Anda di halaman 1dari 487

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

DISERTASI

PENGEMBANGAN PENDEKATAN “SOCIAL ECOLOGICAL MODEL OF


HEALTH BEHAVIOR” UNTUK PENURUNAN ANGKA KEMATIAN IBU
(AKI) DI KABUPATEN KUPANG, NTT

INA DEBORA RATU LUDJI

UNIVERSITAS AIRLANGGA
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
PROGRAM DOKTOR
PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN
SURABAYA
2013

Disertasi PENGEMBANGAN PENDEKATAN “SOCIAL INA DEBORA R.L


ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

DISERTASI

PENGEMBANGAN PENDEKATAN “SOCIAL ECOLOGICAL MODEL OF


HEALTH BEHAVIOR” UNTUK PENURUNAN ANGKA KEMATIAN IBU
(AKI) DI KABUPATEN KUPANG, NTT

INA DEBORA RATU LUDJI


NIM. 090970808

UNIVERSITAS AIRLANGGA
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
PROGRAM DOKTOR
PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN
SURABAYA
2013

i
Disertasi PENGEMBANGAN PENDEKATAN “SOCIAL INA DEBORA R.L
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

PENGEMBANGAN PENDEKATAN “SOCIAL ECOLOGICAL MODEL OF


HEALTH BEHAVIOR” UNTUK PENURUNAN ANGKA KEMATIAN IBU
(AKI) DI KABUPATEN KUPANG, NTT

DISERTASI

Untuk memperoleh Gelar Doktor


Dalam Program Studi Ilmu Kesehatan
Pada Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga
Telah dipertahankan di hadapan
Panitia Ujian Doktor Terbuka
Pada hari : Rabu
Tanggal : 9 Oktober 2013
Pukul : 10.00 - 12.00 WIB

Oleh :

INA DEBORA RATU LUDJI


NIM. 090970808

ii
Disertasi PENGEMBANGAN PENDEKATAN “SOCIAL INA DEBORA R.L
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

PENGESAHAN

Dipertahankan di depan Tim Penguji Ujian Disertasi Tahap I (Tertutup)


Program Studi Ilmu Kesehatan
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga
Dan diterima untuk memenuhi persyaratan guna memperoleh gelar Doktor (Dr.)
Pada Tanggal 30 Agustus 2013

Mengesahkan

Universitas Airlangga
Fakultas Kesehatan Masyarakat

Dekan,

Prof. Dr. Tri Martiana, dr., M.S.


NIP. 195603031987012001

iii
Disertasi PENGEMBANGAN PENDEKATAN “SOCIAL INA DEBORA R.L
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

PERSETUJUAN

DISERTASI INI TELAH DISETUJUI


PADA TANGGAL 18 OKTOBER 2013

Oleh:
Promotor

Prof. Soedjajadi Keman, dr., M.S, Ph.D


NIP. 195203151979031008

Ko Promotor I Ko Promotor II

Prof. H. Kuntoro, dr., MPH., Dr.PH Prof. Dr. Agus Abadi, dr., Sp.OG(K)
NIP 194808081976011002 NIP 194705121974021001

Mengetahui
Ketua Program Studi S3 Ilmu Kesehatan

Dr. Nyoman Anita Damayanti , drg.,M.S


NIP. 196202281989112001

iv
Disertasi PENGEMBANGAN PENDEKATAN “SOCIAL INA DEBORA R.L
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

SURAT PERNYATAAN TENTANG ORISINALITAS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya :


Nama : Ina Debora Ratu Ludji
NIM : 090970808
Program Studi : Ilmu Kesehatan
Alamat : 1. Kompleks Perumdos Politeknik Kemenkes Kupang,
Jl. Piet A Tallo, Kupang, NTT.
No. Telp/ HP : 081339294324/ 081339294324

Dengan ini menyatakan bahwa :


1. Disertasi saya ini adalah asli dan benar-benar hasil karya sendiri dan bukan
hasil karya orang lain dengan mengatasnamakan saya, dan bukan
merupakan hasil peniruan atau penjiplakan (plagiarism) dari hasil karya
orang lain. Disertasi ini belum pernah diajukan untuk mendapatkan gelar
akademik baik di Universitas Airlangga, maupun di Perguruan Tinggi
lainnya;
2. Dalam disertasi ini tidak terdapat karya atau pendapat yang telah ditulis
atau dipublikasikan orang lain, kecuali secara tertulis dengan jelas
dicantumkan sebagai acuan dengan disebutkan nama pengarang dan
dicantumkan dalam daftar kepustakaan,
3. Pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya, dan apabila di
kemudian hari terdapat penyimpangan dan ketidakbenaran dalam
pernyataan ini, maka saya bersedia menerima sanksi akademik berupa
pencabutan gelar yang telah diperoleh karena karya tulis Disertasi ini, serta
sanksi-sanksi lainnya sesuai dengan Peraturan perundang-undangan yang
berlaku.

Surabaya, 4 Oktober 2013


Yang membuat pernyataan

Ina Debora Ratu Ludji


NIM. 090970808

v
Disertasi PENGEMBANGAN PENDEKATAN “SOCIAL INA DEBORA R.L
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

PANITIA PENGUJI DISERTASI

Telah diuji pada Ujian Doktor Tahap I (Tertutup)


Tanggal 30 Agustus 2013

Ketua : Dr. Arief Wibowo, dr., M.S


Anggota : 1. Prof Soedjajadi Keman, dr.,M.S., PhD
2. Prof. H. Kuntoro, dr., MPH., Dr.PH
3. Prof. Dr. Agus Abadi, dr., SpOG(K)
4. Prof. Dr. Yusti Probowati R, Psi
5. Dr. Rachmat Hargono, dr., MS., MPH

Ditetapkan dengan Surat Keputusan


Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Airlangga
Nomor : 128 /UN3.1.10/Kd/2013
Tanggal : 6 September 2013

vi
Disertasi PENGEMBANGAN PENDEKATAN “SOCIAL INA DEBORA R.L
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

UCAPAN TERIMA KASIH

Puji syukur ke Hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa karena atas segala
rahmat, kasih anugerah hikmat dan kebijaksanaan-Nya sehingga saya dapat
menyelesaikan penelitian dan penulisan disertasi dengan judul : Pengembangan
Pendekatan Social Ecological Model of Health Behavior” untuk Penurunan
Angka Kematian Ibu (AKI) di Kabupaten Kupang, NTT‖.
Disertasi ini dapat diselesaikan tidak terlepas dari bimbingan, arahan saran
dan koreksi dari Tim Promotor, oleh karena itu dengan segala kerendahan hati,
perkenankanlah saya menghaturkan terimakasih yang tulus serta penghargaan
yang setinggi-tingginya.
Terima kasih tak terhingga dan penghargaan yang setinggi-tingginya saya
ucapkan kepada Prof. Soedjajadi Keman, dr., M.S, Ph.D., selaku Promotor yang
sekaligus sebagai Bapak yang dengan penuh ketelitian dan perhatian telah
meluangkan waktu, memberikan dorongan semangat, dengan penuh kesabaran
memberikan bimbingan dan saran berkaitan dengan keilmuan kesehatan
masyarakat serta support mental dan semangat yang sangat bermanfaat sehingga
penelitian dan penulisan disertasi ini dapat diselesaikan.
Terima kasih tak terhingga dan penghargaan setinggi-tingginya saya
ucapkan kepada Prof. H. Kuntoro, dr., MPH., Dr.PH., selaku Ko-Promotor I yang
sekaligus sebagai Bapak sejak awal sebagai Pembimbing Akademik yang dengan
penuh perhatian dan kesabaran telah memberikan dorongan, bimbingan dan saran
dari mulai pembuatan proposal, ujian kualifikasi, serta pemilihan metodologi dan uji
statistik, yang sangat bermanfaat bagi selesainya disertasi ini.
Terima kasih sebesar-besarnya dan penghargaan setinggi-tingginya saya
ucapkan kepada Prof. Dr. Agus Abadi, dr., Sp.OG(K) selaku Ko-Promotor II,
yang sekaligus sebagai Bapak dengan penuh perhatian dan kesabaran telah
memberikan dorongan, bimbingan dan saran terutama berkaitan dengan keilmuan
kebidanan dan kandungan serta pengalaman dalam upaya penurunan AKI,
sehingga penelitian disertasi ini dapat diselesaikan.
Terimakasih yang sebesar-besarnya dan penghargaan yang setinggi-
tingginya saya ucapkan kepada Dr. Stefanus Bria Seran, MPH., selaku Kepala
Dinas Kesehatan Provinsi NTT, yang telah membantu kelancaran proses
pendidikan dengan dukungan moril dan bantuan financial bagi saya, untuk
mengikuti pendidikan Program Doktor di Program Pascasarjana Universitas
Airlangga Surabaya. Memberikan kesempatan kepada saya untuk belajar dan
berbagi pengetahuan dan pengalaman dalam Tim SIKDA, PWS KIA serta
MTBS di Dinas Kesehatan Provinsi NTT, dalam rangka percepatan penurunan
AKI di NTT. Seorang pemimpin yang mempunyai pemikiran visioner untuk
kemajuan pendidikan di NTT, mensupport saya untuk dapat menyelesaikan
pendidikan doktoral ini.
Perkenankanlah saya juga mengucapkan terimakasih yang
sebesarbesarnya kepada :

vii
Disertasi PENGEMBANGAN PENDEKATAN “SOCIAL INA DEBORA R.L
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

1. Prof. Dr. H. Fasich, Apt., selaku Rektor Universitas Airlangga, yang telah
memberi kesempatan kepada saya untuk mengikuti pendidikan Program
Doktor pada Program Pascasarjana Universitas Airlangga Surabaya.
2. Prof. Dr. Hj. Sri Hajati, SH., M.S., selaku Direktur Program Pascasarjana
Universitas Airlangga yang telah memberi kesempatan kepada saya untuk
mengikuti pendidikan Program Doktor pada Program Pascasarjana
Universitas Airlangga Surabaya.
3. Dr. Nyoman Anita Damayanti, drg., M.S, selaku Ketua Program Studi
Program Doktor Ilmu Kesehatan Program Pascasarjana Universitas Airlangga
dan Prof. H. Kuntoro, dr., MPH., Dr.PH selaku mantan Ketua Program Studi
Doktor Ilmu Kesehatan yang telah membantu dalam kelancaran proses
pelaksanaan ujian kualifikasi, proposal dan disertasi ini.
4. Prof. Dr. Suharningsih, Ir selaku Wakil Direktur I dan dan Dr I Made Narsa
Drs Ec., M.Si., Ak selaku Wakil Direktur II, yang telah memberi kesempatan
kepada saya untuk mengikuti pendidikan Program Doktor di Program
Pascasarjana Universitas Airlangga.
5. Prof. Dr. Tri Martiana, dr., M.S yang telah memberi kesempatan kepada saya
untuk mengikuti pendidikan Program Doktor di Program Pascasarjana
Universitas Airlangga.
6. Prof. Soedjajadi Keman, dr., M.S, Ph.D selaku Wakil Dekan I.,
Sho‘im Hidayat, dr., M.S., selaku Wakil Dekan II dan Dr Santi Martini,
dr.,M.Kes selaku Wakil Dekan III beserta staf yang telah memberi
kesempatan kepada saya untuk mengikuti pendidikan Program Doktor di
Program Pascasarjana Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga.
7. Terima kasih sebesar-besarnya dan penghargaan setinggi-tingginya kepada
Prof. Dr. Suryanto, M.Si., Dr Rachmat Hargono, dr., MS., MPH., Dr. Arief
Wibowo, dr., M.S., Dr Hari Basuki Notobroto, dr., M.S., yang telah
membimbing dan membantu serta memberikan banyak masukan dalam Mata
Kuliah Penunjang Disertasi (MKPD) serta kelengkapan kuesioner untuk
penelitian disertasi.
8. Terima kasih sebesar-besarnya dan penghargaan setinggi-tingginya kepada
Prof. Dr. Yusti Probowati R, Psi., Dr. Mindo Sinaga, drg., M.Kes. yang
telah memberikan masukan bagi kelengkapan kuesioner untuk penelitian
disertasi.
9. Terima kasih yang sebesar-besarnya kepada para dosen PJMK Program Studi
Ilmu Kesehatan Prof. H. Kuntoro dr., MPH, Dr.PH., Prof. Soedjajadi Keman,
dr., M.S, Ph.D., Prof. Dr Stefanus Supriyanto dr., M.S., Prof. Dr. J. Mukono.,
M.S., MPH., Prof. Dr. Chatarina Umbul Wahyuni dr., M.S, MPH.,
Prof. Dr. Tjipto Suwandi, dr M. OH, SPOK., Dr. Sunarjo, dr., MS., MSc.,
Dr Rachmat Hargono, dr.,M,S.,MPH., Oedojo Soedirham, dr., MPH., MA.,
Ph.D., Dr. Hari Basuki Notobroto, dr., M.S., Dr Arif Wibowo, dr., M,S.,
Dr. Windhu Purnomo, dr.,M.S., Dr. Rr Soenarnatalina Melaniani, Ir., M.Kes.
yang telah memberikan bantuan, pengarahan dan wawasan keilmuan dalam
menyelesaikan disertasi ini.
10. Terima kasih sebesar-besarnya dan penghargaan setinggi-tingginya kepada
Dr. Poedji Rochjati, dr., Sp.OG(K)., selaku kepala Pusat Safe Motherhood -

viii
Disertasi PENGEMBANGAN PENDEKATAN “SOCIAL INA DEBORA R.L
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

Bag/SMF ObGin RSU Dr. Soetomo/Fak. Kedokteran UNAIR Surabaya yang


memberikan inspirasi, menyediakan waktu dengan penuh kesabaran untuk
berdiskusi tentang Kartu Skor Poedji Rochjati (KSPR), memberikan
dukungan materil alat bantu mengajar untuk penilaian KSPR, yang sangat
bermanfaat bagi pelaksanaan intervensi pendidikan kesehatan serta
penyelesaian penulisan disertasi ini.
11. Djohar Nuswantoro, dr., MPH., Dr Florentina Sustini, dr., M.S., Dr Sri
Umijati, dr., M.S., Dr. Subagyo Yotopranoto, DAP&E, Atika Rudianto,
S.Si., MKes sebagai dosen Epidemiologi Ilmu Kesehatan Masyarakat
Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga yang telah memberikan inspirasi,
dukungan moril kepada saya untuk menyelesaikan pendidikan ini.
12. Drs. Jenfrin Sambara, Apt, MSi selaku Direktur Politeknik Kemenkes
Kupang, M. Margaretha U. W, SKp., MHSc. Selaku Ketua Jurusan
Keperawatan Kupang yang telah memberi kesempatan kepada saya untuk
mengikuti pendidikan Program Doktor di Program Pascasarjana Universitas
Airlangga.
13. Staf Pengajar dan tim penguji di Program Pascasarjana Universitas Airlangga
yang telah memberikan bantuan, pengarahan dan wawasan keilmuan dalam
menyelesaikan disertasi ini.
14. Mbak Dian dan Pak Umbar, serta Mbak Sri, Staf di Sekretariat S3 Ilmu
Kesehatan Universitas Airlangga serta Mbak Azizah sebagai editor jurnal
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga yang telah
memberikan informasi dan masukan untuk penyelesaian disertasi ini.
15. Terimakasih yang tak terhingga kepada Pemerintah Nusa Tenggara Timur
dalam hal ini Kepala Kantor Pelayanan Perizinan Terpadu Satu Pintu
(KPPTSP) yang telah memberikan ijin kepada saya untuk melakukan
penelitian ini hingga selesainya penulisan disertasi ini
16. Terima kasih kepada Dr. Paula Tibu Ludji, dr., MPH., Drg Maria Silalahi,
MPH., Ir Erlina Salmon, M.Kes., dan Donna Hutahaen, MKes dalam
kerjasama Tim SIKDA, PWS KIA serta dukungan moril untuk
menyelesaikan pendidikan ini.
17. Terimakasih kepada ibu, bapak para sahabat dan rekan kerja di AIPMNH
Provinsi : Maradata Kale, Ester Kana, Teldiana H.A Bunga, Maria Octaviana
Dua Bunga. AIPMNH di Kabupaten se Provinsi NTT : Andreas Bria
(Kabupaten Belu), Stefanus Bere (Kabupaten TTU), Onesimus Bernadus
Markus (Kabupaten TTU), Yoakim Asy (Kupang), Yohanes Made Supadi
(Kupang), Kristin Riwu Kedo (Kupang), Balthasar Dini (Kupang) Nugroho
(Kota Kupang), Melky Saudila (Kabupaten Flores Timur), Robert Tulus
(Lembata), Teng Bernadus (Sikka), Slamet Riyadi (Manggarai), Saprijal
(Manggarai Barat), Caecilia sadipun (Kabupaten Ngada), Wa Ode Diah
Fardilah Oba (Sumba Timur), Yublina Pandarangga (Sumba Barat), yang
telah memberikan dukungan moril dan semangat kemitraan dalam
bekerjasama untuk penurunan angka kematian ibu dan anak di Provinsi NTT.
Ini merupakan inspirasi dan semangat bagi saya dalam menyelesaikan
pendidikan ini.

ix
Disertasi PENGEMBANGAN PENDEKATAN “SOCIAL INA DEBORA R.L
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

18. Terimakasih juga untuk rekan kerja di Dinas Kesehatan Provinsi NTT : Ibu
Iien, Ibu Ety, Ibu Kiky, Ibu Yany, Ibu Aby, dr Yossy, Ibu Esy, Ibu Kathrin,
Nn Ira, Nn Silvy, Pak Jefry, Pak Simon, Pak Ronald dalam semangat kerja
tim PWS KIA, SIKDA dan MTBS. Pak Melky Djuka, Pak Jhon Haky, Pak
Victor bagian Nakes. Ibu Merpaty, Pak Made dan Ibu Rihla yang menjadi
inspirasi dan semangat bagi saya untuk menyelesaikan pendidikan ini.
19. Ucapan terima kasih kepada Dominggus Gonsalves, SKep Ners., MPH,
Simon Sani Kleden, SKep, Ners., MKep, Margaretha Telly, SKep Ners.,
MSc, teman sejawat di Politeknik Kemenkes Kupang Jurusan Keperawatan
yang telah membantu dalam proses intervensi penelitian hingga selesai.
Seluruh rekan kerja pada Politeknik Kemenkes Kupang yang telah
memberikan dukungan moril kepada saya untuk menyelesaikan pendidikan
ini.
20. Segenap rekan-rekan seangkatan Program Doktor Ilmu Kesehatan Program
Pascasarjana Universitas Airlangga angkatan 2009/2010 : Mbak Wiwin,
Mbak Wiwid, Mbak Odha, Mbak Yani, Bu Edy, Bu Nur, Bu Untari (almh), Bu
Nuri, Bu Dwi, Pak Risman, Pak Sandhu, Pak Zainal, Pak Azis, Pak Yoyo dan
Pak Arif yang telah bekerjasama dan saling memberi motivasi tetap
semangat untuk menyelesaikan pendidikan ini.
21. Terima kasih tak terhingga kepada Kepala dan staf Dinas Kesehatan
Kabupaten Kupang bersama pimpinan dan staf Puskesmas Tarus Kecamatan
Kupang Tengah, Puskesmas Oesao Kecamatan Kupang Timur, Puskesmas
Oekabiti Kecamatan Amarasi, Puskesmas Camplong Kecamatan Fatuleu,
Puskemas Takari Kecamatan Takari yang telah memberikan ijin dan
membantu saya untuk dapat melakukan penelitian hingga selesai tanpa
hambatan apapun bahkan sangat membantu saya dalam penemuan ibu hamil
dan pelaksanaan pendidikan kesehatan dalam intervensi penelitian.
22. Dr Erol Nenobais, Ibu Theresia lli, Ibu Maria Goreti Tue, Bu Leny, Bu
Debby Kosso, Bu Yeni Oematan, Bu Waty, Bu Martha Pong, Ibu Sella, Ibu
Yorim, Ibu Tin, Lala, Ros, Ma Padamaley, Ma Uly, Zr Meylin, Ibu Elis, Nn
Thea Yawan. Para bidan koordinator dan bidan desa, teman-teman yang
sangat membantu terlaksananya penelitian ini serta pelaksanaan intervensi
hingga selesai tanpa hambatan apapun bahkan sangat membantu dalam proses
penemuan ibu hamil K1 murni dan pelaksanaan intervensi pendidikan
kesehatan untuk ibu hamil, tenaga kesehatan, tokoh agama, tokoh masyarakat,
dukun dan kader kesehatan.
23. Para Tokoh Masyarakat, Tokoh agama, Kader Kesehatan dan Dukun yang
telah membantu terlaksananya penelitian ini, mengikuti pendidikan kesehatan
dengan sabar dan terbuka membuat suasana pelaksanaan intervensi
pendidikan kesehatan menyenangkan sehingga kegiatan dapat berlangsung
dengan baik dan sukses.
24. Para ibu nifas saat pengumpulan data untuk pembuatan model maupun ibu
hamil yang dilakukan intervensi sejak hamil trimester pertama hingga nifas
42 hari. Ibu sangat ramah, penuh antusias, meluangkan waktu untuk
diwawancara. Menyiapkan waktu dan selalu hadir, tertib serta gembira
mengikuti pendidikan kesehatan yang diberikan, melibatkan suami atau

x
Disertasi PENGEMBANGAN PENDEKATAN “SOCIAL INA DEBORA R.L
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

keluarga untuk ikut membantu ibu dalam merawat kehamilan persalinan dan
masa nifas, saya sangat terharu dan mengucap syukur Kepada Tuhan Allah
Yang Maha pengasih dan Penyayang, Puji Tuhan kita dilindungi selama
proses intervensi sehingga proses penelitian ibu hamil sehat, melahirkan
dengan selamat, menjalani masa nifas dengan baik dan mengikuti KB. Tidak
terjadi kematian ibu akibat hamil melahirkan maupun nifas di Kecamatan
Takari. Puji Tuhan, Halleluyah, seluruh proses penelitian yang panjang ini
dapat berjalan dengan baik dan sukses. Kiranya Tuhan Allah membalas
kebaikan ibu dan keluarga semua dengan berkat kesejahteraan, kesehatan dan
kebahagiaan. Amin
25. Dengan penuh rasa hormat dan kasih sayang, ucapan terimakasih yang tulus
dan penghargaan yang tak terhingga saya haturkan kepada kedua orang tua
saya : Bapak Nicodemus Lukas Ratu Ludji, dan Mama Martha Kore Riwu,
yang telah membesarkan, mendidik, membimbing dan berdoa penuh cinta dan
kasih sayang. hingga saya dalam pendidikan doktor ini. Nasehat Bapak :
―Orang tua tidak bisa memberikan harta yang melimpah, hanya kesempatan
pendidikan untukmu, kiranya bisa meraih setinggi-tingginya sebagai harta
yang kekal yang dapat membantu orang lain untuk kebaikan mereka‖.
Almarhun Bapak Gabriel Yafet Asy dan almarhum Ibu Caecilia Anthusa
Berek, mertua saya yang dengan segala kasih sayang dan ketulusannya telah
mendukung dan mendoakan saya untuk menempuh pendidikan doktor. Semua
saudara kandung dan iparku yang telah memberi semangat untuk
menyelesaikan pendidikan ini, khususnya adik Elisabeth Ratu Ludji dan adik
Silvinus Djerandu. Ucapan terimakasih juga saya sampaikan kepada
Almarhum Dr Agus Berek, Mantan Kepala Dinas Kesehatan Provinsi NTT
dan sebagai Paman, Dra Agnes P.F Asy sebagai ipar yang sangat antusias
dan penuh semangat memberikan support bagi saya untuk menjadi dosen
yang penuh dedikasi, mengikuti pendidikan doktor, memberi semangat untuk
menyelesaikan pendidikan ini.
26. Akhirnya pada kesempatan ini ucapan terimakasih dan penghargaan yang tak
terhingga, rasa hormat dan kasih sayang saya sampaikan kepada suamiku
tercinta. Drs Yoakim Asy, yang telah dengan sabar mendampingiku dalam
proses pendidikan dan bersedia berkorban moril maupun materil serta selalu
mendoakan, memberikan dukungan dan semangat. Juga kepada anak-anakku
tercinta Astrid Octaviana Asy, Caecilia Martha Evita Asy, Andrew Gabriel
Marthins Asy dan Alvin Joachim Junior Asy, yang selalu memberi suasana
damai dan menyejukkan hati mama, penuh keikhlasan, pengertian dan
kesabaran dengan segala pengorbanan waktunya. Keberadaan kalian semua
memberi mama semangat untuk menyelesaikan pendidikan ini. Harapanku
pada anak-anakku dapat mengambil hikmah, meraih ilmu setinggi-tingginya
tidak terbatas usia dan tiada henti dengan senang hati dan penuh semangat.
Karena orang yang terus belajar akan menjadi pemilik masa depan. Berguna
bagi masyarakat, bangsa dan negara serta untuk kemuliaan nama Tuhan.

xi
Disertasi PENGEMBANGAN PENDEKATAN “SOCIAL INA DEBORA R.L
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

27. Saya ucapkan terima kasih juga terhadap semua saja yang tidak dapat saya
sebutkan satu persatu, yang telah memberikan motivasi, mendukung dan
membantu hingga disertasi ini dapat diselesaikan. Kiranya hasil penelitian ini
bermanfaat bagi umat manusia pada umumnya, ilmu kesehatan masyarakat,
pelayanan kesehatan ibu dan anak, dapat memberikan manfaat bagi
masyarakat, terutama dalam menurunkan angka kematian ibu. Khususnya
bagi ibu hamil, melahirkan dan nifas. Kiranya Tuhan Allah, yang Maha
Pengasih selalu memberikan hikmat dan kebijaksanaan-Nya serta berkat
perlindungan dan kasih bagi kita semua untuk kemuliaan Nama-Nya. Amin.

Surabaya, Agustus 2013

Penulis

xii

Disertasi PENGEMBANGAN PENDEKATAN “SOCIAL INA DEBORA R.L


ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

RINGKASAN

PENGEMBANGAN PENDEKATAN “SOCIAL ECOLOGICAL MODEL OF


HEALTH BEHAVIOUR” UNTUK PENURUNAN ANGKA KEMATIAN
IBU (AKI) DI KABUPATEN KUPANG, NTT

Kematian ibu merupakan kematian dari setiap wanita selama masa


kehamilan, bersalin atau dalam 42 hari sesudah berakhirnya kehamilan oleh sebab
apapun, tanpa melihat usia dan lokasi kehamilan, oleh setiap penyebab yang
berhubungan dengan atau diperberat oleh kehamilan atau penanganannya tetapi
bukan oleh kecelakaan atau insidentil (faktor kebetulan).
Indonesia masih belum lepas dari tingginya AKI. Jumlah perempuan
Indonesia yang meninggal saat melahirkan mencapai rekor tertinggi di Asia. Di
Nusa Tenggara Timur (NTT) AKI walaupun ada penurunan namun masih tinggi
jika dibandingkan dengan angka nasional.
Di Kabupaten Kupang, angka kematian ibu lebih rendah dibandingkan
dengan angka kematian ibu secara keseluruhan di NTT, namun bila dibandingkan
dengan target nasional yang ingin dicapai, maka AKI di Kabupaten Kupang masih
termasuk tinggi. Penyebab kematian ibu di Kabupaten Kupang sebagian besar
disebabkan oleh perdarahan, hipertensi dalam kehamilan, infeksi, dan lain-lain.
Namun masih terdapat kematian ibu akibat penyebab tak langsung yaitu empat
terlambat antara lain adalah (1) terlambat mengenal masalah; (2) terlambat
mengambil keputusan untuk dirujuk; (3) terlambat merujuk; dan (4) terlambat
mendapatkan pertolongan di fasilitas kesehatan yang memadai. Hal ini
diidentifikasi berkaitan dengan perilaku kesehatan seperti tercermin dalam Social
Ecological Model of Health Behavior.
Menurut “Social Ecological Model of Health Behavior”, perilaku dan
kepercayaan manusia terjadi dalam sebuah konteks sosial. Promosi kesehatan
untuk perubahan perilaku lebih efektif bila dilakukan dengan merubah
lingkungan sosialnya, tidak hanya pada faktor individual saja. Social Ecological
Model of health Behavior terdiri dari faktor intrapersonal, interpersonal,
institusional, komunitas dan kebijakan publik. Faktor ini tidak dapat langsung
diukur tetapi pengukurannya melalui indikator yang dapat diukur.
Penelitian dilakukan dalam dua tahap. Tahap pertama adalah identifikasi
faktor risiko kematian ibu guna pengembangan model hipotetik “Social
Ecological Model of Health Behavior”.Jenis penelitian analitik observasional
dengan desain cross sectional. Sebagai sampel adalah ibu nifas sampai dengan 3
bulan. Besar sampel adalah 126 orang. Survei dan studi dokumentasi
dilaksanakan dalam rangka identifikasi dan pengumpulan data indikator pada
setiap level model “Social Ecological Model of Health Behavior” yang terdiri
dari faktor intra personal, interpersonal, institusional dan komunitas.
Faktor tersebut perlu disederhanakan dalam sebuah model. Penelitian ini
bertujuan menyusun dan mengembangkan model dengan pengembangan
pendekatan “Social Ecological Model of Health Behavior” untuk penurunan
angka kematian ibu. Model baru pengembangan pendekatan Social Ecological
Model of Health Behavior untuk penurunan AKI di Kabupaten Kupang, NTT

xiii

Disertasi PENGEMBANGAN PENDEKATAN “SOCIAL INA DEBORA R.L


ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

xv

dikembangkan sendiri oleh peneliti. Pengembangan dilakukan berdasarkan


variabel yang ada pada Social Ecological Model of Health Behavior. Variabel
yang diteliti antara lain adalah intra personal, interpersonal, institusional dan
komunitas. Indikator yang digunakan merujuk pada beberapa teori. Faktor
intrapersonal dikembangkan dari teori Health Belief Model serta konsep kesehatan
ibu dan anak yang meliputi obstetric ginekologi, program KIA, indikator
pelayanan kesehatan ibu, pendidikan kesehatan melalui kelas prenatal and family,
screening faktor risiko dengan Kartu Skor Poedji Rochjati (KSPR). Faktor
Interpersonal dikembangkan dari Theory of Reasoned Action, Theory of Planned
Behaviour dan konsep keperawatan keluarga. Faktor institusional dikembangkan
dari persepsi ibu tentang kinerja bidan dimensi realibility, assurance, tangible,
emphaty dan responsiveness (RATER). Faktor komunitas dikembangkan dari
teori Social Cognitif dan konsep keperawatan komunitas
Model penemuan baru yang terbentuk dengan bantuan program LISREL
adalah model pengembangan pendekatan “Social Ecological Model of Health
behavior” untuk penurunan angka kematian ibu di kabupaten Kupang, NTT.
Penurunan angka kematian ibu dipengaruhi oleh faktor intrapersonal,
interpersonal, institusional, dan komunitas. Variabel intrapersonal tersusun dari
beberapa indikator yaitu nilai kepercayaan, sikap, niat, dan self efficacy. Variabel
interpersonal tersusun dari indikator subjective norm, perceived control,
pengambilan keputusan keluarga, merawat ibu hamil, serta persepsi kerentanan.
Variabel institusional tersusun dari indikator persepsi ibu tentang kinerja bidan
dimensi emphaty, responsiveness, reliability, assurance dan tangible (ERRAT).
Variabel komunitas tersusun dari indikator fasilitas kesehatan, self regulation dan
observasional learning. Pelayanan kesehatan ibu untuk penurunan AKI tersusun
dari beberapa indikator yaitu Kunjungan pertama (K1), Kunjungan keempat (K4),
pemilihan tempat persalinan, dan pemilihan penolong persalinan.Variabel
intrapersonal, interpersonal, institusional dan komunitas berpengaruh terhadap
pelayanan kesehatan ibu untuk penurunan AKI di Kabupaten Kupang secara
langsung (nilai t value = 7,11 ; 4,48 ; -3,15 ; -2,10). Pengaruh tidak langsung
variabel intrapersonal melalui interpersonal (t value = 8,57), institusional (t
value = 3,04) dan komunitas (-2,10) terhadap pelayanan kesehatan ibu ; serta
pengaruh tidak langsung variabel intrapersonal ke variabel komunitas (t value
4,16), kemudian ke institusional (t value= 4,54) terhadap pelayanan kesehatan ibu
(t value = -3,15). Model ini adalah fit (nilai chisquare = 3,95; goodness of fit =
0,99; 2 degree of freedom p= 0,138;).
Penelitian tahap kedua adalah uji coba model pengembangan pendekatan
„Social Ecological Model of Health Behavior” untuk penurunan angka kematian
ibu di kabupaten Kupang, NTT. Penelitian pada tahap ini dilakukan dengan
memberikan intervensi pendidikan kesehatan sesuai dengan model temuan baru.
Penelitian ini dilakukan dengan longitudinal study quasi ekperimental dan
menggunakan randomized pretest postest design. Penelitian dilakukan selama 12
bulan dengan sampel sebesar 26 orang ibu hamil K1 murni. Pendampingan
dilaksanakan sampai dengan masa nifas 42 hari setelah melahirkan. Pada variabel
intrapersonal dan interpersonal, peneliti memberikan pendidikan kesehatan
sebanyak 3 kali pertemuan, pada trimester I, trimester II dan trimester III

xiv

Disertasi PENGEMBANGAN PENDEKATAN “SOCIAL INA DEBORA R.L


ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

kehamilan melalui “Kelas Prenatal Care and Family‖ untuk ibu hamil dan
keluarga. Pada variabel insitusional, intervensi pendidikan kesehatan diberikan
kepada 36 orang petugas kesehatan. Sedangkan pada variabel komunitas
pendidikan kesehatan diberikan kepada 32 masyarakat (TOMA, TOGA, kader
kesehatan, dan dukun).
Hasil penelitian menunjukkan pemberian pendidikan kesehatan dapat
meningkatkan pengetahuan ibu sesudah intervensi pada pertemuan I, II dan III.
Uji paired Sample t-test menunjukkan hasil yang sangat signifikan (p < 0,01). Uji
Wilcoxon untuk pendidikan kesehatan pada petugas kesehatan menunjukkan hasil
sangat signifikan (p <0,01). Ada perbedaan bermakna sebelum dan sesudah
diberikan pendidikan kesehatan melalui pre-test dan post-test. Hasil pre-test
menunjukkan bahwa rata-rata pengetahuan petugas kesehatan yang berpendidikan
kesehatan lebih tinggi daripada pengetahuan petugas kesehatan berpendidikan non
kesehatan. Uji Mann Whitney menunjukkan hasil yang sangat signifikan (p <
0,01). Nilai pre-test mean rank pada petugas kesehatan pendidikan non kesehatan
adalah 11,16. Nilai pre-test mean rank petugas kesehatan pendidikan kesehatan
adalah 26,71. Nilai post-test mean rank petugas kesehatan pendidikan non
kesehatan adalah 10,34. Nilai post-test mean rank petugas kesehatan pendidikan
kesehatan 27,62. Selisih pre-test dan pos-test mean rank petugas kesehatan
pendidikan non kesehatan adalah 24,47. Selisih pre-test dan pos-test mean rank
petugas kesehatan pendidikan kesehatan adalah sebesar 11,82. Pendidikan
kesehatan pada TOMA TOGA, kader kesehatan, dan dukun dapat meningkatkan
pengetahuan. Uji Wilcoxon menunjukkan hasil yang sangat signifikan (p< 0,01).
Model baru pengembangan pendekatan Social Ecological Model of Health
Behavior dapat meningkatkan pelayanan kesehatan untuk penurunan AKI di
kabupaten Kupang, NTT.
Dapat disimpulkan bahwa pendidikan kesehatan ini harus dilakukan terus
menerus agar dapat membentuk perilaku pelayanan kesehatan yang baik untuk
penurunan AKI. Bidan dapat meningkatkan kinerjanya dalam dimensi empathy,
responsiveness, reliability, assurance dan tangible. Bidan dapat menyiapkan
waktu untuk konseling bagi ibu, mau mendengarkan keluhan ibu, lebih care, serta
menjaga privacy ibu pada pelayanan kesehatan. Bidan diharapkan dapat menjadi
sahabat ibu hamil serta melaksanakan Kelas Prenatal Care and Family bagi ibu
hamil dan keluarga. Masyarakat diharapkan untuk menjadi sahabat ibu hamil,
menemukan ibu hamil pada trimester I agar segera memeriksakan kehamilannya
pada kunjungan K1 murni di Puskesmas, serta melakukan deteksi dini faktor
risiko, sehingga ibu dapat merencanakan persalinan di fasilitas kesehatan dan
ditolong oleh tenaga kesehatan yang kompeten. Masyrarakat diharapkan pula
dapat menyediakan tempat penyuluhan kesehatan bagi ibu serta memfasilitasi
Kelas Prenatal Care and Family di masyarakat. Hal ini dapat dilakukan melalui
kerjasama dengan pemerintah dan institusi terkait pelayanan kesehatan seperti
Puskesmas, rumah sakit serta institusi pendidikan kesehatan misalnya Politeknik
Kesehatan dan STIKES. Ibu hamil diharapkan dapat segera memeriksakan diri
jika terlambat haid untuk memastikan kehamilannya serta mengikuti pendidikan
kesehatan pada Kelas Prenatal Care and Family di Puskesmas atau masyarakat,

xv

Disertasi PENGEMBANGAN PENDEKATAN “SOCIAL INA DEBORA R.L


ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

melahirkan di fasilitas kesehatan yang memadai, dan ditolong oleh petugas


kesehatan yang kompeten.
Dapat disimpulkan bahwa implementasi dalam kebijakan dan intervensi
pada (1) Faktor intrapersonal dilakukan dengan meningkatkan nilai kepercayaan,
sikap, niat, dan self efficacy. Faktor interpersonal dilakukan dengan meningkatkan
subjective norm, perceived control, pengambilan keputusan keluarga, merawat ibu
hamil serta persepsi kerentanan terhadap penyakit ; melalui pendidikan kesehatan
―Kelas Prenatal Care and Family”, pembinaan rohani/ retreat, pemberdayaan
perempuan serta pendidikan gender. (2) Faktor institusional dilakukan dengan
meningkatkan kualitas pelayanan bidan dimensi Emphaty, Responsiveness,
Reliability Assurance melalui pelatihan screening faktor risiko pada ibu hamil
menggunakan Kartu Skor Poedji Rochjati (KSPR), komunikasi therapeutic, serta
dimensi Tangible melalui peningkatan fasilitas pelayanan di Puskesmas dan pusat
rujukan rumah sakit, Fasilitas PONEK untuk ibu serta melengkapi fasilitas
pelayanan perinatologi level I, II dan III. (3) Faktor komunitas dilakukan dengan
meningkatkan fasilitas, self regulation serta observasional learning melalui
pelatihan tentang tanda-tanda bahaya kehamilan, persalinan dan nifas, serta
deteksi faktor risiko pada ibu hamil menggunakan KSPR, diskusi dan masukan
terkait hak-hak perempuan sehingga perempuan bisa berdaya serta gender
mainstreaming guna meningkatkkan pelayanan kesehatan ibu sehingga dapat
menurunkan angka kematian ibu.

xvi

Disertasi PENGEMBANGAN PENDEKATAN “SOCIAL INA DEBORA R.L


ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

SUMMARY

DEVELOPING “SOCIAL ECOLOGICAL MODEL OF HEALTH


BEHAVIOR ” AS AN APPROACH TO REDUCING MATERNAL
MORTALITY RATE IN THE DISTRICT OF KUPANG,
EAST NUSA TENGGARA PROVINCE

Maternal death is defined as the death of a woman while pregnant, birthing or


within 42 days of termination of pregnancy, irrespective of the duration and site of the
pregnancy, from any cause related to or aggravated by the pregnancy or its
management but not from accidental or incidental causes.
Indonesia has not been exempted from high Maternal Mortality Rate
(MMR). Total pregnant women dying in and while child birthing is recorded highest in
Asia. In East Nusa Tenggara (NTT) Province even though the mortality rate has
reduced, but when compared to national, the rate is still high.
In the District of Kupang, maternal mortality rate is lower than the whole
provincial average maternal mortality rate (MMR), but when compared to the
national targets to attain, the maternal mortality rate is considered still high. Maternal
deaths in the District of Kupang are mainly caused by severe bleeding or hemorrhage,
high blood pressure in pregnancy, infection, etc. Some indirect causes also contribute
the maternal death - are known as 4 delays- delay making decision for referring;
delay in identifying problem; delay referring to health facility; and delay giving health
treatment in a proper health facility. Those are identified as part of health related
behavior as described in Social Ecological Model of Health Behavior.
According to Social Ecological Model of Health Behavior‖, behavior and
believes of human are shaped in a social context, and therefore health promotion to
change behavior is considered more effective if the social environment is changed,
not only at individual level. The Social Ecological Model of Health Behavior looks
into various multilevel and interrelated factors consist of intra-personal, interpersonal,
community institutions, and public policies. Those factors, however, can not be
measured directly; they could be measured through the above mentioned indicators.
The aims of the study in the initial phase, the research was focused on
identifying risk factors of maternal death for developing hypothetic model of social
ecological model of health behavior‖. The type research was an analytical observation
with cross sectional. The sample size for survey consisted of 126 postpartum women
up to 3 months of termination of pregnancies (postpartum). Then survey was
conducted and proceeded with studying on documents for identification and
collecting data indicators for each level of model of ‖the Social ecological model of
health behavior‖, namely: intra-personal, interpersonal, institutional and community.
Those factors were simplified to be a model. Based on the notion, the research
was aimed shaping and developing a model with developing an approach on ‗social
ecological model of health behavior‘ to reduce maternal and neonatal health. The new
model of developing approach on ‗social ecological model of health behavior‘ to
reduce maternal mortality rate in the District of Kupang, NTT was developed by the
researcher based on variables in the social ecological model of health behavior:
intrapersonal, interpersonal, institutional and community with indicators to measure

xvii
Disertasi PENGEMBANGAN PENDEKATAN “SOCIAL INA DEBORA R.L
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

them. Some theories were used to measure: Interpersonal were developed from
Health Behavior Model, and maternal and health concept included obstetrics and
gynecology, and Maternal and Child Health program; and health education through
prenatal and family class, Risk factors screening with Kartu Skor Poedji Rochjati
(KSPR); Interpersonal factor was developed from Theory of Reason Action, Theory of
Planned Behavior. While family nursing and Institutional factor were developed from
mother perception on reliability, assurance, tangible, empathy, and
responsiveness; as well as Social Cognitive Theory
The new finding model that was shaped by LISREL was an approach
development of ‗social ecological model of health behavior to reduce maternal
mortality rate in the District of Kupang, NTT. The model consisted of some variables
namely interpersonal namely: values, beliefs, behavior, and commitment; and self
efficacy is the indicator for intrapersonal. Interpersonal variable consisted subjective
norms, perceived control, decision making in family, pregnant women care, and
susceptibility perception. Institutional variables consisted of perception indicator of
pregnant women on midwifes‘ services in different dimensions-empathy,
responsiveness, reliability and assurance. Communal variable consisted of health
facility, self regulation, and observational learning indicators. Health services aimed
at reducing maternal mortality rate bring about the following indicators: First meeting
(K1) and Fourth meeting (K4), choice of birthing site, and birth attendant.
Intrapersonal, Interpersonal, institutional and community variables influence directly
maternal health services to reduce maternal mortality rate in the District of Kupang (t
value = 7.11; 4.48; -3.15; -2.10). Indirect influence was prominent in the intrapersonal
through interpersonal (t value =8.57), institutional (t value = 3.04), and community
variables (-2.10) to maternal health services; indirect influence of interpersonal
variable to the community variable (t value 4.16), to the institutional (t value = -3.15).
The model was fit (chisquare value = 3.95; goodness of fit = 0.95; 2 degree of
freedom p=0,138
The second phase of the research was examining the new model of
developing social ecological model of behavior as an approach to reduce maternal
mortality rate in the District of Kupang, NTT, by conducting with three times
intervention trainings on Pre-Natal and Family Class‖ at first trimester, continued at
second and third trimester of pregnancies. Type of study was longitudinal study quasi
experimental research with randomized pretest-posttest design. Twenty six (26) Pure
K1 (K1 murni) pregnant women were observed for 12 months, and proceeding with
continuous nurturing to 42 days of termination of pregnancies/postpartum periods.
Trainings were also given to 36 health staff and 32 community members (community
leaders, religious Leaders, Health kader and TBA‘s).
The result of the research denoted, provision of health education could
increase mother knowledge after the interventions at first meeting, and proceeded to
second and third meetings with the result of ‗paired Sample t Test‘ was really very
significant (p<0.01). On the other side, the result of test on the provision of health
education to health staff with ‗Wilcoxon‘ test was very significant (p<0.01). Based on
pre-test and post-test results, there was significantly different before and after the
training. The result of the pre-test, the average knowledge of health staff with health
education background was higher than those of non-health education background.

xviii
Disertasi PENGEMBANGAN PENDEKATAN “SOCIAL INA DEBORA R.L
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

The result of Mann Whitney‖ test was very significant (p< 0.01). On the pretest
mean rank‖, health staff with non health educational background was 11.16; while
health staff with health educational background was 26.71. On the Post test Mean
Rank, health staff with non-health educational background was 10.34; while health
staff with health educational background was 27.62. The difference among pre-test
and post-test Mean rank of the health staff with non-health educational background
was 24.47; while, health staff with health educational background was 11.82. Health
education for community and religious leaders, Kaders, TBAs increased their health
knowledge after the training. The result of Wilcoxon test was very significant
(p<0.0001). The new model of development of social ecological model of health
behavior as an approach is able to increase health service that finally could reduce
MMR in the District of Kupang.
It was concluded that health education should be carried out continuously to
shape a good health services behavior in reducing maternal mortality rate. Midwives
could increase their performance, specifically in empathy, responsiveness, reliability,
and assurance. Midwives are also able to provide time for counseling mothers,
listening to mothers, and keeping privacy of mothers, and be a friend to mothers, and
conducting family and pre-natal class for mothers and their families. Thus, they will
also attend regular pregnant care at First Trimester (K1) and fourth trimester (K4),
and determine Puskesmas as birthing site and skilled birthing attendants. Community
is expected to be friends of the pregnant women, and find out pregnant women at the
first trimester, and encourage them to attend pregnant services in Puskesmas first
meeting (K1 murni). Thus early detection could be made and planned birthing site at
health facility and attended by skilled birthing attendants. Counseling room should be
also prepared and conducting facilitation for family and prenatal class in community,
as well as initiating collaboration with local government, other health provider
institution such as puskesmas, hospitals, and health educational institution such as
Poltekkes, STIKES. Mothers are encouraged to conduct pregnant tests directly when
their menstruations are delayed and attending health training on family and pre-natal
class in puskesmas or in community.
Policies on Maternal and Child Health (MCH) should not be focused on
individual factors related to biomedical issues. The policies should also look into
interrelated factors comprehensively outside of individual itself, namely
interpersonal, institutional and community. policies and interventions on (1)
interpersonal factors: enhance beliefs, attitude, intention, and self efficacy.
Interpersonal factors: subjective norm, perceived control, decision making in family,
maternal health care, and susceptibility perception to illness; through prenatal and
family class‖, women empowering and gender education were also delivered. (2)
Institutional factor, increment of midwife‘s services related to empathy,
responsiveness, reliability, and assurance through training in risk factors screening on
pregnant mothers using Poedji Rochjati Score Card, therapeutic communication;
improvement of health service facilities in Puskesmas and hospital as a referral
center, including PONEK (Comprehensive EmOC) for mothers; as well as provision
of perinatology facility level I, II and III. (3) Community Factor: increasing facilities,
self regulation, and observational learning through training in danger signs in
pregnancy, deliveries, and postnatal period; as well as risk factors detection on

xix
Disertasi PENGEMBANGAN PENDEKATAN “SOCIAL INA DEBORA R.L
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

pregnant mothers using Poedji Rochjati Score Card, discussions and inputs on women
rights to empower women and gender mainstreaming to improve maternal health
services which impact on reduction of maternal death.

xx
Disertasi PENGEMBANGAN PENDEKATAN “SOCIAL INA DEBORA R.L
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

ABSTRAK

Angka kematian ibu (AKI) di Kabupaten Kupang, NTT masih cukup


tinggi, Sehingga untuk percepatan penurunan AKI dilakukan penelitian yang
bertujuan mengembangkan model pengembangan pendekatan “Social Ecological
Model of Health Behavior” untuk penurunan AKI. Pengembangan model ini
berdasarkan Health Belief Model, Theory of Reasoned Action and Planned
Behavior serta Social Cognitif Theory.
Penelitian Tahap I, analitik observasional, desain cross sectional, sampel
ibu nifas sampai dengan 3 bulan (126 orang), analisis jalur dengan LISREL 8.30
Penelitian Tahap II uji coba model, longitudinal study quasi ekperimental,
randomized pretest postest design. Selama 12 bulan pada ibu hamil K1 murni (26
orang) sampai dengan nifas 42 hari. Intervensi pendidikan kesehatan pada ibu hamil,
petugas kesehatan (36 orang) dan Masyarakat (32 orang).
Hasil penelitian tahap I : variabel intrapersonal, interpersonal, institusional
dan komunitas berpengaruh terhadap pelayanan kesehatan ibu untuk penurunan
AKI di Kabupaten Kupang secara langsung (t value = 7,11; 4,48 ; -3,15 ; -2,10).
Model fit (chisquare = 3,95 ; goodness of fit = 0,99 ; 2 degree of freedom p =
0,138). Hasil penelitian tahap II, peningkatan pengetahuan. Pada ibu hamil uji paired
t test sangat signifikan (p < 0,01) ; petugas kesehatan ; masyarakat uji Wilcoxon
sangat signifikan (p < 0,01).
Disimpulkan bahwa model baru “Social Ecological Model of Health
Behavior Ina Djayaku Abadi” untuk penurunan angka kematian ibu dapat
diimplementasikan secara komprehensif pada intrapersonal, interpersonal,
institusional dan komunitas untuk menurunkan angka kematian ibu. Disarankan
Model ini dapat diimplementasikan pada daerah dengan latar budaya yang hampir
sama.

Kata kunci : Social Ecological Model of Health Behavior, Model Penemuan


Baru Ina Djayaku Abadi, Penurunan Angka Kematian Ibu (AKI)

xxi
Disertasi PENGEMBANGAN PENDEKATAN “SOCIAL INA DEBORA R.L
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

ABSTRACT

Nowdays Maternal Mortality Rate (MMR) in Kupang is still high and


need to accelerate the reduction of MMR to the level recommended by MDG‘s 5 in
2015. Therefore The aim of this research was to reduce MMR in the District of
Kupang, NTT by developing a model from Social Ecological Model of Health
Behavior‖. It was based on combination of Health Belief Model, Theory of
Reasoned Action, Planned Behavior and Social Cognitive Theory.
The first step of the research was designed as cross sectional covered
observational analysis. The sample size was 126 post partum mothers until 3
months after the termination and was analyzed with LISREL statistical test . In the
second step, the model was tested using by longitudinal study quasi experimental
design, randomized pre-test and post test design for 12 months to 26 pure first
visit (K1) pregnant mothers throughout 42 days post partum. Health education
was conducted for the pregnant mothers, 36 health staff, and 32 community
members.
The result of the first step was intrapersonal, interpersonal, institutional
and community variables influenced direct significantly the reduction of MMR in
the District Kupang (t value = 7.11; 4,48; -3.15 ; -2.10), the model is fit
(chisquare =3.95 ; goodness of fit = 0.99 ; 2 degree of freedom p = 0.138). The
result in the second step showed that very significant increment of knowledge of
the pregnant women (paired t test p < 0,01) ; the health staff and the community
(Wilcoxon, all p < 0,01).
It is concluded that the model named Ina Djayaku Abadi‖ could be
implemented comprehensively at intrapersonal, interpersonal, institutional and
community levels. It is suggested the model could be implemented in the similar
cultural area.

Key words: Social Ecological Model of Health Behavior, the newly found model
―Ina Djayaku Abadi‖, reduction of Maternal Mortality Rate (MMR).

xxii
Disertasi PENGEMBANGAN PENDEKATAN “SOCIAL INA DEBORA R.L
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL i
LEMBAR DISERTASI ii
HALAMAN PENGESAHAN iii
HALAMAN PERSETUJUAN iv
SURAT PERNYATAAN TENTANG ORISINALITAS v
HALAMAN P ANITIA PENGUJI DISERTASI vi
UCAPAN TERIMA KASIH vii
RINGKASAN xiii
SUMMARY xvii
ABSTRAK xxi
ABSTRACT xxii
DAFTAR ISI xxiii
DAFTAR TABEL xxix
DAFTAR GAMBAR xxxv
DAFTAR LAMPIRAN xxxvi
DAFTAR SINGKATAN xxxvii

BAB 1 PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang Masalah 1
1.2 Rumusan Masalah 12
1.3 Tujuan Penelitian 13
1.3.1 Tujuan umum 13
1.3.2 Tujuan khusus 13
1.4 Manfaat Penelitian 15
1.4.1 Secara teoritis 15
1.4.2 Secara terapan 15

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 17


2.1 Social Ecological Model of Health Behavior 17
2.1.1 Program promosi kesehatan 21
2.1.2 Perubahan lingkungan 22
2.2 Health Belief Model (HBM) 23
2.2.1 Self Efficacy (Efikasi diri) 26
2.3 The Theory of Reasoned Action (TRA)
and The Theory of Planned Behavior (TPB) 32
2.4 Social Cognitif Theory 38
2.4.1 Cara belajar 43
2.4.1.1 Observational learning 43
2.4.1.2 Belajar melalui perbuatan 46
2.4.2 Insentif sebagai sistem pengatur perilaku 47
2.4.2.1 Motivator eksternal 48

xxiii
Disertasi PENGEMBANGAN PENDEKATAN “SOCIAL INA DEBORA R.L
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

2.4.2.2 Model sebagai motivator 48


2.4.2.3 Standar internal sebagai motivator 49
2.4.2.4 Teori sosial kognitif dan media komunikasi 50
2.4.3 Tugas Keluarga 55
2.4.4 Dimensi Kualitas Pelayanan 61
2.5 Angka Kematian Ibu (AKI) 66
2.5.1 Pengertian kematian ibu 66
2.5.2 Penyebab kematian ibu 70
2.5.2.1 Penyebab langsung kematian ibu 74
2.5.2.2 Penyebab tidak langsung kematian maternal/ibu 77
2.6 Penurunan Angka Kematian Ibu (AKI) 83
2.6.1 Hasil sidang PBB ke-65 tentang MDGs di New York 84

BAB 3 KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS


PENELITIAN 87
3.1 Kerangka Konseptual Penelitian 87
3.2 Hipotesis Penelitian 92

BAB 4 METODE PENELITIAN 94


4.1 Jenis dan Rancangan Penelitian 94
4.1.1 Penelitian tahap I 94
4.1.2 Penelitian tahap II 97
4.2 Populasi, Besar Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel 98
4.2.1 Populasi 98
4.2.2 Sampel 98
4.2.3 Besar sampel 100
4.2.4 Teknik pengambilan sampel 100
4.3 Variabel Penelitian 102
4.4 Definisi Operasional 103
4.5 Intrumen Penelitian 111
4.6 Lokasi dan Waktu Penelitian 112
4.6.1 Persiapan penelitian 113
4.6.2 Pelaksanaan Penelitian 115
4.7 Cara Pengolahan dan Analisis Data 119
4.7.1 Analisis kuantitatif 119
4.7.2 Analisis kualitatif 121
4.7.3 Rekomendasi hasil pengembangan pendekatan 122
4.8 Tahap II Uji Coba Model 122
4.9 Etika Penelitian 122

BAB 5 HASIL DAN ANALISIS DATA PENELITIAN 123


5.1 Penelitian Tahap I Pengembangan Pendekatan Model “Social
Ecological Model of Health Behaviour” untuk Penururunan
AKI di Kabupaten Kupang 123
5.1.1 Gambaran umum 123
5.1.1.1 Keadaan geografis 123

xxiv
Disertasi PENGEMBANGAN PENDEKATAN “SOCIAL INA DEBORA R.L
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

5.1.1.2 Keadaan demografis 123


5.1.2 Angka kematian ibu 124
5.1.2.1 Angka kematian ibu di Kabupaten Kupang 125
5.1.2.3 Penyebab kematian ibu 126
5.1.2.3 Indikator angka kematian ibu 127
5.2 Pengaruh Faktor Intrapersonal terhadap Pelayanan
Kesehatan Ibu (K1, K4, Tempat Persalinan,PN, KF dan KB)
untuk Penurunan AKI di Kabupaten Kupang, NTT 133
5.2.1. Pengaruh faktor intrapersonal terhadap K1 murni 147
5.2.2 Pengaruh faktor intrapersonal terhadap K4 trimester 3 148
5.2.3 Pengaruh faktor intrapersonal terhadap tempat persalinan 150
5.2.4 Pengaruh faktor intrapersonal terhadap penolong persalinan 151
5.2.5 Pengaruh faktor intrapersonal terhadap kunjungan nifas 153
5.2.6 Pengaruh faktor intrapersonal terhadap keluarga berencana 154
5.3 Pengaruh faktor interpersonal terhadap pelayanan kesehatan
untuk penurunan angka kematian ibu 155
5.3.1 Pengaruh faktor interpersonal terhadap K1 157
5.3.2 Pengaruh faktor interpersonal terhadap K4 159
5.3.3 Pengaruh faktor interpersonal terhadap tempat persalinan 160
5.3.4 Pengaruh faktor interpersonal terhadap penolong persalinan 162
5.3.5 Pengaruh faktor interpersonal terhadap kunjungan nifas 163
5.3.6 Pengaruh faktor interpersonal terhadap keluarga berencana 164
5.4 Pengaruh Faktor Institusional terhadap Pelayanan
Kesehatan Ibu (K1, K4, Tempat Persalinan,PN, KF dan KB)
untuk Penurunan AKI di Kabupaten Kupang, NTT 165
5.4.1 Pengaruh faktor institusional terhadap K1 169
5.4.2 Pengaruh faktor institusional terhadap K4 170
5.4.3 Pengaruh faktor institusional terhadap tempat persalinan 171
5.4.4 Pengaruh faktor institusional terhadap penolong persalinan 171
5.4.5 Pengaruh faktor institusional terhadap kunjungan nifas 172
5.4.6 Pengaruh faktor institusional terhadap keluarga berencana 173
5.5 Pengaruh Faktor Komunitas terhadap Pelayanan
Kesehatan Ibu (K1, K4, Tempat Persalinan,PN, KF dan KB)
untuk Penurunan AKI di Kabupaten Kupang, NTT 175
5.5.1 Pengaruh faktor komunitas terhadap K1 177
5.5.2 Pengaruh faktor komunitas terhadapK4 178
5.5.3 Pengaruh faktor komunitas terhadap tempat persalinan 179
5.5.4 Pengaruh faktor komunitas terhadap penolong persalinan 181
5.5.5 Pengaruh faktor komunitas terhadap kunjungan nifas 182
5.5.6 Pengaruh faktor komunitas terhadap keluarga berencana 183
5.5.7 Analisis regresi logistik ganda 184
5.5.7.1 Analisis regresi logistik ganda terhadap K1 184
5.5.7.2 Analisis regresi logistik ganda terhadap K4 186
5.5.7.3 Analisis regresi logistik ganda terhadap tempat persalinan. 187
5.5.7.4 Analisis regresi logistik ganda terhadap penolong persalinan 188
5.5.7.5 Analisis regresi logistik ganda terhadap kunjungan nifas 189

xxv
Disertasi PENGEMBANGAN PENDEKATAN “SOCIAL INA DEBORA R.L
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

5.5.7.6 Analisis regresi logistik ganda terhadap keluarga berencana 190


5.6 Pengembangan Pendekatan Model “ Social Ecological Model
Of Health Behaviour‖ untuk Penurunan AKI di Kabupaten
Kupang 191
5.6.1 Penelitian Tahap II Uji Coba Model Komprehensif Baru
“Social Ecological Model of Health BehaviourIna Djayaku
Abadi” untuk Penurunan AKI di Kabupaten Kupang, NTT. 201
5.6.2 Penurunan angka kematian ibu berdasarkan indicator output
Pelayanan kesehatan (K1, K4,tempat persalinan, penolong
persalinan, KF dan KB) 204
5.6.3 Faktor intrapersonal dan interpersonal 206
5.6.4 Faktor institusional 217
5.6.5 Faktor komunitas 218
5.6.6 Analisis Regresi Logistik Sederhana 218
5.6.6.1 Faktor intrapersonal dan interpersonal 218
5.6.6.2 Faktor institusional 220
5.6.6.3 Faktor komunitas 222

BAB 6 PEMBAHASAN 223


6.1 Penelitian Tahap I Penurunan Angka Kematian Ibu Berdasarkan
Indikator Pelayanan Kesehatan ibu (K1, K4, Tempat Persalinan,
Penolong Persalinan, KF dan KB) di Kabupaten Kupang, NTT 223
6.1.1 Indikator output pelayanan kesehatan ibu untuk penurunan
angka kematian ibu 226
6.1.1.1 Indikator K1 226
6.1.1.2 Indikator K4 229
6.1.1.3 Indikator tempat persalinan 230
6.1.1.4 Indikator PN 231
6.1.1.5 Indikator Kf 232
6.1.1.6 Indikator KB 234
6.2 Pengaruh Faktor Intrapersonal terhadap Pelayanan Kesehatan
(K1, K4, Tempat Persalinan, PN, Kf dan KB) untuk Penurunan
AKI di Kabupaten Kupang, NTT 236
6.2.1 Pengaruh faktor risiko intra personal terhadap K1 242
6.2 2 Pengaruh faktor intra personal terhadap K4 249
6.2.3 Pengaruh faktor intrapersonal terhadap tempat persalinan 254
6.2.4 Pengaruh faktor intrapersonal terhadap penolong persalinan 255
6.2.5 Pengaruh faktor intrapersonal terhadap Kf 258
6.2.6 Pengaruh faktor intrapersonal terhadap KB 261
6.3 Pengaruh faktor interpersonal terhadap pelayanan kesehatan
(K1, K4, Tempat Persalinan, PN, Kf dan KB) untuk
Penurunan AKI 263
6.3.1 Pengaruh faktor interpersonal terhadap K1 264
6.3.2 Pengaruh faktor interpersonal terhadap K4 265
6.3.3 Pengaruh faktor interpersonal terhadap tempat persalinan 270
6.3.4 Pengaruh faktor interpersonal terhadap penolong persalinan/PN 274

xxvi
Disertasi PENGEMBANGAN PENDEKATAN “SOCIAL INA DEBORA R.L
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

6.3.5 Pengaruh faktor interpersonal terhadap Kf 276


6.3.6 Pengaruh faktor interpersonal terhadap KB 278
6.4 Pengaruh faktor institusional terhadap pelayanan kesehatan
(K1, K4, Tempat Persalinan, PN, Kf dan KB) untuk
Penurunan AKI 278
6.4.1 Pengaruh faktor institusionalterhadap K1 279
6.4.2 Pengaruh faktor institusional terhadap K4 280
6.4.3 Pengaruh faktor institusional terhadap tempat persalinan 280
6.4.4 Pengaruh faktor institusional terhadap PN 281
6.4.5 Pengaruh Faktor Institusional Terhadap Kf 282
6.4.6 Pengaruh Faktor Institusional Terhadap KB 284
6.5 Pengaruh faktor komunitas terhadap pelayanan kesehatan
(K1, K4, Tempat Persalinan, PN, KF dan KB) untuk
Penurunan AKI 286
6.5.1 Pengaruh faktor komunitas terhadap K1 287
6.5.2 Pengaruh faktor komunitas terhadap K4 290
6.5.3 Pengaruh faktor komunitas terhadap tempat persalinan 291
6.5.4 Pengaruh faktor komunitas terhadap PN 292
6.5.5 Pengaruh faktor komunitas terhadap Kf 293
6.5.6 Pengaruh faktor komunitas terhadap KB 299
6.6 Pengembangan Pendekatan Model “Social Ecological Model
of Health Behaviour ―untuk Penurunan AKI di
Kabupaten Kupang 300
6.6.1 Faktor intrapersonal 301
6.6.2 Faktor interpersonal 310
6.6.3 Faktor institusional 318
6.6.4 Faktor komunitas 327
6.6.5 Tahap I Penemuan Baru 330
6.6.6 Penelitian Tahap II Uji Coba Model Komprehensif Baru
“Social Ecological Model of Health BehaviourIna Djayaku
Abadi―untuk Penurunan AKI di Kabupaten Kupang, NTT. 335
6.6.7 Tahap II Hasil Uji Coba Model 352
6.6.8 Langkah-langkah sosialisasi kepada pihak terkait Model
“Social Ecological Model of Health Behavior Ina Djayaku Abadi
untuk Penurunan Angka Kematian Ibu‖. 353
6.7 Keterbatasan Penelitian 354

BAB 7 PENUTUP 356


7.1 Kesimpulan 356
7.2 Saran 360

DAFTAR PUSTAKA 364


LAMPIRAN 376

xxvii
Disertasi PENGEMBANGAN PENDEKATAN “SOCIAL INA DEBORA R.L
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman


__________________________________________________________________

Tabel 1.1 Distribusi Proporsi Penyebab Kematian di Kabupaten Kupang 4


Tabel 1.2 Target Sasaran Pelaksanaan Revolusi KIA Dinas Kesehatan
Provinsi NTT dan Pencapaian Kabupaten Kupang
Tahun 2009 - 2013 10
Tabel 2.1 Perkembangan Konsep dan Definisi HBM 25
Tabel 2.2 Teori Sosial Kognitif (Social Cognitive Theory Concepts) 53
Tabel 2.3 Metode Peningkatan Self efficacy 55
Tabel 5.1 Angka Kematian Ibu di NTT Tahun 2010 - 2012 124
Tabel 5.2 Indikator Output AKI di Kabupaten Kupang
Tahun 2010 - 2012 128
Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Ibu Berdasarkan K1 danK4 di Kabupaten
Kupang Tahun 2011 129
Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Ibu Berdasarkan Tempat Persalinan,
Penanganan Komplikasi di Kabupaten Kupang Tahun 2011 131
Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi Ibu Berdasarkan Kunjungan Nifas (Kf)
Dan Keluarga Berencana (KB) di Kabupaten Kupang
Tahun 2011 132
Tabel 5.6 Distribusi Frekuensi Karakteristik Ibu Nifas di Kabupaten
Kupang Tahun 2011 133
Tabel 5.7 Distribusi Frekuensi Ibu Berdasarkan Karakteristik Reproduksi
di Kabupaten Kupang Tahun 2011 135
Tabel 5.8 Distribusi Hasil Pemeriksaan ANC pada kehamilan terakhir di
Kabupaten Kupang Tahun 2011 136
Tabel 5.9 Distribusi Frekuensi Hasil Immunisasi TT, Tablet tambah darah
di Kabupaten Kupang Tahun 2011 138
Tabel 5.10 Distribusi Frekuensi Ibu Hasil Penggunaan KB, Jenis
Kontrasepsi, Lama Menjadi Akseptor KB, Golongan Darah
dan Pendonor di Kabupaten Kupang Tahun 2011 139
Tabel 5.11 Distribusi Frekuensi Hasil Biaya Persalinan, Buku KIA, Jenis
Komplikasi dan Penanganan Komplikasi di Kabupaten
Kupang Tahun 2011 141
Tabel 5.12 Distribusi Frekuensi Ibu Berdasarkan Akses ke Fasilitas
Kesehatan yang Memadai di Kabupaten Kupang
Tahun 2011 142
Tabel 5.13 Distribusi Frekuensi Ibu Berdasarkan Gender di
Kabupaten Kupang Tahun 2011 143
Tabel 5.14 Distribusi Frekuensi Ibu Berdasarkan Gender Ibu di
Kabupaten Kupang Tahun 2011 144
Tabel 5.15 Distribusi Frekuensi Ibu Berdasarkan Nilai Kepercayaan,

xxviii
Disertasi PENGEMBANGAN PENDEKATAN “SOCIAL INA DEBORA R.L
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

Pengetahuan, Sikap Afeksi, Niat, dan Self Efficacy


146
Tabel 5.16 Hasil Analisis Regresi Logistik Sederhana antara Variabel
Intrapersonal dengan K1 Murni 147
Tabel 5.17 Hasil Analisis Regresi Logistik Ganda antara Variabel
Intrapersonal dengan K1 Murni 148
Tabel 5.18 Hasil Analisis Regresi Logistik Sederhana antara Variabel
Intrapersonal dengan K4 Trimester 3 149
Tabel 5.19 Hasil Analisis Regresi Logistik Ganda antara Variabel
Intrapersonal dengan K4 Trimester 3 149
Tabel 5.20 Hasil Analisis Regresi Logistik Sederhana antara Variabel
Intrapersonal dengan Tempat Persalinan 150
Tabel 5.21 Hasil Analisis Regresi Logistik Ganda antara Variabel
Intrapersonal dengan Tempat Persalinan 151
Tabel 5.22 Hasil Analisis Regresi Logistik Sederhana antara Variabel
Intrapersonal dengan Penolong Persalinan (PN) 151
Tabel 5.23 Hasil Analisis Regresi Logistik Ganda antara Variabel
Intrapersonal dengan Penolong Persalinan (PN) 152
Tabel 5.24 Hasil Analisis Regresi Logistik Sederhana antara Variabel
Intrapersonal dengan Kunjungan Nifas (Kf) 153
Tabel 5.25 Hasil Analisis Regresi Logistik Ganda antara Variabel
Intrapersonal dengan Kunjungan Nifas (Kf) 153
Tabel 5.26 Hasil Analisis Regresi Logistik Sederhana antara Variabel
Intrapersonal dengan Keluarga Berencana (KB) 154
Tabel 5.27 Hasil Analisis Regresi Logistik Ganda antara Variabel
Intrapersonal dengan Keluarga Berencana (KB) 154
Tabel 5.28 Distribusi Frekuensi Keluarga Berdasarkan Tugas Keluarga,
Persepsi Kerentanan, Subjective Norm dan Perceived Control
Di Kabupaten Kupang Tahum 2011 155
Tabel 5.29 Hasil Analisis Regresi Logistik Sederhana antara Variabel
Interpersonal dengan K1 Murni 157
Tabel 5.30 Hasil Analisis Regresi Logistik Ganda antara Variabel
Interpersonal dengan K1 Murni 158
Tabel 5.31 Hasil Analisis Regresi Logistik Sederhana antara Variabel
Interpersonal dengan K4 Trimester 3 159
Tabel 5.32 Hasil Analisis Regresi Logistik Ganda antara Variabel
Intrapersonal dengan K4 Trimester 3 159
Tabel 5.33 Hasil Analisis Regresi Logistik Sederhana antara Variabel
Interpersonal dengan Tempat Persalinan 160
Tabel 5.34 Hasil Analisis Regresi Logistik Ganda antara Variabel
Interpersonal dengan Tempat Persalinan 161
Tabel 5.35 Hasil Analisis Regresi Logistik Sederhana antara Variabel
Interpersonal dengan Penolong Persalinan (PN) 162
Tabel 5.36 Hasil Analisis Regresi Logistik Ganda antara Variabel
Interpersonal dengan Penolong Persalinan (PN) 162
Tabel 5.37 Hasil Analisis Regresi Logistik Sederhana antara Variabel

xxix
Disertasi PENGEMBANGAN PENDEKATAN “SOCIAL INA DEBORA R.L
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

Interpersonal dengan Kunjungan Nifas (Kf) 163


Tabel 5.38 Hasil Analisis Regresi Logistik Ganda antara Variabel
Interpersonal dengan Kunjungan Nifas (Kf) 164
Tabel 5.39 Hasil Analisis Regresi Logistik Sederhana antara Variabel
Interpersonal dengan Keluarga Berencana (KB) 164
Tabel 5.40 Hasil Analisis Regresi Logistik Ganda antara Variabel
Interpersonal dengan Keluarga Berencana (KB) 165
Tabel 5.41 Distribusi Frekuensi Persepsi Ibu tentang Kinerja Bidan dalam
Pelayanan Kehamilan, Persalinan dan Nifas
Di Kabupaten Kupang Tahum 2011 165
Tabel 5.42 Hasil Analisis Regresi Logistik Sederhana antara Variabel
Institusional dengan K1 Murni 169
Tabel 5.43 Hasil Analisis Regresi Logistik Ganda antara Variabel
Institusional dengan K1 Murni 169
Tabel 5.44 Hasil Analisis Regresi Logistik Sederhana antara Variabel
Institusional dengan K4 Trimester 3 170
Tabel 5.45 Hasil Analisis Regresi Logistik Ganda antara Variabel
Institusional dengan K4 Trimester 3 170
Tabel 5.46 Hasil Analisis Regresi Logistik Sederhana antara Variabel
Institusional dengan Tempat Persalinan 171
Tabel 5.47 Hasil Analisis Regresi Logistik Ganda antara Variabel
Institusional dengan Tempat Persalinan 171
Tabel 5.48 Hasil Analisis Regresi Logistik Sederhana antara Variabel
Institusional dengan Penolong Persalinan (PN) 172
Tabel 5.49 Hasil Analisis Regresi Logistik Ganda antara Variabel
Institusional dengan Penolong Persalinan (PN) 172
Tabel 5.50 Hasil Analisis Regresi Logistik Sederhana antara Variabel
Institusional dengan Kunjungan Nifas (Kf) 173
Tabel 5.51 Hasil Analisis Regresi Logistik Ganda antara Variabel
Institusional dengan Kunjungan Nifas (Kf) 173
Tabel 5.52 Hasil Analisis Regresi Logistik Sederhana antara Variabel
Institusional dengan Keluarga Berencana (KB) 174
Tabel 5.53 Hasil Analisis Regresi Logistik Ganda antara Variabel
Institusional dengan Keluarga Berencana (KB) 174
Tabel 5.54 Distribusi Frekuensi Outcome Expectation, Collective Efficacy,
Observasional Learning, Incentive Motivation, Fasilitas,
Self Regulation, Di Kabupaten Kupang Tahum 2011 175
Tabel 5.55 Hasil Analisis Regresi Logistik Sederhana antara Variabel
Komunitas dengan K1 Murni 177
Tabel 5.56 Hasil Analisis Regresi Logistik Ganda antara Variabel
Komunitas dengan K1 Murni 177
Tabel 5.57 Hasil Analisis Regresi Logistik Sederhana antara Variabel
Komunitas dengan K4 Trimester 3 178
Tabel 5.58 Hasil Analisis Regresi Logistik Ganda antara Variabel
Komunitas dengan K4 Trimester 3 179
Tabel 5.59 Hasil Analisis Regresi Logistik Sederhana antara Variabel

xxx
Disertasi PENGEMBANGAN PENDEKATAN “SOCIAL INA DEBORA R.L
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

Komunitas dengan Tempat Persalinan 180


Tabel 5.60 Hasil Analisis Regresi Logistik Ganda antara Variabel
Komunitas dengan Tempat Persalinan 180
Tabel 5.61 Hasil Analisis Regresi Logistik Sederhana antara Variabel
Komunitas dengan Penolong Persalinan (PN) 181
Tabel 5.62 Hasil Analisis Regresi Logistik Ganda antara Variabel
Komunitas dengan Penolong Persalinan (PN) 181
Tabel 5.63 Hasil Analisis Regresi Logistik Sederhana antara Variabel
Komunitas dengan Kunjungan Nifas (Kf) 182
Tabel 5.64 Hasil Analisis Regresi Logistik Ganda antara Variabel
Komunitas dengan Kunjungan Nifas (Kf) 182
Tabel 5.65 Hasil Analisis Regresi Logistik Sederhana antara Variabel
Komunitas l dengan Keluarga Berencana (KB) 183
Tabel 5.66 Hasil Analisis Regresi Logistik anda antara Variabel
Komunitas l dengan Keluarga Berencana (KB) 183
Tabel 5.67 Hasil Analisis Regresi Logistik Ganda antara Variabel
Independen dengan K 1 Murni 184
Tabel 5.68 Hasil Analisis Regresi Logistik Ganda antara Variabel
Independen dengan K4 Trimester 3 186
Tabel 5.69 Hasil Analisis Regresi Logistik Ganda antara Variabel
Independen dengan Tempat Persalinan 187
Tabel 5.70 Hasil Analisis Regresi Logistik Ganda antara Variabel
Independen dengan Penolong Persalinan (PN) 188
Tabel 5.71 Hasil Analisis Regresi Logistik Ganda antara Variabel
Independen dengan Kunjungan Nifas (Kf) 189
Tabel 5.72 Hasil Analisis Regresi Logistik Ganda antara Variabel
Independen dengan Keluarga Berencana (KB) 191
Tabel 5.73 Hasil Analisis Faktor Composit Variabel Penurunan AKI 191
Tabel 5.74 Hasil Analisis Faktor Composit Variabel Intrapersonal 193
Tabel 5.75 Hasil Analisis Faktor Composit Variabel Interpersonal 194
Tabel 5.76 Hasil Analisis Faktor Composit Variabel Institusional 195
Tabel 5.77 Hasil Analisis Faktor Composit Variabel Komunitas 195
Tabel 5.78 Besaran Nilai Koefisien Jalur, dan t Hitung pada
Pengembangan Pendekatan Model “Social Ecological
Model of Health Behaviour” untuk Penurunan AKI
di Kabupaten Kupang 199
Tabel 5.79 Distribusi Frekuensi Ibu Berdasarkan Indikator Output
Penururnan AKI ( PN, PK,KF dan KB)
di Kabupaten Kupang Tahun 2002 204
Tabel 5.80 Distribusi Frekuensi Ibu Berdasarkan Indikator Output
Penururnan AKI ( K1 danK4 dan tempat Persalinan)
di Kabupaten Kupang Tahun 2012 205
Tabel 5.81 Distribusi Frekuensi Karakteristik Ibu Nifas di Kabupaten
Kupang Tahun 2012 206
Tabel 5.82 Distribusi Frekuensi Ibu Berdasarkan Karakteristik Reproduksi
di Kabupaten Kupang Tahun 2012 207

xxxi
Disertasi PENGEMBANGAN PENDEKATAN “SOCIAL INA DEBORA R.L
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

Tabel 5.83 Distribusi Hasil Pemeriksaan ANC pada kehamilan terakhir


di Kabupaten Kupang Tahun 2012 208
Tabel 5.84 Distribusi Pemeriksaan ANC pada kehamilan terakhir
di Kabupaten Kupang Tahun 2012 210
Tabel 5.85 Distribusi Frekuensi Ibu Hasil Penggunaan KB, Jenis
Kontrasepsi, Lama Menjadi Akseptor KB, Golongan Darah
dan Pendonor di Kabupaten Kupang Tahun 2012 211
Tabel 5.86 Distribusi Frekuensi Ibu Berdasarkan Akses ke Fasilitas
Kesehatan yang Memadai di Kabupaten Kupang Tahun 2012 213
Tabel 5.87 Distribusi Frekuensi Ibu Berdasarkan Gender di Kabupaten
Kupang Tahun 2012 214
Tabel 5.88 Distribusi Frekuensi Ibu Berdasarkan Nilai Kepercayaan,
Pengetahuan, Sikap Afeksi, Niat, dan Self Efficacy 216
Tabel 5.88 Distribusi Frekuensi Tenaga Kesehatan Berdasarkan Pendidikan
di Puskesmas Takari Kabupaten Kupang, Tahun 2012 217

Tabel 5.90 Distribusi Frekuensi TOMA, TOGA, Kader Kesehatan


dan Dukun Berdasarkan Jenis Kelamin, Peran
di Puskesmas takari Kabupaten Kupang Tahun 2012 218
Tabel 5.91 Hasil uji One Sample Kolmogorov Smirnov Pretest dan
Postest tentang Pengetahuan Ibu hamil pada Pertemuan I, II
dan III “Kelas Prenatal & Famiy” di Kabupaten
Kupang, Tahun 2012 219
Tabel 5.92 Hasil uji Paired T Test Pretest dan Postest tentang
Pengetahuan Ibu hamil pada Pertemuan I, II dan III
“Kelas Prenatal & Famiy” di Kabupaten Kupang,
Tahun 2012 219
Tabel 5.93 Hasil uji One Sample Kolmogorov Smirnov Bedatest
Pretest dan Postest Pengetahuan tentang Deteksi
Faktor Risiko pada Petugas Kesehatan di Kabupaten
Kupang, Tahun 2012 220
Tabel 5.94 Hasil uji Mann Whitney Pretest, Postest dan Bedatest
Pengetahuan tentang Deteksi Faktor Risiko pada Petugas
Kesehatan berdasarkan Pendidikan Non Kesehatan dan
Pendidikan Kesehatan di Kabupaten Kupang, Tahun 2012. 221
Tabel 5.95 Hasil uji One Sample Kolmogorov Smirnov
Pretest dan Postest Bagi TOMA,TOGA, Kader Kesehatan
Dan Dukun di Kabupaten Kupang, Tahun 2012. 222

xxxii
Disertasi PENGEMBANGAN PENDEKATAN “SOCIAL INA DEBORA R.L
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman


__________________________________________________________________
Gambar 1.1 Tren Angka kematian Ibu di Indonesia tahun 1990-2015 2
Gambar 2.1 Social Ecological Model of Health Behavior 17
Gambar 2.2 Komponen Health Belief Model (HBM), 2002 25
Gambar 2.3 Komponen Health Belief Model (HBM), 2008 26
Gambar 2.4 Theory of Reasoned Action (TRA) and
Theory of Planned Behavior (TPB) 38
Gambar 3.1 Kerangka Konsep 87
Gambar 4.1 Kerangka Operasional Penelitian Pengembangan
Pendekatan “Social Ecological Model of Health Behavior”
Untuk Menurunkan Angka di Kabupaten Kupang 97
Gambar 5.1 Prediksi Angka Kematian Ibu di Indonesia Tahun 2015 125
Gambar 5.2 Angka kematian Ibu di Kabupaten Kupang
Tahun 2007 - 2012 126
Gambar 5.3 Penyebab Kematian Ibu di Kabupaten Kupang 127
Gambar 5.4 Variabel Laten dan Indikator 192
Gambar 5.5 Model SEM dengan Variabel Laten dan Indikator yang
Berpengaruh maupun Tidak Berpengaruh 196
Gambar 5.6 Model denan Variabel Laten dan Indikator 197
Gambar 5.7 Pengembangan Pendekatan Social Ecological Model
of Health Behavior” untuk Menurunkan
Angka Kematian Ibu di Kabupaten Kupang, NTT 199
Gambar 6.1 Model Pengembangan Pendekatan “Social Ecological
Model ofHealth Behaviour” untuk Penurunan AKI
di Kabupaten Kupang 331
Gambar 6.2 Pengembangan Pendekatan Social Ecological
Model of Health Behavior Ina Djayaku Abadi ‖
Untuk Penurunan AK di Kabupaten Kupang, NTT 334

xxxiii
Disertasi PENGEMBANGAN PENDEKATAN “SOCIAL INA DEBORA R.L
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

BAB 5

HASIL DAN ANALISIS DATA PENELITIAN

5.1 Penelitian Tahap I Penurunan Angka Kematian Ibu Berdasarkan


Indikator Pelayanan Kesehatan Ibu (K1, K4, Tempat Persalinan,
Penolong Persalinan, KF dan KB) di Kabupaten Kupang, NTT

5.1.1 Gambaran umum

5.1.1.1 Keadaan geografis

Kabupaten Kupang secara umum dengan permukaan tanah berbukit-bukit,

bergunung-gunung dan sebagian terdiri dari dataran rendah. Secara astronomis

Kabupaten Kupang terletak antara 9°15 - 10°22 Lintang Selatan dan antara 123°16 -

124°11 Bujur Timur. Adapun batas kabupaten ini pada bagian Utara dan Barat

dengan laut Sawu, Selatan dengan Samudera Hindia dan Timur dengan Kabupaten

Timor Tengah Selatan dan Negara Timor Leste (BPS Kab Kupang, 2011).

Wilayah Kabupaten Kupang berada antara 0 - 500 meter di atas

permukaan laut, dengan luas wilayah 5 490,97 Km 2 untuk 24 Kecamatan, 17

Kelurahan dan 160 Desa. Kecamatan terluas adalah Kecamatan Takari 655,79

Km2 (12 % dari keseluruhan luas wilayah Kabupaten Kupang) dengan kepadatan

penduduk 40 per Km2. Luas wilayah terkecil dengan penduduk terpadat adalah

Kecamatan Kupang Tengah 94,79 Km 2 (sebesar 2 % dari keseluruhan luas

wilayah Kabupaten Kupang) dengan kepadatan penduduk 400 per Km 2 (Kupang

Dalam Angka, 2012).

5.1.1.2 Keadaan demografis

Jumlah penduduk wilayah Kabupaten Kupang Tahun 2011 adalah

sebanyak 310.573. jiwa, terdiri dari laki-laki 159.158jiwa (51,25%) dan

123
Disertasi PENGEMBANGAN PENDEKATAN “SOCIAL INA DEBORA R.L
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
124

perempuan 151.415 jiwa (48,75%) dengan rasio jenis kelamin sebesar 105,11 %

(Kupang Dalam Angka, 2012). Penduduk Kabupaten Kupang berasal dari

berbagai suku di seluruh Indonesia seperti suku Timor, Sabu, Rote, Flores, Sasak,

Bali, Jawa, Sunda, Batak, China, dan lain-lain. Kebhinekaan penduduk Kabupaten

Kupang ini disebabkan oleh berbagai perkembangan di bidang ekonomi, terutama

karena Kabupaten Kupang sebagai daerah penyangga dalam supplay sayur mayur,

beras dan tanaman hortikultura lainnya serta ternak potong bagi Kota Madya

Kupang.

5.1.2 Angka Kematian Ibu

Angka Kematian Ibu (AKI) di Nusa Tenggara Timur berdasarkan hasil

SDKI 1991, Susenas 1992, SDKI 2007, Riskesdas 2010 dan Laporan rutin KIA

(F1-F8) Dinas Kesehatan Provinsi NTT periode 2010 - 2012 dapat dilihat seperti

pada Tabel 5.1

Tabel 5.1 Angka Kematian Ibu (AKI) di Nusa Tenggara Timur Tahun 2010 -
2012.

Nasional NTT
INDIKATOR Acuan Saat ini Target 2007 2010 2011 Target Target Target Status Progress
Dasar (2015) 2011 2012 2013

5.1. Angka 390 228 102 306 273,93 222 197 176 153 ► Perlu upaya
Kematian Ibu (1991) (2007) keras
(AKI) per
▼ ▼ ▼ Mencapai
100,000 target
kelahiran hidup
:
5.2. Pertolongan 40.70 82.2% 90 % 77,1 71,77% 78,4 92% 94% 96% ► Perlu
Persalinan oleh % (2010) % 3% ▼ ▼ ▼ upaya
Tenaga
(1992) keras
Kesehatan
Terlatih :
Mencapai
target

Status: ● Telah Tercapai► Akan Tercapai


▼ Perlu Perhatian Khusus

Sumber: SDKI 1991, Susenas 1992, SDKI 2007,


Riskesdas 2010 dan Laporan Rutin KIA Dinkes
Provinsi NTT.

Disertasi PENGEMBANGAN PENDEKATAN “SOCIAL INA DEBORA R.L


ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
125

Tabel 5.1 menunjukkan bahwa AKI di NTT sejak tahun 2007 (306 %ooo KH)

mengalami penurunan menjadi 177,08 %ooo KH pada tahun 2012 dengan rata-

rata penurunan AKI pertahun selama 5 tahun adalah 26%ooo KH. Hal ini

menunjukkan adanya akselerasi penurunan AKI sebesar 33 sd 48 %ooo KH setiap

tahun. Apabila AKI mengalami penurunan rata-rata 26 %ooo KH setiap tahunnya

maka pada tahun 2015, AKI di NTT dapat menurun mencapai 98 %ooo KH.

Dengan demikian dapat memberikan kontribusi mengurangi kesenjangan dan

membantu pencapaian target nasional ; MDGs tahun 2015 sebesar 102 %ooo KH

seperti pada Gambar 5.1

Berdasarkan
prediksi regresi
GP
Target RPJM 102
2014 Target MDG
2015

Sumber: SDKI 1994,

Gambar 5.1 Prediksi Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia Tahun 2015

5.1.2.1 Angka kematian ibu di Kabupaten Kupang

Angka kematian ibu di Kabupaten Kupang mengalami fluktuasi

penurunan. Tahun 2007 ke 2009 AKI mengalami penurunan dari 379 %ooo KH

Disertasi PENGEMBANGAN PENDEKATAN “SOCIAL INA DEBORA R.L


ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
126

menjadi 281 %ooo KH, dengan rata- rata pertahun 49 %ooo KH. Pada tahun 2009

ke tahun 2010 penurunan AKI menjadi 213,87%ooo dengan penurunan rata-rata

pertahun adalah 67,13%ooo KH. Kemudian pada tahun 2011 ke tahun 2012

mengalami penurunan 196,05%ooo KH menjadi 127,94%ooo. Dengan akselerasi

penurunan AKI ini diharapkan pada tahun 2015 AKI Kabupaten Kupangakan

menurun dibawah target MDGs Tahun 2015 (102 %ooo KH). Hal ini seperti

ditunjukkan pada Gambar 5.2

AKI (%ooo KH) di Kabupaten Kupang


Tahun 2007 - 2012
400
379
350
300
281
250
200 213,87
196,05
150
127,94
100
Target MDGs 2015 :
50 102 %ooo KH
0
Tahun 2007 Tahun 2009 Tahun 2010 Tahun 2011 Tahun 2012
AKI (%ooo KH) Linear (AKI (%ooo KH))
Sumber : SDKI 2007, Data F1-F8 KIA

Gambar 5.2 Angka Kematian Ibu di Kabupaten Kupang Tahun 2007 - 2012

5.1.2.2 Penyebab kematian ibu

Kematian ibu di Kabupaten Kupang pada tahun 2008 - 2011 antara lain :

perdarahan, hipertensi dalam kehamilan dan infeksi. Sedangkan pada tahun 2012

kematian ibu 100% disebabkan oleh perdarahan. Lihat Gambar 5.3

Disertasi PENGEMBANGAN PENDEKATAN “SOCIAL INA DEBORA R.L


ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
127

Penyebab Kematian di Kabupaten Kupang


Tahun 2008 - 2012
30

25 25

20
18
15 16
14 13
10 11 10 10
8
5 5
3 3 2 2
0 1 1 1 1
0 0 0 0 0
2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013
Perdarahan Hipertensi Infeksi Prolaps Uteri
Partus Lama Lain-lain Total Linear (Total)

Gambar 5.3 Penyebab Kematian Ibu di Kabupaten Kupang Tahun 2008 -2012.

5.1.2.3 Indikator angka kematian ibu

Indikator output untuk penurunan Angka Kematian Ibu di antaranya

adalah : K1, K4, PN, Tempat Persalinan, Kunjungan nifas, Penanganan

Komplikasi dan Keluarga berencana di Kabupaten Kupang dapat dilihat pada

Tabel 5.2

Disertasi PENGEMBANGAN PENDEKATAN “SOCIAL INA DEBORA R.L


ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
128

Tabel 5.2 Indikator Output AKI (Ibu hamil, K1, K4, PN, Tempat Persalinan, PK,
KF3, KB, Jumlah Lahir Hidup, Jumlah Kematian Ibu dan AKI di
Kabupaten Kupang dan PuskesmasTakari Tahun 2010 - 2012
Provinsi NTT
Kab Kupang Kecamatan Takari
No Uraian 2010 2011 2012 2010 2011 2012 2010 2011 2012
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
128.3 126.9 125.9
524 546 292
1 Jumlah ibu hamil 76 44 00 7279 7310 7326
111.5
105.3 116.0 08
Absolut 18 17 7739 7909 7590 516 524 328
2 K1 (Target/ T: 2012 = 97 % 88.57 112.3
2015 = 100%) % 82.04 91.39 95.35 96.53 110.77 98.47 95.97 3
85.14
75.23 84.92 5
K4 Absolut 3 7 6905 7051 6653 458 488 309
3 (T: 2012 =90 % 2015 = 67.63 105.8
95%) % 58.60 66.90 84.49 86.06 97.10 87.4 89.38 2
97.60
87.79 84.22 2
Absolut 8 9 5988 5975 5458 379 385 236
4 PN (T: 2012 = 88% 2015 = 90 87.71
%) % 71.77 69.51 76.09 76.41 86.13 75.05 73.90 85.82
79.67
52.82 71.68 9
Faskes 6 1 1,467 4,012 4,592 79 183 210
81.63
% 60.17 75.05 22.12 59.75 72.46 18.9 41.5 66.46
17.
5 Tempat Persalinan Non 34.97 23.82 923
(T: 2012 =100 %) Faskes 2 5 5164 2703 1745 339 258 106
18.36
% 39.83 24.95 77.88 40.25 27.54 81.10 58.50 33.54
11.01 13.59 13.13
Absolut 1 1 5 484 577 1096 484 577 45

6 Penanganan Komplikasi (PK)


(T 2012 = 67%) 2015 ; 75% % 42.89 53.53 52.16 29.61 35.21 79.98 29.61 35.21 77.05

71.29 78.11 84.67


Absolut 0 6 6 3713 5722 5851 334 374 270
7 KF3 (T 2012 = 88% 2015 = 70.89
90% % 58.28 64.47 71.94 76.83 91.81 68.87 75.25 98.18

445.8 404.5 425.7 32.66


Absolut 66 09 47 5 31.93 34.563 2383 2383 2480
8 KB Aktif (T 2012 = 63% 2015
= 65 %) % 49.00 46.00 48.00 74.16 56.47 77.00 85.60 63.22 89.00

87.24 94.63 97.13


9 Jumlah Lahir Hidup 9 0 1 6546 6631 6253 415 432 312

10 Jumlah Kematian Ibu 239 208 172 14 13 8 1 2 0

273.9 219,8 177.0 213.8 196.0 240.9 460.8


11 AKI (/%ooo) KH) 2 0 8 7 5 127.94 6 3 0

Disertasi PENGEMBANGAN PENDEKATAN “SOCIAL INA DEBORA R.L


ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
129

Data pada Tabel 5.2 menunjukkan bahwa dari 7 indikator output penurunan

AKI di Kabupaten Kupang pada tahun 2012 menurun lebih rendah dari AKI

Provinsi NTT. Demikian halnya juga di Puskesmas Takari, Kecamatan Takari

Pada tahun 2012 AKI adalah Nol persen. Berdasarkan indikator output AKI,

terdapat 5 indikator (71,43% ) yang sudah mencapai dan melampaui target

nasional yang ditetapkan. Dua indikator yang belum tercapai adalah pertolongan

persalinan oleh nakes (PN) dan tempat persalinan di fasilitas kesehatan yang

memadai. Hal ini terkait dengan kebiasaan masyarakat yang masih memilih untuk

melahirkan di rumah karena tidak adanya persiapan khusus untuk melahirkan di

Puskesmas. Keluarga dan ibu merasa lebih nyaman di rumah, serta kurangnya

pengetahuan keluarga tentang bahaya komplikasi persalinan dan pentingnya

melahirkan di fasilitas kesehatan yang memadai dan ditolong oleh tenaga

kesehatan yang terampil.

Data hasil penelitian berdasarkan survei yang dilakukan pada 126 ibu nifas

sampai 3 bulan di lima kecamatan pada Kabupaten Kupang, NTT sebagai berikut :

Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Ibu Berdasarkan K1 dan K4 di Kabupaten


KupangTahun 2011
No Uraian Jumlah n = 126 Persentase (%)
1. K1:
Tidak K1 murni 65 51,60
K1 murni 61 48,40
2. K1 Akses (Frekuensi
Pemeriksaan Trimester I):
Satu kali 30 23,80
Dua kali 27 21,40
Tiga Kali 4 3,20
Tidak periksa 65 51,60
3. K2 Trimester II:
Satu kali 24 19,00
Dua kali 36 28,60
Tiga Kali 49 38,90

Disertasi PENGEMBANGAN PENDEKATAN “SOCIAL INA DEBORA R.L


ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
130

No Uraian Jumlah n = 126 Persentase (%)


Empat kali 6 4,80
Lima kali 1 0,80
Tidak periksa 10 7,90

4. K4 (1-1-2):
Tidak K4 62 49,20
K4 64 50,80
5. K4 akses:
Satu kali 10 7,90
Dua kali 40 31,70
Tiga Kali 49 38,90
Empat kali 14 11,10
Lima kali 7 5,60
Enam kali 1 8,00
Tidak periksa 5 4,00

Tabel 5.3 memberikan informasi tentang indikator output penurunan AKI

di Kabupaten Kupang. Sebagian ibu hamil 65 orang (51,60%) tidak melakukan

K1 murni. Ibu hamil yang melakukan K1 murni 61 orang (48,40%) pada trimester

I terbanyak 30 orang (23,80%) frekuensi satu kali. Kunjungan K4 oleh ibu hamil

64 orang (50,80%). Ibu hamil yang tidak melakukan K1 murni tidak mendapatkan

atau terlambat mendapatkan informasi tentang perawatan ibu hamil, tanda bahaya

kehamilan serta gizi yang baik untuk ibu hamil. Hal ini akan berakibat tidak

langsung bagi ibu terhadap risiko kejadian perdarahan saat melahirkan karena ibu

anemia atau kurang energi kronis (KEK). Dampak terhadap janin adalah

hambatan pertumbuhan dan perkembangan janin apabila ibu tidak mendapatkan

gizi yang baik pada saat hamil. Ibu yang tidak melakukan K4 tidak mengetahui

kelainan letak janin yang apabila seharusnya dilakukan rujukan dini berencana

untuk mendapatkan pertolongan sectio di fasilitas kesehatan RS PONEK.

Disertasi PENGEMBANGAN PENDEKATAN “SOCIAL INA DEBORA R.L


ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
131

Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Ibu Berdasarkan Tempat Persalinan dan


Penolong Persalinan (PN) dan Penanganan Komplikasi (PK) di
Kabupaten Kupang Tahun 2011
No Uraian Jumlah n = 126 Persentase (%)
1. Tempat Persalinan:
Non faskes 53 42,10
Faskes 73 57,90
2. Tempat Persalinan:
Rumah sendiri/keluarga 49 38,90
Rumah dukun bayi 1 0,80
Rumah Bidan di desa 1 0,80
Praktek Bidan Desa 2 1,60
Klinik bersalin swasta 3 2,40
Puskesmas 48 38,10
RS Bersalin 1 0,80
RS Pemerintah 19 15,10
Lainnya (di Kebun) 2 1,60
3. Pelayanan Nakes (PN)/
Penolong Persalinan :
Non Nakes (tenaga kesehatan) 25 19,80
Nakes 101 80,20
Penolong Persalinan:
Anggota Keluarga 4 3,20
Dukun bayi 21 16,70
Bidan dan Dukun Bayi 89 70,60
Dokter umum 2 1,60
Dokter kandungan 10 7,90
4. Penanganan Komplikasi (PK):
Rujuk 9 7,14
Tidak ada komplikasi 117 92,86
5. Komplikasi persalinan:
Perdarahan 4 3,20
Perdarahan dan Tekanan darah 1 0,80
tinggi
Plasenta tertinggal 2 1,60
Tekanan darah tinggi 1 0,80
(preeklampsi)
Ruptur uteri (Robekan rahim) 1 0,80
Tidak ada komplikasi 117 92,90

Tabel 5.4 menunjukkan bahwa tempat persalinan yang dipilih oleh ibu 73

orang (57,90%) adalah di fasilitas kesehatan yang memadai. Masih terdapat 49

orang (38,90%) yang melahirkan di rumah sendiri. Ibu melahirkan sebagian besar

Disertasi PENGEMBANGAN PENDEKATAN “SOCIAL INA DEBORA R.L


ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
132

101 orang (80,20%) memilih melahirkan ditolong oleh tenaga kesehatan.

Penolong persalinan terbanyak 89 orang (70,60%) adalah Bidan. Penanganan

komplikasi langsung dirujuk 9 orang (7,14%). Masih banyaknya ibu yang melahirkan

di rumah (non faskes) serta ditolong oleh bukan tenaga kesehatan akan meningkatkan

risiko kematian ibu karena apabila terjadi komplikasi seperti persalinan macet dan

perdarahan, tidak dapat segera ditangani karena keterbatasan tenaga dan fasilitas.

Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi Ibu Berdasarkan Kunjungan Nifas (Kf) dan
Keluarga Berencana (KB) di Kabupaten Kupang Tahun 2011
No Uraian Jumlah n = 126 Persentase (%)
1. Kunjungan Nifas (Kf):
Satu kali 13 10,30
Dua kali 28 22,20
Tiga kali 58 46,00
Empat kali 1 0,80
Tidak ada 26 20,60
2. Keluarga Berencana (KB):
Tidak KB 46 36,50
Ikut KB 80 63,50
3. Jenis KB:
IUD 6 4,80
MOW 6 4,80
Implant 9 7,10
Suntik 52 41,30
Pil 7 5,60
Lainnya 1 0,80
Tidak KB 45 35,70

Tabel 5.5 menjelaskan bahwa kunjungan nifas oleh ibu nifas maupun petugas

kesehatan terbanyak 58 orang (46,%) dengan frekuensi 3 kali. Namun masih terdapat

26 orang (20,60%) yang tidak melakukukan kunjungan nifas maupun dikunjungi oleh

petugas kesehatan. Sebagian ibu 80 orang (63,50%) mengikuti KB dengan

penggunaan jenis KB terbanyak 52 orang (41,30%) adalah KB suntik. Masih adanya

petugas kesehatan yang tidak melakukan kunjungan nifas ke rumah ibu akan

meningkatkan risiko kematian ibu karena kematian terbanyak pada ibu nifas terjadi

Disertasi PENGEMBANGAN PENDEKATAN “SOCIAL INA DEBORA R.L


ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
133

pada hari I, minggu pertama dan minggu kedua masa nifas, sehingga perlu

mendapatkan perhatian dari petugas kesehatan dengan cara melakukan kunjungan

nifas ke rumah ibu. Penggunaan KB akan membantu ibu untuk mencegah

kehamilan serta menjadikan ibu lebih fokus pada perawatan bayi dan diri sendiri.

5.2 Pengaruh Faktor Intrapersonal terhadap Pelayanan Kesehatan Ibu


(K1, K4, Tempat Persalinan, PN, Kf dan KB) untuk Penurunan AKI di
Kabupaten Kupang, NTT

Faktor intra personal (individu/ibu) yang meliputi: umur, pendidikan,

pekerjaan, pengetahuan,sikap niat, nilai kepercayaan pengetahuan, Self Efficacy,

akses (jarak ke fasilitas kesehatan dan waktu tempuh) serta karakteristik

reproduksi (frekuensi hamil,paritas, riwayat abortus, usia kawin pertama, tinggi

badan dan penambahan BB selama hamil).

Tabel 5.6 Distribusi Frekuensi Karakteristik Ibu Nifas sampai dengan 3 Bulan
di Kabupaten Kupang Tahun 2011
No Karakteristik Jumlah n = 126 Persentase (%)
1. Umur (tahun)
< 20 Tahun 2 1,60
20 - 34 Tahun 105 83,33
>35 Tahun 19 15,07
2. Agama:
Islam 10 7,90
Katholik 20 15,90
Kristen 94 74,60
Hindu 1 8,00
Lain-lain 1 8,00
3. Pendidikan:
Tidak sekolah 3 2,40
Tidak tamat SD 15 11,90
Tamat SD/MI 19 15,10
Tamat SMTP/SMP 44 34,90
Tamat SMTA/SMU 40 31,70
Tamat Akademi/ PT 5 4,00
4. Pekerjaan:
Tidak bekerja 71 56,30
Buruh tani 2 1,60
Petani 39 31,00

Disertasi PENGEMBANGAN PENDEKATAN “SOCIAL INA DEBORA R.L


ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
134

No Karakteristik Jumlah n = 126 Persentase (%)


Tukang 2 1,60
Pegawai swasta 2 1,60
Wiraswasta 4 3,20
Pegawai negeri 1 8,00
Lain-lain 5 4,00

Berdasarkan Tabel 5.6 diketahui, umur ibu di Kabupaten Kupang dari 126

orang terbanyak 20 - 34 tahun 105 orang (83,33%). Kelompok tersebut merupakan

umur yang baik untuk bereproduksi (hamil, melahirkan dan nifas). Sebagian besar ibu

94 orang (74,60%) beragama kristen protestan, sehingga sosialisasi pelayanan bagi

ibu hamil melahirkan dan nifas dapat melalui mimbar gereja atau kegiatan jemaat

maupun diakonia. Masih ada ibu yang tidak sekolah 3 orang (2,50%), dan terdapat

84 orang (66,60 %) yang berpendidikan SMTP/SMP dan SMTA/SMA, serta 5 orang

(4%) tamat akademi/Perguruan tinggi. Sebagian besar ibu dengan pendidikan kurang

dapat menjadi dasar untuk memberikan intervensi pendidikan kesehatan agar dapat

meningkatkan pengetahuan ibu. Dengan variasi pendidikan yang ada apabila

dilakukan pendidikan kesehatan dalam kelompok akan terjadi proses pembelajaran di

dalam kelompok menjadi lebih baik.

Ibu nifas sebagian besar yaitu sebanyak 71 orang (56,30%) tidak bekerja.

Tetapi terdapat 39 ibu (31%) yang bekerja sebagai petani. Ibu yang tidak bekerja

adalah baik dan dapat lebih memperhatikan perawatan dirinya selama hamil serta

melakukan kunjungan ke Puskesmas untuk mendapatkan pelayanan kesehatan.

Namun bagi ibu yang bekerja, hal ini perlu menjadi perhatian bagi keluarga dan

petugas kesehatan untuk membantu dan mengingatkan ibu untuk menjaga

kesehatan serta mengatur waktu istirahatnya.

Disertasi PENGEMBANGAN PENDEKATAN “SOCIAL INA DEBORA R.L


ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
135

Tabel 5.7 Distribusi Frekuensi Karakteristik Reproduksi Ibu Nifas sampai


dengan 3 Bulan di Kabupaten Kupang Tahun 2011
No Karakteristik Jumlah n = 126 Persentase (%)
1. Paritas/ jumlah anak:
1 47 37,30
2 28 22,20
3 31 24,60
4 12 9,50
5 6 4,80
6 1 8,00
7 1 8,00
2. Riwayat Abortus:
0 105 83,30
1 17 13,50
2 2 1,60
3 2 1,60
3. Usia Kawin Pertama
< 20 Tahun 40 31,70
20 - 35 85 67,50
> 35 Tahun 1 0,80
4 Jarak Kehamilan (bulan)
< 12 12 46,20
13 -24 4 15,40
25 -48 5 19,20
49-60 1 3,80
> 60 4 15,40

Tabel 5.7 menunjukkan bahwa jumlah anak cukup bervariasi yaitu satu

sampai dengan tujuh orang, terbanyak adalah satu orang pada 47 ibu (37,30%).

Diikuti oleh jumlah anak 2 sampai 3 orang pada masing-masing 28 orang

(22,20%) dan 31 orang (24,06%). Jumlah anak yang banyak perlu mendapatkan

perhatian petugas agar memberikan informasi tentang keluarga berencana

sehingga ibu dapat memilih alat kontrasepsi yang sesuai bagi dirinya.

Riwayat abortus pada ibu masih terjadi pada 17 orang (13,50%) yang

mengalami abortus satu kali, serta ibu yang mengalami abortus 2 - 3 kali, masing-

masing 1 orang (1,60%). Riwayat abortus ini dapat memberikan informasi kepada

petugas kesehatan untuk memberikan informasi pemeriksan kesehatan yang harus

Disertasi PENGEMBANGAN PENDEKATAN “SOCIAL INA DEBORA R.L


ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
136

dilakukan oleh ibu. Hal ini juga menunjukkan pentingnya dilakukan screening

faktor risiko ibu hamil untuk penanganan komplikasi serta mencegah terjadinya

abortus lagi.

Usia kawin pertama pada ibu, sebagian besar 85 orang (67,15%) kawin pada

usia produktif 20 - 34 tahun. Usia ini baik untuk melakukan tugas reproduksi

bagi ibu yaitu hamil, melahirkan dan nifas.

Jarak kehamilan terakhir pada ibu bervariasi, terbanyak 36 orang (28,57%)

adalah nol bulan (primi gravida). Namun terdapat 15 orang (11,9%) dengan jarak

kehamilan lebih dari 60 bulan. Hal ini merupakan faktor risiko untuk terjadinya

komplikasi kehamilan, persalinan dan nifas apabila tidak ditangani dengan baik.

Tabel 5.8 Distribusi Hasil Pemeriksaan Ante Natal pada Kehamilan Terakhir Ibu
Nifas sampai dengan 3 Bulan di Kabupaten Kupang Tahun 2011
No Uraian Jumlah n = 126 Persentase (%)
1. Frekuensi ANC:
<4 25 19,84
4 -8 92 73,02
>8 9 7,14
2. Tinggi badan:
< 145 3 2,38
> 145 123 97,62
3. Berat badan (BB) awal kehamilan:
< 45 29 23,02
45 - 65 84 66,67
> 65 9 7,14
Tidak tahu 4 3,17
4. Penambahan BB selama hamil (kg):
<9 60 47,62
9 - 15 61 48,41
> 15 2 1,59
Tidak tahu 3 2,38
5. LILA:
< 23,5 27 21,43
> 23,5 96 76,19
Tidak tahu 3 2,38

Disertasi PENGEMBANGAN PENDEKATAN “SOCIAL INA DEBORA R.L


ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
137

Berdasarkan Tabel 5.8 diketahui selama hamil sebagian besar ibu yaitu 92

orang (73,02%) melakukan pemeriksaan kehamilan (ANC) sebanyak 4-8 kali dengan

rata-rata 5,5 kali minimal 1 kali dan maksimal 11 kali. Hal ini dapat menjadi

informasi bagi petugas kesehatan bahwa pemeriksaan ANC tidak hanya melihat

frekuensinya saja tetapi perlu melakukan ANC secara berkualitas, ANC lebih banyak

dilakukan pada trimester II, sehingga perlu diingatkan kepada ibu ANC pada

trimester III. Karena pada trimester III petugas dapat mendeteksi apabila terjadi

kelainan letak, sehingga dapat dilakukan rujukan dini berencana. Tinggi badan ibu

sebagian besar 123 orang (97,62) adalah > 145 cm, tetapi ada 3 orang (2,38%)

dengan tinggi badan < 145 cm. Hal ini merupakan faktor risiko untuk terjadi

komplikasi persalinan dapat terjadi persalinan macet karena panggul sempit.

Berat badan ibu di awal kehamilan, sebagian besar yaitu 84 orang

(66,67%) berkisar 45 - 65 kg. Namun terdapat 29 orang (23,02%) dengan BB <45

kg. Hal ini dapat menjadi faktor risiko komplikasi persalinan serta ibu dapat

melahirkan premature atau BBLR. Penambahan BB ibu selama hamil cukup

bervariasi. Terdapat 60 orang (47,62%) ibu dengan penambahan BB selama hamil < 9

kg. Hal ini merupakan faktor risiko untuk perdarahan, melahirkan premature atau

BBLR. Lila ibu sebagian besar yaitu 99 orang (78,57%) adalah > 23,5 cm. Namun

masih ada 24 orang (19,05%) ibu dengan Lila < 23,5 cm yang perlu mendapat

perhatian agar tidak terjadi komplikasi.

Tabel 5.9 Distribusi Hasil Immunisasi TT, Tablet Tambah Darah, Pemeriksaan
Hb Ibu Nifas sampai dengan 3 Bulan di Kabupaten Kupang Tahun 2011
No Uraian Jumlah n = 126 Persentase (%)
1. Imunisasi TT
TT1 37 29,40
TT2 83 65,90

Disertasi PENGEMBANGAN PENDEKATAN “SOCIAL INA DEBORA R.L


ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
138

No Uraian Jumlah n = 126 Persentase (%)


TT3 4 3,29
Tidak immunisasi 2 1,60
2. Tablet tambah darah:
< 90 42 32,54
90 - 120 39 30,95
120 - 150 6 4,76
150 - 180 10 7,94
180 - 210 5 3,97
> 210 7 5,56
Tidak tahu 18 14,29
3. Frekuensi Pemeriksaan Hb:
Satu kali 60 47,60
Dua kali 37 29,40
Tiga kali 9 7,10
Tidak Periksa HB 20 15,90
4. Hasil pemeriksaan kadar Hb
(gr%) Trimester 3
< 10 27 21,43
10 -12 55 43,65
> 12 9 7,14
Tidak tahu 35 27,78

Tabel 5.9 menunjukkan bahwa, immunisasi TT pada ibu hamil sebagian

besar yaitu 83 orang (65,87%) adalah TT2. Namun masih ada 2 orang (1,59%) ibu

yang tidak imunisasi selama hamil. Hal ini dapat menimbulkan risiko infeksi

akibat perdarahan. Selama hamil masih ada 42 orang (32,34%) yang

mengkonsumsi tablet tambah darah < 90 tablet. Hal ini dapat menimbulkan

anemia pada ibu hamil akibat kekurangan ferum.

Frekuensi pemeriksaan Hb pada ibu selama hamil sebagian besar yaitu 60

orang (47,6%) hanya satu kali melakukan pemeriksaan, bahkan masih terdapat 20

orang (15,9%) ibu yang sama sekali tidak melakukan pemeriksaan Hb karena tidak

tersedia di Puskesmas. Hal ini akan menimbulkan penyulit jika terjadi komplikasi

persalinan yaitu perdarahan. Hasil pemeriksaan Hb pada ibu hamil di trimester tiga

cukup bervariasi. Masih terdapat 27 orang (21,43%) ibu dengan Hb < 10 gr% dan 35

Disertasi PENGEMBANGAN PENDEKATAN “SOCIAL INA DEBORA R.L


ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
139

orang (27,78%) yang tidak tahu atau tidak periksa Hb di trimester III. Keadaan ini

akan menjadi penyulit saat terjadi komplikasi persalinan yaitu perdarahan.

Tabel 5.10 Distribusi Hasil Penggunaan KB, Jenis Kontrasepsi, Lama Menjadi
Akseptor KB, Golongan Darah dan Pendonor Ibu Nifas sampai
dengan 3 Bulan di Kabupaten Kupang Tahun 2011
No Uraian Jumlah n = 126 Persentase (%)
1. Penggunaan KB:
Tidak KB 65 51,60
KB 61 48,40
2. Jenis Kontrasepsi yang
digunakan:
MOW 1 0,80
Implant 2 1,60
Suntik 47 37,30
Pil 10 7,90
Kondom 1 0,80
Tidak KB 65 51,60
3. Lama menjadi akseptor KB
(bln) 7 5,56
<12 9 7,14
12 -24 24 19,05
24 -48 3 2,38
48-60 5 3,97
> 60 65 51,59
Tidak KB 13 10,32
Tidak tahu
4. Golongan darah:
A 9 7,10
B 25 19,80
O 36 28,60
Tidak tahu 56 44,40
5. Pendonor (orang)
<3 39 30,95
3- 5 31 24,60
>5 8 6,35
Tidak ada 48 38,10

Melihat pada Tabel 5.10, penggunaan KB oleh ibu sebelum hamil

sebagian besar 65 orang (51,59%) tidak menggunakan KB. Bagi ibu yang

menggunakan KB sebagian besar 47 orang (37,30%) adalah KB suntik Lama ibu

menjadi akseptor KB sebagian besar 24 orang (19,05%) adalah 24 - 48 bulan. Hal

Disertasi PENGEMBANGAN PENDEKATAN “SOCIAL INA DEBORA R.L


ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
140

ini perlu menjadi perhatian karena penggunaan KB dapat membantu mencegah

kehamilan sehingga tidak terjadi risiko dan komplikasi pada kehamilan,

persalinan dan nifas yang dapat menyebabkan kematian ibu.

Golongan darah ibu sebagian besar yaitu 56 orang (44,40%) tidak tahu

karena tidak melakukan pemeriksaan golongan darah, dan lupa walaupun sudah

pernah dilakukan pemeriksaan golongan darah dari desa siaga. Hal ini perlu

mendapat perhatian karena penyebab langsung kematian tertinggi pada ibu adalah

akibat perdarahan. Dengan demikian golongan darah ibu harus diperiksa untuk

mempersiapkan pendonor darah sebelum terjadi komplikasi perdarahan.

Perdarahan dapat berakibat kematian apabila tidak segera ditangani atau terlambat

penanganan lebih dari 2 jam. Keluarga dan ibu hamil sebagian besar 48 (38,10%)

tidak menyiapkan pendonor darah untuk ibu. Terdapat 39 orang (30,95%) yang

menyiapkan pendonor darah < 3 orang. Hal ini perlu mendapat perhatian karena

pada ibu yang mengalami perdarahan membutuhkan darah segera untuk

meningkatkan Hb. Peningkatan 1 mg % Hb membutuhkan darah sebanyak 250 cc.

Dengan demikian dibutuhkan persiapan pendonor > 5 orang.

Tabel 5.11 menunjukkan bahwa, biaya persalinan ibu oleh sebagian besar

ibu 84 orang (66,60%) tidak mempunyai persiapan biaya khusus dan

menggunakan jampersal yang disiapkan oleh pemerintah pusat. Terdapat 38 orang

(30,20 %) menyiapkan biaya persalinan berupa tabungan ibu bersalin (tabulin),

hal ini sangat membantu dalam perawatan ibu saat melahirkan dan nifas.

Disamping itu terdapat desa yang menyiapkan dana sosial ibu bersalin (dasolin)

yang dimanfaatkan oleh 4 orang (3,20%). Hal ini merupakan upaya yang baik

Disertasi PENGEMBANGAN PENDEKATAN “SOCIAL INA DEBORA R.L


ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
141

untuk kebersamaan dan gotong royong dalam rangka meningkatkan kesejahteraan

ibu dan bayi. Sebagian besar ibu 111 orang (88,10%) mendapatkan buku KIA

yang berisi informasi tentang kesehatan ibu dan anak meliputi perawatan selama

hamil, melahirkan, nifas dan bayi balita. Ibu hamil sebagian besar 119 orang

(94,40%) tidak mengalami komplikasi kehamilan. Komplikasi kehamilan yang

dialami oleh ibu adalah perdarahan, tekanan darah tinggi dan infeksi pada 5 orang

(4,00%). Dari 5 orang yang mengalami komplikasi 1 orang (0,80%) ditangani di

Puskesmassedangkan 4 orang di rujuk ke RSUD Prof W.Z Johannes Kupang

untuk penanganan komplikasi.

Tabel 5.11 Distribusi Frekuensi Persiapan Biaya Persalinan, Buku KIA, Jenis
Komplikasi dan Penanganan Komplikasi Ibu Nifas sampai dengan 3
Bulan diKabupaten Kupang Tahun 2011
No Uraian Jumlah n = 126 Persentase (%)
1. Persiapan biaya persalinan:
Tidak ada biaya khusus 40 31,70
Tabulin 38 30,20
Dasolin 4 3,20
Lainnya (Jampersal) 44 34,90
2. Buku KIA:
Tidak ada 15 11,90
Ada 111 88,10
3. Jenis Komplikasi:
Perdarahan 1 0,80
Perdarahan dan Tekanan darah tinggi
Infeksi 1 0,80
Tidak ada komplikasi 3 2,40
Tidak tahu 119 94,40
2 1,60
4. Penanganan Komplikasi:
Ada penanganan komplikasi 1 0,80
Tidak ada penanganan komplikasi 125 99,20

Tabel 5.12 menunjukkan, jarak rumah ibu ke fasilitas kesehatan yang

memadai sebagian besar 94 orang (74,60 %) > 2 km. Median 3 - 4 km minimal

0,1 km dan maksimal 25 km. Transportasi yang digunakan sebagian besar 72

Disertasi PENGEMBANGAN PENDEKATAN “SOCIAL INA DEBORA R.L


ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
142

orang (57, 10%) adalah kendaraan umum dan 37 orang 29,40%) menggunakan

motor ojek. Waktu tempuh ke fasilitas kesehatan yang memadai bervariasi. 75

orang (59,52%) dengan waktu tempuh 30 - 60 menit. Tetapi masih terdapat 10

orang dengan waktu tempuh 60-120 menit. Hal ini perlu diperhatikan dalam

kaitannya dengan rujukan dini berencana pada ibu hamil risiko tinggi agar tidak

terjadi komplikasi lebih lanjut. Mengingat waktu tempuh ini dapat sesuai apabila

dilakukan pada musim kemarau. Sedangkan pada musim hujan waktu tempuh

menjadi lebih lama karena kesulitan sarana transportasi karena keterbatasan

transportasi pada daerah serta rusaknya jalan raya, (lihat Tabel 5.12).

