DISERTASI
UNIVERSITAS AIRLANGGA
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
PROGRAM DOKTOR
PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN
SURABAYA
2013
DISERTASI
UNIVERSITAS AIRLANGGA
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
PROGRAM DOKTOR
PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN
SURABAYA
2013
i
Disertasi PENGEMBANGAN PENDEKATAN “SOCIAL INA DEBORA R.L
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
DISERTASI
Oleh :
ii
Disertasi PENGEMBANGAN PENDEKATAN “SOCIAL INA DEBORA R.L
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
PENGESAHAN
Mengesahkan
Universitas Airlangga
Fakultas Kesehatan Masyarakat
Dekan,
iii
Disertasi PENGEMBANGAN PENDEKATAN “SOCIAL INA DEBORA R.L
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
PERSETUJUAN
Oleh:
Promotor
Ko Promotor I Ko Promotor II
Prof. H. Kuntoro, dr., MPH., Dr.PH Prof. Dr. Agus Abadi, dr., Sp.OG(K)
NIP 194808081976011002 NIP 194705121974021001
Mengetahui
Ketua Program Studi S3 Ilmu Kesehatan
iv
Disertasi PENGEMBANGAN PENDEKATAN “SOCIAL INA DEBORA R.L
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
v
Disertasi PENGEMBANGAN PENDEKATAN “SOCIAL INA DEBORA R.L
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
vi
Disertasi PENGEMBANGAN PENDEKATAN “SOCIAL INA DEBORA R.L
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Puji syukur ke Hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa karena atas segala
rahmat, kasih anugerah hikmat dan kebijaksanaan-Nya sehingga saya dapat
menyelesaikan penelitian dan penulisan disertasi dengan judul : Pengembangan
Pendekatan Social Ecological Model of Health Behavior” untuk Penurunan
Angka Kematian Ibu (AKI) di Kabupaten Kupang, NTT‖.
Disertasi ini dapat diselesaikan tidak terlepas dari bimbingan, arahan saran
dan koreksi dari Tim Promotor, oleh karena itu dengan segala kerendahan hati,
perkenankanlah saya menghaturkan terimakasih yang tulus serta penghargaan
yang setinggi-tingginya.
Terima kasih tak terhingga dan penghargaan yang setinggi-tingginya saya
ucapkan kepada Prof. Soedjajadi Keman, dr., M.S, Ph.D., selaku Promotor yang
sekaligus sebagai Bapak yang dengan penuh ketelitian dan perhatian telah
meluangkan waktu, memberikan dorongan semangat, dengan penuh kesabaran
memberikan bimbingan dan saran berkaitan dengan keilmuan kesehatan
masyarakat serta support mental dan semangat yang sangat bermanfaat sehingga
penelitian dan penulisan disertasi ini dapat diselesaikan.
Terima kasih tak terhingga dan penghargaan setinggi-tingginya saya
ucapkan kepada Prof. H. Kuntoro, dr., MPH., Dr.PH., selaku Ko-Promotor I yang
sekaligus sebagai Bapak sejak awal sebagai Pembimbing Akademik yang dengan
penuh perhatian dan kesabaran telah memberikan dorongan, bimbingan dan saran
dari mulai pembuatan proposal, ujian kualifikasi, serta pemilihan metodologi dan uji
statistik, yang sangat bermanfaat bagi selesainya disertasi ini.
Terima kasih sebesar-besarnya dan penghargaan setinggi-tingginya saya
ucapkan kepada Prof. Dr. Agus Abadi, dr., Sp.OG(K) selaku Ko-Promotor II,
yang sekaligus sebagai Bapak dengan penuh perhatian dan kesabaran telah
memberikan dorongan, bimbingan dan saran terutama berkaitan dengan keilmuan
kebidanan dan kandungan serta pengalaman dalam upaya penurunan AKI,
sehingga penelitian disertasi ini dapat diselesaikan.
Terimakasih yang sebesar-besarnya dan penghargaan yang setinggi-
tingginya saya ucapkan kepada Dr. Stefanus Bria Seran, MPH., selaku Kepala
Dinas Kesehatan Provinsi NTT, yang telah membantu kelancaran proses
pendidikan dengan dukungan moril dan bantuan financial bagi saya, untuk
mengikuti pendidikan Program Doktor di Program Pascasarjana Universitas
Airlangga Surabaya. Memberikan kesempatan kepada saya untuk belajar dan
berbagi pengetahuan dan pengalaman dalam Tim SIKDA, PWS KIA serta
MTBS di Dinas Kesehatan Provinsi NTT, dalam rangka percepatan penurunan
AKI di NTT. Seorang pemimpin yang mempunyai pemikiran visioner untuk
kemajuan pendidikan di NTT, mensupport saya untuk dapat menyelesaikan
pendidikan doktoral ini.
Perkenankanlah saya juga mengucapkan terimakasih yang
sebesarbesarnya kepada :
vii
Disertasi PENGEMBANGAN PENDEKATAN “SOCIAL INA DEBORA R.L
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
1. Prof. Dr. H. Fasich, Apt., selaku Rektor Universitas Airlangga, yang telah
memberi kesempatan kepada saya untuk mengikuti pendidikan Program
Doktor pada Program Pascasarjana Universitas Airlangga Surabaya.
2. Prof. Dr. Hj. Sri Hajati, SH., M.S., selaku Direktur Program Pascasarjana
Universitas Airlangga yang telah memberi kesempatan kepada saya untuk
mengikuti pendidikan Program Doktor pada Program Pascasarjana
Universitas Airlangga Surabaya.
3. Dr. Nyoman Anita Damayanti, drg., M.S, selaku Ketua Program Studi
Program Doktor Ilmu Kesehatan Program Pascasarjana Universitas Airlangga
dan Prof. H. Kuntoro, dr., MPH., Dr.PH selaku mantan Ketua Program Studi
Doktor Ilmu Kesehatan yang telah membantu dalam kelancaran proses
pelaksanaan ujian kualifikasi, proposal dan disertasi ini.
4. Prof. Dr. Suharningsih, Ir selaku Wakil Direktur I dan dan Dr I Made Narsa
Drs Ec., M.Si., Ak selaku Wakil Direktur II, yang telah memberi kesempatan
kepada saya untuk mengikuti pendidikan Program Doktor di Program
Pascasarjana Universitas Airlangga.
5. Prof. Dr. Tri Martiana, dr., M.S yang telah memberi kesempatan kepada saya
untuk mengikuti pendidikan Program Doktor di Program Pascasarjana
Universitas Airlangga.
6. Prof. Soedjajadi Keman, dr., M.S, Ph.D selaku Wakil Dekan I.,
Sho‘im Hidayat, dr., M.S., selaku Wakil Dekan II dan Dr Santi Martini,
dr.,M.Kes selaku Wakil Dekan III beserta staf yang telah memberi
kesempatan kepada saya untuk mengikuti pendidikan Program Doktor di
Program Pascasarjana Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga.
7. Terima kasih sebesar-besarnya dan penghargaan setinggi-tingginya kepada
Prof. Dr. Suryanto, M.Si., Dr Rachmat Hargono, dr., MS., MPH., Dr. Arief
Wibowo, dr., M.S., Dr Hari Basuki Notobroto, dr., M.S., yang telah
membimbing dan membantu serta memberikan banyak masukan dalam Mata
Kuliah Penunjang Disertasi (MKPD) serta kelengkapan kuesioner untuk
penelitian disertasi.
8. Terima kasih sebesar-besarnya dan penghargaan setinggi-tingginya kepada
Prof. Dr. Yusti Probowati R, Psi., Dr. Mindo Sinaga, drg., M.Kes. yang
telah memberikan masukan bagi kelengkapan kuesioner untuk penelitian
disertasi.
9. Terima kasih yang sebesar-besarnya kepada para dosen PJMK Program Studi
Ilmu Kesehatan Prof. H. Kuntoro dr., MPH, Dr.PH., Prof. Soedjajadi Keman,
dr., M.S, Ph.D., Prof. Dr Stefanus Supriyanto dr., M.S., Prof. Dr. J. Mukono.,
M.S., MPH., Prof. Dr. Chatarina Umbul Wahyuni dr., M.S, MPH.,
Prof. Dr. Tjipto Suwandi, dr M. OH, SPOK., Dr. Sunarjo, dr., MS., MSc.,
Dr Rachmat Hargono, dr.,M,S.,MPH., Oedojo Soedirham, dr., MPH., MA.,
Ph.D., Dr. Hari Basuki Notobroto, dr., M.S., Dr Arif Wibowo, dr., M,S.,
Dr. Windhu Purnomo, dr.,M.S., Dr. Rr Soenarnatalina Melaniani, Ir., M.Kes.
yang telah memberikan bantuan, pengarahan dan wawasan keilmuan dalam
menyelesaikan disertasi ini.
10. Terima kasih sebesar-besarnya dan penghargaan setinggi-tingginya kepada
Dr. Poedji Rochjati, dr., Sp.OG(K)., selaku kepala Pusat Safe Motherhood -
viii
Disertasi PENGEMBANGAN PENDEKATAN “SOCIAL INA DEBORA R.L
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
ix
Disertasi PENGEMBANGAN PENDEKATAN “SOCIAL INA DEBORA R.L
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
18. Terimakasih juga untuk rekan kerja di Dinas Kesehatan Provinsi NTT : Ibu
Iien, Ibu Ety, Ibu Kiky, Ibu Yany, Ibu Aby, dr Yossy, Ibu Esy, Ibu Kathrin,
Nn Ira, Nn Silvy, Pak Jefry, Pak Simon, Pak Ronald dalam semangat kerja
tim PWS KIA, SIKDA dan MTBS. Pak Melky Djuka, Pak Jhon Haky, Pak
Victor bagian Nakes. Ibu Merpaty, Pak Made dan Ibu Rihla yang menjadi
inspirasi dan semangat bagi saya untuk menyelesaikan pendidikan ini.
19. Ucapan terima kasih kepada Dominggus Gonsalves, SKep Ners., MPH,
Simon Sani Kleden, SKep, Ners., MKep, Margaretha Telly, SKep Ners.,
MSc, teman sejawat di Politeknik Kemenkes Kupang Jurusan Keperawatan
yang telah membantu dalam proses intervensi penelitian hingga selesai.
Seluruh rekan kerja pada Politeknik Kemenkes Kupang yang telah
memberikan dukungan moril kepada saya untuk menyelesaikan pendidikan
ini.
20. Segenap rekan-rekan seangkatan Program Doktor Ilmu Kesehatan Program
Pascasarjana Universitas Airlangga angkatan 2009/2010 : Mbak Wiwin,
Mbak Wiwid, Mbak Odha, Mbak Yani, Bu Edy, Bu Nur, Bu Untari (almh), Bu
Nuri, Bu Dwi, Pak Risman, Pak Sandhu, Pak Zainal, Pak Azis, Pak Yoyo dan
Pak Arif yang telah bekerjasama dan saling memberi motivasi tetap
semangat untuk menyelesaikan pendidikan ini.
21. Terima kasih tak terhingga kepada Kepala dan staf Dinas Kesehatan
Kabupaten Kupang bersama pimpinan dan staf Puskesmas Tarus Kecamatan
Kupang Tengah, Puskesmas Oesao Kecamatan Kupang Timur, Puskesmas
Oekabiti Kecamatan Amarasi, Puskesmas Camplong Kecamatan Fatuleu,
Puskemas Takari Kecamatan Takari yang telah memberikan ijin dan
membantu saya untuk dapat melakukan penelitian hingga selesai tanpa
hambatan apapun bahkan sangat membantu saya dalam penemuan ibu hamil
dan pelaksanaan pendidikan kesehatan dalam intervensi penelitian.
22. Dr Erol Nenobais, Ibu Theresia lli, Ibu Maria Goreti Tue, Bu Leny, Bu
Debby Kosso, Bu Yeni Oematan, Bu Waty, Bu Martha Pong, Ibu Sella, Ibu
Yorim, Ibu Tin, Lala, Ros, Ma Padamaley, Ma Uly, Zr Meylin, Ibu Elis, Nn
Thea Yawan. Para bidan koordinator dan bidan desa, teman-teman yang
sangat membantu terlaksananya penelitian ini serta pelaksanaan intervensi
hingga selesai tanpa hambatan apapun bahkan sangat membantu dalam proses
penemuan ibu hamil K1 murni dan pelaksanaan intervensi pendidikan
kesehatan untuk ibu hamil, tenaga kesehatan, tokoh agama, tokoh masyarakat,
dukun dan kader kesehatan.
23. Para Tokoh Masyarakat, Tokoh agama, Kader Kesehatan dan Dukun yang
telah membantu terlaksananya penelitian ini, mengikuti pendidikan kesehatan
dengan sabar dan terbuka membuat suasana pelaksanaan intervensi
pendidikan kesehatan menyenangkan sehingga kegiatan dapat berlangsung
dengan baik dan sukses.
24. Para ibu nifas saat pengumpulan data untuk pembuatan model maupun ibu
hamil yang dilakukan intervensi sejak hamil trimester pertama hingga nifas
42 hari. Ibu sangat ramah, penuh antusias, meluangkan waktu untuk
diwawancara. Menyiapkan waktu dan selalu hadir, tertib serta gembira
mengikuti pendidikan kesehatan yang diberikan, melibatkan suami atau
x
Disertasi PENGEMBANGAN PENDEKATAN “SOCIAL INA DEBORA R.L
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
keluarga untuk ikut membantu ibu dalam merawat kehamilan persalinan dan
masa nifas, saya sangat terharu dan mengucap syukur Kepada Tuhan Allah
Yang Maha pengasih dan Penyayang, Puji Tuhan kita dilindungi selama
proses intervensi sehingga proses penelitian ibu hamil sehat, melahirkan
dengan selamat, menjalani masa nifas dengan baik dan mengikuti KB. Tidak
terjadi kematian ibu akibat hamil melahirkan maupun nifas di Kecamatan
Takari. Puji Tuhan, Halleluyah, seluruh proses penelitian yang panjang ini
dapat berjalan dengan baik dan sukses. Kiranya Tuhan Allah membalas
kebaikan ibu dan keluarga semua dengan berkat kesejahteraan, kesehatan dan
kebahagiaan. Amin
25. Dengan penuh rasa hormat dan kasih sayang, ucapan terimakasih yang tulus
dan penghargaan yang tak terhingga saya haturkan kepada kedua orang tua
saya : Bapak Nicodemus Lukas Ratu Ludji, dan Mama Martha Kore Riwu,
yang telah membesarkan, mendidik, membimbing dan berdoa penuh cinta dan
kasih sayang. hingga saya dalam pendidikan doktor ini. Nasehat Bapak :
―Orang tua tidak bisa memberikan harta yang melimpah, hanya kesempatan
pendidikan untukmu, kiranya bisa meraih setinggi-tingginya sebagai harta
yang kekal yang dapat membantu orang lain untuk kebaikan mereka‖.
Almarhun Bapak Gabriel Yafet Asy dan almarhum Ibu Caecilia Anthusa
Berek, mertua saya yang dengan segala kasih sayang dan ketulusannya telah
mendukung dan mendoakan saya untuk menempuh pendidikan doktor. Semua
saudara kandung dan iparku yang telah memberi semangat untuk
menyelesaikan pendidikan ini, khususnya adik Elisabeth Ratu Ludji dan adik
Silvinus Djerandu. Ucapan terimakasih juga saya sampaikan kepada
Almarhum Dr Agus Berek, Mantan Kepala Dinas Kesehatan Provinsi NTT
dan sebagai Paman, Dra Agnes P.F Asy sebagai ipar yang sangat antusias
dan penuh semangat memberikan support bagi saya untuk menjadi dosen
yang penuh dedikasi, mengikuti pendidikan doktor, memberi semangat untuk
menyelesaikan pendidikan ini.
26. Akhirnya pada kesempatan ini ucapan terimakasih dan penghargaan yang tak
terhingga, rasa hormat dan kasih sayang saya sampaikan kepada suamiku
tercinta. Drs Yoakim Asy, yang telah dengan sabar mendampingiku dalam
proses pendidikan dan bersedia berkorban moril maupun materil serta selalu
mendoakan, memberikan dukungan dan semangat. Juga kepada anak-anakku
tercinta Astrid Octaviana Asy, Caecilia Martha Evita Asy, Andrew Gabriel
Marthins Asy dan Alvin Joachim Junior Asy, yang selalu memberi suasana
damai dan menyejukkan hati mama, penuh keikhlasan, pengertian dan
kesabaran dengan segala pengorbanan waktunya. Keberadaan kalian semua
memberi mama semangat untuk menyelesaikan pendidikan ini. Harapanku
pada anak-anakku dapat mengambil hikmah, meraih ilmu setinggi-tingginya
tidak terbatas usia dan tiada henti dengan senang hati dan penuh semangat.
Karena orang yang terus belajar akan menjadi pemilik masa depan. Berguna
bagi masyarakat, bangsa dan negara serta untuk kemuliaan nama Tuhan.
xi
Disertasi PENGEMBANGAN PENDEKATAN “SOCIAL INA DEBORA R.L
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
27. Saya ucapkan terima kasih juga terhadap semua saja yang tidak dapat saya
sebutkan satu persatu, yang telah memberikan motivasi, mendukung dan
membantu hingga disertasi ini dapat diselesaikan. Kiranya hasil penelitian ini
bermanfaat bagi umat manusia pada umumnya, ilmu kesehatan masyarakat,
pelayanan kesehatan ibu dan anak, dapat memberikan manfaat bagi
masyarakat, terutama dalam menurunkan angka kematian ibu. Khususnya
bagi ibu hamil, melahirkan dan nifas. Kiranya Tuhan Allah, yang Maha
Pengasih selalu memberikan hikmat dan kebijaksanaan-Nya serta berkat
perlindungan dan kasih bagi kita semua untuk kemuliaan Nama-Nya. Amin.
Penulis
xii
RINGKASAN
xiii
xv
xiv
kehamilan melalui “Kelas Prenatal Care and Family‖ untuk ibu hamil dan
keluarga. Pada variabel insitusional, intervensi pendidikan kesehatan diberikan
kepada 36 orang petugas kesehatan. Sedangkan pada variabel komunitas
pendidikan kesehatan diberikan kepada 32 masyarakat (TOMA, TOGA, kader
kesehatan, dan dukun).
Hasil penelitian menunjukkan pemberian pendidikan kesehatan dapat
meningkatkan pengetahuan ibu sesudah intervensi pada pertemuan I, II dan III.
Uji paired Sample t-test menunjukkan hasil yang sangat signifikan (p < 0,01). Uji
Wilcoxon untuk pendidikan kesehatan pada petugas kesehatan menunjukkan hasil
sangat signifikan (p <0,01). Ada perbedaan bermakna sebelum dan sesudah
diberikan pendidikan kesehatan melalui pre-test dan post-test. Hasil pre-test
menunjukkan bahwa rata-rata pengetahuan petugas kesehatan yang berpendidikan
kesehatan lebih tinggi daripada pengetahuan petugas kesehatan berpendidikan non
kesehatan. Uji Mann Whitney menunjukkan hasil yang sangat signifikan (p <
0,01). Nilai pre-test mean rank pada petugas kesehatan pendidikan non kesehatan
adalah 11,16. Nilai pre-test mean rank petugas kesehatan pendidikan kesehatan
adalah 26,71. Nilai post-test mean rank petugas kesehatan pendidikan non
kesehatan adalah 10,34. Nilai post-test mean rank petugas kesehatan pendidikan
kesehatan 27,62. Selisih pre-test dan pos-test mean rank petugas kesehatan
pendidikan non kesehatan adalah 24,47. Selisih pre-test dan pos-test mean rank
petugas kesehatan pendidikan kesehatan adalah sebesar 11,82. Pendidikan
kesehatan pada TOMA TOGA, kader kesehatan, dan dukun dapat meningkatkan
pengetahuan. Uji Wilcoxon menunjukkan hasil yang sangat signifikan (p< 0,01).
Model baru pengembangan pendekatan Social Ecological Model of Health
Behavior dapat meningkatkan pelayanan kesehatan untuk penurunan AKI di
kabupaten Kupang, NTT.
Dapat disimpulkan bahwa pendidikan kesehatan ini harus dilakukan terus
menerus agar dapat membentuk perilaku pelayanan kesehatan yang baik untuk
penurunan AKI. Bidan dapat meningkatkan kinerjanya dalam dimensi empathy,
responsiveness, reliability, assurance dan tangible. Bidan dapat menyiapkan
waktu untuk konseling bagi ibu, mau mendengarkan keluhan ibu, lebih care, serta
menjaga privacy ibu pada pelayanan kesehatan. Bidan diharapkan dapat menjadi
sahabat ibu hamil serta melaksanakan Kelas Prenatal Care and Family bagi ibu
hamil dan keluarga. Masyarakat diharapkan untuk menjadi sahabat ibu hamil,
menemukan ibu hamil pada trimester I agar segera memeriksakan kehamilannya
pada kunjungan K1 murni di Puskesmas, serta melakukan deteksi dini faktor
risiko, sehingga ibu dapat merencanakan persalinan di fasilitas kesehatan dan
ditolong oleh tenaga kesehatan yang kompeten. Masyrarakat diharapkan pula
dapat menyediakan tempat penyuluhan kesehatan bagi ibu serta memfasilitasi
Kelas Prenatal Care and Family di masyarakat. Hal ini dapat dilakukan melalui
kerjasama dengan pemerintah dan institusi terkait pelayanan kesehatan seperti
Puskesmas, rumah sakit serta institusi pendidikan kesehatan misalnya Politeknik
Kesehatan dan STIKES. Ibu hamil diharapkan dapat segera memeriksakan diri
jika terlambat haid untuk memastikan kehamilannya serta mengikuti pendidikan
kesehatan pada Kelas Prenatal Care and Family di Puskesmas atau masyarakat,
xv
xvi
SUMMARY
xvii
Disertasi PENGEMBANGAN PENDEKATAN “SOCIAL INA DEBORA R.L
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
them. Some theories were used to measure: Interpersonal were developed from
Health Behavior Model, and maternal and health concept included obstetrics and
gynecology, and Maternal and Child Health program; and health education through
prenatal and family class, Risk factors screening with Kartu Skor Poedji Rochjati
(KSPR); Interpersonal factor was developed from Theory of Reason Action, Theory of
Planned Behavior. While family nursing and Institutional factor were developed from
mother perception on reliability, assurance, tangible, empathy, and
responsiveness; as well as Social Cognitive Theory
The new finding model that was shaped by LISREL was an approach
development of ‗social ecological model of health behavior to reduce maternal
mortality rate in the District of Kupang, NTT. The model consisted of some variables
namely interpersonal namely: values, beliefs, behavior, and commitment; and self
efficacy is the indicator for intrapersonal. Interpersonal variable consisted subjective
norms, perceived control, decision making in family, pregnant women care, and
susceptibility perception. Institutional variables consisted of perception indicator of
pregnant women on midwifes‘ services in different dimensions-empathy,
responsiveness, reliability and assurance. Communal variable consisted of health
facility, self regulation, and observational learning indicators. Health services aimed
at reducing maternal mortality rate bring about the following indicators: First meeting
(K1) and Fourth meeting (K4), choice of birthing site, and birth attendant.
Intrapersonal, Interpersonal, institutional and community variables influence directly
maternal health services to reduce maternal mortality rate in the District of Kupang (t
value = 7.11; 4.48; -3.15; -2.10). Indirect influence was prominent in the intrapersonal
through interpersonal (t value =8.57), institutional (t value = 3.04), and community
variables (-2.10) to maternal health services; indirect influence of interpersonal
variable to the community variable (t value 4.16), to the institutional (t value = -3.15).
The model was fit (chisquare value = 3.95; goodness of fit = 0.95; 2 degree of
freedom p=0,138
The second phase of the research was examining the new model of
developing social ecological model of behavior as an approach to reduce maternal
mortality rate in the District of Kupang, NTT, by conducting with three times
intervention trainings on Pre-Natal and Family Class‖ at first trimester, continued at
second and third trimester of pregnancies. Type of study was longitudinal study quasi
experimental research with randomized pretest-posttest design. Twenty six (26) Pure
K1 (K1 murni) pregnant women were observed for 12 months, and proceeding with
continuous nurturing to 42 days of termination of pregnancies/postpartum periods.
Trainings were also given to 36 health staff and 32 community members (community
leaders, religious Leaders, Health kader and TBA‘s).
The result of the research denoted, provision of health education could
increase mother knowledge after the interventions at first meeting, and proceeded to
second and third meetings with the result of ‗paired Sample t Test‘ was really very
significant (p<0.01). On the other side, the result of test on the provision of health
education to health staff with ‗Wilcoxon‘ test was very significant (p<0.01). Based on
pre-test and post-test results, there was significantly different before and after the
training. The result of the pre-test, the average knowledge of health staff with health
education background was higher than those of non-health education background.
xviii
Disertasi PENGEMBANGAN PENDEKATAN “SOCIAL INA DEBORA R.L
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
The result of Mann Whitney‖ test was very significant (p< 0.01). On the pretest
mean rank‖, health staff with non health educational background was 11.16; while
health staff with health educational background was 26.71. On the Post test Mean
Rank, health staff with non-health educational background was 10.34; while health
staff with health educational background was 27.62. The difference among pre-test
and post-test Mean rank of the health staff with non-health educational background
was 24.47; while, health staff with health educational background was 11.82. Health
education for community and religious leaders, Kaders, TBAs increased their health
knowledge after the training. The result of Wilcoxon test was very significant
(p<0.0001). The new model of development of social ecological model of health
behavior as an approach is able to increase health service that finally could reduce
MMR in the District of Kupang.
It was concluded that health education should be carried out continuously to
shape a good health services behavior in reducing maternal mortality rate. Midwives
could increase their performance, specifically in empathy, responsiveness, reliability,
and assurance. Midwives are also able to provide time for counseling mothers,
listening to mothers, and keeping privacy of mothers, and be a friend to mothers, and
conducting family and pre-natal class for mothers and their families. Thus, they will
also attend regular pregnant care at First Trimester (K1) and fourth trimester (K4),
and determine Puskesmas as birthing site and skilled birthing attendants. Community
is expected to be friends of the pregnant women, and find out pregnant women at the
first trimester, and encourage them to attend pregnant services in Puskesmas first
meeting (K1 murni). Thus early detection could be made and planned birthing site at
health facility and attended by skilled birthing attendants. Counseling room should be
also prepared and conducting facilitation for family and prenatal class in community,
as well as initiating collaboration with local government, other health provider
institution such as puskesmas, hospitals, and health educational institution such as
Poltekkes, STIKES. Mothers are encouraged to conduct pregnant tests directly when
their menstruations are delayed and attending health training on family and pre-natal
class in puskesmas or in community.
Policies on Maternal and Child Health (MCH) should not be focused on
individual factors related to biomedical issues. The policies should also look into
interrelated factors comprehensively outside of individual itself, namely
interpersonal, institutional and community. policies and interventions on (1)
interpersonal factors: enhance beliefs, attitude, intention, and self efficacy.
Interpersonal factors: subjective norm, perceived control, decision making in family,
maternal health care, and susceptibility perception to illness; through prenatal and
family class‖, women empowering and gender education were also delivered. (2)
Institutional factor, increment of midwife‘s services related to empathy,
responsiveness, reliability, and assurance through training in risk factors screening on
pregnant mothers using Poedji Rochjati Score Card, therapeutic communication;
improvement of health service facilities in Puskesmas and hospital as a referral
center, including PONEK (Comprehensive EmOC) for mothers; as well as provision
of perinatology facility level I, II and III. (3) Community Factor: increasing facilities,
self regulation, and observational learning through training in danger signs in
pregnancy, deliveries, and postnatal period; as well as risk factors detection on
xix
Disertasi PENGEMBANGAN PENDEKATAN “SOCIAL INA DEBORA R.L
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
pregnant mothers using Poedji Rochjati Score Card, discussions and inputs on women
rights to empower women and gender mainstreaming to improve maternal health
services which impact on reduction of maternal death.
xx
Disertasi PENGEMBANGAN PENDEKATAN “SOCIAL INA DEBORA R.L
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
ABSTRAK
xxi
Disertasi PENGEMBANGAN PENDEKATAN “SOCIAL INA DEBORA R.L
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
ABSTRACT
Key words: Social Ecological Model of Health Behavior, the newly found model
―Ina Djayaku Abadi‖, reduction of Maternal Mortality Rate (MMR).
xxii
Disertasi PENGEMBANGAN PENDEKATAN “SOCIAL INA DEBORA R.L
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL i
LEMBAR DISERTASI ii
HALAMAN PENGESAHAN iii
HALAMAN PERSETUJUAN iv
SURAT PERNYATAAN TENTANG ORISINALITAS v
HALAMAN P ANITIA PENGUJI DISERTASI vi
UCAPAN TERIMA KASIH vii
RINGKASAN xiii
SUMMARY xvii
ABSTRAK xxi
ABSTRACT xxii
DAFTAR ISI xxiii
DAFTAR TABEL xxix
DAFTAR GAMBAR xxxv
DAFTAR LAMPIRAN xxxvi
DAFTAR SINGKATAN xxxvii
BAB 1 PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang Masalah 1
1.2 Rumusan Masalah 12
1.3 Tujuan Penelitian 13
1.3.1 Tujuan umum 13
1.3.2 Tujuan khusus 13
1.4 Manfaat Penelitian 15
1.4.1 Secara teoritis 15
1.4.2 Secara terapan 15
xxiii
Disertasi PENGEMBANGAN PENDEKATAN “SOCIAL INA DEBORA R.L
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
xxiv
Disertasi PENGEMBANGAN PENDEKATAN “SOCIAL INA DEBORA R.L
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
xxv
Disertasi PENGEMBANGAN PENDEKATAN “SOCIAL INA DEBORA R.L
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
xxvi
Disertasi PENGEMBANGAN PENDEKATAN “SOCIAL INA DEBORA R.L
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
xxvii
Disertasi PENGEMBANGAN PENDEKATAN “SOCIAL INA DEBORA R.L
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
DAFTAR TABEL
xxviii
Disertasi PENGEMBANGAN PENDEKATAN “SOCIAL INA DEBORA R.L
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
xxix
Disertasi PENGEMBANGAN PENDEKATAN “SOCIAL INA DEBORA R.L
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
xxx
Disertasi PENGEMBANGAN PENDEKATAN “SOCIAL INA DEBORA R.L
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
xxxi
Disertasi PENGEMBANGAN PENDEKATAN “SOCIAL INA DEBORA R.L
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
xxxii
Disertasi PENGEMBANGAN PENDEKATAN “SOCIAL INA DEBORA R.L
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
DAFTAR GAMBAR
xxxiii
Disertasi PENGEMBANGAN PENDEKATAN “SOCIAL INA DEBORA R.L
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
BAB 5
Kabupaten Kupang terletak antara 9°15 - 10°22 Lintang Selatan dan antara 123°16 -
124°11 Bujur Timur. Adapun batas kabupaten ini pada bagian Utara dan Barat
dengan laut Sawu, Selatan dengan Samudera Hindia dan Timur dengan Kabupaten
Timor Tengah Selatan dan Negara Timor Leste (BPS Kab Kupang, 2011).
Kelurahan dan 160 Desa. Kecamatan terluas adalah Kecamatan Takari 655,79
Km2 (12 % dari keseluruhan luas wilayah Kabupaten Kupang) dengan kepadatan
penduduk 40 per Km2. Luas wilayah terkecil dengan penduduk terpadat adalah
123
Disertasi PENGEMBANGAN PENDEKATAN “SOCIAL INA DEBORA R.L
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
124
perempuan 151.415 jiwa (48,75%) dengan rasio jenis kelamin sebesar 105,11 %
berbagai suku di seluruh Indonesia seperti suku Timor, Sabu, Rote, Flores, Sasak,
Bali, Jawa, Sunda, Batak, China, dan lain-lain. Kebhinekaan penduduk Kabupaten
karena Kabupaten Kupang sebagai daerah penyangga dalam supplay sayur mayur,
beras dan tanaman hortikultura lainnya serta ternak potong bagi Kota Madya
Kupang.
SDKI 1991, Susenas 1992, SDKI 2007, Riskesdas 2010 dan Laporan rutin KIA
(F1-F8) Dinas Kesehatan Provinsi NTT periode 2010 - 2012 dapat dilihat seperti
Tabel 5.1 Angka Kematian Ibu (AKI) di Nusa Tenggara Timur Tahun 2010 -
2012.
Nasional NTT
INDIKATOR Acuan Saat ini Target 2007 2010 2011 Target Target Target Status Progress
Dasar (2015) 2011 2012 2013
5.1. Angka 390 228 102 306 273,93 222 197 176 153 ► Perlu upaya
Kematian Ibu (1991) (2007) keras
(AKI) per
▼ ▼ ▼ Mencapai
100,000 target
kelahiran hidup
:
5.2. Pertolongan 40.70 82.2% 90 % 77,1 71,77% 78,4 92% 94% 96% ► Perlu
Persalinan oleh % (2010) % 3% ▼ ▼ ▼ upaya
Tenaga
(1992) keras
Kesehatan
Terlatih :
Mencapai
target
Tabel 5.1 menunjukkan bahwa AKI di NTT sejak tahun 2007 (306 %ooo KH)
mengalami penurunan menjadi 177,08 %ooo KH pada tahun 2012 dengan rata-
rata penurunan AKI pertahun selama 5 tahun adalah 26%ooo KH. Hal ini
maka pada tahun 2015, AKI di NTT dapat menurun mencapai 98 %ooo KH.
membantu pencapaian target nasional ; MDGs tahun 2015 sebesar 102 %ooo KH
Berdasarkan
prediksi regresi
GP
Target RPJM 102
2014 Target MDG
2015
Gambar 5.1 Prediksi Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia Tahun 2015
penurunan. Tahun 2007 ke 2009 AKI mengalami penurunan dari 379 %ooo KH
menjadi 281 %ooo KH, dengan rata- rata pertahun 49 %ooo KH. Pada tahun 2009
pertahun adalah 67,13%ooo KH. Kemudian pada tahun 2011 ke tahun 2012
penurunan AKI ini diharapkan pada tahun 2015 AKI Kabupaten Kupangakan
menurun dibawah target MDGs Tahun 2015 (102 %ooo KH). Hal ini seperti
Gambar 5.2 Angka Kematian Ibu di Kabupaten Kupang Tahun 2007 - 2012
Kematian ibu di Kabupaten Kupang pada tahun 2008 - 2011 antara lain :
perdarahan, hipertensi dalam kehamilan dan infeksi. Sedangkan pada tahun 2012
25 25
20
18
15 16
14 13
10 11 10 10
8
5 5
3 3 2 2
0 1 1 1 1
0 0 0 0 0
2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013
Perdarahan Hipertensi Infeksi Prolaps Uteri
Partus Lama Lain-lain Total Linear (Total)
Gambar 5.3 Penyebab Kematian Ibu di Kabupaten Kupang Tahun 2008 -2012.
Tabel 5.2
Tabel 5.2 Indikator Output AKI (Ibu hamil, K1, K4, PN, Tempat Persalinan, PK,
KF3, KB, Jumlah Lahir Hidup, Jumlah Kematian Ibu dan AKI di
Kabupaten Kupang dan PuskesmasTakari Tahun 2010 - 2012
Provinsi NTT
Kab Kupang Kecamatan Takari
No Uraian 2010 2011 2012 2010 2011 2012 2010 2011 2012
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
128.3 126.9 125.9
524 546 292
1 Jumlah ibu hamil 76 44 00 7279 7310 7326
111.5
105.3 116.0 08
Absolut 18 17 7739 7909 7590 516 524 328
2 K1 (Target/ T: 2012 = 97 % 88.57 112.3
2015 = 100%) % 82.04 91.39 95.35 96.53 110.77 98.47 95.97 3
85.14
75.23 84.92 5
K4 Absolut 3 7 6905 7051 6653 458 488 309
3 (T: 2012 =90 % 2015 = 67.63 105.8
95%) % 58.60 66.90 84.49 86.06 97.10 87.4 89.38 2
97.60
87.79 84.22 2
Absolut 8 9 5988 5975 5458 379 385 236
4 PN (T: 2012 = 88% 2015 = 90 87.71
%) % 71.77 69.51 76.09 76.41 86.13 75.05 73.90 85.82
79.67
52.82 71.68 9
Faskes 6 1 1,467 4,012 4,592 79 183 210
81.63
% 60.17 75.05 22.12 59.75 72.46 18.9 41.5 66.46
17.
5 Tempat Persalinan Non 34.97 23.82 923
(T: 2012 =100 %) Faskes 2 5 5164 2703 1745 339 258 106
18.36
% 39.83 24.95 77.88 40.25 27.54 81.10 58.50 33.54
11.01 13.59 13.13
Absolut 1 1 5 484 577 1096 484 577 45
Data pada Tabel 5.2 menunjukkan bahwa dari 7 indikator output penurunan
AKI di Kabupaten Kupang pada tahun 2012 menurun lebih rendah dari AKI
Pada tahun 2012 AKI adalah Nol persen. Berdasarkan indikator output AKI,
nasional yang ditetapkan. Dua indikator yang belum tercapai adalah pertolongan
persalinan oleh nakes (PN) dan tempat persalinan di fasilitas kesehatan yang
memadai. Hal ini terkait dengan kebiasaan masyarakat yang masih memilih untuk
Puskesmas. Keluarga dan ibu merasa lebih nyaman di rumah, serta kurangnya
Data hasil penelitian berdasarkan survei yang dilakukan pada 126 ibu nifas
sampai 3 bulan di lima kecamatan pada Kabupaten Kupang, NTT sebagai berikut :
4. K4 (1-1-2):
Tidak K4 62 49,20
K4 64 50,80
5. K4 akses:
Satu kali 10 7,90
Dua kali 40 31,70
Tiga Kali 49 38,90
Empat kali 14 11,10
Lima kali 7 5,60
Enam kali 1 8,00
Tidak periksa 5 4,00
K1 murni. Ibu hamil yang melakukan K1 murni 61 orang (48,40%) pada trimester
I terbanyak 30 orang (23,80%) frekuensi satu kali. Kunjungan K4 oleh ibu hamil
64 orang (50,80%). Ibu hamil yang tidak melakukan K1 murni tidak mendapatkan
atau terlambat mendapatkan informasi tentang perawatan ibu hamil, tanda bahaya
kehamilan serta gizi yang baik untuk ibu hamil. Hal ini akan berakibat tidak
langsung bagi ibu terhadap risiko kejadian perdarahan saat melahirkan karena ibu
anemia atau kurang energi kronis (KEK). Dampak terhadap janin adalah
gizi yang baik pada saat hamil. Ibu yang tidak melakukan K4 tidak mengetahui
kelainan letak janin yang apabila seharusnya dilakukan rujukan dini berencana
Tabel 5.4 menunjukkan bahwa tempat persalinan yang dipilih oleh ibu 73
orang (38,90%) yang melahirkan di rumah sendiri. Ibu melahirkan sebagian besar
komplikasi langsung dirujuk 9 orang (7,14%). Masih banyaknya ibu yang melahirkan
di rumah (non faskes) serta ditolong oleh bukan tenaga kesehatan akan meningkatkan
risiko kematian ibu karena apabila terjadi komplikasi seperti persalinan macet dan
perdarahan, tidak dapat segera ditangani karena keterbatasan tenaga dan fasilitas.
Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi Ibu Berdasarkan Kunjungan Nifas (Kf) dan
Keluarga Berencana (KB) di Kabupaten Kupang Tahun 2011
No Uraian Jumlah n = 126 Persentase (%)
1. Kunjungan Nifas (Kf):
Satu kali 13 10,30
Dua kali 28 22,20
Tiga kali 58 46,00
Empat kali 1 0,80
Tidak ada 26 20,60
2. Keluarga Berencana (KB):
Tidak KB 46 36,50
Ikut KB 80 63,50
3. Jenis KB:
IUD 6 4,80
MOW 6 4,80
Implant 9 7,10
Suntik 52 41,30
Pil 7 5,60
Lainnya 1 0,80
Tidak KB 45 35,70
Tabel 5.5 menjelaskan bahwa kunjungan nifas oleh ibu nifas maupun petugas
kesehatan terbanyak 58 orang (46,%) dengan frekuensi 3 kali. Namun masih terdapat
26 orang (20,60%) yang tidak melakukukan kunjungan nifas maupun dikunjungi oleh
petugas kesehatan yang tidak melakukan kunjungan nifas ke rumah ibu akan
meningkatkan risiko kematian ibu karena kematian terbanyak pada ibu nifas terjadi
pada hari I, minggu pertama dan minggu kedua masa nifas, sehingga perlu
kehamilan serta menjadikan ibu lebih fokus pada perawatan bayi dan diri sendiri.
Tabel 5.6 Distribusi Frekuensi Karakteristik Ibu Nifas sampai dengan 3 Bulan
di Kabupaten Kupang Tahun 2011
No Karakteristik Jumlah n = 126 Persentase (%)
1. Umur (tahun)
< 20 Tahun 2 1,60
20 - 34 Tahun 105 83,33
>35 Tahun 19 15,07
2. Agama:
Islam 10 7,90
Katholik 20 15,90
Kristen 94 74,60
Hindu 1 8,00
Lain-lain 1 8,00
3. Pendidikan:
Tidak sekolah 3 2,40
Tidak tamat SD 15 11,90
Tamat SD/MI 19 15,10
Tamat SMTP/SMP 44 34,90
Tamat SMTA/SMU 40 31,70
Tamat Akademi/ PT 5 4,00
4. Pekerjaan:
Tidak bekerja 71 56,30
Buruh tani 2 1,60
Petani 39 31,00
Berdasarkan Tabel 5.6 diketahui, umur ibu di Kabupaten Kupang dari 126
umur yang baik untuk bereproduksi (hamil, melahirkan dan nifas). Sebagian besar ibu
ibu hamil melahirkan dan nifas dapat melalui mimbar gereja atau kegiatan jemaat
maupun diakonia. Masih ada ibu yang tidak sekolah 3 orang (2,50%), dan terdapat
(4%) tamat akademi/Perguruan tinggi. Sebagian besar ibu dengan pendidikan kurang
dapat menjadi dasar untuk memberikan intervensi pendidikan kesehatan agar dapat
Ibu nifas sebagian besar yaitu sebanyak 71 orang (56,30%) tidak bekerja.
Tetapi terdapat 39 ibu (31%) yang bekerja sebagai petani. Ibu yang tidak bekerja
adalah baik dan dapat lebih memperhatikan perawatan dirinya selama hamil serta
Namun bagi ibu yang bekerja, hal ini perlu menjadi perhatian bagi keluarga dan
Tabel 5.7 menunjukkan bahwa jumlah anak cukup bervariasi yaitu satu
sampai dengan tujuh orang, terbanyak adalah satu orang pada 47 ibu (37,30%).
(22,20%) dan 31 orang (24,06%). Jumlah anak yang banyak perlu mendapatkan
sehingga ibu dapat memilih alat kontrasepsi yang sesuai bagi dirinya.
Riwayat abortus pada ibu masih terjadi pada 17 orang (13,50%) yang
mengalami abortus satu kali, serta ibu yang mengalami abortus 2 - 3 kali, masing-
masing 1 orang (1,60%). Riwayat abortus ini dapat memberikan informasi kepada
dilakukan oleh ibu. Hal ini juga menunjukkan pentingnya dilakukan screening
faktor risiko ibu hamil untuk penanganan komplikasi serta mencegah terjadinya
abortus lagi.
Usia kawin pertama pada ibu, sebagian besar 85 orang (67,15%) kawin pada
usia produktif 20 - 34 tahun. Usia ini baik untuk melakukan tugas reproduksi
adalah nol bulan (primi gravida). Namun terdapat 15 orang (11,9%) dengan jarak
kehamilan lebih dari 60 bulan. Hal ini merupakan faktor risiko untuk terjadinya
komplikasi kehamilan, persalinan dan nifas apabila tidak ditangani dengan baik.
Tabel 5.8 Distribusi Hasil Pemeriksaan Ante Natal pada Kehamilan Terakhir Ibu
Nifas sampai dengan 3 Bulan di Kabupaten Kupang Tahun 2011
No Uraian Jumlah n = 126 Persentase (%)
1. Frekuensi ANC:
<4 25 19,84
4 -8 92 73,02
>8 9 7,14
2. Tinggi badan:
< 145 3 2,38
> 145 123 97,62
3. Berat badan (BB) awal kehamilan:
< 45 29 23,02
45 - 65 84 66,67
> 65 9 7,14
Tidak tahu 4 3,17
4. Penambahan BB selama hamil (kg):
<9 60 47,62
9 - 15 61 48,41
> 15 2 1,59
Tidak tahu 3 2,38
5. LILA:
< 23,5 27 21,43
> 23,5 96 76,19
Tidak tahu 3 2,38
Berdasarkan Tabel 5.8 diketahui selama hamil sebagian besar ibu yaitu 92
orang (73,02%) melakukan pemeriksaan kehamilan (ANC) sebanyak 4-8 kali dengan
rata-rata 5,5 kali minimal 1 kali dan maksimal 11 kali. Hal ini dapat menjadi
informasi bagi petugas kesehatan bahwa pemeriksaan ANC tidak hanya melihat
frekuensinya saja tetapi perlu melakukan ANC secara berkualitas, ANC lebih banyak
dilakukan pada trimester II, sehingga perlu diingatkan kepada ibu ANC pada
trimester III. Karena pada trimester III petugas dapat mendeteksi apabila terjadi
kelainan letak, sehingga dapat dilakukan rujukan dini berencana. Tinggi badan ibu
sebagian besar 123 orang (97,62) adalah > 145 cm, tetapi ada 3 orang (2,38%)
dengan tinggi badan < 145 cm. Hal ini merupakan faktor risiko untuk terjadi
kg. Hal ini dapat menjadi faktor risiko komplikasi persalinan serta ibu dapat
bervariasi. Terdapat 60 orang (47,62%) ibu dengan penambahan BB selama hamil < 9
kg. Hal ini merupakan faktor risiko untuk perdarahan, melahirkan premature atau
BBLR. Lila ibu sebagian besar yaitu 99 orang (78,57%) adalah > 23,5 cm. Namun
masih ada 24 orang (19,05%) ibu dengan Lila < 23,5 cm yang perlu mendapat
Tabel 5.9 Distribusi Hasil Immunisasi TT, Tablet Tambah Darah, Pemeriksaan
Hb Ibu Nifas sampai dengan 3 Bulan di Kabupaten Kupang Tahun 2011
No Uraian Jumlah n = 126 Persentase (%)
1. Imunisasi TT
TT1 37 29,40
TT2 83 65,90
besar yaitu 83 orang (65,87%) adalah TT2. Namun masih ada 2 orang (1,59%) ibu
yang tidak imunisasi selama hamil. Hal ini dapat menimbulkan risiko infeksi
mengkonsumsi tablet tambah darah < 90 tablet. Hal ini dapat menimbulkan
orang (47,6%) hanya satu kali melakukan pemeriksaan, bahkan masih terdapat 20
orang (15,9%) ibu yang sama sekali tidak melakukan pemeriksaan Hb karena tidak
tersedia di Puskesmas. Hal ini akan menimbulkan penyulit jika terjadi komplikasi
persalinan yaitu perdarahan. Hasil pemeriksaan Hb pada ibu hamil di trimester tiga
cukup bervariasi. Masih terdapat 27 orang (21,43%) ibu dengan Hb < 10 gr% dan 35
orang (27,78%) yang tidak tahu atau tidak periksa Hb di trimester III. Keadaan ini
Tabel 5.10 Distribusi Hasil Penggunaan KB, Jenis Kontrasepsi, Lama Menjadi
Akseptor KB, Golongan Darah dan Pendonor Ibu Nifas sampai
dengan 3 Bulan di Kabupaten Kupang Tahun 2011
No Uraian Jumlah n = 126 Persentase (%)
1. Penggunaan KB:
Tidak KB 65 51,60
KB 61 48,40
2. Jenis Kontrasepsi yang
digunakan:
MOW 1 0,80
Implant 2 1,60
Suntik 47 37,30
Pil 10 7,90
Kondom 1 0,80
Tidak KB 65 51,60
3. Lama menjadi akseptor KB
(bln) 7 5,56
<12 9 7,14
12 -24 24 19,05
24 -48 3 2,38
48-60 5 3,97
> 60 65 51,59
Tidak KB 13 10,32
Tidak tahu
4. Golongan darah:
A 9 7,10
B 25 19,80
O 36 28,60
Tidak tahu 56 44,40
5. Pendonor (orang)
<3 39 30,95
3- 5 31 24,60
>5 8 6,35
Tidak ada 48 38,10
sebagian besar 65 orang (51,59%) tidak menggunakan KB. Bagi ibu yang
Golongan darah ibu sebagian besar yaitu 56 orang (44,40%) tidak tahu
karena tidak melakukan pemeriksaan golongan darah, dan lupa walaupun sudah
pernah dilakukan pemeriksaan golongan darah dari desa siaga. Hal ini perlu
mendapat perhatian karena penyebab langsung kematian tertinggi pada ibu adalah
akibat perdarahan. Dengan demikian golongan darah ibu harus diperiksa untuk
Perdarahan dapat berakibat kematian apabila tidak segera ditangani atau terlambat
penanganan lebih dari 2 jam. Keluarga dan ibu hamil sebagian besar 48 (38,10%)
tidak menyiapkan pendonor darah untuk ibu. Terdapat 39 orang (30,95%) yang
menyiapkan pendonor darah < 3 orang. Hal ini perlu mendapat perhatian karena
Tabel 5.11 menunjukkan bahwa, biaya persalinan ibu oleh sebagian besar
hal ini sangat membantu dalam perawatan ibu saat melahirkan dan nifas.
Disamping itu terdapat desa yang menyiapkan dana sosial ibu bersalin (dasolin)
yang dimanfaatkan oleh 4 orang (3,20%). Hal ini merupakan upaya yang baik
ibu dan bayi. Sebagian besar ibu 111 orang (88,10%) mendapatkan buku KIA
yang berisi informasi tentang kesehatan ibu dan anak meliputi perawatan selama
hamil, melahirkan, nifas dan bayi balita. Ibu hamil sebagian besar 119 orang
dialami oleh ibu adalah perdarahan, tekanan darah tinggi dan infeksi pada 5 orang
Tabel 5.11 Distribusi Frekuensi Persiapan Biaya Persalinan, Buku KIA, Jenis
Komplikasi dan Penanganan Komplikasi Ibu Nifas sampai dengan 3
Bulan diKabupaten Kupang Tahun 2011
No Uraian Jumlah n = 126 Persentase (%)
1. Persiapan biaya persalinan:
Tidak ada biaya khusus 40 31,70
Tabulin 38 30,20
Dasolin 4 3,20
Lainnya (Jampersal) 44 34,90
2. Buku KIA:
Tidak ada 15 11,90
Ada 111 88,10
3. Jenis Komplikasi:
Perdarahan 1 0,80
Perdarahan dan Tekanan darah tinggi
Infeksi 1 0,80
Tidak ada komplikasi 3 2,40
Tidak tahu 119 94,40
2 1,60
4. Penanganan Komplikasi:
Ada penanganan komplikasi 1 0,80
Tidak ada penanganan komplikasi 125 99,20
orang (57, 10%) adalah kendaraan umum dan 37 orang 29,40%) menggunakan
orang dengan waktu tempuh 60-120 menit. Hal ini perlu diperhatikan dalam
kaitannya dengan rujukan dini berencana pada ibu hamil risiko tinggi agar tidak
terjadi komplikasi lebih lanjut. Mengingat waktu tempuh ini dapat sesuai apabila
dilakukan pada musim kemarau. Sedangkan pada musim hujan waktu tempuh
transportasi pada daerah serta rusaknya jalan raya, (lihat Tabel 5.12).
