Anda di halaman 1dari 23

Telaah Ilmiah

ENDOFTALMITIS POST CATARAC SURGERY

Oleh:

Thifah Ariqonitah. Sr, S.Ked

Pembimbing

dr.H. Alie Solahuddin, SpM(K)

DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA

RSUP DR. MOHAMMAD HOESIN PALEMBANG

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA

2016

1
HALAMAN PENGESAHAN

Judul Telaah Ilmiah


Endoftalmitis Post Catarac Surgery

Oleh:
Thifah Ariqonitah. Sr, S.Ked
04054821618027

Referat ini diajukan untuk memenuhi salah satu tugas dalam mengikuti Kepaniteraan
Klinik Senior di Bagian Ilmu Kesehatan Mata RSUP Dr. Mohammad Hoesin
Palembang Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya periode 21 Maret 2016 s.d 25
April 2016.

Palembang, 2 April 2016

dr. H. Alie Solahuddin, SpM(K)

2
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis haturkan kepada Allah SWT atas berkat rahmat dan
karunia-Nya Telaah Ilmiah yang berjudul Endoftalmitis Post Catarac Surgery ini
dapat diselesaikan tepat waktu. Telaah Ilmiah ini dibuat untuk memenuhi salah satu
syarat ujian kepaniteraan klinik di Bagian Ilmu Kesehatan Mata RSUP Dr. Mohammad
Hoesin Palembang Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya.

Penulis juga ingin menyampaikan terima kasih kepada dr. H. Alie Solahuddin,
Sp.M (K) atas bimbingannya sehingga penulisan ini menjadi lebih baik.

Penulis menyadari masih banyak kekurangan dan kekeliruan dalam penulisan


Telaah Ilmiah ini. Oleh karena itu saran dan kritik sangat penulis harapkan untuk
penulisan yang lebih baik di masa yang akan datang.

3
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .............................................................................................. i


HALAMAN PENGESAHAN .............................................................................. ii
KATA PENGANTAR ......................................................................................... iii
DAFTAR ISI ........................................................................................................ iv
BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................... 1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA .......................................................................... 3
2.1 Anatomi Mata ............................................................................................ 3
2.2 Endoftalmitis Post Catarac Surgery ........................................................ 8
2.3.1 Definisi ............................................................................................ 8
2.3.2 Epidemiologi ................................................................................... 8
2.3.3 Etiologi ............................................................................................ 8
2.3.4 Faktor Risiko ................................................................................... 9
2.3.5 Patofisiologi ................................................................................... 10
2.3.6 Tanda dan Gejala ........................................................................... 11
2.3.7 Diagnosis ....................................................................................... 12
2.3.8 Diagnosis Banding......................................................................... 13
2.3.9 Penatalaksanaan ............................................................................. 13
2.3.10 Pencegahan .................................................................................... 16
2.3.11 Prognosis ....................................................................................... 16

BAB III KESIMPULAN .................................................................................... 17


DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 18

4
BAB I
PENDAHULUAN

Katarak adalah setiap keadaan kekeruhan pada lensa yang dapat terjadi
akibat hidrasi (penambahan cairan) lensa, denaturasi protein lensa atau terjadi
akibat keduanya.1 Beberapa faktor terlibat dengan kejadian katarak yaitu di
antaranya penuaan, trauma, toksin, penyakit sistemik (misalnya: diabetes),
merokok, dan herediter. Berbagai studi cross-sectional melaporkan prevalensi
katarak pada individu berusia 65 sampai 74 tahun adalah sebanyak 50%.
Prevalensi ini meningkat hingga 70% pada individu di atas 75 tahun.2
Katarak menyebabkan turunnya tajam penglihatan bahkan sampai dapat
menyebabkan kebutaan. Secara umum, penurunan tajam penglihatan berhubungan
langsung dengan kepadatan katarak.
Pengobatan katarak dilakukan dengan pembedahan. Pembedahan dilakukan
untuk mengangakat lensa yang katarak. Terdapat beberapa teknik operasi katarak
yaitu ICCE (Intracapsular Catarac Extraction), ECCE (Extracapsular Catarac
Extraction), SICS, dan Phacoemulsification.
Akan tetapi, operasi katarak dapat menyebabkan beberapa komplikasi, salah
satunya adalah endoftalmitis. Di Amerika Serikat, endoftalmitis post catarac
surgery merupakan bentuk yang paling umum dari kejadian endoftalmitis eksogen
dengan angka kejadian sekitar 0,1-0,3 % komplikasi pasca operasi katarak dan
angka ini terus meningkat dalam beberapa tahun terakhir.3
Endoftalmitis post catarac surgery adalah inflamasi berat yang melibatkan
segmen anterior dan posterior mata setelah operasi intraokular, khususnya operasi
katarak. Endoftalmitis dapat terjadi dalam satu sampai beberapa hari setelah
operasi katarak dan dengan cepat dapat menyebabkan kehilangan mata bila tidak
dikenali dan segera diobati. Endoftalmitis dapat menyebabkan kebutaan, diagnosis
secara dini dan tepat harus dilakukan guna mencegah kerusakan lebih lanjut pada
jaringan bola mata.
Penulisaan telaah ilmiah ini bertujuan untuk mengetahui definisi,
epidemiologi, etiologi, faktor risiko, patofisiologi, tanda dan gejala, diagnosis,

