Anda di halaman 1dari 9

PEMBELAJARAN BERBASIS BUDAYA

A. Pengertian Pembelajaran Berbasis Budaya


Pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun, meliputi unsur-unsur
manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan, dan prosedur yang saling mempengaruhi
untuk mencapai tujuan pembelajaran (Aqib, 2002:41). Pembelajaran berbasis budaya
merupakan strategi penciptaan lingkungan belajar dan perancangan pengalaman
belajar yang mengintegrasikan budaya sebagai bagian dari proses pembelajaran.
Dalam pembelajaran berbasis budaya, budaya menjadi sebuah metode bagi siswa
untuk mentransformasikan hasil observasi mereka ke dalam bentuk-bentuk dan prinsip-
prinsip yang kreatif tentang alam sehingga peran siswa bukan sekedar meniru atau
menerima saja informasi, tetapi berperan sebagai penciptaan makna, pemahaman dan
arti dari informasi yang diperolehnya.
Pembelajaran Berbasis Budaya (PBB) merupakan strategi penciptaan
lingkungan belajar dan perancangan pengalaman belajar yang mengintegrasikan seni
dan budaya sebagai bagian dari proses pembelajaran dan mengakui seni dan budaya
sebagai bagian yang fundamental bagi pendidikan, ekspresi, dan komunikasi suatu
gagasan, serta perkembangan pengetahuan (Pannen, 2002). PBB merupakan salah
satu cara yang dipersepsikan agar dapat: menjadikan pembelajaran bermakna dan
kontekstual, sangat terkait dengan komunitas budaya dimana suatu bidang ilmu
dipelajari dan akan diterapkan nantinya, dan dengan komunitas budaya darimana siswa
berasal, serta menjadikan pembelajaran menarik dan menyenangkan.

