Anda di halaman 1dari 8

FILSAFAT PENDIDIKAN ESENSIALISME

MARSEL MAATITA
18 402 106

Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Bahasa dan Seni
Universitas Negeri Manado
Marselmaatita3@gmail.com

Abstrak: Esensialisme adalah pendidikan yang didasarkan kepada nilai-nilai kebudayaan. Esensialisme
memandang bahwa pendidikan harus berpijak pada nilai-nilai yang memiliki kejelasan. Pandangan
Esensialisme mengenai belajar Idealisme sebagai filsafat hidup, memulai tinjauannya mengenai pribadi
individu. Terdapat beberapa pandangan dan sikap terhadap aliran Esensialisme, diantaranya : Ontologi,
Epistimoli dan Axiologi.

Kata Kunci: Esensialisme, Pendidikan, Filsafat, Idealisme, Ontologi, Epistimoli dan Axiologi.

Abstarct: Essentialism is education based on cultural values. Essentialism considers that education must
be based on values that have clarity. The view of Essentialism about learning Idealism as a philosophy of
life begins its review of the individual person. There are several views and attitudes towards the
Essential flow, including: Ontology, Epistemology, Axiology.

Keywords: Essentialism, Education, Philosophy, Idealism, Ontology, Epistemology and Axiology.

PENDAHULUAN

Gagasan dan pelaksanaan pendidikan selalu dinamis sesuai dengan dinamika manusia dan
masyarakat. Pendidikan selalu mengalami perkembangan seiring dengan perkembangan sosial-budaya
dan perkembangan iptek. Pemikiran-pemikiran aliran pendidikan berlangsung seperti suatu diskusi
berkepanjangan yakni pemikiran-pemikiran terdahulu yang selalu ditanggapi dengan pro dan kontra oleh
pemikir berikutnya, karena dialog tersebut akan melahirkan pemikiran-pemikiran baru. Agar diskusi dapat
diikuti dan dipahami maka ada berbagai aspek yang harus dipahami terlebih dahulu, karena setiap calon
tenaga pendidik harus memahami aliran-aliran pendidikan agar dapat menangkap makna setiap gerak
dinamika pemikiran-pemikiran dalam pendidikan itu.
PEMBAHASAN

A. FILSAFAT PENDIDIKAN ESENSIALISME

Esensialisme adalah pendidikan yang didasarkan kepada nilai-nilai kebudayaan yang telah ada
sejak awal peradaban umat manusia, yang muncul pada zaman renaissance dengan ciri-ciri utama yang
berbeda dengan progresifisme. Perbedaannya yang utama adalah memberikan dasar berpijak pada
pendidikan yang penuh fleksibilitas, dimana serta terbuka untuk perubahan, toleran, dan tidak ada
keterkaitan denga doktrin tertentu. Esensialisme memandang bahwa pendidikan harus berpijak pada nilai-
nilai yang memiliki kejelasan dan tahan lama yang memberikan kestabilan dan nilai-nilai terpilih yang
mempunya tata yang jelas. Idealisme dan realisme sebagai pendukung Esensialisme, akan tetapi tidak
lebur menjadi satu dan tidak melepaskan sifatnya yang utama pada dirinya masing-masing.

1. Pandangan dan penerapannya dibidang Pendidikan

1.1 Pandangan Essensialisme Mengenai Belajar.

Idealisme, sebagai filsafat hidup, memulai tinjauannya mengenai pribadi individu dengan menitik
beratkan pada aku. Menurut idealisme, bila seorang itu belajar pada taraf permulaan adalah
memahami akunya sendiri, terus bergerak keluar untuk memahami dunia obyektif. Dari mikrokosmos
menuju ke makrokosmos. Segala pengetahuan yang dicapai oleh manusia melalui indera merperlukan
unsur apriori, yang tidak didahului oleh pengalaman lebih dahulu. Bila orang berhadapan dengan
benda-benda, tidak berarti bahwa mereka itu sudah mempunyai bentuk, ruang dan ikatan waktu.
Bentuk, ruang dan waktu sudah ada pada budi manusia sebelum ada pengalaman atau pengamatan.
Jadi, apriori yang terarah bukanlah budi kepada benda, tetapi benda-benda itu yang terarah kepada
budi. Budi membentuk, mengatur dalam ruang dan waktu.

