas.
5. Kelelahan kronis
6. Kehilangan selara makan atau turunnya berat badan tanpa sebab yang jelas.
7. Suara serak/parau.
8. Pembengkakan di wajah atau leher.
Gejala pada kanker paru umumnya tidak terlalu kentara, sehingga kebanyakan
penderita kanker paru yang mencari bantuan medis telah berada dalam stadium lanjut.
Kasusk-kasus stadium dini/ awal sering ditemukan tanpa sengaja ketika seseorang
melakukan pemeriksaan kesehatan rutin.

E. Patogenesis
Patogenesis kanker paru belum diketahui secara pasti. Sel mukosal bronkial
mengalami perubahan metaplastik sebagai respon terhadap paparan kronis dari partikel
yang terhirup dan kemudian melukai paru. Sebagai respon dari adanya luka selular
tersebut, maka terjadilah peradangan. Sel basal mucosal akan mengalami proliferasi dan
terdiferensiasi menjadi sel goblet yang mensekresi mukus. Aktivitas metaplastik terjadi
akibat pergantian lapisanepitelium kolumnar dengan epitelium skuamus, yang disertai
dengan atipia selular dan peningkatan aktivitas mitotic yang berkembang menjadi
displasia mukosal. Rentang waktu proses ini belum dapat dipastikan, hanya diperkirakan
kurang lebih antara 10 hingga 20 tahun. Jika dilihat dari manifestasi klinisnya, dapat
dikategorikan menjadi gejala intrapulmonal intratorakal, gejala ekstrapulmonal
intratorakal, gejala ekstrato rakal non metastasis dan gejala ekstratorakal metastasis.

1. Manifestasi Lokal Kanker Paru (Intrapulmonal Intratorakal)


Gejala yang paling sering adalah batuk kronis dengan/tanpa produksi sputum.
Produksi sputum yang berlebih merupakan suatu gejala karsinoma sel bronkoalveolar
( bronchoalveolar cell carcinoma). Hemoptisis (batuk darah) merupakan gejala pada
hampir 50% kasus. Nyeri dada juga umum terjadi dan bervariasi mulai dari nyeri
pada lokasi tumor atau nyeri yang lebih berat oleh karena adanya invasi ke dinding
dada atau mediastinum. Susah bernafas ( dyspnea) dan penurunan berat badan
juga sering dikeluhkan oleh pasien kanker paru. Pneumonia fokal rekuren dan
pneumonia segmental mungkin terjadi karena lesi obstruktif dalam saluran nafas.
Mengi unilateral dan monofonik jarang terjadi karena adanya tumor bronkial
obstruksi. Stridor dapat ditemukan bila trakea sudah terlibat.

2. Manifestasi Ekstrapulmonal Intratorakal


Manifestasi ini disebabkan oleh adanya invasi / ekstensi kanker paru ke struktur
/ organ sekitarnya. Sesak nafas dan nyeri dada bisa disebabkan oleh keterlibatan
pleura atau perikardial. Efusi pleura dapat menyebabkan sesak nafas, dan efusi
perikardial dapat menimbulkan gangguan kardiovaskuler. Tumor lobus atas kanan
atau kelenjar mediastinum dapat menginvasi atau menyebabkan kompresi vena kava
superior dari eksternal. Dengan demikian pasien tersebut akan menunjukkan
suatu sindroma vena kava superior, yaitu nyeri kepala, wajah sembab/plethora, lehar
edema dan kongesti, pelebaran vena-vena dada. Tumor apeks dapat meluas dan
melibatkan cabang simpatis superior dan menyebabkan sindroma Horner, melibatkan
pleksus brakialis dan menyebabkan nyeri pada leher dan bahu dengan atrofi dari otot-
otot kecil tangan. Tumor di sebelah kiri dapat mengkompresi nervus la ringeus
rekurens yang berjalan di atas arcus aorta da n menyebabkan suara serak dan paralisis
pita suara kiri. Invasi tumor langsung atau kelenjar mediastinum yang membesar
dapat menyebabkan kompresi esophagus dan akhirnya disfagia.