B. Teori Pendukung Pembelajaran Berbasis Budaya


Dalam pembelajaran berbasis budaya, terdapat beberapa teori sebagai
pendukung. Teori tersebut antara lain adalah teori belajar interaksi sosial, teori
konstruktivisme, dan teori belajar Ki Hajar Dewantara.
1. Teori Belajar Interaksi Sosial
Teori belajar interaksi sosial Menekankan hubungan individu dengan
masyarakat atau orang lain (Joyce & Weil, 2003). Model-model ini memfokuskan
pada proses di mana realitas adalah negoisasi sosial. Model pembelajaran yang
dikelompokkan ini memberikan prioritas pada peningkatan kemampuan individu.
Peningkatan kemampuan ini berhubungan dengan orang lain dalam
mengembangkan proses demokratis dan untuk belajar dalam masyarakat secara
produktif. Peningkatan kemampuan proses demokratis diharapkan dapat
mendukung pembelajaran sosial. Pembelajaran yang mendukung pembelajaran
sosial di antaranya yaitu:
a. Siswa bekerja sama dalam tugas
b. Siswa mengembangkan kurikulum
c. Guru memilih tugas yang bermakna dan menantang bagi para siswa untuk
bekerja
d. Guru mengelola diskusi yang mengenalkan pembelajaran yang lebih dalam
2. Teori Belajar Konstruktivisme
Piaget mengembangkan teori konstruktivisme yang menyatakan bahwa
setiap individu menciptakan makna dan pengertian baru, berdasarkan interaksi
antara apa yang telah dimiliki, diketahui, dan dipercayai, dengan fenomena, ide,
atau informasi baru yang dipelajari. Piaget (2000) juga mengatakan bahwa setiap
siswa membawa pengertian dan pengetahuan awal yang sudah dimilikinya ke
dalam proses belajar, yang harus ditambahkan, dimodifikasi, diperbarui, direvisi,
dan diubah oleh informasi baru yang dijumpai dalam proses pembelajaran.
Teori belajar tersebut yang melandasi pembelajaran berbasis budaya adalah
teori konstruktivisme dalam pendidikan yang dikembangkan oleh hasil pemikiran
Vygotsky. Teori ini menyimpulkan bahwa siswa mengkonstruksikan pengetahuan
atau penciptaan makna sebagai hasil dari pemikiran dan berinteraksi dalam suatu
konteks sosial. Terdapat tiga asumsi yang menjadi inti pandangan Vygotsky
(Santrock, 2008) yaitu:
1) Keahlian kognitif anak dapat dipahami apabila dianalisis dan diinterpretasikan
secara developmental dengan memeriksa asal-usulnya dan Transformasi dari
bentuk awal ke bentuk selanjutnya.
2) Kemampuan kognisi di mediasi dengan kata, bahasa yang berfungsi sebagai
alat psikologis untuk membantu dan mentransformasi aktivitas mental. Jadi,
bahasa adalah alat penting karena membantu anak pada masa kanak-kanak
awal untuk merancang aktivitas dan memecahkan masalah.
3) Kemampuan kognitif berasal dari relasi sosial dan dipengaruhi latar belakang
sosiokultural. Salah satu konsep tersebut adalah saling memberi contoh dan
memungkinkan terjadinya pembicaraan batin sehingga dapat saling memahami
dalam proses penalaran.
Dalam hal ini, sangat memungkinkan bagi guru untuk melakukan pendekatan
pembelajaran secara kontekstual. Pendekatan pembelajaran secara kontekstual ini
dijelaskan sebagai suatu konsep belajar yang akan membantu guru
menghubungkan materi pembelajaran dengan situasi dunia nyata siswa dan
akhirnya mendorong siswa untuk membuat hubungan antara pengetahuan yang
mereka miliki dengan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari. Dengan
pendekatan ini siswa akan belajar dengan baik apabila yang mereka pelajari
berhubungan dengan fenomena atau realita yang telah mereka ketahui. Saling
memberi contoh merupakan penerapan bagi siswa untuk saling memahami
fenomena dan realita yang pernah mereka alami (Naldi, 2018).
3. Teori Belajar Ki Hajar Dewantara
Pemikiran Ki Hajar Dewantara terhadap pendidikan menitikberatkan pada
pentingnya membangun relasi dengan orang lain, perlunya melakukan aktivitas
sosial di dalam masyarakat, pentingnya menghargai sesama lebih daripada apa
yang berhasil dibuatnya, dan lain-lain. Selain itu, pendidikan dan pembelajaran
hendaknya memberi keseimbangan pada aspek individual ke aspek sosial atau
kehidupan kebersamaan sebagai masyarakat manusia. Pendidikan dan
pembelajaran hendaknya juga dikembalikan kepada aspek-aspek kemanusiaan
yang perlu ditumbuhkembangkan pada diri siswa (Wiryopranoto, 2017).

