Anda di halaman 1dari 8

TUGAS UJIAN TENGAH SEMESTER

MATA KULIAH FILSAFAT PENDIDIKAN DAN PEMBELAJARAN


PRODI MEGISTER DIKDAS TH 2022

Disusun Oleh : ANDRI WICAKSONO


NIM : Q200220010
Jurusan : MEGISTER DIKDAS

1. Idealisme menurut Plato


Idealisme berasal dari bahasa latin idea, yaitu gagasan atau ide. Sesuai asal
katanya menekankan gagasan, ide, isi pikiran, dan buah mental. Aliran idealisme
merupakan suatu aliran ilmu filsafat yang mengagungkan jiwa. Menurutnya, cita adalah
gambaran asli yang semata-mata bersifat rohani dan jiwa terletak di antara gambaran asli
(cita) dengan bayangan dunia yang ditangkap oleh panca indera. Pertemuan antara jiwa
dan cita melahirkan suatu angan-angan yaitu dunia ide. Aliran ini memandang serta
menganggap bahwa yang nyata hanyalah ide. Dunia ide inilah yang dianggap oleh Plato
sebagai realitas asli dari seluruh benda. Jadi, idealisme merupakan aliran yang
berpandangan bahwa ide, gagasan, atau jiwa adalah hal yang paling tinggi kedudukannya.
Menurut Plato dalam kehidupan Ide bertugas sebagai pemimpin bagi budi
pekerti manusia untuk menjadi contoh bagi setiap pengalaman kehidupan. Siapapun yang
telah menguasai ide maka, ia akan dapat dengan mudah menentukan jalan yang pasti
sehingga, akan dapat dijadikan alat ukur untuk mengukur, mengklasifikasikan dan menilai
segala sesuatu yang ia lakukan di kehidupan sehari-hari. Idealisme berpendapat bahwa
manusia menganggap roh atau sukma lebih berharga dan lebih tinggi dari pada materi
bagi kehidupan manusia. Roh pada dasarnya dianggap sebagai suatu hakikat yang
sebenarnya, sehingga benda atau materi disebut sebagai penjelmaan dari roh atau
sukma. Demikian pula terhadap alam adalah ekspresi dari jiwa. Mengenai kebenaran
tertinggi, dengan doktrin yang dikenal dengan istilah ide, Plato mengemukakan bahwa
dunia ini tetap dan jenisnya satu, sedangkan ide tertinggi adalah kebaikan.
Idealisme juga memiliki tujuan pendidikan yaitu merubah pribadi untuk menuju
Tuhan, bersikap benar dan lebih baik. Pengajaran tidak sepenuhnya berpusat dari anak,
atau materi pelajaran, juga bukan masyarakat, melainkan berpusat pada idealisme. Maka,
tujuan pendidikan menurut paham idealisme terbagai atas tiga hal, tujuan untuk
individual, tujuan untuk masyarakat, dan campuran antara keduanya. Menurut Plato
tujuan pendidikan adalah untuk menemukan kemampuan-kemampuan ilmiah setiap
individu dan melatihnya sehingga menjadi seorang warga negara yang baik, masyarakat
dan harmonis, yang melaksankan tugas-tugasnya secara efisien sebagai seseorang dalam
anggota masyarakat.
Tidak cukup mengajarkan siswa tentang bagaimana berfikir, tapi sangat penting
bahwa apa yang siswa pikirkan menjadi kenyataan dalam perbuatan. Metode mangajar
hendaknya mendorong siswa untuk memperluas cakrawala, mendorong berpikir reflektif,
mendorong pilihan-pilihan moral pribadi, memberikan keterampilan-keterampilan
berfikir logis, memberikan kesempatan menggunakan pengetahuan untuk masalah-
masalah moral dan sosial, meningkatkan minat terhadap isi mata pelajaran, dan
mendorong siswa untuk menerima nilai-nilai peradaban manusia. Di dalam pembelajaran
peserta didik bebas untuk mengembangkan kepribadian, bakat dan kemampuan
dasarnya. Pendidik bertanggung jawab dalam menciptakan lingkungan pendidikan
melalui kerja sama dengan alam.
Disini guru adalah panutan bagi peserta didik yang harus berkompeten dalam
suatu ilmu pengetahuan lebih dari peserta didiknya, menguasai teknik mengajar dengan
baik, menjadi pribadi terbaik, sehingga disegani oleh peserta didik, menjadi pribadi yang
mampu membangkitkan motivasi belajar peserta didik dan harus rajin beribadah,
sehingga menjadi insan kamil yang bisa menjadi teladan peserta didik. Menurut plato
metode terbaik untuk belajar adalah dialektika. Pada dasarnya, plato percaya bahwa kita
dapat mengembangkan ide-ide kita dengan cara mencapai sintesis dan konsep-konsep
universal, dimana metode dialektika mencoba untuk mengintegrasikan berbagai proses
belajar ke pada proses belajar yang mengandung makna (meaningful),
Aliran idealisme, dapat diterapkan pada Pendidikan Luar Sekolah (PLS) seperti
lembaga kursus yang ada di indonesia. Metode pendidikan dalam program PLS disusun
menggunakan metode pendidikan dialektis.  Tujuan program PLS pertama-tama harus
difokuskan pada pembentukan karakter atau kepribadian peserta didik. Pada tahap
selanjutnya program pendidikan tertuju kepada pengembangan bakat dan kebaikan
sosial.