5
diagnosis banding, tatalaksana, dan pencegahan endoftalmitis post catarac
surgery. Telaah ilmiah ini diharapkan dapat bermanfaat untuk memberikan
informasi dan sumber bacaan terkait endoftalmitis post catarac surgery.

6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi Mata


2.1.1 Palpebra
Kelopak mata (palpebra) superior dan inferior adalah modifikasi lipatan
kulit yang dapat menutupi dan melindungi bola mata bagian anterior. Berkedip
dapat membantu menyebarkan tear film yang dapat melindungi kornea dan
konjungtiva dari dehidrasi.
Kelopak mata terdiri atas 5 lapisan penting. Dari superfisial ke dalam, terdiri
atas lapisan kulit, lapisan otot (orbicularis oculi), jaringan areolar, jaringan
fibrous (tarsal plate), dan lapisan membran mukus (konjungtiva palpebra).
Kelopak memiliki lapis kulit yang tipis pada bagian depan, sedang pada
bagian belakang ditutupi selaput lendir tarsus yang disebut konjungtiva tarsal.
Pada kelopak mata terdapat beberapa kelenjar, seperti kelenjar sebasea, kelenjar
moll atau kelenjar keringat, kelenjar Zeis pada pangkal rambut, dan kelenjar
Meibom pada tarsus
2.1.2 Aparatus Lakrimalis
Kompleks lakrimalis terdiri atas kelenjar lakrimal, kelenjar lakrimal
aksesorius, kanalikuli, saccus lakrimalis, dan ductus nasolakrimal. Kelenjar
lakrimal terdiri atas struktur- struktur berikut ini:
1. Bagian orbita berbentuk kenari, terletak di dalam fossa glandula lakrimalis
di segmen temporal atas anterior orbita yang dipisahkan dari bagian
palpebra oleh kornu lateralis muskulus levator palpebra.
2. Bagian palpebra yang lebih kecil terletak tepat diatas segmen temporal
forniks konjungtiva superior. Duktus sekretorius lakrimal, yang bermuara
pada sekitar sepuluh lubang kecil, menghubungkan bagian orbita dan
palpebra kelenjar lakrimal dengan forniks konjungtiva superior.
Kelenjar lakrimal aksesorius ( Glandula Krause dan Wolfring) terletak di
dalam substansia propia di konjungtiva palpebra.

7
2.1.3 Konjungtiva
Konjungtiva adalah membran mukosa transparan dan tipis yang
membungkus permukaan posterior kelopak mata (konjungtiva palpebralis) dan
permukaan anterior sklera (konjungtiva bulbaris).
Konjungtiva terdiri atas 3 bagian, yaitu:
i. Konjungtiva tarsal, yang menutupi tarsus, konjungtiva tarsal
sukar digerakkan dari tarsus.
ii. Konjungtiva bulbi menutupi sklera dan mudah digerakkan dari
sklera di bawahnya.
iii. Konjungtiva fornix yang merupakan tempat peralihan
konjungtiva tarsal dan konjungtiva bulbi.
2.1.4 Sklera
Sklera adalah jaringan fibrosa pelindung mata di bagian luar, yang hampir
seluruhnya terdiri atas kolagen. Jaringan ini padat dan berwarna putih serta
berbatasan dengan kornea di sebelah anterior dan duramater nervus optikus di
posterior. Permukaan luar sklera anterior dibungkus oleh sebuah lapisan tipis
jaringan elastik halus, episklera, yang mengandung banyak pembuluh darah yang
memperdarahi sklera.