Berdasarkan Tabel 5.13, kedudukan ibu dalam rumah tangga 118 orang
(93,65 %) adalah ibu rumah tangga. Pekerjaan rutin (domestik) 68 orang ibu
(26,20%) sebagai petani, sebagian besar 71 (56,30%) tidak bekerja. Bagi ibu yang
agar ibu memiliki waktu istirahat yang cukup dan tidak kelelahan dengan
pekerjaannya. Bagi ibu yang tidak bekerja, hal ini akan membantu ibu untuk lebih
memperhatikan dirinya dalam perawatan kehamilan. Pola tidur ibu hamil sebagian
besar yaitu 70 orang (55,60%) memiliki pola tidur siang.Hal ini perlu mendapat
perhatian karena tidur siang diperlukan oleh ibu untuk pertumbuhan dan
partisipasi dalam ANC, kontrol dalam ANC dan pengelolaan pelayanan bagi ibu
didominasi oleh keputusan suami dan istri hanya mengikuti saja. Masih terdapat
keputusan yang diambil oleh suami saja, orang tua/mertua, maupun oleh Too Huk
(orang yang dominan atau dituakan dalam keluarga suku Rote) atau Atoin Meto
(orang yang dominan atau dituakan dalam suku Timor), hal ini akan
memperlambat ibu dalam proses rujukan jika terjadi komplikasi. Tetapi apabila
Too Huk atau Atoin Meto, mengetahui tentang tanda bahaya kehamilan persalinan
dan nifas serta akibat komplikasi kehamilan, persalinan dan nifas. Too Huk atau
defacto dengan cepat sehingga tidak terlambat dalam transportasi, tidak terlambat
sampai ke fasilitas kesehatan yang memadai antara lain RS PONEK serta tidak
ANC, persalinan dan nifas. Sebagian besar adalah cukup dan baik masing-masing
61 (48,00%) dan 63 (58,00%). Nilai kepercayaan yang baik ini akan membantu ibu
dan keluarga untuk melakukan pelayanan kesehatan karena merasa anak itu
bernilai. Sehingga ibu dan keluarga perlu mengetahui tentang tanda bahaya
kehamilan, persalinan dan nifas. Pengetahuan ibu tentang kehamilan, persalinan dan
nifas, sebagian besar 93 orang (73,80%) adalah baik. Pengetahuan yang baik ini
masih bersifat umum tentang kehamilan, persalinan dan nifas. Ibu dan keluarga
perlu mengetahui lebih banyak lagi tentang perawatan selama kehamilan, persalinan
dan nifas serta, gizi ibu hamil, inisiasi menyusui dini (IMD), ASI Eksklusif,
perawatan bayi bayi baru lahir, dan lain-lain yang dapat diperoleh apabila ibu dan
keluarga mengikuti “Kelas Prenatal Care and Family‖. Sikap afeksi ibu terhadap
kehamilan, persalinan, dan nifas sebagian besar adalah cukup dan baik masing-
masing 59 orang (46,80%) dan 63 (50%). Sikap yang baik ini akan membantu ibu
untuk merespon pelayanan kesehatan yang diberikan ibu dengan melakukan K1,
halnya dengan niat ibu terhadap kehamilan, persalinan dan nifas adalah cukup 65
(51,60%) dan baik 48 (38,10%). Niat yang baik dari ibu menunjukkan kesiapan ibu
bagi ibu hamil, melahirkan dan nifas. Self Efficacy ibu sebagian besar adalah
cukup dan baik, masing-masing 59 (46,80%) dan 47 (37,30%). Self Efficacy yang
cukup baik ini akan membantu ibu untuk melakukan pelayanan kesehatan serta
melakukan perawatan diri selama hamil, melahirkan dan nifas dengan baik.
pengetahuan, sikap, niat ibu,nilai kepercayaan, jarak, waktu tempuh Self Efficacy,
kesehatan ibu untuk penurunan angka kematian ibu (indikator ; K1, K4, Tempat
persalinan, PN, Kf dan KB) menggunakan analisis regresi logistik sederhana metode
Seleksi Bivariat
variabel dependen. Bila hasil bivariat menghasilkan p value ≤ 0,25, maka variabel
p value > 0,25 namun secara substansi penting, maka variabel tersebut tetap dapat
logistik sederhana. Hasil analisis bivariat dapat dilihat pada Tabel 5.16 berikut :
Tabel 5.17 Hasil Analisis Regresi Logistik Ganda antara Variabel Faktor
Intrapersonal dengan Variabel K1 murni.
ibu hamil yang tidak bekerja akan K1 Murni 3,892 kali lebih besar jika
sebesar 1,107 artinya setiap kenaikan skor sikap sebesar 1 unit maka peluang
sebesar 1 unit maka peluang terjadinya K1 Murni akan meningkat sebesar 1,202
(R2) sebesar 51,70%. Artinya nilai kepercayaan, sikap dan pekerjaan dapat
Seleksi Bivariat
Tabel 5.18 Hasil Regresi Logistik Sederhana antara Faktor Intrapersonal dengan
K4 Trimester 3.
Variabel Independen 95% Confidence Interval
p value OR
(Intrapersonal) Batas bawah Batas atas
Umur 0,525 0,736 0,286 1,893
Pendidikan 0,909
Pekerjaan 0,005* 2,392 1,160 4,931
Pengetahuan 0,062* 1,014 0,994 1,035
Sikap 0,000** 1,178 1,115 1,244
Niat 0,000** 1,122 1,071 1,176
Nilai Kepercayaan 0,000** 1,294 1,191 1,407
Jarak 0,395 0,972 0,912 1,035
Waktu Tempuh 0,193* 0,987 0,967 1,008
Self Efficacy 0,000** 1,099 1,058 1,141
Usia kawin pertama 0,529 1,023 0,940 1,113
Frekuensi kehamilan 0,304 1,132 0,877 1,461
Paritas 0,127* 1,213 0,921 1,599
Riwayat abortus 0,235* 0,796 0,410 1,545
Tinggi Badan 0,287 0,980 0,917 1,048
Penambahan Berat Badan 0,008* 1,112 1,009 1,226
Keterangan: * dimasukkan tahap multivariat karena mempunyai nilai p < 0
Tabel 5.19 Hasil Analisis Regresi Logistik Ganda antara Variabel Faktor
Intrapersonal dengan Variabel K4 Trimester 3.
ibu hamil yang tidak bekerja akan K4 trimester 3 3,948 kali lebih besar jika
sebesar 1,086 artinya setiap kenaikan skor sikap sebesar 1 unit maka peluang
(R2) sebesar 45,50%. Artinya nilai kepercayaan, sikap dan pekerjaan dapat
Seleksi Bivariat
Hasil analisis bivariat dapat dilihat pada Tabel 5.20 berikut :
Tabel 5.20 Hasil Analisis Regresi Logistik sederhana antara Faktor Intrapersonal
dengan Tempat Persalinan.
Variabel Independen 95% Confidence Interval
p value OR
(Intrapersonal) Batas bawah Batas atas
Umur 0,575 1,317 0,504 3,443
Pendidikan 0,308
Pekerjaan 0,998 0,999 0,491 2,032
Pengetahuan 0,010* 1,028 1,007 1,049
Sikap 0,008* 1,043 1,011 1,076
Niat 0,130* 1,024 0,993 1,055
Nilai Kepercayaan 0,019* 1,046 1,008 1,087
Jarak 0,122* 0,951 0,892 1,013
Waktu Tempuh 0,050* 0,979 0,958 1,000
Self Efficacy 0,723 0,995 0,969 1,022
Usia kawin pertama 0,864 1,007 0,925 1,097
Frekuensi kehamilan 0,771 0,963 0,747 1,241
Paritas 0,920 0,986 0,752 1,294
Riwayat abortus 0,795 1,091 0,566 2,102
Tinggi Badan 0,609 1,018 0,950 1,092
Penambahan Berat Badan 0,130* 1,074 0,979 1,178
Keterangan: * dimasukkan tahap multivariat karena mempunyai nilai p < 0,25
Tabel 5.21 Hasil Analisis Regresi Logistik Ganda antara Variabel Faktor
Intrapersonal denganVariabel Tempat Persalinan
fasilitas kesehatan akan meningkat sebesar 1,022 kali. Variabel sikap menunjukkan
OR sebesar 1,038 artinya setiap kenaikan skor sikap sebesar 1 unit maka peluang
(R2) sebesar 12,50%. Artinya pengetahuan dan sikap dapat menjelaskan tempat
Seleksi Bivariat
Tabel 5.22 Hasil Analisis Regresi Logistik sederhana antara Faktor Intrapersonal
dengan Penolong Persalinan.
Variabel Independen 95% Confidence Interval
p value OR
(Intrapersonal) Batas bawah Batas atas
Umur 0,487 0,629 0,170 2,329
Pendidikan 0,509
Pekerjaan 0,625 1,245 0,517 2,996
Pengetahuan 0,012* 1,030 1,006 1,053
Tabel 5.23 Hasil Analisis Regresi Logistik Ganda antara Variabel Faktor
Intrapersonal dengan Variabel Penolong Persalinan
sikap sebesar 1 unit maka peluang penolong persalinan oleh nakes akan
1,219 artinya setiap kenaikan skor penambahan BB sebesar 1 unit maka peluang
Ketepatan klasifikasi model tersebut sebesar 82,9% dan koefisien determinasi (R2)
Seleksi Bivariat
sebesar 1 unit maka peluang kunjungan nifas oleh nakes akan meningkat sebesar
Ketepatan klasifikasi model tersebut sebesar 61,8% dan koefisien determinasi (R2)
Seleksi Bivariat
sudah mengenal masalah atau mengetahui kalau ibu hamil. Hal ini bisa membantu
yang memadai. Pengambilan keputusan keluarga masih ada cukup dan kurang artinya
masih ada ibu hamil tidak langsung dibawa ke Puskesmaspada waktu mengetahui ibu
dilakukan oleh suami, istri hanya mengikuti saja. Pengambilan keputusan masih
didominasi oleh suami dan keluarga. Perawatan pada ibu hamil cukup 65 orang
adalah hal biasa bukan penyakit, memberi perhatian pada ibu hamil hanya jika ada
keluhan serta membiarkan ibu secara mandiri menolong dirinya sendiri. Memodifikasi
lingkungan rumah oleh keluarga 50 orang (39,70%) tidak melakukan. Sebelum dan
saat hamil perhatian keluarga biasa saja, tidak ada perubahan. Pemanfaatan fasilitas
kesehatan sebagian besar 117 orang (92,90%) baik. Persepsi kerentanan sebagian besar
cukup dan kurang karena keluarga tidak mengetahui tentang tanda bahaya terhadap
diperlukan pendidikan kesehatan tentang tanda bahaya kehamilan, persalinan dan nifas
bagi keluarga. Subjective norm keluarga sebagian besar kurang dan cukup ini akan
memilih tempat persalinan di fasilitas kesehatan yang memadai serta mehirkan ditolong
oleh tenaga kesehatan yang kompeten, melakukan Kf serta mengikuti KB. Perceived
control keluarga cukup dan baik artinya walaupun ibu dan keluarga memiliki keinginan
yang kuat untuk melakukan pemeriksaan Ante natal ke Puskesmas namun karena
ketiadaan biaya untuk transportasi maka ibu dan keluarga memilih untuk tidak ke
penurunan angka kematian ibu (indikator ; K1, K4, Tempat persalinan, PN, KF,
Seleksi Bivariat
Seleksi bivariat menggunakan uji regresi logistik sederhana. Hasil analisis bivariat
Tabel 5.29 Hasil Analisis Regresi Logistik Sederhana antara Variabel Faktor
Interpersonal dengan Variabel K1 Murni.
95% Confidence Interval
Variabel Independen (Interpersonal) p value OR
Batas bawah Batas atas
Persepsi kerentanan 0,059* 2,015 0,973 4,176
Mengenal masalah 0,964 0,938 0,057 15,326
Pengambilan keputusan keluarga 0,000** 11,529 4,981 26,689
Merawat ibu hamil 0,000** 10,182 3,591 28,866
keluarga ibu hamil yang pengambilan keputusan keluarga yang baik berpeluang K1
Murni 8,273 kali lebih besar dibandingkan dengan pengambilan keputusan keluarga
keluarga ibu hamil yang merawat ibu hamil dengan baikberpeluang K1 Murni 7,492
(R2) sebesar 35,90%. Artinya merawat ibu hamil dan pengambilan keputusan
Seleksi Bivariat
Seleksi bivariat menggunakan uji regresi logistik sederhana. Hasil analisis bivariat
Tabel 5.31 Hasil Analisis Regresi Logistik Sederhana antara Variabel Faktor
Interpersonal dengan Variabel K4 Trimester 3.
Variabel Independen 95% Confidence Interval
p value OR
(Interpersonal) Batas bawah Batas atas
Persepsi kerentanan 0,051* 2,062 0,998 4,264
Mengenal masalah 0,982 1,033 0,063 16,884
Pengambilan keputusan keluarga 0,000** 10,268 4,516 23,348
Merawat ibu hamil 0,000** 8,867 3,137 25,061
Memodifikasi lingkungan 0,191* 0,618
0,301 1,270
keluarga
Pemanfaatan fasilitas kesehatan 0,038* 9,333 1,131 77,014
Subjective norm 0,002* 1,037 1,014 1,061
Perceived control 0,028* 1,031 1,003 1,059
Keterangan: * dimasukkan tahap multivariat karena mempunyai nilai p < 0,25
Tabel 5.32 Hasil Analisis Regresi Logistik Ganda antara Variabel Faktor
Interpersonal dengan Variabel K4 Trimester 3.
keluarga ibu hamil yang mempunyai pengambilan keputusan keluarga yang baik
menunjukkan OR sebesar 6,357 artinya keluarga ibu hamil yang merawat ibu
hamil dengan baik berpeluang K4 trimester 3 6,357 kali lebih besar dibandingkan
(R2) sebesar 33,80%. Artinya pemanfaatan faskes, merawat ibu hamil dan
Seleksi Bivariat
Seleksi bivariat menggunakan uji regresi logistik sederhana. Hasil analisis bivariat
Tabel 5.33 Hasil Analisis Regresi Logistik Sederhana antara Variabel Faktor
Interpersonal dengan Variabel Tempat Persalinan.
95% Confidence Interval
Variabel Independen p value OR
Batas bawah Batas atas
Persepsi kerentanan 0,000** 43,333 14,927 125,800
Mengenal masalah 0,999 0,000 0,000
Pengambilan keputusan keluarga 0,038* 2,137 1,044 4,375
Merawat ibu hamil 0,011* 3,193 1,306 7,806
Memodifikasi lingkungan 0,000** 0,242
0,110 0,535
keluarga
Pemanfaatan fasilitas kesehatan 0,163* 2,776 0,662 11,642
Subjective norm 0,014* 1,028 1,006 1,051
Perceived control 0,127* 1,021 0,994 1,048
Keterangan: * dimasukkan tahap multivariat karena mempunyai nilai p < 0,25
Tabel 5.34 Hasil Analisis Regresi Logistik Ganda antara Variabel Faktor
Interpersonal dengan Variabel Tempat Persalinan.
keluarga yang baik berpeluang bersalin di fasilitas kesehatan 3,827 kali lebih
Seleksi Bivariat
Seleksi bivariat menggunakan uji regresi logistik sederhana. Hasil analisis bivariat
Tabel 5.35 Hasil Analisis Regresi Logistik Sederhana antara Variabel Faktor
Interpersonal dengan Variabel Penolong Persalinan.
Variabel Independen 95% Confidence Interval
p value OR
(Interpersonal) Batas bawah Batas atas
Persepsi kerentanan 0,000** 19,119 5,302 68,939
Mengenal masalah 0,999 0,000 0,000
Pengambilan keputusan keluarga 0,351 1,522 0,630 3,674
Merawat ibu hamil 0,203* 2,115 0,668 6,697
Memodifikasi lingkungan 0,079* 0,409
0,151 1,110
keluarga
Pemanfaatan fasilitas kesehatan 0,012* 6,602 1,495 24,588
Subjective norm 0,021* 1,033 1,005 1,062
Perceived control 0,000** 1,086 1,045 1,129
Keterangan: * dimasukkan tahap multivariat karena mempunyai nilai p < 0,25
Tabel 5.36 Hasil Analisis Regresi Logistik Ganda antara Variabel Faktor
Interpersonal dengan Variabel Penolong Persalinan.
95% Confidence Interval
B p value OR
Batas bawah Batas atas
Persepsi kerentanan 3,494 0,000** 32,903 6,404 169,042
Memodifikasi -1,869 0,021* 0,154
0,032 0,752
lingkungan keluarga
Subjective norm -0,052 0,033* 0,950 0,905 0,996
Perceived control 0,150 0,000** 1,162 1,082 1,249
Konstanta -6,638 0,001** 0,001
Keterangan: * signifikan ( p < 0,05)
** sangat signifikan p < 001
Variabel persepsi kerentanan menunjukkan OR sebesar 32,903 artinya
penolong persalinan oleh nakes 32,903 kali lebih besar dibandingkan dengan
Seleksi Bivariat
Seleksi bivariat menggunakan uji regresi logistik sederhana. Hasil analisis bivariat
Tabel 5.37 Hasil Analisis Regresi Logistik Sederhana antara Variabel Faktor
Interpersonal dengan Variabel Kunjungan Nifas
Variabel Independen 95% Confidence Interval
p value OR
(Interpersonal) Batas bawah Batas atas
Persepsi kerentanan 0,020* 2,398 1,145 5,023
Mengenal masalah 0,999 1,466E9 0,000
Pengambilan keputusan keluarga 0,012* 2,520 0,226 5,183
Merawat ibu hamil 0,302 1,522 0,685 3,381
Memodifikasi lingkungan 0,563 0,810
0,396 1,655
keluarga
Pemanfaatan fasilitas kesehatan 0,144* 3,325 0,663 16,680
Subjective norm 0,000** 1,058 1,032 1,086
Perceived control 0,007* 1,040 1,011 1,069
Keterangan: * dimasukkan tahap multivariat karena mempunyai nilai p < 0,25
Tabel 5.38 Hasil Analisis Regresi Logistik Ganda antara Variabel Faktor
Interpersonal dengan Variabel Kunjungan Nifas.
95% Confidence Interval
B p value OR
Batas bawah Batas atas
Subjective norm 0,057 0,000** 1,058 1,032 1,086
Konstanta -4,443 0,000** 0,002
Keterangan: * signifikan ( p < 0,05)
** sangat signifikan p < 001
kenaikan skor Subjective norm 1 unit maka peluang kunjungan nifas> 3 kali akan
Tabel 5.39 Hasil Analisis Regresi Logistik Sederhana antara Variabel Faktor
Interpersonal dengan Variabel Keluarga Berencana
Variabel Independen 95% Confidence Interval
p value OR
(Interpersonal) Batas bawah Batas atas
Persepsi kerentanan 0,007* 2,800 1,318 5,949
Mengenal masalah 0,999 0,000 0,000
Pengambilan keputusan keluarga 0,339 1,429 0,687 2,969
Merawat ibu hamil 0,740 1,153 0,499 2,664
Memodifikasi lingkungan keluarga 0,067* 0,483 0,222 1,053
Pemanfaatan fasilitas kesehatan 0,573 1,483 0,377 5,827
Subjective norm 0,409 1,009 0,987 1,032
Perceived control 0,199* 0,982 0,955 1,010
Keterangan: * dimasukkan tahap multivariat karena mempunyai nilai p < 0,25
Tabel 5.40 Hasil Analisis Regresi Logistik Ganda antara Variabel Faktor
Interpersonal dengan Variabel Keluarga Berencana
penolong persalinan oleh nakes 3,395 kali lebih besar dibandingkan dengan
Tabel 5.41 Distribusi Frekuensi Persepsi Ibu tentang Kinerja Bidan dalam
Pelayanan Kehamilan, Persalinan dan Nifas di Kabupaten Kupang
Tahun 2011
No Uraian Jumlah n = 126 Persentase (%)
1 Dimensi Reliability/ Keterandalan
Kurang 14 11,10
Cukup 77 61,10
Baik 35 27,80
2 Dimensi Assurance/ Keyakinan
Kurang 9 7,10
Cukup 87 69,00
Baik 30 23,80
yang cepat dan tepat, prosedur pelayanan yang tidak berbelit-belit, kemampuan
kehamilan, gizi ibu hamil, persalinan yang aman, perawatan nifas dan bayi baru
lahir, inisiasi menyusu dini (IMD), kolostrum dan ASI eksklusif, konseling asi
serta keadaan dan tanda bahaya kehamilan, adalah cukup 77 orang (61,10%), baik
kurang. Kinerja bidan dimensi reliability ini berkaitan dengan keterandalan bidan
dalam memberikan pelayanan sesuai standar pelayanan yang ada misalnya standar
memastikan ibu mendapatkan pelayanan yang baik selama 24 jam termasuk hari
nifas serta bidan harus menjaga privacy (security) ibu dalam pelayanan kesehatan
yang diberikan oleh petugas loket, perilaku petugas loket, kemampuan para bidan
bekerja, pelayanan yang sopan dan ramah dari bidan serta informasi tentang obat
teratur kartu berobat kerapihan dan kebersihan penampilan petugas saat memeriksa
kebersihan alat-alat yang dipakai, variasi jenis kamar, harga kamar, ketenagaan
bidan dokter dan tenaga kesehatan yang memadai, adanya layanan informasi,
tempat parkir, jemuran umum, apotik dan toilet yang cukup bersih, sebagian besar
89 orang (70,60%) cukup dan 21 (16,70%) kurang. Perlu perhatian dari pemerintah
agar ibu hamil, melahirkan dan nifas mau datang ke Puskesmas serta memanfaatkan
klien tanpa memandang status, respon yang baik dalam menerima kritik dan saran,
rencana tindakan dan perawatan ibu, tanggapan bidan untuk mau mendengarkan
keluhan ibu sebagian besar 71 orang (56,30 %) cukup dan 41 orang (32,50 %)
menyatakan baik. Perhatian dan emphaty bidan yang baik terhadap ibu akan dapat
dan mudah dimengerti serta tindakan cepat bidan saat pasien membutuhkan
baik. Bidan yang responsive adalah bidan yang tanggap dan kesediaan bidan
untuk menolong serta siap melayani ibu kapanpun terkait dengan masalah
kesehatan yang memberikan pelayanan kesehatan bagi ibu yang sedang hamil,
natal pada ibu hamil untuk deteksi dini ibu risiko tinggi dan rujukan, 65 orang
(51,80%) tidak melakukan screening faktor risiko. Hal ini akan berakibat terhadap
keterlambatan rujukan ibu risiko tinggi yang seharusnya dapat dilakukan rujukan
adanya pendidikan kesehatan atau refresing screening faktor risiko dengan KSPR.
K4, Tempat persalinan, PN, KF, dan KB) menggunakan analisis regresi logistik
sederhana dengan metode Backward stepwise pada tingkat kemaknaan p < 0,05.
Seleksi Bivariat
Seleksi bivariat menggunakan uji regresi logistik sederhana. Hasil analisis
bivariat dapat dilihat pada Tabel 5.42 berikut :
Tabel 5.42 Hasil Analisis Regresi Logistik Sederhana antara Variabel Faktor
Institusional dengan Variabel K1 Murni.
Variabel Independen 95% Confidence Interval
p value OR
(Institusional) Batas bawah Batas atas
Screening ANC 0,052* 2,019 0,993 4,106
Kinerja Bidan A 0,156* 1,022 0,992 1,053
Kinerja Bidan B 0,392 1,015 0,981 1,049
Kinerja Bidan C 0,730 1,005 0,976 1,035
Kinerja Bidan D 0,468 1,010 0,983 1,038
Kinerja Bidan E 0,720 0,995 0,968 1,023
Keterangan: * dimasukkan tahap multivariat karena mempunyai nilai p < 0,25
Tabel 5.43 Hasil Analisis Regresi Logistik Ganda antara Variabel Faktor
Institusional dengan Variabel K1 murni.
Variabel Independen p 95% Confidence Interval
B OR
(Institusional) value Batas bawah Batas atas
Screening ANC 0,703 0,052 2,019 0,993 4,106
Konstanta -0,405 0,109 0,667
Keterangan: * signifikan ( p < 0,05)
Faktor institusional tidak berpengaruh terhadap K1 murni
Seleksi Bivariat
Seleksi bivariat menggunakan uji regresi logistik sederhana. Hasil analisis
bivariat dapat dilihat pada Tabel 5.44 berikut:
Tabel 5.44 Hasil Analisis Regresi Logistik Sederhana antara Variabel Faktor
Institusional dengan Variabel K4 Trimester 3.
95% Confidence Interval
Variabel Independen (Institusional) p value OR
Batas bawah Batas atas
Screening ANC 0,002* 3,254 1,568 6,751
Kinerja Bidan A 0,135* 1,023 0,993 1,055
Kinerja Bidan B 0,550 1,010 0,977 1,044
Kinerja Bidan C 0,252 1,017 0,988 1,048
Kinerja Bidan D 0,638 1,006 0,980 1,034
Kinerja Bidan E 0,365 0,987 0,960 1,015
Keterangan: * dimasukkan tahap multivariat karena mempunyai nilai p < 0,25
Tabel 5.45 Hasil Analisis Regresi Logistik Ganda antara Variabel Faktor
Institusional dengan Variabel K4 trimester 3.
yang dilakukan screening ANC berpeluang 3,254 kali lebih besar untuk K4
Seleksi Bivariat
Seleksi bivariat menggunakan uji regresi logistik sederhana. Hasil analisis
bivariat dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 5.46 Hasil Analisis Regresi Logistik Sederhana Bivariat antara Variabel
Faktor Institusional dengan Variabel Tempat Persalinan.
Variabel Independen 95% Confidence Interval
p value OR
(Institusional) Batas bawah Batas atas
Screening ANC 0,044* 2,089 1,019 4,284
Kinerja Bidan A 0,684 0,994 0,965 1,024
Kinerja Bidan B 0,381 0,985 0,952 1,019
Kinerja Bidan C 0,830 1,003 0,974 1,033
Kinerja Bidan D 0,555 0,992 0,965 1,019
Kinerja Bidan E 0,057* 0,972 0,944 1,001
Keterangan: * dimasukkan tahap multivariat karena mempunyai nilai p < 0,25
Tabel 5.47 Hasil Analisis Regresi Logistik Ganda antara Variabel Faktor
Institusional dengan Variabel Tempat Persalinan.
Variabel Independen p 95% Confidence Interval
B OR
(Institusional) value Batas bawah Batas atas
Screening ANC 0,737 0,044* 2,089 1,019 4,284
Konstanta -0,092 0,710 0,912
Keterangan: * signifikan ( p < 0,05)
dilakukan screening ANC berpeluang bersalin di faskes 2,089 kali lebih besar
Seleksi Bivariat
Tabel 5.48 Hasil Analisis Regresi Logistik Sederhana antara Variabel Faktor
Institusional dengan Variabel Penolong Persalinan.
Variabel Independen 95% Confidence Interval
p value OR
(Institusional) Batas bawah Batas atas
Screening ANC 0,169* 1,887 0,783 4,664
Kinerja Bidan A 0,123* 1,029 0,992 1,066
Kinerja Bidan B 0,007* 1,062 1,016 1,109
Kinerja Bidan C 0,878 0,997 0,962 1,034
Kinerja Bidan D 0,220* 1,020 0,988 1,052
Kinerja Bidan E 0,771 0,995 0,961 1,030
Keterangan: * dimasukkan tahap multivariat karena mempunyai nilai p < 0,25
Tabel 5.49 Hasil Analisis Regresi Logistik Ganda antara Variabel Faktor
Institusional dengan Variabel Penolong Persalinan.
95% Confidence Interval
B p value OR
Batas bawah Batas atas
Kinerja Bidan B 0,060 0,007* 1,062 1,016 1,109
Konstanta -3,200 0,058 0,041
Keterangan: * signifikan ( p < 0,05)
Kinerja bidan B mempunyai OR sebesar 1,062, berarti setiap kenaikan
kinerja bidan B 1 unit maka akan meningkatkan peluang penolong persalinan oleh
P(PN) = 1
1 + e -(0,060 kinerja bidan B)
Seleksi Bivariat
Tabel 5.50 Hasil Analisis Regresi Logistik Sederhana antara Variabel Faktor
Institusional dengan Variabel Kunjungan Nifas
Variabel Independen 95% Confidence Interval
p value OR
(Institusional) Batas bawah Batas atas
Screening ANC 0,022* 2,3 1,125 4,701
Kinerja Bidan A 0,000** 1,089 1,046 1,133
Kinerja Bidan B 0,001* 1,071 1,029 1,115
Kinerja Bidan C 0,007* 1,045 1,012 1,079
Kinerja Bidan D 0,007* 1,045 1,012 1,079
Kinerja Bidan E 0,050* 0,030 1,000 1,060
Keterangan: * dimasukkan tahap multivariat karena mempunyai nilai p < 0,25
Tabel 5.51 Hasil Analisis Regresi Logistik Ganda antara Variabel Faktor
Institusional dengan Variabel Kunjugan Nifas.
bidan A 1 unit maka akan meningkatkan kunjungan nifas > 3 kali sebesar 1,086
(R2) sebesar 18,8 %. Artinya kinerja bidan A dapat menjelaskan kunjungan nifas
Seleksi Bivariat
Tabel 5.52 Hasil Analisis Regresi Logistik Sederhana antara Variabel Faktor
Institusional dengan Variabel Keluarga Berencana.
Variabel Independen 95% Confidence Interval
p value OR
(Institusional) Batas bawah Batas atas
Screening ANC 0,652 0,845 0,408 1,753
Kinerja Bidan A 0,811 1,004 0,974 1,035
Kinerja Bidan B 0,421 0,986 0,951 1,021
Kinerja Bidan C 0,179* 1,021 0,990 1,054
Kinerja Bidan D 0,142 0,977 0,947 1,008
Kinerja Bidan E 0,082* 0,973 0,943 1,003
Keterangan: * dimasukkan tahap multivariat karena mempunyai nilai p < 0,25
Tabel 5.53 Hasil Analisis Regresi Logistik Ganda antara Variabel Faktor
Institusional dengan Variabel Keluarga Berencana.
Kinerja bidan E mempunyai OR sebesar 0,969, berarti setiap kenaikan kinerja bidan
E 1 unit maka akan meningkatkan peluang ibu mengikuti KB sebesar 0,969 kali.
Sehingga model yang terbentuk adalah :
P(KB) = 1
1 + e -(- 0,031 kinerja bidan E)
Ketepatan klasifikasi model tersebut sebesar 69,80% dan koefisien
tentang pentingnya nilai ibu dan anak sebagai generasi penerus cita-cita bangsa.
Pada peristiwa kehamilan, melahirkan dan nifas oleh masyarakat sebagian besar
Namun masih terdapat 41 orang (32,50%) yang menyatakan tidak penting serta 1
Masyarakat, organisasi yang ada sebagian besar 106 orang (84,10%) tidak
mendukung ibu hamildan menyatakan kehamilan, melahirkan dan nifas adalah hal
yang biasa saja. Tidak ada kelas prenatal dan keluarga untuk mendapatkan
pendidikan kesehatan bagi ibu hamil. Hanya terdapat 20 orang (15,90%) yang
memberikan dukungan langsung kepada ibu, dukungan oleh kader, posyandu dan
dilakukan. Informasi tentang perawatan ibu hamil, melahirkan dan nifas diperoleh
melalui surat khabar, radio, TV leaflet, poster dan majalah 34 orang (26,98%),
posyandu. Incentif motivasi kepada ibu hamil, melahirkan dan nifas, ibu nifas
yang menggunakan KB serta ibu yang memberi ASI eksklusif sebagian besar 102
orang (80,95%) adalah kurang atau ibu tidak mendapatkan incentive. Fasilitas
tidak memadai. Self regulasi untuk ibu tentang perawatan diri selama hamil,
melahirkan dan nifas serta telephon konseling untuk siaga ibu melahirkan masih
penurunan angka kematian ibu (indikator ; K1, K4, Tempat persalinan, PN, KF, dan
Seleksi Bivariat
Seleksi bivariat menggunakan uji regresi logistik sederhana. Hasil analisis bivariat
Tabel 5.55 Hasil Analisis Regresi Logistik Sederhana antara Variabel Faktor
Komunitas dengan Variabel K1 Murni.
Variabel Independen 95% Confidence Interval
p value OR
(Komunitas) Batas bawah Batas atas
Collective Efficacy 0,431
Outcome Expectation 0,171*
Observation Learning 0,000**
Fasilitas 0,781
Incentive Motivation 0,014* 0,285 0,105 0,776
Self Regulation 0,716
Keterangan: * dimasukkan tahap multivariat karena mempunyai nilai p < 0,25
Tabel 5.56 Hasil Analisis Regresi Logistik Ganda antara Variabel Faktor
Komunitas dengan Variabel K1 Murni.
Variabel Independen 95% Confidence Interval
B p value OR
(Komunitas) Batas bawah Batas atas
Incentive Motivation -2,334 0,001* 0,097 0,025 0,373
Observation Learning 0,000**
Observation 2,868 0,000** 17,607
5,215 59,440
Learning(1)
Observation 1,310 0,007* 3,707
1,431 9,607
Learning(2)
Konstanta -0,902 0,006* 0,406
Keterangan: * signifikan ( p < 0,05)
** sangat signifikan p < 001
3,707 artinya keluarga ibu hamil yang mempunyai observation learning baik
Seleksi Bivariat
Seleksi bivariat menggunakan uji regresi logistik sederhana. Hasil analisis bivariat
Tabel 5.57 Hasil Analisis Regresi Logistik Sederhana antara Variabel Faktor
Komunitas denganVariabel K4 Trimester 3.
95% Confidence Interval
Variabel Independen (Komunitas) p value OR
Batas bawah Batas atas
Collective Efficacy 0,141*
Outcome Expectation 0,035*
Observation Learning 0,003*
Fasilitas 0,312
Incentive Motivation 0,007* 0,253 0,093 0,690
Self Regulation 0,316
Keterangan: * dimasukkan tahap multivariat karena mempunyai nilai p < 0,25
Tabel 5.58 Hasil Analisis Regresi Logistik Ganda antara Variabel Faktor
Komunitas dengan Variabel K4 Trimester 3.
Variabel Independen 95% Confidence Interval
B p value OR
(Komunitas) Batas bawah Batas atas
Outcome Expectation 0,002*
Outcome Expectation(1) -2,584 0,004* 0,076 0,013 0,447
Outcome Expectation(2) 0,602 0,193* 1,827 0,738 4,522
Observation Learning 0,000**
Observation Learning(1) 2,248 0,000** 9,467 3,182 28,163
Observation Learning(2) 1,032 0,031* 2,808 1,098 7,178
Konstanta -1,044 0,014* 0,352
Keterangan: * signifikan ( p < 0,05)
** sangat signifikan p < 001
berpeluang K1 Murni 0,076 kali lebih besar dibandingkan dengan tidak penting.
(R2) sebesar 20,8%. Artinya outcome expectation dan observation learning hanya
faktor lain.
Seleksi Bivariat
Seleksi bivariat menggunakan uji regresi logistik sederhana. Hasil analisis bivariat
Tabel 5.59 Hasil Analisis Regresi Logistik Sederhana antara Variabel Faktor
Komunitas dengan Variabel Tempat Persalinan.
95% Confidence Interval
Variabel Independen (Komunitas) p value OR
Batas bawah Batas atas
Collective Efficacy 0,033*
Outcome Expectation 0,007*
Observation Learning 0,722
Fasilitas 0,047*
Incentive Motivation 0,000** 0,144 0,049 0,417
Self Regulation 0,013*
Keterangan: * dimasukkan tahap multivariat karena mempunyai nilai p < 0,25
Tabel 5.60 Hasil Analisis Regresi Logistik Ganda antara Variabel Faktor
Komunitas dengan Variabel Tempat Persalinan.
Variabel Independen p 95% Confidence Interval
B OR
(Komunitas) value Batas bawah Batas atas
Incentive Motivation -1,893 0,001* 0,151 0,051 0,447
Fasilitas 0,089
Fasilitas(1) -1,090 0,084 0,336 0,098 1,158
Fasilitas(2) -1,195 0,029* 0,303 0,103 0,888
Konstanta 1,540 0,002* 4,663
Keterangan: * signifikan ( p < 0,05)
Variabel incentive motivation signifikan terhadap tempat persalinan. Incentive
determinasi (R2) sebesar 15,4%. Artinya incentiv motivation dan fasilitas hanya
faktor lain.
Seleksi Bivariat
Tabel 5.61 Hasil Analisis Regresi Logistik Sederhana antara Variabel Faktor
Komunitas dengan Variabel Penolong Persalinan.
95% Confidence Interval
Variabel Independen (Komunitas) p value OR
Batas bawah Batas atas
Collective Efficacy 0,817
Outcome Expectation 0,433
Observation Learning 0,336
Fasilitas 0,742
Incentive Motivation 0,071* 0,400 0,148 1,083
Self Regulation 0,330
Keterangan: * dimasukkan tahap multivariat karena mempunyai nilai p < 0,25
Tabel 5.62 Hasil Analisis Regresi Logistik Ganda antara variabel faktor
komunitas dengan variabel penolong persalinan.
1
P(PN) =
1 + e -(1,609 - 0,916 Incentive motivation
Ketepatan klasifikasi model tersebut sebesar 80,20% dan koefisien determinasi (R2)
sebesar 2,40%. Artinya incentiv motivation dan fasilitas hanya dapat menjelaskan
Seleksi Bivariat
Tabel 5.63 Hasil Analisis Regresi Logitik Sederhana antara Variabel Faktor
Komunitas denganVariabel Kunjungan Nifas
95% Confidence Interval
Variabel Independen (Komunitas) p value OR
Batas bawah Batas atas
Collective Efficacy 1,000
Outcome Expectation 0,111*
Observation Learning 0,056*
Fasilitas 0,020*
Incentive Motivation 0,001* 0,072 0,016 0,321
Self Regulation 0,000**
Keterangan: * dimasukkan tahap multivariat karena mempunyai nilai p < 0,25
Tabel 5.64 Hasil Analisis Regresi Logistik Ganda antara Variabel Faktor
Komunitas dengan Variabel Kunjungan Nifas.
Variabel Independen 95% Confidence Interval
B p value OR
(Komunitas) Batas bawah Batas atas
Incentive Motivation -2,319 0,008* 0,098 0,018 0,552
Self Regulation 0,000**
Self regulation (1) -0,153 0,870 0,858 0,138 5,325
Self regulation (2) 1,918 0,000** 6,809 2,808 16,508
Constant -0,593 0,043* 0,552
Keterangan: * signifikan ( p < 0,05)
** sangat signifikan p < 001
0,098 kali dibandingkan dengan kurang. Variabel self regulation (2) menunjukkan
OR sebesar 6,809 artinya setiap kenaikan skor sikap sebesar 1 unit maka peluang
1
P(Kf) =
1 + e -(-0,593 - 2,319 Incentive motivation + 1,918 self regulation (2)
determinasi (R2) sebesar 28,7 %. Artinya incentive motivation dan self regulasi
Seleksi Bivariat
Tabel 5.65 Hasil Analisis Regresi Logistik Sederhana antara Variabel Faktor
Komunitas dengan Variabel Keluarga Berencana.
95% Confidence Interval
Variabel Independen (Komunitas) p value OR
Batas bawah Batas atas
Collective Efficacy 0,006*
Outcome Expectation 0,006*
Observation Learning 0,213*
Fasilitas 0,101*
Incentive Motivation 0,001* 0,199 0,077 0,514
Self Regulation 0,004*
Keterangan: * dimasukkan tahap multivariat karena mempunyai nilai p < 0,25
Tabel 5.66 Hasil Analisis Regresi Logistik Ganda antara Variabel Faktor
Komunitas dengan Variabel Keluarga Berencana
Variabel Independen p 95% Confidence Interval
B OR
(Komunitas) value Batas bawah Batas atas
Outcome Expectation 0,006
Outcome Expectation (1) -3,367 0,002* 0,034 0,004 0,295
Outcome Expectation (2) 0,005 0,991 1,005 0,432 2,335
Konstanta 0,882 0,010* 2,417
Keterangan: * signifikan ( p < 0,05)
Variabel outcome expectation (1) signifikan terhadap keluarga berencana.
hamil yang mempunyai outcome expectation (1) cukup baik berpeluang mengikuti
Tabel 5.67 Hasil Analisis Regresi Logistik Ganda antara Variabel Independen
dengan Variabel K1 murni.
95% Confidence Interval
Variabel Independen B p value OR
Batas bawah Batas atas
Nilai Kepercayaan 0,180 0,003* 1,197 1,061 1,350
Sikap Ibu 0,093 0,035* 1,097 1,007 1,196
Pekerjaan 1,620 0,039* 5,056 1,084 23,572
Merawat Ibu Hamil 2,175 0,037* 8,805 1,137 68,195
Pengambilan Keputusan 2,039 0,005* 7,685
1,822 32,414
Keluarga
Observational Learning 0,087
Observational Learning(1) 1,775 0,031* 5,899 1,172 29,685
Observational Learning(2) 1,192 0,194 3,295 0,545 19,925
Konstanta -24,948 0,000** 0,000
Keterangan: * signifikan ( p < 0,05)
** sangat signifikan p < 001
kenaikan skor nilai kepercayaan sebesar 1 unit maka peluang terjadinya K1 murni
1.097 artinya setiap kenaikan skor sikap sebesar 1 unit maka peluang terjadinya
OR sebesar 5,056 artinya kemungkinan ibu hamil yang tidak bekerja akan K1
murni 5,056 kali lebih besar jika dibandingkan dengan ibu hamil yang bekerja.
Variabel merawat ibu hamil menunjukkan OR sebesar 8,805 artinya keluarga ibu
hamil yang merawat ibu hamil dengan baik berpeluang K1 murni 8,805 kali lebih
1
P(K1) =
-(-24,948 + 0,180 nilai kepercayaan + 0,093 sikap + 1,620 pekerjaan + 2,175 merawat
1 +ibue hamil + 2,039 pengambilan keputusan keluarga + 1,775 observational learning(1))
Ketepatan klasifikasi model tersebut sebesar 90,5% dan koefisien determinasi (R2)
sebesar 59,9%. Artinya nilai kepercayaan, sikap, pekerjaan, merawat ibu hamil,
1
P(K4) =
1 + e -(-13,792 + 0,130 nilai kepercayaan + 0,093 sikap + 1,551 pekerjaan + 2,132
pengambilan keputusan keluarga -0,066 kinerja bidan E)
Tabel 5.69 Hasil Analisis Regresi Logistik Ganda antara Variabel Independen
dengan Variabel Tempat Persalinan.
95% Confidence Interval
B p value OR
Batas bawah Batas atas
Sikap 0,043 0,084 1,044 0,994 1,096
Modifikasi Keluarga -1,462 0,019* 0,232 0,069 0,783
Persepsi Kerentanan 3,797 0,000** 44,583 13,969 142,292
Konstanta -4,431 0,031 0,012
Keterangan: * signifikan ( p < 0,05)
Variabel modifikasi lingkungan keluarga dan persepsi kerentanan
kali lebih besar dibandingkan dengan yang tidak modifikasi lingkungan keluarga.
faskes 44,583 kali lebih besar dibandingkan dengan persepsi kerentanan kurang.
Tabel 5.70 Hasil Analisis Regresi Logistik Ganda antara Variabel Independen
dengan Variabel Penolong Persalinan.
penolong persalinan oleh nakes akan meningkat sebesar 1,079 kali. Variabel
0,144 artinya keluarga ibu hamil yang melakukan modifikasi lingkungan keluarga
berpeluang penolong persalinan oleh nakes 0,144 kali lebih besar dibandingkan
1 unit maka peluang penolong persalinan oleh nakes akan meningkat sebesar
1,156 kali.
Ketepatan klasifikasi model tersebut sebesar 88,6% dan koefisien determinasi (R2)
Tabel 5.71 Hasil Analisis Regresi Logistik Ganda antara Variabel Independen
dengan Variabel Kunjungan Nifas
bidan dimensi reliability sebesar 1 unit maka peluang terjadinya kunjungan nifas
OR sebesar 0,121 artinya ibu hamil dengan masyarakat yang incentive motivation
kali dibandingkan dengan ibu hamil dengan masyarakat yang incentive motivation
kemungkinan ibu hamil yang dengan self regulation baik akan kunjungan nifas
4,708 kali lebih besar jika dibandingkan dengan ibu hamil dengan self regulation
cukup.
(R2) sebesar 35,1 %. Artinya kinerja Bidan A, Incentive motivation dan self
Tabel 5.72 Hasil Analisis Regresi Logistik Ganda antara Variabel Independen
dengan Variabel Keluarga Berencana.
(R2) sebesar 15,1%. Artinya outcome expectation (1) dapat menjelaskan keluarga
analisis jalur dengan LISREL 8.30. Analisis dilakukan melalui beberapa tahapan.
dapat diketahui dengan membentuk sebuah model struktural, pada Gambar 5.4
Intra 1
Intra 2 Komuni 1
Inter
Intra 3 Persona
Komuni 2
Intra 4
Komuni 3
Komuni
Intra 5
tas
Komuni 4
Intra 6
Komuni 5
Intra 7 Intra
Personal Komuni 6
Intra 8
Intra 9
Intra 10
Pelaya
Intra 11
nan Kes
Intra 12
Institu
Intra 13 sional
Intra 14
Y1 Y2 Y3 Y4 Y5 Y6
Intra 15
dan penurunan AKI adalah sebagai variabel laten. Pada pengembangan model ini
variabel dari variabel observed/indikator yang dapat membentuk variabel laten. Bila
hasil analisis variabel observed dengan component matriks > 0,50 maka variabel
tersebut dimasukkan dalam tahap analisis berikutnya untuk pembuatan model. Hasil
analisis dapat dilihat pada tabel 5.73, 5.74; 5.75; 5.76 ; dan 5.77 berikut :
dapat dikompositkan adalah sikap ibu, niat ibu, nilai kepercayaan dan Self Efficacy.
laten yang terdiri dari variabel dependen/endogen: Penurunan AKI, dan variabel
Intra 1
Intra 2 Komuni 1
Inter
Intra 3 Persona
Komuni 2
Intra 4
Komuni 3
Komun
Intra 5
itas
Komuni 4
Intra 6
Komuni 5
Intra 7 Intra
Personal Komuni 6
Intra 8
Intra 9
Intra 10
Yankes
Intra 11
Ibu
Intra 12
Institu
Intra 13 sional
Intra 14
Y1 Y2 Y3 Y4 Y5 Y6
Intra 15
Ins 1 Ins 2 Ins 3 Ins 4 Ins 5 Ins 6
Intra 16
yang telah dikomposit menjadi variabel laten (lihat lampiran 5). Beberapa variabel
observed tidak dimasukkan dalam perhitungan score composit variabel laten karena
nilai component matriks <0,50. Dengan demikian analisis SEM selanjutnya dengan
menggunakan variabel observed dan variabel laten seperti pada Gambar 5.6 berikut :
Inter
Personal Komuni 3
Intra 5
Intra 6 Komuni 4
Komuni
Intra 7
tas
Intra Komuni 6
Personal
Intra 10
Yankes
Institu Ibu
sional
observed: Sikap, niat, nilai kepercayaan dan Self Efficacy. Variabel laten
dalam model karena dianggap penting tetapi tidak ikut dalam analisis jalur. Variabel
― Social
dengan LISREL 8.30, ditemukan model Pengembangan Pendekatan
Kupang. Pada path diagram dengan LISREL dapat diuji secara regresi logistik
ganda yaitu hubungan antara variabel laten eksogen atau independen ; faktor intra
endogen penurunan AKI. Hubungan antara variabel eksogen dengan eksogen yaitu :
dengan institusional. Hasil analisis jalur terdapat hubungan yang tidak signifikan
antara variabel eksogen interpersonal dengan komunitas dengan nilai t = 1,46 lebih
kecil dari t hitung (t hitung = 1,96), pada diagram jalur berwarna merah sehingga
model disempurnakan lagi dan dianalisis ulang seperti model pada Gambar 5.4
4,16
7,11
3,04
4,48 Komunitas
4,54
-2,10
Institusional Pelayanan
-3,15 Kesehatan Ibu
Keterangan : (Nilai t hitung)
Gambar 5.7 Pengembangan Pendekatan Model “Social Ecological Model of
Health Behaviour” untuk Penurunan AKI di Kabupaten Kupang
(p > 0,05), yang ditunjukkan dengan nilai t > 1,96. Variabel intrapersonal,
variabel institusional.
Tabel 5.78 Besaran Nilai Koefisien Jalur, dan t Hitung pada Pengembangan
Pendekatan Model “Social Ecological Model of Health Behaviour”
untuk Penurunan AKI di Kabupaten Kupang
Pengaruh Variabel Nilai Koefisien Jalur Nilai t- Hitung
Eksogen Eksogen
Intrapersonal Interpersonal 0,61 8,57*
Intrapersonal Komunitas 0,35 4,16*
Intrapersonal Institusional 0,25 3,04*
Komunitas Institusional 0,37 4,54*
Eksogen Endogen
Intra personal Penurunan AKI 0,57 7,11*
Inter personal Penurunan AKI 0,34 4.48*
Institusional Penurunan AKI -0,22 -3,15*
Komunitas Penurunan AKI -0,14 -2,08*
Keterangan: * signifikan
Tabel 5.78 menunjukkan bahwa nilai koefisien jalur > 0,05, nilai t hitung >
1,96 yang menjelaskan bahwa hubungan antara variabel eksogen dan endogen
3,95> 0,05 tidak signifikan menunjukkan bahwa data empiris yang diperoleh
sesuai dengan model. Dengan 2 Degrre of freedom (p =0, 138) yang berarti,
model adalah fit. Demikian juga dengan Normal Theory Weighted Least Squares
Chi-Square yang juga tidak signifikan (p=0,138), maka model adalah fit. Root
sudah cukup reasonable dan tidak masuk kategori penolakan‖ Browne dan
(NCP) kecil. Nilai NCP model sebesar 1,95 adalah nilai besar dan sebesar 90%
berada pada rentang Confidence Interval. Dapat disimpulkan bahwa model adalah
kurang baik. Nilai Expected Cross Validation Index (ECVI) sebesar 0,32 yang
lebih besar dari ECVI saturated model (0,24) dapat disimpulkan bahwa model baik
Nilai model AIC adalah 39,95 lebih kecil dari independence AIC (226,93)
dan lebih besar dari saturated AIC (30) menunjukkan bahwa model adalah kurang
fit. Demikian pula nilai model CAIC (109) lebih tinggi dari nilai CAIC yang
tersaturasi (87,54). AIC dan CAIC tidak sensitive terhadap kompleksitas model,
namun dipengaruhi oleh jumlah sample. Dua indikator ini digunakan dalam
perbandingan dari dua atau lebih model (Hu dan Bentler, 1995).