Dengan mengambil landasan pikir tersebut, belajar dapat didefinisikan sebagai jiwa yang
berkembang pada sendirinya sebagai substansi spiritual. Jiwa membina dan menciptakan diri sendiri.
Pandangan-pandangan realisme mencerminkan adanya dua jenis determinasi mutlak dan determinasi
terbatas:

1. Determinisme mutlak, menunjukkan bahwa belajar adalah mengalami hal-hal yang tidak dapat
dihalang-halangi adanya, jadi harus ada, yang bersama-sama membentuk dunia ini. Pengenalan
ini perlu diikuti oleh penyesuaian supaya dapat tercipta suasana hidup yang harmonis.

2. Determinisme terbatas, memberikan gambaran kurangnya sifat pasif mengenai belajar. Bahwa
meskipun pengenalan terhadap hal-hal yang kausatif di dunia ini berarti tidak dimungkinkan
adanya penguasaan terhadap mereka, namun kemampuan akan pengawas yang diperlukan.

Pada prinsipnya, proses belajar menurut Essensialisme adalah melatih daya jiwa potensial yang
sudah ada dan proses belajar sebagai proses absorbtion (menyerap) apa yang berasal dari luar. Yaitu
warisan-warisan sosial yang disusun dalam kurikulum tradisional, dan guru berfungsi sebagai
perantara.

1.2. Pandangan Essensialisme Mengenai Kurikulum

Beberapa tokoh idealisme memandang bahwa kurikulum itu hendaklah berpangkal pada landasan
idiil dan organisasi yang kuat. Kurikulum itu bersendikan alas fundamen tunggal, yaitu watak
manusia yang ideal dan ciri-ciri masyarakat yang ideal. Kegiatan dalam pendidikan perlu disesuaikan
dan ditujukan kepada yang serba baik. Atas ketentuan ini kegiatan atau keaktifan anak didik tidak
terkekang, asalkan sejalan dengan fundamen-fundamen yang telah ditentukan.

Menurut Essensialisme: “Kurikulum yang kaya, yang berurutan dan sistematis yang didasarkan
pada target yang tidak dapat dikurangi sebagai suatu kesatuan pengetahuan, kecakapan- kacakapan
dan sikap yang berlaku di dalam kebudayaaan yang demokratis. Kurikulum dibuat memang
sudah didasarkan pada urgensi yang ada di dalam kebudayaan tempat hidup si anak”.

1.3. Peranan Sekolah menurut Essensialisme

Sekolah berfungsi sebagai pendidik warganegara supaya hidup sesuai dengan prinsip-prinsip dan
lembaga-lembaga sosial yang ada di dalam masyarakatnya serta membina kembali tipe dan
mengoperkan kebudayaan, warisan sosial, dan membina kemampuan penyesuaian diri individu
kepada masyarakatnya dengan menanamkan pengertian tentang fakta-fakta, kecakapan-kecakapan
dan ilmu pengetahuan.

1.4. Penilaian Kebudayaan menurut Essensialisme

Essensialisme sebagai teori pendidikan dan kebudayaan melihat kenyataan bahwa lembaga-
lembaga dan praktik-praktik kebudayaan modern telah gagal dalam banyak hal untuk memenuhi
harapan zaman modern. Maka untuk menyelamatkan manusia dan kebudayaannya, harus diusahakan
melalui pendidikan.

