PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam sejarah perkembangan dunia pendidikan, konsep pendidikan
sejatinya adalah pemahaman tentang proses belajar dan pengalaman mengajar
kepada seseorang. Berdasarkan pemahaman ini, pembelajaran merupakan proses
transfer keilmuan dari satu orang ke orang lain. Menurut Kemendiknas (2010),
“Pendidikan pada dasarnya adalah upaya meningkatkan kemampuan sumber
daya manusia adar dapat menjadi manusia yang memeliki karakter dan dapat
hidup mandiri”. Hakikat pendidikan merupakan upaya sadar dan terencana untuk
mewujudkan proses belajar mengajar yang sesuai agar peserta didik mampu
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, dan keterampilan yang dibuhtuhkan
oleh dirinya sendiri, masyarakat, agama, nusa dan bangsa. Konsep ini tertuang
dalam UU Nomor 20 tahun 2003. Pendidikan bertujuan agar peserta didik mampu
mencapai seperangkat hasil yang sudah terkonsep dalam seluruh komponen sistem
pendidikan. Beberapa tujuan pendidikan dalam komponen sistem pendidikan,
antara lain tujuan institusional, tujuan kurikulum, tujuan pembelajaran (Suardi,
2012).
Konsep pembelajaran dalam dunia pendidikan ada beberapa macam,
antara lain pedagogi, andragogi, haetagogi, dan didaktika. Konsep pedagogi
diistilahkan “The Art and Science of Teaching Children” yang artinya ilmu dan
seni mengajar anak. Seni mengajar ini memiliki 5 ciri utama, yaitu lebih banyak
melibatkan emosi daripada rasionalisasi ilmiah, interaksi pendidik-peserta didik
lebih diutamakan, penampilan bersifat individual, tidak dapat dilakukan
pendekatan teknologi, dan konsep berpikir ilmiah dikembangkan melalui dialog
(Danim, 2013). Konsep pembelajaran andragogi berasal dari bahasa Yunani dari
kata aner artinya orang dewasa, dan agogos artinya memimpin. Maka secara
harfiah andragogi berarti seni dalam mengajar orang dewasa (Sunhaji, 2013).
Konsep haetagogi menurut Hase dan Kenyon dalam Hiryanto (2017)
berarti pendekatan holistik untuk mengembagkan peserta didik dengan peserta
didik aktif-proaktif dan peserta didik sebagai sebagai agen pembelajaran mereka
sendiri. Selain itu didaktika merupakan suatu ilmu tentang mengajar. Didaktika
merupakan suatu ilmu yang berdiri dan memiliki disiplin sendiri (Hamalik, 2001).
Maka makalah ini disusun bertujuan untuk mengetahui konsep pendidikan dan
pembelajaran (pedagogis, andragogis, haetagogi, dan didaktika).
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam makalah ini sebagai berikut.
1. Bagaimana konsep tentang hakikat pendidikan?
2. Bagaimana hakikat pendidikan dan pembelajaran pedagogis, andragogis,
heutagogis, dan didaktika?
3. Bagaimana azas-azas pendidikan dan pembelajaran?
C. Manfaat
Manfaat dari penyusunan makalah ini sebagai berikut.
1. Memberikan kajian tentang konsep hakikat pendidikan.
2. Memberikan kajian tentang hakikat pendidikan dan pembelajaran
pedagogis, andragogis, heutagogis, dan didaktika.