2.1.5 Kornea
Kornea adalah selaput bening mata, bagian selaput mata yang tembus
cahaya, merupakan lapisan jaringan yang menutup bola mata sebelah depan dan
terdiri atas 5 lapis, yaitu epitel, membran bowman, stroma, membran descement,
dan endotel. Kornea merupakan salah satu media refraksi yang membantu proses
penglihatan.

2.1.6 Traktus Uvealis


1. Iris
Iris adalah perpanjangan korpus siliar ke anterior. Iris berupa permukaan
pipih dengan apertura bulat yang terletak di tengah, pupil. Iris terletak
bersambungan dengan permukaan anterior lensa , memisahkan bilik mata depan

8
dengan bilik mata belakang, yang masing-masing berisi aquos humor. Di dalam
stroma iris terdapat sfingter dan otot-otot dilator. Iris terdiri dari otot polos yang
tersusun sirkuler dan radier. Otot sirkuler bila kontraksi akan mengecilkan pupil,
dirangsang oleh cahaya sehingga melindungi retina terhadap cahaya yang sangat
kuat. Otot radier bila kontraksi menyebabkan dilatasi pupil. Bila cahaya lemah,
otot radier akan kontraksi, sehingga pupil dilatasi untuk memasukkan cahaya
lebih banyak. Iris berfungsi untuk mengatur jumlah cahaya yang masuk ke mata
dan dikendalikan oleh saraf otonom.
Kedua lapisan berpigmen pekat pada permukaan posterior iris merupakan
perluasan neuroretina dan lapisan epitel pigmen retina ke arah anterior.
2. Badan Siliar
Corpus atau badan siliar secara kasar berbentuk segitiga pada potongan
melintang, membentang ke depan dari ujung anterior koroid ke pangkal iris.
Badan siliar terdiri atas zona anterior yang berombak-ombak, pars plicata, dan
zona posterior yang datar, pars plana.
Musculus ciliaris, tersusun dari gabungan serat-serat longitudinal, sirkular
dan radial. Fungsi serat-serat sirkular adalah untuk mengerutkan dan relaksasi
serat-serat zonula. Otot ini mengubah tegangan pada kapsul lensa sehingga lensa
dapat mempunyai berbagai fokus baik objek yang berjarak dekat maupun berjarak
jauh dalam lapangan pandang.
Badan siliaris berfungsi untuk menghasilkan aqueous humour.
3. Koroid
Koroid adalah segmen posterior uvea, di antara retina dan sklera. Koroid
adalah membran berwarna coklat, yang melapisi permukaan dalam sklera. Koroid
tersusun atas tiga lapis pembuluh darah koroid; besar, sedang, dan kecil. Koroid
melekat erat ke posterior pada tepi-tepi nervus opticus. Di sebelah anterior ,
koroid bergabung dengan corpus cilliare.
Koroid berfungsi memberikan nutrisi ke retina dan badan kaca, dan
mencegah refleksi internal cahaya.

9
2.1.7 Lensa
Lensa adalah suatu struktur bikonveks, avaskular, tak berwarna, dan hampir
transparan sempurna. Lensa tergantung pada zonula zinni di belakang iris. Zonula
zinni menghubungkannya dengan badan siliar. Di sebelah anterior lensa terdapat
aquos humor, di sebelah posteriornya, terdapat vitreus. Kapsul lensa merupakan
membran semipermeabel (sedikit lebih permeabel dari pada dinding kapiler) yang
akan memperbolehkan air dan elektrolit masuk.

