Anda di halaman 1dari 19

- 65

Hiryanto

PEDAGOGI, ANDRAGOGI DAN HEUTAGOGI SERTA IMPLIKASINYA


DALAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

Hiryanto
Pendidikan Luar Sekolah FIP UNY
hiryanto@uny.ac.id

Pendahuluan pemberdayaan masyarakat akan dijelaskan


dalam makalah singkat
Keberhasilan pendidikan suatu
bangsa sangat ditentukan oleh pendekatan
Konsep Pedagogi
yang dipergunakan oleh pendidik atau guru
Pedagogi berasal dari bahasa Yunani
dalam menyampaikan materinya kepada
paedagogeo, dimana terdiri dari pais genetif,
peserta didik, Dewasa ini telah banyak
paidos yang berarti anak dan agogo berarti
pendekatan yang dikembangkan oleh para
memimpin, sehingga secara harfiah
ahli, baik dengan sasaran anak-anak maupun
pedagogi, berarti memimpin anak. Dalam
orang dewasa.
bahasa Yunani kuno, kata pedagogi
Masing-masing pendekatan tentunya
bermakna seorang budak (pengawas rumah
memiliki kelebihan dan kekurangan, karena
tangga) yang mengawasi pengajaran putra
tidak ada sesuatu yang sempurna di dunia ini
tuannya atau majikannya, ketika itu anak
termasuk pendekatan yang digunakan oleh
perempuan tidak diberi pengajaran khusus,
pendidik dalam pembelajarannya.
pembantu rumah tangga ini mengantar,
Pendekatan yang dimaksud disini adalah
menunggu dan menemani pulang putra
pedagogi dan adragogi, yang dewasa ini
tuannya ke pada saat dan dari sekolah atau
dengan perkembangan teknologi yang
gymnasium.
semakin pesat seperti adanya HP dan
Kata pedagogi juga diturunkan dari
sebagainya muncullah pendekatan baru yang
bahasa latin yang bermakna mengajari anak,
dikenal dengan istilah heutagogi.
sementara dalam bahasa Inggris istilah
Bagaimana masing-masing
pedagogi (pedagogy) digunakan untuk
pendekatan dalam pembelajaran yang dapat
merujuk kepada teori pengajaran, dimana
dipergunakan dalam proses pendidikan
guru berusaha memahami bahan ajar,
tersebut serta implikasinya dalam
mengenal siswa dan menentukkan cara
mengajarnya.
- 66
Hiryanto

Menurut Sudarwan Danim (2010, 48 – 2) Belajar (learning) yaitu proses siswa


49), ada tiga isu terkait dengan penggunaan mengembangkan kemandirian dan
istilah pedagogi, yakni (1) pedagogi inisiatif dalam memperoleh dan
merupakan sebuah proses yang bertujuan, meningkatkan pengetahuan serta
dalam makna umum istilah pedagogik ketrampilan
digunakan untuk menjelaskan prinsip-prinsip 3) Hubungan mengajar dengan belajar
dan praktik mengajar anak-anak, (2) banyak dengan segala factor lain yang ikut
pekerjaan “pedagogi sosial” yang telah mendorong minat pedagogi.
digunakan untuk menggambarkan prinsip- Hubungan ini bisa bermakna siswa
prinsip mengajar anak-anak dan kaum muda, dibimbing guru atau kegiatan belajar
dan (3) pengertian pedagogi telah dipahami yang berpusat pada siswa, namun
dan dominan mewarnai proses pembelajaran tetap dibawah bimbingan guru.
dalam konteks sekolah. Secara tradisional 4) Hubungan mengajar dan belajar
istilah pedagogi adalah seni mengajar. berkaitan dengan semua pengaturan
Sementara dilihat dari pedagogi modern, dan pada segala tahapan usia,
dilihat dari hubungan dialektis yang sebagaimana dikembangkan di
bermanfaat antara pedagogi sebagai ilmu dan lembaga pendidikan formal dan
pedagogi sebagai seni. Beberapa definisi nonformal. Sekolah merupakan
yang terkait pengertian pedagogi sebagai salah satu bagian dari total spektum
ilmu dan seni menurut Sudarwan Danim pengaruh pendidikan.
(2010: 54-55) antara lain: Dengan demikian pedagogi yang efektif
1) Pengajaran (teaching) yaitu teknik mencoba menggabungkan alternative strategi
dan metode kerja guru dalam pembelajaran yang mendukung keterlibatan
mentranformasikan konten intelektual, memiliki keterhubungan dengan
pengetahuan, merangsang dunia yang lebih luas, lingkungan kelas yang
mengawasi dan menfasilitasi koduksif dan pengakuan atas perbedaan
pengembangan siswa untuk penerapan pada semua pelajaran.
mencapai tujuan pembelajaran,
pengertian ini menempatkan guru
pada posisi sentral.
- 67
Hiryanto