C. Jenis-Jenis Pembelajaran Berbasis Budaya


Goldberg dalam bukunya yang berjudul “Art and learning: An integrated
approach to teaching and learning in multicultural and multilingual setting” membedakan
pembelajaran berbasis budaya menjadi tiga macam yaitu sebagai berikut.:
1. Siswa belajar tentang Budaya (Menempatkan Budaya sebagai Bidang Ilmu).
Proses belajar tentang budaya, sudah cukup dikenal selama ini, misalnya
mata pelajaran kesenian dan kerajinan tangan, seni dan sastra, seni suara, melukis
atau menggambar, seni musik, seni drama, tari, dan lain-lain. Budaya dipelajari
dalam satu mata pelajaran khusus, tentang budaya. Mata pelajaran tersebut tidak
terintegrasi dengan mata pelajaran lain, dan tidak berhubungan satu sama lain.
2. Siswa belajar dengan Budaya
Belajar dengan budaya maka budaya dan perwujudannya media
pembelajaran dalam proses belajar, menjadi konteks dan contoh-contoh tentang
konsep atau prinsip dalam suatu mata pelajaran, menjadi konteks penerapan
prinsip atau prosedur dalam suatu mata pelajaran. Menurut Goldberg (2001),
pembelajaran yang memanfaatkan seni dan budaya memungkinkan siswa dan
tenaga pengajar menyadari bahwa seni dan budaya merupakan ekspresi ide dan
gagasan yang aestetik dalam suatu konteks komunitas budaya. Hal ini mendukung
tercapainya pemahaman siswa yang lebih kontekstual dan bermakna terhadap
bidang ilmu yang dipelajari, sekaligus pengenalan dan apresiasi seni dan budaya
dalam komunitas budayanya.
3. Siswa belajar melalui Budaya
Belajar melalui budaya merupakan metode yang memberikan kesempatan
kepada siswa untuk menunjukkan pencapaian pemahaman atau makna yang
diciptakannya dalam suatu mata pelajaran melalui ragam perwujudan budaya.
Belajar melalui budaya merupakan salah satu bentuk multiple representation of
learning assessment atau bentuk penilaian pemahaman dalam beragam bentuk.
Sementara itu, ahli lain (tidak diketahui) membagi jenis-jenis pembelajaran
berbasis budaya menjadi empat macam sebagai berikut: 1) Belajar tentang budaya; 2)
Belajar dengan budaya; 3) Belajar melalui budaya; dan 4) Belajar berbudaya. Belajar
berbudaya merupakan bentuk pengejawantahan budaya itu dalam perilaku nyata
sehari-hari siswa. Misalnya, anak dibudayakan untuk selalu menggunakan bahasa
Krama Inggil pada hari Sabtu melalui Program Sabtu Budaya. Anak juga dapat
melaksanakan kebersihan lingkungan sekolah pada hari Jumat melalui program Jumat
Bersih.

D. Perencanaan Pembelajaran Berbasis Budaya

Tahapan pembelajaran berbasis budaya:

1. Tahap persiapan. Dalam tahap ini persiapan materi merupakan tahap awal
menentukan desain proses pembelajaran yang akan dibentuk.
2. Tahap kedua, menganalisis materi yang akan disampaikan dalam proses
pembelajaran yang dapat memudahkan untuk mengkaitkan dengan budaya atau
pengalaman awal siswa.
3. Tahap ketiga, tahap proses penciptaan makna. Dalam tahap ini pendidik
memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengemukakan berbagai rasa
keingintahuannya, terlibat dalam proses analisis dan eksplorasi yang kreatif untuk
mencari jawaban, serta terlibat dalam proses pengambilan kesimpulan yang unik.
4. Tahap keempat, tahap interaksi aktif. Interaksi aktif merupakan sarana terjadinya
proses negosiasi dalam penciptaan arti. Interaksi aktif dalam pembelajaran berbasis
budaya memberikan keleluasaan dan kebebasan bagi siswa untuk bertanya,
berdialog dengan siswa lain, guru, dan tokoh (knowledgable others) untuk
merumuskan masalah, menganalisis, dan mencari solusi permasalahan,
berdasarkan konteks komunitas budaya.
5. Tahap selanjutnya, pemanfaatan beragam sumber. Dalam tahap ini pemanfaatan
bahasa sebagai alat komunikasi ide dan pemanfaatan komunitas budaya sebagai
konteks proses pembelajaran. Guru dapat membantu siswa untuk menggunakan
bahasa secara aktif dalam proses interaksi aktif melalui beragam kegiatan, misalnya
debat, penyajian hasil kelompok, diskusi kelompok, membuat catatan harian atau
catatan kegiatan, membuat makalah, dan lain-lain.
6. Tahap yang terakhir adalah tahap penilaian hasil belajar. Tahap ini guru memberikan
kesempatan kepada siswa untuk mengekspresikan pemahamannya yang berkenaan
dengan ilmu, budaya, interaksi dengan tokoh, pengenalan lingkungan dan lain-lain,
dalam tahap ini penilaian hasil belajar menggunakan beragam teknik sesuai
karakteristik siswa