2.1.8 Sudut Bilik Mata Depan


Sudut bilik mata dibentuk oleh jaringan korneosklera dengan pangkal iris.
Pada bagian ini terdapat pengaliran keluar cairan bilik mata. Bila terdapat
hambatan pengaliran keluar cairan mata akan terjadi penimbunan cairan bilik
mata di dalam bola mata sehingga tekanan bola mata meningkat atau glaukoma.
Berdekatan dengan sudut ini didapatkan jaringan trabekulum, kanal Schlemm,
baji sklera, garis Schwalbe, dan jonjot iris.

2.1.9 Retina
Retina melapisi dua pertiga dinding bagian dalam bola mata. Retina terdiri
dari 10 lapisan dimulai dari sisi dalam keluar sebagai berikut:
1. Membran limitans retina
2. Lapisan serat saraf
3. Lapisan sel ganglion
4. Lapisan pleksiform dalam
5. Lapisan nukleus dalam
6. Lapisan pleksiform luar
7. Lapisan nukleus luar
8. Membran limitan eksterna
9. Lapisan fotoreseptor , lapisan yang terdiri atas sel batang dan sel
kerucut. Sel-sel batang dan kerucut dilapisan fotoreseptor mampu
mengubah rangsang cahaya menjadi impuls saraf yang dihantarkan
lapisan serat saraf retina melalui saraf optikus hingga akhirnya ke

10
korteks penglihatan. Makula pada retina berfungsi umtuk penglihatan
sentral dan warna (fotopik) sedangkan bagian lainnya yang sebagian
besar terdiri dari fotoreseptor batang, digunakan untuk penglihatan
perifer dan malam (skotopik). Penglihatan siang hari diperantarai oleh
fotoreseptor kerucut, pada waktu senja kombinasi sel kerucut dengan
batang, dan penglihatan malam hari diperantarai oleh fotoreseptor
batang.
10. Epitelium pigmen retina

11
2.2 Endoftalmitis Post Catarac Surgery
2.2.1 Defenisi
Endoftalmitis merupakan peradangan berat dalam bola mata, biasanya
akibat infeksi setelah trauma atau bedah, atau endogen akibat sepsis.
Endoftalmitis berbentuk peradangan supuratif di dalam rongga mata dan struktur
di dalamnya. 1
Endoftalmitis post-operatif merupakan kondisi inflamasi pada mata, yang
diakibatkan proses infeksi dari bakteri, jamur, atau dalam keadaan langkah, parasit
yang masuk ke dalam mata selama periode perioperatif.4 Endoftalmitis post-
operatif didefenisikan sebagai inflamasi berat yang melibatkan segmen anterior
dan posterior mata setelah operasi intraokular. Biasanya, endoftalmitis post-
operatif disebabkan karena masuknya organisme mikroba ke dalam mata pasien
perioperatif baik dari flora normal kulit dan konjungtiva pasien maupun dari
instrumen medis yang terkontaminasi.5

2.2.2 Epidemiologi
Insiden endophthalmitis pasca operasi katarak adalah bervariasi mulai dari
0,03% menjadi 0,2%. Endoftalmitis post-operatif dapat terjadi secara akut (dalam
6 minggu pasca-operasi) maupun kronik (di atas 6 minggu pasca-operasi). Insiden
endoftalmitis post-operatif akut bervariasi antara 0.07% dan 0,1%. Sedangkan
insiden endoftalmitis post-operatif kronik, belum dapat ditentukan karena
kondisinya yang sering tidak terdiagnosis.6 Akan tetapi, tingkat kejadian
endoftalmitis post-operatif kronis dilaporkan mencapai 0,017%.7

2.2.3 Etiologi
Endoftalmitis post-operasi terbagi menjadi akut (dalam 6 minggu pasca-
operasi) dan kronis (di atas 6 minggu pasca-operasi).8 Walaupun kebanyakan
kasus endoftalmitis post-operatif terjadi dalam 6 minggu setelah operasi, infeksi
yang disebabkan slow-growing organisms dapat terjadi dalam hitungan bulan atau
tahun setelah prosedur.5

12
Berikut beberapa mikroorganisme yang dapat menyebabkan endoftalmitis
post-operatif:
a. Endoftalmitis post-operatif akut: Staphylococcus aureus koagulase
negatif, Streptococcus sp., dan bakteri gram negatif.
b. Endoftalmitis post-operatif kronis: Porpionibacterium acnes,
Staphylococcus koagulase negatif, dan jamur.8