1.5 Teori Pendidikan

a. Tujuan Pendidikan

Tujuan pendidikan adalah menyampaikan warisan budaya dan sejarah melalui suatu inti
pengetahuan yang telah terhimpun, yang telah bertahan sepanjang waktu dan dengan demikian adalah
berharga untuk diketahui oleh semua orang. Pengetahuan ini diikuti oleh keterampilan. Keterampilan-
keterampilan, sikap-sikap, dan nilai-nilai yang tepat, membentuk unsur-unsur yang inti (esensial) dari
sebuah pendidikan. Pendidikan bertujuan untuk mencapai standar akademik yang tinggi,
pengembangan intelek atau kecerdasan.
b. Metode Pendidikan

1) Pendidikan berpusat pada guru (teacher centered).

2) Umumnya diyakini bahwa pelajar tidak betul-betul mengetahui apa yang diinginkan, dan mereka
haru dipaksa belajar. Oleh karena itu pedagogi yang bersifat lemah-lembut harus dijauhi, dan
memusatkan diri pada penggunaan metode-metode tradisional yang tepat.

3) Metode utama adalah latihan mental, misalnya melalui diskusi dan pemberian tugas; dan
penguasan pengetahuan, misalnya melalui penyampaian informasi dan membaca.

c. Kurikulum

1) Kurikulum berpusat pada mata pelajaran yang mencakup mata-mata pelajaran akademik yang
pokok.

2) Kurikulum Sekolah Dasar ditekankan pada pengembangan keterampilan dasar dalam membaca,
menulis, dan matematika.

3) Kurikulum Sekolah Menengah menekankan pada perluasan dalam mata pelajaran matematika,
ilmu kealaman, humaniora, serta bahasa dan sastra. Penguasaan terhadap mata-mata pelajaran
tersebut dipandang sebagai suatu dasar utama bagi pendidikan umum yang diperlukan untuk
dapat hidup sempurna. Studi yang ketat tentang disiplin tersebut akan dapat mengembangkan
kesadaran pelajar, dan pada saat yang sama membuat mereka menyadari dunia fisik yang
mengitari mereka. Penguasaan fakta dan konsep-konsep pokok dan disiplin-disiplin yang inti
adalah wajib.

d. Pelajar

Siswa adalah makhluk rasional dalam kekuasaan fakta dan keterampilan-keterampilan pokok
yang siap melakukan latihan-latihan intelektif atau berpikir. Sekolah bertanggungjawab atas
pemberian pelajaran yang logis atau dapat dipercaya. Sekolah berkuasa untuk menuntut hasil belajar
siswa.

e. Pengajar

1) Peranan guru kuat dalam mempengaruhi dan mengawasi kegiatan-kegiatan di kelas.

2) Guru berperanan sebagai sebuah contoh dalam pengawalan nilai-nilai dan penguasaan
pengetahuan atau gagasan-gagasan.
2. Pandangan dan Sikap Tentang Aliran Esensialisme

2.1 Pandangan secara Ontologi

Sifat yang menonjol dari Ontology Esensialisme adalah suatu konsep bahwa dunia ini dikusai
oleh tata yang tiada cela, yang mengatur isinya dengan tiada ada pula. Tujuan umum aliran ini adalah
membentuk pribadi bahagia di dunia dan di akhirat yang isi pendidikannya mencakup ilmu pengetahuan,
kesenian dan segala hal yang mampu menggerakkan kehendak manusia.

2.2 Pandangan secara Epistimologi

Teori kepribadian manusia sebagai refleksi Tuhan adalah jalan untuk mengerti Epistimologi
Esensialisme. Sebab jika manusia mampu menyadari realita sebagai mikrokosmos dan makrokosmos,
maka manusia pasti mengetahui dalam tingkat atau kualitas apa rasionya mampu memikirkan
kesemestinya.

2.3 Pandangan secara Axiologi

Pandangan Ontologi dan Epistimologi sangat mempengaruhi pandangan axiologi. Bagi aliran ini,
nilai-nilai berasal, tergantung pada pandangan-pandangan idealisme dan realisme sebab esensialisme
terbina oleh kedua syarat tersebut.