Andragogi mengambil manfaat dari belajar atau dari


1. Definisi, Konsep dan Sasaran sebuah proses pendidikan.
Andragogi Fungsi guru dalam hal ini hanya sebagai
Istilah andragogi seringkali dijumpai fasilitator, bukan menggurui, sehingga relasi
dalam proses pembelajaran orang dewasa antara guru dan peserta didik (murid, warga
(adult learning), baik dalam proses belajar) lebih bersifat multicomunication.
pendidikan nonformal (pendidikan luar (Knowles, 1970). Oleh karena itu andragogi
sekolah) maupun dalam proses pembelajaran adalah suatu bentuk pembelajaran yang
pendidikan formal. Pada pendidikan mampu melahirkan sasaran pembelajaran
nonformal teori dan prinsip andragogi (lulusan) yang dapat mengarahkan dirinya
digunakan sebagai landasan proses sendiri dan mampu menjadi guru bagi dirinya
pembelajaran pada berbagai satuan, bentuk sendiri. Dengan keunggulan-keunggulan itu
dan tingkatan (level) penyelenggaraan andragogi menjadi landasan dalam proses
pendidikan nonformal. Pada pendidikan pembelajaran pendidikan nonformal. Hal ini
formal andragogi seringkali digunakan pada terjadi karena dalam pendidikan nonformal,
proses pembelajaran pada tingkat atau level formula pembelajarannya diarahkan pada
pendidikan menengah ke atas. Namun kondisi sasaran yang menekankan pada
demikian dalam menerapkan konsep, prinsip peningkatan kehidupan, pemberian
andragogi pada proses pembelajaran keterampilan dan kemampuan untuk
sebenarnya tidak secara mutlak harus memecahkan permasalahan yang dialami
berdasar pada bentuk, satuan tingkat atau terutama dalam hidup dan kehidupan sasaran
level pendidikan, akan tetapi yang paling di tengah-tengah masyarakat.
utama adalah berdasar pada kesiapan peserta Untuk memahami secara mendasar
didik untuk belajar. Kondisi itu terjadi karena tentang konsep teori dan prinsip andragogi,
kita menganggap bahwa semua murid, pada bagian ini akan diuraikan secara tuntas
peserta didik (warga belajar) itu adalah tentang beberapa definisi andragogi dari
sebagai orang dewasa yang diasumsikan berbagai ahli: Dugan (1995) mendefinisikan
memiliki kemampuan yang aktif dalam andragogi lebih kepada asal katanya,
merencanakan arah belajar, memiliki bahan, andragogi berasal dari Bahasa Yunani. Andra
memikirkan cara terbaik untuk belajar, berarti manusia dewasa, bukan anak-anak,
menganlisis dan menyimpulkan serta mampu menurut istilah, andragogi berarti ilmu yang
- 68
Hiryanto

mempelajari bagaimana orang tua belajar. seseorang meliputi: age, psychological


Definisi tersebut sejalan dengan apa yang maturity, and soscial roles. Yang dimaksud
diartikan Sudjana dalam Bukunya Pendidikan dewasa menurut usia, adalah setiap orang
Non-Formal Wawasan Sejarah yang menginjak usia 21 tahun (meskipun
Perkembangan Filsafat Teori Pendukung belum menikah). Sejalan dengan pandangan
Azas (2005), disebutkan bahwa, andragogi tersebut diungkapkan pula oleh Hurlock
berasal dari bahasa Yunani ”andra dan (1968), adult (dewasa) adulthood (status
agogos”. Andra berarti orang dewasa dan dalam keadaan kedewasaan) ditujukan pada
Agogos berarti memimpin atau membimbing, usia 21 tahun untuk awal masa dewasa dan
sehingga andragogi dapat diartikan ilmu sering dihitung sejak 7 atau 8 tahun setelah
tentang cara membimbing orang dewasa seseorang mencapai kematangan seksual,
dalam proses belajar. Atau sering diartikan atau sejak masa pubertas. Pendekatan
sebagai seni dan ilmu yang membantu orang berdasar usia dilakukan oleh ahli hukum,
dewasa untuk belajar (the art and science of sehingga melahirkan perbedaan perlakuan
helping adult learn). Definisi tersebut sejalan hukum terhadap pelanggar. Dewasa dilihat
dengan pemikiran Knowles dalam Srinivasan dari sudut pandang dimensi biologis juga bisa
(1977) menyatakan bahwa: andragogy as the dilihat dari segi fisik, dimana manusia
art and science to helping adult a learner. dewasa memiliki karakteristik khas seperti:
Pada konsep lain andragogi seringkali mampu memilih pasangan hidup, siap
didefinisikan sebagai pendidikan orang berumah tangga, dan melakukan reproduksi
dewasa atau belajar orang dewasa. Definisi (reproduktive
pendidikan orang dewasa merujuk pada function). Dewasa berdasar dimensi
kondisi peserta didik orang dewasa baik psikologis dapat dilihat dan dibedakan dalam
dilihat dari dimensi fisik (biologis), hukum, tiga kategori yaitu: dewasa awal (early
sosial dan psikologis. Istilah dewasa adults) dari usia 16 sampai dengan 20 tahun,
didasarkan atas kelengkapan kondisi fisik dewasa tengah (middle adults) dari 20 sampai
juga usia, dan kejiwaan, disamping itu pula pada 40 tahun, dan dewasa akhir (late adults)
orang dewasa dapat berperan sesuai dengan dari 40 hingga 60 tahun. Hutchin (1970) dan
tuntutan tugas dari status yang dimilikinya. Rogers, (1973) dalam Saraka, (2001:59)
Elias dan Sharan B. Merriam (1990) memandang batas usia seputar 25 sampai
menyebutkan kedewasaan pada diri dengan 40 tahun, merupakan usia emas
- 69
Hiryanto