Tabel 5.12 Distribusi Frekuensi Ibu Berdasarkan Akses ke Fasilitas Kesehatan


yang Memadai (Jarak Rumah, Jenis Transportasi dan Waktu Tempuh)
di Kabupaten Kupang Tahun 2011
No Uraian Jumlah n = 126 Persentase
(%)
1. Jarak Rumah ke Faskes
< 1 km 11 8,73
1 - 2 km 21 16,67
> 2 km 94 74,60
2. Transportasi ;
Jalan kaki 9 7,10
Motor ojek 37 29,40
Kendaraan umum 72 57,10
Kendaraan pribadi 2 1,60
Ambulance desa 4 3,20
Ambulance/Pusling 1 0,80
Lainnya 1 0,80
3. Waktu tempuh (menit)
0 - 15 5 3.97
15 - 30 36 28.57
30 - 60 75 59.52
60 - 120 10 7.94

Disertasi PENGEMBANGAN PENDEKATAN “SOCIAL INA DEBORA R.L


ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
143

Tabel 5.13 Distribusi Frekuensi Ibu Berdasarkan Gender, di KabupatenKupang


Tahun 2011
No Uraian Jumlah n = 126 Persentase (%)
Gender:
1. Kedudukan ibu dalam rumah:
Ibu rumah tangga
Ibu rumah tangga dan pencari 118 93,65
nafkah 8 6,35
2. Pekerjaan rutin ibu (domestic):
Memasak 68 54,00
Memasak dan berkebun 2 1,60
Memasak dan timba air 24 19,00
Memasak, berkebun dan timba 23 18,30
air
Memasak, berkebun, timba air 7 5,60
dan lainnya
3. Lainnya (berdagang) 2 1,60
Pekerjaan di luar rumah 71 56,30
(public)
Tidak bekerja 7 5,60
Buruh tani 33 26,20
Petani 1 0,80
Pegawai swasta 11 8,70
Wiraswasta 1 0,80
Pegawai negeri 2 1,60
4. Lainnya
Istirahat siang :
Tidak pernah 5 4,00
Kadang-kadang 70 55,60
Sering 33 26,20
Selalu 18 14,30

Berdasarkan Tabel 5.13, kedudukan ibu dalam rumah tangga 118 orang

(93,65 %) adalah ibu rumah tangga. Pekerjaan rutin (domestik) 68 orang ibu

(54,00%) adalah memasak. Pekerjaan di luar rumah (publik) terdapat 33 orang

(26,20%) sebagai petani, sebagian besar 71 (56,30%) tidak bekerja. Bagi ibu yang

bekerja perlu mendapat perhatian keluarga, petugas kesehatan dan masyarakat

agar ibu memiliki waktu istirahat yang cukup dan tidak kelelahan dengan

pekerjaannya. Bagi ibu yang tidak bekerja, hal ini akan membantu ibu untuk lebih

Disertasi PENGEMBANGAN PENDEKATAN “SOCIAL INA DEBORA R.L


ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
144

memperhatikan dirinya dalam perawatan kehamilan. Pola tidur ibu hamil sebagian

besar yaitu 70 orang (55,60%) memiliki pola tidur siang.Hal ini perlu mendapat

perhatian karena tidur siang diperlukan oleh ibu untuk pertumbuhan dan

perkembangan janin dalam kandungannya.

Tabel 5.14 Distribusi Frekuensi Ibu Berdasarkan Gender Ibu di Kabupaten


Kupang Tahun 2011
No Hasil Jawaban Keputusan Pemanfaatan Partisipasi Control Pengelolaan
Pertanyaan jumlah ANC dalam dalam pelayanan
anak ANC ANC bagi ibu
f % f % f % F % f %
1. Tidak tahu 2 1,60 3 2,40 3 2,40 3 2,40 3 2,40
2. Keputusan orang 2 1,60 2 1,60 2 1,60 3 2,40 1 0,80
tua/mertua
3. Keputusan suami 15 11,90 1 0,80 0 0,00 0 0 0 0,00
4. Keputusan suami 97 77,00 80 63,30 77 61,10 65 51,58 86 68,30
istri
5. Keputusan sendiri 5 4,00 31 24,60 33 26,20 37 29,40 18 14,30
6. Keputusan orang 3 2,40 4 3,20 4 3,20 6 4,80 5 4,00
tua/mertua dan
suami istri
Lainnya (To‟o Huk ) 2 1,60 5 4,00 7 5,60 12 9,50 13 10,30

Berdasarkan Tabel 5.14, keputusan jumlah anak, pemanfaatan ANC,

partisipasi dalam ANC, kontrol dalam ANC dan pengelolaan pelayanan bagi ibu

secara berurutan: 97 (77,00%); 80 (63,30%); 77 (61,10%); 65 (51,59%); 86

(68,30%) adalah merupakan keputusan suami istri. Namun lebih banyak

didominasi oleh keputusan suami dan istri hanya mengikuti saja. Masih terdapat

keputusan yang diambil oleh suami saja, orang tua/mertua, maupun oleh Too Huk

(orang yang dominan atau dituakan dalam keluarga suku Rote) atau Atoin Meto

(orang yang dominan atau dituakan dalam suku Timor), hal ini akan

memperlambat ibu dalam proses rujukan jika terjadi komplikasi. Tetapi apabila

Too Huk atau Atoin Meto, mengetahui tentang tanda bahaya kehamilan persalinan

dan nifas serta akibat komplikasi kehamilan, persalinan dan nifas. Too Huk atau

Disertasi PENGEMBANGAN PENDEKATAN “SOCIAL INA DEBORA R.L


ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
145

Atoin Meto akan melakukan pengambilan keputusan secara akomodatif dan

defacto dengan cepat sehingga tidak terlambat dalam transportasi, tidak terlambat

sampai ke fasilitas kesehatan yang memadai antara lain RS PONEK serta tidak

terlambat penanganannya dan dapat mencegah kematian ibu. Dengan demikian

diperlukannya pendidikan kesehatan bagi TOMA serta keluarga.

Tabel 5.15 menunjukkan, nilai kepercayaan ibu tentang manfaat melakukan

ANC, persalinan dan nifas. Sebagian besar adalah cukup dan baik masing-masing

61 (48,00%) dan 63 (58,00%). Nilai kepercayaan yang baik ini akan membantu ibu

dan keluarga untuk melakukan pelayanan kesehatan karena merasa anak itu

bernilai. Sehingga ibu dan keluarga perlu mengetahui tentang tanda bahaya

kehamilan, persalinan dan nifas. Pengetahuan ibu tentang kehamilan, persalinan dan

nifas, sebagian besar 93 orang (73,80%) adalah baik. Pengetahuan yang baik ini

masih bersifat umum tentang kehamilan, persalinan dan nifas. Ibu dan keluarga

perlu mengetahui lebih banyak lagi tentang perawatan selama kehamilan, persalinan

dan nifas serta, gizi ibu hamil, inisiasi menyusui dini (IMD), ASI Eksklusif,

perawatan bayi bayi baru lahir, dan lain-lain yang dapat diperoleh apabila ibu dan

keluarga mengikuti “Kelas Prenatal Care and Family‖. Sikap afeksi ibu terhadap

kehamilan, persalinan, dan nifas sebagian besar adalah cukup dan baik masing-

masing 59 orang (46,80%) dan 63 (50%). Sikap yang baik ini akan membantu ibu

untuk merespon pelayanan kesehatan yang diberikan ibu dengan melakukan K1,

K4, melahirkan di fasilitas kesehatan yang memadai, ditolong oleh petugas

kesehatan yang kompeten, serta mendapatkan pelayanan Kf dan KB. Demikian

halnya dengan niat ibu terhadap kehamilan, persalinan dan nifas adalah cukup 65

Disertasi PENGEMBANGAN PENDEKATAN “SOCIAL INA DEBORA R.L


ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
146

(51,60%) dan baik 48 (38,10%). Niat yang baik dari ibu menunjukkan kesiapan ibu

untuk melakukan kunjungan ke Puskesmas dan mendapatkan pelayanan kesehatan

bagi ibu hamil, melahirkan dan nifas. Self Efficacy ibu sebagian besar adalah

cukup dan baik, masing-masing 59 (46,80%) dan 47 (37,30%). Self Efficacy yang

cukup baik ini akan membantu ibu untuk melakukan pelayanan kesehatan serta

melakukan perawatan diri selama hamil, melahirkan dan nifas dengan baik.

(Lihat Tabel 5.15).

Tabel 5.15 Distribusi Frekuensi Ibu Berdasarkan Nilai Kepercayaan,


Pengetahuan, Sikap Afeksi, Niat serta Self Efficacy Ibu di Kabupaten
Kupang Tahun 2011
No Uraian Jumlah n = 126 Persentase (%)
1. Nilai Kepercayaan:
Kurang 2 1,60
Cukup 61 48,00
Baik 63 50,00
2. Pengetahuan:
Kurang 16 12,70
Cukup 17 13,50
Baik 93 73,80
3. Sikap Afeksi:
Kurang 4 3,20
Cukup 59 46,80
Baik 63 50,00
4. Niat:
Cukup 13 10,30
Kurang 65 51,60
Baik 48 38,10
5. Self Efficacy:
Kurang 20 15,90
Cukup 59 46,80
Baik 47 37,30

Analisis statistik bivariat dilakukan untuk mengetahui pengaruh masing-

masing variabel independen intra personal: (umur, pendidikan, pekerjaan,

pengetahuan, sikap, niat ibu,nilai kepercayaan, jarak, waktu tempuh Self Efficacy,

karakteristik reproduksi; usia kawin I, frekuensi kehamilan, paritas, riwayat abortus,

Disertasi PENGEMBANGAN PENDEKATAN “SOCIAL INA DEBORA R.L


ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
147

tinggi badan, penambahan BB) terhadap variabel dependen yaitu pelayanan

kesehatan ibu untuk penurunan angka kematian ibu (indikator ; K1, K4, Tempat

persalinan, PN, Kf dan KB) menggunakan analisis regresi logistik sederhana metode

Backward stepwise pada tingkat kemaknaan p < 0,05.

5.2.1 Pengaruh faktor intrapersonal terhadap K1 murni

Seleksi Bivariat

Masing-masing variabel independen dilakukan analisis bivariat dengan

variabel dependen. Bila hasil bivariat menghasilkan p value ≤ 0,25, maka variabel

tersebut dimasukkan dalam tahap multivariat. Variabel dengan hasil bivariat

p value > 0,25 namun secara substansi penting, maka variabel tersebut tetap dapat

dimasukkan dalam tahap multivariat. Seleksi bivariat menggunakan uji regresi

logistik sederhana. Hasil analisis bivariat dapat dilihat pada Tabel 5.16 berikut :

Tabel 5.16 Hasil Analisis Regresi Logistik Sederhana antara Faktor


Intrapersonal dengan K1 Murni.
Variabel Independen 95% Confidence Interval
p value OR
(Intrapersonal) Batas bawah Batas atas
Umur 0,180* 0,518 0,198 1,354
Pendidikan 0,864
Pekerjaan 0,018* 2,392 1,160 4,931
Pengetahuan 0,168* 1,014 0,994 1,035
Sikap 0,000** 1,178 1,115 1,244
Niat 0,000** 1,122 1,071 1,176
Nilai Kepercayaan 0,000** 1,294 1,191 1,407
Jarak 0,371 0,972 0,912 1,035
Waktu Tempuh 0,221* 0,987 0,967 1,008
Self Efficacy 0,000** 1,099 1,058 1,141
Usia kawin pertama 0,602 1,023 0,940 1,113
Frekuensi kehamilan 0,340 1,132 0,877 1,461
Paritas 0,170* 1,213 0,921 1,599
Riwayat abortus 0,500 0,796 0,410 1,545
Tinggi Badan 0,556 0,980 0,917 1,048
Penambahan Berat Badan 0,033* 1,112 1,009 1,226
Keterangan: * dimasukkan tahap multivariat karena mempunyai nilai p < 0,25

Disertasi PENGEMBANGAN PENDEKATAN “SOCIAL INA DEBORA R.L


ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
148

Tabel 5.17 Hasil Analisis Regresi Logistik Ganda antara Variabel Faktor
Intrapersonal dengan Variabel K1 murni.

Variabel Independen 95% Confidence Interval


B p value OR
(Intrapersonal) Batas bawah Batas atas
Pekerjaan 1,359 0,027* 3,892 1,171 12,937
Sikap 0,102 0,004* 1,107 1,034 1,186
Nilai Kepercayaan 0,184 0,000** 1,202 1,100 1,314
Konstanta -23,585 0,000** 0,000
Keterangan: * signifikan ( p < 0,05)
** sangat signifikan p < 001

Variabel pekerjaan menunjukkan OR sebesar 3,892 artinya kemungkinan

ibu hamil yang tidak bekerja akan K1 Murni 3,892 kali lebih besar jika

dibandingkan dengan ibu hamil yang bekerja. Variabel sikap menunjukkan OR

sebesar 1,107 artinya setiap kenaikan skor sikap sebesar 1 unit maka peluang

terjadinya K1 Murni akan meningkat sebesar1,107 kali. Variabel nilai kepercayaan

menunjukkan OR sebesar 1,202 artinya setiap kenaikan skor nilai kepercayaan

sebesar 1 unit maka peluang terjadinya K1 Murni akan meningkat sebesar 1,202

kali. Model yang terbentuk adalah :


1
P (K1 Murni) =
1 + e -(-23,585 + 0,184nilai kepercayaan+ 0,102 sikap + 1,359 pekerjaan)
Ketepatan klasifikasi model tersebut sebesar 87,80% dan koefisien determinasi

(R2) sebesar 51,70%. Artinya nilai kepercayaan, sikap dan pekerjaan dapat

menjelaskan K1 murni sebesar 51,70% ; selebihnya dijelaskan oleh variabel lain.

5.2.2 Pengaruh faktor intrapersonal terhadap K4 trimester 3

Seleksi Bivariat

Hasil analisis bivariat dapat dilihat pada Tabel 5.18 berikut:

Disertasi PENGEMBANGAN PENDEKATAN “SOCIAL INA DEBORA R.L


ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
149

Tabel 5.18 Hasil Regresi Logistik Sederhana antara Faktor Intrapersonal dengan
K4 Trimester 3.
Variabel Independen 95% Confidence Interval
p value OR
(Intrapersonal) Batas bawah Batas atas
Umur 0,525 0,736 0,286 1,893
Pendidikan 0,909
Pekerjaan 0,005* 2,392 1,160 4,931
Pengetahuan 0,062* 1,014 0,994 1,035
Sikap 0,000** 1,178 1,115 1,244
Niat 0,000** 1,122 1,071 1,176
Nilai Kepercayaan 0,000** 1,294 1,191 1,407
Jarak 0,395 0,972 0,912 1,035
Waktu Tempuh 0,193* 0,987 0,967 1,008
Self Efficacy 0,000** 1,099 1,058 1,141
Usia kawin pertama 0,529 1,023 0,940 1,113
Frekuensi kehamilan 0,304 1,132 0,877 1,461
Paritas 0,127* 1,213 0,921 1,599
Riwayat abortus 0,235* 0,796 0,410 1,545
Tinggi Badan 0,287 0,980 0,917 1,048
Penambahan Berat Badan 0,008* 1,112 1,009 1,226
Keterangan: * dimasukkan tahap multivariat karena mempunyai nilai p < 0

Tabel 5.19 Hasil Analisis Regresi Logistik Ganda antara Variabel Faktor
Intrapersonal dengan Variabel K4 Trimester 3.

Variabel Independen 95% Confidence Interval


B p value OR
(Intrapersonal) Batas bawah Batas atas
Pekerjaan 1,373 0,013* 3,948 1,336 11,662
Sikap 0,083 0,008* 1,086 1,022 1,155
Nilai Kepercayaan 0,145 0,000** 1,156 1,068 1,252
Konstanta -18,810 0,000** 0,000
Keterangan: * signifikan ( p < 0,05)
** sangat signifikan p < 001

Variabel pekerjaan menunjukkan OR sebesar 3,948 artinya kemungkinan

ibu hamil yang tidak bekerja akan K4 trimester 3 3,948 kali lebih besar jika

dibandingkan dengan ibu hamil yang bekerja. Variabel sikap menunjukkan OR

sebesar 1,086 artinya setiap kenaikan skor sikap sebesar 1 unit maka peluang

terjadinya K4 trimester 3 akan meningkat sebesar1,086 kali. Variabel nilai

kepercayaan menunjukkan OR sebesar 1,156 artinya setiap kenaikan skor nilai

Disertasi PENGEMBANGAN PENDEKATAN “SOCIAL INA DEBORA R.L


ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
150

kepercayaan sebesar 1 unit maka peluang terjadinya K4 trimester 3 akan

meningkat sebesar 1,156 kali.

Sehingga model yang terbentuk adalah :


1
P (K4 Tri III) =
1 + e -(-18,810 + 0,145 nilai kepercayaan + 0,083 sikap + 1,373 pekerjaan)

Ketepatan klasifikasi model tersebut sebesar 84,60% dan koefisien determinasi

(R2) sebesar 45,50%. Artinya nilai kepercayaan, sikap dan pekerjaan dapat

menjelaskan K1 murni sebesar 45,50%; selebihnya dijelaskan oleh variabel lain.

5.2.3 Pengaruh faktor intrapersonal terhadap tempat persalinan

Seleksi Bivariat
Hasil analisis bivariat dapat dilihat pada Tabel 5.20 berikut :
Tabel 5.20 Hasil Analisis Regresi Logistik sederhana antara Faktor Intrapersonal
dengan Tempat Persalinan.
Variabel Independen 95% Confidence Interval
p value OR
(Intrapersonal) Batas bawah Batas atas
Umur 0,575 1,317 0,504 3,443
Pendidikan 0,308
Pekerjaan 0,998 0,999 0,491 2,032
Pengetahuan 0,010* 1,028 1,007 1,049
Sikap 0,008* 1,043 1,011 1,076
Niat 0,130* 1,024 0,993 1,055
Nilai Kepercayaan 0,019* 1,046 1,008 1,087
Jarak 0,122* 0,951 0,892 1,013
Waktu Tempuh 0,050* 0,979 0,958 1,000
Self Efficacy 0,723 0,995 0,969 1,022
Usia kawin pertama 0,864 1,007 0,925 1,097
Frekuensi kehamilan 0,771 0,963 0,747 1,241
Paritas 0,920 0,986 0,752 1,294
Riwayat abortus 0,795 1,091 0,566 2,102
Tinggi Badan 0,609 1,018 0,950 1,092
Penambahan Berat Badan 0,130* 1,074 0,979 1,178
Keterangan: * dimasukkan tahap multivariat karena mempunyai nilai p < 0,25

Disertasi PENGEMBANGAN PENDEKATAN “SOCIAL INA DEBORA R.L


ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
151

Tabel 5.21 Hasil Analisis Regresi Logistik Ganda antara Variabel Faktor
Intrapersonal denganVariabel Tempat Persalinan

Variabel Independen p 95% Confidence Interval


B OR
(Intrapersonal) value Batas bawah Batas atas
Pengetahuan 0,022 0,048* 1,022 1,000 1,045
Sikap ibu 0,038 0,025* 1,038 1,005 1,073
Waktu tempuh -0,022 0,074 0,979 0,956 1,002
Konstanta -3,973 0,011 0,019
Keterangan: * signifikan ( p < 0,05)
** sangat signifikan p < 001

Variabel pengetahuan menunjukkan OR sebesar 1,022 artinya setiap

kenaikan skor pengetahuan sebesar 1 unit maka peluang tempat persalinan di

fasilitas kesehatan akan meningkat sebesar 1,022 kali. Variabel sikap menunjukkan

OR sebesar 1,038 artinya setiap kenaikan skor sikap sebesar 1 unit maka peluang

tempat persalinan di fasilitas kesehatan akan meningkat sebesar 1,038 kali.

Sehingga model yang terbentuk adalah :


1
P (Tempat Persalinan ) =
1 + e -(-3,973 + 0,038 sikap + 0,022 pengetahuan)
Ketepatan klasifikasi model tersebut sebesar 64,20% dan koefisien determinasi

(R2) sebesar 12,50%. Artinya pengetahuan dan sikap dapat menjelaskan tempat

persalinan sebesar 12,50%; selebihnya dijelaskan oleh variabel lain.

5.2.4 Pengaruh faktor intrapersonal terhadap penolong persalinan

Seleksi Bivariat

Hasil analisis bivariat dapat dilihat pada Tabel 5.14 berikut :

Tabel 5.22 Hasil Analisis Regresi Logistik sederhana antara Faktor Intrapersonal
dengan Penolong Persalinan.
Variabel Independen 95% Confidence Interval
p value OR
(Intrapersonal) Batas bawah Batas atas
Umur 0,487 0,629 0,170 2,329
Pendidikan 0,509
Pekerjaan 0,625 1,245 0,517 2,996
Pengetahuan 0,012* 1,030 1,006 1,053

Disertasi PENGEMBANGAN PENDEKATAN “SOCIAL INA DEBORA R.L


ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
152

Variabel Independen 95% Confidence Interval


p value OR
(Intrapersonal) Batas bawah Batas atas
Sikap 0,001* 1,081 1,033 1,131
Niat 0,005* 1,059 1,018 1,102
Nilai Kepercayaan 0,005* 1,076 1,022 1,134
Jarak 0,606 1,022 0,941 1,109
Waktu Tempuh 0,797 0,997 0,974 1,020
Self Efficacy 0,006* 1,051 1,014 1,089
Usia kawin pertama 0,192* 1,084 0,961 1,222
Frekuensi kehamilan 0,835 0,967 0,708 1,322
Paritas 0,723 0,942 0,676 1,312
Riwayat abortus 0,345 1,697 0,567 5,079
Tinggi Badan 0,686 1,018 0,932 1,112
Penambahan Berat Badan 0,003* 1,225 1,071 1,402
Keterangan: * dimasukkan tahap multivariat karena mempunyai nilai p < 0,25

Tabel 5.23 Hasil Analisis Regresi Logistik Ganda antara Variabel Faktor
Intrapersonal dengan Variabel Penolong Persalinan

Variabel Independen p 95% Confidence Interval


B OR
(Intrapersonal) value Batas bawah Batas atas
Sikap ibu 0,073 0,002* 1,075 1,027 1,126
Penambahan BB 1,198 0,009* 1,219 1,050 1,414
Konstanta -5,593 0,003* 0,004
Keterangan: * signifikan ( p < 0,05)
** sangat signifikan p < 001

Variabel sikap menunjukkan OR sebesar 1,075 artinya setiap kenaikan skor

sikap sebesar 1 unit maka peluang penolong persalinan oleh nakes akan

meningkat sebesar 1,075 kali. Variabel penambahan BB menunjukkan OR sebesar

1,219 artinya setiap kenaikan skor penambahan BB sebesar 1 unit maka peluang

penolong persalinan oleh nakes akan meningkat sebesar 1,219 kali.

Sehingga model yang terbentuk adalah :


1
P(PN) =
1 + e -(-5,593 + 0,073 sikap + 1,198 penambahan BB)

Ketepatan klasifikasi model tersebut sebesar 82,9% dan koefisien determinasi (R2)

sebesar 16%. Artinya penambahan BB dan sikap dapat menjelaskan penolong

persalinan sebesar 16%; selebihnya dijelaskan oleh variabel lain.

Disertasi PENGEMBANGAN PENDEKATAN “SOCIAL INA DEBORA R.L


ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
153

5.2.5 Pengaruh faktor intra personal terhadap kunjungan nifas

Seleksi Bivariat

Hasil analisis bivariat dapat dilihat pada Tabel 5.16 berikut:

Tabel 5.24 Hasil Analisis Regresi Logistik Sederhana antara Faktor


Intrapersonal dengan Kunjungan Nifas
95% Confidence Interval
Variabel Independen p value OR
Batas bawah Batas atas
Umur 0,073* 2,548 0,918 7,074
Pendidikan 0,772
Pekerjaan 0,528 1,256 0,619 2,548
Pengetahuan 0,924 1,001 0,981 1,021
Sikap 0,055 1,030 0,999 1,061
Niat 0,005* 1,061 1,025 1,098
Nilai Kepercayaan 0,126* 1,028 0,992 1,066
Jarak 0,570 1,018 0,957 1,084
Waktu Tempuh 0,761 1,003 0,984 1,022
Self Efficacy 0,806 1,003 0,977 1,031
Usia kawin pertama 0,262 0,951 0,872 1,038
Frekuensi kehamilan 0,269 0,864 0,667 1,119
Paritas 0,546 0,919 0,700 1,207
Riwayat abortus 0,143* 1,569 0,268 5,210
Tinggi Badan 0,964 1,998 0,934 1,067
Penambahan Berat Badan 0,042* 1,105 1,004 1,216
Keterangan: * dimasukkan tahap multivariat karena mempunyai nilai p < 0,25
Tabel 5.25 Hasil Analisis Regresi Logistik Ganda antara Variabel Faktor
Intrapersonal dengan Variabel Kunjungan Nifas

95% Confidence Interval


Variabel Independen
B p value OR Batas
(Intrapersonal) bawah Batas atas
Umur 0,920 0,096 2,509 1,849 7,413
Niat 0,061 0,001* 1,063 1,026 1,101
Konstanta -6,616 0,000** 0,001
Keterangan: * signifikan ( p < 0,05)
** sangat signifikan p < 001
Variabel niat menunjukkan OR sebesar 1,063 artinya setiap kenaikan skor niat

sebesar 1 unit maka peluang kunjungan nifas oleh nakes akan meningkat sebesar

1,063 kali. Sehingga model yang terbentuk adalah :


1
P(Kf) =
1 + e -(-6,616 + 1,061 niat)

Disertasi PENGEMBANGAN PENDEKATAN “SOCIAL INA DEBORA R.L


ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
154

Ketepatan klasifikasi model tersebut sebesar 61,8% dan koefisien determinasi (R2)

sebesar 12,9%. Artinya penambahan BB dan sikap dapat menjelaskan kunjungan

nifas sebesar 12,9%; selebihnya dijelaskan oleh variabel lain.

5.2.6 Pengaruh faktor intrapersonal terhadap keluarga berencana

Seleksi Bivariat

Hasil analisis bivariat dapat dilihat pada Tabel 5.26 berikut :

Tabel 5.26 Hasil Analisis Regresi Logistik Sederhana antara Faktor


Intrapersonal dengan Keluarga Berencana
Variabel Independen 95% Confidence Interval
p value OR
(Intrapersonal) Batas bawah Batas atas
Umur 0,803 1,131 0,430 2,976
Pendidikan 0,391
Pekerjaan 0,893 1,051 0,505 2,191
Pengetahuan 0,860 0,998 0,978 1,019
Sikap 0,672 1,007 0,977 1,038
Niat 0,341 0,985 0,955 1,016
Nilai Kepercayaan 0,655 1,008 0,972 1,046
Jarak 0,968 1,001 0,938 1,068
Waktu Tempuh 0,951 1,001 0,981 1,021
Self Efficacy 0,229* 0,983 0,955 1,011
Usia kawin pertama 0,795 1,012 0,926 1,106
Frekuensi kehamilan 0,234* 0,853 0,657 1,108
Paritas 0,353 0,876 0,663 1,158
Riwayat abortus 0,022* 0,415 0,195 0,883
Tinggi Badan 0,707 1,014 0,941 1,093
Penambahan Berat Badan 0,187* 1,067 0,969 1,174
Keterangan: * dimasukkan tahap multivariat karena mempunyai nilai p < 0,25
Tabel 5.27 Hasil Analisis Regresi Logistik Ganda antara Variabel Faktor
Intrapersonal dengan Variabel Keluarga Berencana

Variabel Independen p 95% Confidence Interval


B OR
(Intrapersonal) value Batas bawah Batas atas
Self Efficacy -0,029 0,083 0,972 0,941 1,004
Abortus -0,878 0,024* 0,416 0,194 0,890
Penambahan Berat 0,092 0,079 1,097
0,989 1,216
Badan
Konstanta 2,265 0,070 9,628
Keterangan: * signifikan ( p < 0,05)

Disertasi PENGEMBANGAN PENDEKATAN “SOCIAL INA DEBORA R.L


ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
155

Variabel abortus menunjukkan OR sebesar 0,416 artinya setiap kenaikan skor

Abortus sebesar 1 unit maka peluang mengikuti KB akan meningkat sebesar

0,416 kali. Sehingga model yang terbentuk adalah :


1
P(KB) =
1 + e -(2,265 - 0,878 Abortus)

Ketepatan klasifikasi model tersebut sebesar 67,50% dan koefisien determinasi

(R2) sebesar 8,80 %. Artinya kejadian dapat menjelaskan keluarga berencana

sebesar 8,80 %; selebihnya dijelaskan oleh variabel lain.

5.3 Pengaruh Faktor Interpersonal terhadap Pelayanan Kesehatan Ibu


(K1, K4, Tempat Persalinan,PN, KF dan KB) untuk Penurunan AKI di
Kabupaten Kupang, NTT.

Tabel 5.28 Distribusi Frekuensi Keluarga Berdasarkan Tugas Keluarga, Persepsi


Kerentanan, Subjective norm, Peceived Control di Kabupaten
Kupang Tahun 2011
No Uraian Jumlah n = 126 Persentase (%)
1 Tugas Keluarga :
Mengenal Masalah :
Keluarga tidak mengetahui ibu mulai
hamil 2 1,60
Keluarga mengetahui ibu mulai hamil 124 98,40
Mengambil Keputusan :
Kurang 17 13,51
Cukup 43 34,10
Baik 66 52,40
Merawat Orang Sakit :
Kurang 26 20,60
Cukup 67 53,20
Baik 33 26,20
Memodifikasi Lingkungan :
Tidak dilakukan 50 39,70
Dilakukan 76 60,30
Memanfaatkan Fasilitas Kesehatan
Cukup 9 7,10
Baik 117 92,90
2 Persepsi Kerentanan
Kurang 50 39,70
Cukup 65 51,60

Disertasi PENGEMBANGAN PENDEKATAN “SOCIAL INA DEBORA R.L


ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
156

No Uraian Jumlah n = 126 Persentase (%)


Baik 11 8,70
3 Subjective norm
Kurang 31 24,60
Cukup 50 39,70
Baik 45 35,70
4 Perceived control
Kurang 18 14,30
Cukup 44 34,90
Baik 64 50,80
Memperhatikan Tabel 5.28 sebagian besar 124 orang (98,40%) keluarga

sudah mengenal masalah atau mengetahui kalau ibu hamil. Hal ini bisa membantu

keluarga dalam mengambil keputusan memeriksakan diri ibu ke fasilitas kesehatan

yang memadai. Pengambilan keputusan keluarga masih ada cukup dan kurang artinya

masih ada ibu hamil tidak langsung dibawa ke Puskesmaspada waktu mengetahui ibu

hamil. Keputusan untuk memeriksakan kehamilan atau berobat ke Puskesmas dominan

dilakukan oleh suami, istri hanya mengikuti saja. Pengambilan keputusan masih

didominasi oleh suami dan keluarga. Perawatan pada ibu hamil cukup 65 orang

(53,20%), suami atau keluarga menyarankan berobat dan menganggap kehamilan

adalah hal biasa bukan penyakit, memberi perhatian pada ibu hamil hanya jika ada

keluhan serta membiarkan ibu secara mandiri menolong dirinya sendiri. Memodifikasi

lingkungan rumah oleh keluarga 50 orang (39,70%) tidak melakukan. Sebelum dan

saat hamil perhatian keluarga biasa saja, tidak ada perubahan. Pemanfaatan fasilitas

kesehatan sebagian besar 117 orang (92,90%) baik. Persepsi kerentanan sebagian besar

cukup dan kurang karena keluarga tidak mengetahui tentang tanda bahaya terhadap

kehamilan,persalinan dan nifas karena kurang terpapar terhadap informasi. Sehingga

diperlukan pendidikan kesehatan tentang tanda bahaya kehamilan, persalinan dan nifas

bagi keluarga. Subjective norm keluarga sebagian besar kurang dan cukup ini akan

Disertasi PENGEMBANGAN PENDEKATAN “SOCIAL INA DEBORA R.L


ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
157

mempengaruhi keluarga dalam mengambil keputusan untuk melakukan K1, K4,

memilih tempat persalinan di fasilitas kesehatan yang memadai serta mehirkan ditolong

oleh tenaga kesehatan yang kompeten, melakukan Kf serta mengikuti KB. Perceived

control keluarga cukup dan baik artinya walaupun ibu dan keluarga memiliki keinginan

yang kuat untuk melakukan pemeriksaan Ante natal ke Puskesmas namun karena

ketiadaan biaya untuk transportasi maka ibu dan keluarga memilih untuk tidak ke

fasilitas kesehatan yang memadai.

Analisis statistik bivariat dilakukan untuk mengetahui pengaruh

masingmasing variabel independen interpersonal : tugas keluarga dalam

mengenal masalah, mengambil keputusan, merawat ibu, memodifikasi

lingkungan, memanfaatkan fasilitas kesehatan, persepsi kerentanan terhadap

penyakit, Subjective norm, Perceived control terhadap pelayanan kesehatan untuk

penurunan angka kematian ibu (indikator ; K1, K4, Tempat persalinan, PN, KF,

dan KB) menggunakan analisis Regresi Logistik Sederhana dengan menggunakan

metode Backward stepwise pada tingkat kemaknaan p < 0,05.

5.3.1 Pengaruh faktor interpersonal terhadap K1

Seleksi Bivariat

Seleksi bivariat menggunakan uji regresi logistik sederhana. Hasil analisis bivariat

dapat dilihat pada Tabel 5.29 berikut :

Tabel 5.29 Hasil Analisis Regresi Logistik Sederhana antara Variabel Faktor
Interpersonal dengan Variabel K1 Murni.
95% Confidence Interval
Variabel Independen (Interpersonal) p value OR
Batas bawah Batas atas
Persepsi kerentanan 0,059* 2,015 0,973 4,176
Mengenal masalah 0,964 0,938 0,057 15,326
Pengambilan keputusan keluarga 0,000** 11,529 4,981 26,689
Merawat ibu hamil 0,000** 10,182 3,591 28,866

Disertasi PENGEMBANGAN PENDEKATAN “SOCIAL INA DEBORA R.L


ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
158

95% Confidence Interval


Variabel Independen (Interpersonal) p value OR
Batas bawah Batas atas
Memodifikasi lingkungan 0,082* 0,527
0,256 1,085
keluarga
Pemanfaatan fasilitas kesehatan 0,048* 8,421 1,021 69,475
Subjective norm 0,004* 1,033 1,010 1,057
Perceived control 0,018* 1,034 1,006 1,062
Keterangan: * dimasukkan tahap multivariat karena mempunyai nilai p < 0,25
Tabel 5.30 Hasil Analisis Regresi Logistik Ganda antara Variabel Faktor
Interpersonaldengan Variabel K1 murni.

Variabel Independen p 95% Confidence Interval


B OR
(Interpersonal) value Batas bawah Batas atas
Pengambilan Keputusan 2,113 0,000* 8,273
3,363 20,352
keluarga
Merawat ibu hamil 2,014 0,002* 7,492 2,142 26,210
Konstanta -3,599 0,002* 0,027
Keterangan: * signifikan ( p < 0,05)
** sangat signifikan p < 001
Variabel pengambilan keputusan menunjukkan OR sebesar 8,273 artinya

keluarga ibu hamil yang pengambilan keputusan keluarga yang baik berpeluang K1

Murni 8,273 kali lebih besar dibandingkan dengan pengambilan keputusan keluarga

kurang-cukup. Variabel merawat ibu hamil menunjukkan OR sebesar 7,492artinya

keluarga ibu hamil yang merawat ibu hamil dengan baikberpeluang K1 Murni 7,492

kali lebih besar dibandingkan dengan merawat ibu hamil kurang-cukup.

Sehingga model yang terbentuk adalah :


1
P(K1 Murni) =
1 + e -(-3,599 + 2,014merawat ibu hamil+ 2,113 pengambilan keputusan)

Ketepatan klasifikasi model tersebut sebesar 79,40% dan koefisien determinasi

(R2) sebesar 35,90%. Artinya merawat ibu hamil dan pengambilan keputusan

keluarga hanya dapat menjelaskan K1 murni sebesar 35,90%; selebihnya

dijelaskan oleh faktor lain.

Disertasi PENGEMBANGAN PENDEKATAN “SOCIAL INA DEBORA R.L


ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
159

5.3.2 Pengaruh faktor interpersonal terhadap K4 trimester 3

Seleksi Bivariat

Seleksi bivariat menggunakan uji regresi logistik sederhana. Hasil analisis bivariat

dapat dilihat pada Tabel 5.23 berikut :

Tabel 5.31 Hasil Analisis Regresi Logistik Sederhana antara Variabel Faktor
Interpersonal dengan Variabel K4 Trimester 3.
Variabel Independen 95% Confidence Interval
p value OR
(Interpersonal) Batas bawah Batas atas
Persepsi kerentanan 0,051* 2,062 0,998 4,264
Mengenal masalah 0,982 1,033 0,063 16,884
Pengambilan keputusan keluarga 0,000** 10,268 4,516 23,348
Merawat ibu hamil 0,000** 8,867 3,137 25,061
Memodifikasi lingkungan 0,191* 0,618
0,301 1,270
keluarga
Pemanfaatan fasilitas kesehatan 0,038* 9,333 1,131 77,014
Subjective norm 0,002* 1,037 1,014 1,061
Perceived control 0,028* 1,031 1,003 1,059
Keterangan: * dimasukkan tahap multivariat karena mempunyai nilai p < 0,25
Tabel 5.32 Hasil Analisis Regresi Logistik Ganda antara Variabel Faktor
Interpersonal dengan Variabel K4 Trimester 3.

95% Confidence Interval


Variabel Independen
B p value OR Batas
(Interpersonal) bawah Batas atas
Pengambilan Keputusan 2,003 0,000** 7,409
3,074 17,854
keluarga
Merawat ibu hamil 1,850 0,004* 6,357 1,829 22,096
Pemanfaatan fasilitas 2,218 0,048* 9,193
1,022 82,650
kesehatan
Konstanta -3,485 0,002*
Keterangan: * signifikan ( p < 0,05)
** sangat signifikan p < 001

Variabel pengambilan keputusan menunjukkan OR sebesar 7,409 artinya

keluarga ibu hamil yang mempunyai pengambilan keputusan keluarga yang baik

berpeluang K4 trimester 3 7,409 kali lebih besar dibandingkan dengan

pengambilan keputusan keluarga kurang-cukup. Variabel merawat ibu hamil

menunjukkan OR sebesar 6,357 artinya keluarga ibu hamil yang merawat ibu

Disertasi PENGEMBANGAN PENDEKATAN “SOCIAL INA DEBORA R.L


ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
160

hamil dengan baik berpeluang K4 trimester 3 6,357 kali lebih besar dibandingkan

dengan merawat ibu hamil kurang-cukup. Variabel pemanfaatan fasilitas

kesehatan menunjukkan OR sebesar 9,193 artinya keluarga ibu hamil yang

memanfaatkan fasilitas kesehatan dengan baik berpeluang K4 trimester 3 9,193

kali lebih besar dibandingkan dengan yang memanfaatkan fasilitas kesehatan

cukup. Sehingga model yang terbentuk adalah :


1
P(K4) =
1 + e -(-3,485 + 2,218 pemanfaatan faskes + 1,850merawat ibu hamil+ 2,003 pengambilan
keputusan)

Ketepatan klasifikasi model tersebut sebesar 78,60% dan koefisien determinasi

(R2) sebesar 33,80%. Artinya pemanfaatan faskes, merawat ibu hamil dan

pengambilan keputusan keluarga hanya dapat menjelaskan K4 trimester 3 sebesar

33,80%; selebihnya dijelaskan oleh faktor lain.

5.3.3 Pengaruh faktor interpersonal terhadap tempat persalinan

Seleksi Bivariat

Seleksi bivariat menggunakan uji regresi logistik sederhana. Hasil analisis bivariat

dapat dilihat pada Tabel 5.33 berikut :

Tabel 5.33 Hasil Analisis Regresi Logistik Sederhana antara Variabel Faktor
Interpersonal dengan Variabel Tempat Persalinan.
95% Confidence Interval
Variabel Independen p value OR
Batas bawah Batas atas
Persepsi kerentanan 0,000** 43,333 14,927 125,800
Mengenal masalah 0,999 0,000 0,000
Pengambilan keputusan keluarga 0,038* 2,137 1,044 4,375
Merawat ibu hamil 0,011* 3,193 1,306 7,806
Memodifikasi lingkungan 0,000** 0,242
0,110 0,535
keluarga
Pemanfaatan fasilitas kesehatan 0,163* 2,776 0,662 11,642
Subjective norm 0,014* 1,028 1,006 1,051
Perceived control 0,127* 1,021 0,994 1,048
Keterangan: * dimasukkan tahap multivariat karena mempunyai nilai p < 0,25

Disertasi PENGEMBANGAN PENDEKATAN “SOCIAL INA DEBORA R.L


ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
161

Tabel 5.34 Hasil Analisis Regresi Logistik Ganda antara Variabel Faktor
Interpersonal dengan Variabel Tempat Persalinan.

Variabel Independen 95% Confidence Interval


B p value OR
(Interpersonal) Batas bawah Batas atas
Persepsi kerentanan 4,392 0,000** 80,833 18,075 361,487
Pengambilan 1,342 0,034* 3,827
1,108 13,223
keputusan keluarga
Memodifikasi 1,585 0,009* 4,879
1,486 16,028
lingkungan keluarga
Subjective norm -0,041 0,090 0,960 0,916 1,006
Konstanta -0,544 0,713 0,581
Keterangan: * signifikan ( p < 0,05)
** sangat signifikan p < 001

Variabel persepsi kerentanan menunjukkan OR sebesar 80,833 artinya

keluarga ibu hamil yang mempunyai persepsi kerentanan cukup-baik berpeluang

bersalin di Faskes 80,833 kali lebih besar dibandingkan dengan persepsi

kerentanan kurang. Variabel pengambilan keputusan menunjukkan OR sebesar

3,827 artinya keluarga ibu hamil yang mempunyai pengambilan keputusan

keluarga yang baik berpeluang bersalin di fasilitas kesehatan 3,827 kali lebih

besar dibandingkan dengan pengambilan keputusan keluarga kurang-cukup.

Variabel memodifikasi lingkungan keluarga menunjukkan OR sebesar 4,879

artinya keluarga ibu hamil yang melakukan memodifikasi lingkungan keluarga

berpeluang bersalin di fasilitas kesehatan 4,879 kali lebih besar dibandingkan

dengan yang tidak melakukan modifikasi lingkungan keluarga.

Sehingga model yang terbentuk adalah :


1
P (Tempat Persalinan) =
1 + e -(1,585 modifikasi keluarga + 1,342 pengambilan keputusan + 4,392
persepsi kerentanan)

Ketepatan klasifikasi model tersebut sebesar 85,70% dan koefisien determinasi

(R2) sebesar 49,40%. Artinya modifikasi keluarga, pengambilan keputusan

Disertasi PENGEMBANGAN PENDEKATAN “SOCIAL INA DEBORA R.L


ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
162

keluarga dan persepsi kerentanan dapat menjelaskan tempat persalinan sebesar

49,40%; selebihnya dijelaskan oleh faktor lain.

5.3.4 Pengaruh faktor interpersonal terhadap penolong persalinan

Seleksi Bivariat

Seleksi bivariat menggunakan uji regresi logistik sederhana. Hasil analisis bivariat

dapat dilihat pada Tabel 5.35 berikut :

Tabel 5.35 Hasil Analisis Regresi Logistik Sederhana antara Variabel Faktor
Interpersonal dengan Variabel Penolong Persalinan.
Variabel Independen 95% Confidence Interval
p value OR
(Interpersonal) Batas bawah Batas atas
Persepsi kerentanan 0,000** 19,119 5,302 68,939
Mengenal masalah 0,999 0,000 0,000
Pengambilan keputusan keluarga 0,351 1,522 0,630 3,674
Merawat ibu hamil 0,203* 2,115 0,668 6,697
Memodifikasi lingkungan 0,079* 0,409
0,151 1,110
keluarga
Pemanfaatan fasilitas kesehatan 0,012* 6,602 1,495 24,588
Subjective norm 0,021* 1,033 1,005 1,062
Perceived control 0,000** 1,086 1,045 1,129
Keterangan: * dimasukkan tahap multivariat karena mempunyai nilai p < 0,25
Tabel 5.36 Hasil Analisis Regresi Logistik Ganda antara Variabel Faktor
Interpersonal dengan Variabel Penolong Persalinan.
95% Confidence Interval
B p value OR
Batas bawah Batas atas
Persepsi kerentanan 3,494 0,000** 32,903 6,404 169,042
Memodifikasi -1,869 0,021* 0,154
0,032 0,752
lingkungan keluarga
Subjective norm -0,052 0,033* 0,950 0,905 0,996
Perceived control 0,150 0,000** 1,162 1,082 1,249
Konstanta -6,638 0,001** 0,001
Keterangan: * signifikan ( p < 0,05)
** sangat signifikan p < 001
Variabel persepsi kerentanan menunjukkan OR sebesar 32,903 artinya

keluarga ibu hamil yang mempunyai persepsi kerentanan cukup-baik berpeluang

penolong persalinan oleh nakes 32,903 kali lebih besar dibandingkan dengan

persepsi kerentanan kurang. Variabel memodifikasi lingkungan keluarga

Disertasi PENGEMBANGAN PENDEKATAN “SOCIAL INA DEBORA R.L


ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
163

menunjukkan OR sebesar 0,154 artinya keluarga ibu hamil yang melakukan

memodifikasi lingkungan keluarga berpeluang bersalin ditolong oleh nakes 0,154

kali dibandingkan dengan yang tidak melakukan modifikasi lingkungan keluarga.

Sehingga model yang terbentuk adalah :


1
P(PN) =
1 + e -(-6,638 + 0,150 perceived3,494
control - 0,052 subjective norm - 1,869 modifikasi keluarga
persepsi kerentanan)

Ketepatan klasifikasi model tersebut sebesar 87,30% dan koefisien

determinasi (R2) sebesar 37,50%. Artinya Perceived control, Subjective norm ,

modifikasi keluarga, dan persepsi kerentatan dapat menjelaskan penolong

persalinan sebesar 37,50%; selebihnya dijelaskan oleh faktor lain.

5.3.5 Pengaruh faktor interpersonal terhadap kunjungan nifas

Seleksi Bivariat

Seleksi bivariat menggunakan uji regresi logistik sederhana. Hasil analisis bivariat

dapat dilihat pada Tabel 5.37 berikut :

Tabel 5.37 Hasil Analisis Regresi Logistik Sederhana antara Variabel Faktor
Interpersonal dengan Variabel Kunjungan Nifas
Variabel Independen 95% Confidence Interval
p value OR
(Interpersonal) Batas bawah Batas atas
Persepsi kerentanan 0,020* 2,398 1,145 5,023
Mengenal masalah 0,999 1,466E9 0,000
Pengambilan keputusan keluarga 0,012* 2,520 0,226 5,183
Merawat ibu hamil 0,302 1,522 0,685 3,381
Memodifikasi lingkungan 0,563 0,810
0,396 1,655
keluarga
Pemanfaatan fasilitas kesehatan 0,144* 3,325 0,663 16,680
Subjective norm 0,000** 1,058 1,032 1,086
Perceived control 0,007* 1,040 1,011 1,069
Keterangan: * dimasukkan tahap multivariat karena mempunyai nilai p < 0,25

Disertasi PENGEMBANGAN PENDEKATAN “SOCIAL INA DEBORA R.L


ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
164

Tabel 5.38 Hasil Analisis Regresi Logistik Ganda antara Variabel Faktor
Interpersonal dengan Variabel Kunjungan Nifas.
95% Confidence Interval
B p value OR
Batas bawah Batas atas
Subjective norm 0,057 0,000** 1,058 1,032 1,086
Konstanta -4,443 0,000** 0,002
Keterangan: * signifikan ( p < 0,05)
** sangat signifikan p < 001

Variabel Subjective norm menunjukkan OR sebesar 1,058artinya setiap

kenaikan skor Subjective norm 1 unit maka peluang kunjungan nifas> 3 kali akan

meningkat 1,058 kali lebih.

Sehingga model yang terbentuk adalah :


1
P(Kf) =
1 + e -(-6,638 + 0,057 subjective norm
Ketepatan klasifikasi model tersebut sebesar 67,50 % dan koefisien

determinasi (R2) sebesar 16,80 %. Subjective norm dapat menjelaskan kunjungan

nifas sebesar 16,80 %; selebihnya dijelaskan oleh faktor lain.

5.3.6 Pengaruh faktor interpersonal terhadap keluarga berencana


Seleksi Bivariat

Seleksi bivariat menggunakan uji regresi logistik sederhana. Hasil analisis

bivariat dapat dilihat pada Tabel 5.39 berikut :

Tabel 5.39 Hasil Analisis Regresi Logistik Sederhana antara Variabel Faktor
Interpersonal dengan Variabel Keluarga Berencana
Variabel Independen 95% Confidence Interval
p value OR
(Interpersonal) Batas bawah Batas atas
Persepsi kerentanan 0,007* 2,800 1,318 5,949
Mengenal masalah 0,999 0,000 0,000
Pengambilan keputusan keluarga 0,339 1,429 0,687 2,969
Merawat ibu hamil 0,740 1,153 0,499 2,664
Memodifikasi lingkungan keluarga 0,067* 0,483 0,222 1,053
Pemanfaatan fasilitas kesehatan 0,573 1,483 0,377 5,827
Subjective norm 0,409 1,009 0,987 1,032
Perceived control 0,199* 0,982 0,955 1,010
Keterangan: * dimasukkan tahap multivariat karena mempunyai nilai p < 0,25

Disertasi PENGEMBANGAN PENDEKATAN “SOCIAL INA DEBORA R.L


ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
165

Tabel 5.40 Hasil Analisis Regresi Logistik Ganda antara Variabel Faktor
Interpersonal dengan Variabel Keluarga Berencana

Variabel Independen p 95% Confidence Interval


B OR
(Interpersonal) value Batas bawah Batas atas
Persepsi kerentanan 1,222 0,003* 3,395 1,525 7,557
Perceived control -0,029 0,058 0,971 0,943 1,001
Konstanta 2,287 0,065 9,849
Keterangan: * signifikan ( p < 0,05)
Variabel persepsi kerentanan menunjukkan OR sebesar 3,395 artinya

keluarga ibu hamil yang mempunyai persepsi kerentanan cukup-baik berpeluang

penolong persalinan oleh nakes 3,395 kali lebih besar dibandingkan dengan

persepsi kerentanan kurang.

Sehingga model yang terbentuk adalah :


1
P(KB) =
1 + e -(1,222 persepsi kerentanan)
Ketepatan klasifikasi model tersebut sebesar 65,90% dan koefisien determinasi

(R2) sebesar 8,40%. Artinya persepsi kerentanan dapat menjelaskan keluarga

berencana sebesar 8,40 %. Selebihnya dijelaskan oleh faktor lain.

5.4 Pengaruh Faktor Institusional terhadap Pelayanan Kesehatan Ibu (K1,


K4, Tempat Persalinan, PN, Kf dan KB) untuk Penurunan AKI di
Kabupaten Kupang, NTT.

Tabel 5.41 Distribusi Frekuensi Persepsi Ibu tentang Kinerja Bidan dalam
Pelayanan Kehamilan, Persalinan dan Nifas di Kabupaten Kupang
Tahun 2011
No Uraian Jumlah n = 126 Persentase (%)
1 Dimensi Reliability/ Keterandalan
Kurang 14 11,10
Cukup 77 61,10
Baik 35 27,80
2 Dimensi Assurance/ Keyakinan
Kurang 9 7,10
Cukup 87 69,00
Baik 30 23,80

Disertasi PENGEMBANGAN PENDEKATAN “SOCIAL INA DEBORA R.L


ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
166

No Uraian Jumlah n = 126 Persentase (%)


3 Dimensi Tangible/Berwujud
Kurang 21 16,70
Cukup 89 70,60
Baik 16 12,70
4 Dimensi Empathy/Empati
Kurang 14 11,10
Cukup 71 56,30
Baik 41 32,50
5 Dimensi
Responsiveness/Keresponsifan
Kurang 11 8,70
Cukup 60 47,60
Baik 55 43,70
6 Screening Ante Natal Pada Ibu
hamil
Dilakukan 51 40,50
Tidak dilakukan 75 59,50

Berdasarkan Tabel 5.41 diketahui kinerja bidan berkaitan dengan dimensi

reliability/keterandalan pelayanan; jam buka loket, prosedur penerimaan pasien

yang cepat dan tepat, prosedur pelayanan yang tidak berbelit-belit, kemampuan

bidan dalam pemeriksaan ibu hamil, memberikan penyuluhan tentang; perawatan

kehamilan, gizi ibu hamil, persalinan yang aman, perawatan nifas dan bayi baru

lahir, inisiasi menyusu dini (IMD), kolostrum dan ASI eksklusif, konseling asi

serta keadaan dan tanda bahaya kehamilan, adalah cukup 77 orang (61,10%), baik

35 orang (27,80%), namun masih terdapat 14 orang (11,10%) yang menyatakan

kurang. Kinerja bidan dimensi reliability ini berkaitan dengan keterandalan bidan

dalam memberikan pelayanan sesuai standar pelayanan yang ada misalnya standar

pelayanan ANC berkualitas serta ketepatan dalam meberikan pelayanan kesehatan

misalnya ketepatan menentukan tarsiran partus serta penilaian faktor risiko

menurut KSPR. Dengan demikian diperlukan adanya pendidikan kesehatan dan

pelatihan tentang screening faktor risiko menggunakan KSPR dan modifikasi

Disertasi PENGEMBANGAN PENDEKATAN “SOCIAL INA DEBORA R.L


ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
167

Depkes. Bidan juga harus memperhatikan penampilannya (performance),

memastikan ibu mendapatkan pelayanan yang baik selama 24 jam termasuk hari

libur apabila ibu membutuhkan pertolongan terkait kehamilan, persalinan dan

nifas serta bidan harus menjaga privacy (security) ibu dalam pelayanan kesehatan

selama kehamilan, persalinan dan nifas.

Kinerja bidan berkaitan dengan dimensi assurance/keyakinan: informasi

yang diberikan oleh petugas loket, perilaku petugas loket, kemampuan para bidan

melakukan pemeriksaan dan tindakan keperawatan, ketelitian para bidan dalam

bekerja, pelayanan yang sopan dan ramah dari bidan serta informasi tentang obat

dan kunjungan ulang sebagian besar 87 orang (69,00 %) adalah cukup.Assurance

adalah jaminan pelayanan yang diberikan oleh bidan termasuk komunikasi,

kredibilitas bidan, keamanan, kompetensi serta sopan santun bidan.

Kinerja bidan berkaitan dengan dimensi tangible/berwujud: letak

Puskesmasyang strategis, kenyamanan ruang tunggu, penataan ruang periksa yang

teratur kartu berobat kerapihan dan kebersihan penampilan petugas saat memeriksa

pasien, kenyamanan dan ketenangan lingkungan, kelengkapan kesiapan dan

kebersihan alat-alat yang dipakai, variasi jenis kamar, harga kamar, ketenagaan

bidan dokter dan tenaga kesehatan yang memadai, adanya layanan informasi,

tempat parkir, jemuran umum, apotik dan toilet yang cukup bersih, sebagian besar

89 orang (70,60%) cukup dan 21 (16,70%) kurang. Perlu perhatian dari pemerintah

dan masyarakat untuk menyediakan fasilitas pelayanan kesehatan yang memadai

agar ibu hamil, melahirkan dan nifas mau datang ke Puskesmas serta memanfaatkan

fasilitas pelayanan kesehatan memadai yang tersedia.

Disertasi PENGEMBANGAN PENDEKATAN “SOCIAL INA DEBORA R.L


ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
168

Kinerja bidan terkait dengan dimensi emphaty: Perhatian bidan kepada

klien tanpa memandang status, respon yang baik dalam menerima kritik dan saran,

kesabaran dalam melayani pasien, penyampaian informasi oleh bidan tentang

rencana tindakan dan perawatan ibu, tanggapan bidan untuk mau mendengarkan

keluhan ibu sebagian besar 71 orang (56,30 %) cukup dan 41 orang (32,50 %)

menyatakan baik. Perhatian dan emphaty bidan yang baik terhadap ibu akan dapat

terbina hubungan saling percaya sehingga ibu dapat menceritakan segala

permasalahannya terkait dengan kehamilan, persalinan dan nifas. Ibu mau

melahirkan di fasilitas kesehatan yang memadai dan ditolong oleh petugas

kesehatan yang kompeten.

Kinerja bidan terkait dimensi keresponsifan : kemampuan bidan untuk

cepat tanggap menyelesaikan keluhan pasien, memberikan informasi yang jelas

dan mudah dimengerti serta tindakan cepat bidan saat pasien membutuhkan

sebagian besar 60 orang (47,60%) cukup dan 55 orang (43,70%) menyatakan

baik. Bidan yang responsive adalah bidan yang tanggap dan kesediaan bidan

untuk menolong serta siap melayani ibu kapanpun terkait dengan masalah

kehamilan, persalinan dan nifas.

Kinerja bidan perlu mendapat perhatian, karena bidan sebagai tenaga

kesehatan yang memberikan pelayanan kesehatan bagi ibu yang sedang hamil,

melahirkan maupun nifas yang membutuhkan perhatian khusus. Screening ante

natal pada ibu hamil untuk deteksi dini ibu risiko tinggi dan rujukan, 65 orang

(51,80%) tidak melakukan screening faktor risiko. Hal ini akan berakibat terhadap

keterlambatan rujukan ibu risiko tinggi yang seharusnya dapat dilakukan rujukan

Disertasi PENGEMBANGAN PENDEKATAN “SOCIAL INA DEBORA R.L


ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
169

dini berencana. Dengan demikian akan terjadi keterlambatan dalam penanganan

pasien yang dapat menyebabkan terjadinya kematian ibu. Sehingga diperlukan

adanya pendidikan kesehatan atau refresing screening faktor risiko dengan KSPR.

Analisis statistik bivariat dilakukan untuk mengetahui pengaruh masing-

masing variabel independen institusional : Dimensi reliability /keterandalan, dimensi

assurance/ keyakinan, dimensitangible/ berwujud, dimensi emphaty, dimensi

responsiveness/ keresponsivan dengan penurunan angka kematian ibu (indikator ; K1,

K4, Tempat persalinan, PN, KF, dan KB) menggunakan analisis regresi logistik

sederhana dengan metode Backward stepwise pada tingkat kemaknaan p < 0,05.

5.4.1 Pengaruh faktor institusional terhadap K1

Seleksi Bivariat
Seleksi bivariat menggunakan uji regresi logistik sederhana. Hasil analisis
bivariat dapat dilihat pada Tabel 5.42 berikut :
Tabel 5.42 Hasil Analisis Regresi Logistik Sederhana antara Variabel Faktor
Institusional dengan Variabel K1 Murni.
Variabel Independen 95% Confidence Interval
p value OR
(Institusional) Batas bawah Batas atas
Screening ANC 0,052* 2,019 0,993 4,106
Kinerja Bidan A 0,156* 1,022 0,992 1,053
Kinerja Bidan B 0,392 1,015 0,981 1,049
Kinerja Bidan C 0,730 1,005 0,976 1,035
Kinerja Bidan D 0,468 1,010 0,983 1,038
Kinerja Bidan E 0,720 0,995 0,968 1,023
Keterangan: * dimasukkan tahap multivariat karena mempunyai nilai p < 0,25
Tabel 5.43 Hasil Analisis Regresi Logistik Ganda antara Variabel Faktor
Institusional dengan Variabel K1 murni.
Variabel Independen p 95% Confidence Interval
B OR
(Institusional) value Batas bawah Batas atas
Screening ANC 0,703 0,052 2,019 0,993 4,106
Konstanta -0,405 0,109 0,667
Keterangan: * signifikan ( p < 0,05)
Faktor institusional tidak berpengaruh terhadap K1 murni

Disertasi PENGEMBANGAN PENDEKATAN “SOCIAL INA DEBORA R.L


ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
170

5.4.2 Pengaruh faktor institusional terhadap K4

Seleksi Bivariat
Seleksi bivariat menggunakan uji regresi logistik sederhana. Hasil analisis
bivariat dapat dilihat pada Tabel 5.44 berikut:
Tabel 5.44 Hasil Analisis Regresi Logistik Sederhana antara Variabel Faktor
Institusional dengan Variabel K4 Trimester 3.
95% Confidence Interval
Variabel Independen (Institusional) p value OR
Batas bawah Batas atas
Screening ANC 0,002* 3,254 1,568 6,751
Kinerja Bidan A 0,135* 1,023 0,993 1,055
Kinerja Bidan B 0,550 1,010 0,977 1,044
Kinerja Bidan C 0,252 1,017 0,988 1,048
Kinerja Bidan D 0,638 1,006 0,980 1,034
Kinerja Bidan E 0,365 0,987 0,960 1,015
Keterangan: * dimasukkan tahap multivariat karena mempunyai nilai p < 0,25
Tabel 5.45 Hasil Analisis Regresi Logistik Ganda antara Variabel Faktor
Institusional dengan Variabel K4 trimester 3.

Variabel Independen 95% Confidence Interval


B p value OR
(Institusional) Batas bawah Batas atas
Screning ANC 1,180 0,002* 3,254 1,568 6,751
Konstanta -0,536 0,037 0,585
Keterangan: * signifikan ( p < 0,05)

Variabel screening ANC menunjukkan OR sebesar 3,254 artinya ibu hamil

yang dilakukan screening ANC berpeluang 3,254 kali lebih besar untuk K4

dibandingkan dengan yang tidak dilakukan screeningANC.


Sehingga model yang terbentuk adalah
1
P(K4) =
1 + e -(-0,536 + 1,180 screening ANC)
Ketepatan klasifikasi model tersebut sebesar 64,3% dan koefisien determinasi

(R2) sebesar 8,00%. Artinya screening ANC dapat menjelaskan K4 trimester 3

sebesar 8,00%; selebihnya dijelaskan oleh variabel lain.

Disertasi PENGEMBANGAN PENDEKATAN “SOCIAL INA DEBORA R.L


ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
171

5.4.3 Pengaruh faktor institusional terhadap tempat persalinan

Seleksi Bivariat
Seleksi bivariat menggunakan uji regresi logistik sederhana. Hasil analisis
bivariat dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 5.46 Hasil Analisis Regresi Logistik Sederhana Bivariat antara Variabel
Faktor Institusional dengan Variabel Tempat Persalinan.
Variabel Independen 95% Confidence Interval
p value OR
(Institusional) Batas bawah Batas atas
Screening ANC 0,044* 2,089 1,019 4,284
Kinerja Bidan A 0,684 0,994 0,965 1,024
Kinerja Bidan B 0,381 0,985 0,952 1,019
Kinerja Bidan C 0,830 1,003 0,974 1,033
Kinerja Bidan D 0,555 0,992 0,965 1,019
Kinerja Bidan E 0,057* 0,972 0,944 1,001
Keterangan: * dimasukkan tahap multivariat karena mempunyai nilai p < 0,25
Tabel 5.47 Hasil Analisis Regresi Logistik Ganda antara Variabel Faktor
Institusional dengan Variabel Tempat Persalinan.
Variabel Independen p 95% Confidence Interval
B OR
(Institusional) value Batas bawah Batas atas
Screening ANC 0,737 0,044* 2,089 1,019 4,284
Konstanta -0,092 0,710 0,912
Keterangan: * signifikan ( p < 0,05)

Screening ANC mempunyai OR sebesar 2,089, berarti ibu hamil yang

dilakukan screening ANC berpeluang bersalin di faskes 2,089 kali lebih besar

dibandingkan yang tidak dilakukan screening ANC.


Sehingga model yang terbentuk adalah :
1
P (Tempat Persalinan ) =
1 + e -(-0,092 + 0,737 screening ANC)

5.4.4 Pengaruh faktor institusional terhadap penolong persalinan

Seleksi Bivariat

Seleksi bivariat menggunakan uji regresi logistik sederhana. Hasil analisis

bivariat dapat dilihat pada Tabel 5.48 berikut:

Disertasi PENGEMBANGAN PENDEKATAN “SOCIAL INA DEBORA R.L


ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
172

Tabel 5.48 Hasil Analisis Regresi Logistik Sederhana antara Variabel Faktor
Institusional dengan Variabel Penolong Persalinan.
Variabel Independen 95% Confidence Interval
p value OR
(Institusional) Batas bawah Batas atas
Screening ANC 0,169* 1,887 0,783 4,664
Kinerja Bidan A 0,123* 1,029 0,992 1,066
Kinerja Bidan B 0,007* 1,062 1,016 1,109
Kinerja Bidan C 0,878 0,997 0,962 1,034
Kinerja Bidan D 0,220* 1,020 0,988 1,052
Kinerja Bidan E 0,771 0,995 0,961 1,030
Keterangan: * dimasukkan tahap multivariat karena mempunyai nilai p < 0,25
Tabel 5.49 Hasil Analisis Regresi Logistik Ganda antara Variabel Faktor
Institusional dengan Variabel Penolong Persalinan.
95% Confidence Interval
B p value OR
Batas bawah Batas atas
Kinerja Bidan B 0,060 0,007* 1,062 1,016 1,109
Konstanta -3,200 0,058 0,041
Keterangan: * signifikan ( p < 0,05)
Kinerja bidan B mempunyai OR sebesar 1,062, berarti setiap kenaikan

kinerja bidan B 1 unit maka akan meningkatkan peluang penolong persalinan oleh

nakes sebesar 1,062 kali.

Sehingga model yang terbentuk adalah :

P(PN) = 1
1 + e -(0,060 kinerja bidan B)

Ketepatan klasifikasi model tersebut sebesar 78,6% dan koefisien determinasi

(R2) sebesar 6,1%. Artinya kinerja bidan B dapat menjelaskan penolong

persalinan sebesar 6,1%; selebihnya dijelaskan oleh faktor lain.

5.4.5 Pengaruh faktor institusional terhadap kunjungan nifas

Seleksi Bivariat

Seleksi bivariat menggunakan uji regresi logistik sederhana. Hasil analisis

bivariat dapat dilihat pada Tabel 5.50 berikut:

Disertasi PENGEMBANGAN PENDEKATAN “SOCIAL INA DEBORA R.L


ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
173

Tabel 5.50 Hasil Analisis Regresi Logistik Sederhana antara Variabel Faktor
Institusional dengan Variabel Kunjungan Nifas
Variabel Independen 95% Confidence Interval
p value OR
(Institusional) Batas bawah Batas atas
Screening ANC 0,022* 2,3 1,125 4,701
Kinerja Bidan A 0,000** 1,089 1,046 1,133
Kinerja Bidan B 0,001* 1,071 1,029 1,115
Kinerja Bidan C 0,007* 1,045 1,012 1,079
Kinerja Bidan D 0,007* 1,045 1,012 1,079
Kinerja Bidan E 0,050* 0,030 1,000 1,060
Keterangan: * dimasukkan tahap multivariat karena mempunyai nilai p < 0,25
Tabel 5.51 Hasil Analisis Regresi Logistik Ganda antara Variabel Faktor
Institusional dengan Variabel Kunjugan Nifas.

95% Confidence Interval


Variabel Independen
B p value OR Batas
(Institusional) bawah Batas atas
Screening ANC 0,704 0,076 2,022 1,928 4,403
Kinerja Bidan A 0,083 0,000** 1,086 1,043 1,131
Konstanta -7,340 0,000** 0,001
Keterangan: * signifikan ( p < 0,05)
** sangat signifikan p < 001

Kinerja bidan A mempunyai OR sebesar 1,086 berarti setiap kenaikan kinerja

bidan A 1 unit maka akan meningkatkan kunjungan nifas > 3 kali sebesar 1,086

kali. Sehingga model yang terbentuk adalah :


1
P(Kf) =
1 + e -(-7,340 + 0,083 kinerja bidan A)

Ketepatan klasifikasi model tersebut sebesar 66,7%% dan koefisien determinasi

(R2) sebesar 18,8 %. Artinya kinerja bidan A dapat menjelaskan kunjungan nifas

sebesar 18,8 %; selebihnya dijelaskan oleh faktor lain.

5.4.6 Pengaruh faktor institusional terhadap keluarga berencana

Seleksi Bivariat

Seleksi bivariat menggunakan uji regresi logistik sederhana. Hasil analisis

bivariat dapat dilihat pada Tabel 5.52 berikut :

Disertasi PENGEMBANGAN PENDEKATAN “SOCIAL INA DEBORA R.L


ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
174

Tabel 5.52 Hasil Analisis Regresi Logistik Sederhana antara Variabel Faktor
Institusional dengan Variabel Keluarga Berencana.
Variabel Independen 95% Confidence Interval
p value OR
(Institusional) Batas bawah Batas atas
Screening ANC 0,652 0,845 0,408 1,753
Kinerja Bidan A 0,811 1,004 0,974 1,035
Kinerja Bidan B 0,421 0,986 0,951 1,021
Kinerja Bidan C 0,179* 1,021 0,990 1,054
Kinerja Bidan D 0,142 0,977 0,947 1,008
Kinerja Bidan E 0,082* 0,973 0,943 1,003
Keterangan: * dimasukkan tahap multivariat karena mempunyai nilai p < 0,25
Tabel 5.53 Hasil Analisis Regresi Logistik Ganda antara Variabel Faktor
Institusional dengan Variabel Keluarga Berencana.

Variabel Independen p 95% Confidence Interval


B OR
(Institusional) value Batas bawah Batas atas
Kinerja Bidan C 0,027 0,095 1,027 0,995 1,060
Kinerja Bidan E -0,031 0,045* 0,969 0,940 0,999
Konstanta 1,411 0,392 4,100
Keterangan: * signifikan ( p < 0,05)

Kinerja bidan E mempunyai OR sebesar 0,969, berarti setiap kenaikan kinerja bidan

E 1 unit maka akan meningkatkan peluang ibu mengikuti KB sebesar 0,969 kali.
Sehingga model yang terbentuk adalah :

P(KB) = 1
1 + e -(- 0,031 kinerja bidan E)
Ketepatan klasifikasi model tersebut sebesar 69,80% dan koefisien

determinasi (R2) sebesar 4,80%. Artinya kinerja bidan B dapat menjelaskan

penolong persalinan sebesar 4,80%; selebihnya dijelaskan oleh faktor lain.

Disertasi PENGEMBANGAN PENDEKATAN “SOCIAL INA DEBORA R.L


ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
175

5.5 Pengaruh Faktor Komunitas terhadap Pelayanan Kesehatan Ibu (K1,


K4, Tempat Persalinan, PN, Kf dan KB) untuk Penurunan AKI di
Kabupaten Kupang, NTT
Tabel 5.54 Distribusi Frekuensi Outcome Expectation, Collective Eficacy,
Observational Learning, Incentive Motivation, Fasilitas, Self
Regulation di Kabupaten Kupang Tahun 2011.
No Uraian Jumlah n = 126 Persentase (%)
1 Outcome Expectation/ Harapan Hasil
(Peristiwa kehamilan dan melahirkan)
Tidak penting 41 32,50
Biasa saja 16 12,70
Penting mendapat perhatian masyarakat 68 54,00
Upacara adat sebelum keluar rumah 1 0,80
2 Collective Eficacy (Organisasi yang
mendukung)
Tidak mendukung ibu hamil, biasa saja 106 84,10
Dukungan langsung masyarakat 3 2,40
Dukungan lewat Posyandu 13 10,30
Dukungan dari Kader 1 0,80
Dukungan dari Jejaring Desa Siaga 3 2,40
3 Observational Learning
Tidak ada 22 17,46
Surat khabar atau media lainnya 30 23,81
Surat khabar, radio, tv, majalah/leaflet/ 34 26,98
poster, Puskesmas dan lain-lain.
Puskesmas/ posyandu/rumah sakit dan 40 31,75
lainnya
4 Incentive Motivation
Kurang 102 80,95
Cukup 5 3,97
Baik 19 15,08
5 Fasilitas
Kurang 27 21,40
Cukup 28 22,20
Baik 71 56,40
6 Self Regulation
Kurang 59 46,80
Cukup 30 23,80
Baik 37 29,40

Tabel 5.54 menunjukkan bahwa outcome expectation (harapan hasil)

tentang pentingnya nilai ibu dan anak sebagai generasi penerus cita-cita bangsa.

Pada peristiwa kehamilan, melahirkan dan nifas oleh masyarakat sebagian besar

yaitu sebanyak 68 orang (54,00%) adalah penting mendapat perhatian masyarakat.

Disertasi PENGEMBANGAN PENDEKATAN “SOCIAL INA DEBORA R.L


ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
176

Namun masih terdapat 41 orang (32,50%) yang menyatakan tidak penting serta 1

orang (0,80%) yang melakukan upacara adat sebelum keluar rumah. Di

Masyarakat, organisasi yang ada sebagian besar 106 orang (84,10%) tidak

mendukung ibu hamildan menyatakan kehamilan, melahirkan dan nifas adalah hal

yang biasa saja. Tidak ada kelas prenatal dan keluarga untuk mendapatkan

pendidikan kesehatan bagi ibu hamil. Hanya terdapat 20 orang (15,90%) yang

memberikan dukungan langsung kepada ibu, dukungan oleh kader, posyandu dan

jejaring desa siaga.

Pemberdayaan perempuan melalui pemodelan peer pemutaran film tidak

dilakukan. Informasi tentang perawatan ibu hamil, melahirkan dan nifas diperoleh

melalui surat khabar, radio, TV leaflet, poster dan majalah 34 orang (26,98%),

namun masih terdapat 22 orang (17,46 %) yang tidak mendapatkan informasi.

Terdapat 40 orang (31,75 %) yang mendapatkan informasi lewat puskesmas/

posyandu. Incentif motivasi kepada ibu hamil, melahirkan dan nifas, ibu nifas

yang menggunakan KB serta ibu yang memberi ASI eksklusif sebagian besar 102

orang (80,95%) adalah kurang atau ibu tidak mendapatkan incentive. Fasilitas

untuk penyuluhan kesehatan secara rutin sebagian besar 71 orang (56,4%)

menyatakan tersedia di Puskesmasdan posyandunamun dalam pemanfaatannya

tidak memadai. Self regulasi untuk ibu tentang perawatan diri selama hamil,

melahirkan dan nifas serta telephon konseling untuk siaga ibu melahirkan masih

kurang 59 orang (46,80%).

Analisis statistik bivariat dilakukan untuk mengetahui pengaruh masing-

masing variabel independen komunitas:outcome expectation,collective efficacy,

Disertasi PENGEMBANGAN PENDEKATAN “SOCIAL INA DEBORA R.L


ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
177

observational learning, incentive motivation, fasilitas dan self regulation dengan

penurunan angka kematian ibu (indikator ; K1, K4, Tempat persalinan, PN, KF, dan

KB) menggunakan analisis regresi logistic sederhana dengan menggunakan metode

Backward stepwise pada tingkat kemaknaan p < 0,05.

5.5.1 Pengaruh faktor institusional terhadap K1

Seleksi Bivariat

Seleksi bivariat menggunakan uji regresi logistik sederhana. Hasil analisis bivariat

dapat dilihat pada Tabel 5.55berikut:

Tabel 5.55 Hasil Analisis Regresi Logistik Sederhana antara Variabel Faktor
Komunitas dengan Variabel K1 Murni.
Variabel Independen 95% Confidence Interval
p value OR
(Komunitas) Batas bawah Batas atas
Collective Efficacy 0,431
Outcome Expectation 0,171*
Observation Learning 0,000**
Fasilitas 0,781
Incentive Motivation 0,014* 0,285 0,105 0,776
Self Regulation 0,716
Keterangan: * dimasukkan tahap multivariat karena mempunyai nilai p < 0,25
Tabel 5.56 Hasil Analisis Regresi Logistik Ganda antara Variabel Faktor
Komunitas dengan Variabel K1 Murni.
Variabel Independen 95% Confidence Interval
B p value OR
(Komunitas) Batas bawah Batas atas
Incentive Motivation -2,334 0,001* 0,097 0,025 0,373
Observation Learning 0,000**
Observation 2,868 0,000** 17,607
5,215 59,440
Learning(1)
Observation 1,310 0,007* 3,707
1,431 9,607
Learning(2)
Konstanta -0,902 0,006* 0,406
Keterangan: * signifikan ( p < 0,05)
** sangat signifikan p < 001

Variabel incentive motivation dan observation learning secara umum

signifikan terhadap K1 Murni. Incentive motivation menunjukkan OR sebesar 0,097

artinya keluarga ibu hamil yang mempunyai incentive motivation cukup-baik

Disertasi PENGEMBANGAN PENDEKATAN “SOCIAL INA DEBORA R.L


ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
178

berpeluang K1 Murni 0,097 kali dibandingkan dengan incentive motivation kurang.

Observation learning (1) menunjukkan OR sebesar 17,607artinya keluarga ibu hamil

yang mempunyai observation learning cukup berpeluang K1 Murni 17,607 kali

dibandingkan dengan kurang. Observation learning (2) menunjukkan OR sebesar

3,707 artinya keluarga ibu hamil yang mempunyai observation learning baik

berpeluang K1 Murni 3,707 kali dibandingkan dengan kurang.

Sehingga model yang terbentuk adalah :


1
P (K1 Murni) =
1 + e -(-0,902 + 1,310 observational learning(2) + 2,868 observation learning(1)
- 2,334 incentive motivation)

Ketepatan klasifikasi model tersebut sebesar 75,40% dan koefisien

determinasi (R2) sebesar 25,70%. Artinya incentive motivation dan observation

learning hanya dapat menjelaskan K1 murni sebesar 25,70%; selebihnya

dijelaskan oleh faktor lain.

5.5.2 Pengaruh faktor komunitas terhadap K4 trimester 3

Seleksi Bivariat

Seleksi bivariat menggunakan uji regresi logistik sederhana. Hasil analisis bivariat

dapat dilihat pada Tabel 5.57 berikut :

Tabel 5.57 Hasil Analisis Regresi Logistik Sederhana antara Variabel Faktor
Komunitas denganVariabel K4 Trimester 3.
95% Confidence Interval
Variabel Independen (Komunitas) p value OR
Batas bawah Batas atas
Collective Efficacy 0,141*
Outcome Expectation 0,035*
Observation Learning 0,003*
Fasilitas 0,312
Incentive Motivation 0,007* 0,253 0,093 0,690
Self Regulation 0,316
Keterangan: * dimasukkan tahap multivariat karena mempunyai nilai p < 0,25

Disertasi PENGEMBANGAN PENDEKATAN “SOCIAL INA DEBORA R.L


ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
179

Tabel 5.58 Hasil Analisis Regresi Logistik Ganda antara Variabel Faktor
Komunitas dengan Variabel K4 Trimester 3.
Variabel Independen 95% Confidence Interval
B p value OR
(Komunitas) Batas bawah Batas atas
Outcome Expectation 0,002*
Outcome Expectation(1) -2,584 0,004* 0,076 0,013 0,447
Outcome Expectation(2) 0,602 0,193* 1,827 0,738 4,522
Observation Learning 0,000**
Observation Learning(1) 2,248 0,000** 9,467 3,182 28,163
Observation Learning(2) 1,032 0,031* 2,808 1,098 7,178
Konstanta -1,044 0,014* 0,352
Keterangan: * signifikan ( p < 0,05)
** sangat signifikan p < 001

Variabel Outcome Expectation dan observation learning secara umum signifikan

terhadap K4 Trimester 3. Outcome expectation(1) menunjukkan OR sebesar

0,076artinya keluarga ibu hamil yang mempunyai outcome expectation biasa

berpeluang K1 Murni 0,076 kali lebih besar dibandingkan dengan tidak penting.

Sehingga model yang terbentuk adalah :


1
P(K4) =
1 + e -(-1,044 + 1,032OL(2) + 2,248OL(1) - 2,584CE(1))
Ketepatan klasifikasi model tersebut sebesar 71,4% dan koefisien determinasi

(R2) sebesar 20,8%. Artinya outcome expectation dan observation learning hanya

dapat menjelaskan K4 trimester 3 sebesar 20,8%; selebihnya dijelaskan oleh

faktor lain.

5.5.3 Pengaruh faktor institusional terhadap tempat persalinan

Seleksi Bivariat

Seleksi bivariat menggunakan uji regresi logistik sederhana. Hasil analisis bivariat

dapat dilihat pada Tabel 5.59 berikut:

Disertasi PENGEMBANGAN PENDEKATAN “SOCIAL INA DEBORA R.L


ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
180

Tabel 5.59 Hasil Analisis Regresi Logistik Sederhana antara Variabel Faktor
Komunitas dengan Variabel Tempat Persalinan.
95% Confidence Interval
Variabel Independen (Komunitas) p value OR
Batas bawah Batas atas
Collective Efficacy 0,033*
Outcome Expectation 0,007*
Observation Learning 0,722
Fasilitas 0,047*
Incentive Motivation 0,000** 0,144 0,049 0,417
Self Regulation 0,013*
Keterangan: * dimasukkan tahap multivariat karena mempunyai nilai p < 0,25
Tabel 5.60 Hasil Analisis Regresi Logistik Ganda antara Variabel Faktor
Komunitas dengan Variabel Tempat Persalinan.
Variabel Independen p 95% Confidence Interval
B OR
(Komunitas) value Batas bawah Batas atas
Incentive Motivation -1,893 0,001* 0,151 0,051 0,447
Fasilitas 0,089
Fasilitas(1) -1,090 0,084 0,336 0,098 1,158
Fasilitas(2) -1,195 0,029* 0,303 0,103 0,888
Konstanta 1,540 0,002* 4,663
Keterangan: * signifikan ( p < 0,05)
Variabel incentive motivation signifikan terhadap tempat persalinan. Incentive

motivation menunjukkan OR sebesar 0,151 artinya keluarga ibu hamil yang

mempunyai incentive motivation cukup-baik berpeluang melahirkan di fasilitas

kesehatan 0,151 kali dibandingkan dengan kurang.

Sehingga model yang terbentuk adalah :


1
P (Tempat Persalinan ) =
1 + e -(1,540 - 1,195Fasilitas(2) - 1,893 Incentive motivation

Ketepatan klasifikasi model tersebut sebesar 67,5% dan koefisien

determinasi (R2) sebesar 15,4%. Artinya incentiv motivation dan fasilitas hanya

dapat menjelaskan tempat persalinan sebesar 15,4%; selebihnya dijelaskan oleh

faktor lain.

Disertasi PENGEMBANGAN PENDEKATAN “SOCIAL INA DEBORA R.L


ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
181

5.5.4 Pengaruh faktor institusional terhadap penolong persalinan

Seleksi Bivariat

Seleksi bivariat menggunakan uji regresi logistik sederhana. Hasil analisis

bivariat dapat dilihat pada Tabel 5.61berikut:

Tabel 5.61 Hasil Analisis Regresi Logistik Sederhana antara Variabel Faktor
Komunitas dengan Variabel Penolong Persalinan.
95% Confidence Interval
Variabel Independen (Komunitas) p value OR
Batas bawah Batas atas
Collective Efficacy 0,817
Outcome Expectation 0,433
Observation Learning 0,336
Fasilitas 0,742
Incentive Motivation 0,071* 0,400 0,148 1,083
Self Regulation 0,330
Keterangan: * dimasukkan tahap multivariat karena mempunyai nilai p < 0,25
Tabel 5.62 Hasil Analisis Regresi Logistik Ganda antara variabel faktor
komunitas dengan variabel penolong persalinan.

Variabel Independen 95% Confidence Interval


B p value OR
(Komunitas) Batas bawah Batas atas
Incentive Motivation -0,916 0,071* 0,400 0,148 1,083
Konstanta 1,609 0,000** 5,000
Keterangan: * signifikan ( p < 0,05)
Variabel incentive motivation signifikan terhadap penolong persalinan.

Incentive motivation menunjukkan OR sebesar 0,400 artinya keluarga ibu hamil

yang mempunyai incentive motivation cukup-baik berpeluang melahirkan oleh

nakes 0,400 kali dibandingkan dengan kurang.

Sehingga model yang terbentuk adalah :

1
P(PN) =
1 + e -(1,609 - 0,916 Incentive motivation

Ketepatan klasifikasi model tersebut sebesar 80,20% dan koefisien determinasi (R2)

sebesar 2,40%. Artinya incentiv motivation dan fasilitas hanya dapat menjelaskan

tempat persalinan sebesar 2,40%; selebihnya dijelaskan oleh faktor lain.

Disertasi PENGEMBANGAN PENDEKATAN “SOCIAL INA DEBORA R.L


ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
182

5.5.5 Pengaruh faktor komunitas terhadap kunjungan nifas

Seleksi Bivariat

Seleksi bivariat menggunakan uji regresi logistik sederhana. Hasil analisis

bivariat dapat dilihat pada Tabel 5.63 berikut:

Tabel 5.63 Hasil Analisis Regresi Logitik Sederhana antara Variabel Faktor
Komunitas denganVariabel Kunjungan Nifas
95% Confidence Interval
Variabel Independen (Komunitas) p value OR
Batas bawah Batas atas
Collective Efficacy 1,000
Outcome Expectation 0,111*
Observation Learning 0,056*
Fasilitas 0,020*
Incentive Motivation 0,001* 0,072 0,016 0,321
Self Regulation 0,000**
Keterangan: * dimasukkan tahap multivariat karena mempunyai nilai p < 0,25
Tabel 5.64 Hasil Analisis Regresi Logistik Ganda antara Variabel Faktor
Komunitas dengan Variabel Kunjungan Nifas.
Variabel Independen 95% Confidence Interval
B p value OR
(Komunitas) Batas bawah Batas atas
Incentive Motivation -2,319 0,008* 0,098 0,018 0,552
Self Regulation 0,000**
Self regulation (1) -0,153 0,870 0,858 0,138 5,325
Self regulation (2) 1,918 0,000** 6,809 2,808 16,508
Constant -0,593 0,043* 0,552
Keterangan: * signifikan ( p < 0,05)
** sangat signifikan p < 001

Variabel incentive motivation signifikan terhadap kunjungan nifas. Incentive

motivation menunjukkan OR sebesar 0,098 artinya keluarga ibu hamil yang

mempunyai incentive motivation cukup-baik berpeluang melahirkan oleh nakes

0,098 kali dibandingkan dengan kurang. Variabel self regulation (2) menunjukkan

OR sebesar 6,809 artinya setiap kenaikan skor sikap sebesar 1 unit maka peluang

terjadinya kunjungan nifas akan meningkat sebesar 6,809. kali.

Sehingga model yang terbentuk adalah :

Disertasi PENGEMBANGAN PENDEKATAN “SOCIAL INA DEBORA R.L


ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
183

1
P(Kf) =
1 + e -(-0,593 - 2,319 Incentive motivation + 1,918 self regulation (2)

Ketepatan klasifikasi model tersebut sebesar 73,8% dan koefisien

determinasi (R2) sebesar 28,7 %. Artinya incentive motivation dan self regulasi

hanya dapat menjelaskan kunjungan nifas sebesar 28,7 %; selebihnya dijelaskan

oleh faktor lain.

5.5.6 Pengaruh faktor institusional terhadap keluarga berencana

Seleksi Bivariat

Seleksi bivariat menggunakan uji regresi logistik sederhana. Hasil analisis

bivariat dapat dilihat pada Tabel 5.66 berikut:

Tabel 5.65 Hasil Analisis Regresi Logistik Sederhana antara Variabel Faktor
Komunitas dengan Variabel Keluarga Berencana.
95% Confidence Interval
Variabel Independen (Komunitas) p value OR
Batas bawah Batas atas
Collective Efficacy 0,006*
Outcome Expectation 0,006*
Observation Learning 0,213*
Fasilitas 0,101*
Incentive Motivation 0,001* 0,199 0,077 0,514
Self Regulation 0,004*
Keterangan: * dimasukkan tahap multivariat karena mempunyai nilai p < 0,25
Tabel 5.66 Hasil Analisis Regresi Logistik Ganda antara Variabel Faktor
Komunitas dengan Variabel Keluarga Berencana
Variabel Independen p 95% Confidence Interval
B OR
(Komunitas) value Batas bawah Batas atas
Outcome Expectation 0,006
Outcome Expectation (1) -3,367 0,002* 0,034 0,004 0,295
Outcome Expectation (2) 0,005 0,991 1,005 0,432 2,335
Konstanta 0,882 0,010* 2,417
Keterangan: * signifikan ( p < 0,05)
Variabel outcome expectation (1) signifikan terhadap keluarga berencana.

Outcome expectation (1) menunjukkan OR sebesar 0,034 artinya keluarga ibu

Disertasi PENGEMBANGAN PENDEKATAN “SOCIAL INA DEBORA R.L


ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
184

hamil yang mempunyai outcome expectation (1) cukup baik berpeluang mengikuti

KB 0,034 kali dibandingkan dengan kurang.

Sehingga model yang terbentuk adalah


1
P(KB) =
1 + e -(0,882 - 3,367 outcome expectation (1))

Ketepatan klasifikasi model tersebut sebesar 73% dan koefisien determinasi (R 2)

sebesar 15,1%. Artinya outcome expectation (1) dapat menjelaskan keluarga

berencana sebesar 15,1% ; selebihnya dijelaskan oleh faktor lain.

5.5.7 Analisis Regresi logistik ganda

5.5.7.1 Analisis regresi logistik ganda terhadap K1 Murni

Analisis regresi logistik ganda dilakukan untuk variabel independen:

Faktor intra personal, interpersonal, institusional, dan komunitas terhadap variabel

dependen K1 murni diperoleh hasil sebagai berikut:

Tabel 5.67 Hasil Analisis Regresi Logistik Ganda antara Variabel Independen
dengan Variabel K1 murni.
95% Confidence Interval
Variabel Independen B p value OR
Batas bawah Batas atas
Nilai Kepercayaan 0,180 0,003* 1,197 1,061 1,350
Sikap Ibu 0,093 0,035* 1,097 1,007 1,196
Pekerjaan 1,620 0,039* 5,056 1,084 23,572
Merawat Ibu Hamil 2,175 0,037* 8,805 1,137 68,195
Pengambilan Keputusan 2,039 0,005* 7,685
1,822 32,414
Keluarga
Observational Learning 0,087
Observational Learning(1) 1,775 0,031* 5,899 1,172 29,685
Observational Learning(2) 1,192 0,194 3,295 0,545 19,925
Konstanta -24,948 0,000** 0,000
Keterangan: * signifikan ( p < 0,05)
** sangat signifikan p < 001

Variabel nilai kepercayaan, sikap, pekerjaan, merawat ibu hamil,

pengambilan keputusan keluarga dan observasional learning (1) signifikan

terhadap K1. Nilai kepercayaan menunjukkan OR sebesar 1,197 artinya setiap

Disertasi PENGEMBANGAN PENDEKATAN “SOCIAL INA DEBORA R.L


ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
185

kenaikan skor nilai kepercayaan sebesar 1 unit maka peluang terjadinya K1 murni

akan meningkat sebesar 1,197 kali. Variabel sikap menunjukkan OR sebesar

1.097 artinya setiap kenaikan skor sikap sebesar 1 unit maka peluang terjadinya

K1 murni akan meningkat sebesar 1,097 kali. Variabel pekerjaan menunjukkan

OR sebesar 5,056 artinya kemungkinan ibu hamil yang tidak bekerja akan K1

murni 5,056 kali lebih besar jika dibandingkan dengan ibu hamil yang bekerja.

Variabel merawat ibu hamil menunjukkan OR sebesar 8,805 artinya keluarga ibu

hamil yang merawat ibu hamil dengan baik berpeluang K1 murni 8,805 kali lebih

besar dibandingkan dengan merawat ibu hamil kurang-cukup. Variabel

pengambilan keputusan keluarga menunjukkan OR sebesar 8,805 artinya keluarga

ibu hamil yang mempunyai pengambilan keputusan keluarga yang baik

berpeluang K1 murni 7,685 lebih besar dibandingkan dengan pengambilan

keputusan keluarga kurang-cukup. Observational learning (1) menunjukkan OR

sebesar 5,899artinya keluarga ibu hamil yang mempunyai observational learning

cukup berpeluang K1 murni 5,899 kali dibandingkan dengan kurang.

Sehingga model yang terbentuk adalah

1
P(K1) =
-(-24,948 + 0,180 nilai kepercayaan + 0,093 sikap + 1,620 pekerjaan + 2,175 merawat
1 +ibue hamil + 2,039 pengambilan keputusan keluarga + 1,775 observational learning(1))

Ketepatan klasifikasi model tersebut sebesar 90,5% dan koefisien determinasi (R2)

sebesar 59,9%. Artinya nilai kepercayaan, sikap, pekerjaan, merawat ibu hamil,

pengambilan keputusan keluarga dan observational learning dapat menjelaskan K1

murni sebesar 59,9%; selebihnya dijelaskan oleh variabel lain.

Disertasi PENGEMBANGAN PENDEKATAN “SOCIAL INA DEBORA R.L


ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
186

5.5.7.2 Analisis regresi logistik ganda terhadap K4

Berdasarkan hasil analisis regresi logistik ganda untuk variabel independen:

Faktor intra personal, interpersonal, institusional, dan komunitas terhadap variabel

dependen K4 Trimester 3, diperoleh hasil sebagai berikut:

Tabel 5.68 Hasil Analisis Regresi Logistik Ganda antara Variabel


Independendengan Variabel K4 Trimester 3.

Variabel Independen 95% Confidence Interval


B p value OR
(Komunitas) Batas bawah Batas atas
Nilai Kepercayaan 0,130 0,002* 1,138 1,047 1,237
Sikap Ibu 0,093 0,008* 1,097 1,025 1,175
Pekerjaan 1,551 0,013* 4,719 1,380 16,128
Pengambilan Keputusan 2,132 0,000** 8,433
2,622 27,123
Keluarga
Kinerja Bidan E -0,066 0,011* 0,936 0,889 0,985
Konstanta -13,792 0,000** 0,000
Keterangan: * signifikan ( p < 0,05)

Variabel kinerja bidan dimensi responsiveness signifikan terhadap K4.

Responsivenessmenunjukkan OR sebesar 0,936 artinya setiap kenaikan skor

kinerja bidan dimensi responsiveness sebesar 1 unit maka peluang terjadinya K4

akan meningkat sebesar 0,936 kali.


Sehingga model yang terbentuk adalah :

1
P(K4) =
1 + e -(-13,792 + 0,130 nilai kepercayaan + 0,093 sikap + 1,551 pekerjaan + 2,132
pengambilan keputusan keluarga -0,066 kinerja bidan E)

Ketepatan klasifikasi model tersebut sebesar 87,3% dan koefisien determinasi

(R2) sebesar 52,7%. Artinya nilai kepercayaan, sikap, pekerjaan, pengambilan

keputusan keluarga dan kinerja bidan E dapat menjelaskan K4 trimester 4 sebesar

52,7%; selebihnya dijelaskan oleh variabel lain.

Disertasi PENGEMBANGAN PENDEKATAN “SOCIAL INA DEBORA R.L


ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
187

5.5.7.3 Analisis regresi logistik ganda terhadap tempat persalinan

Berdasarkan hasil analisis regresi logistik ganda untuk variabel

independen: Faktor intra personal, interpersonal, institusional, dan komunitas

terhadap variabel dependen K4 Trimester 3, diperoleh hasil sebagai berikut:

Tabel 5.69 Hasil Analisis Regresi Logistik Ganda antara Variabel Independen
dengan Variabel Tempat Persalinan.
95% Confidence Interval
B p value OR
Batas bawah Batas atas
Sikap 0,043 0,084 1,044 0,994 1,096
Modifikasi Keluarga -1,462 0,019* 0,232 0,069 0,783
Persepsi Kerentanan 3,797 0,000** 44,583 13,969 142,292
Konstanta -4,431 0,031 0,012
Keterangan: * signifikan ( p < 0,05)
Variabel modifikasi lingkungan keluarga dan persepsi kerentanan

signifikan terhadap pemilihan tempat persalinan. Modifikasi lingkungan keluarga

menunjukkan OR sebesar 0,232 artinya keluarga ibu hamil yang melakukan

modifikasi lingkungan keluarga berpeluang bersalin di fasilitas kesehatan 0,232

kali lebih besar dibandingkan dengan yang tidak modifikasi lingkungan keluarga.

Variabel persepsi kerentanan menunjukkan OR sebesar 44,583 artinya keluarga

ibu hamil yang mempunyai persepsi kerentanan cukup-baik berpeluang bersalin di

faskes 44,583 kali lebih besar dibandingkan dengan persepsi kerentanan kurang.

Sehingga model yang terbentuk adalah :


1
P (Tempat Persalinan ) =
1 + e -(-4,431 +3,797 persepsi kerentanan - 1,462 modifikasi
keluarga)

Ketepatan klasifikasi model tersebut sebesar 86,50% dan koefisien

determinasi (R2) sebesar 48,30%. Artinya modifikasi keluarga dan persepsi

kerentanan dapat menjelaskan tempat persalinan sebesar 48,30%; selebihnya

dijelaskan oleh variabel lain.

Disertasi PENGEMBANGAN PENDEKATAN “SOCIAL INA DEBORA R.L


ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
188

5.5.7.4 Analisis regresi logistic ganda terhadap penolong persalinan

Berdasarkan hasil analisis regresi logistik ganda untuk variabel independen:

Faktor intra personal, interpersonal, institusional, dan komunitas terhadap variabel

dependen Penolong Persalinan, diperoleh hasil sebagai berikut:

Tabel 5.70 Hasil Analisis Regresi Logistik Ganda antara Variabel Independen
dengan Variabel Penolong Persalinan.

95% Confidence Interval


B p value OR
Batas bawah Batas atas
Penambahan BB 0,314 0,010* 1,369 1,079 1,738
Persepsi kerentanan 3,912 0,000** 50,018 7,936 315,252
Modifikasi lingkungan -1,941 0,023* 0,144
0,027 0,765
keluarga
Subjective norm -0,051 0,054 0,950 0,902 1,001
Perceived control 0,145 0,000** 1,156 1,073 1,245
Konstanta -8,556 0,000** 0,000
Keterangan: * signifikan ( p < 0,05)

Variabel penambahan BB selama hamil, persepsi kerentanan, modifikasi

lingkungan keluarga dan Perceived control signifikan terhadap pemilihan

penolong persalinan. Variabel penambahan BB menunjukkan OR sebesar 1,079

artinya setiap kenaikan skor penambahan BB sebesar 1 unit maka peluang

penolong persalinan oleh nakes akan meningkat sebesar 1,079 kali. Variabel

persepsi kerentanan menunjukkan OR sebesar 50,018 artinya keluarga ibu hamil

yang mempunyai persepsi kerentanan cukup-baik berpeluang penolong

persalinanoleh nakes 50,018 kali lebih besar dibandingkan dengan persepsi

kerentanan kurang. Modifikasi lingkungan keluarga menunjukkan OR sebesar

0,144 artinya keluarga ibu hamil yang melakukan modifikasi lingkungan keluarga

berpeluang penolong persalinan oleh nakes 0,144 kali lebih besar dibandingkan

dengan yang tidak modifikasi lingkungan keluarga. Variabel Perceived

controlmenunjukkan OR sebesar 1.156 artinya setiap kenaikan skor sikap sebesar

Disertasi PENGEMBANGAN PENDEKATAN “SOCIAL INA DEBORA R.L


ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
189

1 unit maka peluang penolong persalinan oleh nakes akan meningkat sebesar

1,156 kali.

Sehingga model yang terbentuk adalah :


1
P(PN) =
1 + e -(-8,556persepsi
+ 0,145 perceived control - 1,941 modifikasi keluarga + 3,912
kerentanan + 0,314 penambahan BB )

Ketepatan klasifikasi model tersebut sebesar 88,6% dan koefisien determinasi (R2)

sebesar 42,0%. Artinya Perceived control, modifikasi keluarga, persepsi

kerentanan dan penambahan BB dapat menjelaskan penolong persalinan sebesar

42,0%; selebihnya dijelaskan oleh variabel lain.

5.5.7.5 Analisis regresi logistic ganda terhadap kunjungan nifas

Berdasarkan hasil analisis regresi logistik ganda untuk variabel independen:

Faktor intra personal, interpersonal, institusional, dan komunitas terhadap variabel

dependen Kunjungan Nifas, diperoleh hasil sebagai berikut:

Tabel 5.71 Hasil Analisis Regresi Logistik Ganda antara Variabel Independen
dengan Variabel Kunjungan Nifas

95% Confidence Interval


B p value OR
Batas bawah Batas atas
Kinerja Bidan A 0,071 0,002* 1,073 1,027 1,122
Incentive Motivation -2,111 0,021* 0,121 0,020 0,730
Self Regulasi 0,002*
Self Regulasi (1) -0,419 0,663 0,658 0,100 4,340
Self Regulasi (2) 1,549 0,001* 4,708 1,827 12,131
Konstanta -6,273 0,001* 0,002
Keterangan: * signifikan ( p < 0,05)

Variabel kinerja bidan dimensi reliability, incentive motivation dan self

regulation (2) signifikan terhadap kunjungan nifas. Kinerja bidan dimensi

reliability menunjukkan OR sebesar 1,073 artinya setiap kenaikan skor kinerja

Disertasi PENGEMBANGAN PENDEKATAN “SOCIAL INA DEBORA R.L


ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
190

bidan dimensi reliability sebesar 1 unit maka peluang terjadinya kunjungan nifas

akan meningkat sebesar 1,197 kali. Variabel incentive motivation menunjukkan

OR sebesar 0,121 artinya ibu hamil dengan masyarakat yang incentive motivation

cukup-baik maka peluang terjadinya kunjungan nifas meningkat sebesar 1,097

kali dibandingkan dengan ibu hamil dengan masyarakat yang incentive motivation

kurang. Variabel self regulation menunjukkan OR sebesar 4,708 artinya

kemungkinan ibu hamil yang dengan self regulation baik akan kunjungan nifas

4,708 kali lebih besar jika dibandingkan dengan ibu hamil dengan self regulation

cukup.

Sehingga model yang terbentuk adalah


1
P(X) =
1 + e -(-6,273 + 0,071 Kinerja Bidan A - 2,111 Incentive Motivation + 1,594
regulation (2))
self

Ketepatan klasifikasi model tersebut sebesar 72,2% dan koefisien determinasi

(R2) sebesar 35,1 %. Artinya kinerja Bidan A, Incentive motivation dan self

regulation dapat menjelaskan tempat persalinan sebesar 42,0%; selebihnya

dijelaskan oleh variabel lain.

5.5.7.6 Analisis regresi logistic ganda terhadap keluarga berencana

Berdasarkan hasil analisis regresi logistik ganda untuk variabel independen:

Faktor intra personal, interpersonal, institusional, dan komunitas terhadap variabel

dependen Keluarga Berencana, diperoleh hasil sebagai berikut :

Disertasi PENGEMBANGAN PENDEKATAN “SOCIAL INA DEBORA R.L


ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
191

Tabel 5.72 Hasil Analisis Regresi Logistik Ganda antara Variabel Independen
dengan Variabel Keluarga Berencana.

p 95% Confidence Interval


B OR
value Batas bawah Batas atas
Outcome Expectation 0,006
Outcome Expectation (1) -3,367 0,002* 0,034 0,004 0,295
Outcome Expectation (2) 0,005 0,991 1,005 0,432 2,335
Konstanta 0,882 0,010 2,417
Keterangan: * signifikan ( p < 0,05)

Variabel outcome expectation (1) signifikan terhadap keluarga berencana.

outcome expectation (1) menunjukkan OR sebesar 0,034artinya keluarga ibu

hamil yang mempunyai outcome expectation (1) cukup-baik berpeluang

mengikuti KB 0,034 kali dibandingkan dengan kurang.


Sehingga model yang terbentuk adalah :
1
P(KB) =
1 + e -(0,882 - 3,367 outcome expectation (1))
Ketepatan klasifikasi model tersebut sebesar 73% dan koefisien determinasi

(R2) sebesar 15,1%. Artinya outcome expectation (1) dapat menjelaskan keluarga

berencana sebesar 15,1%; selebihnya dijelaskan oleh faktor lain.

5.6 Pengembangan Pendekatan Model “Social Ecological Model of Health


Behaviour” untuk Penurunan AKI di Kabupaten Kupang

Berdasarkan Social Ecological Model of Health Behaviour, Health Belief

Model, Theory of Planned Behaviour dan Social Cognitif Theory disusun

Pengembangan Pendekatan Model Social Ecological Model of Health Behaviour

untuk Penurunan AKI di Kabupaten Kupang. Proses analisis menggunakan

analisis jalur dengan LISREL 8.30. Analisis dilakukan melalui beberapa tahapan.

Tahapan pertama adalah konseptualisasi model. Selanjutnya adalah penyusunan

diagram alur (path diagram Costruction). Hubungan kausal antara variabel

Disertasi PENGEMBANGAN PENDEKATAN “SOCIAL INA DEBORA R.L


ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
192

Pengembangan Pendekatan Model Social Ecological Model of Health Behaviour

dapat diketahui dengan membentuk sebuah model struktural, pada Gambar 5.4

Inter 1 Inter 1 Inter 1 Inter 1 Inter 1 Inter 1 Inter 1 Inter 1

Intra 1

Intra 2 Komuni 1
Inter
Intra 3 Persona
Komuni 2
Intra 4
Komuni 3
Komuni
Intra 5
tas
Komuni 4
Intra 6
Komuni 5
Intra 7 Intra
Personal Komuni 6
Intra 8

Intra 9

Intra 10
Pelaya
Intra 11
nan Kes

Intra 12
Institu
Intra 13 sional

Intra 14
Y1 Y2 Y3 Y4 Y5 Y6
Intra 15

Intra 16 Ins 1 Ins 2 Ins 3 Ins 4 Ins 5 Ins 6

Gambar 5.4 Variabel Laten dan Indikator.


Keterangan :
Intra 1 = Umur Inter 1 = Persepsi kerentanan
Intra 2 = Pendidikan Inter 2 = Mengenal masalah
Intra 3 = Pekerjaan Inter 3 = Mengambil keputusan
Intra 4 = Pengetahuan Inter 4 = Merawat ibu hamil
Intra 5 = Sikap Inter 5 = Memodifikasi lingkungan
Intra 6 = Niat Inter 6 = Memanfaatkan failitas kesehatan
Intra 7 = Nilai kepercayaan Inter 7 = Sujective norm
Intra 8 = Jarak rumah Inter 8 = Perceived control

Disertasi PENGEMBANGAN PENDEKATAN “SOCIAL INA DEBORA R.L


ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
193

Intra 9 = Waktu tepuh Ins 1 = Screening faktor risiko


Intra 10 = Self Efficacy Ins 2 = Kinerja bidan dimensi reliability
Intra 11 = Usia kawin pertama Ins 3 = Kinerja bidan ; assurance
Intra 12 = Frekuensi hamil Ins 4 = Kinerja bidan ; tangible
Intra 13 = Paritas Ins 5 = Kinerja bidan ; emphaty
Intra 14 = Kejadian abortus Ins 6 = Kinerja bidan ; responsivness
Intra 15 = Tinggi badan (TB) Komuni 1 = Collective efficacy
Intra 16 = Penambahan berat badan Komuni 2 = Outcome expectation
Y1 = Kunjungan K1 murni Komuni 3 = Observasional learning
Y2 = Kunjungan K4 Komuni 4 = Fasilitasi
Y3 = Tempat persalinan Komuni 5 = Incentif Motivation
Y4 = Penolong pesalinan Komuni 6 = Self Regulation
Y5 = Kunjungan Nifas
Y6 = Keluarga Berencana

Gambar 5.4 menunjukkan konseptalisasi model dengan variabel observed

dan variabel laten. Variabel intrapersonal, interpersonal, institusional, komunitas

dan penurunan AKI adalah sebagai variabel laten. Pada pengembangan model ini

Variabel intrapersonal, interpersonal, institusional, komunitas adalah variabel

independen atau disebut variabel eksogen, penurunan AKI adalah variabel

dependen atau disebut variabel endogen.

Tahapan selanjutnya melakukan analisis faktor untuk menentukan composit

variabel dari variabel observed/indikator yang dapat membentuk variabel laten. Bila

hasil analisis variabel observed dengan component matriks > 0,50 maka variabel

tersebut dimasukkan dalam tahap analisis berikutnya untuk pembuatan model. Hasil

analisis dapat dilihat pada tabel 5.73, 5.74; 5.75; 5.76 ; dan 5.77 berikut :

Tabel 5.73 Hasil Analisis Faktor Composit Variabel Penurunan AKI


Component Matrix Component Matrix
Penurunan AKI
Analisis I Analisis II
K1 Murni 0,790* 0,863*
K4 Trimester 3 0,803* 0,873*
Tempat Persalinan 0,617* 0,576*
Penolong Persalinan (PN) 0,661* 0,613*
Kunjungan Nifas (Kf) 0,345
KB 0,358
Keterangan: *Component matrix > 0,50 dimasukkan tahap analisis II

Disertasi PENGEMBANGAN PENDEKATAN “SOCIAL INA DEBORA R.L


ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
194

Tabel 5.73 menunjukkan bahwa varibel dependen yang dapat dikompositkan

adalah K1 murni, K4 Trimester 3, Tempat Persalinan dan Penolong Persalinan.

Tabel 5.74 Hasil Analisis Faktor Composit Variabel Intrapersonal


Component Matrix Component Matrix
Intrapersonal
Analisis I Analisis II
Umur ibu -0,286
Pendidikan 0,044
Pekerjaan 0,243
Pengetahuan Ibu 0,202
Sikap Ibu 0,811* 0,874*
Niat ibu 0,779* 0,834*
Nilai kepercayaan 0,848 0,875*
Jarak -0,179
Waktu tempuh -0,195
Self Efficacy 0,754* 0,794*
Usia kawin pertama -0,007
Frekuensi kehamilan 0,437
Paritas 0,480
Riwayat abortus -0,022
Tinggi badan -0,100
Penambahan BB 0,320
Keterangan: *Component matrix > 0,50 dimasukkan tahap analisis II

Tabel 5.74 menunjukkan bahwa varibel independen ; intrapersonal yang

dapat dikompositkan adalah sikap ibu, niat ibu, nilai kepercayaan dan Self Efficacy.

Tabel 5.75 Hasil Analisis Faktor Composit Variabel Interpersonal


Component Matrix Component Matrix
Interpersonal
Analisis I Analisis II
Persepsi kerentanan 0,580* 0,531*
Mengenal masalah 0,170
Pengambilan keputusankeluarga 0,628* 0,660*
Merawat ibu hamil 0,599* 0,592*
Memodifikasi lingkungan keluarga -0,221
Pemanfaatan fasilitas kesehatan 0,318
Subjective norm 0,846* 0,865*
Perceived control 0,679* 0,724*
Keterangan: *Component matrix > 0,50 dimasukkan tahap analisis II

Disertasi PENGEMBANGAN PENDEKATAN “SOCIAL INA DEBORA R.L


ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
195

Tabel 5.75 menunjukkan bahwa varibel independen ; interpersonal yang

dapat dikompositkan adalah persepsi kerentanan, pengambilan keputusan

keluarga, merawat ibu hamil, Subjective norm dan Perceived control.

Tabel 5.76 Hasil Analisis Faktor Composit Variabel Institusional

Component Matrix Component Matrix


Interpersonal
Analisis I Analisis II
Screening ANC 0,048
Dimensi Reliability 0,888* 0,882*
Dimensi Assurance 0,840* 0,838*
Dimensi Tangible 0,498
Dimensi Emphaty 0,898* 0,910*
Dimensi Responsiffness 0,857* 0,891*
Keterangan: *Component matrix > 0,50 dimasukkan tahap analisis II

Tabel 5.76 menunjukkan bahwa varibel independen ; institusional yang

dapat dikompositkan adalah persepsi kerentanan, pengambilan keputusan

keluarga, merawat ibu hamil, Subjective norm, dan Perceived control.

Tabel 5.77 Hasil Analisis Faktor Composit Variabel Komunitas

Component Matrix Component Matrix


Komunitas
Analisis I Analisis II
Collective Efficacy 0,440
Outcome Expectation 0,488
Observasional Learning 0,604* 0,650*
Fasilitas 0,848* 0,867*
Incentive Motivation 0,176
Self Regulation 0,796* 0,841*
Keterangan: *Component matrix > 0,50 dimasukkan tahap analisis II

Tabel 5.77 menunjukkan bahwa varibel independen ; komunitas yang

dapat dikompositkan adalah observasional learning, Fasilitas dan self regulation.

Semua indikator/variabel observed yang diteliti di kompositkan menjadi variabel

laten yang terdiri dari variabel dependen/endogen: Penurunan AKI, dan variabel

independen/eksogen: Intrapersonal, interpersonal, institusional dan komunitas

Disertasi PENGEMBANGAN PENDEKATAN “SOCIAL INA DEBORA R.L


ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
196

variabel. Variabel observed yang berpengaruh maupun tidak berpengaruh

terhadap variabel laten seperti ditunjukkan pada Gambar 5.5

Inter 1 Inter 2 Inter 3 Inter 4 Inter 5 Inter 6 Inter 7 Inter 8

Intra 1

Intra 2 Komuni 1
Inter
Intra 3 Persona
Komuni 2
Intra 4
Komuni 3
Komun
Intra 5
itas
Komuni 4
Intra 6
Komuni 5
Intra 7 Intra
Personal Komuni 6
Intra 8

Intra 9

Intra 10
Yankes
Intra 11
Ibu

Intra 12
Institu
Intra 13 sional

Intra 14
Y1 Y2 Y3 Y4 Y5 Y6
Intra 15
Ins 1 Ins 2 Ins 3 Ins 4 Ins 5 Ins 6
Intra 16

Keterangan: = Pengaruh yang bermakna


= Pengaruh yang tidak bermakna
Gambar 5.5 Model SEM dengan Variabel Laten dan Indikator yang
berpengaruh maupun tidak berpengaruh

Tahapan selanjutnya adalah melakukan penghitungan score pada variabel

yang telah dikomposit menjadi variabel laten (lihat lampiran 5). Beberapa variabel

Disertasi PENGEMBANGAN PENDEKATAN “SOCIAL INA DEBORA R.L


ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
197

observed tidak dimasukkan dalam perhitungan score composit variabel laten karena

nilai component matriks <0,50. Dengan demikian analisis SEM selanjutnya dengan

menggunakan variabel observed dan variabel laten seperti pada Gambar 5.6 berikut :

Inter 1 Inter 3 Inter 4 Inter 7 Inter 8

Inter
Personal Komuni 3
Intra 5

Intra 6 Komuni 4
Komuni
Intra 7
tas
Intra Komuni 6
Personal
Intra 10

Yankes
Institu Ibu
sional

Ins 2 Ins 3 Ins 5 Ins 6 Y1 Y2 Y3 Y4

Gambar 5.6 Model dengan Variabel Laten dan Indikator.

Gambar 5.6 menunjukkan bahwa variabel observed yang membentuk

variabel laten endogen/dependen penurunan AKI adalah K1 murni, K4, Tempat

persalinan dan Penolong persalinan. Sedangkan variabel observed KF dan KB

tidak dimasukkan untuk variabel laten endogen/dependen penurunan AKI.

Variabel laten eksogen/independen Intrapersonal dibentuk oleh variabel

observed: Sikap, niat, nilai kepercayaan dan Self Efficacy. Variabel laten

eksogen/independen Interpersonal dibentuk oleh variabel observed: Persepsi

Disertasi PENGEMBANGAN PENDEKATAN “SOCIAL INA DEBORA R.L


ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
198

kerentanan, pengambilan keputusan keluarga, modifikasi lingkungan keluarga dan

Subjective norm dan Perceived Control. Variabel laten eksogen/independen

institusional dibentuk oleh variabel observed: kinerja bidan dimensi Reliability,

Assurance, Emphaty dan Responsiveness. Dimensi Tangibles tetap dimasukkan

dalam model karena dianggap penting tetapi tidak ikut dalam analisis jalur. Variabel

laten eksogen/independen komunitas dibentuk oleh variabel observed: observasional

learning, fasilitas dan self regulation.

Berdasarkan score composit variabel dilakukan analisis jalur/ path diagram

― Social
dengan LISREL 8.30, ditemukan model Pengembangan Pendekatan

Ecological Model of Health Behaviour” untuk Penurunan AKI di Kabupaten

Kupang. Pada path diagram dengan LISREL dapat diuji secara regresi logistik

ganda yaitu hubungan antara variabel laten eksogen atau independen ; faktor intra

personal, interpersonal, institusional, dan komunitas dengan variabel laten

endogen/dependen ; penurunan AKI.

Pada awal penyusunan diagram alur, digambarkan hubungan antara variabel

eksogen intrapersonal, interpersonal, institusional, komunitas dengan variabel

endogen penurunan AKI. Hubungan antara variabel eksogen dengan eksogen yaitu :

(1) intrapersonal dengan interpersonal, intra personal dengan institusional,

intrapersonal dengan komunitas. (2) interpersonal dengan komunitas, (3) Komunitas

dengan institusional. Hasil analisis jalur terdapat hubungan yang tidak signifikan

antara variabel eksogen interpersonal dengan komunitas dengan nilai t = 1,46 lebih

kecil dari t hitung (t hitung = 1,96), pada diagram jalur berwarna merah sehingga

model disempurnakan lagi dan dianalisis ulang seperti model pada Gambar 5.4

Disertasi PENGEMBANGAN PENDEKATAN “SOCIAL INA DEBORA R.L


ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
199

Intra Personal 8,57 Inter Personal

4,16
7,11
3,04
4,48 Komunitas

4,54
-2,10

Institusional Pelayanan
-3,15 Kesehatan Ibu
Keterangan : (Nilai t hitung)
Gambar 5.7 Pengembangan Pendekatan Model “Social Ecological Model of
Health Behaviour” untuk Penurunan AKI di Kabupaten Kupang

Gambar 5.7 menunjukkan bahwa seluruh loading faktor adalah signifikan

(p > 0,05), yang ditunjukkan dengan nilai t > 1,96. Variabel intrapersonal,

interpersonal, institusional dan komunitas berpengaruh terhadap penurunan AKI.

Variabel intrapersonal secara langsung juga mempengaruhi interpersonal,

institusional dan komunitas. Variabel intrapersonal secara tidak langsung

mempengaruhi penurunan AKI melalui variabel institusional dan komunitas.

Variabel komunitas secara tidak langsung mempengaruhi penurunan AKI melalui

variabel institusional.