E. Jenis Budaya yang Dapat Digunakan Menjadi Bahan Pembelajaran


Terdapat berbagai sumber belajar yang dapat digunakan sebagai bahan
pembelajaran berbasis budaya. Diantaranya yang paling utama adalah budaya lokal
atau kearifan lokal, budaya nasional, dan budaya internasional.
1. Budaya Lokal
Budaya lokal adalah budaya yang dimiliki oleh masyarakat yang menempati
lokalitas atau daerah tertentu yang berbeda dari budaya yang dimiliki oleh masyarakat
yang berada di tempat yang lain (Tangkelembang, 2014). Masih menganut pada
kurikulum 2013 yang menggunakan pembelajarn tematik, Konten dan konteks Budaya
lokal yang dapat diintegrasikan dalam materi tematik di SD diantaranya seperti:
permainan tradisional, alat musik tradisional, tarian tradisional, teknologi sederhana,
lagu daerah, ritual adat mulai dari kelahiran hingga kematian, keberagaman suku, cerita
dongeng, makanan khas, nilai-nilai Pancasila dalam budaya Ngada, karya seni, situs-
situs budaya, kenampakan alam dan buatan, arah mata angin, serta kerajinan tangan
(Baka, Laksana, dan Dhiu, 2018)
2. Kebudayaan Nasional
Kebudayaan nasional Indonesia adalah budaya yang dihasilkan oleh bangsa
Indonesia sejak zaman dahulu hingga kini sebagai suatu karya yang khas dan
dibanggakan, serta mencerminkan jati diri dan identitas bangsa Indonesia. Menurut
buku Dasar-Dasar Ilmu Budaya (2019) karya Isma Tantawi, dijelaskan beberapa bentuk
kebudayaan nasional Indonesia, yaitu: Bahasa nasional yakni bahasa Indonesia,
musyawarah, gotong royong, dan batik (kebudayaan nasional yang berasal dari
kebudayaan lokal).
1.
F. Kearifan Budaya yang Terdapat pada Berbagai Media Budaya

1. Alat Musik
Alat musik tradisional adalah alat musik atau alat musik yang telah dikembangkan di
suatu daerah dan ditingkatkan dari generasi ke generasi. Alat musik tradisional yang
dibuat daerah tertentu, sehingga alat musik berbeda antara satu daerah dengan
daerah lainnya. Perbedaan masing-masing alat musik tradisional ini juga terlihat dari
perbedaan penggunaan komponen utamanya. Masyarakat Jawa Barat biasanya
memiliki alat musik tradisional yang terbuat dari bambu sebagai bahan utamanya.
Beberapa bahan untuk alat musik diambil dari sumber daya yang ada di sekitar
mereka. Masyarakat NTT menggunakan daun lontar untuk membuat sasando, alat
musik tifa di Papua yang senarnya terbuat dari kulit binatang, serta masyarakat
Minangkabau yang membuat alat musik Pupuik Tanduak dari tanduk kerbau. Alat
musik tradisional masing-masing daerah memiliki kegunaannya masing-masing. Alat
musik ini sering dibandingkan dengan aset budaya tradisional lainnya. Sebut saja
tarian atau upacara adat.
2. Pakaian
Pakaian adat setiap daerah mencerminkan ciri khas daerah tersebut dan terlihat atau
berbeda dari model busananya. Seperti jenis kain, pola kain, dan aksesoris yang
digunakan. Pakaian adat ini digunakan atau dikenakan sesuai dengan adat
budayanya, ada yang tidak memakainya setiap hari dan ada pula yang tidak karena
hanya digunakan pada beberapa acara penting saja seperti untuk merayakan hari-
hari penting, seperti ulang tahun, pernikahan, kematian atau hari besar keagamaan.
Macam-macam pakaian adat Indonesia antara lain : Pakaian Adat Nanggroe Aceh
Darussalam (Ulee Balang), Pakaian Adat Jambi (Melayu Jambi), Pakaian Adat
Bangka Belitung (Paksian), dll.
3. Rumah Adat
Rumah adat adalah sebuah bangunan dengan ciri-ciri khusus yang dibuat untuk
tempat tinggal, tempat pertemuan dan banyak fungsi lainnya. Setiap daerah memiliki
ciri khasnya masing-masing. Sebagian besar rumah adat di Indonesia berbentuk
panggung untuk mencegah banjir atau binatang buas. Beberapa rumah adat lainnya
ditutup untuk menghangatkan warga karena berada di pegunungan. Beberapa rumah
adat hanya digunakan untuk acara adat, sedangkan rumah lainnya merupakan
tempat tinggal pemuka adat. Rumah tradisional di Indonesia menggunakan bahan-
bahan alami dalam pembangunan rumah seperti kayu, bambu, tanah liat, batu alam,
jerami dan daun kering. Contoh rumah adat Indonesia seperti Joglo berasal dari
Jawa, Gadang Berasal dari Minangkabau, dan lain-lain.
4. Kesenian
Kesenian mengacu pada nilai keindahan (estetika) yang berasal dari ekspresi hasrat
manusia akan keindahan yang dinikmati dengan mata ataupun telinga. Indonesia
memiliki beragam kesenian yang sudah menjadi warisan budaya dunia, misalnya
saja kesenian bambu angklung (Jawa Barat), Seni wayang (Jawa), Gamelan (Jawa),
Tari saman (Aceh), Batik (Jawa), dll. Kesenian-kesenian tersebut merupakan
kearifan budaya yang perlu dijaga dan dilestarikan yang bisa dimulai dari pendidikan.