3. Memberikan kajian tentang azas-azas pendidikan dan pembelajaran.
4.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Hakikat Pendidikan
Hakikat pendidikan merupan suatu usaha sadar, untuk mewujudkan suasana
belajar mengajar kondusif yang bertujuan agar peserta didik mampu
mengambangkan potensi dirinya agar memiliki potensi spiritual keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhalak mulia, serta keterampilan
yang nantinya akan bermanfaat bagi dirinya sendiri, bagi agama, nusa,dan bangsa
(Munib, 2004). Pendidikan memiliki peran terhadap perkembangan manusia,
antara lain :
1. Pendidikan merupakan proses mengembangkan kemampuan, sikap, dan
bentuk-bentuk tingkah laku lainnya di dalam masyarakat, dimana dia
hidup
2. Pendidikan merupakan proses sosial, dimana seseorang dihadapkan pada
pengaruh lingkungan yang terpilih dan terkontrol untuk mencapai
kompetensi sosial dan pertumbuhan individual secara maksimal
3. Pendidikan merupakan proses pengembangan pribadi atau watak
manusia
Berdasarkan penjelasan diatas, menunjukkan bahwa peserta didik memiliki sifat,
sikap, dan pontesi diri yang berbeda-beda. Perbedaan-perbedaan inilah yang
nantinya menjadi tugas para pendidik untuk mengasah dan mengembangkan
potensi yang tersimpan pada peserta didik
Corey dalam Afandi dkk (2013) mengatakan bahwa proses lingkungan
seseorang sengaja dikelola untuk memungkinkan untuk turut serta dalam tingkah
laku tertentu, dalam kondisi khusus merupkan suatu pembelajaran, dimana
pembelajaran merupakan komponen pendidikan. Pembelajaran juga bisa diartikan
yaitu membelajarkan peserta didik menggunakan asas-asas pendidikan maupun
teori belajar yang merupakan penentu keberhasilan suatu pendidikan. Dalam
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 41 Tahun 2007 menyatakan
bahwa “pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan guru dan
sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Proses pembelajaran perlu
direncanakan, dilaksanakan, dinilai, dan diawasi. Pelaksanaan pembelajaran
merupakan implementasi dari RPP. Pelaksanaan pembelajaran meliputi kegiatan
pendahuluan, kegiatan inti dan kegiatan penutup”.
2) Pengalaman
Asumsinya adalah bahwa sesuai dengan perjalanan waktu seorang
individu tumbuh dan berkembang menuju ke arah kematangan. Orang
dewasa dalam hidupnya mempunyai banyak pengalaman yang sangat
beraneka. Pada anak-anak, pengalaman itu justru hal yang baru sama
sekali.Anak-anak memang mengalami banyak hal, namun belum
berlangsung sedemikian sering. Dalam pendekatan proses andragogi,
pengalaman orang dewasa justru dianggap sebagai sumber belajar yang
sangat kaya. Dalam pendekatan proses pedagogi, pengalaman itu justru
dialihkan dari pihak guru ke pihak murid.
Sebagian besar proses belajar dalam pendekatan pedagogi, karena
itu, dilaksanakan dengan cara-cara komunikasi satu arah, seperti ;
ceramah, penguasaan kemampuan membaca dan sebagainya. Pada proses
andragogi, cara-cara yang ditempuh lebih bersifat diskusi kelompok,
simulasi, permainan peran dan lain-lain. Dalam proses seperti itu, maka
semua pengalaman peserta didik dapat didayagunakan sebagai sumber
belajar.
3) Kesiapan Belajar
Perbedaan ketiga antara pedagogi dan andragogi adalah dalam hal
pemilihan isi pelajaran. Dalam pendekatan pedagogi, gurulah yang
memutuskan isi pelajaran dan bertanggung jawab terhadap proses
pemilihannya, serta kapan waktu hal tersebut akan diajarkan. Dalam
pendekatan andragogi, peserta didiklah yang memutuskan apa yang akan
dipelajarinya berdasarkan kebutuhannya sendiri. Guru sebagai fasilitator.
4). Waktu dan Arah Belajar
Pendidikan seringkali dipandang sebagai upaya mempersiapkan anak
didik untuk masa depan. Dalam pendekatan andragogi, belajar dipandang
sebagai suatu proses pemecahan masalah ketimbang sebagai proses
pemberian mata pelajaran tertentu. Karena itu, andragogi merupakan suatu
proses penemuan dan pemecahan masalah nyata pada masa kini.