Tabel 5.78 Besaran Nilai Koefisien Jalur, dan t Hitung pada Pengembangan
Pendekatan Model “Social Ecological Model of Health Behaviour”
untuk Penurunan AKI di Kabupaten Kupang
Pengaruh Variabel Nilai Koefisien Jalur Nilai t- Hitung
Eksogen Eksogen
Intrapersonal Interpersonal 0,61 8,57*
Intrapersonal Komunitas 0,35 4,16*
Intrapersonal Institusional 0,25 3,04*
Komunitas Institusional 0,37 4,54*
Eksogen Endogen
Intra personal Penurunan AKI 0,57 7,11*
Inter personal Penurunan AKI 0,34 4.48*
Institusional Penurunan AKI -0,22 -3,15*
Komunitas Penurunan AKI -0,14 -2,08*
Keterangan: * signifikan

Disertasi PENGEMBANGAN PENDEKATAN “SOCIAL INA DEBORA R.L


ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
200

Tabel 5.78 menunjukkan bahwa nilai koefisien jalur > 0,05, nilai t hitung >

1,96 yang menjelaskan bahwa hubungan antara variabel eksogen dan endogen

adalah signifikan, dan tidak didapatkan multikolinearitas pada variabel eksogen

(independen). Didapatkan efek langsung maupun tidak langsung penurunan AKI

ditunjukkan dengan nilai t hitung > 1,96.

Pengembangan Pendekatan Model “Social Ecological Model of Health

Behaviour” untuk Penurunan AKI di Kabupaten Kupang dengan nilai Chisquare

3,95> 0,05 tidak signifikan menunjukkan bahwa data empiris yang diperoleh

sesuai dengan model. Dengan 2 Degrre of freedom (p =0, 138) yang berarti,

model adalah fit. Demikian juga dengan Normal Theory Weighted Least Squares

Chi-Square yang juga tidak signifikan (p=0,138), maka model adalah fit. Root

Mean Square Error of Approximation (RMSEA) 0,089 mengindikasikan model

sudah cukup reasonable dan tidak masuk kategori penolakan‖ Browne dan

Cudeck (1993), Byrne (1998).

Model dikatakan baik apabila memiliki nilai Non Centrality Parameter

(NCP) kecil. Nilai NCP model sebesar 1,95 adalah nilai besar dan sebesar 90%

berada pada rentang Confidence Interval. Dapat disimpulkan bahwa model adalah

kurang baik. Nilai Expected Cross Validation Index (ECVI) sebesar 0,32 yang

lebih besar dari ECVI saturated model (0,24) dapat disimpulkan bahwa model baik

untuk direplikasi untuk penelitian berikutnya.

Nilai model AIC adalah 39,95 lebih kecil dari independence AIC (226,93)

dan lebih besar dari saturated AIC (30) menunjukkan bahwa model adalah kurang

fit. Demikian pula nilai model CAIC (109) lebih tinggi dari nilai CAIC yang

Disertasi PENGEMBANGAN PENDEKATAN “SOCIAL INA DEBORA R.L


ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
201

tersaturasi (87,54). AIC dan CAIC tidak sensitive terhadap kompleksitas model,

namun dipengaruhi oleh jumlah sample. Dua indikator ini digunakan dalam

perbandingan dari dua atau lebih model (Hu dan Bentler, 1995).

Nilai Normed Fit Index (NFI) (0,98) dan Comparative Fit Index (CFI) =

0.99 lebih besar dari 0,9 menunjukkan bahwa model fit (Bentler,1990). Demikian

pula nilaiIncremental Fit Index (IFI) 0.99 lebih besar dari pada batas cutt-off

sebesar 0.90 (Byrne,1998) sehingga dapat dikatakan bahwa model adalah fit. Nilai

Relative Fit Index (RFI) = 0.91 (berada pada rentang 0 -1), nilai ini mendekati

angka 1, maka model adalah fit. Goodness of Fit Index (GFI) sebesar 0,99 lebih

besar daripada 0,9 menunjukkan fit suatu model yang baik (Dimatopaulus dan

Siguaw, 2000). GFI sebesar 1 berarti model memiliki perfect fit. Sama dengan

GFI, Adjusted Goodness of Fit Index (AGFI) telah menyesuaikan dengan

pengaruh degrees of freedom pada suatu model, model ini fit. karena nilai AGFI

(0,91) yang lebih besar dari nilai 0,9 maka model adalah fit (Dimatopaulus dan

Siguaw, 2000).

5.6.1. Penelitian Tahap II Uji Coba Model Komprehensif Baru “Social


Ecological Model of Health Behaviour Ina Djayaku Abadi” untuk
Penurunan AKI di Kabupaten Kupang, NTT.

Penelitian Tahap II dilakukan untuk uji coba model baru dilakukan dengan

memberikan intervensi pendidikan kesehatan pada masing-masing variabel

independen. Untuk variabel intra personal intervensi yang diberikan adalah

dengan melakukan “Kelas prenatal care and family” bagi ibu hamil dan keluarga

tiga kali pertemuan dengan memberikan pendidikan kesehatan dan pelatihan

Disertasi PENGEMBANGAN PENDEKATAN “SOCIAL INA DEBORA R.L


ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
202

untuk ibu hamil dan keluarga termasuk suami diharapkan mengikuti pelatihan ini

minimal satu kali.

Adapun kegiatan “Kelas Prenatal Care and Family” meliputi:

Pertemuan I memberikan pendikan kesehatan tentang: (1) Perkenalan dan

dinamika kelompok (2) Perubahan tubuh selama kehamilan; terjadinya kehamilan,

perubahan tubuh ibu selama hamil, keluhan-keluhan saat hamil, apa saja yang

harus dilakukan ibu selama hamil, (3) perawatan kehamilan; gizi untuk ibu hamil

serta pencegahan anemia, kesiapan psikologis ibu menghadapi kehamilan,

hubungan suami istri semasa kehamilan, obat-obatan yang boleh dan tidak boleh

dikonsumsi selama hamil, tanda bahaya kehamilan perencanaan persalinan sejak

awal agar dapat memperlancar proses persalinan. Metode yang digunakan adalah:

ceramah, diskusi, tanya jawab, simulasi dan role play, demonstrasi, serta

pemutaran video.

Pertemuan II memberikan pendidikan kesehatan tentang persiapan

persalinan dan perawatan setelah melahirkan (masa nifas) meliputi: tanda

persalinan, tanda bahaya pada persalinan, proses persalinan, perawatan nifas,

upaya agar dapat menyusui secara penuh ; posisi menyusui yang benar, melekat

dengan benar, menyusui dengan efektif, manfaat ASI, Inisiasi menyusu dini

/IMD, ASI Eksklusif), tanda bahaya penyakit pada masa nifas, KB Pasca

persalinan. Metode yang digunakan adalah ceramah, diskusi, Tanya jawab,

simulasi dan role play, demonstrasi, serta pemutaran video.

Pertemuan III memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan bayi,

mitos, penyakit menular dan akte kelahiran meliputi: perawatan bayi baru lahir,

Disertasi PENGEMBANGAN PENDEKATAN “SOCIAL INA DEBORA R.L


ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
203

tanda bayi lahir sehat dan tanda bayi sakit, manfaat pemberian vitamin K1 injeksi

pada bayi baru lahir, tanda bahaya bayi baru lahir, pengamatan perkembangan

bayi/anak, pemberian immunisasi pada bayi baru lahir, penggalian dan

penelusuran mitos yang berkaitan dengan kesehatan ibu dan anak, IMS, informasi

dasar HIV AIDS, pencegahan dan penanganan malaria pada ibu hamil, pentingnya

akte kelahiran. Metode yang digunakan adalah diskusi, tanya jawab, simulasi, role

play, demonstrasi, serta pemutaran video. Pada setiap kegiatan (pertemuan I, II

dan III) dilakukan pre test sebelum kegiatan dan post test sesudah kegiatan

Pada variabel institusional, kepada petugas kesehatan diberikan

pendidikan kesehatan tentang tanda bahaya kehamilan serta pengenalan faktor

risiko dan deteksi dini ibu hamil risiko tinggi dalam rangka rujukan dini

berencana menggunakan Kartu Skor Poedji Rochjati (KSPR) dan pedoman

Depkes RI. Metode yang digunakan adalah diskusi, tanya jawab, simulasi, role

play,dan studi kasus untuk deteksi faktor risiko menggunakan KSPR. Sebelum

kegiatan dilakukan pre test dan sesudah kegiatan dilakukan post test

Pada variabel komunitas, kepada Tokoh Masyarakat/TOMA, Tokoh

agama (TOGA), Kader, dan Dukun diberikan pendidikan kesehatan tentang

pengenalan tanda bahaya kehamilan serta pengenalan faktor risiko dan deteksi

dini ibu hamil risiko tinggi dalam rangka rujukan dini berencana menggunakan

KSPR dan pedoman Depkes RI. Metode yang digunakan adalah diskusi, tanya

jawab, dinamika kelompok, simulasi, role play dan studi kasus untuk deteksi

faktor risiko menggunakan KSPR. Sebelum kegiatan dilakukan pre test dan

sesudah kegiatan dilakukan post test.

Disertasi PENGEMBANGAN PENDEKATAN “SOCIAL INA DEBORA R.L


ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
204

5.6.2 Penurunan angka kematian ibu berdasarkan indikator output


pelayanan kesehatan (K1, K4, Tempat Persalinan, PN, Kf dan KB)

Angka kematian ibu tidak diukur secara langsung tetapi melalui

pencapaian indikator output pelayanan kesehatan untuk penurunan AKI yaitu K1,

K4, Tempat Persalinan, PN, PK, KF dan KB di Kecamatan Takari Kabupaten

Kupang Pada Tabel 5.79

Tabel 5.79 Distribusi Frekuensi Ibu Berdasarkan Indikator Output Pelayanan


Kesehatan untuk Penurunan AKI (K1, K4, dan Tempat Persalinan)
di Kabupaten Kupang Tahun 2012
No Uraian Jumlah n = 26 Persentase (%)
1. K1:
Tidak K1 murni 0 0
K1 murni terdiri dari : 26 100
Satu kali 10 38,50
Dua kali 11 42,30
Tiga 4 15,40
Empat kali 1 3,80
2. K2 Trimester II:
Satu kali 4 15,40
Dua kali 11 42,30
Tiga Kali 5 19,20
Empat kali 4 15,40
Enam kali 2 7,70

3. K4 (1-1-2): 0 0
Tidak K4 26 100
K4 Murni: 10 38,50
Dua kali 5 19,20
Tiga Kali 7 26,90
Empat kali 2 7,70
Lima kali 1 3,80
Enam kali 1 3,80
Delapan kali
4 Tempat Persalinan:
Non faskes 3 11,50
Faskes 23 88,50
Tempat Persalinan:
Rumah sendiri/keluarga 2 7,70
Rumah Bidan di desa 1 3,80
Puskesmas 20 76,90
RS Pemerintah 3 11,50

Disertasi PENGEMBANGAN PENDEKATAN “SOCIAL INA DEBORA R.L


ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
205

Tabel 5.79 Menunjukkan bahwa 26 orang (100,00%) melakukan K1 dan

K4 ke fasilitas kesehatan yang memadai. Perlu dipertahankan ditingkatkan.

Sebagian besar 23 orang (88,50%) melahirkan di fasilitas kesehatan yang

memadai ; di Puskesmas20 orang (76,90%). Masih ada 3 orang ibu memilih

melahirkan di rumah dengan alasan keburu lahir‖ sehingga tidak sempat ke

fasilitas kesehatan yang memadai Puskesmasatau rumah sakit. Padahal ibu dan

keluarga sudah mempersiapkan transportasi untuk melahirkan di Puskesmas.

Tabel 5.80 Distribusi Frekuensi Ibu Berdasarkan Indikator Output Pelayanan


Kesehatan untuk Penurunan AKI( PN, PK, KF dan KB) di
Kabupaten Kupang Tahun 2012
No Uraian Jumlah n = 26 Persentase (%)
1. Pelayanan Nakes (PN)/
Penolong Persalinan :
Non Nakes (tenaga kesehatan) 1 3,50
Nakes 25 96,50
Penolong Persalinan:
Bidan dan Dukun Bayi 22 84,6
Perawat 1 3,85
Dokter kandungan 2 7,70
Anggota keluarga (bukan nakes) 1 3,85
Penanganan Komplikasi (PK):
Komplikasi persalinan:
Tidak ada komplikasi 24 92,30
Dirujuk 2 7,70
2. Kunjungan Nifas (Kf):
Dua kali 14 53,85
Tiga kali 10 38,46
Empat kali 2 7,70
3. Keluarga Berencana (KB):
Tidak KB 0 0,00
Ikut KB 26 100
Jenis KB:
IUD 2 7,70
MOW 1 3,80
Implant 1 3,80
Suntik 14 53,80
Pil 1 3,80
MAL 7 26,90

Disertasi PENGEMBANGAN PENDEKATAN “SOCIAL INA DEBORA R.L


ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
206

Tabel 5.80 menunjukkan bahwa penolong persalinan sebagian besar 25

orang (96,50%) ditolong oleh tenaga kesehatan ; 22 orang (84,60%) oleh bidan.

Penanganan komplikasi di rujuk pada 2 orang (7,70%). Kunjungan nifas oleh

petugas kesehatan terbanyak 26 orang (100,00%) adalah 2 - 4 kali. Ibu nifas 26

orang (100,00%) mengikuti KB setelah melahirkan, jenis KB terbanyak 14 orang

(53,8%) adalah KB suntik.

5.6.3 Faktor intrapersonal dan interpersonal

Faktor intra personal (individu/ibu) yang meliputi: umur, pendidikan,

pekerjaan, nilai kepercayaan pengetahuan, sikap, niat, Self Efficacy, akses serta

karakteristik reproduksi (frekuensi hamil, paritas, riwayat abortus, usia kawin

pertama, tinggi badan, penambahan berat badan selama hamil).

Tabel 5.81 Distribusi Frekuensi Karakteristik Ibu Nifas sampai dengan 3 Bulan di
Kabupaten Kupang Tahun 2012
No Karakteristik Jumlah n = 26 Persentase (%)
1. Umur (tahun)
<20 Tahun 3 11,50
20 - 34 Tahun 16 61,50
>35 Tahun 7 26,90
2. Agama :
Islam 2 7,70
Katholik 10 38,50
Kristen 14 53,80
3. Pendidikan:
Tidak tamat SD 2 7,70
Tamat SD/MI 8 30,80
Tamat SMTP/SMP 5 19,20
Tamat SMTA/SMU 9 34,60
Tamat Akademi/ PT 2 7,70
4. Pekerjaan:
Tidak bekerja 22 84,60
Petani 2 7,70
Lain-lain 2 7,70

Disertasi PENGEMBANGAN PENDEKATAN “SOCIAL INA DEBORA R.L


ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
207

Dari Tabel 5.81 diketahui, umur ibu di Kabupaten Kupang dari 26 orang

terbanyak 20-34 tahun 16 orang (61,50%). Hal ini merupakan umur yang baik untuk

bereproduksi (hamil, melahirkan dan nifas).

Sebagian ibu 14 orang (55,80%) beragama kristen protestan, katholik 10

orang (38,50%) dan islam 2 orang (7,70%) dengan dasar ini dapat dipakai untuk

pelayanan bagi ibu hamil melahirkan dan nifas melalui mimbar gereja atau

kegiatan jemaat maupun diakonia.

Pendidikan ibu cukup bervariasi paling sedikit tidak tamat SD dan PT

masing -masing 2 orang (7,70%), paling banyak 9 orang (34,40%) adalah tamat

SMA dan tamat SD 8 orang (30,80%). Ibu nifas sebagian besar 71 orang (56,30%)

tidak bekerja. Tetapi terdapat 39 ibu (31,00%) yang bekerja sebagai petani. Hal ini

menjadi perhatian untuk membantu ibu menjaga kesehatan dan mengatur waktu

istirahatnya.

Tabel 5.82 Distribusi Frekuensi Karakteristik Reproduksi Ibu Nifas sampai


dengan 3 Bulan di Kabupaten Kupang Tahun 2012
No Karakteristik Jumlah n = 26 Persentase (%)
1. Paritas/ jumlah anak:
1 8 30,80
2 5 19,20
3 6 23,10
4 3 11,50
5 2 7,70
7 1 3,80
8 1 3,80
2. Riwayat Abortus:
0 19 73,10
1 5 19,20
3 1 3,80
4 1 3,80
3. Usia Kawin Pertama
<20 Tahun 12 46,20
20 - 34 13 50,00
> 35 Tahun 1 3,80

Disertasi PENGEMBANGAN PENDEKATAN “SOCIAL INA DEBORA R.L


ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
208

No Karakteristik Jumlah n = 26 Persentase (%)


4 Jarak Kehamilan (bulan)
<12 12 46,20
13 -24 4 15,40
25 -48 5 19,20
49-60 1 3,80
> 60 4 15,40

Tabel 5.82 menunjukkan bahwa jumlah anak cukup bervariasi satu sampai

dengan delapan orang, terbanyak adalah satu orang pada 8 ibu (30,80%), diikuti

oleh jumlah anak 2 sampai 3 orang pada masing-masing 5 orang (19,20%) dan 6

orang (23,10%). Riwayat abortus pada ibu masih terjadi pada 5 orang (19,20%)

yang mengalami abortus satu kali, serta ibu yang mengalami abortus 3dan 4 kali,

masing-masing 1 orang (3,80%). Hal ini menunjukkan pentingnya dilakukan

screening faktor risiko ibu hamil untuk penanganan komplikasi serta mencegah

terjadinya abortus lagi.

Usia kawin pertama pada ibu, sebagian besar 13 orang (50,00%) kawin

pada usia produktif 20-34 tahun. Usia ini baik untuk melakukan tugas reproduksi

bagi ibu; hamil, melahirkan dan nifas. Namun masih terdapat 12 orang (46,20%)

kawin pada usia < 20 tahun. Hal ini merupakan faktor risiko terjadinya komplikasi

kehamilan, persalinan dan nifas.Jarak kehamilan terakhir pada ibu bervariasi,

terbanyak < 12 bulan12 orang (46,20%).

Tabel 5.83 Distribusi Hasil Pemeriksaan Ante natal pada kehamilan terakhir Ibu
Nifas sampai dengan 3 Bulan di Kabupaten Kupang Tahun 2012
No Uraian Jumlah n = 26 Persentase (%)
1. Frekuensi ANC:
4 - 6 kali 12 46,20
7 - 9 kali 6 23,10
10 -12 kali 5 19,20
> 12 kali 3 11,50

Disertasi PENGEMBANGAN PENDEKATAN “SOCIAL INA DEBORA R.L


ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
209

No Uraian Jumlah n = 26 Persentase (%)


2. Tempat ANC: 26
Puskesmas 10 100,00
Pustu 4 38,46
Posyandu 3 15,38
Dokter Kandungan 11,54
3. Tinggi badan:
< 145 cm 0 0,00
> 145 cm 26 100,00
4. Berat badan (BB) awal
kehamilan:
< 45 kg 3 11,54
45 - 65 kg 20 76,92
> 65 kg 3 11,54
5. Penambahan BB selama hamil
(kg):
<9 21 80,77
9 - 15 5 19,23
> 15 0 0,00
6. LILA:
< 23,5 8 30,77
> 23,5 18 69,23
7. Screening faktor risiko KSPR
Kehamilan risiko rendah 13 50,00%
Kehamilan risiko tinggi 12 40,00%
Kehamilan risiko sangat tinggi 1 3,80%

Memperhatikan Tabel 5.83 diketahui selama hamil 26 orang (100,00%)

melakukan pemeriksaan kehamilan (ANC) minimal empat kali sampai 12 kali.

Bahkan ada yang melakukan pemeriksaan ANC lebih dari 12 kali 3 orang

(11,50%). Hal ini terkait dengan manfaat yang dirasakan oleh ibu dalam

pertemuan “Kelas Prenatal Care and Family”. Pemeriksaan ANC oleh 26 orang

(100%) dilakukan di puskesmas. Selain itu pemeriksaan kehamilan juga di

lakukan di Pustu, Posyandu maupun di dokter kandungan. Tinggi badan ibu 26

orang (100 %) lebih dari 145 cm. Berat badan ibu di awal kehamilan, sebagian

besar 20 orang (76,92%) berkisar 45-65 kg. Namun terdapat 3 orang (11,54%)

dengan BB < 45 kg. Hal ini dapat menjadi faktor risiko komplikasi persalinan

Disertasi PENGEMBANGAN PENDEKATAN “SOCIAL INA DEBORA R.L


ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
210

serta ibu dapat melahirkan premature atau BBLR. Penambahan BB ibu selama

hamil cukup bervariasi. Terdapat 21 orang (80,77%) ibu dengan penambahan BB

selama hamil < 9 kg. Hal ini merupakan faktor risiko untuk perdarahan,

melahirkan premature atau BBLR. Lila ibu sebagian besar 18 orang (69,23%)

adalah > 23,5 cm. Namun masih ada 8 orang (30,77%) dengan Lila < 23,5 cm

yang mendapat perhatian agar tidak terjadi komplikasi. Screening faktor risiko

kehamilan diketahui sebagian kehamilan adalah faktor risiko tinggi 13 orang

(40%) dan kehamilan risiko sangat tinggi adalah 1 orang (3,85%). Kehamilan

risiko ini karena faktor umur ibu terlalu muda (< 20 tahun) 1 orang (3,85%);

umur ibu terlalu tua >35 tahun 8 orang (30,77%) ; ibu terlalu banyak anak (>4

orang) 8 orang (30,77 %); ibu pernah abortus 6 orang ( 23,08 %) serta bengkak

pada muka tungkai 1 orang (3,85%). Melalui screening dapat dilakukan

perencanaan persalinan serta rujukan dini berencana.

Tabel 5.84 Distribusi Hasil Pemeriksaan Ante natal pada kehamilan terakhir Ibu
Nifas sampai dengan 3 Bulan di Kabupaten Kupang Tahun 2012
No Uraian Jumlah n = 26 Persentase (%)
1. Imunisasi TT
TT1 3 11,50
TT2 21 80,80
TT3 2 7,70
2. Tablet tambah darah:
< 90 4 15,80
90 - 120 4 15,80
120 - 150 3 11,54
150 - 180 9 34,62
180 - 210 0 0,00
> 210 6 23,08
3. Frekuensi Pemeriksaan Hb:
Satu kali 0 0,00
Dua kali 26 100,00
Hasil pemeriksaan kadar Hb
(gr%) Trimester 3
< 10 14 53,85
> 10 -12 12 46,15

Disertasi PENGEMBANGAN PENDEKATAN “SOCIAL INA DEBORA R.L


ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
211

Tabel 5.84 menunjukkan bahwa immunisasi TT pada ibu hamil sebagian

besar 21 orang (80,80%) adalah TT2. Ibu selama hamil masih ada 4 orang

(15,80%) yang mengkonsumsi tablet tambah darah < 90 tablet. Hal ini dapat

menimbulkan anemia pada ibu hamil akibat kekurangan ferum.

Frekuensi pemeriksaan Hb pada ibu selama hamil bagi 26 orang (100%)

dilakukan dua kali. Hasil pemeriksaan Hb pada ibu hamil di trimester tiga cukup

bervariasi. Masih terdapat 14 orang (53,85%) ibu dengan Hb < 10 gr %. Keadaan

ini akan menjadi penyulit saat terjadi komplikasi persalinan yaitu perdarahan.

Tabel 5.85 Distribusi Hasil KB, Golongan Darah, Biaya Persalinan, Buku KIA,
Jenis Komplikasi dan Penanganan Komplikasi pada kehamilan
terakhir Ibu Nifas sampai dengan 3 Bulan di Kabupaten Kupang
Tahun 2012
No Uraian Jumlah n = 26 Persentase (%)
1. Penggunaan KB:
Tidak KB 0 0
KB 26 100
2. Jenis Kontrasepsi yang
digunakan:
IUD 2 7,70
MOW 1 3,80
Implant 1 3,80
Suntik 14 53,80
Pil 1 3,80
MAL 7 26,90
3. Lama menjadi akseptor KB
(bln)
<12 3 11,54
12 -24 1 3,85
24 -48 3 11,54
48-60 2 7,69
> 60 2 7,69
Tidak tahu 15 57,69
4. Golongan darah:
A 4 15,40
AB 1 3,80
B 10 38,50
O 11 42,30

Disertasi PENGEMBANGAN PENDEKATAN “SOCIAL INA DEBORA R.L


ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
212

No Uraian Jumlah n = 26 Persentase (%)


5. Pendonor (orang)
2 6 23,08
>3 20 76,92
6. Persiapan biaya persalinan:
Tidak ada biaya khusus 18 69,20
Jampersal)
Tabulin 8 30,80
7. Buku KIA:
Tidak ada 1 3,80
Ada 25 96,20
8 Jenis Komplikasi:
Tidak ada komplikasi 24 92,30
Dirujuk 2 7,70
9. Penanganan Komplikasi:
Ada penanganan komplikasi 26 100,00
Tidak ada penanganan 0 0,00
komplikasi

Tabel 5.85 menjelaskan bahwa penggunaan KB oleh ibu setelah

melahirkan 26 orang (100,00%) menggunakan KB. sebagian besar 14 orang

(53,80%) adalah KB suntik. Lama ibu menjadi akseptor KB sebagian besar 15

orang (57,69%) tidak tahu. Hal ini perlu menjadi perhatian karena penggunaan

KB dapat membantu mencegah kehamilan sehingga tidak terjadi risiko dan

komplikasi pada kehamilan, persalinan dan nifas yang dapat menyebabkan

kematian ibu.

Golongan darah ibu sebagian besar O 11 orang (42,30%) dan B 10 orang

(38,50%). Keluarga dan ibu hamil sebagian besar 20 orang (76,92) menyiapkan

pendonor darah > 3 orang. Hal ini perlu mendapat perhatian karena pada ibu yang

mengalami perdarahan membutuhkan darah segera untuk meningkatkan Hb.

Peningkatan 1 mg % Hb membutuhkan darah sebanyak 250 cc. Dengan demikian

dibutuhkan persiapan pendonor > 5 orang.

Disertasi PENGEMBANGAN PENDEKATAN “SOCIAL INA DEBORA R.L


ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
213

Biaya persalinan ibu oleh sebagian besar ibu 18 orang (69,20%) tidak

mempunyai persiapan biaya khusus dan menggunakan jampersal yang disiapkan

oleh pemerintah pusat. Terdapat 8 orang (30,80 %) menyiapkan biaya persalinan

berupa tabungan ibu bersalin (tabulin), hal ini sangat membantu dalam perawatan

ibu saat melahirkan dan nifas. Sebagian besar ibu 25 orang (96,20%)

mendapatkan buku KIA yang berisi informasi tentang kesehatan ibu dan anak ;

perawatan selama hamil, melahirkan, nifas dan bayi balita. Ibu hamil sebagian

besar 24 orang (92,30%) tidak mengalami komplikasi kehamilan. Komplikasi

kehamilan yang dialami oleh ibu 2 orang (7,70%) langsung dirujuk ke RSUD

Prof W.Z Johannes Kupang untuk penanganan komplikasi.

Tabel 5.86 Distribusi Frekuensi Ibu Berdasarkan Akses ke Fasilitas Kesehatan


yang Memadai (Jarak Rumah, Jenis Transportasi dan Waktu
Tempuh) di Kabupaten Kupang Tahun 2012
No Uraian Jumlah n = 26 Persentase (%)
1. Jarak Rumah ke Faskes
< 1 km 4 15,38
1 - 2 km 5 19,23
> 2 km 17 65,38
2. Transportasi ;
Jalan kaki 5 19,20
Motor ojek 6 23,10
Kendaraan umum 7 26,90
Kendaraan pribadi 1 3,80
Ambulance/Pusling 7 26,90
3. Waktu tempuh (menit)
0 - 15 4 15,38
15 - 30 5 19,23
30 - 60 9 34,62
60 - 120 4 15,38
> 120 menit 4 15,38

Tabel 5.86 menunjukkan, jarak rumah ibu ke fasilitas kesehatan yang memadai

sebagian besar 17 orang (65,38 %) > 2 km. Transportasi yang digunakan

bervariasi dari jalan kaki, motor ojek, kendaraan umum, kendaraan pribadi dan

Disertasi PENGEMBANGAN PENDEKATAN “SOCIAL INA DEBORA R.L


ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
214

ambulance/pusling. Waktu tempuh ke fasilitas kesehatan yang memadai

bervariasi. 9 orang (34,62%) dengan waktu tempuh 30 - 60 menit. Tetapi masih

terdapat masing-masing4 orang (15,38%) dengan waktu tempuh 60 -120 menit

serta > 120 menit. Hal ini perlu diperhatikan dalam kaitannya dengan rujukan dini

berencana pada ibu hamil risiko tinggi agar tidak terjadi komplikasi lebih lanjut .

Mengingat waktu tempuh ini dapat sesuai apabila dilakukan pada musim kemarau.

Sedangkan pada musim hujan waktu tempuh menjadi lebih lama karena kesulitan

sarana transportasi karena keterbatasan transportasi pada daerah serta rusaknya

jalan raya.

Tabel 5.87 Distribusi Frekuensi Ibu Berdasarkan Gender di Kabupaten Kupang


Tahun 2012
No Uraian Jumlah n = 26 Persentase
(%)
1. Gender:
Kedudukan ibu dalam rumah:
Ibu rumah tangga 26 100,00
Ibu rumah tangga dan pencari nafkah 0 0,00
2. Pekerjaan rutin ibu (domestic):
Memasak 14 53,80
Berkebun 1 3,80
Memasak dan berkebun 1 3,80
Memasak dan timba air 7 26,90
Memasak, berkebun dan timba air 2 7,70
Lainnya 1 3,80
3. Pekerjaan di luar rumah (public)
Buruh tani 1 3,80
Petani 7 26,90
Lainnya (termasuk tidak bekerja) 18 69,20
4. Istirahat siang
Tidak pernah 2 7,70
Kadang-kadang 10 38,50
Sering 6 23,10
Selalu 8 30,80

Disertasi PENGEMBANGAN PENDEKATAN “SOCIAL INA DEBORA R.L


ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
215

Hasil Keputusan Pemanfaa- Partisi Control dalam ANC Pengelolaan


Jawaban jumlah tan ANC pasi pelayanan
Pertanyaan anak dalam bagi ibu
ANC
f % f % f % f % F %
1. Keputusan 1 3,80 1 3,80 1 3,80 1 3,80 1 3,80
suami
2. Keputusan 2 84,60 2 84,60 22 84,60 2 80,80 22 84,60
suami istri 2 2 1
3. Keputusan 2 7,70 2 7,70 2 7,70 2 7,70 2 7,70
sendiri
4. Keputusan 1 3,80 1 3,80 1 3,80 1 3,80 1 3,80
orang
tua/mertua
dan suami
istri
5 Lainnya - - - - - - 1 3,8 - -
(Too Huk)

Berdasarkan Tabel 5.87, kedudukan ibu dalam rumah tangga 26 orang

(100,00%) adalah ibu rumah tangga. Pekerjaan rutin (domestik) ibu 14 orang

(53,80%) adalah memasak. Pekerjaan di luar rumah (publik) terdapat 7 orang

(26,90%) sebagai petani, sebagian besar 18 orang (69,20%) tidak bekerja. Hal ini

akan membantu ibu untuk lebih memperhatikan dirinya dalam perawatan kehamilan.

Pola tidur ibu hamil sebagian besar 10 orang (38,50%) memiliki pola tidur siang

kadang-kadang, hal ini perlu mendapat perhatian karena tidur siang diperlukan oleh

ibu untuk pertumbuhan dan perkembangan janin dalam kandungannya.

Keputusan jumlah anak, pemanfaatan ANC, partisipasi dalam ANC,

control dalam ANC dan pengelolaan pelayanan bagi ibu secara berurutan:22

(84,60%); 22 (84,60%); 22 (84,60%); 21 (80%); 22 (84,60%) adalah merupakan

keputusan suami istri. Namun masih terdapat keputusan yang diambil oleh suami

saja, orang tua/mertua, maupun oleh Too Huk, hal ini akan memperlambat ibu

dalam proses rujukan jika terjadi komplikasi.

Disertasi PENGEMBANGAN PENDEKATAN “SOCIAL INA DEBORA R.L


ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
216

Tabel 5.88 Distribusi Frekuensi Ibu Berdasarkan Nilai Kepercayaan,


Pengetahuan, Sikap, Niat dan Self Efficacy di Kabupaten Kupang
Tahun 2012
No Uraian Jumlah n = 26 Persentase (%)
1. Nilai Kepercayaan:
Kurang 0 0
Cukup 11 42,30
Baik 15 57,70
2. Pengetahuan:
Kurang 0 0,00
Cukup 0 0,00
Baik 26 100
3. Sikap Afeksi:
Kurang 0 0,00
Cukup 11 42,30
Baik 15 57,70
4. Niat:
Kurang 1 3,80
Cukup 6 23,10
Baik 19 73,10
5. Self Efficacy:
Kurang 2 7,70
Cukup 16 61,50
Baik 8 30,80

Berdasarkan Tabel 5.88, nilai kepercayaan ibu tentang manfaat melakukan

ANC, persalinan dan nifas sebagian besar adalah cukup dan baik masing-masing

11 (42,30%) dan 15 (57,70%). Pengetahuan ibu tentang kehamilan, persalinan dan

nifas, sebagian besar 26 orang (100,00%) adalah baik. Sikap afeksi ibu terhadap

kehamilan, persalinan dan nifas sebagian besar adalah cukup dan baik masing-

masing 11 (42,30%) dan 15 (57,70%). Demikian halnya dengan niat ibu terhadap

kehamilan, persalinan dan nifas adalah cukup 16 (61,50%) dan baik 8 (30,80%).

Self Efficacy ibu sebagian besar adalah cukup dan baik, masing-masing 16

(61,50%), 8 (30,80%). Self Efficacy ibu yang cukup perlu ditingkatkan sehingga

ibu yakin untuk memanfaatkan pelayanan kesehatan yang ada K1, K4, melahirkan

Disertasi PENGEMBANGAN PENDEKATAN “SOCIAL INA DEBORA R.L


ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
217

di faskes, ditolong oleh nakes, melakukan kunjungan nifas serta mengikuti

keluarga berencana.

5.6.4 Faktor Institusional

Faktor Institusional yang diteliti adalah tenaga kesehatan di Puskesmas.

Adapun ketenagaan di Puskesmas Takari berdasarkan pendidikan dijelaskan pada

Table 5.89

Tabel 5.89 Distribusi Frekuensi Tenaga Kesehatan Berdasarkan Pendidikan


Puskesmas Takari Kabupaten Kupang, Tahun 2012
No Uraian Jumlah n = 39 Persentase (%)
1 Pendidikan
Non Kesehatan 19 48,72
Kesehatan 20 51,28
2 Kategori Pendidikan
SMA 18 46.15
SPK 6 15,38
D1 Bidan 3 7,69
D3 Keperawatan/AKPER 3 7,69
D3 Bidan 2 5,13
S1 Non Kesehatan
S1 Kesehatan Masyarakat 2 5,13
(FKM) 1 2,56
S1 Bidan 1 2,56
Dokter Umum 2 5,13
Dokter Gigi 1 2,56

Tabel 5.89 menunjukkan sebagian tenaga kesehatan di PuskesmasTakari

20 orang (51,28%) berpendidikan Kesehatan, untuk pendidikan non kesehatan

dengan kategori pendidikan terbanyak 18 orang (46,15%) adalah SMA. Dengan

demikian pemberian intervensi berupa pendidikan kesehatan dan pelatihan tidak

hanya diberikan kepada tenaga dengan pendidikan kesehatan saja tetapi juga

kepada tenaga dengan pendidikan non kesehatan.

Disertasi PENGEMBANGAN PENDEKATAN “SOCIAL INA DEBORA R.L


ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
218

5.6.5 Faktor Komunitas

Faktor Komunitas yang diteliti adalah TOMA, TOGA, Kader Kesehatan dan

Dukun. Seperti dijelaskan pada Table 5.76

Tabel 5.90 Distribusi Frekuensi TOMA, TOGA, Kader Kesehatan dan Dukun
Berdasarkan Jenis Kelamin, Peran, Pendidikan dan Masa kerja
diPuskesmas Takari Kabupaten Kupang, Tahun 2012
No Uraian Jumlah n = 32 Persentase (%)
1 Jenis Kelamin
Perempuan 25 78,10
Laki-laki 7 21,90
2 Peran di Komunitas
Kader 29 90,60
Dukun 3 9,40

Tabel 5.90 menunjukkan TOMA, TOGA, Kader Kesehatan dan Dukun di

Kecamatan Takari Kabupaten Kupang sebagian besar 25 orang (78,10%) adalah

perempuan dan 29 orang (90,60%) berperan sebagai kader. Dengan keberadaan

kader perempuan lebih banyak akan membantu dalam pelaksanaan “Kelas

Prenatal Care and Family” untuk mendampingi ibu hamil sampai masa nifas,

sebagai sahabat ibu serta membantu untuk deteksi faktor risiko kehamilan.

Pendidikan dan masa kerja yang bervariasi akan membantu dalam dinamika

kelompok serta proses pendidikan kesehatan tentang deteksi faktor risiko

menggunakan KSPR, rujukan dini berencana serta mengetahui tanda bahaya

kehamilan, persalinan dan nifas.

5.6.6 Analisis Bivariat

5.6.6.1 Faktor intra personal dan inter personal

Intervensi pendidikan kesehatan yang diberikan pada ibu hamil (intra

personal) dan keluarga (inter personal) dalam “Kelas Prenatal Care & Family”

sebanyak tiga kali pertemuan. Dilakukan analisis inferensial untuk melihat

Disertasi PENGEMBANGAN PENDEKATAN “SOCIAL INA DEBORA R.L


ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
219

pengaruh pemberian intervensi kepada ibu hamil. Sebelumnya dilakukan uji

normalitas. Uji normalitas untuk mengetahui apakah populasi berdistribusi normal

atau tidak. Menggunakan uji One Sample Kolmogorov Smirnov. Data dinyatakan

berdistribusi normal dan signifikansi apabila p > 0,05 (Trihendradi, 2005). Hasil

uji normalitas dilakukan pada hasil bedatest (selisih pretest dan posttest)

pertemuan I, II dan III “Kelas Prenatal Care & Family”, seperti pada Tabel 5.70

Tabel 5.91 Hasil uji One Sample Kolmogorov Smirnov Pretest dan Postest
tentang Pengetahuan Ibu hamil pada Pertemuan I, II dan III “Kelas
Prenatal Care & Family” di Kabupaten Kupang, Tahun 2012
Pengetahuan Mean ± SD Sig
Beda test I 58,461 ± 8,575 0,618
Beda test II 59,0385 ± 7,074 0,391
Beda test III 66,154 ± 5,711 0,196
*) signifikan p > α (α= 0,05 ) n = 26

Tabel 5.91 menunjukkan bahwa hasil bedatest pretest - posttest pertemuan

pertama, kedua dan ketiga signifikan (p >0,05), data berdistribusi normal. Dengan

demikian hasil pretest dan posttest pada pertemuan I dan II dapat dilanjutkan

dengan uji paired t test untuk mengetahui apakan ada pengaruh pemberian

pendidikan kesehatan pada ibu hamil dalam upaya penurunan angka kematian ibu.

Hasil Paired T test dapat dilihat pada Tabel 5.92

Tabel 5.92 Hasil uji Paired t Test Pretest dan Postest tentang Pengetahuan Ibu
hamil pada Pertemuan I, II dan III “Kelas Prenatal Care and
Family” di Kabupaten Kupang, Tahun 2012
Pengetahuan Mean ± SD Sig
Pretest I 24,61 ± 10,66 <0,001 r = 0,597
Posttest I 83,07 ± 6,93 (p = 0,001)
Pretest II 26,92 ± 8,37 <0,0001 r = 0,736
Posttest II 85,96 ± 10,39 (p < 0,0001)**
Pretest III 26,73 ± 7,60 <0,0001 r = 0,734
Posttest III 92,88 ± 8,02 (p < 0,0001)**
*) signifikan p < α (α = 0,05 ) n = 26
** sangat signifikan p < 001

Disertasi PENGEMBANGAN PENDEKATAN “SOCIAL INA DEBORA R.L


ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
220

Tabel 5.92 menunjukan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan pada

masing-masing pertemuan “Kelas Prenatal Care and Family” (p < α) dengan kuat

korelasi pretest I dan posttest I 59,70%, pretest II dan posttest II 73,60%, pretest III

dan posttest III 73,40%.

5.6.6.2 Faktor institusional

Intervensi pendidikan kesehatan diberikan kepada petugas kesehatan di

Puskesmastentang tanda bahaya kehamilan serta pengenalan faktor risiko dan

deteksi dini ibu hamil risiko tinggi dalam rangka rujukan dini berencana,

menggunakan KSPR dan pedoman Depkes RI. Sebelum diberikan intervensi

kepada peserta dilakukan pretest dan setelah intervensi dilakukan posttest lagi

tentang materi yang sama pada pretest.

Pengaruh pemberian intervensi pada petugas kesehatan dilakukan uji

statistik inferensial pada pengetahuan petugas kesehatan hasil pretest dan posttest,

Sebelum dilakukan uji, terlebih dilakukan uji normalitas data menggunakan

ujiOne Sample Kolmogorov Smirnov. Data dinyatakan berdistribusi normal dan

signifikansi apabila p > 0,05 (Trihendradi, 2005). Hasil uji normalitas pada

variabel pengetahuan petugas kesehatan bedatest (selisih pretest dan posttest),

seperti pada Tabel 5.93

Tabel 5.93 Hasil uji One Sample Kolmogorov Smirnov Bedatest Pretest dan
Postest Pengetahuan tentang Deteksi Faktor Risiko pada Petugas
Kesehatan di Kabupaten Kupang, Tahun 2012
Pengetahuan Mean ± SD Sig
Beda Test 54,861 ± 10,986 0,002**
*) signifikan p > α (α = 0,05 ) n = 36
** sangat signifikan p < 001

Disertasi PENGEMBANGAN PENDEKATAN “SOCIAL INA DEBORA R.L


ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
221

Tabel 5.93 menunjukkan bahwa data bedatest antara pretest dan postest

tidak berdistribusi normal (p = 005 < α ). Dengan demikian uji yang sesuai untuk

mengetahui pengaruh intervensi terhadap penurunan AKI adalah uji wilcoxon,

dengan hasil signifikan 0,0001.

Untuk melihat perbedaan pengetahuan antara petugas kesehatan yang

berpendidikan non kesehatan dengan yang berpendidikan kesehatan menggunakan

uji Mann Whitney seperti pada Tabel 5.94.

Tabel 5.94 Hasil uji Mann Whitney Pretest, Postest dan Bedatest Pengetahuan
tentang Deteksi Faktor Risiko pada Petugas Kesehatan berdasarkan
Pendidikan Non Kesehatan dan Pendidikan Kesehatan di Kabupaten
Kupang, Tahun 2012
Pendidikan n Mean Rank Sig
Pretest: Pendidikan Non Kesehatan 19 11,16 < 0,0001**
Pendidikan dibidang Kesehatan 17 26,71
Postest: Pendidikan Non Kesehatan 19 10,34 < 0,0001**
Pendidikan dibidang Kesehatan 17 27,62
Bedatest (selisih Postest dan pretest)
Pendidikan Non Kesehatan 19 24,47 <0,0001**
Pendidikan dibidang Kesehatan 17 11,82
*) signifikan p > α (α = 0,05 ) n = 36
** sangat signifikan p < 001

Tabel 5.94 menunjukkan bahwa mean rank pretest dan postest petugas

kesehatan dengan pendidikan kesehatan (26,71 dan 27,62) lebih tinggi dari petugas

kesehatan dengan pendidikan non kesehatan (11,16 dan 10,34). Namun pada bedatest

(selisih postest dan pretest) ternyata mean rank 24,47 lebih tinggi adalah petugas

kesehatan dengan pendidikan non kesehatan. Dengan demikian diketahui proses

belajar pada pendidikan kesehatan dapat meningkatkan pengetahuan petugas

kesehatan berpendidikan non kesehatan tentang tanda bahaya kehamilan serta

pengenalan faktor risiko dan deteksi dini ibu hamil risiko tinggi dalam rangka rujukan

dini berencana menggunakan KSPR dan pedoman Depkes RI.

Disertasi PENGEMBANGAN PENDEKATAN “SOCIAL INA DEBORA R.L


ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
222

5.6.6.3 Faktor komunitas

Intervensi pendidikan kesehatan diberikan kepada TOMA, TOGA, Kader

Kesehatan dan Dukun tentang tanda bahaya kehamilan serta pengenalan faktor

risiko dan deteksi dini ibu hamil risiko tinggi dalam rangka rujukan dini

berencana, menggunakan KSPR dan pedoman Depkes RI. Sebelum diberikan

intervensi kepada peserta dilakukan pretest dan setelah intervensi dilakukan

posttest lagi tentang materi yang sama pada pretest.

Pengaruh pemberian intervensi untuk TOMA, TOGA, Kader Kesehatan

dan Dukun dilakukan uji statistik inferensial pada pengetahuannya, hasil pretest

dan posttest, Sebelum dilakukan uji, terlebih dilakukan uji normalitas data

menggunakan uji One Sample Kolmogorov Smirnov. Data dinyatakan

berdistribusi normal dan signifikansi apabila p > 0,05 (Trihendradi, 2005). Hasil uji

normalitas pada variabel pengetahuan TOMA, TOGA, Kader Kesehatan dan

Dukun pretest dan posttest, seperti pada Tabel 5.95

Tabel 5.95 Hasil uji One Sample Kolmogorov Smirnov Pretest dan bagi TOMA,
TOGA, Kader Kesehatan dan Dukun di Kabupaten Kupang, Tahun
2012
Pengetahuan Mean Standar Deviasi Sig
Pretest 22,96 6,20 0,014
Posttest 85 5,82 0,094*
*) signifikan p > α (α = 0,05 ) n = 32

Tabel 5.95 menunjukkan bahwa data pretest tidak berdistribusi normal (p = 0,011 <

α ). Sedangkan data posttest berdistribusi normal ( p = 0,080 > α ). Dengan

demikian uji yang sesuai untuk mengetahui pengaruh intervensi terhadap

penurunan AKI adalah uji wilcoxon, dengan hasil signifikan < 0,0001.

Disertasi PENGEMBANGAN PENDEKATAN “SOCIAL INA DEBORA R.L


ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Halaman


__________________________________________________________________
Lampiran 1 Penjelasan Informasi Penelitian 376
Lampiran 2 Persetujuan setelah Penjelasan (Informed Consent) 378
Lampiran 3 Keterangan Kelaikan Etik 380
Lampiran 4 Surat Izin Studi Pendahuluan Universitas Airlangga 381
Lampiran 5 Surat Izin Penelitian Universitas Airlangga 382
Lampiran 6 Surat Izin Penelitian Universitas Airlangga 383
Lampiran 7 Surat Izin Penelitian Pemerintah Kabupaten Kupang 384
Lampiran 8 Daftar Variabel Penelitian 385
Lampiran 9 Kuesioner Penelitian 387
Lampiran 10 Hasil Analisis Statistik 412
Lampiran 11 Soal Pretes dan Postes untuk Ibu Hamil, Keluarga,
TOMA, TOGA, Kader Kesehatan, Dukun dan
Petugas Kesehatan 443
Lampiran 12 Leaflet Materi “Kelas Prenatal and Family” 444
Lampiran 13 Kartu Skor Poedji Rochjati (KSPR)
Lampiran 14 Rundown Pelatihan Kelas Prenatal Care and Family
Pertemuan Pertama
Lampiran 15 Rundown Pelatihan Kelas Prenatal Care and Family
Pertemuan Kedua
Lampiran 16 Rundown Pelatihan Kelas Prenatal Care and Family
Pertemuan Ketiga

xxxiv
Disertasi PENGEMBANGAN PENDEKATAN “SOCIAL INA DEBORA R.L
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

DAFTAR SINGKATAN

AIDS : Aquired Imuno Deficiency Syndrome


ANC : Ante Natal Care/ Perawatan Sebelum Melahirkan (selama
hamil)
AKI : Angka Kematian Ibu
APN : Asuhan Persalinan Normal
Bappenas : Badan Perencanaan Pembangunan Nasional
BB : Berat Badan
BT : Bujur Timur
CI : Confidence Interval
CD/VCD : Compact Disk/Video Compact Disk
CFI : Comparative Fit Index
CN : Critical N
Depkes RI : Departemen Kesehatan Republik Indonesia
Dinkes Kab Kupang : Dinas Kesehatan Kupang
DM : Diabetes Mellitus
ECVI : Expected Cross Validation Index
EXP B : Exponensial Beta
Fe : Ferum (Zat Besi)
GFI : Goodness of Fit Index
GSI : Gerakan Sayang Ibu
HBM : Health Believe Model
HIV : Human Immunodeficiency Virus
IBM : Integrated Behavioral Model
ICD : International Statistical Classification of Diseases
IFI : Incremental Fit Index
KIA : Kesehatan Ibu dan Anak
K1 : Kunjunga Pertama
K4 : Kunjungan 4 kali
KB : Keluarga Berencana
KEK : Kurang Energi Kalori
Kemenkes RI : Kementian Kesehatan Republik Indonesia
KF : Kunjungan Nifas
KH : Kelahiran Hidup
KN : Kunjungan Neonatal
KSPR : Kartu Skor Poedji Rochjati
LS : Lintang Selatan
MDG‘S : Millenium Development Goal‟s
MNH : Maternal Neonatal Health
MPS : Making Pregnancy Saver
NCP : Non centrality Parameter
NFI : Normed Fit Index
NNFI : Non Normed Fit Index
NGO‘s : Non Governmental Organization

xxxv
Disertasi PENGEMBANGAN PENDEKATAN “SOCIAL INA DEBORA R.L
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

NTT : Nusa Tenggara Timur


OR : Odds Ratio
P4K : Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi
PBB : Perserikatan Bangsa-Bangsa
PBC : Perceived Behavioral Control
PGFI : Parsimony Goodness of Fit Index
PNFI : Parsimony Normed Fit Index
PK : Penanganan Komplikasi
PKD : Pelayanan Kesehatan Dasar
PN : Pertolongan Nakes
PNC : Post Natal Care/ Perawatan sesudah Melahirkan
PONED : Penanganan Obstetri Neonatal Emergency Dasar
PONEK : Penanganan Obstetri Neonatal Emergency Komprehensif
PPGDON : Pertolongan Pertama Gawat Darurat Obstetri Neonatal
RATER : Reliability, Assurance, Tangibles, Emphaty,
Responsiveness
RFI : Relative Fit Index
RMR : Root Mean Square Residual
RS : Rumah Sakit
SDKI : Survey Demografi Kesehatan Indonesia
SEM : Structural Equation Modelling (Model Persamaan
Struktural)
TAD : Tidak Ada Data
TB : Tuberkulosis
TOGA : Tokoh Agama
TOMA : Tokoh Masyarakat
TPB : The Theory ofPlanned Behavior
TRA : The Theory of Reasoned Action
TTS : Timur Tengah Selatan
TTU : Timur Tengah Utara
UNICEF : The United Nations Children's Fund
UPTD : Unit Pelaksana Teknis Dinas
WHO : World Health Organization

xxxvi
Disertasi PENGEMBANGAN PENDEKATAN “SOCIAL INA DEBORA R.L
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

BAB 6

PEMBAHASAN

6.1 Penelitian Tahap I Penurunan Angka Kematian Ibu Berdasarkan


Indikator Pelayanan Kesehatan ibu (K1, K4, Tempat Persalinan,
Penolong Persalinan, KF dan KB) di Kabupaten Kupang, NTT

Angka kematian ibu di Nusa Tenggara Timur telah mengalami penurunan

secara bertahap sejak tahun 2007 (306%ooo KH) mengalami penurunan menjadi

176 %ooo KH pada tahun 2012 dengan rata-rata penurunan AKI pertahun adalah 26

%ooo KH. Apabila AKI mengalami penurunan rata-rata 26 %ooo KH setiap

tahunnya maka pada tahun 2015, AKI di NTT dapat menurun mencapai 98 %ooo

KH. Dengan demikian dapat memberikan sumbangsih mengurangi kesenjangan dan

membantu pencapaian target nasional ; MDGs tahun 2015 sebesar 102 %ooo KH.

Di Kabupaten Kupang, AKI juga mengalami penurunan, tahun 2007 ke

tahun 2009 dari AKI 379 %ooo KH menjadi 281 %ooo KH. Pada tahun 2010 AKI

menjadi 213,87%ooo KH. Kemudian pada tahun 2011 AKI 196,05%ooo KH pada

tahun 2012 mengalami penurunan menjadi 127,94 %ooo KH.

Berdasarkan data ini diketahui bahwa penurunan AKI di Kabupaten

Kupang dari tahun ke tahun cukup bervariasi dan berfluktuasi. Penurunan AKI

pada tahun 2007 ke Tahun 2009 rata-rata pertahun 49 %ooo KH, kemudian dari

tahun 2009 ke tahun 2010 rata-rata penurunan AKI meningkat menjadi 67,13

%ooo KH pertahun. Namun pada tahun 2010 ke tahun 2011 AKI menurun 17,82

%ooo KH dari sebelumnya. Kemudian pada tahun 2011 ke tahun 2012 AKI

mengalami penurunan 68,11 %ooo dari tahun sebelumnya. Ini menunjukkan

223

Disertasi PENGEMBANGAN PENDEKATAN “SOCIAL INA DEBORA R.L


ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
224

bahwa pada tahun 2011 upaya penurunan AKI lebih diperhatikan dari sebelumnya

sehingga terjadi akselerasi penurunan AKI.

Mencermati kembali data pada Tabel 5.5 sebelumnya, Kecamatan Takari

dalam hal ini Puskesmas Takari pada tahun 2011 menyumbang kematian ibu

sebanyak 2 orang. Namun pada tahun 2012 tidak ada kematian ibu hamil

melahirkan maupun ibu nifas di Kecamatan Takari. Hal ini dapat terjadi karena

berbagai faktor yang berpengaruh terhadap pelayanan kesehatan ibu. Salah

satunya adalah melalui Pengembangan Pendekatan Social Ecological Model of

Health Behaviour” untuk Penurunan AKI di Kabupaten Kupang dengan

intervensi yang dilakukan oleh peneliti pada faktor intrapersonal, interpersonal,

institusional dan komunitas.

Pada faktor intrapersonal, intervensi yang dilakukan oleh peneliti adalah

mengajak ibu hamil untuk rajin memeriksakan kehamilannya ke Puskesmas.

Kegiatan yang dilakukan adalah bersama Kepala Puskesmasmelalui rapat bulanan

dan mini loka karya di puskesmas, peneliti meminta agar setiap bidan atau

petugas kesehatan bekerja sama dengan kader dan dukun untuk menemukan ibu

hamil K1 Murni (0 -14 minggu). Di masyarakat bidan membentuk kelompok

pendampingan untuk memberdayakan ibu. Kerjasama dengan kader dan dukun ini

sangat membantu karena ibu berada di masyarakat. Orang pertama yang

mengetahui ibu hamil adalah dirinya sendiri, serta kehamilan ini tentunya akan

diberitahukan kepada orang yang paling dekat dengan ibu hamil adalah suami dan

keluarga. Di masyarakat, orang yang paling berkompeten selain aparat desa dan

bisa memiliki akses dekat dengan keluarga untuk mendapatkan informasi tentang

Disertasi PENGEMBANGAN PENDEKATAN “SOCIAL INA DEBORA R.L


ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
225

ibu hamil adalah kader atau dukun. Berdasarkan kesepakatan ini ditemukan ibu

hamil dengan K1 murni. Kegiatan selanjutnya, ibu hamil dan keluarga serta kader

dan petugas yang menemukan ibu hamil ikut dalam Kelas Prenatal Care and

Family”.

Pada faktor interpersonal, peneliti memberikan kesempatan kepada

keluarga ibu hamil untuk mengikuti minimal 1 kali pertemuan dari 3 kali

pertemuan pada Kelas Prenatal Care and Family” untuk mendapatkan informasi

tentang perawatan bagi ibu hamil, melahirkan dan nifas serta perawatan bayi baru

lahir.

Pada faktor institusional, peneliti melakukan transfer pengetahuan kepada

Bidan, Perawat dan Petugas Puskesmas dalam melakukan screening faktor risiko

pada ibu hamil dengan menggunakan Kartu Skor Podji Rochjati (KSPR) dan

pedoman Depkes RI. Peneliti bersama bidan melaksanakan pertemuan Kelas

Prenatal Care and Family” bagi ibu hamil dan keluarga. Bidan juga dikutsertakan

pada pelatihan untuk Tokoh Masyarakat, Tokoh Agama, Kader dan Dukun.

Pada faktor komunitas, peneliti melakukan transfer pengetahuan lewat

pendidikan kesehatan untuk Tokoh Masyarakat, Tokoh Agama, Kader dan Dukun

tentang tanda bahaya kehamilan serta deteksi faktor risiko oleh masyarakat

menggunakan Kartu Skor Podji Rochjati dan pedoman Depkes RI.

Intervensi yang dilakukan pada berbagai level ini mulai dari ibu hamil,

keluarga, petugas kesehatan serta masyarakat dapat membantu menurunkan angka

kematian ibu. Untuk menjaga penurunan angka kematian ibu bisa berhasil dengan

baik maka kegiatan intervensi yang telah dilakukan, harus diadopsi dan dilakukan

Disertasi PENGEMBANGAN PENDEKATAN “SOCIAL INA DEBORA R.L


ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
226

secara berkesinambungan oleh Puskesmasdan Dinas Kesehatan Kabupaten

Kupang agar dapat membantu penurunan AKI di Kabupaten Kupang. Penurunan

AKI di kabupaten Kupang dapat memberikan berkontribusi untuk AKI di NTT.

Dengan demikian, target penurunan AKI secara nasional dapat tercapai serta

target MDGs ke- 5 ; meningkatkan kualitas kesejahteraan ibu melahirkan dengan

indicator AKI 102 %ooo KH pada tahun 2015 juga dapat tercapai.

6.1.1 Indikator output pelayanan kesehatan ibu untuk penurunan angka


kematian ibu

Penurunan Angka kematian Ibu (AKI) pada penelitian ini diukur melalui

indikator output penurunan AKI yaitu: K1, K4, Tempat persalinan, Pertolongan

Nakes (PN), Kunjungan Nifas (Kf) dan Keluarga berencana (KB).

6.1.1.1 Indikator K1

Hasil penelitian menunjukkan Kabupaten Kupang pada tahun 2012,

cakupan K1 110,77 %, meningkat dibandingkan dengan tahun sebelumnya 2011

96,53%. melebihi target cakupan 2012 yaitu 97%. Hal ini terjadi karena salah satu

kontribusi dari peningkatan cakupan K1 di daerah intervensi peneliti, Puskesmas

Takari, Kecamatan Takari Kabupaten Kupang. Disamping faktor lain yang ikut

berpengaruh adalah strategi revolusi KIA pemerintah daerah Nusa Tenggara

Timur yang diterapkan di Kabupaten Kupang.

Kunjungan pertama ibu hamil ke fasilitas kesehatan yang memadai dalam

cakupan ini menggunakan indikator K1 akses. Artinya kunjungan K1 yang

dimaksud adalah kunjungan ibu pertama kali ke Puskesmastanpa melihat usia

kehamilan ibu. Bukan kunjungan K1 murni yaitu kunjungan pertama kali ibu

hamil ke fasilitas kesehatan yang memadai pada usia kehamilan 0 - 14 minggu.

Disertasi PENGEMBANGAN PENDEKATAN “SOCIAL INA DEBORA R.L


ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
227

Hasil penelitian yang dilakukan di Kabupaten Kupang pada tahun 2011, K1 murni

adalah 51,6%. Hasil penelitian pada PuskesmasTakari, 100% ibu hamil yang

dilakukan intervensi melakukan K1 murni. Hal ini terjadi karena peneliti

melakukan penemuan ibu hamil langsung oleh masyarakat melalui bidan desa dan

kader kesehatan/dukun di wilayah kecamatan Takari.

Cakupan K1 murni di Kabupaten Kupang khususnya Kecamatan Takari

100% akan tetap dipertahankan apabila mekanisme penemuan ibu hamil ini

menjadi suatu kebiasaan di Puskesmas maupun masyarakat. Masyarakat

diharapkan untuk tetap care terhadap ibu hamil dan menjadi sahabat ibu hamil

termasuk bidan maupun petugas kesehatan. Penemuan ibu hamil dapat dilakukan

dengan baik apabila bidan memiliki data Pasangan Usia Subur (PUS),

menggunakan format data PWS KIA. Data ini akan membantu bidan untuk

mamantau kapan ibu mulai hamil. Pada setiap kunjungan ke posyandu data ini

terus di update dengan menanyakan pada Kepala Desa, Kader Kesehatan atau

Dukun. Pada akhirnya saat ibu mengetahui dirinya terlambat datang bulan, Ibu

akan datang sendiri ke Posyandu dengan senang hati untuk memeriksakan diri

dan memastikan kehamilannya, karena ibu merasa memiliki sahabat di Posyandu

yang peduli terhadap kesehatan dan kesejahteraannya. Pada kunjungan K1 ini oleh

bidan ibu dapat dianjurkan untuk mengikuti “Kelas Prenatal Care and Family”

yang dapat memberikan transfer pengetahuan, sikap, keterampilan serta

identifikasi nilai positif dalam kelompok Bersama ibu hamil dan Petugas

kesehatan.

Disertasi PENGEMBANGAN PENDEKATAN “SOCIAL INA DEBORA R.L


ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
228

Pada “Kelas Prenatal Care and Family” pertemuan pertama ibu hamil

akan mengetahui tentang apa itu “Kelas Prenatal Care and Family”, perkenalan

peserta, curah pendapat, diskusi dan ceramah tentang materi pertemuan I yaitu:

(1) kehamilan, perubahan tubuh dan keluhan selama hamil, yang menjelaskan

tentang pengertian kehamilan, perubahan tubuh ibu selama kehamilan, keluhan

umum saat hamil dan caramengatasinya (kram kaki, wasir dan nyeripinggang,

apa saja yang perlu dilakukan ibu hamil, pengaturan gizi ibu hamil termasuk

pemberiantablet tambah darah untuk penanggulangan anemia. (2) Perawatan

kehamilan meliputi ; kesiapan psikologis menghadapi kehamilan, hubungan suami

istri selama kehamilan, obat yang boleh dan tidak bolehdikonsumsi oleh ibu

hamil, tanda bahaya kehamilan, serta Perencanaan Persalinan dan Pencegahan

Komplikasi (P4K). Pertemuan ini membutuhkan waktu 75 menit diatur dalam

suasana santai dan menyenangkan bagi ibu hamil, dengan tetap memperhatikan

kondisi dan keluhan ibu hamil. Pertemuan kelas ibu hamil ini diberikan pada usia

kehamilan 12-16 minggu dimana ibu sudah tidak mengalami keluhan mual

muntah akibat peningkatan hormon progesterone pada awal kehamilan trimester I.

Selanjutnya pada trimester II ibu mengikuti pertemuan “Kelas Prenatal

Care and Family”. Pada pertemuan ini, ibu dapat mengetahui tentang : (1)

Persalinan; tanda persalinan, tanda bahaya pada persalinan, proses persalinan,

Inisiasi Menyusu Dini (IMD). (2) Perawatan Nifas : Pemberian ASI Eksklusif

(Posisi menyusui yang benar, melekat dengan benar dan bayi mengisap dengan

efektif, massage untuk memperlancar ASI serta bagaimana kiat ibu menyusui di

tempat umum), perawatan ibu nifas, tanda bahaya dan penyakit pada ibu nifas

Disertasi PENGEMBANGAN PENDEKATAN “SOCIAL INA DEBORA R.L


ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
229

serta KB pasca salin. Pada pertemuan ini ibu hamil diberi kesempatan belajar

mendemontrasikan kembali tentang posisi menyusui yang benar, melekat dengan

benar serta kiat ibu menyusui di tempat umum). Diakhir pertemuan “Kelas

Prenatal Care and Family”, ibu hamil diberitahu jadual kunjungan berikutnya

termasuk pertemuan III “Kelas Prenatal Care and Family” pada trimester III saat

kunjungan K4.

Pada pertemuan I dan II “Kelas Prenatal Care and Family” dapat

membantu ibu untuk melakukan perawatan diri selama hamil dengan baik agar

tidak terjadi komplikasi kehamilan yang berakibat pada kematian ibu hamil. Ibu

dan keluarga dapat merencanakan persalinan di fasilitas kesehatan yang memadai,

ditolong oleh petugas kesehatan yang terampil.

6.1.1.2 Indikator K4

Cakupan K4 di Kabupaten Kupang berdasarkan data dari Dinkes

Kabupaten Kupang pada tahun 2012 mengalami peningkatan dari tahun

sebelumnya 86,06% menjadi 97,1%. Sementara Provinsi NTT pada tahun 2012

cakupan K4 adalah 67, 63%. Masih rendah dibandingkan dengan target pada

tahun 2012 adalah 90%. Hasil penelitian yang dilakukan di Kabupaten Kupang

pada tahun 2011, K4 adalah 50,8%. Hasil penelitian pada PuskesmasTakari,

100% ibu hamil yang dilakukan intervensi melakukan K4. Hal ini terjadi karena

ibu hamil diberikan penjelasan untuk kembali melakukan kunjungan ulang pada

bulan berikutnya atau pada kapan saja ibu hamil membutuhkan Kelas Prenatal

Care and Family pelayanan kesehatan. Ibu hamil juga mengikuti “Kelas Prenatal

Disertasi PENGEMBANGAN PENDEKATAN “SOCIAL INA DEBORA R.L


ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
230

Care and Family”sehingga ibu hamil sudah diberitahu jadual pertemuan III untuk

“Kelas Prenatal Care and Family”

Pertemuan III “Kelas Prenatal Care and Family” dilakukan saat

kunjungan K4. Pada pertemuan ini, ibu dapat mengetahui tentang ; (1) Perawatan

bayi meliputi: Perawatan Bayi Baru Lahir (BBL), pemberian Vitamin K1 injeksi

pada BBL, tanda bahaya BBL, pengamatan perkembangan bayi/anak, pemberian

imunisasi pada BBL (2) Mitos : Penggalian dan pelurusan mitos yang berkaitan

dengan kesehatan ibu dan anak (3) Penyakit Menular Infeksi Menular Seksual

(IMS), informasi dasar HIV/AIDS, pencegahan dan penanganan malaria pada

ibu hamil. (4) Akte Kelahiran : Pentingnya akte kelahiran. Dengan pertemuan

“Kelas Prenatal Care and Family” selama 3 kali ibu sudah mendapatkan cukup

informasi, pengetahuan dan keterampilan dalam merawat dirinya sendiri serta siap

melahirkan di fasilitas kesehatan yang memadai ; Puskesmas atau Rumah sakit,

sehingga ibu dan bayi selamat.

6.1.1.3 Indikator tempat persalinan

Cakupan tempat persalinan di fasilitas kesehatan yang memadai,

berdasarkan data dari Dinkes Kabupaten Kupang pada tahun 2012, Kabupaten

Kupang mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya 59,75% menjadi

72,46%, masih rendah dibandingkan dengan cakupan tempat persalinan di fasilitas

kesehatan yang memadai Provinsi NTT pada tahun 2012 adalah 81,63%. Target

nasional pada tahun 2012 adalah 90%. Hasil penelitian yang dilakukan di

Kabupaten Kupang pada tahun 2011, persalinan yang dilakukan di fasilitas

kesehatan yang memadai masih rendah; 57,9%. Hasil penelitian pada

Disertasi PENGEMBANGAN PENDEKATAN “SOCIAL INA DEBORA R.L


ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
231

PuskesmasTakari, 88,5% ibu hamil yang dilakukan intervensi melakukan

persalinan di fasilitas kesehatan yang memadai.

Di Provinsi NTT, khususnya di Kabupaten Kupang, setiap individu bebas

dari biaya pengobatan di Puskesmas. Ibu hamil yang melahirkan disiapkan

jampersal sehingga ibu tidak perlu membayar biaya pertolongan persalinannya.

Namun kenyataan di lapangan membuktikan bahwa cakupan persalinan di fasilitas

kesehatan yang memadai masih rendah. Ibu hamil yang melakukan persalinan di

fasilitas kesehatan yang memadai karena selalu diingatkan oleh bidan maupun

kader/dukun untuk melahirkan di fasilitas kesehatan yang memadai. Kepada ibu

hamil disampaikan bahwa komplikasi persalinan dapat terjadi pada setiap ibu

hamil termasuk ibu hamil yang sudah discreening tidak ada faktor risiko, masih

terdapat 10 -15 % kehamilan yang akan mengalami komplikasi seperti

perdarahan dan persalinan macet (Widjono, 2008). Kejadian komplikasi sukar

dihindari namun kematian ibu dapat dihindari apabila mendapatkan pelayanan

medis yang cepat dan tepat dengan Sectio. Untuk itu perlu perencanaan semua

persalinan di lakukan di fasilitas kesehatan yang memadai. Dengan demikian

persalinan di fasilitas kesehatan yang memadai dapat membantu menurunkan

angka kematian ibu di kabupaten kupang.

6.1.1.4 Indikator PN

Cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan (PN), berdasarkan

data dari Dinkes Kabupaten Kupang pada tahun 2012, Kabupaten Kupang

mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya 76,41 menjadi 86,13 masih rendah

dibandingkan dengan cakupan PN di Provinsi NTT pada tahun 2012 adalah 87,71

Disertasi PENGEMBANGAN PENDEKATAN “SOCIAL INA DEBORA R.L


ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
232

%. Target nasional pada tahun 2012 adalah 90%. Hasil penelitian yang dilakukan

di Kabupaten Kupang pada tahun 2011, persalinan yang ditolong oleh tenaga

kesehatan 80,2,9%. Hasil penelitian pada PuskesmasTakari, 100% ibu hamil yang

dilakukan intervensi melakukan persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan yang

kompeten.

Pertolongan persalinan dilakukan oleh tenaga kesehatan yang memadai di

fasilitas kesehatan yang memadai pula hal ini karena apabila terjadi komplikasi

seperti perdarahan dapat segera ditangani. Karena Petugas kesehatan sudah

dibekali dengan pengetahuan dan keterampilan yang memadai dalam mengatasi

perdarahan. Keputusan dan tindakan cepat segera dapat di ambil termasuk

melakukan prosedur invasif pengobatan maupun operasi untuk mengatasi

komplikasi persalinan seperti perdarahan maupun partus macet. Mengingat

kematian ibu banyak terjadi akibat perdarahan. Rata-rata lama waktu sejak

terjadinya komplikasi perdarahan sampai meninggal bila tidak ada tindakan

adalah 2 jam pada perdarahan setelah melahirkan dan 12 jam pada perdarahan

sebelum melahirkan (Unicef, 1992 dalam Widjono, 2008). Dengan demikian

sangat penting untuk melahirkan di fasilitas kesehatan yang memadai dan ditolong

oleh tenaga kesehatan yang terampil.

6.1.1.5 Indikator Kf

Cakupan Kf tiga kali di Kabupaten Kupang berdasarkan data dari Dinkes

Kabupaten Kupang pada tahun 2012 mengalami peningkatan dari tahun

sebelumnya 76,83% menjadi 91,81%. Sementara Provinsi NTT pada tahun 2012

cakupan Kf adalah 70,89 %. Masih rendah dibandingkan dengan target pada tahun

Disertasi PENGEMBANGAN PENDEKATAN “SOCIAL INA DEBORA R.L


ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
233

2012 adalah 90%. Hasil penelitian yang dilakukan di Kabupaten Kupang pada

tahun 2011, Kf adalah 46 %. Hasil penelitian pada PuskesmasTakari, 26 orang

(100%) ibu hamil yang dilakukan intervensi dilakukan Kf oleh Petugas kesehatan

maupun ibu nifas datang berkunjung ke Puskesmas.

Kunjungan nifas, berdasarkan definisi operasionalnya menurut Pedoman

revolusi KIA Dinas Kesehatan Provinsi NTT (2010) adalah:Kegiatan kunjungan

pada ibu pasca melahirkan di Puskesmasmaupun rumah ibu melahirkan yang

dilakukan oleh Petugas Kesehatan (Bidan, Perawat/Dokter) yang diberikan pada

ibu mulai 6 jam sampai 42 hari pasca persalinan oleh tenaga kesehatan sebanyak

3 kali: Kunjungan nifas pertama (Kf 1) pada masa 6 jam setelah persalinan sampai

7 hari; Kunjungan nifas ke dua (Kf 2) hari ke 8 sampi hari ke 14 setelah

persalinan ; Kunjungan nifas ke tiga (Kf 3) hari ke 15 sampai hari ke 42 setelah

persalinan. Melakukan Kf ke rumah. Kunjungan nifas ini dilakukan oleh Petugas

Kesehatan ke rumah ibu dengan harapan dapat memberikan pelayanan kesehatan

kepada ibu dan keluarga, memastikan ibu sudah dapat mempraktekkan

keterampilannya sewaktu mengikuti “Kelas Prenatal Care and Family”. Seperti

posisi menyusui yang benar, bayi melekat dengan benar pada waktu menyusui

serta mengisap dengan efektif. Petugas kesehatan bersama ibu memandikan bayi

dan merawat tali pusat. Petugas kesehatan dapat memastikan perilaku ibu di

rumah dalam memenuhi kebutuhan gizi ibu menyusui serta memenuhi kebutuhan

psikologis ibu dalam menjalani periode taking in, taking hold dan letting go

dalam masa nifas. Kehadiran Petugas merupakan sebagai bentuk incentive yang

Disertasi PENGEMBANGAN PENDEKATAN “SOCIAL INA DEBORA R.L


ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
234

diberikan kepada ibu nifas dan keluarga. Pada saat kunjungan nifas, Petugas dapat

membantu ibu dalam pelayanan kesehatan yang dibutuhkan oleh ibu dan keluarga.

Kecenderungan ibu melahirkan memilih dukun untuk pertolongan

persalinannya karena pelayanan yang diberikan oleh dukun sangat komprehensif.

Mulai dari memandikan ibu dengan air panas/ tatobi‖, memandikan bayi sampai

memberikan ramuan atau obat kampung dengan penuh perhatian dan senang hati.

Dukun juga memberikan nasehat sesuai dengan pengetahuan yang diterimanya

turun temurun sebagai suatu kebiasaan yang harus dijalankan oleh ibu nifas. Hal ini

tentunya dapat dilakukan oleh bidan maupun petugas kesehatan dengan baik karena

memiliki kemampuan professional, apabila petugas kesehatan menyadari tugas

dan tanggung jawabnya. Petugas empathi dan responsive terhadap kebutuhan

ibu dalam pelayanan kesehatan ibu dan anak. Pelayanan kunjungan nifas yang

baik dapat membantu ibu untuk tidak mengalami komplikasi pada masa nifas.

Petugas kesehatan dan keluarga dapat mendukung ibu nifas untuk menjalani masa

nifas dengan baik sehingga kembalinya fungsi reproduksi sebagaimana mestinya

dan tidak terjadi kematian ibu di masa nifas.

6.1.1.6 Indikator KB

Cakupan Keluarga Berencana (KB), berdasarkan data dari Dinkes

Kabupaten Kupang pada tahun 2012, Kabupaten Kupang mengalami peningkatan

dari tahun sebelumnya 56,47 % menjadi 77% lebih tinggi dibandingkan dengan

cakupan KB di Provinsi NTT pada tahun 2012 adalah 48 %. Target nasional

pada tahun 2012 adalah 63%. Hasil penelitian yang dilakukan di Kabupaten

Kupang pada tahun 2011, ibu pasca persalinan yang mengikuti KB adalah 63,5%.

Disertasi PENGEMBANGAN PENDEKATAN “SOCIAL INA DEBORA R.L


ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
235

Hasil penelitian pada PuskesmasTakari, 26 orang (100%) ibu hamil yang

dilakukan intervensi mengikuti KB pasca persalinannya.

Keluarga berencana dapat membantu ibu dan keluarga untuk

merencanakan kehamilannya dengan baik. Pada ibu muda usia < 20 tahun (terlalu

muda untuk hamil), karena secara fisik rahim belum tumbuh mencapai ukuran

dewasa, diragukan keselamatan dan kesehatan janin dalam kandungan. Selain itu

mental ibu belum cukup dewasa sehingga diragukan keterampilan perawatan diri

dan bayinya (Rochjati P, 2010). Ibu dapat menunda kehamilannya sampai ibu

siap secara fisik dan psikologis untuk hamil. Apabila kehamilan terjadi sementara

ibu belum siap secara fisik dan psikologis akan mengakibatkan kehamilan tidak

terawat, gangguan pertumbuhan dan perkembangan janin, ibu dapat mengalami

komplikasi persalinan tidak ditangani dengan baik karena malu. Bahaya yang

dapat terjadi antara lain Bayi lahir belum cukup bulan, perdarahan dapat terjadi

sebelum bayi lahir, perdarahan dapat terjadi sesudah bayi lahir (Rochjati P,

2010).

Bagi ibu yang berusia 20 - 35 tahun, penggunaan KB dapat membantu ibu

dan keluarga untuk mengatur jarak kelahiran. Dengan pengaturan jarak kehamilan

yang baik 2 - 5 tahun, ibu memberikan kesempatan kepada rahim untuk siap

menerima kehamilan berikutnya. Disamping itu pada usia ini selain merupakan

usia yang tepat untuk bereproduksi. Bila ibu terlalu sering melahirkan, kandungan

akan semakin lemah sehingga risiko komplikasi persalinan lebih tinggi antara lain

perdarahan. Bagi ibu yang bekerja pada usia ini tentunya membutuhkan waktu

untuk meningkatkan kariernya. Keluarga berencana dapat membantu ibu dan

Disertasi PENGEMBANGAN PENDEKATAN “SOCIAL INA DEBORA R.L


ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
236

keluarga untuk mengatur perencanaan keluarga dalam hal mengatur jarak

kehamilan dan peningkatan karier bagi ibu. Pada usia ini juga ibu dituntut untuk

menjaga penampilannya agar tetap cantik dan sehat. Dengan mengikuti KB ibu

mempunyai waktu dan kesempatan lebih banyak untuk merawat diri lebih baik.

Pada usia > 35 tahun adalah usia yang beresiko bagi seorang ibu untuk

hamil, karena pada usia ini kondisi kesehatan rahim ibu telah menurun sehingga

kemungkinan masalah dalam persalinan dan risiko anak cacat lebih besar. Pada

usia ini apabila ibu hamil dapat timbul masalah, faktor risiko lain oleh karena

kehamilannya, misalnya preeklampsi serta persalinan tidak lancar (Rochjati P,

2010). Penggunaan KB dapat membantu ibu dan keluarga untuk mencegah

kehamilan pada usia ini. Dengan mengikuti KB, ibu mempunyai waktu lebih

banyak untuk perhatian pada diri sendiri, anak, keluarga dan masyarakat. Tidak

terjadi kehamilan berisiko, komplikasi kehamilan, persalinan dan nifas yang

berakibat pada kematian ibu. Dengan mengikuti KB dapat meningkatkan

kesejahteraan ibu dan keluarga.

6.2 Pengaruh Faktor Intrapersonal terhadap Pelayanan Kesehatan (K1, K4,


Tempat Persalinan, PN, Kf dan KB) untuk Penurunan AKI di
Kabupaten Kupang, NTT.

Pada analisis regresi logistik ganda indikator intrapersonal yang tidak

berpengaruh terhadap pelayanan kesehatan ibu adalah umur, pendidikan,

frekuensi hamil, paritas, usia kawin pertama, tinggi badan, akses: jarak ke fasilitas

kesehatan dan waktu tempuh.

Pada analisis regresi logistik ganda, indikator variabel intrapersonal yang

berpengaruh terhadap pelayanan kesehatan; K1 dan K4 adalah pekerjaan, nilai

Disertasi PENGEMBANGAN PENDEKATAN “SOCIAL INA DEBORA R.L


ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
237

kepercayaan dan sikap. Terhadap pemilihan tempat persalinan adalah sikap dan

pengetahuan. Terhadap pemilihan penolong persalinan adalah penambahan berat

badan dan sikap. Terhadap kunjungan nifas adalah niat. Terhadap keluarga

berencana adalah abortus.

Umur tidak berpengaruh terhadap pelayanan kesehatan ibu. Hal ini

mendukung penelitian Depkes (1995), Kusumaningrum (1999) dan Suwandi

(2002). Namun berbeda dengan penelitian Nining (2004) menyatakan bahwa

umur ibu < 20 tahun dan > 35 tahun memiliki risiko 3 kali untuk mengalami

kematian maternal. Menurut Wiknjosastro (2006) Kurun waktu reproduksi sehat

dikenal bahwa usia aman untuk kehamilan dan persalinan adalah antara umur 20-

30 tahun. Kematian maternal pada wanita hamil dan melahirkan pada usia < 20

tahun ternyata 2-5 kali lebih tinggi. Kematian maternal meningkat kembali

sesudah usia 30-35 tahun. Hal ini disebabkan menurunnya fungsi organ

reproduksi wanita pada usia tersebut (Wiknjosastro, 2006). Kurun reproduksi

sehat adalah usia 20-35 tahun. Usia kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun

meningkatkan risiko terjadinya komplikasi dalam kehamilan salah satunya solusio

plasenta, sedangkan faktor paritas lebih banyak dijumpai pada multi daripada

primi. Holomer mencatat bahwa lebih dari 83 kasus solusio plasenta dijumpai 45

multi dan 18 primi (Suyono, 2008 dan Mochtar, 1998).

Menurut Depkes (2000), dari segi kesehatan ibu yang berumur kurang dari

20 tahun, rahim dan panggul belum berkembang dengan baik. Begitu sebaliknya

yang berumur diatas 35 tahun, kesehatan dan keadaan rahim tidak sebaik seperti

pada saat ibu berusia 20-35 tahun, sehingga perlu diwaspadai kemungkinan

Disertasi PENGEMBANGAN PENDEKATAN “SOCIAL INA DEBORA R.L


ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
238

mengalami persalinan sulit dan keracunan kehamilan terutama pada kelompok

umur kurang dari 20 tahun dan ibu berumur lebih dari 35 tahun.

Umur tidak berpengaruh terhadap pelayanan kesehatan karena kematian ibu

dapat terjadi pada semua umur, ibu dengan faktor risiko usia kurang dari 20 tahun

atau lebih dari 35 tahun apabila memeriksakan kehamilannya secara teratur,

melakukan perawatan kehamilan, persalinan dan nifas dengan baik maka

kematian ibu dapat dihindari. Pada penelitian ini sebagian besar ibu berumur

20 - 34 tahun. pada ibu yang risiko tinggi < 20 tahun dan > 35 tahun 13 orang

(61,9%) memilih melahirkan di fasilitas kesehatan yang memadai dan 18 orang

(85,7%) memilih ditolong oleh petugas ksehatan yang kompeten. Tidak adanya

pengaruh yang bermakna pada analisis multivariate disebabkan adanya pengaruh

variabel lain yang lebih kuat, mengingat variabel yang berpengaruh dianalisis

sekaligus sehingga kemungkinan dikontrol oleh variabel yang lebih besar

pengaruhnya.

Pendidikan tidak berpengaruh terhadap pelayanan kesehatan untuk

penurunan AKI. Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian Fibriani (2007)

Depkes (1995) dan Suwanti (2002) serta Haryanti (2003). Hasil ini berbeda

dengan penelitian Latuamury (2001) yang menyatakan bahwa pendidikan ibu

yang rendah (SLTP) memiliki risiko 3,4 kali lebih besar untuk kematian ibu.

Hubungan antara pendidikan dan kematian ibu tidak bersifat langsung.

Pendidikan akan memberikan pengaruh secara tidak langsung melalui

peningkatan status sosial dan kedudukan ibu di dalam masyarakat. Peningkatan

pilihan mereka terhadap kehidupan dan peningkatan kemampuan untuk membuat

Disertasi PENGEMBANGAN PENDEKATAN “SOCIAL INA DEBORA R.L


ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
239

keputusan sendiri serta menyatakan pendapat. Wanita dengan tingkat pendidikan

rendah, menyebabkan kurangnya pengertian akan bahaya yang dapat menimpa ibu

hamil terutama dalam hal kegawatdaruratan kehamilan dan persalinan (Fibriani,

2007).

Pendidikan tidak mempengaruhi pelayanan kesehatan untuk penurunan

angka kematian ibu karena pengambilan keputusan bagi ibu untuk pelayanan

kesehatan masih didominasi oleh suami dan keluarga, ibu hanya mengikuti saja.

Frekuesi kehamilan tidak berpengaruh terhadap pelayanan kesehatan untuk

penurunan AKI. Menurut Rochjati (2003) ibu yang pernah hamil melahirkan

anak 4 kali atau lebih maka kemungkinan akan ditemui kesehatan terganggu,

anemia, kurang gizi, kekendoran pada dinding perut, tampak ibu dengan perut

menggantung, kekendoran dinding rahim. Bahaya yang dapat terjadi pada

kelompok ini adalah antara lain ; kelainan letak, persalinan letak lintang, robekan

rahim pada kelainan letak lintang, persalinan lama, perdarahan pasca persalinan.

Dengan demikian sangat penting melakukan screening faktor risiko agar bisa

diantisipasi lebih dini kejadian komplikasi segera mendapatkan pertolongan

difasilitas kesehatan yang memadai dengan pertolongan persalinan oleh tenaga

kesehatan yang kompeten. Sehingga kematian ibu dapat dihindari.

Frekuensi hamil terkait dengan paritas. Terdapat ibu dengan frekuensi

hamil lebh dari satu kali, mengalami abortus berulang (habitualis), tidak memiliki

anak. Diketahui abortus melalui screening faktor risiko. Kondisi ini segera

dilakukan rujukan untuk pemeriksaan lebih lanjut serta dapat dilakukan rujukan

Disertasi PENGEMBANGAN PENDEKATAN “SOCIAL INA DEBORA R.L


ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
240

dini berencana, ibu masih bisa datang ke rumah sakit tanpa bantuan, ditolong oleh

tenaga kesehatan yang kompeten dengan fasilitas kesehatan yang memadai.

Paritas tidak berpengaruh terhadap pelayanan kesehatan ibu utk penurunan

AKI. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Nining (2004) dan Fibriani

(2007) yang menyebutkan bahwa paritas bukan merupakan faktor yang

berpengaruh terhadap kematian maternal. Paritas adalah jumlah anak yang

dilahirkan oleh seorang wanita. Paritas atau para adalah jumlah kehamilan yang

menghasilkan janin yang mampu hidup diluar rahum (Fithria, 2009).

Menurut Wiknjosastro (2006). Paritas 2-3 merupakan paritas paling aman

ditinjau dari sudut kematian maternal. Paritas 1 dan paritas tinggi (lebih dari 3),

mempunyai angka kematiaan maternal lebih tinggi. Lebih tinggi paritas, lebih

tinggi kematian maternal risiko pada paritas tinggi dapat dikurangi dengan

keluarga berencana. Pada penelitian ini Sebagian kehamilan pada paritas tinggi

adalah tidak direncanakan.

Pada penelitian ini frekuesi hamil dan paritas bukan merupakan faktor

risiko untuk kematian ibu, karena ibu dengan frekuensi hamil dan paritas yang

tinggi melakukan pemeriksaan ANC secara teratur > 4 kali bahkan mencapai 12 kali

sehingga kesehatan janin dan ibu selalu dalam pengawasan, ibu menjadi lebih

waspada karena ibu mengetahu risiko anak > 4 orang. Ibu memilih melahirkan di

fasilitas kesehatan yang memadai dan ditolong oleh tenaga kesehatan yang

professional. Widjono (2008) menjelaskan bahwa kejadian komplikasi sukar

dihindari namun kematian maternal dapat dihindari, apabila mendapatkan

pelayanan medis yang cepat dan tepat dengan sectio.

Disertasi PENGEMBANGAN PENDEKATAN “SOCIAL INA DEBORA R.L


ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
241

Usia kawin pertama tidak berpengaruh terhadap pelayanan kesehatan ibu,

ibu hamil pertama pada umur <20 tahun, rahim dan panggul ibu seringkali belum

tumbuh mencapai ukuran dewasa, akibatnya diragukan keselamatan dan kesehatan

janin dalam kandungan. Selain itu mental ibu belum cukup dewasa sehingga

diragukan keterampilan perawatan diri dan bayinya. Pada penelitian ini usia kawin

pertama tidak berpengaruh terhadap pelayanan kesehatan karena sebagian besar

responden menikah pada usia reproduksi yang aman (20 - 35 tahun). Pada ibu

dengan umur risiko tinggi memeriksakan kehamilannya secara teratur (> 4 kali)

ke Puskesmas atau rumah sakit.

Tinggi badan tidak berpengaruh terhadap pelayanan kesehatan untuk

penurunan AKI. Menurut Rochjati (2003) pada ibu hamil dengan tinggi badan 145

cm atau kurang berhubungan dengan luas panggul ibu sempit sehingga luas

panggul ibu dan kepala janin mungkin tidak proporsional, sebagai jalan lahir

panggul ibu sempit dengan kepala janin besar, panggul ukuran normal tetapi

anaknya besar. Pada kondisi ini bayi tidak dapat lahir secara spontan tetapi

membutuhkan sectio. Ibu hamil yang telah mengetahui tentang faktor risiko ini

tentu akan segera melakukan antisipasi dengan melahirkan di rumah sakit dengan

tindakan sectio untuk mencegah kematian ibu dan bayi.

Akses akan pelayanan kesehatan (jarak ke fasilitas kesehatan yang

memadai dan waktu tempuh) tidak berpengaruh terhadap pelayanan kesehatan ibu

untuk penurunan AKI. Akses tidak mempengaruhi secara langsung tapi lewat

pengambilan keputusan oleh keluarga. Hasil Riskesdas juga menunjukkan bahwa

ibu di pedesaan dengan tingkat pendidikan dan ekonomi rendah. Secara umum,

Disertasi PENGEMBANGAN PENDEKATAN “SOCIAL INA DEBORA R.L


ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
242

posisi perempuan juga masih relatif kurang menguntungkan sebagai pengambil

keputusan dalam mencari pertolongan untuk dirinya sendiri dan anaknya. Ada

budaya dan kepercayaan di daerah tertentu yang tidak mendukung kesehatan ibu

dan anak. Rendahnya tingkat pendidikan dan ekonomi keluarga berpengaruh

terhadap masih banyaknya kasus 3 Terlambat dan 4 Terlalu, yang pada akhirnya

terkait dengan kematian ibu dan bayi (Kemkes, 2011).

6.2.1 Pengaruh faktor intrapersonal terhadap K1

Hasil analisis multivariat menunjukkan bahwa faktor intra personal yang

berpengaruh terhadap K1 adalah pekerjaan, nilai kepercayaan dan sikap ibu.

1. Pekerjaan terhadap K1

Pekerjaan merupakan indikator faktor intrapersonal yang berpengaruh

terhadap kunjungan ibu hamil pertama kali ke Puskesmas pada trimester I (K1).

Pada keadaan hamil ibu yang tidak bekerja memiliki waktu lebih banyak untuk

melakukan kunjungan ke Puskesmas. Pada ibu hamil yang bekerja tidak memiliki

waktu cukup untuk ke Puskesmaskarena sebagian besar 41orang (32,6%) ibu

bekerja sebagai petani dan buruh tani yang menghabiskan waktunya di pagi hari

hingga menjelang sore untuk bekerja di kebun atau sawah sebagai pencari nafkah.

Pada saat bekerja ibu lebih memilih tinggal di kebun atau sawah yang jauh dari

akses transportasi untuk melakukan pemeriksaan kehamilan di fasilitas kesehatan

yang memadai atau Puskesmas. Pada sore hari ibu tidak dapat memeriksakan diri

karena kebiasaan yang ada di masyarakat pemeriksaan kehamilan dilakukan di

Puskesmaspada pagi hari sesuai jam kerja. Sebagian besar ibu yang bekerja

sebagai petani dan buruh tani adalah berpendidikan kurang, dengan sosial

Disertasi PENGEMBANGAN PENDEKATAN “SOCIAL INA DEBORA R.L


ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
243

ekonomi yang kurang. Keadaan ini membuat ibu tidak segera memeriksakan

kehamilannya jika tidak ada keluhan yang dirasakan oleh ibu. Perhatian dari

keluarga merasa kehamilan adalah hal yang alamiah dan biasa saja.

Hasil penelitian ini tidak sama degan penelitian Fibriani 2007, Latuamury

(2002) dan Haryanti (2002), Suwanti (2002). Ibu yang bekerja mempunyai waktu

lebih banyak untuk melakukan pemeriksaan kehamilan dibandingkan dengan ibu

yang tidak bekerja. Karena ibu yang bekerja adalah ibu yang berpendidikan tinggi

sehingga merasa penting untuk memeriksakan kehamilan untuk mencegah

komplikasi saat hamil, melahirkan dan nifas. Memeriksakan diri dapat dilakukan

sore hari di dokter praktek swasta.

Berdasarkan hasil wawancara dengan bidan diketahui bahwa kematian ibu

salah satu faktor adalah ibu bekerja di kebun dan memilih tinggal di kebun,

terbatasnya akses informasi dan transportasi menyebabkan ibu melahirkan

ditolong oleh dukun sehingga pada saat terjadi komplikasi persalinan yaitu

perdarahan, dukun tidak memiliki kemampuan untuk menolong ibu, pada saat

dilaporkan ke Puskesmassudah terlambat terjadi keterlambatan dalam merujuk

ibu yang berakibat pada keterlambatan penanganan dan terjadi kematian ibu

(Dinkes Kab Kupang, 2012).

2. Nilai Kepercayaan terhadap K1

Hasil penelitian menunjukkan nilai kepercayaan berpengaruh terhadap

kunjungan ibu hamil pertama kali ke Puskesmas pada trimester I (K1). Nilai

kepercayaan adalah segala sesuatu yang dianggap benar dan berharga oleh

kelompok untuk menurunkan angka kematian ibu. Ibu percaya bahwa kehamilan

Disertasi PENGEMBANGAN PENDEKATAN “SOCIAL INA DEBORA R.L


ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
244

adalah sangat bernilai sehingga perlu memeriksakan kehamilannya pada saat

mengetahui dirinya hamil. Nilai kepercayaan mempunyai pengaruh yang

signifikan terhadap K1, hal ini terkait dengan kehidupan ibu di masyarakat, Orang

yang paling mengetahui dirinya hamil adalah ibu itu sendiri, kemudian ibu akan

memberitahu kepada suami dan keluarga perihal kehamilannya. Kehamilan sangat

bernilai atau sangat berarti bagi seorang ibu karena akan melahirkan anak sebagai

penerus keturunan keluarga. Dengan demikian ibu akan segera memeriksakan

kehamilannya ke fasilitas kesehatan yang memadai sebagai bentuk penghargaan

pada diri sendiri dan buah kehamilannya yang sangat bernilai seperti dijelaskan

oleh ibu hamil saat diwawancarai.

Nilai bisa berarti angka 1 - 10 atau E - A. namun dalam kehidupan

bermasyarakat nilai tidak dapat diartikan sesederhana itu, tetapi nilai merupakan

kumpulan sikap, perasaan atau anggapan terhadap sesuatu hal yang tentang baik

dan buruk, benar dan salah, patut tidak patut, hina mulia, maupun penting tidak

penting.

Nilai terkait dengan norma, jika nilai merupakan sesuatu yang dianggap

sebagai hal yang baik, patut, layak, benar, maka norma merupakan perwujudan

dari nilai yang didalamnya terdapat kaidah, aturan, patokan, atau kaidah pada

suatu tindakan (aksi). Bagi orang yang melanggar norma, maka ia akan mendapat

sanksi, atau hukuman oleh masyarakat yang berupa digosipkan, ditegur, dimarahi,

diancam hingga sampai hukuman yang diberikan oleh negara melalui aparat

hukum. Dengan demikian norma merupakan petunjuk, kaidah atau aturan untuk

berbuat atau berperilaku yang dibenarkan untuk mewujudkan nilai atau tujuan

Disertasi PENGEMBANGAN PENDEKATAN “SOCIAL INA DEBORA R.L


ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
245

tersebut. Nilai merupakan sumber norma yang memiliki kekuatan mengikat bagi

semua tingkah laku kelompok.

Setiada (2010) menjelaskan proses pertumbuhan norma sebagai petunjuk,

arah bagi tingkah laku di dalam kehidupan sosial dikelompokkan dalam lima

macam yaitu: (1) Cara (usage) ; merupakan kebiasaan yang berlaku sebagai

produk dari hubungan sosial antar individu di dalam masyarakat yang tidak

mengakibatkan sanksi yang berat bagi pelanggarnya. Saat hamil tidak boleh

keluar pada malam hari, jika melanggar sanksinya hanya berupa teguran.

(2) Kebiasaan (folkways) merupakan kebiasaan yang dilakukan terus berulang

karena dianggap baik, enak dirasakan dan menyenangkan, ada manfaatnya

sehingga banyak orang menyukainya. Misalnya ibu hamil memeriksakan

kehamilan pada saat hamil akan menjadi suatu kebiasaan yang baik apabila hal ini

dirasakan manfaatnya. Dengan demikian posisinya akan meningkat menjadi tata

kelakuan (mores). (3) Tata kelakuan (mores). Mores mencerminkan sifat-sifat

yang hidup dari kelompok manusia yang dilaksanakan sebagai alat pengawas,

baik secara sadar maupun tidak sadar oleh masyarakat terhadap para anggotanya.

Misalnya masyarakat melarang suami atau keluarga untuk membiarkan ibu hamil

bekerja pada waktu istirahat siang atau saat jadual pemeriksaan kehamilan ibu ke

Puskesmas. Ini akan menjadi suatu tata kelakuan di masyarakat tersebut yang

belum tentu tegas di kehidupan sosial lainnya. (4) Adat istiadat. Adat istiadat

pola-pola kelakuan yang tidak tertulis tetapi memiliki kekuatan mengikat kepada

para anggotanya, sehingga bagi yang melanggar adat istiadat tersebut akan

menderita sanksi yang keras yang kadang-kadang jatuhnya sanksi tersebut tidak

Disertasi PENGEMBANGAN PENDEKATAN “SOCIAL INA DEBORA R.L


ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
246

secara langsung. Misalnya dalam hukum adat laki-laki yang mendapat warisan

maka hal tersebut tidak boleh diabaikan walaupun anak laki-laki masih kecil,

karena apabila perempuan menguasai warisan tersebut akan dikucilkan dari

masyarakat. Hal-hal semacam ini perlu mendapat perhatian misalnya perempuan

selalu menjadi subordinary dari laki-laki. Padahal pada kenyataanya kedudukan

perempuan dan laki-laki adalah sama. (5) Hukum (law). Hukum merupakan tata

kelakuan sosial yang dibuat secara formal dengan sanksi yang tegas bagi

pelanggarnya, misalnya cuti hamil atau cuti sakit. Perlu adanya 1 hari cuti untuk

kunjungan pertama (K1) ibu hamil ke Puskesmas. Bagi yang melanggar

dikenakan denda.

Di dalam masyarakat yang terus berkembang, nilai senantiasa ikut

mengalami perubahan. Pergeseran nilai dalam banyak hal juga akan berpengaruh

pada perubahan mekanisme kontrol dan sanksi yang berlaku di dalamnya.

Kebiasaan dan tata kelakuan masyarakat ikut berubah seiring dengan berubahnya

nilai-nilai yang diyakini masyarakat ini. Dengan demikian nilai-nilai yang baik

yang ada di masyarakat terkait dengan kesehatan ibu dan anak tetap dijaga serta

dapat mengadopsi nilai-nilai baru yang bermanfaat untuk kesehatan dan

kesejahteraan ibu hamil, melahirkan dan nifas.

3. Sikap tehadap K1

Sikap berpengaruh terhadap kunjungan ibu hamil pertamakali ke

Puskesmaspada trimester I kehamilan. Sikap merupakan reaksi atau respons yang

masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek (Notoatmodjo,

2010). Sikap tidak dapat langsung dilihat. Sikap secara nyata menunjukkan

Disertasi PENGEMBANGAN PENDEKATAN “SOCIAL INA DEBORA R.L


ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
247

konotasi adanya kesesuaian antara reaksi terhadap stimulus tertentu yang dalam

kehidupan sehari-hari merupakan reaksi yang bersifat emosional terhadap

stimulus sosial. Newcomb dalam Notoatmodjo (2012) salah seorang ahli psikologi

sosial, menyatakan bahwa sikap itu merupakan kesiapan atau kesediaan untuk

bertindak. Sikap merupakan kesiapan untuk bereaksi terhadap suatu objek di

lingkungan tertentu sebagai suatu penghayatan terhadap objek.

Pembentukan attitude/sikap tidak terjadi dengan sendirinya tetapi

pembentukannya senantiasa berlangsung dalam interaksi manusia berkaitan

dengan objek tertentu. Interaksi di dalam kelompok maupun di luar kelompok.

Dalam pembentukan dan perubahan attitude terdapat faktor-faktor internal dan

faktor-faktor eksternal pribadi individu yang memegang peranannya.

Pada faktor internal, pilihan terhadap berbagai rangsangan berhubungan

dengan motif dan attitude yang bekerja dalam diri ibu pada waktu itu

mengarahkan minat perhatian ibu terhadap objek-objek tertentu diantara

keseluruhan objek yang mungkin ibu perhatikan pada waktu itu misalnya saat

mengantuk ibu memilih untuk tidur.

Dengan melihat faktor eksternal attitude dapat diubah. Perubahan attitude

dapat berlangsung dalam interaksi kelompok. Interaksi kelompok dibedakan

dalam dua macam interaksi kelompok ; (1) Perubahan attitude karena shifting of

reference-group. (2) Perubahan attitude di dalam situasi kontak sosial antara dua

kelompok. Reference group adalah kelompok yang mempunyai norma dan nilai

nilai sosial, attitude dan kebiasaan bertingkah laku yang paling sesuai bagi diri

seseorang dan yang ia setujui sepenuhnya. Dengan kata lain reference group

Disertasi PENGEMBANGAN PENDEKATAN “SOCIAL INA DEBORA R.L


ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
248

adalah kelompok yang menjadi pegangan orang dalam kehidupannya, dimana ia

merasa adanya hubungan bathin mengenai norma, nilai-nilai, dan attitude

kehidupannya. Sedangkan membership group adalah kelompok dimana ia secara

― lahir‖
formal menjadi anggotanya, jadi dimana ia mempunyai hubungan

(Gerungan, 2004).

Pengaruh komunikasi sepihak seperti ceramah dan komunikasi yang

menggunakan media massa seperti pengenalan tanda bahaya kehamilan,

persalinan dan nifas dapat berpengaruh sangat besar pula dalam mengubah

attitude atau membentuk attitude baru dan dapat berhasil baik apabila: (1) Sumber

penerangan itu memperoleh kepercayaan audiens (2) Orang banyak belum

mengetahui benar atau ragu-ragu tentang isi dan fakta-fakta attitude baru. (3)

Attitude yang akan dibentuk tidak terlalu jauh isinya dari frame of reference

lingkungan sosial tempat audiens tinggal. (4) Argumen dua pihak lebih bertahan

terhadap kontropropaganda daripada argument sepihak (5) Bila attitude yang akan

dibentuk terlalu asing bagi frame of reference audiens, akan terjadi boomerang-

effect atau pembentukan attitude sebaliknya (Gerungan 2004). Dengan demikian

peran bidan sebagai petugas kesehatan sangat penting dalam penguasaan materi

penyuluhan kesehatan serta memahami lingkungan sosial tempat audiensi atau ibu

hamil tinggal.

Sikap yang utuh (total attitude), komponen pengetahuan, berpikir,

keyakinan dan emosi memegang peranan penting. Ibu hamil yang mendengar

tentang tanda bahaya kehamilan pada ibu hamil akan membawa ibu tersebut untuk

berpikir menjaga kesehatannya. Dengan sikap yang baik, serta tersedianya

Disertasi PENGEMBANGAN PENDEKATAN “SOCIAL INA DEBORA R.L


ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
249

fasilitas kesehatan yang memadai, dan dukungan keluarga, ibu yang memiliki

sikap positif terhadap K1 akan melakukan kunjungan ke Puskesmas(K1) untuk

memeriksakan kehamilannya pada awal kehamilan.

6.2.2 Pengaruh faktor intrapersonal terhadap K4

Hasil penelitian menunjukkan bahwa indikator faktor intra personal yang

berpengaruh terhadap kunjungan ibu ke Puskesmas minimal 4 kali terdiri dari 1 kali

di trimester I, 1 kali di trimester II dan 2 kali di trimester III (K4) adalah sama

dengan K1: pekerjaan, nilai kepercayaan dan sikap ibu.

1. Pekerjaan terhadap K4

Sebagaimana dijelaskan Pengaruh pekerjaan terhadap K1 ; sebagian besar

41 orang (32,6%) ibu bekerja sebagai petani dan buruh tani yang menghabiskan

waktunya di pagi hari hingga menjelang sore untuk bekerja di kebun atau sawah

sebagai pencari nafkah. Pada saat bekerja ibu lebih memilih tinggal di kebun atau

sawah yang jauh dari akses transportasi untuk melakukan pemeriksaan kehamilan

di fasilitas kesehatan yang memadai atau Puskesmas. Berdasarkan hasil

wawancara dengan bidan diketahui bahwa kematian ibu salah satu faktor adalah

ibu bekerja di kebun dan memilih tinggal di kebun, terbatasnya akses informasi

dan transportasi menyebabkan ibu melahirkan ditolong oleh dukun sehingga pada

saat terjadi komplikasi persalinan yaitu perdarahan, dukun tidak memiliki

kemampuan untuk menolong ibu, pada saat dilaporkan ke Puskesmassudah

terlambat terjadi keterlambatan dalam merujuk ibu yang berakibat pada

keterlambatan penanganan dan terjadi kematian ibu (Dinkes Kab Kupang, 2012).

Disertasi PENGEMBANGAN PENDEKATAN “SOCIAL INA DEBORA R.L


ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
250

Kunjungan K4 dilakukan pada trimester III (28 -40 minggu) kehamilan

minimal 2 kali kunjungan. Pada usia kehamilan ini, secara psikologis pada

umumnya ibu merasa lebih nyaman dengan kondisi kesehatannya. Dengan

demikian bila tak ada keluhan ibu tidak ke Puskesmasuntuk memeriksakan

kehamilannya. Padahal menurut Padjajaran (2010) pada trimester III usia

kehamilan 28 - 32 minggu ibu seharusnya memeriksakan kehamilannya minimal

1 kali dalam sebelum, kemudian pada usia kehamilan 32-36 minggu pemeriksaan

kehamilan dilakukan tiap 2 minggu, pada usia kehamilan 36 - 40 minggu adalah

masa penantian persalinan, pemeriksaan kehamilan dapat dilakukan setiap minggu

atau kapan saja, sebaiknya bagi ibu yang tinggal jauh dari fasilitas kesehatan

yang memadai segera mempersiapkan dirinya untuk tinggal pada fasilitas rumah

tunggu yang tersedia atau pada keluarga yang dekat dengan fasilitas kesehatan

yang memadai.

Usia kehamilan trimester III bagi ibu dianggap nyaman. Apabila ibu

mengalami keluhan, keluarga biasanya memanggil dukun untuk melakukan

“angkat perut‖ atau ―


kokoh perut‖ untuk mengatur posisi bayi dengan

pengurutan, hal ini perlu mendapat perhatian khusus karena apabila terjadi

perdarahan pada kehamilan 28 -36 minggu/7 - 9 bulan meskipun hanya sedikit,

merupakan ancaman bagi ibu dan janin. Ibu perlu segera mendapat pertolongan di

rumah sakit (Depkes RI, 2000). Disamping itu kelainan letak sungsang dapat

terjadi pada kehamilan tua (hamil 8 - 9 bulan), letak janin dalam rahim dengan

kepala di atas dan bokong atau kaki di bawah (Rochjati P, 2010). Dengan

demikian pemeriksaan kehamilan pada trimester III perlu mendapat perhatian

Disertasi PENGEMBANGAN PENDEKATAN “SOCIAL INA DEBORA R.L


ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
251

khusus, sebaiknya tidak hanya dilakukan 2 kali saja tetapi ibu diberikan

penjelasan untuk memeriksakan kehamilan lebih sering 1 kali dalam sebulan pada

usia kehamilan 28 - 32 minggu kemudian 2 minggu sekali pada usia kehamilan

32 - 36 minggu, pada usia kehamilan > 36 minggu pemeriksaan kehamilan

dilakukan 1 minggu sekali atau kapan saja segera memeriksakan kehamilannya jika

ada keluhan serta ibu dingatkan kembali tentang persiapan ibu melahirkan, tanda

persalinan, tanda bahaya persalinan. Bagi ibu hamil dengan risiko tinggi maupun

sangat tinggi dapat dilakukan rujukan dini berencana untuk persiapan persalinan

di RS PONEK (RSU Prof W.Z Johannes Kupang), agar jika terjadi komplikasi

persalinan, tindakan cepat dan tepat segera dapat dilakukan agar tidak terjadi

kematian ibu atau bayi yang dilahirkan.

2. Nilai kepercayaan terhadap K4

Sebagaimana pembahasan pengaruh nilai kepercayaan terhadap K1

demikian halnya pengaruh nilai kepercayaan terhadap K4. Nilai kepercayaan

adalah segala sesuatu yang dianggap benar dan berharga oleh kelompok

masyarakat untuk menurunkan angka kematian ibu. Ibu percaya bahwa kehamilan

adalah sangat bernilai sehingga perlu memeriksakan kehamilannya pada saat

mengetahui dirinya hamil.

Nilai kepercayaan mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap K4. Ibu

yang memiliki nilai kepercayaan tinggi akan manfaat dari pemeriksaan kehamilan

akan secara teratur melakukan pemeriksaan kehamilan minimal 4 kali (1 kali

trimester I, 1 kali trimester II dan 2 kali trimester III) selama kehamilan. Pada

saat kunjungan ke Puskesmasdan mengikuti ”Kelas prenatal care and family”

Disertasi PENGEMBANGAN PENDEKATAN “SOCIAL INA DEBORA R.L


ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
252

ibu mendapatkan pemeriksaan kehamilan, dan screening untuk deteksi dini faktor

risiko yang biasanya terjadi pada trimester III ; perdarahan dan kelainan letak,

serta persiapan persalinan yang aman dan selamat. Ibu dengan nilai kepercayaan

yang tinggi tentang manfaat melakukan pemeriksaan ANC, persiapan persalinan

dan nifas akan menjadikan hal tersebut sebagai suatu kebiasaan dan tata kelakuan

ibu untuk mentaati jadual pemeriksaan ibu hamil pada kunjungan K4.

3. Sikap terhadap K4

Sikap berpengaruh terhadap kunjungan ibu ke Puskesmas untuk

pemeriksaan kehamilan minimal 4 kali selama hamil. Attitude dapat diartikan

sebagai sikap terhadap obyek tertentu yang dapat merupakan sikap pandangan

atau sikap perasaan tetapi sikap tersebut disertai dengan kecenderungan untuk

bertindak sesuai dengan sikap obyek itu. Dengan demikian attitude dapat

diterjemahkan dengan tepat sebagai sikap dan kesediaan beraksi terhadap suatu hal

(Gerungan, 2004). Attitude senantiasa terarahkan kepada sesuatu hal, suatu objek,

tidak ada attitude tanpa ada objeknya.

Banyak tokoh yang mendefinisikan tentang sikap. Namun inti dari arti

sikap yang disetujui oleh sebagian besar ahli dan peneliti sikap diartikan bahwa

sikap adalah predisposisi yang dipelajari yang mempengaruhi tingkah laku,

berubah dalam intensitasnya. Atau sikap adalah kesiapan merespon yang sifatnya

positif atau negatif terhadap obyek/ situasi secara konsisten. Tiap sikap

mempunyai tiga aspek yaitu, kognitif, afektif dan psikomotorik.

Attitude dapat merupakan suatu sikap pandangan tetapi dalam hal itu

masih berbeda dengan suatu pengetahuan yang dimiliki orang. Pengetahuan

Disertasi PENGEMBANGAN PENDEKATAN “SOCIAL INA DEBORA R.L


ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
253

mengenai suatu objek tidak sama dengan attitude terhadap objek tersebut.

Pengetahuan saja belum menjadi penggerak sebagaimana pada attitude.

Pengetahuan mengenai suatu objek baru menjadi attitude terhadap obyek tersebut

apabila pengetahuan itu disertai dengan kesiapan untuk bertindak sesuai dengan

pengetahuan terhadap objek tersebut. Ibu yang memiliki pengetahuan tentang

deteksi faktor risiko kelainan letak janin pada trimester III kehamilan, belum

berarti bahwa pengetahuan tersebut sudah merupakan attitude baginya terhadap

pemeriksaan kehamilan untuk deteksi kelainan letak janin, apalagi ibu tersebut

selama kehamilannya tidak memeriksakan diri ke Puskesmas.

Attitude mempunyai segi motivasi, berarti segi dinamis menuju ke suatu

tujuan, berusaha mencapai tujuan. Attitude dapat merupakan suatu pengetahuan,

tetapi pengetahuan yang disertai kesediaan dan kecenderungan bertindak sesuai

dengan pengetahuan itu. Dalam hal ini ibu tidak hanya memiliki pengetahuan

tentang deteksi faktor risiko kelainan letak janin pada trimester III kehamilan

tetapi ibu bertindak melakukan K4 ke Puskesmas pada trimester III kehamilan

untuk memeriksakan kehamilannya.

Sikap yang utuh (total attitude), komponen pengetahuan, berpikir,

keyakinan dan emosi memegang peranan penting. Ibu hamil yang mendengar

tentang tanda bahaya kehamilan pada ibu hamil terutama dengan diketahui oleh

ibu bahwa faktor risiko kelainan letak janin hanya bisa dideteksi pada usia

kehamilan trimester III, akan membawa ibu tersebut untuk berpikir untuk

mengetahui kondisi janinnya serta menjaga kesehatannya. Dengan sikap yang

baik dan positif, serta tersedianya fasilitas kesehatan yang memadai, dan

Disertasi PENGEMBANGAN PENDEKATAN “SOCIAL INA DEBORA R.L


ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
254

dukungan keluarga, ibu melakukan kunjungan ke Puskesmas (K4) untuk

memeriksakan kehamilannya

6.2.3 Pengaruh faktor intrapersonal terhadap tempat persalinan

Hasil analisis multivariat menunjukkan bahwa faktor intra personal yang

berpengaruh terhadap tempat persalinan adalah : pengetahuan dan sikap ibu.

1. Pengetahuan terhadap tempat persalinan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa proporsi pengetahuan ibu baik 93

orang (73,8%) dengan nilai rata-rata 85,71 minimal 46,53 dan maksimal 100.

Pengetahuan berpengaruh terhadap pemilihan tempat persalinan bagi ibu.

Pengetahuan yang baik dari ibu tentang kehamilan, persalinan dan nifas

disebabkan oleh ibu hamil sebagian besar 86 orang (68,25%) adalah ibu multi

gravida (hamil lebih dari satu kali) sehingga sering terpapar terhadap informasi

tentang tempat persalinan di fasilitas kesehatan yang memadai / Puskesmas

dengan mendapatkan jampersal.

Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam

membentuk tindakan seseorang (overt behavior) (Notoatmodjo, 2010).

Pengetahuan yang baik tentang tanda bahaya kehamilan, persalinan, nifas dan

komplikasi persalinan, dapat menjadi dasar seseorang untuk bersikap berperilaku

positif terutama dalam hal memilih tempat persalinan di fasilitas kesehatan yang

memadai. Persalinan di fasilitas kesehatan yang memadai dilakukan oleh tenaga

kesehatan yang terampil, dapat membantu ibu melahirkan dengan selamat dan

sehat. Dari pengalaman dan penelitian terbukti bahwa perilaku yang didasari oleh

Disertasi PENGEMBANGAN PENDEKATAN “SOCIAL INA DEBORA R.L


ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
255

pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari oleh

pengetahuan.

2. Sikap terhadap tempat persalinan

Sikap ibu berpengaruh terhadap pemilihan tempat persalinan oleh ibu.

Sikap yang utuh (total attitude), komponen pengetahuan, berpikir, keyakinan

dan emosi memegang peranan penting. Ibu hamil yang mendengar tentang tanda

bahaya kehamilan, komplikasi persalinan dan nifas. Ketersediaan fasilitas

kesehatan yang memadai, mudah diakses dan memberikan jaminan persalinan

(jampersal), akan membawa ibu tersebut untuk berpikir memilih fasilitas

kesehatan yang memadai untuk dapat melahirkan dengan selamat dan sehat.

Dengan sikap yang baik, positif serta tersedianya fasilitas kesehatan yang

memadai, dan dukungan keluarga, ibu melahirkan di fasilitas kesehatan yang

memadai dengan pertolongan tenaga kesehatan yang kompeten (Bidan, Perawat

dan dokter).

6.2.4 Pengaruh faktor intrapersonal terhadap pertolongan persalinan oleh


tenaga kesehatan /PN

Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor intra personal yang

berpengaruh terhadap PN adalah penambahan BB ibu selama hamil dan sikap ibu.

1. Penambahan berat badan ibu selama hamil terhadap PN

Hasil penelitian menunjukkan kelompok ibu yang berat badan < 9 kg 43

orang (71,7%), berat badan 9 -15 kg sebagian besar 53 orang (86,9 %) melahirkan

di tolong oleh tenaga kesehatan yang kompeten. Demikian juga Ibu hamil dengan

penambahan berat badan > 15 kg 2 orang ibu (100%) melahirkan di tolong oleh

tenaga kesehatan yang kompeten. Sedangkan pada kelompok ibu yang melahirkan

Disertasi PENGEMBANGAN PENDEKATAN “SOCIAL INA DEBORA R.L


ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
256

di non tenaga kesehatan adalah ibu hamil dengan penambahan BB < 9 kg 17

orang (28,3%) maupun 9 - 15 kg 8 orang (13,1%).

Penambahan BB selama hamil berpengaruh terhadap pelayanan kesehatan

ibu untuk menurunkan AKI. Pada trimester pertama berat badan akan meningkat

relatif sedikit atau belum ada peningkatan sama sekali, bahkan berat badan

cenderung berkurang karena muntah-muntah. Hal ini akan mendorong ibu untuk

memeriksakan kehamilannya. Berat badan akan meningkat tajam saat sudah

memasuki trimester ke-2 dan 3. Pada priode inilah berat badan harus dikontrol

dengan benar.

Normalnya, berat badan akan bertambah sebanyak 12-15 kg selama

kehamilan. Pada trimester ke-2 janin akan tumbuh hingga 10 gram per hari. Pada

minggu ke 16 bayi akan tumbuh sekitar 90 gram, minggu ke-20 sebanyak 256

gram, minggu ke 24 sekitar 690 gram, dan minggu ke 27 sebanyak 900 gram.

Dampak yang bisa ditimbulkan bila ibu kelebihan berat badan saat hamil:

(1) Ibu berisiko terkena diabetes dan hipertensi (2) Infeksi setelah proses bersalin

akibat banyaknya pembuluh darah yang tersumbat (3) Tumbuhnya kuman

penyebab infeksi pada lemak yang tertimbun di lapisan kulit (4) Pertumbuhan

bayi terhambat akibat plasenta yang berguna untuk menyuplai oksigen terganggu

oleh timbunan lemak (5) Kecerdasan anak berkurang akibat rusaknya sel-sel otak

yang tidak tersuplai oksigen (6) Anak mengalami gangguan paru-paru. (7) Anak

terlahir obesitas.

Pada ibu hamil yang underweight, bayi juga akan mengalami gangguan

pertumbuhan dan terancam lahir prematur serta bayi berisiko lahir cacat. Pada ibu

Disertasi PENGEMBANGAN PENDEKATAN “SOCIAL INA DEBORA R.L


ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
257

yang underweight, kenaikan berat badan yang dianjurkan adalah 0,5 kg setiap

minggu. Untuk menghindarinya, ibu hamil dianjurkan untuk mengonsumsi

makanan bergizi yang memenuhi syarat dan gizi seimbang. Pada ibu yang

underweight, kenaikan berat badan yang dianjurkan adalah 0,5 kg setiap minggu.

Anonim/http://doktersehat.com/berapa-berat-badan-ideal-saat-hamil/(sitasi 02 Juli

2013).