Nilai Normed Fit Index (NFI) (0,98) dan Comparative Fit Index (CFI) =
0.99 lebih besar dari 0,9 menunjukkan bahwa model fit (Bentler,1990). Demikian
pula nilaiIncremental Fit Index (IFI) 0.99 lebih besar dari pada batas cutt-off
sebesar 0.90 (Byrne,1998) sehingga dapat dikatakan bahwa model adalah fit. Nilai
Relative Fit Index (RFI) = 0.91 (berada pada rentang 0 -1), nilai ini mendekati
angka 1, maka model adalah fit. Goodness of Fit Index (GFI) sebesar 0,99 lebih
besar daripada 0,9 menunjukkan fit suatu model yang baik (Dimatopaulus dan
Siguaw, 2000). GFI sebesar 1 berarti model memiliki perfect fit. Sama dengan
pengaruh degrees of freedom pada suatu model, model ini fit. karena nilai AGFI
(0,91) yang lebih besar dari nilai 0,9 maka model adalah fit (Dimatopaulus dan
Siguaw, 2000).
Penelitian Tahap II dilakukan untuk uji coba model baru dilakukan dengan
dengan melakukan “Kelas prenatal care and family” bagi ibu hamil dan keluarga
untuk ibu hamil dan keluarga termasuk suami diharapkan mengikuti pelatihan ini
perubahan tubuh ibu selama hamil, keluhan-keluhan saat hamil, apa saja yang
harus dilakukan ibu selama hamil, (3) perawatan kehamilan; gizi untuk ibu hamil
hubungan suami istri semasa kehamilan, obat-obatan yang boleh dan tidak boleh
awal agar dapat memperlancar proses persalinan. Metode yang digunakan adalah:
ceramah, diskusi, tanya jawab, simulasi dan role play, demonstrasi, serta
pemutaran video.
upaya agar dapat menyusui secara penuh ; posisi menyusui yang benar, melekat
dengan benar, menyusui dengan efektif, manfaat ASI, Inisiasi menyusu dini
/IMD, ASI Eksklusif), tanda bahaya penyakit pada masa nifas, KB Pasca
mitos, penyakit menular dan akte kelahiran meliputi: perawatan bayi baru lahir,
tanda bayi lahir sehat dan tanda bayi sakit, manfaat pemberian vitamin K1 injeksi
pada bayi baru lahir, tanda bahaya bayi baru lahir, pengamatan perkembangan
penelusuran mitos yang berkaitan dengan kesehatan ibu dan anak, IMS, informasi
dasar HIV AIDS, pencegahan dan penanganan malaria pada ibu hamil, pentingnya
akte kelahiran. Metode yang digunakan adalah diskusi, tanya jawab, simulasi, role
dan III) dilakukan pre test sebelum kegiatan dan post test sesudah kegiatan
risiko dan deteksi dini ibu hamil risiko tinggi dalam rangka rujukan dini
Depkes RI. Metode yang digunakan adalah diskusi, tanya jawab, simulasi, role
play,dan studi kasus untuk deteksi faktor risiko menggunakan KSPR. Sebelum
kegiatan dilakukan pre test dan sesudah kegiatan dilakukan post test
pengenalan tanda bahaya kehamilan serta pengenalan faktor risiko dan deteksi
dini ibu hamil risiko tinggi dalam rangka rujukan dini berencana menggunakan
KSPR dan pedoman Depkes RI. Metode yang digunakan adalah diskusi, tanya
jawab, dinamika kelompok, simulasi, role play dan studi kasus untuk deteksi
faktor risiko menggunakan KSPR. Sebelum kegiatan dilakukan pre test dan
pencapaian indikator output pelayanan kesehatan untuk penurunan AKI yaitu K1,
3. K4 (1-1-2): 0 0
Tidak K4 26 100
K4 Murni: 10 38,50
Dua kali 5 19,20
Tiga Kali 7 26,90
Empat kali 2 7,70
Lima kali 1 3,80
Enam kali 1 3,80
Delapan kali
4 Tempat Persalinan:
Non faskes 3 11,50
Faskes 23 88,50
Tempat Persalinan:
Rumah sendiri/keluarga 2 7,70
Rumah Bidan di desa 1 3,80
Puskesmas 20 76,90
RS Pemerintah 3 11,50
fasilitas kesehatan yang memadai Puskesmasatau rumah sakit. Padahal ibu dan
orang (96,50%) ditolong oleh tenaga kesehatan ; 22 orang (84,60%) oleh bidan.
pekerjaan, nilai kepercayaan pengetahuan, sikap, niat, Self Efficacy, akses serta
Tabel 5.81 Distribusi Frekuensi Karakteristik Ibu Nifas sampai dengan 3 Bulan di
Kabupaten Kupang Tahun 2012
No Karakteristik Jumlah n = 26 Persentase (%)
1. Umur (tahun)
<20 Tahun 3 11,50
20 - 34 Tahun 16 61,50
>35 Tahun 7 26,90
2. Agama :
Islam 2 7,70
Katholik 10 38,50
Kristen 14 53,80
3. Pendidikan:
Tidak tamat SD 2 7,70
Tamat SD/MI 8 30,80
Tamat SMTP/SMP 5 19,20
Tamat SMTA/SMU 9 34,60
Tamat Akademi/ PT 2 7,70
4. Pekerjaan:
Tidak bekerja 22 84,60
Petani 2 7,70
Lain-lain 2 7,70
Dari Tabel 5.81 diketahui, umur ibu di Kabupaten Kupang dari 26 orang
terbanyak 20-34 tahun 16 orang (61,50%). Hal ini merupakan umur yang baik untuk
orang (38,50%) dan islam 2 orang (7,70%) dengan dasar ini dapat dipakai untuk
pelayanan bagi ibu hamil melahirkan dan nifas melalui mimbar gereja atau
masing -masing 2 orang (7,70%), paling banyak 9 orang (34,40%) adalah tamat
SMA dan tamat SD 8 orang (30,80%). Ibu nifas sebagian besar 71 orang (56,30%)
tidak bekerja. Tetapi terdapat 39 ibu (31,00%) yang bekerja sebagai petani. Hal ini
menjadi perhatian untuk membantu ibu menjaga kesehatan dan mengatur waktu
istirahatnya.
Tabel 5.82 menunjukkan bahwa jumlah anak cukup bervariasi satu sampai
dengan delapan orang, terbanyak adalah satu orang pada 8 ibu (30,80%), diikuti
oleh jumlah anak 2 sampai 3 orang pada masing-masing 5 orang (19,20%) dan 6
orang (23,10%). Riwayat abortus pada ibu masih terjadi pada 5 orang (19,20%)
yang mengalami abortus satu kali, serta ibu yang mengalami abortus 3dan 4 kali,
screening faktor risiko ibu hamil untuk penanganan komplikasi serta mencegah
Usia kawin pertama pada ibu, sebagian besar 13 orang (50,00%) kawin
pada usia produktif 20-34 tahun. Usia ini baik untuk melakukan tugas reproduksi
bagi ibu; hamil, melahirkan dan nifas. Namun masih terdapat 12 orang (46,20%)
kawin pada usia < 20 tahun. Hal ini merupakan faktor risiko terjadinya komplikasi
Tabel 5.83 Distribusi Hasil Pemeriksaan Ante natal pada kehamilan terakhir Ibu
Nifas sampai dengan 3 Bulan di Kabupaten Kupang Tahun 2012
No Uraian Jumlah n = 26 Persentase (%)
1. Frekuensi ANC:
4 - 6 kali 12 46,20
7 - 9 kali 6 23,10
10 -12 kali 5 19,20
> 12 kali 3 11,50
Bahkan ada yang melakukan pemeriksaan ANC lebih dari 12 kali 3 orang
(11,50%). Hal ini terkait dengan manfaat yang dirasakan oleh ibu dalam
pertemuan “Kelas Prenatal Care and Family”. Pemeriksaan ANC oleh 26 orang
orang (100 %) lebih dari 145 cm. Berat badan ibu di awal kehamilan, sebagian
besar 20 orang (76,92%) berkisar 45-65 kg. Namun terdapat 3 orang (11,54%)
dengan BB < 45 kg. Hal ini dapat menjadi faktor risiko komplikasi persalinan
serta ibu dapat melahirkan premature atau BBLR. Penambahan BB ibu selama
selama hamil < 9 kg. Hal ini merupakan faktor risiko untuk perdarahan,
melahirkan premature atau BBLR. Lila ibu sebagian besar 18 orang (69,23%)
adalah > 23,5 cm. Namun masih ada 8 orang (30,77%) dengan Lila < 23,5 cm
yang mendapat perhatian agar tidak terjadi komplikasi. Screening faktor risiko
(40%) dan kehamilan risiko sangat tinggi adalah 1 orang (3,85%). Kehamilan
risiko ini karena faktor umur ibu terlalu muda (< 20 tahun) 1 orang (3,85%);
umur ibu terlalu tua >35 tahun 8 orang (30,77%) ; ibu terlalu banyak anak (>4
orang) 8 orang (30,77 %); ibu pernah abortus 6 orang ( 23,08 %) serta bengkak
Tabel 5.84 Distribusi Hasil Pemeriksaan Ante natal pada kehamilan terakhir Ibu
Nifas sampai dengan 3 Bulan di Kabupaten Kupang Tahun 2012
No Uraian Jumlah n = 26 Persentase (%)
1. Imunisasi TT
TT1 3 11,50
TT2 21 80,80
TT3 2 7,70
2. Tablet tambah darah:
< 90 4 15,80
90 - 120 4 15,80
120 - 150 3 11,54
150 - 180 9 34,62
180 - 210 0 0,00
> 210 6 23,08
3. Frekuensi Pemeriksaan Hb:
Satu kali 0 0,00
Dua kali 26 100,00
Hasil pemeriksaan kadar Hb
(gr%) Trimester 3
< 10 14 53,85
> 10 -12 12 46,15
besar 21 orang (80,80%) adalah TT2. Ibu selama hamil masih ada 4 orang
(15,80%) yang mengkonsumsi tablet tambah darah < 90 tablet. Hal ini dapat
dilakukan dua kali. Hasil pemeriksaan Hb pada ibu hamil di trimester tiga cukup
ini akan menjadi penyulit saat terjadi komplikasi persalinan yaitu perdarahan.
Tabel 5.85 Distribusi Hasil KB, Golongan Darah, Biaya Persalinan, Buku KIA,
Jenis Komplikasi dan Penanganan Komplikasi pada kehamilan
terakhir Ibu Nifas sampai dengan 3 Bulan di Kabupaten Kupang
Tahun 2012
No Uraian Jumlah n = 26 Persentase (%)
1. Penggunaan KB:
Tidak KB 0 0
KB 26 100
2. Jenis Kontrasepsi yang
digunakan:
IUD 2 7,70
MOW 1 3,80
Implant 1 3,80
Suntik 14 53,80
Pil 1 3,80
MAL 7 26,90
3. Lama menjadi akseptor KB
(bln)
<12 3 11,54
12 -24 1 3,85
24 -48 3 11,54
48-60 2 7,69
> 60 2 7,69
Tidak tahu 15 57,69
4. Golongan darah:
A 4 15,40
AB 1 3,80
B 10 38,50
O 11 42,30
orang (57,69%) tidak tahu. Hal ini perlu menjadi perhatian karena penggunaan
kematian ibu.
(38,50%). Keluarga dan ibu hamil sebagian besar 20 orang (76,92) menyiapkan
pendonor darah > 3 orang. Hal ini perlu mendapat perhatian karena pada ibu yang
Biaya persalinan ibu oleh sebagian besar ibu 18 orang (69,20%) tidak
berupa tabungan ibu bersalin (tabulin), hal ini sangat membantu dalam perawatan
ibu saat melahirkan dan nifas. Sebagian besar ibu 25 orang (96,20%)
mendapatkan buku KIA yang berisi informasi tentang kesehatan ibu dan anak ;
perawatan selama hamil, melahirkan, nifas dan bayi balita. Ibu hamil sebagian
kehamilan yang dialami oleh ibu 2 orang (7,70%) langsung dirujuk ke RSUD
Tabel 5.86 menunjukkan, jarak rumah ibu ke fasilitas kesehatan yang memadai
bervariasi dari jalan kaki, motor ojek, kendaraan umum, kendaraan pribadi dan
serta > 120 menit. Hal ini perlu diperhatikan dalam kaitannya dengan rujukan dini
berencana pada ibu hamil risiko tinggi agar tidak terjadi komplikasi lebih lanjut .
Mengingat waktu tempuh ini dapat sesuai apabila dilakukan pada musim kemarau.
Sedangkan pada musim hujan waktu tempuh menjadi lebih lama karena kesulitan
jalan raya.
(100,00%) adalah ibu rumah tangga. Pekerjaan rutin (domestik) ibu 14 orang
(26,90%) sebagai petani, sebagian besar 18 orang (69,20%) tidak bekerja. Hal ini
akan membantu ibu untuk lebih memperhatikan dirinya dalam perawatan kehamilan.
Pola tidur ibu hamil sebagian besar 10 orang (38,50%) memiliki pola tidur siang
kadang-kadang, hal ini perlu mendapat perhatian karena tidur siang diperlukan oleh
control dalam ANC dan pengelolaan pelayanan bagi ibu secara berurutan:22
keputusan suami istri. Namun masih terdapat keputusan yang diambil oleh suami
saja, orang tua/mertua, maupun oleh Too Huk, hal ini akan memperlambat ibu
ANC, persalinan dan nifas sebagian besar adalah cukup dan baik masing-masing
nifas, sebagian besar 26 orang (100,00%) adalah baik. Sikap afeksi ibu terhadap
kehamilan, persalinan dan nifas sebagian besar adalah cukup dan baik masing-
masing 11 (42,30%) dan 15 (57,70%). Demikian halnya dengan niat ibu terhadap
kehamilan, persalinan dan nifas adalah cukup 16 (61,50%) dan baik 8 (30,80%).
Self Efficacy ibu sebagian besar adalah cukup dan baik, masing-masing 16
(61,50%), 8 (30,80%). Self Efficacy ibu yang cukup perlu ditingkatkan sehingga
ibu yakin untuk memanfaatkan pelayanan kesehatan yang ada K1, K4, melahirkan
keluarga berencana.
Table 5.89
hanya diberikan kepada tenaga dengan pendidikan kesehatan saja tetapi juga
Faktor Komunitas yang diteliti adalah TOMA, TOGA, Kader Kesehatan dan
Tabel 5.90 Distribusi Frekuensi TOMA, TOGA, Kader Kesehatan dan Dukun
Berdasarkan Jenis Kelamin, Peran, Pendidikan dan Masa kerja
diPuskesmas Takari Kabupaten Kupang, Tahun 2012
No Uraian Jumlah n = 32 Persentase (%)
1 Jenis Kelamin
Perempuan 25 78,10
Laki-laki 7 21,90
2 Peran di Komunitas
Kader 29 90,60
Dukun 3 9,40
Prenatal Care and Family” untuk mendampingi ibu hamil sampai masa nifas,
sebagai sahabat ibu serta membantu untuk deteksi faktor risiko kehamilan.
Pendidikan dan masa kerja yang bervariasi akan membantu dalam dinamika
personal) dan keluarga (inter personal) dalam “Kelas Prenatal Care & Family”
atau tidak. Menggunakan uji One Sample Kolmogorov Smirnov. Data dinyatakan
berdistribusi normal dan signifikansi apabila p > 0,05 (Trihendradi, 2005). Hasil
uji normalitas dilakukan pada hasil bedatest (selisih pretest dan posttest)
pertemuan I, II dan III “Kelas Prenatal Care & Family”, seperti pada Tabel 5.70
Tabel 5.91 Hasil uji One Sample Kolmogorov Smirnov Pretest dan Postest
tentang Pengetahuan Ibu hamil pada Pertemuan I, II dan III “Kelas
Prenatal Care & Family” di Kabupaten Kupang, Tahun 2012
Pengetahuan Mean ± SD Sig
Beda test I 58,461 ± 8,575 0,618
Beda test II 59,0385 ± 7,074 0,391
Beda test III 66,154 ± 5,711 0,196
*) signifikan p > α (α= 0,05 ) n = 26
pertama, kedua dan ketiga signifikan (p >0,05), data berdistribusi normal. Dengan
demikian hasil pretest dan posttest pada pertemuan I dan II dapat dilanjutkan
dengan uji paired t test untuk mengetahui apakan ada pengaruh pemberian
pendidikan kesehatan pada ibu hamil dalam upaya penurunan angka kematian ibu.
Tabel 5.92 Hasil uji Paired t Test Pretest dan Postest tentang Pengetahuan Ibu
hamil pada Pertemuan I, II dan III “Kelas Prenatal Care and
Family” di Kabupaten Kupang, Tahun 2012
Pengetahuan Mean ± SD Sig
Pretest I 24,61 ± 10,66 <0,001 r = 0,597
Posttest I 83,07 ± 6,93 (p = 0,001)
Pretest II 26,92 ± 8,37 <0,0001 r = 0,736
Posttest II 85,96 ± 10,39 (p < 0,0001)**
Pretest III 26,73 ± 7,60 <0,0001 r = 0,734
Posttest III 92,88 ± 8,02 (p < 0,0001)**
*) signifikan p < α (α = 0,05 ) n = 26
** sangat signifikan p < 001
masing-masing pertemuan “Kelas Prenatal Care and Family” (p < α) dengan kuat
korelasi pretest I dan posttest I 59,70%, pretest II dan posttest II 73,60%, pretest III
deteksi dini ibu hamil risiko tinggi dalam rangka rujukan dini berencana,
kepada peserta dilakukan pretest dan setelah intervensi dilakukan posttest lagi
statistik inferensial pada pengetahuan petugas kesehatan hasil pretest dan posttest,
signifikansi apabila p > 0,05 (Trihendradi, 2005). Hasil uji normalitas pada
Tabel 5.93 Hasil uji One Sample Kolmogorov Smirnov Bedatest Pretest dan
Postest Pengetahuan tentang Deteksi Faktor Risiko pada Petugas
Kesehatan di Kabupaten Kupang, Tahun 2012
Pengetahuan Mean ± SD Sig
Beda Test 54,861 ± 10,986 0,002**
*) signifikan p > α (α = 0,05 ) n = 36
** sangat signifikan p < 001
Tabel 5.93 menunjukkan bahwa data bedatest antara pretest dan postest
tidak berdistribusi normal (p = 005 < α ). Dengan demikian uji yang sesuai untuk
Tabel 5.94 Hasil uji Mann Whitney Pretest, Postest dan Bedatest Pengetahuan
tentang Deteksi Faktor Risiko pada Petugas Kesehatan berdasarkan
Pendidikan Non Kesehatan dan Pendidikan Kesehatan di Kabupaten
Kupang, Tahun 2012
Pendidikan n Mean Rank Sig
Pretest: Pendidikan Non Kesehatan 19 11,16 < 0,0001**
Pendidikan dibidang Kesehatan 17 26,71
Postest: Pendidikan Non Kesehatan 19 10,34 < 0,0001**
Pendidikan dibidang Kesehatan 17 27,62
Bedatest (selisih Postest dan pretest)
Pendidikan Non Kesehatan 19 24,47 <0,0001**
Pendidikan dibidang Kesehatan 17 11,82
*) signifikan p > α (α = 0,05 ) n = 36
** sangat signifikan p < 001
Tabel 5.94 menunjukkan bahwa mean rank pretest dan postest petugas
kesehatan dengan pendidikan kesehatan (26,71 dan 27,62) lebih tinggi dari petugas
kesehatan dengan pendidikan non kesehatan (11,16 dan 10,34). Namun pada bedatest
(selisih postest dan pretest) ternyata mean rank 24,47 lebih tinggi adalah petugas
pengenalan faktor risiko dan deteksi dini ibu hamil risiko tinggi dalam rangka rujukan
Kesehatan dan Dukun tentang tanda bahaya kehamilan serta pengenalan faktor
risiko dan deteksi dini ibu hamil risiko tinggi dalam rangka rujukan dini
dan Dukun dilakukan uji statistik inferensial pada pengetahuannya, hasil pretest
dan posttest, Sebelum dilakukan uji, terlebih dilakukan uji normalitas data
berdistribusi normal dan signifikansi apabila p > 0,05 (Trihendradi, 2005). Hasil uji
Tabel 5.95 Hasil uji One Sample Kolmogorov Smirnov Pretest dan bagi TOMA,
TOGA, Kader Kesehatan dan Dukun di Kabupaten Kupang, Tahun
2012
Pengetahuan Mean Standar Deviasi Sig
Pretest 22,96 6,20 0,014
Posttest 85 5,82 0,094*
*) signifikan p > α (α = 0,05 ) n = 32
Tabel 5.95 menunjukkan bahwa data pretest tidak berdistribusi normal (p = 0,011 <
penurunan AKI adalah uji wilcoxon, dengan hasil signifikan < 0,0001.
DAFTAR LAMPIRAN
xxxiv
Disertasi PENGEMBANGAN PENDEKATAN “SOCIAL INA DEBORA R.L
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
DAFTAR SINGKATAN
xxxv
Disertasi PENGEMBANGAN PENDEKATAN “SOCIAL INA DEBORA R.L
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
xxxvi
Disertasi PENGEMBANGAN PENDEKATAN “SOCIAL INA DEBORA R.L
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
BAB 6
PEMBAHASAN
secara bertahap sejak tahun 2007 (306%ooo KH) mengalami penurunan menjadi
176 %ooo KH pada tahun 2012 dengan rata-rata penurunan AKI pertahun adalah 26
tahunnya maka pada tahun 2015, AKI di NTT dapat menurun mencapai 98 %ooo
membantu pencapaian target nasional ; MDGs tahun 2015 sebesar 102 %ooo KH.
tahun 2009 dari AKI 379 %ooo KH menjadi 281 %ooo KH. Pada tahun 2010 AKI
menjadi 213,87%ooo KH. Kemudian pada tahun 2011 AKI 196,05%ooo KH pada
Kupang dari tahun ke tahun cukup bervariasi dan berfluktuasi. Penurunan AKI
pada tahun 2007 ke Tahun 2009 rata-rata pertahun 49 %ooo KH, kemudian dari
tahun 2009 ke tahun 2010 rata-rata penurunan AKI meningkat menjadi 67,13
%ooo KH pertahun. Namun pada tahun 2010 ke tahun 2011 AKI menurun 17,82
%ooo KH dari sebelumnya. Kemudian pada tahun 2011 ke tahun 2012 AKI
223
bahwa pada tahun 2011 upaya penurunan AKI lebih diperhatikan dari sebelumnya
dalam hal ini Puskesmas Takari pada tahun 2011 menyumbang kematian ibu
sebanyak 2 orang. Namun pada tahun 2012 tidak ada kematian ibu hamil
melahirkan maupun ibu nifas di Kecamatan Takari. Hal ini dapat terjadi karena
dan mini loka karya di puskesmas, peneliti meminta agar setiap bidan atau
petugas kesehatan bekerja sama dengan kader dan dukun untuk menemukan ibu
pendampingan untuk memberdayakan ibu. Kerjasama dengan kader dan dukun ini
mengetahui ibu hamil adalah dirinya sendiri, serta kehamilan ini tentunya akan
diberitahukan kepada orang yang paling dekat dengan ibu hamil adalah suami dan
keluarga. Di masyarakat, orang yang paling berkompeten selain aparat desa dan
bisa memiliki akses dekat dengan keluarga untuk mendapatkan informasi tentang
ibu hamil adalah kader atau dukun. Berdasarkan kesepakatan ini ditemukan ibu
hamil dengan K1 murni. Kegiatan selanjutnya, ibu hamil dan keluarga serta kader
dan petugas yang menemukan ibu hamil ikut dalam Kelas Prenatal Care and
Family”.
keluarga ibu hamil untuk mengikuti minimal 1 kali pertemuan dari 3 kali
pertemuan pada Kelas Prenatal Care and Family” untuk mendapatkan informasi
tentang perawatan bagi ibu hamil, melahirkan dan nifas serta perawatan bayi baru
lahir.
Bidan, Perawat dan Petugas Puskesmas dalam melakukan screening faktor risiko
pada ibu hamil dengan menggunakan Kartu Skor Podji Rochjati (KSPR) dan
Prenatal Care and Family” bagi ibu hamil dan keluarga. Bidan juga dikutsertakan
pada pelatihan untuk Tokoh Masyarakat, Tokoh Agama, Kader dan Dukun.
pendidikan kesehatan untuk Tokoh Masyarakat, Tokoh Agama, Kader dan Dukun
tentang tanda bahaya kehamilan serta deteksi faktor risiko oleh masyarakat
Intervensi yang dilakukan pada berbagai level ini mulai dari ibu hamil,
kematian ibu. Untuk menjaga penurunan angka kematian ibu bisa berhasil dengan
baik maka kegiatan intervensi yang telah dilakukan, harus diadopsi dan dilakukan
Dengan demikian, target penurunan AKI secara nasional dapat tercapai serta
indicator AKI 102 %ooo KH pada tahun 2015 juga dapat tercapai.
Penurunan Angka kematian Ibu (AKI) pada penelitian ini diukur melalui
indikator output penurunan AKI yaitu: K1, K4, Tempat persalinan, Pertolongan
6.1.1.1 Indikator K1
96,53%. melebihi target cakupan 2012 yaitu 97%. Hal ini terjadi karena salah satu
Takari, Kecamatan Takari Kabupaten Kupang. Disamping faktor lain yang ikut
kehamilan ibu. Bukan kunjungan K1 murni yaitu kunjungan pertama kali ibu
Hasil penelitian yang dilakukan di Kabupaten Kupang pada tahun 2011, K1 murni
adalah 51,6%. Hasil penelitian pada PuskesmasTakari, 100% ibu hamil yang
melakukan penemuan ibu hamil langsung oleh masyarakat melalui bidan desa dan
100% akan tetap dipertahankan apabila mekanisme penemuan ibu hamil ini
diharapkan untuk tetap care terhadap ibu hamil dan menjadi sahabat ibu hamil
termasuk bidan maupun petugas kesehatan. Penemuan ibu hamil dapat dilakukan
dengan baik apabila bidan memiliki data Pasangan Usia Subur (PUS),
menggunakan format data PWS KIA. Data ini akan membantu bidan untuk
mamantau kapan ibu mulai hamil. Pada setiap kunjungan ke posyandu data ini
terus di update dengan menanyakan pada Kepala Desa, Kader Kesehatan atau
Dukun. Pada akhirnya saat ibu mengetahui dirinya terlambat datang bulan, Ibu
akan datang sendiri ke Posyandu dengan senang hati untuk memeriksakan diri
yang peduli terhadap kesehatan dan kesejahteraannya. Pada kunjungan K1 ini oleh
bidan ibu dapat dianjurkan untuk mengikuti “Kelas Prenatal Care and Family”
identifikasi nilai positif dalam kelompok Bersama ibu hamil dan Petugas
kesehatan.
Pada “Kelas Prenatal Care and Family” pertemuan pertama ibu hamil
akan mengetahui tentang apa itu “Kelas Prenatal Care and Family”, perkenalan
peserta, curah pendapat, diskusi dan ceramah tentang materi pertemuan I yaitu:
(1) kehamilan, perubahan tubuh dan keluhan selama hamil, yang menjelaskan
umum saat hamil dan caramengatasinya (kram kaki, wasir dan nyeripinggang,
apa saja yang perlu dilakukan ibu hamil, pengaturan gizi ibu hamil termasuk
istri selama kehamilan, obat yang boleh dan tidak bolehdikonsumsi oleh ibu
suasana santai dan menyenangkan bagi ibu hamil, dengan tetap memperhatikan
kondisi dan keluhan ibu hamil. Pertemuan kelas ibu hamil ini diberikan pada usia
kehamilan 12-16 minggu dimana ibu sudah tidak mengalami keluhan mual
Care and Family”. Pada pertemuan ini, ibu dapat mengetahui tentang : (1)
Inisiasi Menyusu Dini (IMD). (2) Perawatan Nifas : Pemberian ASI Eksklusif
(Posisi menyusui yang benar, melekat dengan benar dan bayi mengisap dengan
efektif, massage untuk memperlancar ASI serta bagaimana kiat ibu menyusui di
tempat umum), perawatan ibu nifas, tanda bahaya dan penyakit pada ibu nifas
serta KB pasca salin. Pada pertemuan ini ibu hamil diberi kesempatan belajar
benar serta kiat ibu menyusui di tempat umum). Diakhir pertemuan “Kelas
Prenatal Care and Family”, ibu hamil diberitahu jadual kunjungan berikutnya
termasuk pertemuan III “Kelas Prenatal Care and Family” pada trimester III saat
kunjungan K4.
membantu ibu untuk melakukan perawatan diri selama hamil dengan baik agar
tidak terjadi komplikasi kehamilan yang berakibat pada kematian ibu hamil. Ibu
6.1.1.2 Indikator K4
sebelumnya 86,06% menjadi 97,1%. Sementara Provinsi NTT pada tahun 2012
cakupan K4 adalah 67, 63%. Masih rendah dibandingkan dengan target pada
tahun 2012 adalah 90%. Hasil penelitian yang dilakukan di Kabupaten Kupang
100% ibu hamil yang dilakukan intervensi melakukan K4. Hal ini terjadi karena
ibu hamil diberikan penjelasan untuk kembali melakukan kunjungan ulang pada
bulan berikutnya atau pada kapan saja ibu hamil membutuhkan Kelas Prenatal
Care and Family pelayanan kesehatan. Ibu hamil juga mengikuti “Kelas Prenatal
Care and Family”sehingga ibu hamil sudah diberitahu jadual pertemuan III untuk
kunjungan K4. Pada pertemuan ini, ibu dapat mengetahui tentang ; (1) Perawatan
bayi meliputi: Perawatan Bayi Baru Lahir (BBL), pemberian Vitamin K1 injeksi
imunisasi pada BBL (2) Mitos : Penggalian dan pelurusan mitos yang berkaitan
dengan kesehatan ibu dan anak (3) Penyakit Menular Infeksi Menular Seksual
ibu hamil. (4) Akte Kelahiran : Pentingnya akte kelahiran. Dengan pertemuan
“Kelas Prenatal Care and Family” selama 3 kali ibu sudah mendapatkan cukup
informasi, pengetahuan dan keterampilan dalam merawat dirinya sendiri serta siap
berdasarkan data dari Dinkes Kabupaten Kupang pada tahun 2012, Kabupaten
kesehatan yang memadai Provinsi NTT pada tahun 2012 adalah 81,63%. Target
nasional pada tahun 2012 adalah 90%. Hasil penelitian yang dilakukan di
kesehatan yang memadai masih rendah. Ibu hamil yang melakukan persalinan di
fasilitas kesehatan yang memadai karena selalu diingatkan oleh bidan maupun
hamil disampaikan bahwa komplikasi persalinan dapat terjadi pada setiap ibu
hamil termasuk ibu hamil yang sudah discreening tidak ada faktor risiko, masih
medis yang cepat dan tepat dengan Sectio. Untuk itu perlu perencanaan semua
6.1.1.4 Indikator PN
data dari Dinkes Kabupaten Kupang pada tahun 2012, Kabupaten Kupang
mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya 76,41 menjadi 86,13 masih rendah
dibandingkan dengan cakupan PN di Provinsi NTT pada tahun 2012 adalah 87,71
%. Target nasional pada tahun 2012 adalah 90%. Hasil penelitian yang dilakukan
di Kabupaten Kupang pada tahun 2011, persalinan yang ditolong oleh tenaga
kesehatan 80,2,9%. Hasil penelitian pada PuskesmasTakari, 100% ibu hamil yang
kompeten.
fasilitas kesehatan yang memadai pula hal ini karena apabila terjadi komplikasi
kematian ibu banyak terjadi akibat perdarahan. Rata-rata lama waktu sejak
adalah 2 jam pada perdarahan setelah melahirkan dan 12 jam pada perdarahan
sangat penting untuk melahirkan di fasilitas kesehatan yang memadai dan ditolong
6.1.1.5 Indikator Kf
sebelumnya 76,83% menjadi 91,81%. Sementara Provinsi NTT pada tahun 2012
cakupan Kf adalah 70,89 %. Masih rendah dibandingkan dengan target pada tahun
2012 adalah 90%. Hasil penelitian yang dilakukan di Kabupaten Kupang pada
(100%) ibu hamil yang dilakukan intervensi dilakukan Kf oleh Petugas kesehatan
ibu mulai 6 jam sampai 42 hari pasca persalinan oleh tenaga kesehatan sebanyak
3 kali: Kunjungan nifas pertama (Kf 1) pada masa 6 jam setelah persalinan sampai
posisi menyusui yang benar, bayi melekat dengan benar pada waktu menyusui
serta mengisap dengan efektif. Petugas kesehatan bersama ibu memandikan bayi
dan merawat tali pusat. Petugas kesehatan dapat memastikan perilaku ibu di
rumah dalam memenuhi kebutuhan gizi ibu menyusui serta memenuhi kebutuhan
psikologis ibu dalam menjalani periode taking in, taking hold dan letting go
dalam masa nifas. Kehadiran Petugas merupakan sebagai bentuk incentive yang
diberikan kepada ibu nifas dan keluarga. Pada saat kunjungan nifas, Petugas dapat
membantu ibu dalam pelayanan kesehatan yang dibutuhkan oleh ibu dan keluarga.
Mulai dari memandikan ibu dengan air panas/ tatobi‖, memandikan bayi sampai
memberikan ramuan atau obat kampung dengan penuh perhatian dan senang hati.
turun temurun sebagai suatu kebiasaan yang harus dijalankan oleh ibu nifas. Hal ini
tentunya dapat dilakukan oleh bidan maupun petugas kesehatan dengan baik karena
ibu dalam pelayanan kesehatan ibu dan anak. Pelayanan kunjungan nifas yang
baik dapat membantu ibu untuk tidak mengalami komplikasi pada masa nifas.
Petugas kesehatan dan keluarga dapat mendukung ibu nifas untuk menjalani masa
6.1.1.6 Indikator KB
dari tahun sebelumnya 56,47 % menjadi 77% lebih tinggi dibandingkan dengan
pada tahun 2012 adalah 63%. Hasil penelitian yang dilakukan di Kabupaten
Kupang pada tahun 2011, ibu pasca persalinan yang mengikuti KB adalah 63,5%.
merencanakan kehamilannya dengan baik. Pada ibu muda usia < 20 tahun (terlalu
muda untuk hamil), karena secara fisik rahim belum tumbuh mencapai ukuran
dewasa, diragukan keselamatan dan kesehatan janin dalam kandungan. Selain itu
mental ibu belum cukup dewasa sehingga diragukan keterampilan perawatan diri
dan bayinya (Rochjati P, 2010). Ibu dapat menunda kehamilannya sampai ibu
siap secara fisik dan psikologis untuk hamil. Apabila kehamilan terjadi sementara
ibu belum siap secara fisik dan psikologis akan mengakibatkan kehamilan tidak
komplikasi persalinan tidak ditangani dengan baik karena malu. Bahaya yang
dapat terjadi antara lain Bayi lahir belum cukup bulan, perdarahan dapat terjadi
sebelum bayi lahir, perdarahan dapat terjadi sesudah bayi lahir (Rochjati P,
2010).
dan keluarga untuk mengatur jarak kelahiran. Dengan pengaturan jarak kehamilan
yang baik 2 - 5 tahun, ibu memberikan kesempatan kepada rahim untuk siap
menerima kehamilan berikutnya. Disamping itu pada usia ini selain merupakan
usia yang tepat untuk bereproduksi. Bila ibu terlalu sering melahirkan, kandungan
akan semakin lemah sehingga risiko komplikasi persalinan lebih tinggi antara lain
perdarahan. Bagi ibu yang bekerja pada usia ini tentunya membutuhkan waktu
kehamilan dan peningkatan karier bagi ibu. Pada usia ini juga ibu dituntut untuk
menjaga penampilannya agar tetap cantik dan sehat. Dengan mengikuti KB ibu
mempunyai waktu dan kesempatan lebih banyak untuk merawat diri lebih baik.
Pada usia > 35 tahun adalah usia yang beresiko bagi seorang ibu untuk
hamil, karena pada usia ini kondisi kesehatan rahim ibu telah menurun sehingga
kemungkinan masalah dalam persalinan dan risiko anak cacat lebih besar. Pada
usia ini apabila ibu hamil dapat timbul masalah, faktor risiko lain oleh karena
kehamilan pada usia ini. Dengan mengikuti KB, ibu mempunyai waktu lebih
banyak untuk perhatian pada diri sendiri, anak, keluarga dan masyarakat. Tidak
frekuensi hamil, paritas, usia kawin pertama, tinggi badan, akses: jarak ke fasilitas
kepercayaan dan sikap. Terhadap pemilihan tempat persalinan adalah sikap dan
badan dan sikap. Terhadap kunjungan nifas adalah niat. Terhadap keluarga
umur ibu < 20 tahun dan > 35 tahun memiliki risiko 3 kali untuk mengalami
dikenal bahwa usia aman untuk kehamilan dan persalinan adalah antara umur 20-
30 tahun. Kematian maternal pada wanita hamil dan melahirkan pada usia < 20
tahun ternyata 2-5 kali lebih tinggi. Kematian maternal meningkat kembali
sesudah usia 30-35 tahun. Hal ini disebabkan menurunnya fungsi organ
sehat adalah usia 20-35 tahun. Usia kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun
plasenta, sedangkan faktor paritas lebih banyak dijumpai pada multi daripada
primi. Holomer mencatat bahwa lebih dari 83 kasus solusio plasenta dijumpai 45
Menurut Depkes (2000), dari segi kesehatan ibu yang berumur kurang dari
20 tahun, rahim dan panggul belum berkembang dengan baik. Begitu sebaliknya
yang berumur diatas 35 tahun, kesehatan dan keadaan rahim tidak sebaik seperti
pada saat ibu berusia 20-35 tahun, sehingga perlu diwaspadai kemungkinan
umur kurang dari 20 tahun dan ibu berumur lebih dari 35 tahun.
dapat terjadi pada semua umur, ibu dengan faktor risiko usia kurang dari 20 tahun
kematian ibu dapat dihindari. Pada penelitian ini sebagian besar ibu berumur
20 - 34 tahun. pada ibu yang risiko tinggi < 20 tahun dan > 35 tahun 13 orang
(85,7%) memilih ditolong oleh petugas ksehatan yang kompeten. Tidak adanya
variabel lain yang lebih kuat, mengingat variabel yang berpengaruh dianalisis
pengaruhnya.
penurunan AKI. Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian Fibriani (2007)
Depkes (1995) dan Suwanti (2002) serta Haryanti (2003). Hasil ini berbeda
yang rendah (SLTP) memiliki risiko 3,4 kali lebih besar untuk kematian ibu.
rendah, menyebabkan kurangnya pengertian akan bahaya yang dapat menimpa ibu
2007).
angka kematian ibu karena pengambilan keputusan bagi ibu untuk pelayanan
kesehatan masih didominasi oleh suami dan keluarga, ibu hanya mengikuti saja.
penurunan AKI. Menurut Rochjati (2003) ibu yang pernah hamil melahirkan
anak 4 kali atau lebih maka kemungkinan akan ditemui kesehatan terganggu,
anemia, kurang gizi, kekendoran pada dinding perut, tampak ibu dengan perut
kelompok ini adalah antara lain ; kelainan letak, persalinan letak lintang, robekan
rahim pada kelainan letak lintang, persalinan lama, perdarahan pasca persalinan.
Dengan demikian sangat penting melakukan screening faktor risiko agar bisa
hamil lebh dari satu kali, mengalami abortus berulang (habitualis), tidak memiliki
anak. Diketahui abortus melalui screening faktor risiko. Kondisi ini segera
dilakukan rujukan untuk pemeriksaan lebih lanjut serta dapat dilakukan rujukan
dini berencana, ibu masih bisa datang ke rumah sakit tanpa bantuan, ditolong oleh
AKI. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Nining (2004) dan Fibriani
dilahirkan oleh seorang wanita. Paritas atau para adalah jumlah kehamilan yang
ditinjau dari sudut kematian maternal. Paritas 1 dan paritas tinggi (lebih dari 3),
mempunyai angka kematiaan maternal lebih tinggi. Lebih tinggi paritas, lebih
tinggi kematian maternal risiko pada paritas tinggi dapat dikurangi dengan
keluarga berencana. Pada penelitian ini Sebagian kehamilan pada paritas tinggi
Pada penelitian ini frekuesi hamil dan paritas bukan merupakan faktor
risiko untuk kematian ibu, karena ibu dengan frekuensi hamil dan paritas yang
tinggi melakukan pemeriksaan ANC secara teratur > 4 kali bahkan mencapai 12 kali
sehingga kesehatan janin dan ibu selalu dalam pengawasan, ibu menjadi lebih
waspada karena ibu mengetahu risiko anak > 4 orang. Ibu memilih melahirkan di
fasilitas kesehatan yang memadai dan ditolong oleh tenaga kesehatan yang
ibu hamil pertama pada umur <20 tahun, rahim dan panggul ibu seringkali belum
janin dalam kandungan. Selain itu mental ibu belum cukup dewasa sehingga
diragukan keterampilan perawatan diri dan bayinya. Pada penelitian ini usia kawin
responden menikah pada usia reproduksi yang aman (20 - 35 tahun). Pada ibu
dengan umur risiko tinggi memeriksakan kehamilannya secara teratur (> 4 kali)
penurunan AKI. Menurut Rochjati (2003) pada ibu hamil dengan tinggi badan 145
cm atau kurang berhubungan dengan luas panggul ibu sempit sehingga luas
panggul ibu dan kepala janin mungkin tidak proporsional, sebagai jalan lahir
panggul ibu sempit dengan kepala janin besar, panggul ukuran normal tetapi
anaknya besar. Pada kondisi ini bayi tidak dapat lahir secara spontan tetapi
membutuhkan sectio. Ibu hamil yang telah mengetahui tentang faktor risiko ini
tentu akan segera melakukan antisipasi dengan melahirkan di rumah sakit dengan
memadai dan waktu tempuh) tidak berpengaruh terhadap pelayanan kesehatan ibu
untuk penurunan AKI. Akses tidak mempengaruhi secara langsung tapi lewat
ibu di pedesaan dengan tingkat pendidikan dan ekonomi rendah. Secara umum,
keputusan dalam mencari pertolongan untuk dirinya sendiri dan anaknya. Ada
budaya dan kepercayaan di daerah tertentu yang tidak mendukung kesehatan ibu
terhadap masih banyaknya kasus 3 Terlambat dan 4 Terlalu, yang pada akhirnya
1. Pekerjaan terhadap K1
terhadap kunjungan ibu hamil pertama kali ke Puskesmas pada trimester I (K1).
Pada keadaan hamil ibu yang tidak bekerja memiliki waktu lebih banyak untuk
melakukan kunjungan ke Puskesmas. Pada ibu hamil yang bekerja tidak memiliki
bekerja sebagai petani dan buruh tani yang menghabiskan waktunya di pagi hari
hingga menjelang sore untuk bekerja di kebun atau sawah sebagai pencari nafkah.
Pada saat bekerja ibu lebih memilih tinggal di kebun atau sawah yang jauh dari
yang memadai atau Puskesmas. Pada sore hari ibu tidak dapat memeriksakan diri
Puskesmaspada pagi hari sesuai jam kerja. Sebagian besar ibu yang bekerja
sebagai petani dan buruh tani adalah berpendidikan kurang, dengan sosial
ekonomi yang kurang. Keadaan ini membuat ibu tidak segera memeriksakan
kehamilannya jika tidak ada keluhan yang dirasakan oleh ibu. Perhatian dari
keluarga merasa kehamilan adalah hal yang alamiah dan biasa saja.
Hasil penelitian ini tidak sama degan penelitian Fibriani 2007, Latuamury
(2002) dan Haryanti (2002), Suwanti (2002). Ibu yang bekerja mempunyai waktu
yang tidak bekerja. Karena ibu yang bekerja adalah ibu yang berpendidikan tinggi
komplikasi saat hamil, melahirkan dan nifas. Memeriksakan diri dapat dilakukan
salah satu faktor adalah ibu bekerja di kebun dan memilih tinggal di kebun,
ditolong oleh dukun sehingga pada saat terjadi komplikasi persalinan yaitu
perdarahan, dukun tidak memiliki kemampuan untuk menolong ibu, pada saat
ibu yang berakibat pada keterlambatan penanganan dan terjadi kematian ibu
kunjungan ibu hamil pertama kali ke Puskesmas pada trimester I (K1). Nilai
kepercayaan adalah segala sesuatu yang dianggap benar dan berharga oleh
kelompok untuk menurunkan angka kematian ibu. Ibu percaya bahwa kehamilan
signifikan terhadap K1, hal ini terkait dengan kehidupan ibu di masyarakat, Orang
yang paling mengetahui dirinya hamil adalah ibu itu sendiri, kemudian ibu akan
bernilai atau sangat berarti bagi seorang ibu karena akan melahirkan anak sebagai
pada diri sendiri dan buah kehamilannya yang sangat bernilai seperti dijelaskan
bermasyarakat nilai tidak dapat diartikan sesederhana itu, tetapi nilai merupakan
kumpulan sikap, perasaan atau anggapan terhadap sesuatu hal yang tentang baik
dan buruk, benar dan salah, patut tidak patut, hina mulia, maupun penting tidak
penting.
Nilai terkait dengan norma, jika nilai merupakan sesuatu yang dianggap
sebagai hal yang baik, patut, layak, benar, maka norma merupakan perwujudan
dari nilai yang didalamnya terdapat kaidah, aturan, patokan, atau kaidah pada
suatu tindakan (aksi). Bagi orang yang melanggar norma, maka ia akan mendapat
sanksi, atau hukuman oleh masyarakat yang berupa digosipkan, ditegur, dimarahi,
diancam hingga sampai hukuman yang diberikan oleh negara melalui aparat
hukum. Dengan demikian norma merupakan petunjuk, kaidah atau aturan untuk
berbuat atau berperilaku yang dibenarkan untuk mewujudkan nilai atau tujuan
tersebut. Nilai merupakan sumber norma yang memiliki kekuatan mengikat bagi
arah bagi tingkah laku di dalam kehidupan sosial dikelompokkan dalam lima
macam yaitu: (1) Cara (usage) ; merupakan kebiasaan yang berlaku sebagai
produk dari hubungan sosial antar individu di dalam masyarakat yang tidak
mengakibatkan sanksi yang berat bagi pelanggarnya. Saat hamil tidak boleh
keluar pada malam hari, jika melanggar sanksinya hanya berupa teguran.
kehamilan pada saat hamil akan menjadi suatu kebiasaan yang baik apabila hal ini
yang hidup dari kelompok manusia yang dilaksanakan sebagai alat pengawas,
baik secara sadar maupun tidak sadar oleh masyarakat terhadap para anggotanya.
Misalnya masyarakat melarang suami atau keluarga untuk membiarkan ibu hamil
bekerja pada waktu istirahat siang atau saat jadual pemeriksaan kehamilan ibu ke
Puskesmas. Ini akan menjadi suatu tata kelakuan di masyarakat tersebut yang
belum tentu tegas di kehidupan sosial lainnya. (4) Adat istiadat. Adat istiadat
pola-pola kelakuan yang tidak tertulis tetapi memiliki kekuatan mengikat kepada
para anggotanya, sehingga bagi yang melanggar adat istiadat tersebut akan
menderita sanksi yang keras yang kadang-kadang jatuhnya sanksi tersebut tidak
secara langsung. Misalnya dalam hukum adat laki-laki yang mendapat warisan
maka hal tersebut tidak boleh diabaikan walaupun anak laki-laki masih kecil,
perempuan dan laki-laki adalah sama. (5) Hukum (law). Hukum merupakan tata
kelakuan sosial yang dibuat secara formal dengan sanksi yang tegas bagi
pelanggarnya, misalnya cuti hamil atau cuti sakit. Perlu adanya 1 hari cuti untuk
dikenakan denda.
mengalami perubahan. Pergeseran nilai dalam banyak hal juga akan berpengaruh
Kebiasaan dan tata kelakuan masyarakat ikut berubah seiring dengan berubahnya
nilai-nilai yang diyakini masyarakat ini. Dengan demikian nilai-nilai yang baik
yang ada di masyarakat terkait dengan kesehatan ibu dan anak tetap dijaga serta
3. Sikap tehadap K1
masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek (Notoatmodjo,
2010). Sikap tidak dapat langsung dilihat. Sikap secara nyata menunjukkan
konotasi adanya kesesuaian antara reaksi terhadap stimulus tertentu yang dalam
stimulus sosial. Newcomb dalam Notoatmodjo (2012) salah seorang ahli psikologi
sosial, menyatakan bahwa sikap itu merupakan kesiapan atau kesediaan untuk
dengan motif dan attitude yang bekerja dalam diri ibu pada waktu itu
keseluruhan objek yang mungkin ibu perhatikan pada waktu itu misalnya saat
dalam dua macam interaksi kelompok ; (1) Perubahan attitude karena shifting of
reference-group. (2) Perubahan attitude di dalam situasi kontak sosial antara dua
kelompok. Reference group adalah kelompok yang mempunyai norma dan nilai
nilai sosial, attitude dan kebiasaan bertingkah laku yang paling sesuai bagi diri
seseorang dan yang ia setujui sepenuhnya. Dengan kata lain reference group
― lahir‖
formal menjadi anggotanya, jadi dimana ia mempunyai hubungan
(Gerungan, 2004).
persalinan dan nifas dapat berpengaruh sangat besar pula dalam mengubah
attitude atau membentuk attitude baru dan dapat berhasil baik apabila: (1) Sumber
mengetahui benar atau ragu-ragu tentang isi dan fakta-fakta attitude baru. (3)
Attitude yang akan dibentuk tidak terlalu jauh isinya dari frame of reference
lingkungan sosial tempat audiens tinggal. (4) Argumen dua pihak lebih bertahan
terhadap kontropropaganda daripada argument sepihak (5) Bila attitude yang akan
dibentuk terlalu asing bagi frame of reference audiens, akan terjadi boomerang-
peran bidan sebagai petugas kesehatan sangat penting dalam penguasaan materi
penyuluhan kesehatan serta memahami lingkungan sosial tempat audiensi atau ibu
hamil tinggal.
keyakinan dan emosi memegang peranan penting. Ibu hamil yang mendengar
tentang tanda bahaya kehamilan pada ibu hamil akan membawa ibu tersebut untuk
fasilitas kesehatan yang memadai, dan dukungan keluarga, ibu yang memiliki
berpengaruh terhadap kunjungan ibu ke Puskesmas minimal 4 kali terdiri dari 1 kali
di trimester I, 1 kali di trimester II dan 2 kali di trimester III (K4) adalah sama
1. Pekerjaan terhadap K4
41 orang (32,6%) ibu bekerja sebagai petani dan buruh tani yang menghabiskan
waktunya di pagi hari hingga menjelang sore untuk bekerja di kebun atau sawah
sebagai pencari nafkah. Pada saat bekerja ibu lebih memilih tinggal di kebun atau
sawah yang jauh dari akses transportasi untuk melakukan pemeriksaan kehamilan
wawancara dengan bidan diketahui bahwa kematian ibu salah satu faktor adalah
ibu bekerja di kebun dan memilih tinggal di kebun, terbatasnya akses informasi
dan transportasi menyebabkan ibu melahirkan ditolong oleh dukun sehingga pada
keterlambatan penanganan dan terjadi kematian ibu (Dinkes Kab Kupang, 2012).
minimal 2 kali kunjungan. Pada usia kehamilan ini, secara psikologis pada
1 kali dalam sebelum, kemudian pada usia kehamilan 32-36 minggu pemeriksaan
atau kapan saja, sebaiknya bagi ibu yang tinggal jauh dari fasilitas kesehatan
yang memadai segera mempersiapkan dirinya untuk tinggal pada fasilitas rumah
tunggu yang tersedia atau pada keluarga yang dekat dengan fasilitas kesehatan
yang memadai.
