Anda di halaman 1dari 14

LANDASAN DAN ASAS

PENDIDIKAN SERTA
PENERAPANNYA

Pendidikan sebagai usaha sadar yang sistematik-sistematik


selalu bertolak dari sejumlah landasan serta mengindahkan
sejumlah asas-asas tertentu. Landasan dan asas tersebut sanagt
penting, karena Pendidikan merupakan pilar utama terhadap
pengembangan manusia dan masyarakat suatu bangsa tertentu.

A. LANDASAN PENDIDIKAN
Landasan Pendidikan adalah asumsi-asumsi yang menjadi
dasar pijakan atau titik tolak dalam rangka praktek
Pendidikan dan studi pendidikan.
Fungsi landasan Pendidikan adalah Pendidikan yang
diselenggarakan dengan suatu landasan yang kokoh, maka
prakteknya akan mantap, artinya jelas dan tepat tujuanny,
tepat pilihan isi kurikulumnya, efisiensi dan efektif cara-cara
Pendidikan yang dipilihnya.

B.LANDASAN PENDIDIKAN DI INDONESIA


Praktek pendidikan diupayakan pendidik dalam rangka
memfasilitasi peserta didik agar mampu mewujudkan diri
sesuai kodrat dan martabat kemanusiaanya. Semua tindakan
pendidik diarahka kepada tujuan agar peserta didik mampu
melaksanakan berbagai peranan sesuai sesuai dengan
statusnya, berdasarkan nilai-nilai dan norma-norma yang
diakui.
Pendidikan berfungsi untuk memanusiakan manusia,
bersifat normatif, dan karena itu harus dapat di pertanggung
jawabkan. Praktek pendidikan harus memiliki suatu landasan
yang kokoh, jelas dan tepat tujuannya, tepat isi
kurikulumnya, dan efisiensi serta efektif cara-cara
pelaksanaannya.
Landasan Pendidikan akan menjadi titk tolak dalam
menetapakan tujuan pendidikan , memilih isi Pendidikan,
memilih cara-cara Pendidikan.
Beberapa diantara landasan Pendidikan antara lain:

1. Landasan Filosofi
Landasan Filosofi adakah landasan yang
berdasarkan/bersifat filsafat (falsafah). Kata filsafat
(philosophy) berasal dari bahasa Yunani Philein berarti
mencintai, dan shopos atau sophis berart hikmah, bijaksana.
Filosofi atau Filsafat adalah cara berpikir yang sedalam
dalam yakni sampai akar tentang hakikat sesuatu. Teori dan
praktik dalam dunia Pendidikan mengalami perkembangan
seiring dengan semakin meningkatnya peradaban manusia.
Realitas dalam abad ke-20, Pendidikan seolah terjerembab
dalam ketersesatan Lembaga penyelenggara pendidikan yang
menggunakan pola pikir linear dan arogansi dalam
memetakan masa depan. Seiring gencarnya perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi, dunia Pendidikan pun
mengalami perkembangan yang pesat. Perkembangan dalam
dunia pendidikan terinspirasi melalui semakin meningkatnya
kesadaran eksistensial praktisi dan pemikir Pendidikan yakni
hakekat diri sebagai manusia.
Teori yang dianut dalam sebuah praktek Pendidikan sangat
penting, karena Pendidikan menyangkut pembentukan
generasi dan semestinya harus dapat di pertanggung
jawabkan. Pendidikan sebagai ilmu bersifat multidimensional
baik dari segi filsafat (epistemologis, aksiologis, dan ontologis)
maupun secara ilmiah.
Aliran filsafat yang dikenal sampai saat ini yaitu:
a. Aliran Esensialisme
Esensialismeberasal dari kata esensial yang berarti sifat-
sifat dasar atau dari kata esensi (pokok). Esensialisme
mempunyai pandangan bahwa pendidikan sebagai
pemelihara kebudayaan.
b. Aliran Parenialisme
Parenialisme adalah suatu proses pengembalian
pembelajaran pada masa lampau agar peserta didik dapat
menerapakan atau mengaplikasikan pembelajaran tersebut
pada masa sekarang, karena pembelajaran pada masa
lampau sangat ideal dibanding pembelajaran masa
sekarang.
c. Aliran Pragmatisme
Pragmatisme adalah aliran filsafat yang berpandangan
bahwa kriteria kebenaran sesuatu itu memiliki kegunaan
bagi kehidupan yang nyata, oleh sebab itu kebenaran
sifatnya mutlak dan kebenaran yang dipahami adalah
kebenaran yang bermamfaat.
d. Aliran Progresifisme
Aliran Progresifisme merupakan aliran Pendidikan yang
berhubungan dengan pengertian The Liberal Road Cultural
yaitu liberal bersifat fleksibel, toleran, dan bersifat terbuka.
Aliran Progresifisme berpengaruh dalam pembaruan
Pendidikan karena aliran ini selalu memandang bahwa
Pendidikan adalah proses perkembangan.
e. Aliran Rekontruksionisme
Rekontruksionisme adalah suatu aliran yang berupa
merombak kat susunan lama dan juga tata susunan hidup
kebudayaan yang mempunyai corak modern serta menjadi
kesepakatan antar manusia.
d. Aliran Behaviorisme
Aliran Behaviorisme merupakan pandangan yang
menganggap seorang pembelajar pada dasarnya pasif,
namun merespon stimulus dari linkungan. Aliran ini
berfokus pada membimbing pelajar mencapai hasil
pembelajaran yang telah di tetapkan sebelumnya.