Tabel 1. Bakteri dan Jamur yang berhubungan dengan Endoftalmitis post-operatif


kronis
Bacteria Fungi
P. acnes Candida parapsilosis
S. epidermidis Other Candida spp
Corynebacterium spp Paecilomyces spp
Xanthomonas maltophilia Aspergilus spp
A. xylosaxidans Acremonium spp

2.2.4 Faktor Risiko


Terdapat beberapa faktor risiko terjadinya endoftalmitis pasca-operasi:
a. Faktor risiko pra-operasi: blefaritis, konjungtivitis, obtruksi atau infeksi
saluran lakrimasi, dan tetes mata yang terkontaminasi.
b. Faktor risiko intra-operatif: insisi temporal, kebocoran luka hari pertama
pasca-operasi, vitreus prolaps, waktu operasi yang lama, dan larutan irigasi
terkontaminasi.8
Selain faktor di atas, terdapat juga beberapa faktor risiko yang dapat
menyebabkan endoftalmitis pasca-operatif, diantaranya:
a. Peningkatan waktu operasi (waktu operasi yang lama), dokter bedah yang
kurang berpengalaman
b. Ruptur kapsul posterior/ vitreous loss
c. Fragamen lensa yang tertinggal
d. Sterilisasi operative field yang inadekuat
e. Instrumen operasi yang terkontaminasi.5

13
Gambar 1. Tipe endoftalmitis, common pathogen, dan tatalaksana
Sumber: (Durant, 2013)

2.2.5 Patofisiologi
Tingkat keparahan dan perjalanan penyakit endoftalmitis post-operatif
berhubungan dengan virulensi dan inokulum bakteri yang menginfeksi serta
waktu untuk diagnosis dan status kekebalan pasien.
Proses infeksius terjadi pada fase inkubasi awal yang tidak terlihat secara
klinis, yang berlangsung setidaknya dalam 16-18 jam, yaitu ketika sejumlah
bakteri berkembang biak dan memecah barrier aquos, hal ini diikuti oleh eksudasi
fibrin dan infiltrasi seluler oleh granulosit neutrophilic. Fase inkubasi ini
bervariasi sesuai dengan waktu generasi mikroba yang menginfeksi, (misal:
sampai dengan 10 menit untuk S. Aureus dan Ps. Aeruginosa; lebih dari 5 jam
untuk Propionibacteriumdpp.), bersama dengan faktor-faktor lain produksi toksin
bakteri. Mikroorganisme umum seperti S. Epidermidis (CNS) membutuhkan

14
waktu 3 hari sebelum infiltarasi mencapai puncaknya. Fase akselerasi dan
akhirnya fase destruktif infeksi mulai berkembang.
Fase akselerasi mengikuti infeksi primer pada segmen posterior dan
menyebabkan inflamasi di anterior chamber serta respon imun dengan makrofag
dan limfosit yang berinfiltrasi ke dalam kavitas vitreous dalam waktu kira-kira 7
hari. Dalam waktu 3 hari setelah infeksi intaokular, antibodi spesifik patogen
dapat terdeteksi; hal ini membantu untuk mengeliminasi mikroba melalui
opsonisasi dan fagositosis dalam 10 hari. Akibatnya, pemeriksaan laboratorium
menunjukkan hasil yang negatif ketika reaksi inflamasi berat terjadi di dalam
mata. Mediator inflamasi, khususnya sitokin, mendatangkan leukosit, yang dapat
menyebabkan efek destruktif, cedera retina dan proliferasi vitreoretina.4

2.2.6 Tanda dan Gejala


Secara umum endoftalmitis ditandai dengan visus sangat menurun, mata
terlihat merah, terasa sakit, tekanan bola mata dapat tinggi dan dapat juga rendah.9
Pada pemeriksaan akan ditemukan:
1. Segmen anterior
a. Pembengkakan dan spasme kelopak mata;
b. Konjungtiva hiperemis (injeksi konjungtiva dan silier), khemosis,
dan edema kornea;
c. Bilik mata depan: sel (+), flare (+), fibrin dan hipopion.
2. Segmen posterior
a. Kekeruhan vitreus
b. Nekrosis retina 8