Usia kehamilan trimester III bagi ibu dianggap nyaman. Apabila ibu
pengurutan, hal ini perlu mendapat perhatian khusus karena apabila terjadi
merupakan ancaman bagi ibu dan janin. Ibu perlu segera mendapat pertolongan di
rumah sakit (Depkes RI, 2000). Disamping itu kelainan letak sungsang dapat
terjadi pada kehamilan tua (hamil 8 - 9 bulan), letak janin dalam rahim dengan
kepala di atas dan bokong atau kaki di bawah (Rochjati P, 2010). Dengan
khusus, sebaiknya tidak hanya dilakukan 2 kali saja tetapi ibu diberikan
penjelasan untuk memeriksakan kehamilan lebih sering 1 kali dalam sebulan pada
dilakukan 1 minggu sekali atau kapan saja segera memeriksakan kehamilannya jika
ada keluhan serta ibu dingatkan kembali tentang persiapan ibu melahirkan, tanda
persalinan, tanda bahaya persalinan. Bagi ibu hamil dengan risiko tinggi maupun
sangat tinggi dapat dilakukan rujukan dini berencana untuk persiapan persalinan
di RS PONEK (RSU Prof W.Z Johannes Kupang), agar jika terjadi komplikasi
persalinan, tindakan cepat dan tepat segera dapat dilakukan agar tidak terjadi
adalah segala sesuatu yang dianggap benar dan berharga oleh kelompok
masyarakat untuk menurunkan angka kematian ibu. Ibu percaya bahwa kehamilan
yang memiliki nilai kepercayaan tinggi akan manfaat dari pemeriksaan kehamilan
trimester I, 1 kali trimester II dan 2 kali trimester III) selama kehamilan. Pada
ibu mendapatkan pemeriksaan kehamilan, dan screening untuk deteksi dini faktor
risiko yang biasanya terjadi pada trimester III ; perdarahan dan kelainan letak,
serta persiapan persalinan yang aman dan selamat. Ibu dengan nilai kepercayaan
dan nifas akan menjadikan hal tersebut sebagai suatu kebiasaan dan tata kelakuan
ibu untuk mentaati jadual pemeriksaan ibu hamil pada kunjungan K4.
3. Sikap terhadap K4
sebagai sikap terhadap obyek tertentu yang dapat merupakan sikap pandangan
atau sikap perasaan tetapi sikap tersebut disertai dengan kecenderungan untuk
bertindak sesuai dengan sikap obyek itu. Dengan demikian attitude dapat
diterjemahkan dengan tepat sebagai sikap dan kesediaan beraksi terhadap suatu hal
(Gerungan, 2004). Attitude senantiasa terarahkan kepada sesuatu hal, suatu objek,
Banyak tokoh yang mendefinisikan tentang sikap. Namun inti dari arti
sikap yang disetujui oleh sebagian besar ahli dan peneliti sikap diartikan bahwa
berubah dalam intensitasnya. Atau sikap adalah kesiapan merespon yang sifatnya
positif atau negatif terhadap obyek/ situasi secara konsisten. Tiap sikap
Attitude dapat merupakan suatu sikap pandangan tetapi dalam hal itu
mengenai suatu objek tidak sama dengan attitude terhadap objek tersebut.
Pengetahuan mengenai suatu objek baru menjadi attitude terhadap obyek tersebut
apabila pengetahuan itu disertai dengan kesiapan untuk bertindak sesuai dengan
deteksi faktor risiko kelainan letak janin pada trimester III kehamilan, belum
pemeriksaan kehamilan untuk deteksi kelainan letak janin, apalagi ibu tersebut
dengan pengetahuan itu. Dalam hal ini ibu tidak hanya memiliki pengetahuan
tentang deteksi faktor risiko kelainan letak janin pada trimester III kehamilan
keyakinan dan emosi memegang peranan penting. Ibu hamil yang mendengar
tentang tanda bahaya kehamilan pada ibu hamil terutama dengan diketahui oleh
ibu bahwa faktor risiko kelainan letak janin hanya bisa dideteksi pada usia
kehamilan trimester III, akan membawa ibu tersebut untuk berpikir untuk
baik dan positif, serta tersedianya fasilitas kesehatan yang memadai, dan
memeriksakan kehamilannya
orang (73,8%) dengan nilai rata-rata 85,71 minimal 46,53 dan maksimal 100.
Pengetahuan yang baik dari ibu tentang kehamilan, persalinan dan nifas
disebabkan oleh ibu hamil sebagian besar 86 orang (68,25%) adalah ibu multi
gravida (hamil lebih dari satu kali) sehingga sering terpapar terhadap informasi
Pengetahuan yang baik tentang tanda bahaya kehamilan, persalinan, nifas dan
positif terutama dalam hal memilih tempat persalinan di fasilitas kesehatan yang
kesehatan yang terampil, dapat membantu ibu melahirkan dengan selamat dan
sehat. Dari pengalaman dan penelitian terbukti bahwa perilaku yang didasari oleh
pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari oleh
pengetahuan.
dan emosi memegang peranan penting. Ibu hamil yang mendengar tentang tanda
kesehatan yang memadai untuk dapat melahirkan dengan selamat dan sehat.
Dengan sikap yang baik, positif serta tersedianya fasilitas kesehatan yang
dan dokter).
berpengaruh terhadap PN adalah penambahan BB ibu selama hamil dan sikap ibu.
orang (71,7%), berat badan 9 -15 kg sebagian besar 53 orang (86,9 %) melahirkan
di tolong oleh tenaga kesehatan yang kompeten. Demikian juga Ibu hamil dengan
penambahan berat badan > 15 kg 2 orang ibu (100%) melahirkan di tolong oleh
tenaga kesehatan yang kompeten. Sedangkan pada kelompok ibu yang melahirkan
ibu untuk menurunkan AKI. Pada trimester pertama berat badan akan meningkat
relatif sedikit atau belum ada peningkatan sama sekali, bahkan berat badan
cenderung berkurang karena muntah-muntah. Hal ini akan mendorong ibu untuk
memasuki trimester ke-2 dan 3. Pada priode inilah berat badan harus dikontrol
dengan benar.
kehamilan. Pada trimester ke-2 janin akan tumbuh hingga 10 gram per hari. Pada
minggu ke 16 bayi akan tumbuh sekitar 90 gram, minggu ke-20 sebanyak 256
gram, minggu ke 24 sekitar 690 gram, dan minggu ke 27 sebanyak 900 gram.
Dampak yang bisa ditimbulkan bila ibu kelebihan berat badan saat hamil:
(1) Ibu berisiko terkena diabetes dan hipertensi (2) Infeksi setelah proses bersalin
penyebab infeksi pada lemak yang tertimbun di lapisan kulit (4) Pertumbuhan
bayi terhambat akibat plasenta yang berguna untuk menyuplai oksigen terganggu
oleh timbunan lemak (5) Kecerdasan anak berkurang akibat rusaknya sel-sel otak
yang tidak tersuplai oksigen (6) Anak mengalami gangguan paru-paru. (7) Anak
terlahir obesitas.
Pada ibu hamil yang underweight, bayi juga akan mengalami gangguan
pertumbuhan dan terancam lahir prematur serta bayi berisiko lahir cacat. Pada ibu
yang underweight, kenaikan berat badan yang dianjurkan adalah 0,5 kg setiap
makanan bergizi yang memenuhi syarat dan gizi seimbang. Pada ibu yang
underweight, kenaikan berat badan yang dianjurkan adalah 0,5 kg setiap minggu.
Anonim/http://doktersehat.com/berapa-berat-badan-ideal-saat-hamil/(sitasi 02 Juli
2013).
penolong persalinan bidan atau dukun tergantung dari beberapa hal : (1)
Pengalaman pribadi ibu. Pengalaman pribadi ini ditentukan oleh kesan yang kuat
dari ibu tentang petugas kesehatan atau dukun. Berdasarkan hasil wawancara
dengan beberapa ibu diketahui kesan ibu tentang petugas kesehatan adalah
sibuk‖ melakukan banyak tugas, dan tidak tinggal di desa. Pada saat akan
―
melahirkan bidan tidak berada di tempat, sedangkan dukun tinggal di desa dan
selalu hadir jika dibutuhkan. Dukun selalu siap menolong jika ibu membutuhkan
sesuai kebutuhan ibu mulai dari memandikan ibu, sampai membuatkan ramuan
obat-obatan, memijit ibu dan memandikan bayi. Hal ini membuat kesan yang kuat
bagi ibu untuk memilih dukun sebagai penolong persalinan. Ada keterlibatan
secara emosional antara ibu dan dukun karena dukun selalu hadir untuk ibu disaat
tetapi sesuai dengan kemampuan ibu. (2) Kebudayaan. Pada umumnya kebiasaan
keluarga sebagai orang penting yang menginginkan perawatan khusus bagi ibu
melahirkan oleh dukun yang sudah terbiasa sejak turun temurun. (4) media massa
dapat membantu ibu untuk menentukan sikap memilih melahirkan ditolong oleh
petugas kesehatan yang kompeten atau tidak (5) institusi dalam hal ini
Dengan demikian untuk dapat membentuk sikap ibu yang baik memilih
kompeten akan membawa ibu tersebut untuk berpikir memilih ditolong oleh
tenaga kesehatan yang kompeten. Dengan sikap yang baik dan positif, serta
Kunjungan nifas dipengaruhi oleh niat ibu. Kata niat dalam bahasa Arab
kombinasi dari sikap untuk menampilkan perilaku tersebut dan norma subjektif.
normative dan motivasi untuk patuh. Intensi/ niat adalah konstruk psikologis yang
berbeda dengan sikap. Intensi mewakili motivasi seseorang dalam arti rencana
orang itu secara sadar untuk berusaha melakukan suatu perilaku (Eagly &
Chaiken, 1993).
positif, ia akan memiliki sikap positif terhadap perilaku tersebut. Yang sebaliknya
juga dapat dinyatakan bahwa jika suatu perilaku difikirkan negative. Jika orang lain
yang positifdan seseorang tersebut termotivasi untuk memenuhi harapan orang lain
yang relevan maka itulah yang disebut dengan norma subjektif yang positif. Jika
orang lain melihat perilaku yang akan ditampilkan sebagai sesuatu yang negative
dan seseorang tersebut ingin memenuhi harapan orang lain tersebut, itu yang disebut
kesehatan ke rumah ibu nifas adalah suatu perilaku yang menjadi niat dari ibu
maupun petugas kesehatan. Hal ini terjadi karena kepercayaan dari ibu terhadap
petugas kesehatan, serta petugas ingin mengevaluasi hasil perilaku ibu yang
motivasi dari ibu maupun petugas kesehatan untuk patuh melaksanakan perawatan
Dengan niat yang tulus dari ibu dan petugas kesehatan kunjungan nifas
dapat dilakukan oleh ibu maupun petugas kesehatan sebanyak 3 kali selama masa
setelah persalinan. Hal ini dilakukan dalam upaya mencegah komplikasi masa
nifas yang berakibat pada kematian ibu. Kunjungan nifas perlu mendapat
perhatian dari petugas kesehatan agar dapat dilakukan segera pada minggu
pertama dan minggu kedua ibu nifas karena penyebab langsung kematian
maternal terutama diperkirakan 60% terjadi pada periode setelah melahirkan (post
natal). Dari kematian post natal ini 45% terjadi pada hari pertama, meningkat
lebih dari 65% terjadi dalam kurun waktu satu minggu dan dalam 2 minggu,
kematian dapat mencapai 80% (Li et al, 1996 dalam Widjono, 2008). Jika di suatu
merupakan kurun waktu kritis bagi perawatan ibu melahirkan. Secara fisiologis
periode 2 minggu pertama post partum adalah periode penyesuaian ibu kepada
fisiologis sebelum hamil ; involusi uterus. ibu menyusui dengan masalah laktasi.
Pada periode ini juga perlu pendampingan secara psikologis karena terjadi
perubahan psikologis membantu ibu melewati fase taking in pada hari pertama
setelah melahirkan; Ibu hanya berorientasi pada diri sendiri karena masih
diri pada hari ke-2 samapi hari ke-14 ibu memasuki fase taking hold. Ibu sangat
ingin mengetahui banyak hal tentang perawatan diri serta bayi baru lahir,
kemudian pada mingggu ke-3 ibu memasuki fase letting go artinya ibu sudah
lebih siap secara fisik dan psikologis dalam perawatan dirinya maupun untuk bayi.
sehingga pada periode 2 minggu pertama ini sangat penting peran dari Bidan atau
konsepsi pada kehamilan kurang dari 20 minggu atau berat janin kurang dari 500
gram (Mansjoer, 2001). Kejadian abortus sulit ditentukan karena abortus buatan
banyak yang tidak dilaporkan kecuali jika sudah terjadi komplikasi dan juga
karena sebagian abortus spontan hanya disertai gejala dan tanda ringan sehingga
pertumbuhan hasil konsepsi, kelainan pada plasenta, penyakit ibu serta traktus
genitalis
Komplet,seluruh hasil konsepsi telah keluar dari rahim pada kehamilan kurang
dari 20 minggu (2) Abortus Inkomplet, sebagian hasil konsepsi telah keluar dari
rahim dan masih ada yang tertinggal (3) Abortus Insipiens, abortus yang sedang
mengancam yang ditandai dengan serviks yang telah mendatar, sedangkan hasil
masih tertutup dan hasil konsepsi masih baik di dalam rahim (5) Missed Abortion
Abortus yang ditandai dengan embrio atau fetus terlah meninggal dalam
dalam kandungan (6) Abortus Habitualis Abortus yang terjadi sebanyak tiga kali
berturut turut atau lebih. Abortus disebabkan oleh antara lain Faktor ibu seperti
penyakit penyakit khronis yang diderita oleh sang ibu seperti radang paru paru,
tifus, anemia berat, keracunan dan infeksi virus toxoplasma. Kelainan yang terjadi
pada organ kelamin ibu seperti gangguan pada mulut rahim, kelainan bentuk
menurut jenis abortus yang dialami, antara lain: Abortus komplet tidak
diberikan tablet besi dan dianjurkan supaya makan makanan yang mengandung
banyak protein, vitamin dan mineral. Abortus inkomplet, bila disertai dengan syok
akibat perdarahan maka pasien diinfus dan dilanjutkan transfusi darah. Setelah
syok teratasi, dilakukan kuretase, bila perlu pasien dianjurkan untuk rawat inap.
karena cara ini akan mengurangi rangsangan mekanis dan menambah aliran darah
ke rahim. Ditambahkan obat penenang bila pasien gelisah. Kejadian abortus ini
kesehatan ibu. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada ibu dengan keluarga
yang telah mengenal masalah atau mengetahui ibu hamil 124 orang (98,4%) : 64
orang (51,6%) tidak K1 murni, 61 orang (69,2%) tidak K4, 55 orang (44,4%)
masalah saja tidak cukup bagi ibu dan keluarga untuk memanfaatkan pelayanan
kesehatan yang tersedia tetapi masih dipengaruhi oleh faktor lain seperti
pengetahuan, sikap dan nilai kepercayaan serta niat ibu terhadap pelayanan
kesehatan serta pengambilan keputusan yang dominan oleh suami atau keluarga.
terhadap penyakit. Terhadap persalinan oleh tenaga kesehatan yang terampil (PN)
Subjective norm dan Perceived control. Terhadap kunjungan nifas (Kf) adalah
penyakit.
merupakan upaya keluarga yang utama untuk mencari pertolongan yang tepat
sangat bergantung pada: (1) Apakah masalah dirasakan oleh keluarga. (2) Apakah
kepala keluarga merasa menyerah terhadap masalah yang dihadapi salah satu
anggota keluarga (3) Apakah kepala keluarga takut akibat dari terapi yang
dilakukan terhadap salah satu anggota keluarganya (4) Apakah kepala keluarga
yang paling dekat dengan ibu hamil adalah keluarga. Dalam budaya Timor,
oleh suami dan keluarga, istri hanya mengikuti saja. Keluarga dapat menjadi
kehamilannya ke puskesmas.
baik proporsi 28 orang (84,8%) melakukan K1. Sedangkan pada kelompok ibu
yang merawat ibu hamil dengan kurang-cukup 60 orang (64,5%) tidak K1.
Pemberian perawatan secara fisik merupakan beban paling berat yang dirasakan
keluarga. Beberapa keluarga akan membebaskan orang yang sakit dari peran atau
pertama. Untuk itu perlu mengetahui: (1) Apakah keluarga aktif dalam ikut
tentang perawatan yang diperlukan pasien (3) Bagaimana sikap keluarga terhadap
ibu hamil. Keluarga akan aktif mencari informasi tentang perawatan ibu hamil
memadai.
keluarga baik proporsi 50 orang (75,8%) adalah K4. Sedangkan pada kelompok
(76,7%), tidak K4. Menurut Guhardja (1989), ada tiga tipe pengambilan
merupakan keputusan bersama dan akan menjadi tanggung jawab semua anggota
keluarga. Konflik antar anggota keluarga tidak terjadi dan semua anggota keluarga
akan puas. Hal ini biasa dilakukan oleh keluarga melalui musyawarah dalam
oleh adanya orang yang dominan, sehingga keputusan yang diambil adalah
dengan menerima pendapat orang yang dominan tersebut, karena hanya orang
tertentu yang akan merasa puas, maka ada dua akibat dari pengambilan keputusan
ini, yakni: keputusan ini akan dilakukan oleh orang lain dengan persyaratan dan
keluarga seperti “Too Huk” yang dituakan dan bertanggung jawab atas
diambil karena terpaksa. Hal ini bisa dilakukan oleh keluarga yang terpaksa harus
trimester III walaupun tak ada keluhan daripada diskusi yang dapat menyebabkan
keputusan dalam keluarga secara bersama-sama. Ada persamaan hak antara suami
http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/47437/BAB%20II%20Tinj
auan%20Pustaka_%20I11orm.pdf (sitasi 2 Juli 2013)
2009). Dalam hal ini yang paling berwenang adalah ibu hamil sendiri dengan
pada ibu hamil normal, keluhan mual muntah ibu sudah berkurang bahkan tidak
ada sama sekali. Ibu hamil sudah beradaptasi dengan kondisi fisik maupun
kesehatan yang memadai walaupun ibu tidak mengalami keluhan atau sakit terkait
dengan kehamilannya. Pada trimester III ini penting bagi keluarga untuk sudah
serta mempersiapkan kebutuhan persalinan bagi ibu maupun bayi yang akan
dilahirkan.
proporsi 28 orang (84,8%) adalah K4. Sedangkan pada kelompok ibu yang yang
akan membebaskan orang yang sakit dari peran atau tangung jawabnya secara
penuh. Pemberian perawatan secara fisik merupakan beban paling berat yang
Dukungan keluarga juga dipengaruhi oleh kelas sosial ekonomi orang tua
yang meliputi tingkat pendapatan atau pekerjaan orang tua dan tingkat pendidikan.
Dalam keluarga kelas menengah, suatu hubungan yang lebih demokratis dan adil
mungkin ada, sementara dalam keluarga kelas bawah, hubungan yang ada lebih
otoritas atau otokrasi. Selain itu orang tua dengan kelas sosial menengah
mempunyai tingkat dukungan, afeksi dan keterlibatan yang lebih tinggi daripada
pertama. Dalam merawat ibu hamil hendaknya keluarga aktif dalam ikut merawat
ibu hamil, keluarga peduli terhadap kebutuhan pasien, dan berupaya mencari
kesehatan dengan baik proporsi 63 orang (53,8%) adalah K4. Sedangkan pada
terhadap fasilitas kesehatan yang ada, (4) Apakah fasilitas kesehatan dapat
terjangkau oleh keluarga. Dengan demikian sangat penting peran dari petugas
baik misalnya untuk ibu hamil dilakukan “Kelas prenatal care and family‖
sehhingga ibu hamil dan keluarga mendapatkan manfaat lebih dari berkunjung ke
Puskesmas.
yang memadai. Sedangkan pada kelompok ibu yang yang pengambilan keputusan
Keluarga adalah kumpulan dua orang atu lebih yang hidup bersama
kesehatan anggota keluarga agar tetap memiliki produktivitas tinggi. Fungsi ini
selama hamil melahirkan dan nifas, terutama saat ibu akan melahirkan maka
Keluarga memilih tempat persalinan di fasilitas kesehatan yang memadai agar jika
terjadi komplikasi pada saat persalinan, pertolongan dapat segera diberikan karena
sistem terbuka yaitu suatu system yang mempunyai kesempatan dan mau
fasilitas kesehatan yang memadai. Sedangkan pada kelompok ibu yang tidak
terutama dilakukan oleh keluarga pada saat ibu melahirkan dengan menyediakan
makanan yang bergizi, memberikan perhatian yang lebih kepada ibu hamil
yang memadai bagi ibu saat melahirkan agar ibu dapat melahirkan dengan
selamat, bayi selamat serta ibu dan bayi sehat. Perhatian dari keluarga ini
menyebabkan masih ada ibu hamil yang memilih untuk melahirkan di ruamah
atau bukan fasilitas kesehatan. Hal ini perlu menjadi perhatian dari Petugas
proporsi 9 orang (81,8 %). Sedangkan pada kelompok ibu yang persepsi rentan
fasilitas kesehatan yang memadai dan ditolong oleh tenaga kesehatan yang
berkompeten.
kesehatan yang memadai. Bagi sebagian ibu hamil melahirkan adalah sesuatu
Puskesmastetapi bidan tidak berada di tempat. Ibu hamil dan keluarga memilih
pengalaman selama 3 kali melahirkan ibu melahirkan sendiri dan ditolong oleh
keluarga. Ibu dapat memahami ketiadaan bidan. Bagi ibu hamil dan keluarga
melahirkan adalah proses alamiah bagi ibu. Namun bagi sebagian ibu hamil
HBM didasari oleh pemahaman bahwa seseorang akan melakukan tindakan jika
dia: (1) Merasakan bahwa suatu kondisi kesehatan negatif dapat dihindari, (2)
Punya harapan positif bahwa dengan tindakan yang dia ambil, dia akan terhindar
(3) percaya bahwa dia bisa berhasil dengan tindakan sehat yang direkomendasikan
keputusan bertindak diperlukan faktor pencetus seperti (berita dari media, ajakan
orang yang dikenal atau ada yang mengingatkan). Jika faktor pencetus itu cukup
kuat dan individu merasa siap, barulah individu itu benar-benar melaksanakan
sehingga dengan persepsi kerentanan yang cukup baik akan membuat ibu mencari
norm .
tenaga kesehatan yang kompeten. Pada kelompok ibu yang tidak melakukan
melahirkan melahirkan di tolong oleh tenaga kesehatan yang kompeten. Hal ini
karena pelayanan persalinan bagi ibu dibiayai oleh pemeritah pusat melalui
Jampersal. Sehingga ibu melahirkan di tolong oleh bidan dibiayai oleh pemerintah
melahirkan di tolong oleh tenaga kesehatan yang kompeten. Hal ini berkaitan
meyebabkan ibu lebih memilih melahirkan di fasilitas kesehatan yang memadai dan
tidak akan membentuk suatu intense/niat yang kuat untuk suatu perilaku tertentu
jika ia percaya bahwa ia tidak memiliki sumber atau kesempatan untuk melakukan
meskipun ia memiliki sikap yang positif dan ia percaya bahwa orang lain yang
ketika terdapat keselarasan antara persepsi mengenali kendali dan kendali yang
Ibu memilih untuk melahirkan ditolong oleh dukun karena ibu dan
oleh pemerintah namun ongkos/ biaya transportasi ibu ke fasilitas kesehatan yang
untuk menyiapkannya demikian halnya juga dengan biaya bagi keluarga untuk
diperlukan adanya tabungan ibu bersalin dan dana sosial ibu bersalin persalinan
dapat dilakukan difasilitas kesehatan yang memadai dan ditolong oleh petuga
kesehatan yang kompeten adalah karena ibu dan keluarga menyadari bahwa
semua proses melahirkan berada diluar kendali ibu dan keluarga. Ibu dan keluarga
keterampilan menolong persalinan serta risiko komplikasi yang akan dihadapi saat
of Reasoned Action (TRA) oleh icek Ajzen (1991) adalah konstruk teoritis yang
terpenting perilaku seseorang adalah niat untuk berperilaku. niat individu untuk
perilaku tersebut dan norma subjektif. Sikap individu terhadap perilaku meliputi
tersebut positif, ia akan memiliki sikap positif terhadap perilaku tersebut. Yang
sebaliknya juga dapat dinyatakan bahwa jika suatu perilaku difikirkan negatif. Jika
orang lain yang relevan memandang bahwa menampilkan perilaku tersebut sebagai
sesuatu yang positif dan seseorang tersebut termotivasi untuk memenuhi harapan
orang lain yang relevan, maka itulah yang disebut dengan norma subjektif yang
positif. Jika orang lain melihat perilaku yang akan ditampilkan sebagai sesuatu
yang negatif dan seseorang tersebut ingin memenuhi harapan orang lain tersebut,
itu yang disebut dengan norma subjektif negatif. Niat untuk menampilkan
suatu perilaku tergantung pada hasil pengukuran sikap dan norma subjektif. Hasil
Pada ibu nifas, kunjungan nifas akan dilakukan oleh petugas kesehatan ;
positif, dan kunjungan nifas tersebut menjadi bagian dari tupoksinya, maka
melakukan kunjungan nifas ke rumah ibu, adalah hal yang penting dan positif
untuk membantu ibu melewati masa nifas dengan baik tanpa komplikasi,
meningkatkan keterampilan ibu dalam merawat kesehatan ibu dan bayi baru lahir.
yang di bawah kendali individu sendiri. Jika perilaku tersebut tidak sepenuhnya di
bawah kendali atau kemauan individu, meskipun ia sangat termotivasi oleh sikap
perilaku tersebut.
kerentanan yang dibayangkan merupakan salah satu konstrusi dari teori Health
tindakan jika dia (1) merasakan bahwa kondisi kesehatan negative dapat dihindari
(2) punya harapan postif bahwa dengan tindakan yang dia ambil, akan terhindar dari
kondisi kesehatan yang negative (3) percaya bahwa dia bisa berhasil dengan
tindakan sehat yang direkomendasikan. Dalam hal ini ibu menggunkan KB karena
bahwa persepsi ibu tentang kinerja bidan dimensi tangible berkaitan dengan
bidan masih kurang 21 orang (16,7%) dan cukup 89 (70,6%). Demikian juga
persepsi ibu tentang kinerja bidan dimensi emphaty berkaitan dengan bidan
memberi perhatian tanpa memandang status, memberikan respon yang baik dalam
menerima kritik dan saran, kesabaran bidan dalam melayani pasien, penyampaian
informasi oleh bidan tentang rencana tindakan dan perawatan ibu serta tanggapan
bidan untuk mau mendengarkan keluhan ibu. Ibu mempersepsikan kinerja bidan
emphathy cukup 71 orang (56,3%) dan baik 41 orang (32,5%). Namun persepsi
ibu yang cukup dan baik ini tidak mendukung pemanfaatan pelayanan kesehatan
oleh ibu dengan baik. Sebagian besar ibu masih melahirkan di rumah
dukun 21 orang (16,7 %) dan keluarga 4 orang (3,2%). Dengan demikian fasilitas
kesehatan perlu ditingkatkan dan kinerja bidan perlu ditingkatkan agar persepsi
ibu tentang kinerja bidan yang baik diikuti dengan tindakan ibu untuk
kelompok ibu pada institusi yang tidak melakukan screening faktor risiko pada
pemeriksaan ANC proporsi 41 orang (63,1 %) tidak K4. Screening faktor risiko
dilakukan untuk deteksi faktor risiko bagi ibu yang memeriksakan diri ke fasilitas
kesehatan yang memadai. Screening faktor risiko ini menggunakan Kartu Skor
Podji Rochjati dengan modifikasi dari Depkes. Melalui screening ini dapat
diketahui apakah ibu hamil memiliki risiko rendah, risiko tinggi atau risiko sangat
tinggi sesuai dengan Kartu Skor Podji Rochjati. Dengan diketahuinya skor hasil
(faskes). Pada kelompok ibu yang tidak melakukan screening ANC proporsi 35
Screening faktor risiko yang dilakukan pada ibu hamil akan dapat
menentukan tempat persalinan ibu. Apabila ibu hamil dengan risiko rendah hasil
KSPR 2 maka ibu dapat melahirkan di fasilitas kesehatan yang memadai dan
ditolong oleh bidan atau dokter, apabila ibu hamil dengan risiko tinggi KSPR
6 -10 maka ibu dapat melahirkan di Puskesmas PONED. Sedangkan ibu hamil
dengan risiko sangat tinggi KSPR >12 maka ibu harus dirujuk ke rumah sakit
ginekologi.
dapat dilakukan oleh tokoh masyarakat, tokoh agama, kader kesehatan, dan
diharapkan dapat dilakukan oleh masyarakat sehingga secara dini dapat dilakukan
rujukan dini berencana bagi ibu dengan kehamilan risiko tinggi maupun risiko
kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seseorang karyawan dalam melaksanakan
oleh konsumen yang telah mengalami hasil dari kinerja BDD adalah masih pada
dan emphaty
tindak-tanduk petugas loket, pelayanan yang sopan dan ramah dari bidan, sifat
dapat dipercaya yang dimiliki staf, informasi yang diberikan oleh petugas loket
terkait obat, serta informasi tentang kunjungan ulang. Dengan demikian kinerja
bidan yang baik akan meningkatkan cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga
kesehatan.
baik 34 orang (54,8 %) adalah melakukan KF. Pada kelompok ibu pada institusi
kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seseorang karyawan dalam melaksanakan
tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya. Sadeli (2005),
pengukuran kinerja bidan desa dapat di ukur dengan cakupan K-4 dan pertolongan
persalinan. Sedangkan Retnasih (2005), pengukuran kinerja bidan lebih tepat dari
hasil kerja dan cakupan program Dari teori di atas, kinerja seseorang dapat dinilai
antara lain dari hasil yang dicapai atau tingkat pencapaian target yang
bidan adalah waktu/jam produktif dijumlah dari formulir kegiatan. Dalam hal
Reliability atau unreability kinerja bidan tidak hanya dapat diukur dari
factor availability dan performance, namun juga factor security sebagai salah satu
factor penentu.Untuk mendapatkan suatu nilai reliability dari kinerja bidan dalam
pelayanan KIA, khususnya untuk kunjungan nifas ke rumah ibu nifas, factor dari
performance, availability dan security adalah factor yang tidak dapat dipisahkan.
baik berkaitan dengan kehadirannya di rumah ibu nifas untuk pelayanan yang
tepat waktu, prosedur penerimaan pasien yang memudahkan bagi ibu untuk
diberikan berkaitan dengan kesehatan ibu anak. Penampilan bidan ini menjadi
dengan harapannya sehingga ibu nifas juga mau berkunjunga kefasilitas kesehatan
yang memadai.
kesehatan, bidan harus memastikan bahwa ibu nifas mendapatkan pelayanan tepat
waktu selama 24 jam, dan kapan saja dibutuhkan termasuk pada saat libur
pertolongan jika mengalami masalah. Security atau keamanan sangat penting bagi
ibu untuk mempercayai bidan, apabila bidan menjaga privacy ibu selama
persalinan dan nifas berkaitan dengan sistem reproduksi, yang bagi masyarakat
tertentu masih cukup tabu untuk dibicarakan atau didiskusikan. Sebagai contoh
hal yang sangat privacy terkait keluhan ibu sering mengalami keputihan, atau ibu
ingin menanyakan tentang hubungan seks yang aman selama kehamilan. Dengan
melakukan KB. Pada kelompok ibu pada institusi dengan kinerja bidandimensi
menangani masalah atau komplain dengan baik. Sebuah istilah lain yang sering
manusia yang pada umumnya senang apabila diperhatikan, dilayani dengan cepat
dan dibantu pada saat mengalami masalah. Inilah yang disebut responsiveness
(Trimahanani, 2013).
Sebagai Bidan atau petugas kesehatan aktivitas yang bisa dilakukan untuk
melayani klien: ibu hamil saat pemeriksaan kehamilan yang pertama sehingga
dapat memberikan respon positif dari ibu antara lain seperti: (1) Segera berdiri
menyambut ibu dan mengucapkan salam sapa: ―Selamat pagi, ada yang bisa
dibantu?‖ (2) Melayani ibu dengan dengan baik, fokus, tidak sambil mengerjakan
pekerjaan lain. (3) Menanyakan nama lawan bicara dan menggunakan nama
tersebut pada saat berkomunikasi. (4) Menanggapi keluhan ibu dengan segera dan
mengatakan Tidak tahu ya…‖ atau Wah, kalau hal ini sih bukan urusan
saya…‖, dan kalimat sejenis yang dapat membuat ibu merasa tidak ada jalan
keluar. (6) Segera mengangkat telepon sebelum dering ketiga (untuk komunikasi
melalui telepon.
semudah itu penerapannya, seringkali ada saja hambatan yang menyebabkan tidak
konsisten dalam merespon klien kita (ibu nifas) dengan baik. Sebagai contoh pada
wawancara dengan ibu nifas diketahui bahwa penyebab ibu tidak mengikuti KB
karena tidak tersedianya alat kontrasepsi yang dibutuhkan, ibu berpikir ibu bidan
sibuk melayani ibu hamil, tidak fokus dalam pelayanan pasien, ibu tidak
mendapatkan respon atas pertanyaan yang diberikan. Dengan demikian ibu nifas
bahwa setiap klien yang datang perlu dibantu untuk memenuhi kebutuhannya.
(2) Lakukan persiapan alat dan tempat dan pastikan semua alur proses kegiatan
layanan berfungsi dengan baik. (3) Apabila pekerjaan sangat bergantung pada
apabila terjadi masalah dengan teknologi (listrik mati, sistem drop, peralatan tidak
berfungsi, dan sebagainya.). (4) Buatlah alur pelayanan yang sistematis dan
tertulis dapat diibaca oleh pengunjung serta nomor antri bagi pengunjung untuk
Menggunakan waktu dengan baik. Apabilia semua ini dilakukan dengan baik
KB.
106 orang (84,1%) menganggap kehamilan, melahirkan dan nifas adalah hal yang
biasa saja sehingga tidak mendukung ibu hamil, di masyarakat sudah tersedia
hanya terbatas pada rutinitas kegiatan posyandu. Tidak adanya Kelas prenatal
care and family yang dapat membantu dalam meningkatkan pengetahuan ibu dan
informasi tentang perawatan ibu hamil, melahirkan dan nifas terbanyak diperoleh
dari surat khabar, radio, TV dan dari Puskesmas, Namun masih ada 22 orang
(17,5%) yang sama sekali tidak ada informasi tentang perawatan ibu hamil,
surat khabar pada rubrik khusus kesehatan, melalui radio berupa iklan radio
kerjasama RRI, Dinas Kesehatan Kabupaten Kupang dan AIPMNH, lewat TV dan
belajar yang mencakup pemrosesan informasi. Untuk ini diperlukan empat macam
proses utama yaitu ; proses memperhatikan, proses retensi, proses produksi dan
mempersepsi perilaku model secara tepat. Pada proses retensi agar efektif maka
modeling harus disimpan dalam ingatan, dengan demikian ibu harus mengingat
apa yang tadi diperhatikannya. selanjutnya proses produksi, ibu mulai mencoba
perilaku yang ditampilkan oleh model dengan ingatan ibu, modifikasi dari ibu
apa yang sudah dipelajarinya atau tidak tergantung motivasinya. Ibu akan
imbalan eksternal, secara internal ibu memberi penilaian positif, serta ibu melihat
bahwa perilaku itu bermanfaat bagi dirinya. Dengan demikian agar ibu dapat
termotivasi oleh informasi atau pemodelan yang dipelajari maka sebaiknya model
pada Kelas Prenatal Care and Family” tentang posisi menyusui yang benar,
menggunakan boneka, dilakukan dengan rileks dan senang hati kemudian ibu
Hal ini sebagai incentive bagi ibu. Dengan demikian ibu akan ingat dan
termotivasi untuk berlatih sesuai apa yang dipraktekkan oleh model. Informasi
tentang pembelajaran yang menyenangkan ini akan dipromosikan oleh ibu kepada
perawatan ibu hamil, melahirkan dan nifas melalui observational learning pada
Kabupaten Kupang.
terutama melalui nilai informative dan insentifnya. Terdapat tiga insentif penting
insentif penghargaan (token incentive) ; uang atau nilai prestasi, insentif kegiatan ;
incentive sensoris ; pada saat hamil dan melahirkan ibu diberikan perawatan
khusus makan makanan yang bergizi, “tatobi” serta minum ramuan obat-obatan.
Incentive sosial: ibu tidak diperbolehkan keluar rumah pada masa nifas. Ini
bersifat melindungi ibu terpapar terhadap infeksi dan hal-hal yang tidak
diinginkan. Serta insentif status sebagai seorang ibu yang dekat dengan anakanak.
yang disukai oleh ibu, misalnya rekreasi bersama keluarga di masyarakat sebulan
sekali secara rutin sehingga ibu dan keluarga bisa belajar dari lingkungan
masyarakat untuk segera memeriksakan diri jika terlambat haid. Ibu dapat
tindakannya. Proses belajar tidak berhenti disini, karena orang melihat dampak
dengan melakukan pemutaran video film motivasi tentang nilai kehadiran seorang
anak di dunia yang menjadi tanggung jawab seorang ibu hal ini dapat membuat
perawatan selama hamil serta gizi ibu hamil. Pada Kelas Prenatal amd Family
pertemuan II dan III kelas Prenatal amd Family pada trimester II dan trimester III
nifas adalah sesuatu yang bernilai sehingga oleh masyarakat perlu mendapat
Timor, Rote dan Sabu. Kehamilan pada trimester III biasanya bagi masyarakat
dianggap sebagai masa yang sudah aman karena kandungan ibu dianggap sudah
kuat, sehingga ibu lupa untuk memeriksakan kehamilannya. Pada waktu ini adalah
tepat untuk menyediakan nama dengan menanyakan pada keluarga atau tokoh
adat. Pada saat ini masyarakat dapat mengingatkan ibu dan keluarga untuk
fasilitas..
memadai.
terjadi komplikasi yang membutuhkan ibu segera dirujuk ke rumah sakit, apalagi
jika kondisi geografis yang tidak mendukung dan sarana transportasi yang tidak
tersedia. Semakin tinggi proporsi ibu melahirkan di rumah semakin tinggi risiko
kematian ibu. Hal ini perlu mendapat perhatian dari masyarakat untuk
kebutuhan dan anak yang akan di lahirkan di fasilitas kesehatan yang memadai
baik adalah 16 orang (66,7 %) adalah memilih melahirkan ditolong oleh tenaga
kesehatan yang kompeten (PN). Pada kelompok ibu dengan komunitas incentive
kesehatan yang memadai adalah dilakukan secara tim yang terdiri dari Bidan,
Perawat dan Dokter. Apabila terjadi komplikasi persalinan maka ibu segera dapat
kompeten. Hal ini perlu mendapat perhatian dari masyarakat untuk meningkatkan
incentive motivasi melalui kegiatan yang dapat dilakukan oleh masyarakat seperti
deteksi faktor risiko oleh masyarakat, penyuluhan tentang tanda bahaya kehamilan
persalinan dan nifas sehingga dapat membantu ibu dan keluarga mengambil
(PN).
berpengaruh terhadap Kunjungan Nifas (Kf) adalah incentive motivasi dan Self
regulasi.
hari sampai 2 minggu adalah merupakan kurun waktu kritis bagi perawatan ibu
melahirkan.
dimana ibu tidak diperbolehkan untuk keluar rumah sebelum lewat 40 hari.
Aktivitas ibu hanya dilakukan di dalam rumah dengan mendapat perawatan mandi
air panas (tatobi), panggang api serta minum ramuan2 tradisonal dan makan
mendapatkan perhatian dan perlindungan dari keluarga. Tetapi di sisi lain hal ini
dapat membuat ibu menjadi dehidrasi karena suhu dalam ruangan yang panas.
Daya tahan ibu akan menurun sehingga ibu rentan terhadap infeksi atau penyakit,
padahal pada saat ini ibu membutuhkan cukup banyak energi untuk merawat diri
menjadi pulih serta menyusui bayinya. Kondisi seperti ini hendaknya menjadi
perhatian masyarakat agar dapat menerima informasi yang baik bagi perawatan
ibu nifas. Kunjungan bidan atau petugas kesehatan ke rumah ibu nifas yang
dengan baik agar dapat membantu ibu melaksanakan perilaku kesehatan yang baik
dan benar dalam perawatan selama masa nifas sebagaimana pendidikan kesehatan
yang diterima oleh ibu dan keluarga pada pertemuan Kelas prenatal care and
family”. Pada akhirnya self regulasi yang baik dari masyarakat akan membantu
pelayanan nifas dengan baik dan kematian ibu dapat dicegah. Incentive motivasi
yang cukup baik dari puskmas membuat ibu tidak melakukan kunjungan nifas.
Hal ini sesuai dengan pedoman revolusi kia Dinkes Provinsi NTT bahwa
Disamping itu kunjungan nifas ini juga penting untuk mengajarkan kepada ibu
nifas tentang perawatan bayi baru lahir, proses laktasi menyusui pada ibu
misalnya posisi menyusu yang benar serta melekat dengan benar dan bayi dapat
pada ibu.
proporsi baik adalah 39 orang (75 %) adalah memilih melakukan KF > 3 kali.
Pada kelompok ibu dengan self regulasi komunitas proposi cukup 18 orang
mengatur pencapaian dan aksi mereka sendiri. Menentukan target untuk mereka,
penghargaan pada diri mereka sendiri karena telah mencapai tujuan tersebut.
untuk mengontrol diri sendiri. Regulasi diri merupakan penggunaan suatu proses
yang mengaktivitasi pemikiran, perilaku, dan perasaan yang terus menerus dalam
upaya untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Individu melakukan regulasi
regulation yang baik. Miller & Brown (dalam Neal & Carey, 2005)
memformulasikan self regulation sebanyak tujuh tahap terdiri dari receiving atau
dapat mengetahui masalah perawatan nifas dengan kesehatan bayi baru lahir.
suatu masalah yang terdeteksi di luar diri (eksternal) dengan pendapat pribadi
(internal) yang tercipta dari pengalaman yang sebelumnya yang serupa. Pendapat
itu didasari oleh harapan yang ideal yang diperoleh dari pengembangan individu
proses perbandingan dari hasil evaluasi sebelumnya, timbul perasaan positif atau
sesuai dengan informasiyang didapat dengan norma yang ada. Semua reaksi yang
ada pada tahap ini yaitu disebut juga kecenderungan kearah perubahan.
jenis tindakan atau aksi untuk mengurangi perbedaan yang terjadi. Kebutuhan
aspek pokok untuk meneruskan target atau tujuan seperti soal waktu, aktivitas
Pengukuran ini dilakukan pada tahap akhir. Pengukuran tersebut dapat membantu
dalam menentukan dan menyadari apakah perencanaan yang tidak direalisasikan itu
sesuai dengan yang diharapkan atau tidak serta apakah hasil yang didapat sesuai
kunjungan rumah dapat membantu ibu untuk menyusui dengan baik serta
perawatan bayi baru lahir oleh ibu nifas. kader, dukun TOMA dan TOGA sebagai
sahabat ibu nifas. Dengan self regulasi yang baik di komunitas, ibu hamil akan
melakukan KF dengan senang hati sesuai dengan anjuran yang diberikan saat
manajemen diri bagi penderita asthma serta oleh Rabius (2004) ; telephon
konseling untuk penghentian merokok. Hal ini dapat diadopsi dan dilakukan di
Kabupaten Kupang melalui “Kelas prenatal care and family” bagi ibu hamil serta
dan telephon konseling bentuk siaga ibu melahirkan. Dengan self regulasi yang
nifas, serta telephon konseling buntuk siaga ibu melahirkan. Ibu nifas akan tertarik
untuk melakukan KF. Tentunya penting ada kerjasama dengan gereja, atau mesjid
outcome expectation (1) biasa proporsi terbanyak 12 orang (92,3%) adalah tidak
mengikuti KB pasca salin. Pada kelompok ibu pada komunitas dengan outcome
mengikuti KB.
kemungkinan dan konsekuensi nilai dari perilaku pilihan (Allister Mc, 2000).
kehamilan, melahirkan dan nifas adalah sesuatu yang bernilai sehingga oleh
persalinan adalah sesuatu hal yang biasa. Pada masyarakat yang peduli terhadap
kehamilan ibu, persalinan dan masa nifas ibu, tentunya akan membantu ibu untuk
segera pulih dan kondisi tubuh kembali normal dengan kebiasaan yang dilakukan
melahirkan.
(Bidan) dan komunitas (Tokoh agama, Tokoh masyarakat, Kader dan Dukun)
ibu untuk penurunan angka kematian ibu dengan melihat indikator output (K1,
K4. Tempat persalinan, Penolong persalinan, Kunjungan nifas (Kf) dan Keluarga
Berencana (KB).
bermakna di semua variabel secara bersama-sama pada uji statistiknya dan tidak
komunitas.
Pada variabel intrapersonal indikator perilaku (nilai, sikap, niat dan Self
kawin pertama, tinggi badan, penambahan BB, dan kejadian abortus) maupun
semakin baik. Hal ini sesuai dengan pendapat Lorig dan Holman (2003) hanya
dari nilai kepercayaan, sikap, niat dan Self Efficacy. Nilai kepercayaan adalah
segala sesuatu yang dianggap benar dan berharga oleh ibu. Nilai adalah gagasan
tentang apakah pengalaman itu berarti atau tidak. Nilai pada hakikatnya
apakah sebuah perilaku tertentu itu salah atau benar (Setiadi, 2010). Apabila nilai
yang berlaku dimasyarakat yang menjadi tata aturan adalah mengharuskan ibu
hamil memeriksakan kehamilan sejak mengetahui ibu terlambat haid atau sejak
kesehatan dan ditolong oleh tenaga kesehatan yang kompeten. Ibu hamil dengan
selaras dengan nilai yang disepakati dan dijunjung tinggi oleh masyarakat dimana
mendapatkan pelayanan kesehatan. Sikap adalah reaksi atau respons yang masih
tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek (Notoatmodjo, 2010).
Sikap tidak dapat langsung dilihat. Sikap secara nyata menunjukkan konotasi
adanya kesesuaian antara reaksi terhadap stimulus tertentu yang dalam kehidupan
menyatakan bahwa sikap itu merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak.
dengan motif dan attitude yang bekerja dalam diri ibu pada waktu itu
keseluruhan objek yang mungkin ibu perhatikan pada waktu itu misalnya saat
dalam dua macam interaksi kelompok ; (1) Perubahan attitude karena shifting of
reference-group. (2) Perubahan attitude di dalam situasi kontak sosial antara dua
kelompok. Reference group adalah kelompok yang mempunyai norma dan nilai
nilai sosial, attitude dan kebiasaan bertingkah laku yang paling sesuai bagi diri
seseorang dan yang ia setujui sepenuhnya. Dengan kata lain reference group
― lahir‖
formal menjadi anggotanya, jadi dimana ia mempunyai hubungan
“Kelas Prenatal Care and Family ―dapat membentuk sikap ibu untuk bertindak
melakukan perawatan kesehatan ibu hamil dengan baik dalam membership group.
Dimana ibu menjadi anggota dan mengikuti “Kelas Prenatal Care and Family”
ibu sehat, melahirkan di fasilitas kesehatan yang memadai dengan baik, diolong
oleh tenaga kesehatan yang kompeten, ibu serta bayi nyaman, selamat dan sehat.
Ibu hamil yang mengikuti Kelas prenatal care and family akan menjadi reference
persalinan dan nifas dapat berpengaruh sangat besar pula dalam mengubah
attitude atau membentuk attitude baru dan dapat berhasil baik apabila: (1) Sumber
mengetahui benar atau ragu-ragu tentang isi dan fakta-fakta attitude baru. (3)
Attitude yang akan dibentuk tidak terlalu jauh isinya dari frame of reference
lingkungan sosial tempat audiens tinggal. (4) Argumen dua pihak lebih bertahan
terhadap kontropropaganda daripada argument sepihak (5) Bila attitude yang akan
dibentuk terlalu asing bagi frame of reference audiens, akan terjadi boomerang-
peran bidan sebagai petugas kesehatan sangat penting dalam penguasaan materi
penyuluhan kesehatan serta memahami lingkungan sosial tempat audiensi atau ibu
hamil tinggal.
keyakinan dan emosi memegang peranan penting. Ibu hamil yang mendengar
tentang tanda bahaya kehamilan pada ibu hamil akan membawa ibu tersebut untuk
berpikir menjaga kesehatannya. Dengan sikap yang baik dan positif, serta
kehamilannya pada awal kehamilan trimester I, ibu mengikuti kelas prenatal dan
melahirkan di fasilitas kesehatan yang memadai serta memilih untuk ditolong oleh
untuk penurunan AKI. Kata Niat dalam bahasa Arab berarti mengingini sesuatu
behavior, Icek Ajzen (1991), penentu terpenting perilaku seseorang adalah niat
kombinasi dari sikap untuk menampilkan perilaku tersebut dan norma subjektif.
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Hesty
(2009), niat ibu hamil melahirkan sebesar 47,1% dan variabel yang paling
kesehatan. Norma yang masih kurang dalam masyarakat adalah masih adanya
pantangan makanan bagi ibu hamil dan menyusui, melahirkan di rumah lebih
baik. Terdapat 3 variabel yang berhubungan dengan niat yaitu norma masyarakat
(p=0,01), sikap orang terdekat (p=0,05) dan riwayat orang terdekat (p=0,04). Dan
2 variabel yang tidak berhubungan dengan niat yaitu pengetahuan ibu hamil
(p=0,089), sikap ibu hamil tentang manfaat melahirkan dengan tenaga kesehatan
paling berpengaruh terhadap niat ibu hamil melahirkan dengan tenaga kesehatan.
positif, ia akan memiliki sikap positif terhadap perilaku tersebut. Yang sebaliknya
juga dapat dinyatakan bahwa jika suatu perilaku difikirkan negatif. Jika orang lain
lain yang relevan maka itulah yang disebut dengan norma subjektif yang positif.
Jika orang lain melihat perilaku yang akan ditampilkan sebagai sesuatu yang
negatif dan seseorang tersebut ingin memenuhi harapan orang lain tersebut, itu
yang disebut sebagai norma subjektif negatif. Niat untuk menampilan suatu
perilaku tergantung pada hasil pengukuran sikap dan norma subjektif. Hasil yang
Family” dapat membentuk sikap ibu yang positif sehingga ibu mau datang ke
untuk penurunan AKI. Self Efficacy adalah sebuah konsep yang dirumuskan oleh
major basis of action. People guide their lives by their beliefs of personal efficacy.