2. Sikap ibu terhadap PN

Sikap ibu mempengaruhi ibu untuk memilih penolong persalinan oleh

petugas kesehatan yang kompeten. Pembentukan sikap untuk berperilaku memilih

penolong persalinan bidan atau dukun tergantung dari beberapa hal : (1)

Pengalaman pribadi ibu. Pengalaman pribadi ini ditentukan oleh kesan yang kuat

dari ibu tentang petugas kesehatan atau dukun. Berdasarkan hasil wawancara

dengan beberapa ibu diketahui kesan ibu tentang petugas kesehatan adalah

sibuk‖ melakukan banyak tugas, dan tidak tinggal di desa. Pada saat akan

melahirkan bidan tidak berada di tempat, sedangkan dukun tinggal di desa dan

selalu hadir jika dibutuhkan. Dukun selalu siap menolong jika ibu membutuhkan

sesuai kebutuhan ibu mulai dari memandikan ibu, sampai membuatkan ramuan

obat-obatan, memijit ibu dan memandikan bayi. Hal ini membuat kesan yang kuat

bagi ibu untuk memilih dukun sebagai penolong persalinan. Ada keterlibatan

secara emosional antara ibu dan dukun karena dukun selalu hadir untuk ibu disaat

ibu membutuhkan. Dukun tidak menetapkan biaya pertolongan persalinannya,

tetapi sesuai dengan kemampuan ibu. (2) Kebudayaan. Pada umumnya kebiasaan

di Timor, melahirkan ditolong oleh dukun.(3) Pengaruh dari significant order

Disertasi PENGEMBANGAN PENDEKATAN “SOCIAL INA DEBORA R.L


ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
258

keluarga sebagai orang penting yang menginginkan perawatan khusus bagi ibu

melahirkan oleh dukun yang sudah terbiasa sejak turun temurun. (4) media massa

dapat membantu ibu untuk menentukan sikap memilih melahirkan ditolong oleh

petugas kesehatan yang kompeten atau tidak (5) institusi dalam hal ini

Puskesmasdapat membantu ibu untuk melahirkan di fasilitas kesehatan yang

memadai dan ditolong oleh tenaga kesehatan yang kompeten.

Dengan demikian untuk dapat membentuk sikap ibu yang baik memilih

melahirkan di fasilitas kesehatan yang memadai dan ditolong oleh petugas

kesehatan yang kompeten, maka informasi atau pendidikan kesehatan yang

diberikan harus kredibilitas sesuai dengan kompetensi petugas kesehatan, dapat

dipercaya. Pendidikan kesehatan juga harus memiliki daya tarik dan

menyenangkan, pesan tidak menakut-nakuti tetapi informasi yang relevan dan

bermanfaat bagi ibu.

Ketersediaan fasilitas kesehatan yang memadai, mudah diakses dan

memberikan jaminan persalinan (jampersal), serta petugas kesehatan yang

kompeten akan membawa ibu tersebut untuk berpikir memilih ditolong oleh

tenaga kesehatan yang kompeten. Dengan sikap yang baik dan positif, serta

tersedianya fasilitas kesehatan yang memadai, dan dukungan keluarga, ibu

melahirkan di fasilitas kesehatan yang memadai dengan pertolongan tenaga

kesehatan yang kompeten (Bidan, Perawat dan dokter).

6.2.5 Pengaruh faktor intrapersonal terhadap kunjungan nifas/ Kf

Kunjungan nifas dipengaruhi oleh niat ibu. Kata niat dalam bahasa Arab

berarti mengingini sesuatu dan bertekad hati untuk mendapatkannya. Berdasarkan

Disertasi PENGEMBANGAN PENDEKATAN “SOCIAL INA DEBORA R.L


ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
259

Theory of Planned Behavior, penentu terpenting perilaku seseorang adalah niat

untuk berperilaku. Niat individu untuk menampilkan suatu perilaku adalah

kombinasi dari sikap untuk menampilkan perilaku tersebut dan norma subjektif.

Sikap individu terhadap perilaku meliputi kepercayaan mengenai suatu perilaku,

evaluasi terhadap hasil perilaku, norma subjektif, kepercayaan-kepercayaan

normative dan motivasi untuk patuh. Intensi/ niat adalah konstruk psikologis yang

berbeda dengan sikap. Intensi mewakili motivasi seseorang dalam arti rencana

orang itu secara sadar untuk berusaha melakukan suatu perilaku (Eagly &

Chaiken, 1993).

Jika seseorang mempersepsi bahwa hasil dari menampilkan suatu perilaku

positif, ia akan memiliki sikap positif terhadap perilaku tersebut. Yang sebaliknya

juga dapat dinyatakan bahwa jika suatu perilaku difikirkan negative. Jika orang lain

yang relevan memandang bahwa menampilkan perilaku tersebut sebagai sesuatu

yang positifdan seseorang tersebut termotivasi untuk memenuhi harapan orang lain

yang relevan maka itulah yang disebut dengan norma subjektif yang positif. Jika

orang lain melihat perilaku yang akan ditampilkan sebagai sesuatu yang negative

dan seseorang tersebut ingin memenuhi harapan orang lain tersebut, itu yang disebut

sebagai norma subjektif negatif.

Kunjungan nifas ibu ke fasilitas kesehatan maupun kunjungan petugas

kesehatan ke rumah ibu nifas adalah suatu perilaku yang menjadi niat dari ibu

maupun petugas kesehatan. Hal ini terjadi karena kepercayaan dari ibu terhadap

petugas kesehatan, serta petugas ingin mengevaluasi hasil perilaku ibu yang

mendapatkan penyuluhan atau pendidikan kesehatan di Puskesmas serta adanya

Disertasi PENGEMBANGAN PENDEKATAN “SOCIAL INA DEBORA R.L


ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
260

motivasi dari ibu maupun petugas kesehatan untuk patuh melaksanakan perawatan

ibu selama masa nifas.

Dengan niat yang tulus dari ibu dan petugas kesehatan kunjungan nifas

dapat dilakukan oleh ibu maupun petugas kesehatan sebanyak 3 kali selama masa

nifas : Kf I 6 jam sd 7 hari ; Kf II hari ke -8 sd hari ke 14 ; Kf III hari ke 15 sd 42

setelah persalinan. Hal ini dilakukan dalam upaya mencegah komplikasi masa

nifas yang berakibat pada kematian ibu. Kunjungan nifas perlu mendapat

perhatian dari petugas kesehatan agar dapat dilakukan segera pada minggu

pertama dan minggu kedua ibu nifas karena penyebab langsung kematian

maternal terutama diperkirakan 60% terjadi pada periode setelah melahirkan (post

natal). Dari kematian post natal ini 45% terjadi pada hari pertama, meningkat

lebih dari 65% terjadi dalam kurun waktu satu minggu dan dalam 2 minggu,

kematian dapat mencapai 80% (Li et al, 1996 dalam Widjono, 2008). Jika di suatu

kecamatan terdapat 10 kematian maternal maka diperkirakan 6 - 7 orang ibu

meninggal setelah melahirkan. Dengan demikian 1 hari sampai 2 minggu adalah

merupakan kurun waktu kritis bagi perawatan ibu melahirkan. Secara fisiologis

periode 2 minggu pertama post partum adalah periode penyesuaian ibu kepada

fisiologis sebelum hamil ; involusi uterus. ibu menyusui dengan masalah laktasi.

Pada periode ini juga perlu pendampingan secara psikologis karena terjadi

perubahan psikologis membantu ibu melewati fase taking in pada hari pertama

setelah melahirkan; Ibu hanya berorientasi pada diri sendiri karena masih

merasakan sakit melahirkan, kemudian secara perlahan ibu dapat menyesuaikan

diri pada hari ke-2 samapi hari ke-14 ibu memasuki fase taking hold. Ibu sangat

Disertasi PENGEMBANGAN PENDEKATAN “SOCIAL INA DEBORA R.L


ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
261

ingin mengetahui banyak hal tentang perawatan diri serta bayi baru lahir,

kemudian pada mingggu ke-3 ibu memasuki fase letting go artinya ibu sudah

lebih siap secara fisik dan psikologis dalam perawatan dirinya maupun untuk bayi.

sehingga pada periode 2 minggu pertama ini sangat penting peran dari Bidan atau

Perawat untuk melakukan kunjungan rumah dalam rangka perawatan nifas

maupun perawatan neonatal. Kunjungan ibu ke Puskesmasdapat dilakukan setelah

melewati masa kritis ini.

6.2.6 Pengaruh faktor intrapersonal terhadap keluarga berencana/ KB

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kejadian abortus berpengaruh

terhadap keluarga berencana. Abortus adalah ancaman atau pengeluaran hasil

konsepsi pada kehamilan kurang dari 20 minggu atau berat janin kurang dari 500

gram (Mansjoer, 2001). Kejadian abortus sulit ditentukan karena abortus buatan

banyak yang tidak dilaporkan kecuali jika sudah terjadi komplikasi dan juga

karena sebagian abortus spontan hanya disertai gejala dan tanda ringan sehingga

dianggap sebagai haid. Faktor-faktor penyebab abortus adalah: Kelainan

pertumbuhan hasil konsepsi, kelainan pada plasenta, penyakit ibu serta traktus

genitalis

Abortus dibagi menjadi beberapa bagian antara lain: (1) Abortus

Komplet,seluruh hasil konsepsi telah keluar dari rahim pada kehamilan kurang

dari 20 minggu (2) Abortus Inkomplet, sebagian hasil konsepsi telah keluar dari

rahim dan masih ada yang tertinggal (3) Abortus Insipiens, abortus yang sedang

mengancam yang ditandai dengan serviks yang telah mendatar, sedangkan hasil

konsepsi masih berada lengkap di dalam rahim (4) Abortus iminens,

Disertasi PENGEMBANGAN PENDEKATAN “SOCIAL INA DEBORA R.L


ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
262

Abortus tingkat permulaan, terjadi perdarahan pervaginam, sedangkan jalan lahir

masih tertutup dan hasil konsepsi masih baik di dalam rahim (5) Missed Abortion

Abortus yang ditandai dengan embrio atau fetus terlah meninggal dalam

kandungan sebelum kehamilan 20 minggu dan hasil konsepsi seluruhnya masih

dalam kandungan (6) Abortus Habitualis Abortus yang terjadi sebanyak tiga kali

berturut turut atau lebih. Abortus disebabkan oleh antara lain Faktor ibu seperti

penyakit penyakit khronis yang diderita oleh sang ibu seperti radang paru paru,

tifus, anemia berat, keracunan dan infeksi virus toxoplasma. Kelainan yang terjadi

pada organ kelamin ibu seperti gangguan pada mulut rahim, kelainan bentuk

rahim terutama rahim yang lengkungannya ke belakang (secara umum rahim

melengkung ke depan), mioma uteri, dan kelainan bawaan pada rahim.

Untuk menangani pasien abortus, ada beberapa langkah yang dibedakan

menurut jenis abortus yang dialami, antara lain: Abortus komplet tidak

memerlukan penanganan khusus, hanya apabila menderita anemia ringan perlu

diberikan tablet besi dan dianjurkan supaya makan makanan yang mengandung

banyak protein, vitamin dan mineral. Abortus inkomplet, bila disertai dengan syok

akibat perdarahan maka pasien diinfus dan dilanjutkan transfusi darah. Setelah

syok teratasi, dilakukan kuretase, bila perlu pasien dianjurkan untuk rawat inap.

Abortus insipiens, biasanya dilakukan tindakan kuretase bila umur kehamilan

kurang dari 12 minggu yang disertai dengan perdarahan. Abortus iminens,

istirahat baring, tidur berbaring merupakan unsur penting dalam pengobatan

karena cara ini akan mengurangi rangsangan mekanis dan menambah aliran darah

Disertasi PENGEMBANGAN PENDEKATAN “SOCIAL INA DEBORA R.L


ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
263

ke rahim. Ditambahkan obat penenang bila pasien gelisah. Kejadian abortus ini

membuat ibu enggan untuk menggunakan kontrasepsi.

6.3 Pengaruh Faktor Interpersonal terhadap Penurunan AKI (Melalui


Indikator Output K1, K4, Tempat Persalinan, PN, Kf dan KB)

Pada analisis regresi logistik ganda indikator interpersonal yang tidak

berpengaruh terhadap pelayanan kesehatan ibu adalah mengenal masalah

kesehatan ibu. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada ibu dengan keluarga

yang telah mengenal masalah atau mengetahui ibu hamil 124 orang (98,4%) : 64

orang (51,6%) tidak K1 murni, 61 orang (69,2%) tidak K4, 55 orang (44,4%)

melahirkan di rumah (non faskes). Ini menunjukkan bahwa dengan mengenal

masalah saja tidak cukup bagi ibu dan keluarga untuk memanfaatkan pelayanan

kesehatan yang tersedia tetapi masih dipengaruhi oleh faktor lain seperti

pengetahuan, sikap dan nilai kepercayaan serta niat ibu terhadap pelayanan

kesehatan serta pengambilan keputusan yang dominan oleh suami atau keluarga.

Hasil analisis regresi logistik ganda indikator variabel interpersonal yang

terbukti berpengaruh terhadap K1 adalah pengambilan keputusan keluarga dan

merawat ibu hamil. Terhadap K4 adalah pengambilan keputusan keluarga,

merawat ibu hamil, dan pemanfaatan fasilitas kesehatan. Indikator interpersonal

yang berpengaruh terhadap pemilihan tempat persalinan adalah pengambilan

keputusan keluarga, modifikasi lingkungan keluarga, persepsi kerentanan keluarga

terhadap penyakit. Terhadap persalinan oleh tenaga kesehatan yang terampil (PN)

adalah modifikasi lingkungan, persepsi kerentanan keluarga terhadap penyakit,

Subjective norm dan Perceived control. Terhadap kunjungan nifas (Kf) adalah

Disertasi PENGEMBANGAN PENDEKATAN “SOCIAL INA DEBORA R.L


ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
264

Subjective norm dan terhadap KB adalah persepsi kerentanan keluarga terhadap

penyakit.

6.3.1 Pengaruh faktor interpersonal terhadap K1

Hasil analisis regresi logistic ganda menunjukkan bahwa faktor

interpersonal yang berpengaruh terhadap K1 adalah pengambilan keputusan

keluarga dan merawat ibu hamil.

1. Pengambilan keputusan keluarga terhadap K1

Pengambilan keputusan keluarga adalah penting. Tugas keluarga ini

merupakan upaya keluarga yang utama untuk mencari pertolongan yang tepat

sesuai dengan keadaan keluarga, dengan pertimbangan siapa diantara keluarga

yang mempunyai keputusan untuk memutuskan tindakan yang tepat (Suprajitno,

2004). Friedman, (1998) menyatakan kontak keluarga dengan sistem akan

melibatkan lembaga kesehatan profesional ataupun praktisi lokal (dukun) dan

sangat bergantung pada: (1) Apakah masalah dirasakan oleh keluarga. (2) Apakah

kepala keluarga merasa menyerah terhadap masalah yang dihadapi salah satu

anggota keluarga (3) Apakah kepala keluarga takut akibat dari terapi yang

dilakukan terhadap salah satu anggota keluarganya (4) Apakah kepala keluarga

percaya terhadap petugas kesehatan (5) Apakah keluarga mempunyai kemampuan

untuk menjangkau fasilitas kesehatan. Keluarga dengan ibu hamil akan

melakukan K1 apabila keluarga mengambil keputusan yang tepat untuk segera

memeriksakan kehamilannya ke fasilitas kesehatan yang memadai, karena orang

yang paling dekat dengan ibu hamil adalah keluarga. Dalam budaya Timor,

pengambilan keputusan dalam keluarga besar (extended family) masih didominasi

Disertasi PENGEMBANGAN PENDEKATAN “SOCIAL INA DEBORA R.L


ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
265

oleh suami dan keluarga, istri hanya mengikuti saja. Keluarga dapat menjadi

orang pertama yang mengetahui ibu sedang hamil. Sehingga pengambilan

keputusan keluarga sangat menentukan ibu hamil untuk memeriksakan

kehamilannya ke puskesmas.

2. Merawat ibu hamil terhadap K1

Hasil penelitian menunjukkan keluarga yang merawat ibu hamil dengan

baik proporsi 28 orang (84,8%) melakukan K1. Sedangkan pada kelompok ibu

yang merawat ibu hamil dengan kurang-cukup 60 orang (64,5%) tidak K1.

Pemberian perawatan secara fisik merupakan beban paling berat yang dirasakan

keluarga. Beberapa keluarga akan membebaskan orang yang sakit dari peran atau

tangung jawabnya secara penuh (Friedman, 1998). Suprajitno (2004) menyatakan

bahwa keluarga memiliki keterbatasan dalam mengatasi masalah perawatan

keluarga. Dirumah keluarga memiliki kemampuan dalam melakukan pertolongan

pertama. Untuk itu perlu mengetahui: (1) Apakah keluarga aktif dalam ikut

merawat pasien (2) Bagaimana keluarga mencari pertolongan dan mengerti

tentang perawatan yang diperlukan pasien (3) Bagaimana sikap keluarga terhadap

ibu hamil. Keluarga akan aktif mencari informasi tentang perawatan ibu hamil

yang dapat diperoleh apabila melakukan kunjungan K1 ke fasilitas kesehatan yang

memadai.

6.3.2 Pengaruh faktor interpersonal terhadap K4

Hasil analisis regresi logistik ganda menunjukkan bahwa faktor

interpersonal yang berpengaruh terhadap K4 adalah pengambilan keputusan

keluarga, merawat ibu hamil dan pemanfaatan fasilitas kesehatan.

Disertasi PENGEMBANGAN PENDEKATAN “SOCIAL INA DEBORA R.L


ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
266

1. Pengambilan keputusan keluarga terhadap K4

Hasil penelitian menunjukkan kelompok ibu yang pengambilan keputusan

keluarga baik proporsi 50 orang (75,8%) adalah K4. Sedangkan pada kelompok

ibu yang yang pengambilan keputusan keluarga kurang-cukup proporsi 46 orang

(76,7%), tidak K4. Menurut Guhardja (1989), ada tiga tipe pengambilan

keputusan dalam keluarga, yaitu: pengambilan keputusan konsensus, akomodatif

dan defacto. Pengambilan keputusan konsensus merupakan pengambilan

keputusan secara bersama-sama antar anggota keluarga, setiap anggota keluarga

mempunyai hak untuk mengemukakan pendapatnya. Keputusan yang diambil

merupakan keputusan bersama dan akan menjadi tanggung jawab semua anggota

keluarga. Konflik antar anggota keluarga tidak terjadi dan semua anggota keluarga

akan puas. Hal ini biasa dilakukan oleh keluarga melalui musyawarah dalam

keluarga. Pengambilan keputusan semacam ini membutuhkan waktu yang lama,

karena dibutuhkan kesemaan persepsi untuk pengambilan keputusan.

Pengambilan keputusan akomodatif adalah pengambilan yang dicirikan

oleh adanya orang yang dominan, sehingga keputusan yang diambil adalah

dengan menerima pendapat orang yang dominan tersebut, karena hanya orang

tertentu yang akan merasa puas, maka ada dua akibat dari pengambilan keputusan

ini, yakni: keputusan ini akan dilakukan oleh orang lain dengan persyaratan dan

dalam melaksanakan keputusan akan didominasi oleh orang yang mempunyai

pendapat tersebut. Pengambilan keputusan seperti ini biasanya dilakukan oleh

keluarga seperti “Too Huk” yang dituakan dan bertanggung jawab atas

permasalahan yang berkaitan dengan kelurga besar (extended family).

Disertasi PENGEMBANGAN PENDEKATAN “SOCIAL INA DEBORA R.L


ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
267

Pengambilan keputusan de facto adalah pengambilan keputusan yang

diambil karena terpaksa. Hal ini bisa dilakukan oleh keluarga yang terpaksa harus

mengambil keputusan misalnya mengajak ibu hamil memeriksakan diri pada

trimester III walaupun tak ada keluhan daripada diskusi yang dapat menyebabkan

terlambat mengetahui masalah ibu hamil, terlambat mengambil keputusan dan

terlambat merujuk yang berakibat pada terlambat penanganan komplikasi yang

dapat menyebabkan kematian ibu.

Pengambilan keputusan lainnya adalah pola tradisional ; wewenang untuk

pengambilan keputusan dalam keluarga diberikan kepada suami, sedangkan istri

hanya mendukung keputusan suami. Berbeda dengan pola modern ; pengambilan

keputusan dalam keluarga secara bersama-sama. Ada persamaan hak antara suami

dan istri dalam mengambil keputusan, dengan tanpa menghilangkan peran

masing-masing (Guhardja , 1989 dalam

http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/47437/BAB%20II%20Tinj
auan%20Pustaka_%20I11orm.pdf (sitasi 2 Juli 2013)

Suatu keputusan dibuat dalam rangka memecahkan permasalahan atau

persoalan (problem solving), tujuan yang ingin dicapai. Setiap proses

pengambilan keputusan selalu terdapat pihak yang lebih berwenang (Kusumo

2009). Dalam hal ini yang paling berwenang adalah ibu hamil sendiri dengan

dukungan dari keluarga dapat mengambil keputusan untuk melakukan K4.

Pengambilan keputusan keluarga dalam menentukan ibu hamil melakukan

pemeriksaan K4 adalah penting, mengingat pada kehamilan trimester III biasanya

pada ibu hamil normal, keluhan mual muntah ibu sudah berkurang bahkan tidak

ada sama sekali. Ibu hamil sudah beradaptasi dengan kondisi fisik maupun

Disertasi PENGEMBANGAN PENDEKATAN “SOCIAL INA DEBORA R.L


ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
268

psikologisnya sehingga ibu dapat menjadi lupa untuk memeriksakan

kehamilannya. Dengan demikian tugas keluarga ini sangat penting untuk

mengambil keputusan melakukan pemeriksaan kesehatan ibu hamil ke fasilitas

kesehatan yang memadai walaupun ibu tidak mengalami keluhan atau sakit terkait

dengan kehamilannya. Pada trimester III ini penting bagi keluarga untuk sudah

menetapkan atau memutuskan ibu melahirkan di fasilitas kesehatan yang memadai

serta mempersiapkan kebutuhan persalinan bagi ibu maupun bayi yang akan

dilahirkan.

2. Merawat ibu hamil terhadap K4

Hasil penelitian menunjukkan kelompok ibu yang merawat keluarga baik

proporsi 28 orang (84,8%) adalah K4. Sedangkan pada kelompok ibu yang yang

merawat keluarga kurang-cukup proporsi 57 orang (61,3%), tidak K4.

Memberikan perawatan terhadap keluarga yang sakit beberapa keluarga

akan membebaskan orang yang sakit dari peran atau tangung jawabnya secara

penuh. Pemberian perawatan secara fisik merupakan beban paling berat yang

dirasakan keluarga (Friedman, 1998). Suprajitno (2004) menyatakan bahwa

keluarga memiliki keterbatasan dalam mengatasi masalah perawatan keluarga.

Dukungan keluarga juga dipengaruhi oleh kelas sosial ekonomi orang tua

yang meliputi tingkat pendapatan atau pekerjaan orang tua dan tingkat pendidikan.

Dalam keluarga kelas menengah, suatu hubungan yang lebih demokratis dan adil

mungkin ada, sementara dalam keluarga kelas bawah, hubungan yang ada lebih

otoritas atau otokrasi. Selain itu orang tua dengan kelas sosial menengah

Disertasi PENGEMBANGAN PENDEKATAN “SOCIAL INA DEBORA R.L


ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
269

mempunyai tingkat dukungan, afeksi dan keterlibatan yang lebih tinggi daripada

orangtua dengan kelas sosial bawah (Friedman 1998).

Dirumah keluarga memiliki kemampuan dalam melakukan pertolongan

pertama. Dalam merawat ibu hamil hendaknya keluarga aktif dalam ikut merawat

ibu hamil, keluarga peduli terhadap kebutuhan pasien, dan berupaya mencari

pertolongan serta aktif mencari informasi tentang perawatan ibu termasuk

pemeriksaan K4 ke fasilitas kesehatan yang memadai.

3. Pemanfaatan fasilitas kesehatan terhadap K4

Hasil penelitian menunjukkan kelompok ibu memanfaatkan fasilitas

kesehatan dengan baik proporsi 63 orang (53,8%) adalah K4. Sedangkan pada

kelompok ibu yang memanfaatkan fasilitas kesehatan dengan cukup proporsi 8

orang (88,9%), tidak K4.

Pemanfaatan fasilitas kesehatan oleh keluarga sangat tergantung pada:(1)

Pengetahuan keluarga tentang fasilitas kesehatan yang dapat dijangkau keluarga,

(2) Keuntungan dari adanya fasilitas kesehatan, (3) Kepercayaan keluarga

terhadap fasilitas kesehatan yang ada, (4) Apakah fasilitas kesehatan dapat

terjangkau oleh keluarga. Dengan demikian sangat penting peran dari petugas

kesehatan untuk memberikan informasi secara professional untuk pelayanan

kepada masyarakat. Puskesmasdapat mempromosikan program kesehatan dengan

baik misalnya untuk ibu hamil dilakukan “Kelas prenatal care and family‖

sehhingga ibu hamil dan keluarga mendapatkan manfaat lebih dari berkunjung ke

Puskesmas.

Disertasi PENGEMBANGAN PENDEKATAN “SOCIAL INA DEBORA R.L


ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
270

6.3.3 Pengaruh faktor interpersonal terhadap tempat persalinan

Hasil analisis multivariat menunjukkan bahwa faktor interpersonal yang

berpengaruh terhadap K1 adalah pengambilan keputusan keluarga, modifikasi

lingkungan keluarga persepsi rentan terhadap penyakit

1. Pengambilan keputusan keluarga terhadap tempat persalinan

Hasil penelitian menunjukkan kelompok ibu yang pengambilan keputusan

keluarga baik proporsi 43 orang (65,2 %) adalah melahirkan di fasilitas kesehatan

yang memadai. Sedangkan pada kelompok ibu yang yang pengambilan keputusan

keluarga kurang proporsi 32 orang (53,3 %), melahirkan tidak di fasilitas

kesehatan yang memadai.

Keluarga adalah kumpulan dua orang atu lebih yang hidup bersama

dengan keterikatan aturan dan emosional dan individu mempunyai peran

masingmasing yang merupakan peran dari keluarga (Friedman, 1998). Peran

keluarga dilaksanakan melalui fungsi keluarga diantaranya fungsi

perawatan/pemeliharaan kesehatan yaitu fungsi untuk mempertahankan keadaan

kesehatan anggota keluarga agar tetap memiliki produktivitas tinggi. Fungsi ini

dikembangkan menjadi tugas keluarga di bidang kesehatan (Friedman, 1998).

Salah satu tugas keluarga adalah pengambilan keputusan keluarga setelah

keluarga mengenal masalah anggota keluarganya. Terkait dengan perawatan

selama hamil melahirkan dan nifas, terutama saat ibu akan melahirkan maka

pemilihan tempat persalinan menjadi suatu keputusan penting bagi keluarga.

Keluarga memilih tempat persalinan di fasilitas kesehatan yang memadai agar jika

terjadi komplikasi pada saat persalinan, pertolongan dapat segera diberikan karena

Disertasi PENGEMBANGAN PENDEKATAN “SOCIAL INA DEBORA R.L


ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
271

tersedianya fasilitas kesehatan yang memadai dan petugas kesehatan yang

kompeten. Dengan demikian keluarga sebagai suatu sistem sebaiknya menjadi

sistem terbuka yaitu suatu system yang mempunyai kesempatan dan mau

menerima masukan dan memperhatikan lingkungan sekitarnya.

2. Modifikasi lingkungan keluarga terhadap tempat persalinan

Hasil penelitian menunjukkan kelompok ibu yang melakukan modifikasi

lingkungan keluarga proporsi 43 orang (56,6%) adalah melahirkan tidak di

fasilitas kesehatan yang memadai. Sedangkan pada kelompok ibu yang tidak

melakukan modifikasi lingkungan keluarga proporsi 38 orang (76 %), melahirkan

tidak di fasilitas kesehatan yang memadai.

Modifikasi lingkungan keluarga adalah salah satu tugas keluarga yang ke

empat setelah perawatan kesehatan keluarga. Modifikasi lingkungan keluarga

terutama dilakukan oleh keluarga pada saat ibu melahirkan dengan menyediakan

makanan yang bergizi, memberikan perhatian yang lebih kepada ibu hamil

melahirkan dan nifas termasuk pemilihan tempat persalinan di fasilitas kesehatan

yang memadai bagi ibu saat melahirkan agar ibu dapat melahirkan dengan

selamat, bayi selamat serta ibu dan bayi sehat. Perhatian dari keluarga ini

menyebabkan masih ada ibu hamil yang memilih untuk melahirkan di ruamah

atau bukan fasilitas kesehatan. Hal ini perlu menjadi perhatian dari Petugas

kesehatan untuk meningkatkan perhatian kepada ibu hamil agar melahirkan di

fasilitas kesehatan yang memadai.

Disertasi PENGEMBANGAN PENDEKATAN “SOCIAL INA DEBORA R.L


ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
272

3. Persepsi kerentanan penyakit terhadap tempat persalinan

Hasil penelitian menunjukkan persepsi rentan terhadap penyakit baik

proporsi 9 orang (81,8 %). Sedangkan pada kelompok ibu yang persepsi rentan

terhadap penyakit kurang-cukup proporsi 53 orang (46,1%) melahirkan tidak di

fasilitas kesehatan yang memadai. Persepsi kerentanan terhadap komplikasi

kehamilan, persalinan dan nifas yang menyebabkan ibu memilih melahirkan di

fasilitas kesehatan yang memadai dan ditolong oleh tenaga kesehatan yang

berkompeten.

Health Belief Model menurut Becker (1979) ditentukan oleh: Percaya

bahwa mereka rentan terhadap masalah kesehatan, menganggap serius masalah

yakin terhadap efektivitas pengobatan tidak mahal menerima anjuran untuk

mengambil tindakan kesehatan.

Perilaku kesehatan merupakan fungsi dari pengetahuan dan sikap. Secara

khusus bahwa persepsi sesorang tentang kerentanan dan kemujaraban pengobatan

dapat mempengaruhi keputusan seseorang dalam perilaku kesehatannya.

Ancaman suatu penyakit dipersepsikan secara berbeda oleh setiap

individu. Sebagaimana halnya dengan pemilihan tempat melahirkan di fasilitas

kesehatan yang memadai. Bagi sebagian ibu hamil melahirkan adalah sesuatu

yang alamiah sehingga tidak memerlukan penanganan khusus. Pada wawancara

terhadap beberapa responden yang rajin memeriksakan kehamilan ke

Puskesmasternyata waktu melahirkan tidak di fasilitas kesehatan yang memadai.

Ketika di konfirmasi jawabannya adalah Pada waktu mau melahirkan diantar ke

Puskesmastetapi bidan tidak berada di tempat. Ibu hamil dan keluarga memilih

Disertasi PENGEMBANGAN PENDEKATAN “SOCIAL INA DEBORA R.L


ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
273

melahirkan di rumah Karena merasa mampu menolong diri sendiri‖. Berdasarkan

pengalaman selama 3 kali melahirkan ibu melahirkan sendiri dan ditolong oleh

keluarga. Ibu dapat memahami ketiadaan bidan. Bagi ibu hamil dan keluarga

melahirkan adalah proses alamiah bagi ibu. Namun bagi sebagian ibu hamil

melahirkan harus di fasilitas kesehatan yang memadai karena ibu sudah

memahami bahwa risiko komplikasi persalinan dapat terjadi walaupun sudah di

screening dan ibu tidak ada keluhan.

Sesuai dengan The Health Belief Model/HBM oleh Rosenstock (1998).

HBM didasari oleh pemahaman bahwa seseorang akan melakukan tindakan jika

dia: (1) Merasakan bahwa suatu kondisi kesehatan negatif dapat dihindari, (2)

Punya harapan positif bahwa dengan tindakan yang dia ambil, dia akan terhindar

dari kondisi kesehatan yang negatif (misalnya melahirkan di fasilitas kesehatan

yang memadai agar dapat mencegah terjadinya komplikasi persalinan) dan

(3) percaya bahwa dia bisa berhasil dengan tindakan sehat yang direkomendasikan

(Melahirkan di fasilitas kesehatan dan ibu merasa aman dan selamat).

Persepsi tentang ancaman penyakit dan upaya penanggulangannya

dipengaruhi oleh latar belakang sosio-demografi ibu. Untuk menguatkan

keputusan bertindak diperlukan faktor pencetus seperti (berita dari media, ajakan

orang yang dikenal atau ada yang mengingatkan). Jika faktor pencetus itu cukup

kuat dan individu merasa siap, barulah individu itu benar-benar melaksanakan

tindakan yang dianjurkan guna menanggulangi atau mencegah penyakit tersebut.

Dengan demikian perlu dilakukan promosi kesehatan secara terus menerus

sehingga dengan persepsi kerentanan yang cukup baik akan membuat ibu mencari

Disertasi PENGEMBANGAN PENDEKATAN “SOCIAL INA DEBORA R.L


ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
274

bantuan melahirkan di fasilitas kesehatan yang memadai agar apabila terjadi

komplikasi dapat segera ditangani, tidak terlambat penanganan yang berakibat

pada kematian ibu.

6.3.4 Pengaruh faktor interpersonal terhadap PN

Hasil analisis regresi logistic ganda menunjukkan bahwa faktor

interpersonal yang berpengaruh terhadap PN adalah modifikasi lingkungan

keluarga, persepsi rentan terhadap penyakit, Perceived control dan Subjective

norm .

1. Modifikasi lingkungan keluarga terhadap PN

Hasil penelitian menunjukkan kelompok ibu yang melakukan modifikasi

lingkungan keluarga proporsi 57 orang (75%) adalah melahirkan di tolong oleh

tenaga kesehatan yang kompeten. Pada kelompok ibu yang tidak melakukan

modifikasi lingkungan keluarga proporsi 44 orang (88 %), tetap memilih

melahirkan melahirkan di tolong oleh tenaga kesehatan yang kompeten. Hal ini

karena pelayanan persalinan bagi ibu dibiayai oleh pemeritah pusat melalui

Jampersal. Sehingga ibu melahirkan di tolong oleh bidan dibiayai oleh pemerintah

Modifikasi lingkungan keluarga yang baik mnyebabkan ibu memilih

melahirkan di tolong oleh tenaga kesehatan yang kompeten. Hal ini berkaitan

dengan manfaat jampersal yang dapat dimanfaatkan oleh ibu.

2. Persepsi kerentanan penyakit terhadap PN

Hasil penelitian menunjukkan persepsi rentan terhadap penyakit baik

proporsi 10 orang (90,9%) melakukan PN Sedangkan pada kelompok ibu yang

persepsi rentan terhadap penyakit kurang-cukup proporsi 91 orang (79,1%), juga

Disertasi PENGEMBANGAN PENDEKATAN “SOCIAL INA DEBORA R.L


ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
275

melahirkan ditolong oleh tenaga kesehatan yang kompeten, terdapat 24 orang

dengan persepsi kerentanan kurang-cukup proporsi 24 orang (20,9 %) tidak PN.

Persepsi kerentanan terhadap komplikasi kehamilan, persalinan dan nifas

meyebabkan ibu lebih memilih melahirkan di fasilitas kesehatan yang memadai dan

ditolong oleh petugas kesehatan yang kompeten.

3. Perceived control terhadap PN

Perceived control mempengaruhi ibu dalam pemilihan penolong

persalinan. Perceived control adalah bagian dari theory of planned behavior,

Ajzen (2002) yang dimodifikasi dari Theory of reasoned action. Theory of

planned behavior menunjukkan bahwa seseorang individu merasa bahwa tampil

atau tidaknya suatu perilaku yang dibawah pengendaliannya, orang cenderung

tidak akan membentuk suatu intense/niat yang kuat untuk suatu perilaku tertentu

jika ia percaya bahwa ia tidak memiliki sumber atau kesempatan untuk melakukan

meskipun ia memiliki sikap yang positif dan ia percaya bahwa orang lain yang

penting baginya akan menyetujuinya. Theory of planned behavior`dapat

mempengaruhi perilaku secara langsung atau tidak langsung melalui intense/niat.

Jalur langsung dari Theory of planned behavior ke perilaku diharapkan muncul

ketika terdapat keselarasan antara persepsi mengenali kendali dan kendali yang

actual dari seseorang atas suatu perilaku.

Ibu memilih untuk melahirkan ditolong oleh dukun karena ibu dan

keluarga kesulitan untuk membiayai persalinan. Penolong persalinan dibiayai

oleh pemerintah namun ongkos/ biaya transportasi ibu ke fasilitas kesehatan yang

memadai (Puskesmasatau Rumah sakit) adalah merupakan kendala bagi keluarga

Disertasi PENGEMBANGAN PENDEKATAN “SOCIAL INA DEBORA R.L


ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
276

untuk menyiapkannya demikian halnya juga dengan biaya bagi keluarga untuk

mendampingi ibu selama di Puskesmas atau rumah sakit. Sehingga sangat

diperlukan adanya tabungan ibu bersalin dan dana sosial ibu bersalin persalinan

dapat dilakukan difasilitas kesehatan yang memadai dan ditolong oleh petuga

kesehatan yang kompeten.

Berkaitan dengan keluarga memilih ibu melahirkan ditolong oleh tenaga

kesehatan yang kompeten adalah karena ibu dan keluarga menyadari bahwa

semua proses melahirkan berada diluar kendali ibu dan keluarga. Ibu dan keluarga

menyadari adanya keterbatasan mereka dalam hal kurang pengetahuan dan

keterampilan menolong persalinan serta risiko komplikasi yang akan dihadapi saat

persalinan. Pertolongan persalinan yang dilakukan oleh tenaga kesehatan yang

kompeten akan membantu ibu melahirkan dengan selamat dan sehat.

6.3.5 Pengaruh faktor interpersonal terhadap Kf

Hasil analisis regresi logistik ganda menunjukkan bahwa faktor

interpersonal yang berpengaruh terhadap Kf adalah Subjective norm. The Theory

of Reasoned Action (TRA) oleh icek Ajzen (1991) adalah konstruk teoritis yang

berfokus pada faktor-faktor motivasi individu sebagai penentu dari kemungkinan

melakukan perilaku tertentu. Teori ini menyediakan suatu kerangka untuk

mempelajari sikap terhadap perilaku. Berdasarkan teori tersebut, penentu

terpenting perilaku seseorang adalah niat untuk berperilaku. niat individu untuk

menampilkan suatu perilaku adalah kombinasi dari sikap untuk menampilkan

perilaku tersebut dan norma subjektif. Sikap individu terhadap perilaku meliputi

Disertasi PENGEMBANGAN PENDEKATAN “SOCIAL INA DEBORA R.L


ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
277

kepercayaan mengenai suatu perilaku, evaluasi terhadap hasil perilaku, norma

subjektif, kepercayaan-kepercayaan normatif dan motivasi untuk patuh.

Jika seseorang mempersepsi bahwa hasil dari menampilkan suatu perilaku

tersebut positif, ia akan memiliki sikap positif terhadap perilaku tersebut. Yang

sebaliknya juga dapat dinyatakan bahwa jika suatu perilaku difikirkan negatif. Jika

orang lain yang relevan memandang bahwa menampilkan perilaku tersebut sebagai

sesuatu yang positif dan seseorang tersebut termotivasi untuk memenuhi harapan

orang lain yang relevan, maka itulah yang disebut dengan norma subjektif yang

positif. Jika orang lain melihat perilaku yang akan ditampilkan sebagai sesuatu

yang negatif dan seseorang tersebut ingin memenuhi harapan orang lain tersebut,

itu yang disebut dengan norma subjektif negatif. Niat untuk menampilkan

suatu perilaku tergantung pada hasil pengukuran sikap dan norma subjektif. Hasil

yang positif mengindikasikan intensi berperilaku.

Pada ibu nifas, kunjungan nifas akan dilakukan oleh petugas kesehatan ;

bidan, perawat maupun dokter. Apabila petugas kesehatan tersebut berpikir

positif, dan kunjungan nifas tersebut menjadi bagian dari tupoksinya, maka

melakukan kunjungan nifas ke rumah ibu, adalah hal yang penting dan positif

untuk membantu ibu melewati masa nifas dengan baik tanpa komplikasi,

meningkatkan keterampilan ibu dalam merawat kesehatan ibu dan bayi baru lahir.

Theory of Reasoned Action paling berhasil ketika diaplikasikan pada perilaku

yang di bawah kendali individu sendiri. Jika perilaku tersebut tidak sepenuhnya di

bawah kendali atau kemauan individu, meskipun ia sangat termotivasi oleh sikap

Disertasi PENGEMBANGAN PENDEKATAN “SOCIAL INA DEBORA R.L


ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
278

dan norma subjektifnya, ia mungkin tidak akan secara nyata menampilkan

perilaku tersebut.

6.3.6 Pengaruh faktor interpersonal terhadap KB

Hasil analisis multivariat menunjukkan bahwa faktor interpersonal yang

berpengaruh terhadap K1 adalah persepsi rentan terhadap penyakit.

1. Persepsi Kerentanan Penyakit terhadap KB

Persepsi kerentanan keluarga berpengaruh terhadap K1.Persepsi

kerentanan yang dibayangkan merupakan salah satu konstrusi dari teori Health

Belief Model (Hochbaum dan Rosenstock, 1988). Seseorang akan melakukan

tindakan jika dia (1) merasakan bahwa kondisi kesehatan negative dapat dihindari

(2) punya harapan postif bahwa dengan tindakan yang dia ambil, akan terhindar dari

kondisi kesehatan yang negative (3) percaya bahwa dia bisa berhasil dengan

tindakan sehat yang direkomendasikan. Dalam hal ini ibu menggunkan KB karena

dengan harapan akan dapat mencegah kehamilan atau untuk mengatur

kehamilannya, sehingga tidak terjadi komplikasi pada kehamilan, persalinan atau

nifas yang akan berakibat pada kematian

6.4 Pengaruh Faktor Institusional terhadap Penurunan AKI (melalui


Indikator Output K1, K4, Tempat Persalinan, PN, KF dan KB)

Pada analisis Regresi Logistik Ganda indikator institusional yang tidak

berpengaruh terhadap pelayanan kesehatan ibu adalah persepsi ibu tentang

kinerja bidan dimensi tangible dan emphaty. Hasil penelitian menunjukkan

bahwa persepsi ibu tentang kinerja bidan dimensi tangible berkaitan dengan

penilaian ibu tentang letak Puskesmasyang strategis, tentang penataan ruang

Disertasi PENGEMBANGAN PENDEKATAN “SOCIAL INA DEBORA R.L


ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
279

periksa, tentang kartu berobat, kerapihan dan kebersihan penampilan petugas,

kenyamanan dan ketenangan lingkungan, tersedianya toilet yang cukup bersih.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar ibu mempersepsikan kinerja

bidan masih kurang 21 orang (16,7%) dan cukup 89 (70,6%). Demikian juga

persepsi ibu tentang kinerja bidan dimensi emphaty berkaitan dengan bidan

memberi perhatian tanpa memandang status, memberikan respon yang baik dalam

menerima kritik dan saran, kesabaran bidan dalam melayani pasien, penyampaian

informasi oleh bidan tentang rencana tindakan dan perawatan ibu serta tanggapan

bidan untuk mau mendengarkan keluhan ibu. Ibu mempersepsikan kinerja bidan

emphathy cukup 71 orang (56,3%) dan baik 41 orang (32,5%). Namun persepsi

ibu yang cukup dan baik ini tidak mendukung pemanfaatan pelayanan kesehatan

oleh ibu dengan baik. Sebagian besar ibu masih melahirkan di rumah

sendiri/keluarga 52 orang (41,27%), di rumah dukun 1 orang (0,8%) dan di

kebun 2 orang (1,6%). Pertolongan persalinan ditolong oleh dukun/keluarga ;

dukun 21 orang (16,7 %) dan keluarga 4 orang (3,2%). Dengan demikian fasilitas

kesehatan perlu ditingkatkan dan kinerja bidan perlu ditingkatkan agar persepsi

ibu tentang kinerja bidan yang baik diikuti dengan tindakan ibu untuk

memanfaatkan pelayanan kesehatan bagi ibu yang tersedia.

6.4.1 Pengaruh faktor institusional terhadap K1

Hasil analisis multivariat menunjukkan bahwa faktor institusional yang

berpengaruh terhadap K1 adalah tidak ada variabel yang signifikan

Disertasi PENGEMBANGAN PENDEKATAN “SOCIAL INA DEBORA R.L


ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
280

6.4.2 Pengaruh faktor institusional terhadap K4

Screening faktor risiko berpengaruh terhadap K4. Hasil penelitian

menunjukkan kelompok ibu pada institusi yang melakukan screening faktor

risiko pada pemeriksaan ANC 40 orang (65,6 %) adalah melakukan K4.

kelompok ibu pada institusi yang tidak melakukan screening faktor risiko pada

pemeriksaan ANC proporsi 41 orang (63,1 %) tidak K4. Screening faktor risiko

dilakukan untuk deteksi faktor risiko bagi ibu yang memeriksakan diri ke fasilitas

kesehatan yang memadai. Screening faktor risiko ini menggunakan Kartu Skor

Podji Rochjati dengan modifikasi dari Depkes. Melalui screening ini dapat

diketahui apakah ibu hamil memiliki risiko rendah, risiko tinggi atau risiko sangat

tinggi sesuai dengan Kartu Skor Podji Rochjati. Dengan diketahuinya skor hasil

screening dapat membantu petugas kesehatan maupun kader kesehatan untuk

melakukan rujukan dini berencana.

Pada ibu hamil yang melakukan screening pada kunjungan K4 bermanfaat

untuk menentukan kepastian rencana persalinan bagi ibu di fasilitas kesehatan

yang memadai atau Rumah Sakit PONEK

6.4.3 Pengaruh faktor institusional terhadap tempat persalinan

Hasil analisis multivariat menunjukkan bahwa faktor institusional yang

berpengaruh terhadap tempat persalinan adalah Sreening faktor risiko. Hasil

penelitian menunjukkan kelompok ibu yang melakukan screening ANC proporsi

40 orang (65,6 %) adalah melahirkan di fasilitas kesehatan yang memadai

(faskes). Pada kelompok ibu yang tidak melakukan screening ANC proporsi 35

orang (52,3%) melahirkan di non faskes.

Disertasi PENGEMBANGAN PENDEKATAN “SOCIAL INA DEBORA R.L


ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
281

Screening faktor risiko yang dilakukan pada ibu hamil akan dapat

menentukan tempat persalinan ibu. Apabila ibu hamil dengan risiko rendah hasil

KSPR 2 maka ibu dapat melahirkan di fasilitas kesehatan yang memadai dan

ditolong oleh bidan atau dokter, apabila ibu hamil dengan risiko tinggi KSPR

6 -10 maka ibu dapat melahirkan di Puskesmas PONED. Sedangkan ibu hamil

dengan risiko sangat tinggi KSPR >12 maka ibu harus dirujuk ke rumah sakit

untuk melahirkan di RS PONEK dengan penanganan dokter spesialis obstetrik

ginekologi.

Screening faktor risiko dengan menggunakan KSPR sangat sederhana dan

dapat dilakukan oleh tokoh masyarakat, tokoh agama, kader kesehatan, dan

dukun. Sesuai dengan indikator pelayanan kesehatan deteksi faktor risiko

diharapkan dapat dilakukan oleh masyarakat sehingga secara dini dapat dilakukan

rujukan dini berencana bagi ibu dengan kehamilan risiko tinggi maupun risiko

sangat tinggi. Sehingga dapat melahirkan di fasilitas kesehatan yang memadai.

6.4.4 Pengaruh faktor institusional terhadap PN

Hasil analisis multivariat menunjukkan bahwa faktor institusional yang

berpengaruh terhadap PN adalah kinerja bidan dimensi assurance.

Definisi kinerja menurut Mangkunegara (2010) adalah hasil kerja secara

kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seseorang karyawan dalam melaksanakan

tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya.

Hasil penelitian Satyawan (2005) dalam Astuti (2008) tentang kinerja

bidan di desa dalam pertolongan persalinan di pedesaan di Kabupaten Malang

menunjukkan bahwa kepuasan konsumen sebagai suatu keadaan yang dirasakan

Disertasi PENGEMBANGAN PENDEKATAN “SOCIAL INA DEBORA R.L


ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
282

oleh konsumen yang telah mengalami hasil dari kinerja BDD adalah masih pada

tingkat memuaskan. Dimensi yang tidak memuaskan konsumen adalah assurance

dan emphaty

Dimensi assurance adalah jaminan menyangut pengetahuan dan,

kompetensi bidan dalam melakukan pemeriksaan dan tindakan yang diberikan,

tindak-tanduk petugas loket, pelayanan yang sopan dan ramah dari bidan, sifat

dapat dipercaya yang dimiliki staf, informasi yang diberikan oleh petugas loket

terkait obat, serta informasi tentang kunjungan ulang. Dengan demikian kinerja

bidan yang baik akan meningkatkan cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga

kesehatan.

6.4.5 Pengaruh faktor institusional terhadap Kf

Hasil analisis multivariat menunjukkan bahwa faktor institusional yang

berpengaruh terhadap KF adalah kinerja bidan dimensi realibility.Hasil penelitian

menunjukkan kelompok ibu pada institusi dengan kinerja bidan dimensirealibility

baik 34 orang (54,8 %) adalah melakukan KF. Pada kelompok ibu pada institusi

dengan kinerja bidandimensi realibility kurang, proporsi 10 orang (90,9%) cukup

proporsi 29 orang (54,7%) tidak K1.

Definisi kinerja menurut Mangkunegara (2010) adalah hasil kerja secara

kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seseorang karyawan dalam melaksanakan

tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya. Sadeli (2005),

pengukuran kinerja bidan desa dapat di ukur dengan cakupan K-4 dan pertolongan

persalinan. Sedangkan Retnasih (2005), pengukuran kinerja bidan lebih tepat dari

hasil kerja dan cakupan program Dari teori di atas, kinerja seseorang dapat dinilai

Disertasi PENGEMBANGAN PENDEKATAN “SOCIAL INA DEBORA R.L


ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
283

antara lain dari hasil yang dicapai atau tingkat pencapaian target yang

menunjukkan kualitas dan kuantitas kerja tersebut. Untuk menghitung kinerja

bidan adalah waktu/jam produktif dijumlah dari formulir kegiatan. Dalam hal

mengukur kinerja bidan dalam pertolongan persalinan oleh bidan desa

pengukurannya melalui target cakupan persalinan.

Reliability atau unreability kinerja bidan tidak hanya dapat diukur dari

factor availability dan performance, namun juga factor security sebagai salah satu

factor penentu.Untuk mendapatkan suatu nilai reliability dari kinerja bidan dalam

pelayanan KIA, khususnya untuk kunjungan nifas ke rumah ibu nifas, factor dari

performance, availability dan security adalah factor yang tidak dapat dipisahkan.

Dari segi performance bidan diharapkan mampu menampilkan pelayanan yang

baik berkaitan dengan kehadirannya di rumah ibu nifas untuk pelayanan yang

tepat waktu, prosedur penerimaan pasien yang memudahkan bagi ibu untuk

mendapatkan akses pelayanan KIA, tidak berbelit-belit, cepat dan tepat,

kemampuan bidan dalam pemeriksaan ibu nifas, pemberian penyuluhan yang

diberikan berkaitan dengan kesehatan ibu anak. Penampilan bidan ini menjadi

penting karena sebagian besar responden adalah ibu multigravida, sudah

mempunyai pengalaman yang dapat mempersepsikan penampilan bidan sesuai

dengan harapannya sehingga ibu nifas juga mau berkunjunga kefasilitas kesehatan

yang memadai.

Sehubungan dengan Availibility atau keberlanjutan dari pelayanan

kesehatan, bidan harus memastikan bahwa ibu nifas mendapatkan pelayanan tepat

waktu selama 24 jam, dan kapan saja dibutuhkan termasuk pada saat libur

Disertasi PENGEMBANGAN PENDEKATAN “SOCIAL INA DEBORA R.L


ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
284

nasional. Bidan dapat memberikan solusi kemana ibu bisa mendapatkan

pertolongan jika mengalami masalah. Security atau keamanan sangat penting bagi

ibu untuk mempercayai bidan, apabila bidan menjaga privacy ibu selama

pemeriksaan kehamilan, persalinan dan nifas. Mengingat proses kehamilan,

persalinan dan nifas berkaitan dengan sistem reproduksi, yang bagi masyarakat

tertentu masih cukup tabu untuk dibicarakan atau didiskusikan. Sebagai contoh

hal yang sangat privacy terkait keluhan ibu sering mengalami keputihan, atau ibu

ingin menanyakan tentang hubungan seks yang aman selama kehamilan. Dengan

kinerja bidan yang dapat dipercaya “realibility”/keterandalan, dapat

meningkatkan cakupan Kf untuk penurunan AKI.

6.4.6 Pengaruh faktor institusional terhadap KB

Kinerja bidan dimensi responsiveness berpengaruh terhadap keluarga

berencana (KB). Hasil penelitian menunjukkan kelompok ibu pada institusi

dengan kinerja bidan dimensi responsivness baik 35 orang (54 %) adalah

melakukan KB. Pada kelompok ibu pada institusi dengan kinerja bidandimensi

responsivness kurang, proporsi 2 orang (22, 2 %) tidak KB.

Responsivness didefinisikan secara umum sebagai keinginan untuk

membantu (willingness to help), bagaimana memberikan layanan yang cepat dan

menangani masalah atau komplain dengan baik. Sebuah istilah lain yang sering

kita dengar adalah tanggap terhadap kebutuhan pelanggan. Sebagaimana sifat

manusia yang pada umumnya senang apabila diperhatikan, dilayani dengan cepat

dan dibantu pada saat mengalami masalah. Inilah yang disebut responsiveness

(Trimahanani, 2013).

Disertasi PENGEMBANGAN PENDEKATAN “SOCIAL INA DEBORA R.L


ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
285

Sebagai Bidan atau petugas kesehatan aktivitas yang bisa dilakukan untuk

melayani klien: ibu hamil saat pemeriksaan kehamilan yang pertama sehingga

dapat memberikan respon positif dari ibu antara lain seperti: (1) Segera berdiri

menyambut ibu dan mengucapkan salam sapa: ―Selamat pagi, ada yang bisa

dibantu?‖ (2) Melayani ibu dengan dengan baik, fokus, tidak sambil mengerjakan

pekerjaan lain. (3) Menanyakan nama lawan bicara dan menggunakan nama

tersebut pada saat berkomunikasi. (4) Menanggapi keluhan ibu dengan segera dan

memberikan solusi sesuai masalah yang dihadapi. (5) Menghindari untuk

mengatakan Tidak tahu ya…‖ atau Wah, kalau hal ini sih bukan urusan

saya…‖, dan kalimat sejenis yang dapat membuat ibu merasa tidak ada jalan

keluar. (6) Segera mengangkat telepon sebelum dering ketiga (untuk komunikasi

melalui telepon.

Menjadi responsive terhadap klien kelihatannya sederhana tetapi tidak

semudah itu penerapannya, seringkali ada saja hambatan yang menyebabkan tidak

konsisten dalam merespon klien kita (ibu nifas) dengan baik. Sebagai contoh pada

wawancara dengan ibu nifas diketahui bahwa penyebab ibu tidak mengikuti KB

karena tidak tersedianya alat kontrasepsi yang dibutuhkan, ibu berpikir ibu bidan

sibuk melayani ibu hamil, tidak fokus dalam pelayanan pasien, ibu tidak

mendapatkan respon atas pertanyaan yang diberikan. Dengan demikian ibu nifas

enggan untuk ke Puskesmas dan tidak menggunakan kontrasepsi karena tidak

merasakan manfaat dari pemeriksaan ke Puskesmas.

Dengan demikian untuk meningkatkan responsiveness Bidan/Petugas

kesehatan terhadap klien adalah: (1) Bidan/Petugas kesehatan mempunyai sikap

Disertasi PENGEMBANGAN PENDEKATAN “SOCIAL INA DEBORA R.L


ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
286

bahwa setiap klien yang datang perlu dibantu untuk memenuhi kebutuhannya.

(2) Lakukan persiapan alat dan tempat dan pastikan semua alur proses kegiatan

layanan berfungsi dengan baik. (3) Apabila pekerjaan sangat bergantung pada

system atau teknologi seperi pemeriksaan USG, siapkan skenario cadangan

apabila terjadi masalah dengan teknologi (listrik mati, sistem drop, peralatan tidak

berfungsi, dan sebagainya.). (4) Buatlah alur pelayanan yang sistematis dan

tertulis dapat diibaca oleh pengunjung serta nomor antri bagi pengunjung untuk

menghindari keterlambatan dalam memberikan layanan.(5) Siapkan system

control untuk menjaga agar tetap responsive terhadap pelanggan. (6)

Menggunakan waktu dengan baik. Apabilia semua ini dilakukan dengan baik

maka ibu akan datang ke Puskesmasuntuk memeriksakan mendapatkan pelayanan

KB.

6.5 Pengaruh Faktor Komunitas terhadap Penurunan AKI (melalui


Indikator Output K1, K4, Tempat Persalinan, PN, Kf dan KB)

Pada analisis regresi logistik ganda indikator komunitas yang tidak

berpengaruh terhadap pelayanan kesehatan ibu adalah Colective efficacy.

Collective efficacy adalah kelompok organisasi di masyarakat untuk

mengorganisir pengelolaan selama kehamilan, melahirkan dan nifas. Hasil

penelitian menunjukkan bahwa ibu mempersepsikan sebagian besar masyarakat

106 orang (84,1%) menganggap kehamilan, melahirkan dan nifas adalah hal yang

biasa saja sehingga tidak mendukung ibu hamil, di masyarakat sudah tersedia

wadah untuk pelaksanaan penyuluhan kesehatan namun karena keterbatasan

pengetahuan sehingga pelayanan yang diberikan oleh kader atau masyarakat

Disertasi PENGEMBANGAN PENDEKATAN “SOCIAL INA DEBORA R.L


ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
287

hanya terbatas pada rutinitas kegiatan posyandu. Tidak adanya Kelas prenatal

care and family yang dapat membantu dalam meningkatkan pengetahuan ibu dan

keluarga tentang perawatan kehamilan, persalinan dan nifas.

6.5.1 Pengaruh faktor komunitas terhadap K1

Hasil analisis multivariat menunjukkan bahwa faktor komunitas yang

berpengaruh terhadap K1 adalah observational learning dan incentive motivation

1. Obsservasional Learning terhadap K1

Observation learning berpengaruh terhadap K1. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa proporsi observational learning untuk mendapatkan

informasi tentang perawatan ibu hamil, melahirkan dan nifas terbanyak diperoleh

dari surat khabar, radio, TV dan dari Puskesmas, Namun masih ada 22 orang

(17,5%) yang sama sekali tidak ada informasi tentang perawatan ibu hamil,

melahirkan dan nifas.

Sebagian besar perilaku manusia dan keterampilan kognitifnya dipelajari

melalui pengamatan terhadap model. Observational learningadalah belajar untuk

menampilkan perilaku baru yang dipaparkan oleh paparan interpersonalatau

media, khususnyamelaluipemodelan peer. Ibu hamil mendapatkan informasi lewat

surat khabar pada rubrik khusus kesehatan, melalui radio berupa iklan radio

kerjasama RRI, Dinas Kesehatan Kabupaten Kupang dan AIPMNH, lewat TV dan

informasi dari Bidan di Puskesmasatau posyandu.

Social Cognitive Theory” adalah proses


Proses observasional dalam ―

belajar yang mencakup pemrosesan informasi. Untuk ini diperlukan empat macam

proses utama yaitu ; proses memperhatikan, proses retensi, proses produksi dan

Disertasi PENGEMBANGAN PENDEKATAN “SOCIAL INA DEBORA R.L


ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
288

proses motivasi. Pada proses memperhatikan, ibu harus memperhatikan dan

mempersepsi perilaku model secara tepat. Pada proses retensi agar efektif maka

modeling harus disimpan dalam ingatan, dengan demikian ibu harus mengingat

apa yang tadi diperhatikannya. selanjutnya proses produksi, ibu mulai mencoba

perilaku yang ditampilkan oleh model dengan ingatan ibu, modifikasi dari ibu

sesuai kebutuhan ibu.

Pada akhirnya adalah proses motivasi, apakah ibu mau mempraktekkan

apa yang sudah dipelajarinya atau tidak tergantung motivasinya. Ibu akan

cenderung mengadopsi perilaku model jika perilaku tersebut menghasilkan

imbalan eksternal, secara internal ibu memberi penilaian positif, serta ibu melihat

bahwa perilaku itu bermanfaat bagi dirinya. Dengan demikian agar ibu dapat

termotivasi oleh informasi atau pemodelan yang dipelajari maka sebaiknya model

mendemonstrasikan tindakan dan proses berpikirnya sekaligus, bukan hanya

mendemonstrasikan tindakannya saja. Sebagai contoh ; Mengajarkan ibu hamil

pada Kelas Prenatal Care and Family” tentang posisi menyusui yang benar,

model harus memperagakan secara langsung posisi menyusui yang benar

menggunakan boneka, dilakukan dengan rileks dan senang hati kemudian ibu

diminta untuk mendemonstrasikan ulang posisi menyusui tersebut. Sebelum ibu

mendemonstrasikannya, ibu diberi motivasi bahwa ibu mampu mempraktekkannya.

Hal ini sebagai incentive bagi ibu. Dengan demikian ibu akan ingat dan

termotivasi untuk berlatih sesuai apa yang dipraktekkan oleh model. Informasi

tentang pembelajaran yang menyenangkan ini akan dipromosikan oleh ibu kepada

masyarakat lainnya. Masyarakat membantu menemukan ibu hamil untuk

Disertasi PENGEMBANGAN PENDEKATAN “SOCIAL INA DEBORA R.L


ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
289

kunjungan ke puskesmas, serta ibu hamil mendapatkan informasi tentang

perawatan ibu hamil, melahirkan dan nifas melalui observational learning pada

“Kelas Prenatal Care and Family”. sehingga meningkatkan cakupan K1 murni di

Kabupaten Kupang.

2. Incentive motivation terhadap K1

Incentive motivation berpengaruh terhadap K1. Incentive adalah adanya

penghargaan dari masyarakat bagi ibu yang memeriksakan kehamilan (ANC)

teratur/ melahirkan di fasilitas kesehatan yang memadai/ ditolong oleh tenaga

kesehatan atau mengikuti KB. Perilaku manusia sangat dipengaruhi oleh

keteraturan konsekuensi respon. Konsekuensi respon itu mempengaruhi perilaku

terutama melalui nilai informative dan insentifnya. Terdapat tiga insentif penting

yang berfungsi sebagai pengatur perilaku, yaitu yang didasarkan pada

konsekuensi eksternal atau motivasi eksternal, konsekuensi tak langsung dan

konsekuensi yang dihasilkan oleh diri sendiri. Konsekuensi eksternal

berhubungan dengan dengan materi, insentif sensoris ; baru, menyenangkan atau

tidak menyenangkan, insentif sosial ; diperbolehkan atau tidak diperbolehkan,

insentif penghargaan (token incentive) ; uang atau nilai prestasi, insentif kegiatan ;

melakukan kegiatan yang disukai serta insentif status dan kekuasaan.

Pada masyarakat Kabupaten Kupang, incentive tersebut sudah ada, seperti

incentive sensoris ; pada saat hamil dan melahirkan ibu diberikan perawatan

khusus makan makanan yang bergizi, “tatobi” serta minum ramuan obat-obatan.

Incentive sosial: ibu tidak diperbolehkan keluar rumah pada masa nifas. Ini

bersifat melindungi ibu terpapar terhadap infeksi dan hal-hal yang tidak

Disertasi PENGEMBANGAN PENDEKATAN “SOCIAL INA DEBORA R.L


ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
290

diinginkan. Serta insentif status sebagai seorang ibu yang dekat dengan anakanak.

Incentive akan meningkatkan K1 jika masyarakat melakukan insentif kegiatan

yang disukai oleh ibu, misalnya rekreasi bersama keluarga di masyarakat sebulan

sekali secara rutin sehingga ibu dan keluarga bisa belajar dari lingkungan

masyarakat untuk segera memeriksakan diri jika terlambat haid. Ibu dapat

memperoleh incentive dari masyarakat terkait perilakunya memeriksakan

kehamilan secara teratur sejak trimester I.

6.5.2 Pengaruh Faktor Komunitas Terhadap K4

Hasil analisis multivariat menunjukkan bahwa faktor komunitas yang

berpengaruh terhadap K4 adalah sama dengan K1 yaitu: Outcome expectation,

observational learning dan Outcome expectation.

1. Observasinal Learning terhadap K4

Observasional learning berpengaruh terhadap K4. Teori kognitif sosial

memandang belajar melalui konsekuensi respon sebagai suatu proses kognitif.

Melalui pengalaman orang menyadari konsekuensi positif dan negative dari

tindakannya. Proses belajar tidak berhenti disini, karena orang melihat dampak

responnya. Peran komunitas untuk observational learning terkait K4 adalah

melakukan penyuluhan di posyandu bagi ibu hamil maupun tokoh masyarakat

dengan melakukan pemutaran video film motivasi tentang nilai kehadiran seorang

anak di dunia yang menjadi tanggung jawab seorang ibu hal ini dapat membuat

ibu hamil termotivasi untuk melakukan K4 ke Puskesmas. Selanjutnya ibu juga

perlu diberikan pendidikan kesehatan tentang tentang tanda bahaya kehamilan,

perawatan selama hamil serta gizi ibu hamil. Pada Kelas Prenatal amd Family

Disertasi PENGEMBANGAN PENDEKATAN “SOCIAL INA DEBORA R.L


ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
291

pertemuan pertama. Selanjutnya emastikan ibu hamil untuk kembali pada

pertemuan II dan III kelas Prenatal amd Family pada trimester II dan trimester III

untuk kunjungan K4.

2. Outcome expectation terhadap K4

Outcome Expectation bepengaruh terhadap K4. dan observation learning

secara umum signifikan terhadap K4 Trimester 3. Kehamilan, melahirkan dan

nifas adalah sesuatu yang bernilai sehingga oleh masyarakat perlu mendapat

perhatian khusus. Di masyarakat Kabupaten Kupang, khususnya pada Suku

Timor, Rote dan Sabu. Kehamilan pada trimester III biasanya bagi masyarakat

dianggap sebagai masa yang sudah aman karena kandungan ibu dianggap sudah

kuat, sehingga ibu lupa untuk memeriksakan kehamilannya. Pada waktu ini adalah

tepat untuk menyediakan nama dengan menanyakan pada keluarga atau tokoh

adat. Pada saat ini masyarakat dapat mengingatkan ibu dan keluarga untuk

melakukan pemeriksaan kehamilan K4 agar dapat memastikan kesehatan ibu dan

janin, persiapan melahirkan di fasilitas kesehatan yang memadai. Dengan

demikian ibu akan melakukan kunjungan K4 murni untuk memenuhi harapan

masyarakat tentang pentingnya kesehatan dan kesejahteraan ibu hamil.

6.5.3 Pengaruh faktor komunitas terhadap tempat persalinan

Hasil analisis regresi logistik ganda menunjukkan bahwa faktor komunitas

yang berpengaruh terhadap tempat persalinan adalah incentive motivation dan

fasilitas..

1. Incentive motivation terhadap tempat persalinan

Disertasi PENGEMBANGAN PENDEKATAN “SOCIAL INA DEBORA R.L


ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
292

Hasil analisis regresi logistik ganda menunjukkan variabel incentive

motivation signifikan terhadap tempat persalinan. Hasil penelitian menunjukkan

kelompok ibu dengan komunitas incentive motivation kurang proporsi terbanyak

19 orang (79,2 %) adalah memilih tempat persalinan di non faskes. Pada

kelompok ibu dengan komunitas incentive motivation cukup-baik proporsi

terbanyak 66 orang (64,7%) memilih melahirkan di non fasilitas kesehatan yang

memadai.

Persalinan di rumah akan menimbulkan kesulitan apabila pada persalinan

terjadi komplikasi yang membutuhkan ibu segera dirujuk ke rumah sakit, apalagi

jika kondisi geografis yang tidak mendukung dan sarana transportasi yang tidak

tersedia. Semakin tinggi proporsi ibu melahirkan di rumah semakin tinggi risiko

kematian ibu. Hal ini perlu mendapat perhatian dari masyarakat untuk

meningkatkan incentive motivation, memberi perhatian pada ibu agar dapat

melahirkan di fasilitas kesehatan yang memadai, mempersiapkan segala

kebutuhan dan anak yang akan di lahirkan di fasilitas kesehatan yang memadai

sebagai bentuk incentive terhadap ibu dan anak.

6.5.4 Pengaruh faktor komunitas terhadap PN

Hasil analisis multivariat menunjukkan bahwa faktor komunitas yang

berpengaruh terhadap pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan yang

kompeten (PN) adalah incentive motivation. Hasil penelitian menunjukkan

kelompok ibu pada komunitas dengan incentive motivation komunitas cukup

baik adalah 16 orang (66,7 %) adalah memilih melahirkan ditolong oleh tenaga

kesehatan yang kompeten (PN). Pada kelompok ibu dengan komunitas incentive

Disertasi PENGEMBANGAN PENDEKATAN “SOCIAL INA DEBORA R.L


ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
293

motivation kurang proporsi terbanyak 85 orang (88,3 %) tetap memilih ditolong

oleh tenaga kesehatan yang kompeten (PN).

Persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan yang kompeten di fasilitas

kesehatan yang memadai adalah dilakukan secara tim yang terdiri dari Bidan,

Perawat dan Dokter. Apabila terjadi komplikasi persalinan maka ibu segera dapat

ditolong karena tersedianya fasilitas yang memadai dengan ketenagaan yang

kompeten. Hal ini perlu mendapat perhatian dari masyarakat untuk meningkatkan

incentive motivasi melalui kegiatan yang dapat dilakukan oleh masyarakat seperti

deteksi faktor risiko oleh masyarakat, penyuluhan tentang tanda bahaya kehamilan

persalinan dan nifas sehingga dapat membantu ibu dan keluarga mengambil

keputusan memilih persalinan di tolong oleh tenaga kesehatan yang kompeten

(PN).

6.5.5 Pengaruh faktor komunitas terhadap Kf

Hasil analisis multivariat menunjukkan bahwa faktor komunitas yang

berpengaruh terhadap Kunjungan Nifas (Kf) adalah incentive motivasi dan Self

regulasi.

1. Incentive motivation terhadap Kf

Incentive motivation berpengaruh terhadap kunjungan nifas (Kf). Hasil

penelitian menunjukkan kelompok ibu pada komunitas dengan incentive

motivation cukup baik proporsi terbanyak 22 orang (91,7%) adalah tidak

melakukan KF. Pada kelompok ibu dengan komunitas incentive motivation

kurang proporsi terbanyak 57 orang (55,9 %) melakukan kunjungan nifas.

Disertasi PENGEMBANGAN PENDEKATAN “SOCIAL INA DEBORA R.L


ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
294

Kunjungan nifas penting mendapat perhatian masyarakat karena menurut

Widjono (2008) jika di suatu kecamatan terdapat 10 kematian maternal maka

diperkirakan 6 - 7 orang ibu meninggal setelah melahirkan dengan demikian 1

hari sampai 2 minggu adalah merupakan kurun waktu kritis bagi perawatan ibu

melahirkan.

Di masyarakat Suku Timor pada umumnya masa nifas adalah masa

dimana ibu tidak diperbolehkan untuk keluar rumah sebelum lewat 40 hari.

Aktivitas ibu hanya dilakukan di dalam rumah dengan mendapat perawatan mandi

air panas (tatobi), panggang api serta minum ramuan2 tradisonal dan makan

makanan khusus ibu melahirkan jagung bose dan kacang-kacangan untuk

memperlancar pengeluaran ASI. Keadaan ini baik dalam pandangan ibu

mendapatkan perhatian dan perlindungan dari keluarga. Tetapi di sisi lain hal ini

dapat membuat ibu menjadi dehidrasi karena suhu dalam ruangan yang panas.

Daya tahan ibu akan menurun sehingga ibu rentan terhadap infeksi atau penyakit,

padahal pada saat ini ibu membutuhkan cukup banyak energi untuk merawat diri

menjadi pulih serta menyusui bayinya. Kondisi seperti ini hendaknya menjadi

perhatian masyarakat agar dapat menerima informasi yang baik bagi perawatan

ibu nifas. Kunjungan bidan atau petugas kesehatan ke rumah ibu nifas yang

ditetapkan oleh pemerintah 3 kali selama masa nifas hendaknya dilaksanakan

dengan baik agar dapat membantu ibu melaksanakan perilaku kesehatan yang baik

dan benar dalam perawatan selama masa nifas sebagaimana pendidikan kesehatan

yang diterima oleh ibu dan keluarga pada pertemuan Kelas prenatal care and

family”. Pada akhirnya self regulasi yang baik dari masyarakat akan membantu

Disertasi PENGEMBANGAN PENDEKATAN “SOCIAL INA DEBORA R.L


ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
295

ibu melakukan kunjungan ke Puskesmas serta mengingatkan bidan atau petugas

kesehatan melakukan kunjungan nifas ke rumah ibu. Ibu nifas mendapatkan

pelayanan nifas dengan baik dan kematian ibu dapat dicegah. Incentive motivasi

yang cukup baik dari puskmas membuat ibu tidak melakukan kunjungan nifas.

Hal ini sesuai dengan pedoman revolusi kia Dinkes Provinsi NTT bahwa

kunjungan nifas seharusnya dilakukan oleh petugas kesehatan agar dapat

mencegah komplikasi atau mengetahui komplikasi masa nifas dengan cepat,

penanganan dilakukan dengan baik sehingga tidak terjadi kematian ibu.

Disamping itu kunjungan nifas ini juga penting untuk mengajarkan kepada ibu

nifas tentang perawatan bayi baru lahir, proses laktasi menyusui pada ibu

misalnya posisi menyusu yang benar serta melekat dengan benar dan bayi dapat

mengisap dengan efektif. Menyusui secara teratur dapat mendukung program KB

oleh pemerintah sebagai metode amenorhoe laktasi untuk mencegah kehamilan

pada ibu.

2. Self Regulasi terhadap Kf

Self regulasi berpengaruh terhadap kunjungan nifas (Kf). Hasil penelitian

menunjukkan kelompok ibu pada komunitas dengan self regulasi komunitas

proporsi baik adalah 39 orang (75 %) adalah memilih melakukan KF > 3 kali.

Pada kelompok ibu dengan self regulasi komunitas proposi cukup 18 orang

(90%) melakukan kunjungan nifas < 3 kali.

Regulasi diri (self regulation) adalah proses dimana seseorang dapat

mengatur pencapaian dan aksi mereka sendiri. Menentukan target untuk mereka,

Disertasi PENGEMBANGAN PENDEKATAN “SOCIAL INA DEBORA R.L


ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
296

mengevaluasi kesuksesan mereka saat mencapai target tersebut dan memberikan

penghargaan pada diri mereka sendiri karena telah mencapai tujuan tersebut.

Menurut Schunk (dalam Susanto 2006), Self regulasi adalah kemampuan

untuk mengontrol diri sendiri. Regulasi diri merupakan penggunaan suatu proses

yang mengaktivitasi pemikiran, perilaku, dan perasaan yang terus menerus dalam

upaya untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Individu melakukan regulasi

diri dengan mengamati, mempertimbangkan, memberi, ganjaran atau hukuman

terhadap dirinya sendiri (Hendri, 2008).

Proses self regulation dilakukan agar seseorang atau individu dapat

mencapai tujuan yang diharapkannya. Dalam mencapai suatu tujuan yang

diharapkan seseorang perlu mengetahui kemampuan fisik, kognitif, sosial,

pengendalian emosi yang baik sehingga membawa seseorang kepada self

regulation yang baik. Miller & Brown (dalam Neal & Carey, 2005)

memformulasikan self regulation sebanyak tujuh tahap terdiri dari receiving atau

menerima, evaluating atau mengevaluasi, triggering atau membuat suatu

perubahan, searching atau mencari solusi, formulating atau merancang suatu

rencana, implementing atau menerapkan rencana, assessing atau mengukur

efektivitas dari rencana yang telah dibuat.

Receiving atau menerima informasi yang relevan, yaitu langkah awal

individu dalam menerima informasi dari berbagai sumber. Termasuk informasi

dari masyarakat tentang pentingnya perawatan kehamilan, persalinan dan nifas,

manfaat kolostrum bagi kesehatan bayi. Dengan informasi-informasi tersebut, ibu

dapat mengetahui masalah perawatan nifas dengan kesehatan bayi baru lahir.

Disertasi PENGEMBANGAN PENDEKATAN “SOCIAL INA DEBORA R.L


ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
297

Evaluating atau mengevaluasi. Setelah ibu mendapatkan informasi,

langkah berikutnya adalah menyadari seberapa besar masalah tersebut. Dalam

proses evaluasi diri, individu menganalisis informasi dengan membandingkan

suatu masalah yang terdeteksi di luar diri (eksternal) dengan pendapat pribadi

(internal) yang tercipta dari pengalaman yang sebelumnya yang serupa. Pendapat

itu didasari oleh harapan yang ideal yang diperoleh dari pengembangan individu

sepanjang hidupnya yang termasuk dalam proses pembelajaran.

Triggering atau membuat suatu perubahan. Sebagai akibat dari suatu

proses perbandingan dari hasil evaluasi sebelumnya, timbul perasaan positif atau

negative. Individu menghindari sikap-sikap atau pemikiran-pemikiran yang tidak

sesuai dengan informasiyang didapat dengan norma yang ada. Semua reaksi yang

ada pada tahap ini yaitu disebut juga kecenderungan kearah perubahan.

Searching atau mencari solusi. Pada tahap sebelumnya proses evaluasi

menyebabkan reaksi-reaksi emosional dan sikap. Pada akhir proses evaluasi

tersebut menunjukkan pertentangan antara sikap individu dalam memahami

masalah. pertentangan tersebut membuat individu akhirnya menyadari beberapa

jenis tindakan atau aksi untuk mengurangi perbedaan yang terjadi. Kebutuhan

untuk mengurangi pertentangan dimulai dengan mencari jalan keluar dari

permasalahan yang dihadapi.

Formulating atau merancang suatu rencana, yaitu perencanaan aspek-

aspek pokok untuk meneruskan target atau tujuan seperti soal waktu, aktivitas

untuk pengembangan, tempat-tempat dan aspek lainnya yang mampu mendukung

efesien dan efektif.

Disertasi PENGEMBANGAN PENDEKATAN “SOCIAL INA DEBORA R.L


ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
298

Implementing atau menerapkan rencana, yaitu setelah semua perencanaan

telah teralisasi, berikutnya adalah secepatnya mengarah pada aksi-aksi atau

melakukan tindakan-tindakan yang tepat yang mengarah ke tujuan dan

memodifikasi sikap sesuai dengan yang diinginkan dalam proses.

Assessing atau mengukur efektivitas dari rencana yang telah dibuat.

Pengukuran ini dilakukan pada tahap akhir. Pengukuran tersebut dapat membantu

dalam menentukan dan menyadari apakah perencanaan yang tidak direalisasikan itu

sesuai dengan yang diharapkan atau tidak serta apakah hasil yang didapat sesuai

dengan yang diharapkan.

Di masyarakat dengan wadah yang tersedia di Posyandu, serta kegiatan

kunjungan rumah dapat membantu ibu untuk menyusui dengan baik serta

perawatan bayi baru lahir oleh ibu nifas. kader, dukun TOMA dan TOGA sebagai

sahabat ibu nifas. Dengan self regulasi yang baik di komunitas, ibu hamil akan

melakukan KF dengan senang hati sesuai dengan anjuran yang diberikan saat

kunjungan sebelumnya 1 kali kunjungan ibu ke Puskesmasuntuk immunisasi.

Self regulasi yang dilakukan oleh Lorig (2001) ; komputerisasi pelatihan

manajemen diri bagi penderita asthma serta oleh Rabius (2004) ; telephon

konseling untuk penghentian merokok. Hal ini dapat diadopsi dan dilakukan di

Kabupaten Kupang melalui “Kelas prenatal care and family” bagi ibu hamil serta

dan telephon konseling bentuk siaga ibu melahirkan. Dengan self regulasi yang

baik di masyarakat kader, dukun TOMA dan TOGA dapat memberikan

penyuluhan tentang pengenalan tanda- tanda bahaya kehamilan persalinan dan

nifas, serta telephon konseling buntuk siaga ibu melahirkan. Ibu nifas akan tertarik

Disertasi PENGEMBANGAN PENDEKATAN “SOCIAL INA DEBORA R.L


ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
299

untuk melakukan KF. Tentunya penting ada kerjasama dengan gereja, atau mesjid

untuk menyampaikan informasi tentang ibu melahirkan agar dilakukan kunjungan

nifas melalui warta mimbar/warta jemaat.

6.5.6 Pengaruh faktor komunitas terhadap KB

Hasil analisis multivariat menunjukkan bahwa faktor komunitas yang

berpengaruh terhadap Keluarga Berencana (KB) adalah:outcome Expectation.

Hasil penelitian menunjukkan kelompok ibu pada komunitas dengan

outcome expectation (1) biasa proporsi terbanyak 12 orang (92,3%) adalah tidak

mengikuti KB pasca salin. Pada kelompok ibu pada komunitas dengan outcome

expectation (1) tidak penting proporsi terbanyak 29 orang (70,7 %) tetap

mengikuti KB.

Outcome expectation atau harapan hasil adalah keyakinan tentang

kemungkinan dan konsekuensi nilai dari perilaku pilihan (Allister Mc, 2000).

Berdasarkan teori sosial kognitif harapan hasil dapat dilustrasikan bahwa

kehamilan, melahirkan dan nifas adalah sesuatu yang bernilai sehingga oleh

masyarakat perlu mendapat perhatian khusus.

Terdapat juga anggapan di masyarakat bahwa melahirkan dan nifas tidak

penting mendapat perhatian masyarakat, serta adapula yang merasa kehamilan

persalinan adalah sesuatu hal yang biasa. Pada masyarakat yang peduli terhadap

kehamilan ibu, persalinan dan masa nifas ibu, tentunya akan membantu ibu untuk

segera pulih dan kondisi tubuh kembali normal dengan kebiasaan yang dilakukan

termasuk ibu memeriksakan diri ke fasilitas kesehatan yang memadai untuk

mengikuti KB. Dengan demikian ibu akan menggunakan KB untuk memenuhi

Disertasi PENGEMBANGAN PENDEKATAN “SOCIAL INA DEBORA R.L


ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
300

harapan masyarakat tentang pentingnya kesehatan dan kesejahteraan ibu setelah

melahirkan.

6.6 Pengembangan Pendekatan Model “Social Ecological Model of Health


Behaviour “ untuk Penurunan AKI di Kabupaten Kupang

“Sosial Ecological Model of Health Behavior” adalah suatu model

perilaku yang menjelaskan lima tingkatan pengaruh yang menentukan perilaku

sehat yaitu intrapersonal (individu), interpersonal (keluarga), institusional

(Bidan) dan komunitas (Tokoh agama, Tokoh masyarakat, Kader dan Dukun)

serta kebijakan publik. Pada pengembangan pendekatan Social Ecological Model

of Health Behaviour” untuk penurunan angka kematian ibu. Penelitian meliputi

4 faktor sebagai variabel independen yaitu : intrapersonal (individu), interpersonal

(keluarga), institusional (Bidan) dan komunitas (Tokoh agama, Tokoh

masyarakat, kader dan dukun. Variabel dependennya adalah pelayanan kesehatan

ibu untuk penurunan angka kematian ibu dengan melihat indikator output (K1,

K4. Tempat persalinan, Penolong persalinan, Kunjungan nifas (Kf) dan Keluarga

Berencana (KB).

Pada pembentukan model yang baik (fit) ditemukan hubungan yang

bermakna di semua variabel secara bersama-sama pada uji statistiknya dan tidak

didapatkan multikolinearitas antara varibel independen. Pada variabel

eksogennya. Faktor terbesar yang mempengaruhi pelayanan kesehatan ibu adalah

intrapersonal, diikuti oleh faktor interpersonal, faktor institusional dan faktor

komunitas.

Disertasi PENGEMBANGAN PENDEKATAN “SOCIAL INA DEBORA R.L


ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
301

6.6.1 Faktor intrapersonal

Pada variabel intrapersonal indikator perilaku (nilai, sikap, niat dan Self

Efficacy) lebih kuat mempengaruhi ibu untuk melakukan pelayanan kesehatan

dibandingkan dengan faktor karakteristik individu itu sendiri (umur, pendidikan,

pengetahuan, pekerjaan) karakteristik reproduksi (frekuensi hamil, paritas usia

kawin pertama, tinggi badan, penambahan BB, dan kejadian abortus) maupun

akses (jarak dan waktu tempuh ke fasilitas kesehatan yang memadai)

Semakin baik faktor intrapersonal ibu maka pelayanan kesehatan ibu

semakin baik. Hal ini sesuai dengan pendapat Lorig dan Holman (2003) hanya

pasien yang bertanggungjawab atas perawatan dirinya. Variabel intrapersonal

merupakan variabel eksogen yang tersusun secara berurutan kuat pengaruhnya

dari nilai kepercayaan, sikap, niat dan Self Efficacy. Nilai kepercayaan adalah

segala sesuatu yang dianggap benar dan berharga oleh ibu. Nilai adalah gagasan

tentang apakah pengalaman itu berarti atau tidak. Nilai pada hakikatnya

mengarahkan perilaku dan pertimbangan seseorang, tetapi ia tidak menghakimi

apakah sebuah perilaku tertentu itu salah atau benar (Setiadi, 2010). Apabila nilai

yang berlaku dimasyarakat yang menjadi tata aturan adalah mengharuskan ibu

hamil memeriksakan kehamilan sejak mengetahui ibu terlambat haid atau sejak

trimester I, mengikuti Kelas Prenatal Care and Family, melahirkan di fasilitas

kesehatan dan ditolong oleh tenaga kesehatan yang kompeten. Ibu hamil dengan

sendirinya akan memeriksakan kehamilannya ke Puskesmaskarena nilai tersebut

selaras dengan nilai yang disepakati dan dijunjung tinggi oleh masyarakat dimana

tindakan tersebut dilakukan.

Disertasi PENGEMBANGAN PENDEKATAN “SOCIAL INA DEBORA R.L


ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
302

Sikap merupakan indikator intra personal kedua yang mempengaruhi ibu

mendapatkan pelayanan kesehatan. Sikap adalah reaksi atau respons yang masih

tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek (Notoatmodjo, 2010).

Sikap tidak dapat langsung dilihat. Sikap secara nyata menunjukkan konotasi

adanya kesesuaian antara reaksi terhadap stimulus tertentu yang dalam kehidupan

sehari-hari merupakan reaksi yang bersifat emosional terhadap stimulus sosial.

Newcomb dalam Notoatmodjo (2012) salah seorang ahli psikologi sosial,

menyatakan bahwa sikap itu merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak.

Sikap merupakan kesiapan untuk bereaksi terhadap suatu objek di lingkungan

tertentu sebagai suatu penghayatan terhadap objek.

Pembentukan attitude/sikap tidak terjadi dengan sendirinya tetapi

pembentukannya senantiasa berlangsung dalam interaksi manusia berkaitan

dengan objek tertentu. Interaksi di dalam kelompok maupun di luar kelompok.

Dalam pembentukan dan perubahan attitude terdapat faktor-faktor internal dan

faktor-faktor eksternal pribadi individu yang memegang peranannya.

Pada faktor internal, pilihan terhadap berbagai rangsangan berhubungan

dengan motif dan attitude yang bekerja dalam diri ibu pada waktu itu

mengarahkan minat perhatian ibu terhadap objek-objek tertentu diantara

keseluruhan objek yang mungkin ibu perhatikan pada waktu itu misalnya saat

mengantuk ibu memilih untuk tidur.

Dengan melihat faktor eksternal attitude dapat diubah. Perubahan attitude

dapat berlangsung dalam interaksi kelompok. Interaksi kelompok dibedakan

dalam dua macam interaksi kelompok ; (1) Perubahan attitude karena shifting of

Disertasi PENGEMBANGAN PENDEKATAN “SOCIAL INA DEBORA R.L


ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
303

reference-group. (2) Perubahan attitude di dalam situasi kontak sosial antara dua

kelompok. Reference group adalah kelompok yang mempunyai norma dan nilai

nilai sosial, attitude dan kebiasaan bertingkah laku yang paling sesuai bagi diri

seseorang dan yang ia setujui sepenuhnya. Dengan kata lain reference group

adalah kelompok yang menjadi pegangan orang dalam kehidupannya, dimana ia

merasa adanya hubungan bathin mengenai norma, nilai-nilai, dan attitude

kehidupannya. Sedangkan membership group adalah kelompok dimana ia secara

― lahir‖
formal menjadi anggotanya, jadi dimana ia mempunyai hubungan

(Gerungan, 2004). Dengan demikian pendidikan kesehatan yang diberikan pada

“Kelas Prenatal Care and Family ―dapat membentuk sikap ibu untuk bertindak

melakukan perawatan kesehatan ibu hamil dengan baik dalam membership group.

Dimana ibu menjadi anggota dan mengikuti “Kelas Prenatal Care and Family”

ibu sehat, melahirkan di fasilitas kesehatan yang memadai dengan baik, diolong

oleh tenaga kesehatan yang kompeten, ibu serta bayi nyaman, selamat dan sehat.

Ibu hamil yang mengikuti Kelas prenatal care and family akan menjadi reference

group bagi ibu yang lain yang.

Pengaruh komunikasi sepihak seperti ceramah dan komunikasi yang

menggunakan media massa seperti pengenalan tanda bahaya kehamilan,

persalinan dan nifas dapat berpengaruh sangat besar pula dalam mengubah

attitude atau membentuk attitude baru dan dapat berhasil baik apabila: (1) Sumber

penerangan itu memperoleh kepercayaan audiens (2) Orang banyak belum

mengetahui benar atau ragu-ragu tentang isi dan fakta-fakta attitude baru. (3)

Attitude yang akan dibentuk tidak terlalu jauh isinya dari frame of reference

Disertasi PENGEMBANGAN PENDEKATAN “SOCIAL INA DEBORA R.L


ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
304

lingkungan sosial tempat audiens tinggal. (4) Argumen dua pihak lebih bertahan

terhadap kontropropaganda daripada argument sepihak (5) Bila attitude yang akan

dibentuk terlalu asing bagi frame of reference audiens, akan terjadi boomerang-

effect atau pembentukan attitude sebaliknya (Gerungan 2004). Dengan demikian

peran bidan sebagai petugas kesehatan sangat penting dalam penguasaan materi

penyuluhan kesehatan serta memahami lingkungan sosial tempat audiensi atau ibu

hamil tinggal.

Sikap yang utuh (total attitude), komponen pengetahuan, berpikir,

keyakinan dan emosi memegang peranan penting. Ibu hamil yang mendengar

tentang tanda bahaya kehamilan pada ibu hamil akan membawa ibu tersebut untuk

berpikir menjaga kesehatannya. Dengan sikap yang baik dan positif, serta

tersedianya fasilitas kesehatan yang memadai, dukungan keluarga, ibu melakukan

ante natal care kunjungan ke Puskesmas(K1) pada untuk memeriksakan

kehamilannya pada awal kehamilan trimester I, ibu mengikuti kelas prenatal dan

family, melakukan kunjungan untuk pemeriksaan kehamilan minimal 4 kali (K4);

1 kali ditrimester I, 1 kali di trimester II dan 2 kali di trimester III, memilih

melahirkan di fasilitas kesehatan yang memadai serta memilih untuk ditolong oleh

petugas kesehatan yang kompeten.

Niat merupakan indikator ketiga dari variabel intrapersonal yang

mempengaruhi ibu melakukan kunjungan ke puskesmas, dan pelayanan kesehatan

untuk penurunan AKI. Kata Niat dalam bahasa Arab berarti mengingini sesuatu

dan bertekad hati untuk mendapatkannya. Berdasarkan Theory of Planned

behavior, Icek Ajzen (1991), penentu terpenting perilaku seseorang adalah niat

Disertasi PENGEMBANGAN PENDEKATAN “SOCIAL INA DEBORA R.L


ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
305

untuk berperilaku. Niat individu untuk menampilkan suatu perilaku adalah

kombinasi dari sikap untuk menampilkan perilaku tersebut dan norma subjektif.

Sikap individu terhadap perilaku meliputi kepercayaan mengenai suatu perilaku,

evaluasi terhadap hasil perilaku, norma subjektif, kepercayaan-kepercayaan

normative dan motivasi untuk patuh.

Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Hesty

(2009), niat ibu hamil melahirkan sebesar 47,1% dan variabel yang paling

berpengaruh adalah norma masyarakat tentang melahirkan dengan tenaga

kesehatan. Norma yang masih kurang dalam masyarakat adalah masih adanya

pantangan makanan bagi ibu hamil dan menyusui, melahirkan di rumah lebih

baik. Terdapat 3 variabel yang berhubungan dengan niat yaitu norma masyarakat

(p=0,01), sikap orang terdekat (p=0,05) dan riwayat orang terdekat (p=0,04). Dan

2 variabel yang tidak berhubungan dengan niat yaitu pengetahuan ibu hamil

(p=0,089), sikap ibu hamil tentang manfaat melahirkan dengan tenaga kesehatan

(p=0,073). Hasil analisa multivariat menunjukkan bahwa norma masyarakat yang

paling berpengaruh terhadap niat ibu hamil melahirkan dengan tenaga kesehatan.

Jika seseorang mempersepsi bahwa hasil dari menampilkan suatu perilaku

positif, ia akan memiliki sikap positif terhadap perilaku tersebut. Yang sebaliknya

juga dapat dinyatakan bahwa jika suatu perilaku difikirkan negatif. Jika orang lain

yang relevan memandang bahwa menampilkan perilaku tersebut sebagai sesuatu

yang positifdan seseorang tersebut termotivasi untuk memenuhi harapan orang

lain yang relevan maka itulah yang disebut dengan norma subjektif yang positif.

Jika orang lain melihat perilaku yang akan ditampilkan sebagai sesuatu yang

Disertasi PENGEMBANGAN PENDEKATAN “SOCIAL INA DEBORA R.L


ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
306

negatif dan seseorang tersebut ingin memenuhi harapan orang lain tersebut, itu

yang disebut sebagai norma subjektif negatif. Niat untuk menampilan suatu

perilaku tergantung pada hasil pengukuran sikap dan norma subjektif. Hasil yang

positif mengindikasikan niat/ intense berperilaku.“ Kelas Prenatal Care and

Family” dapat membentuk sikap ibu yang positif sehingga ibu mau datang ke

Puskesmasuntuk mendapatkan pelayanan kesehatan bagi ibu.

Self Efficacy merupakan indikator keempat dari intrapersonal

mempengaruhi ibu melakukan kunjungan ke puskesmas, dan pelayanan kesehatan

untuk penurunan AKI. Self Efficacy adalah sebuah konsep yang dirumuskan oleh

Albert Bandura (1997), guru besar psikologi di Standford University, dan

bersumber dari social learning theory. Menurut Bandura (1997),“efficacy is a

major basis of action. People guide their lives by their beliefs of personal efficacy.

Self-Efficacy refers to beliefs in ones capabilities to organize and execute the

courses of action required to produce given attainments.” Dengan demikian, Self

Efficacy sebagai sebuah keyakinan yang mendorong seseorang untuk melakukan

dan mencapai keberhasilan dalam situasi yang spesifik.

Hasil penelitian menunjukkan ibu hamil dengan Self Efficacy yang tinggi

melakukan kunjungan K1, dan K4 ke Puskesmasserta melahirkan dan ditolong

oleh tenaga kesehatan yang kompeten. Menurut teori dari Bandura, orang

memiliki self-eficacy tinggi, yaitu, mereka memiliki keyakinan bisa melakukan

dengan baik, lebih mampu memandang tugas yang sulit sebagai sesuatu yang

harus dikuasai bukan untuk dihindari. Self Efficacy tidak tumbuh dengan

sendirinya, tetapi terbentuk dalam hubungan segitiga antara karakteristik pribadi,

Disertasi PENGEMBANGAN PENDEKATAN “SOCIAL INA DEBORA R.L


ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
307

pola perilaku dan faktor lingkungan (Bandura, 1997). Dengan demikian,

hubungan ini bersifat alami, personal dan sosial, dan mungkin terjadi proses yang

panjang dan kompleks untuk menciptakan hubungan ini. Pendidikan kesehatan

bagi ibu hamil melalui “Kelas Prenatal Care and Family” dapat membantu ibu

hamil dalam proses sosialisasi perawatan kehamilan, melahirkan dan nifas melalui

3 kali pertemuan sesama ibu hamil petugas kesehatan dan kader kesehatan atau

dukun akan membuat ibu hamil belajar tentang perawatan kehamilan, melahirkan

dan nifas serta perawatan bayi baru lahir, ibu bisa melihat dirinya sendirinya,

perilaku perawatan kehamilan melahirkan nifas yang baik serta lingkungan dalam

Kelas prenatal care and family yang dapat membantu ibu untuk memahami

penting melakukan perawatan kehamilan, melahirkan dan nifas dengan cara

melakukan ANC secara teratur, melahirkan di fasilitas kesehatan yang memadai

dan ditolong oleh petugas kesehatan yang kompeten.

Self Efficacy tidak berkaitan langsung dengan kecakapan yang dimiliki

individu, melainkan pada penilaian diri tentang apa yang dapat dilakukan dari apa

yang dapat dilakukan, tanpa terkait dengan kecakapan yang dimiliki. Self Efficacy

yang tinggi juga berkaitan langsung dengan keuletan, suatu ciri atau sifat yang

memungkinkan memperoleh pengalaman korektif yang bisa memperkokoh

perasaan Self Efficacy.

Self Efficacy menurut Bandura (1997) dapat diperoleh, dipelajari dan

dikembangkan melalui empat sumber yaitu: pertama, pengalaman keberhasilan

dan pencapaian prestasi sebagai sumber ekspektasi Self Efficacy yang penting. Ibu

hamil yang mengikuti Kelas prenatal care and family merasakan manfaatnya akan

Disertasi PENGEMBANGAN PENDEKATAN “SOCIAL INA DEBORA R.L


ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
308

meningkatkan ketekunan dan kegigihan dalam berusaha mengatasi kesulitan,

sehingga dapat mengurangi kegagalan. Pada kelas prenatal ini diikuti juga oleh

ibu hamil yang mengalami abortus habitualis sebanyak 4 kali. Dengan mengikuti

Kelas Prenatal Care and Family secara teratur dapat meningkatkan keyakinan ibu

untuk tetap menjaga kehamilannya sehat, melahirkan dengan selamat. ; kedua

pengalaman orang lain. Ibu dapat mengamati perilaku dan pengalaman orang lain

sebagai proses belajar individu. Kelas Prenatal Care and Family‖ dapat menjadi

wadah untuk pendidikan kesehatan bagi ibu hamil, saling komunikasi dan berbagi

pengalaman dari ibu yang multi gravida kepada ibu yang primi gravida. Ibu yang

pernah mengikuti Kelas Prenatal Care and Family juga dapat membagi

pengalaman kepada ibu yang akan mempersiapkan kehamilan, dan ibu hamil

untuk memeriksakan kehamilan secara teratur serta mengikuti “Kelas Prenatal

Care and Family”. Self Efficacy individu dapat meningkat, terutama jika ia

merasa memiliki kemampuan yang setara atau bahkan merasa lebih baik dari pada

orang yang menjadi subyek belajarnya. Ia akan mempunyai kecenderungan

merasa mampu melakukan hal yang sama. Meningkatnya Self Efficacy individu

ini dapat meningkatkan motivasi untuk mencapai suatu prestasi. Peningkatan Self

Efficacy ini akan menjadi efektif jika subyek yang menjadi model tersebut

mempunyai banyak kesamaan karakteristik antara individu dengan model,

kesamaan tingkat kesulitan tugas, kesamaan situasi dan kondisi, serta

keanekaragaman yang dicapai oleh model. ; Ketiga. Peruasi verbal, yaitu individu

mendapat bujukan atau sugesti untuk percaya bahwa ia dapat mengatasi masalah-

masalah yang akan dihadapinya. Persuasi verbal ini dapat mengarahkan individu

Disertasi PENGEMBANGAN PENDEKATAN “SOCIAL INA DEBORA R.L


ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
309

untuk berusaha lebih gigih untuk mencapai tujuan dan kesuksesan. Akan tetapi

Self Efficacy yang tumbuh dengan metode ini biasanya tidak bertahan lama,

apalagi kemudian individu mengalami peristiwa traumatis yang tidak

menyenangkan.Persuasi verbal berhubungan dengan dorongan/ tidak adanya

dorongan yang dapat mempengaruhi. Ketika persuasi positif akan meningkatkan

Self Efficacy sedangkan persuasi negatif menurunkan Self Efficacy. Secara umum

lebih mudah untuk menurunkan Self Efficacy seseorang daripada

meningkatkannya.

Keempat. Keadaan fisiologis dan psikologis. Situasi yang menekan

kondisi emosional dapat mempengaruhi Self Efficacy. Gejolak emosi, goncangan,

kegelisahan yang mendalam dan keadaan fisiologis yang lemah yang dialami

individu akan dirasakan sebagai suatu isyarat akan terjadi peristiwa yang tidak

diinginkan, maka situasi yang menekan dan mengancam akan cenderung

dihindari. Dalam keadaan luar biasa situasi yang menyebabkan stress, orang

memunculkan kebiasaan tanda distres seperti sakit kepala yang hebat, lemah,

takut, muntah dan lain-lain.

Pendidikan kesehatan dalam Kelas Prenatal Care and Family” dirancang

khusus dalam situasi santai dan menyenangkan, ibu hamil diberi kebebasan

mengambil posisi yang menyenangkan bagi ibu, kegiatan “Kelas Prenatal Care

and Family ―dimulai dengan dinamika kelompok untuk pencairan suasana serta

pemutaran video motivasi yang membuat ibu merasa tertarik dan ikut terlibat

dalam suasana menyenangkan “Kelas Prenatal Care and Family‖. Empat hal

Disertasi PENGEMBANGAN PENDEKATAN “SOCIAL INA DEBORA R.L


ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
310

tersebut dapat menjadi sarana bagi tumbuh dan berkembangnya Self Efficacy

seorang individu.

6.6.2 Faktor interpersonal

Pada variabel interpersonal indikator yang menyusunnya secara berurutan

adalah Subjective norm, Perceived control, pengambilan keputusan keluarga,

merawat ibu hamil dan persepsi kerentanan.

Perilaku dipengaruhi tidak hanyaoleh sikap tetapi oleh norma subjektif

(subjektif norm) yaitu keyakinan individu mengenai apa yang orang lain harapkan

untuk diperbuat terhadap suatuobyek. Jika seseorang mempersepsi bahwa hasil

dari menampilkan suatu perilaku tersebut positif, ia akan memiliki sikap positif

terhadap perilaku tersebut. Yang sebaliknya juga dapat dinyatakan bahwa jika

suatu perilaku difikirkan negatif. Jika orang lain yang relevan memandang bahwa

menampilkan perilaku tersebut sebagai sesuatu yang positif dan seseorang

tersebut termotivasi untuk memenuhi harapan orang lain yang relevan, maka

itulah yang disebut dengan norma subjektif yang positif. Jika orang lain melihat

perilaku yang akan ditampilkan sebagai sesuatu yang negatif dan seseorang

tersebut ingin memenuhi harapan orang lain tersebut, itu yang disebut dengan

norma subjektif negatif. Ibu hamil akan melakukan pemeriksaan ANC apabila ibu

mempersepsikan keluarga mendukung ibu untuk melakukan pemeriksaan tersebut.

Dengan demikian keluarga perlu mengetahui tentang tanda bahaya kehamilan,

persalinan dan nifas sehingga keluarga mendukung ibu untuk memeriksakan

kehamilan, Keluarga juga diikutkan dalam “Kelas Prenatal Care and Family”

agar ada kesamaan persepsi antara ibu hamil dan keluarga untuk mendapatkan

Disertasi PENGEMBANGAN PENDEKATAN “SOCIAL INA DEBORA R.L


ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
311

pelayanan kesehatan bagi ibu. Sedangkan Too Huk atau Atoin Meto yang dominan

dalam pengambilan keputusan mengikuti pendidikan kesehatan untuk TOMA,

TOGA, Kader Kesehatan dan dukun. Agar keluarga dapat mendorong ibu untuk

memeriksakan kehamilannya pada trimester I, dan pemeriksaan kehamilan

dilakukan minuimal 4 kali, merencanakan persalinan difasilitas kesehatan yang

memadai dan ditolong oleh petugas kesehatan yang kompeten.

Perceived behavioral control (PBC) adalah persepsi mengenai kemudahan

atau kesulitan dalam melakukan perilaku dan diasumsikan merefleksikan

pengalaman di masa lalu dan antisipasi mengenai halangan (Ajzen, 1988). PBC

menunjuk suatu derajat dimana seorang individu merasa bahwa tampil atau

tidaknya suatu perilaku yang dimaksud adalah di bawah pengendaliannya. Orang

cenderung tidak akan membentuk suatu intensi yang kuat untuk menampilkan

suatu perilaku tertentu jika ia percaya bahwa ia tidak memiliki sumber atau

kesempatan untuk melakukannya meskipun ia memiliki sikap yang positif dan ia

percaya bahwa orang lain yang penting baginya akan menyetujuinya. Misalnya di

masyarakat tidak tersedia fasilitas untuk penyuluhan, di Puskesmas tidak

dilaksanakan pendidikan kesehatan untuk Kelas Prenatal Care and Family, ibu

tidak memiliki biaya untuk ke Puskesmas, keluarga tidak mendukung,

pengambilan keputusan didominasi oleh suami dan keluarga, hal ini akan menjadi

kendala dan pertimbangan dari ibu untuk memeriksakan kehamilannya, serta

melahirkan di Puskesmas. PBC dapat mempengaruhi perilaku secara langsung

atau tidak langsung melalui intense/ niat. Dengan demikian penting keterlibatan

Disertasi PENGEMBANGAN PENDEKATAN “SOCIAL INA DEBORA R.L


ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
312

keluarga, institusi puskesmas, dan masyarakat membantu ibu untuk mendapatkan

akses pelayanan kesehatan yang tersedia.

Pengambilan keputusan keluarga merupakan indikator interpersonal yang

mempengaruhi pelayanan kesehatan ibu untuk penurunan AKI. Menurut Guhardja

(1989), ada tiga tipe pengambilan keputusan dalam keluarga, yaitu: pengambilan

keputusan konsensus, akomodatif dan defacto.

Pengambilan keputusan konsensus merupakan pengambilan keputusan

secara bersama-sama antaranggota keluarga, setiap anggota keluarga mempunyai

hak untuk mengemukakan pendapatnya. Keputusan yang diambil merupakan

keputusan bersama dan akan menjadi tanggung jawab semua anggota keluarga.

Konflik antar anggota keluarga tidak terjadi dan semua anggota keluarga akan

puas. Hal ini biasa dilakukan oleh keluarga melalui musyawarah dalam keluarga.

Pengambilan keputusan seperti ini akan memakan waktu karena terjadi perbedaan

pendapat. Keterlambatan ini jika terjadi pada ibu hamil dengan perdarahan maka

apabila terlambat penanganannya akan menimbulkan kematian ibu.

Pengambilan keputusan akomodatif adalah pengambilan yang dicirikan

oleh adanya orang yang dominan, sehingga keputusan yang diambil adalah

dengan menerima pendapat orang yang dominan tersebut, karena hanya orang

tertentu yang akan merasa puas, maka ada dua akibat dari pengambilan keputusan

ini, yakni: keputusan ini akan dilakukan oleh orang lain dengan persyaratan dan

dalam melaksanakan keputusan akan didominasi oleh orang yang mempunyai

pendapat tersebut. Pengambilan keputusan seperti ini biasanya dilakukan oleh

keluarga seperti “Too Huk” atau “Atoin Meto‖ yang dituakan dan bertanggung

Disertasi PENGEMBANGAN PENDEKATAN “SOCIAL INA DEBORA R.L


ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
313

jawab atas permasalahan yang berkaitan dengan kelurga besar (extended family).

Pengambilan keputusan akomodatif ini baik dilakukan apabila tepat pada

waktunya akan dapat menolong ibu dengan melakukan rujukan tepat waktu. Hal ini

tentunya didukung oleh pengetahuan dan sikap dari “Too Huk” atau “Atoin Meto”

yang mengetahui tentang tanda bahaya kehamilan, persalinan dan nifas serta

akibat dari komplikasi persalinan yaitu kematian ibu.

Pengambilan keputusan de facto adalah pengambilan keputusan yang

diambil karena terpaksa. Hal ini bisa dilakukan oleh keluarga yang terpaksa harus

mengambil keputusan misalnya mengajak ibu hamil memeriksakan diri pada

trimester III walaupun tak ada keluhan daripada diskusi yang dapat menyebabkan

terlambat mengetahui masalah ibu hamil, terlambat mengambil keputusan dan

terlambat merujuk yang berakibat pada terlambat penanganan komplikasi yang

dapat menyebabkan kematian ibu.

Pengambilan keputusan lainnya adalah pola tradisional ; wewenang

untuk pengambilan keputusan dalam keluarga diberikan kepada suami, sedangkan

istri hanya mendukung keputusan suami. Berbeda dengan pola modern ;

pengambilan keputusan dalam keluarga secara bersama-sama. Ada persamaan hak

antara suami dan istri dalam mengambil keputusan, dengan tanpa menghilangkan

peran masing-masing (Guhardja , 1989 dalam

http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/47437/BAB%20II%20Tinj
auan%20Pustaka_%20I11orm.pdf (sitasi 2 Juli 2013)

Penelitian ini mendukung hasil penelitian Astuti (2008)yang menemukan

bahwa kematian ibu bersalin disebabkan terjadinya keterlambatan dalam merujuk

ke rumah sakit yang terdiri dari keterlambatan dalam mengambil keputusan setuju

Disertasi PENGEMBANGAN PENDEKATAN “SOCIAL INA DEBORA R.L


ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
314

merujuk dari pihak keluarga, keterlambatan dalam mengenali risiko tinggi ibu

bersalin baik oleh bidan dan/atau keluarga, keterlambatan dalam mencari bidan

yang bersedia menolong persalinan, keterlambatan dalam mencari transportasi, dan

keterlambatan dalam mengambil keputusan merujuk atau membawa ke rumah sakit

yang disebabkan adat istiadat.

Suatu keputusan dibuat dalam rangka memecahkan permasalahan atau

persoalan (problem solving), tujuan yang ingin dicapai. Setiap proses

pengambilan keputusan selalu terdapat pihak yang lebih berwenang (Kusumo

2009). Dalam hal ini yang paling berwenang adalah ibu hamil sendiri dengan

dukungan dari keluarga dapat mengambil keputusan untuk melakukan

pemeriksaan kehamilan secara teratur.

Merawat ibu hamil merupakan indikator interpersonal yang mempengaruhi

pelayanan kesehatan ibu untuk penurunan AKI. Memberikan perawatan terhadap

keluarga yang sakit beberapa keluarga akan membebaskan orang yang sakit dari

peran atau tanggung jawabnya secara penuh. Pemberian perawatan secara fisik

merupakan beban paling berat yang dirasakan keluarga (Friedman, 1998).

Suprajitno (2004) menyatakan bahwa keluarga memiliki keterbatasan dalam

mengatasi masalah perawatan keluarga. Kehamilan bukanlah penyakit namun

membutuhkan perawatan yang adekuat agar ibu sehat, melahirkan dengan

selamat, dan bayi yang dilahirkan sehat dan selamat serta ibu dalam menjalani

masa nifas dengan baik.

Masih terdapat ibu hamil yang lebih memilih tidak memeriksakan

kehamilannya, karena merasa tidak ada masalah, melahirkan di rumah dan

Disertasi PENGEMBANGAN PENDEKATAN “SOCIAL INA DEBORA R.L


ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
315

ditolong oleh dukun. Hal ini ditunjang dengan penelitian yang dilakukan oleh

Sutrisno dan Adriani (1997) di Kabupaten Timor Tengah Utara, NTT bahwa dari

28 kasus kematian maternal, 53,6% melakukan antenatal care ke petugas

kesehatan, tetapi saat persalinan mereka lebih suka bersalin di rumah (75%)

bahkan ada yang bersalin di kebun (3,6%) dengan penolong dukun terlatih. (25%)

dan dukun tidak terlatih/keluarga (46,4%), dan sisanya (28,6%) yang minta

pertolongan ke petugas kesehatan.

Perawatan ibu hamil juga terjadi pada budaya Madura. Menurut Devy

Haryanto, Hakimi, Prabandari, Totok Mardikanto (2009), proses pewarisan

budaya perawatan kehamilan di Madura berasal dari anjuran orang tua atau

mertua yang akhirnya lingkungan sosial (ibu-ibu yang pernah hamil) juga ikut

terpengaruh untuk saling berbagi pengalaman selama masa kehamilan dan saat

melakukan perawatan kehamilan. Selain dari anjuran keluarga, ibu hamil juga

meniru kebiasaan keluarganya dalam perawatan kehamilan sebelumnya, sehingga

tidak sulit bagi ibu hamil untuk mempraktekkan atau melakukan hal yang serupa.

Budaya perawatan kehamilan diturunkan secara terus menerus ke anak cucunya

sehingga budaya perawatan kehamilan tersebut tetap terjaga dan terus ada hingga

kini walaupun ilmu pengetahuan medis telah menyentuh ke dalam berbagai aspek

kehidupannya. Perawatan kehamilan dapat dilakukan oleh keluarga dengan baik

apabila keluarga mengetahui tentang cara perawatan kehamilan, melahirkan dan

nifas serta perawatan bayi baru lahir. Untuk itu keikutsertaan keluarga dalam

“Kelas Prenatal Care and Family” adalah merupakan upaya membantu keluarga

dapat merawat ibu hamil dengan baik.

Disertasi PENGEMBANGAN PENDEKATAN “SOCIAL INA DEBORA R.L


ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
316

Dirumah keluarga memiliki kemampuan dalam melakukan pertolongan

pertama. Dalam merawat ibu hamil hendaknya keluarga aktif dalam ikut merawat

ibu hamil, keluarga peduli terhadap kebutuhan pasien, dan berupaya mencari

pertolongan serta aktif mencari informasi tentang perawatan ibu hamil melahirkan

dan nifas untuk dapat menurunkan angka kematian ibu.

Persepsi kerentanan merupakan indikator interpersonal yang

mempengaruhi pelayanan kesehatan ibu untuk penurunan AKI. Persepsi

kerentanan terhadap komplikasi kehamilan, persalinan dan nifas yang

menyebabkan ibu memilih melahirkan di fasilitas kesehatan yang memadai dan

ditolong oleh tenaga kesehatan yang berkompeten.

Perilaku kesehatan merupakan fungsi dari pengetahuan dan sikap. Secara

khusus bahwa persepsi sesorang tentang kerentanan dan kemujaraban pengobatan

dapat mempengaruhi keputusan seseorang dalam perilaku kesehatannya

Ancaman suatu penyakit dipersepsikan secara berbeda oleh setiap

individu. Sebagaimana halnya dengan pemilihan tempat melahirkan di fasilitas

kesehatan yang memadai. Bagi sebagian ibu hamil melahirkan adalah sesuatu

yang alamiah sehingga tidak memerlukan penanganan khusus. Namun bagi

sebagian ibu hamil melahirkan harus di fasilitas kesehatan yang memadai karena

ibu sudah memahami bahwa risiko komplikasi persalinan dapat terjadi walaupun

sudah di screening dan ibu tidak ada keluhan.

Sesuai dengan The Health Belief Model/HBM oleh Rosenstock (1998).

HBM didasari oleh pemahaman bahwa seseorang akan melakukan tindakan jika

dia : (1) Merasakan bahwa suatu kondisi kesehatan negatif dapat dihindari,

Disertasi PENGEMBANGAN PENDEKATAN “SOCIAL INA DEBORA R.L


ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
317

(2) Punya harapan positif bahwa dengan tindakan yang dia ambil, dia akan

terhindar dari kondisi kesehatan yang negatif (misalnya melahirkan di fasilitas

kesehatan yang memadai agar dapat mencegah terjadinya komplikasi persalinan)

dan (3) percaya bahwa dia bisa berhasil dengan tindakan sehat yang

direkomendasikan (Melahirkan di fasilitas kesehatan dan ibu merasa aman dan

selamat).

Konsep HBM ini diusulkan sebagai langkah kesiapan untuk bertindak.

Pemahaman berdasarkan HBM ada empat konstruksi yang menggambarkan

kesiapan bertindak ; (1) ancaman yang bakal dirasakan/diperkirakan dan manfaat

pokok: (2) Kerentanan dibayangkan (perceived susceptibility); (3) Seburuk apa

yang dia bayangkan (perceived severity); dan (4) manfaat yang dia bayangkan

(perceived be (perceived benefit); dan ringtangan/halangan yang dibayangkan

(perceived barriers). Serta tambahan Self Efficacy.

Persepsi tentang ancaman penyakit dan upaya penanggulangannya

dipengaruhi oleh latar belakang sosio-demografi ibu. Untuk menguatkan

keputusan bertindak diperlukan faktor pencetus seperti (berita dari media, ajakan

orang yang dikenal atau ada yang mengingatkan). Jika faktor pencetus itu cukup

kuat dan individu merasa siap, barulah individu itu benar-benar melaksanakan

tindakan yang dianjurkan guna menanggulangi atau mencegah penyakit tersebut.

Dengan demikian perlu dilakukan promosi kesehatan secara terus menerus

sehingga dengan persepsi kerentanan yang cukup baik akan membuat ibu mencari

bantuan melahirkan di fasilitas kesehatan yang memadai agar apabila terjadi

Disertasi PENGEMBANGAN PENDEKATAN “SOCIAL INA DEBORA R.L


ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
318

komplikasi dapat segera ditangani, tidak terlambat penanganan yang berakibat

pada kematian ibu.

6.6.3 Faktor institusonal

Pada variabel institusional indikator yang menyusunnya secara berurutan adalah

persepsi ibu tentang kinerja bidan dimensi emphaty, responsivness, reliability, dan

assurance dan tangible (ERRAT). Dimensi tangible dalam analisis fakor tidak dapat

dikompositkan dengan dimensi yang lain namun tetap dimasukkan dalam model

karena dianggap penting

Persepsi ibu hamil tentang kinerja bidan baik, namun ibu hamil masih ada

yang melahirkan bukan di fasilitas kesehatan dan melahirkan ditolong oleh dukun

atau keluarga, bukan oleh tenaga kesehatan yang kompeten. Ini menjadi hal

penting untuk perhatian karena ibu dan keluarga berpikir bahwa proses kelahiran

adalah bersifat alamiah, ibu dan keluarga mempunyai kebiasaan merawat

kehamilan yang dilakukan turun temurun serta ibu tidak merasakan masalah

dalam perawatan kehamilan. Padahal diketahui bahwa pada ibu hamil yang

discreening sehat tanpa faktor risiko, yang tampak normal masih terdapat 10-15%

kehamilan yang akan mengalami komplikasi. Kejadian komplikasi ini sulit

dihindari namun kematian ibu dapat dihindari apabila mendapatkan pelayanan

medis yang cepat dan tepat dengan tindakan operasi sectio (Widjono, 2008).Pada

screening faktor risiko dengan KSPR, setiap ibu hamil memiliki faktor risiko dan

diberi skor 2 sebagai risiko rendah (Rochjati, 2003). Ibu baru akan menyadari jika

sudah terjadi masalah.

Disertasi PENGEMBANGAN PENDEKATAN “SOCIAL INA DEBORA R.L


ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
319

Kinerja adalah sesuatu yang dicapai atau prestasi yang diperlihatkan

(Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2001). Menurut Trisnantoro dan Agastya

(1996), kinerja merupakan proses yang dilakukan dan hasil yang dicapai oleh

suatu organisasi dalam memberikan jasa atau produk kepada pelanggan. Kane

(1993) menjelaskan,kinerja sebagai rekaman hasil kerja yang diperoleh

karyawan tertentu melalui kegiatan dalam kurun waktu tertentu.