3. Manifestasi Ekstrato rakal Non Metastasis


Kira-kira 10-20% pasien kanker paru mengalami sindroma paraneoplastik.
Biasanya hal ini terjadi bukan disebabkan oleh tumor, melainkan karena zat
hormon/peptida yang dihasilkan oleh tumor itu sendiri. Pasien dapat menunjukkan
gejala-gejala seperti mudah lelah, mual, nyeri abdomen, confusion , atau gejala yang
lebih sp esifik seperti galaktorea (galactorrhea). Produksi hormon lebih sering terjadi
pada karsinoma sel kecil dan beberapa sel menunjukkan karakter istik neuro-
endokrin. Peptida yang disekresi berupa adrenocorticotrophic hormone
(ACTH), antidiuretic hormone (ADH), kalsitonin, oksitosin da n hormon paratiroid.
Walaupun kadar peptide-peptida ini tinggi pada pasi en-pasien kanker paru, namun
hanya sekitar 5% pasien yang menunjukkan sindroma klinisnya. Jari tabuh (clubbing
finger ) dan hypertrophic pulmonary osteo-arthropathy (HPOA) juga termasuk
manifestasi non metastasis dari kanker paru. Neuropati perifer dan sindroma
neurologi seperti sindroma miastenia Lambert-Eaton juga dihubungkan dengan
kanker paru.
4. Manifestasi Ekstratorakal Metastasis
Penurunan berat badan > 20% dari berat badan sebelumnya (bulan sebelumnya)
sering mengindikasikan adanya metastasis. Pasien dengan metastasis ke hepar sering
mengeluhkan penurunan berat badan. Kanker paru umumnya juga bermetastasis ke
kelenjar adrenal, tulang, otak, dan kulit. Keterlibatan organ organ ini dapat
menyebabkan nyeri local. Metastasis ke tulang dapat terjadi ketulang mana saja
namun cenderung melibatkan tulang iga, vertebra, humerus, dan tulang femur. Bila
terjadi metastasis ke otak, maka akan terdapat gejala gejala neurologi, seperti
confusion, perubahan kepribadian, dan kejang. Kelenjar getah bening supraklavikular
dan servikal anterior dapat terlibat pada 25% pasien dan sebaiknya dinilai secara rutin
dalam mengevaluasi pasien kanker paru.

F. Pencegahan
Prinsip upaya pencegahan lebih baik dari sebatas pengobatan. Terdapat 3 Tingkatan
pencegahan dalam epideemiologi penyakit kanker paru, yaitu :

1. Pencegahan Primordial (Pencegahan Tingkat Pertama)


Pencegahan terhadap etiologi (penyebab) penyakit. Pencegahan primer dilakukan
pada orang yang sehat (bebas kanker). Langkah nyata yang dapat dilakukan adalah
memberikan informasi kepada masyarakat tentang pencegahan kanker.
Upaya yang dapat dilakukan adalah Upaya Promosi Kesehatan, upaya untuk
memberikan kondisi pada masyarakat yang memungkinkan penyakit kanker paru
tidak dapat berkembang karena tidak adanya peluang dan dukungan dari kebiasaan,
gaya hidup maupun kondisi lain yang merupakan faktor resiko untuk munculnya
penyakit kanker paru.
Misalnya : menciptakan prakondisi dimana masyarakat merasa bahwa merokok
itu merupakan kebiasaan yang tidak baik dan masyarakat mampu bersikap positif
untuk tidak merokok. Seseorang perokok yang telah berhasil berhenti 10 tahun
lamanya berarti telah dapat menurunkan risiko 30 -50 persen untuk terkena kanker
paru. Selain itu, senantiasa menjaga daya tahan tubuh melalui pola hidup sehat
(olahraga teratur, tidur cukup, hidup bebas stress serta pola makan sehat), dan makan
suplemen secara teratur.

2. Pencegahan Tingkat Kedua


Pencegahan sekunder adalah pencegahan yang dilakukan pada orang yang sudah
sakit. Tujuannya adalah untuk mencegah perkembangan penyakit lebih lanjut dari
penyakit serta membatasi terjadinya kecacatan. Upaya yang dilakukan adalah :
Diagnosis Dini : misalnya dengan Screening.
Pengobatan : misalnya dengan Kemotherapi, Pembedahan atau iradiasi.