Hasil penelitian menunjukkan ibu hamil dengan Self Efficacy yang tinggi
oleh tenaga kesehatan yang kompeten. Menurut teori dari Bandura, orang
dengan baik, lebih mampu memandang tugas yang sulit sebagai sesuatu yang
harus dikuasai bukan untuk dihindari. Self Efficacy tidak tumbuh dengan
hubungan ini bersifat alami, personal dan sosial, dan mungkin terjadi proses yang
bagi ibu hamil melalui “Kelas Prenatal Care and Family” dapat membantu ibu
hamil dalam proses sosialisasi perawatan kehamilan, melahirkan dan nifas melalui
3 kali pertemuan sesama ibu hamil petugas kesehatan dan kader kesehatan atau
dukun akan membuat ibu hamil belajar tentang perawatan kehamilan, melahirkan
dan nifas serta perawatan bayi baru lahir, ibu bisa melihat dirinya sendirinya,
perilaku perawatan kehamilan melahirkan nifas yang baik serta lingkungan dalam
Kelas prenatal care and family yang dapat membantu ibu untuk memahami
individu, melainkan pada penilaian diri tentang apa yang dapat dilakukan dari apa
yang dapat dilakukan, tanpa terkait dengan kecakapan yang dimiliki. Self Efficacy
yang tinggi juga berkaitan langsung dengan keuletan, suatu ciri atau sifat yang
dan pencapaian prestasi sebagai sumber ekspektasi Self Efficacy yang penting. Ibu
hamil yang mengikuti Kelas prenatal care and family merasakan manfaatnya akan
sehingga dapat mengurangi kegagalan. Pada kelas prenatal ini diikuti juga oleh
ibu hamil yang mengalami abortus habitualis sebanyak 4 kali. Dengan mengikuti
Kelas Prenatal Care and Family secara teratur dapat meningkatkan keyakinan ibu
pengalaman orang lain. Ibu dapat mengamati perilaku dan pengalaman orang lain
sebagai proses belajar individu. Kelas Prenatal Care and Family‖ dapat menjadi
wadah untuk pendidikan kesehatan bagi ibu hamil, saling komunikasi dan berbagi
pengalaman dari ibu yang multi gravida kepada ibu yang primi gravida. Ibu yang
pernah mengikuti Kelas Prenatal Care and Family juga dapat membagi
pengalaman kepada ibu yang akan mempersiapkan kehamilan, dan ibu hamil
Care and Family”. Self Efficacy individu dapat meningkat, terutama jika ia
merasa memiliki kemampuan yang setara atau bahkan merasa lebih baik dari pada
merasa mampu melakukan hal yang sama. Meningkatnya Self Efficacy individu
ini dapat meningkatkan motivasi untuk mencapai suatu prestasi. Peningkatan Self
Efficacy ini akan menjadi efektif jika subyek yang menjadi model tersebut
keanekaragaman yang dicapai oleh model. ; Ketiga. Peruasi verbal, yaitu individu
mendapat bujukan atau sugesti untuk percaya bahwa ia dapat mengatasi masalah-
masalah yang akan dihadapinya. Persuasi verbal ini dapat mengarahkan individu
untuk berusaha lebih gigih untuk mencapai tujuan dan kesuksesan. Akan tetapi
Self Efficacy yang tumbuh dengan metode ini biasanya tidak bertahan lama,
Self Efficacy sedangkan persuasi negatif menurunkan Self Efficacy. Secara umum
meningkatkannya.
kegelisahan yang mendalam dan keadaan fisiologis yang lemah yang dialami
individu akan dirasakan sebagai suatu isyarat akan terjadi peristiwa yang tidak
dihindari. Dalam keadaan luar biasa situasi yang menyebabkan stress, orang
memunculkan kebiasaan tanda distres seperti sakit kepala yang hebat, lemah,
khusus dalam situasi santai dan menyenangkan, ibu hamil diberi kebebasan
mengambil posisi yang menyenangkan bagi ibu, kegiatan “Kelas Prenatal Care
and Family ―dimulai dengan dinamika kelompok untuk pencairan suasana serta
pemutaran video motivasi yang membuat ibu merasa tertarik dan ikut terlibat
dalam suasana menyenangkan “Kelas Prenatal Care and Family‖. Empat hal
tersebut dapat menjadi sarana bagi tumbuh dan berkembangnya Self Efficacy
seorang individu.
(subjektif norm) yaitu keyakinan individu mengenai apa yang orang lain harapkan
dari menampilkan suatu perilaku tersebut positif, ia akan memiliki sikap positif
terhadap perilaku tersebut. Yang sebaliknya juga dapat dinyatakan bahwa jika
suatu perilaku difikirkan negatif. Jika orang lain yang relevan memandang bahwa
tersebut termotivasi untuk memenuhi harapan orang lain yang relevan, maka
itulah yang disebut dengan norma subjektif yang positif. Jika orang lain melihat
perilaku yang akan ditampilkan sebagai sesuatu yang negatif dan seseorang
tersebut ingin memenuhi harapan orang lain tersebut, itu yang disebut dengan
norma subjektif negatif. Ibu hamil akan melakukan pemeriksaan ANC apabila ibu
kehamilan, Keluarga juga diikutkan dalam “Kelas Prenatal Care and Family”
agar ada kesamaan persepsi antara ibu hamil dan keluarga untuk mendapatkan
pelayanan kesehatan bagi ibu. Sedangkan Too Huk atau Atoin Meto yang dominan
TOGA, Kader Kesehatan dan dukun. Agar keluarga dapat mendorong ibu untuk
pengalaman di masa lalu dan antisipasi mengenai halangan (Ajzen, 1988). PBC
menunjuk suatu derajat dimana seorang individu merasa bahwa tampil atau
cenderung tidak akan membentuk suatu intensi yang kuat untuk menampilkan
suatu perilaku tertentu jika ia percaya bahwa ia tidak memiliki sumber atau
percaya bahwa orang lain yang penting baginya akan menyetujuinya. Misalnya di
dilaksanakan pendidikan kesehatan untuk Kelas Prenatal Care and Family, ibu
pengambilan keputusan didominasi oleh suami dan keluarga, hal ini akan menjadi
atau tidak langsung melalui intense/ niat. Dengan demikian penting keterlibatan
(1989), ada tiga tipe pengambilan keputusan dalam keluarga, yaitu: pengambilan
keputusan bersama dan akan menjadi tanggung jawab semua anggota keluarga.
Konflik antar anggota keluarga tidak terjadi dan semua anggota keluarga akan
puas. Hal ini biasa dilakukan oleh keluarga melalui musyawarah dalam keluarga.
Pengambilan keputusan seperti ini akan memakan waktu karena terjadi perbedaan
pendapat. Keterlambatan ini jika terjadi pada ibu hamil dengan perdarahan maka
oleh adanya orang yang dominan, sehingga keputusan yang diambil adalah
dengan menerima pendapat orang yang dominan tersebut, karena hanya orang
tertentu yang akan merasa puas, maka ada dua akibat dari pengambilan keputusan
ini, yakni: keputusan ini akan dilakukan oleh orang lain dengan persyaratan dan
keluarga seperti “Too Huk” atau “Atoin Meto‖ yang dituakan dan bertanggung
jawab atas permasalahan yang berkaitan dengan kelurga besar (extended family).
waktunya akan dapat menolong ibu dengan melakukan rujukan tepat waktu. Hal ini
tentunya didukung oleh pengetahuan dan sikap dari “Too Huk” atau “Atoin Meto”
yang mengetahui tentang tanda bahaya kehamilan, persalinan dan nifas serta
diambil karena terpaksa. Hal ini bisa dilakukan oleh keluarga yang terpaksa harus
trimester III walaupun tak ada keluhan daripada diskusi yang dapat menyebabkan
antara suami dan istri dalam mengambil keputusan, dengan tanpa menghilangkan
http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/47437/BAB%20II%20Tinj
auan%20Pustaka_%20I11orm.pdf (sitasi 2 Juli 2013)
ke rumah sakit yang terdiri dari keterlambatan dalam mengambil keputusan setuju
merujuk dari pihak keluarga, keterlambatan dalam mengenali risiko tinggi ibu
bersalin baik oleh bidan dan/atau keluarga, keterlambatan dalam mencari bidan
2009). Dalam hal ini yang paling berwenang adalah ibu hamil sendiri dengan
keluarga yang sakit beberapa keluarga akan membebaskan orang yang sakit dari
peran atau tanggung jawabnya secara penuh. Pemberian perawatan secara fisik
selamat, dan bayi yang dilahirkan sehat dan selamat serta ibu dalam menjalani
ditolong oleh dukun. Hal ini ditunjang dengan penelitian yang dilakukan oleh
Sutrisno dan Adriani (1997) di Kabupaten Timor Tengah Utara, NTT bahwa dari
kesehatan, tetapi saat persalinan mereka lebih suka bersalin di rumah (75%)
bahkan ada yang bersalin di kebun (3,6%) dengan penolong dukun terlatih. (25%)
dan dukun tidak terlatih/keluarga (46,4%), dan sisanya (28,6%) yang minta
Perawatan ibu hamil juga terjadi pada budaya Madura. Menurut Devy
budaya perawatan kehamilan di Madura berasal dari anjuran orang tua atau
mertua yang akhirnya lingkungan sosial (ibu-ibu yang pernah hamil) juga ikut
terpengaruh untuk saling berbagi pengalaman selama masa kehamilan dan saat
melakukan perawatan kehamilan. Selain dari anjuran keluarga, ibu hamil juga
tidak sulit bagi ibu hamil untuk mempraktekkan atau melakukan hal yang serupa.
sehingga budaya perawatan kehamilan tersebut tetap terjaga dan terus ada hingga
kini walaupun ilmu pengetahuan medis telah menyentuh ke dalam berbagai aspek
nifas serta perawatan bayi baru lahir. Untuk itu keikutsertaan keluarga dalam
“Kelas Prenatal Care and Family” adalah merupakan upaya membantu keluarga
pertama. Dalam merawat ibu hamil hendaknya keluarga aktif dalam ikut merawat
ibu hamil, keluarga peduli terhadap kebutuhan pasien, dan berupaya mencari
pertolongan serta aktif mencari informasi tentang perawatan ibu hamil melahirkan
kesehatan yang memadai. Bagi sebagian ibu hamil melahirkan adalah sesuatu
sebagian ibu hamil melahirkan harus di fasilitas kesehatan yang memadai karena
ibu sudah memahami bahwa risiko komplikasi persalinan dapat terjadi walaupun
HBM didasari oleh pemahaman bahwa seseorang akan melakukan tindakan jika
dia : (1) Merasakan bahwa suatu kondisi kesehatan negatif dapat dihindari,
(2) Punya harapan positif bahwa dengan tindakan yang dia ambil, dia akan
dan (3) percaya bahwa dia bisa berhasil dengan tindakan sehat yang
selamat).
yang dia bayangkan (perceived severity); dan (4) manfaat yang dia bayangkan
keputusan bertindak diperlukan faktor pencetus seperti (berita dari media, ajakan
orang yang dikenal atau ada yang mengingatkan). Jika faktor pencetus itu cukup
kuat dan individu merasa siap, barulah individu itu benar-benar melaksanakan
sehingga dengan persepsi kerentanan yang cukup baik akan membuat ibu mencari
persepsi ibu tentang kinerja bidan dimensi emphaty, responsivness, reliability, dan
assurance dan tangible (ERRAT). Dimensi tangible dalam analisis fakor tidak dapat
dikompositkan dengan dimensi yang lain namun tetap dimasukkan dalam model
Persepsi ibu hamil tentang kinerja bidan baik, namun ibu hamil masih ada
yang melahirkan bukan di fasilitas kesehatan dan melahirkan ditolong oleh dukun
atau keluarga, bukan oleh tenaga kesehatan yang kompeten. Ini menjadi hal
penting untuk perhatian karena ibu dan keluarga berpikir bahwa proses kelahiran
kehamilan yang dilakukan turun temurun serta ibu tidak merasakan masalah
dalam perawatan kehamilan. Padahal diketahui bahwa pada ibu hamil yang
discreening sehat tanpa faktor risiko, yang tampak normal masih terdapat 10-15%
medis yang cepat dan tepat dengan tindakan operasi sectio (Widjono, 2008).Pada
screening faktor risiko dengan KSPR, setiap ibu hamil memiliki faktor risiko dan
diberi skor 2 sebagai risiko rendah (Rochjati, 2003). Ibu baru akan menyadari jika
(1996), kinerja merupakan proses yang dilakukan dan hasil yang dicapai oleh
suatu organisasi dalam memberikan jasa atau produk kepada pelanggan. Kane
Kinerja bidan desa sesuai dalam buku panduan bidan di tingkat desa dapat
diukur melalui keberhasilan bidan dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsi
respon yang baik dalam menerima kritik dan saran, kesabaran bidan dalam
melayani pasien, penyampaian informasi oleh bidan tentang rencana tindakan dan
namun ibu masih memilih melahirkan di non faskes. Dengan demikian bidan
perlu meningkatkan rasa emphaty terutama dalam hal kesabaran melayani pasien
dan penyampaian informasi oleh bidan tentang rencana tindakan dan perawatan
ibu. Bidan dapat bekerjasama dengan kader atau dukun untuk siaga ibu
dapat melahirkan di fasilitas kesehatan memadai, ibu dan bayi selamat dan sehat.
dan pengertian dalam kebersamaan asumsi atau kepentingan terhadap suatu hal
yang berkaitan dengan pelayanan. Pelayanan akan berjalan dengan lancar dan
adanya rasa empati (empathy) dalam menyelesaikan atau mengurus atau memiliki
masalah dari pihak yang ingin dilayani. Pihak yang dilayani seyogyanya
cepat dan menangani masalah atau komplain dengan baik. Sebuah istilah lain
dilayani dengan cepat dan dibantu pada saat mengalami masalah. Inilah yang
semudah itu penerapannya, seringkali ada saja hambatan yang menyebabkan tidak
konsisten dalam merespon klien kita (ibu hamil) dengan baik. Sebagai contoh
pada wawancara dengan ibu hamil diketahui bahwa penyebab ibu tidak
bidan sibuk, tidak focus dalam pelayanan pasien‖, ibu hamil merasa enggan untuk
kehamilan.
bahwa setiap klien yang datang perlu dibantu untuk memenuhi kebutuhannya.
(2) Lakukan persiapan alat dan tempat dan pastikan semua alur proses kegiatan
layanan berfungsi dengan baik. (3) Apabila pekerjaan sangat bergantung pada
sistem atau teknologi seperi pemeriksaan USG atau DJJ dengan Doppler, siapkan
skenario cadangan apabila terjadi masalah dengan teknologi (listrik mati, sistem
drop, peralatan tidak berfungsi, dan sebagainya). (4) Buatlah alur pelayanan yang
sistematis dan tertulis dapat diibaca oleh pengunjung serta nomor antri bagi
(5) Siapkan system control untuk menjaga agar tetap responsive terhadap
Sebagai bidan atau petugas kesehatan aktivitas yang bisa dilakukan untuk
melayani klien: ibu hamil saat pemeriksaan kehamilan yang pertama sehingga
dapat memberikan respon positif dari ibu antara lain seperti: (1) Segera berdiri
menyambut ibu dan mengucapkan salam sapa : ―Selamat pagi, ada yang bisa
dibantu ?‖ (2) Melayani ibu dengan dengan baik, fokus, tidak sambil mengerjakan
pekerjaan lain. (3) Menanyakan nama lawan bicara dan menggunakan nama
tersebut pada saat berkomunikasi. (4) Menanggapi keluhan ibu dengan segera dan
mengatakan Tidak tahu ya…‖ atau Wah, kalau hal ini sih bukan urusan
saya…‖, dan kalimat sejenis yang dapat membuat ibu merasa tidak ada jalan
keluar. (6) Segera mengangkat telepon sebelum dering ketiga (untuk komunikasi
melalui telepon. Apabila semua ini dilakukan dengan baik maka ibu akan datang
kesehatan yang memadai dan ditolong oleh petugas kesehatan yang kompeten.
Reliability atau unreability kinerja bidan tidak hanya dapat diukur dari faktor
availability dan performance, namun juga factor security sebagai salah satu
faktor penentu. Untuk mendapatkan suatu nilai reliability dari kinerja bidan dalam
performance, availability dan security adalah faktor yang tidak dapat dipisahkan.
baik berkaitan dengan jam buka loket untuk pelayanan yang tepat waktu, prosedur
pelayanan KIA, tidak berbelit-belit, cepat dan tepat, kemampuan bidan dalam
kesehatan ibu anak. Penampilan bidan ini menjadi penting karena sebagian besar
pelayanan tepat waktu selama 24 jam, dan kapan saja dibutuhkan termasuk pada
saat libur nasional. Bidan dapat memberikan solusi kemana ibu bisa mendapatkan
pertolongan jika mengalami masalah. Security atau keamanan sangat penting bagi
ibu untuk mempercayai bidan, apabila bidan menjaga privacy ibu selama
berkaitan dengan sistem reproduksi, yang bagi masyarakat tertentu masih cukup
tabu untuk dibicarakan atau didiskusikan. Sebagai contoh hal yang sangat privacy
terkait keluhan ibu sering mengalami keputihan, atau ibu ingin menanyakan
tentang hubungan seks yang aman selama kehamilan. Dengan kinerja bidan yang
pelayanan yang memuaskan, tanpa ada keluhan dan kesan yang berlebihan atas
menjadi syarat dari setiap pegawai yang handal untuk melakukan berbagai bentuk
menggunakan KSPR, kegiatan “Kelas Prenatal Care and Family‖ yang dilakukan
petugas loket, pelayanan yang sopan dan ramah dari bidan, sifat dapat dipercaya
yang dimiliki staf, informasi yang diberikan oleh petugas loket terkait obat, serta
informasi tentang kunjungan ulang. Dengan demikian kinerja bidan yang baik
screening faktor risiko (KSPR) serta bidan maupun petugas kesehatan ikut terlibat
dalam pelaksanaan “Kelas Prenatal Care and Family”. Sehingga terjadi transfer
yang adadan menilai hasil yang dicapai guna menyusun saran tindak lanjut untuk
yang diberikan. Bentuk kepastian dari suatu pelayanan sangat ditentukan oleh
jaminan dari pegawai yang memberikan pelayanan, Dalam hal ini adalah bidan,
sehingga orang yang menerima pelayanan merasa puas dan yakin bahwa segala
bentuk urusan pelayanan yang dilakukan atas tuntas dan selesai sesuai dengan
(Parasuraman, 2001:69).
Jaminan atas pelayanan yang diberikan oleh bidan sangat ditentukan oleh
tersebut, jaminan dari suatu pelayanan juga ditentukan dari adanya komitmen
orang yang dilayani. Bentuk jaminan yang lain yaitu jaminan terhadap pegawai
memberikan pelayanan, tentu akan berbeda pegawai yang memiliki watak atau
karakter yang kurang baik dan yang kurang baik dalam memberikan pelayanan
(Margaretha, 2003).
Persepsi ibu tentang kinerja bidan dimensi tangible (berwujud) yang oleh
mengemukakan urutan pertama dari lima dimensi Service Quality yakni tangible,
perusahaan, dalam hal ini adalah Puskesmas yang dapat diandalkan keadaaan
lingkungan sekitarnya merupakan bukti nyata dari pelayanan yang diberikan oleh
pemberi jasa. Hal ini meliputi fasilitas fisik (contoh: gedung, gudang, dan lain-
alat dan tenaga. Tampilan fisik fasilitas antara lain kebersihan, penerangan,
kebisingan ruang. Tampilan tenaga dapat dimulai dari kerapian pakaian dan
keramahan. Tangible akan tetap menjadi perhatian karena hal ini akan menjadi
tersebut diyakini oleh orang yang menerima pelayanan, akan dilayani dengan baik
adalah fasilitasi, self regulasi dan observasional learning. Pada ibu dengan
ke puskesmas. Hal ini menjadi perhatian karena ibu dan keluarga merasa
yang baik adalah hal yang biasa, ibu merasa nyaman dengan perawatan yang
lingkungan yang membuat perilaku baru lebih mudah untuk dilakukan. Dalam
secara rutin, apakah tersedia fasilitas untuk senam hamil, apakah tersedia fasilitas
untuk penyuluhan gizi ibu hamil, ibu melahirkan dan menyusui. Pada
pelayanan yang dapat menarik minat ibu untuk memafaatkannya. Melalui Kelas
tokoh agama, kader dan dukun sangat diperlukan khususnya berkaitan dengan
melakukan deteksi dini faktor risiko, menemukan ibu hamil K1 murni serta
pelayanan kesehatan ibu untuk penurunan AKI. Self regulasi adalah adanya
pelatihan bagi ibu tentang perawatan diri ibu selama hamil, melahirkan dan nifas,
telephon konseling untuk siaga ibu melahirkan. Di masyarakat kegiatan ini belum
melakukan pendaftaran dan penimbangan secara rutin, kegiatan tidak bervariasi dan
learning adalah belajar untuk menampilkan perilaku baru yang dipaparkan oleh
paparan interpersonal atau media, khususnya melalui pemodelan peer. Ibu hamil
mendapatkan informasi lewat surat khabar pada rubrik khusus kesehatan, melalui
radio berupa iklan radio kerjasama RRI, Dinas Kesehatan Kabupaten Kupang dan
belajar yang mencakup pemrosesan informasi. Untuk ini diperlukan empat macam
proses utama yaitu ; proses memperhatikan, proses retensi, proses produksi dan
mempersepsi perilaku model secara tepat. Pada proses retensi agar efektif maka
modeling harus disimpan dalam ingatan, dengan demikian ibu harus mengingat
apa yang tadi diperhatikannya. selanjutnya proses produksi, ibu mulai mencoba
perilaku yang ditampilkan oleh model dengan ingatan ibu, modifikasi dari ibu
sesuai kebutuhan ibu. Pada akhirnya adalah proses motivasi, apakah ibu mau
serta ibu melihat bahwa perilaku itu bermanfaat bagi dirinya. Dengan demikian
agar ibu dapat termotivasi oleh informasi atau pemodelan yang dipelajari maka
ibu hamil pada Kelas Prenatal Care and Family” tentang posisi menyusui yang
benar, model harus memperagakan secara langsung posisi menyusui yang benar
menggunakan boneka, dilakukan dengan rileks dan senang hati kemudian ibu
mempraktekkannya. Hal ini sebagai incentive bagi ibu. Dengan demikian ibu
akan ingat dan termotivasi untuk berlatih sesuai apa yang dipraktekkan oleh
melalui observational learning pada “Kelas Prenatal Care and Family”. sehingga
Komunitas
Institusional Pelayanan
Kesehatan Ibu
sendiri oleh peneliti berdasarkan variabel yang ada pada Social Ecological
kesehatan ibu dan anak meliputi obstetrik ginekologi, program KIA, indikator
pelayanan kesehatan ibu pendidikan kesehatan melalui Kelas prenatal care and
family, Screening faktor risiko dengan Kartu Skor Poedji Rochjati (KSPR);
Model Jalur I, II, dan III cocok diterapkan diseluruh Indonesia maupun
dunia dengan faktor sosial budaya yang sama yaitu budaya Patriaki. Model
terbalik dikarenakan pada faktor institusional kinerja bidan cukup dan kurang,
memberikan pelayanan kesehatan, tidak menepati janji, tidak tepat waktu serta
tidak berada di tempat saat dibutuhkan. Bidan juga kurang responsive terhadap
keamanan dan privacy bagi ibu saat IMD. Dengan demikian ibu tetap memilih
masa nifas adalah sesuatu yang bernilai sehingga oleh masyarakat perlu mendapat
melahirkan mendapat perawatan mandi air panas tatobi‖ selama 7 hari dan
panggang api‖. sehingga ibu merasa nyaman dan tidak memanfaatkan pelayanan
―
kesehatan untuk ibu. Di masyarakat juga sudah tersedia wadah untuk pelayanan
menjadi tempat yang menarik untuk dikunjungi oleh ibu hamil dan nifas.
Posyandu dilakukan pada jam kerja, yang mana pada saat itu ibu harus
menyelesaikan pekerjaan rumah tangga atau ibu masih di kebun. Waktu posyandu
mengikuti waktu kerja bidan atau petugas kesehatan. Disamping itu masih
kehamilan, persalinan dan masa nifas biasanya menjadi perhatian keluarga besar
hamil, melahirkan dan nifas sehingga ibu merasa nyaman di rumah dan tidak
pelayanan kesehatan ibu untuk penurunan AKI adalah K1 murni, K4, tempat
observed : Nilai kepercayaan, sikap, niat, dan Self Efficacy. Variabel laten
norm, Perceived control, pengambilan keputusan keluarga, merawat ibu hamil dan
Model Baru : Social Ecological Model of Health Behavior : Ina Djayaku Abadi
untuk Penurunan Angka Kematian Ibu
Health Behavior” telah disusun berdasarkan hasil penelitian tahap I. Pada tahapan
kedua ini dilakukan uji coba model komprehensif baru ini dengan memberikan
dengan Moore (2003) bahwa setiap level pada Social Ecological Model of Health
“Kelas Prenatal Care and Family. Demikian halnya untuk variabel interpersonal,
kepercayaan, diikuti sikap, niat dan Self Efficacy. Variabel interpersonal disusun
dan bayi baru lahir. Pengetahuan yang rasional dari ibu akan membentuk nilai
juga dapat membantu ibu dan keluarga untuk mempertimbangkan segi positif dan
sikap yang positif untuk perawatan kehamilan, persalinan dan nifas. Sikap yang
positif dari ibu didukung oleh keluarga yang menginginkan ibu mendapatkan
pelayanan kesehatan yang baik sebagai suatu Subjective norm sehingga ibu
di fasilitas kesehatan yang memadai dan ditolong oleh petugas kesehatan yang
betul-betul dan sistematis untuk membawa individu pada suatu tujuan pendidikan
satu tujuan pendidikan yang baru. Menurut Kartini Kartono (1995) dalam
diidentikkan dengan tugas perubahan sikap dalam suatu konteks kultural. Dimana,
kelompok yang memiliki norma, standard, falsafah hidup dan latar belakang
kebudayaan sendiri itu harus diubah sebagai satu satuan kelompok, sebagai satu
totalitas, agar supaya para anggotanya mau menerima satu sistem, satu teknik atau
keyakinan hidup baru hendaknya perubahan sikap itu atas dasar prinsip-prinsip
kesukarelaan, sikap baru itu secara konkrit dirasakan lebih dekat kepada realitas
hidup. Dengan demikian ibu hamil dan keluargapun harus diperlakukan dengan
baik pada saat pemeriksaan kesehatan serta saat mengikuti pelatihan “Kelas
Prenatal Care and Family”. Perlu adanya perhatian, pengertian dan penerimaan
serta membangun sikap yang positif. Berpikir secara positif akan sesuatu yang
benar, jujur dan baik akan membawa kita pada pemikiran yang positif dan akan
Nilai kepercayaan yang baik dari ibu dan keluarga tentang manfaat
mengikuti Kelas Prenatal Care and Family akan membuat ibu dan keluarga
rumah sakit. Nilai terkait dengan norma. Nilai merupakan sesuatu yang dianggap
sebagai hal yang baik, patut, layak, benar, maka norma merupakan perwujudan
dari nilai yang didalamnya terdapat kaidah, aturan, atau kaidah pada suatu
tindakan (aksi). Bagi orang yang melanggar norma maka ia akan mendapat sanksi,
diancam hingga sampai hukuman yang diberikan oleh negara melalui aparat
hukum. Nilai merupakan sumber norma yang memiliki kekuatan mengikat bagi
Mengikuti “ Kelas Prenatal Care and Family” bagi ibu hamil dan
keluarga, apabila dijadikan sebagai suatu kebiasaan yang dilakukan terus menerus
meningkat menjadi suatu tata kelakuan (mores). Keluarga dan masyarakat sepakat
untuk setiap ibu hamil segera memeriksakan diri ke Puskesmas jika hamil. Jika
hal ini terus dibiasakan dan dilakukan maka akan menjadi suatu adat istiadat.
menjadi hukum sebagai tata kelakuan sosial yang dibuat secara formal dengan
II dan 2 kali di trimester III, serta melahirkan di fasilitas kesehatan yang memadai
dan ditolong oleh petugas kesehatan yang kompeten. Apabila ada yang melanggar
dikenakan denda.
perawatan kehamilan, persalinan dan nifas dengan baik sebagai Perceived control
bagi ibu dan keluarga. Paulo Freira dalam Remiswal (2013), seorang ahli
ini berlangsung dalam dua tahap : (1) tahap kesadaran akan penindasan, dan (2)
juga sesuai dengan Lappera (2001) Remiswal (2013), yang mengatakan perlunya
sejajar dan sepadan. Dengan demikian pada “Kelas Prenatal Care and Family”
tidak hanya diikuti oleh ibu hamil saja tetapi suami ikut mendampingi istri saat
dukungan kepada ibu selama hamil, melahirkan dan nifas. Pendidikan kesehatan
yang diberikan pada “ Kelas Prenatal Care and Family” hal ini merupakan upaya
Kelas Prenatal Care and Family” dapat memperbaiki relasi antara perempuan dan
laki-laki hal ini ditunjukkan dengan suami diharapkan untuk mendampingi istri
mengikuti “ Kelas Prenatal Care and Family” minimal satu kali agar suami dapat
mendampingi dan merawat istri selama hamil, melahirkan dan masa nifas. Melalui
“Kelas Prenatal Care and Family”, ibu dan keluarga dapat mengambil keputusan
yang tepat untuk perawatan kehamilan, melahirkan dan nifas. Dengan bekal
Care and Family” akan membantu ibu dan keluarga untuk merawat kehamilan,
Ibu dan keluarga belajar tentang tanda bahaya kehamilan, persalinan dan
nifas sehingga ibu dan keluarga dapat mempersepsikan kerentanan bagi ibu
apabila ibu hamil tidak memeriksakan kehamilannya secara teratur dan tidak
mengikuti “Kelas Prenatal Care and Family”. Kegiatan ini dapat memberikan
Family”, dalam suasana santai, menyenangkan dan nyaman bagi ibu. Kegiatan
sederhana, mudah dimengerti oleh ibu dan keluarga. Digambar dengan sederhana,
mudah didapat serta memenuhi kebutuhan petugas kesehatan dan ibu hamil serta
malaikatku (pesan manfaat ASI), video inisiasi menyusu dini (pesan pentingnya
IMD) serta video posisi menyusui yang benar, melekat dengan benar dan
mengisap dengan efektif (ibu bisa mencontoh model yang ada). Media pengajaran
ini bermanfaat untuk memperbesar minat dan perhatian peserta untuk belajar,
melalui penuturan kata-kata pengajar, sehingga peserta (ibu hamil dan suami
/keluarga) tidak bosan dan pengajar tidak kehabisan tenaga karena proses
Nilai kepercayaan yang tinggi, sikap yang positif serta niat yang baik akan
fasilitas kesehatan yang memadai serta ditolong oleh petugas kesehatan yang
kompeten. Melalui Kelas Prenatal Care and Family ibu juga dapat meningkatkan
Self Efficacy. Ibu dapat belajar dari pengalaman pribadi, belajar dari kelompok
ibu hamil didalam kelas prenatal (reference group) menjadi anggota kelompok
yang diberikan serta keadaan fisiologis dan psikologis ibu yang menyenangkan
rumah dan diberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan nifas dan bayi baru
lahir. 100% ibu adalah K1 dan K4, Ibu melahirkan di fasilitas kesehatan yang
100%, Kunjungan nifas oleh petugas kesehatan > 3 kali 100% serta 100% ibu
pengetahuan sebelum dan sesudah intervensi pada pertemuan I : Mean 58,461 dan
SD 8,575; pertemuan II : Mean 59,03 dan SD 7,074 ; pertemuan III Mean 66,15
dan SD 5,71. Sangat signifikan pada pertemuan I, II maupun III ( p < 0,01)
Dengan demikian Kelas Prenatal Care and Family ini harus terus
dijalankan sebagai sesuatu yang bernilai agar menjadi suatu kebiasaan, tata
kelakuan, mores, adat istiadat serta menjadi berlaku secara umum di masayarakat.
Bagi yang tidak menjalankan mendapatkan sanksi hukum sesuai yang berlaku.
― Kelas
Kedepan diharapkan ibu hamil dan keluarga yang pernah mengikuti
Prenatal Care and Family” menjadi reference group bagi ibu hamil dan keluarga
Selain pendidikan kesehatan bagi ibu hamil dan keluarga pada “Kelas
Prenatal Care and Family” intervensi lain juga dapat diberikan untuk
meningkatkan nilai kepercayaan, sikap niat dan Self Efficacy ibu melalui kegiatan
: (1) Retreat atau pembinaan rohani (2) Perlu adanya keluarga siaga ibu
melahirkan (3) Tabungan ibu bersalin (Tabulin) (4) Hadiah bagi ibu bersalin (5)
kesehatan tentang Screening faktor risiko pada ibu hamil menggunakan Kartu
secara berurutan adalah persepsi ibu tentang kinerja bidan dalam pelayanan ante
serta tangible.
status, bidan memberikan respon yang baik dalam menerima kritik dan saran,
kesabaran bidan dalam melayani pasien serta bidan mau mendengarkan keluhan
pasien. Berdasarkan hasil wawancara dengan ibu hamil dan observasi saat
menunjukkan rasa emphaty pada klien yang dilayani, hal ini karena keterbatasan
waktu bidan harus melayani banyak pasien. Satu orang klien dilayani bidan 5 -10
menit dengan demikian ibu hamil tidak dapat menyampaikan keluhannya, bidan
posyandu dilaksanakan pada jam kerja (pagi hingga siang hari) sehingga ibu juga
untuk keluarga. Apalagi ditambah dengan tidak adanya kegiatan yang menarik
bagi ibu untuk “betah” dan ingin datang ke posyandu. Padahal posyandu sebagai
wadah yang ada di masyarakat dapat digunakan untuk promosi kesehatan terkait
responsive ini penting karena sifat manusia pada umumnya senang kalau
berkaitan dengan jam buka loket, cepat dan tepat. Bidan dapat menjaga privacy
ibu selama pemeriksaan kehamilan, atau saat melahirkan. Hasil wawancara dan
observasi di Puskesmas rawat inap saat penelitian, ibu yang melahirkan untuk
pelaksanaan inisiasi menyusu dini (IMD) ibu dibiarkan terbuka bagian atas tubuh
hal ini membuat ibu enggan melahirkan di puskesmas. Hasil wawancara dengan
ibu nifas serta melihat buku KIA ibu nifas, diketahui bahwa ibu selama hamil
dengan kehamilan risiko tinggi karena kehamilan > 4 kali, umur lebih dari 35
tahun. Oleh keluarga dan bidan, ibu direncanakan melahirkan di Puskesmas tetapi
pada saat akan melahirkan ibu datang ke Puskesmas dan bidan tidak berada di
tempat. Dengan demikian ibu memilih pulang dan melahirkan di rumah karena
merasa melahirkan adalah hal biasa dan selama ini ibu baik-baik saja‖ walaupun
melahirkan di rumah, menolong diri sendiri dan dibantu suami. Ibu tidak
di Puskesmas atau rumah sakit sehingga ibu memilih untuk melahirkan di rumah
dan ditolong oleh keluarga atau dukun. Tangible adalah tampilan atau wujud,
kepada pihak eksternal meliputi fasilitas fisik antara lain kebersihan, penerangan,
periksa yang teratur, kartu berobat saat ini, kerapihan dan kebersihan, penampilan
kelengkapan, kesiapan dan kebersihan alat-alat yang dipakai, variasi jenis kamar,
tersedianya bidan, dokter umum dan tenaga kesehatan yang memadai, adanya
layanan informasi, tempat parkir yang memadai dan aman, jemuran umum, apotik
serta tersedianya toilet yang cukup dan bersih. Fasilitas semacam ini di Kabupaten
dibandingkan dimensi lain. Sehingga dalam analisis faktor nilainya 0,498 (<0,5)
lebih kuat pengaruh dimensi yang lain. Namun demikian tangible akan tetap
menjadi perhatian karena hal ini akan menjadi bermasalah jika tangible
kesehatan tentang screening faktor risiko pada ibu hamil untuk perencanaan
kesehatan akan semangat pelayanan dan betapa pentingnya peran bidan dalam
menyelamatkan ibu hamil, melahirkan atau nifas. Screening faktor risiko tidak
hanya diberikan kepada bidan tetapi pada semua petugas kesehatan yang ada di
PuskesmasTakari dengan harapan dapat digunakan untuk deteksi dini faktor risiko
pada ibu hamil di masyarakat atau posyandu. Sesuai dengan indikator pelayanan
kesehatan ibu ; Screening faktor risiko dapat dilakukan oleh petugas kesehatan
maupun masyarakat sebagai deteksi dini untuk rujukan dini berencana sehingga
sebelum dan sesudah intervensi, Bedatest 54,86 SD 10,98, sangat signifikan ( p <
0,01). Mean rank pretest dan posttest petugas kesehatan dengan pendidikan
Petugas kesehatan dengan pendidikan non kesehatan pada bedatest memiliki nilai
mean rank lebih tinggi dari petugas kesehatan. Dengan demikian petugas
terlalu muda < 20 tahun, yang dilakukan pada ibu hamil pada kelompok
intervensi 26 orang diketahui 13 orang (50%) ibu dengan kehamilan risiko rendah
(KRR), 12 orang (40%) ibu dengan kehamilan risiko tinggi (KRT) serta 1 orang
(3,8%) dengan kehamilan risiko sangat tinggi (KRST). Dengan demikian bidan
dapat memberikan konseling berdasarkan hasil screening kepada ibu hamil dan
bidan dan perawat dalam pendidikan kesehatan untuk “Kelas Prenatal Care and
Family” Pada faktor interpersonal intervensi lain juga dapat diberikan untuk
persalinan dan nifas serta screening faktor risiko pada ibu hamil menggunakan
Kartu Skor Poedji Rochjati (KSPR) serta Depkes. Kader yang menemukan ibu
hamil untuk K1 murni diikutsertakan juga sebagai peserta dalam “Kelas Prenatal
Care and Family” agar dapat melanjutkan kegiatan tersebut apabila penelitian
mempunyai pengaruh terbesar secara berurutan adalah fasilitasi, self regulasi dan
observasional learning.
ibu hamil di masyarakat. Hal ini sesuai dengan indikator pelayanan kesehatan ibu
berdasarkan Depkes RI (2010). Agar dapat melakukan deteksi dini faktor risiko
pada ibu hamil serta untuk penemuan ibu hamil K1 murni, TOMA, TOGA Kader
pengenalan tanda bahaya kehamilan, persalinan dan nifas, Screening faktor risiko
menggunakan KSPR modifikasi dengan Depkes pada ibu hamil risiko tinggi
baik oleh petugas kesehatan maupun kader kesehatan. Hal ini karena keterbatasan
deteksi faktor risko pada ibu hamil. Dengan demikian pendidikan kesehatan yang
diberikan ini dapat membantu tokoh masyarakat, tokoh agama, kader kesehatan
dan dukun bekerjama dengan petugas kesehatan dalam penemuan ibu hamil
mampu melakukan deteksi dini faktor risiko kehamilan, menjadi sahabat atau
memadai dan ditolong oleh petugas kesehatan yang kompeten sehingga ibu dan
bayi selamat dan sehat. Dengan belajar tentang tanda bahaya kehamilan,
persalinan dan nifas serta deteksi dini faktor risiko pada ibu hamil, maka tokoh
masyarakat, tokoh agama, kader kesehatan dan dukun dapat menganalisis tugas
penghargaan pada diri mereka sendiri karena telah mencapai tujuan tersebut.
mengarah pada pencapaian jauh dimasa depan tentang perawatan ibu hamil,
melahirkan dan nifas. Melakukan rujukan ke Puskesmas bagi ibu hamil yang
komunitas ini untuk diadopsi dilakukan di tempat lain. Upaya yang dilakukan di
secara teratur minimal 4 kali (1 kali di trimester I, 1 kali trimester II dan 2 kali di
observasional learning bagi TOMA, TOGA, Kader Kesehatan dan Dukun. Proses
belajar yang mencakup pemrosesan informasi. Terjadi empat macam proses yaitu
: proses memperhatikan, proses retensi, proses produksi dan proses motivasi. Pada
secara tepat, kemudian disimpan dalam ingatan sehingga ibu harus mengingat apa
perilaku yang ditampilkan oleh model dengan ingatan peserta, modifikasi dari
sesuai keinginan peserta. Pada akhirnya adalah proses motivasi apakah pengamat
penilaian positif, serta penagamat melihat bahwa perilaku itu bermanfaat bagi
dirinya. Dengan demikian metode yang digunakan dalam pendidikan kesehatan ini
monopoli dan kartu jodoh serta studi kasus. Dengan permainan sebagai media
menghibur, adanya umpan balik yang akan memberitahukan apakah yang kita
melibatkan semua peserta, peserta belajar secara aktif. Namun perlu diketahui
dukun dapat membantu petugas kesehatan untuk menemukan ibu hamil K1 murni
sehingga yang paling mengetahui ibu hamil adalah dirinya sendiri, kemudian
diberitahu kepada suami atau keluarga serta teman terdekat yanga adalah
memeriksakan kesehatan ibu atau jika sudah terlambat haid untuk memastikan
kehamilan ibu.
Dukun. Pada faktor komunitas intervensi lain juga dapat diberikan untuk
kehamilannya maka perlu dibuat : (1) adanya sahabat ibu hamil yang dipilih
sendiri oleh ibu dari kader kesehatan atau dukun agar mendampingi ibu sampai
melahirkan dan masa nifas. (2) petugas kesehatan pendamping ibu hamil.
hamil, melahirkan dan nifas. (4) Menyiapkan hadiah bagi ibu hamil yang
memadai (5) kelompok siaga ibu melahirkan (6) Pendidikan gender bagi TOGA,
Kader Kesehatan, Dukun dan TOMA termasuk Too Huk maupun Atoin meto
ini perlu ditindaklanjuti oleh pemerintah agar intervensi kesehatan yang diberikan
terus dilanjutkan oleh pemerintah institusi pelayanan kesehatan yang ada serta
ibu dapat berhasil dengan baik untuk penurunan AKI. Peningkatan pelayanan
kesehatan ibu untuk penurunan AKI telah dibuktikan dengan model baru Sosial
Ecological Model of Health Behavior Ina Djayaku Abadi untuk penurunan AKI,
hamil dan keluarga dalam Kelas Prenatal Care and Family. Intervensi pendidikan
kesehatan bagi bidan, TOMA, TOGA, Kader kesehatan dan dukun tentang tanda
bahaya kehamilan, persalinan dan nifas serta screening faktor risiko ibu hamil.
untuk ibu hamil dan keluarga pada “Kelas Prenatal Care and Family”.
Hasil uji paired t test sangat signifikan (pertemuan I, II dan III p < 0,01 )
serta pengenalan faktor risiko dan deteksi dini ibu hamil risiko tinggi
Rochjati dan pedoman Depkes RI. Hasil uji Wilcoxon sangat signifikan
kesehatan 27,62 ; Selisih pretest dan postest Mean rank petugas kesehatan
bahaya kehamilan serta pengenalan faktor risiko dan deteksi dini ibu hamil
Skor Poedji Rochjati dan pedoman Depkes RI. Hasil analisis Wilcoxon
yang baik antara pemerintah daerah, lintas sektoral dengan institusi pendidikan.
tingkat Kecamatan yang dihadiri oleh Camat, Kepala Desa, TOMA, TOGA,
Provinsi dihadiri oleh Dinas Kesehatan, Bappeda, BPMD, Dinas PPO, BKKBN,
BKD, PKK Pokja IV, LSM, DPRD, Organisasi Profesi ( IBI, PPNI, IDI).
(2) Publikasi melalui media massa dan internet (3) Publikasi melalui jurnal
perguruan tinggi kesehatan sebagai mata kuliah muatan lokal (5) Pembinaan lewat
institusi pendidikan dimulai dari SD, SLTA, SLTP, SLTA dan Perguruan tinggi
melalui mata ajaran muatan lokal Kesehatan Ibu dan Anak (6) Advokasi kepada
Pemerintah Nusa Tenggara Timur agar dapat menggunakan model ini untuk
Penelitian ini oleh Peneliti dilakukan uji coba model dengan memberikan
dihadapi adalah menemukan ibu hamil K1 murni. Karena sebagian besar ibu
melebihi trimester I, ada rasa malu dari ibu hamil jika ternyata setelah diperiksa
tidak hamil. Namun kendala ini dapat diatasi melalui kerjasama dengan kader,
dukun dan bidan desa untuk menemukan ibu hamil langsung di masyarakat untuk
pertanyaan kurang seimbang. Pada dimensi tangible tidak semua pertanyaan dapat
terbatas sesuai dengan sumberdaya dan waktu yang tersedia, intervensi ini perlu
terus dilanjutkan oleh Dinas Kesehatan dan Puskesamas serta lintas sektoral agar
of Health Behavior Ina Djayaku Abadi‖ yang relevan pada faktor intrapersonal
terkait dengan nilai kepercayaan, sikap, niat dan Self Efficacy. Misalnya retreat,
keluarga, merawat ibu hamil serta persepsi kerentanan ; institusional terkait kinerja
learning melakukan diskusi dengan masayarakat ; Too Huk dan Atoin meto diskusi
dalam kegiatan pelayanan oleh institusi untuk intervensi pendidikan dan pelayanan
kesehatan, deteksi dini faktor risiko pada ibu hamil, pelayanan diakonia untuk ibu
hamil (khususnya ibu hamil dengan anemia dan KEK), melahirkan dan nifas.
BAB 1
PENDAHULUAN
Kematian ibu merupakan kematian setiap wanita yang terjadi selama masa
disebabkan oleh apapun, tanpa melihat usia dan lokasi kehamilan. Kematian ibu
dapat disebabkan oleh faktor yang berhubungan dengan atau diperberat oleh
ibu kemudian didefinisikan sebagai jumlah kematian ibu selama satu periode
Kematian ibu menjadi isu penting dalam agenda upaya mencapai derajat
angka kematian ibu (AKI). Target yang ingin dicapai antara lain mengurangi AKI
di seluruh dunia sebesar 75% dari tahun 1990 ke 2015 (United Nations, 2000).
AKI di Indonesia pada tahun 1990 masih sekitar 408/100.000 kelahiran hidup,
setiap tahun sejumlah 500.000 wanita meninggal dunia akibat kehamilan dan
persalinan. Fakta ini mendekati terjadinya satu kematian setiap menit. Sebesar
1
Disertasi PENGEMBANGAN PENDEKATAN “SOCIAL INA DEBORA R.L
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
307/100.000 kelahiran hidup (KH). AKI di Nusa Tenggara Timur (NTT) adalah
554/100.000 KH. Angka ini menurun jika dilihat pada hasil Survei Demografi
Kesehatan Indonesia (SDKI, 2007) menjadi sebesar 228/100.000 KH. Nilai ini di
Nusa Tenggara Timur (NTT) AKI adalah 306/100.000 KH. Walaupun ada
penurunan namun angka ini masih tinggi jika dibandingkan dengan angka
nasional.
Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia dapat dilihat pada Gambar 1.1
berikut
2014
Data
Dit. Ibu
119
Th. 2007
307/100.000 KH. Angka ini turun menjadi 281/100.000 pada tahun 2009 (Dinkes
Kab. Kupang, 2009). Angka ini lebih rendah dibandingkan dengan AKI secara
keseluruhan di NTT. Namun bila dibandingkan dengan target nasional yang ingin
dicapai pada tahun 2010 yaitu sebesar 125/100.000 KH, maka AKI di Kabupaten
komplikasi, dimana bila tidak ditangani dengan cepat dan baik dapat
meningkatkan kematian ibu (Depkes RI, 2000). Kematian ibu yang berhubungan
Sebagian besar ibu melahirkan dirumah dan kurang dari 50 % kelahiran ditolong
oleh petugas kesehatan yang terlatih. Sejumlah substansial kematian ibu terjadi
kesehatan sukar dicapai karena infrastruktur jalan dan transportasi yang kurang
yang tidak merata dari sumber kesehatan terutama di daerah pedesaan (Hartanto,
2002).
oleh perdarahan, hipertensi dalam kehamilan, infeksi, dan lain-lain. Secara rinci
penyebab kematian ibu sejak tahun 2008 - 2011 ditunjukkan pada Tabel 1.1
berikut ini
Tabel 1.1 menunjukkan trend penurunan kasus namun pada tahun 2011
mengalami peningkatan kasus. Hingga Bulan Maret 2011 jumlah kasus kematian
sudah mencapai 64,29% dari tahun sebelumnya. Hal ini perlu diidentifikasi bahwa
Health Behavior.
kepercayaan manusia terjadi dalam sebuah konteks sosial dan promosi kesehatan
untuk perubahan perilaku lebih efektif bila dilakukan dengan merubah lingkungan
sosialnya, tidak hanya pada faktor individual saja. Model ekologis dapat
menyatukan konstruk dari model yang fokus pada tingkatan pengaruh dari aspek
lingkungan dan kebijakan dalam komunitas yang lebih luas. Perilaku sehat akan
sehat, dan individual termotivasi dan terdidik untuk membuat pilihan tersebut
(Ottawa Charter for Health Promotion, 1986). Social Ecological Model of Health
termasuk keluarga, teman, dan rekan kerja yang juga sangat berpengaruh terhadap
faktor komunitas juga bisa mengagalkan upaya untuk promosi perilaku sehat.