2. Landasan Sosiologi
Perhatian sosiologi pada kegiatan Pendidikan semakin
intensif. Dengan meningkatkan perhatian sosiologi pada
kegiatan pendidikan tersebt, maka lahirlah cabang sosiologi
pendidikan. Masyarakat indonesia adalah sebagai landasan
sosiologis dalam pendidikan. Masyarakat adalah sekelompok
orang yang berinteraksi antar sesama, adanya saling
tergantung dan terikat oleh norma dan nilai yang dipatuhi
bersama, menempati suatu wilayah dan saling bersosialisasi.
Masyarakat sebagai suatu kesatuan hidup memiliki ciri
utama, yaitu:
1. Ada interaksi antar bangsa
2. Pola tingkah laku warganya diatur oleh adat istiadat,
norma-norma hukum dan aturan-aturan yang khas.
3. Ada rasa identitas kuat yang mengikat pada warganya.
Masyarakat indonesia adalah masyarakat majemuk,
dan telah banyak mengalami perubahan,
komunitasnya memiliki karakteristik unik baik secara
horizontal maupun vertikal. Melalui berbagai jalur
pendidikan termasuk jalur pendidikan sekolah atau
formal, diupayakan untuk menumbuhkan persatuan
dan kesatuan bangsa seperti pendidikan moral
pancasila atau PPKN dan sebagainya.Sosiologi
pendidikan merupakan analisis ilmiah tentang proses
sosial dan pola-pola interaksi sosial di dalam sistem
pendidikan.Contoh penerapan:
1) Diadakannya kegiatan gotong royong
membersihkan lingkungan sekolah.
2) Pelaksanaan piket kelas dalam bentuk kelompok yang
juga mengajarkan gotong royong dan kerjasama kepada
siswa.

3. Landasan Kultural
Pendidikan tidak mungkin terpisah dari manusia, ia
selalu terkait dengan manusia, dan setiap manusia
menjadi anggota masyarakat dan pendukung budaya
tertentu. Kebudayaan sebagai gagsan dan karya manusia
beserta hasil budi dan karya itu selalu terkait dengan
pendidikan utamanya belajar.
Kebudayaan dalam arti luas dapat terwujud:
1. Ideal, seperti ide, gagasan, nilai dan sebagainya
2. Kelakuan berpola dari manusia dalam masyarakat
3. Fisik, yakni benda hasil karya (Koentjraningrat, 1975)
Kebudayaan nasional sebagai landasan pendidikan
nasional adalah bahwa masyarakat indonesia sebagai
pendudkung kebudayaan masyarakat mejemuk, maka
kebudayaan indonesia lebih tepat disebut dengan
kebudayaan nusantara yang beragam. Keragaman sosial
budaya tersebut terwujud dalam keragaman adat istiadat,
tata cara, dan tata krama pergaulan, kesenian, bahasa,
dan sastra daerah di suatu daerah tertentu sejak sebelum
dan sesudah kemerdekaan.
Landasan kultural mengandung makna norma dasar
pendidikan yang bersumber dari norma kehidupan
berbudaya yang dianut oleh suatu bangsa. Bangsa
Indonesia mendasarkan pandangan hidupnya dalam
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara pada suatu asas
kultural yang dimiliki dan melekat pada bangsa itu
sendiri
Contoh penerapan : Pembelajaran Pendidikan Pancasila.