(golden age). Pada dimensi ini dewasa lebih kebutuhan belajarnya (Freire, 1973; dan
ditujukan pada kematangan seorang individu. Milton dkk, 1985). Lebih lanjut, Lovell
Anderson dalam Psychology of Development mengatakan bahwa: Adulthood is the time
and personal Adjustment (1951), when basic skills and abilities were so rapidly
meyimpulkan tujuh ciri kematangan bagi acquired in childhood are consolidated and
seorang individu yaitu: 1) Kematangan exploited to the full and many new skills and
individu dapat dilihat dari minatnya yang competencies learned. There can be many
selalu berorientasi pada tugas-tugas yang factors influencing the way in which an adult
dilakukan atau dikerjakannya, serta tidak approaches a new learning experience. Some
mengarah pada perasaan-perasaan diri sendiri related to the characteristics of the
atau untuk kepentingan pribadi (tidak pada learners and range from personality and
diri dan atau ego). 2) Tujuan-tujuan yang cognitive styles to individual differences
dikembangkan dalam konsep dirinya jelas in age, experience, motivations and self-
dan selalu memiliki kebiasaan kerja yang perception. Other relate to social context
efisien. 3) Kemampuan dalam within which learning takes place and to the
mengendalikan perasaan pribadi dalam ways in which any formal teaching is
pengertian selalu dapat mempertimbangkan planned and carried out and evaluated
pribadinya dalam bergaul dengan orang lian. (Lovelly, 1980:1)
4) Memiliki pandangan yang obyektif dalam
Secara fundamental, karakteristik
setiap keputusan yang diambilnya. 5) Siap
kedewasaan atau kematangan seorang
menerima kritik atau saran untuk peningkatan
individu yang paling mendasar terletak pada
diri. 6 ) Bertanggung jawab atas segala usaha-
tanggung jawabnya. Ketika individu sudah
usaha yang dilakukan. 7) Secara realitas
mulai memiliki kemampuan memikul
selalu dapat menyesuaikan diri dalam situasi-
tanggung jawab, dimana ia sanggup
situasi baru. Kematangan seorang individu
menghadapi kehidupannya sendiri dan
dapat pula menjadi patokan bagi kedewasaan
mengarahkan diri sendiri. Jika mereka
secara sosial, hal ini dapat dicermati dari
menghadapi situasi baru tidak memiliki bekal
kesiapannya dalam menerima
kemampuan maupun keterampilan diri (skills
tanggungjawab, mengerjakan dan
of directed inquiry), maka ia akan merasa
menyelesaikan tugas-tugas peribadi dan
sulit dalam mengambil inisiatif terutama
sosialnya terutama untuk memenuhi
dalam memiliki tanggung jawab belajarnya.
- 70
Hiryanto

Tidak sedikit individu yang telah memiliki Dalam dimensi sebagai peserta didik
latar belakang pendidikan tinggi (universitas, (murid, warga relajar) andragogi, dewasa
perguruan tinggi, sekolah tinggi) tidak siap dalam banyak hal memiliki beberapa
menerima tanggung jawab lebih lanjut dari keunggulan-keunggulan. Dari segi konsep
hasil belajarnya. Sehingga individu-individu diri, mereka memiliki kematangan
tersebut menjadi penganggur, mengalami psikologis; bertanggung jawab, memiliki
kecemasan, frustasi, dan kegagalan. Bersikap hasrat dan motivasi kuat untuk belajar dan
pasif menghadapi dunia kesehariannya dan mampu mengarahkan dirinya. Mereka dapat
tidak berdaya atau berani dalam menghadapi belajar dan mempelajari sesuatu dalam skala
masa depan. Kematangan dalam kondisi yang lebih luas dan memilih strategi belajar
dewasa-matang, dapat ditandai oleh yang lebih baik, lebih efektif dan lebih terarah
kemampuan memenuhi kebutuhannya, dan mampu mengarahkan diri (self directing).
memanfaatkan pengalamannya dan Dari pengalaman belajar, peserta didik
mengidentifikasi kesediaan belajar. Ketika dewasa memiliki setumpuk pengalaman
kemampuan belajar seputar masalah sebagai resource persons and total life
kehidupannya menjadi meningkat, maka impressions dalam kaitannya dengan orang
sikap ketergantungan kepada orang lain akan lain. Mereka dapat menjadi sumber dan bahan
semakin berkurang. Orang dewasa yang belajar yang kaya, terutama dalam
memiliki konsep diri matang dapat memikul mendukung belajar kelompok serta belajar
tanggung jawab kehidupan, menyadari bersama dengan ahli-ahli. Sistem
dimana posisi dirinya pada saat itu dan tahu pembelajaran pada peserta didik dewasa
akan kemana tujuan hidupnya. Disamping itu dapat diarahkan ke dalam berbagai bentuk
pula mereka cakap dalam mengambil kegiatan belajar sesuai dengan kebutuhannya
keputusan dan mampu berpartisipasi di dan kebutuhan sumber serta bahan belajar,
masyarakat dan akan mampu mengarahkan seperti pada: kelompok diskusi, bermain
dirinya, memilih dan menetapkan pekerjaan peran, simulasi, pelatihan, (group discusion,
yang relevan. Orang dewasa yang betul-betul team designing, role playing, simulations,
matang secara psikologis tidak akan skill practice sessions) (Inggalls, 1973,
menghindar atau lari dari masalah yang Knowless, 1977 dan Unesco, 1988)
dihadapi (Knowless, 1986:55). Dari segi kesiapan belajar, orang
dewasa memandang bahwa “all living is
- 71
Hiryanto

learning. Learning is not only preparation for lebih dimungkinkan terlibat dalam self
living the very essence of living, the very initiated education atau self directed
essence of living it self”. Setiap peserta didik education, ketimbang dalam self directed
memiliki pola kesiapan yang berbeda dengan learning. Proses dan aktivitasnya
warga lainnya terutama dalam hal kekuatan dideskripsikan sebagai self directed learning
motivasi (inner motivations) seperti: needs atau self directed education atau self
for esteem (self esteem), urge to grow, the teaching, learning projects or major learning
satisfaction for accomplishment, the need to efforts (Brookfield, 1986:47) Dari perspektif
know something specific and curiosity to waktu dan orientasi belajar, orang dewasa
learn”. Pada umumnya orang dewasa mereka memandang belajar itu sebagai suatu proses
memiliki kemampuan membaca, menulis dan pemahaman dan penemuan masalah serta
menghitung dan menguasai kemampuan pemecahan masalah (problem finding and
verbal dan kecakapan mengambil keputusan problem solving), baik berhubungan dengan
yang relevan dengan kebutuhan pribadi dan masalah kekinian maupun masalah
tuntutan sosialnya. Mereka merancang dan kehidupan di masa depan. Orang dewasa
menetapkan minat dan kebutuhan belajarnya, lebih mengacu pada tugas atau masalah
mendiagnosis kebutuhannya sesuai tuntutan kehidupan (task or problem oriented).
hidupnya dan lain-lainnya. Pembelajaran Sehingga orang dewasa akan belajar
dapat bertindak sebagai nara sumber, mengorganisir pengalaman hidupnya.
pengarah, pembimbing, pemberi fasilitas, (Knowless, 1977, Unesco, 1988, Kamil,
atau teman belajar (resource person, guide, 2001, Saraka, 2001)
helper, facilitator or partner for the Berdasarkan kondisi-kondisi itu dan
learners) (Inggalls, 1973, Knowless, 1977, konsepsi andragogi, istilah pendidikan orang
Unesco, 1988, Saraka, 2001) dewasa dapat diartikan sebagai Pendidikan
Secara alamiah, orang dewasa yang ditujukan untuk peserta didik yang telah
memiliki kemampuan menetapkan tujuan dewasa atau berumur 18 tahun ke atas atau
belajar, mengalokasi sumber belajar, telah menikah dan memiliki kematangan, dan
merancang strategi belajar dan mengevaluasi untuk memenuhi tuntutan tugas tertentu
kemajuan terhadap pencapain tujua relajar dalam kehidupanya. Derkenwald dan
secara mandiri. Lebih jauh Tough Merriam mengungkapkan pengertian
menyatakan bahwa: Peserta didik dewasa pendidikan orang dewasa adalah “is a process
- 72
Hiryanto

where by person whose major social roles perbedaan antara kegiatan belajar anak-anak
characteristic of adult status undertake dengan orang dewasa, hal tersebut karena
systematic and sustained orang dewasa memiliki: 1) Konsep diri (The
learning activities for the purpose of bringing self-concept), 2) Pengalaman hidup (The role
about chnges in knowledge, attitudes, values, of the learner’s experience); 3) Kesiapan
or skliss”. Pendidikan orang dewasa adalah belajar (Readiness to learn); 4) Orientasi
suatu proses belajar yang sistematis dan belajar (Orientasion to learning); 5)
berkelanjutan pada orang yang berstatus Kebutuhan pengetahuan (The need to know);
dewasa dengan tujuan untuk mencapai dan 6) Motivasi (Motivation).
perubahan pada pengetahuan, sikap, nilai dan Pendapat-pendapat itu sejalan dengan
keterampilan. Kondisi-kondisi yang dapat beberapa definisi yang dikembangkan para
ditimbulkan dari definisi itu adalah: 1) Orang ahli diantaranya adalah: Definisi yang
dewasa termotivasi untuk belajar sesuai diungkapkan oleh Morgan, Barton et al
dengan kebutuhan dan minat mereka; 2) (1976) bahwa, pendidikan orang dewasa
Orientasi belajar bagi orang dewasa adalah adalah suatu aktifitas pendidikan yang
berpusat pada kehidupan; 3) Pengalaman dilakukan oleh orang dewasa dalam
sebagai sumber kekayaan untuk belajar orang kehidupan sehari-hari yang hanya
dewasa; 4) Orang dewasa mengharapkan menggunakan sebagian waktu dan tenaganya
berhubungan sendiri dengan kebutuhan yang untuk mendapatkan tambahan intelektual.
tepat; 5) Perbedaan individual di antara Sejalan dengan definisi itu, Reevers, Fansler,
perorangan berkembang sesuai dengan dan Houle menyatakan bahwa, pendidikan
umurnya. orang dewasa adalah upaya yang dilakukan
Knowles (1976) melanjutkan oleh individu dalam rangka pengembangan
pemahamnan C. Linderman, mengungkapkan diri, dimana dilakukan dengan tanpa paksaan
bahwa kondisi orang dewasa dalam belajar (legal).(Suprijanto, 2007:13). UNESCO lebih
berbeda dengan anak-anak. Kalaulah pada tajam mendifinisikan pendidikan orang
anak-anak digunakan istilah “padagogy” dewasa sebagai suatu proses pendidikan yang
sehingga diartikan dengan “the art and terorganisir baik isi, metode dan
science of teaching children” atau ilmu dan tingkatannya, baik formal maupun
seni mengajar anak-anak. Menurut nonformal, yang melanjutkan maupun
pandangannya, mengapa sampai terjadi menggantikan pendidikan di sekolah,
- 73
Hiryanto

akademi, universitas, dan pelatihan kerja logis untuk menyajikan satuan-satuan


yang membuat orang yang dianggap dewasa tersebut dan 4) alat apakah yang paling
oleh masyarakat dapat mengembangkan efesien untuk menyampaikan isi tersebut,
kemampuannya, memperkaya sementara untuk rancang bangun pada
pengetahuannya, meningkatkan kualifikasi Andragogi lebih bersifat proses (process
teknis maupun profesionalnya, dan design), dimana tutor atau pendidik memiliki
mengakibatkan perubahan pada sikap dan peranan rangkap yakni sebagai : 1) perancang
perilakunya dalam persfektif rangkap dan pengelola proses, 2) dan sumber belajar.
perkembangan peribadi secara utuh dan Berkaitan dengan pedagogi dan
partisipasi dalam pengembangan sosial, andragogi, Knowles, yang dikutip oleh
ekonomi, dan budaya yang seimbang. Djudju Sudjana (2007), menyatakan sejak
(Townsend Coles, 1977, Sudjana, 2004:50) awal tahun delapanpuluhan telah
dikembangkan pendekatan kontinum
2. Perbedaan Pedagogi dan (continuum learning approach) atau
Andragogi pendekatan berdaur atau bekelanjutan.
Sebenarnya antara pedagogi dan Pendekatan ini dapat dimulai dari pedagogi
andragogi tidak perlu dipertentangkan, hal ini dilanjutkan ke andragogi atau sebaliknya,
dikarenakan kedua teoi tersebut sebetulnya yaitu berawal dari andragogi dilanjutkan ke
saling melengkapi, namun munculnya pedagogi dan seterusnya.
perbedaan itu dikarenakan adanya model Pendekatan kontinum didasarkan pada
asumsi yang melandasinya sebagai dua asumsi bahwa semakin dewasa peserta didik,
pendekatan rancang bangun dan maka (a) konsep dirinya semakin berubah
pengoperasioan yang berbeda, sebagaimana dari ketergantungan kepada pendidik menuju
dikemukakan oleh Knowles, 1985, dalam sikap dan perilaku mengarahkan diri dan
Mustafa Kamil (2007:299), bahwa model saling belajar, (b) makin berakumulasi
pedagogi adalah suatu isi (content plan) yang pengalaman belajarnya yang dapat dijadikan
menuntut pendidik untuk menjawab empat sumber belajar (learning resources) dan
pertanyaan saja, yakni 1) apa isi yang perlu orientasi belajar mereka berubah dari
dicakup, 2) bagaimana isi tersebut dapat penguasaan terhadap materi ke kemampuan
diorganisasikan kedalam satuan yang pemecahan masalah, (c) kesiapan belajarnya
terkelola,3) bagaimana urutan yang paling adalah untuk menguasai kemampuan dalam
- 74
Hiryanto

melaksanakan tugas-tugas kehidupan nyata jalur pembelajaran dan proses untuk pelajar,
dan (d) membutuhkan keterlibatan diri dalam yang melakukan negosiasi belajar dan
perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi menentukan apa yang akan dipelajari dan
pembelajaran. bagaimana hal itu akan dipelajari (Hase &
Berdasarkan paparan di atas, dapat Kenyon, 2000; Eberle, 2009).
disimpulkan bahwa terjadinya perbedaan
Sebuah konsep kunci dalam
antara pedagogi dengan andragogi, lebih
heutagogy adalah bahwa dari putaran ganda
dikarenakan perbedaan sasaran, pedagogi
pembelajaran dan refleksi diri (Argyris &
sasarannya anak-anak dan andragogi lebih
Schon, 1996, seperti dikutip dalam Hase &
pada orang dewasa yang telah memiliki
Kenyon, 2000). Dalam putaran ganda
kematangan fungsi biologis, sosial dan
pembelajaran, peserta didik
psikologisnya
mempertimbangkan masalah dan tindakan
yang dihasilkan dan hasil, selain
Heutagogy ( Self-Determined Learning)
merefleksikan proses pemecahan masalah
Heutagogy (berdasarkan Yunani dan bagaimana hal itu mempengaruhi
untuk "diri") didefinisikan oleh Hase dan keyakinan dan tindakan pelajar itu sendiri
Kenyon pada tahun 2000 sebagai studi
Heutagogy sebagai Perpanjangan
pembelajaran yang ditentukan sendiri
Andragogi
(mandiri). Heutagogy menerapkan
pendekatan holistik untuk mengembangkan Pendekatan heutagogical dapat dilihat
kemampuan peserta didik, dengan belajar sebagai perkembangan dari pedagogi ke
sebagai proses aktif dan proaktif, dan peserta andragogi untuk heutagogy, dengan peserta
didik melayani sebagai "agen utama dalam didik juga maju dalam kedewasaan dan
pembelajaran mereka sendiri, yang terjadi otonomi (Canning, 2010 ). Peserta didik lebih
sebagai akibat dari pengalaman pribadi" dewasa membutuhkan lebih sedikit kontrol
(Hase & Kenyon, 2007, hal. 112). Seperti dari instruktur dan tentu saja struktur dan
dalam pendekatan andragogik, Instruktur dapat lebih mandiri dalam belajar mereka,
atau pendidik pada heutagogy juga sementara peserta didik kurang matang
memfasilitasi proses pembelajaran dengan membutuhkan lebih banyak bimbingan
memberikan bimbingan dan sumber daya, instruktur dan kursus perancah (prasyarat)
tetapi sepenuhnya pemilihan kepemilikan
- 75
Hiryanto

(Canning & Callan, 2010; Kenyon & Hase, menetapkan program pembelajaran,
2010). merancang dan mengembangkan peta belajar,
Dengan dasar dari andragogy, dari kurikulum untuk penilaian (Hase, 2009).
heutagogy lebih lanjut memperluas Heutagogy menekankan pengembangan
pendekatan andragogical dan dapat dipahami kemampuan selain kompetensi (andragogy).
sebagai sebuah kontinum andragogy (Tabel Tabel 1 memberikan gambaran tentang sifat-
1). Dalam andragogy, kurikulum, pertanyaan, sifat yang membantu menunjukkan cara di
diskusi, dan penilaian dirancang oleh mana heutagogy dibangun berdasarkan dan
instruktur sesuai dengan kebutuhan peserta meluas andragogy.
didik; sedangkan pada heutagogy, pelajar
Tabel 1. Heutagogy sebagai Continuum dari Andragogi

Andragogy (self-directed) ► Heutagogy (self-ditermined)

Single-loop learning (satu lingkaran ► Double-loop learning (dua lingkaran


belajar pembelajaran

Competency development ► Capability development (pengembangan


(pengembangan kompetensi) kemampuan)

Linear design and learning approach ► Non-linier design and learning approach

Instructor-learner directed ► Learner –directed

Getting Student to learn (content) ► Getting student to understand how they lear
(process)

Ciri-ciri dan kontinum dari andragogy ke Pendidikan secara tradisional nyaris


heutagogy memerlukan pertimbangan lebih selalu dilihat sebagai hubungan pedagogis
lanjut antara guru dan pelajar. Guru yang selalu
dan definisi. Apa yang dapat diturunkan dari memutuskan apa yang pelajar harus ketahui
perbandingan ini, bagaimanapun, adalah dan bagaimana pengetahuan dan ketrampilan
bahwa heutagogy adalah pendekatan yang harus diajarkan. Hasil penelitian
didirikan pada Andragogi dan dapat dianggap puluhan tahun terakhir memang telah cukup
sebagai perluasan dari konsep yang ada. untuk melahirkan sebuah revolusi dalam
pendidikan mengenai bagiamana orang
- 66
Hiryanto

belajar dan hasil dari itu membuat guru dapat didik sendiri yang menentukan apa dan
bekerja lebih lanjut tentang cara pengajaran bagaimana belajar itu dilakukan. Heutagogi
dan hasil yang diperoleh (Sudarwan Danim, merupakan suatu studi tentang pembelajaran
(2010: 144). Sementara konsep Andragogi yang ditentukan secara mandiri oleh
sebagaimana dikemukakan oleh Malcolm pembelajar, dapat pula dilihat sebagai suatu
Knowles dalam Sharan B Marriam (2001 : 4) perkembangan alamiah dari metodologi
merupakan label baru atau teknologi baru dari pendidikan sebelumnya terutama dari
belajar orang dewasa, yang konsep ini di pengembangan kemampuan dan mungkin
Eropa didefinisikan sebagai seni atau ilmu menyediakan pendekatan optimal untuk
membantu orang dewasa belajar. belajar di abad dua puluh satu.
Dengan demikian dapat dikatakan Hubungan Pedagogi, Andragogi dan
bahwa dengan adanya perubahan dalam Heutagogi, menurut Mezirow, dalam Lisa
masyarakat yang sangat pesat atau dikenal Marie Blaschke (2012), dilihat dari
dengan era ledakan informasi, maka kematangan dan autonomi serta peran dari
diperlukan adanya sebuah pendekatan pendidik, dapat digambarkan dengan
pendidikan dalam belajar dimana peserta menggunakan pyramid sebagai berikut
- 66
Hiryanto

Learner maturity Instructur control


and autonomy and course
required (+) structuring
required (-)

Level 3
Heutagogi
Realisasi
Instructur
Learner control and
maturity Level 2 Andragogi course
and structuring
autonomy (cultivation) required (+)
required (-)

Level 1 Pedagogi

Engagement

Gambar 2: Kemajuan pedagogi ke andragogi kemudian heutagogi menurut Canning, 2010 p. 63)

Berdasarkan gambar di atas, dapat dijelaskan maka peran instruktur serta materi yang
bahwa hubungan antara pedagogi, andragogi terstruktur semakin berkurang, dan
maupun heutagogi, dapat dilihat dari tingkat sebaliknya semakin muda (anak-anak)
kematangan peserta didik serta syarat dengan pendekatan pedagogi, maka peran
kemandirian belajar, bahwa semakin instruktur dan materi yang terstruktur
bertambah umur maka akan matang dan semakin dominan.
bertambah kemandirian belajarnya,
sementara dilihat dari peran pendidik atau
instruktur, maka semakin bertambah usia
- 66
Hiryanto

Implikasi Pedagogi, Andragogi dan kedua mengandung arti memberikan


Heutagogi dalam Pemberdayaan kemampuan atau keberdayaan serta
Masyarakat
memberikan peluang kepada pihak lain untuk
Banyak pengertian tentang melakukan sesuatu. Senada dengan Pranarka,
pemberdayaan masyarakat yang telah Sumodiningrat, menyatakan bahwa
disampaikan oleh para ahli baik yang berasal pemberdayaan sebenarnya merupakan istilah
dari barat maupun dari dalam negeri sendiri. yang khas Indonesia daripada barat, yang
Dilihat dari etimologi pemberdayan berasal berarti memberi daya bukanlah kekuasaan.
dari kata dasar “daya” yang berarti kekuatan Pemberdayaan adalah memberikan energy
atau kemampuan, bertolak dari pengertian agar yang bersangkutan mampu untuk
tersebut maka pemberdayaan dapat dimaknai bergerak secara mandiri.
sebagai proses menuju berdaya atau proses Suharto (2014 : 58), secara jelas
untuk memperoleh menyatakan bahwa pemberdayaan menunjuk
daya/kekuatan/kemampuan atau proses pada kemampuan orang, khususnya
pemberian daya/kekuatan/kemampuan dari kelompok rentan dan lemah sehingga mereka
pihak yang mempunyai daya kepada pihak memiliki kekuatan atau kemampuan dalam
yang kurang atau belum berdaya.. Pengertian (a) memenuhi kebutuhan dasarnya, (b)
“proses” menunjuk pada serangkaian menjangkau sumber-sumber produktif yang
tindakan atau langkah-langkah yang dapat meningkatkan pendapatan, (c)
dilakukan secara kronologis sistematis yang berpartisipasi dalam proses pembangunan
mencerminkan pentahapan upaya mengubah dan keputusan-keputusan yang
masyarakat yang kurang atau belum berdaya mempengaruhi mereka. Beberapa ahli
menuju keberdayaan. Menurut Prijono dan menyampaikan pendapat dalam Suharto
Pranaka, dalam Ambar Teguh Sulistiyani (2014) berkaitan pemberdayaan dilihat dari
(2004 : 78), menyatakan pemberdayaan tujuan, proses dan cara-cara pemberdayaan
mengandung dua arti yakni pertama: to give
(a) Pemberdayaan bertujuan untuk
power or authority dan kedua: to give ability
meningkatkan kekuasaan orang-
to or enable. Pengertian pertama berarti
orang yang lemah atau tidak
mengalihkan kekuasaan/kekuatan atau
beruntung (Ife, 1995)
mendelegasikan otoritas kepada pihak yang
(b) Pemberdayaan adalah sebuah proses
kurang/belum berdaya, sementara pengertian
dengan mana orang menjadi cukup
- 67
Hiryanto

kuat untuk berpartisipasi dalam, kemampuan dalam membuat


berbagai pengontrolan atas, dan keputusan-keputusan mengenai gaya
mempengaruhi terhadap, kejadian- hidup, tempat tinggal dan pekerjaan
kejadian serta lembaga-lembaga (2) Pendefinisian kebutuhan:
yang mempengaruhi kehidupannya. kemampuan menentukan kebutuhan
Pemberdayaan menekankan bahwa selaras dengan aspirasi dan
orang memperoleh ketrampilan, keinginannya
pengetahuan dan kekuasaan yang (3) Ide atau gagasan: kemampuan
cukup untuk mempengaruhi mengekspresikan dan
kehidupannya dan kehidupan orang menyumbangkan gagasan dalam
lain yang menjadi perhatiannya suatu forum atau diskusi secara bebas
(Parson, et al. 1994) dan tanpa tekanan
(c) Pemberdayaan menunjuk pada usaha (4) Lembaga-lembaga: kemampuan
pengalokasian kembali kekuasaan menjangkau, menggunakan dan
melalui pengubahan struktur sosial mempengaruhi pranata-pranata
(Swift dan Levis, 1987) masyarakat,seperti lembaga
(d) Pemberdayaan adalah suatu cara kesejahteraan sosial, pendidikan,
dengan mana rakyat, organisasi dan kesehatan.
komunitas diarahkan agar mampu (5) Sumber-sumber: kemampuan
menguasai (atau berkuasa atas) memobilisasi sumber-sumber formal,
kehidupannya (Rappaport, 1984) informal dan kemasyarakatan
(6) Aktivitas ekonomi: kemampuan
Sementara Jim Ife (2002 : 61-64), istilah
memanfaatkan dan mengelola
pemberdayaan memuat dua pengertian kunci
mekanisme produksi, distribusi dan
yakni: kekuasaan dan kelompok lemah.
pertukaran barang dan jasa.
Kekuasaan disini diartikan bukan hanya
(7) Reproduksi: kemampuan berkaitan
menyangkut kekuasaan politik dalam arti
dengan proses kelahiran, perawatan
sempit,melainkan kekuasaan atau
anak, pendidikan dan sosialisasi.
penguasaan klien atas:
Untuk mengetahui apakah program
(1) Pilihan-pilihan personal dan
pemberdayaan focus dan mencapai
kesempatan-kesempatan hidup:
tujuannya,maka diperlukan adanya
- 68
Hiryanto

indicator keberdayaan, Kieffer (1981) akan dilakukan harus memperhatikan


dalam Suharto (2014 : 63) menyatakan kebutuhan serta pengalaman yang dimiliki
bahwa pemberdayaan mencakup tiga kelompok sasaran baik secara individual
dimensi yang meliputi dimensi maupun secara kelompok. Adapun
kerakyatan, kemampuan sosiopolitik, dan pendekatan yang dipergunakan dalam
kompetensi partisipatif, sementara Parson pemberdayaan masyarakat dapat bersifat
et al (1994) dalam Suharto juga mikro, mezzo maupun makro. Pemberdayaan
mengajukan tiga dimensi pemberdayaan yang bertujuan agar mereka menjadi lebih
yang merujuk pada: berdaya maka pendidikan nonformal
merupakan sebuah alternative yang dapat
(a) Sebuah proses pembangunan
dipergunakan agar bisa mencapai tujuan
yang bermula dari pertumbuhan
tersebut, salah satu pendekatan yang dapat
individual yang kemudian
dipergunakan dalam pemberdayaan
berkembang menjadi sebuah
masyarakat melalui pendidikan nonformal,
perubahan sosial yang lebih besar
sebagaimana dikemukakan oleh tokoh
(b) Sebuah keadaan psikologis yang
pendidikan John Dewey dalam Democracy
ditandai oleh rasa percaya diri,
and Education, bahwa keberhasilan
berguna dan mampu
pendidikan terletak pada partisipasi setiap
mengendalikan diri dan orang lain
individu yang didukung oleh kesadaran
(c) Pembebasan yang dihasilkan dari
umum masyarakat. Fungsi pendidikan lebih
sebuah gerakan sosial yang
bersifat sebagai fasilitator yang memberikan
dimulai dari pendidikan dan
ruang seluas-luasnya bagi peserta didik untuk
politisasi orang-orang lemah dan
berekspresi, berdialog, berdiskusi,berfikir,
kemudian melibatkan upaya-
berkeinginan dan bertujuan.
upaya kolektif dari orang-orang
lemah tersebut untuk memperoleh Beberapa pemikiran John Dewey
kekuasaan dan mengubah struktur (1961), memberikan sumbangan terhadap
yang masih menekan. konsep pendidikan, termasuk pendidikan non
formal, sebagaimana dikemukakan oleh
Berdasarkan pada pengertian tentang
Garforth, ada tiga pengaruh pemikiran
pemberdayaan serta indicator keberdayaan
Dewey, yakni:
maka, program-program pemberdayaan yang
- 69
Hiryanto

1) Dewey melahirkan konsepsi menerapkannya dalam kegiatan


tentang kesosialan pendidikan, pembelajaran sehari-hari di
yaitu bahwa pendidikan memiliki sekolah dengan menggunakan
fungsi sosial , sebagaimana inteligensi dalam rangka
dinyatakan bahwa pendidikan penemuan (discovery)
adalah instrument potensial tidak
Berdasarkan prinsip pendidikan yang
hanya sekedar konservasi
dikembangkan oleh John Dewey, dalam
masyarakat, melainkan untuk
pendidikan nonformal sebagai salah satu cara
pembaharuannya, juga hubungan
untuk memberdayakan masyarakat maka
yang erat antara pendidikan dan
andragogi merupakan pendekatan
masyarakat harus terefleksikan
pembelajaran yang tepat untuk dipergunakan
dalam manajemennya, dan proses
pada masyarakat yang masih membutuhkan
pembelajaran lebih tepat
pertemuan, hal ini dikarenakan sebagian
disuasanakan sebagai aktivitas
besar peserta pemberdayaan masyarakat
sosial sehingga iklim kerjasama
merupakan kelompok masyarakat yang telah
dan timbal baik menggeser
dewasa dengan beragam kebutuhan,
suasana kompetisi dan
keinginan, pengalaman serta telah memiliki
keterasingan dalam memperoleh
konsep diri yang kesemuanya dapat
pengetahuan.
dipergunakan sebagai dasar dalam
2) Dewey, memberikan bentuk dan
merancang program pemberdayaan
substansi baru terhadap konsep
masyarakat, sementara untuk negara-negara
keberpusatan pada anak dengan
yang lebih maju pedekatan pembelajaran
landasan filosofis sehingga lebih
heutagogi memungkinkan untuk
kuat jika dibandingkan
dipergunakan dalam proses pembelajaran
pendahulunya.
karena tellah berfungsinya secara baik
3) Proyek dan problem solving yang
teknologi informasi.
mekar dari konsep sentral dari
John Dewey, tentang pengalaman Jika dikaitkan dalam pembelajaran
telah diterima sebagai bagian yang dapat mengembangkan sosial
dalam teknik pembelajaran di emosional, nampaknya pendekatan
kelas, termasuk dalam pedagogic, lebih memungkinkan untuk
- 70
Hiryanto

dipergunakan, tetapi bukan pedagogic dapat mengembangkan rasa ingin tahu


tradisional, yang menekankan guru yang peserta didik, kreatif serta sosial emosialnya
aktif, tetapi pedagogic kritis atau pedagogic dapat berkembang dengan baik.
transfomatif, sebagaimana dinyatakan oleh
Tilaar dkk ( 2011 ; 51-56) yang menyatakan Penutup
bahwa pedagogic tradisional bersifat Berdasarkan paparan diatas, dapat
membelenggu kebebasan manusia, sehingga disimpulkan bahwa pendekatan pedagogi,
diperlukan adanya pedagogic transformative andragogi dan heutagogi, merupakan suatu
sebagaimana digagas oleh tokoh-tokoh kontinum, artinya tidak berdiri masing-
pendidikan seperti Winarno Surakhmat, yang masing, hanya saja dalam implikasinya lebih
menyatakan pendidikan agama di Indonesia menekankan peran peserta didik dan tingkat
lebih merupakan suatu pelajaran agama yang kematangan atau kedewasaan maupun peran
perlu dihafal oleh peserta didik dan bukan pendidik (instruktur) dalam memberdayakan
untuk mewujudkannya dalam kehidupan masyarakat, sehingga munculnya pendekatan
sehari-hari, sedangkan Mochtar Buchori tersebut memiliki peran masing-masing dan
dalam bukunya Pendidikan Tranformatif, kelebihan serta kekurangan dalam mewarnai
menyatakan bahwa ilmu pendidikan di khasanah ilmu pendidikan.
Indonesia telah mati, pendidikan bukan
semata-mata sekedar berfungsi sebagai
transisi kebudayaan yang ada tetapi
mempunyai fungsi untuk menilai dan Daftar Pustaka

memilah apa saja yang ada dalam


kebudayaan yang dapat dipergunakan untuk Ambar Teguh Sulistiyani. 2004. Kemitraan
dan Model-model
menghadapi perubahan sosial dalam era
Pemberdayaan. Yogyakarta.
globalisasi, sementara H.A Tilaar sendiri Penerbit Gava Media.
berpendapat bahwa perlunya pedegogik kritis
Jim Ife. 2002. Community Development.
dalam rangka merenungkan kembali fungsi Community based alternative in
pendidikan yang guine dan tidak sekedar an age of Globalisation. 2ed
edition. Australia: Person
untuk memenuhi kepentingan kelompok
Education
dalam masyarakat kita, dengan demikian
John Dewey. 1961. Democracy and
dengan pengunaan pedagogic kritis akan
Education. London: Heineman.
- 71
Hiryanto

Lisa Marie Blaschke (2012), Heutagogy and Suharto Edi, 2014. Membangun Masyarakat.
Lifelong Learning: A Review of Memberdayakan Rakyat.
Heutagogical Practice and Self- Kajian Strategis Pembangunan
Ditermined Learning. The Kesejahteraan Sosial dan
International Review of Pekerjaan Sosial.Bandung:
Research open and distance Refika Aditama
Learning. Vol 13. No.1 Januari
2012 Sudarwan Danim. 2010. Pedagogi,
Andragogi dan Heutagogi.
Muhammad Ali, dkk. 2007. Ilmu dan Bandung; Penerbit Alfabeta
Aplikasi Pendidikan. Bandung:
Pedagogiana Press. Tilaar, Jimmy Ph Paat dan Lody Paat. 2011.
Pedagogik Kritis.
Sharan B Merriam (editor). 2001. The New Perkembangan, Substansi dan
Uptade on Adult Learning Perkembangannya di
Theory. San Francisco. Jossey Indonesia. Jakarta: Penerbit
Bass. Rineka Cipta.

Anda mungkin juga menyukai