Gejala endoftalmitis post catarac surgery akut muncul dalam 1 minggu


post-operatif terjadi pada 75% kasus, dan meliputi penurunan penglihatan (95%),
mata merah (80%), dan nyeri (75%).10 Pada pemeriksaan fisik, ditemukan
penglihatan menurun, kelopak mata normal sampai sedikit bengkak, injeksi
konjungtiva, dan hipopion muncul pada lebih dari 80% kasus.11 Terdapat sel darah

15
putih pada aquos humordan vitreus humor, sehingga retina terlihat berkabut. Pada
80% pasien, pembuluh darah retina tidak terlihat.12
Endophthalmitis onset akut pasca operasi, apabila disebabkan oleh
organisme yang lebih virulen, seperti spesies Streptococcus lain dan organisme
gram negatif, dapat berhubungan dengan infiltrasi kornea, kelainan luka katarak
defek pupil aferen, kehilangan refleks merah, inisial penglihatan persepsi cahaya
dan onset gejala dalam waktu 2 hari operasi. 13
Vitritis, plak kapsuler posterior putih (Gambar 2), dan presipitat keratik
merupakan tanda-tanda klinis umum pada endoftalmitis post-operatif kronik. Hypopyon
kurang sering terlihat di endoftalmitis post-operatif kronik dibandingkan dengan
endoftalmitis post-operatif akut. 14

Gambar 2. Gambaran Endoftalmitis post-operatif kronik

2.2.7 Diagnosis
a. Anamnesis
Riwayat operasi dan trauma sebelumnya serta penyakit sistemik yang
mendasari.8
b. Pemeriksaan Fisik Rutin

16
1. Pemeriksaan visus dengan kartu Snellen atau chart projector dengan koreksi
terbaik serta menggunakan pinhole.
2. Pemeriksaan tekanan intraokular (TIO) dengan tonometri non-catarac.
3. Pemeriksaan dengan slitlamp untuk melihat segmen anterior.
4. Dilakukan pemeriksaan segemn posterior dengan meggunakan oftalmoskopi
indirek (lensa konsidering atau binocular indirect opthalmoscope).
5. Pemeriksaan ultrasonografi untuk melihat segmen posterior.
c. Pemeriksaan Tambahan
Pemeriksaan yang penting adalah biakan kuman dari vitreus dan/atau aquos
humor untuk mencari etiologi infeksi dan sebagai panduan tata laksana
antimikroba yang tepat.8 Selain itu pemeriksaan lain yang dapat dilakukan adalah
pemeriksaan darah lengkap, tes fungsi hati dan urinalisis bila pasien direncanakan
untuk vitrektomi atau operasi lainnya.9

2.2.8 Diagnosis Banding


Salah satu diagnosis banding dari endoftalmitis post operasi katarak adalah
toksik sindrom segmen anterior (TASS). Sindrom toksik segmen anterior dapat
sama dengan infektif endophthalmitis dan seringkali dihubungkan dengan
berbagai toksin yang masuk ke mata pada saat operasi. 15
Diagnosis banding endoftalmitis post-operatif kronik termasuk penyebab
non infeksius, seperti lens-induced uveitis dari sisa material kortikal atau sisa
fragmen lensa intravitreal, inflamasi intraokular dari iris chafing sebagai akibat
dari malposisi IOL, uveitis-glaucoma-hyphema syndrome, dan intraocular
lymphoma masquerade syndrome.6

2.2.9 Penatalaksanaan
Berikut adalah penatalaksanaan endoftalmitis post-operatif akut:
Komponen terapi terpenting adalah injeksi antibiotik langsung pada mata.
Injeksi dilakukan setelah sampel vitreus humor diambil untuk pewarnaan gram
dan kultur. Pertama, antibiotik spektrum luas digunakan secara empiris yaitu
intravitreal vancomycin 1 mg/ 0,1 ml normal saline ditambah ceftazidime 2.25

17
mg/ 0,1 ml atau amikacin 0,4 mg/ 0,1 ml. Bila tidak ada perbaikan dalam 48 jam,
ulangi injeksi intravitreal dan beri tambahan vancomycin atau ceftazidime,
tergantung pada hasil kultur.
Komponen pengobatan kedua untuk endoftalmitis post catarac surgery
adalah vitrektomi. Vitrektomi dengan operasi mengeluarkan vitreus humor, mirip
seperti drainase abses, dan merupakan cara tercepat untuk membersihkan infeksi
pada mata dengan fulminant endophthalmitis.16

