Anda di halaman 1dari 5

Faktor yang mempengaruhi kepatuhan (adherence) minum obat pada

pasien dengan skizofrenia


Cara yang baik untuk mengonsepkan ketidakpatuhan pasien dalam minum obat
adalah dengan membagi ketidakpatuhan (non-adherence) menjadi dua yaitu :
intentional dan unintentional non-adherence. Intentional non-adherence terjadi ketika
pasien dengan sengaja membuat keputusan untuk tidak meminum obat yang telah
diresepkan untuknya. Hal ini biasa disebabkan karena pasien merasa kerugian minum
obat lebih banyak daripada manfaatnya, hal ini bisa dimengerti melalui health belief
model. Sedangkan, unintentional non-adherence terjadi ketika masalah praktis
mempengaruhi kepatuhan seseorang untuk minum obat. Sebagai contoh : pasien lupa
minum obat, pasien yang tidak mengerti intruksi cara minum obat yang diberikan
kepadanya, kesulitan untuk mengambil obat secara berulang ke apotik akibat travel
issue atau biaya pengobatan. 1

Gambar di atas menggambarkan faktor kunci yang menentukan kepatuhan


seseorang untuk minum obat.

Sebagian besar pasien skizofrenia tidak patuh menjalankan pengobatan.


Ketidakpatuhan ini berhubungan dengan beberapa faktor, diantaranya : faktor pasien
(substance abuse, lupa, efek samping kecemasan, pengetahuan yang inadekuat,
kurangnya insight, kurangnya motivasi, ketakutan akan stigma), faktor pelayanan
kesehatan ( kurangnya terjalinya hubungan antara pasien dengan penyedia layanan
kesehatan, kurangnya pelayanan, susahnya akses ke pelayanan kesehatan, kurangnya
staff training), faktor sosial ekonomi ( rendahnya tingkat pendidikan dan buta huruf),
faktor pengobatan (polifarmasi, regimen pengobatan yang komplek).2
Kepatuhan pengobatan dikatakan jelek bila terdapat kegagalan untuk
mengambil resep (failure to fill any presctiption), penolakan untuk minum obat,
memberhentikan pengobatan lebih awal, adanya laporan minum obat tidak di waktu
yang tepat dan/atau dosis yang salah.
Disease related factor
Beberapa gejala skizofrenia menghambat kemampuan pasien untuk bekerja
sama selama proses pengobatan. Disease related factors ini , diantaranya keparahan
gejala dan kurangnya insight terhadap penyakit, dapat mempengaruhi kepatuhan
1. Keparahan gejala ( Severity symptom)
Dua studi prospektif (Acosta et al. 2009: Hudson et al. 2004) mendukung
adanya hubungan langsung antara keparahan gejala dengan ketidakpatuhan pasien
minum obat. Prospektif studi (Loffler et al. 2003) yang mengkaji alasan subjektif
ketidakpatuhan minum obat pada pasien dengan skizofrenia adalah karena pasien
dengan gejala yang lebih berat kurang atau tidak mempertimbangkan atau
memikirkan pencegahan kekambuhan ( relapse prevention) sebagai faktor penting
untuk motivasi kepatuhannya minum obat.
2. Kurangnya insight ( Lack of illness insight)
Kebanyakan pasien skizofrenia memiliki sedikig atau bahkan tidak memiliki
insight sama sekali terbadap penyakit yang dideritanya, sehingga mereka tidak begitu
memperdulikan gejala yang dirasakannya dan akibat atau konsekuensi dari
penyakitnya. Pasien yang mengatasi stress akibat penyakitnya dengan menolak
sakitnya (ignoring illness) atau membesar-besarkan gejala yang dirasakannya

mempunyai kepatuhan yang rendah untuk pengobatan. Pasien-pasien yang menolak


untuk menerima penyakitnya tidak percaya bahwa gejala yang dirasakannya
merupakan sesuatu yang dapat ditangangani, dan oleh karena itu mereka kurang
motivasi untuk mengambil langkah guna mengatasi symptom yang mereka rasakan
seperti mencoba proses pengobatan.
Patient related factor
Terdapat enam faktor yang bersal dari pasien yang dapat mempengaruhi
kepatuhan