Kinerja bidan desa sesuai dalam buku panduan bidan di tingkat desa dapat

diukur melalui keberhasilan bidan dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsi

bidan desa diantaranya : Meningkatkan cakupan dan mutu pelayanan kesehatan

ibu hamil termasuk K1 dan K4, pertolongan persalinan, perawatan nifas,

kesehatan bayi dan anak balita serta pelayanan dankonseling pemakaian

kontrasepsi serta keluarga berencana melalui upayastrategis antara lain: Posyandu

dan Polindes (Depkes, 1997).

Kinerja bidan dimensi emphaty adalah bagaimana penilaian ibu tentang

bidan dalam memberikan perhatian tanpa memandang status, bidan menberikan

respon yang baik dalam menerima kritik dan saran, kesabaran bidan dalam

melayani pasien, penyampaian informasi oleh bidan tentang rencana tindakan dan

perawatan ibu, serta bidan mau mendengarkan keluhan ibu.

Hasil penelitian menunjukkan, kinerja bidan dimensi emphaty cukup

namun ibu masih memilih melahirkan di non faskes. Dengan demikian bidan

perlu meningkatkan rasa emphaty terutama dalam hal kesabaran melayani pasien

dan penyampaian informasi oleh bidan tentang rencana tindakan dan perawatan

ibu. Bidan dapat bekerjasama dengan kader atau dukun untuk siaga ibu

Disertasi PENGEMBANGAN PENDEKATAN “SOCIAL INA DEBORA R.L


ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
320

melahirkan dengan menyediakan telephon konseling dan transportasi agar ibu

dapat melahirkan di fasilitas kesehatan memadai, ibu dan bayi selamat dan sehat.

Setiap kegiatan atau aktivitas pelayanan memerlukan adanya pemahaman

dan pengertian dalam kebersamaan asumsi atau kepentingan terhadap suatu hal

yang berkaitan dengan pelayanan. Pelayanan akan berjalan dengan lancar dan

berkualitas apabila setiap pihak yang berkepentingan dengan pelayanan memiliki

adanya rasa empati (empathy) dalam menyelesaikan atau mengurus atau memiliki

komitmen yang sama terhadap pelayanan (Parasuraman, 2001).

Empati dalam suatu pelayanan kesehatan adalah adanya suatu perhatian,

keseriusan, simpatik, pengertian dan keterlibatan pihak-pihak yang berkepentingan

dengan pelayanan untuk mengembangkan dan melakukan aktivitas pelayanan

sesuai dengan tingkat pengertian dan pemahaman dari masing-masing pihak

tersebut. Pihak yang memberi pelayanan harus memiliki empati memahami

masalah dari pihak yang ingin dilayani. Pihak yang dilayani seyogyanya

memahami keterbatasan dan kemampuan orang yang melayani, sehingga

keterpaduan antara pihak yang melayani dan mendapat pelayanan memiliki

perasaan yang sama.Ibu hamil akan memeriksakan kehamilannya apabila

memiliki persepsi yang baik tentang kinerja bidan demensi emphaty.

Persepsi ibu tentang kinerja bidan dimensi responsiveness merupakan

indikator institusional yang mempengaruhi pelayanan kesehatan ibu untuk

penurunan AKI. Responsiveness didefinisikan secara umum sebagai keinginan

untuk membantu (willingness to help), bagaimana memberikan layanan yang

cepat dan menangani masalah atau komplain dengan baik. Sebuah istilah lain

Disertasi PENGEMBANGAN PENDEKATAN “SOCIAL INA DEBORA R.L


ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
321

yang sering kita dengar adalah tanggap terhadap kebutuhan pelanggan.

Sebagaimana sifat manusia yang pada umumnya senang apabila diperhatikan,

dilayani dengan cepat dan dibantu pada saat mengalami masalah. Inilah yang

disebut responsiveness (Trimahanani, 2013).

Menjadi responsive terhadap klien kelihatannya sederhana tetapi tidak

semudah itu penerapannya, seringkali ada saja hambatan yang menyebabkan tidak

konsisten dalam merespon klien kita (ibu hamil) dengan baik. Sebagai contoh

pada wawancara dengan ibu hamil diketahui bahwa penyebab ibu tidak

memeriksakan kehamilannya secara teratur ke Puskesmas karena ibu berpikir ibu

bidan sibuk, tidak focus dalam pelayanan pasien‖, ibu hamil merasa enggan untuk

menceritakan masalahnya sehingga tidak merasakan manfaat dari pemeriksaan

kehamilan.

Dengan demikian untuk meningkatkan responsiveness bidan/petugas

kesehatan terhadap klien adalah: (1) Bidan/petugas kesehatan mempunyai sikap

bahwa setiap klien yang datang perlu dibantu untuk memenuhi kebutuhannya.

(2) Lakukan persiapan alat dan tempat dan pastikan semua alur proses kegiatan

layanan berfungsi dengan baik. (3) Apabila pekerjaan sangat bergantung pada

sistem atau teknologi seperi pemeriksaan USG atau DJJ dengan Doppler, siapkan

skenario cadangan apabila terjadi masalah dengan teknologi (listrik mati, sistem

drop, peralatan tidak berfungsi, dan sebagainya). (4) Buatlah alur pelayanan yang

sistematis dan tertulis dapat diibaca oleh pengunjung serta nomor antri bagi

pengunjung untuk menghindari keterlambatan dalam memberikan layanan.

Disertasi PENGEMBANGAN PENDEKATAN “SOCIAL INA DEBORA R.L


ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
322

(5) Siapkan system control untuk menjaga agar tetap responsive terhadap

pelanggan. (6) Menggunakan waktu dengan baik.

Sebagai bidan atau petugas kesehatan aktivitas yang bisa dilakukan untuk

melayani klien: ibu hamil saat pemeriksaan kehamilan yang pertama sehingga

dapat memberikan respon positif dari ibu antara lain seperti: (1) Segera berdiri

menyambut ibu dan mengucapkan salam sapa : ―Selamat pagi, ada yang bisa

dibantu ?‖ (2) Melayani ibu dengan dengan baik, fokus, tidak sambil mengerjakan

pekerjaan lain. (3) Menanyakan nama lawan bicara dan menggunakan nama

tersebut pada saat berkomunikasi. (4) Menanggapi keluhan ibu dengan segera dan

memberikan solusi sesuai masalah yang dihadapi. (5) Menghindari untuk

mengatakan Tidak tahu ya…‖ atau Wah, kalau hal ini sih bukan urusan

saya…‖, dan kalimat sejenis yang dapat membuat ibu merasa tidak ada jalan

keluar. (6) Segera mengangkat telepon sebelum dering ketiga (untuk komunikasi

melalui telepon. Apabila semua ini dilakukan dengan baik maka ibu akan datang

ke Puskesmas untuk memeriksakan kehamilannya, melahirkan di fasilitas

kesehatan yang memadai dan ditolong oleh petugas kesehatan yang kompeten.

Persepsi ibu tentang kinerja bidan dimensi reliability merupakan indikator

institusional yang mempengaruhi pelayanan kesehatan ibu untuk penurunan AKI.

Reliability atau unreability kinerja bidan tidak hanya dapat diukur dari faktor

availability dan performance, namun juga factor security sebagai salah satu

faktor penentu. Untuk mendapatkan suatu nilai reliability dari kinerja bidan dalam

pelayanan KIA, khususnya untuk pelayanan kesehatan ibu, faktor dari

performance, availability dan security adalah faktor yang tidak dapat dipisahkan.

Disertasi PENGEMBANGAN PENDEKATAN “SOCIAL INA DEBORA R.L


ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
323

Dari segi performance bidan diharapkan mampu menampilkan pelayanan yang

baik berkaitan dengan jam buka loket untuk pelayanan yang tepat waktu, prosedur

penerimaan pasien yang memudahkan bagi ibu untuk mendapatkan akses

pelayanan KIA, tidak berbelit-belit, cepat dan tepat, kemampuan bidan dalam

pemeriksaan ibu hamil, pemberian penyuluhan yang diberikan berkaitan dengan

kesehatan ibu anak. Penampilan bidan ini menjadi penting karena sebagian besar

responden adalah ibu multigravida, sudah mempunyai pengalaman yang dapat

mempersepsikan penampilan bidan sesuai dengan harapannya sehingga ibu mau

datang melakukan K1. Sehubungan dengan availibility atau keberlanjutan dari

pelayanan kesehatan, bidan harus memastikan bahwa ibu hamil mendapatkan

pelayanan tepat waktu selama 24 jam, dan kapan saja dibutuhkan termasuk pada

saat libur nasional. Bidan dapat memberikan solusi kemana ibu bisa mendapatkan

pertolongan jika mengalami masalah. Security atau keamanan sangat penting bagi

ibu untuk mempercayai bidan, apabila bidan menjaga privacy ibu selama

pemeriksaan kehamilan. Mengingat proses kehamilan, persalinan dan nifas

berkaitan dengan sistem reproduksi, yang bagi masyarakat tertentu masih cukup

tabu untuk dibicarakan atau didiskusikan. Sebagai contoh hal yang sangat privacy

terkait keluhan ibu sering mengalami keputihan, atau ibu ingin menanyakan

tentang hubungan seks yang aman selama kehamilan. Dengan kinerja bidan yang

dapat dipercaya “reliability” /keterandalan, dapat meningkatkan pelayanan

kesehatan untuk penurunan AKI.

Setiap pelayanan memerlukan bentuk pelayanan yang handal, artinya

dalam memberikan pelayanan, setiap pegawai diharapkan memiliki kemampuan

Disertasi PENGEMBANGAN PENDEKATAN “SOCIAL INA DEBORA R.L


ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
324

dalam pengetahuan, keahlian, kemandirian, penguasaan dan profesionalisme kerja

yang tinggi, sehingga aktivitas kerja yang dikerjakan menghasilkan bentuk

pelayanan yang memuaskan, tanpa ada keluhan dan kesan yang berlebihan atas

pelayanan yang diterima oleh masyarakat (Parasuraman, 2001:48).

Seorang petugas kesehatan/bidan dapat handal apabila tingkat

pengetahuannya digunakan dengan baik dalam memberikan pelayanan yang

handal, kemampuan keterampilan yang dimilikinya diterapkan sesuai dengan

penguasaan bakat yang terampil, pengalaman kerja mendukung setiap pegawai

untuk melaksanakan aktivitas kerjanya secara handal dan penggunaan teknologi

menjadi syarat dari setiap pegawai yang handal untuk melakukan berbagai bentuk

kreasi kerja untuk memecahkan berbagai permasalahan kerja yang dihadapinya

secara handal. Melalui pendidikan kesehatan tentang screening faktor risiko

menggunakan KSPR, kegiatan “Kelas Prenatal Care and Family‖ yang dilakukan

secara berkelanjutan akan meningkatkan pengetahuan dan keterampilan petugas

kesehatan/bidan dalam pelayanan kesehatan.

Persepsi ibu tentang kinerja bidan dimensi assurance merupakan indikator

institusional yang mempengaruhi pelayanan kesehatan ibu untuk penurunan AKI.

Dimensi assurance adalah jaminan menyangut pengetahuan dan, kompetensi

bidan dalam melakukan pemeriksaan dan tindakan yang diberikan, tindak-tanduk

petugas loket, pelayanan yang sopan dan ramah dari bidan, sifat dapat dipercaya

yang dimiliki staf, informasi yang diberikan oleh petugas loket terkait obat, serta

informasi tentang kunjungan ulang. Dengan demikian kinerja bidan yang baik

akan meningkatkan cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan.

Disertasi PENGEMBANGAN PENDEKATAN “SOCIAL INA DEBORA R.L


ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
325

Secara umum kinerja bidan dalam memberikan pelayanan kesehatan

kepada ibu dapat ditingkatkan dengan meningkatkan pengetahuan ibu tentang

screening faktor risiko (KSPR) serta bidan maupun petugas kesehatan ikut terlibat

dalam pelaksanaan “Kelas Prenatal Care and Family”. Sehingga terjadi transfer

pengetahuan dan keterampilan kepada bidan dan petugas kesehatan tentang

pelaksanaan “Kelas Prenatal Care and Family‖ yang dapat membantu

menurunkan angka kematian ibu.

Dirjen Binkemas 1999 jaminan mutu pelayanan kesehatan adalah suatu

proses upaya yang berkesinambungan, sistematik, obyektif dan terpadu dalam

menemukan masalah dan penyebab masalah mutu pelayanan kesehatan yang

diselenggarakan dibandingkan dengan standar yang telah ditetapkan serta

menentukan dan melaksanakan cara pemecahan masalah mutu sesuai kemampuan

yang adadan menilai hasil yang dicapai guna menyusun saran tindak lanjut untuk

meningkatkan mutu pelayanan kesehatan.

Setiap bentuk pelayanan memerlukan adanya kepastian atas pelayanan

yang diberikan. Bentuk kepastian dari suatu pelayanan sangat ditentukan oleh

jaminan dari pegawai yang memberikan pelayanan, Dalam hal ini adalah bidan,

sehingga orang yang menerima pelayanan merasa puas dan yakin bahwa segala

bentuk urusan pelayanan yang dilakukan atas tuntas dan selesai sesuai dengan

kecepatan, ketepatan, kemudahan, kelancaran dan kualitas layanan yang diberikan

(Parasuraman, 2001:69).

Jaminan atas pelayanan yang diberikan oleh bidan sangat ditentukan oleh

performance atau kinerja pelayanan, sehingga diyakini bahwa bidan tersebut

Disertasi PENGEMBANGAN PENDEKATAN “SOCIAL INA DEBORA R.L


ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
326

mampu memberikan pelayanan yang handal, mandiri dan profesional yang

berdampak pada kepuasan pelayanan yang diterima. Selain dari performance

tersebut, jaminan dari suatu pelayanan juga ditentukan dari adanya komitmen

organisasi yang kuat, yang menganjurkan agar setiap petugas kesehatan

memberikan pelayanan secara serius dan sungguh-sungguh untuk memuaskan

orang yang dilayani. Bentuk jaminan yang lain yaitu jaminan terhadap pegawai

yang memiliki perilaku kepribadian (personality behavior) yang baik dalam

memberikan pelayanan, tentu akan berbeda pegawai yang memiliki watak atau

karakter yang kurang baik dan yang kurang baik dalam memberikan pelayanan

(Margaretha, 2003).

Persepsi ibu tentang kinerja bidan dimensi tangible (berwujud) yang oleh

peneliti dianggap penting dan tetap dimasukkan dalam model merupakan

indikator institusional yang mempengaruhi pelayanan kesehatan ibu untuk

penurunan AKI. Parasuraman, dkk dalam Lupiyoadi dan Hamdani (2009)

mengemukakan urutan pertama dari lima dimensi Service Quality yakni tangible,

yaitu kemampuan suatu perusahaan dalam menunjukkan eksistensinya kepada

pihak eksternal. Penampilan dan kemampuan sarana dan prasarana fisik

perusahaan, dalam hal ini adalah Puskesmas yang dapat diandalkan keadaaan

lingkungan sekitarnya merupakan bukti nyata dari pelayanan yang diberikan oleh

pemberi jasa. Hal ini meliputi fasilitas fisik (contoh: gedung, gudang, dan lain-

lain), perlengkapan dan peralatan yang digunakan (teknologi), serta penampilan

pegawainya. Tangible menurut Supriyanto (2010) adalah tampilan fisik fasilitas,

alat dan tenaga. Tampilan fisik fasilitas antara lain kebersihan, penerangan,

Disertasi PENGEMBANGAN PENDEKATAN “SOCIAL INA DEBORA R.L


ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
327

kebisingan ruang. Tampilan tenaga dapat dimulai dari kerapian pakaian dan

keramahan. Tangible akan tetap menjadi perhatian karena hal ini akan menjadi

bermasalah jika tangible dihilangkan karena pelayanan prima menjadi menurun

apabila tidak didukung oleh wujud fasilitas kesehatan yang memadai.

Inti dari bentuk pelayanan yang meyakinkan pada dasarnya bertumpu

kepada kepuasan pelayanan yang ditunjukkan oleh setiap petugas

kesehatan/bidan. komitmen organisasi yang menunjukkan pemberian pelayanan

yang baik, dan perilaku dari petugas kesehatan/bidan dalam memberikan

pelayanan, sehingga dampak yang ditimbulkan dari segala aktivitas pelayanan

tersebut diyakini oleh orang yang menerima pelayanan, akan dilayani dengan baik

sesuai dengan bentuk-bentuk pelayanan yang dapat diyakini sesuai dengan

kepastian pelayanan. Bagi bidan perlu meningkatkan komunikasi therapeutic

dalam memberikan pelayanan kesehatan yang berkualitas.

6.6.4 Faktor Komunitas

Pada variabel komunitas indikator yang menyusunnya secara berurutan

adalah fasilitasi, self regulasi dan observasional learning. Pada ibu dengan

lingkungan komunitas baik cenderung untuk tidak memeriksakan kehamilannya

ke puskesmas. Hal ini menjadi perhatian karena ibu dan keluarga merasa

kehamilan adalah tanggung jawab individu dan keluarga sehingga, lingkungan

yang baik adalah hal yang biasa, ibu merasa nyaman dengan perawatan yang

diberikan oleh keluarga maupun dukun sehingga tidak memanfaatkan fasilitas

kesehatan yang tersedia.

Disertasi PENGEMBANGAN PENDEKATAN “SOCIAL INA DEBORA R.L


ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
328

Fasilitasi adalah menyediakan alat, sumber daya, atau perubahan

lingkungan yang membuat perilaku baru lebih mudah untuk dilakukan. Dalam

penelitian ini fasilitasi yang dimaksud adalah apakah dimasyarakat tersedia

fasilitas untuk penyuluhan, apakah dilakukan kegiatan penyuluhan kesehatan

secara rutin, apakah tersedia fasilitas untuk senam hamil, apakah tersedia fasilitas

untuk penyuluhan gizi ibu hamil, ibu melahirkan dan menyusui. Pada

kenyataannya dilapangan fasilitas tersebut tidak tersedia.

Fasilitas yang tersedia di masyarakat masih belum menyediakan

pelayanan yang dapat menarik minat ibu untuk memafaatkannya. Melalui Kelas

Prental Care and Family‖ diharapkan ibu dapat mendapatkan manfaatnya

sehingga ibu mau memanfaatkan fasilitas kesehatan di komunitas yang tersedia.

Pendidikan kesehatan untuk peningkatan pengetahuan bagi tokoh masyarakat,

tokoh agama, kader dan dukun sangat diperlukan khususnya berkaitan dengan

tanda bahaya kehamilan, persalinan dan nifas sehingga masyarakat mampu

melakukan deteksi dini faktor risiko, menemukan ibu hamil K1 murni serta

menjadi sahabat ibu hamil yang membantu merencanakan persalinan di fasilitas

kesehatan dan ditolong oleh tenaga kesehatan yang kompeten.

Self regulasi merupakan indikator komunitas yang mempengaruhi

pelayanan kesehatan ibu untuk penurunan AKI. Self regulasi adalah adanya

pelatihan bagi ibu tentang perawatan diri ibu selama hamil, melahirkan dan nifas,

telephon konseling untuk siaga ibu melahirkan. Di masyarakat kegiatan ini belum

dilakukan karena keterbatasan fasilitas dan sumber daya. Masyarakat tidak

memiliki pengetahuan yang cukup untuk memberikan penyuluhan kesehatan

Disertasi PENGEMBANGAN PENDEKATAN “SOCIAL INA DEBORA R.L


ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
329

sehingga kegiatan di masyarakat khususnya di posyandu terbatas hanya dengan

melakukan pendaftaran dan penimbangan secara rutin, kegiatan tidak bervariasi dan

menarik minat dari ibu untuk datang ke Posyandu.

Observasional learning merupakan indikator komunitas yang

mempengaruhi pelayanan kesehatan ibu untuk penurunan AKI. Observational

learning adalah belajar untuk menampilkan perilaku baru yang dipaparkan oleh

paparan interpersonal atau media, khususnya melalui pemodelan peer. Ibu hamil

mendapatkan informasi lewat surat khabar pada rubrik khusus kesehatan, melalui

radio berupa iklan radio kerjasama RRI, Dinas Kesehatan Kabupaten Kupang dan

AIPMNH, lewat TV dan informasi dari Bidan di Puskesmas atau posyandu.

Social Cognitive Theory” adalah proses


Proses observasional dalam ―

belajar yang mencakup pemrosesan informasi. Untuk ini diperlukan empat macam

proses utama yaitu ; proses memperhatikan, proses retensi, proses produksi dan

proses motivasi. Pada proses memperhatikan, ibu harus memperhatikan dan

mempersepsi perilaku model secara tepat. Pada proses retensi agar efektif maka

modeling harus disimpan dalam ingatan, dengan demikian ibu harus mengingat

apa yang tadi diperhatikannya. selanjutnya proses produksi, ibu mulai mencoba

perilaku yang ditampilkan oleh model dengan ingatan ibu, modifikasi dari ibu

sesuai kebutuhan ibu. Pada akhirnya adalah proses motivasi, apakah ibu mau

mempraktekkan apa yang sudah dipelajarinya atau tidak tergantung motivasinya.

Ibu akan cenderung mengadopsi perilaku model jika perilaku tersebut

menghasilkan imbalan eksternal, secara internal ibu memberi penilaian positif,

serta ibu melihat bahwa perilaku itu bermanfaat bagi dirinya. Dengan demikian

Disertasi PENGEMBANGAN PENDEKATAN “SOCIAL INA DEBORA R.L


ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
330

agar ibu dapat termotivasi oleh informasi atau pemodelan yang dipelajari maka

sebaiknya model mendemonstrasikan tindakan dan proses berpikirnya sekaligus,

bukan hanya mendemonstrasikan tindakannya saja. Sebagai contoh ; Mengajarkan

ibu hamil pada Kelas Prenatal Care and Family” tentang posisi menyusui yang

benar, model harus memperagakan secara langsung posisi menyusui yang benar

menggunakan boneka, dilakukan dengan rileks dan senang hati kemudian ibu

diminta untuk mendemonstrasikan ulang posisi menyusui tersebut. Sebelum ibu

mendemonstrasikannya, ibu diberi motivasi bahwa ibu mampu

mempraktekkannya. Hal ini sebagai incentive bagi ibu. Dengan demikian ibu

akan ingat dan termotivasi untuk berlatih sesuai apa yang dipraktekkan oleh

model. Informasi tentang pembelajaran yang menyenangkan ini akan

dipromosikan oleh ibu kepada masyarakat lainnya. Masyarakat membantu

menemukan ibu hamil untuk kunjungan ke puskesmas, serta ibu hamil

mendapatkan informasi tentang perawatan ibu hamil, melahirkan dan nifas

melalui observational learning pada “Kelas Prenatal Care and Family”. sehingga

meningkatkan pelayanan kesehatan untuk penurunan AKI.

6.6.5 Tahap I Penemuan Baru

Model akhir berdasarkan analisis jalur dengan LISREL 8.30 yaitu:

“Pengembangan Pendekatan Model Social Ecological Model of Health Behaviour

untuk Penurunan AKI di Kabupaten Kupang sebagai berikut :

Disertasi PENGEMBANGAN PENDEKATAN “SOCIAL INA DEBORA R.L


ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
331

Intra Personal Inter Personal

Komunitas

Institusional Pelayanan
Kesehatan Ibu

Gambar 6.1 Model Pengembangan Pendekatan “SocialEcological Model of


Health Behaviour” untuk Penurunan AKI di Kabupaten Kupang

1. Model baru pengembangan pendekatan Social Ecological Model of Health

Behavior untuk penurunan AKI di Kabupaten Kupang, NTT dikembangkan

sendiri oleh peneliti berdasarkan variabel yang ada pada Social Ecological

Model of Health Behavior : intra personal, interpersonal, institusional dan

komunitas dengan indikator untuk mengukurnya menggunakan beberapa teori :

Faktor intrapersonal dikembangkan dari Health Belief model serta konsep

kesehatan ibu dan anak meliputi obstetrik ginekologi, program KIA, indikator

pelayanan kesehatan ibu pendidikan kesehatan melalui Kelas prenatal care and

family, Screening faktor risiko dengan Kartu Skor Poedji Rochjati (KSPR);

Faktor Interpersonal dari Theory of Reasoned Action, Theory of Planned

Behaviour, serta konsep perawatan keluarga dan komunitas ; Faktor

institusional dari persepsi ibu tentang kinerja bidan dimensi realibility,

assurance, tangible, emphaty dan responsivness dan Social Cognitif Theory.

2. Faktor terbesar yang mempengaruhi pelayanan kesehatan ibu untuk penurunan

AKI adalah mengikuti beberapa jalur yaitu :

Disertasi PENGEMBANGAN PENDEKATAN “SOCIAL INA DEBORA R.L


ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
332

Jalur I : Pengaruh langsung variabel intrapersonal, interpersonal, institusional

dan komunitas terhadap pelayanan kesehatan.

Jalur II : Pengaruh tidak langsung variabel intrapersonal melalui

interpersonal, institusional dan komunitas terhadap pelayanan kesehatan ibu.

Jalur III : Pengaruh tidak langsung variabel intrapersonal ke variabel

komunitas, kemudian ke institusional terhadap pelayanan kesehatan ibu.

Model Jalur I, II, dan III cocok diterapkan diseluruh Indonesia maupun

dunia dengan faktor sosial budaya yang sama yaitu budaya Patriaki. Model

jalur I dan II untuk masyarakat rural di daerah pedesaan. Sedangkan Model

jalur III cocok diterapkan untuk masyarakat urban atau perkotaan.

Semakin tinggi faktor intrapersonal dan interpersonal maka akan dapat

meningkatkan pelayanan kesehatan ibu. Faktor institusional dan komunitas juga

mempunyai pengaruh terhadap penurunan AKI. Pengaruh yang ada bersifat

terbalik dikarenakan pada faktor institusional kinerja bidan cukup dan kurang,

bidan kurang emphaty terhadap kebutuhan ibu karena mengerjakan tugas

tambahan bidan sebagai adminstrasi, tidak reliable atau handal dalam

memberikan pelayanan kesehatan, tidak menepati janji, tidak tepat waktu serta

tidak berada di tempat saat dibutuhkan. Bidan juga kurang responsive terhadap

kebutuhan pelayanan kesehatan pada ibu. Belum dapat memberikan jaminan

keamanan dan privacy bagi ibu saat IMD. Dengan demikian ibu tetap memilih

tidak melakukan K1 murni, tidak K4 serta tidak mendapatkan pelayanan

kesehatan lainnya, ibu memilih melahirkan di rumah dan ditolong oleh

keluarga/dukun. Demikian halnya juga faktor komunitas berpengaruh terbalik

Disertasi PENGEMBANGAN PENDEKATAN “SOCIAL INA DEBORA R.L


ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
333

terhadap penurunan AKI dikarenakan pada komunitas kehamilan, melahirkan dan

masa nifas adalah sesuatu yang bernilai sehingga oleh masyarakat perlu mendapat

perhatian khusus, dengan melakukan perawatan khusus selama awal kehamilan

tidak ke Puskesmas sampai merasa pasti kehamilannya sudah kuat, sesudah

melahirkan mendapat perawatan mandi air panas tatobi‖ selama 7 hari dan

panggang api‖. sehingga ibu merasa nyaman dan tidak memanfaatkan pelayanan

kesehatan untuk ibu. Di masyarakat juga sudah tersedia wadah untuk pelayanan

kesehatan ibu seperti posyandu namun dalam pelaksanaannya belum sesuai

dengan harapan ibu karena kurangnya kreatifitas dalam mengelola posyandu

menjadi tempat yang menarik untuk dikunjungi oleh ibu hamil dan nifas.

Posyandu dilakukan pada jam kerja, yang mana pada saat itu ibu harus

menyelesaikan pekerjaan rumah tangga atau ibu masih di kebun. Waktu posyandu

mengikuti waktu kerja bidan atau petugas kesehatan. Disamping itu masih

kuatnya pengaruh intrapersonal berkaitan dengan nilai kepercayaan, sikap, niat

dan Self Efficacy. Serta interpersonal Subjective norm. Di masyarakat perawatan

kehamilan, persalinan dan masa nifas biasanya menjadi perhatian keluarga besar

sehingga keluarga memberikan dukungan penuh untuk perawatan ibu selama

hamil, melahirkan dan nifas sehingga ibu merasa nyaman di rumah dan tidak

memeriksakan kehamilannya, memilih melahirkan di rumah. Ini perlu menjadi

perhatian dalam rencana intervensi selanjutnya.

Variabel observed yang membentuk variabel laten endogen/dependen

pelayanan kesehatan ibu untuk penurunan AKI adalah K1 murni, K4, tempat

Disertasi PENGEMBANGAN PENDEKATAN “SOCIAL INA DEBORA R.L


ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
334

persalinan dan penolong persalinan. Sedangkan variabel observed Kf dan KB

tidak dimasukkan untuk variabel laten endogen/dependen penurunan AKI.

Variabel laten eksogen/independen intrapersonal dibentuk oleh variabel

observed : Nilai kepercayaan, sikap, niat, dan Self Efficacy. Variabel laten

eksogen/ independen Interpersonal dibentuk oleh variabel observed: Subjective

norm, Perceived control, pengambilan keputusan keluarga, merawat ibu hamil dan

persepsi kerentanan,. Variabel laten eksogen/independen institusional dibentuk

oleh variabel observed: kinerja bidan dimensi emphaty, responsivness, reliability

dan assurance. Namun dimensi tangible tetap dianggap penting untuk

meningkatkan pelayanan kesehatan ibu yang prima, sehingga peneliti tetap

memasukkannya dalam model. Variabel laten eksogen/independen komunitas

dibentuk oleh variabel observed: fasilitasi, self regulation dan observasional

learning. Gambaran model baru tersebut adalah sebagai berikut :

Model Baru : Social Ecological Model of Health Behavior : Ina Djayaku Abadi
untuk Penurunan Angka Kematian Ibu

Disertasi PENGEMBANGAN PENDEKATAN “SOCIAL INA DEBORA R.L


ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
335

Gambar 6. 2 Pengembangan Pendekatan Social Ecological Model of Health


Behavior Ina Djayaku Abadi‖ Untuk Penurunan AKI di Kabupaten
Kupang, NTT

6.6.6 Penelitian Tahap II Uji Coba Model Komprehensif Baru “Social


Ecological Model of Health Behaviour Ina Djayaku Abadi“ untuk
Penurunan AKI di Kabupaten Kupang, NTT.

Model baru hasil pengembangan pendekatan “Social Ecological Model of

Health Behavior” telah disusun berdasarkan hasil penelitian tahap I. Pada tahapan

kedua ini dilakukan uji coba model komprehensif baru ini dengan memberikan

intervensi pendidikan kesehatan pada masing-masing variabel independen yaitu

variabel intrapersonal, interpersonal, institusional dan komunitas. Hal ini sesuai

dengan Moore (2003) bahwa setiap level pada Social Ecological Model of Health

Behavior” ada potensi promosi kesehatan. (Rundown pelatihan terlampir

lampiran 14, 15, 16)

Pada variabel interpersonal ibu hamil diberikan pendidikan kesehatan pada

“Kelas Prenatal Care and Family. Demikian halnya untuk variabel interpersonal,

keluarga ibu hamil (suami/keluarga) diikutsertakan dalam pendidikan kesehatan

pada “Kelas Prenatal Care and Family”. Variabel intrapersonal disusun

berdasarkan indikator yang mempunyai pengaruh terbesar adalah nilai

kepercayaan, diikuti sikap, niat dan Self Efficacy. Variabel interpersonal disusun

berdasarkan indikator yang mempunyai pengaruh terbesar secara berurutan adalah

Subjective norm, Perceived control, pengambilan keputusan keluarga, merawat

ibu hamil serta persepsi kerentanan.

Pendidikan kesehatan diberikan kepada ibu dan keluarga untuk

meningkatkan pengetahuan ibu, tentang perawatan kehamilan, persalinan, nifas

Disertasi PENGEMBANGAN PENDEKATAN “SOCIAL INA DEBORA R.L


ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
336

dan bayi baru lahir. Pengetahuan yang rasional dari ibu akan membentuk nilai

kepercayaan tentang pentingnya perawatan kehamilan, persalinan dan nifas.

Kepercayaan berkembang dari masyarakat yang mempunyai tujuan dan

kepentingan yang sama Kepercayaan dapat tumbuh bila berulang kali

mendapatkan informasi yang sama (Notoatmodjo, 2010). Pengetahuan yang ada

juga dapat membantu ibu dan keluarga untuk mempertimbangkan segi positif dan

negatif dari mengikuti Kelas


― Prenatal Care and Family . untuk mengambil

sikap yang positif untuk perawatan kehamilan, persalinan dan nifas. Sikap yang

positif dari ibu didukung oleh keluarga yang menginginkan ibu mendapatkan

pelayanan kesehatan yang baik sebagai suatu Subjective norm sehingga ibu

berniat untuk melakukan pemeriksaan kehamilan K1 dan K4, memilih melahirkan

di fasilitas kesehatan yang memadai dan ditolong oleh petugas kesehatan yang

kompeten. Usaha mengubah sikap dapat dilaksanakan dalam iklim yang

re-edukatif. Edukasi atau pendidikan adalah aktivitas yang disengaja, disadari

betul-betul dan sistematis untuk membawa individu pada suatu tujuan pendidikan

tertentu. Re-edukasi atau mendidik kembali merupakan aktivitas yang disengaja,

sistematis dan direncanakan untuk mengubah struktur psiko-fisis individu pada

satu tujuan pendidikan yang baru. Menurut Kartini Kartono (1995) dalam

Suherlan dan Budiono (2013) menyatakan bahwa dalam kenyataannya, bisa

diidentikkan dengan tugas perubahan sikap dalam suatu konteks kultural. Dimana,

kelompok yang memiliki norma, standard, falsafah hidup dan latar belakang

kebudayaan sendiri itu harus diubah sebagai satu satuan kelompok, sebagai satu

totalitas, agar supaya para anggotanya mau menerima satu sistem, satu teknik atau

Disertasi PENGEMBANGAN PENDEKATAN “SOCIAL INA DEBORA R.L


ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
337

keyakinan hidup baru hendaknya perubahan sikap itu atas dasar prinsip-prinsip

kesukarelaan, sikap baru itu secara konkrit dirasakan lebih dekat kepada realitas

hidup. Dengan demikian ibu hamil dan keluargapun harus diperlakukan dengan

baik pada saat pemeriksaan kesehatan serta saat mengikuti pelatihan “Kelas

Prenatal Care and Family”. Perlu adanya perhatian, pengertian dan penerimaan

serta membangun sikap yang positif. Berpikir secara positif akan sesuatu yang

benar, jujur dan baik akan membawa kita pada pemikiran yang positif dan akan

mempengaruhi tindakan kita kearah yang positif juga (Idawati, 2002).

Nilai kepercayaan yang baik dari ibu dan keluarga tentang manfaat

mengikuti Kelas Prenatal Care and Family akan membuat ibu dan keluarga

mengambil keputusan untuk mendapatkan pelayanan kesehatan di Puskesmasatau

rumah sakit. Nilai terkait dengan norma. Nilai merupakan sesuatu yang dianggap

sebagai hal yang baik, patut, layak, benar, maka norma merupakan perwujudan

dari nilai yang didalamnya terdapat kaidah, aturan, atau kaidah pada suatu

tindakan (aksi). Bagi orang yang melanggar norma maka ia akan mendapat sanksi,

atau hukuman oleh masyarakat yang berupa digosipkan, ditegur, dimarahi

diancam hingga sampai hukuman yang diberikan oleh negara melalui aparat

hukum. Nilai merupakan sumber norma yang memiliki kekuatan mengikat bagi

semua tingkah laku kelompok.

Mengikuti “ Kelas Prenatal Care and Family” bagi ibu hamil dan

keluarga, apabila dijadikan sebagai suatu kebiasaan yang dilakukan terus menerus

karena dianggap baik, memberikan manfaat, dengan demikian posisinya akan

meningkat menjadi suatu tata kelakuan (mores). Keluarga dan masyarakat sepakat

Disertasi PENGEMBANGAN PENDEKATAN “SOCIAL INA DEBORA R.L


ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
338

untuk setiap ibu hamil segera memeriksakan diri ke Puskesmas jika hamil. Jika

hal ini terus dibiasakan dan dilakukan maka akan menjadi suatu adat istiadat.

Apabila melanggar adat tersebut akan mendapat sanksi. Selanjutnya dapat

menjadi hukum sebagai tata kelakuan sosial yang dibuat secara formal dengan

sanksi yang tegas bagi pelanggarnya. Misalnya peraturan daerah yang

mewajibkan semua ibu hamil melakukan pemeriksaan K1 pada kehamilan

trimester 1, periksa hamil minimal 4 kali (1 kali di trimester I, 1 kali di trimester

II dan 2 kali di trimester III, serta melahirkan di fasilitas kesehatan yang memadai

dan ditolong oleh petugas kesehatan yang kompeten. Apabila ada yang melanggar

dikenakan denda.

Pendidikan kesehatan melalui “Kelas Prenatal Care and Family” karena

Pendidikan membantu ibu dan keluarga untuk mengidentifikasi perilaku positif

dari bidan/petugas kesehatan sebagai referensi yang signifikan sebagai norma

subjective, dapat mengatipasi kesulitan yang dihadapi apabila tidak melakukan

perawatan kehamilan, persalinan dan nifas dengan baik sebagai Perceived control

bagi ibu dan keluarga. Paulo Freira dalam Remiswal (2013), seorang ahli

pendidikan Brasil berpendapat bahwa pendidikan adalah usaha memanusiakan

manusia, tujuan pendidikan adalah pembebasan permanen. Pembebasan permanen

ini berlangsung dalam dua tahap : (1) tahap kesadaran akan penindasan, dan (2)

membangun kemantapan dengan aksi budaya yang membebaskan. Pendapat ini

juga sesuai dengan Lappera (2001) Remiswal (2013), yang mengatakan perlunya

kesadaran tentang laki-laki dan perempuan yang mempunyai kedudukan yang

sejajar dan sepadan. Dengan demikian pada “Kelas Prenatal Care and Family”

Disertasi PENGEMBANGAN PENDEKATAN “SOCIAL INA DEBORA R.L


ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
339

tidak hanya diikuti oleh ibu hamil saja tetapi suami ikut mendampingi istri saat

pelaksanaan pendidikan kesehatan. Keikutsertaan suami adalah untuk memberikan

dukungan kepada ibu selama hamil, melahirkan dan nifas. Pendidikan kesehatan

yang diberikan pada “ Kelas Prenatal Care and Family” hal ini merupakan upaya

pemberdayaan perempuan dan penyadaran bagi kaum perempuan sendiri untuk

mampu mengambil keputusan bagi dirinya, memeriksakan kehamilannya. Dalam

Kelas Prenatal Care and Family” dapat memperbaiki relasi antara perempuan dan

laki-laki hal ini ditunjukkan dengan suami diharapkan untuk mendampingi istri

mengikuti “ Kelas Prenatal Care and Family” minimal satu kali agar suami dapat

mendampingi dan merawat istri selama hamil, melahirkan dan masa nifas. Melalui

“Kelas Prenatal Care and Family”, ibu dan keluarga dapat mengambil keputusan

yang tepat untuk perawatan kehamilan, melahirkan dan nifas. Dengan bekal

pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh selama mengikuti “Kelas Prenatal

Care and Family” akan membantu ibu dan keluarga untuk merawat kehamilan,

persalinan, nifas serta perawatan bayi baru lahir.

Ibu dan keluarga belajar tentang tanda bahaya kehamilan, persalinan dan

nifas sehingga ibu dan keluarga dapat mempersepsikan kerentanan bagi ibu

apabila ibu hamil tidak memeriksakan kehamilannya secara teratur dan tidak

mengikuti “Kelas Prenatal Care and Family”. Kegiatan ini dapat memberikan

kontribusi untuk penurunan AKI. Pelaksanaan “Kelas Prenatal Care and

Family”, dalam suasana santai, menyenangkan dan nyaman bagi ibu. Kegiatan

dilakukan dengan metode diskusi, ceramah, tanya jawab, demontrasi dan

redemonstrasi. Dilakukan dinamika kelompok dan pemutaran video motivasi.

Disertasi PENGEMBANGAN PENDEKATAN “SOCIAL INA DEBORA R.L


ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
340

Pada level intrapersonal dan interpersonal pendidikan kesehatan yang

diberikan menggunakan media sederhana seperti leaflet, poster, lembar balik,

buku KIA, serta benda-benda nyata, menggunakan bahasa setempat dan

sederhana, mudah dimengerti oleh ibu dan keluarga. Digambar dengan sederhana,

mudah didapat serta memenuhi kebutuhan petugas kesehatan dan ibu hamil serta

keluarga. Serta penggunaan video (AVA) untuk menyampaikan informasi atau

pesan-pesan kesehatan tentang : asal-usul manusia (proses konsepsi), ibuku

malaikatku (pesan manfaat ASI), video inisiasi menyusu dini (pesan pentingnya

IMD) serta video posisi menyusui yang benar, melekat dengan benar dan

mengisap dengan efektif (ibu bisa mencontoh model yang ada). Media pengajaran

ini bermanfaat untuk memperbesar minat dan perhatian peserta untuk belajar,

metode mengajar akan lebih bervariasi, tidak semata-mata komunikasi verbal

melalui penuturan kata-kata pengajar, sehingga peserta (ibu hamil dan suami

/keluarga) tidak bosan dan pengajar tidak kehabisan tenaga karena proses

belajarnya memakan waktu setiap kali pertemuan 75 menit.

Nilai kepercayaan yang tinggi, sikap yang positif serta niat yang baik akan

membuat ibu melakukan pemeriksaan kehamilan secara teratur, melahirkan di

fasilitas kesehatan yang memadai serta ditolong oleh petugas kesehatan yang

kompeten. Melalui Kelas Prenatal Care and Family ibu juga dapat meningkatkan

Self Efficacy. Ibu dapat belajar dari pengalaman pribadi, belajar dari kelompok

ibu hamil didalam kelas prenatal (reference group) menjadi anggota kelompok

(membership group) serta ibu mendapatkan manfaat dari pendidikan kesehatan

Disertasi PENGEMBANGAN PENDEKATAN “SOCIAL INA DEBORA R.L


ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
341

yang diberikan serta keadaan fisiologis dan psikologis ibu yang menyenangkan

dalam dinamika Kelas prenatal care and family.

Dari 26 ibu hamil yang menjadi responden, 100 % mengikuti kelas

prenatal pertemuan I, II sedangkan pertemuan III dikuti oleh 23 orang (88,46%)

karena 3 orang melahirkan lebih awal tetapi kepadanya dilakukan kunjungan

rumah dan diberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan nifas dan bayi baru

lahir. 100% ibu adalah K1 dan K4, Ibu melahirkan di fasilitas kesehatan yang

memadai 23 orang (88,5%), ditolong oleh petugas kesehatan yang kompeten

100%, Kunjungan nifas oleh petugas kesehatan > 3 kali 100% serta 100% ibu

nifas menggunakan alat kontrasepsi pasca persalinan. Ada peningkatan

pengetahuan sebelum dan sesudah intervensi pada pertemuan I : Mean 58,461 dan

SD 8,575; pertemuan II : Mean 59,03 dan SD 7,074 ; pertemuan III Mean 66,15

dan SD 5,71. Sangat signifikan pada pertemuan I, II maupun III ( p < 0,01)

Peningkatan pengetahuan semakin meningkat pada pertemuan II dan III.

Dengan demikian Kelas Prenatal Care and Family ini harus terus

dijalankan sebagai sesuatu yang bernilai agar menjadi suatu kebiasaan, tata

kelakuan, mores, adat istiadat serta menjadi berlaku secara umum di masayarakat.

Bagi yang tidak menjalankan mendapatkan sanksi hukum sesuai yang berlaku.

― Kelas
Kedepan diharapkan ibu hamil dan keluarga yang pernah mengikuti

Prenatal Care and Family” menjadi reference group bagi ibu hamil dan keluarga

yang lainnya sehingga mau memeriksakan kehamilannya secara teratur serta

mengikuti “Kelas Prenatal Care and Family”. Bagi institusi kesehatan

(Puskesmas) diharapkan dapat melaksanakan “Kelas Prenatal Care and Family”

Disertasi PENGEMBANGAN PENDEKATAN “SOCIAL INA DEBORA R.L


ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
342

secara rutin bekerjasama dengan institusi pendidikan kesehatan, rumah sakit,

dinas kesehatan kabupaten Kupang serta pemerintah untuk menyediakan fasilitas

penunjang di Puskesmasatau masyarakat untuk kelanjutan kegiatan ini.

Selain pendidikan kesehatan bagi ibu hamil dan keluarga pada “Kelas

Prenatal Care and Family” intervensi lain juga dapat diberikan untuk

meningkatkan nilai kepercayaan, sikap niat dan Self Efficacy ibu melalui kegiatan

: (1) Retreat atau pembinaan rohani (2) Perlu adanya keluarga siaga ibu

melahirkan (3) Tabungan ibu bersalin (Tabulin) (4) Hadiah bagi ibu bersalin (5)

Pendidikan gender (6) Pemberdayaan perempuan dengan membentuk kelompok

pendampingan difasilitasi oleh petugas kesehatan Perawat/ Bidan bekerjasama

bekerjasama dengan lintas sektoral (Rundown pelatihan lihat lampiran 14 )

Pada variabel institusional petugas kesehatan diberikan pendidikan

kesehatan tentang Screening faktor risiko pada ibu hamil menggunakan Kartu

Skor Poedji Rochjati (KSPR) serta Depkes. Petugas kesehatan/ bidan

diikutsertakan juga dalam pengelolaan “Kelas Prenatal Care and Family”agar

dapat melanjutkan kegiatan tersebut apabila penelitian sudah berakhir. Variabel

institusional disusun berdasarkan indikator yang mempunyai pengaruh terbesar

secara berurutan adalah persepsi ibu tentang kinerja bidan dalam pelayanan ante

natal, persalinan dan nifas dimensi emphaty, responsiveness, reliability, assurance

serta tangible.

Persepsi ibu tentang kinerja bidan dimensi emphaty adalah bagaimana

penilaian ibu tentang bidan dalam memberikan perhatian tanpa memandang

status, bidan memberikan respon yang baik dalam menerima kritik dan saran,

Disertasi PENGEMBANGAN PENDEKATAN “SOCIAL INA DEBORA R.L


ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
343

kesabaran bidan dalam melayani pasien serta bidan mau mendengarkan keluhan

pasien. Berdasarkan hasil wawancara dengan ibu hamil dan observasi saat

melakukan penelitian dan pengumpulan data di posyandu, diketahui bidan belum

menunjukkan rasa emphaty pada klien yang dilayani, hal ini karena keterbatasan

waktu bidan harus melayani banyak pasien. Satu orang klien dilayani bidan 5 -10

menit dengan demikian ibu hamil tidak dapat menyampaikan keluhannya, bidan

tidak menyiapkan waktu untuk mendengarkan keluhan pasien. Bidan tidak

melaksanakan pemeriksaan sesuai standar ANC : 10 T. Sebaliknya karena

posyandu dilaksanakan pada jam kerja (pagi hingga siang hari) sehingga ibu juga

tergesa-gesa ingin pulang karena harus memasak dan menyediakan makanan

untuk keluarga. Apalagi ditambah dengan tidak adanya kegiatan yang menarik

bagi ibu untuk “betah” dan ingin datang ke posyandu. Padahal posyandu sebagai

wadah yang ada di masyarakat dapat digunakan untuk promosi kesehatan terkait

kesehatan ibu hamil, melahirkan dan nifas.

Bidan juga tidak responsive terhadap ibu yang datang ke posyandu,

Responsif adalah keinginan untuk membantu (Wiilingness to help). Sikap

responsive ini penting karena sifat manusia pada umumnya senang kalau

diperhatikan. Ibu bidan sibuk memberikan immunisasi atau pengobatan kepada

pasien yang lain. Di Puskesmas, karena keterbatasan tenaga bidan diberikan

tanggungjawab program lain atau tanggung jawab administrasi keuangan sehingga

bidan sibuk, tidak menyiapkan waktu konseling untuk ibu hamil.

Persepsi ibu tentang reliability (keterandalan) bidan, ibu hamil yang

datang ke posyandu atau Puskesmas berharap mendapatkan pelayanan yang baik

Disertasi PENGEMBANGAN PENDEKATAN “SOCIAL INA DEBORA R.L


ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
344

berkaitan dengan jam buka loket, cepat dan tepat. Bidan dapat menjaga privacy

ibu selama pemeriksaan kehamilan, atau saat melahirkan. Hasil wawancara dan

observasi di Puskesmas rawat inap saat penelitian, ibu yang melahirkan untuk

pelaksanaan inisiasi menyusu dini (IMD) ibu dibiarkan terbuka bagian atas tubuh

hal ini membuat ibu enggan melahirkan di puskesmas. Hasil wawancara dengan

ibu nifas serta melihat buku KIA ibu nifas, diketahui bahwa ibu selama hamil

memeriksakan kehamilan secara teratur ke Puskesmas dan posyandu 8 kali, ibu

dengan kehamilan risiko tinggi karena kehamilan > 4 kali, umur lebih dari 35

tahun. Oleh keluarga dan bidan, ibu direncanakan melahirkan di Puskesmas tetapi

pada saat akan melahirkan ibu datang ke Puskesmas dan bidan tidak berada di

tempat. Dengan demikian ibu memilih pulang dan melahirkan di rumah karena

merasa melahirkan adalah hal biasa dan selama ini ibu baik-baik saja‖ walaupun

melahirkan di rumah, menolong diri sendiri dan dibantu suami. Ibu tidak

merasakan adanya assurance (jaminan) untuk mendapatkan pelayanan yang baik

di Puskesmas atau rumah sakit sehingga ibu memilih untuk melahirkan di rumah

dan ditolong oleh keluarga atau dukun. Tangible adalah tampilan atau wujud,

merupakan kemampuan fasilitas kesehatan untuk mewujudkan eksistensinya

kepada pihak eksternal meliputi fasilitas fisik antara lain kebersihan, penerangan,

letak Puskesmas yang strategis, kenyamanan ruang tunggu, penataan ruang

periksa yang teratur, kartu berobat saat ini, kerapihan dan kebersihan, penampilan

petugas saat memeriksa pasien, kenyamanan dan ketenangan lingkungan,

kelengkapan, kesiapan dan kebersihan alat-alat yang dipakai, variasi jenis kamar,

tersedianya bidan, dokter umum dan tenaga kesehatan yang memadai, adanya

Disertasi PENGEMBANGAN PENDEKATAN “SOCIAL INA DEBORA R.L


ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
345

layanan informasi, tempat parkir yang memadai dan aman, jemuran umum, apotik

serta tersedianya toilet yang cukup dan bersih. Fasilitas semacam ini di Kabupaten

Kupang masih kurang bahkan belum tersedia sehingga terjadi kesenjangan

dibandingkan dimensi lain. Sehingga dalam analisis faktor nilainya 0,498 (<0,5)

lebih kuat pengaruh dimensi yang lain. Namun demikian tangible akan tetap

menjadi perhatian karena hal ini akan menjadi bermasalah jika tangible

dihilangkan karena pelayanan prima menjadi menurun.

Pada institusi kesehatan intervensi yang diberikan adalah pendidikan

kesehatan tentang screening faktor risiko pada ibu hamil untuk perencanaan

persalinan serta rujukan dini berencana. Kegiatan pendidikan kesehatan dilakukan

dengan terlebih dahulu memutar video motivasi agar mempersiapkan petugas

kesehatan akan semangat pelayanan dan betapa pentingnya peran bidan dalam

menyelamatkan ibu hamil, melahirkan atau nifas. Screening faktor risiko tidak

hanya diberikan kepada bidan tetapi pada semua petugas kesehatan yang ada di

PuskesmasTakari dengan harapan dapat digunakan untuk deteksi dini faktor risiko

pada ibu hamil di masyarakat atau posyandu. Sesuai dengan indikator pelayanan

kesehatan ibu ; Screening faktor risiko dapat dilakukan oleh petugas kesehatan

maupun masyarakat sebagai deteksi dini untuk rujukan dini berencana sehingga

dapat mencegah kematian ibu.

Dari 36 petugas kesehatan yang mengikuti, ada peningkatan pengetahuan

sebelum dan sesudah intervensi, Bedatest 54,86 SD 10,98, sangat signifikan ( p <

0,01). Mean rank pretest dan posttest petugas kesehatan dengan pendidikan

kesehatanlebih tinggi dari petugas kesehatan dengan pendidikan non kesehatan.

Disertasi PENGEMBANGAN PENDEKATAN “SOCIAL INA DEBORA R.L


ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
346

Petugas kesehatan dengan pendidikan non kesehatan pada bedatest memiliki nilai

mean rank lebih tinggi dari petugas kesehatan. Dengan demikian petugas

kesehatan pendidikan non kesehatan dapat membantu bidan untuk melakukan

deteksi dini faktor risiko pada ibu hamil.

Screening menggunakan KSPR modifikasi dengan Depkes pada usia

terlalu muda < 20 tahun, yang dilakukan pada ibu hamil pada kelompok

intervensi 26 orang diketahui 13 orang (50%) ibu dengan kehamilan risiko rendah

(KRR), 12 orang (40%) ibu dengan kehamilan risiko tinggi (KRT) serta 1 orang

(3,8%) dengan kehamilan risiko sangat tinggi (KRST). Dengan demikian bidan

dapat memberikan konseling berdasarkan hasil screening kepada ibu hamil dan

keluarga serta pada awal pemeriksaan kehamilan dapat merencanakan persalinan

di fasilitas kesehatan atau RS PONEK.

Selain pendidikan kesehatan bagi petugas kesehatan serta keikutsertaan

bidan dan perawat dalam pendidikan kesehatan untuk “Kelas Prenatal Care and

Family” Pada faktor interpersonal intervensi lain juga dapat diberikan untuk

meningkatkan kinerja bidan dimensi emphaty, responsiveness, reliability, serta

assurance melalui kegiatan retreat setiap semester (6 bulan) untuk pembaharuan

janji pelayanan kepada masyarakat serta pelatihan : (1) komunikasi therapeutic,

(2) gender mainstreaming adalah upaya memasukkan atau mengintegrasikan

kebijakan gender ke dalam organisasi dan lembaga pelaksana dan penyelenggara di

keempat tahapan manajemen pembangunan yang berkesinambungan yaitu

organisasi dan lembaga perencanaan, pelaksanaan, pemantauan dan evaluasi.

(Rundown pelatihan lihat lampiran 15 )

Disertasi PENGEMBANGAN PENDEKATAN “SOCIAL INA DEBORA R.L


ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
347

Pada variabel komunitas, tokoh masyarakat, tokoh agama, kader kesehatan

dan dukun diberikan pendidikan kesehatan tentang tanda bahaya kehamilan,

persalinan dan nifas serta screening faktor risiko pada ibu hamil menggunakan

Kartu Skor Poedji Rochjati (KSPR) serta Depkes. Kader yang menemukan ibu

hamil untuk K1 murni diikutsertakan juga sebagai peserta dalam “Kelas Prenatal

Care and Family” agar dapat melanjutkan kegiatan tersebut apabila penelitian

sudah berakhir. Variabel komunitas disusun berdasarkan indikator yang

mempunyai pengaruh terbesar secara berurutan adalah fasilitasi, self regulasi dan

observasional learning.

Masyarakat diharapkan dapat melakukan deteksi dini faktor risiko pada

ibu hamil di masyarakat. Hal ini sesuai dengan indikator pelayanan kesehatan ibu

berdasarkan Depkes RI (2010). Agar dapat melakukan deteksi dini faktor risiko

pada ibu hamil serta untuk penemuan ibu hamil K1 murni, TOMA, TOGA Kader

kesehatan dan dukun perlu mendapatkan pendidikan kesehatan tentang

pengenalan tanda bahaya kehamilan, persalinan dan nifas, Screening faktor risiko

menggunakan KSPR modifikasi dengan Depkes pada ibu hamil risiko tinggi

dalam rangka rujukan dini berencana.

Di masyarakat masih belum semua desa memiliki tempat pelayanan

posyandu yang memadai, sehingga posyandu dilakukan di rumah penduduk atau

kader. Posyandu yang ada dimasyarakat jarang melakukan penyuluhan kesehatan

baik oleh petugas kesehatan maupun kader kesehatan. Hal ini karena keterbatasan

pengetahuan. Disamping itu sebagian besar kader belum mengetahui tentang

tanda bahaya kehamilan, persalinan dan nifas serta bagaimana melakukan

Disertasi PENGEMBANGAN PENDEKATAN “SOCIAL INA DEBORA R.L


ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
348

deteksi faktor risko pada ibu hamil. Dengan demikian pendidikan kesehatan yang

diberikan ini dapat membantu tokoh masyarakat, tokoh agama, kader kesehatan

dan dukun bekerjama dengan petugas kesehatan dalam penemuan ibu hamil

trimester I untuk melakukan pemeriksaan kehamilan K1 murni, masyarakat

mampu melakukan deteksi dini faktor risiko kehamilan, menjadi sahabat atau

pendamping ibu hamil sehingga ibu hamil dapat memeriksakan kehamilannya

secara teratur minimal 4 kali (K4), melahirkan di fasilitas kesehatan yang

memadai dan ditolong oleh petugas kesehatan yang kompeten sehingga ibu dan

bayi selamat dan sehat. Dengan belajar tentang tanda bahaya kehamilan,

persalinan dan nifas serta deteksi dini faktor risiko pada ibu hamil, maka tokoh

masyarakat, tokoh agama, kader kesehatan dan dukun dapat menganalisis tugas

pembelajaran, menetapkan tujuan dan menyusun rencana, menetapkan strategi

serta meregulasi pembelajaran di komunitas.

Self Regulation adalah proses dimana seseorang dapat mengatur

pencapaian dan aksi mereka sendiri. Menentukan target untuk mereka,

mengevaluasi kesuksesan mereka saat mencapai target tersebut dan memberikan

penghargaan pada diri mereka sendiri karena telah mencapai tujuan tersebut.

Masyarakat dapat menciptakan pedoman dan motivator bagi tindakan yang

mengarah pada pencapaian jauh dimasa depan tentang perawatan ibu hamil,

melahirkan dan nifas. Melakukan rujukan ke Puskesmas bagi ibu hamil yang

berisiko. Dengan demikian pemahaman yang lebih baik mengenai bagaimana

orang melatih kontrol perilaku mereka sendiri terkait perawatan kehamilan,

Disertasi PENGEMBANGAN PENDEKATAN “SOCIAL INA DEBORA R.L


ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
349

persalinan dan nifas akan berdampak pada meningkatknya keberhasilan

masyarakat dalam pendidikan dan kesehatan.

Proses self regulasi di masyarakat dapat menjadi model pembelajaran bagi

masyarakat lainnya untuk mengidentifikasi hal-hal positif dari kegiatan di

komunitas ini untuk diadopsi dilakukan di tempat lain. Upaya yang dilakukan di

masyarakat ini dapat meningkatkan pelayanan kesehatan ibu. Ibu melakukan K1

pada trimester I saat mengetahui dirinya hamil, pemeriksaan kehamilan dilakukan

secara teratur minimal 4 kali (1 kali di trimester I, 1 kali trimester II dan 2 kali di

trimester III), memilih melahirkan di fasilitas kesehatan yang memadai serta

ditolong oleh tenaga keehatan yang kompeten.

Pendidikan kesehatan yang diberikan kepada masyarakat merupakan

observasional learning bagi TOMA, TOGA, Kader Kesehatan dan Dukun. Proses

belajar yang mencakup pemrosesan informasi. Terjadi empat macam proses yaitu

: proses memperhatikan, proses retensi, proses produksi dan proses motivasi. Pada

proses memperhatikan pengamat harus memperhatikan dan mempersepsi perilaku

secara tepat, kemudian disimpan dalam ingatan sehingga ibu harus mengingat apa

yang tadi diperhatikannya, selanjutnya proses produksi pengamat mulai mencoba

perilaku yang ditampilkan oleh model dengan ingatan peserta, modifikasi dari

sesuai keinginan peserta. Pada akhirnya adalah proses motivasi apakah pengamat

mau mempraktekkan apa yang sudah dipelajarinya atau tidak tergantung

motivasinya. Pengamat akan cenderung mengadopsi perilaku model jika perilaku

tersebut menghasilkan imbalan eksternal. Secara internal pengamat memberi

penilaian positif, serta penagamat melihat bahwa perilaku itu bermanfaat bagi

Disertasi PENGEMBANGAN PENDEKATAN “SOCIAL INA DEBORA R.L


ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
350

dirinya. Dengan demikian metode yang digunakan dalam pendidikan kesehatan ini

adalah bervariasi mulai dari ceramah, diskusi, tanya jawab, permainan

monopoli dan kartu jodoh serta studi kasus. Dengan permainan sebagai media

pendidikan pendidikan kesehatan ini menjadi menarik karena menyenagkan dan

menghibur, adanya umpan balik yang akan memberitahukan apakah yang kita

lakukan benar, salah, menguntungkan atau merugikan, mempunyai kemampuan

melibatkan semua peserta, peserta belajar secara aktif. Namun perlu diketahui

secara jelas teknis pelaksanaannya sehingga peserta mendapatkan informasi yang

benar serta pertingnya keterlibatan semua peserta.

Pengetahuan yang dimiliki oleh TOMA, TOGA, Kader kesehatan dan

dukun dapat membantu petugas kesehatan untuk menemukan ibu hamil K1 murni

memeriksakan kehamilannya di puskesmas, karena ibu tinggal di masyarakat

sehingga yang paling mengetahui ibu hamil adalah dirinya sendiri, kemudian

diberitahu kepada suami atau keluarga serta teman terdekat yanga adalah

masyarakat dapat menginformasikan kepada kader kesehatan untuk segera

memeriksakan kesehatan ibu atau jika sudah terlambat haid untuk memastikan

kehamilan ibu.

Selain pendidikan kesehatan bagi TOMA, TOGA, Kader Kesehatan dan

Dukun. Pada faktor komunitas intervensi lain juga dapat diberikan untuk

meningkatkan fasilitas, self regulation dan observasional learning adalah : focus

group discussion (FGD). Di masyarakat. Agar ibu hamil mau memeriksakan

kehamilannya maka perlu dibuat : (1) adanya sahabat ibu hamil yang dipilih

sendiri oleh ibu dari kader kesehatan atau dukun agar mendampingi ibu sampai

Disertasi PENGEMBANGAN PENDEKATAN “SOCIAL INA DEBORA R.L


ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
351

melahirkan dan masa nifas. (2) petugas kesehatan pendamping ibu hamil.

(3) Membentuk organisasi di masyarakat yang peduli terhadap kesehatan ibu

hamil, melahirkan dan nifas. (4) Menyiapkan hadiah bagi ibu hamil yang

memeriksakan kehamilan > 10 kali (2 kali trimester I , 3 kali trimester II dan 5

kali di trimester III) selama hamil, melahirkan di fasilitass kesehatan yang

memadai (5) kelompok siaga ibu melahirkan (6) Pendidikan gender bagi TOGA,

Kader Kesehatan, Dukun dan TOMA termasuk Too Huk maupun Atoin meto

untuk diberikan masukan terkait hak perempuan sehingga perempuan bisa

berdaya. dan gender mainstreaming adalah upaya memasukkan atau

mengintegrasikan kebijakan gender ke dalam organisasi dan lembaga pelaksana

dan penyelenggara di keempat tahapan manajemen pembangunan yang

berkesinambungan yaitu organisasi dan lembaga perencanaan, pelaksanaan,

pemantauan dan evaluasi. (Rundown pelatihan lihat lampiran 16)

Hubungan yang erat antara faktor intra personal, interpersonal,

institusional, komunitas dengan pelayanan kesehatan ibu untuk penurunan AKI

ini perlu ditindaklanjuti oleh pemerintah agar intervensi kesehatan yang diberikan

terus dilanjutkan oleh pemerintah institusi pelayanan kesehatan yang ada serta

masyarakat melalui fasilitas yang tersedia di masyarakat agar pelayanan kesehatan

ibu dapat berhasil dengan baik untuk penurunan AKI. Peningkatan pelayanan

kesehatan ibu untuk penurunan AKI telah dibuktikan dengan model baru Sosial

Ecological Model of Health Behavior Ina Djayaku Abadi untuk penurunan AKI,

dengan melakukan intervensi pendidikan kesehatan secara komprehensif pada ibu

hamil dan keluarga dalam Kelas Prenatal Care and Family. Intervensi pendidikan

Disertasi PENGEMBANGAN PENDEKATAN “SOCIAL INA DEBORA R.L


ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
352

kesehatan bagi bidan, TOMA, TOGA, Kader kesehatan dan dukun tentang tanda

bahaya kehamilan, persalinan dan nifas serta screening faktor risiko ibu hamil.

Melalui pendampingan dengan menggunakan video motivasi, suasana yang

menyenangkan dan rileks, metode diskusi, ceramah, tanya jawab, demostrasi,

redemostrasi role play serta studi kasus.

6.6.7 Tahap II Hasil Uji Coba Model

1. Faktor intrapersonal, pada pemberian intervensi pendidikan kesehatan

untuk ibu hamil dan keluarga pada “Kelas Prenatal Care and Family”.

ada peningkatan pengetahuan setelah diberikan pendidikan kesehatan.

Hasil uji paired t test sangat signifikan (pertemuan I, II dan III p < 0,01 )

Ada perbedaan bermakna antara pretest dan posttest pada masing-masing

pertemuan I , II dan III.

2. Faktor institusional, pada pemberian intervensi pendidikan kesehatan

kepada petugas kesehatan di Puskesmastentang tanda bahaya kehamilan

serta pengenalan faktor risiko dan deteksi dini ibu hamil risiko tinggi

dalam rangka rujukan dini berencana, menggunakan Kartu Skor Poedji

Rochjati dan pedoman Depkes RI. Hasil uji Wilcoxon sangat signifikan

(p = 0,0001). Ada perbedaan bermakna sebelum dan sesudah diintervensi

melalui pretest dan posttest. Terdapat peningkatan pengetahuan petugas

kesehatan sebelum dan sesudah test. Pada pretes rata-rata pengetahuan

petugas kesehatan berpendidikan kesehatan lebih tinggi daripada

pengetahuan petugas kesehatan berpendidikan non kesehatan, namun pada

posttest rata-rata pengetahuan petugas kesehatan yang berpendidikan non

Disertasi PENGEMBANGAN PENDEKATAN “SOCIAL INA DEBORA R.L


ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
353

kesehatan lebih tinggi. Hasil analisis Mann Whitney. Pada pretestMean

rank petugas kesehatan pendidikan non kesehatan 11, 16 ; petugas

kesehatan pendidikan kesehatan 26,71. Pada Postest Mean rank petugas

kesehatan pendidikan non kesehatan 10, 34 ; petugas kesehatan pendidikan

kesehatan 27,62 ; Selisih pretest dan postest Mean rank petugas kesehatan

pendidikan non kesehatan 24,47 ; petugas kesehatan pendidikan kesehatan

11,82. Ada perbedaan pengetahuan antara petugas kesehatan yang

berpendidikan non kesehatan dengan yang berpendidikan kesehatan,

sebelum dan sesudah intervensi.

3. Faktor komunitas, pada pemberian intervensi pendidikan kesehatan

kepada TOMA, TOGA, Kader Kesehatan dan Dukun tentang tanda

bahaya kehamilan serta pengenalan faktor risiko dan deteksi dini ibu hamil

risiko tinggi dalam rangka rujukan dini berencana, menggunakan Kartu

Skor Poedji Rochjati dan pedoman Depkes RI. Hasil analisis Wilcoxon

sangat signifikan (p = 0,0001). Ada perbedaan bermakna pengetahuan

sebelum dan sesudah intervensi melalui pretest dan post test

4. Faktor intra personal, interpersonal, institusional dan komunitas secara

komprehensif ada pengaruh terhadap pelayanan kesehatan untuk

penurunan angka kematian ibu di Kabupaten Kupang, NTT.

6.6.8 Langkah-langkah sosialisasi kepada pihak terkait Model “Social


Ecological of Health Behavior Model Ina Djayaku Abadi untuk
Penurunan Angka Kematian Ibu”

Sosialisasi Model Baru“Social Ecological Model of Health Behavior Ina

Djayaku Abadi untuk Penurunan Angka Kematian Ibu―membutuhkan kerjasama

Disertasi PENGEMBANGAN PENDEKATAN “SOCIAL INA DEBORA R.L


ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
354

yang baik antara pemerintah daerah, lintas sektoral dengan institusi pendidikan.

Berikut langkah-langkah sosialisasinya malalui : (1) Pertemuan lintas sektoral : di

tingkat Kecamatan yang dihadiri oleh Camat, Kepala Desa, TOMA, TOGA,

Kader Kesehatan, Dukun, PKK, LSM, Puskesmas, ; Di tingkat Kabupaten dan

Provinsi dihadiri oleh Dinas Kesehatan, Bappeda, BPMD, Dinas PPO, BKKBN,

BKD, PKK Pokja IV, LSM, DPRD, Organisasi Profesi ( IBI, PPNI, IDI).

(2) Publikasi melalui media massa dan internet (3) Publikasi melalui jurnal

nasional maupun internasional (4) Dimasukkan dalam kurikulum pendidikan di

perguruan tinggi kesehatan sebagai mata kuliah muatan lokal (5) Pembinaan lewat

institusi pendidikan dimulai dari SD, SLTA, SLTP, SLTA dan Perguruan tinggi

melalui mata ajaran muatan lokal Kesehatan Ibu dan Anak (6) Advokasi kepada

Pemerintah Nusa Tenggara Timur agar dapat menggunakan model ini untuk

upaya percepatan penurunan AKI di Provinsi NTT untuk mencapai MDG‘S 5

Pada tahun 2015.

6.7 Keterbatasan Penelitian

Penelitian ini oleh Peneliti dilakukan uji coba model dengan memberikan

intervensi pada masing-masing faktor sesuai hasil temuan. Tantangan yang

dihadapi adalah menemukan ibu hamil K1 murni. Karena sebagian besar ibu

hamil baru akan memeriksakan kehamilannya apabila kehamilannya sudah

melebihi trimester I, ada rasa malu dari ibu hamil jika ternyata setelah diperiksa

tidak hamil. Namun kendala ini dapat diatasi melalui kerjasama dengan kader,

dukun dan bidan desa untuk menemukan ibu hamil langsung di masyarakat untuk

ikut dalam “Kelas Prenatal Care and Family”

Disertasi PENGEMBANGAN PENDEKATAN “SOCIAL INA DEBORA R.L


ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
355

Kuesioner untuk persepsi ibu tentang kinerja bidan dimensi realibility,

assurance, tangible, emphaty dan responsiveness (RATER), dengan proporsi

pertanyaan kurang seimbang. Pada dimensi tangible tidak semua pertanyaan dapat

dilengkapi karena sebagian besar wujud fasilitas kesehatan di Puskesmas di

Kabupaten Kupang masih kurang, belum dapat memenuhi standar dimaksud.

Intervensi pendidikan kesehatan yang diberikan oleh peneliti masih

terbatas sesuai dengan sumberdaya dan waktu yang tersedia, intervensi ini perlu

terus dilanjutkan oleh Dinas Kesehatan dan Puskesamas serta lintas sektoral agar

dapat menjadikannya sebagai suatu kebiasaan dan budaya pelayanan kesehatan

yang komprehensif. Intervensi berdasarkan model baru Social Ecological Model

of Health Behavior Ina Djayaku Abadi‖ yang relevan pada faktor intrapersonal

terkait dengan nilai kepercayaan, sikap, niat dan Self Efficacy. Misalnya retreat,

pendidikan gender, serta pemberdayaan perempuan lewat kelompok; interpersonal

terkait dengan Subjective norm, Perceived control, pengambilan keputusan

keluarga, merawat ibu hamil serta persepsi kerentanan ; institusional terkait kinerja

bidan/petugas dimensi emphaty, responsiveness, reliability, assurance serta

tangibles (ERRAT). Misalnya pelatihan komunikasi therapeutik serta komunitas

terkait penyediaan fasilitas oleh pemerintah, self regulasi dan observasional

learning melakukan diskusi dengan masayarakat ; Too Huk dan Atoin meto diskusi

tentang hak-hak perempuan sehingga perempuan bisa berdaya. Pelibatan TOGA

dalam kegiatan pelayanan oleh institusi untuk intervensi pendidikan dan pelayanan

kesehatan, deteksi dini faktor risiko pada ibu hamil, pelayanan diakonia untuk ibu

hamil (khususnya ibu hamil dengan anemia dan KEK), melahirkan dan nifas.

Disertasi PENGEMBANGAN PENDEKATAN “SOCIAL INA DEBORA R.L


ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kematian ibu merupakan kematian setiap wanita yang terjadi selama masa

kehamilan, bersalin atau dalam 42 hari sesudah berakhirnya kehamilan dapat

disebabkan oleh apapun, tanpa melihat usia dan lokasi kehamilan. Kematian ibu

dapat disebabkan oleh faktor yang berhubungan dengan atau diperberat oleh

kehamilan atau penanganannya tetapi bukan oleh kecelakaan atau insidentil

(faktor kebetulan). Hal ini sesuai dengan definisi Internasional Statistical

Classification of Disease and Related Health Problems (ICD). Angka kematian

ibu kemudian didefinisikan sebagai jumlah kematian ibu selama satu periode

waktu dalam 100.000 kelahiran hidup.

Kematian ibu menjadi isu penting dalam agenda upaya mencapai derajat

kesehatan yang optimal. Target Millenium Development Goal‟s (MDG‘s) tujuan

ke-5 adalah meningkatkan kualitas kesejahteraan ibu melahirkan dengan indikator

angka kematian ibu (AKI). Target yang ingin dicapai antara lain mengurangi AKI

di seluruh dunia sebesar 75% dari tahun 1990 ke 2015 (United Nations, 2000).

AKI di Indonesia pada tahun 1990 masih sekitar 408/100.000 kelahiran hidup,

sesuai target MDG‘s di tahun 2015 diharapkan menurun menjadi 102/100.000

kelahiran hidup. Data organisasi kesehatan dunia (WHO) memperkirakan bahwa

setiap tahun sejumlah 500.000 wanita meninggal dunia akibat kehamilan dan

persalinan. Fakta ini mendekati terjadinya satu kematian setiap menit. Sebesar

99% kematian tersebut terjadi di negara berkembang (WHO, 2007).

1
Disertasi PENGEMBANGAN PENDEKATAN “SOCIAL INA DEBORA R.L
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

Indonesia masih belum lepas dari tingginya AKI. Jumlah perempuan

Indonesia yang meninggal saat melahirkan mencapai rekor tertinggi di Asia.

Berdasarkan hasil Survei Kesehatan Nasional (Surkesnas) 2004, AKI adalah

307/100.000 kelahiran hidup (KH). AKI di Nusa Tenggara Timur (NTT) adalah

554/100.000 KH. Angka ini menurun jika dilihat pada hasil Survei Demografi

Kesehatan Indonesia (SDKI, 2007) menjadi sebesar 228/100.000 KH. Nilai ini di

Nusa Tenggara Timur (NTT) AKI adalah 306/100.000 KH. Walaupun ada

penurunan namun angka ini masih tinggi jika dibandingkan dengan angka

nasional.

Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia dapat dilihat pada Gambar 1.1

berikut

Trend Angka Kematian Ibu

2014
Data
Dit. Ibu
119
Th. 2007

Sumber: Depkes RI., 2009


Gambar 1.1 Tren Angka kematian Ibu di Indonesia 1980 - 2015

Angka Kematian Ibu di Kabupaten Kupang pada tahun 2007 adalah

307/100.000 KH. Angka ini turun menjadi 281/100.000 pada tahun 2009 (Dinkes

Kab. Kupang, 2009). Angka ini lebih rendah dibandingkan dengan AKI secara

Disertasi PENGEMBANGAN PENDEKATAN “SOCIAL INA DEBORA R.L


ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

keseluruhan di NTT. Namun bila dibandingkan dengan target nasional yang ingin

dicapai pada tahun 2010 yaitu sebesar 125/100.000 KH, maka AKI di Kabupaten

Kupang masih termasuk tinggi.

Kematian ibu terjadi karena tidak semua kehamilan berakhir dengan

persalinan yang berlangsung normal. Sebesar 30,7% persalinan disertai dengan

komplikasi, dimana bila tidak ditangani dengan cepat dan baik dapat

meningkatkan kematian ibu (Depkes RI, 2000). Kematian ibu yang berhubungan

dengan kehamilan di negara berkembang disebabkan oleh :1) perdarahan 40 - 60

% ; 2) toksemia gravidarum 20-30% ; dan 3) Infeksi 20-30% (Hartanto, 2002).

Sebagian besar ibu melahirkan dirumah dan kurang dari 50 % kelahiran ditolong

oleh petugas kesehatan yang terlatih. Sejumlah substansial kematian ibu terjadi

pada tingkat masyarakat di daerah pedesaan yang terisolasi dimana fasilitas

kesehatan sukar dicapai karena infrastruktur jalan dan transportasi yang kurang

mendukung, kurangnya komunikasi, keterbatasan jumlah dokter dan penyebaran

yang tidak merata dari sumber kesehatan terutama di daerah pedesaan (Hartanto,

2002).

Penyebab kematian ibu di Kabupaten Kupang sebagian besar disebabkan

oleh perdarahan, hipertensi dalam kehamilan, infeksi, dan lain-lain. Secara rinci

penyebab kematian ibu sejak tahun 2008 - 2011 ditunjukkan pada Tabel 1.1

berikut ini

Disertasi PENGEMBANGAN PENDEKATAN “SOCIAL INA DEBORA R.L


ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

Tabel 1.1 Distribusi Proporsi Penyebab Kematian Ibu di Kabupaten Kupang


Periode 2008-2011
2011
Penyebab Kematian 2008 2009 2010
No (Jan-Maret)
Ibu
f (%) f (%) f (%) f (%)
1 Perdarahan 16 (64,) 11 (61,90) 10 (71,43) 4 (44,45)
2 Hipertensi Dalam 5(20) 3 (16,70) 2 (14,29) 1 (11,11)
Kehamilan (HDK)
3 Infeksi 1 (4) 1 (5,50) 2 (22,22)
4 Prolaps uteri 0 0 1 (7,14) 0
5 Partus lama 0 0 1 (7,14) 0
6 Emboli 0 0 0 2 (22,22)
7 Lain-lain 3(12) 3 (16,70) 0 0
Jumlah 25 18 14 9

Tabel 1.1 menunjukkan trend penurunan kasus namun pada tahun 2011

mengalami peningkatan kasus. Hingga Bulan Maret 2011 jumlah kasus kematian

sudah mencapai 64,29% dari tahun sebelumnya. Hal ini perlu diidentifikasi bahwa

faktor penyebab kematian ibu di Kabupaten Kupang, NTT adalah berkaitan

dengan perilaku kesehatan seperti tercermin dalam Social Ecological Model of

Health Behavior.

Menurut “Social Ecological Model of Health Behavior”, perilaku dan

kepercayaan manusia terjadi dalam sebuah konteks sosial dan promosi kesehatan

untuk perubahan perilaku lebih efektif bila dilakukan dengan merubah lingkungan

sosialnya, tidak hanya pada faktor individual saja. Model ekologis dapat

menyatukan konstruk dari model yang fokus pada tingkatan pengaruh dari aspek

sosial, psikologis, dan organisasi, memberikan suatu kerangka kerja komprehesif

untuk mengintegrasikan berbagai teori, bersamaan dengan pertimbangan aspek

lingkungan dan kebijakan dalam komunitas yang lebih luas. Perilaku sehat akan

maksimal bila lingkungan dan kebijakan memberikan dukungan kepada pilihan

sehat, dan individual termotivasi dan terdidik untuk membuat pilihan tersebut

Disertasi PENGEMBANGAN PENDEKATAN “SOCIAL INA DEBORA R.L


ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

(Ottawa Charter for Health Promotion, 1986). Social Ecological Model of Health

Behavior terdiri dari faktor satu: faktor intrapersonal (individu), termasuk

pengetahuan, sikap, dan keterampilan individu. Faktor kedua adalah interpersonal,

termasuk keluarga, teman, dan rekan kerja yang juga sangat berpengaruh terhadap

perilaku sehat. Faktor ketiga adalah institusional: sebagian kehidupan manusia

berlangsung dalam setting institusi, misalnya institusi pendidikan dan pelayanan

kesehatan yang berpengaruh terhadap kesehatan dan perilaku yang berkaitan

dengan kesehatan. Faktor keempat adalah komunitas. Komunitas, organisasi di

masyarakat serta institusi pelayanan kesehatan secara bersama-sama dapat

mempromosikan tujuan kesehatan, misalnya lewat gereja dan masjid. Sebaliknya,

faktor komunitas juga bisa mengagalkan upaya untuk promosi perilaku sehat.

Faktor kelima adalah kebijakan publik, seperti program revolusi Kesehatan Ibu

Anak (KIA) dan jaminan persalinan (jampersal) yang diberikan oleh pemerintah.

Faktor intra personal (individu), dimana secara individual, mendidik orang

membuat pilihan yang bisa membantu ketika lingkungan tidak mendukung, hal ini

dapat menghasilkan efek yang lemah dan hanya bersifat jangka pendek/sementara.

Sehingga diperlukan intervensi pasif jangka panjang melalui pendekatan yang

tidak hanya melihat faktor individual tetapi juga faktor ekologis yaitu lingkungan

sosialnya.

Penyebab utama kematian ibu di Kabupaten Kupang karena perdarahan

adalah 71,43% (Dinkes Kab Kupang, 2010). Rata-rata lama waktu sejak terjadi

komplikasi perdarahan sampai meninggal bila tidak dapat diatasi adalah 2 jam

pada perdarahan post partum dan 12 jam pada perdarahan ante partum (UNICEF,

Disertasi PENGEMBANGAN PENDEKATAN “SOCIAL INA DEBORA R.L


ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

1992 dalam Widjono, 2008). Perdarahan tidak dapat diatasi oleh ibu sendiri,

keluarga maupun masyarakat awam sehingga sangat berbahaya bagi ibu hamil dan

bersalin yang tinggal di lokasi yang jauh dari Puskesmas Penanganan Obstetri

Neonatal Emergensi Dasar (PONED) dan Puskesmas yang menyediakan fasilitas

pelayanan transfusi darah.

Masalah tingginya angka kematian ibu di Kabupaten Kupang tidak hanya

dilihat dari faktor individual saja (intra personal) tetapi juga dari faktor lain

seperti interpersonal (keluarga), institusional serta komunitas atau masyarakat.

Faktor intrapersonal di antaranya adalah faktor umur. Kejadian empat terlalu pada

ibu antara lain: umur terlalu muda (< 20 tahun) atau terlalu tua (> 35 Tahun),

terlalu dekat jarak kehamilan (< 2 tahun), serta terlalu banyak anak (> 4 anak).

Faktor pendidikan pekerjaan, gender, sosial ekonomi, pengetahuan, sikap, nilai,

karakteristik reproduksi dan Self Efficacy ibu juga turut berpengaruh. Faktor

lingkungannya terutama lingkungan sosial (interpersonal atau keluarga). Faktor

ini berkaitan dengan tugas keluarga dalam mengenal masalah yang dihadapi ibu,

mengambil keputusan untuk mendapatkan pelayanan kesehatan serta, kemampuan

keluarga dalam merawat ibu serta sikap, norma, dan kontrol dalam keluarga.

Faktor institusional berkaitan dengan persepsi ibu tentang kinerja petugas

kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan saat hamil, melahirkan dan

masa nifas. Termasuk didalamnya adalah bagaimana kemampuan petugas

melakukan screening faktor risiko pada ibu hamil dan melahirkan. Faktor

komunitas, yaitu bagaimana organisasi yang ada di masyarakat dapat membantu

perawatan ibu hamil, melahirkan dan masa nifas. Hal ini berkaitan dengan hasil

Disertasi PENGEMBANGAN PENDEKATAN “SOCIAL INA DEBORA R.L


ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

yang diharapkan, kemampuan kolektif dari komunitas, pembelajaran

observasional di masyarakat, pemberian insentif untuk motivasi, fasilitas yang

tersedia serta regulasi diri di masyarakat.

Penyebab kematian ibu juga kebanyakan terjadi akibat 3 (tiga) terlambat

yaitu: (1) keterlambatan pengambilan keputusan oleh individu maupun keluarga.

Keputusan untuk hamil dan melahirkan di Kabupaten Kupang adalah keputusan

keluarga sehingga membutuhkan waktu untuk pengambilan keputusan. Jika

pengambilan keputusan dilakukan dengan cepat maka tidak akan terjadi

keterlambatan transportasi; (2) terlambat transportasi karena tidak adanya

perencanaan keluarga, tidak tersedianya transportasi pada waktunya, dan tidak

adanya akses menuju fasilitas kesehatan yang memadai. Akses menuju Puskesmas

PONED pada umumnya membutuhkan waktu lebih dari 2 jam. Jarak terjauh

(sangat terpencil) untuk akses pelayanan di Kabupaten Kupang yang dapat

dijangkau oleh transportasi darat adalah 8 jam sedangkan untuk daerah terpencil

adalah 4 jam (pada musim kemarau). Hal ini akan berakibat pada (3) terlambat

penanganan oleh institusi pelayanan yang memadai yang dapat menyebabkan

kematian ibu, anak maupun kematian ibu dan anak.

Melihat permasalahan di atas, telah banyak usaha yang dilakukan

pemerintah. Kebijakan Depkes RI untuk akselerasi penurunan AKI adalah

mengupayakan agar: (1) setiap persalinan ditolong atau minimal didampingi oleh

bidan dan (2) pelayanan obstetri sedekat mungkin untuk semua ibu hamil

(Saifuddin, 2001). Hal ini sesuai dengan Widjono (2008) yang menyatakan bahwa

pada dasarnya kematian maternal dapat terjadi karena ada dua kondisi yaitu (1)

Disertasi PENGEMBANGAN PENDEKATAN “SOCIAL INA DEBORA R.L


ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

komplikasi maternal dan (2) kegagalan mendapatkan pelayanan medis yang

memadai sewaktu komplikasi terjadi. Komplikasi maternal seperti toksemia,

perdarahan dan persalinan macet sukar dihindari karena dapat terjadi pada ibu

hamil yang sebelumnya tidak mempunyai faktor risiko bahkan pada ibu hamil

yang sehat dan berstatus gizi baik. Sebagian besar komplikasi tidak dapat

diramalkan atau dideteksi melalui skrining faktor risiko. Sebesar 10 - 15 %

kehamilan yang tampak normal akan mengalami komplikasi yang perlu

manajemen khusus. Gerakan Sayang Ibu (GSI), Buku KIA, Safe Motherhood:

Partnership Family Approach, Penempatan bidan di desa, Maternal and Neonatal

Health (MNH), Making Pregnancy Safer (MPS), dan program lainnya yang

dilaksanakan untuk menurunkan angka kematian ibu. Program dan strategi

tersebut belum mampu mempercepat penurunan angka kematian ibu. Berdasarkan

analisis trend penurunan AKI periode 1900 - 2015 ternyata diperkirakan hanya

akan mencapai 52-55% sehingga kemungkinan besar target MDG‘s tentang AKI

di Indonesia sulit tercapai (Bappenas, 2007). Upaya ini harus terus dilakukan baik

di tingkat pelayanan dasar maupun lanjutan.

Pemerintah Daerah di Nusa Tenggara Timur telah menetapkan suatu

program akselerasi penurunan angka kematian ibuyang dikenal dengan nama

Revolusi KIA. Dalam pelaksanaannya, revolusi KIA dengan strategi yang

digunakan dibagi dalam 3 (tiga) bagian yaitu peningkatan mutu pelayanan (supply

side), pemberdayaan masyarakat (demand side) serta pemantapan manajemen

(perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi). Peningkatan mutu pelayanan dengan

mengupayakan agar ibu hamil berada sedekat mungkin pada sarana pelayanan baik

Disertasi PENGEMBANGAN PENDEKATAN “SOCIAL INA DEBORA R.L


ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

pelayanan dasar maupun pelayanan rujukan dengan membangun rumah tunggu,

Puskesmas dengan Penanganan Obstetri Neonatal Emergensi Dasar (PONED) dan

Rumah Sakit dengan penanganan Obstetri Neonatal Emergensi Komprehensif (RS

PONEK). Pemberdayaan keluarga dilakukan pada tingkat keluarga, masyarakat,

tingkat desa, tingkat kecamatan, tingkat kabupaten/kota serta tingkat provinsi.

Revolusi KIA ini dilakukan dalam rangka menurunkan AKI dan AKB setiap

tahun dengan target AKI menurun tahun 2010 sebesar 227/100.000 KH, dan pada

tahun 2013 menjadi 153/100.000 KH.

Pemerintah pusat telah menetapkan beberapa indikator keberhasilan

penurunan AKI yaitu: (1) K1, yaitu akses atau kontak pertama ibu hamil dengan

tenaga kesehatan yang mempunyai kompetensi, untuk mendapatkan pelayanan

terpadu dan komprehensif sesuai standar; (2) Kontak 4 kali (K4) atau lebih

dengan tenaga kesehatan yang mempunyai kompetensi, untuk mendapatkan

pelayanan terpadu dan komprehensif sesuai standar; (3) Pn, yaitu Pertolongan

persalinan oleh tenaga kesehatan (nakes) yang kompeten di fasilitas kesehatan

yang memadai (PuskesmasPONED); (4) PK, yaitu penanganan komplikasi

penanganan komplikasi kebidanan, penyakit menular maupun tidak menular serta

masalah gizi yang terjadi pada waktu hamil, bersalin dan nifas; (5) Kunjungan

nifas (Kf) adalah pelayanan nifas yang diberikan pada ibu mulai 6 jam sampai 42

hari pasca persalinan oleh tenaga kesehatan yang diberikan minimal 3 kali

kunjungan nifas; (6) Keluarga berencana (KB) bagi ibu nifas atau suami setelah

melahirkan (Kemenkes RI, 2010). Nusa Tenggara Timur telah menetapkan target

Disertasi PENGEMBANGAN PENDEKATAN “SOCIAL INA DEBORA R.L


ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

10

sasaran pelaksanaan revolusi KIA Dinkes Provinsi NTT tahun 2009 - 2013,

seperti pada Tabel 1.2

Tabel 1.2 Target Sasaran Pelaksanaan Revolusi KIA Dinas Kesehatan Provinsi
NTT dan Pencapaian Kabupaten Kupang Tahun 2009 - 2013
AKI tiap 100.000
Persalinan di Fasilitas Persalinan Nakes
No Tahun KH
Kesehatan (%) (PN) (%)
Prov. Kab. Prov Kab Prov Kab
NTT Kupang NTT Kupang NTT Kupang
1 2007 20,70 TAD* 76,91 TAD* 306 379
2 2008 30 TL* 82 TL* 300 TL*
3 2009 40 12,72 85 75,63 250 281
4 2010 60 22,12 90 76,08 227
5 2011 70 - 92 - 197 -
6 2012 80 - 94 - 176 -
7 2013 90 - 96 - 153 -
Sumber: SDKI., 2007 dan Dinkes Kab. Kupang., 2010

Data pada Tabel 1.2 menunjukkan bahwa kebanyakan persalinan masih

dilakukan bukan di fasilitas kesehatan, meskipun pelayanan persalinan diberikan

secara gratis di Puskesmas PONED. Penurunan AKI membutuhkan perhatian yang

serius agar tercapai target yang sudah ditetapkan. Terdapat wadah milik masyarakat

yang dibentuk dari, oleh dan untuk masyarakat. Wadah ini antara lain adalah Desa

Siaga, serta Posyandu yang telah digunakan untuk melaksanakan pemberdayaan

masyarakat. Pelaksanaannya masih berjalan secara terpisah belum komprehensif,

terintegrasi, dan terkontrol. Berbagai upaya telah dilakukan untuk menurunkan angka

kematian ibu dengan dukungan dari Internasional Agency diantaranya peningkatan

pengetahuan dan keterampilan terhadap petugas kesehatan melalui Program

Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K), Asuhan Persalinan

Normal (APN), Pertolongan Pertama Gawat Darurat Obstetri Neonatal (PPGDON),

Penanganan Obstetri Neonatal Emergensi Dasar (PONED) dan Penanganan Obstetri

Disertasi PENGEMBANGAN PENDEKATAN “SOCIAL INA DEBORA R.L


ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

11

Neonatal Emergensi Dasar (PONEK) namun kematian ibu masih saja tinggi. Sebesar

80,70% Persalinan di Kabupaten Kupang pada tahun 2010 dilaksanakan di rumah dan

sebesar 24,37% persalinan masih ditolong oleh dukun (Dinkes Kab Kupang, 2010).

Upaya komprehensif perlu dilakukan dengan memperhatikan berbagai faktor yang

mempengaruhi untuk menurunkan angka kematian ibu di Kabupaten Kupang.

Dengan demikian perlu dilakukan penelitian tentang Pengembangan pendekatan

Social Ecological Model of Health Behavior di Kabupaten Kupang, NTT‖.

Pengembangan pendekatan Social Ecological Model of Health Behavior meliputi

faktor intra personal (individu) serta faktor lingkungan yang meliputi faktor

interpersonal (keluarga), faktor institusional (pelayanan kesehatan) serta faktor

komunitas (Toga dan Toma).

Penelitian ini merupakan konsep ilmiah baru yang akan dibangun.

Beberapa teori yang mendukung adalah Theory Health Belief Model, Theory of

Reasoned Action And Planned Behavior, Social Cognitive Theory serta konsep

revolusi KIA sebagai salah satu strategi dari Pemerintah Daerah NTT dalam

rangka penurunan angka kematian ibu. Pengembangan pendekatan ini

diharapkan dapat memberikan strategi yang tepat untuk penurunan AKI agar

dapat dilakukan intervensi pada sasaran dan setting yang tepat. Pendekatan ini

mendukung untuk percepatan penurunan angka kematian ibu agar mencapai

target MDG‘s di tahun 2015. Angka kematian ibu diharapkan menurun menjadi

102/100.000 kelahiran hidup.

Disertasi PENGEMBANGAN PENDEKATAN “SOCIAL INA DEBORA R.L


ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

12

1.2 Rumusan Masalah

1. Apakah faktor intrapersonal/individu (umur, pendidikan, pekerjaan, nilai

kepercayaan, pengetahuan, sikap, niat ibu, Self Efficacy, jarak faskes,

waktu tempuh, frekuensi hamil, paritas, abortus usia kawin I, tinggi badan

dan penambahan berat badan selama hamil) berpengaruh terhadap

pelayanan kesehatan untuk penurunan AKI (indikator : akses (K1);

pelayanan ante natal (K4) ; tempat persalinan; pertolongan persalinan oleh

tenaga kesehatan (PN); kunjungan nifas (Kf); serta keluarga berencana

(KB) di Kabupaten Kupang, NTT ?

2. Apakah faktor interpersonal/keluarga (persepsi kerentanan, mengenal

masalah keluarga, pengambilan keputusan keluarga, merawat keluarga,

memodifikasi lingkungan, memanfaatkan fasilitas kesehatan, Subjective

norm, Perceived control) berpengaruh terhadap pelayanan kesehatan untuk

penurunan AKI (indikator : akses (K1), pelayanan ante natal (K4), tempat

persalinan, pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan (PN), kunjungan

nifas (Kf) serta keluarga berencana (KB) di Kabupaten Kupang, NTT ? 3.

Apakah faktor institusional (persepsi ibu terhadap kinerja bidan dalam

pelayanan kehamilan, persalinan dan nifas dimensi : reliability, assurance,

tangible, emphaty, responsiveness serta screening faktor risiko) berpengaruh

terhadap pelayanan kesehatan untuk penurunan AKI (indikator : akses (K1),

pelayanan ante natal (K4), tempat persalinan, pertolongan persalinan oleh

tenaga kesehatan (PN), kunjungan nifas (Kf) serta keluarga berencana (KB)

di Kabupaten Kupang, NTT ?

Disertasi PENGEMBANGAN PENDEKATAN “SOCIAL INA DEBORA R.L


ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

13

4. Apakah faktor komunitas (outcome expectation, collective efficacy,

observational learning, incentive motivation, fasilitas dan self regulation)

berpengaruh terhadap pelayanan kesehatan untuk penurunan AKI

(indikator : akses (K1), pelayanan ante natal (K4), tempat persalinan,

pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan (PN), kunjungan nifas (Kf)

serta keluarga berencana (KB) di Kabupaten Kupang, NTT ?

5. Apakah model pengembangan pendekatan “Social Ecological Model of

Health Behaviour” berpengaruh terhadap pelayanan kesehatan untuk

penurunan angka kematian ibu (AKI) di Kabupaten Kupang, NTT ?

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan umum

Menganalisis pengembangan pendekatan model “Social Ecological Model of

Health Behaviour” untuk penurunan angka kematian ibu di Kabupaten

Kupang, NTT‖.

1.3.2 Tujuan khusus

1) Menganalisis indikator pelayanan kesehatan untuk penurunan AKI di

Kabupaten Kupang, NTT

2) Menganalisis pengaruh faktor intrapersonal/individu (umur, pendidikan,

pekerjaan, nilai kepercayaan, pengetahuan, sikap, niat ibu, Self Efficacy,

jarak faskes, waktu tempuh, frekuensi hamil, paritas, abortus usia kawin I

dan tinggi badan dan penambahan berat badan selama hamil) terhadap

pelayanan kesehatan untuk penurunan AKI (indikator : akses (K1),

pelayanan ante natal (K4), tempat persalinan, pertolongan persalinan oleh

Disertasi PENGEMBANGAN PENDEKATAN “SOCIAL INA DEBORA R.L


ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

14

tenaga kesehatan (PN), kunjungan nifas (Kf) serta keluarga berencana

(KB) di Kabupaten Kupang, NTT

3) Menganalisis pengaruh faktor interpersonal/keluarga (persepsi kerentanan,

mengenal masalah keluarga, pengambilan keputusan keluarga, merawat

keluarga, memodifikasi lingkungan, memanfaatkan fasilitas kesehatan,

Subjective norm, Perceived control) terhadap pelayanan kesehatan untuk

penurunan AKI (indikator : akses (K1), pelayanan ante natal (K4), tempat

persalinan, pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan (PN), kunjungan

nifas (Kf) serta keluarga berencana (KB) di Kabupaten Kupang, NTT

4) Menganalisis pengaruh faktor institusional (persepsi ibu terhadap kinerja

bidan dalam pelayanan kehamilan, persalinan dan nifas dimensi :

reliability, assurance, tangible, emphaty, responsiveness serta screening

faktor risiko) berpengaruh terhadap pelayanan kesehatan untuk penurunan

AKI (indikator : akses (K1), pelayanan ante natal (K4), tempat persalinan,

pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan (PN), kunjungan nifas (Kf)

serta keluarga berencana (KB) di Kabupaten Kupang, NTT ?

5) Menganalisis pengaruh faktor komunitas (outcome expectation, collective

efficacy, observational learning, incentive motivation, fasilitas dan self

regulation) berpengaruh terhadap pelayanan kesehatan untuk penurunan

AKI (indikator : akses (K1), pelayanan ante natal (K4), tempat persalinan,

pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan (PN), kunjungan nifas (Kf)

serta keluarga berencana (KB) di Kabupaten Kupang, NTT

Disertasi PENGEMBANGAN PENDEKATAN “SOCIAL INA DEBORA R.L


ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

15

6) Menganalisis pengaruh model pengembangan pendekatan “Social

Ecological Model of Health Behaviour” terhadap pelayanan kesehatan

untuk penurunan angka kematian ibu (AKI) di Kabupaten Kupang, NTT?

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Secara teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pengembangan ilmu

dibidang kesehatan khususnya kajian teoritik pengembangan model baru Social

Ecological Model of Health Behavior” untuk penurunan angka kematian ibu di

Kabupaten Kupang, NTT.

1.4.2 Secara terapan

1) Hasil penelitian ini diharapkan dapat menganalisis bagaimana

perkembangan penurunan AKI berdasarkan indikator keberhasilan yang

ditetapkan serta dapat mengidentifikasi faktor yang dominan untuk

penurunan AKI. Melalui Pengembangan pendekatan “Social Ecological

Model of Health Behavior” baru yang komprehensif, spesifik dan

strategis. Dengan demikian intervensi pelayanan dapat diberikan tepat

sasaran dan setting secara terarah dan efektif untuk penurunan angka

kematian ibu. Bagi Puskesmasdan pengelola program dapat memanfaatkan

hasil penelitian ini guna perbaikan program serta dapat menyusun rencana

strategis pelayanan kesehatan ibu dalam rangka penurunan angka kematian

ibu di Kabupaten Kupang, NTT.

2) Bagi institusi pendidikan dapat meningkatkan upaya pengembangan ilmu

dan teknologi kesehatan yang sedang berkembang saat ini misalnya

Disertasi PENGEMBANGAN PENDEKATAN “SOCIAL INA DEBORA R.L


ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

16

melalui upaya melakukan penyuluhan dan pendidikan kepada masyarakat

khususnya di pedesaan secara berkesinambungan, serta perlu ditetapkan

desa binaan.

3) Untuk masyarakat dengan hasil penelitian ini diharapkan ikut serta secara

aktif dalam setiap program pemerintah yang dapat meningkatkan status

kesehatan masyarakat untuk efektifitas pelayanan kesehatan ibu dalam

rangka penurunan AKI

4) Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan acuan dalam

melakukan penelitian lebih lanjut.

Disertasi PENGEMBANGAN PENDEKATAN “SOCIAL INA DEBORA R.L


ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Social Ecological Model of Health Behavior (Model Sosial Ekologis


Perilaku Sehat)

Perilaku dan kepercayaan manusia terjadi dalam sebuah konteks sosial dan

promosi kesehatan lebih efektif bila dilakukan dengan merubah lingkungan

sosialnya. Hal ini disebut Social Ecological Model of Health Behavior. Model ini

memandang bagaimana lingkungan sosial ; interpersonal, organisasi/institusi,

faktor kebijakan publik dan dukungan tetap mempertahankan perilaku sehat dan

tidak sehat. Ilustrasi dalam Gambar, 2.1

Sumber : Moore J, 2003.


Gambar 2.1“Social Ecological Model of Health Behavior”

Gambar 2.1 “Social Ecological Model of Health Behavior”

menggambarkan lima tingkatan pengaruh yang menentukan perilaku sehat, setiap

level ada potensi promosi kesehatan. Level satu intrapersonal (individual):

pengetahuan, sikap dan keterampilan individu. Sementara level dua hingga lima:

hubungan interpersonal, faktor institusi, faktor komunitas dan kebijakan publik,

semuanya mempunyai dampak terhadap perilaku manusia yang merupakan bagian

17

Disertasi PENGEMBANGAN PENDEKATAN “SOCIAL INA DEBORA R.L


ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

18

dari lingkungan sosial. Level kedua, faktor hubungan interpersonal : termasuk

keluarga teman, dan rekan kerja juga sangat berpengaruh terhadap perilaku sehat.

Kebiasaan asli lahir di dalam rumah, kemudian berkembang di lingkungan lebih

luas dengan berkembang kebiasaan merokok, minum alkohol akibat tekanan dari

teman kerja, dan lain-lain. Level ketiga, sebagian kehidupan manusia berlangsung

dalam setting institusi, misalnya tempat kerja, terutama institusi pendidikan dan

dunia kerja yang sangat berpengaruh terhadap kesehatan dan perilaku yang

berkaitan dengan kesehatan. Level keempat, komunitas dan lingkungan institusi.

Organisasi dan kerja secara bersama-sama bisa mempromosikan tujuan kesehatan.

Misalnya lewat gereja, masjid. Sebaliknya faktor komunitas juga bisa

menggagalkan upaya untuk promosi perilaku sehat. Level Kebijakan Publik :

termasuk pembatasan perilaku lewat aturan main. Misalnya batas usia penjualan

alkohol, pembatasan merokok, aturan penggunaan sabuk pengaman, dan lain-lain.

Berdasarkan model ekologi yang dikembangkan oleh Fisher et al (2004)

tentang model ekologi dan rokok, Pengaruh merokok bagi individual secara

fisiologi dimulai dari otak yaitu kecanduan nikotin hingga tekanan pada kelompok

sebaya untuk merokok, larangan merokok dalam rumah tangga, dan kebijakan

penerapan pajak terhadap rokok. Kecanduan nikotin ditingkat individu dan faktor

genetik berkontribusi terhadap keinginan merokok. Fisher juga mengembangkannya

pada level organisasi, masyarakat dan kebijakan. Program yang menekankan

partisipasi masyarakat dalam pengembangan program pembangunan telah berhasil

di beberapa setting, termasuk lingkungan/kelompok berpenghasilan rendah

(Fisher et al., 2004).

Disertasi PENGEMBANGAN PENDEKATAN “SOCIAL INA DEBORA R.L


ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

19

Noris et al., 2002 menjelaskan bahwa diabetes adalah penyebab utama

kematian melalui penyakit jantung dan lainnya. Bukti substansial menunjukkan

bahwa pelatihan self-manajemen/manajemen diri dapat meningkatkan manajemen

diabetes. Hal ini mungkin tampak mengejutkan untuk menguji manajemen diri

dari perspektif ekologi. Manajemen diri sering dikonseptualisasikan sebagai

tanggung jawab individu di mana "hanya pasien dapat bertanggung jawab atas

perawatan dirinya sehari-hari selama sepanjang ia menderita penyakit" (Lorig dan

Holman, 2003). Namun, penelitian ini tidak mendukung pendapat bahwa

intervensi manajemen diri membuat individu mandiri atau otonom dalam

mengatasi/memanage penyakit mereka. Sebaliknya, sebuah meta analisis program

diabetes manajemen diri ditemukan, penurunan tajam dalam hal manfaat,

beberapa bulan setelah intervensi berakhir (Norris et al., 2002). Temuan ini

sejalan dengan perspektif ekologis di mana keberhasilan jangka panjang dari "self

management" tergantung pada konteks yang mengelilingi individu. Suatu

pendekatan ekologis terhadap perkembangan program manajemen diri terkait

diabetes di dilakukan unit-unit perawatan berdasarkan empat belas perawatan

primer yang berbeda secara ekonomi maupun etnis dan di beberapa kelompok

komunitas dari Robert Wood Johnson Foundation Diabetes Initiative

(http://www.diabetesinitiative.org.).

Strategi gizi kesehatan masyarakat menurut Reynold et al (2009)

menggunakan strategi perorangan versus ekologis. Faktor individual meliputi

pengetahuan, sikap yang positif atau negatif dan kepercayaan tentang norma sosial

yang digunakan untuk menjelaskan perilaku gizi. Pendekatan ekologis

Disertasi PENGEMBANGAN PENDEKATAN “SOCIAL INA DEBORA R.L


ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

20

memperhitungkan faktor diluar individu yaitu faktor lingkungan, serta interaksi

antara faktor individu dan lingkungan. Faktor lingkungan meliputi lingkungan

sosial budaya dan lingkungan fisik. Lingkungan sosial budaya adalah interaksi

yang diperlihatkan seseorang dengan keluarga, sahabat, lembaga (misalnya gereja,

sekolah dan tempat kerja), dan kebijakan pemerintah atau hukum. Lingkungan

fisik meliputi iklim, geografi, dan ketersediaan makanan di rumah serta

sekitarnya.

Penyebab utama kematian ibu di Kabupaten Kupang adalah karena

perdarahan 71,43% (Dinkes Kab Kupang, 2010). Rata-rata lama waktu sejak

terjadi komplikasi perdarahan sampai meninggal bila tidak dapat diatasi adalah 2

jam pada perdarahan post partum dan 12 jam pada perdarahan ante partum

(Unicef, 1992. Dikutip dari Widjono, 2008). Perdarahan tidak dapat diatasi oleh

masyarakat awam sehingga sangat berbahaya bagi ibu hamil dan bersalin yang

tinggal di lokasi yang jauh dari Puskesmas PONED dan yang menyediakan

fasilitas pelayanan transfusi darah. Dengan demikian masalah tingginya angka

kematian ibu di Kabupaten Kupang tidak bisa hanya dilihat dari faktor individual

saja (intrapersonal) tetapi perlu dilihat dari faktor lingkungannya terutama

lingkungan sosial (interpersonal (keluarga), intitusional (petugas) dan komunitas.

Mengingat kendala kematian ibu kebanyakan terjadi akibat keterlambatan

pengambilan keputusan oleh individu maupun keluarga, sehingga menyebabkan

terlambat transportasi karena tidak tersedianya transportasi dan akses menuju

fasilitas kesehatan yang memadai (Puskesmas PONED) membutuhkan waktu

lebih dari 2 jam. Jarak terjauh (sangat terpencil) untuk akses pelayanan di

Disertasi PENGEMBANGAN PENDEKATAN “SOCIAL INA DEBORA R.L


ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

21

Kabupaten Kupang yang dapat dijangkau oleh transportasi darat adalah 8 jam

sedangkan untuk daerah terpencil adalah 4 jam. Hal ini akan berakibat pada

terlambat penanganan yang dapat menyebabkan kematian ibu, anak maupun

kematian ibu dan anak.

2.1.1 Program promosi kesehatan (Health promotion program)

Telah terbukti bahwa perilaku sehat manusia sangat dipengaruhi oleh

keyakinan pribadi mereka, yaitu keyakinan yang berkembang dalam setting

lingkungan sosial mereka. Model ini dan model ekologis dipakai untuk

mengembangkan strategi intervensi promosi perilaku hidup sehat. Misalnya

pendekatan promosi pencegahan HIV AIDS di San Fransisco. Pengetahuan saja

tidak cukup untuk merubah perilaku. Kombinasi antara ketiga teori di atas

(Health Belief Model, Locust of Control, dan Ecologis model) mampu

menurunkan infeksi HIV di San Fransisco karena promosi perubahan perilaku

dilakukan dengan pendekatan berdasarkan ketiga teori. (1) Yakin dengan ancaman

terhadap diri seseorang (Saya sangat rentan terhadap infeksi); (2) Yakin dengan

respon efficacy (Ada sesuatu yang saya dapat lakukan untuk mengurangi ancaman

infeksi terhadap saya); (3) Yakin dengan personal efficacy (saya mampu membuat

perubahan ini); (4) Yakin bahwa perilaku baru konsisten dengan norma kelompok

(Peer group saya mendukung perilaku baru).

Keyakinan pertama mudah dicapai karena kampanye dilakukan di media

masa, leaflet, news letter. Kedua dan ketiga menggunakan hotline. Keyakinan ke

empat perlu kemampuan komunikasi yang baik untuk negosiasi misalnya tentang

penggunaan kondom. Ketiga keyakinan pertama lebih diutamakan kepada

Disertasi PENGEMBANGAN PENDEKATAN “SOCIAL INA DEBORA R.L


ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

22

individu, sedangkan yang ke empat untuk mendapatkan dukungan dan pengaruh

dari interpersonal dan komunitas. Pendekatan ini dianggap sukses dalam program

pemberantasan HIV AIDS di San Fransisco dalam tahun 1984 s/d 1988.

2.1.2 Perubahan lingkungan (Changing the environment)

Program kesehatan masyarakat nampaknya tidak mampu sepenuhnya

mengubah perilaku pribadi individu. Oleh sebab itu, pendekatan yang dilakukan

adalah mengubah lingkungannya, baik lingkungan sosial maupun fisiknya.

Berhubung kesehatan sangat dipengaruhi oleh perilaku, sangat penting bagi para

pakar kesehatan masyarakat untuk memahami apa yang mempengaruhi orang

berperilaku dengan tidak sehat atau sehat. Pakar perilaku dan sosial memberikan

pandangan mengapa orang berperilaku demikian. Hal ini sebagai masukan untuk

mengembangkan program intervensi tepat dengan tujuan untuk membujuk orang

mengubah perilaku mereka.

Ada bukti bahwa faktor seperi ras, gender, status perkawinan dan sosio

ekonomi sangat berpengaruh terhadap kesehatan, alasan tentang hal ini adalah

masalah sosial. Usia harapan hidup, angka mortalitas rate dari berbagai jenis

penyakit sangat berbeda tajam dari satu ras dan etnis ke yang lain. Stress yang ada

bisa diakibatkan oleh masalah sosial, mempunyai efek yang luas terhadap

kesehatan karena beberapa alasan. Dukungan sosial memberikan efek positif

terhadap kesehatan, mungkin bersifat sebagai bemper (daya lentur) terhadap

stress.

Teori perilaku sehat meliputi Health Belief Model, dan teori Self Efficacy

atau Locust of Control. Kedua teori berfokus pada perilaku dan keyakinan

Disertasi PENGEMBANGAN PENDEKATAN “SOCIAL INA DEBORA R.L


ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

23

individu sebagai determinan perilaku mereka. Sementara perspektif lebih luas

diutarakan dalam model ekologis perilaku sehat. Model ini memberikan

pertimbangan kepada semua tingkatan/level pengaruh yang bisa mempengaruhi

perilaku dan keyakinan orang, termasuk hubungan interpersonal, seperti keluarga

dan sahabat, pengaruh kelembagaan (institusi) seperti, pendidikan/sekolah dan

tempat kerja/pekerjaan, komunitas yang lebih besar, dan nilai dan keyakinanan

yang dianutnya, kebijakan publik- aturan main dan hukum.

Program intervensi kesehatan masyarakat yang paling efektif bisa

mempengaruhi keyakinan pada sejumlah tingkatan dengan tujuan menciptakan

lingkungan sosial yang bisa merangsang perilaku sehat. Contohnya Program

Pencegahan HIV/AIDS di San Fransisco yang menjadi program efektif untuk

mengurangi transmisi HIV. Bukti menunjukan bahwa untuk memelihara

kesuksesan program semacam ini memerlukan upaya publik yang intensif dan

selalu terjaga, baik dengan menjaga tidak terjadinya kembali ke perilaku tidak

sehat dan teruskan pendidikan ini ke generasi selanjutnya. Para aktivis kesehatan

masyarakat semakin yakin bahwa cara paling efektif untuk memperbaiki perilaku

yang berkaitan dengan kesehatan dengan melibatkan masyarakat dalam

memperbaiki lingkungan sosial dan fisik agar lebih kondusif bagi perilaku sehat.

2.2 Health Belief Model (HBM)

Teori Health Belief Model (HBM) menjadi acuan untuk menjelaskan

faktor intra personal atau individu meliputi umur, gender, pendidikan, pekerjaan,

etnis, kepribadian, sosial ekonomi, pengetahuan, sikap dan nilai. Teori ini yang

mendukung untuk faktor intra personal. The Health Belief Model (Model

Disertasi PENGEMBANGAN PENDEKATAN “SOCIAL INA DEBORA R.L


ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

24

keyakinan yang berkaitan dengan kesehatan) merupakan model psikologis yang

berupaya utuk menjelaskan dan meprediksi perilaku kesehatan. Hal ini dilakukan

dengan memperhatikan sikap dan keyakinan individu. HBM dikembangkan

pertama kali pada tahun 1950 oleh para pakar psikologi sosial Hochbaum,

Rosenstock dan Kegels yang bekerja untuk Public Health Service AS. Model ini

dikembangkan dalam rangka merespon kegagalan dalam program skrining

kesehatan sukarela untuk TBC. Sejak saat itu HBM terus diadaptasi dan digali

untuk mengeksplorasi perilaku sehat jangka pendek maupun menengah, termasuk

perilaku sexual dan penyebaran HIV/AIDS.

HBM didasari oleh pemahaman bahwa seseorang akan melakukan

tindakan jika dia: (1) Merasakan bahwa suatu kondisi kesehatan negatif dapat

dihindari, (2) Punya harapan positif bahwa dengan tindakan yang dia ambil, dia

akan terhindar dari kondisi kesehatan yang negatif (misalnya menggunakan

kondom cara terbaik/efektif untuk mencegah HIV), dan (3) percaya bahwa dia

bisa berhasil dengan tindakan sehat yang direkomendasikan (ia menggunakan

kondom dengan nyaman dan yakin). HBM perlu dijelaskan dalam pemahaman

empat konstruksi yang menggambarkan ancaman yang bakal dirasakan/

diperkirakan dan manfaat pokok: Kerentanan dibayangkan (perceived

susceptibility); Seburuk apa yang dia bayangkan (perceived severity); manfaat

yang dia bayangkan (perceived be (perceived benefit); dan rintangan/halangan

yang dibayangkan (perceived barriers). Konsep ini diusulkan sebagai langkah

kesiapan untuk bertindak. Konsep tambahan terakhir bagi HBM adalah konsep

Self Efficacy atau keyakinan seseorang akan kemampuannya untuk melakukan

Disertasi PENGEMBANGAN PENDEKATAN “SOCIAL INA DEBORA R.L


ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

25

suatu tindakan dengan berhasil. Konsep ini ditambah oleh Rosenstock et al., pada

tahun 1988 untuk membantu HBM mampu menantang kebiasaan yang tidak

sehat, misalnya kebiasaan tidak bergerak banyak (sedentary), merokok atau

makan berlebihan. Lihat Gambar 2.2 dan Tabel 2.1

INDIVIDUAL PERCEPTION MODIFYING FACTORS LIKEHOOD OF

ACTION Perceived
benefits
versus
Age, sex, ethnicity, Barrier to
Personality
behavioral
Social economics
change
Knowlwdge

Perceived
susceptibility/ Perceived thread of Likehood of
behavioral
seriousness of disease
disease change
Cues to action
Education
symptoms
Media information

Sumber : Glanz et al., 2002


Gambar 2.2 Komponen Health Belief Model (HBM).
Tabel 2.1 Perkembangan Konsep dan Definisi HBM
Konsep Definisi Aplikasi
Perceived Kepercayaan tentang Mendefinisikan populasi berisiko,
Susceptibility/ kemungkinan mengalami level risiko ; risiko yang bakal
Kerentanan yang risiko atau mendapatkan menimpa seseorang dengan melihat
dibayang suatu kondisi atau penyakit
ciri atau perilaku, membuat persepsi
kerentanan lebih konsisten dengan
risiko individu sebenarnya.
Perceived Severity/ Kepercayaan tentang Beri perincian konskuensi dari risiko
Beratnya apa yang bagaimana seriusnya suatu dan kondisi
dibayangkan kondisi dan
konsekuensinya
Perceived Keyakinan seseorang akan Definisikan tindakan akan diambil,
Benefits/Bayangan kemujarapan tindakan yg kapan, dimana, jelaskan efek-efek
Manfaat didapat disarankan untuk positif yang bakal didapat.
mengurangi risiko atau
keseriusan dampaknya.
Perceived Barriers/ keyakinan seseorang akan Mengidentifikasi dan mengurangi
Bayangan biaya psikologis dan biaya hambatan dengan memberikan

Disertasi PENGEMBANGAN PENDEKATAN “SOCIAL INA DEBORA R.L


ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

26

Konsep Definisi Aplikasi


kesulitan/Hambatan riil dari tindakan yang insentif atau meyakinkan kembali
disarankan
Cues to Strategi untuk
Berikan informasi, bagaimana
Action/Pengingat mengaktifkan kesigapan‖
meningkatkan kesadaran, dan
untuk melakukan
berikan pengingat tertentu.
tindakan
Self-Efficacy/ Keyakinan akan Memberikan pelatihan,
Efikasi Diri kemampuan seseorang bimbingan dalam melakukan
untuk melakukan tindakan. tindakan yang dianjurkan
Gunakan penetapan tujuan
progresif
Berikan reinforcement verbal
Menunjukkan perilaku yang
diinginkan
Mengurangi kecemasan
Sumber : Glanz et al., 2008

Modifying Factors Individual Beliefs Action

Perceived
Perceived
susceptibility to
Threat
Age and severity of Individual
Gender disease behaviors
Ethnicity
Personality
Sosio economics
Pereceived
knowledge
benefits
Cues to
action
Perceived
barriers

Perceived
self-efficacy

Sumber : Glanz et al., 2008.