3. Teori nilai menurut idealisme

Penganut idealisme berpegang bahwa hukum-hukum etika adalah hukum kosmos, karena itu
seseorang dikatakan baik jika banyak interaktif berada di dalam dan melaksanakan hukum-hukum itu.
Menurut idealisme bahwa sikap, tingkah laku dan ekspresi perasaan juga mempunyai hubungan dengan
kualitas baik dan buruk

4. Teori nilai menurut realisme

Prinsip sederhana realisme tentang etika adalah melalui asas ontologi bahwa sumber semua pengetahuan
manusia terletak pada keteraturan lingkungan hidupnya. Esensialisme menerapkan prinsip idealisme dan
realisme secara eklektis, filsafat ini berpendapat bahwa alam semesta dan isinya diatur oleh hukum yang
mencakup semuanya sehingga tugas manusia hanya memahami agar bisa menghargai dan menyesuaikan
diri dengan tatanan tersebut.

B. CIRI-CIRI ALIRAN ESENSIALISME

Menurut William C. Bagley ciri-ciri filsafat pendidikan Esensialisme adalah sebagai berikut :
Minat-minat yang kuat dan tahan lama sering timbul dari upaya-upaya belajar awal yang memikkat atau
menarik perhatian bukan karena dorongan dari dalam diri siswa. Pengawasan, pengarahan, dan bimbingan
orang dewasa melekat dalam masa balita yang panjang atau ketergantungan yang khusus pada spesies
mansia. Oleh karena kamampuan untunk kedisiplinan diri harus menjad tujuan pendidikan. Esensialisme
menawarkan sebuah teori yang kokoh dan kuat tentang pedidikan, sedangkan sekolah-sekolah pesaingnya
memberikan sebuah teri lemah.

C. PRINSIP-PRINSIP PENDIDIKAN ALIRAN ESENSIALISME

Belajar pada dasarnya melibatkan kerja keras dan dapat menimbulkan keseganan dan
menekankan pentingnya prinsip disiplin. Inisiatif dalam pendidikan harus ditekankan pada pendidik
bukan pada anak didik. Inti dari proses pendidikan adalah asimilasi dari subjek materi yang telah
ditentukan. Sekolah harus mempertahankan metode-metode tradisional yang bertautan dengan disiplin
mental. Tujuan akhir pendidikan adalah untuk meningkatkan kesejahteraan umum, karena dianggap
tuntunan demokrasi yang nyata.

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Aliran Esensialisme merupakan aliran yang ingin kembali kepada kebudayaan-kebudayaan lama.
Dasar dari aliran Esensialisme ini adalah pandangan humanisme yang merupakan reaksi terhadap hidup
yang mengarah pada keduniawian yang ilmiah dan materialistik.tujuan dari pada pendidikan yang hendak
dicapai oleh para ahli adalah untuk mewujudkan agar anak didik dapat hidup bahagia demi kebaikan
hidupnya sendiri. Tujuan umum alitran Esensialisme adalah membentuk pribadi bahagia dumia dan
akhirat, dan isi penndidikannya mencakup ilmu pengetahuan, kesenian, dan segala hal yang mengrah
pada kehendak manusia.

B. SARAN

Di zaman kehidupan modern ini banyak menimbulkan krisis diberbagai bidang kehidupan
manusia,terutama dalam bidang pendidikan. Untuk itu kita harus memajukan sistem pendidikan, karena
pendidikan merupakan suatu modal penerapan dalam pengembangan ilmu bermanfaat dalam kehidupan
sehari-hari baik formal maupun informal,yang berperan aktif menjadikan mutu pendidikan lebih maju.
DAFTAR PUSTAKA

http://fadliyanur.blogspot.com/2008/05/aliran-esensialisme

http://khaerulhuda.wordpress.com/2012/02/07/aliran-esensialisme

http://anan-nur.blogspot.com/2012/03/filsafat-pendidikan-essensialisme.html?m=1

Anda mungkin juga menyukai