Gambar 3. Penatalaksanaan Endoftalmitis Post-Operatif Akut


Sumber : ESCRS Guidelines for Prevention and Treatment of Endophthalmitis
Following Cataract Surgery: Data, Dilemmas and Conclusions 2013

Karena terapi inisial harus dapat meng-cover kedua mikroorganisme baik


Gram positif maupun Gram negatif, kombinasi antibiotik yang biasa digunakan
adalah sebagai berikut :
First choice : vancomycin (1 mg) ditambah ceftazidime (2 mg)
Seconda choice : vancomycin (1 mg) ditambah amikacin (0,4 mg)
Antibiotik yang biasanya aman digunakan untuk injeksi intravitreal dapat
dilihat pada gambar di bawah ini 4:

18
Gambar 4. Dosis untuk injeksi antibiotik intravitreal

Kombinasi removal atau exchange IOL, total capsulectomy, vitrectomy dan


antibiotik intravitreal (misal: vancomycin) merupakan pendekatan yang sukses
untuk penatalaksanaan endoftalmitis post catarac surgery kronik.`16
Pars plana vitrectomy dan injeksi intravitreal dan endocapsular vancomycin
merupakan terapi yang banyak dilakukan untuk penanganan endoftalmitis post
operatif bakterial kronik, walaupun tidak secara komplit dapat mengeradikasi
infeksi, terutama bila terdapat equatorial lens capsule sequestrae bakteri. Pada
kasus IOL explantation, complete capsulectomy dan injeksi vankomisin
intravitreal memberikan efek kuratif. Penatalaksanaan endoftalmitis jamur kronik
lebih susah dan membutuhkan intravitreal antifungal agents (amphotericin dan
voriconazole), selain itu antifungal agents sistemik juga dibutuhkan untuk kasus
yang lebih berat. Akan tetapi peran dari terapi sistemik untuk kasus endoftalmitis
fungal masih belum terbukti.4

19
2.2.10 Pencegahan
Penggunaan Povidone-iodine telah membuktikan keberhasilan dalam
mengurangi beban bakteri dalam forniks dan menunjukkan pengurangan 4 kali
lipat kejadian endophthalmitis dibandingkan dengan penggunaan larutan protein
perak tanpa efek samping.17 Penggunaan povidone-iodine untuk mengurangi
beban intraoperatif bakteri untuk mengurangi masuknya kontaminan, dan
mungkin yang paling penting adalah untuk mengurangi risiko akut
endophthalmitis bakteri pasca operasi.
Berikut beberapa cara pencegahan endoftalmitis post catarac surgery :

Gambar 5. Propilaksis endoftalmitis post catarac surgery

2.2.11 Prognosis
Penyulit endoftalmitis adalah bila proses peradangan mengenai ketiga lapisan
mata (retina, koroid, dan sklera) dan badan kaca maka akan mengakibatkan
panoftalmitis. Prognosis endoftalmitis dan panoftalmitis sangat buruk terutama bila
disebabkan jamur atau parasit. Bila sudah terlihat hipopion, keadaan sudah lanjut
sehingga prognosis lebih buruk. Karena itu diagnosis dini dan tepat harus dibuat untuk
mencegah berakhirnya kebutaan pada mata.1

20
BAB III
KESIMPULAN

Endoftalmitis post catarac surgery didefenisikan sebagai inflamasi berat yang


melibatkan segmen anterior dan posterior mata setelah operasi intraokular khususnya
operasi katarak. Insiden endophthalmitis pasca operasi katarak adalah bervariasi mulai
dari 0,03% menjadi 0,2%. Endoftalmitis post-operatif dapat terjadi secara akut (dalam 6
minggu pasca-operasi) maupun kronik (di atas 6 minggu pasca-operasi). Endoftalmitis
post-operatif diakibatkan proses infeksi dari bakteri, jamur, atau dalam keadaan
langkah, parasit yang masuk ke dalam mata selama periode perioperatif.
Mikroorganisme tersering yang dapat menyebabkan endoftalmitis post-operatif akut
adalah Staphylococcus aureus koagulase negatif, sedangkan endoftalmitis post-operatif
kronis adalah Porpionibacterium acnes. Pencegahan dapat dapat dilakukan dengan
penggunaan Povidone Iodine pre-operatif. Penatalaksanaan post catarac surgery
dilakukan dengan pemberian antibiotik intravitreal. Endoftalmitis yang berat dapat
menyebabkan kebutaan, oleh karena itu diagnosis dini dan tepat harus dibuat untuk
mencegah berakhirnya kebutaan pada mata.