Gambar 2.3 Komponen Health Belief Model (HBM).

2.2.1 Self Efficacy (Efikasi Diri)

Self Efficacy adalah sebuah konsep yang dirumuskan oleh Albert Bandura

(1997), guru besar psikologi di Standford University, dan bersumber dari Social

Learning Theory. Menurut Bandura (1997), “Efficacy is a major basis of action.

Disertasi PENGEMBANGAN PENDEKATAN “SOCIAL INA DEBORA R.L


ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

27

People guide their lives by their beliefs of personal efficacy. Self-Efficacy refers to

beliefs in ones capabilities to organize and execute the courses of action required to

produce given attainments.” Dengan demikian, Self Efficacy sebagai sebuah

keyakinan yang mendorong seseorang untuk melakukan dan mencapai

keberhasilan dalam situasi yang spesifik.

Pemahaman seseorang tentang Self-Efficacy bisa memainkan peran utama

dalam hal bagaimana seorang menggunakan pendekatan terhadap tujuan, tugas,

dan tantangan. Konsep Self-Efficacy terletak dalam pusat Teori Kognitif Sosial‖

yang dikembangkan oleh Bandura, yang menekankan peran dari pembelajaran

observasional dan pengalaman sosial dalam perkembangan kepribadian. Menurut

teori dari Bandura, orang memiliki Self-Eficacy tinggi, yaitu, mereka memiliki

keyakinan bisa melakukan dengan baik, lebih mampu memandang tugas yang

sulit sebagai sesuatu yang harus dikuasai bukan untuk dihindari. Self Efficacy

hanya merupakan satu bagian kecil dari seluruh gambaran kompleks tentang

kehidupan manusia, tetapi dapat memberikan pemahaman yang lebih baik tentang

kehidupan itu dari segi kemampuan manusia. Keragaman kemampuan manusia ini

diakui oleh teori Self Efficacy.

Teori Self Efficacy merupakan upaya untuk memahami keberfungsian

kehidupan manusia dalam pengendalian diri, pengaturan proses berpikir, motivasi,

kondisi afektif dan psikologis (Bandura, 1997). Melalui perspektif ini, Self

Efficacy diyakini dapat membuat individu mampu menafsirkan dan

menerjemahkan faktor internal dan eksternal ke dalam tindakan nyata. Namun

Disertasi PENGEMBANGAN PENDEKATAN “SOCIAL INA DEBORA R.L


ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

28

perlu ditegaskan bahwa individu yang berbeda memiliki kemampuan yang

berbeda dalam membaca pikiran mereka dan memandang lingkungan mereka.

Self Efficacy tidak spesifik bagi individu tertentu karena ini merupakan

satu konsep umum. Bandura (1997) berpendapat bahwa Self Efficacy adalah 4

kemampuan umum yang terdiri atas aspek kognitif, sosial, emosional dan

perilaku. Individu harus mampu mengolah aspek itu untuk mencapai tujuan

tertentu. Tetapi Bandura (1997) mengingatkan bahwa Self Efficacy merupakan

sebuah instrumen multi guna karena konsep ini tidak hanya berkaitan dengan

kemampuan, namun juga menumbuhkan keyakinan bahwa individu dapat

melakukan berbagai hal dalam berbagai kondisi. Self Efficacy berlaku sebagai

mesin pembangkit kemampuan manusia. Oleh karena itu, tidaklah mengherankan

jika seseorang memiliki Self Efficacy yang kuat, maka ia bermotivasi tinggi dan

bahkan menunjukkan pandangan yang ekstrim dalam menghadapi suatu situasi. Self

Efficacy tidak tumbuh dengan sendirinya, tetapi terbentuk dalam hubungan segitiga

antara karakteristik pribadi, pola perilaku dan faktor lingkungan (Bandura,

1997). Hubungan ini bersifat alami, personal dan sosial, dan mungkin terjadi proses

yang panjang dan kompleks untuk menciptakannya.

Menurut Bandura (1986) Self Efficacy adalah pertimbangan subyektif

individu terhadap kemampuannya untuk menyusun tindakan yang dibutuhkan

untuk menyelesaikan tugas khusus yang dihadapi. Self Efficacy tidak berkaitan

langsung dengan kecakapan yang dimiliki individu, melainkan pada penilaian diri

tentang apa yang dapat dilakukan dari apa yang tidak dapat dilakukan, tanpa

terkait dengan kecakapan yang dimiliki. Bandura (1997) menyatakan bahwa Self

Disertasi PENGEMBANGAN PENDEKATAN “SOCIAL INA DEBORA R.L


ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

29

Efficacy dapat diperoleh, dipelajari dan dikembangkan dari empat sumber

informasi. Di mana pada dasarnya keempat hal tersebut adalah stimulasi atau

kejadian yang dapat memberikan inspirasi atau pembangkit positif (positive

arousal) untuk berusaha menyelesaikan tugas atau masalah yang dihadapi. Hal ini

mengacu pada konsep pemahaman bahwa pembangkitan dapat meningkatkan

perasaan atas Self Efficacy (Bandura, dalam Lazarus et al., 1980). Self Efficacy

yang tinggi juga berkaitan langsung dengan keuletan, suatu ciri atau sifat yang

memungkinkan memperoleh pengalaman korektif yang bisa memperkokoh

perasaan Self Efficacy :

Pertama, Enactive attainment and performance accomplishment

(pengalaman keberhasilan dan pencapaian prestasi), yaitu sumber ekspektasi Self

Efficacy yang penting, karena berdasarkan pengalaman individu secara langsung.

Individu yang pernah memperoleh suatu prestasi, akan terdorong meningkatkan

keyakinan dan penilaian terhadap Self Efficacynya. Pengalaman keberhasilan

individu ini meningkatkan ketekunan dan kegigihan dalam berusaha mengatasi

kesulitan, sehingga dapat mengurangi kegagalan. Pengalaman ini membentuk

harapan dapat digeneralisir ke dalam situasi yang mirip atau berbeda tipis.

Efficacy yang kuat terbentuk karena keberhasilan berulang-ulang dari sebuah

perilaku dan mengurangi harapan efikasi yang berasal dari suatu kegagalan. Kita

dapat meningkatkan penguasaan perilaku pada seseorang dengan pendekatan

partisipasi model, memaparkan perilaku baik (performance exposure), dan

melaksanakan perilaku sehat belajar sendiri (self-instructed performances),

Disertasi PENGEMBANGAN PENDEKATAN “SOCIAL INA DEBORA R.L


ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

30

performance decentralization - suatu proses dimana perilaku tidak suka

dipasangkan dengan pengalaman yang menyenangkan dan relax.

Kedua, Vicarious experience (pengalaman orang lain), yaitu mengamati

perilaku dan pengalaman orang lain sebagai proses belajar individu. Melalui

model ini, Self Efficacy individu dapat meningkat, terutama jika ia merasa

memiliki kemampuan yang setara atau bahkan merasa lebih baik dari pada orang

yang menjadi subyek belajarnya. Ia akan mempunyai kecenderungan merasa

mampu melakukan hal yang sama. Meningkatnya Self Efficacy individu ini dapat

meningkatkan motivasi untuk mencapai suatu prestasi. Peningkatan Self Efficacy

ini akan menjadi efektif jika subyek yang menjadi model tersebut mempunyai

banyak kesamaan karakteristik antara individu dengan model, kesamaan tingkat

kesulitan tugas, kesamaan situasi dan kondisi, serta keanekaragaman yang dicapai

oleh model.

Ketiga, Verbal persuasion (persuasi verbal), yaitu individu mendapat

bujukan atau sugesti untuk percaya bahwa ia dapat mengatasi masalah yang akan

dihadapinya. Persuasi verbal ini dapat mengarahkan individu untuk berusaha lebih

gigih untuk mencapai tujuan dan kesuksesan. Akan tetapi Self Efficacy yang

tumbuh dengan metode ini biasanya tidak bertahan lama, apalagi kemudian

individu mengalami peristiwa traumatis yang tidak menyenangkan. Persuasi

verbal berhubungan dengan dorongan/ tidak adanya dorongan yang dapat

mempengaruhi. Ketika persuasi positif akan meningkatkan Self Efficacy

sedangkan persuasi negatif menurunkan Self Efficacy. Secara umum lebih mudah

untuk menurunkan Self Efficacy seseorang daripada meningkatkannya.

Disertasi PENGEMBANGAN PENDEKATAN “SOCIAL INA DEBORA R.L


ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

31

Keempat, Physiological state and emotional arousal (keadaan fisiologis

dan psikologis). Situasi yang menekan kondisi emosional dapat mempengaruhi

Self Efficacy. Gejolak emosi, goncangan, kegelisahan yang mendalam dan

keadaan fisiologis yang lemah yang dialami individu akan dirasakan sebagai suatu

isyarat akan terjadi peristiwa yang tidak diinginkan, maka situasi yang menekan

dan mengancam akan cenderung dihindari. Dalam keadaan luar biasa situasi yang

menyebabkan stress, orang memunculkan kebiasaan tanda distres seperti sakit

kepala yang hebat, lemah, takut, muntah dan lain-lain. Persepsi seseorang pada

respon stress yang menyolok/ nyata sekali mengubah Self Efficacy. Jika sesorang

mengalami rasa ‗enek‘/ pingin mual/ „butterflies in the stomach' sebelum bicara di

depan umum dengan Self Efficacy yang rendah dapat menunjukkan tanda

ketidakmampuan diri dan dapat menurunkan Self Efficacy lebih lanjut. Ketika

orang dengan Self Efficacy yang tinggi akan menunjukkan/menginterpretasikan

tanda psikososial yang normal yang tidak berhubungan dengan kemampuannya.

Orang percaya bahwa respon psikososial berimplikasi untuk merubah Self

Efficacy mereka daripada kekuatan respon belaka. Penyebab emosi dapat

dimitigasi dengan paparan simbolik berulang yang memungkinkan orang praktek

mengatasi stress, teknik relaksasi, symbolic desensitization (proses dimana

representasi simbolik dari stressor dipasang dengan pengalaman yang

menyenangkan atau relax). Empat hal tersebut dapat menjadi sarana bagi tumbuh

dan berkembangnya Self Efficacy seorang individu. Dengan kata lain Self

Efficacy dapat diupayakan untuk meningkat dengan membuat manipulasi melalui

empat hal tersebut.

Disertasi PENGEMBANGAN PENDEKATAN “SOCIAL INA DEBORA R.L


ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

32

2.3 The Theory of Reasoned Action (TRA), and The Theory of Planned
Behavior (TPB)

The Theory of Reasoned Action selanjutnya disingkat TRA dan Theory of

Planned Behaviors selanjutnya disingkat TPB adalah konstruk teoritis yang

berfokus pada faktor motivasi individu sebagai penentu dari kemungkinan

melakukan perilaku tertentu. TRA dan TPB keduanya menganggap prediktor

terbaik dari perilaku adalah niat/intention, yang pada gilirannya ditentukan oleh

sikap terhadap perilaku dan persepsi normatif sosial (Subjective norm) yang

berkaitan dengan hal tersebut. TPB merupakan perluasan dari TRA dengan

tambahan konstruks Perceived control atas penampilan perilaku.

Fishbein dan rekannya telah memperluas TRA dan TPB dengan

memasukkan komponen utama lainnya dari teori perilaku dan telah mengusulkan

penggunaan Integrated Behavioral Model (IBM). TRA dan TPB, yang fokus

pada konstruksi attitude/sikap, Subjective norm/ norma subyektif, dan Perceived

control/menyadari kontrol, menjelaskan sebagian besar perbedaan dalam

behavioral intention/ niat perilaku dan memprediksi sejumlah perilaku yang

berbeda, termasuk perilaku kesehatan. Teori Perencanaan Perilaku atau Theory

Planned Behaviour (TPB) merupakan pengembangan lebih lanjut dari TRA. Icek

Ajzen (1991) mengembangkan teori ini dengan menambahkan sebuah konstruk

yaitu persepsi kontrol perilaku (percieved behavioral control). Asumsi dasar dari

TPB adalah banyak perilaku tidak semuanya dibawah kontrol penuh individual

sehingga perlu ditambahkan konsep persepsi kontrol perilaku. Teori ini

mengasumsikan bahwa persepsi kontrol perilaku mempunyai implikasi

Disertasi PENGEMBANGAN PENDEKATAN “SOCIAL INA DEBORA R.L


ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

33

motivasional terhadap minat, selain itu adanya kemungkinan hubungan langsung

antara persepsi kontrol perilaku dengan perilaku.

Ada beberapa tujuan dan manfaat dari teori ini, antara lain adalah untuk

meramalkan dan memahami pengaruh motivasional terhadap perilaku yang bukan

dibawah kendali atau kemauan individu sendiri. Hal ini untuk mengidentifikasi

bagaimana dan kemana mengarahkan strategi untuk perubahan perilaku dan juga

untuk menjelaskan pada tiap aspek penting beberapa perilaku manusia seperti

mengapa seseorang membeli mobil baru, memilih seorang calon dalam pemilu,

mengapa tidak masuk kerja atau mengapa melakukan hubungan pranikah. Dalam

kaitannya dengan kesejahteraan ibu mengapa seseorang menikah, memutuskan

untuk hamil, memeriksakan kehamilannya, melahirkan di rumah sakit, menyusui

bayinya, tidak menggunakan KB atau mengapa seseorang tidak melahirkan di

Puskesmasatau Rumah Sakit.

Teori ini menyediakan suatu kerangka untuk mempelajari sikap terhadap

perilaku. Berdasarkan teori tersebut, penentu terpenting perilaku seseorang adalah

niat untuk berperilaku. Niat individu untuk menampilkan suatu perilaku adalah

kombinasi dari sikap untuk menampilkan perilaku tersebut dan norma subjektif.

Sikap individu terhadap perilaku meliputi kepercayaan mengenai suatu perilaku,

evaluasi terhadap hasil perilaku, norma subjektif, kepercayaan-kepercayaan

normatif dan motivasi untuk patuh. Jika seseorang mempersepsi bahwa hasil dari

menampilkan suatu perilaku tersebut positif, ia akan memiliki sikap positif

terhadap perilaku tersebut. Yang sebaliknya juga dapat dinyatakan bahwa jika

suatu perilaku difikirkan negatif. Jika orang lain yang relevan memandang bahwa

Disertasi PENGEMBANGAN PENDEKATAN “SOCIAL INA DEBORA R.L


ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

34

menampilkan perilaku tersebut sebagai sesuatu yang positif dan seseorang

tersebut termotivasi untuk memenuhi harapan orang lain yang relevan, maka

itulah yang disebut dengan norma subjektif yang positif. Jika orang lain melihat

perilaku yang akan ditampilkan sebagai sesuatu yang negatif dan seseorang

tersebut ingin memenuhi harapan orang lain tersebut, itu yang disebut dengan

norma subjektif negatif. Sikap dan norma subjektif diukur dengan skala (misalnya

skala Likert) menggunakan frase suka/tidak suka, baik/buruk, dan setuju/tidak

setuju. Niat untuk menampilkan suatu perilaku tergantung pada hasil pengukuran

sikap dan norma subjektif. Hasil yang positif mengindikasikan intensi berperilaku.

Theory of Reasoned Action paling berhasil ketika diaplikasikan pada

perilaku yang di bawah kendali individu sendiri. Jika perilaku tersebut tidak

sepenuhnya di bawah kendali atau kemauan individu, meskipun ia sangat

termotivasi oleh sikap dan norma subjektifnya, ia mungkin tidak akan secara

nyata menampilkan perilaku tersebut. Sebaliknya, Theory of Planned Behavior

dikembangkan untuk memprediksi perilaku-perilaku yang sepenuhnya tidak di

bawah kendali individu.

Perbedaan utama antara TRA dan TPB adalah tambahan penentu intensi

berperilaku yang ke tiga, yaitu perceived behavioral control (PBC). PBC

ditentukan oleh dua faktor yaitu control beliefs (kepercayaan mengenai

kemampuan dalam mengendalikan) dan perceived power (persepsi mengenai

kekuasaan yang dimiliki untuk melakukan suatu perilaku). PBC mengindikasikan

bahwa motivasi seseorang dipengaruhi oleh bagaimana ia mempersepsi tingkat

kesulitan atau kemudahan untuk menampilkan suatu perilaku tertentu. Jika

Disertasi PENGEMBANGAN PENDEKATAN “SOCIAL INA DEBORA R.L


ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

35

seseorang memiliki control beliefs yang kuat mengenai faktor yang ada yang akan

memfasilitasi suatu perilaku, maka seseorang tersebut memiliki persepsi yang

tinggi untuk mampu mengendalikan suatu perilaku. Sebaliknya, seseorang

tersebut akan memiliki persepsi yang rendah dalam mengendalikan suatu perilaku

jika ia memiliki control beliefs yang kuat mengenai faktor yang menghambat

perilaku. Persepsi ini dapat mencerminkan pengalaman masa lalu, antisipasi

terhadap situasi yang akan datang, dan sikap terhadap norma yang berpengaruh di

sekitar individu.

Theory of Planned Behavior didasarkan pada asumsi bahwa manusia

adalah makhluk yang rasional dan menggunakan informasi yang mungkin

baginya, secara sistematis. Orang memikirkan implikasi dari tindakan mereka

sebelum mereka memutuskan untuk melakukan atau tidak melakukan perilaku

tertentu. TRA/TPB dimulai dengan melihat intensi berperilaku sebagai anteseden

terdekat dari suatu perilaku. Semakin kuat intensi seseorang untuk menampilkan

suatu perilaku tertentu, diharapkan semakin berhasil ia melakukannya. Intensi

adalah suatu fungsi dari beliefs dan atau informasi yang penting mengenai

kecenderungan bahwa menampilkan suatu perilaku tertentu akan mangarahkan

pada suatu hasil yang spesifik. Intensi bisa berubah karena waktu. Semakin lama

jarak antara intensi dan perilaku, semakin besar kecenderungan terjadinya

perubahan intensi. Karena Ajzen dan Fishbein (1980) tidak hanya tertarik dalam

hal meramalkan perilaku tetapi juga memahaminya, mereka mulai mencoba untuk

mengindentifikasi penentu dari intensi berperilaku. Mereka berteori bahwa intensi

Disertasi PENGEMBANGAN PENDEKATAN “SOCIAL INA DEBORA R.L


ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

36

adalah suatu fungsi dari dua penentu utama, yaitu 1) sikap terhadap perilaku dan

2) norma subjektif dari perilaku.

Sikap dianggap sebagai anteseden pertama dari intensi perilaku. Sikap

adalah kepercayaan positif atau negatif untuk menampilkan suatu perilaku

tertentu. Kepercayaan atau beliefs ini disebut dengan behavioral beliefs. Seorang

individu akan berniat untuk menampilkan suatu perilaku tertentu ketika ia

menilainya secara positif. Sikap ditentukan oleh kepercayaan individu mengenai

konsekuensi dari menampilkan suatu perilaku (behavioral beliefs) yang ditimbang

berdasarkan hasil evaluasi terhadap konsekuensinya (outcome evaluation). Sikap

tersebut dipercaya memiliki pengaruh langsung terhadap intensi berperilaku dan

dihubungkan dengan norma subjektif dan perceived behavioral control.

Norma subjektif juga diasumsikan sebagai suatu fungsi dari beliefs yang

secara spesifik dimana seseorang setuju atau tidak setuju untuk menampilkan

suatu perilaku. Kepercayaan yang termasuk dalam norma subjektif disebut juga

kepercayaan normatif (normative beliefs). Seorang individu akan berniat

menampilkan suatu perilaku tertentu jika ia mempersepsi bahwa orang lain yang

penting berpikir bahwa ia seharusnya melakukan hal itu. Orang lain yang penting

tersebut bisa pasangan, sahabat, dokter, dan sebagainya. Hal ini diketahui dengan

cara menanyai responden untuk menilai apakah orang lain yang penting tadi

cenderung akan setuju atau tidak setuju jika ia menampilkan perilaku yang

dimaksud.

Masalah terkait TRA akan muncul jika teori tersebut diaplikasikan pada

perilaku yang tidak sepenuhnya di bawah kendali seorang individu tersebut. TPB

Disertasi PENGEMBANGAN PENDEKATAN “SOCIAL INA DEBORA R.L


ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

37

memperhitungkan bahwa semua perilaku tidaklah di bawah kendali dan bahwa

perilaku tersebut berada pada suatu titik dalam suatu kontinum dari sepenuhnya di

bawah kendali sampai sepenuhnya di luar kendali. Individu mungkin memiliki

kendali sepenuhnya ketika tidak terdapat hambatan apapun untuk menampilkan

suatu perilaku. Dalam keadaan ekstrim yang sebaliknya, mungkin sama sekali

tidak terdapat kemungkinan untuk mengendalikan suatu perilaku karena tidak

adanya kesempatan, karena tidak adanya sumber daya atau ketrampilan. Faktor

pengendali tersebut terdiri atas faktor internal dan eksternal. Faktor internal antara

lain ketrampilan, kemampuan, informasi, emosi, stres, dan sebagainya. Faktor

eksternal meliputi situasi dan faktor lingkungan.

Ajzen (2002) memodifikasi TRA dengan menambahkan anteseden intensi

yang ke tiga yang disebut perceived behavioral control (PBC) untuk mengatasi

keterbatasan tersebut. Dengan tambahan anteseden ke tiga tersebut, ia menamai

ulang teorinya menjadi Teori Perencanaan Perilaku (Theory of Planned

Behavior/TPB). PBC menunjuk suatu derajat dimana seorang individu merasa

bahwa tampil atau tidaknya suatu perilaku yang dimaksud adalah di bawah

pengendaliannya. Orang cenderung tidak akan membentuk suatu intensi yang kuat

untuk menampilkan suatu perilaku tertentu jika ia percaya bahwa ia tidak

memiliki sumber atau kesempatan untuk melakukannya meskipun ia memiliki

sikap yang positif dan ia percaya bahwa orang lain yang penting baginya akan

menyetujuinya. PBC dapat mempengaruhi perilaku secara langsung atau tidak

langsung melalui intensi. Jalur langsung dari PBC ke perilaku diharapkan muncul

ketika terdapat keselarasan antara persepsi mengenai kendali dan kendali yang

Disertasi PENGEMBANGAN PENDEKATAN “SOCIAL INA DEBORA R.L


ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

38

aktual dari seseorang atas suatu perilaku. Theory of Planned Behavior dapat

digambarkan melalui bagan sebagai berikut:

External
Variabels
Behavioral
beliefs
Demographic attitude
variabels Evaluation of
behavioral
outcomes
Attitude
towards
targets Normative
beliefs
Personality Intention to
Subjective
traits perform the
norm Behavior
Motivation behavior
Other individual to comply
difference
variabels
Control
beliefs
Perceived
control
Perceived
power

* Catatan: daerah terang Atas menunjukkan Theory of Reasoned Action, dan yang berwarna
adalah Theory of Planned Behavior

Gambar 2.4 Theory of Reasoned Action (TRA) and Theory of Planned


Behavior (TPB)

2.4 Social Cognitive Theory/ Teori Sosial Kognitif

Teori Kognitif Sosial (Social Cognitive Theory) merupakan penamaan

baru dari Teori Belajar Sosial (Social Learning Theory) yang dikembangkan oleh

Albert Bandura (1977). Penamaan baru dengan nama Teori Kognitif Sosial ini

dilakukan pada tahun 1970-an dan 1980-an. Ide pokok dari pemikiran Bandura

(Bandura, 1962) juga merupakan pengembangan dari ide Miller dan Dollard

tentang belajar meniru (imitative learning). Bandura telah mengelaborasi proses

belajar sosial dengan faktor kognitif dan behavioral yang mempengaruhi

Disertasi PENGEMBANGAN PENDEKATAN “SOCIAL INA DEBORA R.L


ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

39

seseorang dalam proses belajar sosial. Teori ini sangat berperan dalam

mempelajari efek dari isi media massa pada khalayak media di level individu.

Sudah jelas bahwa konsep utama dari teori sosial kognitif adalah

pengertian tentang obvervational learning atau proses belajar dengan mengamati.

Jika ada seorang "model" di dalam lingkungan seorang individu, misalnya saja

teman atau anggota keluarga di dalam lingkungan internal, atau di lingkungan

publik seperti para tokoh publik di bidang berita dan hiburan, proses belajar dari

individu ini akan terjadi melalui cara memperhatikan model tersebut. Terkadang

perilaku seseorang bisa timbul hanya karena proses modeling. Modeling atau

peniruan merupakan "the direct, mechanical reproduction of behavior, reproduksi

perilaku yang langsung dan mekanis (Baran and Davis, 2000). Sebagai contoh,

ketika seorang ibu mengajarkan anaknya bagaimana cara mengikat sepatu dengan

memperagakannya berulang kali sehingga si anak bisa mengikat tali sepatunya,

maka proses ini disebut proses modeling. Sebagai tambahan bagi proses peniruan

interpersonal, proses modeling dapat juga terlihat pada narasumber yang

ditampilkan oleh media. Orang bisa meniru bagaimana cara memasak kue bika

dalam sebuah acara kuliner di televisi, atau misalnya orang bisa meniru

bagaimana cara merawat kehamilan dalam suatu acara di televisi oleh Perawat.

Meski demikian tidak semua narasumber dapat mempengaruhi khalayak, meski

contoh yang ditampilkan lebih mudah dari bagaimana cara membuat kue bika,

merawat kehamilan. Di dalam kasus ini, teori kognitif sosial kembali ke konsep

dasar "rewards and punishments" imbalan dan hukuman, tetapi menempatkannya

dalam konteks belajar sosial.

Disertasi PENGEMBANGAN PENDEKATAN “SOCIAL INA DEBORA R.L


ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

40

Baranowski, Perry, dan Parcel (1997) menyatakan bahwa "reinforcement

is the primary construct in the operant form of learning". Proses penguatan

merupakan bentuk utama dari cara belajar seseorang. Proses penguatan juga

merupakan konsep sentral dari proses belajar sosial. Penguatan bekerja melalui

proses efek menghalangi (inhibitory effects) dan efek membiarkan (disinhibitory

effects) di dalam teori kognitif sosial. Inhibitory effects terjadi ketika seseorang

melihat seorang model yang diberi hukuman karena perilaku tertentu, misalnya

penangkapan dan vonis hukuman terhadap seorang artis penyanyi terkenal karena

terlibat dalam pembuatan video porno. Dengan mengamati apa yang dialami

model tadi, akan mengurangi kemungkinan orang tersebut mengikuti apa yang

dilakukan sang artis penyanyi terkenal itu. Sebaliknya, Disinhibitory effects terjadi

ketika seseorang melihat seorang model yang diberi penghargaan atau imbalan

untuk suatu perilaku tertentu. Misalnya di sebuah tayangan televisi ditampilkan

seorang bidan yang bertugas di daerah terpencil dan mendapatkan penghargaan

sebagai bidan teladan dan mendapatkan hadiah dari presiden, serta ditawari

menjadi model iklan untuk bermain dalam sinetron karena keteladanannya.

Menurut teori ini, orang juga akan mencoba mengikuti jejak sang bidan ini.

Efek yang dikemukakan di atas tidak tergantung pada imbalan dan

hukuman yang sebenarnya, tetapi dari penguatan atas apa yang dialami orang lain

tapi dirasakan seseorang sebagai pengalamannya sendiri (vicarious

reinforcement). Menurut Bandura (1986), vicarious reinforcement terjadi karena

adanya konsep pengharapan hasil (outcome expectations) dan harapan hasil

(outcome expectancies). Outcome expectations menunjukkan bahwa ketika kita

Disertasi PENGEMBANGAN PENDEKATAN “SOCIAL INA DEBORA R.L


ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

41

melihat seorang model diberi penghargaan dan dihukum, kita akan berharap

mendapatkan hasil yang sama jika kita melakukan perilaku yang sama dengan

model. Seperti dikatakan oleh Baranowski et al (1997), "People develop

expectations about a situation and expectations for outcomes of their behavior

before they actually encounter the situation". Orang akan mengembangkan

pengharapannya tentang suatu situasi dan pengharapannya untuk mendapatkan

suatu hasil dari perilakunya sebelum ia benar-benar mengalamai situasi tersebut.

Selanjutnya, seseorang mengikat nilai dari pengharapan tersebut dalam bentuk

outcome expectancies (harapan akan hasil) Harapan ini mempertimbangkan

sejauh mana penguatan tertentu yang diamati itu dipandang sebagai sebuah

imbalan/penghargaan atau hukuman. Misalnya orang menganggap bahwa perilaku

ibu hamil yang tidak memeriksakan kehamilannya ke Puskesmas serta tidak

melahirkan di Puskesmas yang berakibat pada kematian ibu atau bayi bahkan

kematian ibu dan bayi, memang pantas mendapatkan sangsi secara psikologis

karena mengabaikan kesehatan serta keselamatan ibu dan anak. Akan tetapi teori

kognitif sosial juga mempertimbangkan kemunginan perilaku yang sama

dilakukan oleh orang lain dalam kasus tersebut mendapatkan imbalan berupa

simpati atau bahkan tidak mendapatkan sangsi dan perlu mendapat perhatian

khusus karena dianggap sebagai korban, meskipun ibu dan suami bahkan keluarga

mengetahui dan menyadari bahwa apa yang dilakukannya tidak sesuai dengan

revolusi KIA yaitu memeriksakan kehamilan ke Puskesmasdan melahirkan di

fasilitas kesehatan yang memadai yaitu Puskesmas PONED. Hal ini akan

mempengaruhi sejauh mana proses belajar sosial akan terjadi.

Disertasi PENGEMBANGAN PENDEKATAN “SOCIAL INA DEBORA R.L


ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

42

Konsep yang telah dikemukakan merupakan proses dasar dari

pembelajaran dalam teori kognitif sosial. Meskipun demikian, terdapat beberapa

konsep lain yang dikemukakan teori ini yang akan mempengaruhi sejauh mana

belajar sosial berperan. Salah satu tambahan yang penting bagi teori ini adalah

konsep identifikasi (indentification) dengan model di dalam media. Secara khusus

teori kognitif sosial menyatakan bahwa jika seseorang merasakan hubungan

psikologis yang kuat dengan sang model, proses belajar sosial akan lebih terjadi.

Menurut White (1972), identifikasi muncul mulai dari ingin menjadi hingga

berusaha menjadi seperti sang model dengan beberapa kualitas yang lebih besar.

Misalnya seorang anak yang mengidolakan seorang atlit sepakbola, mungkin akan

meniru atlit tersebut dengan cara menggunakan kostum yang sama dengan atlit

tersebut atau mengonsumsi makanan yang dikonsumsi atlit tersebut. Demikian

juga misalnya seorang ibu hamil mengidolakan artis tertentu, mungkin akan

meniru artis tersebut dengan cara menggunakan pakaian yang sama selama hamil

atau kebiasaan hidup artis tersebut dalam perawatan kehamilannya.

Teori kognitif sosial juga mempertimbangkan pentingnya kemampuan

sang "pengamat" untuk menampilkan sebuah perilaku khusus dan kepercayaan

yang dipunyainya untuk menampilkan perilaku tersebut. Kepercayaan ini disebut

dengan Self-Efficacy atau Self Efficacy (Bandura, 1977a) dan hal ini dipandang

sebagai sebuah prasyarat kritis dari perubahan perilaku. Misalnya dalam kasus

tayangan tentang cara perawatan kehamilan di televisi yang telah disebutkan

sebelumnya. Teori kognitif sosial menyatakan bahwa tak semua orang akan

belajar merawat kehamilan, khususnya bagi mereka yang terbiasa menganggap

Disertasi PENGEMBANGAN PENDEKATAN “SOCIAL INA DEBORA R.L


ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

43

kehamilan tersebut sebagai sesuatu hal yang biasa dan mempunyai keyakinan

bahwa merawat kehamilan merupakan hal yang biasa dan tak perlu karena

kehamilan tersebut tidak membutuhkan perawatan khusus. Dalam hal ini orang

tersebut dianggap tidak mempunyai tingkat Self Efficacy yang cukup untuk belajar

merawat kehamilannya dari televisi.

Teori kognitif sosial, yang dikembangkan oleh Albert Bandura, didasarkan

atas proposisi bahwa baik proses sosial maupun proses kognitif adalah sentral

bagi pemahaman mengenai motivasi, emosi, dan tindakan manusia. Teori kognitif

sosial akan menyajikan prinsip teori tersebut yang mencakup: 1) Asumsi tentang

hakikat dan kemampuan manusia; 2) Lima kapabilitas kognitif dasar yang dimiliki

manusia (symbolising, forethought, vicarious, self regulatory dan self reflective).

3) Proses interaksi antara manusia dan lingkungannya; 4) Cara manusia belajar

perilaku (observational learning dan enactive learning); 5) Fungsi insentif

sebagai sistem pengatur perilaku manusia; 6) Proses pembentukan Self Efficacy

dan fungsinya; 7) Fungsi tujuan (goal); 8) Aplikasi teori kognitif sosial dalam

konseling.

2.4.1 Cara belajar

Terdapat dua cara belajar, yaitu belajar melalui pengamatan (observational

learning) dan belajar melalui perbuatan (enactive learning).

2.4.1.1 Observational learning

Sebagian besar perilaku manusia dan keterampilan kognitifnya dipelajari

melalui pengamatan terhadap model. Fungsi observational learning adalah

sebagai berikut : 1) Modelling dapat mengajari observer keterampilan dan aturan

Disertasi PENGEMBANGAN PENDEKATAN “SOCIAL INA DEBORA R.L


ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

44

berperilaku; 2) Modelling dapat menghambat ataupun memperlancar perilaku

yang sudah dimiliki orang; 3) Perilaku model dapat berfungsi sebagai stimulus

dan isyarat bagi orang untuk melaksanakan perilaku yang sudah dimilikinya;

4) Modeling dapat merangsang timbulnya emosi. Orang dapat berpersepsi dan

berperilaku secara berbeda dalam keadaan emosi tinggi; 5) Symbolic modelling

dapat membentuk citra orang tentang realitas sosial karena menggambarkan

hubungan manusia dengan aktivitas yang dilakukannya.

Proses Observational Learning, belajar mencakup pemrosesan informasi.

Kekuatan modelling terletak pada kemampuannya untuk mempengaruhi proses

tersebut. Observational learning memerlukan empat macam proses utama:

1) Proses memperhatikan (attentional processes). Jika orang belajar melalui

modelling, maka mereka harus memperhatikan dan mempersepsi perilaku model

secara tepat. Tingkat keberhasilan belajar itu ditentukan oleh karakteristik model

maupun karakteristik pengamat itu sendiri. Karakteristik model yang merupakan

variabel penentu tingkat perhatian itu mencakup frekuensi kehadirannya,

kejelasannya, daya tarik personalnya, dan nilai fungsional perilaku model itu.

Karakteristik pengamat yang penting untuk proses perhatian adalah kapasitas

sensorisnya, tingkat ketertarikannya, kebiasaan persepsinya, dan reinforcement

masa lalunya. 2) Proses retensi (retention processes). Agar efektif, modeling harus

disimpan dalam ingatan. Retensi ini dapat dilakukan dengan cara menyimpan

informasi secara imaginal atau mengkodekan peristiwa model ke dalam simbol

verbal yang mudah dipergunakan. Materi yang bermakna bagi pengamat dan

menambah pengalaman sebelumnya akan lebih mudah diingat. Cara lain untuk

Disertasi PENGEMBANGAN PENDEKATAN “SOCIAL INA DEBORA R.L


ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

45

mengingat adalah dengan membayangkan perilaku model atau dengan

mempraktekkannya. Keterampilan dan struktur kognitif pengamat dapat

memperkuat retensi. Motivasi untuk belajar juga berperan dalam retensi,

meskipun insentif lebih bersifat fasilitatif daripada keharusan. 3) Proses produksi.

Gambaran simbolik tentang perilaku model mungkin perlu diterjemahkan ke

dalam tindakan yang efektif. Pengamat memerlukan gambaran kognitif yang

akurat tentang perilaku model untuk dibandingkan dengan umpan balik sensoris

dari perbuatannya. Modelling korektif merupakan cara yang efektif untuk

memberikan umpan balik bila pengamat melakukan kinerja yang tidak tepat.

Variabel pengamat yang mempengaruhi reproduksi perilaku mencakup kapasitas

fisiknya, apakah perbendaharaan responnya sudah mencakup komponen respon

yang diperlukan, dan kemampuannya untuk melakukan penyesuaian korektif bila

mencobakan perilaku baru. 4) Proses motivasi. Apakah orang mempraktekkan apa

yang sudah dipelajarinya atau tidak, tergantung pada motivasinya. Pengamat akan

cenderung mengadopsi perilaku model jika perilaku tersebut: (a) menghasilkan

imbalan eksternal; (b) secara internal pengamat memberikan penilaian yang

positif; dan (c) pengamat melihat bahwa perilaku tersebut bermanfaat bagi model

itu sendiri. Antisipasi terhadap akibat yang positif dan negatif menentukan aspek

yang mana dari perilaku model itu yang diamati atau diabaikan oleh pengamat.

Orang dapat belajar keterampilan berpikir dengan mengamati model. Akan tetapi,

sering kali proses berpikir yang tersirat tidak terungkapkan secara memadai oleh

tindakan model. Keterampilan kognitif pengamat akan semakin meningkat bila

Disertasi PENGEMBANGAN PENDEKATAN “SOCIAL INA DEBORA R.L


ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

46

model mendemonstrasikan tindakan dan proses berpikirnya sekaligus, bukan

hanya mendemonstrasikan tindakannya saja.

Pandangan kognitif sosial adalah bahwa belajar melalui pengamatan tidak

selalu memerlukan imbalan ikstrinsik. Belajar seperti ini terjadi melalui

pemrosesan kognitif pada saat dan sebelum pengamat melakukan suatu respon.

Peranan utama insentif dalam observational learning adalah sebelum, bukan

setelah modelling. Misalnya, perhatian pengamat dapat meningkat dengan

antisipasi imbalan dari penggunaan perilaku model. Lebih jauh, imbalan yang

diantisipasi itu dapat memotivasinya untuk mensimbolisasikan dan berlatih

menggunakan kegiatan model. Insentif itu lebih bersifat fasilitatif daripada

keharusan.

2.4.1.2 Belajar melalui perbuatan (enactive learning)

Terdapat perbedaan antara pengetahuan dan keterampilan. Dalam banyak

domain, orang perlu melampaui struktur pengetahuannya untuk mengembangkan

tindakan yang terampil. Pengembangan keterampilan menuntut orang untuk

memiliki konsepsi yang tepat mengenai keterampilan yang ditargetkannya, yang

cocok dengan upayanya untuk melaksanakan keterampilannya tersebut.

Pengalaman merupakan kendaraan untuk menerjemahkan pengetahuan menjadi

keterampilan. Orang menerapkan informasi yang diperolehnya dari pengalaman

itu untuk melakukan penyesuaian dalam aspek ruang dan waktu dari kinerjanya,

hingga apa yang dikerjakannya itu mendekati kecocokan dengan konsepsi

kognitifnya mengenai kinerja terampil itu.

Disertasi PENGEMBANGAN PENDEKATAN “SOCIAL INA DEBORA R.L


ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

47

Teori kognitif sosial memandang belajar melalui konsekuensi respon

sebagai suatu proses kognitif. Melalui pengalaman, orang menyadari konsekuensi

positif dan negatif dari tindakannya. Akan tetapi, proses belajar itu tidak berhenti

di sini, karena orang melihat dampak responnya. Jadi, reinforcement tidak

otomatis memperkuat suatu kecenderungan untuk merespon, tetapi penguatan itu

terjadi dengan mengubah variabel kognitif dari informasi dan motivasinya.

Misalnya, dengan menelaah pola konsekuensi respon, orang dapat melihat

konsepsi dan aturan perilaku. Juga, jika konsekuensi respon itu dipandang bernilai

tinggi, maka ini akan mendorong dan memperkuat perilaku. Dengan kata lain,

berlawanan dengan pandangan mekanistik, konsekuensi menentukan perilaku

terutama melalui intervensi berpikir. Istilah "reinforcement" dapat menyesatkan

karena mengandung konotasi merespon secara otomatis dan memperkuat respon.

Oleh karena itu, pengaturan perilaku (regulation of behaviour) merupakan konsep

yang lebih baik daripada reinforcement.

2.4.2 Insentif sebagai sistem pengatur perilaku

Perilaku manusia sangat dipengaruhi oleh keteraturan konsekuensi respon.

Konsekuensi respon itu mempengaruhi perilaku terutama melalui nilai informatif

dan insentifnya. Terdapat tiga insentif penting yang berfungsi sebagai sistem

pengatur perilaku, yaitu yang didasarkan pada konsekuensi eksternal (external

motivator), konsekuensi tak langsung (vicarious motivator), dan konsekuensi yang

dihasilkan oleh diri sendiri (self regulatory motivator).

Disertasi PENGEMBANGAN PENDEKATAN “SOCIAL INA DEBORA R.L


ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

48

2.4.2.1 Motivator eksternal

Sering kali konsekuensi eksternal berpengaruh dalam memotivasi perilaku.

Terdapat dua klasifikasi besar motivator eksternal, yaitu motivator biologis dan

motivator kognitif. Motivator biologis mencakup kekurangan fisik (physical

deprivation) dan rasa sakit fisik (physical pain). Motivator kognitif beroperasi

dengan dua cara utama. Pertama, melalui antisipasi terhadap konsekuensi masa

depan. Hal ini mencakup: 1) Ekspektasi tentang konsekuensi yang berhubungan

dengan insentif materi, misalnya makanan atau rasa sakit ; 2) yang berhubungan

dengan insentif sensoris, misalnya baru, menyenangkan atau tidak menyenangkan ;

3) yang berfokus pada insentif sosial, misalnya diperbolehkan atau tidak

diperbolehkan ; 4) insentif penghargaan (token incentives), misalnya uang atau nilai

prestasi ; 5) insentif kegiatan, yaitu melakukan kegiatan yang disukai ; 6) insentif

status dan kekuasaan. Kedua, motivator kognitif beroperasi melalui standar internal

dan evaluasi diri.

2.4.2.2 Model sebagai motivator (Vicarious motivators)

Kemampuan simbolik orang memungkinkannya mengatur tindakannya

atas dasar pengetahuan yang diperolehnya dari pengamatan terhadap konsekuensi

respon orang lain. Sebagaimana halnya konsekuensi yang dialami secara

langsung, konsekuensi yang diamati pun dapat mengubah perilaku. Di samping

itu, konsekuensi yang diamati dapat mengubah nilai insentif eksternal. Misalnya,

orang yang mengamati kinerja serupa yang dilakukan orang lain yang lebih dipuji

akan mengalami pujian untuk kinerjanya sendiri, sebagai kurang rewarding

daripada jika tidak tahu tentang umpan balik orang lain. Melihat perilaku orang

Disertasi PENGEMBANGAN PENDEKATAN “SOCIAL INA DEBORA R.L


ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

49

lain yang mendapat imbalan akan mempertinggi kemungkinan bahwa pengamat

akan meniru perilaku itu. Lebih jauh, rewarded modelling pada umumnya lebih

efektif dalam menanamkan pola perilaku serupa daripada modelling sendiri.

Melihat perilaku orang lain mendapat punishment akan mengurangi kemungkinan

bahwa pengamat akan berbuat serupa, meskipun memberikan alternatif yang

konstruktif merupakan cara yang lebih efektif untuk menghilangkan perilaku yang

tak diinginkan. Pengamatan terhadap konsekuensi respon yang dialami orang lain

itu mempunyai beberapa fungsi: 1) Fungsi informasi. Pengamat akan memperoleh

informasi tentang jenis tindakan yang berkemungkinan menimbulkan konsekuensi

positif dan negatif. 2) Fungsi motivasi. Fungsi informasi akan mengarah pada

fungsi motivasi dalam membangkitkan ekspektasi pada diri pengamat bahwa dia

akan menerima konsekuensi yang serupa bila melakukan tindakan serupa.

3) Fungsi pembangkitan emosi. Pengamat dapat belajar tentang hal yang dapat

mengakibatkan rasa senang atau tidak senang. Akan tetapi, banyak rasa takut yang

disfungsional dan perilaku penghindaran diri (avoidance behaviours) berakar pada

pengalaman tak langsung yang tak menyenangkan. 4) Fungsi pemberian nilai

(valuation). Misalnya, nilai dan standar internal perilaku pengamat dapat berubah

setelah mengamati reaksi orang lain terhadap perilakunya sesuai dengan

standarnya sendiri.

2.4.2.3 Standar internal sebagai motivator (Self regulatory motivators)

Banyak perilaku manusia tidak dilakukan dengan syarat imbalan langsung.

Banyak kegiatan diarahkan pada konsekuensi di masa depan dan orang

mengantisipasi keuntungan maupun kerugian yang mungkin diperolehnya di masa

Disertasi PENGEMBANGAN PENDEKATAN “SOCIAL INA DEBORA R.L


ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

50

depan. Mereka harus menciptakan pedoman dan motivator bagi tindakan yang

mengarah pada pencapaian jauh di masa depan. Kapabilitas manusia untuk

menggunakan simbol dan self reactive memungkinkannya menetapkan standar

internal bagi perilakunya dan mengevaluasi dirinya dengan menggunakan standar

ini. Jadi, standar internal ini dapat berfungsi sebagai self incentive. Dengan kata

lain, manusia memiliki kemampuan untuk mengatur perilakunya sendiri.

Pengaturan sendiri atas perilaku ini melibatkan tiga subproses: (1) pengamatan

diri (self observation), (2) proses penilaian diri (judgemental process), dan

(3) reaksi diri (self reaction).

2.4.2.4 Teori sosial kognitif dan media komunikasi

Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa asumsi dari teori sosial

kognitif adalah bahwa proses belajar akan terjadi jika seseorang mengamati

seorang model yang menampilkan suatu perilaku dan mendapatkan imbalan atau

hukuman karena perilaku tersebut. Melalui pengamatan ini, orang tersebut akan

mengembangkan harapan tentang apa yang akan terjadi jika ia melakukan

perilaku yang sama dengan sang model. Harapan ini akan mempengaruhi proses

belajar perilaku dan jenis perilaku berikutnya yang akan muncul. Namun, proses

belajar ini akan dipandu oleh sejauh mana orang tersebut mengidentifikasi dirinya

dengan sang model dan sejauh mana ia merasakan Self Efficacy tentang perilaku

yang dicontohkan sang model.

Melalui dasar pemikiran ini, aplikasi dari teori kognitif sosial dengan

penelitian di media massa perlu diperjelas. Di dalam masyarakat masa kini,

banyak model yang kita pelajari adalah model yang kita lihat, dengar, atau baca di

Disertasi PENGEMBANGAN PENDEKATAN “SOCIAL INA DEBORA R.L


ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

51

media massa. Model ini bisa jadi merupakan orang yang kita amati dalam siaran

berita atau program dokumenter. Mereka juga bisa saja karakter yang kita lihat

dalam program drama/sinetron/film layar lebar atau televisi atau juga karakter

dalam buku novel. Bisa juga mereka adalah para penyanyi atau penari yang kita

dengar dan lihat melalui radio atau CD dan VCD musik. Singkat kata, begitu

banyaknya model yang ditampilkan media akan dapat mengubah perilaku baik

anak-anak maupun orang dewasa karena mereka mengamati media.

Dampak terbesar dari teori sosial kognitif adalah dalam penelitian tentang

kekerasan dalam media (media violence). Gunter (1994) melakukan tinjauan atas

riset tentang dampak dari kekerasan yang ditampilkan di media pada anak dan

orang dewasa, dan ia menyimpulkan bahwa terdapat bukti campuran yang kuat

yang menghubungkan efek dari penggambaran kekerasan melalui media pada

perilaku, sikap dan kognisi dari penonton. Teori sosial kognitif, yang amat

menekankan efek pada perilaku, mengatakan bahwa penggambaran kekerasan itu

memicu baik peningkatan maupun penurunan dalam perilaku kekerasan,

tergantung pada perilaku yang mendapatkan imbalan maupun hukuman, dan juga

tergantung pada sejauh mana penonton mengidentifikasi diri mereka pada model

kekerasan dalam media. Tentu saja, riset awal Bandura (1962) dan Berkowitz

(1964) mendukung hubungan mendasar antara menonton perilaku kekerasan dan

pemodelan perilaku dalam interaksi. Bagaimanapun, riset terakhir telah

menambahkan kompleksitas untuk persamaan ini, dengan alasan bahwa isu seperti

kecenderungan perilaku agresif yang sudah ada, proses kognitif media, realita

Disertasi PENGEMBANGAN PENDEKATAN “SOCIAL INA DEBORA R.L


ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

52

yang digambarkan media dan bahkan diet bisa mempengaruhi sejauh mana

seseorang "belajar" tentang kekerasan dari media (Miller, 2005).

Aplikasi dari teori sosial kognitif pada studi tentang kekerasan melalui

televisi mempertimbangkan bagaimana media dapat memiliki konsekuensi yang

tak diinginkan pada khalayak pemirsanya. Bagaimanapun, para sarjana

komunikasi dan peneliti riset aksi (action research) juga mempertimbangkan

aplikasi yang lebih berguna dari teori sosial kognitif ini. Makin banyak saja para

sarjana komunikasi yang menggunakan konsep hiburan dan pendidikan dalam

mempertimbangkan bagaimana pesan program hiburan bisa digunakan untuk

menimbulkan perubahan perilaku dan sosial. Misalnya penelitian tentang

bagaimana telenovela yang disiarkan di banyak negara selain dapat menghibur juga

dapat menyampaikan isu tentang keluarga berencana, persamaan hak pria dan wanita,

dan reformasi pertanian. Banyak juga opera sabun Amerika yang memang dibuat

dalam kerangka sosial kognitif yaitu dengan menggunakan karakter yang menarik

yang mendapatkan penghargaan atau hukuman sebagai pemodelan dari perilaku

secara nyata.

Teori Sosial Kognitif juga digunakan dalam aplikasi komunikasi kesehatan

masyarakat. Misalnya untuk kampanye tentang Demam Berdarah, atau Flu

Burung digunakan artis terkenal atau tokoh yang menarik yang karena mengikuti

anjuran pemerintah untuk pencegahan, bisa terhindar dari penyakit tersebut.

Pemakaian artis terkenal atau tokoh yang menarik akan memicu orang untuk lebih

waspada terhadap kedua penyakit tersebut.

Disertasi PENGEMBANGAN PENDEKATAN “SOCIAL INA DEBORA R.L


ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

53

Konsep teori sosial kognitif didefinisikan dan diilustrasikan dalam 5

kategori yaitu: (1) psychological determinants of behavior, (2) observational

learning, (3) environmental determinants of behavior, (4) self regulation, dan

(5) moral disengagement. Lihat tabel 2.2 dan cara untuk meningkatkan self

effikasi pada Tabel 2.3

Tabel 2.2 Teori Sosial Kognitif (Social Cognitive Theory Concepts)

Concept / Konsep Definition / Definisi Illustration/ Illustrasi


Reciprocal Environmental factors influence Planned protection and
Determinism/ individuals and groups, but promotion ofpublic health by
Determinis timbal balik individuals and groups can also changing environmental factors
influence their environments and that influence health and
regulate their own behavior/ behavior/Rencana
Faktor lingkungan mempengaruhi perlindungan dan promosi
individu dan kelompok, tetapi kesehatan masyarakat dengan
individu dan kelompok juga dapat mengubah faktor lingkungan
mempengaruh lingkungan mereka yang mempengaruhi kesehatan
dan mengatur perilaku mereka dan perilaku.
sendiri.
Outcome Beliefs about the likelihood and Changing expectations about
Expectations/ Harapan value of the consequences of the pleasure associated with
hasil behavioral choices/ Keyakinan condoms (McAlister and
tentang kemungkinan dan others, 2000)/ Mengubah
konsekuensi nilai dari perilaku harapan tentang kesenangan
pilihan yang terkait dengan kondom
(Mc. Alister et all, 2000).
Self-efficacy/ Efikasi Diri Beliefs about personal ability to Improving women‘s beliefs
perform behaviors that bring about their ability to convince
desired outcomes/ Keyakinan partners to use condoms (Mc.
tentang kemampuan pribadi Alister and others, 2000)/
melakukan perilaku yang Meningkatkan kepercayaan
membawa hasil yang diinginkan perempuan tentang kemampuan
mereka meyakinkan mitra
untuk menggunakan kondom
(Mc Alister et all, 2000).

Collective efficacy/ Beliefs about the ability of a group Organization of parents‘ groups
Efikasi kolektif to perform concerted actions that to organize safe parties and
bring desired outcomes/ advocate other environmental
Keyakinan tentang kemampuan changes to reduce underage
kelompok untuk melakukan alcohol use (Perry and others,
tindakan bersama yang membawa 2002). Kelompok organisasi
hasil yang diinginkan orang tua untuk mengorganisir
pihak aman dan advokat
lainnya perubahan lingkungan
untuk penggunaan alcohol di
bawah umur (Perry dan lain-
lain, 2002).

Disertasi PENGEMBANGAN PENDEKATAN “SOCIAL INA DEBORA R.L


ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

54

Concept / Konsep Definition / Definisi Illustration/ Illustrasi


Observational Learning to perform new Behavioral journalism
Learning/ Pembelajaran behaviors by exposure to promoting condom use
observasional interpersonal or media displays of (McAlister, Johnson, and
them, particularly through peer others, 2000) and
modeling / Belajar untuk entertainment-education
menampilkan perilaku baru yang featuring women empowered
dipaparkan oleh paparan with literacy skills (Singhal and
interpersonal atau media, Rogers, 1999) / Perilaku
khususnya melalui pemodelan jurnalis mempromosikan
peer penggunaan kondom (Mc.
Alister, Johnson, dan lain-lain,
2000) dan pendidikan hiburan/
entertainment menampilkan
pemberdayaan perempuan
dengan keterampilan
keaksaraan (Singhal dan
Rogers, 1999)
Incentive The use and misuse of rewards Laws prosecuting teen smokers
Motivation/ Motivasi and punishments to modify may have unwanted effects
insentif behavior/ Penggunaan dan (Loukas andothers, 2006), but
penyalahgunaan manfaat/ reward taxes can deter theonset of
dan hukuman/ punishment untuk tobacco use (Hopkins
memodifikasi perilaku andothers, 2001)./ Hukum
menuntut perokok remaja
mungkin memiliki efek yang
tidak diinginkan (Loukas dan
lain, 2006), tetapi pajak dapat
menghalangi timbulnya
penggunaan tembakau
(Hopkins dan lain, 2001).
Facilitation/ Fasilitasi Providing tools, resources, or Distribution of condoms at no
environmental changes that make cost (McAlister and others,
new behaviors easier to perform/ 2000) and business assistance
Menyediakan alat, sumber daya, to help women escape
atau perubahan lingkungan yang prostitution (Sherman and
membuat perilaku baru lebih others, 2006)/ Distribusi
mudah untuk dilakukan. kondom tanpa biaya (Mc.
Alister dan lain-lain, 2000) dan
bisnis bantuan untuk membantu
perempuan keluar dari
prostitusi (Sherman dan lain-
lain, 2006)
Self-regulation/ Regulasi Controlling one self through self Computerized self-management
diri monitoring, goal-setting, training for asthma patients
feedback, self reward, self- (Lorig and others, 2001) and
instruction, and enlistment of telephone counseling for
social support/ Mengendalikan smoking cessation (Rabius and
diri melalui self monitoring, others, 2004)/ Komputerisasi
penetapan tujuan, umpan balik, pelatihan manajemen diri bagi
penghargaan diri, self instruksi, penderita asma (Lorig dan
dan pendaftaran dari dukungan lain-lain, 2001) dan telepon
sosial konseling untuk penghentian
merokok. (Rabius dan lain-lain,
2004)

Disertasi PENGEMBANGAN PENDEKATAN “SOCIAL INA DEBORA R.L


ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

55

Concept / Konsep Definition / Definisi Illustration/ Illustrasi


Moral Ways of thinking about harmful Dehumanization and diffusion
Disengagement/ behaviors and the people who are of responsibility influence
Pelepasan moral harmed that make infliction of aggression and corporate
suffering acceptable by transgressions that harm public
disengaging self regulatory moral health (Bandura and others,
standards/ Cara berpikir tentang 1996, 2000)/ Dehumanisasi dan
perilaku berbahaya dan orang difusi pengaruh agresi dan
yang dirugikan yang membuat tanggung jawab perusahaan
penderitaan dari penderitaan pelanggaran yang merugikan
yang diterima oleh self regulasi kesehatan masyarakat
standar moral (Bandura dan lain-lain, 1996,
2000)

Tabel 2.3 Metode Peningkatan Self Efficacy (Methods for Increasing Self
Efficacy)

Mastery experience/ Enabling the person to succeed in attainable but increasingly challenging
Penguasaan performances of desired behaviors. The experience of performance
pengalaman mastery is the strongest influence on self efficacy belief./
Mengaktifkan/membantu orang untuk berhasil dalam mencapai
pertunjukan tetapi semakin menantang perilaku yang diinginkan.
Pengalaman penguasaan kinerja adalah pengaruh kuat pada keyakinan
Self Efficacy.
Social modeling/ Showing the person that others like themselves can do it. This should
Pemodelan sosial include detailed demonstrations of the small steps taken in the attainment
of a complex objective./ Menunjukkan pada orang bahwa orang lain
seperti mereka bisa melakukannya. Hal ini harus mencakup demonstrasi
rinci tentang langkah-langkah kecil yang diambil dalam pencapaian
tujuan yang kompleks.
Improving physical Making sure people are well-rested and relaxed before attempting a new
and emotional states/ behavior. This can include efforts to reduce stress and depression while
Memperbaiki status building positive emotions—as when ―fear‖ is re-labeled as
fisik dan emosional ―excitement.‖/ Membuat orang lain yakin dengan baik beristirahat dan
santai sebelum mencoba perilaku baru. Hal ini dapat mencakup upaya-
upaya untuk mengurangi stres dan depresi sambil membangun emosi
positif seperti ketika "ketakutan" adalah kembali diberi label sebagai
"kegembiraan."
Verbal persuasion/ Telling the person that he or she can do it. Strong encouragement can
Persuasi verbal boost confidence enough to induce the first efforts toward behavior
change./ Mengatakan pada orang lain bahwa ia bisa melakukannya.
Dorongan yang kuat dapat meningkatkan kepercayaan diri yang cukup
untuk mendorong upaya pertama menuju perubahan perilaku.

Sumber:Adaptasi dari Bandura., 1997

2.4.3 Tugas keluarga

Keluarga merupakan unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari kepala

keluarga dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di suatu tempat di

bawah satu atap dalam keadaan saling ketergantungan (Departemen Kesehatan RI,

Disertasi PENGEMBANGAN PENDEKATAN “SOCIAL INA DEBORA R.L


ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

56

1988). Keluarga memiliki 5 (lima) fungsi yaitu fungsi biologis, psikologi, sosial

budaya dan sosiologi, sosial serta pendidikan. Fungsi keluarga yang terkait

dengan pelayanan kesehatan ibu hamil, melahirkan dan nifas adalah fungsi

biologis antara lain ; meneruskan keturunan, memelihara dan membesarkan anak,

memberikan makanan bagi keluarga dan memenuhi kebutuhan gizi, merawat dan

melindungi kesehatan para anggotanya, serta memberikan kesempatan untuk

berekreasi. Fungsi keluarga dalam merawat dan melindungi kesehatan para

anggotanya dijabarkan dalam 5 (lima) tugas keluarga yaitu : mengenal masalah

kesehatan keluarga, pengambilan keputusan keluarga, merawat keluarga,

memodifikasi lingkungan, serta memafaatkan fasilitas kesehatan yang ada.

Di masyarakat terkait dengan pelayanan kesehatan bagi ibu hamil

melahirkan dan nifas maka tugas keluarga menjadi sangat penting. Sebagian besar

masyarakat NTT termasuk jenis keluarga besar (extended family) adalah keluarga

inti ditambahkan dengan sanak saudara. Misalnya : kakak, nenek, keponakan, dan

lain-lain. Berdasarkan kekuasaan sebagian besar keluarga yang dominan dan

memegang kekuasaan dalam keluarga adalah dipihak ayah (patriakal). Namun

ada juga keluarga yang dominan dan memegang kekuasaan dalam keluarga adalah

pihak ibu (matrikal) serta equalitarium adalah keluarga yang memegang

kekuasaan adalah ayah dan ibu.

1. Mengenal masalah keluaraga

Keluarga yang baik adalah keluarga yang mengenal masalah yang ada di

keluarga. Ada komunikasi yang baik diantara anggota keluarganya. Misalnya pada

saat ibu hamil, ibu sebaiknya memberitahu pada keluarga agar keluarga

Disertasi PENGEMBANGAN PENDEKATAN “SOCIAL INA DEBORA R.L


ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

57

mengetahui ibu hamil. Mengenal masalah kesehatan keluarga merupakan

kebutuhan keluarga yang tidak boleh diabaikan karena tanpa kesehatan segala

sesuatu tidak akan berarti dan karena kesehatanlah kadang seluruh kekuatan

sumber daya dan dana keluarga habis. Keluarga perlu mengenal keadaan

kesehatan dan perubahan yang dialami anggota keluarga. Perubahan sekecil

apapun yang dialami anggota keluarga secara tidak langsung menjadi perhatian

orang tua/keluarga. Apabila menyadari adanya perubahan keluarga, perlu dicatat

kapan terjadinya, perubahan apa yang terjadi, dan seberapa besar perubahannya.

Dikomunikasikan dalam keluarga untuk memastikan masalah yang ada dalam

keluarga. Sehingga apabila ibu hamil terlambat atau tidak memeriksakan

kehamilannya pada trimester I maka yang paling bertanggung jawab adalah

keluarga dan masyarakat yang paling pertama mengetahui ibu hamil

2. Pengambilan keputusan keluarga

Tugas keluarga kedua adalah pengambilan keputusan keluarga. Tugas ini

penting, harus dilakukan bagi keluarga dalam pelayanan kesehatan ibu hamil,

melahirkan dan nifas untuk penurunan AKI. Kebanyakan keluarga sudah

mengetahui masalah yang dialami oleh ibu tetapi keluarga tidak mampu

mengambil keputusan untuk datang ke fasilitas kesehatan yang memadai sehingga

menyebabkan terjadinya keterlambatan dalam penanganan yang berakibat pada

kematian ibu. Tugas ini merupakan upaya keluarga yang utama untuk mencari

pertolongan yang tepat sesuai dengan keadaan keluarga dengan pertimbangan

siapa diantara keluarga yang mempunyai kemampuan memutuskan untuk

menentukan tindakan keluarga yang tepat. Friedman (1998) menyatakan kontak

Disertasi PENGEMBANGAN PENDEKATAN “SOCIAL INA DEBORA R.L


ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

58

keluarga dengan sistem akan melibatkan lembaga kesehatan profesional ataupun

praktisi lokal (dukun) dan sangat bergantung pada : (1) Apakah masalah dirasakan

oleh keluarga. (2) Apakah kepala keluarga merasa menyerah terhadap masalah

yang dihadapi salah satu anggota keluarga (3) Apakah kepala keluarga takut

akibat dari terapi yang dilakukan terhadap salah satu anggota keluarganya (4)

Apakah kepala keluarga percaya terhadap petugas kesehatan (5) Apakah keluarga

mempunyai kemampuan untuk menjangkau fasilitas kesehatan.

Menurut Guhardja (1989), ada tiga tipe pengambilan keputusan dalam

keluarga, yaitu : pengambilan keputusan konsensus, akomodatif dan defacto.

Pengambilan keputusan konsensus merupakan pengambilan keputusan secara

bersama-sama antar anggota keluarga, setiap anggota keluarga mempunyai hak

untuk mengemukakan pendapatnya. Keputusan yang diambil merupakan

keputusan bersama dan akan menjadi tanggung jawab semua anggota keluarga.

Konflik antar anggota keluarga tidak terjadi dan semua anggota keluarga akan

puas. Hal ini biasa dilakukan oleh keluarga melalui musyawarah dalam keluarga.

Pengambilan keputusan keluarga tipe ini membutuhkan waktu yang lama karena

harus menyamakan persepsi dari anggota keluarganya,

Pengambilan keputusan akomodatif adalah pengambilan keputusan yang

dicirikan oleh adanya orang yang dominan, sehingga keputusan yang diambil

adalah dengan menerima pendapat orang yang dominan tersebut, karena hanya

orang tertentu yang akan merasa puas, maka ada dua akibat dari pengambilan

keputusan ini, yakni: keputusan ini akan dilakukan oleh orang lain dengan

Disertasi PENGEMBANGAN PENDEKATAN “SOCIAL INA DEBORA R.L


ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

59

persyaratan dan dalam melaksanakan keputusan akan didominasi oleh orang yang

mempunyai pendapat tersebut.

Pengambilan keputusan de facto adalah pengambilan keputusan yang

diambil karena terpaksa. Hal ini bisa dilakukan oleh keluarga yang terpaksa harus

mengambil keputusan misalnya mengajak ibu hamil memeriksakan diri pada

trimester III walaupun tak ada keluhan daripada diskusi yang dapat menyebabkan

terlambat mengetahui masalah ibu hamil, terlambat mengambil keputusan dan

terlambat merujuk yang berakibat pada terlambat penanganan komplikasi yang

dapat menyebabkan kematian ibu. Pengambilan keputusan ini baik apabila

keluarga belum memahami tentang tanda bahaya kehamilan, persalinan dan nifas,

namun keluarga memilih segera membawa ibu hamil ke Puskesmas agar

mendapatkan penjelasan dan pelayanan yang dibutuhkan.

Pengambilan keputusan lainnya adalah pola tradisional ; wewenang

untuk pengambilan keputusan dalam keluarga diberikan kepada suami, sedangkan

istri hanya mendukung keputusan suami. Berbeda dengan pola modern ;

pengambilan keputusan dalam keluarga secara bersama-sama. Ada persamaan hak

antara suami dan istri dalam mengambil keputusan, dengan tanpa menghilangkan

peran masing-masing (Guhardja , 1989 dalam

http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/47437/BAB%20II%20Tinj
auan%20Pustaka_%20I11orm.pdf (sitasi 2 Juli 2013)

Suatu keputusan dibuat dalam rangka memecahkan permasalahan atau

persoalan (problem solving), tujuan yang ingin dicapai. Setiap proses

pengambilan keputusan selalu terdapat pihak yang lebih berwenang (Kusumo

2009).

Disertasi PENGEMBANGAN PENDEKATAN “SOCIAL INA DEBORA R.L


ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

60

3. Merawat ibu hamil

Memberikan perawatan terhadap keluarga yang sakit beberapa keluarga

akan membebaskan orang yang sakit dari peran atau tangung jawabnya secara

penuh. Pemberian perawatan secara fisik merupakan beban paling berat yang

dirasakan keluarga (Friedman, 1998). Suprajitno (2004) menyatakan bahwa

keluarga memiliki keterbatasan dalam mengatasi masalah perawatan keluarga.

Dukungan keluarga juga dipengaruhi oleh kelas sosial ekonomi orang tua yang

meliputi tingkat pendapatan atau pekerjaan orang tua dan tingkat pendidikan.

Dalam keluarga kelas menengah, suatu hubungan yang lebih demokratis dan adil

mungkin ada, sementara dalam keluarga kelas bawah, hubungan yang ada lebih

otoritas atau otokrasi. Selain itu orang tua dengan kelas sosial menengah

mempunyai tingkat dukungan, afeksi dan keterlibatan yang lebih tinggi daripada

orang tua dengan kelas sosial bawah (Friedman, 1998).

4. Memodifikasi lingkungan keluarga

Memodifikasi lingkungan keluarga adalah salah satu tugas keluarga yang

ke empat setelah perawatan kesehatan keluarga. Modifikasi lingkungan keluarga

terutama dilakukan oleh keluarga pada saat ibu melahirkan dengan menyediakan

makanan yang bergizi, memberikan perhatian yang lebih kepada ibu hamil

melahirkan dan nifas termasuk pemilihan tempat persalinan di fasilitas kesehatan

yang memadai bagi ibu saat melahirkan agar ibu dapat melahirkan dengan

selamat, bayi selamat serta ibu dan bayi sehat. Perhatian dari keluarga ini

menyebabkan masih ada ibu hamil yang memilih untuk melahirkan di rumah saja

bukan fasilitas kesehatan. Karena suasana rumah yang menyenangkan dan terjaga

Disertasi PENGEMBANGAN PENDEKATAN “SOCIAL INA DEBORA R.L


ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

61

privacy ibu. Hal ini perlu menjadi perhatian dari Petugas kesehatan untuk

meningkatkan perhatian kepada ibu hamil agar melahirkan di fasilitas kesehatan

yang memadai. Dengan bersikap ramah, kesediaan untuk melayani, emphaty serta

menjaga privacy ibu. Petugas kesehatan di Puskesmas dapat memodifikasi

lingkungan perawatan ibu menjadi nyaman seperti kondisi di rumah, serta

menjaga privacy ibu.

5. Pemanfaatan fasilitas kesehatan yang memadai

Pemanfaatan fasilitas kesehatan oleh keluarga sangat tergantung pada :

(1) Pengetahuan keluarga tentang fasilitas kesehatan yang dapat dijangkau

keluarga, (2) Keuntungan dari adanya fasilitas kesehatan, (3) Kepercayaan

keluarga terhadap fasilitas kesehatan yang ada, (4) Apakah fasilitas kesehatan

dapat terjangkau oleh keluarga.

2.4.4 Dimensi kualitas pelayanan

Kotler dan Armstrong (2006), mendefinisikan kualitas sebagai karakteristik

produk atau jasa yang bergantung pada kemampuannya untuk memuaskan

kebutuhan pelanggan yang dinyatakan atau tersirat. Menurut Goetsh dan Davis

dalam Sari (2008) kualitas merupakan suatu kondisi dinamis yang berhubungan

engan produk, jasa, manusia, proses dan lingkungan yang memenuhi atau melebihi

harapan.

Selanjutnya Parasuraman, dkk dalam Lupiyoadi dan Hamdani (2009)

mengemukakan bahwa ada lima dimensi Service Quality yakni: 1) Berwujud

(tangible), yaitu kemampuan suatu perusahaan dalam menunjukkan eksistensinya

kepada pihak eksternal. Penampilan dan kemampuan sarana dan prasarana fisik

Disertasi PENGEMBANGAN PENDEKATAN “SOCIAL INA DEBORA R.L


ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

62

perusahaan yang dapat diandalkan keadaaan lingkungan sekitarnya merupakan

bukti nyata dari pelayanan yang diberikan oleh pemberi jasa. Hal ini meliputi

fasilitas fisik (contoh: gedung, gudang, dan lain-lain), perlengkapan dan peralatan

yang digunakan (teknologi), serta penampilan pegawainya. 2) Keandalan

(reliability), yaitu kemampuan perusahaan untuk memberikan pelayanan sesuai

dengan yang dijanjikan secara akurat dan cepat. Kinerja harus sesuai dengan

harapan pelanggan yang berarti ketepatan waktu, pelayanan yang sama untuk

semua pelanggan tanpa kesalahan, sikap yang simpatik, dan dengan akurasi yang

tinggi. 3) Ketanggapan (responsiveness), yaitu suatu kebijakan untuk membantu

dan memberikan pelayanan yang cepat (responsif) dan tepat kepada pelanggan,

dengan penyampaian informasi yang jelas. Membiarkan konsumen menunggu

persepsi yang negatif dalam kualitas pelayanan. 4) Jaminan dan kepastian

(assurance), yaitu pengetahuan, kesopansantunan, dan kemampuan para pegawai

perusahaan untuk menumbuhkan rasa percaya para pelanggan kepada perusahaan.

Hal ini meliputi beberapa komponen antara lain komunikasi (communication),

kredibilitas (credibility), keamanan (security), kompetensi (competence), dan

sopan santun (courtesy). 5) Empati (emphaty), yaitu memberi perhatian yang

tulus dan bersifat individual atau pribadi yang diberikan kepada para pelanggan

dengan berupaya memahami keinginan konsumen. Dimana suatu perusahaan

diharapkan memiliki pengertian dan pengetahuan tentang pelanggan, memahami

kebutuhan pelanggan secara spesifik, serta memiliki waktu pengoperasian yang

nyaman bagi pelanggan.

Disertasi PENGEMBANGAN PENDEKATAN “SOCIAL INA DEBORA R.L


ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

63

Kotler dan Keller (2008) mengemukakan atribut Service Quality

(SERVQUAL) sebagai berikut: 1) Keandalan merupakan kemampuan untuk

melaksankan jasa yang dijanjikan dengan andal dan akurat. Misalnya :

(1) Menyediakan jasa sesuai dengan yang dijanjikan. (2) Keandalan dalam

penanganan masalah layanan pelanggan. (3) Melaksanakan jasa dengan benar

pada saat pertama. (4) Menyediakan jasa pada waktu yang dijanjikan.

(5) Mempertahankan catatan bebas kesalahan. (6) Karyawan yang mempunyai

pengetahuan untuk menjawab pertanyaan pelanggan. 2) Responsivitas merupakan

kesediaan membantu pelanggan dan memberikan layanan tepat waktu : (1) Selalu

memberi tahu pelanggan tentang kapan pelayanan akan dilaksanakan. (2) Layanan

tepat waktu bagi pelanggan. (3) Kesediaan untuk membantu pelanggan.

(4) Kesiapan untuk merespons permintaan pelanggan. 3) Jaminan merupakan

pengetahuan dan kesopanan karyawan serta kemampuan mereka untuk

menunjukkan kepercayaan dan keyakinan : (1) Karyawan yang menanamkan

keyakinan pada pelanggan. (2) Membantu pelanggan merasa aman dalam

transaksi mereka. (3) Karyawan yang selalu sopan. 4) Empati merupakan kondisi

memperhatikan dan memberi perhatian pribadi kepada pelanggan : (1) Memberi

perhatian pribadi kepada pelanggan. (2) Karyawan yang menghadapi pelanggan

dengan cara yang penuh perhatian. (3) Mengutamakan kepentingan terbaik bagi

pelanggan. (4) Karyawan yang memahami kebutuhan pelanggan mereka. (5) Jam

bisnis yang nyaman. 5) Wujud merupakan : (1) penampilan fisik, peralatan,

personel dan bahan komunikasi (2) Peralatan modern. (3) Fasilitas yang tampak

menarik secara visual. (4) Karyawan yang memiliki penampilan rapi dan

Disertasi PENGEMBANGAN PENDEKATAN “SOCIAL INA DEBORA R.L


ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

64

profesional. (5) Bahan-bahan yang berhubungan dengan jasa mempunyai daya

tarik visual.

Zithaml dan Bitner (1996) dalam Suherlan (2013) menyatakan bahwa

suatu pelayanan merupakan bentukanyang terdiri dari 5 aspek, yaitu reliability,

assurance, tangibles, emphaty, responsiveness (untuk mudah diingat disingkat

RATER) dan yang disebut sebagai dimensi pelayanan yaitu : 1) Reliability

(kehandalan) : Kemampuan untuk memberikan jasa yang dijanjikan dengan akurat

dan terpercaya termasuk didalamnya ketepatan waktu, pelayanan yang sama bagi

semua pelanggan, tingkat kesalahan minim dan hal lainnya. 2) Assurance

(jaminan kepastian) : jaminan akan mendapatkan pelayanan secara benar dan tepat

sehingga dapat menimbulkan rasa kepercayaan dan kenyamanan bagi pelanggan ,

didalamnya termasuk pengetahuan, kepercayaan, kesopanan, keamanan

(competence, credibility, courtesy dan security). 3) Tangibles (tampilan) :

bentukan penampilan dan kemampuan fasilitas, perlengkapan, peralatan, maupun

sarana dan prasarana fisik yang dapat di handalkan. 4) Emphaty (Empati) :

Merupakan pemberian perhatian secara khusus atau pribadi kepada para

pelanggan dalam hal pemenuhan kebutuhan konsumen. Empati juga menyangkut

mengenai komunikasi (communication), kontak dan keberadaan (easy of contact

and approachability)dan mengerti kebutuhan konsumen (understanding customer.

5) Responsiveness (ketanggapan) : pemberian pelayanan yang cepat kepada

pelanggan dan mengerti akan apa yang dibutuhkan, didalamnya termasuk

ketanggapan, kesadaran melayani dan hal lainnya.

Disertasi PENGEMBANGAN PENDEKATAN “SOCIAL INA DEBORA R.L


ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

65

Sedangkan menurut Supriyanto (2010), indikator pesrpektif pengguna

dikenal pula sebagai indikator mutu layanan yang terdiri atas : 1) Reliability :

Produk atau jasa yang dapat disampaikan dapat diandalkan, dipercaya dan dapat

dipertanggungjawabkan. Accurately berarti produk atau jasa yang disampaikan

tepat seusia dengan yang dijanjikan. Consistently berarti secara terus menerus

produk/jasa yang disampaikan sesuai dengan janji yang pernah diberikan oleh

pemberi pelayanan. 2) Assurance. Dalam menyampaikan produk atau jasa disertai

dengan rasa hormat dan sopan. Kemudian proses penyampaian dapat pula

menimbulkan rasa percaya dan yakin akan jaminan sembuh. Indikatornya adalah

informasi tentang penyakit, informasi tindakan, dan prognosis penyakit.

3) Tangible. Adalah tampilan fisik fasilitas, alat dan tenaga. Tampilan fisik

fasilitas antara lain kebersihan, penerangan, kebisingan ruang. Tampilan tenaga

dapat dimulai dari kerapian pakaian dan keramahan. 4) Emphaty. Empati adalah

kesediaan pemberi jasa untuk mendengarkan dan adanya perhatian akan keluhan,

kebutuhan, keinginan, dan harapan pasien. Indikatornya adalah mendengarkan

keluhan pasien dengan seksama, perhatian pada kondisi pasien, menyampaikan

informasi cara minum obat, member informasi untuk kunjungan ulang, dan lain-

lain. 5) Responsiveness. Adalah kemauan untuk menyediakan pelayanan dengan

cepat dan mau membantu pasien. Indikatornya adalah : (1) waktu tunggu di loket

serta waktu tunggu mendapatkan pelayanan medis, apotik atau laboratorium.

(2) Kecepatan datang bila dibutuhkan.

Disertasi PENGEMBANGAN PENDEKATAN “SOCIAL INA DEBORA R.L


ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

66

2.5. Angka Kematian Ibu (AKI)

2.5.1 Pengertian kematian ibu

Kematian Ibu merupakan kematian dari setiap wanita selama masa

kehamilan, bersalin atau dalam 42 hari sesudah berakhirnya kehamilan oleh

sebab apapun, tanpa melihat usia dan lokasi kehamilan, oleh setiap penyebab yang

berhubungan dengan atau diperberat oleh kehamilan atau penanganannya tetapi

bukan oleh kecelakaan atau insidental (faktor kebetulan). Hal ini sesuai dengan

defenisi Internasional Statistical Classification of Disease and Related Health

Problems (ICD). Angka kematian maternal kemudian didefenisikan sebagai

jumlah kematian maternal selama satu periode waktu dalam 100.000 kelahiran

hidup.

Data organisasi kesehatan dunia (WHO) memperkirakan bahwa setiap

tahun sejumlah 500.000 orang perempuan meninggal dunia akibat kehamilan dan

persalinan, fakta ini mendekati terjadinya satu kematian setiap menit.

Diperkirakan 99% kematian tersebut terjadi di negara berkembang (WHO, 2007).

Beberapa negara maju telah memperlihatkan akselerasi penurunan rasio kematian

maternal melalui pencegahan kehamilan yang tidak diinginkan dan asuhan

kehamilan/ persalinan berkualitas oleh tenaga kesehatan yang terampil. Asuhan

yang memadai selama kehamilan dan pertolongan persalinan oleh tenaga

kesehatan terampil di berbagai jenjang pelayanan telah menurunkan secara

bermakna rasio kematian maternal di Swedia dari 300 per 100.000 kelahiran

hidup pada tahun 1935 dan di Amerika Serikat 600 per 100.000 kelahiran hidup

pada tahun 1950 menjadi 20 - 30 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 1960.

Disertasi PENGEMBANGAN PENDEKATAN “SOCIAL INA DEBORA R.L


ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

67

Melalui pendekatan yang sama, Romania menurunkan rasio kematian maternal

dari 600 kematian maternal per 100.000 kelahiran hidup menjadi 159 per 100.000

kelahiran hidup pada tahun 1989 dan menurun kembali tajam menjadi 83 per

100.000 kelahiran hidup pada tahun 1991 (Depkes RI, 2007).

Beberapa negara berkembang seperti Thailand telah mampu menurunkan

rasio kematian maternal dari 400 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 1960

menjadi 50 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 1984. Malaysia dan Srilangka

juga mampu menurunkan rasio kematian maternal lebih dari 50% dalam periode

yang sama. Pencapaian yang luar biasa ini dilakukan melalui berbagai upaya dan

faktor pendukung jangka panjang seperti pelatihan tenaga kesehatan dan

pelayanan kesehatan rujukan, jaminan pembiayaan pelayanan kesehatan dan

perbaikan kebijakan kesehatan serta peran aktif dari organisasi profesi dalam

perbaikan kualitas pelayanan, sistem jaga mutu dan perbaikan kinerja serta

manajemen informasi yang baik untuk menilai kemajuan program dan hasil

kegiatan (USAID, 2009). Menurut laporan UNICEF pada periode 1990-1998

Indonesia, Bangladesh dan India merupakan negara dengan AKI yang cukup

tinggi, yaitu masing - masing 450, 450 dan 410 per 100.000 KH (Depkes RI,

2000).

Di Negara berkembang seperempat sampai setengah jumlah kematian

wanita usia reproduksi merupakan kematian maternal, sedangkan di Amerika

Serikat dari satu persen di Indonesia 75 sampai 85% persen kematian maternal

berkaitan dengan satu atau kombinasi 3 (tiga) jenis kondisi komplikasi maternal

berikut: perdarahan, infeksi dan eklampsia yang digolongkan sebagai penyebab

Disertasi PENGEMBANGAN PENDEKATAN “SOCIAL INA DEBORA R.L


ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

68

obstetrik langsung (WHO, 1985 ; Unicef, 1988, dalam Widjono, 2008). Baik di

Negara maju maupun Negara berkembang, kematian maternal terutama terjadi

pada kurun post partum ; lebih dari 60 persen terjadi pada post partum ; dari

kematian post partum ini 45% terjadi dalam satu hari, lebih sari 65 % terjadi

dalam satu minggu dan lebih dari 80 % terjadi dalam 2 minggu post partum. Jadi

satu hari sampai satu minggu post partum merupakan kurun waktu kritis bagi

perawatan obstetrik (Lie et al, 1996 dalam Widjono 2008). Sebagian besar

komplikasi obstetrik yang berkaitan dengan kematian ibu tidak dapat dicegah dan

diramalkan, tetapi hampir semuanya dapat ditangani jika pelayanan yang

memadai tersedia. Bila keadaan gawat darurat sudah dideteksi, maka

kelangsungan hidup tergantung pada kecepatan mendapatkan pelayanan obstetrik

essensial. Dengan akses terhadap pelayanan esensial perlu dipersiapkan,

keterampilan petugas, keterlibatan masyarakat, kemitraan dengan petugas Bidan,

dokter dan perawat, kemitraan dengan penentu kebijaksanaan karena keselamatan

ibu sebagai hak asasi manusia dan menempatkan keselamatan ibu sebagai suatu

bentuk investasi sosial ekonomi yang penting. Penyebab angka kematian ibu di

Indonesia sebagian besar disebabkan oleh timbulnya penyulit persalinan yang

tidak dapat segera dirujuk ke fasilitas pelayanan kesehatan yang lebih mampu.

Faktor waktu dan transportasi merupakan hal yang sangat menentukan dalam

merujuk kasus risiko tinggi. Penempatan bidan di desa memungkinkan

penanganan dan rujukan ibu hamil beresiko sejak dini, serta identifikasi tempat

persalinan yang tepat bagi ibu hamil sesuai dengan risiko kehamilan yang

disandangnya (Widjono, 2008).

Disertasi PENGEMBANGAN PENDEKATAN “SOCIAL INA DEBORA R.L


ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

69

Tingginya angka kematian ibu tersebut berpengaruh terhadap sosial

ekonomi masyarakat. Hal ini disebabkan karena satu atau lebih anak menjadi

piatu, penghasilan keluarga berkurang atau hilang sama sekali. Ditambah lagi saat

ini jumlah perempuan yang bekerja makin banyak sehingga kontribusi mereka

terhadap kesejahteraan keluarga juga meningkat. Setiap tahun diperkirakan satu

juta anak meninggal menyusul kematian ibu mereka. Anak-anak yang ibunya

meninggal kurang mendapat perhatian dan perawatan dibandingkan dengan yang

memiliki ibu yang masih hidup. Kematian maternal juga sering dipakai sebagai

indikator kesejahteraan rakyat atau kualitas pembanguan Manusia (IPM/HDI), hal

ini didasarkan angka kematian maternal sangat erat kaitannya dengan perubahan

kondisi sosial ekonomi masyarakat.

Telah banyak usaha yang dilakukan pemerintah untuk menurunkan angka

kematian ibu, seperti Gerakan Sayang Ibu (GSI), Buku KIA, Safe Motherhood :

Partnership Family Approach, Penempatan bidan di desa, Maternal and Neonatal

Health (MNH), Making Pregnancy Safer (MPS), dan program-program lainnya.

Namun program dan strategi tersebut belum mampu mempercepat penurunan

angka kematian ibu.

Seperti kita ketahui target Millenium Development Goal‟s (MDG‟s) salah

satunya adalah mengurangi angka kematian ibu (AKI) di seluruh dunia sebesar

75% dari tahun 1900 ke 2015. Sebagai gambaran pada tahun 1990 AKI di

Indonesia masih sekitar 408/100.000 kelahiran hidup, sesuai target MDG‘s

di tahun 2015 akan menjadi 102/100.000 kelahiran hidup. Di sisi lain berdasarkan

analisis trend penurunan AKI periode 1900 - 2015 ternyata diperkirakan hanya

Disertasi PENGEMBANGAN PENDEKATAN “SOCIAL INA DEBORA R.L


ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

70

akan mencapai 52-55% sehingga kemungkinan besar target MDG‘s tetang AKI di

Indonesia sulit tercapai (Bappenas, 2007).

2.5.2 Penyebab kematian ibu

Tingginya angka kematian ibu diatas dipengaruhi oleh banyak faktor dan

sangat kompleks, secara garis besar faktor determinan kematian maternal

digolongkan menjadi dua faktor besar yaitu faktor medis/langsung dan faktor non

medis/ tidak langsung. Faktor medis/ langsung disebabkan oleh komplikasi

obstetrik atau penyakit kronik yang menjadi lebih berat selama masa kehamilan,

sehingga berakhir dengan kematian, yaitu ; Perdarahan (28%), Eklampsia (24%),

Infeksi (11%), Abortus (5%), partus lama, trauma obstetrik (5%), emboli obstetrik

(3%). Sebagian kematian maternal banyak terjadi pada saat persalinan, melahirkan

dan sesaat setelah melahirkan (www.pkmi-online.com,2005).

Faktor reproduksi ibu turut menambah besar risiko kematian maternal.

Jumlah paritas satu dan paritas diatas tiga telah terbukti meningkatkan angka

kematian maternal dibanding paritas 2-3, selain itu faktor umur ibu melahirkan

juga menjadi faktor risiko kematian ibu, dimana usia muda yaitu < 20 tahun dan

usia tua ≥ 35 tahun pada saat melahirkan menjadi faktor risiko kematian maternal,

sedangkan jarak antara tiap kehamilan yang dianggap cukup aman adalah 3-4

tahun. Faktor kematian maternal ini kemudian diidentifikasi sebagai 4 Terlalu

(terlalu muda, terlalu tua, terlalu rapat jarak kehamilan dan terlalu banyak). Selain

faktor medis dan reproduksi, faktor non-medis turut menambah parah risiko

kematian maternal. Faktor non-medis/tidak langsung tersebut yaitu kondisi sosial

Disertasi PENGEMBANGAN PENDEKATAN “SOCIAL INA DEBORA R.L


ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

71

budaya, ekonomi, pendidikan, Kedudukan dan peran wanita, kondisi geografis,

dan transportasi, ini kemudian diidentifikasi sebagai tiga terlambat (3T).

Hal ini sesuai dengan penelitian Widarsa, (2002) yang menyatakan bahwa

frekuensi pemeriksaan ante natal/ ante natal care (ANC) < 4 kali memiliki risiko

kematian ibu dengan OR 11,7. Pemeriksaan kehamilan yang baik dan tersedianya

fasilitas rujukan bagi kasus risiko tinggi dapat menurunkan angka kematian ibu

(www.library.usu.ac.id, 2008).

Faktor diataslah yang kemudian turut berkontribusi dan mempertinggi

risiko kematian maternal, padahal pada dasarnya faktor tersebut dapat mudah

untuk dicegah dan dihindarkan. Kematian maternal yang disebabkan oleh faktor

yang seharusnya dapat dihindari, atau peluang yang terlewatkan maupun

pelayanan dibawah standar, harus dapat ditemukan masalahnya. Oleh sebab itu

penting dilakukan upaya untuk identifikasi seberapa besar faktor risiko tersebut

terhadap kejadian kematian maternal.

Penyebab kematian perinatal sebagian besar disebabkan berkaitan dengan

penyebab kematian maternal diataranya trias kematian perinatal yaitu trauma

persalinan, infeksi dan perdarahan, asfiksia saat persalinan, persalinan prematuritas.

Tingginya angka kematian maternal merupakan tolak ukur kemampuan melakukan

pelayanan kesehatan yang bermutu dan menyeluruh. Sebagian kematian yang

terjadi pada saat pertolongan pertama, sangat diperlukan sehingga masih

mempunyai peluang yang besar untuk dapat melakukan pertolongan yang adekuat

untuk menurunkannya.

Disertasi PENGEMBANGAN PENDEKATAN “SOCIAL INA DEBORA R.L


ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

72

Menurut Mc. Charty dan Maine (1992) dalam kerangka konsepnya

mengemukakan bahwa peran determinan sebagai landasan yang melatar belakangi

dan menjadi penyebab langsung dan tidak langsung dari identifikasi kematian ibu

dan bayi, kehamilan remaja, unsafe abortion, Berat badan lahir rendah (BBLR) dan

tingkat kesuburan yang ada di komunitas.

Faktor yang menyebabkan kematian ibu sangat kompleks sehingga dapat

dijabarkan sebagai berikut: Penyebab langsung kematian ibu maternal adalah :

1) terdapat kehamilan yang dikehendaki atau tidak 2) Terjadi komplikasi

kehamilan 3) perdarahan 60-70% 4) perdarahan pasca partus 10 kali lebih tinggi

dibandingkan perdarahan antepartum 5) preeklampsia dan eklampsia 5-20%

6) Infeksi 5-10%.

2. Penyebab antara : 1) pelayanan KB dan kesehatan belum optimal

2) kesanggupan dalam memberikan pelayanan gawat darurat 3) keadaan gizi ibu

hamil laktasi yang berkaitan dengan status sosial ekonomi 4) kebodohan dan

kemiskinan sehingga masih tetap berorientasi pada pelayanan tradisional

5) penerimaan keluarga berencana, masih kurang yang nyata dapat menurunkan

angka kematian ibu dan bayi 6) masalah perilaku seksual terjadi kehamilan yang

tidak dikehendaki sehingga mencari jalan pintas terminasi inadekuat.

3. Penyebab tidak langsung : 1) perilaku dalam kesehatan reproduksi belum

memadai 2) status kesehatan dan gizi wanita rendah anemia 67% pada ibu hamil

3) rendahnya status kesehatan perempuan Indonesia secara umum 4) pekerjaan

yang berat sekalipun sedang hamil tua karena harus ikut serta menunjang

kebutuhan sosial ekonomi keluarga 4) budaya komunal sehingga saat yang kritis

Disertasi PENGEMBANGAN PENDEKATAN “SOCIAL INA DEBORA R.L


ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

73

masih memerlukan persetujuan kepala keluarga, kepala desa mereka yang

disegani, sehingga terlambat untuk mengambil keputusan.

Faktor determinan kematian ibu maternal dibagi tiga bagian yaitu:

Determinan proksi/ dekat /outcome, determinan antara / intermediate determinants

dan determinan kontekstual / jauh / distant determinant. Determinan proksi

meliputi : kejadian kehamilan, komplikasi kehamilan dan persalinan (perdarahan,

infeksi, eklampsi, partus macet, ruptur uteri), kematian, kecacatan. Determinan

antara / intermediate determinants meliputi : Status kesehatan (gizi, infeksi

penyakit kronik, riwayat komplikasi, status reproduksi umur, paritas, status

perkawinan), akses terhadap pelayanan kesehatan (lokasi pelayanan kesehatan

KB, ANC, pelayanan obstetrik, jangkauan pelayanan, kualitas pelayanan, akses

informasi pelayanan kesehatan), perilaku sehat pengguna KB, pemeriksaan ANC,

pemeriksaan ANC dan penolong persalinan).

Determinan konstekstual / jauh / distant / determinan meliputi : Status

wanita dalam keluarga dan masyarakat (pendidikan, pekerjaan, penghasilan dan

keberdayaan), Status keluarga dan masyarakat (penghasilan, kepemilikan,

pendidikan dan pekerjaan anggota rumah tangga).

Di seluruh dunia termasuk di Indonesia, ibu berperan penting dalam

keluarga. Nasib dan kelangsungan hidup anak banyak tergantung kepada ibunya.

Penelitian menunjukkan bahwa kematian maternal sering dibarengi atau diikuti

dengan kematian bayinya. Penelitian di Bangladesh melaporkan bahwa 95% dari

bayi yang lahir yang ibunya meninggal dalam kurun waktu maternal akan

meninggal sebelum usia 1 tahun. Untuk satu ibu yang meninggal, 2 (dua) anak

Disertasi PENGEMBANGAN PENDEKATAN “SOCIAL INA DEBORA R.L


ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

74

diperkirakan menjadi piatu. Anak-anak piatu ini nasibnya tergantung pada

perhatian dan belas kasihan orang lain. Mereka ada yang dititip di panti asuhan,

dipelihara keluarga, dan ada yang lebih beruntung dan lebih terawat jika diadopsi

oleh keluarga mapan. Kenyataannya masih banyak dari mereka yang terabaikan,

kurang mendapatkan perhatian dan perawatan kesehatan yang memadai. Upaya

pencegahan kematian maternal berarti upaya perbaikan nasib dan kelangsungan

hidup anak.

2.5.2.1 Penyebab langsung kematian ibu/ maternal

Kematian ibu atau disebut juga kematian maternal adalah kematian ibu

sewaktu hamil, melahirkan atau sesudah melahirkan (masa nifas). Kematian

maternal disebabkan oleh berbagai faktor yang langsung maupun yang tidak

langsung. Penyebab langsung kematian maternal berkaitan dengan 3 (tiga) jenis

komplikasi maternal ; perdarahan, infeksi dan eklampsi baik di negara maju

maupun negara berkembang, penyebab langsung kematian maternal terutama

diperkirakan 60% terjadi pada periode setelah melahirkan (post natal). Dari

kematian post natal ini 45% terjadi pada hari pertama, meningkat lebih dari 65%

terjadi dalam kurun waktu satu minggu dan dalam 2 minggu, kematian dapat

mencapai 80% (Lie et al, 1996 dalam Widjono, 2008). Jika di suatu Kecamatan

terdapat 10 kematian maternal maka diperkirakan 6-7 orang ibu meninggal

setelah melahirkan. Dengan demikian 1 hari sampai 2 minggu adalah merupakan

kurun waktu kritis bagi perawatan ibu melahirkan. Pada periode ini sangat penting

peran dari bidan untuk melakukan kunjungan rumah dalam rangka perawatan

nifas (Kf) maupun perawatan neonatal/ bayi (KN).

Disertasi PENGEMBANGAN PENDEKATAN “SOCIAL INA DEBORA R.L


ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

75

1. Perdarahan

Perdarahan umumnya terjadi pada wanita yang memiliki anak banyak

(lebih dari 4) dengan kontraksi rahim yang kurang baik, sehingga placenta tidak

sepenuhnya lepas. Sisa placenta ini yang menyebabkan perdarahan terus berlanjut

meskipun bayi telah lahir. Penyebab lain perdarahan post partum adalah

persalinan lama, rahim robek dan lain-lain. Apabila hal ini tidak segera ditangani,

perdarahan maternal akan dapat menyebabkan kematian. Rata-rata lama waktu

sejak terjadinya komplikasi perdarahan sampai meninggal bila tidak ada tindakan

adalah 2 jam pada perdarahan setelah melahirkan (post natal) dan 12 jam pada

perdarahan sebelum (Unicef, 1992 dikutip dari Wijono, 2008). Dengan demikian

penting SIAGA transportasi gawat darurat yang siap selama 24 jam untuk

merujuk ibu hamil ke fasilitas yang lebih memadai ; dari PuskesmasPONED ke

RS PONEK.

Perdarahan juga berhubungan dengan anemia, semakin rendah kadar

hemoglobin ibu semakin tinggi risiko kesakitan (morbiditas) dan kematian

(mortalitas). Penelitian di berbagai rumah sakit di Indonesia melaporkan bahwa

wanita anemia mempunyai risiko kematian maternal 4 kali lebih tinggi dibanding

dengan wanita yang tidak anemia. Apabila kadar hemoglobin kurang dari 8 gram %,

risiko kematian maternal meningkat sekitar delapan kali lebih tinggi dibanding

dengan wanita tidak anemi (Widjono, 2008).

2. Infeksi

Kemungkinan infeksi pada persalinan normal tanpa komplikasi adalah

kecil. Namun demikian, persalinan macet, ketuban pecah dini, pemeriksaan dalam

Disertasi PENGEMBANGAN PENDEKATAN “SOCIAL INA DEBORA R.L


ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

76

yang terlalu sering, peralatan yang kurang steril dan lingkungan persalinan yang

tidak higienis meningkatkan risiko infeksi. Perkiraan lama waktu sejak terjadi

komplikasi persalinan macet dan/atau infeksi bila tidak ada tindakan berkisar dari

2 sampai 6 hari (Unicef, 1992, dikutip dari Widjono, 2008).

Komplikasi maternal ada yang dapat dicegah tetapi ada yang tidak dapat

dicegah namun dapat dihindari kematian maternal. Komplikasi abortus dan sepsis

post partum dapat dicegah melalui persalinan yang aseptik namun komplikasi

maternal seperti toksemia, perdarahan dan persalinan macet sukar dihindari

karena dapat terjadi pada setiap ibu hamil yang sebelumnya tidak mempunyai

faktor risiko. Bahkan pada ibu hamil yang di screening sehat tanpa faktor risiko,

yang tampak normal masih terdapat 10 - 15 % kehamilan yang akan mengalami

komplikasi. Kejadian komplikasi ini sukar dihindari namun kematian maternal

dapat dihindari apabila mendapatkan pelayanan medis yang cepat dan tepat

dengan sectio. Untuk itu diperlukan kecepatan dan ketepatan dalam pengambilan

keputusan untuk segera merujuk ibu hamil ke RS PONEK.

3. Eklampsi

Pre eklampsia merupakan kondisi kelainan kehamilan yang ditandai

dengan tekanan darah tinggi, edema tungkai, dan proteinuri. Kondisi ini biasanya

terjadi pada kehamilan trimester kedua dan ketiga dan umumnya terjadi pada ibu

hamil dengan kehamilan pertama (primi gravida). Preeklampsi juga berhubungan

dengan faktor genetic, faktor usia, jumlah anak, dan riwayat hipertensi. Apabila

kondisi ini tidak ditangani secara baik, preeklampsia akan menjadi eklampsia.

Yang ditandai dengan tekanan darah yang sangat tinggi dan kejang, perdarahan

Disertasi PENGEMBANGAN PENDEKATAN “SOCIAL INA DEBORA R.L


ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

77

otak dan solusio plasenta. Kondisi ini akan mengancam jiwa ibu hamil maupun

janin yang dikandungnya. Ramalan/ prognosis kasus eklampsia jelek, 5 - 17 % dari

kasus eklampsia berakhir dengan kematian. Lama waktu sejak komplikasi

eklampsia sampai meninggal bila tidak ada tindakan sekitar 2 hari (Unicef, 1992,

dikutip dari Widjono, 2008). Dari mereka yang selamat atau berhasil hidup

kemungkinan mengalami gangguan kronis dan menetap seperti kelumpuhan,

kebutaan, tekanan darah tinggi atau kerusakan ginjal.

2.5.2.2 Penyebab tidak langsung kematian maternal/ibu

Penyebab tidak langsung pada kematian maternal berhubungan dengan

faktor kedudukan dan peranan wanita, sosial ekonomi, sosial budaya, pendidkan,

serta transportasi. Berkaitan dengan kedudukan dan peranan wanita meliputi:

4 terlalu dan 3 terlambat. Empat terlalu ; (1) terlalu muda untuk hamil ataupunya

anak (< 20 tahun), (2) terlalu banyak melahirkan (> 4 anak), (3) terlalu rapat jarak

kelahiran (< 2 tahun) dan (4) terlalu tua melahirkan (> 35 tahun). Tiga terlambat

; (1) terlambat mengenal tanda bahaya dan terlambat mengambil keputusan,

(2) terlambat merujuk/ mencapai fasilitas kesehatan dan (3) terlambat

mendapatkan pertolongan yang memadai di fasilitas kesehatan.

1. Empat terlalu

Mencegah lebih mudah dari pada mengobati, sesuai dengan MDGs 4 dan

5 tentang kematian anak balita serta kesejahteraan ibu maka untuk mencegah

kematian maternal dan bayi balita cara yang paling sederhana adalah mencegah

agar ibu tidak hamil, sehingga tidak melahirkan dan tidak mempunyai bayi

sehingga berisiko untuk terjadinya kematian maternal serta kematian bayi /balita

Disertasi PENGEMBANGAN PENDEKATAN “SOCIAL INA DEBORA R.L


ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

78

melalui program keluarga berencana (KB). Apabila kehamilan sudah terjadi baik

yang diinginkan maupun tidak diinginkan maka kita perlu mewaspadai dan

memberikan perhatian lebih pada kehamilan yang terjadi pada ibu hamil dengan 4

terlalu karena mungkin ada beberapa masalah yang akan timbul saat persalinan

misalnya perdarahan.

Pertama. Terlalu muda punya anak. Kehamilan yang terjadi pada seorang

perempuan usia terlalu muda (<20 tahun), secara fisik/anatomi sebenarnya belum

siap karena rahim dan panggul belum tumbuh mencapai ukuran dewasa. Pada usia

muda secara psikologis juga ibu belum siap. Kehamilan terjadi mungkin karena

suatu kehamilan yang tidak diinginkan. Pada kondisi ini biasanya ibu hamil malu

untuk memeriksakan diri ke Puskesmas, dan mungkin terpaksa memilih ke dukun

untuk mengakhiri kehamilannya dengan melakukan abortus profocatus yang

sangat mungkin bisa mengakibatkan kematian bagi ibu yang bersangkutan.

Apabila ibu hamil tidak ke Puskesmasdan memilih berdiam diri di rumah maka

ibu hamil tidak mendapatkan akses pelayanan kesehatan (ante natal care).

Kondisi ini akan membuat kehamilan tidak terawat, gangguan pertumbuhan dan

perkembangan janin, ibu dapat mengalami komplikasi persalinan tidak ditangani

dengan baik karena malu ke Puskesmas.

Kedua. Terlalu banyak melahirkan (> 4 kali). Bila ibu terlalu terlalu sering

melahirkan kandungan akan semakin lemah sehingga resiko gangguan masa

persalinan lebih tinggi antara lain perdarahan. Banyak anak banyak rejeki, slogan

semacam ini sepertinya sudah tidak berlaku lagi namun mengapa sampai ibu

masih hamil lagi. Ada berbagai faktor yang menyebabkan, antara lain faktor sosial

Disertasi PENGEMBANGAN PENDEKATAN “SOCIAL INA DEBORA R.L


ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

79

budaya. Dalam budaya Timor wanita harus melahirkan anak laki-laki karena anak

laki-laki dianggap sebagai penerus keturunan sehingga apabila anak yang

dilahirkan perempuan maka keluarga tersebut berupaya sampai ibu dapat

melahirkan anak laki-laki walaupun ibu sudah melahirkan lebih dari 4 (empat)

kali.

Kondisi semacam ini sebenarnya merupakan suatu bentuk ketidakadilan

gender karena sebenarnya antara anak laki-laki dan perempuan sama saja. tidak

menimbulkan ketidakadilan gender : (1) tidak ada kekerasan dalam rumah tangga

baik fisik, maupun psikologis karena tidak melahirkan anak laki, (2) tidak ada

marginalisasi dalam pekerjaan sebagai suatu proses penyisihan yang

mengakibatkan kemiskinan bagi perempuan atau laki seperti ; Perempuan tidak

mendapatkan kesempatan untuk mengembangkan karier untuk menjadi pimpinan,

promosi atau pendidikan lanjut karena dianggap tidak sesuai jadi pimpinan,

Perempuan tidak perlu pendidikan tinggi karena akhirnya nanti juga ke dapur dan

mengurus anak. Sedangkan pada laki-laki, adanya anggapan bahwa mereka

sebagai penyangga ekonomi keluarga, akibatnya banyak yang drop out karena

harus bekerja, (3) Subordinasi atau penomorduaan adalah sikap atau tindakan

masyarakat yang menempatkan perempuan pada posisi yang lebih rendah

dibanding laki karena laki dianggap lebih penting dari perempuan. Mengurus

rumah tangga dianggap sebagai kodrat perempuan. (4) Beban Ganda : Pembagian

tugas dan tanggung jawab yang selalu memberatkan perempuan. Jumlah jam kerja

wanita untuk kegiatan reproduksi (melahirkan anak) dan produksi (mengurus

rumah tangga) lebih banyak daripada laki-laki. (5) Stereotype atau pelabelan

Disertasi PENGEMBANGAN PENDEKATAN “SOCIAL INA DEBORA R.L


ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

80

negatif ; suatu sikap negatif masyarakat terhadap perempuan yang membuat posisi

perempuan selalu pada pihak yang dirugikan seperti : Perempuan tidak perlu

bersolek karena dianggap memancing perhatian lawan jenis, sehingga jika terjadi

pelecehan seksual maka perempuan yang disalahkan.

Ketiga. Terlalu rapat jarak kelahiran (< 2 tahun). Jarak kelahiran yang

terlalu dekat juga tidak baik karena kondisi kesehatan dan rahim ibu belum pulih

sempurna. Jarak kehamilan yang terlalu dekat dapat disebabkan oleh beberapa

faktor antara lain ibu dan keluarga tidak mempunyai akses untuk mendapatkan

pelayanan KB. Dengan demikian upaya pelayanan KB dengan penyediaan

konseling yang terpusat pada kebutuhan klien dan berbagai pilihan metode KB

serta penyediaan pelayanan yang terjangkau bagi siapa saja yang membutuhkan

(termasuk remaja) merupakan komponen penting dalam upaya menurunkan

kematian maternal.

Keempat. Terlalu tua melahirkan. Terlalu tua melahirkan jika usia ibu

hamil lebih dari 35 tahun, dimana kondisi kesehatan ibu telah menurun sehingga

kemungkinan masalah dalam persalinan dan resiko anak cacat lebih besar.

2. Empat terlambat

Kematian maternal dapat dicegah apabila ibu hamil melahirkan di

Puskesmas PONED dengan ditolong oleh tenaga kesehatan terlatih yaitu bidan

atau dokter. Ibu hamil bisa sampai ke Puskesmasapabila ada yang mengantarkan

ibu hamil ke puskesmas. Agar ada yang mengantarkan ibu hamil maka perlu

adanya persiapan kelahiran bagi ibu hamil.

Disertasi PENGEMBANGAN PENDEKATAN “SOCIAL INA DEBORA R.L


ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

81

Kenyataan yang dihadapi saat ini adalah ibu hamil tidak melahirkan di

fasilitas kesehatan. Masih ditolong oleh dukun (tenaga tidak terampil).

Harapannya : ibu hamil melahirkan bayi dengan selamat dan sehat baik ibu

maupun bayinya. Bagaimana supaya ibu hamil bisa melahirkan dengan dengan

selamat dan sehat maka perlu adanya program perencanaan persalinan dan

pencegahan komplikasi (P4K).

Program P4K mempunyai tujuan umum : meningkatkan persalinan oleh

tenaga kesehatan terlatih sehingga menjamin keselamatan ibu hamil dalam

persalinan serta menurunkan unmet need (PUS tidak ingin punya anak tapi

belum/tidak ber KB. Serta tujuan khusus : (1) Dipahaminya setiap persalinan

berisiko oleh suami, keluarga, masyarakat luas (2) Adanya rencana persalinan

aman yang disepakati antara ibu hamil, suami, keluarga dengan bidan (3) Adanya

rencana untuk menggunakan alat kontrasepsi setelah melahirkan yang disepakati

oleh ibu hamil, suami, keluarga dan bidan (4) Adanya dukungan secara luas dari

tokoh-tokoh masyarakat baik formal maupun non formal, kader, dukun bayi dan

lain lain dalam rencana persalinan dan Keluarga Berencana (KB) setelah

melahirkan sesuai dengan perannya masing-masing.

Pertama, terlambat mengenal tanda bahaya karena ibu dan keluarga tidak

terpapar terhadap informasi tentang tanda bahaya kehamilan, persalinan dan nifas.

Kedua, terlambat mengambil keputusan. Hal ini menunjukkan kurangnya

perhatian keluarga tentang pentingnya Ibu dalam keluarga. Keluarga terutama

suami sebagai pengambil keputusan harus mengetahui tentang tanda bahaya

kehamilan dan tanda bayi akan lahir, serta tanda bahaya dan penyakit pada masa

Disertasi PENGEMBANGAN PENDEKATAN “SOCIAL INA DEBORA R.L


ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

82

nifas (setelah melahirkan). Hal ini diketahui agar ibu tidak terlambat di bawa ke

fasilitas kesehatan yang memadai.

Agar keluarga memahami tentang tanda bahaya kehamilan dan tanda bayi

akan lahir, serta tanda bahaya dan penyakit pada masa nifas (setelah melahirkan).

Ibu perlu memeriksakan kehamilan secara teratur (ante natal care) kepada bidan

minimal 4 kali selama hamil. Pada masa ini ibu akan mendapatkan akses

pelayanan kesehatan yang memadai sesuai standar pelayanan. Ibu juga dilengkapi

dengan buku kesehatan ibu anak (KIA) berisi catatan kesehatan ibu (hamil,

bersalin dan nifas) dan anak (bayi baru lahir, bayi dan anak balita) serta berbagai

informasi cara memelihara dan merawat kesehatan ibu dan anak.

Ketiga, terlambat merujuk/mencapai fasilitas kesehatan berhubungan erat

dengan transportasi. Masyarakat Indonesia adalah masyarakat yang memiliki

budaya gotong royong. Berkaitan dengan kehamilan ibu ini keluarga dan

masyarakat dapat merencanakan persalinan ibu di Puskesmas Poned atau RS

Ponek dengan sudah menyediakan alat transportasi yang siaga 24 jam membantu

mengantarkan ibu ke Puskesmas PONED atau RS PONEK.

Keempat, terlambat mendapatkan pertolongan yang memadai di fasilitas

kesehatan, berkaitan dengan terlambat mengambil keputusan dan terlambat

mencapai fasilitas kesehatan. Di Puskesmas atau Rumah Sakit (RS). Petugas

kesehatan sudah harus siaga untuk memberikan pertolongan yang memadai agar

dapat mencegah kematian maternal. Apabila keluarga dan masyarakat terlambat

membawa ibu ke fasilitas kesehatan karena terlambat tidak mengetahui tanda

bahaya kehamilan, tanda bayi akan lahir, serta tanda bahaya dan penyakit pada

Disertasi PENGEMBANGAN PENDEKATAN “SOCIAL INA DEBORA R.L


ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

83

masa nifas (setelah melahirkan) maka penangananpun akan terlambat. Sehingga

diperlukan kerjasama yang baik antara keluarga, masyarakat dan petugas

kesehatan dalam mencegah kematian maternal.

2.6 Penurunan Angka Kematian Ibu

Penurunan AKI dilakukan dengan berbagai cara oleh pemerintah dengan

menetapkan beberapa indikator keberhasilannya yaitu: K1, K4, Tempat persalinan

PN, Kf, dan KB. Nusa Tenggara Timur telah menetapkan target sasaran

pelaksanaan revolusi KIA Dinkes Provinsi NTT tahun 2009 - 2013, seperti pada

Tabel 1.2. Target nasional indikator upaya keberhasilan akselerasi penurunan AKI di

Indonesia tahun 2010 - 2014 serta pentahapan pencapaian target program

kesehatan ibu seperti pada Gambar 2.4

Pentahapan Pencapaian Target Program Kesehatan Ibu

Strategi MPS 2008 32

Gambar 2.4 Pentahapan Pencapaian Target Program Kesehatan Ibu Tahun


2008- 2015

Disertasi PENGEMBANGAN PENDEKATAN “SOCIAL INA DEBORA R.L


ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

84

2.6.1 Hasil sidang PBB Ke -65 tentang MDGs di New York tanggal 20 - 22
September 2010

Pada Sidang MDGs terkait Bidang Kesehatan (UNSG Initiative on Global

Strategy for Women‟s and Children Health/ MDGS 4 dan 5) dibahas tentang

inisiatif inovatif berbagai negara dalam mendorong perbaikan kesehatan anak dan

ibu melahirkan. Pemerintah Indonesia menyampaikan pernyataan tentang inisiatif

untuk mobilisasi pembiayaan dalam upaya mencapai target MDGs 4 dan MDGs 5.

Hal inisiatif tersebut mencakup : (1) jaminan pertolongan persalinan oleh tenaga

kesehatan terlatih secara universal pada tahun 2015 dalam rangka menurunkan

angka kematian ibu ; (2) jaminan bagi setidaknya 1,5 juta kelahiran ibu

melahirkan dari keluarga miskin pada tahun 2011 ; (3) peningkatan anggaran

kesehatan sebesar $ 556 juta pada tahun 2011 untuk meningkatkan kemampuan

tenaga kesehatan dan kualitas pelayanan kesehatan di 552 rumah sakit, 8.898

Puskesmas, dan 52.000 pos kesehatan desa/polindes. Mobilisasi pembiayaan juga

termasuk pembiayaan yang bersumber dari kerjasama internasional. Komitmen

Indonesia ini telah merupakan bagian dari The Global Strategy for Womens and

Children‟s Health yang diluncurkan oleh Sekretaris Jenderal PBB, Ban Ki-Moon,

sebagai upaya khusus untuk mencapai target MDG 4 dan 5 pada tahun 2015.

Secara umum kinerja pencapaian berbagai target MDGs Indonesia dinilai

cukup baik. Dokumen laporan UN MDGs Report 2010 yang diterbitkan oleh PBB

menunjukkan data dan informasi terkait kinerja target MDGs Indonesia telah

sejalan dengan kinerja target MDGs yang dilaporkan Indonesia pada laporan

pencapaian MDGs Indonesia tahun 2010 (Indonesia MDGs Report, 2010).

Disertasi PENGEMBANGAN PENDEKATAN “SOCIAL INA DEBORA R.L


ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

85

Upaya penurunan angka kematian ibu merupakan salah satu upaya yang yang

memerlukan perhatian khusus. Disamping upaya lain ; angka kematian bayi,

penurunan angka kematian ibu, pengendalian penyakit HIV dan AIDs, serta

peningkatan tutupan lahan. Hal ini diberikan pada target MDGs yang masih

memerlukan upaya dan kerja keras. Ausaid dan UNICEF berkomitmen membantu

Pemerintah Indonesia dalam mendorong pencapaian target MDGs, terutama

dalam rangka perbaikan kesehatan ibu dan anak, serta pengendalian penyakit

menular pada kelompok masyarakat miskin dan termarjinalkan untuk sekaligus

dalam rangka mengatasi masalah disparity dan in-equity.

Dalam beberapa kesempatan sidang, disampaikan pula upaya strategis

Pemerintah Indonesia dalam rangka percepatan pencapaian target MDGs melalui

ditetapkannya Inpres Nomor 3 Tahun 2010 tentang Pembangunan yang

berkeadilan yang menegaskan perlunya peta jalan (roadmap) pencapaian MDGs

pada tingkat nasional, skema pembiayaan inovatif seperti public private

parnership/ PPP untuk MDGs, harmonisasi pelaksanaan MDGs dengan sumber

Corporate Social Responsibilty (CSR), peningkatan pengalokasian anggaran

untuk program yang berkaitan dengan MDGs, penyusunan mekanisme pemberian

insentif bagi daerah dengan kinerja pencapaian MDGs sangat baik, dan

penyusunan rencana aksi percepatan pencapaian target MDGs di daerah.

Selanjutnya, dalam upaya pencapaian target MDGs, keterlibatan berbagai

stakeholders seperti NGOs, organisasi profesi, perguruan tinggi, lembaga

internasional, advokasi dengan DPR/DPRD, serta kerjasama pusat dan daerah

mutlak diperlukan (Alisjahbana, 2010).

Disertasi PENGEMBANGAN PENDEKATAN “SOCIAL INA DEBORA R.L


ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

86

Indikator dasar pelayanan kesehatan ibu dan anak sesuai dengan standar

pelayanan minimal bidang kesehatan di kabupaten/ kota, Permenkes RI No.

741/Menkes/PER/VII/2008 adalah sebagai berikut:

1. Cakupan kunjungan ibu hamil (K4) : 95%

2. Cakupan komplikasi kebidanan : 80 %

3. Cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan : 90%

4. Cakupan pelayanan nifas : 90%

5. Cakupan pelayanan neonatus dengan komplikasi : 80%

6. Cakupan kunjungan bayi : 90 %

7. Cakupan imunisasi bayi (Universal Child Immunization) : 100 %

8. Cakupan pelayanan anak balita : 90 %

9. Cakupan pemberian makanan pendamping ASI: 100 %

10. Cakupan perawatan balita gizi buruk: 100 %

11. Cakupan penjaringan kesehatan anak sekolah dasar: 100 %

Setiap cakupan program tersebut merupakan rincian Pelayanan Kesehatan Dasar

(PKD), yang diharapkan bisa tercapai pada kurun waktu 2010-2015, dimana

menjadi target khusus pelayanan di tingkat puskesmas, sebagai Unit Pelaksana

Teknis Dinas (UPTD) pada setiap Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.

Di masyarakat terdapat wadah milik masyarakat yang dibentuk dari, oleh

dan untuk masyarakat. Wadah ini seperti Desa Siaga, serta Posyandu telah

digunakan untuk melaksanakan pemberdayaan masyarakat.

Disertasi PENGEMBANGAN PENDEKATAN “SOCIAL INA DEBORA R.L


ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

BAB 7

PENUTUP

7.1 Kesimpulan

Kesimpulan ini dibuat berdasarkan hasil penelitian sebagai berikut :

1. Penyebab tidak terpenuhinya penurunan angka kematian ibu di Kabupaten

Kupang karena secara tak langsung sebagian besar ibu hamil tidak melakukan

kunjungan ke fasilitas kesehatan yang memadai untuk pemeriksaan

kehamilannya pada kunjungan I di trimester I kehamilan (K1 murni), ibu tidak

melakukan kunjungan K4 di trimester III karena tidak ada keluhan, masih ada

ibu yang melahirkan di rumah dan ditolong oleh dukun/keluarga. Ibu dengan

beban ganda: melakukan tugas reproduksi dan produksi untuk memenuhi

kebutuhan keluarga ; Ibu bekerja sebagai pencari nafkah ; petani atau buruh

tani, sehingga tidak memiliki waktu yang cukup untuk istirahat. Ibu juga

memilih untuk tetap tinggal di kebun walaupun jauh dari fasilitas kesehatan

yang memadai sehingga tidak melakukan K4, melahirkan di kebun ditolong

oleh keluarga atau dukun. Apabila terjadi komplikasi perdarahan dan kesulitan

akses transportasi, terlambat sampai ke fasilitas kesehatan PONEK, terlambat

penanganan yang akan berakibat pada kematian ibu, bayi atau keduanya.

