Penyakit infeksi sistem saraf pusatmencakup seluruh struktur yang terdapat
di SSP, seperti meningitis, ensefalitis, abses otak maupun vaskulitis.1 Penyakit yang menyerang otak merupakan masalah yang serius dalam bidang kesehatan terutama di Indonesia. Meningitis adalah inflamasi meningen, terutama araknoid dan piamater, yang terjadi karena invasi bakteri ke dalam ruang subaraknoid. Biasanya proses inflamasi tidak terbatas hanya di meningen, tapi juga mengenai parenkim otak (meningoensefalitis), ventrikel (ventrikulitis), bahkan bisa menyebar ke medula spinalis.2 Meningitis dapat disebabkan oleh proses infeksi (bakteri, virus, jamur atau parasit) maupun proses non-infeksi (penyakit sistemik, keganasan, atau reaksi hipersensitivitas).1 Kasus Meningitis Bakterialis (MB) terdistribusi di seluruh belahan bumi. Di negara dengan empat musim, MB lebih banyak terjadi di musim dingin dan awal musim semi. MB lebih banyak terjadi pada pria. Insiden MB adalah 2-6/100.000 per tahun dengan puncak kejadian pada kelompok bayi, remaja, dan lansia. Tingkat insiden tahunan (per 100.000) MB sesuai patogennya adalah sebagai berikut: Streptococcus pneumonia, 1,1; Neisseria meningitidis, 0,6; Streptococcus, 0,3; Listeria monocytogenes, 0,2; dan Haemophilus influenza, 0,2.2 Studi populasi secara luas memperlihatkan bahwa meningitis virus lebih sering terjadi, sekitar 10,9 per 100.000 orang, dan lebih sering terjadi pada musim panas. Encephalitis sendiri merupakan penyakit langka yang terjadi pada sekitar 0,5 per 100.000 orang, dan paling sering terjadi pada anak-anak, orang tua, dan orang dengan sistem kekebalan tubuh yang lemah (misalnya, orang dengan HIV / AIDS atau kanker).3 Meningitis bakterialis adalah kegawatdaruratan neurologik yang mengancam jiwa yang memerlukan diagnosis dan terapi yang cepat. Penanganan MB memerlukan pendekatan interdisipliner. Penegakan diagnosis meningitis kadang sulit jika hanya mengandalkan anamnesis dan pemeriksaan fisik. Hasil
1 2
pemeriksaan cairan serebrospinal (CSS) harus diinterpretasikan secara hati-hati.
Pemahaman karakter pasien sangat dibutuhkan untuk memberikan antibiotik empirik yang tepat.2 Prognosis penyakit ini juga didukung oleh ketepatan dan kecepatan dokter dalam memberikan terapi yang sesuai.