4. Landasan Psikologi
Psikologi telah menyediakan sejumlah informasi tentang
pribadi manusia pada umumnya.Serta gejala-gejala yang
berkaitan dengan aspek pribadi.Setiap individu memiliki
bakat, kemampuan, minat, kekuatan, demikian pula
tempo dan irama perkembangan yang berbeda antara
seorang dengan yang lainnya.
Secara umum manusia membutuhkan berbagai macam
kebutuhan, yaitu:
1. Kebutuhan Psikologi
2. Kebutuhan rasa aman
3. Kebutuhan akancinta dan pengakuan
4. Kebutuhan harga diri
5. Kebutuhan untuk aktualisasi diri
6. Kebutuhan untuk mengetahui dan memahami
Landasan Psikologi dalam penerapan landasan
pendidikan sangatlah penting. Dengan mengetahui
psikologis pendidikan ( psikologi perkembangan, psikologi
belajar, dan psikologi sosial ) maka pemberian porsi
materi serta pendekatan yang digunakan dalam kegiatan
kependidikan akan pas sesuai dengan tingkat
perkembangannya.
Contoh penerapan :
a. Adanya guru bimbingan konseling untuk
menyelesaikan masalah siswa.
b. Kebijakan untuk mengumumkan juara di sekolah
setelah ujian kenaikan kelas, sebagai penghargaan
kepada siswa berprestasi dan juga motivasi untuk
siswa lainnya.
c. Pemberian beasiswa kepada siswa yang memiliki
prestasi tinggi.

5. Landasan Ilmiah dan Teknologis / IPTEK


Teknologi pendidikan merupakan cabang ilmu yang
memiliki obyek forma
“belajar” manusia baik secara pribadi maupun secara
kelompok yang memiliki pola pendekatan diantaranya
sebagai berikut:
1. Isomeristik:
yaitu pendekatan yang menggabungkan berbagai
unsure yang saling berkaitan dan membentuk satu
kesatuan yang lebih bermakna.
2. Sistematik:
yaitu dilakukan secara teratur dan menggunakan pola
tertentu dan runtut.
3. Sistematik:
Dilakukan secara menyeluruh, holistic atau
komprehensif.

6. Landasan Yuridis / Hukum Pendidikan di


Indonesia
Landasan yuridis pendidikan Indonesia adalah
seperangkat konsep peraturan perundang-undangan yang
menjadi titik tolak system pendidikan Indonesia, yang
menurut Undang-Undang Dasar 1945 meliputi, Undang-
Undang Dasar Republik Indonesia, Ketetapan MPR,
Undang-Undang Peraturan Pemerintah pengganti
undang-undang, peraturan pemerintah, Keputusan
Presiden, peraturan pelaksanaan lainnya, seperti
peraturan Menteri, Instruksi Menteri, dan lain-lain.
Kata landasan dalam hukum berarti melandasi atau
mendasari atau titik tolak. Sementara itu kata hukum
dapat dipandang sebagai aturan baku yang patut ditaati.
Landasan hukum pendidikan dapat diartikan peraturan
baku sebagai tempat berpijak atau titik tolak dalam
melaksanakan kegiatan-kegiatan pendidikan.
Beberapa peraturan perundang-undangan yang
mengatur pendidikan antara lain :
1. Undang-Undang Dasar 1945 terutama pasal 31
2. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang
Otonomi Daerah
3. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional
4. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru
dan Dosen
5. PP Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan
6. PP Nomor 48 tahun 2008 tentang Pendanaan
Pendidikan
7. PP Nomor 74 tahun 2008 tentang Guru
8. Permendiknas Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar
Isi Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah.
9. Permendiknas Nomor 23 Tahun 2006 tentang Standar
Kompetensi Lulusan Satuan Pendidikan Dasar dan
Menengah.
10.Permendiknas Nomor 24 Tahun 2006 tentang
Pelaksanaaan Permendiknas Nomor 22 dan 23 Tahun
2006.
11.Permendiknas Nomor 6 Tahun 2007 tentang
Perubahan Permendiknas Nomor 24 Tahun 2006 tentang
Pelaksanaan Permendiknas Nomor 22 dan 23 Tahun 2006.
12. Kepmendiknas Nomor 044/U/2002 tentang Dewan
Pendidikan dan Komite Sekolah.
Berikut ini beberapa sumber UU Negara Indonesia yang
dijadikan yuridis penyelenggaraan pendidikan di
Indonesia :
1. UU RI No.20 tahun 2003 sisdiknas :”setiap warga
Negara yang berusia 7 sampai dengan 15 tahun wajib
mengikuti pendidikan dasar” (pasal 6).
2. “setiap warga Negara yang berusia 6 tahun dapat
mengikuti program wajib belajar” (pasal 34) menjadi
dasar penerimaan siswa baru di SD.
Contoh penerapan :
a) Pelaksanaan Ujian Akhir Nasional dengan standar
nilai.
b) Keputusan kenaikan kelas dilakukan satu tahun sekali.