2. Filsafat Esensial menurut William C


Secara etimologi, esensialisme berasal dari bahasa inggris, yakni essential (inti
atau pokok dari sesuatu), dan isme berarti aliran, mazhab atau paham, Dengan demikian,
essensialisme dapat diartikan paham/aliran yang memiliki karakteristik mendasar, yang
perlu, mengenai hakikatnya sebagai manusia. Bahwa yang dimaksud dengan sifat
mendasar manusia adalah fitrah manusia itu sendiri.Aliran ini memihak dan menghargai
nilai-nilai kemanusiaan. Esensialisme percaya bahwa pendidikan harus didasarkan kepada
nilai-nilai kebudayaan yang telah ada sejak zaman awal peradaban umat manusia.
Kebudayaan yang mereka wariskan kepada kita hingga sekarang, telah teruji olehzaman,
kondisi dan sejarah kebudayaan.
Dalam ajaran Esensialisme menurut William C, menginginkan manusia kembali
kepada kebudayaan-kebudayaan lama yang telah terbukti kebaikan-kebaikannya dalam
kehidupan manusia. Dimana nilai tingkah laku manusia diatur oleh hukum alam, dan pada
taraf yang lebih rendah diatur melalui konvensi atau kebiasaan, adat istiadat di dalam
masyarakat. Esensialisme percaya bahwa dalam kehidupan perlu adanya penerapan nilai-
nilai kebudayaan yang telah ada sejak awal peradaban umat manusia. Dengan demikian,
kehidupan manusia menjadi tenang dan bahagia karena sikap dan tingkah lakunya sesuai
dengan nilai-nilai budaya yang menjadi pedoman hidup yang kuat.
Tujuan pendidikan dalam pandangan esensialisme adalah untuk meneruskan
warisan nila-nilai kebudayaan yang telah ada sejak awal peradaban umat manusia dan
sejarah yang ada melalui pengetahuan inti yang terakumulasi dan telah bertahan dalam
kurun waktu yang lama. Pengetahuan ini diikuti oleh keterampilan-keterampilan, sikap-
sikap, dan nilai-nilai yang tepat, membentuk unsur-unsur yang inti (esensial) dari sebuah
pendidikan.
Esensialisme berusaha untuk mengajarkan siswa pengetahuan peradaban
dalam disiplin akademis tradisional. Esensialis biasanya dalam kegiatan pembelajaran
akan mengajarkan beberapa mata pelajaran seperti membaca, menulis, sastra, bahasa
asing, sejarah, matematika, sains, seni, dan musik. Peran guru adalah untuk menanamkan
rasa hormat terhadap otoritas, ketekunan, tugas, pertimbangan, dan kepraktisan. Peranan
guru di sekolah bagi peserta didik adalah memelihara dan menyampaikan warisan budaya
dan sejarah pada generasi mellenial atau peserta didik. Seperti mewariskan budaya
disiplin yaitu guru harus jadi panutan misalnya guru datang tidak terlambat, berpakaian
yang rapi dan sopan.
Pada esensialime penguatan nilai melalui pendidikan karakter harus ditanamkan
untuk membentuk manusia yang siap dalam segala kondisi dan tantangan yang melekat
padanya. Dalam mewujudkan tujuan pendidikan yang berorientasi pada pendidikan
karakter juga dilihat dari dasar-dasar filsafat pendidikan yang diintegrasikan. Penguatan
karakter tersebut juga tercemin pada profil pelajar Pancasila yang sekarang ini
ditanamkan pada kurikulum Merdeka yang sesuai dengan konsep dimana : 1) pendidikan
berakar pada budaya bangsa, kehidupan masa kini dan membangun landasan kehidupan
masa depan; (2) pendidikan adalah proses pewarisan dan pengembang budaya; (3)
pendidikan memberikan dasar bagi peserta didik untuk berpartisipasi dalam membangun
kehidupan masa kini.