21
DAFTAR PUSTAKA

1. Ilyas SH dan Sri, RY. 2012. Anatomi dan fisiologi mata, Dalam: Ilmu Penyakit
Mata. Jakarta. Balai Penerbit FKUI, hal. 1-11.
2. Riordan-Eva Paul. 2007. Anatomi dan embriologi mata, Dalam: Vaughan &
Asbury Oftalmologi Umum. Ed. 17. Jakarta. EGC, hal. 8-19.
3. Taban M, Behrens A, Newcomb RL, Nobe MY, Saedi G, Sweet PM, et al.
Acute endophthalmitis following cataract surgery: a systematic review of the
literature. Archives of ophthalmology. 2005;123(5):613-20.
4. Barry P, Cordoves L, Gardner S. ESCRS Guidelines for Prevention and
Treatment of Endophthalmitis Following Cataract Surgery: Data, Dilemmas and
Conclusions. 2013:1-24
5. Pandya HK. 2016. Postoperative Endophthalmitis
(http://emedicine.medscape.com/article/1201260-overview, diakses tanggal 28
Maret 2016).
6. American Academy of Ophthalmology. 2014-2015. Endophthalmitis, Dalam:
Intraocular Inflammation and Uveitis, hal: 269-271
7. Jensen MK, Fiscella RG, Moshirfar M, et al.. Third-and fourth-generation
fluoroquinolones: retrospective comparison of endophthalmitis after cataract
surgery performed over 10 years. J Cataract Refract Surg. 2008; 34: 14601467
8. Pambudy IM dan Irawati Y. 2014. Endoftalmitis. Dalam: Tanto, C., Liwang, F.,
Hanifati, S., dan Pradipta, E.A. (eds) Kapita Selekta Kedokteran Essensial of
Medicine (Edisi 4). Jakarta: Media Aesculapius.
9. Panduan Praktik Klinik (PPK) RRCM KIRANA 2012.
10. Endophthalmitis Vitrectomy Study Group. Results of the Endophthalmitis
Vitrectomy Study: a randomized trial of immediate vitrectomy and of
intravenous antibiotics for the treatment of postoperative bacterial
endophthalmitis. Arch Ophthalmol. 1995; 113: 14791496.
11. Lalwani GA, Flynn HW Jr, Scott IU et al. Acute-onset endophthalmitis after
clear corneal cataract surgery (19962005). Clinical features, causative
organisms, and visual acuity outcomes. Ophthalmology 2008; 115: 473476.
12. Taban M, Behrens A, Newcomb RL et al. Acute endophthalmitis following
cataract surgery: a systematic review of the literature. Arch Ophthalmol 2005;
123: 613620.
13. Johnson MW, Doft BH, Kelsey SF, et al.. The Endophthalmitis Vitrectomy
Study. Relationship between clinical presentation and microbiologic spectrum.
Ophthalmology. 1997; 104: 261272.
14. Clark WL, Kaiser PK, Flynn HW Jr, et al.. Treatment strategies and visual
acuity outcomes in chronic postoperative Propionibacterium acnes
endophthalmitis. Ophthalmology. 1999; 1 (06); 16651670.
15. Doshi RR, Arevalo JF, Flynn HW Jr, et al.. Evaluating exaggerated, prolonged
or delayed postoperative intraocular inflammation. Am J Ophthalmol. 2010;
150: 295304.
16. Durant ML. Review Endophthalmitis. Clinical Microbiology and Infection.
2013;19 (3):1-8.

22
17. Speaker MG, Menikoff JA. Prophylaxis of endophthalmitis with topical
povidone-iodine. Ophthalmology. 1991; 98: 17691775.

23

Anda mungkin juga menyukai