C.Asas-asas Pendidikan
Asas-asas pendidikan merupakan suatu kebenaran
menjadi dasar atau tumpuan berpikir, baik pada tahap
perancangan maupun pelaksanaan pendidikan.
Salah satu dasar utama pendidikan adalah bahwa manusia
itu dapat dididik dan dapat mendidik diri sendiri. Khusus
untuk pendidikan di Indonesia, terdapat tiga asas yang
memberi arah dalam merancang dan melaksanakan
pendidikan itu.
Asas-asas tersebut bersumber baik dari kecenderungan
umum pendidikan di dunia maupun yang bersumber dari
pemikiran dan pengalaman sepanjang sejarah upaya
pendidikan di Indonesia.

Macam-macam asas Pendidikan:

a. Asas Tut Wuri Handayani


Asas Tutwuri Handayani yang merupakan asas
pendidikan Indonesia hingga saat ini bersumber dari
asas Taman Siswa. Asas ini dikumandangkan oleh Ki
Hajar Dewantara.
Bermakna bahwa setiap orang berhak mengatur
dirinya sendiri dengan berpedoman kepada tata tertib
kehidupan yang umum. Dalam kegiatan pendidikan,
peserta didik diberi kesempatan untuk mencari,
mempelajari, memecahkan masalah sendiri tanpa selalu
harus dicampuri, diperintah dan dipaksa.

b. Asas Belajar Sepanjang Hayat


Asas belajar sepanjang hayat merupakan sudut
pandang dari sisi lain terhadap pendidikan seumur
hidup.

c. Asas Belajar Sepanjang Hayat


Dalam kegiatan belajar mengajar, sedini mungkin
dikembangkan kemandirian dalam belajar itu dengan
menghindari campur tangan guru, namun guru selalu
suiap untuk ulur tangan bila diperlukan. Perwujudan
asas kemandirian dalam belajar akan menempatkan
guru dalamperan utama sebagai fasilitator dan
motifator.
D.PENERAPAN ASAS-ASAS PENDIDIKAN
Dalam kaitan penerapan asas Tut wuri Handayani, dapat
dikemukakan beberapa keadaan yang ditemui, yakni:
a. Keadaan yang Ditemui
Dalam kaitan penerapan asas Tut Wuri Handayani, dapat
dikemukakan beberapa keadaan yang ditemui, yakni :
1. Peserta didik mendapat kebebasan untuk memilih
pendidikan dan keterampilan yang diminatinya di semua
jenis, jalur, dan jenjang pendidikan yang disediakan oleh
pemerintah sesuai peran dan profesinya dalam masyarakat.
2. Peserta didik mendapat kebebasan untuk memilih
pendidikan kejuruan yang diminatinya agar dapat
mempersiapkan diri untuk memasuki lapangan kerja
bidang tertentu yang diinginkannya.Peserta didik yang
memiliki kelainan (cacat fisik atau mental) memperoleh
kesempatan untuk memilih pendidikan dan keterampilan
sesuai dengan cacat yang disandang agar dapat tumbuh
menjadi manusia yang mandiri.
3. Peserta didik di daerah terpencil mendapat kesempatan
untuk memperoleh pendidikan dan keterampilan agar
dapat berkembang menjadi manusia yang memiliki
kemampuan dasar yang memadai sebagai manusia yang
mandiri, yang beragam dari potensi dibawah normal
sampai jauh diatas normal (Qym, 2009, dalam Jurnal Ilmu
Pendidikan).