Faktor kelima adalah kebijakan publik, seperti program revolusi Kesehatan Ibu
Anak (KIA) dan jaminan persalinan (jampersal) yang diberikan oleh pemerintah.
membuat pilihan yang bisa membantu ketika lingkungan tidak mendukung, hal ini
dapat menghasilkan efek yang lemah dan hanya bersifat jangka pendek/sementara.
tidak hanya melihat faktor individual tetapi juga faktor ekologis yaitu lingkungan
sosialnya.
adalah 71,43% (Dinkes Kab Kupang, 2010). Rata-rata lama waktu sejak terjadi
komplikasi perdarahan sampai meninggal bila tidak dapat diatasi adalah 2 jam
pada perdarahan post partum dan 12 jam pada perdarahan ante partum (UNICEF,
1992 dalam Widjono, 2008). Perdarahan tidak dapat diatasi oleh ibu sendiri,
keluarga maupun masyarakat awam sehingga sangat berbahaya bagi ibu hamil dan
bersalin yang tinggal di lokasi yang jauh dari Puskesmas Penanganan Obstetri
dilihat dari faktor individual saja (intra personal) tetapi juga dari faktor lain
Faktor intrapersonal di antaranya adalah faktor umur. Kejadian empat terlalu pada
ibu antara lain: umur terlalu muda (< 20 tahun) atau terlalu tua (> 35 Tahun),
terlalu dekat jarak kehamilan (< 2 tahun), serta terlalu banyak anak (> 4 anak).
karakteristik reproduksi dan Self Efficacy ibu juga turut berpengaruh. Faktor
ini berkaitan dengan tugas keluarga dalam mengenal masalah yang dihadapi ibu,
keluarga dalam merawat ibu serta sikap, norma, dan kontrol dalam keluarga.
melakukan screening faktor risiko pada ibu hamil dan melahirkan. Faktor
perawatan ibu hamil, melahirkan dan masa nifas. Hal ini berkaitan dengan hasil
adanya akses menuju fasilitas kesehatan yang memadai. Akses menuju Puskesmas
PONED pada umumnya membutuhkan waktu lebih dari 2 jam. Jarak terjauh
dijangkau oleh transportasi darat adalah 8 jam sedangkan untuk daerah terpencil
adalah 4 jam (pada musim kemarau). Hal ini akan berakibat pada (3) terlambat
mengupayakan agar: (1) setiap persalinan ditolong atau minimal didampingi oleh
bidan dan (2) pelayanan obstetri sedekat mungkin untuk semua ibu hamil
(Saifuddin, 2001). Hal ini sesuai dengan Widjono (2008) yang menyatakan bahwa
pada dasarnya kematian maternal dapat terjadi karena ada dua kondisi yaitu (1)
perdarahan dan persalinan macet sukar dihindari karena dapat terjadi pada ibu
hamil yang sebelumnya tidak mempunyai faktor risiko bahkan pada ibu hamil
yang sehat dan berstatus gizi baik. Sebagian besar komplikasi tidak dapat
manajemen khusus. Gerakan Sayang Ibu (GSI), Buku KIA, Safe Motherhood:
Health (MNH), Making Pregnancy Safer (MPS), dan program lainnya yang
analisis trend penurunan AKI periode 1900 - 2015 ternyata diperkirakan hanya
akan mencapai 52-55% sehingga kemungkinan besar target MDG‘s tentang AKI
di Indonesia sulit tercapai (Bappenas, 2007). Upaya ini harus terus dilakukan baik
digunakan dibagi dalam 3 (tiga) bagian yaitu peningkatan mutu pelayanan (supply
mengupayakan agar ibu hamil berada sedekat mungkin pada sarana pelayanan baik
Revolusi KIA ini dilakukan dalam rangka menurunkan AKI dan AKB setiap
tahun dengan target AKI menurun tahun 2010 sebesar 227/100.000 KH, dan pada
penurunan AKI yaitu: (1) K1, yaitu akses atau kontak pertama ibu hamil dengan
terpadu dan komprehensif sesuai standar; (2) Kontak 4 kali (K4) atau lebih
pelayanan terpadu dan komprehensif sesuai standar; (3) Pn, yaitu Pertolongan
masalah gizi yang terjadi pada waktu hamil, bersalin dan nifas; (5) Kunjungan
nifas (Kf) adalah pelayanan nifas yang diberikan pada ibu mulai 6 jam sampai 42
hari pasca persalinan oleh tenaga kesehatan yang diberikan minimal 3 kali
kunjungan nifas; (6) Keluarga berencana (KB) bagi ibu nifas atau suami setelah
melahirkan (Kemenkes RI, 2010). Nusa Tenggara Timur telah menetapkan target
10
sasaran pelaksanaan revolusi KIA Dinkes Provinsi NTT tahun 2009 - 2013,
Tabel 1.2 Target Sasaran Pelaksanaan Revolusi KIA Dinas Kesehatan Provinsi
NTT dan Pencapaian Kabupaten Kupang Tahun 2009 - 2013
AKI tiap 100.000
Persalinan di Fasilitas Persalinan Nakes
No Tahun KH
Kesehatan (%) (PN) (%)
Prov. Kab. Prov Kab Prov Kab
NTT Kupang NTT Kupang NTT Kupang
1 2007 20,70 TAD* 76,91 TAD* 306 379
2 2008 30 TL* 82 TL* 300 TL*
3 2009 40 12,72 85 75,63 250 281
4 2010 60 22,12 90 76,08 227
5 2011 70 - 92 - 197 -
6 2012 80 - 94 - 176 -
7 2013 90 - 96 - 153 -
Sumber: SDKI., 2007 dan Dinkes Kab. Kupang., 2010
serius agar tercapai target yang sudah ditetapkan. Terdapat wadah milik masyarakat
yang dibentuk dari, oleh dan untuk masyarakat. Wadah ini antara lain adalah Desa
terintegrasi, dan terkontrol. Berbagai upaya telah dilakukan untuk menurunkan angka
11
Neonatal Emergensi Dasar (PONEK) namun kematian ibu masih saja tinggi. Sebesar
80,70% Persalinan di Kabupaten Kupang pada tahun 2010 dilaksanakan di rumah dan
sebesar 24,37% persalinan masih ditolong oleh dukun (Dinkes Kab Kupang, 2010).
faktor intra personal (individu) serta faktor lingkungan yang meliputi faktor
Beberapa teori yang mendukung adalah Theory Health Belief Model, Theory of
Reasoned Action And Planned Behavior, Social Cognitive Theory serta konsep
revolusi KIA sebagai salah satu strategi dari Pemerintah Daerah NTT dalam
diharapkan dapat memberikan strategi yang tepat untuk penurunan AKI agar
dapat dilakukan intervensi pada sasaran dan setting yang tepat. Pendekatan ini
target MDG‘s di tahun 2015. Angka kematian ibu diharapkan menurun menjadi
12
waktu tempuh, frekuensi hamil, paritas, abortus usia kawin I, tinggi badan
penurunan AKI (indikator : akses (K1), pelayanan ante natal (K4), tempat
tenaga kesehatan (PN), kunjungan nifas (Kf) serta keluarga berencana (KB)
13
Kupang, NTT‖.
jarak faskes, waktu tempuh, frekuensi hamil, paritas, abortus usia kawin I
dan tinggi badan dan penambahan berat badan selama hamil) terhadap
14
penurunan AKI (indikator : akses (K1), pelayanan ante natal (K4), tempat
AKI (indikator : akses (K1), pelayanan ante natal (K4), tempat persalinan,
AKI (indikator : akses (K1), pelayanan ante natal (K4), tempat persalinan,
15
sasaran dan setting secara terarah dan efektif untuk penurunan angka
hasil penelitian ini guna perbaikan program serta dapat menyusun rencana
16
desa binaan.
3) Untuk masyarakat dengan hasil penelitian ini diharapkan ikut serta secara
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Perilaku dan kepercayaan manusia terjadi dalam sebuah konteks sosial dan
sosialnya. Hal ini disebut Social Ecological Model of Health Behavior. Model ini
faktor kebijakan publik dan dukungan tetap mempertahankan perilaku sehat dan
pengetahuan, sikap dan keterampilan individu. Sementara level dua hingga lima:
17
18
keluarga teman, dan rekan kerja juga sangat berpengaruh terhadap perilaku sehat.
luas dengan berkembang kebiasaan merokok, minum alkohol akibat tekanan dari
teman kerja, dan lain-lain. Level ketiga, sebagian kehidupan manusia berlangsung
dalam setting institusi, misalnya tempat kerja, terutama institusi pendidikan dan
dunia kerja yang sangat berpengaruh terhadap kesehatan dan perilaku yang
termasuk pembatasan perilaku lewat aturan main. Misalnya batas usia penjualan
tentang model ekologi dan rokok, Pengaruh merokok bagi individual secara
fisiologi dimulai dari otak yaitu kecanduan nikotin hingga tekanan pada kelompok
sebaya untuk merokok, larangan merokok dalam rumah tangga, dan kebijakan
penerapan pajak terhadap rokok. Kecanduan nikotin ditingkat individu dan faktor
19
diabetes. Hal ini mungkin tampak mengejutkan untuk menguji manajemen diri
tanggung jawab individu di mana "hanya pasien dapat bertanggung jawab atas
beberapa bulan setelah intervensi berakhir (Norris et al., 2002). Temuan ini
sejalan dengan perspektif ekologis di mana keberhasilan jangka panjang dari "self
primer yang berbeda secara ekonomi maupun etnis dan di beberapa kelompok
(http://www.diabetesinitiative.org.).
pengetahuan, sikap yang positif atau negatif dan kepercayaan tentang norma sosial
20
sosial budaya dan lingkungan fisik. Lingkungan sosial budaya adalah interaksi
sekolah dan tempat kerja), dan kebijakan pemerintah atau hukum. Lingkungan
sekitarnya.
perdarahan 71,43% (Dinkes Kab Kupang, 2010). Rata-rata lama waktu sejak
terjadi komplikasi perdarahan sampai meninggal bila tidak dapat diatasi adalah 2
jam pada perdarahan post partum dan 12 jam pada perdarahan ante partum
(Unicef, 1992. Dikutip dari Widjono, 2008). Perdarahan tidak dapat diatasi oleh
masyarakat awam sehingga sangat berbahaya bagi ibu hamil dan bersalin yang
tinggal di lokasi yang jauh dari Puskesmas PONED dan yang menyediakan
kematian ibu di Kabupaten Kupang tidak bisa hanya dilihat dari faktor individual
lebih dari 2 jam. Jarak terjauh (sangat terpencil) untuk akses pelayanan di
21
Kabupaten Kupang yang dapat dijangkau oleh transportasi darat adalah 8 jam
sedangkan untuk daerah terpencil adalah 4 jam. Hal ini akan berakibat pada
lingkungan sosial mereka. Model ini dan model ekologis dipakai untuk
tidak cukup untuk merubah perilaku. Kombinasi antara ketiga teori di atas
dilakukan dengan pendekatan berdasarkan ketiga teori. (1) Yakin dengan ancaman
terhadap diri seseorang (Saya sangat rentan terhadap infeksi); (2) Yakin dengan
respon efficacy (Ada sesuatu yang saya dapat lakukan untuk mengurangi ancaman
infeksi terhadap saya); (3) Yakin dengan personal efficacy (saya mampu membuat
perubahan ini); (4) Yakin bahwa perilaku baru konsisten dengan norma kelompok
masa, leaflet, news letter. Kedua dan ketiga menggunakan hotline. Keyakinan ke
empat perlu kemampuan komunikasi yang baik untuk negosiasi misalnya tentang
22
dari interpersonal dan komunitas. Pendekatan ini dianggap sukses dalam program
pemberantasan HIV AIDS di San Fransisco dalam tahun 1984 s/d 1988.
mengubah perilaku pribadi individu. Oleh sebab itu, pendekatan yang dilakukan
Berhubung kesehatan sangat dipengaruhi oleh perilaku, sangat penting bagi para
berperilaku dengan tidak sehat atau sehat. Pakar perilaku dan sosial memberikan
pandangan mengapa orang berperilaku demikian. Hal ini sebagai masukan untuk
Ada bukti bahwa faktor seperi ras, gender, status perkawinan dan sosio
ekonomi sangat berpengaruh terhadap kesehatan, alasan tentang hal ini adalah
masalah sosial. Usia harapan hidup, angka mortalitas rate dari berbagai jenis
penyakit sangat berbeda tajam dari satu ras dan etnis ke yang lain. Stress yang ada
bisa diakibatkan oleh masalah sosial, mempunyai efek yang luas terhadap
stress.
Teori perilaku sehat meliputi Health Belief Model, dan teori Self Efficacy
atau Locust of Control. Kedua teori berfokus pada perilaku dan keyakinan
23
tempat kerja/pekerjaan, komunitas yang lebih besar, dan nilai dan keyakinanan
kesuksesan program semacam ini memerlukan upaya publik yang intensif dan
selalu terjaga, baik dengan menjaga tidak terjadinya kembali ke perilaku tidak
sehat dan teruskan pendidikan ini ke generasi selanjutnya. Para aktivis kesehatan
masyarakat semakin yakin bahwa cara paling efektif untuk memperbaiki perilaku
memperbaiki lingkungan sosial dan fisik agar lebih kondusif bagi perilaku sehat.
faktor intra personal atau individu meliputi umur, gender, pendidikan, pekerjaan,
etnis, kepribadian, sosial ekonomi, pengetahuan, sikap dan nilai. Teori ini yang
mendukung untuk faktor intra personal. The Health Belief Model (Model
24
berupaya utuk menjelaskan dan meprediksi perilaku kesehatan. Hal ini dilakukan
pertama kali pada tahun 1950 oleh para pakar psikologi sosial Hochbaum,
Rosenstock dan Kegels yang bekerja untuk Public Health Service AS. Model ini
kesehatan sukarela untuk TBC. Sejak saat itu HBM terus diadaptasi dan digali
tindakan jika dia: (1) Merasakan bahwa suatu kondisi kesehatan negatif dapat
dihindari, (2) Punya harapan positif bahwa dengan tindakan yang dia ambil, dia
kondom cara terbaik/efektif untuk mencegah HIV), dan (3) percaya bahwa dia
kondom dengan nyaman dan yakin). HBM perlu dijelaskan dalam pemahaman
kesiapan untuk bertindak. Konsep tambahan terakhir bagi HBM adalah konsep
25
suatu tindakan dengan berhasil. Konsep ini ditambah oleh Rosenstock et al., pada
tahun 1988 untuk membantu HBM mampu menantang kebiasaan yang tidak
ACTION Perceived
benefits
versus
Age, sex, ethnicity, Barrier to
Personality
behavioral
Social economics
change
Knowlwdge
Perceived
susceptibility/ Perceived thread of Likehood of
behavioral
seriousness of disease
disease change
Cues to action
Education
symptoms
Media information
26
Perceived
Perceived
susceptibility to
Threat
Age and severity of Individual
Gender disease behaviors
Ethnicity
Personality
Sosio economics
Pereceived
knowledge
benefits
Cues to
action
Perceived
barriers
Perceived
self-efficacy
Self Efficacy adalah sebuah konsep yang dirumuskan oleh Albert Bandura
(1997), guru besar psikologi di Standford University, dan bersumber dari Social
27
People guide their lives by their beliefs of personal efficacy. Self-Efficacy refers to
beliefs in ones capabilities to organize and execute the courses of action required to
dan tantangan. Konsep Self-Efficacy terletak dalam pusat Teori Kognitif Sosial‖
teori dari Bandura, orang memiliki Self-Eficacy tinggi, yaitu, mereka memiliki
keyakinan bisa melakukan dengan baik, lebih mampu memandang tugas yang
sulit sebagai sesuatu yang harus dikuasai bukan untuk dihindari. Self Efficacy
hanya merupakan satu bagian kecil dari seluruh gambaran kompleks tentang
kehidupan manusia, tetapi dapat memberikan pemahaman yang lebih baik tentang
kehidupan itu dari segi kemampuan manusia. Keragaman kemampuan manusia ini
kondisi afektif dan psikologis (Bandura, 1997). Melalui perspektif ini, Self
28
Self Efficacy tidak spesifik bagi individu tertentu karena ini merupakan
satu konsep umum. Bandura (1997) berpendapat bahwa Self Efficacy adalah 4
kemampuan umum yang terdiri atas aspek kognitif, sosial, emosional dan
perilaku. Individu harus mampu mengolah aspek itu untuk mencapai tujuan
sebuah instrumen multi guna karena konsep ini tidak hanya berkaitan dengan
melakukan berbagai hal dalam berbagai kondisi. Self Efficacy berlaku sebagai
jika seseorang memiliki Self Efficacy yang kuat, maka ia bermotivasi tinggi dan
bahkan menunjukkan pandangan yang ekstrim dalam menghadapi suatu situasi. Self
Efficacy tidak tumbuh dengan sendirinya, tetapi terbentuk dalam hubungan segitiga
1997). Hubungan ini bersifat alami, personal dan sosial, dan mungkin terjadi proses
untuk menyelesaikan tugas khusus yang dihadapi. Self Efficacy tidak berkaitan
langsung dengan kecakapan yang dimiliki individu, melainkan pada penilaian diri
tentang apa yang dapat dilakukan dari apa yang tidak dapat dilakukan, tanpa
terkait dengan kecakapan yang dimiliki. Bandura (1997) menyatakan bahwa Self
29
informasi. Di mana pada dasarnya keempat hal tersebut adalah stimulasi atau
arousal) untuk berusaha menyelesaikan tugas atau masalah yang dihadapi. Hal ini
perasaan atas Self Efficacy (Bandura, dalam Lazarus et al., 1980). Self Efficacy
yang tinggi juga berkaitan langsung dengan keuletan, suatu ciri atau sifat yang
harapan dapat digeneralisir ke dalam situasi yang mirip atau berbeda tipis.
perilaku dan mengurangi harapan efikasi yang berasal dari suatu kegagalan. Kita
30
perilaku dan pengalaman orang lain sebagai proses belajar individu. Melalui
model ini, Self Efficacy individu dapat meningkat, terutama jika ia merasa
memiliki kemampuan yang setara atau bahkan merasa lebih baik dari pada orang
mampu melakukan hal yang sama. Meningkatnya Self Efficacy individu ini dapat
ini akan menjadi efektif jika subyek yang menjadi model tersebut mempunyai
kesulitan tugas, kesamaan situasi dan kondisi, serta keanekaragaman yang dicapai
oleh model.
bujukan atau sugesti untuk percaya bahwa ia dapat mengatasi masalah yang akan
dihadapinya. Persuasi verbal ini dapat mengarahkan individu untuk berusaha lebih
gigih untuk mencapai tujuan dan kesuksesan. Akan tetapi Self Efficacy yang
tumbuh dengan metode ini biasanya tidak bertahan lama, apalagi kemudian
sedangkan persuasi negatif menurunkan Self Efficacy. Secara umum lebih mudah
31
keadaan fisiologis yang lemah yang dialami individu akan dirasakan sebagai suatu
isyarat akan terjadi peristiwa yang tidak diinginkan, maka situasi yang menekan
dan mengancam akan cenderung dihindari. Dalam keadaan luar biasa situasi yang
kepala yang hebat, lemah, takut, muntah dan lain-lain. Persepsi seseorang pada
respon stress yang menyolok/ nyata sekali mengubah Self Efficacy. Jika sesorang
mengalami rasa ‗enek‘/ pingin mual/ „butterflies in the stomach' sebelum bicara di
depan umum dengan Self Efficacy yang rendah dapat menunjukkan tanda
ketidakmampuan diri dan dapat menurunkan Self Efficacy lebih lanjut. Ketika
menyenangkan atau relax). Empat hal tersebut dapat menjadi sarana bagi tumbuh
dan berkembangnya Self Efficacy seorang individu. Dengan kata lain Self
32
2.3 The Theory of Reasoned Action (TRA), and The Theory of Planned
Behavior (TPB)
terbaik dari perilaku adalah niat/intention, yang pada gilirannya ditentukan oleh
sikap terhadap perilaku dan persepsi normatif sosial (Subjective norm) yang
berkaitan dengan hal tersebut. TPB merupakan perluasan dari TRA dengan
memasukkan komponen utama lainnya dari teori perilaku dan telah mengusulkan
penggunaan Integrated Behavioral Model (IBM). TRA dan TPB, yang fokus
Planned Behaviour (TPB) merupakan pengembangan lebih lanjut dari TRA. Icek
yaitu persepsi kontrol perilaku (percieved behavioral control). Asumsi dasar dari
TPB adalah banyak perilaku tidak semuanya dibawah kontrol penuh individual
33
Ada beberapa tujuan dan manfaat dari teori ini, antara lain adalah untuk
dibawah kendali atau kemauan individu sendiri. Hal ini untuk mengidentifikasi
bagaimana dan kemana mengarahkan strategi untuk perubahan perilaku dan juga
untuk menjelaskan pada tiap aspek penting beberapa perilaku manusia seperti
mengapa seseorang membeli mobil baru, memilih seorang calon dalam pemilu,
mengapa tidak masuk kerja atau mengapa melakukan hubungan pranikah. Dalam
niat untuk berperilaku. Niat individu untuk menampilkan suatu perilaku adalah
kombinasi dari sikap untuk menampilkan perilaku tersebut dan norma subjektif.
normatif dan motivasi untuk patuh. Jika seseorang mempersepsi bahwa hasil dari
terhadap perilaku tersebut. Yang sebaliknya juga dapat dinyatakan bahwa jika
suatu perilaku difikirkan negatif. Jika orang lain yang relevan memandang bahwa
34
tersebut termotivasi untuk memenuhi harapan orang lain yang relevan, maka
itulah yang disebut dengan norma subjektif yang positif. Jika orang lain melihat
perilaku yang akan ditampilkan sebagai sesuatu yang negatif dan seseorang
tersebut ingin memenuhi harapan orang lain tersebut, itu yang disebut dengan
norma subjektif negatif. Sikap dan norma subjektif diukur dengan skala (misalnya
setuju. Niat untuk menampilkan suatu perilaku tergantung pada hasil pengukuran
sikap dan norma subjektif. Hasil yang positif mengindikasikan intensi berperilaku.
perilaku yang di bawah kendali individu sendiri. Jika perilaku tersebut tidak
termotivasi oleh sikap dan norma subjektifnya, ia mungkin tidak akan secara
Perbedaan utama antara TRA dan TPB adalah tambahan penentu intensi
35
seseorang memiliki control beliefs yang kuat mengenai faktor yang ada yang akan
tersebut akan memiliki persepsi yang rendah dalam mengendalikan suatu perilaku
jika ia memiliki control beliefs yang kuat mengenai faktor yang menghambat
terhadap situasi yang akan datang, dan sikap terhadap norma yang berpengaruh di
sekitar individu.
terdekat dari suatu perilaku. Semakin kuat intensi seseorang untuk menampilkan
adalah suatu fungsi dari beliefs dan atau informasi yang penting mengenai
pada suatu hasil yang spesifik. Intensi bisa berubah karena waktu. Semakin lama
perubahan intensi. Karena Ajzen dan Fishbein (1980) tidak hanya tertarik dalam
hal meramalkan perilaku tetapi juga memahaminya, mereka mulai mencoba untuk
36
adalah suatu fungsi dari dua penentu utama, yaitu 1) sikap terhadap perilaku dan
tertentu. Kepercayaan atau beliefs ini disebut dengan behavioral beliefs. Seorang
Norma subjektif juga diasumsikan sebagai suatu fungsi dari beliefs yang
secara spesifik dimana seseorang setuju atau tidak setuju untuk menampilkan
suatu perilaku. Kepercayaan yang termasuk dalam norma subjektif disebut juga
menampilkan suatu perilaku tertentu jika ia mempersepsi bahwa orang lain yang
penting berpikir bahwa ia seharusnya melakukan hal itu. Orang lain yang penting
tersebut bisa pasangan, sahabat, dokter, dan sebagainya. Hal ini diketahui dengan
cara menanyai responden untuk menilai apakah orang lain yang penting tadi
cenderung akan setuju atau tidak setuju jika ia menampilkan perilaku yang
dimaksud.
Masalah terkait TRA akan muncul jika teori tersebut diaplikasikan pada
perilaku yang tidak sepenuhnya di bawah kendali seorang individu tersebut. TPB
37
perilaku tersebut berada pada suatu titik dalam suatu kontinum dari sepenuhnya di
suatu perilaku. Dalam keadaan ekstrim yang sebaliknya, mungkin sama sekali
adanya kesempatan, karena tidak adanya sumber daya atau ketrampilan. Faktor
pengendali tersebut terdiri atas faktor internal dan eksternal. Faktor internal antara
yang ke tiga yang disebut perceived behavioral control (PBC) untuk mengatasi
bahwa tampil atau tidaknya suatu perilaku yang dimaksud adalah di bawah
pengendaliannya. Orang cenderung tidak akan membentuk suatu intensi yang kuat
sikap yang positif dan ia percaya bahwa orang lain yang penting baginya akan
langsung melalui intensi. Jalur langsung dari PBC ke perilaku diharapkan muncul
ketika terdapat keselarasan antara persepsi mengenai kendali dan kendali yang
38
aktual dari seseorang atas suatu perilaku. Theory of Planned Behavior dapat
External
Variabels
Behavioral
beliefs
Demographic attitude
variabels Evaluation of
behavioral
outcomes
Attitude
towards
targets Normative
beliefs
Personality Intention to
Subjective
traits perform the
norm Behavior
Motivation behavior
Other individual to comply
difference
variabels
Control
beliefs
Perceived
control
Perceived
power
* Catatan: daerah terang Atas menunjukkan Theory of Reasoned Action, dan yang berwarna
adalah Theory of Planned Behavior
baru dari Teori Belajar Sosial (Social Learning Theory) yang dikembangkan oleh
Albert Bandura (1977). Penamaan baru dengan nama Teori Kognitif Sosial ini
dilakukan pada tahun 1970-an dan 1980-an. Ide pokok dari pemikiran Bandura
(Bandura, 1962) juga merupakan pengembangan dari ide Miller dan Dollard
39
seseorang dalam proses belajar sosial. Teori ini sangat berperan dalam
mempelajari efek dari isi media massa pada khalayak media di level individu.
Sudah jelas bahwa konsep utama dari teori sosial kognitif adalah
Jika ada seorang "model" di dalam lingkungan seorang individu, misalnya saja
publik seperti para tokoh publik di bidang berita dan hiburan, proses belajar dari
individu ini akan terjadi melalui cara memperhatikan model tersebut. Terkadang
perilaku seseorang bisa timbul hanya karena proses modeling. Modeling atau
perilaku yang langsung dan mekanis (Baran and Davis, 2000). Sebagai contoh,
ketika seorang ibu mengajarkan anaknya bagaimana cara mengikat sepatu dengan
maka proses ini disebut proses modeling. Sebagai tambahan bagi proses peniruan
ditampilkan oleh media. Orang bisa meniru bagaimana cara memasak kue bika
dalam sebuah acara kuliner di televisi, atau misalnya orang bisa meniru
bagaimana cara merawat kehamilan dalam suatu acara di televisi oleh Perawat.
contoh yang ditampilkan lebih mudah dari bagaimana cara membuat kue bika,
merawat kehamilan. Di dalam kasus ini, teori kognitif sosial kembali ke konsep
40
merupakan bentuk utama dari cara belajar seseorang. Proses penguatan juga
merupakan konsep sentral dari proses belajar sosial. Penguatan bekerja melalui
effects) di dalam teori kognitif sosial. Inhibitory effects terjadi ketika seseorang
melihat seorang model yang diberi hukuman karena perilaku tertentu, misalnya
penangkapan dan vonis hukuman terhadap seorang artis penyanyi terkenal karena
terlibat dalam pembuatan video porno. Dengan mengamati apa yang dialami
model tadi, akan mengurangi kemungkinan orang tersebut mengikuti apa yang
dilakukan sang artis penyanyi terkenal itu. Sebaliknya, Disinhibitory effects terjadi
ketika seseorang melihat seorang model yang diberi penghargaan atau imbalan
sebagai bidan teladan dan mendapatkan hadiah dari presiden, serta ditawari
Menurut teori ini, orang juga akan mencoba mengikuti jejak sang bidan ini.
hukuman yang sebenarnya, tetapi dari penguatan atas apa yang dialami orang lain
41
melihat seorang model diberi penghargaan dan dihukum, kita akan berharap
mendapatkan hasil yang sama jika kita melakukan perilaku yang sama dengan
sejauh mana penguatan tertentu yang diamati itu dipandang sebagai sebuah
melahirkan di Puskesmas yang berakibat pada kematian ibu atau bayi bahkan
kematian ibu dan bayi, memang pantas mendapatkan sangsi secara psikologis
karena mengabaikan kesehatan serta keselamatan ibu dan anak. Akan tetapi teori
dilakukan oleh orang lain dalam kasus tersebut mendapatkan imbalan berupa
simpati atau bahkan tidak mendapatkan sangsi dan perlu mendapat perhatian
khusus karena dianggap sebagai korban, meskipun ibu dan suami bahkan keluarga
mengetahui dan menyadari bahwa apa yang dilakukannya tidak sesuai dengan
fasilitas kesehatan yang memadai yaitu Puskesmas PONED. Hal ini akan
42
konsep lain yang dikemukakan teori ini yang akan mempengaruhi sejauh mana
belajar sosial berperan. Salah satu tambahan yang penting bagi teori ini adalah
psikologis yang kuat dengan sang model, proses belajar sosial akan lebih terjadi.
Menurut White (1972), identifikasi muncul mulai dari ingin menjadi hingga
berusaha menjadi seperti sang model dengan beberapa kualitas yang lebih besar.
Misalnya seorang anak yang mengidolakan seorang atlit sepakbola, mungkin akan
meniru atlit tersebut dengan cara menggunakan kostum yang sama dengan atlit
juga misalnya seorang ibu hamil mengidolakan artis tertentu, mungkin akan
meniru artis tersebut dengan cara menggunakan pakaian yang sama selama hamil
dengan Self-Efficacy atau Self Efficacy (Bandura, 1977a) dan hal ini dipandang
sebagai sebuah prasyarat kritis dari perubahan perilaku. Misalnya dalam kasus
sebelumnya. Teori kognitif sosial menyatakan bahwa tak semua orang akan
43
kehamilan tersebut sebagai sesuatu hal yang biasa dan mempunyai keyakinan
bahwa merawat kehamilan merupakan hal yang biasa dan tak perlu karena
kehamilan tersebut tidak membutuhkan perawatan khusus. Dalam hal ini orang
tersebut dianggap tidak mempunyai tingkat Self Efficacy yang cukup untuk belajar
atas proposisi bahwa baik proses sosial maupun proses kognitif adalah sentral
bagi pemahaman mengenai motivasi, emosi, dan tindakan manusia. Teori kognitif
sosial akan menyajikan prinsip teori tersebut yang mencakup: 1) Asumsi tentang
hakikat dan kemampuan manusia; 2) Lima kapabilitas kognitif dasar yang dimiliki
dan fungsinya; 7) Fungsi tujuan (goal); 8) Aplikasi teori kognitif sosial dalam
konseling.
44
yang sudah dimiliki orang; 3) Perilaku model dapat berfungsi sebagai stimulus
dan isyarat bagi orang untuk melaksanakan perilaku yang sudah dimilikinya;
secara tepat. Tingkat keberhasilan belajar itu ditentukan oleh karakteristik model
kejelasannya, daya tarik personalnya, dan nilai fungsional perilaku model itu.
masa lalunya. 2) Proses retensi (retention processes). Agar efektif, modeling harus
disimpan dalam ingatan. Retensi ini dapat dilakukan dengan cara menyimpan
verbal yang mudah dipergunakan. Materi yang bermakna bagi pengamat dan
menambah pengalaman sebelumnya akan lebih mudah diingat. Cara lain untuk
45
akurat tentang perilaku model untuk dibandingkan dengan umpan balik sensoris
memberikan umpan balik bila pengamat melakukan kinerja yang tidak tepat.
yang sudah dipelajarinya atau tidak, tergantung pada motivasinya. Pengamat akan
positif; dan (c) pengamat melihat bahwa perilaku tersebut bermanfaat bagi model
itu sendiri. Antisipasi terhadap akibat yang positif dan negatif menentukan aspek
yang mana dari perilaku model itu yang diamati atau diabaikan oleh pengamat.
Orang dapat belajar keterampilan berpikir dengan mengamati model. Akan tetapi,
sering kali proses berpikir yang tersirat tidak terungkapkan secara memadai oleh
46
pemrosesan kognitif pada saat dan sebelum pengamat melakukan suatu respon.
antisipasi imbalan dari penggunaan perilaku model. Lebih jauh, imbalan yang
keharusan.
itu untuk melakukan penyesuaian dalam aspek ruang dan waktu dari kinerjanya,
47
positif dan negatif dari tindakannya. Akan tetapi, proses belajar itu tidak berhenti
konsepsi dan aturan perilaku. Juga, jika konsekuensi respon itu dipandang bernilai
tinggi, maka ini akan mendorong dan memperkuat perilaku. Dengan kata lain,
dan insentifnya. Terdapat tiga insentif penting yang berfungsi sebagai sistem
48
Terdapat dua klasifikasi besar motivator eksternal, yaitu motivator biologis dan
deprivation) dan rasa sakit fisik (physical pain). Motivator kognitif beroperasi
dengan dua cara utama. Pertama, melalui antisipasi terhadap konsekuensi masa
dengan insentif materi, misalnya makanan atau rasa sakit ; 2) yang berhubungan
status dan kekuasaan. Kedua, motivator kognitif beroperasi melalui standar internal
itu, konsekuensi yang diamati dapat mengubah nilai insentif eksternal. Misalnya,
orang yang mengamati kinerja serupa yang dilakukan orang lain yang lebih dipuji
daripada jika tidak tahu tentang umpan balik orang lain. Melihat perilaku orang
49
akan meniru perilaku itu. Lebih jauh, rewarded modelling pada umumnya lebih
konstruktif merupakan cara yang lebih efektif untuk menghilangkan perilaku yang
tak diinginkan. Pengamatan terhadap konsekuensi respon yang dialami orang lain
positif dan negatif. 2) Fungsi motivasi. Fungsi informasi akan mengarah pada
fungsi motivasi dalam membangkitkan ekspektasi pada diri pengamat bahwa dia
3) Fungsi pembangkitan emosi. Pengamat dapat belajar tentang hal yang dapat
mengakibatkan rasa senang atau tidak senang. Akan tetapi, banyak rasa takut yang
(valuation). Misalnya, nilai dan standar internal perilaku pengamat dapat berubah
standarnya sendiri.
50
depan. Mereka harus menciptakan pedoman dan motivator bagi tindakan yang
ini. Jadi, standar internal ini dapat berfungsi sebagai self incentive. Dengan kata
Pengaturan sendiri atas perilaku ini melibatkan tiga subproses: (1) pengamatan
diri (self observation), (2) proses penilaian diri (judgemental process), dan
Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa asumsi dari teori sosial
kognitif adalah bahwa proses belajar akan terjadi jika seseorang mengamati
seorang model yang menampilkan suatu perilaku dan mendapatkan imbalan atau
hukuman karena perilaku tersebut. Melalui pengamatan ini, orang tersebut akan
perilaku yang sama dengan sang model. Harapan ini akan mempengaruhi proses
belajar perilaku dan jenis perilaku berikutnya yang akan muncul. Namun, proses
belajar ini akan dipandu oleh sejauh mana orang tersebut mengidentifikasi dirinya
dengan sang model dan sejauh mana ia merasakan Self Efficacy tentang perilaku
Melalui dasar pemikiran ini, aplikasi dari teori kognitif sosial dengan
banyak model yang kita pelajari adalah model yang kita lihat, dengar, atau baca di
51
media massa. Model ini bisa jadi merupakan orang yang kita amati dalam siaran
berita atau program dokumenter. Mereka juga bisa saja karakter yang kita lihat
dalam program drama/sinetron/film layar lebar atau televisi atau juga karakter
dalam buku novel. Bisa juga mereka adalah para penyanyi atau penari yang kita
dengar dan lihat melalui radio atau CD dan VCD musik. Singkat kata, begitu
banyaknya model yang ditampilkan media akan dapat mengubah perilaku baik
Dampak terbesar dari teori sosial kognitif adalah dalam penelitian tentang
kekerasan dalam media (media violence). Gunter (1994) melakukan tinjauan atas
riset tentang dampak dari kekerasan yang ditampilkan di media pada anak dan
orang dewasa, dan ia menyimpulkan bahwa terdapat bukti campuran yang kuat
perilaku, sikap dan kognisi dari penonton. Teori sosial kognitif, yang amat
tergantung pada perilaku yang mendapatkan imbalan maupun hukuman, dan juga
tergantung pada sejauh mana penonton mengidentifikasi diri mereka pada model
kekerasan dalam media. Tentu saja, riset awal Bandura (1962) dan Berkowitz
menambahkan kompleksitas untuk persamaan ini, dengan alasan bahwa isu seperti
kecenderungan perilaku agresif yang sudah ada, proses kognitif media, realita
52
yang digambarkan media dan bahkan diet bisa mempengaruhi sejauh mana
Aplikasi dari teori sosial kognitif pada studi tentang kekerasan melalui
aplikasi yang lebih berguna dari teori sosial kognitif ini. Makin banyak saja para
bagaimana telenovela yang disiarkan di banyak negara selain dapat menghibur juga
dapat menyampaikan isu tentang keluarga berencana, persamaan hak pria dan wanita,
dan reformasi pertanian. Banyak juga opera sabun Amerika yang memang dibuat
dalam kerangka sosial kognitif yaitu dengan menggunakan karakter yang menarik
secara nyata.
Burung digunakan artis terkenal atau tokoh yang menarik yang karena mengikuti
Pemakaian artis terkenal atau tokoh yang menarik akan memicu orang untuk lebih
53
(5) moral disengagement. Lihat tabel 2.2 dan cara untuk meningkatkan self
Collective efficacy/ Beliefs about the ability of a group Organization of parents‘ groups
Efikasi kolektif to perform concerted actions that to organize safe parties and
bring desired outcomes/ advocate other environmental
Keyakinan tentang kemampuan changes to reduce underage
kelompok untuk melakukan alcohol use (Perry and others,
tindakan bersama yang membawa 2002). Kelompok organisasi
hasil yang diinginkan orang tua untuk mengorganisir
pihak aman dan advokat
lainnya perubahan lingkungan
untuk penggunaan alcohol di
bawah umur (Perry dan lain-
lain, 2002).
54
55
Tabel 2.3 Metode Peningkatan Self Efficacy (Methods for Increasing Self
Efficacy)
Mastery experience/ Enabling the person to succeed in attainable but increasingly challenging
Penguasaan performances of desired behaviors. The experience of performance
pengalaman mastery is the strongest influence on self efficacy belief./
Mengaktifkan/membantu orang untuk berhasil dalam mencapai
pertunjukan tetapi semakin menantang perilaku yang diinginkan.
Pengalaman penguasaan kinerja adalah pengaruh kuat pada keyakinan
Self Efficacy.
Social modeling/ Showing the person that others like themselves can do it. This should
Pemodelan sosial include detailed demonstrations of the small steps taken in the attainment
of a complex objective./ Menunjukkan pada orang bahwa orang lain
seperti mereka bisa melakukannya. Hal ini harus mencakup demonstrasi
rinci tentang langkah-langkah kecil yang diambil dalam pencapaian
tujuan yang kompleks.
Improving physical Making sure people are well-rested and relaxed before attempting a new
and emotional states/ behavior. This can include efforts to reduce stress and depression while
Memperbaiki status building positive emotions—as when ―fear‖ is re-labeled as
fisik dan emosional ―excitement.‖/ Membuat orang lain yakin dengan baik beristirahat dan
santai sebelum mencoba perilaku baru. Hal ini dapat mencakup upaya-
upaya untuk mengurangi stres dan depresi sambil membangun emosi
positif seperti ketika "ketakutan" adalah kembali diberi label sebagai
"kegembiraan."
Verbal persuasion/ Telling the person that he or she can do it. Strong encouragement can
Persuasi verbal boost confidence enough to induce the first efforts toward behavior
change./ Mengatakan pada orang lain bahwa ia bisa melakukannya.
Dorongan yang kuat dapat meningkatkan kepercayaan diri yang cukup
untuk mendorong upaya pertama menuju perubahan perilaku.
Keluarga merupakan unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari kepala
keluarga dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di suatu tempat di
bawah satu atap dalam keadaan saling ketergantungan (Departemen Kesehatan RI,
56
1988). Keluarga memiliki 5 (lima) fungsi yaitu fungsi biologis, psikologi, sosial
budaya dan sosiologi, sosial serta pendidikan. Fungsi keluarga yang terkait
dengan pelayanan kesehatan ibu hamil, melahirkan dan nifas adalah fungsi
memberikan makanan bagi keluarga dan memenuhi kebutuhan gizi, merawat dan
melahirkan dan nifas maka tugas keluarga menjadi sangat penting. Sebagian besar
masyarakat NTT termasuk jenis keluarga besar (extended family) adalah keluarga
inti ditambahkan dengan sanak saudara. Misalnya : kakak, nenek, keponakan, dan
ada juga keluarga yang dominan dan memegang kekuasaan dalam keluarga adalah
Keluarga yang baik adalah keluarga yang mengenal masalah yang ada di
keluarga. Ada komunikasi yang baik diantara anggota keluarganya. Misalnya pada
saat ibu hamil, ibu sebaiknya memberitahu pada keluarga agar keluarga
57
kebutuhan keluarga yang tidak boleh diabaikan karena tanpa kesehatan segala
sesuatu tidak akan berarti dan karena kesehatanlah kadang seluruh kekuatan
sumber daya dan dana keluarga habis. Keluarga perlu mengenal keadaan
apapun yang dialami anggota keluarga secara tidak langsung menjadi perhatian
kapan terjadinya, perubahan apa yang terjadi, dan seberapa besar perubahannya.
penting, harus dilakukan bagi keluarga dalam pelayanan kesehatan ibu hamil,
mengetahui masalah yang dialami oleh ibu tetapi keluarga tidak mampu
kematian ibu. Tugas ini merupakan upaya keluarga yang utama untuk mencari
58
praktisi lokal (dukun) dan sangat bergantung pada : (1) Apakah masalah dirasakan
oleh keluarga. (2) Apakah kepala keluarga merasa menyerah terhadap masalah
yang dihadapi salah satu anggota keluarga (3) Apakah kepala keluarga takut
akibat dari terapi yang dilakukan terhadap salah satu anggota keluarganya (4)
Apakah kepala keluarga percaya terhadap petugas kesehatan (5) Apakah keluarga
keputusan bersama dan akan menjadi tanggung jawab semua anggota keluarga.
Konflik antar anggota keluarga tidak terjadi dan semua anggota keluarga akan
puas. Hal ini biasa dilakukan oleh keluarga melalui musyawarah dalam keluarga.
Pengambilan keputusan keluarga tipe ini membutuhkan waktu yang lama karena
dicirikan oleh adanya orang yang dominan, sehingga keputusan yang diambil
adalah dengan menerima pendapat orang yang dominan tersebut, karena hanya
orang tertentu yang akan merasa puas, maka ada dua akibat dari pengambilan
keputusan ini, yakni: keputusan ini akan dilakukan oleh orang lain dengan
59
persyaratan dan dalam melaksanakan keputusan akan didominasi oleh orang yang
diambil karena terpaksa. Hal ini bisa dilakukan oleh keluarga yang terpaksa harus
trimester III walaupun tak ada keluhan daripada diskusi yang dapat menyebabkan
keluarga belum memahami tentang tanda bahaya kehamilan, persalinan dan nifas,
antara suami dan istri dalam mengambil keputusan, dengan tanpa menghilangkan
http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/47437/BAB%20II%20Tinj
auan%20Pustaka_%20I11orm.pdf (sitasi 2 Juli 2013)
2009).
60
akan membebaskan orang yang sakit dari peran atau tangung jawabnya secara
penuh. Pemberian perawatan secara fisik merupakan beban paling berat yang
Dukungan keluarga juga dipengaruhi oleh kelas sosial ekonomi orang tua yang
meliputi tingkat pendapatan atau pekerjaan orang tua dan tingkat pendidikan.
Dalam keluarga kelas menengah, suatu hubungan yang lebih demokratis dan adil
mungkin ada, sementara dalam keluarga kelas bawah, hubungan yang ada lebih
otoritas atau otokrasi. Selain itu orang tua dengan kelas sosial menengah
mempunyai tingkat dukungan, afeksi dan keterlibatan yang lebih tinggi daripada
terutama dilakukan oleh keluarga pada saat ibu melahirkan dengan menyediakan
makanan yang bergizi, memberikan perhatian yang lebih kepada ibu hamil
yang memadai bagi ibu saat melahirkan agar ibu dapat melahirkan dengan
selamat, bayi selamat serta ibu dan bayi sehat. Perhatian dari keluarga ini
menyebabkan masih ada ibu hamil yang memilih untuk melahirkan di rumah saja
bukan fasilitas kesehatan. Karena suasana rumah yang menyenangkan dan terjaga
61
privacy ibu. Hal ini perlu menjadi perhatian dari Petugas kesehatan untuk
yang memadai. Dengan bersikap ramah, kesediaan untuk melayani, emphaty serta
keluarga terhadap fasilitas kesehatan yang ada, (4) Apakah fasilitas kesehatan
kebutuhan pelanggan yang dinyatakan atau tersirat. Menurut Goetsh dan Davis
dalam Sari (2008) kualitas merupakan suatu kondisi dinamis yang berhubungan
engan produk, jasa, manusia, proses dan lingkungan yang memenuhi atau melebihi
harapan.
kepada pihak eksternal. Penampilan dan kemampuan sarana dan prasarana fisik
62
bukti nyata dari pelayanan yang diberikan oleh pemberi jasa. Hal ini meliputi
fasilitas fisik (contoh: gedung, gudang, dan lain-lain), perlengkapan dan peralatan
dengan yang dijanjikan secara akurat dan cepat. Kinerja harus sesuai dengan
harapan pelanggan yang berarti ketepatan waktu, pelayanan yang sama untuk
semua pelanggan tanpa kesalahan, sikap yang simpatik, dan dengan akurasi yang
dan memberikan pelayanan yang cepat (responsif) dan tepat kepada pelanggan,
tulus dan bersifat individual atau pribadi yang diberikan kepada para pelanggan
63
(1) Menyediakan jasa sesuai dengan yang dijanjikan. (2) Keandalan dalam
pada saat pertama. (4) Menyediakan jasa pada waktu yang dijanjikan.
kesediaan membantu pelanggan dan memberikan layanan tepat waktu : (1) Selalu
memberi tahu pelanggan tentang kapan pelayanan akan dilaksanakan. (2) Layanan
transaksi mereka. (3) Karyawan yang selalu sopan. 4) Empati merupakan kondisi
dengan cara yang penuh perhatian. (3) Mengutamakan kepentingan terbaik bagi
pelanggan. (4) Karyawan yang memahami kebutuhan pelanggan mereka. (5) Jam
personel dan bahan komunikasi (2) Peralatan modern. (3) Fasilitas yang tampak
menarik secara visual. (4) Karyawan yang memiliki penampilan rapi dan
64
tarik visual.
dan terpercaya termasuk didalamnya ketepatan waktu, pelayanan yang sama bagi
(jaminan kepastian) : jaminan akan mendapatkan pelayanan secara benar dan tepat
65
dikenal pula sebagai indikator mutu layanan yang terdiri atas : 1) Reliability :
Produk atau jasa yang dapat disampaikan dapat diandalkan, dipercaya dan dapat
tepat seusia dengan yang dijanjikan. Consistently berarti secara terus menerus
produk/jasa yang disampaikan sesuai dengan janji yang pernah diberikan oleh
dengan rasa hormat dan sopan. Kemudian proses penyampaian dapat pula
menimbulkan rasa percaya dan yakin akan jaminan sembuh. Indikatornya adalah
3) Tangible. Adalah tampilan fisik fasilitas, alat dan tenaga. Tampilan fisik
dapat dimulai dari kerapian pakaian dan keramahan. 4) Emphaty. Empati adalah
kesediaan pemberi jasa untuk mendengarkan dan adanya perhatian akan keluhan,
informasi cara minum obat, member informasi untuk kunjungan ulang, dan lain-
cepat dan mau membantu pasien. Indikatornya adalah : (1) waktu tunggu di loket
66
sebab apapun, tanpa melihat usia dan lokasi kehamilan, oleh setiap penyebab yang
bukan oleh kecelakaan atau insidental (faktor kebetulan). Hal ini sesuai dengan
jumlah kematian maternal selama satu periode waktu dalam 100.000 kelahiran
hidup.
tahun sejumlah 500.000 orang perempuan meninggal dunia akibat kehamilan dan
bermakna rasio kematian maternal di Swedia dari 300 per 100.000 kelahiran
hidup pada tahun 1935 dan di Amerika Serikat 600 per 100.000 kelahiran hidup
pada tahun 1950 menjadi 20 - 30 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 1960.
67
dari 600 kematian maternal per 100.000 kelahiran hidup menjadi 159 per 100.000
kelahiran hidup pada tahun 1989 dan menurun kembali tajam menjadi 83 per
rasio kematian maternal dari 400 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 1960
menjadi 50 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 1984. Malaysia dan Srilangka
juga mampu menurunkan rasio kematian maternal lebih dari 50% dalam periode
yang sama. Pencapaian yang luar biasa ini dilakukan melalui berbagai upaya dan
perbaikan kebijakan kesehatan serta peran aktif dari organisasi profesi dalam
perbaikan kualitas pelayanan, sistem jaga mutu dan perbaikan kinerja serta
manajemen informasi yang baik untuk menilai kemajuan program dan hasil
Indonesia, Bangladesh dan India merupakan negara dengan AKI yang cukup
tinggi, yaitu masing - masing 450, 450 dan 410 per 100.000 KH (Depkes RI,
2000).
Serikat dari satu persen di Indonesia 75 sampai 85% persen kematian maternal
berkaitan dengan satu atau kombinasi 3 (tiga) jenis kondisi komplikasi maternal
68
obstetrik langsung (WHO, 1985 ; Unicef, 1988, dalam Widjono, 2008). Baik di
pada kurun post partum ; lebih dari 60 persen terjadi pada post partum ; dari
kematian post partum ini 45% terjadi dalam satu hari, lebih sari 65 % terjadi
dalam satu minggu dan lebih dari 80 % terjadi dalam 2 minggu post partum. Jadi
satu hari sampai satu minggu post partum merupakan kurun waktu kritis bagi
perawatan obstetrik (Lie et al, 1996 dalam Widjono 2008). Sebagian besar
komplikasi obstetrik yang berkaitan dengan kematian ibu tidak dapat dicegah dan
ibu sebagai hak asasi manusia dan menempatkan keselamatan ibu sebagai suatu
bentuk investasi sosial ekonomi yang penting. Penyebab angka kematian ibu di
tidak dapat segera dirujuk ke fasilitas pelayanan kesehatan yang lebih mampu.
Faktor waktu dan transportasi merupakan hal yang sangat menentukan dalam
penanganan dan rujukan ibu hamil beresiko sejak dini, serta identifikasi tempat
persalinan yang tepat bagi ibu hamil sesuai dengan risiko kehamilan yang
69
ekonomi masyarakat. Hal ini disebabkan karena satu atau lebih anak menjadi
piatu, penghasilan keluarga berkurang atau hilang sama sekali. Ditambah lagi saat
ini jumlah perempuan yang bekerja makin banyak sehingga kontribusi mereka
juta anak meninggal menyusul kematian ibu mereka. Anak-anak yang ibunya
memiliki ibu yang masih hidup. Kematian maternal juga sering dipakai sebagai
ini didasarkan angka kematian maternal sangat erat kaitannya dengan perubahan
kematian ibu, seperti Gerakan Sayang Ibu (GSI), Buku KIA, Safe Motherhood :
satunya adalah mengurangi angka kematian ibu (AKI) di seluruh dunia sebesar
75% dari tahun 1900 ke 2015. Sebagai gambaran pada tahun 1990 AKI di
di tahun 2015 akan menjadi 102/100.000 kelahiran hidup. Di sisi lain berdasarkan
analisis trend penurunan AKI periode 1900 - 2015 ternyata diperkirakan hanya
70
akan mencapai 52-55% sehingga kemungkinan besar target MDG‘s tetang AKI di
Tingginya angka kematian ibu diatas dipengaruhi oleh banyak faktor dan
digolongkan menjadi dua faktor besar yaitu faktor medis/langsung dan faktor non
obstetrik atau penyakit kronik yang menjadi lebih berat selama masa kehamilan,
Infeksi (11%), Abortus (5%), partus lama, trauma obstetrik (5%), emboli obstetrik
(3%). Sebagian kematian maternal banyak terjadi pada saat persalinan, melahirkan
Jumlah paritas satu dan paritas diatas tiga telah terbukti meningkatkan angka
kematian maternal dibanding paritas 2-3, selain itu faktor umur ibu melahirkan
juga menjadi faktor risiko kematian ibu, dimana usia muda yaitu < 20 tahun dan
usia tua ≥ 35 tahun pada saat melahirkan menjadi faktor risiko kematian maternal,
sedangkan jarak antara tiap kehamilan yang dianggap cukup aman adalah 3-4
(terlalu muda, terlalu tua, terlalu rapat jarak kehamilan dan terlalu banyak). Selain
faktor medis dan reproduksi, faktor non-medis turut menambah parah risiko
71
Hal ini sesuai dengan penelitian Widarsa, (2002) yang menyatakan bahwa
frekuensi pemeriksaan ante natal/ ante natal care (ANC) < 4 kali memiliki risiko
kematian ibu dengan OR 11,7. Pemeriksaan kehamilan yang baik dan tersedianya
fasilitas rujukan bagi kasus risiko tinggi dapat menurunkan angka kematian ibu
(www.library.usu.ac.id, 2008).
risiko kematian maternal, padahal pada dasarnya faktor tersebut dapat mudah
untuk dicegah dan dihindarkan. Kematian maternal yang disebabkan oleh faktor
pelayanan dibawah standar, harus dapat ditemukan masalahnya. Oleh sebab itu
penting dilakukan upaya untuk identifikasi seberapa besar faktor risiko tersebut
mempunyai peluang yang besar untuk dapat melakukan pertolongan yang adekuat
untuk menurunkannya.