minum

obat

pada

pasien

dengan

skizofrenia,

yaitu

faktor

sosialdemografi, substance abuse, kepercayaan akan pengobatan, prior adherence,


kbesitas, dan faktor agama.
a. Faktor sosiodemografi
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa beberapa faktor sosialdemografi
berhubungan dengan kepatuhan pasien terhadap pengobatan, memiliki hubungan
positif dengan faktor usia tua, dan memiliki hubungan negatif ( berbanding tebalik)
dengan tingkat pendudikan yang rendah.
b. Kepercayaan akan pengobatan
Persepsi pasien mengenai efek yang ditimbulkan dari pengobatan yang dijalani
berkontribusi terhadap kepatuhan . Studi cross sectional yang dilakukan oleh
Retenbacher pada tahun 2004, menunjukkan variabel terbaik yang dapat menjadi
prediktor adalah adanya efek positif yang dirasakan pasien merupakan alasan bagi
pasien untu patuh minum obat yang diresepkan oleh psikiatri atau dokter.
c. Prior adherence practice
Terdapat beberapa studi yang meneliti hubungan antara kepatuhan sekarang
dengan praktik kepatuhan pasien yang terdahulu. Salah satu studi melaporkan, pasien
yang tidak patuh minum obat pada 4 minggu pertama pengobatan, memiliki
kecendrungan 3,1 kali lebih besar untuk tidak patuh minum dalam 1 tahun pertama
pengobatan.
d. Faktor Kepercayaan dan spiritual
Kepatuhan juga dipengaruhi oleh faktor kepercayaan dan spiritual. Data
menunjukkan 57% pasien memandang penyakit yang dideritanya berhubungan secara

langsung dengan kepercayaan spiritualnya; secara positif pada 31% (seperti


kepercayaan bahwa penyakitnya merupakan ujian yang diberikan Tuhan, agar mereka
berada pada jalan yang lurus) dan secara negatif (seperti kepercayaan bahwa
penyakitnya merupakan hukuman dari Tuhan atau dari setan/ iblis). Kepatuhan pasien
untuk minum obat lebih tinggi pada kelompok yang religius.
Treatment-related factor
Treatment-related factor seperti adverse event dan tipe regimen anti-psikotik
berhubungan dengan kepatuhan pasien. Dosis obat juga merupakan faktor penting
yang potensial yang dapat mempengaruhi kepatuhan pasien.
a. Adverse event
Hudson et al. Pada tahun 2004 melaporkan adanya adverse drug reactions
menjadi penghalang terhadap kepatuhan pengobatan. Studi lain juga menunjukkan
alasan subjective ketidakpatuhan pasien adalah perasaan distress terhadap efek
samping obat. Peneliti meneliti distress yang dirasakan berhubungan dengan efek
samping yang menetap (penambahan berat badan pada wanita dan sedasi yang
berlebihan) menjadi kontributor penting terhadap kepatuhan minum obat.
b. Antipsikotik regimen
Efek regimen antipsikotik mempengaruhi kepatuhan pasien untuk minum obat.
Studi pada 500 pasien dengan Skizofrenia di Jerman, penggantian regimen
pengobatan dari tipikal menjadi antipsiokotik atipikal menunjukkan angka kepatuhan
minum obat yang lebih tinggi dari mereka yang pengobatannya tidak diganti.
Enviroment-related factor
External atau Enviroment-related factor termasuk hubungan dengan dokter,
stigma penyakit, situasi hidup dan dukungan keluarga.
a. Hubungan dengan dokter
Hubungan dengan dokter juga menentukan kepatuhan pasien untuk minum
obat. Pasien akan patuh minum obat bila terjalin hubungan yang baik antara dokter
dan pasien. Pasien percaya terhadap dokter yang mengobatinya dan mereka
mengharapkan dokter akan membantu dalam pengobatannya. Kesulitan membanguan
terapeautic alliance dan hubungan dokter-pasien yang kurang merupakan prediktor
signifikan kepatuhan pasien.

b. Faktor lingkungan lainnya


Studi prospektif menunjukkan faktor penghalang utama ketidakpatuhan pasien
minum obat yaitu stigma pengobatan dan kurangnya support. Faktor lain yang juga
berpengaruh adalah suasana hidup yang kacau, masalah finansial, masalah di rumah
atau permasalahn logistik, sedangkan prediktor kepatuhan minum obat yang baik
adalah adanya suppor keluarga dan support sosial.
Faktor yang mempengaruhi kepatuhan (adherence) minum obat pada pasien
dengan skizofrenia.
1.1

Metode menilai kepatuhan pengobatan

Penilaian objektif
Medication container with electronic

Penilaian subjektif
Clinicians view on adherence (often

monitoring, eg, MEMS

based on therapeutic response and side

Jumlah pill
Marker biologis
Observed intake
Medication possession ratio
Medication plasma level
Electronic ingestible event marker

effects)
Patient or key other report
Patient diary of medication intake
Questionnaires, eg, DAI, MARS

Keterangan : MEMS, Medication Event Monitoring System; DAI, Drug Attitude Inventory; MARS,
Medication Adherence Rating Scale.

Ketidakpatuhan (Non-adherence) terhadap pengobatan merupakan masalah


pada semua kondisi kesehatan yang kronik , sama halnya dengan penggunaan insulin
pada pasien diabetes, penggunaan anti hipertensi pada kasus hipertensi, brimonidine
pada glaukoma, antiretroviral pada pasien dengan immunodeficiensy virus, dan statin
pada pasien dengan hiperlipidemia.

Anda mungkin juga menyukai