5. Sistem Agama/Kepercayaan
Agama dan sistem kepercayaan sering kali terintegrasi dengan kebudayaan.
Menurut Kamus Filosofi dan Agama mendefinisikan agama sebagai sebuah institusi
dengan keanggotaan yang diakui dan biasa berkumpul bersama untuk beribadah,
dan menerima sebuah paket/doktrin yang menawarkan hal yang terkait dengan sikap
yang harus diambil oleh individu untuk mendapatkan kebahagiaan sejati. Agama
biasanya memiliki suatu prinsip, misalnya dalam agama Islam yang memiliki prinsip
"5 rukun Islam" dalam agama Islam. Terkadang agama dilibatkan dalam sistem
pemerintahan, seperti misalnya dalam sistem teokrasi. Agama juga seringkali
mempengaruhi kesenian, misalnya adat Grebeg Maulud yang dilaksanakan di
Keraton Yogyakarta dalam memperingati Hari Maulid Nabi.

6. Bahasa
Bahasa merupakan alat atau perwujudan budaya yang digunakan manusia untuk
saling berkomunikasi atau berhubungan, baik lewat tulisan, lisan, ataupun gerakan
(bahasa isyarat), dengan tujuan menyampaikan maksud hati atau kemauan kepada
lawan bicaranya atau orang lain. Melalui bahasa, manusia dapat menyesuaikan diri
dengan adat istiadat, tingkah laku, tata krama masyarakat, dan sekaligus mudah
membaurkan dirinya dengan segala bentuk masyarakat.

G. Aplikasi Pembelajaran Berbasis Budaya


Ada empat hal yang harus diperhatikan dalam proses pembelajaran berbasis budaya,
yaitu sebagai berikut:

a. Substansi dan Kompetensi Bidang Studi


Pembelajaran berbasis budaya lebih menekankan tercapainya pemahaman yang
terpadu (integrated understanding) daripada sekedar pemahaman mendalam (inert
understanding). Pemahaman terpadu membuat siswa mampu bertindak secara
mandiri dalam konteks komunitas budaya dan mendorong siswa untuk kreatif terus
mencari dan menemukan gagasan berdasarkan konsep dan prinsip ilmiah.