Adanya subordinasi ; pengambilan keputusan dalam keluarga didominasi oleh

suami, dan istri hanya mengikuti saja, budaya patriaki. Pengambilan keputusan

juga masih dilakukan oleh Too Huk atau Atoin meto yang dituakan dan

bertanggung jawab atas permasalahan yang terjadi pada keluarga besar

(extended family). Persepsi ibu tentang kinerja bidan dalam kualitas pelayanan

356

Disertasi PENGEMBANGAN PENDEKATAN “SOCIAL INA DEBORA R.L


ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
357

masih kurang, ibu tetap memilih melahirkan di rumah dan ditolong oleh

keluarga atau dukun hal ini karena sudah merupakan kebiasaan dalam keluarga

dan dukun selalu siaga memenuhi kebutuhan ibu dan keluarga. Tidak semua

bidan dan petugas melakukan screening faktor risiko pada ibu hamil karena

tidak tersedianya formulir KSPR, serta masih ada yang belum dapat

melakukan screening faktor risiko pada ibu hamil dengan benar. Sehingga

tidak dapat mendeteksi faktor risiko yang berakibat pada keterlambatan

rujukan. Apabila terjadi komplikasi kehamilan persalinan dan nifas yang

berakibat pada keterlambatan penanganan yang menyebabkan kematian ibu.

Sebagian besar masyarakat menilai bahwa kehamilan adalah hal yang biasa

sehingga kegiatan posyandu di masyarakat tidak bervariasi, masyarakat tidak

mampu melakukan penyuluhan karena kurang mendapatkan pendidikan

kesehatan dari petugas kesehatan. Deteksi dini faktor risiko pada ibu hamil di

masyarakat tidak dilakukan karena tidak terpapar terhadap informasi.

2. Faktor intrapersonal berpengaruh terhadap pelayanan kesehatan ibu untuk

menurunkan AKI secara berurutan dengan indikator adalah ; nilai kepercayaan,

niat, sikap, pekerjaan, pengetahuan penambahan BB ibu selama hamil serta

kejadian abortus.

3. Faktor interpersonal berpengaruh terhadap pelayanan kesehatan ibu untuk

menurunkan AKI secara berurutan dengan indikator adalah ; Pengambilan

keputusan keluarga, merawat ibu hamil, modifikasi lingkungan keluarga,

pemanfaatan fasilitas kesehatan, persepsi kerentanan terhadap penyakit,

Subjective norm dan Perceived control.

Disertasi PENGEMBANGAN PENDEKATAN “SOCIAL INA DEBORA R.L


ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
358

4. Faktor institusional berpengaruh terhadap pelayanan kesehatan ibu untuk

menurunkan angka kematian ibu secara berurutan dengan indikatornya adalah;

Kinerja bidan dimensi reliability, assurance, dan responsiveness, serta

screening faktor risiko ;

5. Faktor komunitas yang berpengaruh terhadap pelayanan kesehatan ibu untuk

menurunkan AKI secara berurutan dengan indikatornya : outcome expectation,

observational learning, incentive motivation, fasilitas, dan self regulasi.

6. Pengembangan pendekatan Model Baru “Social Ecological Model of Health

Behavior Ina Djayaku Abadi‖ dapat menurunkan AKI di Kabupaten Kupang,

NTT melalui faktor yang dominan menyusun model baru secara berurutan

adalah faktor intra personal yang meliputi nilai kepercayaan, sikap, niat, dan

Self Efficacy. ; faktor interpersonal adalah Subjective norm, Perceived control,

pengambilan keputusan keluarga, merawat ibu hamil dan persepsi kerentanan, ;

faktor institusional meliputi kinerja bidan dimensi Emphaty, Responsiveness,

Reliability, Assurance dan Tangible (ERRAT). Dimensi Tangible tetap

dimasukkan dalam model baru karena keterbatasan penelitian pada jumlah item

kuesioner serta keterbatasan fasilitas kesehatan yang tersedia masih kurang

memadai sesuai standar.; faktor komunitas meliputi Fasilitasi, Self Regulation

dan Observasional Learning. Penurunan Angka Kematian Ibu (AKI) tersusun

oleh variabel pelayanan kesehatan ibu adalah K4, K1, Penolong persalinan dan

Tempat Persalinan.

Disertasi PENGEMBANGAN PENDEKATAN “SOCIAL INA DEBORA R.L


ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
359

Pada penelitian Tahap II, hasil uji coba model baru :

a) Efektifitas model baru hasil ujicoba pada daerah intervensi Puskesmas

Takari, Kecamatan Takari, AKI menurun : pada tahun 2011 AKI

460,83%ooo dengan total kematian ibu 2 (dua) orang, pada tahun 2012

AKI Nol. Cakupan K1, K4, Penolong persalinan, Kunjungan nifas dan KB

masing-masing 100%. Pemilihan tempat persalinan di fasilitas kesehatan

yang memadai 88,5%

b) Faktor intrapersonal dan interpersonal pada pemberian intervensi

pendidikan kesehatan untuk ibu hamil dan keluarga pada “Kelas Prenatal

Care and Family”. Ada perbedaan bermakna sebelum dan sesudah

diintervensi pada pertemuan I , II dan III.

c) Faktor institusional, pada pemberian intervensi pendidikan kesehatan

untuk petugas kesehatan, ada perbedaan bermakna sebelum dan sesudah

diintervensi. Terdapat peningkatan pengetahuan petugas kesehatan

sebelum dan sesudah test. Pada pretes rata-rata pengetahuan petugas

kesehatan berpendidikan kesehatan lebih tinggi daripada pengetahuan

petugas kesehatan berpendidikan non kesehatan, namun pada postest rata-

rata pengetahuan petugas kesehatan yang berpendidikan non kesehatan

lebih tinggi. Ada perbedaan peningkatan pengetahuan antara petugas

kesehatan yang berpendidikan non kesehatan dengan yang berpendidikan

kesehatan, sebelum dan sesudah intervensi.

d) Faktor komunitas, pada pemberian intervensi pendidikan kesehatan

kepada TOMA, TOGA, Kader Kesehatan dan Dukun, ada perbedaan

Disertasi PENGEMBANGAN PENDEKATAN “SOCIAL INA DEBORA R.L


ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
360

bermakna pengetahuan sebelum dan sesudah intervensi melalui pretest dan

post test

e) Faktor intrapersonal, interpersonal, institusional dan komunitas secara

komprehensif berpengaruh terhadap pelayanan kesehatan ibu untuk

penurunan AKI di Kabupaten Kupang, NTT.

7.2 Saran

1. Hasil penelitian ini dapat dipakai pemerintah pusat dan pemerintah daerah

dalam membuat strategi penurunan AKI berdasarkan pengembangan

pendekatan “Sosial Ecological Model of Health Behavior Ina Djayaku Abadi

untuk Penurunan Angka Kematian Ibu (AKI)”. Pemerintah daerah dan sektor

terkait juga dapat menyiapkan fasilitas Mobile Unit‖ untuk pelayanan rujukan

dini berencana maupun mendekatkan fasilitas pelayanan kesehatan ke

masyarakat.

2. Model Baru “Sosial Ecological Model of Health Behavior Ina Djayaku Abadi

untuk Penurunan Angka Kematian Ibu (AKI)”. Model ini dapat digunakan di

seluruh Indonesia maupun dunia dengan faktor sosial budaya yang sama,

budaya Patriaki, pada daerah rural (Jalur I, II) maupun urban (Jalur III).

3. Bagi keilmuan agar model baru ini dapat dimasukkan dalam bidang Ilmu

Obstetri Ginekologi, Sub bidang Obstetri Sosial, Keperawatan Maternitas,

Keperawatan Keluarga, Keperawatan Komunitas, Kebidanan Komunitas,

Kesehatan Masyarakat untuk Petugas kesehatan serta untuk meningkatkan Self

Efficacy, Self Regulation yang tinggi agar dapat melakukan K1 dan K4 yang

lengkap dapat dibina melalui institusi pendidikan di tingkat SD, SLTP, SLTA

Disertasi PENGEMBANGAN PENDEKATAN “SOCIAL INA DEBORA R.L


ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
361

serta Perguruan Tinggi dalam mata ajaran muatan lokal Pendidikan Kesehatan

Ibu dan Anak. Sehingga timbul observasional learning, collective efficacy dan

incentive motivation.

4. Intervensi bagi ibu hamil ditujukan untuk peningkatan pengetahuan,

keterampilan, nilai kepercayaan, sikap, niat dan Self Efficacy. Bagi keluarga

bertujuan meningkatkan Subjective norm, Perceived control, pengambilan

keputusan keluarga, merawat ibu hamil serta persepsi kerentanan dapat

dilakukan melalui: (1) “Kelas Prenatal Care and Family” sejak trimester I

sampai trimester III kehamilan masing-masing satu kali pertemuan;

(2) melakukan pendampingan pada ibu hamil; (3) retreat atau pembinaan

rohani; (4) keluarga siaga ibu melahirkan; (5) tabungan ibu bersalin (tabulin),

(6) incentiv/ hadiah bagi ibu bersalin serta (7) pendidikan gender.

5. Intervensi bagi Petugas kesehatan (Bidan, Perawat, Dokter serta Petugas

Kesehatan lainnya) untuk peningkatan kinerja bidan dimensi emphaty,

responsiveness, reliability, dan assurance melalui : (1) pendidikan kesehatan

tentang Screening faktor risiko pada ibu hamil dan rujukan dini berencana.

Secara rutin minimal 6 bulan sekali oleh Dinas Kesehatan Provinsi dan Dinas

Kesehatan Kabupaten, bekerjasama dengan institusi Pendidikan Kesehatan

Politeknik Kesehatan Kemenkes Kupang serta dokter ahli obstetrik ginekologi

; (2) Pelatihan komunikasi terapeutik ; (3) Pada dimensi tangibles;

Meningkatkan fasilitas kesehatan Puskesmas PONED maupun di pusat rujukan

RS PONEK bagi ibu untuk operasi Caesar; serta peningkatan fasilitas

perinatologi level I, II dan III bagi perawatan bayi baru lahir.

Disertasi PENGEMBANGAN PENDEKATAN “SOCIAL INA DEBORA R.L


ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
362

6. Intervensi bagi masyarakat : TOMA. TOGA, Kader Kesehatan dan Dukun,

untuk peningkatan pengetahuan dan keterampilan serta fasilitasi pelayanan

kesehatan oleh masyarakat, melakukan self regulasi serta observasional

learning melalui: (1) Pendidikan kesehatan tentang pengenalan tanda bahaya

kehamilan, persalinan dan nifas, (2) Screening faktor risiko pada ibu hamil,

rujukan dini berencana, (3) Pendidikan gender bagi TOMA, TOGA, Kader dan

dukun termasuk Too Huk maupun Atoin meto. Diskusi dan masukan terkait

hak perempuan sehingga perempuan bisa berdaya, (4) gender mainstreaming,

(4) Menyediakan fasilitas untuk penyuluhan dan Kelas Prenatal Care and

Family di masyarakat.

7. Pelibatan TOGA dalam kegiatan pelayanan oleh institusi untuk intervensi

pendidikan dan pelayanan kesehatan, deteksi dini faktor risiko pada ibu hamil,

pelayanan diakonia untuk ibu hamil (khususnya ibu hamil dengan anemia dan

KEK), melahirkan dan nifas.

8. Perlu ditingkatkan kerjasama lintas sektoral dalam kebijakan kesehatan dengan

diperkuat peran komunitas dalam membentuk sadar kesehatan ibu dan anak

(KIA) untuk penurunan angka kematian ibu (AKI).

9. Bagi setiap ibu hamil agar memilih sahabat ibu hamil dari Kader

Kesehatan/Dukun dan Petugas Kesehatan. Pendampingan dalam pelayanan

kesehatan serta motivasi selama perawatan kehamilan, persalinan dan nifas.

Untuk menurunkan angka kematian ibu.

10. Setiap Pasangan Usia Subur (PUS) dibekali dengan kartu kontrol dan

kalender untuk mencatat siklus menstruasi agar dapat dipantau hari pertama

Disertasi PENGEMBANGAN PENDEKATAN “SOCIAL INA DEBORA R.L


ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
363

haid terakhir (HPHT) bagi ibu hamil, dalam rangka menentukan tafsiran partus,

intervensi “Kelas Prenatal Care dan Family”, K1 dan K4.

11. Bagi peneliti agar dilakukan penelitian lebih lanjut tentang tentang budaya

perawatan ibu hamil, melahirkan dan nifas dalam masyarakat NTT serta

pengaruh faktor lingkungan fisik, institusional dan komunitas terhadap

pelayanan kesehatan untuk penurunan Angka Kematian Ibu.

Disertasi PENGEMBANGAN PENDEKATAN “SOCIAL INA DEBORA R.L


ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

BAB 3

KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN

3.1 Kerangka Konseptual Penelitian


INTRA PERSONAL INTER PERSONAL KOMUNITAS
(INDIVIDU) (KELUARGA) (TOMA/TOGA)

Perceived susceptibility to
Umur Tugas keluarga : Outcome expectation
and severity of disease
Pendidikan /Beratnya masalah Mengenal masalah
Collective efficacy
Pekerjaan Perceived benefits/ Pengambilan Kptsan Observational
Pengetahuan manfaat yang dirasakan
Merawat ibu hamil Incentive motivation
Sikap Perceived barrier/ Modifikasi lingkungan
tantangan yang dirasakan Facilitation
Niat
Pemanfaatan faskes
Nilai Self Regulation
Kepercayaan Perceivedof self efficacy /
Subjective
Kepercayaan diri
norm/Norma
Self EffEfficacy
Perceived
Jarak Control/Kontrol
Perceived
threat/ Ancaman
Waktu tempuh

Karakteristik Intention of perform


Reproduksi the behavior

Behavior: Indikator
Pelayanan Kesehatan Ibu

INSTITUSIONAL 1. Akses Ante Natal (K1).


Persepsi Ibu tentang
2. Pelayanan Ante Natal (K4)
Kinerja Bidan dalam
pelayanan kehamilan, 3. Tempat persalinan (T4
persalinan dan Nifas: Penurunan
Reliability, Assurance, 2. Pelayanan Persalinan (PN) Angka
Tangible, Emphaty, Kematian Ibu
responsifness 4. Pelayanan Post natal (KF )

5. Keluarga Berencana (KB)


Screening faktor risiko

PUBLIC POLICY (KEBIJAKAN PUBLIK)

Keterangan : Variabel yang diteliti Variabel yang tidak diteliti


Gambar 3.1 Kerangka Konseptual Penelitian Pengembangan Pendekatan Social
Ecological Model of Health Behavior” untuk Menurunkan Angka
Kematian Ibu di Kabupaten Kupang, NTT.

87

Disertasi PENGEMBANGAN PENDEKATAN “SOCIAL INA DEBORA R.L


ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
88

Kematian ibu dapat disebabkan oleh berbagai faktor : intra personal

(individu), inter personal (keluarga), institusional (petugas kesehatan serta

komunitas/ masyarakat. Faktor intra personal penyebab kematian ibu secara

langsung yang sering terjadi adalah akibat komplikasi kehamilan dan persalinan

antara lain: perdarahan, eklampsi dan infeksi (sepsis). Penyebab tidak langsung

berhubungan dengan faktor kegagalan dalam merujuk ibu ke fasilitas kesehatan

yang memadai sehingga menimbulkan kematian ibu. Faktor penyebab tidak

langsung dari ibu adalah : empat (4) terlalu ; terlalu muda (< 20 tahun), terlalu tua

(> 35 tahun), terlalu sering (> 4 kali melahirkan) dan terlalu dekat jarak kehamilan

(< 2 tahun). Penyebab kematian ibu juga terkait dengan akses pelayanan

kesehatan yang terjadi ; empat (4) terlambat yaitu terlambat mengenal tanda

bahaya kehamilan dan persalinan dan terlambat mengambil keputusan, terlambat

merujuk karena tidak adanya transportasi serta terlambat mendapatkan

pertolongan di fasilitas kesehatan yang memadai serta faktor pekerjaan, gender,

sosial ekonomi, pengetahuan, sikap, nilai, Self Efficacy serta karakteristik

reproduksi ibu (intra personal). Masalah lain dari ibu seperti penyakit penyerta ;

TBC, malaria, hepatitis, anemia dan gangguan gizi. Faktor interpersonal

(keluarga) yang dapat mempengaruhi kematian ibu adalah sikap keluarga, norma

keluarga serta kontrol keluarga. Faktor institusional berkaitan dengan kinerja

petugas (bidan) dalam memberikan pelayanan ante natal, intra natal, penanganan

komplikasi serta post natal serta kemampuan bidan dalam melakukan screening

faktor risiko pada saat hamil dan melahirkan. Faktor komunitas adalah keyakinan

tentang harapan hasil dari konsekuensi nilai dan perilaku pilihan (outcome

Disertasi PENGEMBANGAN PENDEKATAN “SOCIAL INA DEBORA R.L


ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
89

expectation), keyakinan tentang kemampuan kelompok untuk melakukan tindakan

bersama (collective efficacy), pembelajaran melalui pemodelan peer di masyarakat

(observational learning), reward dan punishment dalam upaya memodifikasi

perilaku (incentiv motivation), Sumber daya (facilitation) serta promosi kesehatan

serta pendampingan dan konseling bagi ibu (self regulation), untuk penurunan angka

kematian ibu

Sebagian besar kematian maternal terjadi di saat sekitar persalinan dan

kebanyakan penyebab kematian ibu adalah komplikasi obstetri yang sering tidak

dapat diperkirakan sebelumnya. Sebagian besar komplikasi tidak dapat

diramalkan atau dideteksi melalui screening faktor risiko. Pada ibu hamil yang di

screening tidak memiliki faktor risiko masih memiliki kemungkinan untuk

engalami komplikasi seperti perdarahan dan partus macet yang perlu manajemen

khusus. Dalam kondisi seperti ini komplikasi maternal sukar dihindari

tetapikematian maternal dapat dihindari dengan penanganan khusus di fasilitas

kesehatan yang memadai. Kematian ibu melahirkan dapat dihindari dengan

melakukan intervensi pada lingkungan sosial. Apabila sistem pelayanan kesehatan

ibu berjalan dengan baik.

Pengembangan pendekatan “Social Ecological Model of Health Behavior”.

menjelaskan, perilaku dan kepercayaan manusia terjadi dalam sebuah konteks

sosial dan promosi kesehatan lebih efektif bila dilakukan dengan merubah

lingkungan sosialnya. Program kesehatan masyarakat nampaknya tidak mampu

sepenuhnya mengubah perilaku pribadi individu, oleh sebab itu, pendekatan yang

dilakukan adalah mengubah lingkungannya, baik lingkungan sosial maupun

Disertasi PENGEMBANGAN PENDEKATAN “SOCIAL INA DEBORA R.L


ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
90

fisiknya. Model sosial ekologis memandang bagaimana lingkungan sosial ;

interpersonal, organisasi/ institusi, komunitas dan faktor kebijakan publik dan

dukungan tetap mempertahankan perilaku tidak sehat, sehingga diperlukan

promosi kesehatan dan pendampingan di masyarakat.

Pendekatan ini akan dikembangkan untuk penurunan angka kematian ibu

dan nantinya intervensi model ini yang akan berdampak pada perubahan perilaku

ibu untuk mendapatkan pelayanan kesehatan yang memadai. Pembuatan model ini

dimulai dari menganalisis pelayanan kesehatan untuk penurunan angka kematian

ibu melalui indikator output : Jumlah kematian ibu, cakupan akses (K1) dan

cakupan pelayanan (K4), tempat persalinan, persalinan oleh nakes (PN),

kunjungan nifas (Kf), serta pelayanan KB bagi ibu Kabupaten Kupang, NTT.

Selanjutnya dengan pengembangan pendekatan Social Ecological Model

of Health Behavior serta beberapa teori terkait lainnya: Health Belief Model

(HBM), Theory Reasoned Action (TRA) dan Theory of Planned Behavior (TPB)

serta Social Kognitif Theory dilakukan analisis dimulai dari (1) faktor intra

personal (individu/ibu): umur, pendidikan, pekerjaan, pengetahuan, sikap, nilai,

akses, Self Efficacy, serta karakteristik reproduksi (usia kawin pertama, frekuensi

kehamilan, paritas, kejadian abortus, TB serta penambahan BB selama hamil)

terhadap penurunan angka kematian ibu di Kabupaten Kupang, NTT. (2) Faktor

interpersonal (keluarga) ; bagaimana ibu hamil berhubungan dengan keluarga dan

teman kerja meliputi : tugas keluarga mengenal masalah, pengambilan keputusan

keluarga, merawat ibu hamil, memodifikasi lingkungan, pemanfaatan fasilitas

kesehatan, Subjective norm, Perceived control, persepsi kerentanan terhadap

Disertasi PENGEMBANGAN PENDEKATAN “SOCIAL INA DEBORA R.L


ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
91

penurunan angka kematian ibu di Kabupaten Kupang. (3) Faktor institusi ;

lingkungan kerja dan institusi tempat ibu bekerja serta institusi pelayanan

kesehatan (petugas kesehatan) : pelayanan petugas kesehatan meliputi pelayanan

ante natal, intra natal, nifas dan penanganan komplikasi dimensi reliability,

assurance, tangible, emphaty, responsivness terhadap penurunan angka kematian

ibu di Kabupaten Kupang. (4) Faktor komunitas yang mendukung maupun yang

tidak mendukung kesehatan ibu meliputi : outcome expectation, collective

Efficacy, observasional learning, incentive motivation, facilitation, dan Self

regulation, terhadap penurunan angka kematian ibu di Kabupaten Kupang, NTT.

Faktor kebijakan publik berkaitan dengan kebijakan Pemerintah Pusat

maupun daerah. Di Nusa Tenggara Timur (NTT) telah ditetapkan kebijakan

pemerintah yang mendukung Program KIA adalah strategi Revolusi KIA sejak

tahun 2009 untuk penurunan angka kematian ibu. Pengembangan pendekatan

Social Ecological Model of Health Behavior” ini dengan memperhatikan kondisi



setempat, mengetahui apa yang menjadi hambatan dan kekuatan dalam upaya

penurunan angka kematian ibu sehingga dapat dibuat model yang komprehensif

untuk pelayanan kesehatan ibu dalam rangka penurunan angka kematian ibu.

Pembangunan model diawali dengan mempelajari gambaran penyebab

langsung dan tidak langsung kematian ibu di Kabupaten Kupang, NTT. Kemudian

mempelajari indikator keberhasilan penurunan angka kematian ibu di Kabupaten

Kupang. Selanjutnya menganalisis pengaruh masing masing faktor intra personal,

interpersonal, institusional dan komunitas terhadap penurunan angka kematian

ibu.

Disertasi PENGEMBANGAN PENDEKATAN “SOCIAL INA DEBORA R.L


ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
92

Menganalisis pengaruh intrapersonal, interpersonal, institusional dan

komunitas, terhadap penurunan angka kematian ibu dengan melihat indikator

output ( K1, K4, Tempat Persalinan PN, Kf dan KB) di Kabupaten Kupang, NTT

serta membangun model „Social Ecological Model of Heath Behavior” yang

komprehensif terarah dan efektif sebagai model penurunan angka kematian ibu

di Kabupaten Kupang. Dengan demikian untuk dapat membentuk suatu

mekanisme sistem pelayanan kesehatan ibu di masyarakat tepat sasaran dan tepat

settingnya serta mekanisme kontrol untuk penurunan angka kematian ibu.

Proses pelaksanaan model intervensi selanjutnya dapat dilakukan sesuai

dengan kebutuhan dan kemampuan sumber daya yang tersedia, berdasarkan hasil

pengembangan pendekatan “Social Ecological Model of Health Behavior”.

Dialog dengan kelompok masyarakat, peningkatan kemampuan masyarakat

melalui pendampingan dan promosi kesehatan.

3.2 Hipotesis Penelitian

1) Faktor intrapersonal berpengaruh terhadap pelayanan kesehatan untuk

penurunan angka kematian ibu (indikator output : K1, K4, Tempat

Persalinan, PN, Kf dan KB) di Kabupaten Kupang, NTT.

2) Faktor interpersonal berpengaruh terhadap pelayanan kesehatan untuk

penurunan angka kematian ibu (indikator output : K1, K4, Tempat

Persalinan, PN, Kf dan KB) di Kabupaten Kupang, NTT.

3) Faktor intitusional berpengaruh terhadap pelayanan kesehatan untuk

penurunan angka kematian ibu (indikator output : K1, K4, Tempat

Persalinan, PN, Kf dan KB) di Kabupaten Kupang, NTT.

Disertasi PENGEMBANGAN PENDEKATAN “SOCIAL INA DEBORA R.L


ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
93

4) Faktor komunitas berpengaruh terhadap pelayanan kesehatan untuk

penurunan angka kematian ibu (indikator output : K1, K4, Tempat

Persalinan, PN, Kf dan KB) di Kabupaten Kupang, NTT.

5) Pengembangan Pendekatan Social Ecological Model of Health Behavior”

berpengaruh terhadap peningkatan pelayanan kesehatan untuk penurunan

Angka Kematian Ibu (indikator output : K1, K4, Tempat Persalinan, PN, Kf

dan KB) di Kabupaten Kupang, NTT.

Disertasi PENGEMBANGAN PENDEKATAN “SOCIAL INA DEBORA R.L


ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

BAB 4

METODE PENELITIAN

Penelitian ini bertujuan membuat model baru pengembangan pendekatan

“Social Ecological Model of Health Behavior” untuk penurunan angka kematian ibu

di Kabupaten Kupang. Pada tahap pertama dicari bentuk model pengembangan

pendekatan “Social Ecological Model of Health Behavior” serta faktor risiko untuk

penurunan angka kematian ibu di Kabupaten Kupang. Setelah model didapat, pada

tahap selanjutnya adalah diuji dengan memberikan intervensi pendidikan kesehatan

pada (1) faktor intrapersonal : ibu hamil, ; (2) interpersonal : suami/keluarga, ;

(3) institusional : petugas kesehatan, ; (4) Komunitas : TOMA, TOGA, Kader

kesehatan dan dukun.

4.1 Jenis dan Rancangan Penelitian

Jenis penelitian tahap I (pertama) untuk pengembanagan model adalah

analitik observasional dengan desain cross sectional, survei. Sebagai sampel adalah

ibu nifas sampai dengan 3 bulan. Tahap II (kedua), untuk uji coba model adalah

longitudinal study, quasi ekperimental dengan desain randomized pretest postest

design. Sebagai sampel adalah ibu hamil trimester I, II dan III diikuti sampai

melahirkan dan masa nifas sd 42 hari.

Tahapan penelitiannya sebagai berikut:

4.1.1 Penelitian tahap I

Pada penelitian tahap I ini dilakukan identifikasi faktor risiko kematian ibu

untuk pengembangan model hipotetik “Social Ecological Model of Health

Behavior”. Melakukan survei dan studi dokumentasi untuk identifikasi dan

94

Disertasi PENGEMBANGAN PENDEKATAN “SOCIAL INA DEBORA R.L


ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
95

pengumpulan data untuk mengetahui faktor risiko kematian ibu maternal,

indikator output penurunan AKI (K1, K4, tempat persalinan, PN, Kf dan KB)

serta faktor pada setiap level model “Social Ecological Model of Health

Behavior” : faktor intra personal, interpersonal, institusional dan komunitas.

Hal ini bermanfaat sebagai rujukan permasalahan dalam membangun

model komprehensif dan pedoman pendampingan serta pembuatan materi

intervensi (promosi kesehatan) dalam rangkaian persiapan modifikasi model :

“Social Ecological Model of Health Behavior” secara komprehensif untuk

penurunan angka kematian ibu di kabupaten Kupang, NTT.

Kegiatan pengumpulan data berupa :

1. Melakukan studi dokumentasi untuk menganalisis laporan kesehatan ibu

maternal tahun 2008 - 2010.

2. Mempelajari indikator keberhasilan akselerasi penurunan AKI melalui

indikator output: (akses (K1), pelayanan ante natal (K4), tempat persalinan,

pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan (PN), kunjungan nifas (Kf)

serta keluarga berencana (KB) di Kabupaten Kupang, NTT.

3. Menganalisis pengaruh faktor intrapersonal (individu/ibu) : umur, pendidikan,

pekerjaan, nilai kepercayaan, pengetahuan, sikap, niat, Self Efficacy, akses

(jarak dan waktu tempuh) serta karakteristik reproduksi (frekuensi hamil,

paritas, abortus, usia kawin pertama tinggi badan dan penambahan berat

badan) terhadap pelayanan kesehatan untuk penurunan AKI di Kabupaten

Kupang, NTT.

Disertasi PENGEMBANGAN PENDEKATAN “SOCIAL INA DEBORA R.L


ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
96

4. Menganalisis pengaruh faktor interpersonal (keluarga) : Mengenal masalah

keluarga, pengambilan keputusan keluarga, merawat ibu hamil, memodifikasi

lingkungan, pemanfaatan fasilitas kesehatan, persepsi kerentanan ancaman

terhadap penyakit, Subjective norm / norma keluarga dan Perceived control/

kontrol keluarga terhadap pelayanan kesehatan untuk penurunan AKI di

Kabupaten Kupang, NTT.

5. Menganalisis pengaruh faktor institusional (petugas kesehatan) : Persepsi ibu

tentang kinerja petugas kesehatan dalam pelayanan kehamilan, persalinan dan

nifas dimensi reliability, assurance, tangible, emphaty, responsiveness serta

screening faktor risiko terhadap pelayanan kesehatan untuk penurunan AKI di

Kabupaten Kupang, NTT

6. Menganalisis pengaruh faktor komunitas: outcome expectation, collective

efficacy, observasional learning, incentive motivation, facilitation, dan self

regulation, terhadap pelayanan kesehatan untuk penurunan AKI di Kabupaten

Kupang, NTT.

7. Menganalisis pengaruh faktor intrapersonal, interpersonal, institusional dan

komunitas, terhadap pelayanan kesehatan untuk penurunan AKI di Kabupaten

Kupang, NTT.

8. Menganalisis penurunan AKI dengan pengembangan pendekatan “Social

Ecological Model of Health Behavior”di Kabupaten Kupang, NTT.

Disertasi PENGEMBANGAN PENDEKATAN “SOCIAL INA DEBORA R.L


ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
97

4.1.2 Penelitian tahap II

Penelitian yang dilakukan pada tahap ini adalah longitudinal studi untuk

menguji pengembangan model “Social Ecological Model of Health Behaviour”

untuk penurunan angka kematian ibu di Kabupaten Kupang. Pada ibu hamil

Trimester I (0 - 14 minggu) dengan rancangan quasi eksperimental “Randomized

pretest-postest design” dengan memakai 1 (satu) kecamatan sebagai kelompok

intervensiyaitu Kecamatan Takari. Di ambil empat (4) desa secara random dengan

jumlah ibu hamil trimester I adalah 26 orang untuk diikuti dan dilakukan

intervensi sampai dengan masa nifas (42 hari pasca melahirkan). Tahapan

penelitian ini digambarkan pada kerangka operasional penelitian sebagai berikut :

Tahap I

Survey kelompok sosial masyarakat:


Analisis Laporan ibu nifas , keluarga, dukun, kader,
KIA tokoh masyarakat, tokoh agama.

Rangkuman hasil survey kelompok


sosial masyarakat dan analisis laporan

Menyusun pengembangan pendekatan


model “Social Ecological Model of
Health Behavior” berdasarkan hasil
survey untuk rencana intervensi

Membuktikan Pengembangan pendekatan


“Social Ecological Model of Health Behavior”
Tahap II dengan penelitian eksperimental
―Randomized Pretest-Postest Design”

Gambar 4.1: Kerangka Operasional Penelitian Pengembangan Pendekatan“Social


Ecological Model of Health Behavior” Untuk Menurunkan Angka
di Kabupaten Kupang

Disertasi PENGEMBANGAN PENDEKATAN “SOCIAL INA DEBORA R.L


ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
98

4.2 Populasi, Besar Sampel dan Teknik Pengambilan sampel

4.2.1 Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah terdiri dari dua bagian yaitu pertama

untuk pembuatan model dan kedua untuk uji coba model. Populasi pertama adalah

: ibu nifas sampai dengan 3 bulan, keluarga dan Tokoh Agama (TOGA), Tokoh

Masyarakat (TOMA), Kader Kesehatan dan Dukun di Kabupaten Kupang.

Populasi kedua adalah : Ibu hamil Trimester I yang diikuti sampai melahirkan dan

masa nifas 42 hari, Tokoh Agama (TOGA), Tokoh Masyarakat (TOMA)/Dukun

Responden yang terpilih akan mengisi surat pernyataan kesediaan peran serta

dalam penelitian.

4.2.2 Sampel

Unit sampel penelitian pertama adalah : ibu nifas sampai dengan usia 3

bulan, keluarga, TOGA/TOMA/ Kader Kesehatan, Dukun di Kabupaten Kupang,

NTT dengan kriteria inklusi :

1. Klien menyatakan bersedia menjadi responden penelitian dengan

menandatangani surat persetujuan atau “informed consent” sebagai subyek

penelitian.

2. Untuk faktor intra personal sampelnya adalah ibu nifas sampai dengan 3 bulan

di Kabupaten Kupang, NTT

3. Untuk faktor inter personal adalah : keluarga ibu nifas, di Kabupaten Kupang,

NTT

Disertasi PENGEMBANGAN PENDEKATAN “SOCIAL INA DEBORA R.L


ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
99

4. Untuk faktor institusional adalah ibu nifas yang mendapatkan pelayan

kesehatan ibu dari petugas kesehatan (Bidan) di Puskesmas Kabupaten

Kupang, NTT

5. Untuk faktor komunitas adalah TOGA/ TOMA/ Kader kesehatan dan Dukun

di daerah penelitian Kabupaten Kupang, NTT

6. Kriteria wilayah adalah daerah terpencil

Unit sampel penelitian kedua adalah : Ibu hamil trimester I yang diikuti

sampai melahirkan dan masa nifas 42 hari. di Kabupaten Kupang dengan kriteria

inklusi:

1. Klien menyatakan bersedia menjadi responden penelitian dengan

menandatangani surat persetujuan atau “informed consent”sebagai subyek

penelitian.

2. Untuk faktor intrapersonal sampelnya adalah ibu hamil trimester I yang diikuti

sampai masa nifas 42 hari di Kabupaten Kupang, NTT

3. Untuk faktor interpersonal adalah : keluarga ibu hamil, di Kabupaten Kupang,

NTT

4. Untuk faktor institusional adalah ibu hamil yang mendapatkan pelayan kesehatan

ibu dari petugas kesehatan (Bidan) di Puskesmas Kabupaten Kupang, NTT

5. Untuk faktor komunitas adalah TOGA/TOMA/ Kader kesehatan, Dukun di

daerah penelitian Kabupaten Kupang, NTT

6. Untuk ibu hamil yang diikuti secara longitudinal didiagnosa bebas dari

penyakit penyerta seperti TB, Malaria dan HIV/AIDs

7. Kriteria wilayah adalah daerah terpencil

Disertasi PENGEMBANGAN PENDEKATAN “SOCIAL INA DEBORA R.L


ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
100

4.2.3 Besar sampel

Penentuan besar sampel dalam penelitian ini didasarkan pada lingkup

kajian sama (Kuntoro, 2009). Sampel yang digunakan dalam penelitian tersebut

dibagi menjadi 3 (tiga) bagian, yaitu : (1) ibu nifas sampai dengan 3 bulan untuk

mengukur faktor intrapersonal dan institusional (2) Keluarga ibu hamil untuk

mengukur faktor interpersonal (3) TOGA/TOMA/ Kader kesehatan, Dukun untuk

mengukur faktor komunitas

Pada penelitian tahap pertama, besar sampel ditetapkan menggunakan

C-survei dengan estimasi proporsi 80%, Level of Confidence Interval 95 % dan

α = 5 % diperoleh sejumlah 20 Cluster/ Desa. Dari 20 Cluster tersebut diperoleh

126 sampel. Pada penelitian tahap kedua, untuk uji coba model diambil 1

kecamatan sesuai dengan hasil diskusi dan rekomendasi dari Dinas kesehatan

Kabupaten Kupang. Dari desa tersebut diambil minimal 20 ibu hamil trimester I

(0 - 14 minggu). Pada penelitian ini peneliti mengambil 26 ibu hamil yang

dilakukan intervensi dan diikuti secara longitudinal sampai masa nifas (42 hari

pasca persalinan)

4.2.4 Teknik pengambilan sampel

Pengambilan sampel penelitian tahap pertama dilakukan dengan teknik

sampel acak bertahap dua (Two Stage Random Sampling). Sampel intra personal

(individu/ibu) : Ibu setelah masa nifas sampai dengan usia 3 bulan. Dimulai

dengan melakukan langkah-langkah sebagai berikut:

1. Sampel dipilih secara acak dengan teknik acak bertahap dua (Two stage

random sampling). Pada klien yang dengan sukarela bersedia menjadi

Disertasi PENGEMBANGAN PENDEKATAN “SOCIAL INA DEBORA R.L


ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
101

subyek penelitian dan memenuhi kriteria inklusi. Pemilihan sampel

rumpun yang sesuai dengan dua hal yang perlu dipertimbangkan yaitu

pendekatan geografis dari elemen di suatu rumpun, dan kedua adalah

ukuran rumpun yang melegakan bagi pelaksana (Kuntoro, 2009).

2. Pada penelitian ini peneliti mengambil rumpun desa dengan pendekatan

geografis daerah terpencil selanjutnya mengambil elemen individu dalam

kecamatan yang terpilih.

3. Kabupaten Kupang memiliki 24 kecamatan/ 23 Puskesmas, terdiri dari ;

10 kecamatan sangat terpencil dan 14 Kecamatan terpencil. Kabupaten

Kupang mempunyai 23 Puskesmasdengan jumlah ibu melahirkan (nifas)

periode Januari - Maret tahun 2011 adalah 1097 orang

Berdasarkan penelitian pendahuluan, untuk persalinan periode Januari

sampai dengan Maret 2011 pada 14 kecamatan yang dikategorikan sebagai

daerah terpencil dengan jumlah ibu nifas sampai 3 bulan : 889 orang dengan

median 53, minimum 29 dan maksimum 167 di satu kecamatan, rata-rata perbulan

minimal ada 8 orang melahirkan. Bila diasumsikan tiap kecamatan terdapat

sejumlah yang sama ibu nifas sampai dengan 3 bulan, maka dalam waktu 3 bulan

pengumpulan data dilakukan untuk memenuhi besar sampel 125 orang ibu nifas,

diperlukan 5 wilayah kecamatan. Untuk itu ditentukan 5 kecamatan yang menjadi

sampel. Dari lima kecamatan ini ditentukan 20 desa secara simple random

sampling. Kemudian semua ibu nifas sampai 3 bulan yang bersedia menjadi

responden yang berada di desa terpilih tersebut dijadikan sebagai sampel.

Kecamatan terpilih berdasarkan kriteria sebagai daerah terpencil serta hasil

Disertasi PENGEMBANGAN PENDEKATAN “SOCIAL INA DEBORA R.L


ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
102

konsultasi dengan Dinas Kesehatan Kabupaten Kupang dengan jumlah ibu

melahirkan dibagi menjadi lima wilayah yaitu:

1. Wilayah Timur : Kecamatan Kupang Timur/PuskesmasOesao,

2. Wilayah Barat : Kecamatan Kupang Tengah/PuskesmasTarus

3. Wilayah Utara : Kecamatan Amarasi/ PuskesmasOekabiti,

4. Wilayah Selatan : Kecamatan Fatuleu/PuskesmasCamplong, dan

Kecamatan Takari/ PuskesmasTakari.

Penelitian tahap kedua untuk uji coba efektifitas model di pilih ibu hamil

trimester I yang diikuti sampai masa nifas 42 hari, berjumlah 26 orang Pada

Kecamatan Takari, PuskesmasTakari dengan jumlah kematian ibu tertinggi di

Tahun 2011.

4.3 Variabel Penelitian

Variabel dependen dalam penelitian ini adalah : Pelayanan kesehatan ibu

untuk penurunan angka kematian ibu di Kabupaten Kupang, NTT (K1, K4,

Tempat Persalinan, PN, Kf, KB).

Variabel independen

1. Faktor intrapersonal (individu/ibu) : umur, pendidikan, pekerjaan, pengetahuan,

sikap, niat ibu, nilai kepercayaan, jarak, waktu tempuh, Self Efficacy, serta

karakteristik reproduksi : (usia kawin pertama, frekuensi kehamilan, paritas,

riwayat abortus, tinggi badan dan penambahan berat badan selama hamil).

2. Faktor interpersonal (keluarga) : persepsi kerentanan ancaman terhadap

penyakit, mengenal masalah keluarga, pengambilan keputusan keluarga,

merawat ibu hamil atau keluarga, memodifikasi lingkungan keluarga,

Disertasi PENGEMBANGAN PENDEKATAN “SOCIAL INA DEBORA R.L


ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
103

pemanfaatan fasilitas kesehatan yang memadai, Subjective norm dan

Perceived control.

3. Faktor institusional : Screening faktor risiko, persepsi ibu nifas/ hamil

tentang pelayanan petugas kesehatan (bidan) dalam pelayanan ante natal,

intra natal, nifas dan penanganan komplikasi, meliputi : dimensi reliability,

assurance, tangible, emphaty dan responsiveness.

4. Faktor komunitas (TOGA/TOMA/Kader Kesehatan/Dukun) : collective

efficacy, outcome expectation, observasional learning, incentive motivation,

facilitation, dan self regulation.

4.4 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional

Definisi Skala
Variabel Skor Alat ukur (instrumen)
Operasional data
Dependen Variabel
Penurunan Penurunan Angka Kuesioner nominal
Angka Kematian Ibu (AKI) Laporan Bidan
Kematian Ibu berdasarkan Koordinasi/Puskesmas/
melalui indikator output: Rumah sakit
Indikator output upaya keberhasilan
Program penurunan AKI
Pelayanan yaitu dengan
Kesehatan : indikator pelayanan
kesehatan ibu :
peningkatan akses
(K1) peningkatan
pelayanan ante natal
(K4), peningkatan
melahirkan di
fasilitas kesehatan
yang memadai
(Puskesmas
PONED),
Peningkatan
pertolongan
persalinan oleh
Tenaga Kesehatan
yang kompeten
(Bidan, Dokter,
Dokter spesialis
kandungan),
peningkatan

Disertasi PENGEMBANGAN PENDEKATAN “SOCIAL INA DEBORA R.L


ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
104

Definisi Skala
Variabel Skor Alat ukur (instrumen)
Operasional data
kunjungan nifas (Kf)
serta peningkatan
pelayanan KB di
Kabupaten Kupang.
1. Kunjungan Kontak pertama ibu 0 = Tidak K1 Kuesioner dan Nominal
pertama (K1) hamil dengan tenaga 1 = K1 dokumentasi
kesehatan yang
mempunyai
kompetensi, untuk
mendapatkan
pelayanan terpadu
dan komprehensif
sesuai standar.
Kontak pertama
harus dilakukan
sedini mungkin pada
trimester pertama,
sebaiknya sebelum
minggu ke 8.
2. Kunjungan Kontak 4 kali atau 0 = Tidak K4 Kuesioner dan Nominal
Ke 4 (K4) lebih dengan tenaga 1 = K4 dokumentasi
kesehatan yang minimal 4 kali ;
mempunyai (1 kali trimester I,
kompetensi, untuk 1 kali trimester 2
mendapatkan dan 2 kali
pelayanan terpadu trimester III)
dan komprehensif
sesuai standar.
Kontak 4 kali harus
dilakukan pada
trimester I, ke-2 dan
ke-3 menjelang
persalinan. Trimeter 1
minimal 1 kali, sudah
termasuk dalam K1.
Trimester ke-2
minimal 1 kali
kontak, sebaiknya
pada minggu 12 - 24.
Pada trimester ke-3
minimal 2 kali
kontak, sebaiknya
setelah minggu ke 24
sampai dengan
minggu ke 36.
Kunjungan antenatal
bisa lebih dari 4 kali
sesuai kebutuhan dan
jika ada keluhan,
penyakit atau
gangguan kehamilan.
Kunjungan ini
termasuk dalam K4.

Disertasi PENGEMBANGAN PENDEKATAN “SOCIAL INA DEBORA R.L


ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
105

Definisi Skala
Variabel Skor Alat ukur (instrumen)
Operasional data
3. Tempat Fasilitas rawat inap 0=Tidak Kuesioner dan Nominal
Persalinan untuk pertolongan melahirkan di dokumentasi
persalinan yang aman fasilitas
dan selamat di Kesehatan yang
fasilitas kesehatan memadai
yang memadai 1= Melahirkan di
(Puskesmas PONED) fasilitas kesehatan
yang memadai
atau Puskesmas
PONED
4. Pertolongan Persalinan yang 0= Ditolong oleh Kuesioner dan Nominal
Nakes (PN) diberikan atau dukun, orang dokumentasi
ditolong oleh Tenaga awam, Persalinan
Kesehatan yang sendiri (non
kompeten (Bidan, nakes)
Dokter Umum, 1=Ditolong oleh
Dokter spesialis tenaga Kesehatan
Kebidanan) yang kompeten
(Nakes : Bidan,
Dokter umum,
Dokter spesialis
Kebidanan)
2 =Ditolong oleh
Tenaga kesehatan
lain (Perawat)
5. Pelayanan Kegiatan kunjungan 0 Kunjungan Kuesioner dan Nominal
Nifas (Kf) pada ibu pasca Nifas (Kf) : dokumentasi
melahirkan di 0 = Tidak
Puskesmasmaupun lengkap Kf
rumah ibu 1.= Lengkap Kf
melahirkan yang (3 kali atau
dilakukan oleh lebih)
Petugas Kesehatan
(Bidan,
Perawat/Dokter)
yang diberikan pada
ibu mulai 6 jam
sampai 42 hari pasca
persalinan oleh
tenaga kesehatan
sebanyak 3 kali:
Kunjungan nifas
pertama (Kf 1) pada
masa 6 jam setelah
persalinan sampai 7
hari; Kunjungan
nifas ke dua (Kf 2)
hari ke 8 sampai hari
ke 14 setelah
persalinan ;
Kunjungan nifas ke
tiga (Kf3) hari ke 15
sampai hari ke 42

Disertasi PENGEMBANGAN PENDEKATAN “SOCIAL INA DEBORA R.L


ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
106

Definisi Skala
Variabel Skor Alat ukur (instrumen)
Operasional data
setelah persalinan.
6. Keluarga Alat kontrasepsi 0=Tidak Kuesioner dan Nominal
berencana yang digunakan oleh mengikuti KB dokumentasi
(KB) ibu/suami pasca 1=Mengikuti KB
pasca persalinan:
dengan metode yang
sesuai untuk
ibu/suami pada masa
nifas saat ini.
Independen Variabel
I. Faktor intrapersonal (ibu)
7. Umur Usia klien yang 13 dst Kuesioner Rasio
dihitung dari
tanggal kelahiran
sesuai dengan
kalender
8. Pendidikan Hasil studi formal 1 = Kurang (Tidak Kuesioner Rasio
Klien tertinggi yang sekolah, Tamat SD
ditempuh responden dan tamat SMP)
yang dinyatakan 2= Cukup (Tamat
dalam lama tahun SMP sampai dengan
studi yang ditempuh SMA )
3 = Baik (Tamat
SMA dan Perguruan
Tinggi )
9. Pekerjaan Kegiatan yang 0=Bekerja Kuesioner Nominal
Klien dapat menjadi mata 1= Tidak bekerja
pencaharian dan
menghasilkan uang.
10. Nilai Segala sesuatu yang 10 dan seterusnya Kuesioner Rasio
kepercayaan dianggap benar oleh
kelompok untuk
menurunkan angka
kematian ibu
melahirkan
11. Pengetahuan Apa yang diketahui 10 dan seterusnya Kuesioner Rasio
responden oleh responden
tentang tentang kesehatan
kesehatan ibu melahirkan:
ibu ANC : 7 T, tanda
bahaya kehamilan
dan persalinan,
tanda persalinan,
komplikasi
kehamilan/
persalinan, tempat
melahirkan
12. Sikap Bagaimana 10 dan seterusnya Kuesioner Rasio
responden responden merespon
respon emosional
terhadap pelayanan
kesehatan ibu

Disertasi PENGEMBANGAN PENDEKATAN “SOCIAL INA DEBORA R.L


ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
107

Definisi Skala
Variabel Skor Alat ukur (instrumen)
Operasional data
13. Niat ibu Keinginan hati ibu 10 dan seterusnya Kuesioner Rasio
terhadap untuk melakukan
kehamilan, pemeriksaan
persalinan kehamilan,
dan nifas. perawatan
kehamilan,
persalinan dan
nifas.
14. Self effikasi Keyakinan atau 10 dan seterusnya Kuesioner Rasio
kemampuan
seseorang untuk
melakukan tindakan
untuk menurunkan
angka kematian ibu
melahirkan
Akses ; Jarak dan waktu 0 dan seterusnya kuesioner Rasio
15. Jarak tempuh dalam
16. Waktu menit oleh
tempuh responden untuk
mendapatkan
pelayanan
kesehatan di
fasilitas kesehatan
yang memadai
(PuskesmasPoned)

Karakteristik Reproduksi:
17.Usia Kawin Usia ibu saat kawin 13 tahun dan Kuesioner Rasio
Pertama pertama tanpa seterusnya
melihat status
pernikahan
18. Frekuensi Jumlah kehamilan 1dan seterusnya Kuesioner Rasio
kehamilan sejak ibu hamil
pertama hingga
hamil dan
melahirkan anak
terakhir
19. Paritas Paritas adalah 1dan seterusnya Kuesioner Rasio
banyaknya anak
yang pernah
dilahirkan
responden baik anak
yang hidup ataupun
yang mati.
20. Riwayat Jumlah kejadian 1 dan seterusnya Kuesioner Rasio
abortus abortus sejak ibu
hamil pertama
hingga hamil dan
melahirkan anak
terakhir
21. Tinggi badan Hasil pengukuran 100 cm dan Mikrotois Rasio
(TB) diukur dengan alat seterusnya
pengukur tinggi

Disertasi PENGEMBANGAN PENDEKATAN “SOCIAL INA DEBORA R.L


ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
108

Definisi Skala
Variabel Skor Alat ukur (instrumen)
Operasional data
badan yang
terstandar
(Microtois)
22. Penambahan Kenaikan BB ibu 1dan seterusnya Kuesioner Rasio
berat badan selama hamil untuk
(BB) selama kehamilan anak
hamil terakhir
II. Faktor interpersonal (keluarga)
Tugaskeluarga : Tugas yang Mengenal Kuesioner Nominal
23. Mengenal dilakukan oleh Masalah:
masalah keluarga 1 = Tidak
keluarga berhubungan mengetahui ibu
dengan efektifitas hamil
kesehatan ibu 2 = Mengetahui
melahirkan terdiri ibu hamil
dari: Mengenal
masalah kesehatan
ibu hamil,
melahirkan dan
nifas.
24. Mengambil Mengambil Mengambil Nominal
keputusan keputusan untuk ibu keputusan:
keluarga hamil, melahirkan 1 = Kurang dan
dan nifas. Cukup
2 = Baik
25. Merawat Melakukan Merawat Ibu: Nominal
keluarga perawatan pada ibu 1 = Kurang dan
hamil, melahrirkan Cukup
dan nifas. 2 = Baik
26.Memodifikasi Memodifikasi Memodifikasi Nominal
lingkungan lingkungan untuk lingkungan:
keluarga perawatan ibu 1 = Tidak
hamil, melahirkan dilakukan
dan nifas. 2 = Dilakukan
27 Pemanfaatan Memanfaatkan Memanfaatkan Nominal
fasilitas fasilitas pelayanan faskes
kesehatan kesehatan oleh 1 = Cukup
keluarga bagi 2 = Baik
perawatan ibu
hamil, melahirkan
dan nifas.
28. Persepsi Pendapat/opini 1 = Kurang Kuesioner Ordinal
kerentanan keluarga tentang 2 = Cukup -
terhadap Kerentanan/keparah baik
ancaman an/ ancaman
terhadap akibat
tidak melakukan
perawatan
kehamilan,
melahirkan dan
nifas pada ibu
dengan baik

Disertasi PENGEMBANGAN PENDEKATAN “SOCIAL INA DEBORA R.L


ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
109

Definisi Skala
Variabel Skor Alat ukur (instrumen)
Operasional data
29. Subjective Persepsi keluarga 10 dst Kuesioner Rasio
norm terhadap norma
yang berlaku di
masyarakat
berhubungan
dengan perawatan
selama hamil,
melahirkan dan
nifas
30. Perceived Persepsi keluarga 10 dst Kuesioner Rasio
control tentang kemampuan
keluarga
mengendalikan
perilaku yang akan
dia lakukan
berhubungan
dengan perawatan
selama hamil,
melahirkan dan
nifas
III. Faktor Institusional
Persepsi ibu Persepsi ibu tentang 10 dst Kuesioner Rasio
tentang kinerja kinerja bidan dalam
bidan dimensi : pelayanan
31. Reliability kehamilan (ante
32. Assurance natal), persalinan
33. Tangible (intra natal) dan
34. Emphaty masa nifas (post
35. Responsiv- natal): Dimensi
ness Reliability/
Keterandalan,
Dimensi Assurance/
Keyakinan, Dimensi
Tangible/Berwujud,
Dimensi Emphaty/
Empathy, Dimensi
Responsivness/Keres
ponsif
36. Screening Pelaksanaan 1 = Tidak Data sekunder Nominal
faktor risiko ibu pelayanan ibu hamil dilakukan
hamil meliputi 7 T dan 1 S screening faktor
; screening/deteksi risiko
faktor risiko pada 2 = Dilakukan
ibu hamil dengan screening faktor
menggunakan score risiko
Pudji Rohyati.
IV. Faktor komunitas
37. Harapan hasil Beliefs about the 1 = Tidak penting Kuesioner Ordinal
(outcome likelihood and value 2 = Biasa saja
expectations) of the consequences 3=Penting
of behavioral mendapat
choices/ Persepsi perhatian
masyarakat tentang masyarakat

Disertasi PENGEMBANGAN PENDEKATAN “SOCIAL INA DEBORA R.L


ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
110

Definisi Skala
Variabel Skor Alat ukur (instrumen)
Operasional data
pentingnya nilai ibu
dan anak sebagai
generasi penerus
cita-cita bangsa
38.Collective Beliefs about the 1= Kurang Kuesioner Nominal
efficacy ability of a group to 2 = Cukup
perform concerted 3 = Baik
actions that bring
desired outcomes/
Kelompok
organisasi Ibu untuk
mengorganisir
pengelolaan selama
kehamilan,
melahirkan dan nifas
seperti:Adanya kelas
pre natal untuk child
birth education dan
kelompok siaga
bersama
39. Learning to perform 1 = Kurang Kuesioner Ordinal
Pembelajaran/Pe new behaviors by 2 = Cukup
modelan Peer exposure to 3 = Baik
(Observational interpersonal or
Learning) media displays of
them, particularly
through peer
modeling/pemberda
yaan perempuan
melalui pemodelan
peer/pemutaran film
40. Incentive The use and misuse 1 = Kurang Kuesioner Nominal
motivation of rewards and 2 = Cukup -
punishments to Baik
modify behavior/
Adanya penggunaan
manfaat/ reward
dan
hukuman/punish-
ment untuk
memodifikasi
perilaku/ (Adanya
penghargaan dari
masyarakat bagi ibu
yang ANC teratur/
Melahirkan di
Puskesmas Poned/
di tolong oleh
tenaga kesehatan/
menggunakan alat
kontrasepsi)

Disertasi PENGEMBANGAN PENDEKATAN “SOCIAL INA DEBORA R.L


ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
111

Definisi Skala
Variabel Skor Alat ukur (instrumen)
Operasional data
41.Sumber daya/ Providing tools, 1 = Kurang Kuesioner Ordinal
facilitation resources, or 2 = Cukup
environmental 3 = Baik
changes that make
new behaviors
easier to perform/
Adanya penyuluhan
dan pelatihan secara
rutin kepada ibu
tentang kesehatan
ibu hamil,
melahirkan dan
nifas.
42.Self Controlling oneself 1 = Kurang Kuesioner Ordinal
regulation through 2 = Cukup
selfmonitoring, 3 = Baik
goal-setting,
feedback, self
reward, self-
instruction, and
enlistment of social
support/Adanya
pelatihan bagi ibu
tentang manajemen
diri/ perawatan diri
ibu selama hamil,
melahirkan dan
masa nifas. Telepon
konseling untuk
siaga ibu melahirkan

4.5 Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian tahap pertama adalah

kuesioner, pedoman wawancara, dan pengukuran. Prosedur pengumpulan data:

(1) Pengumpulan data primer yang meliputi data indikator keberhasilan upaya

akselerasi penurunan angka kematian ibu serta faktor ; intra personal, inter

personal, institusional dan komunitas. (2) Untuk menjaga validitas dan reliabilitas

kuesioner, peneliti berkonsultasi dengan 5 orang pakar di bidang kesehatan dan

sosial. Kemudian diuji dengan melakukan pengumpulan data awal pada 20 ibu

nifas di beberapa lokasi penelitian untuk melihat validitas isi kuesioner. Setelah

Disertasi PENGEMBANGAN PENDEKATAN “SOCIAL INA DEBORA R.L


ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
112

itu peneliti memperbaiki kuesioner hasil pengisian responden sesuai masukan dari

para pakar. Data sekunder dikumpulkan dari instansi seperti Dinas Kesehatan

Kabupaten, Kantor Statistik baik di tingkat kabupaten, kecamatan maupun

kelurahan/desa untuk mendapatkan data demografi.

Instrumen yang digunakan dalam penelitian tahap kedua adalah kuesioner,

pedoman wawancara dan pengukuran. Peneliti memberikan intervensi kesehatan

berupa pendidikan kesehatan menggunakan berbagai media pengajaran yang

disusun oleh peneliti dan dari berbagai sumber berupa :

1. Leaflet tentang : Pengenalan tanda bahaya pada kehamilan, persalinan dan nifas,

Perubahan tubuh selama kehamilan dan keluhan umum saat hamil, cara

mengatasinya, Kesehatan ibu hamil, Air susu ibu bikin bayi dan ibu sehat,

Perawatan bayi (disusun sendiri oleh peneliti)

2. Kartu Skor Podji Rochjati (KSPR)

3. Buku KIA

4. Video : asal usul manusia, ibuku malaikatku, inisiasi menyusu dini, video posisi

menyusui yang benar, melekat dengan benar serta mengisap dengan efektif,

5. Boneka untuk role play menyusui

6. Breast model

7. Kartu jodoh untuk deteksi faktor risiko

8. Permainan monopoli pendekatan risiko pada ibu hamil

4.6 Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian tahap pertama adalah : Kabupaten Kupang, NTT.

1. Wilayah Timur : Kecamatan Kupang Timur/ PuskesmasOesao,

Disertasi PENGEMBANGAN PENDEKATAN “SOCIAL INA DEBORA R.L


ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
113

2. Wilayah Barat : Kecamatan Kupang Tengah/ PuskesmasTarus

3. Wilayah Utara : Kecamatan Amarasi/ PuskesmasOekabiti,

4. Wilayah Selatan : Kecamatan Fatuleu/ PuskesmasCamplong, dan Kecamatan

Takari/ PuskesmasTakari.

Lokasi penelitian tahap kedua uji coba model adalah Kecamatan Takari/

PuskesmasTakari, Kabupaten Kupang.

Waktu penelitian sampai selesainya pelaporan kurang lebih 20 bulan,

terdiri dari : 14 bulan untuk mengumpulkan data, implementasi. Enam (6) bulan

untuk analisis dan penulisan hasil. Rincian kegiatan sebagai berikut :

4.6.1 Persiapan penelitian

Persiapan penelitian tahap pertama adalah :

1. Pembentukan organisasi penelitian dengan melakukan kunjungan ke

Kecamatan dan Puskesmasserta posyandu untuk melihat kegiatan yang

dilakukan serta pendekatan dengan (TOGA/TOMA/Kader kesehatan/ Dukun).

2. Pendekatan dengan Kepala Dinas Kesehatan Provinsi NTT serta Kepala

Dinas Kesehatan Kabupaten Kupang untuk mendapat persetujuan pelaksanaan

penelitian Pengembangan Pendekatan “Social Ecological Model of Health

Behaviour” untuk Penurunan Angka Kematian Ibu di Kabupaten Kupang.

Kemudian informasi mengenai hal-hal yang berhubungan dengan pelatihan

dan pelaksanaan penelitian diberikan kepada dokter, Bidan dan Petugas

Kesehatan di Puskesmasserta TOMA dan TOGA.

3. Administrasi perizinan penelitian.

Disertasi PENGEMBANGAN PENDEKATAN “SOCIAL INA DEBORA R.L


ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
114

4. Pelatihan bagi enumerator untuk pengumpulan data penelitian pada ibu nifas,

keluarga, petugas kesehatan dan masyarakat. Untuk meningkatkan validitas

data, tiga hari sebelum pelatihan peneliti memberikan instrumen penelitian

kepada enumerator. Instrumen penelitian dipelajari oleh enumerator, masing-

masing variabel yang akan diteliti untuk pengambilan datanya dengan

defininisi operasional yang telah dibuat agar terjadi kesamaan persepsi antara

enumerator dan peneliti. Setelah instrumen penelitian dibagikan, peneliti

mendatangi masing-masing Puskesmas untuk memberikan pelatihan dan

penjelasan tentang pengisian instrumen penelitian.

Persiapan penelitian tahap kedua untuk uji coba model, dengan langkah

kegiatan yang dilakukan adalah sebagai berikut :

1. Diskusi dan curah pendapat dengan pejabat terkait pada wilayah tempat

dilakukan penelitian (Kabid Kesga Dinas Kesehatan Kab. Kupang) untuk

pengembangan model operasional dan rekomendasi rencana intervensi.

Penentuan lokasi intervensi berdasarkan kriteria daerah terpencil dan kasus

kematian tertinggi. Ditemukan Kecamatan Takari sebagai wilayah intervensi

model.

2. Hasil diskusi menentukan Kecamatan Takari sebagai tempat intervensi dengan

pertimbangan jumlah kematian ibu mengalami peningkatan Tahun 2010 ;

1 orang, tahun 2011 menjadi 2 orang. AKI meningkat Tahun 2010: 240,96

%ooo KH, tahun 2011 menjadi 460,83 %ooo KH.

3. Peneliti melakukan pendekatan dan diskusi bersama Kepala Bidang Kesehatan

Keluarga Dinas Kesehatan Kabupaten Kupang, melakukan pendekatan dan

Disertasi PENGEMBANGAN PENDEKATAN “SOCIAL INA DEBORA R.L


ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
115

diskusi bersama Kepala Puskesmas untuk penemuan ibu hamil trimester I (K1

murni) melalui rapat bulanan di Puskesmas. Disepakati penemuan Ibu hamil

K1 murni, oleh bidan desa bekerjasama dengan TOMA/TOGA, kader kesehatan

serta dukun untuk menemukan ibu hamil K1 murni di lapangan dan langsung di

bawa pemeriksaan ke Puskesmas serta mengikuti “Kelas Prenatal Care and

Family” di Puskesmas.

4.6.2 Pelaksanaan penelitian

Pelaksanaan penelitian tahap pertama meliputi :

1. Pengumpulan data survei oleh Peneliti dan Enumerator di 5 Kecamatan

terpilih di Kabupaten Kupang menggunakan kuesioner.

2. Pengambilan data sekunder kematian ibu maternal oleh Peneliti tahun

2008 - 2010

3. Studi variabel penelitian oleh Peneliti

4. Perangkuman hasil penelitian, kepustakaaan dan angka kejadian kematian

ibu

5. Analisis data secara deskriptif dan inferensial untuk pembuatan model

6. Model Baru : Pengembangan pendekatan “Social Ecological Model of Health

Behavior”untuk penurunan angka kematian ibu di Kabupaten Kupang, NTT.

Pelaksanaan penelitian tahap kedua uji coba model komprehensif “Social

Ecological Model of Health Behaviour” untuk penurunan angka kematian ibu di

Kabupaten Kupang. Penelitian dilakukan di Wilayah PuskesmasTakari

berdasarkan sumber daya dan kondisi wilayah setempat. Intervensi diberikan

terbatas pada pemberian pendidikan kesehatan pada masing-masing level secara

Disertasi PENGEMBANGAN PENDEKATAN “SOCIAL INA DEBORA R.L


ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
116

komprehensif hal ini sesuai dengan Moore (2003) bahwa setiap level ada potensi

untuk promosi kesehatan. Intervensi lain dapat diberikan sesuai dengan sumber

daya yang tersedia. Dengan demikian intervensi yang diberikan pada uji coba

model ini adalah pendidikan kesehatan sebagai berikut :

1. Level intra personal dan interpersonal intervensi yang diberikan berhubungan

dengan indikator yang menyusun intrapersonal yaitu : nilai kepercayaan,

sikap, niat dan Self Efficacy. Pendidikan kesehatan yang diberikan pada ibu

hamil dan keluarga (suami) melalui “Kelas Prenatal Care and Family”.

Selama 3 kali pertemuan, serta dialog dengan ibu hamil dan keluarga. Dalam

kegiatan ini, suami atau keluarga diharapkan mengikuti minimal 1 kali

pertemuan “ Kelas Prenatal Care and Family. Adapun kegiatan “Kelas

Prenatal Care and family” meliputi :

Pertemuan I dilaksanakan pada ibu hamil trimester I usia kehamilan

12 - 16 minggu. Memberikan pendidikan kesehatan tentang : (1) Perkenalan

dan dinamika kelompok (2) Perubahan tubuh selama kehamilan ; terjadinya

kehamilan, perubahan tubuh ibu selama hamil, keluhan-keluhan saat hamil,

apa saja yang harus dilakukan ibu selama hamil, (3) perawatan kehamilan ;

gizi untuk ibu hamil serta pencegahan anemia, kesiapan psikologis ibu

menghadapi kehamilan, hubungan suami istri semasa kehamilan, obat-obatan

yang boleh dan tidak boleh dikonsumsi selama hamil, tanda bahaya

kehamilan perencanaan persalinan sejak awal agar dapat memperlancar

proses persalinan. Metode yang digunakan adalah diskusi, tanya jawab,

Disertasi PENGEMBANGAN PENDEKATAN “SOCIAL INA DEBORA R.L


ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
117

simulasi, dan demonstrasi, serta pemutaran video. Media yang digunakan

adalah : leaflet, buku KIA, lembar balik, video, dan kertas kerja.

Pertemuan II, pada ibu hamil trimester II (16 - 28 minggu) memberikan

pendidikan kesehatan tentang persiapan persalinan dan perawatan setelah

melahirkan (masa nifas) meliputi : Tanda persalinan, tanda bahaya pada

persalinan, proses persalinan, perawatan nifas, upaya agar dapat menyusui

secara penuh ; posisi menyusui yang benar, melekat dengan benar, menyusui

dengan efektif, manfaat ASI, inisiasi menyusu dini /IMD, ASI Eksklusif),

tanda bahaya penyakit pada masa nifas, KB pasca persalinan. Metode yang

digunakan adalah diskusi, tanya jawab, simulasi dan demonstrasi, serta

pemutaran video. Media yang digunakan adalah : leaflet, buku KIA, lembar

balik, video, dan kertas kerja.

Pertemuan III pada ibu hamil trimester III (28-40 minggu)

memberikan pendidikan kesehatan dan pelatihan tentang perawatan bayi,

mitos, penyakit menular dan akte kelahiran meliputi : perawatan bayi baru

lahir, tanda bayi lahir sehat dan tanda bayi sakit, manfaat pemberian vitamin

K1 injeksi pada bayi baru lahir, tanda bahaya bayi baru lahir, pengamatan

perkembangan bayi/anak, pemberian immunisasi pada bayi baru lahir,

penggalian dan penelusuran mitos yang berkaitan dengan kesehatan ibu dan

anak, IMS, informasi dasar HIV AIDS, pencegahan dan penanganan malaria

pada ibu hamil, pentingnya akte kelahiran. Metode yang digunakan adalah

diskusi, tanya jawab, simulasi, role play dan demonstrasi, serta pemutaran

video. Media yang digunakan adalah : leaflet, buku KIA, lembar balik,video,

Disertasi PENGEMBANGAN PENDEKATAN “SOCIAL INA DEBORA R.L


ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
118

dan kertas kerja. Pada setiap pertemuan (I, II dan III) dilakukan pre test

sebelum kegiatan dan post test sesudah kegiatan (Rundown pelatihan

lampiran 14).

2. Level institusional intervensi diberikan berhubungan dengan indikator yang

menyusun institusional yaitu: kinerja bidan dimensi emphaty, responsiveness,

reliability dan assurance. nilai kepercayaan, sikap, niat dan Self Efficacy.

Pendidikan kesehatan meliputi: (1) screening faktor risiko ibu hamil untuk

semua petugas kesehatan (bidan, perawat, dokter petugas honorer pendidikan

non kesehatan yang bekerja di puskesmas) tentang : tanda bahaya kehamilan

serta pengenalan faktor risiko dan deteksi dini ibu hamil risiko tinggi dalam

rangka rujukan dini berencana menggunakan Kartu Skor Poedji Rochjati

(KSPR) dan pedoman Depkes RI. Metode yang digunakan adalah diskusi,

tanya jawab, simulasi dan studi kasus untuk deteksi faktor risiko. Sebelum

kegiatan dilakukan pre test dan sesudah kegiatan dilakukan post test (2)

Bidan dan Perawat juga diikutsertakan dalam “Kelas Prenatal Care and

Family‖ agar dapat mempraktekkan kinerja bidan yang baik dimensi

emphaty, responsiveness, reliability dan assurance. Bidan dan Perawat juga

dapat melanjutkan kegiatan tersebut secara rutin di Puskesmas. Promosi

kesehatan lainnya dilakukan lewat leaflet, pemutaran video, publikasi lewat

papan informasi yang ada di Puskesmas (Rundown pelatihan lampiran 15).

3. Level komunitas intervensi yang diberikan berhubungan dengan indikator

yang menyusun komunitas yaitu : fasilitasi, self regulation dan observasional

learning. Pada variabel komunitas, kepada Tokoh Masyarakat/TOMAS,

Disertasi PENGEMBANGAN PENDEKATAN “SOCIAL INA DEBORA R.L


ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
119

Tokoh agama (TOGA), kader, dan dukun diberikan pendidikan kesehatan

tentang pengenalan tanda bahaya kehamilan serta pengenalan faktor risiko

dan deteksi dini ibu hamil risiko tinggi dalam rangka rujukan dini berencana

menggunakan KSPR dan pedoman Depkes RI. Metode yang digunakan

adalah diskusi, tanya jawab, dinamika kelompok, simulasi dan role play dan

studi kasus, permainan kartu jodoh dan monopoli untuk deteksi faktor risiko

menggunakan Skor Poedji Rochjaty. Sebelum kegiatan dilakukan pre test dan

sesudah kegiatan dilakukan post test (Rundown pelatihan lampiran 16).

Selanjutnya adalah pembuatan laporan hasil penelitian.

4.7 Cara Pengolahan dan Analisis Data

4.7.1 Analisis kuantitatif

Pada penelitian tahap pertama, untuk pembuatan model pengembangan

pendekatan “Social Ecological Model of Health Behaviour“ untuk penurunan

AKI di Kabupaten Kupang, NTT‖. Data dianalisis dan diinterpretasikan dengan

melakukan pengujian terhadap hipotesis, menggunakan program komputer SPSS

for Windows Release 19 serta LISREL 8.30 dengan tahapan analisis sebagai

berikut :

1. Analisis Univariat

Data hasil penelitian dianalisis secara deskriptif dalam bentuk tabel

distribusi frekuensi, grafik dan narasi untuk melihat Pengembangan Pendekatan

“Sosial Ecological Model of Health Behaviour” untuk Penurunan Angka

Kematian Ibu pada masing- masing variabel yang diteliti.

Disertasi PENGEMBANGAN PENDEKATAN “SOCIAL INA DEBORA R.L


ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
120

2. Analisis bivariat

Analisis bivariat untuk mengetahui hubungan antar variabel independen

dan variabel dependen secara masing-masing. untuk menganalisis pengaruh dari

masing-masing variabel independen: (1) Faktor intrapersonal/ Individu (umur,

pendidikan, pekerjaan, nilai kepercayaan, pengetahuan, sikap, niat ibu, Self Efficacy,

jarak faskes, waktu tempuh, usia kawin pertama, frekuensi hamil, paritas, abortus,

tinggi badan dan penambahan berat badan) ; (2) Faktor interpersonal/keluarga

(mengenal masalah, pengambilan keputusan, merawat keluarga, memodifikasi

lingkungan, memanfaatkan fasilitas kesehatan, persepsi kerentanan, Subjective

norm, Perceived control) ; (3) Faktor institusional (persepsi ibu terhadap kinerja

bidan dalam pelayanan kehamilan, persalinan dan nifas, dimensi reliability,

assurance, tangible, emphaty, responsiveness serta screening faktor risiko) ; (4)

Faktor komunitas (outcome expectation, collective efficacy, observational

learning,incentive motivation, fasilitas dan self regulation) terhadap penurunan

variabel dependen angka kematian ibu melalui indikator output K1 , K4, Tempat

persalinan, PN, Kf dan KB. Uji statitik yang digunakan adalah analisis Regresi

Logistik Sederhana untuk menganalisis semua variabel yang diteliti serta untuk

mengetahui Odds Ratio (OR) dengan menggunakan Confidence Interval (CI)

sebesar 95% ( α = 0,005).

3. Analisis multivariat

Analisis multivariat dilakukan untuk mengetahui pengaruh variabel

independen terhadap variabel dependen secara bersama-sama. Pengaruh dari

varibel intrapersonal, interpersonal, institusional dan komunitas terhadap

Disertasi PENGEMBANGAN PENDEKATAN “SOCIAL INA DEBORA R.L


ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
121

pelayanan kesehatan ibu untuk penurunan angka kematian ibu melalui indikator

output K1, K4, tempat persalinan, PN, Kf dan KB. Uji statistik yang digunakan

adalah Regresi Logistik Ganda metode Backward Wald untuk melihat faktor

risikonya. Apabila masing-masing variabel bebas pada uji bivariat menunjukkan

nilai p < 0,25, maka variabel tersebut dapat dilanjutkan ke dalam model

multivariat. Analisis multivariat dilakukan untuk mendapatkan model yang

terbaik. Semua variabel yang memenuhi syarat dimasukkan bersama-sama untuk

dipertimbangkan menjadi model dengan hasil nilai p < 0,05. Variabel yang

terpilih dimasukkan ke dalam model dan nilai p yang tidak signifikan ( p > 0,05)

tidak dimasukkan ke dalam model.

Untuk melakukan pengembangan model komprehensif dilakukan analisis

faktor dengan SPSS 19.0 untuk menentukan komposit variabel, selanjutnya

komposit variabel tersebut dilakukan skoring dengan metode regresi untuk

mendapatkan faktor skor. Langkah selanjutnya hasil skoring tersebut dilakukan

analisis jalur, yang memungkinkan untuk menguji secara bersama-sama hubungan

konstruk variabel independen dan dependen, untuk pengembangan model “Social

Ecological Model of Health Behaviour”dengan LISREL 8.30.

4.7.2 Analisis kualitatif

Analisis kualitatif pada awal penelitian untuk pembuatan kuesioner awal

komunitas dan pembahasan dilakukan secara deskriptif dan disajikan dalam

bentuk narasi yang meliputi kajian mengenai perilaku perawatan ibu selama

hamil, melahirkan dan masa nifas dalam budaya Timor.

Disertasi PENGEMBANGAN PENDEKATAN “SOCIAL INA DEBORA R.L


ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
122

4.7.3 Rekomendasi hasil pengembangan pendekatan “Social Ecological


Model of Health Behavior”

Model yang spesifik dan komprehensif untuk penurunan AKI di

Kabupaten Kupang. Dengan demikian dapat dilakukan intervensi yang spesifik

untuk penurunan angka kematian dapat terwujud sesuai dengan tujuan yang

ditetapkan

4.8 Tahap II Uji Coba Model Baru

Data hasil penelitian dianalisis secara deskriptif dalam bentuk tabel

distribusi frekuensi, grafik dan narasi hasil pengembangan pendekatan “Sosial

Ecological Model of Helath Behaviour” untuk Penurunan Angka Kematian Ibu

pada masing- masing variabel yang diteliti.

Analisis bivariat dilakukan untuk mengetahui pengaruh intervensi yang

diberikan berupa pendidikan kesehatan pada variabel intra personal/interpersonal,

institusional dan komunitas. Uji statistik dilakukan untuk menguji pengaruh

pendidikan kesehatan pre dan post intervensi. Untuk mengetahui data berdistribusi

normal atau menceng digunakan uji Kolmogorov Smirnov. Data berdistribusi

normal dilanjutkan dengan uji paired t test. Sedangkan data yang tidak

berdistribusi normal/menceng dilakukan uji Wilcoxon. Selanjutnya untuk

mengetahui perbedaan di antara dua kelompok digunakan uji Mann Whitney.

4.9 Etika penelitian

Penilaian aspek etika penilaian terhadap penelitian diajukan kepada unit

komite etik dan tidak bertentangan dengan etika penelitian. Setelah disetujui telah

diberikan etichal clearance.

Disertasi PENGEMBANGAN PENDEKATAN “SOCIAL INA DEBORA R.L


ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

DAFTAR PUSTAKA

Adriaansz, 2010. Periode Kritis dalam Rentang Kehamilan, Persalinan dan Nifas
dan Penyediaan Berbagai Jenjang Pelayanan Bagi Upaya Penurunan
Kematian Ibu, Bayi dan Anak. USAID. Akses Tanggal 11 September
2010.

Ajzen I and Fishbein M, 1980. Understanding Attitudes and Predicting Social


Behavior. Englewood Cliffs, N.J.: Prentice Hall.

Ajzen I and Driver B L,1991. Prediction of Leisure Participation from


Behavioral, Normative, and Control Beliefs: An Application of the Theory
of Planned Behavior.Leisure Sciences, 1991, 13, 185-204.

Ajzen I, 1991. The Theory of Planned Behavior.Organizational Behavior and


Human Decision Processes.

Ajzen I, 2002. Perceived Behavioral Control, Self-Efficacy, Locus of Control,


and the Theory of Planned Behavior.Journal of Applied Social
Psychology.

Anderson JM, and Etches D, 2007. Prevention and Management of Postpartum


Hemorrhage. American Family Physician www.aafp.org/afp Volume 75,
Number 6. March 15, 2007.

Azwar A, 2004 Upaya Penurunan Angka Kematian Ibu


(AKI).http://www.bkkbn.go.id Diakses pada 11 September 2010.

Azeem, (2011). Hubungan Pengetahuan dan Sikap Ibu Hamil Terhadap


Keikutsertaan Kelas Ibu Di PuskesmasMetro Kecamatan Metro. Vol. 4.

Bandura, A. (1962). Social learning through imitation. In M. R. Jones (Ed.),


Nebraska Symposium on Motivation. Lincoln: University of Nebraska
Press.

Berkowitz, 1964. The Effects of Observing Violence. Scientific American vol 210,
No 2 1964. http://www.radford.edu/~jaspelme/443/spring-
2007/Articles/Berkowitz_1964_Violence.pdf

Bandura A,1977. Self Efficacy: The Exercise of Control. New York: W.H
Freeman.

Bandura A, 1977. Social Learning Theory. Englewood Cliffs, N.J.: Prentice Hall.

364

Disertasi PENGEMBANGAN PENDEKATAN “SOCIAL INA DEBORA R.L


ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
365

Bronfenbrenner U, 1979. The Ecology of Human Development. Cambridge,


Mass.: Harvard University Press.

Bandura A, 1986. Social Foundations of Thought and Action: A Social Cognitive


Theory. Englewood Cliffs, N.J.: Prentice Hall.

Brown LK, and Bennet VR, 1996. Myles Textbook for Midwives. Twelfth edition.
Churchill Livingstone. Edinburgh London Madrid Melbourne Newyork
and Tokyo.

Bandura A, 1998. Health Promotion from the Perspective of Social Cognitive


Theory. Psychology and Health.

Born A, Schwarzer R, and Jerusalem M, 1995. Indonesian Adaptation


of the General Self-Efficacy Scale.

Baranowski T, Anderson C, and Carmack C, 1998. Mediating Variabel


Framework in Physical Activity Interventions: How Are We Doing?
American Journal of Preventive Medicine 15, 266-297.

Britner SL, and Pajares F, 2001. Self Efficacy Beliefs, Motivation, Race, and
Genderin Middle School Science. Journal of Women and Minorities in
Science and EngineeringEmory University Atlanta, GA
30322sbritne@emory.edu.

Bandura A, 2002. Social Cognitive Theory of Mass Communications. In J.


Bryant and D. Zillman (eds.), Media Effects: Advances in Theory and
Research. (2nd ed.) Hillsdale, N.J.: Erlbaum, 2002.

Badan Litbang Kesehatan Depkes RI, 2004. Survei Kesehatan Rumah Tangga.
Jakarta. http://www.digilib,litbang,depkes.go.id Diakses tanggal 15
September 2010.

Bappenas, 2007. (http://www.bappenas.go.id/node/116/2763/hasil-sidang-pbb-ke-


65-tentang-millenium-development-goals-mdgs--di-new-york-20-22-
september-2010).

Blank L, Grimsley M, Goyder EW, Ellis E, and Peters J, 2007. Community-


based lifestyle interventions: changing behaviour and improving health.
Journal of Public Health Vol. 29, No. 3, pp. 236-245, Publication 29 June
2007.

Bobak IM, Lodewik DL, Jensen MD, Perry SE, 2007. Maternity Nursing. 5th
edition. St Louis. Mosby Year Book Inc.

Cunningham, G (2005). Obstetrik Williams. Jakarta: EGC

Disertasi PENGEMBANGAN PENDEKATAN “SOCIAL INA DEBORA R.L


ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
366

Campbell C, 2009. Ecological Model, Missisippi Cooperative Extension Service.

Campbell R, Dworkin E, and Cabral G, 2009. Trauma, Violence, and


Abusehttp://tva.sagepub.com/content/10/3/225.,http://tva.sagepub.com/http
://www.sagepublications.com. originally published online 10 May 2009.

CDC, 2010. Injury Prevention & Control: Violence Prevention and the Socio-
Ecological model
http://www.cdc.gov/ViolencePrevention/overview/social-
ecologicalmodel.html Diakses tanggal 2 Desember 2010.

Depkes RI, 2000. Kesehatan Reproduksi. Jakarta. Depkes RI.

Dahlberg LL, Krug EG, Mercy JA, Zwi AB, Lozano R, 2002 World Report on
Violence and Health. World Health Organization. Geneva, Switzerland.

Depkes RI, 2000. Buku Pedoman Pengenalan Tanda Bahaya pada Kehamilan,
Persalinan dan Nifas, Jakarta Direktorat Jenderal Pembangunan Masyarakat
Desa.

Depkes RI, 2007. Profil Kesehatan Indonesia. Jakarta. Depkes RI.

Depkes RI, 2009. Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan di


Kabupaten/Kota, Permenkes RI No 74/Menkes/PER/VII/2008, hal 5,6.
Depkes RI. Posted on Sudayasa 20 Desember 2009

Department of Making Pregnancy Safer, WHO, 2007. Reducing the Global


Burden: Post Partum Haemmorrhage. 1211 Geneva 27, Switzerland.
Editor: Tala Dowlatshahi, dowlatshahit@who.int.

Devy RS., Haryanto S., Hakimi M., Prabandari YS ., Mardikanto S., Perawatan
kehamilan dalam Perspektif Budaya Madura di Desa Tambak dan Desa
Rapalaok Kecamatan Omben Kabupaten Sampang, Jurnal Promosi
Kesehatan Vol 1, No 1, Maret 2012.

Dinkes Prov NTT, 2009. Pedoman Revolusi KIA di Provinsi NTT, Kupang

Dinkes Prov NTT, 2009. Pedoman Teknis Proses Pemberdayaan Masyarakat


Pada Desa Siaga di Provinsi Nusa Tenggara Timur. Dinkes Prov NTT,
Kupang

Dinkes Kab Kupang, 2010. Profil Kesehatan Kabupaten Kupang 2010, Kupang.
Dinkes Kab. Kupang.

Disertasi PENGEMBANGAN PENDEKATAN “SOCIAL INA DEBORA R.L


ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
367

Elder JP, Lytle L, Sallis JF, Young DR, Steckler A, Morton DS, Stone E, Jobe
JB, Stevens J, Lohman T, Webber L, Pate R, Saksvig BI, and Ribisl K,
2006. A description of the social-ecological framework usedin the trial of
activity for adolescent girls (TAAG). Health Education Research Vol.22
no.2 2007 Pages 155-165. Advance Access publication 19 July 2006.

Fisher EB, Brownson RC, Heath AC, Luke DA, and Sumner W, 2004.
“Cigarette Smoking.” In J. Raczynski, L. Bradley, and L. Leviton (eds.),
Health Behavior Handbook, Vol. 2. Washington, D.C.: American
Psychological Association.
Fisher EB, Brownson CA, O‘Toole ML, Shetty G, Anwuri VV, Glasgow RE,
2005. Ecological Approaches to Self-Management: The Case of Diabetes.
American Journal of Public Health. September 2005, Vol 95, No. 9.1523-
1535.

Fishbein M, 2007. A Reasoned Action Approach: Some Issues, Questions, and


Clarifications. In I. Ajzen, D. Albarracin, and R. Hornik (eds.), Prediction
and Change of Health Behavior: Applying the Reasoned Action Approach.
Hillsdale, N.J.: Erlbaum.

Fibriani AI, 2007. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kematian maternal. Tesis.


Universitas Diponegoro, Semarang.

Friedman, Howard. S. and Schustack, Miriam. W. 2006. Kepribadaian; Teori


Klasik dan Riset Modern. Jakarta: Erlangga
Galea S, and Ahern J. 2005. Distribution of Education and Population Health: An
Ecological Analysis of New York City Neighborhoods. American Journal
of Public Health. December 2005, Vol 95, No. 12.

Glanz K, Lewis ML, and Rimer BK, 1997. Health Behavior and Health
Education(2nd ed.). San Francisco, CA: Jossey-Bass. Diakses tanggal 5
Desember 2010.

Girasoli A, 2007. The General Perceived Self-Efficacy Scale (GPSS). October 31,
2007.

Glanz K, Rimer BK, and Viswanath K, 2008. Health Behavior and Health
Education. Fourth Edition.Jossey Bass.US America

Gregory TA, Wilson C, Duncan A, Turnbull D, 1, Cole SR, and Young G, 2011.
Demographic, Social Cognitive and SocialEcological Predictors of
Intention and Participation in Screening for Colorectal Cancer. BMC
Public Health 2011, http://www.biomedcentral.com/1471-2458/11/38.

Guhardja et al, 1989 dalam

Disertasi PENGEMBANGAN PENDEKATAN “SOCIAL INA DEBORA R.L


ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
368

http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/47437/BAB%20II
%20Tinjauan%20Pustaka_%20I11orm.pdf (sitasi 2 Juli 2013)

Ghozali HI, and Fuad, 2008. Structural Equation Modelling, Teori, Konsep dan
Aplikasi dengan Program, Badan Penerbit Universitas Diponegoro,
Semarang

Haryanti, 2003. Hubungan Pendidikan Ibu, Status bekerja Ibu dan pendapatan
Rata-Rata Keluarga dengan Pemeriksaan Kehamilan (K4) di Wilayah
Kerja PuskesmasBaturetno II Kabupaten Wonogiri. Skripsi

Hochbaum G, 1958. Public Participation in Medical Screening Programs: A


Sociopsychological Study. Public Health Service Publication no. 572.

Hawe P, and Riley T, 2005. Ecological Theory in Practice: Illustrations Froma


Community-Based Intervention to Promote the Health of Recent Mothers.
Prevention Science, Vol. 6, No. 3, September 2005Published online: 26
July 2006.

Herlina NE, and Djamilus F, 2008. Faktor Resiko Kejadian Anemia pada Ibu
Hamil di Wilayah Kerja
PuskesmasBogor.http://alijeco.blogspot.com/2008/05/faktor-resiko-
kejadian-anemia-pada-ibu.html.
Hermiyanti S, Direktur Bina Kesehatan IbuDepkes RI, 2009. Manajemen
Akselerasi Pencapaian Target MDG dalam Penurunan AKI. Bandung 4
Juni 2009.

Israel B, and Schurman S, 1990. Social Support, Control, and the Stress Process.
In K. Glanz, F. M. Lewis, and B. K. Rimer (eds.), Health Behavior and
Health Education: Theory, Research, and Practice. San Francisco:
Jossey-Bass.

Indonesia MDGs Report 2010. (http://www.bappenas.go.id/node/116/2763/hasil-


sidang-pbb-ke-65-tentang-millenium-development-goals-mdgs--di-new-
york-20-22-september-2010).
JOGC, April 2000. Prevention and Management of Postpartum Haemorrhage.
SOGC clinical guidelines.

King W, and Altman, 1989. Health Psychology and Public Health.(pp.128-130.


New York, NY: Pergamon Press. Diakses tanggal 5 Desember 2010.
Kwast BE, 1990. Postpartum Haemorrhage: Its Contribution to Maternal
MortalityICM/WHO/UNICEF pre-congress workshop in Kobe, Longman
Group UK Ltd 199, Japan.

Disertasi PENGEMBANGAN PENDEKATAN “SOCIAL INA DEBORA R.L


ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
369

Kwast BE, and Bentley J, 1991. Introducing Confident Midwives: Midwifery


Education - Action for Safe Motherhood. Longman Group UK Ltd 1991

Kuntoro H, 2002. Pengantar Statistik Multivariat. Surabaya. Pustaka melati.

Kuntoro H, 2007. Metode Statistik. Surabaya. Pustaka Melati.

Kuntoro H, 2009. Dasar Filosofis Metodologi Penelitian, Surabaya. Pustaka


Melati.
Kemenkes RI, 2010. Indikator pelayanan KIA . Depkes RI, Jakarta.

Kemenkes RI (Dirjen Binkesmas), 2010. Pedoman Pelayanan Ante Natal


Terpadu. Jakarta.

Kemenkes RI (Dirjen Binkesmas Direktorat Bina Kesehatan Ibu), 2010. Pedoman


Pemantauan Wilayah Setempat Kesehatan Ibu dan Anak (PWS-KIA),
Jakarta. Depkes RI

Kusumaningrum I, 1999. Karakteristik Kehamilan Risiko Tinggi sebagai


Penyebab Kematian Maternal di RSUP dr Sardjito Tahun 1993- 1996.
Fakultas kedokteran Universitas Gadjah Mada . Yogyakarta. 1999.

Latuamury S.R. 2001. Hubungan antara Keterlambatan Merujuk dengan


Kematian Ibu di RSUD Tidar Kota Magelang. Universitas Gadjah Mada.
Yogyakarta.

Lie et al, 1996 dalam Widjono 2008. Manajemen Kesehatan Ibu dan Anak.
Penerbit Duta Prima Airlangga. Surabaya.

Lazarus RS, 2000. Stress, Appraisal and Coping, Newyork. Springer Publications.

Leviton LC, Snell E, and McGinnis E, 2000. Urban Issues in Health Promotion.
American Journal of Public Health June 2000, Vol. 90, No. 6.

Lorig KR, dan Holman H, 2003. Self-management education: history, definition,


outcomes, and mechanisms. Ann Behav Med.

Lorig and Holman, 2003. Translated From Public Health Nutrition. Dalam Gizi
kesehatan Masyarakat, 2009. Editor: Gibney M.J, Margetts BM, Kearney
JM, Arab L. Jakarta. EGC.

Margaretha, 2003. Kualitas Pelayanan: Teori dan Aplikasi. Penerbit Mandar


Maju, Jakarta.
Miller, NE, and Dollard J, 1941. Social Learning and Imitation. New Haven,
Conn.: Yale University Press

Disertasi PENGEMBANGAN PENDEKATAN “SOCIAL INA DEBORA R.L


ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
370

McCarthy and Maine, 1992. Developed a conceptual model for analysing the
determinants of maternal mortality. Studi in family planning/ 25 (1): 23 -
33.
McLeroy KR, Bibeau D, Steckler A, and Glanz K, 1988. An Ecological
Perspective on Health Promotion Programs.Health Education Quarterly.

Morton SBG, Greene WH, and Gottlieb NH, 1995. Introduction to Health
Education and Health Promotion (2nd ed.) (pp. 403-422). Prospect
Heights, IL: Waveland Press. Diakses tanggal 5 Desember 2010

May KA, Mahmeister LR, 2000. Maternal and Neonatal Nursing, Family
Centered Care. 3rd ed. Philadelphia. JB Lipincott.

McLeroy KR, Gottlieb NH, and Heaney CA, 2001. Social Health. In M. P.
O‘Donnell and J. S. Harris (eds.), Health Promotion in the Workplace.
(3rd ed). Albany, New York: Delmar.

Manuba IB, 2001. Kapita Selekta Penatalaksanaan Rutin Obstetri Ginekologi dan
KB. Jakarta. EGC.

Matteson PL, Perry SE, and Bobak IM, 2001. Maternity Nursing. St Louis Inc.

Moore J, 2003Socio-Ecological Model--Looking Beyond the


Individualhttp://www.dhs.state.or.us/publichealth/hpcdp/about.cfm#why.
Diakses tanggal 5 Desember 2010

Moore J, 2003. Socio-Ecological Model. Definitions: The-socio-ecological-model


definitions.http://www.balancedweightmanagement.com/TheSocio-
EcologicalModel.htm . Diakses tanggal 5 Desember 2010

Moore J, 2003 Socio-Ecological Model. Introduction: Understanding the Social-


Ecological Modeland understanding the
risks.http://www.balancedweightmanagement.com/TheSocio-
EcologicalModel.htm. Diakses tanggal 5 Desember 2010

Miller, and Katherine, 2005. Communication Theories: Perspectives, Processes,


and Contexts (2nd ed.). New York, New York: McGraw-Hill.

Manuaba IBG, Manuaba IAC, Manuaba IBGF, 2007. Pengantar Kuliah Obstetri.
Cetakan I. Jakarta. EGC.

Mathers CD, Boerma T, and Doris FM, 2009. Global and Regional Causes of
Death Department of Health Statistics and Informatics, World Health
Organization, Geneva, Switzerland. Published Online September 22, 2009.

Disertasi PENGEMBANGAN PENDEKATAN “SOCIAL INA DEBORA R.L


ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
371

Mubarak WI, Chayatin N, Rozikin K, Supradi, 2012. Promosi Kesehatan Sebuah


Pengantar proses Belajar Mengajar dalan Pendidikan. Graha Ilmu.
Yogyakarta.

Muninjaya AA, 2013. Manajemen Mutu Pelayanan Kesehatan. EGC, Jakarta.

Nguyen T, 1999. Keselamatan Ibu: Keberhasilan dan Tantangan. Volume 16,


Editor Jacqueline Sherris, Seattle, Washington, USA. http//www.path.org/
19 April 2010

Norris SL, Nichols PJ, Caspersen C, 2002. Translated From Public Health
Nutrition. Dalam Gizi kesehatan Masyarakat, 2009. Editor: Gibney M.J,
Margetts BM, Kearney JM, Arab L. EGC Jakarta

Notoatmodjo S, 2010. Pendidikan Dan Perilaku Kesehatan. Jakarta : Rineka


Cipta

Nugroho R, 2011. Gender dan Strategi Pengarusutamaannya di Indonesia.


Pustaka Pelajar. Yogyakarta.

Ottawa Charter for Health Prevention, 1986. Strategi Promosi Kesehatan


berdasarkan Ottawa Charter.
www.who.int/hpr/NPH/docs/ottawa_charter_hp.pdf. Diakses tanggal 29
Januari 2011

Ottawa Charter, 1986, Ottawa Charter for Health Promotion. Ottawa: Canadian
Public Health Association.

Obstet Gynecol 2006.Postpartum Hemorrhage. ACOG Practice Bulletin No. 76.


American College of Obstetrikians and Gynecologists.

Okamoto SK, LeCroy CW,Tann SS,Rayle AD,Kulis S, Dustman P, and Berceli D,


2011. The Implications of Ecologically Based Assessment for
PrimaryPrevention with Indigenous Youth Populations.NIH Public
Access.

Parasuraman, A. Valerie, 2001. (Diterjemahkan oleh Sutanto) Delivering Quality


Service. The Free Press, New York.
Patton MQ, 1990. Qualitative Evaluation and Research Methods. Second Edition.
Sage Publication. London.

Perry CL, Williams CL, Mortenson SV, Toomey TL, Komro KA, Anstime PS,
McGovern PG, Finnegan JR, Forster JL, Wagenaar AC, and Wolfson M,
1996. Ecological Model of Health Behavior and Health Promotion.
Project Northland: Outcomes of a Community wide Alcohol Use

Disertasi PENGEMBANGAN PENDEKATAN “SOCIAL INA DEBORA R.L


ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
372

Prevention Program during Early Adolescence.American Journal of


Public Health, 86, 956-965
Permenkes RI No. 741/Menkes/PER/VII/2008, hal. 5-6). Standar Pelayanan
Minimal Bidang Kesehatan di Kabupaten/Kota.

Prawiroharjo, 2001. Buku Acuan Normal Pelayanan Kesehatan Maternal,


Neonatal. Jakarta. Yayasan Bina Pustaka.

Purwaningtyas., Hesti L., 2008. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Niat


Ibu Hamil, Melahirkan dengan Pertolongan Tenaga Kesehatan di
Kecamatan Pejawaran Kabupaten Banjarnegara Tahun 2008. Thesis.
Universitas Diponegoro, Semarang.

Rosenstock, I. M., Strecher, V. J., and Becker, M. H., 1988. “Social Learning
Theory and the Health Belief Model.”Health Education Quarterly, 1988,
15(2), 175-183.

Reynolds K, Shakib S, Spruijt-Metz D, Sun P, 2009. Translated From Public


Health Nutrition. Dalam Gizi kesehatan Masyarakat, 2009. Editor: Gibney
M.J, Margetts BM, Kearney JM, Arab L. Jakarta. EGC.

Remiswal, 2013. Menggugah Partisipasi Gender di Lingkungan Komunitas


Lokal. Graha Ilmu. Yogyakarta.

Schwarzer, R. & Jerusalem,M. (1995).‖Generalized Self-Efficacy Scale”. In J.


Weinmanr, S. Wright, & M. Johnston (Eds.). Measures in Health
Psychology: A User‟s Portfolio. (35-37) Windsor, UK: NFER-NELSON

Swasono MF, 1998. Kehamilan, Kelahiran Perawatan ibu dan Bayi dalam
Konteks Budaya Universitas Indonesia. Journal Antropologi Indonesia
57.Vol XIV hal 124-127.

Saifuddin AB, 2000. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal. Jakarta. Yayasan Bina Pustaka.

Schwarzer R, and Renner B, 2000. Health-Specific Self-Efficacy Scales.


Gesundheitspsychologie Freie Universität Berlin , Germany E-Mail:
health@zedat.fu-berlin.dehttp://www.RalfSchwarzer.de/

Sugiyono, 2002. Statistika Untuk Penelitian , Bandung. CV Alfabeta.

Suwanti, E. 2002. Hubungan Kualitas Perawatan Kehamilan dan Kualitas


Pertolongan Persalinan dengan Kematian Maternal di kabupaten Klaten.
Thesis. Program Pasca Sarjana Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.

Disertasi PENGEMBANGAN PENDEKATAN “SOCIAL INA DEBORA R.L


ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
373

Schneider MJ, 2006. Introduction to Public Health, Second Edition. Jones and
Bartlett Publishers, Massachusetts, Boston. USA.

Senge PM, 2006. Fifth Discipline The Art and Practice of the Learning
Organization. USA. Published By Doubleday.

Seran SB, Butu Y, Seikka X, Silalahi M, and Lewaherilla HJ, 2009. Revolusi
KIA NTT, Dinkes Prop NTT and AIPMNH Prop NTT, Kupang. 15
Agustus 2009.

Surjadi H, 2009. Pengembangan Kinerja Pelayanan Publik. Bandung. PT Refika


Aditama.

Susanto, Handy. 2006. Mengembangkan Kemampuan Self Regulation untuk


Meningkatkan Keberhasilan Akademik Siswa. Jurnal Pendidikan Penabur,
07, 64 - 71

Supriyanto S., Ernawaty. 2010. Pemasaran Industri Jasa Kesehatan. Penerbit


ANDI Yogyakarta. Yogyakarta.

Suherlan H, Budhiono Y, 2013. Psikologi Pelayanan di Bidang Pariwisata dan


Hospitality serta di Berbagai Bidang Bisnis Lainnya. Media perubahan.
Bandung.

Turnock JB, 2004. Publik Health, Thrd edition. USA Boston Jones and Bartlett
Publishers Sudbury Massachus.

Tjitra E, Budiarsa RL. 2000. Kematian Maternal di Nusa TenggaraTimur.


Bulletin Penelitian Kesehatan Vol 19 no. 2.

United Nations, 2008. Millenium Development Goals. Jakarta. Bappenas.

USAIDS, 2008. Achieving Results in Preventing Maternal Deaths: Prevention


and Treatment of Post Partum Haemorrhage. ACCESS to Clinical and
Community Maternal Neonatal and Womens‘s Health Services. Juni
2008.

USAID, 2009. Health Service Program. Http: /www.pkm. Online.com/article


2.htm diakses pada 11 September 2010.

UW Center for Public Health Nutrition, 2010. Appendix A Models, Factors and
Theories of Change. Washington State Department of Health.
http://depts.washington.edu/waaction/plan/append/a.html.Updated 9/24/10

VCE Physical Education (2011-2014). Social Ecological Model. Victorian


Curriculum and Assessment Authority

Disertasi PENGEMBANGAN PENDEKATAN “SOCIAL INA DEBORA R.L


ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
374

WHO, 1997. Revised 1990. Estimates of Maternal Mortality: A New Approach


by WHO and UNICEF. Genewa: Word Health Organization

WHO, 1985 ;Unicef, 1988, dalam Widjono, 2008. Manajemen Kesehatan Ibu dan
Anak. Penerbit Duta Prima Airlangga. Surabaya.

Witt-Rose DL, 2003. Student Self-Efficacy in College Science: An Investigation of


Gender, Age, And Academic Achievement.The Graduate School
University of Wisconsin-Stout Menomonie, WI 54751.

WHO, 2003. Pedoman Praktis Safe Mother Hood: Paket Ibu dan Bayi Penerapan
Program Safe Mother Hood. Jakarta. Penerbit Buku Kedokteran.

WHO, 2003. Maternal mortality in 2000. Department of Reproductive Health


andResearch WHO

WHO, 2003. Framework Convention on Tobacco Control.


[http://www.who.int/tobacco/frame work/WHO_FCTC_english.pdf].
Geneva: World Health Organization.
Wong DL, Perry SE, Hockenberry MJ, Lowdermilk DL, Wilson D, 2003.
Maternal Child Nursing Care. Mosby United States of America.

WHO, 2005. Make Every Mother and Child Count. Geneva. World Health
Organization.
WHO, 2007. WHO: Penurunan Angka Kematian Ibu Belum Sesuai Target MDGs.
http://www.antaranews.com/view/?i=1192195269&c=NAS&s= 12 Oktober 2007.

Widjono D, 2008. Manajemen Kesehatan Ibu dan Anak. Penerbit Duta Prima
Airlangga. Surabaya.

Wiknjosastro, H. 2002. Ilmu Kebidanan. Jakarta: YBP-SP

Wills R, and Morris C, 2010Incidence of primary postpartum haemorrhage with


selected maternal characteristics, Queensland, 2008. Queensland
Perinatal Data Collection, Queensland Health. Health Statistics Centre,
Queensland Health.

________, Dampak Anemia dan Kekurangan Energi Kronik pada Ibu


Hamil.www.eurekaindonesia.org.

______. Hasil Sidang PBB Ke -65 Tentang MDGs di New York Tanggal 20 - 22
September 2010 (http://www.bappenas.go.id/node/116/2763/hasil-sidang-
pbb-ke-65-tentang-millenium-development-goals-mdgs--di-new-york-20-
22-september-2010).

Disertasi PENGEMBANGAN PENDEKATAN “SOCIAL INA DEBORA R.L


ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
375

_______. 1997. Table from “Theory at a Glance: A Guide for Health Promotion
Practice"

_____,. Social Ecological Model . http://en.wikipedia.org/wiki, diakses tanggal 2


Desember 2010

Zainuddin M, 1999. Rancangan Penelitian. Diktat Surabaya: Fakultas Farmasi,


Universitas Airlangga.

Anonim/http://eprints.lib.ui.ac.id/4207/2/125773-TESIS0644%20Mar%20N09r-
Respon%20dan%20Koping-Bibliografi.pdf

Anonim/http://www.antaranews.com/view/?i=1192195269&c=NAS&s=

Anonim/ http://www.psychologymania.com/2012/04/regulasi-diri-self-
regulation.html (disitasi 25 Juli 2013)

Disertasi PENGEMBANGAN PENDEKATAN “SOCIAL INA DEBORA R.L


ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
376

Lampiran 8

Position Variable Label Value Value Label


1 Nomor Nomor Responden
2 dependen1 K1 Murni 0 Tidak
1 Ya
3 dependen2 K4 Trimester 3 0 Tidak K4
1 K4
4 dependen3 Tempat persalinan 0 Non Faskes
1 Faskes
5 dependen4 Penolong Persalinan 0 Non Nakes
1 Nakes
6 dependen5 Kategori Kunjungan Nifas 0 < 3 kali
1 >= 3 kali
7 dependen6 KB 0 Tidak KB
1 Ikut KB
8 intra1 Umur Ibu 1 Risiko Tinggi
2 Tidak Risiko
Tinggi
9 intra2 Pendidikan 1 Kurang
2 Cukup
3 Tinggi
10 intra3 Pekerjaan 0 Bekerja
1 Tidak bekerja
11 intra4 Pengetahuan Ibu
12 intra5 Sikap Ibu
13 intra6 Niat Ibu
14 intra7 Nilai kepercayaan
15 intra8 Jarak Rumah dan faskes (Km)

16 intra9 Waktu tempuh (Menit)


17 intra10 Self Efficacy
18 intra11 Kawin I kali
19 intra12 Frekuensi Hamil
20 intra13 Paritas
21 intra14 Abortus
22 intra15 Tinggi Badan
23 intra16 Pertambahan BB selama hamil

24 inter1 Persepsi Kerentanan 1 Kurang


2 Cukup-Baik
25 inter2 Mengenal masalah 1 Tidak
2 Ya

Disertasi PENGEMBANGAN PENDEKATAN “SOCIAL INA DEBORA R.L


ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
377

26 inter3 Pengambilan keputusan 1 Kurang-Cukup


keluarga
2 Baik
27 inter4 Merawat ibu hamil 1 Kurang-cukup
2 Baik
28 inter5 Memodifikasi lingkungan 1 Tidak dilakukan
keluarga
2 Dilakukan
29 inter6 Pemanfaatan Fasilitas Kesehatan 1 Cukup
oleh keluarga
2 Baik
30 inter7 Subjective norm
31 inter8 Perceived control
32 insti1 Screening ANC 1 Tidak dilakukan
screening Faktor
risiko

2 Dilakukan
screening faktor
risiko
33 insti2 Dimensi
Reliability/Keterandalan
34 insti3 Dimensi Assurance/Keyakina
35 insti4 Dimensi Tangible/Berwujud
36 insti5 Dimensi Emphathy/empati
37 insti6 Dimensi
Responsiveness/Keresponsif
38 komunitas1 Collective Efficacy 1 Kurang
2 Cukup
3 Baik
39 komunitas2 Outcome Expectation 1 Tidak penting
2 Biasa
3 Penting
40 komunitas3 Observasional Learning 1 Kurang
2 Cukup
3 Baik
41 komunitas4 Fasilitas 1 Kurang
2 Cukup
3 Baik
42 komunitas5 Incentive Motivation 1 Kurang
2 Cukup-Baik
43 komunitas6 Self Regulation 1 Kurang
2 Cukup
3 Baik

Disertasi PENGEMBANGAN PENDEKATAN “SOCIAL INA DEBORA R.L


ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
378

Lampiran 9 PEWAWANCARA MENGATUR SUASANA YANG BAIK UNTUK


MELAKUKAN WAWANCARA

I. INTRA PERSONAL
1.1 LATAR BELAKANG RESPONDEN Nomor
No Tanggal Sampel
1. Nama : Kolom
ini jangan
diisi
2. TTL/ Umur : /
3. Jenis kelamin : L / P
4. Agama : (lingkari jawaban yang sesuai) 4
a. Islam
b. Katolik
c. Kristen
d. Hindu
e. Budha
f. Kepercayaan kepada YME
g. Lain-lain
5. Alamat : Jalan/RT/RW : ……………………………………
Desa/ kelurahan : ………………………………..
Kec. : …………………………………………………
Kodya/Kab…………………………………………..
(diisi lengkap)

6. Pendidikan (lingkari jawaban yang sesuai) 6.a b.


a. Responden b. KK/ Suami/istri
1. Tidak sekolah 1. Tidak sekolah
2. Tidak tamat SD 2. Tidak tamat SD
3. Tamat SD/MI 3. Tamat SD
4. Tamat SMTP/SMP 4. Tamat SMTP/SMP
5. Tamat SMTA/SMU 5. Tamat SMTA/SMU
6. Tamat Akademi/PT 6. Tamat Akademi/ PT

7. Pekerjaan (lingkari jawaban yang sesuai ) 7


a. Utama b. Sampingan a.
b.
1) Tidak bekerja 1) Tidak bekerja
2) Buruh tani 2) Buruh tani
3) Petani 3) Petani
4) Tukang 4)Tukang
5) Sopir 5) Sopir
6) Pegawai swasta 6) Pegawai swasta
7) Wiraswasta 7) Wiraswasta
8) Pegawai Negeri 8) Pegawai Negeri
9) ABRI 9) ABRI
10) Pensiunan/ Purnawirawan 10) Pensiunan
11) Nelayan 11) Nelayan
12) Lain-lain, sebutkan ………. 12) Lain-lain, sebutkan ……..

Disertasi PENGEMBANGAN PENDEKATAN “SOCIAL INA DEBORA R.L


ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
379

No. Pertanyaan Koding


1.2 KARAKTERISTIK REPRODUKSI RESPONDEN
A Riwayat Kehamilan
1. Frekuensi Kehamilan (G) 1 ( )
……….kali
2. Jumlah anak hidup (P) 2 ( )
1. Belum punya anak
2. ______________ orang
3. Riwayat Abortus (A) 3 ( )
1. Tidak pernah
2. ______________ kali
4. Usia kawin pertama : ……………. Tahun 4 ( )
5a Jarak persalinan sebelum ini dengan kehamilan : …… bulan/tahun 5 (…….)
Tanggal/bulan/tahun persalinan terakhir………./………/……….
5b.
B Pemeriksaan Ante Natal
1. Pada saat ibu hamil, apakah ibu pernah memeriksakan kehamilannya
(lingkari jawaban yang sesuai)
1. Pernah
2. tidak pernah, alasannya jelaskan
……………………………………………………………………………
………………………………...
……………………………………………………………………………
…………………………………
……………………………………………………………………………
………………………………..
2 Ketika hamil terakhir kemana ibu memeriksakan kandungannya ? berapa Bisa lebih
frekuensinya? (lingkari dan lengkapi jawaban yang sesuai. dari 1
1. RS pemerintah (……) 9. Polindes (…….) jawaban
2. RS swasta (……) 10. Posyandu (…….)
3. Puskesmas (……) 11. Tradisional (tabib/Shinse) (…)
4. Pustu (……) 12 Dukun bayi (……)
5. Dokter Praktek (……) 13 Ruang bersalin (……)
6. Bidan Praktek (……) 14. Lainnya ______________ (….)
7. Perawat praktek (……)
8. Klinik kesehatan (……)
3 Apakah dalam 3 bulan pertama ibu pernah memeriksakan kehamilan
tersebut (K1) 0 - 16 Minggu
1. Ya, berapa kali……
2. Tidak
4 Apakah dalam kehamilan 16 - 28 minggu, ibu memeriksakan kehamilan
1. Ya, berapa kali……
2. Tidak
5 Apakah dalam 3 bulan terakhir (28 - 40) sebelum ibu melahirkan, ibu
memeriksakan kehamilan (K4)
1. Ya, berapa kali……
2. Tidak
6 Pemeriksaan apa saja yang dilakukan oleh petugas kesehatan saat ibu
memeriksakan kehamilannya : (Jika ya beri sebutkan)……….

Disertasi PENGEMBANGAN PENDEKATAN “SOCIAL INA DEBORA R.L


ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
380

……………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………
……………………………………………………
7 Pengukuran Antropometri/ (status gizi)
Tinggi badan : ……….. cm
Berat badan saat hamil : ……. Kg* K1 & K4
Penambahan berat badan selama hamil …… kg *
Lingkar lengan atas (LiLA) : …….. cm
Status gizi ibu selama hamil
1. Tidak diukur
2. BMI ……..
8. Injeksi TT ……………… Kali 8 (……)
9. Jumlah tablet tambah darah (Fe) yang di konsumsi : …. Tablet 9 (……)
10. Frekuensi pemeriksaan kadar Hb 10 (……)
1. Tidak dilakukan
2. ________________ kali
11. Hasil pemeriksaan kadar hb trimester III, : ……gr% 11 (……)
12 Pemeriksaan tekanan darah trimester III, : ……..mmHg 12. (……)
13 Ibu saat hamil mengalami komplikasi kehamilan preeklampsi, 13. (……)
1. Tidak komplikasi
2. Hipertensi
3. Hipertensi disertai edema wajah atau tungkai bawah dan atau
proteinuria (+)
14. Pemeriksaan laboratorium yang dilakukan atas indikasi : 14. (……)
Sebutkan
……………………………………………………………………………
……………………………………………………………
15a Berapa jarak antara rumah responden ke tempat pelayanan kesehatan 15_a (……)
yang memadai (Puskesmas PONED/memadai) : ……………..Km
Berapa lama waktu yang dibutuhkan responden untuk sampai ke tempat
15b. pelayanan kesehatan tersebut? ____________ menit 15_b (……)
16 a Apakah sebelum hamil ibu / suami *) menggunakan alat kontrasepsi ? 16_a (……)
1. Tidak KB
2. Ikut KB
Jenis kontrasepsi apa yang digunakan sebelum hamil ?
16 b 1. IUD 4. Implant 7. Kondom 16_b (……)
2. MOP 5. Suntik 8. Obat vaginal
3. MOW 6 Pil 9.lainnya, ______________
Status akseptor
16 c 1. Baru 16_c (……)
2. lama
3. DO
4 Aktif
Sudah berapa lama menjadi akseptor KB , _________ bulan
16 d 16_d (……)

17.a. Golongan darah ibu, ……………. 17_a (……)


17 b. Berapa orang yang disiapkan untuk menjadi pendonor darah saat ibu 17_b (……)
melahirkan :…………….orang

Disertasi PENGEMBANGAN PENDEKATAN “SOCIAL INA DEBORA R.L


ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
381

18 Persiapan biaya persalinan 18. (……)


1. Tidak ada persiapan khusus
2. Tabulin
3. Dasolin
4. Lainnya, ______________________
C. Gangguan/ Komplikasi Kehamilan
1 Apakah pada saat kehamilan terakhir, ibu mengalami
gangguan/komplikasi kehamilan

Jelaskan
……………………………………………………………………
……………………………………………………………………
D. Riwayat Persalinan
1. Tanggal persalinan _____________
2. Usia kehamilan saat lahir ____________ mgg
3. Dimanakah tempat ibu melahirkan anak yang terakhir
1. Di rumah sendiri/keluarga 6. Di klinik bersalin swasta
2. Di rumah dukun bayi 7. Di Puskesmas
3. Di rumah bidan di desa 8. Di RS Bersalin
4. Di Polindes 9.di RS pemerintah
5. diPraktek bidan swasta 10. Lainnya,_____________
4.a. Berapa jarak antara rumah responden ke tempat melahirkan fasilitas 4_a (…..)
kesehatan yang memadai (Puskesmas PONED/) :………Km
4 b. Alat transportasi apa yang ibu gunakan untuk ke tempat pelayanan 4_b (…..)
kesehatan
1. Jalan kaki
2. Tandu
3. Motor/ojek
4. Kendaraan umum
5. Kendaraan pribadi
6. Ambulance Desa
7. Ambulance/pusling
8. Lainnya, _______________________
4 c. Berapa lama waktu yang dibutuhkan responden untuk sampai ke tempat 4 c. (……)
pelayanan kesehatan tersebut? ____________ menit
5. Siapakah yang menolong ibu melahirkan anak yang terakhir 5. (…….)
1. Anggota keluarga (tapi bukan petugas kesehatan
2. Dukun bayi 6. Dokter kandungan
3. Bidan dan dukun bayi 7. Lainnya, ___________________
4. Perawat
5. Dokter umum
6. Siapakah yang mendampingi ibu saat persalinan 6. (…….)
1. tidak ada pendamping
2. ibu mertua/ keluarga suami*)
3 ibu kandung/keluarga ibu*)
4. Suami
5. Teman
6. Lainnya, _________________________

Disertasi PENGEMBANGAN PENDEKATAN “SOCIAL INA DEBORA R.L


ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
382

7 a. Hasil persalinan 7_a (…….)