b. Permasalahan yang Dihadapi


Dalam hal penerapan asas-asas pendidikan dalam kegiatan
pembelajaran terdapat beberapa masalah yang perlu mendapat
perhatian, yakni:
1 . Masalah pendekatan komunikasi oleh guru
Dewasa ini, masih terdapat kecenderungan bahwa peserta
didik terikat oleh penggunaan komunikasi satu arah dalam
kegiatan pembelajaran dengan mengandalkan metode ceramah.
Dalam komunikasi demikian, pendidik menempatkan dirinya
dalam kedudukan yang lebih tinggi dari peserta didik. Bahkan,
tidak jarang peserta didik dijadikan objek komunikasi oleh
seorang guru. Akibatnya, arus komunikasi cenderung satu arah
dan rendahnya umpan balik dari peserta didik.

2. Masalah peranan pendidik


Sejalan dengan pendekatan komunikasi satu arah yang
cenderung digunakan pendidik, pendidik sering menempatkan
dirinya sebagai orang yang paling dominan. Tidak jarang
seorang pendidik, apakah itu orang tua, guru, atau dosen
menempatkan dirinya sebagai orang yang paling dan serba tahu
dalam segala hal pada waktu kegiatan belajar berlangsung.
Padahal dalam era komunikasi canggih ini, sumber informasi
datangnya membanjir dari segala arah, tidak hanya dari sekolah
atau sejenisnya, tetapi juga bisa dari media massa seperti televisi,
radio, koran, dan bahkan dari internet.

3.Masalah tujuan belajar


Learning to know dan learning to do belum cukup untuk dijadikan
tujuan belajar. Oleh karena kemajuan teknologi terutama
kemajuan transpotasi dan komunikasi membuat dunia semakin
“sempit”, sehingga intensitas interaksi antar manusia semakin
tinggi tanpa dibatasi oleh perbedaan suku, agama, ras, dan asal-
usul. Oleh karena itu, tujuan belajar perlu diperluas dengan
learning to life together dan learnign to be, sehingga dengan
demikian apa yang dipelajari hari ini dapat dijadikan sebagai
dasar untuk belajar lebih lanjut dalam rangka menyesuaikan diri
dengan perubahan lapangan kerja dan bahkan perubahan dalam
berbagai aspek kehidupan (Tim Pembina MK Pengantar
Pendidikan, 2008, dalam Bahan Ajar Pengantar Pendidikan.
c. Pengembangan Penerapan Asas-asas Pendidikan
Sehubungan dengan permasalahan yang dihadapi dalam
penerapan asas-asas pendidikan, maka perlu diadakannya upaya
pengembangan penerapan asas-asas pendidikan dengan tujuan
untuk membantu mengatasi permasalahan yang telah dijelaskan
sebelumnya.

• Mengembangkan komunikasi dua arah


Seorang guru harus mengembangkan komunikasi dua arah untuk
meningkatkan umpan balik dari siswa. Siswa tidak hanya
mendengarkan namun juga memberikan respon dalam setiap
permasalahan yang diberikan seorang pendidik.
• Menggeser peranan pendidik menjadi fasilitator, informator,
motivator, dan organisator
Fasilitator sebagai penyedia layanan misalnya memberikan kasus
yang harus dipecahkan atau didiskusikan. Informator sebagai
pemberi informasi terkini yang berkaitan dengan tujuan
pembelajaran.
• Mengembangkan tujuan belajar menjadi learning to know,
learning to do, learning to life together, dan learning to be.
Berbagai upaya pengembangan dalam penerapan asas-asas
pendidikan yang dilakukan oleh pemerintah, antara lain:
1. Pembinaan guru dan tenaga pendidikan di semua jalur, jenis,
dan jenjang pendidikan yang menyelenggarakan pendidikan.
2. Pengembangan sarana dan prasarana sesuai dengan
perkembangan ilmu dan teknologi.
3. Pengembangan kurikulum dan isi pendidikan sesuai dengan
perkembangan ilmu dan teknologi serta pengembangan nilai-nilai
budaya bangsa.
4. Pengembangan buku ajar sesuai dengan tuntutan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta
perkembangan budaya bangsa (Qym, 2009).

Anda mungkin juga menyukai