1. Pembedahan
Tujuan pada pembedahan kanker paru sama seperti penyakit paru lain, untuk
mengankat semua jaringan yang sakit sementara mempertahankan sebanyak
mungkin fungsi paru paru yang tidak terkena kanker.

1. Toraktomi eksplorasi.
Untuk mengkomfirmasi diagnosa tersangka penyakit paru atau toraks
khususnya karsinoma, untuk melakukan biopsy.

2. Pneumonektomi pengangkatan paru)


Karsinoma bronkogenik bilaman dengan lobektomi tidak semua lesi bisa
diangkat.

3. Lobektomi (pengangkatan lobus paru)


Karsinoma bronkogenik yang terbatas pada satu lobus, bronkiaktesis bleb atau
bula emfisematosa; abses paru; infeksi jamur; tumor jinak tuberkulois.

4. Resesi segmental
Merupakan pengangkatan satu atau lebih segmen paru.

5. Resesi baji
Tumor jinak dengan batas tegas, tumor metas metik, atau penyakit peradangan
yang terlokalisir. Merupakan pengangkatan dari permukaan paru paru
berbentuk baji (potongan es)

6. Dekortikasi
Merupakan pengangkatan bahan bahan fibrin dari pleura viscelaris)

2. Radiasi
Radioterapi adalah penggunaan sinar pengion dalam upaya mengobati penderita
kanker. Prinsip radioterapi adalah mematikan sel kanker dengan memberikan
dosis yang tepat pada volume tumor / target yang dituju dan menjaga agar efek
radiasi pada jaringan sehat disekitarnya tetap minimum.

3. Kemoterapi
Kemoterapi adalah upaya untuk membunuh sel-sel kanker dengan mengganggu
fungsi reproduksi sel. Kemoterapi merupakan cara pengobatan kanker dengan
jalan memberikan zat/obat yang mempunyai khasiat membunuh sel kanker.

3. Pencegahan Tingkat Ketiga


Pencegahan tersier adalah upaya meningkatkan angka kesembuhan,
angka survival (bertahan hidup), dan kualitas hidup dalam pengobatan kanker berupa
penatalaksanaan terapi rehabilitatif, paliatif, dan bebas rasa sakit. Misalnya penderita
kanker stadium lanjut membutuhkan terapi paliatif, yaitu terapi yang bertujuan untuk
meningkatkan kualitas hidup pasien penderita kanker, baik dengan radioterapi atau
dengan obat-obatan.
BAB III
PEMBAHASAN

A. Pengendalian
Kanker merupakan salah satu penyakit penyebab kematian yang mendapatkan
perhatian serius dari Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Beberapa program
pengendalian pun telah disusun dan diterapkan sejak lima tahun yang lalu. Program
pengendalian kanker secara terorganisir sudah dilakukan sejak sekitar lima tahun terakhir
di Indonesia, sejalan dengan dibentuk dan aktifnya Direktorat Pengedalian Penyakit
Tidak Menular di DitJen P2PL. Beban ekonomi pengobatan kanker tidak hanya
berdampak terhadap sistem kesehatan, tetapi juga untuk individu dan rumah tangga
mereka yang terkena kanker.
Dampak ini akan dirasakan paling kuat di kelompok sosioekonomi rendah,
khususnya (meskipun tidak secara eksklusif) di negara-negara berpenghasilan rendah dan
menengah di mana jaring pengaman sosial, seperti asuransi kesehatan universal kurang
tersedia. Sebagai konsekuensinya, kanker bisa menjadi penyebab utama kemiskinan.
Mengingat pasien kanker membutuhkan perawatan jangka panjang, maka
dibutuhkan tambahan beban ekonomi tersendiri bagi diri pasien dan keluarga. Oleh
karenanya, diperlukan upaya pengendalian dari adanya penyakit ini.
Berikut lima kegiatan pengendalian kanker yang telah disusun dan dilaksanakan di
Indonesia :