72
dan menjadi penyebab langsung dan tidak langsung dari identifikasi kematian ibu
dan bayi, kehamilan remaja, unsafe abortion, Berat badan lahir rendah (BBLR) dan
6) Infeksi 5-10%.
hamil laktasi yang berkaitan dengan status sosial ekonomi 4) kebodohan dan
angka kematian ibu dan bayi 6) masalah perilaku seksual terjadi kehamilan yang
memadai 2) status kesehatan dan gizi wanita rendah anemia 67% pada ibu hamil
yang berat sekalipun sedang hamil tua karena harus ikut serta menunjang
kebutuhan sosial ekonomi keluarga 4) budaya komunal sehingga saat yang kritis
73
keluarga. Nasib dan kelangsungan hidup anak banyak tergantung kepada ibunya.
bayi yang lahir yang ibunya meninggal dalam kurun waktu maternal akan
meninggal sebelum usia 1 tahun. Untuk satu ibu yang meninggal, 2 (dua) anak
74
perhatian dan belas kasihan orang lain. Mereka ada yang dititip di panti asuhan,
dipelihara keluarga, dan ada yang lebih beruntung dan lebih terawat jika diadopsi
oleh keluarga mapan. Kenyataannya masih banyak dari mereka yang terabaikan,
hidup anak.
Kematian ibu atau disebut juga kematian maternal adalah kematian ibu
maternal disebabkan oleh berbagai faktor yang langsung maupun yang tidak
diperkirakan 60% terjadi pada periode setelah melahirkan (post natal). Dari
kematian post natal ini 45% terjadi pada hari pertama, meningkat lebih dari 65%
terjadi dalam kurun waktu satu minggu dan dalam 2 minggu, kematian dapat
mencapai 80% (Lie et al, 1996 dalam Widjono, 2008). Jika di suatu Kecamatan
kurun waktu kritis bagi perawatan ibu melahirkan. Pada periode ini sangat penting
peran dari bidan untuk melakukan kunjungan rumah dalam rangka perawatan
75
1. Perdarahan
(lebih dari 4) dengan kontraksi rahim yang kurang baik, sehingga placenta tidak
sepenuhnya lepas. Sisa placenta ini yang menyebabkan perdarahan terus berlanjut
meskipun bayi telah lahir. Penyebab lain perdarahan post partum adalah
persalinan lama, rahim robek dan lain-lain. Apabila hal ini tidak segera ditangani,
sejak terjadinya komplikasi perdarahan sampai meninggal bila tidak ada tindakan
adalah 2 jam pada perdarahan setelah melahirkan (post natal) dan 12 jam pada
perdarahan sebelum (Unicef, 1992 dikutip dari Wijono, 2008). Dengan demikian
penting SIAGA transportasi gawat darurat yang siap selama 24 jam untuk
RS PONEK.
wanita anemia mempunyai risiko kematian maternal 4 kali lebih tinggi dibanding
dengan wanita yang tidak anemia. Apabila kadar hemoglobin kurang dari 8 gram %,
risiko kematian maternal meningkat sekitar delapan kali lebih tinggi dibanding
2. Infeksi
kecil. Namun demikian, persalinan macet, ketuban pecah dini, pemeriksaan dalam
76
yang terlalu sering, peralatan yang kurang steril dan lingkungan persalinan yang
tidak higienis meningkatkan risiko infeksi. Perkiraan lama waktu sejak terjadi
komplikasi persalinan macet dan/atau infeksi bila tidak ada tindakan berkisar dari
Komplikasi maternal ada yang dapat dicegah tetapi ada yang tidak dapat
dicegah namun dapat dihindari kematian maternal. Komplikasi abortus dan sepsis
post partum dapat dicegah melalui persalinan yang aseptik namun komplikasi
karena dapat terjadi pada setiap ibu hamil yang sebelumnya tidak mempunyai
faktor risiko. Bahkan pada ibu hamil yang di screening sehat tanpa faktor risiko,
dapat dihindari apabila mendapatkan pelayanan medis yang cepat dan tepat
dengan sectio. Untuk itu diperlukan kecepatan dan ketepatan dalam pengambilan
3. Eklampsi
dengan tekanan darah tinggi, edema tungkai, dan proteinuri. Kondisi ini biasanya
terjadi pada kehamilan trimester kedua dan ketiga dan umumnya terjadi pada ibu
dengan faktor genetic, faktor usia, jumlah anak, dan riwayat hipertensi. Apabila
kondisi ini tidak ditangani secara baik, preeklampsia akan menjadi eklampsia.
Yang ditandai dengan tekanan darah yang sangat tinggi dan kejang, perdarahan
77
otak dan solusio plasenta. Kondisi ini akan mengancam jiwa ibu hamil maupun
eklampsia sampai meninggal bila tidak ada tindakan sekitar 2 hari (Unicef, 1992,
dikutip dari Widjono, 2008). Dari mereka yang selamat atau berhasil hidup
faktor kedudukan dan peranan wanita, sosial ekonomi, sosial budaya, pendidkan,
4 terlalu dan 3 terlambat. Empat terlalu ; (1) terlalu muda untuk hamil ataupunya
anak (< 20 tahun), (2) terlalu banyak melahirkan (> 4 anak), (3) terlalu rapat jarak
kelahiran (< 2 tahun) dan (4) terlalu tua melahirkan (> 35 tahun). Tiga terlambat
1. Empat terlalu
Mencegah lebih mudah dari pada mengobati, sesuai dengan MDGs 4 dan
5 tentang kematian anak balita serta kesejahteraan ibu maka untuk mencegah
kematian maternal dan bayi balita cara yang paling sederhana adalah mencegah
agar ibu tidak hamil, sehingga tidak melahirkan dan tidak mempunyai bayi
sehingga berisiko untuk terjadinya kematian maternal serta kematian bayi /balita
78
melalui program keluarga berencana (KB). Apabila kehamilan sudah terjadi baik
yang diinginkan maupun tidak diinginkan maka kita perlu mewaspadai dan
memberikan perhatian lebih pada kehamilan yang terjadi pada ibu hamil dengan 4
terlalu karena mungkin ada beberapa masalah yang akan timbul saat persalinan
misalnya perdarahan.
Pertama. Terlalu muda punya anak. Kehamilan yang terjadi pada seorang
perempuan usia terlalu muda (<20 tahun), secara fisik/anatomi sebenarnya belum
siap karena rahim dan panggul belum tumbuh mencapai ukuran dewasa. Pada usia
muda secara psikologis juga ibu belum siap. Kehamilan terjadi mungkin karena
suatu kehamilan yang tidak diinginkan. Pada kondisi ini biasanya ibu hamil malu
Apabila ibu hamil tidak ke Puskesmasdan memilih berdiam diri di rumah maka
ibu hamil tidak mendapatkan akses pelayanan kesehatan (ante natal care).
Kondisi ini akan membuat kehamilan tidak terawat, gangguan pertumbuhan dan
Kedua. Terlalu banyak melahirkan (> 4 kali). Bila ibu terlalu terlalu sering
persalinan lebih tinggi antara lain perdarahan. Banyak anak banyak rejeki, slogan
semacam ini sepertinya sudah tidak berlaku lagi namun mengapa sampai ibu
masih hamil lagi. Ada berbagai faktor yang menyebabkan, antara lain faktor sosial
79
budaya. Dalam budaya Timor wanita harus melahirkan anak laki-laki karena anak
melahirkan anak laki-laki walaupun ibu sudah melahirkan lebih dari 4 (empat)
kali.
gender karena sebenarnya antara anak laki-laki dan perempuan sama saja. tidak
menimbulkan ketidakadilan gender : (1) tidak ada kekerasan dalam rumah tangga
baik fisik, maupun psikologis karena tidak melahirkan anak laki, (2) tidak ada
promosi atau pendidikan lanjut karena dianggap tidak sesuai jadi pimpinan,
Perempuan tidak perlu pendidikan tinggi karena akhirnya nanti juga ke dapur dan
sebagai penyangga ekonomi keluarga, akibatnya banyak yang drop out karena
harus bekerja, (3) Subordinasi atau penomorduaan adalah sikap atau tindakan
dibanding laki karena laki dianggap lebih penting dari perempuan. Mengurus
rumah tangga dianggap sebagai kodrat perempuan. (4) Beban Ganda : Pembagian
tugas dan tanggung jawab yang selalu memberatkan perempuan. Jumlah jam kerja
rumah tangga) lebih banyak daripada laki-laki. (5) Stereotype atau pelabelan
80
negatif ; suatu sikap negatif masyarakat terhadap perempuan yang membuat posisi
perempuan selalu pada pihak yang dirugikan seperti : Perempuan tidak perlu
bersolek karena dianggap memancing perhatian lawan jenis, sehingga jika terjadi
Ketiga. Terlalu rapat jarak kelahiran (< 2 tahun). Jarak kelahiran yang
terlalu dekat juga tidak baik karena kondisi kesehatan dan rahim ibu belum pulih
sempurna. Jarak kehamilan yang terlalu dekat dapat disebabkan oleh beberapa
faktor antara lain ibu dan keluarga tidak mempunyai akses untuk mendapatkan
konseling yang terpusat pada kebutuhan klien dan berbagai pilihan metode KB
serta penyediaan pelayanan yang terjangkau bagi siapa saja yang membutuhkan
kematian maternal.
Keempat. Terlalu tua melahirkan. Terlalu tua melahirkan jika usia ibu
hamil lebih dari 35 tahun, dimana kondisi kesehatan ibu telah menurun sehingga
kemungkinan masalah dalam persalinan dan resiko anak cacat lebih besar.
2. Empat terlambat
Puskesmas PONED dengan ditolong oleh tenaga kesehatan terlatih yaitu bidan
atau dokter. Ibu hamil bisa sampai ke Puskesmasapabila ada yang mengantarkan
ibu hamil ke puskesmas. Agar ada yang mengantarkan ibu hamil maka perlu
81
Kenyataan yang dihadapi saat ini adalah ibu hamil tidak melahirkan di
Harapannya : ibu hamil melahirkan bayi dengan selamat dan sehat baik ibu
maupun bayinya. Bagaimana supaya ibu hamil bisa melahirkan dengan dengan
selamat dan sehat maka perlu adanya program perencanaan persalinan dan
persalinan serta menurunkan unmet need (PUS tidak ingin punya anak tapi
belum/tidak ber KB. Serta tujuan khusus : (1) Dipahaminya setiap persalinan
berisiko oleh suami, keluarga, masyarakat luas (2) Adanya rencana persalinan
aman yang disepakati antara ibu hamil, suami, keluarga dengan bidan (3) Adanya
oleh ibu hamil, suami, keluarga dan bidan (4) Adanya dukungan secara luas dari
tokoh-tokoh masyarakat baik formal maupun non formal, kader, dukun bayi dan
lain lain dalam rencana persalinan dan Keluarga Berencana (KB) setelah
Pertama, terlambat mengenal tanda bahaya karena ibu dan keluarga tidak
terpapar terhadap informasi tentang tanda bahaya kehamilan, persalinan dan nifas.
kehamilan dan tanda bayi akan lahir, serta tanda bahaya dan penyakit pada masa
82
nifas (setelah melahirkan). Hal ini diketahui agar ibu tidak terlambat di bawa ke
Agar keluarga memahami tentang tanda bahaya kehamilan dan tanda bayi
akan lahir, serta tanda bahaya dan penyakit pada masa nifas (setelah melahirkan).
Ibu perlu memeriksakan kehamilan secara teratur (ante natal care) kepada bidan
minimal 4 kali selama hamil. Pada masa ini ibu akan mendapatkan akses
pelayanan kesehatan yang memadai sesuai standar pelayanan. Ibu juga dilengkapi
dengan buku kesehatan ibu anak (KIA) berisi catatan kesehatan ibu (hamil,
bersalin dan nifas) dan anak (bayi baru lahir, bayi dan anak balita) serta berbagai
budaya gotong royong. Berkaitan dengan kehamilan ibu ini keluarga dan
Ponek dengan sudah menyediakan alat transportasi yang siaga 24 jam membantu
kesehatan sudah harus siaga untuk memberikan pertolongan yang memadai agar
bahaya kehamilan, tanda bayi akan lahir, serta tanda bahaya dan penyakit pada
83
PN, Kf, dan KB. Nusa Tenggara Timur telah menetapkan target sasaran
pelaksanaan revolusi KIA Dinkes Provinsi NTT tahun 2009 - 2013, seperti pada
Tabel 1.2. Target nasional indikator upaya keberhasilan akselerasi penurunan AKI di
84
2.6.1 Hasil sidang PBB Ke -65 tentang MDGs di New York tanggal 20 - 22
September 2010
Strategy for Women‟s and Children Health/ MDGS 4 dan 5) dibahas tentang
inisiatif inovatif berbagai negara dalam mendorong perbaikan kesehatan anak dan
untuk mobilisasi pembiayaan dalam upaya mencapai target MDGs 4 dan MDGs 5.
Hal inisiatif tersebut mencakup : (1) jaminan pertolongan persalinan oleh tenaga
kesehatan terlatih secara universal pada tahun 2015 dalam rangka menurunkan
angka kematian ibu ; (2) jaminan bagi setidaknya 1,5 juta kelahiran ibu
melahirkan dari keluarga miskin pada tahun 2011 ; (3) peningkatan anggaran
kesehatan sebesar $ 556 juta pada tahun 2011 untuk meningkatkan kemampuan
tenaga kesehatan dan kualitas pelayanan kesehatan di 552 rumah sakit, 8.898
Indonesia ini telah merupakan bagian dari The Global Strategy for Womens and
Children‟s Health yang diluncurkan oleh Sekretaris Jenderal PBB, Ban Ki-Moon,
sebagai upaya khusus untuk mencapai target MDG 4 dan 5 pada tahun 2015.
cukup baik. Dokumen laporan UN MDGs Report 2010 yang diterbitkan oleh PBB
menunjukkan data dan informasi terkait kinerja target MDGs Indonesia telah
sejalan dengan kinerja target MDGs yang dilaporkan Indonesia pada laporan
85
Upaya penurunan angka kematian ibu merupakan salah satu upaya yang yang
penurunan angka kematian ibu, pengendalian penyakit HIV dan AIDs, serta
peningkatan tutupan lahan. Hal ini diberikan pada target MDGs yang masih
memerlukan upaya dan kerja keras. Ausaid dan UNICEF berkomitmen membantu
dalam rangka perbaikan kesehatan ibu dan anak, serta pengendalian penyakit
insentif bagi daerah dengan kinerja pencapaian MDGs sangat baik, dan
86
Indikator dasar pelayanan kesehatan ibu dan anak sesuai dengan standar
(PKD), yang diharapkan bisa tercapai pada kurun waktu 2010-2015, dimana
dan untuk masyarakat. Wadah ini seperti Desa Siaga, serta Posyandu telah
BAB 7
PENUTUP
7.1 Kesimpulan
Kupang karena secara tak langsung sebagian besar ibu hamil tidak melakukan
melakukan kunjungan K4 di trimester III karena tidak ada keluhan, masih ada
ibu yang melahirkan di rumah dan ditolong oleh dukun/keluarga. Ibu dengan
kebutuhan keluarga ; Ibu bekerja sebagai pencari nafkah ; petani atau buruh
tani, sehingga tidak memiliki waktu yang cukup untuk istirahat. Ibu juga
memilih untuk tetap tinggal di kebun walaupun jauh dari fasilitas kesehatan
oleh keluarga atau dukun. Apabila terjadi komplikasi perdarahan dan kesulitan
penanganan yang akan berakibat pada kematian ibu, bayi atau keduanya.
suami, dan istri hanya mengikuti saja, budaya patriaki. Pengambilan keputusan
juga masih dilakukan oleh Too Huk atau Atoin meto yang dituakan dan
(extended family). Persepsi ibu tentang kinerja bidan dalam kualitas pelayanan
356
masih kurang, ibu tetap memilih melahirkan di rumah dan ditolong oleh
keluarga atau dukun hal ini karena sudah merupakan kebiasaan dalam keluarga
dan dukun selalu siaga memenuhi kebutuhan ibu dan keluarga. Tidak semua
bidan dan petugas melakukan screening faktor risiko pada ibu hamil karena
tidak tersedianya formulir KSPR, serta masih ada yang belum dapat
melakukan screening faktor risiko pada ibu hamil dengan benar. Sehingga
Sebagian besar masyarakat menilai bahwa kehamilan adalah hal yang biasa
kesehatan dari petugas kesehatan. Deteksi dini faktor risiko pada ibu hamil di
kejadian abortus.
NTT melalui faktor yang dominan menyusun model baru secara berurutan
adalah faktor intra personal yang meliputi nilai kepercayaan, sikap, niat, dan
dimasukkan dalam model baru karena keterbatasan penelitian pada jumlah item
oleh variabel pelayanan kesehatan ibu adalah K4, K1, Penolong persalinan dan
Tempat Persalinan.
460,83%ooo dengan total kematian ibu 2 (dua) orang, pada tahun 2012
AKI Nol. Cakupan K1, K4, Penolong persalinan, Kunjungan nifas dan KB
pendidikan kesehatan untuk ibu hamil dan keluarga pada “Kelas Prenatal
post test
7.2 Saran
1. Hasil penelitian ini dapat dipakai pemerintah pusat dan pemerintah daerah
untuk Penurunan Angka Kematian Ibu (AKI)”. Pemerintah daerah dan sektor
terkait juga dapat menyiapkan fasilitas Mobile Unit‖ untuk pelayanan rujukan
masyarakat.
2. Model Baru “Sosial Ecological Model of Health Behavior Ina Djayaku Abadi
untuk Penurunan Angka Kematian Ibu (AKI)”. Model ini dapat digunakan di
seluruh Indonesia maupun dunia dengan faktor sosial budaya yang sama,
budaya Patriaki, pada daerah rural (Jalur I, II) maupun urban (Jalur III).
3. Bagi keilmuan agar model baru ini dapat dimasukkan dalam bidang Ilmu
Efficacy, Self Regulation yang tinggi agar dapat melakukan K1 dan K4 yang
lengkap dapat dibina melalui institusi pendidikan di tingkat SD, SLTP, SLTA
serta Perguruan Tinggi dalam mata ajaran muatan lokal Pendidikan Kesehatan
Ibu dan Anak. Sehingga timbul observasional learning, collective efficacy dan
incentive motivation.
keterampilan, nilai kepercayaan, sikap, niat dan Self Efficacy. Bagi keluarga
dilakukan melalui: (1) “Kelas Prenatal Care and Family” sejak trimester I
(2) melakukan pendampingan pada ibu hamil; (3) retreat atau pembinaan
rohani; (4) keluarga siaga ibu melahirkan; (5) tabungan ibu bersalin (tabulin),
(6) incentiv/ hadiah bagi ibu bersalin serta (7) pendidikan gender.
tentang Screening faktor risiko pada ibu hamil dan rujukan dini berencana.
Secara rutin minimal 6 bulan sekali oleh Dinas Kesehatan Provinsi dan Dinas
kehamilan, persalinan dan nifas, (2) Screening faktor risiko pada ibu hamil,
rujukan dini berencana, (3) Pendidikan gender bagi TOMA, TOGA, Kader dan
dukun termasuk Too Huk maupun Atoin meto. Diskusi dan masukan terkait
(4) Menyediakan fasilitas untuk penyuluhan dan Kelas Prenatal Care and
Family di masyarakat.
pendidikan dan pelayanan kesehatan, deteksi dini faktor risiko pada ibu hamil,
pelayanan diakonia untuk ibu hamil (khususnya ibu hamil dengan anemia dan
diperkuat peran komunitas dalam membentuk sadar kesehatan ibu dan anak
9. Bagi setiap ibu hamil agar memilih sahabat ibu hamil dari Kader
10. Setiap Pasangan Usia Subur (PUS) dibekali dengan kartu kontrol dan
kalender untuk mencatat siklus menstruasi agar dapat dipantau hari pertama
haid terakhir (HPHT) bagi ibu hamil, dalam rangka menentukan tafsiran partus,
11. Bagi peneliti agar dilakukan penelitian lebih lanjut tentang tentang budaya
perawatan ibu hamil, melahirkan dan nifas dalam masyarakat NTT serta
BAB 3
Perceived susceptibility to
Umur Tugas keluarga : Outcome expectation
and severity of disease
Pendidikan /Beratnya masalah Mengenal masalah
Collective efficacy
Pekerjaan Perceived benefits/ Pengambilan Kptsan Observational
Pengetahuan manfaat yang dirasakan
Merawat ibu hamil Incentive motivation
Sikap Perceived barrier/ Modifikasi lingkungan
tantangan yang dirasakan Facilitation
Niat
Pemanfaatan faskes
Nilai Self Regulation
Kepercayaan Perceivedof self efficacy /
Subjective
Kepercayaan diri
norm/Norma
Self EffEfficacy
Perceived
Jarak Control/Kontrol
Perceived
threat/ Ancaman
Waktu tempuh
Behavior: Indikator
Pelayanan Kesehatan Ibu
87
langsung yang sering terjadi adalah akibat komplikasi kehamilan dan persalinan
antara lain: perdarahan, eklampsi dan infeksi (sepsis). Penyebab tidak langsung
langsung dari ibu adalah : empat (4) terlalu ; terlalu muda (< 20 tahun), terlalu tua
(> 35 tahun), terlalu sering (> 4 kali melahirkan) dan terlalu dekat jarak kehamilan
(< 2 tahun). Penyebab kematian ibu juga terkait dengan akses pelayanan
kesehatan yang terjadi ; empat (4) terlambat yaitu terlambat mengenal tanda
reproduksi ibu (intra personal). Masalah lain dari ibu seperti penyakit penyerta ;
(keluarga) yang dapat mempengaruhi kematian ibu adalah sikap keluarga, norma
petugas (bidan) dalam memberikan pelayanan ante natal, intra natal, penanganan
komplikasi serta post natal serta kemampuan bidan dalam melakukan screening
faktor risiko pada saat hamil dan melahirkan. Faktor komunitas adalah keyakinan
tentang harapan hasil dari konsekuensi nilai dan perilaku pilihan (outcome
serta pendampingan dan konseling bagi ibu (self regulation), untuk penurunan angka
kematian ibu
kebanyakan penyebab kematian ibu adalah komplikasi obstetri yang sering tidak
diramalkan atau dideteksi melalui screening faktor risiko. Pada ibu hamil yang di
engalami komplikasi seperti perdarahan dan partus macet yang perlu manajemen
sosial dan promosi kesehatan lebih efektif bila dilakukan dengan merubah
sepenuhnya mengubah perilaku pribadi individu, oleh sebab itu, pendekatan yang
dan nantinya intervensi model ini yang akan berdampak pada perubahan perilaku
ibu untuk mendapatkan pelayanan kesehatan yang memadai. Pembuatan model ini
ibu melalui indikator output : Jumlah kematian ibu, cakupan akses (K1) dan
kunjungan nifas (Kf), serta pelayanan KB bagi ibu Kabupaten Kupang, NTT.
of Health Behavior serta beberapa teori terkait lainnya: Health Belief Model
(HBM), Theory Reasoned Action (TRA) dan Theory of Planned Behavior (TPB)
serta Social Kognitif Theory dilakukan analisis dimulai dari (1) faktor intra
akses, Self Efficacy, serta karakteristik reproduksi (usia kawin pertama, frekuensi
terhadap penurunan angka kematian ibu di Kabupaten Kupang, NTT. (2) Faktor
lingkungan kerja dan institusi tempat ibu bekerja serta institusi pelayanan
ante natal, intra natal, nifas dan penanganan komplikasi dimensi reliability,
ibu di Kabupaten Kupang. (4) Faktor komunitas yang mendukung maupun yang
pemerintah yang mendukung Program KIA adalah strategi Revolusi KIA sejak
penurunan angka kematian ibu sehingga dapat dibuat model yang komprehensif
untuk pelayanan kesehatan ibu dalam rangka penurunan angka kematian ibu.
langsung dan tidak langsung kematian ibu di Kabupaten Kupang, NTT. Kemudian
ibu.
output ( K1, K4, Tempat Persalinan PN, Kf dan KB) di Kabupaten Kupang, NTT
komprehensif terarah dan efektif sebagai model penurunan angka kematian ibu
mekanisme sistem pelayanan kesehatan ibu di masyarakat tepat sasaran dan tepat
dengan kebutuhan dan kemampuan sumber daya yang tersedia, berdasarkan hasil
Angka Kematian Ibu (indikator output : K1, K4, Tempat Persalinan, PN, Kf
BAB 4
METODE PENELITIAN
“Social Ecological Model of Health Behavior” untuk penurunan angka kematian ibu
pendekatan “Social Ecological Model of Health Behavior” serta faktor risiko untuk
penurunan angka kematian ibu di Kabupaten Kupang. Setelah model didapat, pada
analitik observasional dengan desain cross sectional, survei. Sebagai sampel adalah
ibu nifas sampai dengan 3 bulan. Tahap II (kedua), untuk uji coba model adalah
design. Sebagai sampel adalah ibu hamil trimester I, II dan III diikuti sampai
Pada penelitian tahap I ini dilakukan identifikasi faktor risiko kematian ibu
94
indikator output penurunan AKI (K1, K4, tempat persalinan, PN, Kf dan KB)
serta faktor pada setiap level model “Social Ecological Model of Health
indikator output: (akses (K1), pelayanan ante natal (K4), tempat persalinan,
paritas, abortus, usia kawin pertama tinggi badan dan penambahan berat
Kupang, NTT.
Kupang, NTT.
Kupang, NTT.
Penelitian yang dilakukan pada tahap ini adalah longitudinal studi untuk
untuk penurunan angka kematian ibu di Kabupaten Kupang. Pada ibu hamil
intervensiyaitu Kecamatan Takari. Di ambil empat (4) desa secara random dengan
jumlah ibu hamil trimester I adalah 26 orang untuk diikuti dan dilakukan
intervensi sampai dengan masa nifas (42 hari pasca melahirkan). Tahapan
Tahap I
4.2.1 Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah terdiri dari dua bagian yaitu pertama
untuk pembuatan model dan kedua untuk uji coba model. Populasi pertama adalah
: ibu nifas sampai dengan 3 bulan, keluarga dan Tokoh Agama (TOGA), Tokoh
Populasi kedua adalah : Ibu hamil Trimester I yang diikuti sampai melahirkan dan
Responden yang terpilih akan mengisi surat pernyataan kesediaan peran serta
dalam penelitian.
4.2.2 Sampel
Unit sampel penelitian pertama adalah : ibu nifas sampai dengan usia 3
penelitian.
2. Untuk faktor intra personal sampelnya adalah ibu nifas sampai dengan 3 bulan
3. Untuk faktor inter personal adalah : keluarga ibu nifas, di Kabupaten Kupang,
NTT
Kupang, NTT
5. Untuk faktor komunitas adalah TOGA/ TOMA/ Kader kesehatan dan Dukun
Unit sampel penelitian kedua adalah : Ibu hamil trimester I yang diikuti
sampai melahirkan dan masa nifas 42 hari. di Kabupaten Kupang dengan kriteria
inklusi:
penelitian.
2. Untuk faktor intrapersonal sampelnya adalah ibu hamil trimester I yang diikuti
NTT
4. Untuk faktor institusional adalah ibu hamil yang mendapatkan pelayan kesehatan
6. Untuk ibu hamil yang diikuti secara longitudinal didiagnosa bebas dari
kajian sama (Kuntoro, 2009). Sampel yang digunakan dalam penelitian tersebut
dibagi menjadi 3 (tiga) bagian, yaitu : (1) ibu nifas sampai dengan 3 bulan untuk
mengukur faktor intrapersonal dan institusional (2) Keluarga ibu hamil untuk
126 sampel. Pada penelitian tahap kedua, untuk uji coba model diambil 1
kecamatan sesuai dengan hasil diskusi dan rekomendasi dari Dinas kesehatan
Kabupaten Kupang. Dari desa tersebut diambil minimal 20 ibu hamil trimester I
dilakukan intervensi dan diikuti secara longitudinal sampai masa nifas (42 hari
pasca persalinan)
sampel acak bertahap dua (Two Stage Random Sampling). Sampel intra personal
(individu/ibu) : Ibu setelah masa nifas sampai dengan usia 3 bulan. Dimulai
1. Sampel dipilih secara acak dengan teknik acak bertahap dua (Two stage
rumpun yang sesuai dengan dua hal yang perlu dipertimbangkan yaitu
daerah terpencil dengan jumlah ibu nifas sampai 3 bulan : 889 orang dengan
median 53, minimum 29 dan maksimum 167 di satu kecamatan, rata-rata perbulan
sejumlah yang sama ibu nifas sampai dengan 3 bulan, maka dalam waktu 3 bulan
pengumpulan data dilakukan untuk memenuhi besar sampel 125 orang ibu nifas,
sampel. Dari lima kecamatan ini ditentukan 20 desa secara simple random
sampling. Kemudian semua ibu nifas sampai 3 bulan yang bersedia menjadi
Penelitian tahap kedua untuk uji coba efektifitas model di pilih ibu hamil
trimester I yang diikuti sampai masa nifas 42 hari, berjumlah 26 orang Pada
Tahun 2011.
untuk penurunan angka kematian ibu di Kabupaten Kupang, NTT (K1, K4,
Variabel independen
sikap, niat ibu, nilai kepercayaan, jarak, waktu tempuh, Self Efficacy, serta
riwayat abortus, tinggi badan dan penambahan berat badan selama hamil).
Perceived control.
Definisi Skala
Variabel Skor Alat ukur (instrumen)
Operasional data
Dependen Variabel
Penurunan Penurunan Angka Kuesioner nominal
Angka Kematian Ibu (AKI) Laporan Bidan
Kematian Ibu berdasarkan Koordinasi/Puskesmas/
melalui indikator output: Rumah sakit
Indikator output upaya keberhasilan
Program penurunan AKI
Pelayanan yaitu dengan
Kesehatan : indikator pelayanan
kesehatan ibu :
peningkatan akses
(K1) peningkatan
pelayanan ante natal
(K4), peningkatan
melahirkan di
fasilitas kesehatan
yang memadai
(Puskesmas
PONED),
Peningkatan
pertolongan
persalinan oleh
Tenaga Kesehatan
yang kompeten
(Bidan, Dokter,
Dokter spesialis
kandungan),
peningkatan
Definisi Skala
Variabel Skor Alat ukur (instrumen)
Operasional data
kunjungan nifas (Kf)
serta peningkatan
pelayanan KB di
Kabupaten Kupang.
1. Kunjungan Kontak pertama ibu 0 = Tidak K1 Kuesioner dan Nominal
pertama (K1) hamil dengan tenaga 1 = K1 dokumentasi
kesehatan yang
mempunyai
kompetensi, untuk
mendapatkan
pelayanan terpadu
dan komprehensif
sesuai standar.
Kontak pertama
harus dilakukan
sedini mungkin pada
trimester pertama,
sebaiknya sebelum
minggu ke 8.
2. Kunjungan Kontak 4 kali atau 0 = Tidak K4 Kuesioner dan Nominal
Ke 4 (K4) lebih dengan tenaga 1 = K4 dokumentasi
kesehatan yang minimal 4 kali ;
mempunyai (1 kali trimester I,
kompetensi, untuk 1 kali trimester 2
mendapatkan dan 2 kali
pelayanan terpadu trimester III)
dan komprehensif
sesuai standar.
Kontak 4 kali harus
dilakukan pada
trimester I, ke-2 dan
ke-3 menjelang
persalinan. Trimeter 1
minimal 1 kali, sudah
termasuk dalam K1.
Trimester ke-2
minimal 1 kali
kontak, sebaiknya
pada minggu 12 - 24.
Pada trimester ke-3
minimal 2 kali
kontak, sebaiknya
setelah minggu ke 24
sampai dengan
minggu ke 36.
Kunjungan antenatal
bisa lebih dari 4 kali
sesuai kebutuhan dan
jika ada keluhan,
penyakit atau
gangguan kehamilan.
Kunjungan ini
termasuk dalam K4.
Definisi Skala
Variabel Skor Alat ukur (instrumen)
Operasional data
3. Tempat Fasilitas rawat inap 0=Tidak Kuesioner dan Nominal
Persalinan untuk pertolongan melahirkan di dokumentasi
persalinan yang aman fasilitas
dan selamat di Kesehatan yang
fasilitas kesehatan memadai
yang memadai 1= Melahirkan di
(Puskesmas PONED) fasilitas kesehatan
yang memadai
atau Puskesmas
PONED
4. Pertolongan Persalinan yang 0= Ditolong oleh Kuesioner dan Nominal
Nakes (PN) diberikan atau dukun, orang dokumentasi
ditolong oleh Tenaga awam, Persalinan
Kesehatan yang sendiri (non
kompeten (Bidan, nakes)
Dokter Umum, 1=Ditolong oleh
Dokter spesialis tenaga Kesehatan
Kebidanan) yang kompeten
(Nakes : Bidan,
Dokter umum,
Dokter spesialis
Kebidanan)
2 =Ditolong oleh
Tenaga kesehatan
lain (Perawat)
5. Pelayanan Kegiatan kunjungan 0 Kunjungan Kuesioner dan Nominal
Nifas (Kf) pada ibu pasca Nifas (Kf) : dokumentasi
melahirkan di 0 = Tidak
Puskesmasmaupun lengkap Kf
rumah ibu 1.= Lengkap Kf
melahirkan yang (3 kali atau
dilakukan oleh lebih)
Petugas Kesehatan
(Bidan,
Perawat/Dokter)
yang diberikan pada
ibu mulai 6 jam
sampai 42 hari pasca
persalinan oleh
tenaga kesehatan
sebanyak 3 kali:
Kunjungan nifas
pertama (Kf 1) pada
masa 6 jam setelah
persalinan sampai 7
hari; Kunjungan
nifas ke dua (Kf 2)
hari ke 8 sampai hari
ke 14 setelah
persalinan ;
Kunjungan nifas ke
tiga (Kf3) hari ke 15
sampai hari ke 42
Definisi Skala
Variabel Skor Alat ukur (instrumen)
Operasional data
setelah persalinan.
6. Keluarga Alat kontrasepsi 0=Tidak Kuesioner dan Nominal
berencana yang digunakan oleh mengikuti KB dokumentasi
(KB) ibu/suami pasca 1=Mengikuti KB
pasca persalinan:
dengan metode yang
sesuai untuk
ibu/suami pada masa
nifas saat ini.
Independen Variabel
I. Faktor intrapersonal (ibu)
7. Umur Usia klien yang 13 dst Kuesioner Rasio
dihitung dari
tanggal kelahiran
sesuai dengan
kalender
8. Pendidikan Hasil studi formal 1 = Kurang (Tidak Kuesioner Rasio
Klien tertinggi yang sekolah, Tamat SD
ditempuh responden dan tamat SMP)
yang dinyatakan 2= Cukup (Tamat
dalam lama tahun SMP sampai dengan
studi yang ditempuh SMA )
3 = Baik (Tamat
SMA dan Perguruan
Tinggi )
9. Pekerjaan Kegiatan yang 0=Bekerja Kuesioner Nominal
Klien dapat menjadi mata 1= Tidak bekerja
pencaharian dan
menghasilkan uang.
10. Nilai Segala sesuatu yang 10 dan seterusnya Kuesioner Rasio
kepercayaan dianggap benar oleh
kelompok untuk
menurunkan angka
kematian ibu
melahirkan
11. Pengetahuan Apa yang diketahui 10 dan seterusnya Kuesioner Rasio
responden oleh responden
tentang tentang kesehatan
kesehatan ibu melahirkan:
ibu ANC : 7 T, tanda
bahaya kehamilan
dan persalinan,
tanda persalinan,
komplikasi
kehamilan/
persalinan, tempat
melahirkan
12. Sikap Bagaimana 10 dan seterusnya Kuesioner Rasio
responden responden merespon
respon emosional
terhadap pelayanan
kesehatan ibu
Definisi Skala
Variabel Skor Alat ukur (instrumen)
Operasional data
13. Niat ibu Keinginan hati ibu 10 dan seterusnya Kuesioner Rasio
terhadap untuk melakukan
kehamilan, pemeriksaan
persalinan kehamilan,
dan nifas. perawatan
kehamilan,
persalinan dan
nifas.
14. Self effikasi Keyakinan atau 10 dan seterusnya Kuesioner Rasio
kemampuan
seseorang untuk
melakukan tindakan
untuk menurunkan
angka kematian ibu
melahirkan
Akses ; Jarak dan waktu 0 dan seterusnya kuesioner Rasio
15. Jarak tempuh dalam
16. Waktu menit oleh
tempuh responden untuk
mendapatkan
pelayanan
kesehatan di
fasilitas kesehatan
yang memadai
(PuskesmasPoned)
Karakteristik Reproduksi:
17.Usia Kawin Usia ibu saat kawin 13 tahun dan Kuesioner Rasio
Pertama pertama tanpa seterusnya
melihat status
pernikahan
18. Frekuensi Jumlah kehamilan 1dan seterusnya Kuesioner Rasio
kehamilan sejak ibu hamil
pertama hingga
hamil dan
melahirkan anak
terakhir
19. Paritas Paritas adalah 1dan seterusnya Kuesioner Rasio
banyaknya anak
yang pernah
dilahirkan
responden baik anak
yang hidup ataupun
yang mati.
20. Riwayat Jumlah kejadian 1 dan seterusnya Kuesioner Rasio
abortus abortus sejak ibu
hamil pertama
hingga hamil dan
melahirkan anak
terakhir
21. Tinggi badan Hasil pengukuran 100 cm dan Mikrotois Rasio
(TB) diukur dengan alat seterusnya
pengukur tinggi
Definisi Skala
Variabel Skor Alat ukur (instrumen)
Operasional data
badan yang
terstandar
(Microtois)
22. Penambahan Kenaikan BB ibu 1dan seterusnya Kuesioner Rasio
berat badan selama hamil untuk
(BB) selama kehamilan anak
hamil terakhir
II. Faktor interpersonal (keluarga)
Tugaskeluarga : Tugas yang Mengenal Kuesioner Nominal
23. Mengenal dilakukan oleh Masalah:
masalah keluarga 1 = Tidak
keluarga berhubungan mengetahui ibu
dengan efektifitas hamil
kesehatan ibu 2 = Mengetahui
melahirkan terdiri ibu hamil
dari: Mengenal
masalah kesehatan
ibu hamil,
melahirkan dan
nifas.
24. Mengambil Mengambil Mengambil Nominal
keputusan keputusan untuk ibu keputusan:
keluarga hamil, melahirkan 1 = Kurang dan
dan nifas. Cukup
2 = Baik
25. Merawat Melakukan Merawat Ibu: Nominal
keluarga perawatan pada ibu 1 = Kurang dan
hamil, melahrirkan Cukup
dan nifas. 2 = Baik
26.Memodifikasi Memodifikasi Memodifikasi Nominal
lingkungan lingkungan untuk lingkungan:
keluarga perawatan ibu 1 = Tidak
hamil, melahirkan dilakukan
dan nifas. 2 = Dilakukan
27 Pemanfaatan Memanfaatkan Memanfaatkan Nominal
fasilitas fasilitas pelayanan faskes
kesehatan kesehatan oleh 1 = Cukup
keluarga bagi 2 = Baik
perawatan ibu
hamil, melahirkan
dan nifas.
28. Persepsi Pendapat/opini 1 = Kurang Kuesioner Ordinal
kerentanan keluarga tentang 2 = Cukup -
terhadap Kerentanan/keparah baik
ancaman an/ ancaman
terhadap akibat
tidak melakukan
perawatan
kehamilan,
melahirkan dan
nifas pada ibu
dengan baik
Definisi Skala
Variabel Skor Alat ukur (instrumen)
Operasional data
29. Subjective Persepsi keluarga 10 dst Kuesioner Rasio
norm terhadap norma
yang berlaku di
masyarakat
berhubungan
dengan perawatan
selama hamil,
melahirkan dan
nifas
30. Perceived Persepsi keluarga 10 dst Kuesioner Rasio
control tentang kemampuan
keluarga
mengendalikan
perilaku yang akan
dia lakukan
berhubungan
dengan perawatan
selama hamil,
melahirkan dan
nifas
III. Faktor Institusional
Persepsi ibu Persepsi ibu tentang 10 dst Kuesioner Rasio
tentang kinerja kinerja bidan dalam
bidan dimensi : pelayanan
31. Reliability kehamilan (ante
32. Assurance natal), persalinan
33. Tangible (intra natal) dan
34. Emphaty masa nifas (post
35. Responsiv- natal): Dimensi
ness Reliability/
Keterandalan,
Dimensi Assurance/
Keyakinan, Dimensi
Tangible/Berwujud,
Dimensi Emphaty/
Empathy, Dimensi
Responsivness/Keres
ponsif
36. Screening Pelaksanaan 1 = Tidak Data sekunder Nominal
faktor risiko ibu pelayanan ibu hamil dilakukan
hamil meliputi 7 T dan 1 S screening faktor
; screening/deteksi risiko
faktor risiko pada 2 = Dilakukan
ibu hamil dengan screening faktor
menggunakan score risiko
Pudji Rohyati.
IV. Faktor komunitas
37. Harapan hasil Beliefs about the 1 = Tidak penting Kuesioner Ordinal
(outcome likelihood and value 2 = Biasa saja
expectations) of the consequences 3=Penting
of behavioral mendapat
choices/ Persepsi perhatian
masyarakat tentang masyarakat
Definisi Skala
Variabel Skor Alat ukur (instrumen)
Operasional data
pentingnya nilai ibu
dan anak sebagai
generasi penerus
cita-cita bangsa
38.Collective Beliefs about the 1= Kurang Kuesioner Nominal
efficacy ability of a group to 2 = Cukup
perform concerted 3 = Baik
actions that bring
desired outcomes/
Kelompok
organisasi Ibu untuk
mengorganisir
pengelolaan selama
kehamilan,
melahirkan dan nifas
seperti:Adanya kelas
pre natal untuk child
birth education dan
kelompok siaga
bersama
39. Learning to perform 1 = Kurang Kuesioner Ordinal
Pembelajaran/Pe new behaviors by 2 = Cukup
modelan Peer exposure to 3 = Baik
(Observational interpersonal or
Learning) media displays of
them, particularly
through peer
modeling/pemberda
yaan perempuan
melalui pemodelan
peer/pemutaran film
40. Incentive The use and misuse 1 = Kurang Kuesioner Nominal
motivation of rewards and 2 = Cukup -
punishments to Baik
modify behavior/
Adanya penggunaan
manfaat/ reward
dan
hukuman/punish-
ment untuk
memodifikasi
perilaku/ (Adanya
penghargaan dari
masyarakat bagi ibu
yang ANC teratur/
Melahirkan di
Puskesmas Poned/
di tolong oleh
tenaga kesehatan/
menggunakan alat
kontrasepsi)
Definisi Skala
Variabel Skor Alat ukur (instrumen)
Operasional data
41.Sumber daya/ Providing tools, 1 = Kurang Kuesioner Ordinal
facilitation resources, or 2 = Cukup
environmental 3 = Baik
changes that make
new behaviors
easier to perform/
Adanya penyuluhan
dan pelatihan secara
rutin kepada ibu
tentang kesehatan
ibu hamil,
melahirkan dan
nifas.
42.Self Controlling oneself 1 = Kurang Kuesioner Ordinal
regulation through 2 = Cukup
selfmonitoring, 3 = Baik
goal-setting,
feedback, self
reward, self-
instruction, and
enlistment of social
support/Adanya
pelatihan bagi ibu
tentang manajemen
diri/ perawatan diri
ibu selama hamil,
melahirkan dan
masa nifas. Telepon
konseling untuk
siaga ibu melahirkan
(1) Pengumpulan data primer yang meliputi data indikator keberhasilan upaya
akselerasi penurunan angka kematian ibu serta faktor ; intra personal, inter
personal, institusional dan komunitas. (2) Untuk menjaga validitas dan reliabilitas
sosial. Kemudian diuji dengan melakukan pengumpulan data awal pada 20 ibu
nifas di beberapa lokasi penelitian untuk melihat validitas isi kuesioner. Setelah
itu peneliti memperbaiki kuesioner hasil pengisian responden sesuai masukan dari
para pakar. Data sekunder dikumpulkan dari instansi seperti Dinas Kesehatan
1. Leaflet tentang : Pengenalan tanda bahaya pada kehamilan, persalinan dan nifas,
Perubahan tubuh selama kehamilan dan keluhan umum saat hamil, cara
mengatasinya, Kesehatan ibu hamil, Air susu ibu bikin bayi dan ibu sehat,
3. Buku KIA
4. Video : asal usul manusia, ibuku malaikatku, inisiasi menyusu dini, video posisi
menyusui yang benar, melekat dengan benar serta mengisap dengan efektif,
6. Breast model
Takari/ PuskesmasTakari.
Lokasi penelitian tahap kedua uji coba model adalah Kecamatan Takari/
terdiri dari : 14 bulan untuk mengumpulkan data, implementasi. Enam (6) bulan
4. Pelatihan bagi enumerator untuk pengumpulan data penelitian pada ibu nifas,
defininisi operasional yang telah dibuat agar terjadi kesamaan persepsi antara
Persiapan penelitian tahap kedua untuk uji coba model, dengan langkah
1. Diskusi dan curah pendapat dengan pejabat terkait pada wilayah tempat
model.
1 orang, tahun 2011 menjadi 2 orang. AKI meningkat Tahun 2010: 240,96
diskusi bersama Kepala Puskesmas untuk penemuan ibu hamil trimester I (K1
serta dukun untuk menemukan ibu hamil K1 murni di lapangan dan langsung di
Family” di Puskesmas.
2008 - 2010
ibu
komprehensif hal ini sesuai dengan Moore (2003) bahwa setiap level ada potensi
untuk promosi kesehatan. Intervensi lain dapat diberikan sesuai dengan sumber
daya yang tersedia. Dengan demikian intervensi yang diberikan pada uji coba
sikap, niat dan Self Efficacy. Pendidikan kesehatan yang diberikan pada ibu
hamil dan keluarga (suami) melalui “Kelas Prenatal Care and Family”.
Selama 3 kali pertemuan, serta dialog dengan ibu hamil dan keluarga. Dalam
apa saja yang harus dilakukan ibu selama hamil, (3) perawatan kehamilan ;
gizi untuk ibu hamil serta pencegahan anemia, kesiapan psikologis ibu
yang boleh dan tidak boleh dikonsumsi selama hamil, tanda bahaya
adalah : leaflet, buku KIA, lembar balik, video, dan kertas kerja.
secara penuh ; posisi menyusui yang benar, melekat dengan benar, menyusui
dengan efektif, manfaat ASI, inisiasi menyusu dini /IMD, ASI Eksklusif),
tanda bahaya penyakit pada masa nifas, KB pasca persalinan. Metode yang
pemutaran video. Media yang digunakan adalah : leaflet, buku KIA, lembar
mitos, penyakit menular dan akte kelahiran meliputi : perawatan bayi baru
lahir, tanda bayi lahir sehat dan tanda bayi sakit, manfaat pemberian vitamin
K1 injeksi pada bayi baru lahir, tanda bahaya bayi baru lahir, pengamatan
penggalian dan penelusuran mitos yang berkaitan dengan kesehatan ibu dan
anak, IMS, informasi dasar HIV AIDS, pencegahan dan penanganan malaria
pada ibu hamil, pentingnya akte kelahiran. Metode yang digunakan adalah
diskusi, tanya jawab, simulasi, role play dan demonstrasi, serta pemutaran
video. Media yang digunakan adalah : leaflet, buku KIA, lembar balik,video,
dan kertas kerja. Pada setiap pertemuan (I, II dan III) dilakukan pre test
lampiran 14).
reliability dan assurance. nilai kepercayaan, sikap, niat dan Self Efficacy.
Pendidikan kesehatan meliputi: (1) screening faktor risiko ibu hamil untuk
serta pengenalan faktor risiko dan deteksi dini ibu hamil risiko tinggi dalam
(KSPR) dan pedoman Depkes RI. Metode yang digunakan adalah diskusi,
tanya jawab, simulasi dan studi kasus untuk deteksi faktor risiko. Sebelum
kegiatan dilakukan pre test dan sesudah kegiatan dilakukan post test (2)
Bidan dan Perawat juga diikutsertakan dalam “Kelas Prenatal Care and
dan deteksi dini ibu hamil risiko tinggi dalam rangka rujukan dini berencana
adalah diskusi, tanya jawab, dinamika kelompok, simulasi dan role play dan
studi kasus, permainan kartu jodoh dan monopoli untuk deteksi faktor risiko
menggunakan Skor Poedji Rochjaty. Sebelum kegiatan dilakukan pre test dan
for Windows Release 19 serta LISREL 8.30 dengan tahapan analisis sebagai
berikut :
1. Analisis Univariat
2. Analisis bivariat
pendidikan, pekerjaan, nilai kepercayaan, pengetahuan, sikap, niat ibu, Self Efficacy,
jarak faskes, waktu tempuh, usia kawin pertama, frekuensi hamil, paritas, abortus,
norm, Perceived control) ; (3) Faktor institusional (persepsi ibu terhadap kinerja
variabel dependen angka kematian ibu melalui indikator output K1 , K4, Tempat
persalinan, PN, Kf dan KB. Uji statitik yang digunakan adalah analisis Regresi
Logistik Sederhana untuk menganalisis semua variabel yang diteliti serta untuk
3. Analisis multivariat
pelayanan kesehatan ibu untuk penurunan angka kematian ibu melalui indikator
output K1, K4, tempat persalinan, PN, Kf dan KB. Uji statistik yang digunakan
adalah Regresi Logistik Ganda metode Backward Wald untuk melihat faktor
nilai p < 0,25, maka variabel tersebut dapat dilanjutkan ke dalam model
dipertimbangkan menjadi model dengan hasil nilai p < 0,05. Variabel yang
terpilih dimasukkan ke dalam model dan nilai p yang tidak signifikan ( p > 0,05)
bentuk narasi yang meliputi kajian mengenai perilaku perawatan ibu selama
untuk penurunan angka kematian dapat terwujud sesuai dengan tujuan yang
ditetapkan
pendidikan kesehatan pre dan post intervensi. Untuk mengetahui data berdistribusi
normal dilanjutkan dengan uji paired t test. Sedangkan data yang tidak
komite etik dan tidak bertentangan dengan etika penelitian. Setelah disetujui telah
DAFTAR PUSTAKA
Adriaansz, 2010. Periode Kritis dalam Rentang Kehamilan, Persalinan dan Nifas
dan Penyediaan Berbagai Jenjang Pelayanan Bagi Upaya Penurunan
Kematian Ibu, Bayi dan Anak. USAID. Akses Tanggal 11 September
2010.
Berkowitz, 1964. The Effects of Observing Violence. Scientific American vol 210,
No 2 1964. http://www.radford.edu/~jaspelme/443/spring-
2007/Articles/Berkowitz_1964_Violence.pdf
Bandura A,1977. Self Efficacy: The Exercise of Control. New York: W.H
Freeman.
Bandura A, 1977. Social Learning Theory. Englewood Cliffs, N.J.: Prentice Hall.
364
Brown LK, and Bennet VR, 1996. Myles Textbook for Midwives. Twelfth edition.
Churchill Livingstone. Edinburgh London Madrid Melbourne Newyork
and Tokyo.