b. Kebermaknaan dan Proses Pembelajaran


Aktivitas dalam pembelajaran berbasis budaya tidak hanya dirancang untuk
mengaktifkan siswa tetapi dibuat untuk memfasilitasi terjadinya interaksi sosial dan
negosiasi makna sampai terjadi penciptaan makna.
c. Penilaian Hasil Belajar
Konsep penilaian hasil belajar dalam pembelajaran berbasis budaya adalah beragam
perwujudan (multiple representation). Misalnya: merancang suatu proyek dalam
kegiatan pembelajaran akan merangsang imajinasi dan kreativitas siswa (Weiner,
2003).

d. Peran Budaya
Budaya dalam berbagai perwujudannya secara instrumental dapat berfungsi sebagai
media pembelajaran dalam proses belajar. Dalam pembelajaran berbasis budaya,
peran budaya dalam memberikan suasana baru yang menarik untuk mempelajari
suatu bidang ilmu yang dipadukan secara interaksi aktif dalam proses pembelajaran.
Budaya menjadi sebuah metode bagi siswa untuk mentransformasikan hasil
observasi ke dalam bentuk dan prinsip yang kreatif tentang bidang-bidang ilmu.
Budaya dalam berbagai perwujudannya, secara instrumental dapat berfungsi
sebagai media pembelajaran dalam proses belajar.

DAFTAR RUJUKAN

I Ketut Tanu. 2016. Pembelajaran Berbasis Budaya dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan
di Sekolah. Jurnal Penjaminan Mutu, 2(01), 34¯¯ 43. Dari http://ojs.uhnsugriwa.
ac.id/index.php/JPM/article/view/1355/760.

Kompas. 2020. Kebudayaan Nasional: Definisi dan Bentuknya. (Online),


(https://www.kompas.com/skola/read/2020/12/15/175356169/kebudayaan-
nasional-definisi-dan-bentuknya?page=all), diakses pada 26 September 2022.

Laksana, D. N. L., dkk. 2021. Desain Pembelajaran Berbasis Budaya. Jawa Tengah: Nasya
Expanding Management. Dari https://books.google.co.id/books?hl=id&lr=&id=
kSwnEAAAQBAJ&oi=fnd&pg=PP1&dq=pembelajaran+berbasis+budaya&ots=u6
m7tGo6Pa&sig=XUmhq1s6nUp-K1oefQt7-dOtHZg&redir_esc=y#v=onepage&q=
pembelajaran%20berbasis%20budaya&f=false.

Lasmana, T. P., Permana, A. G., & Iqbal, M. (2021). Pengenalan Pakaian Adat Di Indonesia
Menggunakan Augmented Reality. eProceedings of Applied Science, 7(3).
(Online) https://openlibrarypublications.telkomuniversity.ac.id/index.php/
appliedscience/article/view/14913. diakses pada 27 September 2022.

Pratiwi, W. M., Nofita, D., Sabda, N., Purintya, I. S., Candra, L., & Srengenge, S. (2020).
Keajaiban alat musik nusantara. (Online) http://repositori.kemdikbud.go.id/id/
eprint/21315. diakses pada 27 September 2022.
Poerwaningtias, I., & Suwarto, N. K. (2017). Rumah Adat Nusantara. Badan
Pengembangan dan Pembinaan Bahasa. (Online)
https://badanbahasa.kemdikbud.go.id/
resource/doc/files/59._Isi_dan_Sampul_Rumah_Adat_Nusantara.pdf. diakses
pada 27 September 2022.

Susanto, Hadi. 2018. Pembelajaran Berbasis Budaya. (Online), (https://bagawanabiyasa.


wordpress.com/2018/01/12/pembelajaran-berbasis-budaya/), diakses pada 26
September 2022.

Tangkelembang, E. 2014. Eksplorasi Kearifan Lokal Bali. Warta 19(1). (Online),


(https://www.perpusnas.go.id/magazine-detail.php?lang=id&id=8353), diakses
26 September 2022.

Wikipedia. 2022. Budaya. (Online). (https://id.wikipedia.org/wiki/Budaya), diakses pada 26


September 2022

Anda mungkin juga menyukai