1. Lahir hidup
2. lahir mati
7 b. Jenis kelamin 7_b (…….)
1. Laki-laki
2. Perempuan
7 c. Berat badan lahir …………………. Gram 7_c (…….)
7d Panjang badan bayi saat lahir …………….. cm 7_d (……)
7 e. Riwayat persalinan 7_e (……)
1. spontan, cukup bulan
2. persalinan prematuritas
3. Persalinan letak sungsang
4. tindakan non operasi (vakum, forceps, lainnya……………….
5. Operasi seksio sesaria

7 f. Kondisi bayi saat lahir


1. Cacat saat lahir
2. Persalinan kembar
E. Komplikasi Persalinan
1 Apakah pada saat persalinan terakhir iu mengalami komplikasi selama
proses persalinan :
Komplikasi persalinan
ada, : _________________
1. Perdarahan
2. Plasenta tertinggal
3. Partus lama
4. Tekanan darah tinggi (preeklampsi)
5. Tekanan darah tinggi + kejang-kejang (eklampsi)
6. Infeksi
7. Syok
8. Ruptur uteri (robekan rahim)
9. Tidak ada
10. Tidak tahu
F Riwayat Masa Nifas
1. Pemeriksaan setelah melahirkan (post partum). Dimana dan berapa Bs lebih dari
frekuensinya? 1 jawaban
1. RS pemerintah (…….) 9. Polindes (…….)
2. RS swasta (…….) 10. Posyandu (…….)
3. Puskesmas (……) 11. Tradisional (tabib/Shinse) (…)
4. Pustu (……) 12 Dukun bayi (……)
5. Dokter Praktek (……) 13 Ruang bersalin (……)
6. Bidan Praktek (……) 14. Lainnya ______________ (….)
7. Perawat praktek (……)
8. Klinik kesehatan (……)
2. Kunjungan nifas (Kf) dari petugas kesehatan
1. tidak pernah. Alasan, __________________
2. …………kali
3a Apakah ibu atau suami saat ini sudah menjadi akseptor KB ?
1. Tidak (lanjut ke no 2 c)
2. Ya

Disertasi PENGEMBANGAN PENDEKATAN “SOCIAL INA DEBORA R.L


ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
383

3 b. Keikutsertaan ibu atau suami dalam KB setelah melahirkan saat ini


1. IUD 4. Implant 7. Kondom
2. MOP 5. Suntik 8. Obat vaginal
3. MOW 6 Pil 9.lainnya, ______________
Apakah ibu atau suami merencanakan untuk mengikuti KB
3 c. 1. Tidak, alasannya_____________________
2. Ya (lanjut ke 2 d)
Rencana yang akan digunakan oleh ibu atau suami saat ini
3 d. 1. IUD 4. Implant 7. Kondom
2. MOP 5. Suntik 8. Obat vaginal
3. MOW 6 Pil 9.lainnya, ______________
Apakah ibu mendapat Buku Kia?
3 e. 1 ya Buku KIA
2 tidak, alasannya………………………………
Pencatatan perkembangan kesehatan ibu dan bayi yang disimpan oleh
3f ibu
1. Tidak ada
2. Buku KIA
3. Lainnya, __________________
G. Komplikasi Nifas (setelah melahirkan)
1. Apakah dalam kurun waktu 42 hari setelah melahirkan yang terakhir, ibu
mengalami komplikasi seperti (lingkari jawaban yang sesuai)
1. Perdarahan
2. Tekanan darah tinggi (preeklampsi/eklampsi)
3. Infeksi (Demam+ keluar cairan berbau dari jalan lahir/nyeri saat
kencing/ nyeri pinggul/ payudara bengkak dan sakit (mastitis)
4. Tidak ada komplikasi
5. Tidak tahu
H. Pemanfaatan Fasilitas Kesehatan Saat Terjadi Komplikasi
1. Apakah saat terjadi komplikasi kehamilan/persalinan dan nifas, ibu
memeriksakan diri ke fasilitas kesehatan yang ada?
1. Ya, lanjut ke No 2
2. Tidak, jelaskan ………………………………………….
………………………………………………………………..
2. Kemana ibu dibawa untuk diperiksa?
1. Di rumah keluarga 6. Di klinik bersalin swasta
2. Di rumah dukun bayi 7. Di Puskesmas
3. Di rumah bidan di desa 8. Di RS Bersalin
4. Di Polindes 9.di RS pemerintah
5. Di Praktek bidan swasta 10. Lainnya,_____________

I. Pelaksanaan Rujukan Saat Terjadi Komplikasi


1. Apakah saat terjadi komplikasi selama kehamilan, persalinan dan nifas, 1 (……..)
ibu dirujuk ke tempat pelayanan kesehatan yang lebih lengkap?
1 ya
2 tidak
2. Siapa yang menyarankan untuk merujuk? 2 (……..)
1. Dokter 5. Inisiatif sendiri
2. Bidan 6. Lainnya…………………
3. Dukun bayi 7. Tidak tahu

Disertasi PENGEMBANGAN PENDEKATAN “SOCIAL INA DEBORA R.L


ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
384

4. Keluarga
J Keterlambatan Rujukan
1 a. Berapa lama sejak muncul gejala sampai dengan pengambilan keputusan 1_a (……)
untuk dirujuk
………….. menit
1b. Hambatan yang dihadapi setelah pengambilan keputusan untuk dirujuk 1_b (……)
1. Tidak ada
2. Tidak ada biaya
3. Kesulitan mencari transportasi
4. Menunggu PetugasKesehatan
5. Lainnya,…………………………

Berapa lama waktu (jam) yang digunakan setelah ibu setuju untuk
1c dirujuk sampai tiba di empat pelayanan kesehatan rujukan (rumah sakit) 1_c (…….)
……………………..Jam
Bagaimana upaya mendapatkan transportasi
1. Sulit (membutuhkan waktu lama……. Menit
1d 2. Mudah …… menit 1_d (…….)
Bagaimana kondisi geografis tempat tinggal ibu :
1. Pegunungan
1e 2. Sebagian datar 1_e (…….)
3. Datar
4. Lain-lain………………………
Kendaraan apa yang digunakan untuk merujuk ibu :
1. Mobil pribadi
1f 2. Angkutan kota/Desa 1_f (…….)
3. Angkutan barang
4. Mobil Ambulans/Puskesling
5. Lainnya………………………………
Tempat rujukan persalinan
1. Puskesmas 1_g (……)
1g 2. Rumah sakit/Rumah bersalin
3. Lainnya, _____________________
Penyebab dirujuk
1. Distocia/partus tak maju
1h. 2. Hipertensi 1_h (…….)
3. Bengkak-bengkak/Preeklmpsi
4. kejang-kejang/Eklampsi
5.Ketuban pecah Dini/KPD
6. Perdarahan Ante Partum
7. Lainnya, ___________________________
Berapa lama waktu yang dibutuhkan sejak tiba di Rumah sakit sampai
dilakukan penanganan medis / Waktu respon setelah tiba di tempat
1i. rujukan …………….. menit 1_i (…….)
Berapa lama ibu dirawat di rumah sakit sampai pulang ke rumah
……….jam/hari
1j. Volume perdarahan waktu melahirkan ………………… cc 1_j (…….)

1k. 1_k (……)

Disertasi PENGEMBANGAN PENDEKATAN “SOCIAL INA DEBORA R.L


ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
385

1.3 Gender

1. Kedudukan ibu dalam keluarga 1 ( )


1. Ibu rumah tangga
2. Pencari nafkah
3. Lainnya, _________
2.a Pekerjaan rutin yang dilakukan ibu selama hamil 2_a ( )
Di rumah (Domestik)
1. Memasak
2. Berkebun
3.Timba air
4. Lainnya, sebutkan ________________
2 b Publik/di luar rumah 2_b ( )
1. Buruh tani
2. Petani
3. Tukang
4. Sopir
5. Pegawai swasta
6. Wiraswasta
7. Pegawai Negeri
8. ABRI
9. Pensiunan/ Purnawirawan
10. Nelayan
11. Lain-lain, sebutkan ……….
3. Dalam keluarga ibu hamil beristirahat siang 3 ( )
4 = Selalu\
3 = Sering
2 = Kadang-kadang
1 = Tidak pernah
No Pertanyaan (lengkapi jawaban sesuai Jawaban :
pilihan saudara) 5 = keputusan sendiri
4 = keputusan suami dan istri
3 = keputusan suami
2= keputusan oang tua/mertua
1 = lainnya sebutkan
4 Keputusan jumlah anak ditentukan oleh 4 ( )
5 Pemanfaatan pelayanan ante natal 5 ( )
6 Partisipasi dalam pelayanan ante natal 6 ( )
7 Control dalam pelayanan ante natal 7 ( )
dilakukan oleh
8 Pengelolaan pelayanan kesehatan bagi ibu 8 ( )
hamil, melahirkan dan nifas

1.4 Sosial Budaya


1. Sumber informasi yang dimiliki oleh anggota keluarga & sebutkan jenis
informasi atau berita yang diperoleh dari : (lingkari jawaban yang
sesuai)
1. Surat khabar, informasi ________________________

Disertasi PENGEMBANGAN PENDEKATAN “SOCIAL INA DEBORA R.L


ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
386

2. Radio, informasi, _____________________________


3. TV, informasi, _______________________________
4. Majalah, informasi, ___________________________
5. Tabloid, informasi, ___________________________
6. Leaflet,informasi, ____________________________
7. Poster, informasi, ____________________________
8. Lainnya, sebutkan, ___________________________
9. Informasi, __________________________________
2. Apakah ibu atau suami atau ada anggota keluarga yang ikut serta dalam
kegiatan masyarakat di lingkungan tempat tinggalnya
1. Gotong royong
2. Arisan
3. Kelompok WKRI/Wanita GMIT/Pengajian*)
4. Lainnya, sebutkan _________________________________
3. Apakah ada kepala keluarga atau anggota keluarga yang aktif sebagai
pengurus perkumpulan/ yayasan/ institusi masyarakat
1. Organisasi kepanitiaan pada yayasan
2. Organisasi adat
3. Kesenian
4. Olah raga
5. Keagamaan
6. Kepemudaan
7. Institusi masyarakat
8. Pengurus/RT/RW, Desa Siaga
9. Lainnya, sebutkan ___________________________________
6. Upaya apa yang dilakukan keluarga dalam meningkatkan atau menambah
pengetahuan agama ?
1. Mengundang guru agama ke rumah
2. Mengunjungi atau mendengarkan ceramah agama/khotbah
3. Mengikuti ibadah rumah tangga
4. Lainnya,sebutkan _________________________________

1.5 Nilai Kepercayaan tentang manfaat melakukan pemeriksaan ANC, persalinan


dan nifas. (Keterangan : SS = sangat setuju S = setuju CS = cukup setuju KS =
kurang setuju STS = sangat tidak setuju)
No. Pertanyaan Jawaban
SS S CS KS STS
1 Saya percaya bahwa kehamilan adalah sesuatu yang alami
sehingga jika tidak ada keluhan tidak perlu melakukan
pemeriksaan kehamilan ke Puskesmas.
2 Ketika saya hamil, keputusan untuk ke Puskesmas
memeriksakan kehamilan biasanya merupakan keputusan
pribadi.
3 Menurut saya pemeriksaan kehamilan yang baik untuk
pertama kali adalah pada saat usia kehamilan 4 bulan ke atas
(> 16 minggu) dimana perut sudah kelihatan hamil agar tidak
membuang biaya.
4 Saya percaya dengan memeriksakan kehamilan secara
teratur minimal 4 kali selama kehamilan dapat membantu
saya mendapatkan informasi untuk deteksi dini masalah

Disertasi PENGEMBANGAN PENDEKATAN “SOCIAL INA DEBORA R.L


ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
387

kehamilan, perawatan kehamilan serta persiapan persalinan


yang aman dan selamat
5 Menurut saya usia kehamilan yang sudah tua ; 7 bulan ke
atas (28 - 40 minggu) jika tanpa keluhan tidak perlu
melakukan pemeriksaan ke Puskesmas
6 Saya percaya bahwa penyulit/komplikasi persalinan seperti
perdarahan, ari-ari tertinggal/ retensio plasenta, persalinan
macet/ persalinan lama atau infeksi terjadi karena kesalahan
adat /nenek moyang sehingga ibu/keluarga perlu melakukan
upacara adat agar terhindar dari kesulitan melahirkan
sebelum ibu di rujuk ke Puskesmas
7 Saya percaya bahwa rumah tunggu/singgah adalah tempat
yang tepat untuk menanti persalinan.
8 Saya percaya bahwa penyulit/komplikasi persalinan seperti
perdarahan, ari-ari tertinggal/ retensio plasent, persalinan
macet/ persalinan lama serta infeksi dapat di tolong jika jika
melahirkan di Puskesmas PONED atau RS PONEK agar
persalinan dapat aman dan selamat
9 Saya percaya bahwa petugas kesehatan; Bidan memiliki
kemampuan yang memadai sehingga dapat menolong saya
melahirkan dengan aman dan selamat.
10 Saya percaya bahwa setelah melahirkan agar dapat merawat
bayi dengan baik dan perawatan diri saya perlu memberikan
kesempatan kepada diri saya untuk mendapatkan pelayanan
KB.

1.6 Pengetahuan Ibu tentang Kehamilan, Persalinan dan Nifas


No. Pertanyaan Jawaban
Ya Tidak
1 Tanda-tanda kehamilan adalah test urine (air kencing) positif, mual dan
muntah, perut makin besar dan tidak haid?
2 Pemeriksaan pertama kehamilan adalah sejak terlambat haid atau saat
kehamilan trimester pertama?
3 Pemeriksaan kehamilan sebaiknya dilakukan di
puskesmas, pustu atau polindes oleh tenaga kesehatan?
4 Manfaat pemeriksaan kehamilan adalah untuk mengetahui kondisi
kesehatan ibu dan bayi, mengetahui adanya penyulit saat melahirkan
sedini mungkin, mendapat imunisasi TT dan mendapat tablet Fe?
5 Pemeriksaan kehamilan minimal (paling sedikit) 4 kali selama
kehamilan?
6 Ibu hamil harus mendapatkan imunisasi TT (tetanus toxoid) sebanyak 2
kali selama hamil?
7 Manfaat imunisasi TT adalah untuk mencegah penyakit Tetanus
Neonatorum?
8 Tablet besi (Fe) adalah vitamin yang paling baik diminum setiap hari
oleh ibu hamil untuk mencegah anemia?
9. Persalinan yang aman dapat dilakukan di rumah dengan pertolongan
tenaga kesehatan

Disertasi PENGEMBANGAN PENDEKATAN “SOCIAL INA DEBORA R.L


ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
388

10 Revolusi KIA adalah ibu melahirkan di Fasilitas Kesehatan yang


memadai dan ditolong oleh tenaga kesehatan terlatih
11 Ibu melahirkan tidak perlu dilakukan Inisiasi Menyusu Dini (IMD)
12 Ibu nifas perlu mendapatkan vitamin A
13 Ibu nifas berhak mendapatkan kunjungan nifas ke rumah ibu sebanyak
3 kali oleh petugas kesehatan

1.7 Sikap Afeksi Ibu Terhadap Kehamilan, Persalinan dan Nifas


(Keterangan : SS = sangat setuju S = setuju CS = cukup setuju KS = Kurang
setuju STS = sangat tidak setuju)

No Pertanyaan Jawaban
SS S CS KS STS
1 Saya merasa setiap ibu hamil harus memeriksakan
kehamilannya sekurang-kurang 4 kali selama
kehamilan.
2 Menurut saya lebih baik pemeriksaan kehamilan
dilakukan di Pusksmas, pustu, polindes, bidan di desa,
praktek dokter dan rumah sakit. Daripada ke dukun.
3 Saya merasa apabila saya memeriksakan kehamilan di
Puskesmas maka ibu dan bayi dapat terhindar dari penyulit
yang timbul sewaktu hamil dan melahirkan
4 Apabila pertolongan persalinan yang dilakukan di fasilitas
kesehatan yang memadai (Puskesmas PONED) saya
berharap dapat menjamin kesehatan dan keselamatan ibu
maupun bayi yang dilahirkan
5 Ibu yang melahirkan segera diberikan Inisisasi Menyusu
Dini (IMD) 30 menit - 1 jam untuk meningkatkan
hubungan ibu dan anak serta dapat meningkatkan produksi
ASI
6 Saya merasa ASI yang pertama yang berwarna kuning
adalah ASI kotor sehingga tidak boleh diberikan kepada
bayi
7 Menurut saya lebih baik memberikan bayi susu botol
sebelum ASI keluar agar bayi tidak kekurangan cairan
8 Selama masa nifas (42 hari setelah melahirkan) saya tidak
keberatan mendapatkan perawatan dan kunjungan nifas
dari Petugas kesehatan ke rumah saya sebanyak 3 kali
9 Saya perlu mendapatkan pelayanan KB agar dapat
mempunyai waktu merawat bayi dengan baik serta
mengatur jarak kehamilan
10 Perawatan kehamilan, persalinan dan nifas petugas
kesehatan perlu melibatkan suami, keluarga dan
masyarakat dalam meningkatkan mutu pelayanan
kesehatan ibu

Disertasi PENGEMBANGAN PENDEKATAN “SOCIAL INA DEBORA R.L


ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
389

1.8 Niat Ibu Terhadap Kehamilan, Persalinan dan Nifas


(Keterangan : SS = sangat setuju S = setuju CS = cukup setuju KS = Kurang
setuju STS = sangat tidak setuju)
No. Pertanyaan Jawaban
SS S CS KS STS
1 Saya akan melakukan melakukan pemeriksaan ANC ke
Puskesmas minimal 4 kali selama kehamilan agar
kehamilan saya sehat dan melahirkan dengan aman dan
selamat
2 Saya akan melakukan pemeriksaan kehamilan untuk
pertama kali adalah pada saat usia kehamilan 4 bulan ke atas
(> 16 minggu) dimana perut sudah kelihatan hamil agar
tidak membuang biaya.
5 Pada usia kehamilan 7 bulan ke atas (28 - 40 minggu) jika
tanpa keluhan saya tidak perlu melakukan pemeriksaan
kehamilan ke Puskesmas
6 Saya percaya bahwa penyulit/komplikasi persalinan seperti
perdarahan, ari-ari tertinggal/ retensio plasenta, persalinan
macet/ persalinan lama atau infeksi terjadi karena
kesalahan adat /nenek moyang sehingga ibu/keluarga perlu
melakukan upacara adat agar terhindar dari kesulitan
melahirkan sebelum ibu di rujuk ke Puskesmas
7 Saya akan menunggu persalinan di rumah singgah agar
tidak terlambat penanganan penyulit/komplikasi yang
tidak terdeteksi sebelumnya seperti . perdarahan, ari-ari
tertinggal/ retensio plasenta, persalinan macet/ persalinan
lama atau infeksi
8 Saya akan melakukan upacara adat jika terjadi
penyulit/komplikasi persalinan seperti perdarahan, ari-ari
tertinggal/ retensio plasent, persalinan macet/ persalinan
lama serta infeksi sehingga persalinan dapat aman dan
selamat.
9 Saya akan merencanakan persalinan di Puskesmas PONED
atau RS PONEK sehingga apabila terjadi
penyulit/komplikasi persalinan seperti perdarahan, ari-ari
tertinggal/ retensio plasenta, persalinan macet/ persalinan
lama serta infeksi dapat segera ditangani agar persalinan
dapat aman dan selamat
9 Saya ingin Persalinan saya ditolong oleh Bidan di
Puskesmas karena Bidan memiliki kemampuan yang
memadai sehingga dapat menolong saya melahirkan
dengan aman dan selamat.
10 Setelah melahirkan saya akan merawat bayi dengan baik
dan untuk perawatan diri saya perlu mendapatkan
pelayanan KB.

Disertasi PENGEMBANGAN PENDEKATAN “SOCIAL INA DEBORA R.L


ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
390

1.9 INDONESIAN ADAPTATION OF THE GENERAL SELF-EFFICACY


SCALE
Modifikasi dari The General Self-Efficacy (GSE) scale (Schwarzer & Jerusalem,
1995)
Berikan penilaian dengan rentang 1 - 5
5 = Sangat yakin
4 = yakin
3 = kadang-kadang
2 = kurang yakin
1 = tidak yakin

No. Pertanyaan (beri tanda v pada skor yang dipilih) Jawaban


5 4 3 2 1
1 Suami dan keluarga tidak setuju saudara memeriksa 5 4 3 2 1
kehamilan ke Puskesmas karena merasa bahwa kehamilan
adalah hal yang normal tetapi saudara tetap menginginkan
memeriksakan kehamilan ke Puskesmas. Seberapa yakinkah
saudara tetap menginginkan untuk memeriksakan kehamilan
ke Puskesmas?
2 Saudara di rumah sebagai ibu dan istri selalu disibukkan 5 4 3 2 1
dengan pekerjaan rumah tangga. Seberapa yakinkah
saudara mampu mengatur dan menyiapkan waktu untuk
memeriksakan kehamilan ke Puskesmas?
3 Saudara tinggal cukup jauh dari Puskesmas, membutuhkan 5 4 3 2 1
waktu > 2 jam untuk tiba di Puskesmas. Di dekat saudara
ada dukun beranak yang mudah ditemui dan disarankan oleh
keluarga. Seberapa yakinkah saudara untuk tetap pada
tujuan saudara untuk memeriksakan kehamilan dan
melahirkan di Puskesmas yang memadai
4 Saudara dihadapkan pada persoalan bahwa persalinan itu 5 4 3 2 1
kadang-kadang dapat menimbulkan komplikasi perdarahan
walaupun hasil pemeriksaan kehamilan normal. Jika hal
tersebut harus diantisipasi seberapa yakinkah saudara
menyiapkan donor darah dan transportasi agar penanganan
tidak terlambat?
5 Saudara dan keluarga dihadapkan pada kondisi kehamilan 5 4 3 2 1
dengan komplikasi keluarga merasa ada kesalahan dan hal
tersebut harus diselesaikan secara adat. Jika saudara harus
mempersiapkan ini sebelum melahirkan, Seberapa yakinkah
saudara dapat mempersiapkan keluarga agar tidak
terlambat mengambil keputusan merujuk ke RS yang
memadai sehingga tidak terlambat penanganannya.
6 Saudara perlu melakukan persiapan untuk melahirkan 5 4 3 2 1
dengan selamat dengan demikian saudara membutuhkan
informasi tentang cara perawatan kehamilan, tanda-tanda
bahaya kehamilan, tanda-tanda persalinan. Seberapa

Disertasi PENGEMBANGAN PENDEKATAN “SOCIAL INA DEBORA R.L


ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
391

yakinkah saudara dapat memperoleh informasi yang


memadai tentang hal tersebut agar saudara dapat
melahirkan dengan selamat dan bayi selamat?
7 Dengan mengandalkan pengetahuan dan tujuan saudara 5 4 3 2 1
melakukan pemeriksaan kehamilan dan melahirkan di
Puskesmas PONED. Seberapa yakinkah saudara bisa tetap
tenang saat menghadapi kesulitan selama hamil, melahirkan
dan nifas ?
8 Ketika mau melahirkan saudara memutuskan untuk 5 4 3 2 1
melahirkan di Puskesmas PONED agar ibu dan bayi
selamat. Seberapa yakinkah saudara bahwa keluarga, dan
masyarakat dapat memberikan perhatian dan dukungan
terhadap keputusan saudara ?
9 saudara memutuskan untuk melahirkan di Puskesmas 5 4 3 2 1
PONED agar ibu dan bayi selamat. Seberapa yakinkah
saudara tentang fasilitas kesehatan yang tersedia sudah
memadai sehingga saudara tidak kuatir jika terjadi
komplikasi dengan fasilitas lengkap dapat membantu
saudara melahirkan selamat dan bayi selamat
10 saudara memutuskan untuk melahirkan di Puskesmas 5 4 3 2 1
PONED agar ibu dan bayi selamat. Seberapa yakinkah
saudara tentang peran petugas kesehatan dapat memberikan
perhatian dan membantu saudara melahirkan selamat dan
bayi selamat
11 Saudara menginginkan perawatan kehamilan, melahirkan 5 4 3 2 1
dan nifas serta pelayanan kesehatan lainnya dapat berjalan
dengan baik. Seberapa yakinkah saudara mampu dengan
mudah melakukan konseling lewat telepon atau sarana lain
dengan petugas kesehatan untuk membantu saudara
12 Perawatan kehamilan, persalinan dan nifas membutuhkan 5 4 3 2 1
perhatian dan kontrol dari diri sendiri dan lingkungan
Seberapa yakinkah saudara mampu menangani apapun yang
dialami agar kehamilan, persalinan dan nifas dengan
selamat dan sehat ?

II. INTER PERSONAL (KELUARGA)


2.1 Peran Keluarga (lingkari dan isilah jawaban yang sesuai pendapat
saudara)
A. Peran keluarga dalam mengenal masalah
1. Apakah keluarga saudara mengetahui bahwa saudara hamil ?
1) Ya
2) Tidak
2. Apakah keluarga saudara mengetahui bahwa saudara harus memeriksakan
kehamilan ke fasilitas kesehatan yang memadai (Puskesmas)
1) Ya
2) Tidak

Disertasi PENGEMBANGAN PENDEKATAN “SOCIAL INA DEBORA R.L


ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
392

B. Peran keluarga dalam mengambil keputusan


1. Pada saat mengetahui saudara hamil apa keputusan keluarga :
1) langsung di bawa ke Puskesmas
2) mencari pengobatan ke dukun
3) mengobati sendiri
4) lain-lain , Sebutkan …………………

2. Siapa yang mengambil keputusan untuk datang berobat ke Puskesmas


1) Keputusan sendiri
2) suami
3) istri
4) anak
5) suami dan istri
6) lain-lain sebutkan ……………..

C. Peran keluarga dalam merawat ibu hamil/ melahirkan


1. Waktu saudara sakit apa yang dilakukan oleh keluarga saudara
1) Mengajak berobat
2) Menyarankan berobat
3) Biasa saja

2. Waktu saudara melahirkan apakah ada keluarga yang mendampingi dan


merawat ? :
1) Ya
2) Tidak Lanjut ke no 4
Jika ada yang merawat : Sebutkan …………………………
3. Saat saudara sakit/ melahirkan apa yang dilakukan oleh keluarga :
1) Menyediakan makanan : Ya / tidak
2) Mengambilkan obat : Ya / tidak
3) Memberikan minum obat : Ya / tidak
4) Mendampingi saat minum obat : Ya / tidak
5) Memberi perhatian jika ada keluhan : Ya / tidak
6) Membiarkan saudara menolong diri sendiri : Ya / tidak
7) Keluarga hanya menganjurkan minum obat: Ya / tidak
8) Keluarga membiarkan saudara menolong diri sendiri : Ya / tidak

D. Peran keluarga dalam modifikasi lingkungan


1. Apakah ada perubahan jenis makanan yang disedikan oleh keluarga
Sebelum dan pada saat saudara hamil/melahirkan . Ya/ tidak Jika
ada, jelaskan perubahan yang dilakukan oleh keluarga
……………………………………………………………….………
2. Apakah ada perubahan perhatian keluarga terhadap saudara sebelum dan
saat saudara hamil /melahirkan ?

Disertasi PENGEMBANGAN PENDEKATAN “SOCIAL INA DEBORA R.L


ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
393

4. Jika ada jelaskan perubahan/ perhatian yang diberikan oleh keluarga


…………………………………………………………………

E. Peran keluarga dalam memanfaatkan fasilitas kesehatan


1. Waktu saudara sakit :
Siapa yang mengantar saudara pemeriksaan ANC/ berobat ke puskesmas ?
sebutkan …………………..

2. Siapa yang membayar biaya pemeriksaan ANC/ pengobatan saudara di


puskesmas ?
sebutkan …………………
3. Pada waktu ibu akan melahirkan apakah keluarga sudah sepakat untuk
Membawa ibu melahirkan di Fasilitas kesehatan yang memadai
1) Ya , lanjut ke no 4
2) Tidak, jelaskan alasannya………………………….
4. Untuk persiapan persalinan keluarga telah menyiapkan fasilitas transportasi
1) Ya , lanjut ke no 4
2) Tidak, jelaskan alasannya………………………….
5. Fasilitas transportasi berupa :
1) Ambulance
2) Kendaraan umum
3) Kendaraan pribadi
4) Lain-lain, sebutkan_________________________
6. Pada saat akan melahirkan
1) Ibu dan keluarga sudah siap melahirkan di Fasilitas kesehatan yang
memadai (Puskesmas)
2) Ibu dan keluarga tidak siap melahirkan di fasilitas kesehatan yang memadai
3) Ibu dan keluarga ingin ibu melahirkan di rumah
4) Ibu dan keluarga ingin melahirkan di dukun
5) Lain;lain,
jelaskan………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…….

2.2 Persepsi Kerentanan/Keparahan Ancaman terhadap Penyakit


(lingkari sesuai pilihan saudara)
1. Alasan bapak/ibu percaya bahwa ibu harus memeriksakan kehamilan dan
melahirkan di Puskesmas Poned sesuai Revolusi KIA adalah :
a. Tersedia fasilitas pelayanan kesehatan yang memadai
b. Pertolongan yang diberikan oleh tenaga professional
c. Dapat melakukan deteksi dini komplikasi pada ibu maupun bayi
d. Ibu dan bayi selamat dalam proses persalinan
e. Lain-lain……………………………..
2. Dampak yang dirasakan keluarga apabila bapak/ibu tidak memeriksakan
kehamilan dan melahirkan di Puskesmas PONED adalah
a. Keluarga tidak mengetahui tanda-tanda persalinan
b. Keluarga tidak mengetahui persiapan persalinan
c. Dapat timbul komplikasi

Disertasi PENGEMBANGAN PENDEKATAN “SOCIAL INA DEBORA R.L


ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
394

d. Keluarga terlambat mengambil keputusan


e. Keluarga terlambat mendapatkan transportasi
f. Keluarga terlambat merujuk pasien
g. Keluarga terlambat tiba di fasilitas kesehatan sehingga pertolongan
terlambat diberikan
h. Kemungkinan ibu atau bayi atau keduanya tidak selamat
i. Tidak ada pengaruh.

2.3 Subjective norm


Keterangan : Lingkari jawaban sesuai pendapat saudara
SS = Sangat setuju (Bobot = 5)
S = Setuju (Bobot = 4)
CS = Cukup setuju (Bobot = 3)
KS = Kurang setuju (Bobot = 2)
STS = Sangat tidak setuju (Bobot = 1)
No. Pertanyaan Jawaban
SS S CS KS STS
1 Menurut saya, keluarga akan mendukung saya untuk 5 4 3 2 1
melakukan ANC minimal 4 kali selama kehamilan
2 Saat melakukan ANC ke Puskesmas, suami bersedia 5 4 3 2 1
mendampingi saya.
3 Keluarga saya akan mempersiapkan saya untuk 5 4 3 2 1
menunggu persalinan di rumah tunggu/rumah singgah
4 Menurut saya keluarga saya akan membantu saya untuk 5 4 3 2 1
melahirkan di Puskesmas PONED
5 Saat melahirkan suami/keluarga akan mendampingi saya 5 4 3 2 1
dan membantu melakukan inisiasi menyusu dini (IMD)
6 Keluarga akan mendukung saya dalam melakukan 5 4 3 2 1
perawatan nifas di rumah ; menyiapkan makanan yang
bergizi serta perawatan diri.
7 Suami/keluarga akan mendukung saya memilih alat 5 4 3 2 1
kontrasepsi KB yang tepat untuk saya
8 Suami/keluarga akan mendukung dan membantu saya 5 4 3 2 1
agar tidak kelelahan saat merawat bayi di rumah
misalnya mengganti popok saat basah, memandikan bayi
atau menyendawakan bayi
9. Suami/keluarga akan mendukung saya untuk 5 4 3 2 1
memberikan ASI saja sampai 6 bulan
10 Suami/keluarga memberikan hadiah karena kehamilan, 5 4 3 2 1
persalinan dan masa nifas yang sudah dilalui dengan
baik

Disertasi PENGEMBANGAN PENDEKATAN “SOCIAL INA DEBORA R.L


ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
395

2.4 Perceived Control


Keterangan : Lingkari jawaban sesuai pendapat saudara
SS = Sangat setuju (Bobot = 5)
S = Setuju (Bobot = 4)
CS = Cukup setuju (Bobot = 3)
KS = Kurang setuju (Bobot = 2)
STS = Sangat tidak setuju (Bobot = 1)

No. Pertanyaan Jawaban


SS S CS KS STS
1 Apakah Bapak/Ibu percaya akan kegunaan dari perilaku 5 4 3 2 1
ANC
2 Apakah Bapak/Ibu percaya bahwa ANC dibutuhkan 5 4 3 2 1
untuk perawatan kehamilan, melahirkan nifas bagi ibu.
3 Apakah Bapak/Ibu percaya bahwa dengan ANC dapat 5 4 3 2 1
membantu ibu mengetahui tentang perawatan
kehamilan, melahirkan dan nifas
4 Apakah Bapak/Ibu percaya bahwa ANC akan memberi 5 4 3 2 1
keuntungan dalam perawatan kehamilan, melahirkan dan
nifas
5 Apakah Bapak/Ibu percaya bahwa pertolongan 5 4 3 2 1
persalinan oleh bidan akan membantu ibu melahirkan
dengan aman dan selamat
6 Apakah Bapak/Ibu percaya bahwa melahirkan di 5 4 3 2 1
Puskesmas PONED dapat membantu ibu melahirkan
dengan aman dan selamat
7 Apakah Bapak/Ibu percaya bahwa KB dapat 5 4 3 2 1
meningkatkan kualitas ibu merawat bayi dan kesehatan
diri.
8 Apakah Bapak/Ibu percaya bahwa kunjungan nifas yang 5 4 3 2 1
teratur dari petugas kesehatan akan membantu ibu dan
keluarga untuk meningkatkan kesehatan ibu dan
kemampuan ibudan keluarga merawat bayi dengan baik

III. INSTITUSIONAL
3.1 Persepsi Ibu tentang Kinerja Bidan dalam Pelayanan Kehamilan,
Persalinan dan
Nifas
Keterangan :
Jawablah kinerja bidan sesuai pendapat saudara
SB = Sangat Baik (Bobot = 5)
B = Baik (Bobot = 4)
CB = Cukup Baik (Bobot = 3)
KB = Kurang Baik (Bobot = 2)
TB = Tidak Baik (Bobot = 1)

Disertasi PENGEMBANGAN PENDEKATAN “SOCIAL INA DEBORA R.L


ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
396

No. Persepsi Ibu tentang Pelayanan Kesehatan Kinerja Bidan Puskesmas


SB B CB KB TB
A Dimensi Reliability/ Keterandalan 5 4 3 2 1
1 Bagaimana penialaian ibu tentang jam buka pelayanan
loket
2 Bagaimana penilaian ibu tentang prosedur penerimaan
pasien yang cepat dan tepat
3 Bagaimana penilaian ibu tentang pelayanan pemeriksaan,
pengobatan dan perawatan yang cepat dan tepat
4 Bagaimana penilaian ibu tentang prosedur pelayanan yang
tidak berbelit-belit
5 Bagaimana penilaian ibu tentang kemampuan bidan
dalam pemeriksaan ibu hamil : Timbang BB, Tensi.
Memberikan immunisasi TT, Memberikan tablet tambah
darah (Fe), dan mengukur tinggi fundus uteri (umur
kehamilan)
6 Bagaimana penilaian ibu tentang penyuluhan yang
diberikan tentang : perencanaan kehamilan yang sehat (
usia terbaik wanita untuk hamil, persiapan fisik mental
dan financial, tanda-tanda kehamilan, kehamilan dengan
risiko, keadaan dan tanda bahaya kehamilan, Revolusi
KIA, Suami siaga, desa siaga, Tabulin, dan dasolin)
7 Bagaimana penilaian ibu tentang penyuluhan yang
diberikan tentang perawatan kehamilan (kebersihan diri,
perawatan payudara, makanan bergizi untuk ibu hamil,
dukungan keluarga dan masyarakat selama ibu hamil)
8 Bagaimana penilaian ibu tentang penyuluhan yang
diberikan tentang
Anemia gizi pada ibu hamil (pengertian, tanda-tanda dan
penanggulangannya)
9 Bagaimana penilaian ibu tentang penyuluhan yang
diberikan tentang persalinan yang aman (tanda-tanda ibu
hamil akan melahirkan, persiapanmenjelang persalinan,
tempat persalinan, penolong persalinan, suami siaga)
10 Bagaimana penilaian ibu tentang penyuluhan yang
diberikan tentang perawata nifas dan bayi baru
(Kebersihan ibu, perawatan tali pusat, kepercayaan yang
merugikan dan menguntungkan
11 Bagaimana penilaian ibu tentang penyuluhan yang
diberikan tentang Inisiasi Menyusu Dini (IMD),
kolustrum, ASI eksklusif, manfaat ASI bagi bayi dan ibu,
makanan ibu menyusui, cara menyusui, cara merawat
bayi, bayi tak mau menyusu, bayi diare,
12 Bagaimana penilaian ibu tentang penyuluhan yang
diberikan tentang keadaan dan tanda bahaya kehamilan.

Disertasi PENGEMBANGAN PENDEKATAN “SOCIAL INA DEBORA R.L


ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
397

B. Dimensi Assurance/ Keyakinan


13 Bagaimana penilaian ibu tentang informasi yang
diberikan petugas loket
14 Bagaimana penilaian ibu tentang tindak-tanduk perilaku
petugas loket
15 Bagaimana penilaian ibu tentang kemampuan para bidan
melakukan pemeriksaan dan tindakan perawatan
16 Bagaimana penilaian ibu tentang ketelitian para bidan
dalam bekerja
17 Bagaimana penilaian ibu tentang pelayanan yang sopan
dan ramah dari bidan
18 Bagaimana penilaian ibu dengan informasi petugas
tentang obat
19 Bagaimana penilaian ibu dengan informasi bidan tentang
kunjungan ulang
C Dimensi Tangible/ Berwujud
20 Bagaimana penilaian Ibu tentang Letak Puskesmas yang
strategis
21 Bagaimana penilaian ibu tentang kenyamanan ruang
tunggu yang ada
22 Bagaimana penilaian ibu tentang Penataan Ruang periksa
yang teratur
23 Bagaimana penilaian ibu tentang kartu berobat saat ini
24 Bagaimana penilaian ibu tentang Kerapihan dan
kebersihan penampilan Petugas saat memeriksa pasien
25 Bagaimana penilaian ibu tentang kenyamanan dan
ketenangan lingkungan
26 Bagaimana penilaian ibu tentang kelengkapan, kesiapan
dan kebersihan alat-alat yang dipakai
27 Bagaimana penilaian ibu tentang adanya variasi jenis
kamar
28 Bagaimana penilaian ibu tentang variasi harga kamar
29 Bagaimana penilaian ibu tentang tersedianya Bidan,
dokter umum dan tenaga kesehatan yang memadai
30 Bagaimana penilaian ibu tentang adanya layanan
informasi
31 Bagaimana penilaian ibu tentang tersedianya tempat
parkir yang memadai dan aman
32 Bagaimana penilaian ibu tentang tersedianya jemuran
umum yang memadai
33 Bagaimana penilaian ibu tentang tersedianya apotik
34 Bagaimana penilaian ibu tentang tersedianya toilet yang
cukup dan bersih
D Dimensi Empathy/ Empati
35 Bagaimana penilaian ibu tentang bidan dalam

Disertasi PENGEMBANGAN PENDEKATAN “SOCIAL INA DEBORA R.L


ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
398

memberikan peratian tanpa memandang status


36 Bagaimana penilaian ibu tentang bidan memberikan
respon yang baik dalam menerima kritik dan saran
37 Bagaimana penilaian ibu tentang kesabaran bidan dalam
melayani pasien
38 Bagaimana penilaian ibu tentang penyampaian informasi
oleh bidan tentang rencana tindakan dan perawatan ibu?
39 Bagaimana penilaian ibu tentang tanggapan bidan untuk
mau mendengarkan keluhan ibu
E Dimensi Responsiveness/Keresponsifan
40 Bagaimana penilaian ibu tentang kemampuan bidan
untuk cepat tanggap menyelesaikan keluhan pasien
41 Bagaimana penilaian ibu tentang kemampuan bidan
memberikan informasi yang jelas dan mudah dimengerti
42 Bagaimana penilaian ibu tentang tindakan cepat bidan
saat pasien membutuhkan

3.2 Pelayanan Kesehatan (wawancara, observasi dan


dokumentasi petugas kesehatan puskesmas )
1. Petugas khusus Puskesmas yang menangani ibu hamil, melahirkan dan nifas 1
(ada/tidak)
2. Ketersediaan waktu konseling
2 2
a. Rutin (ya/tidak)
b. Terlambat (ya/kadang/tidak)
c. Obat semprot : insektisida (ada/tidak)
3. Penyuluhan terhadap masyarakat oleh petugas
3
(rutin/kadang/tidak ada)
Kapan dilakukan: …………………..
Frekuensi: ……………………………..
4. Pengawasan terhadap ibu hamil, melahirkan dan nifas oleh :
4
1) Kader 2) Keluarga 3) Lain-lain sebutkan ………
4) tidak ada
5. Petugas laboratorium untuk pemeriksaan laboratorium
5
1) Analis (ada/tidak) 2 Pekarya + training (ada/tidak)
6. Sarana pemeriksaan laboratorium yang tersedia: 6
1) Mikroskop (ada/tidak)
2) Reagen (ada/tidak)
3) Objek glas (ada/tidak)
4) Lain-lain, sebutkan ……………..

Disertasi PENGEMBANGAN PENDEKATAN “SOCIAL INA DEBORA R.L


ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
399

3.3 Screening ante natal pada ibu hamil untuk deteksi dini ibu risiko tinggi dan
rujukan

1. Apakah Puskesmas sudah melakukan screening ante natal pada ibu hamil untuk deteksi
dini ibu risiko tinggi dan rujukan
1) ya 2 ) tidak, alasannya
.……………………………………………………………………………………………
……. Jika ya, apa standar yang digunakan ?
3. Siapa yang melakukan screening
4. Bagaimana hasil dari screening yang dilakukan.

IV. KOMUNITAS (TOGA/TOMA)


Keterangan : Jawablah pertanyaan dan lengkapi jawaban saudara

4.1 Outcome Expectation /Harapan Hasil


1. Apakah peristiwa kehamilan dan melahirkan dari ibu merupakan suatu hal penting
mendapat perhatian dari masyarakat sekitarnya
1) Ya,jelaskan…………………………………………………………………………
………………………….…………………………………………………………
……………………………………………………………………………………
………………..
2) Tidak,
jelaskan…………………………………………………………………………..
……………………………………………………………………………………
…….
……………………………………………………………………………………
……
2. Apakah peristiwa kehamilan dan kelahiran anak dilakukan dengan upacara khusus
1) Ya, jelaskan upacara khusus yang dilakukan (1) saat hamil, (2) melahirkan dan
(3) masa
nifas…………………………………………………………………………………..
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
………… .......

2) Tidak,
jelaskan…………………………………………………………………………..
………………………………………………………………………………………….
…………………………………………………………………………………………
3. Pada saat hamil dan melahirkan apakah ibu hamil mendapat perhatian khusus di
keluarga dan masyarakat (berikan nilai sesuai jawaban saudara) (4 = selalu ; 3 = sering ;
2 = kadang-kadang; 1 = tidak pernah)
1) Ibu diprioritaskan dalam hal tempat
2) Ibu diprioritaskan dalam hal waktu
3) Ibu diprioritaskan dalam hal kesempatan
4) Ibu diprioritaskan dalam hal pelayanan

Disertasi PENGEMBANGAN PENDEKATAN “SOCIAL INA DEBORA R.L


ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
400

4.2 Collective Efficacy


1. Apakah di masyarakat ada organisasi yang membantu dan mendukung ibu
hamil, melahirkan dan masa nifas?

1) Ya,jelaskan…………………………………………………………………………
………………………….…………………………………………………………
……………………………………………………………………………………
…………
2) Tidak,
jelaskan…………………………………………………………………………..
……………………………………………………………………………………
…….

………………………………………………………………………………………
…..
2. Adakah kelas prenatal untuk pendidkan kesehatan untuk ibu hamil?
1) Ya,jelaskan…………………………………………………………………………
………………………….…………………………………………………………
……………………………………………………………………………………
……………
2) Tidak,
jelaskan…………………………………………………………………………..
……………………………………………………………………………………
…….

………………………………………………………………………………………
…..
3. Apakah ada organisasi siaga di masyarakat yang siap membantu ibu hamil,
melahirkan dan masa nifas :
1) Ya,jelaskan…………………………………………………………………………
………………………….…………………………………………………………
……………………………………………………………………………………
……………TTidak,
jelaskan…………………………………………………………………………..
……………………………………………………………………………………
…….

………………………………………………………………………………………
…..
4. Jika ada organisasi siaga di masyarakat apakah organisasi tersebut siaga selama
24 jam
(berikan nilai sesuai jawaban saudara) (4 = selalu ; 3 = sering ; 2 = kadang-kadang; 1 =
tidak pernah)

4.3 Observational Learning


1. Apakah di masyarakat ada kegiatan pemberdayaan perempuan melalui
pemodelan peer (berikan nilai sesuai jawaban saudara) (4 = selalu ; 3 = sering ; 2 =
kadang-kadang; 1 = tidak pernah)

Disertasi PENGEMBANGAN PENDEKATAN “SOCIAL INA DEBORA R.L


ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
401

2. Bapak ibu mendapatkan informasi mengenai perawatan ibu hamil, melahirkan


dan nifas berasal dari :
a. Surat khabar, informasi ______________________________
b. Radio, informasi, ___________________________________
c. TV, informasi, _____________________________________
d. Majalah, informasi, _________________________________
e. Tabloid, informasi, _________________________________
f. Leaflet,informasi, __________________________________
g. Poster, informasi, ___________________________________
h. Lainnya, sebutkan, __________________________________
Informasi,_________________________________________
3. Apabila ingin mendapatkan informasi yang benar mengenai penyakit yang
bapak ibu lakukan adalah :
a. Pergi ke Puskesmas/ Rumah Sakit
b. Kembali ke dokter yang merawat
c. Menunggu control berikutnya
d. Menemui seorang teman yang sedang hamil yang sama
e. Membeli buku yang berkaitan dengan perawatan ibu hamil, melahirkan
dan nifas.
f. Lainnya, ............................................

4.4 Incentive Motivation


Keterangan : Jawablah pertanyaan dengan memberikan tanda rumput (v) pada
jawaban yang
sesuai
No. Pertanyaan Jawaban
Ya Tidak
1 Apakah di masyarakat ada penghargaan yang diberikan kepada ibu
hamil apabila melakukan pemeriksaan kehamilan secara teratur
2 Apakah di masyarakat ada penghargaan yang diberikan kepada ibu
melahirkan apabila melahirkan di fasilitas kesehatan yang memadai
dan di tolong oleh Tenaga Kesehatan (Puskesmas PONED)
3 Apakah di masyarakat ada penghargaan yang diberikan kepada ibu
nifas yang menggunakan alat kontrasepsi (KB)
4 Apakah di masyarakat ada penghargaan yang diberikan kepada ibu
yang memberikan ASI Eksklusif

4.5 Fasilitas
Keterangan : Jawablah pertanyaan dengan memberikan tanda rumput (v) pada
jawaban yang
sesuai
No. Pertanyaan Jawaban
Ya Tidak
1 Apakah di masyarakat tersedia fasilitas untuk penyuluhan
2 Apakah di masyarakat dilakukan kegiatan penyuluhan kesehatan
secara rutin

Disertasi PENGEMBANGAN PENDEKATAN “SOCIAL INA DEBORA R.L


ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
402

3 Apakah di masyarakat ada fasilitas untuk senam hamil


4 Apakah di masyarakat ada fasilitas untuk penyuluhan gizi ibu hamil,
ibu melahirkan dan ibu menyusui

4.6 Self Regulation


Keterangan : Jawablah pertanyaan dengan memberikan tanda rumput (v) pada
jawaban yang
sesuai
No. Pertanyaan Jawaban
Ya Tidak
1 Apakah di masyarakat ibu diberikan pelatihan tentang perawatan
diri selama hamil untuk mengontrol kehamilannya
2 Apakah di masyarakat ibu diberikan pelatihan tentang perawatan
diri ibu melahirkan
3 Apakah di masyarakat ibu diberikan pelatihan tentang perawatan
diri ibu menyusui dan mengontrol kesehatannya
4 Apakah di masyarakat ibu diberikan pelatihan prosedur komunikasi
atau telepon konseling untuk siaga ibu melahirkan

4.7 Dukungan Sosial (lingkari jawaban sesuai pilihan saudara, jawaban bisa
lebih dari satu dan lengkapi jawaban saudara).
1. Siapakah yang berperan besar dalam memberikan semangat untuk perawatan
ibu selama masa hamil, melahirkan dan nifas adalah :
a. Diri sendiri
b. Suami
c. Orang tua
d. mertua
e. Kelurga/saudara
f. Teman
g. Dokter
h. Bidan
i. Perawat
j. Dukun
k. Penasehat spiritual (ulama, pendeta)
l. Lainnya ..................................................
2. Yang mendorong bapak/ibu agar merubah perilaku sehingga melakukan
perawatan secara teratur adalah :
a. Ingin selalu dekat dengan keluarga
b. Ingin selalu mendampingi orang yang dicintai
c. Diberi penghargaan khusus apabila berhasil merubah gaya hidup
d. Tulang punggung keluarga
e. Jabatan pada instansi tertentu yang tak bisa ditinggal
3. Kelompok atau grup yang ada di tempat bapak/ibu yang dapat membantu
upaya melakukan perawatan ibu hamil secara teratur
a. Kelas prenatal

Disertasi PENGEMBANGAN PENDEKATAN “SOCIAL INA DEBORA R.L


ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
403

b. Arisan
c. Ibu-ibu PKK
d. Ibu-ibu Wanita GMIT/ MAWI/ Wanita Masjid
e. Instruktur yang dipanggil oleh warga
f. Lainnya, ……………………………
g. Tidak ada
4. Adakah seseorang, dimana ibu dapat mengutarakan masalah yang dihadapi
dimana bapak/ibu memdapat bimbingan dalam perawatan kesehatan ibu hamil,
melahirkan dan nifas
Ada …………… Tidak ada ………..
Disebutkan :
a. Pergi ke Psikiater
b. Teman dekat
c. Ulama
d. Keluarga (Bapak, ibu, suami, saudara kandung)
e. Linnya……………………………….
5. Adakah upaya dari teman atau keluarga bapak/ ibu yang berupaya membantu
sepenuh hati dan amengupayakan sarana dan prasarana dalam upaya persiapan
persalinan dari ibu ?
Ada ………………. Tidak ada ……….
a. Menyediakan kendaraan untuk pergi berobat
b. Menyediakan dana
c. Membentuk klub senam ibu hamil/prenatal/ibu nifas
d. Menyediakan informasi-informasi yang berkaitan dengan kesehatan ibu
hamil, melahirkan dan nifas.

4.8 Pedoman wawancara tentang nilai dan sosial budaya (Untuk ibu hamil)
1. Bagaimana nilai/arti kehadiran seorang anak bagi suami/ ibu dan keluarga ?
2. Bagaimana nilai/arti kehadiran seorang ibu/ istri bagi suami dan keluarga ?
3. Kapan biasanya ibu hamil pertama kali memeriksakan kehamilannya?
4. Siapakah yang menjadi orang pertama yang diberitahu tentang kehamilan ibu?
5. Bagaimana peran suami/istri dan keluarga dalam merencanakan kehamilan,
persalinan dan nifas ?
1) Siapa yang memutuskan untuk hamil?
2) Siapa yang memutuskan tempat pemeriksaan kehamilan dan persalinan ?
3) Siapa yang memutuskan untuk merujuk jika terjadi penyulit/komplikasi
persalinan seperti perdarahan, ari-ari tertinggal/ retensio plasenta, persalinan
macet/ persalinan lama atau infeksi ?
4) Siapa saja yang ikut terlibat dalam perawatan selama hamil, melahirkan, serta
nifas ?
5) Bagaimana bentuk reinforcement yang diberikan kepada ibu hamil, melahirkan
dan nifas ?
6. Bagaimana budaya perawatan ibu selama hamil, melahirkan dan nifas yang
sudah dilaksanakan selama ini ?
7. Siapakah orang penting bagi ibu untuk mengkonsultasikan kehamilan,
persalinan dan nifas ?

Disertasi PENGEMBANGAN PENDEKATAN “SOCIAL INA DEBORA R.L


ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
404

8. Bagaimana kesan/sikap masyarakat terhadap ibu yang melakukan ANC secara


teratur, tidak teratur dan yang tidak melakukan ANC ?
9. Bagaimana dengan perawatan yang dianjurkan oleh bidan ?
10. Bagaimana persepsi ibu tentang sistem pelayanan kesehatan yang ada di
masyarakat?
1) Apa yang menyebabkan ibu teratur/tidak teratur memeriksakan kehamilan ke
Puskesmas?
2) Apa harapan dan saran ibu tentang pelayanan kesehatan yang baik selama hamil,
melahirkan dan nifas?

Lampiran 10

Hasil Analisis Statistik


Logistic Regression
(Multivariat K1)
Case Processing Summary
Unweighted Casesa N Percent
Selected Cases Included in Analysis 126 100.0
Missing Cases 0 .
0
Total 126 100.0
Unselected Cases 0 .0
Total 126 100.0
a. If weight is in effect, see classification table for the total number ocases.
Categorical Variables Codings

Parameter coding

Frequency (1) (2)


Observasional Learning Kurang 52 .000 .000

Disertasi PENGEMBANGAN PENDEKATAN “SOCIAL INA DEBORA R.L


ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
405

Cukup 40 1.000 .000


Baik 34 .000 1.000
Collective Efficacy Kurang 106 .000 .000
Cukup 14 1.000 .000
Baik 6 .000 1.000
Merawat ibu hamil Kurang-cukup 93 .000
Baik 33 1.000
Pengambilan keputusan keluarga Kurang-Cukup 60 .000
Baik 66 1.000
Pekerjaan Bekerja 55 .000
Tidak bekerja 71 1.000

Block 1: Method = Backward Stepwise (Wald)


Model Summary
Step -2 Log likelihood Cox & Snell R Square Nagelkerke R Square
1 58.235a .603 .804
a
2 59.662 .598 .798
a. Estimation terminated at iteration number 7 because parameter estimates changed by
less than ,001.
Classification Tablea

Predicted

K1 Murni

Observed Tidak Ya Percentage Correct


Step 1 K1 Murni Tidak 60 5 92.3
Ya 7 54 88.5
Overall Percentage 90.5
Step 2 K1 Murni Tidak 59 6 90.8
Ya 8 53 86.9
Overall Percentage 88.9
a. The cut value is ,500

Variables in the Equation

95% C.I.for EXP(B)

B S.E. Wald df Sig. Exp(B) Lower Upper


Step 1a Nilai_kepercayaan .179 .058 9.645 1 .002 1.197 1.068 1.340
Sikap_Ibu .119 .048 6.135 1 .013 1.127 1.025 1.238
kerja(1) 1.256 .780 2.591 1 .107 3.511 .761 16.200
rwtklg2(1) 1.860 1.103 2.841 1 .092 6.421 .739 55.804
pkklg2b(1) 1.750 .724 5.835 1 .016 5.754 1.391 23.801
CE2(1) -1.163 .989 1.383 1 .240 .313 .045 2.171
OL2(1) 1.676 .745 5.065 1 .024 5.342 1.242 22.989
Constant -26.429 5.322 24.657 1 .000 .000

Disertasi PENGEMBANGAN PENDEKATAN “SOCIAL INA DEBORA R.L


ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
406

Step 2a Nilai_kepercayaan .189 .060 9.803 1 .002 1.208 1.073 1.359


Sikap_Ibu .097 .043 4.981 1 .026 1.102 1.012 1.200
kerja(1) 1.526 .759 4.039 1 .044 4.599 1.038 20.368
rwtklg2(1) 2.174 1.064 4.177 1 .041 8.791 1.093 70.701
pkklg2b(1) 1.943 .706 7.585 1 .006 6.981 1.751 27.833
OL2(1) 1.544 .727 4.504 1 .034 4.682 1.125 19.476
Constant -25.924 5.248 24.400 1 .000 .000
a. Variable(s) entered on step 1: Nilai_kepercayaan, Sikap_Ibu, kerja, rwtklg2, pkklg2b, CE2, OL2.
Variables not in the Equation

Score df Sig.
Step 2a Variables CE2(1) 1.422 1 .233
Overall Statistics 1.422 1 .233
a. Variable(s) removed on step 2: CE2.

Logistic Regression
(Multivariat _K4)
Case Processing Summary
Unweighted Casesa N Percent
Selected Cases Included in Analysis 126 100.0
Missing Cases 0 .0
Total 126 100.0
Unselected Cases 0 .0
Total 126 100.0
a. If weight is in effect, see classification table for the total
number of cases.

Dependent Variable
Encoding
Original
Value Internal Value
Tidak K4 0
K4 1

Categorical Variables Codings


Parameter coding
Frequency (1) (2)
Outcome Expectation Tidak penting 41 .000 .000
Biasa 13 1.000 .000
Penting 72 .000 1.000
Observasional Learning Kurang 52 .000 .000

Disertasi PENGEMBANGAN PENDEKATAN “SOCIAL INA DEBORA R.L


ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
407

Cukup 40 1.000 .000


Baik 34 .000 1.000
Pemanfaatan Fasilitas Cukup 9 .000
Kesehatan oleh keluarga Baik 117 1.000
Merawat ibu hamil Kurang-cukup 93 .000
Baik 33 1.000
Pengambilan keputusan Kurang-Cukup 60 .000
keluarga Baik 66 1.000
Pekerjaan Bekerja 55 .000
Tidak bekerja 71 1.000
Block 1: Method = Backward Stepwise (Wald)

Model Summary
-2 Log
Step likelihood Cox & Snell R Square Nagelkerke R Square
1 74.676a .548 .730
a
2 75.946 .543 .724
3 78.040 a .535 .714
4 78.589a .533 .711
b
5 80.368 .527 .702
a. Estimation terminated at iteration number 7 because parameter
estimates changed by less than ,001.
b. Estimation terminated at iteration number 6 because parameter
estimates changed by less than ,001.
Classification Tablea
Predicted
K4 Trimester 3
Observed Tidak K4 K4 Percentage Correct
Step 1 K4 Trimester 3 Tidak K4 55 7 88.7
K4 10 54 84.4
Overall Percentage 86.5
Step 5 K4 Trimester 3 Tidak K4 55 7 88.7
K4 9 55 85.9
Overall Percentage 87.3
a. The cut value is ,500
Variables in the Equation
95% C.I.for
EXP(B)

B S.E. Wald df Sig. Exp(B) Lower Upper

Disertasi PENGEMBANGAN PENDEKATAN “SOCIAL INA DEBORA R.L


ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
408

Step Nilai_kepercayaan .133 .050 7.055 1 .008 1.142 1.035 1.259


1a
Sikap_Ibu .086 .039 4.871 1 .027 1.089 1.010 1.175
kerja(1) 1.591 .705 5.084 1 .024 4.907 1.231 19.556
rwtklg2(1) .902 .993 .825 1 .364 2.464 .352 17.248
pkklg2b(1) 1.638 .692 5.602 1 .018 5.145 1.325 19.973
Kinerjabdn_A .049 .046 1.138 1 .286 1.050 .960 1.150
Kinerjabdn_E -.074 .048 2.360 1 .124 .929 .845 1.021
OL 1.255 2 .534
OL(1) .915 .817 1.255 1 .263 2.497 .504 12.376
OL(2) .294 .750 .153 1 .695 1.342 .308 5.840
outcome_ex 1.979 2 .372
outcome_ex(1) -1.808 1.363 1.760 1 .185 .164 .011 2.371
outcome_ex(2) -.556 .730 .580 1 .446 .574 .137 2.397
Constant - 4.603 12.937 1 .000 .000
16.556
Step Nilai_kepercayaan .130 .043 9.266 1 .002 1.138 1.047 1.237
5a Sikap_Ibu .093 .035 7.089 1 .008 1.097 1.025 1.175
kerja(1) 1.551 .627 6.121 1 .013 4.719 1.380 16.128
pkklg2b(1) 2.132 .596 12.796 1 .000 8.433 2.622 27.123
Kinerjabdn_E -.066 .026 6.403 1 .011 .936 .889 .985
Constant - 3.558 15.031 1 .000 .000
13.792
a. Variable(s) entered on step 1: Nilai_kepercayaan, Sikap_Ibu, kerja, rwtklg2,
pkklg2b, Kinerjabdn_A, Kinerjabdn_E, OL, outcome_ex.
Variables not in the Equation
Score df Sig.
Step 2a Variables OL 1.284 2 .526
OL(1) 1.13 1 .288
OL(2) 1 .000 1 .996
Overall Statistics 1.284 2 .526
Step 5d Variables rwtklg2(1) .774 1 .379
Kinerjabdn_A 1.75 1 .186
OL 2 .674 2 .714
OL(1) .60 1 .435
OL(2) 9.002 1 .963
outcome_ex 2.19 2 .333
outcome_ex(1) 91.821 1 .177
outcome_ex(2) .006 1 .939
Disertasi PENGEMBANGAN PENDEKATAN “SOCIAL INA DEBORA R.L
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
409

Overall Statistics 5.55 6 .475


a. Variable(s) removed on step 2: OL. 1
b. Variable(s) removed on step 3: outcome_ex.
c. Variable(s) removed on step 4: rwtklg2.
d. Variable(s) removed on step 5: Kinerjabdn_A.

Logistic Regression
(Multivariat Tempat Persalinan)
Case Processing Summary
Unweighted Casesa N Percent
Selected Cases Included in Analysis 126 100.0
Missing Cases 0 .0
Total 126 100.0
Unselected Cases 0 .0
Total 126 100.0
a. If weight is in effect, see classification table for the total number of cases.
Dependent Variable Encoding
Original Value Internal Value
Non Faskes 0
Faskes 1
Kategorical Variables Codings

Parameter coding

Frequency (1) (2)


Incentive Motivation Kurang 102 .000 .000
Cukup 5 1.000 .000
Baik 19 .000 1.000
Pengambilan keputusan keluarga Kurang-Cukup 60 .000
Baik 66 1.000
Persepsi Kerentanan Kurang 50 .000
Cukup-Baik 76 1.000
Memodifikasi lingkungan Tidak dilakukan 50 .000
keluarga
Dilakukan 76 1.000
Model Summary
Step -2 Log likelihood Cox & Snell R Square Nagelkerke R Square
1 87.140 .493 .660
a
2 87.608a .491 .658
3 88.344 .488 .654
a
4 89.541a .483 .647
a. Estimation terminated at iteration number 6 because parameter estimates changed
by less than ,001.

Disertasi PENGEMBANGAN PENDEKATAN “SOCIAL INA DEBORA R.L


ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
410

Classification Tablea

Predicted

Tempat persalinan
Percentage
Observed Non Faskes Faskes Correct
Step 1 Tempat persalinan Non Faskes 44 11 80.0
Faskes 7 64 90.1
Overall Percentage 85.7
Step 4 Tempat persalinan Non Faskes 44 11 80.0
Faskes 6 65 91.5
Overall Percentage 86.5
a. The cut value is ,500
Variables in the Equation

95% C.I.for EXP(B)

B S.E. Wald df Sig. Exp(B) Lower Upper


Step 1a Pengetahuan .014 .015 .784 1 .376 1.014 .983 1.045
Sikap_Ibu .031 .026 1.367 1 .242 1.031 .979 1.086
modifklg(1) -1.491 .641 5.415 1 .020 .225 .064 .79
0
pkklg2b(1) .484 .621 .608 1 .436 1.623 .480 5.487
per_ren2(1) 3.627 .615 34.749 1 .000 37.593 11.256 125.546
IM .461 2 .794

IM(1) -.595 1.327 .201 1 .654 .551 .041 7.429


IM(2) -.555 1.010 .302 1 .583 .574 .079 4.157
Constant -4.675 2.347 3.968 1 .046 .009
Step 4a Sikap_Ibu .043 .025 2.989 1 .084 1.044 .994 1.096
modifklg(1) -1.462 .621 5.536 1 .019 .232 .069 .783
per_ren2(1) 3.797 .592 41.129 1 .000 44.583 13.969 142.292
Constant -4.431 2.050 4.672 1 .031 .012
a. Variable(s) entered on step 1: Pengetahuan, Sikap_Ibu, modifklg, pkklg2b, per_ren2, IM.
Variables not in the Equation

Score df Sig.
Step 2a Variables IM .465 2 .793
IM(1) .157 1 .69
2
IM(2) .258 1 .612
Step 4c Variables Pengetahuan .937 1 .333
pkklg2b(1) 1.204 1 .273
IM .843 2 .656
IM(1) .106 1 .745
IM(2) .666 1 .414
Overall Statistics 2.408 4 .661

Disertasi PENGEMBANGAN PENDEKATAN “SOCIAL INA DEBORA R.L


ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
411

a. Variable(s) removed on step 2: IM.


b. Variable(s) removed on step 3: Pengetahuan.
c. Variable(s) removed on step 4: pkklg2b.
Logistic Regression
(Multivariat PN)
Case Processing Summary
Unweighted Casesa N Percent
Selected Cases Included in Analysis 123 97.6
Missing Cases 3 2.4
Total 126 100.0
Unselected Cases 0 .0
Total 126 100.0
a. If weight is in effect, see classification table for the total number of cases.
Dependent Variable Encoding
Original Value Internal Value
Non Nakes 0
Nakes 1
Categorical Variables Codings

Parameter coding

Frequency (1)
Memodifikasi lingkungan Tidak dilakukan 50 .000
keluarga
Dilakukan 73 1.000
Persepsi Kerentanan Kurang 49 .000
Cukup-Baik 74 1.000
Block 1: Method = Backward Stepwise (Wald)
Model Summary
Cox & Snell R Nagelkerke R
Step -2 Log likelihood Square Square
1 52.520a .442 .695
2 54.341a .433 .682
3 57.142a .420 .661
a. Estimation terminated at iteration number 7 because parameter
estimates changed by less than ,001.
Classification Tablea

Predicted

Penolong Persalinan

Observed Non Nakes Nakes Percentage Correct


Step 1 Penolong Persalinan Non Nakes 19 6 76.0
Nakes 3 95 96.9
Overall Percentage 92.7
Step 3 Penolong Persalinan Non Nakes 17 8 68.0
Nakes 6 92 93.9
Overall Percentage 88.6

Disertasi PENGEMBANGAN PENDEKATAN “SOCIAL INA DEBORA R.L


ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
412

Model Summary
Cox & Snell R Nagelkerke R
Step -2 Log likelihood Square Square
1 52.520a .442 .695
2 54.341a .433 .682
3 57.142a .420 .661
a. The cut value is ,500
Variables in the Equation

95% C.I.for EXP(B)

B S.E. Wald df Sig. Exp(B) Lower Upper


Step Sikap_Ibu .046 .035 1.746 1 .186 1.047 .978 1.122
1a
P_tambahBB .293 .128 5.271 1 .022 1.341 1.044 1.723
per_ren2(1) 4.157 1.009 16.968 1 .000 63.899 8.839 461.915
modifklg(1) -2.269 .946 5.748 1 .017 .103 .016 .661
Subjective_nor -.068 .030 4.963 1 .026 .934 .880 .992
m
Perceived_contr .116 .044 6.941 1 .008 1.123 1.030 1.224
l
Kinerjabdn_B .075 .054 1.884 1 .170 1.078 .969 1.199
Constant -14.115 3.965 12.673 1 .000 .000
Step P_tambahBB .314 .122 6.683 1 .010 1.369 1.079 1.738
3a
per_ren2(1) 3.912 .939 17.349 1 .000 50.018 7.936 315.252
modifklg(1) -1.941 .854 5.171 1 .023 .144 .027 .765
Subjective_nor -.051 .026 3.701 1 .054 .950 .902 1.001
m
Perceived_contr .145 .038 14.607 1 .000 1.156 1.073 1.245
l
Constant -8.556 2.430 12.402 1 .000 .000
a. Variable(s) entered on step 1: Sikap_Ibu, P_tambahBB, per_ren2, modifklg, Subjective_norm,
Perceived_contrl, Kinerjabdn_B.

Variables not in the Equation

Score df Sig.
Step 2a Variables Sikap_Ibu 1.813 1 .178
Overall Statistics 1.813 1 .178
Step 3b Variables Sikap_Ibu 2.661 1 .103
Kinerjabdn_B 2.791 1 .095
Overall Statistics 4.728 2 .094
a. Variable(s) removed on step 2: Sikap_Ibu.
b. Variable(s) removed on step 3: Kinerjabdn_B.

Logistic Regression
(Multivariat KF)
Case Processing Summary
Unweighted Casesa N Percent
Disertasi PENGEMBANGAN PENDEKATAN “SOCIAL INA DEBORA R.L
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
413

Selected Cases Included in Analysis 126 100.0


Missing Cases 0 .0
Total 126 100.0
Unselected Cases 0 .0
Total 126 100.0
a. If weight is in effect, see classification table for the total number of cases.

Dependent Variable Encoding


Original
Value Internal Value
< 3 kali 0
>= 3 kali 1
Categorical Variables Codings

Parameter coding

Frequency (1) (2)


Self Regulation Kurang 54 .000 .000
Cukup 20 1.000 .000
Baik 52 .000 1.000
Incentive Motivation Kurang 102 .000
Cukup-Baik 24 1.000

Block 1: Method = Backward Stepwise (Wald)


Classification Tablea

Predicted
Kategori Kunjungan
Nifas

Observed < 3 kali >= 3 kali Percentage Correct


Step 1 Kategori Kunjungan Nifas < 3 kali 49 18 73.1
>= 3 kali 17 42 71.2
Overall Percentage 72.2
Step 3 Kategori Kunjungan Nifas < 3 kali 49 18 73.1
>= 3 kali 17 42 71.2
Overall Percentage 72.2
a. The cut value is .500
Variables in the Equation
95% C.I.for
EXP(B)

B S.E. Wald df Sig. Exp(B) Lower Upper


Step 1a Niat_Ibu .025 .026 .914 1 .339 1.025 .974 1.079
Subjective_norm -.009 .02 .169 1 .681 .991 .951 1.033
1
Kinerjabdn_A .064 .02 6.666 1 .010 1.066 1.016 1.120
5
im2(1) -2.048 .939 4.759 1 .029 .129 .020 .812

Disertasi PENGEMBANGAN PENDEKATAN “SOCIAL INA DEBORA R.L


ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
414

SR 10.251 2 .006

SR(1) -.637 1.021 .389 1 .533 .529 .072 3.910


SR(2) 1.542 .52 8.745 1 .003 4.674 1.682 12.98
1 6
Constant -7.017 2.145 10.704 1 .001 .001
Step 3a Kinerjabdn_A .071 .023 9.814 1 .002 1.073 1.027 1.122
im2(1) -2.111 .91 5.304 1 .021 .121 .020 .730
SR 7 12.371 2 .002

SR(1) -.419 .96 .190 1 .663 .658 .100 4.340


SR(2) 1.549 3.483 10.290 1 .001 4.708 1.827 12.131
Constant -6.273 1.876 11.178 1 .001 .002
a. Variable(s) entered on step 1: Niat_Ibu, Subjective_norm, Kinerjabdn_A, im2, SR.
Variables not in the Equation

Score df Sig.
Step 2a Variables Subjective_norm .170 1 .681
Overall Statistics .170 1 .681
Step 3b Variables Niat_Ibu .755 1 .385
Subjective_norm .004 1 .948
Overall Statistics .930 2 .628
a. Variable(s) removed on step 2: Subjective_norm.
b. Variable(s) removed on step 3: Niat_Ibu.
Logistic Regression
(Multivariat - KB)
Case Processing Summary

Unweighted Casesa N Percent


Selected Cases Included in Analysis 126 100.0
Missing Cases 0 .0
Total 126 100.0
Unselected Cases 0 .0
Total 126 100.0
a. If weight is in effect, see classification table for the total number of cases.
Dependent Variable Encoding
Original Value Internal Value
Tidak KB 0
Ikut KB 1
Categorical Variables Codings

Parameter coding

Frequency (1) (2)


Outcome Expectation Tidak penting 41 .000 .000
Biasa 13 1.000 .000
Penting 72 .000 1.000
Persepsi Kerentanan Kurang 50 .000
Cukup-Baik 76 1.000

Disertasi PENGEMBANGAN PENDEKATAN “SOCIAL INA DEBORA R.L


ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
415

Block 1: Method = Backward Stepwise (Wald)


Model Summary
Step -2 Log likelihood Cox & Snell R Square Nagelkerke R Square
1 139.706a .17 .243
2 139.772a 7.177 .242
3 142.065a .16 .222
4 143.547 a 1.151 .208
a. Estimation terminated at iteration number 5 because parameter estimates
changed by less than .001.

Classification Tablea

Predicted

KB

Observed Tidak KB Ikut KB Percentage Correct


Step 1 KB Tidak KB 13 32 28.9
Ikut KB 3 78 96.3
Overall Percentage 72.2
Step 4 KB Tidak KB 12 33 26.7
Ikut KB 1 80 98.8
Overall Percentage 73.0
a. The cut value is .500
Variables in the Equation

95% C.I.for EXP(B)

B S.E. Wald df Sig. Exp(B) Lower Upper


Step 1a Abortus -.641 .425 2.278 1 .131 .527 .229 1.211
per_ren2(1) .710 .449 2.495 1 .114 2.033 .843 4.904
Kinerjabdn_E -.004 .017 .065 1 .798 .996 .963 1.029
outcome_ex 5.048 2 .080

outcome_ex(1) -2.551 1.195 4.553 1 .033 .078 .007 .812


outcome_ex(2) .045 .441 .010 1 .919 1.046 .440 2.483
Constant .881 1.466 .361 1 .548 2.414
Step 4a outcome_ex 10.088 2 .006
outcome_ex(1) -3.367 1.096 9.440 1 .002 .034 .004 .295
outcome_ex(2) .005 .430 .000 1 .991 1.005 .432 2.335
Constant .882 .343 6.609 1 .010 2.417
a. Variable(s) entered on step 1: Abortus, per_ren2, Kinerjabdn_E, outcome_ex.
Variables not in the Equation

Score df Sig.

Disertasi PENGEMBANGAN PENDEKATAN “SOCIAL INA DEBORA R.L


ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
416

Step 2a Variables Kinerjabdn_E .065 1 .798


Overall Statistics .065 1 .798
Step 4c Variables Abortus 1.398 1 .237
per_ren2(1) 1.512 1 .219
Kinerjabdn_E .026 1 .872
Overall Statistics 3.920 3 .270
a. Variable(s) removed on step 2: Kinerjabdn_E.
b. Variable(s) removed on step 3: Abortus.
c. Variable(s) removed on step 4: per_ren2.

PENGEMBANGAN MODEL
Factor Analysis

Communalities
Initial Extraction
K1 Murni 1.000 .625
K4 Trimester 3 1.000 .645
Tempat persalinan 1.000 .380
Penolong Persalinan 1.000 .437
Kategori Kunjungan Nifas 1.000 .119
KB 1.000 .128
Extraction Method: Principal Component Analysis.
Total Variance Explained
Initial Eigenvalues Extraction Sums of Squared Loadings
Component Total % of Variance Cumulative % Total % of Variance Cumulative %
1 2.335 38.914 38.914 2.335 38.914 38.914
2 1.410 23.501 62.416
3 .943 15.715 78.131
4 .774 12.905 91.036
5 .431 7.178 98.215
6 .107 1.785 100.000
Extraction Method: Principal Component Analysis.
Component Matrixa
Component
1
K1 Murni .790
K4 Trimester 3 .803
Tempat persalinan .617
Penolong Persalinan .661
Kategori Kunjungan Nifas .345
KB .358
Extraction Method: Principal Component
Analysis.

Disertasi PENGEMBANGAN PENDEKATAN “SOCIAL INA DEBORA R.L


ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
417

Communalities
Initial Extraction
K1 Murni 1.000 .625
K4 Trimester 3 1.000 .645
Tempat persalinan 1.000 .380
Penolong Persalinan 1.000 .437
Kategori Kunjungan Nifas 1.000 .119
KB 1.000 .128
a. 1 components extracted.

Factor Analysis
Communalities
Initial Extraction
K1 Murni 1.000 .745
K4 Trimester 3 1.000 .761
Tempat persalinan 1.000 .331
Penolong Persalinan 1.000 .376
Extraction Method: Principal Component
Analysis.
Total Variance Explained
Initial Eigenvalues Extraction Sums of Squared Loadings
Component Total % of Variance Cumulative % Total % of Variance Cumulative %
1 2.214 55.353 55.353 2.214 55.353 55.353
2 1.202 30.059 85.412
3 .474 11.845 97.258
4 .110 2.742 100.000
Extraction Method: Principal Component Analysis.
Component Matrixa
Component
1
K1 Murni .863
K4 Trimester 3 .873
Tempat persalinan .576
Penolong Persalinan .613
Extraction Method: Principal
Component Analysis.
a. 1 components extracted.
Factor Analysis
Communalities
Initial Extraction
K1 Murni 1.000 .745
K4 Trimester 3 1.000 .761
Tempat persalinan 1.000 .331
Penolong Persalinan 1.000 .376
Extraction Method: Principal Component Analysis.
Total Variance Explained
Component Initial Eigenvalues Extraction Sums of Squared Loadings

Disertasi PENGEMBANGAN PENDEKATAN “SOCIAL INA DEBORA R.L


ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
418

Total % of Variance Cumulative % Total % of Variance Cumulative %


1 2.214 55.353 55.353 2.214 55.353 55.353
2 1.202 30.059 85.412
3 .474 11.845 97.258
4 .110 2.742 100.000
Extraction Method: Principal Component Analysis.
Component Matrixa
Component
1
K1 Murni .863
K4 Trimester 3 .873
Tempat persalinan .576
Penolong Persalinan .613
Extraction Method: Principal
Component Analysis.
a. 1 components extracted.
Factor Analysis
Communalities
Initial Extraction
Kategori Umur 1.000 .102
Pendidikan 1.000 .006
Pekerjaan 1.000 .084
Kategori jarak rumah - 1.000 .040
faskes
Kategori waktu tempuh 1.000 7.767E-5
Kategori Tinggi Badan 1.000 .009
Kategori penambahan BB 1.000 .185
selama hamil
Pengetahuan Ibu 1.000 .059
Sikap Ibu 1.000 .673
Niat Ibu 1.000 .610
Nilai kepercayaan 1.000 .701
Self Efficacy 1.000 .645
Kawin I kali 1.000 .013
Frekuensi Hamil 1.000 .122
Paritas 1.000 .142
Abortus 1.000 .000
Extraction Method: Principal Component Analysis.
Total Variance Explained
Initial Eigenvalues Extraction Sums of Squared Loadings
Component Total % of Variance Cumulative % Total % of Variance Cumulative %
1 3.391 21.194 21.194 3.391 21.194 21.194
2 2.437 15.231 36.425
3 1.832 11.449 47.874
4 1.390 8.686 56.560
5 1.097 6.853 63.414
6 1.015 6.346 69.759
7 .943 5.896 75.655

Disertasi PENGEMBANGAN PENDEKATAN “SOCIAL INA DEBORA R.L


ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
419

8 .807 5.042 80.697


9 .656 4.101 84.798
10 .646 4.040 88.838
11 .523 3.270 92.108
12 .430 2.688 94.796
13 .387 2.419 97.215
14 .247 1.543 98.759
15 .183 1.145 99.904
16 .015 .096 100.000
Extraction Method: Principal Component Analysis.
Component Matrixa
Component
1
Kategori Umur .320
Pendidikan .078
Pekerjaan .290
Kategori jarak rumah - .200
faskes
Kategori waktu tempuh -.009
Kategori Tinggi Badan -.095
Kategori penambahan BB .430
selama hamil
Pengetahuan Ibu .242
Sikap Ibu .820
Niat Ibu .781
Nilai kepercayaan .837
Self Efficacy .803
Kawin I kali .114
Frekuensi Hamil .349
Paritas .377
Abortus .021
Extraction Method: Principal Component
Analysis.
a. 1 components extracted.

Factor Analysis
Communalities
Initial Extraction
Sikap Ibu 1.000 .764
Niat Ibu 1.000 .696
Nilai kepercayaan 1.000 .765
Self Efficacy 1.000 .630
Extraction Method: Principal Component
Analysis.
Total Variance Explained
Initial Eigenvalues Extraction Sums of Squared Loadings
Component Total % of Variance Cumulative % Total % of Variance Cumulative %

Disertasi PENGEMBANGAN PENDEKATAN “SOCIAL INA DEBORA R.L


ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
420

1 2.855 71.371 71.371 2.855 71.371 71.371


2 .504 12.605 83.976
3 .411 10.270 94.246
4 .230 5.754 100.000
Extraction Method: Principal Component Analysis.
Component Matrixa
Component
1
Sikap Ibu .874
Niat Ibu .834
Nilai kepercayaan .875
Self Efficacy .794
Extraction Method: Principal
Component Analysis.
a. 1 components extracted.

Factor Analysis
Communalities
Initial Extraction
Sikap Ibu 1.000 .764
Niat Ibu 1.000 .696
Nilai kepercayaan 1.000 .765
Self Efficacy 1.000 .630
Extraction Method: Principal Component
Analysis.

Total Variance Explained


Initial Eigenvalues Extraction Sums of Squared Loadings
Component Total % of Variance Cumulative % Total % of Variance Cumulative %
1 2.855 71.371 71.371 2.855 71.371 71.371
2 .504 12.605 83.976
3 .411 10.270 94.246
4 .230 5.754 100.000
Extraction Method: Principal Component Analysis.
Component Matrixa
Component
1
Sikap Ibu .874
Niat Ibu .834
Nilai kepercayaan .875
Self Efficacy .794
Extraction Method: Principal
Component Analysis.
a. 1 components extracted.

Factor Analysis

Disertasi PENGEMBANGAN PENDEKATAN “SOCIAL INA DEBORA R.L


ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
421

Communalities
Initial Extraction
Persepsi Kerentanan 1.000 .282
Pengambilan keputusan 1.000 .436
keluarga
Merawat ibu hamil 1.000 .350
Subjective norm 1.000 .748
Perceived control 1.000 .525
Extraction Method: Principal Component Analysis.
Total Variance Explained
Initial Eigenvalues Extraction Sums of Squared Loadings
Component Total % of Variance Cumulative % Total % of Variance Cumulative %
1 2.341 46.819 46.819 2.341 46.819 46.819
2 .905 18.094 64.913
3 .868 17.355 82.269
4 .586 11.724 93.993
5 .300 6.007 100.000
Extraction Method: Principal Component Analysis.
Component Matrixa
Component
1
Persepsi Kerentanan .531
Pengambilan keputusan .660
keluarga
Merawat ibu hamil .592
Subjective norm .865
Perceived control .724
Extraction Method: Principal Component
Analysis.
a. 1 components extracted.

Factor Analysis
Communalities
Initial Extraction
Persepsi Kerentanan 1.000 .282
Pengambilan keputusan 1.000 .436
keluarga
Merawat ibu hamil 1.000 .350
Subjective norm 1.000 .748
Perceived control 1.000 .525
Extraction Method: Principal Component Analysis.
Total Variance Explained
Component Initial Eigenvalues Extraction Sums of Squared Loadings

Disertasi PENGEMBANGAN PENDEKATAN “SOCIAL INA DEBORA R.L


ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
422

Total % of Variance Cumulative % Total % of Variance Cumulative %


1 2.341 46.819 46.819 2.341 46.819 46.819
2 .905 18.094 64.913
3 .868 17.355 82.269
4 .586 11.724 93.993
5 .300 6.007 100.000
Extraction Method: Principal Component Analysis.
Component Matrixa
Component
1
Persepsi Kerentanan .531
Pengambilan keputusan .660
keluarga
Merawat ibu hamil .592
Subjective norm .865
Perceived control .724
Extraction Method: Principal Component
Analysis.
a. 1 components extracted.
Factor Analysis
Communalities
Initial Extraction
Screening ANC 1.000 .016
Dimensi 1.000 .786
Reliability/Keterandalan
Dimensi Assurance/Keyakina 1.000 .705
Dimensi Tangible/Berwujud 1.000 .238
Dimensi Emphathy/empati 1.000 .812
Dimensi 1.000 .739
Responsiveness/Keresponsif
Extraction Method: Principal Component Analysis.
Total Variance Explained
Initial Eigenvalues Extraction Sums of Squared Loadings
Component Total % of Variance Cumulative % Total % of Variance Cumulative %
1 3.296 54.935 54.935 3.296 54.935 54.935
2 1.082 18.040 72.975
3 .785 13.080 86.055
4 .415 6.915 92.970
5 .272 4.540 97.509
6 .149 2.491 100.000
Extraction Method: Principal Component Analysis.
Component Matrixa
Component
1
Screening ANC .126
Dimensi .887
Reliability/Keterandalan
Dimensi Assurance/Keyakina .840

Disertasi PENGEMBANGAN PENDEKATAN “SOCIAL INA DEBORA R.L


ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
423

Dimensi Tangible/Berwujud .488


Dimensi Emphathy/empati .901
Dimensi .860
Responsiveness/Keresponsif
Extraction Method: Principal Component
Analysis.
a. 1 components extracted.
Factor Analysis
Communalities
Initial Extraction
Dimensi 1.000 .777
Reliability/Keterandalan
Dimensi Assurance/Keyakina 1.000 .702
Dimensi Emphathy/empati 1.000 .828
Dimensi 1.000 .794
Responsiveness/Keresponsif
Extraction Method: Principal Component Analysis.

Total Variance Explained


Initial Eigenvalues Extraction Sums of Squared Loadings
Component Total % of Variance Cumulative % Total % of Variance Cumulative %
1 3.101 77.532 77.532 3.101 77.532 77.532
2 .455 11.365 88.898
3 .277 6.937 95.835
4 .167 4.165 100.000
Extraction Method: Principal Component Analysis.
Component Matrixa
Component
1
Dimensi .882
Reliability/Keterandalan
Dimensi Assurance/Keyakina .838
Dimensi Emphathy/empati .910
Dimensi .891
Responsiveness/Keresponsif
Extraction Method: Principal Component
Analysis.
a. 1 components extracted.
Factor Analysis
Communalities
Initial Extraction
Dimensi 1.000 .777
Reliability/Keterandalan
Dimensi Assurance/Keyakina 1.000 .702
Dimensi Emphathy/empati 1.000 .828

Disertasi PENGEMBANGAN PENDEKATAN “SOCIAL INA DEBORA R.L


ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
424

Dimensi 1.000 .794


Responsiveness/Keresponsif
Extraction Method: Principal Component Analysis.
Total Variance Explained
Initial Eigenvalues Extraction Sums of Squared Loadings
Component Total % of Variance Cumulative % Total % of Variance Cumulative %
1 3.101 77.532 77.532 3.101 77.532 77.532
2 .455 11.365 88.898
3 .277 6.937 95.835
4 .167 4.165 100.000
Extraction Method: Principal Component Analysis.
Component Matrixa
Component
1
Dimensi .882
Reliability/Keterandalan
Dimensi Assurance/Keyakina .838
Dimensi Emphathy/empati .910
Dimensi .891
Responsiveness/Keresponsif
Extraction Method: Principal Component
Analysis.
a. 1 components extracted.
Factor Analysis
Communalities
Initial Extraction
Collective Efficacy 1.000 .193
Outcome Expectation 1.000 .238
Observasional Learning 1.000 .365
Fasilitas 1.000 .719
Incentive Motivation 1.000 .031
Self Regulation 1.000 .633
Extraction Method: Principal Component Analysis.
Total Variance Explained
Initial Eigenvalues Extraction Sums of Squared Loadings
Component Total % of Variance Cumulative % Total % of Variance Cumulative %
1 2.179 36.323 36.323 2.179 36.323 36.323
2 1.348 22.459 58.782
3 .840 14.000 72.782
4 .703 11.714 84.496
5 .574 9.561 94.057
6 .357 5.943 100.000
Extraction Method: Principal Component Analysis.
Component Matrixa
Component
1
Collective Efficacy .440

Disertasi PENGEMBANGAN PENDEKATAN “SOCIAL INA DEBORA R.L


ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
425

Outcome Expectation .488


Observasional Learning .604
Fasilitas .848
Incentive Motivation .176
Self Regulation .796
Extraction Method: Principal Component
Analysis.
a. 1 components extracted.

Factor Analysis
Communalities
Initial Extraction
Observasional Learning 1.000 .422
Fasilitas 1.000 .752
Self Regulation 1.000 .708
Extraction Method: Principal Component Analysis.
Total Variance Explained
Initial Eigenvalues Extraction Sums of Squared Loadings
Component Total % of Variance Cumulative % Total % of Variance Cumulative %
1 1.882 62.738 62.738 1.882 62.738 62.738
2 .749 24.967 87.706
3 .369 12.294 100.000
Extraction Method: Principal Component Analysis.

Component Matrixa
Component
1
Observasional Learning .650
Fasilitas .867
Self Regulation .841
Extraction Method: Principal Component
Analysis.
a. 1 components extracted.
Factor Analysis
Communalities
Initial Extraction
Observasional Learning 1.000 .422
Fasilitas 1.000 .752
Self Regulation 1.000 .708
Extraction Method: Principal Component Analysis.

Total Variance Explained


Initial Eigenvalues Extraction Sums of Squared Loadings
Component Total % of Variance Cumulative % Total % of Variance Cumulative %

Disertasi PENGEMBANGAN PENDEKATAN “SOCIAL INA DEBORA R.L


ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
426

1 1.882 62.738 62.738 1.882 62.738 62.738


2 .749 24.967 87.706
3 .369 12.294 100.000
Extraction Method: Principal Component Analysis.
Component Matrixa
Component
1
Observasional Learning .650
Fasilitas .867
Self Regulation .841
Extraction Method: Principal Component
Analysis.
a. 1 components extracted.

Disertasi PENGEMBANGAN PENDEKATAN “SOCIAL INA DEBORA R.L


ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
427

LISREL 8.30 (TEMUAN BARU : MODEL)

Koefisien Jalur

INTER 0.63

0.61

1.00 INTRA
4.16
KOMN 0.88

0.34

0.25 0.58
-0.15
0.37

INSTI 0.73
BEHAV 0.45
-0.22

Chi-Square=3.95, df=2, P-value=0.13893, RMSEA=0.089

t- value

Disertasi PENGEMBANGAN PENDEKATAN “SOCIAL INA DEBORA R.L


ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
428

INTER 7.87

8.57

7.87 INTRA
4.16
KOMN 7.87

7.11
4.54
3.04 4.48
-2.10

7.87
INSTI BEHAV 7.87
-3.15

Chi-Square=3.95, df=2, P-value=0.13893, RMSEA=0.089

Disertasi PENGEMBANGAN PENDEKATAN “SOCIAL INA DEBORA R.L


ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
429

Degrees of Freedom = 2
Minimum Fit Function Chi-Square = 4.01 (P = 0.13)
Normal Theory Weighted Least Squares Chi-Square = 3.95 (P = 0.14)
Estimated Non-centrality Parameter (NCP) = 1.95
90 Percent Confidence Interval for NCP = (0.0 ; 11.82)
Minimum Fit Function Value = 0.032
Population Discrepancy Function Value (F0) = 0.016
90 Percent Confidence Interval for F0 = (0.0 ; 0.095)
Root Mean Square Error of Approximation (RMSEA) = 0.089
90 Percent Confidence Interval for RMSEA = (0.0 ; 0.22)
P-Value for Test of Close Fit (RMSEA < 0.05) = 0.22
Expected Cross-Validation Index (ECVI) = 0.32
90 Percent Confidence Interval for ECVI = (0.27 ; 0.36)
ECVI for Saturated Model = 0.24
ECVI for Independence Model = 1.83
Chi-Square for Independence Model with 10 Degrees of Freedom = 216.93
Independence AIC = 226.93
Model AIC = 39.95
Saturated AIC = 30.00
Independence CAIC = 246.11
Model CAIC = 109.00
Saturated CAIC = 87.54
Root Mean Square Residual (RMR) = 0.043
Standardized RMR = 0.043
Goodness of Fit Index (GFI) = 0.99
Adjusted Goodness of Fit Index (AGFI) = 0.91
Parsimony Goodness of Fit Index (PGFI) = 0.13
Normed Fit Index (NFI) = 0.98
Non-Normed Fit Index (NNFI) = 0.95
Parsimony Normed Fit Index (PNFI) = 0.20
Comparative Fit Index (CFI) = 0.99
Incremental Fit Index (IFI) = 0.99
Relative Fit Index (RFI) = 0.91
Critical N (CN) = 288.04

Disertasi PENGEMBANGAN PENDEKATAN “SOCIAL INA DEBORA R.L


ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
430

HASIL : TAHAP II UJI COBA MODEL

INTRAPERSONAL DAN INTERPERSONAL

T-Test
Paired Samples Statistics

Mean N Std. Deviation Std. Error Mean


Pair 1 Post Test I 83.0769 26 6.93930 1.36091
Pretest I 24.6154 26 10.66987 2.09253
Pair 2 Post Testt II 85.9615 26 10.39416 2.03846
Pretest II 26.9231 26 8.37579 1.64263
Pair 3 Post Test III 92.8846 26 8.02161 1.57317
Pre Test III 26.7308 26 7.60819 1.49209
Paired Samples Correlations

N Correlation Sig.
Pair 1 Post Test I & Pretest I 26 .597 .00
Pair 2 Post Testt II & Pretest II 26 .736 1.000
Pair 3 Post Test III & Pre Test III 26 .734 .000

Paired Samples Test

Paired Differences
95% Confidence
Interval of the
Difference
Std. Std. Error Sig. (2-
Mean Deviation Mean Lower Upper t df tailed)
Pair Post Test I - 58.4615 8.57546 1.68179 54.9978 61.92524 34.762 25 .000
1 Pretest I 4 4
Pair Post Testt II - 59.0384 7.07379 1.38728 56.1813 61.89563 42.557 25 .000
2 Pretest II 6 0
Pair Post Test III - Pre 66.1538 5.71099 1.12002 63.8471 68.46056 59.065 25 .000
3 Test III 5 3
NPar Tests
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Beda test I Beda test II Beda test III


N 26 26 26
Normal Parametersa,,b Mean 58.4615 59.0385 66.1538
Std. Deviation 8.57546 7.07379 5.71099
Most Extreme Differences Absolute .148 .177 .211
Positive .107 .177 .135
Negative -.148 -.131 -.211
Kolmogorov-Smirnov Z .755 .901 1.077
Asymp. Sig. (2-tailed) .618 .391 .196
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.

Disertasi PENGEMBANGAN PENDEKATAN “SOCIAL INA DEBORA R.L


ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
431

INSTITUSIONAL
Frequencies
Statistics

Pendidikan Pendidikan
N Valid 36 36
Missing 0 0
Frequency Table
Pendidikan

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent


Valid Pendidikan Non Kesehatan 19 52.8 52.8 52.8
Pendidikan Profesi di Bidang 17 47.2 47.2 100.0
Kesehatan
Total 36 100.0 100.0
Pendidikan

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent


Valid AKPER 3 8.3 8.3 8.3
D1 Bidan 2 5.6 5.6 13.9
D1 BIDAN 1 2.8 2.8 16.7
D3 Bidan 2 5.6 5.6 22.2
S1 2 5.6 5.6 27.8
S1 Bidan 1 2.8 2.8 30.6
SKM 1 2.8 2.8 33.3
SMA 18 50.0 50.0 83.3
SPK 6 16.7 16.7 100.0
Total 36 100.0 100.0

NPar Tests
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Selisih (Postest -
Pretest Postest Pretest)
N 36 36 36
Normal Parametersa,,b Mean 31.3889 54.8611 54.8611
Std. Deviation 15.92891 10.98610 10.98610
Most Extreme Differences Absolute .290 .311 .311
Positive .290 .153 .153
Negative -.152 -.311 -.311
Kolmogorov-Smirnov Z 1.743 1.025 1.864
Asymp. Sig. (2-tailed) .005 .245 .002
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
Disertasi PENGEMBANGAN PENDEKATAN “SOCIAL INA DEBORA R.L
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
432

Frequencies
Statistics

Pretest Postest Selisih (Postest - Pretest)


N Valid 36 36 36
Missing 0 0 0
Mean 31.3889 86.2500 54.8611
Median 20.0000 85.0000 57.5000
Mode 20.00 95.00 60.00
Std. Deviation 15.92891 7.20863 10.98610
Minimum 15.00 75.00 25.00
Maximum 70.00 95.00 70.00
Percentiles 25 20.0000 80.0000 55.0000
50 20.0000 85.0000 57.5000
75 40.0000 95.0000 60.0000
NPar Tests
Wilcoxon Signed Ranks Test
Ranks

N Mean Rank Sum of Ranks


Pretest - Postest Negative Ranks 36a 18.50 666.00
Positive Ranks 0b .00 .00
Ties 0c

Total 36
a. Pretest < Postest
b. Pretest > Postest
c. Pretest = Postest
Test Statisticsb

Pretest - Postest
a
Z -5.275
Asymp. Sig. (2-tailed) .000
a. Based on positive ranks.
b. Wilcoxon Signed Ranks Test
NPar Tests
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Selisih (Postest -
Pendidikan Pretest Postest Pretest)
Pendidikan Non N 19 19 19
Kesehatan
Normal Parametersa,,b Mean 21.3158 80.5263 59.2105
Std. 10.78091 4.37631 9.01591
Deviation
Most Extreme Absolute .496 .232 .377
Differences
Positive .496 .232 .208
Negative -.279 -.189 -.377
Kolmogorov-Smirnov Z 2.162 1.012 1.643

Disertasi PENGEMBANGAN PENDEKATAN “SOCIAL INA DEBORA R.L


ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
433

Asymp. Sig. (2-tailed) .000 .258 .009


Pendidikan Profesi N 17 17 17
di Bidang Normal Parametersa,,b Mean 42.6471 92.6471 50.0000
Kesehatan
Std. 13.00452 3.12132 11.18034
Deviation
Most Extreme Absolute .287 .363 .320
Differences
Positive .287 .225 .210
Negative -.219 -.363 -.320
Kolmogorov-Smirnov Z 1.181 1.496 1.318
Asymp. Sig. (2-tailed) .123 .023 .062
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
NPar Tests

Mann-Whitney Test
Ranks

Pendidikan N Mean Rank Sum of Ranks


Pretest Pendidikan Non Kesehatan 19 11.16 212.00
Pendidikan Profesi di 17 26.71 454.00
Bidang Kesehatan
Total 36
Postest Pendidikan Non Kesehatan 19 10.34 196.50
Pendidikan Profesi di 17 27.62 469.50
Bidang Kesehatan
Total 36
Selisih (Postest - Pretest) Pendidikan Non Kesehatan 19 24.47 465.00
Pendidikan Profesi di 17 11.82 201.00
Bidang Kesehatan
Total 36
Test Statisticsb
Selisih (Postest -
Pretest Postest Pretest)
Mann-Whitney U 22.000 6.50 48.00
Wilcoxon W 212.000 0
196.500 0
201.000
Z -4.611 -5.02 -3.726
Asymp. Sig. (2-tailed) .000 9 .000 .000
Exact Sig. [2*(1-tailed .000a .000a .000a
Sig.)]
a. Not corrected for ties.
b. Grouping Variable: Pendidikan

Disertasi PENGEMBANGAN PENDEKATAN “SOCIAL INA DEBORA R.L


ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
434

NPar Tests
Wilcoxon Signed Ranks Test
Ranks
Pendidikan N Mean Rank Sum of Ranks
Pendidikan Non Kesehatan Pretest - Negative Ranks 19a 10.00 190.00
Postest
Positive Ranks 0b .00 .00
Ties 0c

Total 19
Pendidikan Profesi di Pretest - Negative Ranks 17a 9.00 153.00
Bidang Kesehatan Postest
Positive Ranks 0b .00 .00
Ties 0c

Total 17
a. Pretest < Postest
b. Pretest > Postest
c. Pretest = Postest
Test Statisticsb
Pendidikan Pretest - Postest
Pendidikan Non Kesehatan Z -3.916a
Asymp. Sig. (2- .000
tailed)
Pendidikan Profesi di Bidang Z -3.685a
Kesehatan Asymp. Sig. (2- .000
tailed)
a. Based on positive ranks.
b. Wilcoxon Signed Ranks Test
T-Test
Paired Samples Statistics
Pendidikan Mean N Std. Deviation Std. Error Mean
Pendidikan Non Kesehatan Pair 1 Postest 80.5263 19 4.37631 1.00399
Pretest 21.3158 19 10.78091 2.47331
Pendidikan Profesi di Pair 1 Postest 92.6471 17 3.12132 .75703
Bidang Kesehatan Pretest 42.6471 17 13.00452 3.15406

Paired Samples Correlations


Pendidikan N Correlation Sig.
Pendidikan Non Kesehatan Pair 1 Postest & Pretest 1 .573 .010
Pendidikan Profesi di Bidang Pair 1 Postest & Pretest 917 .663 .004
Kesehatan
Paired Samples Test
Paired Differences
95% Confidence
Interval of the Sig. (2-
Pendidikan Difference t df tailed)

Disertasi PENGEMBANGAN PENDEKATAN “SOCIAL INA DEBORA R.L


ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
435

Std.
Std. Error
Mean Deviation Mean Lower Upper

Pendidikan Pai Postest - 59.21053 9.01591 2.06839 54.86500 63.55605 28.626 18 .000
Non Kesehatan r Pretest
Pendidikan 1
Pair Postest - 50.00000 11.18034 2.71163 44.25160 55.74840 18.439 16 .000
Profesi di 1 Pretest
Bidang
Kesehatan

KOMUNITAS

NPar Tests
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Postest
Screening
Faktor risiko, Pretest Screening
rujukan dan Faktor risiko, rujukan
tanda bahaya dan tanda bahaya
N 32 32
Normal Parametersa,b Mean 85.0000 22.9688
Std. Deviation 5.81988 6.20346
Most Extreme Differences Absolute .219 .278
Positive .133 .278
Negative -.219 -.184
Kolmogorov-Smirnov Z 1.237 1.570
Asymp. Sig. (2-tailed) .094 .014
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
NPar Tests
Descriptive Statistics
N Mean Std. Deviation Minimum Maximum
Postest Screening Faktor 32 85.0000 5.81988 75.00 95.00
risiko, rujukan dan tanda
bahaya
Pretest Screening Faktor 32 22.9688 6.20346 15.00 35.00
risiko, rujukan dan tanda
bahaya

Wilcoxon Signed Ranks Test


Ranks
N Mean Rank Sum of Ranks
Pretest Screening Faktor Negative Ranks 32a 16.50 528.00
risiko, rujukan dan tanda Positive Ranks 0b .00 .00
bahaya - Postest Screening Ties 0c
Faktor risiko, rujukan dan
Total 32
tanda bahaya

Disertasi PENGEMBANGAN PENDEKATAN “SOCIAL INA DEBORA R.L


ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
436

Ranks
N Mean Rank Sum of Ranks
a
Pretest Screening Faktor Negative Ranks 32 16.50 528.00
risiko, rujukan dan tanda Positive Ranks 0b .00 .00
bahaya - Postest Screening Ties 0c
Faktor risiko, rujukan dan
Total 32
tanda bahaya
a. Pretest Screening Faktor risiko, rujukan dan tanda bahaya < Postest Screening Faktor risiko,
rujukan dan tanda bahaya
b. Pretest Screening Faktor risiko, rujukan dan tanda bahaya > Postest Screening Faktor risiko,
rujukan dan tanda bahaya
c. Pretest Screening Faktor risiko, rujukan dan tanda bahaya = Postest Screening Faktor risiko,
rujukan dan tanda bahaya

Test Statisticsb

Pretest Screening Faktor risiko, rujukan dan tanda


bahaya - Postest Screening Faktor risiko, rujukan
dan tanda bahaya
Z -5.053a
Asymp. Sig. (2-tailed) .000
a. Based on positive ranks.
b. Wilcoxon Signed Ranks Test

Disertasi PENGEMBANGAN PENDEKATAN “SOCIAL INA DEBORA R.L


ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
437

Lampiran 11:

Soal Pretes dan Postest untuk ibu hamil dan keluarga, Petugas kesehatan,
TOMA,TOGA, Kader Kesehatan, Dukun

Curah Pendapat Awal (pre-tes)


Kelas Prenatal and Family Pertemuan I

Terima kasih atas kehadiran ibu pada pelaksanaan kelas prenatal and family hari
ini. Evaluasi awal ini bertujuan supaya kelas ibu hamil menjadi lebih baik
nantinya.

Nama : Umur : Usia kehamilan : Hamil ke


berapa :
Alamat tempat :

Daftar pertanyaan yang digunakan untuk curah pendapat .

1. Apa tanda-tanda perubahan tubuh selama masa kehamilan :

2. Jika hamil, kemana sebaiknya ibu segera memeriksakan kehamilan ?

3. Apa yang sebaiknya ibu lakukan selama hamil ?

4. Apa yang perlu dilakukan suami atau keluarga untuk meningkatkan kesiapan
mental ibu dalam proses persalinan ?

5. Melakukan hubungan suami istri/sanggama selama hamil menurut kesehatan :

6. Apa yang sebaiknya ibu lakukan jika mengalami sakit pada masa hamil?

7. Yang merupakan tanda-tanda bahaya kehamilan adalah :

8. Apakah menurut pendapat ibu merencanakan persalinan itu penting?

9. Apa yang perlu dipersiapkan suami/keluarga untuk menghadapi persalinan :

10. Jika Ibu hamil sudah merasa akan melahirkan kemana ibu akan pergi

Disertasi PENGEMBANGAN PENDEKATAN “SOCIAL INA DEBORA R.L


ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
438

Kuesioner Evaluasi Akhir (pos tes)


Kelas Prenatal and Family Pertemuan I

Terima kasih atas kehadiran ibu pada pelaksanaan kelas prenatal and family hari
ini.
Evaluasi akhir ini bertujuan supaya kelas prenatal and family menjadi lebih baik
nantinya.

Nama : Umur : Usia kehamilan : Hamil ke


berapa :
Alamat tempat :

Daftar pertanyaan curah pendapat

1. Apa tanda-tanda perubahan tubuh selama masa kehamilan ?

2. Jika hamil, kemana sebaiknya ibu segera memeriksakan kehamilan itu?

3. Apa yang sebaiknya ibu lakukan selama hamil ?

4. Apa yang perlu dilakukan suami atau keluarga untuk meningkatkan


kesiapan mental ibu dalam proses persalinan ?

5. Melakukan hubungan suami istri/sanggama selama hamil menurut


kesehatan ?

6. Apa yang sebaiknya ibu lakukan jika mengalami sakit pada masa hamil?

7. Yang merupakan tanda-tanda bahaya kehamilan adalah ?

8. Apa menurut pendapat ibu merencanakan persalinan itu penting?

9. Apa yang perlu dipersiapkan suami/keluarga untuk menghadapi persalinan


?

10. Jika Ibu hamil sudah merasa akan melahirkan kemana ibu akan pergi ?

Disertasi PENGEMBANGAN PENDEKATAN “SOCIAL INA DEBORA R.L


ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
439

Evaluasi Awal Kelas Prenatal and Family (pre tes)


Pertemuan II

Terima kasih atas kehadiran ibu pada pelaksanaan kelas prenatal and family hari
ini.
Evaluasi ini bertujuan supaya kelas prenatal and family menjadi lebih baik
nantinya.

Nama :
Umur :
Usia kehamilan :
Hamilan ke berapa :
Alamat tempat tinggal :

Daftar pertanyaan curah pendapat

1. Apa saja tanda-tanda persalinan akan berlangsung ?

2. Dukungan suami dan keluarga pada saat persalinan adalah ?

3. Apa tanda-tanda bahaya pada persalinan ?

4. Ibu berhak untuk memilih persalinan ditolong siapa saja, tetapi tidak benar
jika persalinan ditolong ?

5. Apa yang dilakukan ibu setelah nifas untuk menjaga kesehatannya ?

6. Apa kegiatan yang tidak baik dilakukan ibu setelah nifas ?

7. Kapan waktu yang benar Ibu menyusui bayinya setelah melahirkan ?

8. Apabila ibu nifas mengalami tanda-tanda seperti : kepala pusing, mual,


keputihan,keluar cairan seperti nanah dari jalan lahir. Apa yang harus
dilakukan ?

9. Waktu yang paling tepat untuk ber KB adalah ?

10. Siapakah yang sebaiknya memilih alat kontrasepsi, jika ibu akan ber-KB ?

Disertasi PENGEMBANGAN PENDEKATAN “SOCIAL INA DEBORA R.L


ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
440

Evaluasi Akhir Materi Kelas Prenatal and Family (pos tes)


Pertemuan II

Terima kasih atas kehadiran ibu pada pelaksanaan kelas ibu hamil hari ini.
Evaluasi ini bertujuan supaya kelas ibu hamil menjadi lebih baik nantinya.

Nama :
Umur :
Usia kehamilan :
Hamilan ke berapa :
Alamat tempat tinggal :

Daftar pertanyaan curah pendapat :

1. Apa saja tanda-tanda persalinan akan berlangsung ?

2. Dukungan suami dan keluarga pada saat persalinan adalah ?

3. Apa tanda-tanda bahaya pada persalinan ?

4. Ibu berhak untuk memilih persalinan ditolong siapa saja, tetapi tidak benar jika
persalinan ditolong ?

5. Apa yang dilakukan ibu setelah nifas untuk menjaga kesehatannya ?

6. Apa kegiatan yang tidak baik dilakukan ibu setelah nifas ?

7. Kapan waktu yang benar Ibu menyusui bayinya setelah melahirkan ?

8. Apabila ibu nifas mengalami tanda-tanda seperti kepala pusing, mual,


keputihan, keluar cairan seperti nanah dari jalan lahir. Apa yang harus
dilakukan ?

9. Waktu yang paling tepat untuk ber KB adalah ?

10. Siapakah yang sebaiknya memilih alat kontrasepsi, jika ibu akan ber-KB ?

Disertasi PENGEMBANGAN PENDEKATAN “SOCIAL INA DEBORA R.L


ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
441

Evaluasi Awal Materi Kelas Prenatal and Family (pre tes)


Hamil Pertemuan III

Terima kasih atas kehadiran ibu pada pelaksanaan kelas prenatal and family hari
ini.
Evaluasi ini bertujuan supaya kelas ibu hamil menjadi lebih baik nantinya.

Nama :
Umur :
Usia kehamilan :
Kehamilan ke berapa :
Alamat tempat tinggal :

Daftar pertanyaan curah pendapat


1. Bayi lahir segera menangis, seluruh tubuh bayi kemerahan, tangan dan kaki
bergerak aktif, ini merupakan :

2. Pemberikan ASI eksklusif pada bayi diberikan sampai umur berapa bulan ?

3. Apa yang dilakukan untuk mencegah pendarahan pada bayi karena


kekurangan vitamin K1 ?

4. Apabila ada tanda-tanda pada bayi ibu, tidak mau menyusu, kejang, badan
bayi terlihat kuning maka segeralah bawa ke :

5. Untuk menjaga kekebalan tubuh pada bayi ibu sehingga tidak mudah
kenapenyakit polio, maka bayi ibu harus diberikan imunisasi apa ?

6. Apakah Hepatitis B, Polio, DPT, TBC dan Campak adalah jenis imunisasi
yang harus diberikan pada bayi ibu ?

7. Makan buah yang menggantung, makan ikan laut, minum air es selama hamil
menurut ilmu kesehatan adalah :

8. Mengapa kita harus waspada dan menghindari penyakit menular seksual ?

9. HIV/AIDS adalah penyakit menular berbahaya yang dapat menular, kegiatan


dibawah ini mana yang tidak menular

10. Apa manfaat pembuatan akte kelahiran untuk bayi ibu ?

Disertasi PENGEMBANGAN PENDEKATAN “SOCIAL INA DEBORA R.L


ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
442

Evaluasi Akhir Materi Kelas Prenatal and Family (pre tes)


Pertemuan III

Terima kasih atas kehadiran ibu pada pelaksanaan kelas ibu hamil hari ini.
Evaluasi ini bertujuan supaya kelas ibu hamil menjadi lebih baik nantinya.
Nama :
Umur :
Usia kehamilan :
Kehamilan ke berapa :
Alamat tempat tinggal :

Daftar pertanyaan curah pendapat


1. Bayi lahir segera menangis, seluruh tubuh bayi kemerahan, tangan dan kaki
bergerak aktif merupakan :

2. Pemberikan ASI eksklusif pada bayi diberikan sampai umur berapa bulan ?

3. Apa yang dilakukan untuk mencegah pendarahan pada bayi karena


kekurangan vitamin K1?

4. Apabila ada tanda-tanda pada bayi ibu, tidak mau menyusu, kejang, badan
bayi terlihat kuning maka segeralah bawa ke :

5. Untuk menjaga kekebalan tubuh pada bayi ibu sehingga tidak mudah kena
penyakit polio, maka bayi ibu harus diberikan imunisasi apa ?

6. Apakah Hepatitis B, Polio, DPT, TBC dan Campak adalah jenis imunisasi
yang harus diberikan pada bayi ibu ?

7. Makan buah yang menggantung, makan ikan laut, minum air es selama hamil
menurut ilmu kesehatan adalah :

8. Mengapa kita harus waspada dan menghindari penyakit menular seksual ?

9. HIV-AIDS adalah penyakit menular berbahaya dan dapat menular. Kegiatan


dibawah ini mana yang tidak menular ?

10. Apa manfaat pembuatan akte kelahiran untuk bayi ibu ?

Disertasi PENGEMBANGAN PENDEKATAN “SOCIAL INA DEBORA R.L


ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
443

Pre Test dan Post Test :


Kartu Skor “Poedji Rochjati” untuk
Perencanaan Persalinan yang Aman
Untuk Petugas Kesehatan

1. Jelaskan pengertian faktor risiko/masalah menurut ibu Poedji Rochjati ?


2. Jelaskan tingkat risiko yang dihadapi oleh ibu hamil berdasarkan jumlah skor
menurut ibu Poedji Rochjati ?
3. Jelaskan pengertian kegawatan obstetrik pada ibu hamil: ada potensi gawat obstetrik
(APGO) ?
4. Jelaskan pengertian kegawatan obstetrik pada ibu hamil: ada gawat obstetrik (AGO)
?
5. Jelaskan pengertian kegawatan obstetrik pada ibu hamil: ada gawat darurat obstetrik
(AGDO) ?
6. Jelaskan pendapat saudara tentang rujukan dini berencana ?
7. Jelaskan pendapat saudara tentang rujukan tepat waktu ?
8. Kasus : Ny Ani umur 38 tahun G 3 P2 A0, hamil 3 bulan
Anak I cukup bulan lahir normal
Anak II Prematur lahir normal lalu mati
Tinggi badan 142 cm
a. Hitung berapa jumlah skor Ny Ani berdasarkan skor Poodji Rochjati?
b. Apa tingkat risiko yang dialami oleh Ibu Ani ?

9. Kasus :
Pada ANC I Ny Shinta 37 tahun hamil ke 2, umur kehamilan 3 bulan. 10 tahun yang
lalu pernah kehamilan diluar rahiim yang terganggu. Tinggi badan 143 cm. Hitung
skor Ny Shinta berdasarkan skor Poodji Rochjati?
Kontak II da III keadaan tetap.
Kontak IV hamil 8 bulan : ibu mengalami kaki bengkak diantar oleh kader ke Bidan
dan diketahui ibu mengalami preeklampsi ringan kemuadian ibu dirujuk untuk di
rawat di RS
Kontak V - VI hamil 9 bulan, kondisi ibu baik.
a. Berapa jumlah skor pada Kontak I ?
b. Berapa jumlah skor pada Kontak IV ?

10. Kasus :
Pada Kontak I Ny Maria, umur 30 tahun, kehamilan ke 3, hamil 5 bulan
Pada kontak II Hamil 4 bulan ibu mengalami perdarahan dan Kader merujuk ibu ke
RS, dirawat di RS dan perdarahan berhenti
Pada Kontak III, Kader kunjungan rumah, tidak ada perdarahan
Hamil Tua : perdarahan banyak
Ibu Kader melakukan rujukan ke RS dan segera dilakukan operasi sesar emerjensi
dan hasilnya ibu dan bayi hidup sehat dan selamat,
a. Berapa jumlah skor ibu pada kontak I ?
b. Berapa jumlah skor ibu pada kontak II ?
c. Berapa jumlah skor ibu pada kontak III ?

11. Kasus :

Disertasi PENGEMBANGAN PENDEKATAN “SOCIAL INA DEBORA R.L


ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
444

Kontak I : Ibu Linda 30 tahun, kehamilan ke 5. Hamil 3 bulan. Persalinan yang lalu
pernah diberi infus pada perdarahan pasca persalinan.
Perawatan Ante natal oleh Bidan Desa
Kontak II : ibu hamil tidak ada keluhan
Kontak III, 8 bulan ditemukan letak sungsang
Kontak IV, 9 bulan terjadi perdarahan, ibu hamil ke Rumah sakit kemudian
dilakukan operasi Sesar. Ibu dan bayi hidup sehat, 3300 gram
a. Berapa jumlah skor ibu pada kontak I
b. Berapa jumlah skor ibu pada kontak II
c. Berapa jumlah skor ibu pada kontak III
d. Berapa jumlah skor ibu pada kontak IV.

”Selamat Mengerjakan”

Disertasi PENGEMBANGAN PENDEKATAN “SOCIAL INA DEBORA R.L


ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
445

PRETEST/POSTEST

Untuk TOMA, TOGA, Kader kesehatan, Dukun

Petunjuk : Jodohkanlah Pertanyaan pada kolom 2 dengan pilihan jawaban pada


kolom 3

No Pertanyaan Pilihan Jawaban


1 2 3 4
1 Pengertian kehamilan A Jumlah skor 2
risiko rendah (KRR)
adalah
2 Pengertian Kehamilan B Jumlah skor 4
risiko tinggi (KRT)
adalah
3 Pengertian Kehamilan C Jumlah skor 6 -10
risiko sangat tinggi
(KRST) adalah
4 Jumlah skor KRR adalah D Jumlah skor 10 -12
5 Jumlah skor KRT adalah E Jumlah skor >12
6 Jumlah skor KRST F Kehamilan dengan satu atau
adalah lebih faktor risiko, baik dari
pihak ibu maupun janinnya
yang memberi dampak kurang
menguntungkan baik bagi ibu
maupun janinnya, memiliki
risiko kegawatan tetapi tidak
darurat
7 Termasuk kelompok G Kehamilan dengan faktor risiko
risiko Ada Potensi perdarahan sebelum bayi lahir,
Gawat Obtetrik (APGO) memberi dampak gawat dan
darurat bagi jiwa ibu dan atu
bayinya, membutuhkan dirujuk
tepat waktu dan tindakan segera
untuk penanganan adekuat
dalam upaya penyelamatan
nyawa ibu dan bayinya.
8 Termasuk kelompok H Kehamilan tanpa masalah/
risiko : Ada Gawat faktor risiko, fisiologis dan
Obstetrik (AGO) kemungkinan besar dikuti oleh
persalinan normal dengan ibu
dan bayi hidup sehat.
9 Termasuk kelompok I Preeklampsi, perdarahan
risiko : Ada gawat sebelum bayi lahir.
darurat obstetrik
(AGDO)
10 Ibu Lina 36 tahun, hamil J 8 faktor risiko seperti penyakit
ke 3, hamil 3 bulan ibu hamil, preeklampsia ringan,
Anak I Cukup bulan hamil kembar, hydramnion,
lahir normal sekarang 11 hamil lebih bulan, janin mati

Disertasi PENGEMBANGAN PENDEKATAN “SOCIAL INA DEBORA R.L


ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
446

tahun dalam rahim ibu, kelainan letak


Anak II prematur lahir
normal, lalu meninggal.
TB 142 cm. Hitung skor
?
11 Berikut yang termasuk K Primi muda, primi tua, primi
faktor risiko dalam AGO tua sekunder, terlalu pendek
adalah
12 Rujukan bagi ibu risiko L Kelainan letak : Lintang, atau
tinggi yang masih sehat, letak sungsang.
bagi janis risiko tinggi
belum gawat darurat
seperti ibu dengan
riwayat sectio
13 Rujukan harus dilakukan M Perdarahan sebelum bayi lahir
dalam upaya dan eklampsia
peyelamatan nyawa ibu
dan bayinya pada ibu
AGDO, ibu dengan
perdarahan
14 Ibu Arini 35 tahun G3 P1 N Rujukan terlambat
A1 umur kehamilan 20
minggu datang ke
Puskesmas melakukan
pemeriksaan ANC ke
Puskesmas. Pada saat
pengkajian pada
kehamilan sebelumnya
dengan Sc. Hitung skor
menurut KSPR ?
15 Sebutkan 5 dari 10 tanda O Rujukan tepat waktu
bahaya pada kehamilan,
persalinan dan nifas?
16 Ibu Shinta umur 25 P Rujukan dini berencana
tahun G1 P0 Ao hamil
31 minggu pada
pemeriksaan dengan
letak sungsang. Hitung
skor menurut KSPR ?
17 Ibu Linda 37 tahun, Q
hamil ke-5 hamil 3
bulan. 10 tahun yang lalu
pernah hamil diluar
rahim yang terganggu,
TB 143 cm. Hitung skor
menurut KSPR?
18 NyLinda pada kontak II R
dan III kesehatan tetap,
berapa skor Ny Linda
saat ini ?

Disertasi PENGEMBANGAN PENDEKATAN “SOCIAL INA DEBORA R.L


ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
447

19 Kontak IV hamil 8 bulan S


ibu PKK memeriksa
adanyabengkak pada
tungkai dan dirujuk ke
bidan hasil pemeriksaa
Preeklampsia ringan.
Berapa skor Ny Linda
saat kontak IV ini ?
20 Sebutkan 5 tanda-tanda T
kehamilan yang perlu
diwaspadai

Disertasi PENGEMBANGAN PENDEKATAN “SOCIAL INA DEBORA R.L

Anda mungkin juga menyukai