Britner SL, and Pajares F, 2001. Self Efficacy Beliefs, Motivation, Race, and
Genderin Middle School Science. Journal of Women and Minorities in
Science and EngineeringEmory University Atlanta, GA
30322sbritne@emory.edu.
Badan Litbang Kesehatan Depkes RI, 2004. Survei Kesehatan Rumah Tangga.
Jakarta. http://www.digilib,litbang,depkes.go.id Diakses tanggal 15
September 2010.
Bobak IM, Lodewik DL, Jensen MD, Perry SE, 2007. Maternity Nursing. 5th
edition. St Louis. Mosby Year Book Inc.
CDC, 2010. Injury Prevention & Control: Violence Prevention and the Socio-
Ecological model
http://www.cdc.gov/ViolencePrevention/overview/social-
ecologicalmodel.html Diakses tanggal 2 Desember 2010.
Dahlberg LL, Krug EG, Mercy JA, Zwi AB, Lozano R, 2002 World Report on
Violence and Health. World Health Organization. Geneva, Switzerland.
Depkes RI, 2000. Buku Pedoman Pengenalan Tanda Bahaya pada Kehamilan,
Persalinan dan Nifas, Jakarta Direktorat Jenderal Pembangunan Masyarakat
Desa.
Devy RS., Haryanto S., Hakimi M., Prabandari YS ., Mardikanto S., Perawatan
kehamilan dalam Perspektif Budaya Madura di Desa Tambak dan Desa
Rapalaok Kecamatan Omben Kabupaten Sampang, Jurnal Promosi
Kesehatan Vol 1, No 1, Maret 2012.
Dinkes Prov NTT, 2009. Pedoman Revolusi KIA di Provinsi NTT, Kupang
Dinkes Kab Kupang, 2010. Profil Kesehatan Kabupaten Kupang 2010, Kupang.
Dinkes Kab. Kupang.
Elder JP, Lytle L, Sallis JF, Young DR, Steckler A, Morton DS, Stone E, Jobe
JB, Stevens J, Lohman T, Webber L, Pate R, Saksvig BI, and Ribisl K,
2006. A description of the social-ecological framework usedin the trial of
activity for adolescent girls (TAAG). Health Education Research Vol.22
no.2 2007 Pages 155-165. Advance Access publication 19 July 2006.
Fisher EB, Brownson RC, Heath AC, Luke DA, and Sumner W, 2004.
“Cigarette Smoking.” In J. Raczynski, L. Bradley, and L. Leviton (eds.),
Health Behavior Handbook, Vol. 2. Washington, D.C.: American
Psychological Association.
Fisher EB, Brownson CA, O‘Toole ML, Shetty G, Anwuri VV, Glasgow RE,
2005. Ecological Approaches to Self-Management: The Case of Diabetes.
American Journal of Public Health. September 2005, Vol 95, No. 9.1523-
1535.
Glanz K, Lewis ML, and Rimer BK, 1997. Health Behavior and Health
Education(2nd ed.). San Francisco, CA: Jossey-Bass. Diakses tanggal 5
Desember 2010.
Girasoli A, 2007. The General Perceived Self-Efficacy Scale (GPSS). October 31,
2007.
Glanz K, Rimer BK, and Viswanath K, 2008. Health Behavior and Health
Education. Fourth Edition.Jossey Bass.US America
Gregory TA, Wilson C, Duncan A, Turnbull D, 1, Cole SR, and Young G, 2011.
Demographic, Social Cognitive and SocialEcological Predictors of
Intention and Participation in Screening for Colorectal Cancer. BMC
Public Health 2011, http://www.biomedcentral.com/1471-2458/11/38.
http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/47437/BAB%20II
%20Tinjauan%20Pustaka_%20I11orm.pdf (sitasi 2 Juli 2013)
Ghozali HI, and Fuad, 2008. Structural Equation Modelling, Teori, Konsep dan
Aplikasi dengan Program, Badan Penerbit Universitas Diponegoro,
Semarang
Haryanti, 2003. Hubungan Pendidikan Ibu, Status bekerja Ibu dan pendapatan
Rata-Rata Keluarga dengan Pemeriksaan Kehamilan (K4) di Wilayah
Kerja PuskesmasBaturetno II Kabupaten Wonogiri. Skripsi
Herlina NE, and Djamilus F, 2008. Faktor Resiko Kejadian Anemia pada Ibu
Hamil di Wilayah Kerja
PuskesmasBogor.http://alijeco.blogspot.com/2008/05/faktor-resiko-
kejadian-anemia-pada-ibu.html.
Hermiyanti S, Direktur Bina Kesehatan IbuDepkes RI, 2009. Manajemen
Akselerasi Pencapaian Target MDG dalam Penurunan AKI. Bandung 4
Juni 2009.
Israel B, and Schurman S, 1990. Social Support, Control, and the Stress Process.
In K. Glanz, F. M. Lewis, and B. K. Rimer (eds.), Health Behavior and
Health Education: Theory, Research, and Practice. San Francisco:
Jossey-Bass.
Lie et al, 1996 dalam Widjono 2008. Manajemen Kesehatan Ibu dan Anak.
Penerbit Duta Prima Airlangga. Surabaya.
Lazarus RS, 2000. Stress, Appraisal and Coping, Newyork. Springer Publications.
Leviton LC, Snell E, and McGinnis E, 2000. Urban Issues in Health Promotion.
American Journal of Public Health June 2000, Vol. 90, No. 6.
Lorig and Holman, 2003. Translated From Public Health Nutrition. Dalam Gizi
kesehatan Masyarakat, 2009. Editor: Gibney M.J, Margetts BM, Kearney
JM, Arab L. Jakarta. EGC.
McCarthy and Maine, 1992. Developed a conceptual model for analysing the
determinants of maternal mortality. Studi in family planning/ 25 (1): 23 -
33.
McLeroy KR, Bibeau D, Steckler A, and Glanz K, 1988. An Ecological
Perspective on Health Promotion Programs.Health Education Quarterly.
Morton SBG, Greene WH, and Gottlieb NH, 1995. Introduction to Health
Education and Health Promotion (2nd ed.) (pp. 403-422). Prospect
Heights, IL: Waveland Press. Diakses tanggal 5 Desember 2010
May KA, Mahmeister LR, 2000. Maternal and Neonatal Nursing, Family
Centered Care. 3rd ed. Philadelphia. JB Lipincott.
McLeroy KR, Gottlieb NH, and Heaney CA, 2001. Social Health. In M. P.
O‘Donnell and J. S. Harris (eds.), Health Promotion in the Workplace.
(3rd ed). Albany, New York: Delmar.
Manuba IB, 2001. Kapita Selekta Penatalaksanaan Rutin Obstetri Ginekologi dan
KB. Jakarta. EGC.
Matteson PL, Perry SE, and Bobak IM, 2001. Maternity Nursing. St Louis Inc.
Manuaba IBG, Manuaba IAC, Manuaba IBGF, 2007. Pengantar Kuliah Obstetri.
Cetakan I. Jakarta. EGC.
Mathers CD, Boerma T, and Doris FM, 2009. Global and Regional Causes of
Death Department of Health Statistics and Informatics, World Health
Organization, Geneva, Switzerland. Published Online September 22, 2009.
Norris SL, Nichols PJ, Caspersen C, 2002. Translated From Public Health
Nutrition. Dalam Gizi kesehatan Masyarakat, 2009. Editor: Gibney M.J,
Margetts BM, Kearney JM, Arab L. EGC Jakarta
Ottawa Charter, 1986, Ottawa Charter for Health Promotion. Ottawa: Canadian
Public Health Association.
Perry CL, Williams CL, Mortenson SV, Toomey TL, Komro KA, Anstime PS,
McGovern PG, Finnegan JR, Forster JL, Wagenaar AC, and Wolfson M,
1996. Ecological Model of Health Behavior and Health Promotion.
Project Northland: Outcomes of a Community wide Alcohol Use
Rosenstock, I. M., Strecher, V. J., and Becker, M. H., 1988. “Social Learning
Theory and the Health Belief Model.”Health Education Quarterly, 1988,
15(2), 175-183.
Swasono MF, 1998. Kehamilan, Kelahiran Perawatan ibu dan Bayi dalam
Konteks Budaya Universitas Indonesia. Journal Antropologi Indonesia
57.Vol XIV hal 124-127.
Saifuddin AB, 2000. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal. Jakarta. Yayasan Bina Pustaka.
Schneider MJ, 2006. Introduction to Public Health, Second Edition. Jones and
Bartlett Publishers, Massachusetts, Boston. USA.
Senge PM, 2006. Fifth Discipline The Art and Practice of the Learning
Organization. USA. Published By Doubleday.
Seran SB, Butu Y, Seikka X, Silalahi M, and Lewaherilla HJ, 2009. Revolusi
KIA NTT, Dinkes Prop NTT and AIPMNH Prop NTT, Kupang. 15
Agustus 2009.
Turnock JB, 2004. Publik Health, Thrd edition. USA Boston Jones and Bartlett
Publishers Sudbury Massachus.
UW Center for Public Health Nutrition, 2010. Appendix A Models, Factors and
Theories of Change. Washington State Department of Health.
http://depts.washington.edu/waaction/plan/append/a.html.Updated 9/24/10
WHO, 1985 ;Unicef, 1988, dalam Widjono, 2008. Manajemen Kesehatan Ibu dan
Anak. Penerbit Duta Prima Airlangga. Surabaya.
WHO, 2003. Pedoman Praktis Safe Mother Hood: Paket Ibu dan Bayi Penerapan
Program Safe Mother Hood. Jakarta. Penerbit Buku Kedokteran.
WHO, 2005. Make Every Mother and Child Count. Geneva. World Health
Organization.
WHO, 2007. WHO: Penurunan Angka Kematian Ibu Belum Sesuai Target MDGs.
http://www.antaranews.com/view/?i=1192195269&c=NAS&s= 12 Oktober 2007.
Widjono D, 2008. Manajemen Kesehatan Ibu dan Anak. Penerbit Duta Prima
Airlangga. Surabaya.
______. Hasil Sidang PBB Ke -65 Tentang MDGs di New York Tanggal 20 - 22
September 2010 (http://www.bappenas.go.id/node/116/2763/hasil-sidang-
pbb-ke-65-tentang-millenium-development-goals-mdgs--di-new-york-20-
22-september-2010).
_______. 1997. Table from “Theory at a Glance: A Guide for Health Promotion
Practice"
Anonim/http://eprints.lib.ui.ac.id/4207/2/125773-TESIS0644%20Mar%20N09r-
Respon%20dan%20Koping-Bibliografi.pdf
Anonim/http://www.antaranews.com/view/?i=1192195269&c=NAS&s=
Anonim/ http://www.psychologymania.com/2012/04/regulasi-diri-self-
regulation.html (disitasi 25 Juli 2013)
Lampiran 8
2 Dilakukan
screening faktor
risiko
33 insti2 Dimensi
Reliability/Keterandalan
34 insti3 Dimensi Assurance/Keyakina
35 insti4 Dimensi Tangible/Berwujud
36 insti5 Dimensi Emphathy/empati
37 insti6 Dimensi
Responsiveness/Keresponsif
38 komunitas1 Collective Efficacy 1 Kurang
2 Cukup
3 Baik
39 komunitas2 Outcome Expectation 1 Tidak penting
2 Biasa
3 Penting
40 komunitas3 Observasional Learning 1 Kurang
2 Cukup
3 Baik
41 komunitas4 Fasilitas 1 Kurang
2 Cukup
3 Baik
42 komunitas5 Incentive Motivation 1 Kurang
2 Cukup-Baik
43 komunitas6 Self Regulation 1 Kurang
2 Cukup
3 Baik
I. INTRA PERSONAL
1.1 LATAR BELAKANG RESPONDEN Nomor
No Tanggal Sampel
1. Nama : Kolom
ini jangan
diisi
2. TTL/ Umur : /
3. Jenis kelamin : L / P
4. Agama : (lingkari jawaban yang sesuai) 4
a. Islam
b. Katolik
c. Kristen
d. Hindu
e. Budha
f. Kepercayaan kepada YME
g. Lain-lain
5. Alamat : Jalan/RT/RW : ……………………………………
Desa/ kelurahan : ………………………………..
Kec. : …………………………………………………
Kodya/Kab…………………………………………..
(diisi lengkap)
……………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………
……………………………………………………
7 Pengukuran Antropometri/ (status gizi)
Tinggi badan : ……….. cm
Berat badan saat hamil : ……. Kg* K1 & K4
Penambahan berat badan selama hamil …… kg *
Lingkar lengan atas (LiLA) : …….. cm
Status gizi ibu selama hamil
1. Tidak diukur
2. BMI ……..
8. Injeksi TT ……………… Kali 8 (……)
9. Jumlah tablet tambah darah (Fe) yang di konsumsi : …. Tablet 9 (……)
10. Frekuensi pemeriksaan kadar Hb 10 (……)
1. Tidak dilakukan
2. ________________ kali
11. Hasil pemeriksaan kadar hb trimester III, : ……gr% 11 (……)
12 Pemeriksaan tekanan darah trimester III, : ……..mmHg 12. (……)
13 Ibu saat hamil mengalami komplikasi kehamilan preeklampsi, 13. (……)
1. Tidak komplikasi
2. Hipertensi
3. Hipertensi disertai edema wajah atau tungkai bawah dan atau
proteinuria (+)
14. Pemeriksaan laboratorium yang dilakukan atas indikasi : 14. (……)
Sebutkan
……………………………………………………………………………
……………………………………………………………
15a Berapa jarak antara rumah responden ke tempat pelayanan kesehatan 15_a (……)
yang memadai (Puskesmas PONED/memadai) : ……………..Km
Berapa lama waktu yang dibutuhkan responden untuk sampai ke tempat
15b. pelayanan kesehatan tersebut? ____________ menit 15_b (……)
16 a Apakah sebelum hamil ibu / suami *) menggunakan alat kontrasepsi ? 16_a (……)
1. Tidak KB
2. Ikut KB
Jenis kontrasepsi apa yang digunakan sebelum hamil ?
16 b 1. IUD 4. Implant 7. Kondom 16_b (……)
2. MOP 5. Suntik 8. Obat vaginal
3. MOW 6 Pil 9.lainnya, ______________
Status akseptor
16 c 1. Baru 16_c (……)
2. lama
3. DO
4 Aktif
Sudah berapa lama menjadi akseptor KB , _________ bulan
16 d 16_d (……)
Jelaskan
……………………………………………………………………
……………………………………………………………………
D. Riwayat Persalinan
1. Tanggal persalinan _____________
2. Usia kehamilan saat lahir ____________ mgg
3. Dimanakah tempat ibu melahirkan anak yang terakhir
1. Di rumah sendiri/keluarga 6. Di klinik bersalin swasta
2. Di rumah dukun bayi 7. Di Puskesmas
3. Di rumah bidan di desa 8. Di RS Bersalin
4. Di Polindes 9.di RS pemerintah
5. diPraktek bidan swasta 10. Lainnya,_____________
4.a. Berapa jarak antara rumah responden ke tempat melahirkan fasilitas 4_a (…..)
kesehatan yang memadai (Puskesmas PONED/) :………Km
4 b. Alat transportasi apa yang ibu gunakan untuk ke tempat pelayanan 4_b (…..)
kesehatan
1. Jalan kaki
2. Tandu
3. Motor/ojek
4. Kendaraan umum
5. Kendaraan pribadi
6. Ambulance Desa
7. Ambulance/pusling
8. Lainnya, _______________________
4 c. Berapa lama waktu yang dibutuhkan responden untuk sampai ke tempat 4 c. (……)
pelayanan kesehatan tersebut? ____________ menit
5. Siapakah yang menolong ibu melahirkan anak yang terakhir 5. (…….)
1. Anggota keluarga (tapi bukan petugas kesehatan
2. Dukun bayi 6. Dokter kandungan
3. Bidan dan dukun bayi 7. Lainnya, ___________________
4. Perawat
5. Dokter umum
6. Siapakah yang mendampingi ibu saat persalinan 6. (…….)
1. tidak ada pendamping
2. ibu mertua/ keluarga suami*)
3 ibu kandung/keluarga ibu*)
4. Suami
5. Teman
6. Lainnya, _________________________
4. Keluarga
J Keterlambatan Rujukan
1 a. Berapa lama sejak muncul gejala sampai dengan pengambilan keputusan 1_a (……)
untuk dirujuk
………….. menit
1b. Hambatan yang dihadapi setelah pengambilan keputusan untuk dirujuk 1_b (……)
1. Tidak ada
2. Tidak ada biaya
3. Kesulitan mencari transportasi
4. Menunggu PetugasKesehatan
5. Lainnya,…………………………
Berapa lama waktu (jam) yang digunakan setelah ibu setuju untuk
1c dirujuk sampai tiba di empat pelayanan kesehatan rujukan (rumah sakit) 1_c (…….)
……………………..Jam
Bagaimana upaya mendapatkan transportasi
1. Sulit (membutuhkan waktu lama……. Menit
1d 2. Mudah …… menit 1_d (…….)
Bagaimana kondisi geografis tempat tinggal ibu :
1. Pegunungan
1e 2. Sebagian datar 1_e (…….)
3. Datar
4. Lain-lain………………………
Kendaraan apa yang digunakan untuk merujuk ibu :
1. Mobil pribadi
1f 2. Angkutan kota/Desa 1_f (…….)
3. Angkutan barang
4. Mobil Ambulans/Puskesling
5. Lainnya………………………………
Tempat rujukan persalinan
1. Puskesmas 1_g (……)
1g 2. Rumah sakit/Rumah bersalin
3. Lainnya, _____________________
Penyebab dirujuk
1. Distocia/partus tak maju
1h. 2. Hipertensi 1_h (…….)
3. Bengkak-bengkak/Preeklmpsi
4. kejang-kejang/Eklampsi
5.Ketuban pecah Dini/KPD
6. Perdarahan Ante Partum
7. Lainnya, ___________________________
Berapa lama waktu yang dibutuhkan sejak tiba di Rumah sakit sampai
dilakukan penanganan medis / Waktu respon setelah tiba di tempat
1i. rujukan …………….. menit 1_i (…….)
Berapa lama ibu dirawat di rumah sakit sampai pulang ke rumah
……….jam/hari
1j. Volume perdarahan waktu melahirkan ………………… cc 1_j (…….)
1.3 Gender
No Pertanyaan Jawaban
SS S CS KS STS
1 Saya merasa setiap ibu hamil harus memeriksakan
kehamilannya sekurang-kurang 4 kali selama
kehamilan.
2 Menurut saya lebih baik pemeriksaan kehamilan
dilakukan di Pusksmas, pustu, polindes, bidan di desa,
praktek dokter dan rumah sakit. Daripada ke dukun.
3 Saya merasa apabila saya memeriksakan kehamilan di
Puskesmas maka ibu dan bayi dapat terhindar dari penyulit
yang timbul sewaktu hamil dan melahirkan
4 Apabila pertolongan persalinan yang dilakukan di fasilitas
kesehatan yang memadai (Puskesmas PONED) saya
berharap dapat menjamin kesehatan dan keselamatan ibu
maupun bayi yang dilahirkan
5 Ibu yang melahirkan segera diberikan Inisisasi Menyusu
Dini (IMD) 30 menit - 1 jam untuk meningkatkan
hubungan ibu dan anak serta dapat meningkatkan produksi
ASI
6 Saya merasa ASI yang pertama yang berwarna kuning
adalah ASI kotor sehingga tidak boleh diberikan kepada
bayi
7 Menurut saya lebih baik memberikan bayi susu botol
sebelum ASI keluar agar bayi tidak kekurangan cairan
8 Selama masa nifas (42 hari setelah melahirkan) saya tidak
keberatan mendapatkan perawatan dan kunjungan nifas
dari Petugas kesehatan ke rumah saya sebanyak 3 kali
9 Saya perlu mendapatkan pelayanan KB agar dapat
mempunyai waktu merawat bayi dengan baik serta
mengatur jarak kehamilan
10 Perawatan kehamilan, persalinan dan nifas petugas
kesehatan perlu melibatkan suami, keluarga dan
masyarakat dalam meningkatkan mutu pelayanan
kesehatan ibu
III. INSTITUSIONAL
3.1 Persepsi Ibu tentang Kinerja Bidan dalam Pelayanan Kehamilan,
Persalinan dan
Nifas
Keterangan :
Jawablah kinerja bidan sesuai pendapat saudara
SB = Sangat Baik (Bobot = 5)
B = Baik (Bobot = 4)
CB = Cukup Baik (Bobot = 3)
KB = Kurang Baik (Bobot = 2)
TB = Tidak Baik (Bobot = 1)
3.3 Screening ante natal pada ibu hamil untuk deteksi dini ibu risiko tinggi dan
rujukan
1. Apakah Puskesmas sudah melakukan screening ante natal pada ibu hamil untuk deteksi
dini ibu risiko tinggi dan rujukan
1) ya 2 ) tidak, alasannya
.……………………………………………………………………………………………
……. Jika ya, apa standar yang digunakan ?
3. Siapa yang melakukan screening
4. Bagaimana hasil dari screening yang dilakukan.
2) Tidak,
jelaskan…………………………………………………………………………..
………………………………………………………………………………………….
…………………………………………………………………………………………
3. Pada saat hamil dan melahirkan apakah ibu hamil mendapat perhatian khusus di
keluarga dan masyarakat (berikan nilai sesuai jawaban saudara) (4 = selalu ; 3 = sering ;
2 = kadang-kadang; 1 = tidak pernah)
1) Ibu diprioritaskan dalam hal tempat
2) Ibu diprioritaskan dalam hal waktu
3) Ibu diprioritaskan dalam hal kesempatan
4) Ibu diprioritaskan dalam hal pelayanan
1) Ya,jelaskan…………………………………………………………………………
………………………….…………………………………………………………
……………………………………………………………………………………
…………
2) Tidak,
jelaskan…………………………………………………………………………..
……………………………………………………………………………………
…….
………………………………………………………………………………………
…..
2. Adakah kelas prenatal untuk pendidkan kesehatan untuk ibu hamil?
1) Ya,jelaskan…………………………………………………………………………
………………………….…………………………………………………………
……………………………………………………………………………………
……………
2) Tidak,
jelaskan…………………………………………………………………………..
……………………………………………………………………………………
…….
………………………………………………………………………………………
…..
3. Apakah ada organisasi siaga di masyarakat yang siap membantu ibu hamil,
melahirkan dan masa nifas :
1) Ya,jelaskan…………………………………………………………………………
………………………….…………………………………………………………
……………………………………………………………………………………
……………TTidak,
jelaskan…………………………………………………………………………..
……………………………………………………………………………………
…….
………………………………………………………………………………………
…..
4. Jika ada organisasi siaga di masyarakat apakah organisasi tersebut siaga selama
24 jam
(berikan nilai sesuai jawaban saudara) (4 = selalu ; 3 = sering ; 2 = kadang-kadang; 1 =
tidak pernah)
4.5 Fasilitas
Keterangan : Jawablah pertanyaan dengan memberikan tanda rumput (v) pada
jawaban yang
sesuai
No. Pertanyaan Jawaban
Ya Tidak
1 Apakah di masyarakat tersedia fasilitas untuk penyuluhan
2 Apakah di masyarakat dilakukan kegiatan penyuluhan kesehatan
secara rutin
4.7 Dukungan Sosial (lingkari jawaban sesuai pilihan saudara, jawaban bisa
lebih dari satu dan lengkapi jawaban saudara).
1. Siapakah yang berperan besar dalam memberikan semangat untuk perawatan
ibu selama masa hamil, melahirkan dan nifas adalah :
a. Diri sendiri
b. Suami
c. Orang tua
d. mertua
e. Kelurga/saudara
f. Teman
g. Dokter
h. Bidan
i. Perawat
j. Dukun
k. Penasehat spiritual (ulama, pendeta)
l. Lainnya ..................................................
2. Yang mendorong bapak/ibu agar merubah perilaku sehingga melakukan
perawatan secara teratur adalah :
a. Ingin selalu dekat dengan keluarga
b. Ingin selalu mendampingi orang yang dicintai
c. Diberi penghargaan khusus apabila berhasil merubah gaya hidup
d. Tulang punggung keluarga
e. Jabatan pada instansi tertentu yang tak bisa ditinggal
3. Kelompok atau grup yang ada di tempat bapak/ibu yang dapat membantu
upaya melakukan perawatan ibu hamil secara teratur
a. Kelas prenatal
b. Arisan
c. Ibu-ibu PKK
d. Ibu-ibu Wanita GMIT/ MAWI/ Wanita Masjid
e. Instruktur yang dipanggil oleh warga
f. Lainnya, ……………………………
g. Tidak ada
4. Adakah seseorang, dimana ibu dapat mengutarakan masalah yang dihadapi
dimana bapak/ibu memdapat bimbingan dalam perawatan kesehatan ibu hamil,
melahirkan dan nifas
Ada …………… Tidak ada ………..
Disebutkan :
a. Pergi ke Psikiater
b. Teman dekat
c. Ulama
d. Keluarga (Bapak, ibu, suami, saudara kandung)
e. Linnya……………………………….
5. Adakah upaya dari teman atau keluarga bapak/ ibu yang berupaya membantu
sepenuh hati dan amengupayakan sarana dan prasarana dalam upaya persiapan
persalinan dari ibu ?
Ada ………………. Tidak ada ……….
a. Menyediakan kendaraan untuk pergi berobat
b. Menyediakan dana
c. Membentuk klub senam ibu hamil/prenatal/ibu nifas
d. Menyediakan informasi-informasi yang berkaitan dengan kesehatan ibu
hamil, melahirkan dan nifas.
4.8 Pedoman wawancara tentang nilai dan sosial budaya (Untuk ibu hamil)
1. Bagaimana nilai/arti kehadiran seorang anak bagi suami/ ibu dan keluarga ?
2. Bagaimana nilai/arti kehadiran seorang ibu/ istri bagi suami dan keluarga ?
3. Kapan biasanya ibu hamil pertama kali memeriksakan kehamilannya?
4. Siapakah yang menjadi orang pertama yang diberitahu tentang kehamilan ibu?
5. Bagaimana peran suami/istri dan keluarga dalam merencanakan kehamilan,
persalinan dan nifas ?
1) Siapa yang memutuskan untuk hamil?
2) Siapa yang memutuskan tempat pemeriksaan kehamilan dan persalinan ?
3) Siapa yang memutuskan untuk merujuk jika terjadi penyulit/komplikasi
persalinan seperti perdarahan, ari-ari tertinggal/ retensio plasenta, persalinan
macet/ persalinan lama atau infeksi ?
4) Siapa saja yang ikut terlibat dalam perawatan selama hamil, melahirkan, serta
nifas ?
5) Bagaimana bentuk reinforcement yang diberikan kepada ibu hamil, melahirkan
dan nifas ?
6. Bagaimana budaya perawatan ibu selama hamil, melahirkan dan nifas yang
sudah dilaksanakan selama ini ?
7. Siapakah orang penting bagi ibu untuk mengkonsultasikan kehamilan,
persalinan dan nifas ?
Lampiran 10
Parameter coding
Predicted
K1 Murni
Score df Sig.
Step 2a Variables CE2(1) 1.422 1 .233
Overall Statistics 1.422 1 .233
a. Variable(s) removed on step 2: CE2.
Logistic Regression
(Multivariat _K4)
Case Processing Summary
Unweighted Casesa N Percent
Selected Cases Included in Analysis 126 100.0
Missing Cases 0 .0
Total 126 100.0
Unselected Cases 0 .0
Total 126 100.0
a. If weight is in effect, see classification table for the total
number of cases.
Dependent Variable
Encoding
Original
Value Internal Value
Tidak K4 0
K4 1
Model Summary
-2 Log
Step likelihood Cox & Snell R Square Nagelkerke R Square
1 74.676a .548 .730
a
2 75.946 .543 .724
3 78.040 a .535 .714
4 78.589a .533 .711
b
5 80.368 .527 .702
a. Estimation terminated at iteration number 7 because parameter
estimates changed by less than ,001.
b. Estimation terminated at iteration number 6 because parameter
estimates changed by less than ,001.
Classification Tablea
Predicted
K4 Trimester 3
Observed Tidak K4 K4 Percentage Correct
Step 1 K4 Trimester 3 Tidak K4 55 7 88.7
K4 10 54 84.4
Overall Percentage 86.5
Step 5 K4 Trimester 3 Tidak K4 55 7 88.7
K4 9 55 85.9
Overall Percentage 87.3
a. The cut value is ,500
Variables in the Equation
95% C.I.for
EXP(B)
Logistic Regression
(Multivariat Tempat Persalinan)
Case Processing Summary
Unweighted Casesa N Percent
Selected Cases Included in Analysis 126 100.0
Missing Cases 0 .0
Total 126 100.0
Unselected Cases 0 .0
Total 126 100.0
a. If weight is in effect, see classification table for the total number of cases.
Dependent Variable Encoding
Original Value Internal Value
Non Faskes 0
Faskes 1
Kategorical Variables Codings
Parameter coding
Classification Tablea
Predicted
Tempat persalinan
Percentage
Observed Non Faskes Faskes Correct
Step 1 Tempat persalinan Non Faskes 44 11 80.0
Faskes 7 64 90.1
Overall Percentage 85.7
Step 4 Tempat persalinan Non Faskes 44 11 80.0
Faskes 6 65 91.5
Overall Percentage 86.5
a. The cut value is ,500
Variables in the Equation
Score df Sig.
Step 2a Variables IM .465 2 .793
IM(1) .157 1 .69
2
IM(2) .258 1 .612
Step 4c Variables Pengetahuan .937 1 .333
pkklg2b(1) 1.204 1 .273
IM .843 2 .656
IM(1) .106 1 .745
IM(2) .666 1 .414
Overall Statistics 2.408 4 .661
Parameter coding
Frequency (1)
Memodifikasi lingkungan Tidak dilakukan 50 .000
keluarga
Dilakukan 73 1.000
Persepsi Kerentanan Kurang 49 .000
Cukup-Baik 74 1.000
Block 1: Method = Backward Stepwise (Wald)
Model Summary
Cox & Snell R Nagelkerke R
Step -2 Log likelihood Square Square
1 52.520a .442 .695
2 54.341a .433 .682
3 57.142a .420 .661
a. Estimation terminated at iteration number 7 because parameter
estimates changed by less than ,001.
Classification Tablea
Predicted
Penolong Persalinan
Model Summary
Cox & Snell R Nagelkerke R
Step -2 Log likelihood Square Square
1 52.520a .442 .695
2 54.341a .433 .682
3 57.142a .420 .661
a. The cut value is ,500
Variables in the Equation
Score df Sig.
Step 2a Variables Sikap_Ibu 1.813 1 .178
Overall Statistics 1.813 1 .178
Step 3b Variables Sikap_Ibu 2.661 1 .103
Kinerjabdn_B 2.791 1 .095
Overall Statistics 4.728 2 .094
a. Variable(s) removed on step 2: Sikap_Ibu.
b. Variable(s) removed on step 3: Kinerjabdn_B.
Logistic Regression
(Multivariat KF)
Case Processing Summary
Unweighted Casesa N Percent
Disertasi PENGEMBANGAN PENDEKATAN “SOCIAL INA DEBORA R.L
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
413
Parameter coding
Predicted
Kategori Kunjungan
Nifas
SR 10.251 2 .006
Score df Sig.
Step 2a Variables Subjective_norm .170 1 .681
Overall Statistics .170 1 .681
Step 3b Variables Niat_Ibu .755 1 .385
Subjective_norm .004 1 .948
Overall Statistics .930 2 .628
a. Variable(s) removed on step 2: Subjective_norm.
b. Variable(s) removed on step 3: Niat_Ibu.
Logistic Regression
(Multivariat - KB)
Case Processing Summary
Parameter coding
Classification Tablea
Predicted
KB
Score df Sig.
PENGEMBANGAN MODEL
Factor Analysis
Communalities
Initial Extraction
K1 Murni 1.000 .625
K4 Trimester 3 1.000 .645
Tempat persalinan 1.000 .380
Penolong Persalinan 1.000 .437
Kategori Kunjungan Nifas 1.000 .119
KB 1.000 .128
Extraction Method: Principal Component Analysis.
Total Variance Explained
Initial Eigenvalues Extraction Sums of Squared Loadings
Component Total % of Variance Cumulative % Total % of Variance Cumulative %
1 2.335 38.914 38.914 2.335 38.914 38.914
2 1.410 23.501 62.416
3 .943 15.715 78.131
4 .774 12.905 91.036
5 .431 7.178 98.215
6 .107 1.785 100.000
Extraction Method: Principal Component Analysis.
Component Matrixa
Component
1
K1 Murni .790
K4 Trimester 3 .803
Tempat persalinan .617
Penolong Persalinan .661
Kategori Kunjungan Nifas .345
KB .358
Extraction Method: Principal Component
Analysis.
Communalities
Initial Extraction
K1 Murni 1.000 .625
K4 Trimester 3 1.000 .645
Tempat persalinan 1.000 .380
Penolong Persalinan 1.000 .437
Kategori Kunjungan Nifas 1.000 .119
KB 1.000 .128
a. 1 components extracted.
Factor Analysis
Communalities
Initial Extraction
K1 Murni 1.000 .745
K4 Trimester 3 1.000 .761
Tempat persalinan 1.000 .331
Penolong Persalinan 1.000 .376
Extraction Method: Principal Component
Analysis.
Total Variance Explained
Initial Eigenvalues Extraction Sums of Squared Loadings
Component Total % of Variance Cumulative % Total % of Variance Cumulative %
1 2.214 55.353 55.353 2.214 55.353 55.353
2 1.202 30.059 85.412
3 .474 11.845 97.258
4 .110 2.742 100.000
Extraction Method: Principal Component Analysis.
Component Matrixa
Component
1
K1 Murni .863
K4 Trimester 3 .873
Tempat persalinan .576
Penolong Persalinan .613
Extraction Method: Principal
Component Analysis.
a. 1 components extracted.
Factor Analysis
Communalities
Initial Extraction
K1 Murni 1.000 .745
K4 Trimester 3 1.000 .761
Tempat persalinan 1.000 .331
Penolong Persalinan 1.000 .376
Extraction Method: Principal Component Analysis.
Total Variance Explained
Component Initial Eigenvalues Extraction Sums of Squared Loadings
Factor Analysis
Communalities
Initial Extraction
Sikap Ibu 1.000 .764
Niat Ibu 1.000 .696
Nilai kepercayaan 1.000 .765
Self Efficacy 1.000 .630
Extraction Method: Principal Component
Analysis.
Total Variance Explained
Initial Eigenvalues Extraction Sums of Squared Loadings
Component Total % of Variance Cumulative % Total % of Variance Cumulative %
Factor Analysis
Communalities
Initial Extraction
Sikap Ibu 1.000 .764
Niat Ibu 1.000 .696
Nilai kepercayaan 1.000 .765
Self Efficacy 1.000 .630
Extraction Method: Principal Component
Analysis.
Factor Analysis
Communalities
Initial Extraction
Persepsi Kerentanan 1.000 .282
Pengambilan keputusan 1.000 .436
keluarga
Merawat ibu hamil 1.000 .350
Subjective norm 1.000 .748
Perceived control 1.000 .525
Extraction Method: Principal Component Analysis.
Total Variance Explained
Initial Eigenvalues Extraction Sums of Squared Loadings
Component Total % of Variance Cumulative % Total % of Variance Cumulative %
1 2.341 46.819 46.819 2.341 46.819 46.819
2 .905 18.094 64.913
3 .868 17.355 82.269
4 .586 11.724 93.993
5 .300 6.007 100.000
Extraction Method: Principal Component Analysis.
Component Matrixa
Component
1
Persepsi Kerentanan .531
Pengambilan keputusan .660
keluarga
Merawat ibu hamil .592
Subjective norm .865
Perceived control .724
Extraction Method: Principal Component
Analysis.
a. 1 components extracted.
Factor Analysis
Communalities
Initial Extraction
Persepsi Kerentanan 1.000 .282
Pengambilan keputusan 1.000 .436
keluarga
Merawat ibu hamil 1.000 .350
Subjective norm 1.000 .748
Perceived control 1.000 .525
Extraction Method: Principal Component Analysis.
Total Variance Explained
Component Initial Eigenvalues Extraction Sums of Squared Loadings
Factor Analysis
Communalities
Initial Extraction
Observasional Learning 1.000 .422
Fasilitas 1.000 .752
Self Regulation 1.000 .708
Extraction Method: Principal Component Analysis.
Total Variance Explained
Initial Eigenvalues Extraction Sums of Squared Loadings
Component Total % of Variance Cumulative % Total % of Variance Cumulative %
1 1.882 62.738 62.738 1.882 62.738 62.738
2 .749 24.967 87.706
3 .369 12.294 100.000
Extraction Method: Principal Component Analysis.
Component Matrixa
Component
1
Observasional Learning .650
Fasilitas .867
Self Regulation .841
Extraction Method: Principal Component
Analysis.
a. 1 components extracted.
Factor Analysis
Communalities
Initial Extraction
Observasional Learning 1.000 .422
Fasilitas 1.000 .752
Self Regulation 1.000 .708
Extraction Method: Principal Component Analysis.
Koefisien Jalur
INTER 0.63
0.61
1.00 INTRA
4.16
KOMN 0.88
0.34
0.25 0.58
-0.15
0.37
INSTI 0.73
BEHAV 0.45
-0.22
t- value
INTER 7.87
8.57
7.87 INTRA
4.16
KOMN 7.87
7.11
4.54
3.04 4.48
-2.10
7.87
INSTI BEHAV 7.87
-3.15
Degrees of Freedom = 2
Minimum Fit Function Chi-Square = 4.01 (P = 0.13)
Normal Theory Weighted Least Squares Chi-Square = 3.95 (P = 0.14)
Estimated Non-centrality Parameter (NCP) = 1.95
90 Percent Confidence Interval for NCP = (0.0 ; 11.82)
Minimum Fit Function Value = 0.032
Population Discrepancy Function Value (F0) = 0.016
90 Percent Confidence Interval for F0 = (0.0 ; 0.095)
Root Mean Square Error of Approximation (RMSEA) = 0.089
90 Percent Confidence Interval for RMSEA = (0.0 ; 0.22)
P-Value for Test of Close Fit (RMSEA < 0.05) = 0.22
Expected Cross-Validation Index (ECVI) = 0.32
90 Percent Confidence Interval for ECVI = (0.27 ; 0.36)
ECVI for Saturated Model = 0.24
ECVI for Independence Model = 1.83
Chi-Square for Independence Model with 10 Degrees of Freedom = 216.93
Independence AIC = 226.93
Model AIC = 39.95
Saturated AIC = 30.00
Independence CAIC = 246.11
Model CAIC = 109.00
Saturated CAIC = 87.54
Root Mean Square Residual (RMR) = 0.043
Standardized RMR = 0.043
Goodness of Fit Index (GFI) = 0.99
Adjusted Goodness of Fit Index (AGFI) = 0.91
Parsimony Goodness of Fit Index (PGFI) = 0.13
Normed Fit Index (NFI) = 0.98
Non-Normed Fit Index (NNFI) = 0.95
Parsimony Normed Fit Index (PNFI) = 0.20
Comparative Fit Index (CFI) = 0.99
Incremental Fit Index (IFI) = 0.99
Relative Fit Index (RFI) = 0.91
Critical N (CN) = 288.04
T-Test
Paired Samples Statistics
N Correlation Sig.
Pair 1 Post Test I & Pretest I 26 .597 .00
Pair 2 Post Testt II & Pretest II 26 .736 1.000
Pair 3 Post Test III & Pre Test III 26 .734 .000
Paired Differences
95% Confidence
Interval of the
Difference
Std. Std. Error Sig. (2-
Mean Deviation Mean Lower Upper t df tailed)
Pair Post Test I - 58.4615 8.57546 1.68179 54.9978 61.92524 34.762 25 .000
1 Pretest I 4 4
Pair Post Testt II - 59.0384 7.07379 1.38728 56.1813 61.89563 42.557 25 .000
2 Pretest II 6 0
Pair Post Test III - Pre 66.1538 5.71099 1.12002 63.8471 68.46056 59.065 25 .000
3 Test III 5 3
NPar Tests
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
INSTITUSIONAL
Frequencies
Statistics
Pendidikan Pendidikan
N Valid 36 36
Missing 0 0
Frequency Table
Pendidikan
NPar Tests
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Selisih (Postest -
Pretest Postest Pretest)
N 36 36 36
Normal Parametersa,,b Mean 31.3889 54.8611 54.8611
Std. Deviation 15.92891 10.98610 10.98610
Most Extreme Differences Absolute .290 .311 .311
Positive .290 .153 .153
Negative -.152 -.311 -.311
Kolmogorov-Smirnov Z 1.743 1.025 1.864
Asymp. Sig. (2-tailed) .005 .245 .002
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
Disertasi PENGEMBANGAN PENDEKATAN “SOCIAL INA DEBORA R.L
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
432
Frequencies
Statistics
Total 36
a. Pretest < Postest
b. Pretest > Postest
c. Pretest = Postest
Test Statisticsb
Pretest - Postest
a
Z -5.275
Asymp. Sig. (2-tailed) .000
a. Based on positive ranks.
b. Wilcoxon Signed Ranks Test
NPar Tests
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Selisih (Postest -
Pendidikan Pretest Postest Pretest)
Pendidikan Non N 19 19 19
Kesehatan
Normal Parametersa,,b Mean 21.3158 80.5263 59.2105
Std. 10.78091 4.37631 9.01591
Deviation
Most Extreme Absolute .496 .232 .377
Differences
Positive .496 .232 .208
Negative -.279 -.189 -.377
Kolmogorov-Smirnov Z 2.162 1.012 1.643
Mann-Whitney Test
Ranks
NPar Tests
Wilcoxon Signed Ranks Test
Ranks
Pendidikan N Mean Rank Sum of Ranks
Pendidikan Non Kesehatan Pretest - Negative Ranks 19a 10.00 190.00
Postest
Positive Ranks 0b .00 .00
Ties 0c
Total 19
Pendidikan Profesi di Pretest - Negative Ranks 17a 9.00 153.00
Bidang Kesehatan Postest
Positive Ranks 0b .00 .00
Ties 0c
Total 17
a. Pretest < Postest
b. Pretest > Postest
c. Pretest = Postest
Test Statisticsb
Pendidikan Pretest - Postest
Pendidikan Non Kesehatan Z -3.916a
Asymp. Sig. (2- .000
tailed)
Pendidikan Profesi di Bidang Z -3.685a
Kesehatan Asymp. Sig. (2- .000
tailed)
a. Based on positive ranks.
b. Wilcoxon Signed Ranks Test
T-Test
Paired Samples Statistics
Pendidikan Mean N Std. Deviation Std. Error Mean
Pendidikan Non Kesehatan Pair 1 Postest 80.5263 19 4.37631 1.00399
Pretest 21.3158 19 10.78091 2.47331
Pendidikan Profesi di Pair 1 Postest 92.6471 17 3.12132 .75703
Bidang Kesehatan Pretest 42.6471 17 13.00452 3.15406
Std.
Std. Error
Mean Deviation Mean Lower Upper
Pendidikan Pai Postest - 59.21053 9.01591 2.06839 54.86500 63.55605 28.626 18 .000
Non Kesehatan r Pretest
Pendidikan 1
Pair Postest - 50.00000 11.18034 2.71163 44.25160 55.74840 18.439 16 .000
Profesi di 1 Pretest
Bidang
Kesehatan
KOMUNITAS
NPar Tests
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Postest
Screening
Faktor risiko, Pretest Screening
rujukan dan Faktor risiko, rujukan
tanda bahaya dan tanda bahaya
N 32 32
Normal Parametersa,b Mean 85.0000 22.9688
Std. Deviation 5.81988 6.20346
Most Extreme Differences Absolute .219 .278
Positive .133 .278
Negative -.219 -.184
Kolmogorov-Smirnov Z 1.237 1.570
Asymp. Sig. (2-tailed) .094 .014
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
NPar Tests
Descriptive Statistics
N Mean Std. Deviation Minimum Maximum
Postest Screening Faktor 32 85.0000 5.81988 75.00 95.00
risiko, rujukan dan tanda
bahaya
Pretest Screening Faktor 32 22.9688 6.20346 15.00 35.00
risiko, rujukan dan tanda
bahaya
Ranks
N Mean Rank Sum of Ranks
a
Pretest Screening Faktor Negative Ranks 32 16.50 528.00
risiko, rujukan dan tanda Positive Ranks 0b .00 .00
bahaya - Postest Screening Ties 0c
Faktor risiko, rujukan dan
Total 32
tanda bahaya
a. Pretest Screening Faktor risiko, rujukan dan tanda bahaya < Postest Screening Faktor risiko,
rujukan dan tanda bahaya
b. Pretest Screening Faktor risiko, rujukan dan tanda bahaya > Postest Screening Faktor risiko,
rujukan dan tanda bahaya
c. Pretest Screening Faktor risiko, rujukan dan tanda bahaya = Postest Screening Faktor risiko,
rujukan dan tanda bahaya
Test Statisticsb
Lampiran 11:
Soal Pretes dan Postest untuk ibu hamil dan keluarga, Petugas kesehatan,
TOMA,TOGA, Kader Kesehatan, Dukun
Terima kasih atas kehadiran ibu pada pelaksanaan kelas prenatal and family hari
ini. Evaluasi awal ini bertujuan supaya kelas ibu hamil menjadi lebih baik
nantinya.
4. Apa yang perlu dilakukan suami atau keluarga untuk meningkatkan kesiapan
mental ibu dalam proses persalinan ?
6. Apa yang sebaiknya ibu lakukan jika mengalami sakit pada masa hamil?
10. Jika Ibu hamil sudah merasa akan melahirkan kemana ibu akan pergi
Terima kasih atas kehadiran ibu pada pelaksanaan kelas prenatal and family hari
ini.
Evaluasi akhir ini bertujuan supaya kelas prenatal and family menjadi lebih baik
nantinya.
6. Apa yang sebaiknya ibu lakukan jika mengalami sakit pada masa hamil?
10. Jika Ibu hamil sudah merasa akan melahirkan kemana ibu akan pergi ?
Terima kasih atas kehadiran ibu pada pelaksanaan kelas prenatal and family hari
ini.
Evaluasi ini bertujuan supaya kelas prenatal and family menjadi lebih baik
nantinya.
Nama :
Umur :
Usia kehamilan :
Hamilan ke berapa :
Alamat tempat tinggal :
4. Ibu berhak untuk memilih persalinan ditolong siapa saja, tetapi tidak benar
jika persalinan ditolong ?
10. Siapakah yang sebaiknya memilih alat kontrasepsi, jika ibu akan ber-KB ?
Terima kasih atas kehadiran ibu pada pelaksanaan kelas ibu hamil hari ini.
Evaluasi ini bertujuan supaya kelas ibu hamil menjadi lebih baik nantinya.
Nama :
Umur :
Usia kehamilan :
Hamilan ke berapa :
Alamat tempat tinggal :
4. Ibu berhak untuk memilih persalinan ditolong siapa saja, tetapi tidak benar jika
persalinan ditolong ?
10. Siapakah yang sebaiknya memilih alat kontrasepsi, jika ibu akan ber-KB ?
Terima kasih atas kehadiran ibu pada pelaksanaan kelas prenatal and family hari
ini.
Evaluasi ini bertujuan supaya kelas ibu hamil menjadi lebih baik nantinya.
Nama :
Umur :
Usia kehamilan :
Kehamilan ke berapa :
Alamat tempat tinggal :
2. Pemberikan ASI eksklusif pada bayi diberikan sampai umur berapa bulan ?
4. Apabila ada tanda-tanda pada bayi ibu, tidak mau menyusu, kejang, badan
bayi terlihat kuning maka segeralah bawa ke :
5. Untuk menjaga kekebalan tubuh pada bayi ibu sehingga tidak mudah
kenapenyakit polio, maka bayi ibu harus diberikan imunisasi apa ?
6. Apakah Hepatitis B, Polio, DPT, TBC dan Campak adalah jenis imunisasi
yang harus diberikan pada bayi ibu ?
7. Makan buah yang menggantung, makan ikan laut, minum air es selama hamil
menurut ilmu kesehatan adalah :
Terima kasih atas kehadiran ibu pada pelaksanaan kelas ibu hamil hari ini.
Evaluasi ini bertujuan supaya kelas ibu hamil menjadi lebih baik nantinya.
Nama :
Umur :
Usia kehamilan :
Kehamilan ke berapa :
Alamat tempat tinggal :
2. Pemberikan ASI eksklusif pada bayi diberikan sampai umur berapa bulan ?
4. Apabila ada tanda-tanda pada bayi ibu, tidak mau menyusu, kejang, badan
bayi terlihat kuning maka segeralah bawa ke :
5. Untuk menjaga kekebalan tubuh pada bayi ibu sehingga tidak mudah kena
penyakit polio, maka bayi ibu harus diberikan imunisasi apa ?
6. Apakah Hepatitis B, Polio, DPT, TBC dan Campak adalah jenis imunisasi
yang harus diberikan pada bayi ibu ?
7. Makan buah yang menggantung, makan ikan laut, minum air es selama hamil
menurut ilmu kesehatan adalah :
9. Kasus :
Pada ANC I Ny Shinta 37 tahun hamil ke 2, umur kehamilan 3 bulan. 10 tahun yang
lalu pernah kehamilan diluar rahiim yang terganggu. Tinggi badan 143 cm. Hitung
skor Ny Shinta berdasarkan skor Poodji Rochjati?
Kontak II da III keadaan tetap.
Kontak IV hamil 8 bulan : ibu mengalami kaki bengkak diantar oleh kader ke Bidan
dan diketahui ibu mengalami preeklampsi ringan kemuadian ibu dirujuk untuk di
rawat di RS
Kontak V - VI hamil 9 bulan, kondisi ibu baik.
a. Berapa jumlah skor pada Kontak I ?
b. Berapa jumlah skor pada Kontak IV ?
10. Kasus :
Pada Kontak I Ny Maria, umur 30 tahun, kehamilan ke 3, hamil 5 bulan
Pada kontak II Hamil 4 bulan ibu mengalami perdarahan dan Kader merujuk ibu ke
RS, dirawat di RS dan perdarahan berhenti
Pada Kontak III, Kader kunjungan rumah, tidak ada perdarahan
Hamil Tua : perdarahan banyak
Ibu Kader melakukan rujukan ke RS dan segera dilakukan operasi sesar emerjensi
dan hasilnya ibu dan bayi hidup sehat dan selamat,
a. Berapa jumlah skor ibu pada kontak I ?
b. Berapa jumlah skor ibu pada kontak II ?
c. Berapa jumlah skor ibu pada kontak III ?
11. Kasus :
Kontak I : Ibu Linda 30 tahun, kehamilan ke 5. Hamil 3 bulan. Persalinan yang lalu
pernah diberi infus pada perdarahan pasca persalinan.
Perawatan Ante natal oleh Bidan Desa
Kontak II : ibu hamil tidak ada keluhan
Kontak III, 8 bulan ditemukan letak sungsang
Kontak IV, 9 bulan terjadi perdarahan, ibu hamil ke Rumah sakit kemudian
dilakukan operasi Sesar. Ibu dan bayi hidup sehat, 3300 gram
a. Berapa jumlah skor ibu pada kontak I
b. Berapa jumlah skor ibu pada kontak II
c. Berapa jumlah skor ibu pada kontak III
d. Berapa jumlah skor ibu pada kontak IV.
”Selamat Mengerjakan”
PRETEST/POSTEST