1. Program Promotif dan Pencegahan


Penyebab utama kanker adalah penerapan gaya hidup yang tak sehat. Maka,
promotif dan pencegahan merupakan salah satu program penting sebagai upaya
pengendalian kanker. Kementerian Kesehatan telah memperkuat sosialisasi
pengendalian kanker di berbagai daerah. Pedoman pengendalian faktor risiko kanker
telah disusun untuk petugas kesehatan, kader, anak usia sekolah, dan masyarakat yang
berisiko tinggi.
Program promotif dan pencegahan dilaksanakan Kementerian Kesehatan bekerja
sama dengan lintas program, lintas sektor, organisasi pemerintah, swasta, dan
masyarakat. Konten program promotif dan pencegahan yang telah dilaksanakan
meliputi Kampanye Nasional Program Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS), dan
advokasi kebijakan Kawasan Tanpa Rokok (KTR). Upaya pengendalian merokok,
peningkatan aktivitas fisik, dan peningkatan konsumsi sayur buah telah terintegrasi
dalam program PHBS.

2. Program Deteksi dan Tindak Lanjut Dini


Deteksi dini kanker ialah usaha untuk menemukan adanya kanker yang masih
dapat disembuhkan, yaitu :
kanker yang belum lama tumbuh,
masih kecil, masih lokal,
masih belum menimbulkan kerusakan yang berarti, pada golongan masyarakat

tertentu dan pada waktu yang tertentu.

3. Surveilans dan registrasi kanker


Surveilans dan registrasi kanker merupakan langkah penting lainnya dalam
program pengendalian kanker. Surveilans Epidemiologi Penyakit Tidak Menular.
Merupakan analisis terus menerus dan sistematis terhadap penyakit tidak menular dan
faktor resiko untuk mendukung upaya pemberantasan penyakit tidak menular.
Sedangkan tujuan registrasi kanker ialah mengumpulkan dan mengelompokkan data
penderita kanker dalam upaya menghasilkan insidens kanker dalam populasi tertentu
yang diketahui, dan menyediakan kerangka penilaian dan pengontrolan pengaruh
kanker pada masyarakat.

4. Diagnosis dan pengobatan


Pada saat ini berbagai rumah sakit di Indonesia sudah mempunyai kemampuan
untuk diagnosis dan pengobatan berbagai jenis kanker. Diagnosis pasti kanker dengan
pemeriksaan patologi anatomik dapat dilakukan di banyak laboratorium di negara
kita. Pembedahan kanker dan pemberian kemoterapi juga sudah lama dilakukan di
berbagai rumah sakit di Indonesia.

5. Pelayanan paliatif
Perawatan paliatif sangat diperlukan karena sebagian besar penderita kanker yang
berada pada stadium lanjut sulit disembuhkan, sehingga usaha mengatasi gejala dan
mencukupi kebutuhan penderita, serta keluarga dalam fase terminal menjadi penting.
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Kanker paru (Ca Paru) merupakan penyebab kematian utama akibat kanker
pada pria dan wanita. Kanker paru ini meningkat dengan angka yang lebih besar
pada wanita dibandingkan pada pria dan sekarang melebihi kanker payudara sebagai
penyebab paling umum kematian akibat kanker pada wanita.
Kanker paru adalah pertumbuhan sel-sel kanker yang tidak dapat terkendali
dalam jaringan paru yang dapat disebabkan oleh sejumlah karsinogen lingkungan
terutama asap rokok. Asap rokok merupakan penyebab utama terjadinya kanker paru.
Kanker paru dapat menimbulkan berbagai gejala klinis dan sindrom yang
cukup beragam, tergantung dari iokasi, ukuran, substansi yang dikeluarkan oleh tumor
dan metastasis ke organ yang dikenai.
Ada banyak gejala yang dari penyakit ini, gejala paling umum yang ditemui pada
penderita kanker paru adalah Batuk yang terus menerus atau menjadi hebat, dahak
berdarah, berubah warna dan makin banyak, napas sesak dan pendek-pendek, sakit
kepala, nyeri atau retak tulang dengan sebab yang tidak jelas, kehilangan selara makan
atau turunnya berat badan tanpa sebab yang jelas.
Terdapat tiga bentuk pencegahan kanker Paru dapat dilakukan yaitu :
1. Pencegahan primer
2. Pencegahan sekunder
3. Pencegahan tersier
Kemoterapi, pembedahan dan radioterapi merupakan tindakan yang dapat dilakukan
sebagai bentuk pengendalian dari kanker Paru.
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai