Anda di halaman 1dari 4

Heutagogi & Pembelajaran Seumur Hidup: Tinjauan Praktik Heutagogis dan

Pembelajaran Mandiri
A. Pengantar
Pengajar saat ini diberi tugas untuk mengembangkan pembelajaran seumur hidup yang
bisa bertahan dan berkembang dalam pengetahuan ekonomi global. Pedagogi, bahkan
andragogi, sudah tidak lagi sepenuhnya memadai dalam mempersiapkan peserta didik dan
diperlukannya pendekatan yang lebih terarah dan ditentukan oleh diri sendiri.
Konsep dari heutagogi sendiri menawarkan prinsip dan praktik tertentu yang dapat
dipertimbangkan sebagai respon terhadap perkembangan dalam pendidikan tinggi.
Lingkungan belajar heutagogi memfasilitasi pengembangan peserta didik yang cakap dan
menekankan kedua pengembangan tersebut kedalam kompetensi serta kemampuan dan
kapasitas pesertadidik. Heutagogi juga termasuk dalam minat khusus untuk pendidikan jarak
jauh seperti otonomi pelajar dan juga memiliki kelanjutan dengan pedagogi dalam
pengajaran dan pembelajaran orang dewasa.
B. Metode Penelitian
Artikel ini memberikan tinjauan ekstensif dari penalitian masa lalu dan sekarang yang
tersedia tentang praktik dan pendekatan heutagogi. Dalam pendekatan penelitian, penulis
berusaha membangun pemahaman dasar mengenai konsep heutagogi (misalnya dengan
menghubungkan konsep andragogi) dan bagaimana hal ini dapat diterapkan dalam
lingkungan pendidikan.
C. Andragogi (Pembelajaran Mandiri)
Knowles (1978) menjelaskan bahwa andragogi pada tahun 1970an hanya untuk orang
pendidikan orang dewasa dan dicirikan dengan tanggung jawab diri sendiri dalam belajar.
Dalam pendekatan andragogi untuk belajar dan mengajar, peserta didik secara aktif terlibat
dalam mengidentifikasi kebutuhan dan perencanaan mereka tentang bagaimana kebutuhan
tersebut akan dipenuhi. Kunci dari andragogi sendiri ini yaitu dijelaskan sebagai proses yang
dimana seorang individu mempunyai inisiatif, dengan atau tanpa bantuan orang lain, dalam
mendiagnosa kebutuhan pembelajaran mereka, merumuskan pencapaian belajar,
mengidentifikasi SDA dan materi untuk belajar, memilih serta menerapkan startegi
pembelajaran yang tepat, dan mengevaluasi hasil belajar. Peran pendidik dalam pendekatan
andragogi ini sebagai tutor dan mentor, dengan instruktur pendukung pembelajaran dalam
mengembangkan kapasitas peserta didik.
D. Heutagogi (Pembelajaran yang Ditentukan Diri Sendiri)
Heutagogi (yang berarti “diri” dalam bahasa Yunani) didefinisikan oleh Hase dan
Kenyon tahun 2000 pada studi pembelajaran yang ditentukan oleh diri sendiri. Heutagogi
diterapkan untuk mengembangkan kemampuan pelajar dengan belajar sebagai proses aktif
dan proaktif.
Kunci dari konsep heutagogi adalah pembelajaran double-loop dan refleksi diri. Dalam
pembelajaran double-loop ini terjadi apabila peserta didik “menanyakan dan menguji nilai
pribadi seseorang dan mengasumsi sebagai pusat untuk meningkatkan diri bagaimana untuk
belajar”. Dalam pembelajaran yang ditentukan diri sendiri, sangat penting bahwa peserta
didik memiliki kompetensi dan kapasitas. Orang berkapasitas memiliki ciri sebagai berikut:
 Efikasi diri, mengetahui bagaimana cara belajar dan mengamplikasikannya dalam
pembelajaran
 Kemampuan dalam berkelompok dan berkomunikasi
 Kreatifitas
 Nilai positif
E. Heutagogi sebagai Lanjutan dari Andragogi
Pendekatan heutagogi dapat dilihat sebagai kemajuan dari pedagogi ke andragogi ke
heutagogi, dengan peserta didik juga berkembang dalam kedewasaan dan otonomi.

Tingkat 3: Heutagogi
(Realisasi)

Tingkat 2: Andragogi
(Kultivasi)

Tingkat 1: Pedagogi
(Keterikatan)

Dengan dasar dalam andragogi, heutagogi lebih lanjut memperluas pendekatan andragogi
dan dapat dipahami sebagai kontinum andragogi. Dalam andragogi, kurikulum, pertanyaan,
diskusi, dan penilaian dibentuk oleh instruktur sesuai dengan kebutuhan peserta didik.
Dalam heutagogi, pelajar menetapkan kursus pembelajaran, merancang dan
mengembangkan peta pembelajaran dari kurikulum hingga penilaian.

Andragogi ► Heutagogi
Pembelajaran single-loop ► Pembelajaran double-loop
Pengembangan kompetensi ► Pengembangan kemampuan
Desain linear dan pendekatan ► Desain non linear dan pendekatan
pembelajaran pembelajaran
Instruktur-peserta didik diarahkan ► Peserta didik-diarahkan
Membuat siswa belajar (konten) ► Membuat siswa mengerti apa yang
dipelajari (proses)
Sifat-sifat di atas memerlukan pertimbangan lebih lanjut, apa yang dapat diturunkan dari
perbandingan ini bahwa heutagogi adalah pendekatan yang didasarkan pada andragogi dan
dapat dianggap sebagai perluasan.
F. Bagaimana Web 2.0 dan Media Sosial Mengaktifkan Heutagogi
Web 2.0 dan sosial media memainkan peran penting dalam menghasilkan diskusi baru
tentang heutagogi dalam pendidikan tinggi. Desain web 2.0 mendukung pendekatan
heutagogi dengan mengizinkan pelajar untuk mengarahkan dan menentukan arah
pembelajaran mereka serta dengan memungkinkan mereka untuk mengambil peran aktif
dalam pembelajaran individu. Keterjangkauan kunci media sosial, penemuan berbagai
informasi, dan pengumpulan dan adaptasi informasi yang diperlukan, ini semua termasuk
kedalam keterjangkauan yang mendukung kegiatan belajar mandiri.
Penelitian terbaru juga menunjukan bahwa penggunaan media sosial dapat mendukung nasib
sendiri saat sedang belajar.
 Pembelajaran Seluler: penelitian menjelaskan bahwa pembelajaran seluler mendukung
kolaborasi, pengambilan dan berbagi data, dan reflektif praktik. Penggunaan
pembelajaran seluler juga ditemukan untuk meningkatkan interaksi pelajar.
 Filosofis Maya: diidentifaksi kekurangannya dalam proses berpikir dan memaksa
pelajar untuk mengevaluasi kembali mengapa dia berpikir dalam cara tertentu.
 Twitter: pelajar yang menggunakan twitter lebih aktif teriktaf dalam proses
pembelajaran dan mempunyai nilai lebih tinggi, serta penggunaan twitter menguatkan
interaksi antar pelajar dan antara pelajar-instruktur.
 Konten yang Dibuat Peserta Didik (Penggunaan Media Aktif): berkontribusi dalam
pengembangan kemampuan dalam pengarahan diri sendiri.
G. Praktik Heutagogi
Praktik dari heutagogi dalam pendidikan tinggi belum semua dapat menerimanya
dikarenakan ketidakpraktisan dalam menerapkan kerangka pendidikan heutagogi yang
lengkap. Namun, dalam pendidikan keperawatan, teknik, dan pendidikan berpendapat bahwa
heutagogi merupakan hal yang kredibel dengan isu-isu kritis yang peserta didik hadapi di
tempat kerja.
Salah satu contohnya, jurusan pendidikan di University of Western Sydney di Australia
menerapkan pendekatan heutagogi pada pengajar dengan pengdesainan ulang program untuk
menyatukan pengajar-kelangsungan dari blended learning. Dalam pendeketan ini,
universitas telah mengidentifikasi keuntungannya; meningkatkan hasil guru yang lebih baik
yang lebih siap untuk kompleksitas dalam lingkungan pembelajaran, meningkatkan
kepercayaan diri para pengajar, mengikatkan komunitas pengajar, meningkatkan
kemampuan pengajar untuk menginfestigasi ide, dan perkembangan selanjutnya dari
kemampuan pengajar.
H. Elemen Desain dari Pendekatan Heutagogi
 Kontrak Pembelajaran yang Ditentukan Peserta Didik: seperti yang digunakan di
lembaga pendidikan jarak jauh Empire State College “tentukan apa yang akan
dipelajari, bagaimana itu akan dipelajara, dan apa yang akan dinilai serta bagamana
menilainya”.
 Kurikulum Fleksibel: pelajar adalah pendorong dalam menciptakan kurikulum yang
fleksibel ini, yang didefinisikan bahwa peserta didik membuat peta pembelajaran dan
instruktur berfungsi sebagai kompas,
 Pertanyaan yang Ditujukan untuk Pelajar: hasil dari pertanyaan ini yang membimbing
peserta didik dan berfungsi sebagai mekanismeuntuk membantu memahami isi kursus.
 Penilaian yang Fleksibel dan Ternegosiasi: peserta didik ikut serta dalam penilaiannya.
 Jurnal Pembelajaran: reflektif ini bisa digunakan pelajar untuk mendokumentasi
perjalanan pembelajaran mereka.
 Penelitian Tindakan: reflektif ini bisa dilakukan individu atau berkelompok yang bisa
memberikan kesempatan untuk bereksperimen dan scenario dunia nyata.
 Penilaian Formatig dan Sumatif: penilaian yang dipesonalisasi dan umpan balik yang
mendukung pelajar dalam mengembangkan praktik reflektifnya.
I. Penelitian Lebih Lanjut
Ketika mempertimbangkan teknologi yang muncul dalam pendidikan jarak jauh
memanggil untuk penyelidikan dan penelitian tambahan tentang hubungan teknologi,
pedagogi, dan web, serta penelitian dan diskusi lebih lanjut tentang teknologi terbaru.
Tinjauan literature yang dilakukan menunjukan bahwa pekerjaan substansial yang harus
dilakukan dalam meneliti heutagogi, misalnya ujian yang dimana Web 2.0 dan media sosial
mendukung pengajaran yang ditentukan sendiri, dan investigasi keefektifan pendekatan
pembelajaran dalam pendidikan tinggi serta menciptakan pembelajaran sepanjang hayat
yang mampu secara efektif meningkatkan kemampuan kompleks.
J. Kesimpulan
Dari awal, heutagogi ini masih belum banyak yang menerimanya dikarenakan adanya
ketakutan melepaskan kekuasaan. Padahal dengan memasukan praktik heutagogi, pendidik
memiliki kesempatan untuk lebih mempersiapkan siswa untuk tempat kerja dan menjadi
pembelajar sepanjang hayat serta untuk menumbuhkan motivasi siswa yang “terlibat penuh
dalam topik yang mereka pelajari karena membuat pilihan relevan atau menarik bagi
mereka”.

Anda mungkin juga menyukai