3. Aliran Filsafat Progresivisme Menurut John Dewey


Secara bahasa istilah progresivisme berasal dari kata progresif yang artinya
bergerak maju. Progresivisme juga dapat dimaknai sebagai suatu gerakan perubahan
menuju perbaikan. Progresivisme sering dikaitkan dengan kata progres, yaitu kemajuan.
Artinya, progresivisme merupakan suatu aliran filsafat yang menghendaki suatu kemajuan
yang akan membawa sebuah perubahan. Pendapat lain menyebutkan bahwa
progresivisme adalah sebuah aliran yang menginginkan perubahan-perubahan secara
cepat.
John Dewy menekankan bahwa manusia adalah mahkluk berakhal yang bebas,
merdeka, kreatif dan dinamis. Dengan sifat manusia yang kreatif dan dinamis manusia
terus berevolusi meningkatkan kuilitas hidup yang semakin terus maju dan selalu
berupaya untuk menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan kultural dan tantangan
zaman, sekaligus menolong manusia menghadapi transisi antara zaman tradisional untuk
memasuki zaman modern (progresif
Filsafat progresivisme memiliki prinsip dalam pendidikan bahwa peserta didik
sebagai subyek seharusnya di-didik untuk menjadi manusia yang dapat memahami
kehidupan di masa mendatang. Untuk itu, peserta didik hendaknya dibiarkan untuk
bebas, aktif, berkreativitas, dan berdinamisasi mengembangkan pendidikan karakter
dalam cara berpikirnya, sehingga dapat meningkatkan kualitas keterampilan,
pengetahuan dan sikap siswa sesuai dengan konteks kehidupannya.
John Dewey menekankan dalam kegiatan pembelajaran lebih baik peserta didik
terlibat secara aktif dimana memiliki tujuan memudahkan siswa untuk mencari
pengalaman melalui eksplorasi. Sedangkan guru sebagai media atau fasilitator untuk
mendampingi siswa dalam berkreativitas dan berdiskusi dalam menyelesaikan masalah
yang akan dihadapi di masa yang akan datang dan mengalami perubahan (kemajuan)
yang lebih baik.
Prinsip Belajar John Dewey adalah sumber dari konsep Merdeka Belajar, karena
menekankan bahwa guru bukan lagi satu-satunya sumber belajar namun peserta didik
diberi kebebasan untuk terlibat pembelajaran secara aktif. konsep “merdeka belajar”
yang dicanangkan bertujuan untuk menjadikan pendidikan di Indonesia menjadi lebih
baik dan semakin maju dan berkualitas. Selain itu, konsep “merdeka belajar” memiliki
arah dan tujuan yang sama dengan konsep aliran filsafat pendidikan progresivisme John
Dewey. Keduanya sama-sama menawarkan kemerdekaan dan keleluasaan kepada
lembaga pendidikan untuk mengekplorasi potensi peserta didiknya secara maksimal
dengan menyesuaikan minat, bakat serta kecendrungan masing-masing peserta didik.
Dengan kemerdekaan dan kebebasan ini, diharapkan pendidikan di Indonesia menjadi
semakin maju dan berkualitas, yang ke depannya mampu memberikan dampak positif
secara langsung terhadap kemajuan bangsa dan negara

4. Filsafat Rekonstruktivisme menurut Caroline Pratt  


Rekonstruksionisme berasal dari bahasa inggris Reconstruct yang berarti
menyusun kembali. Dalam Filsafat pendidikan aliran rekonstruksionisme adalah suatu
aliran yang berusaha merombak tata susunan lama dan membangun tata susunan hidup
kebudayaan yang bercorak modern. Tujuan utama dari aliran filsafat rekonsionisme dapat
mengatur tata kehidupan manusia dalam suatu tatanan baru seluruh lingkungannya. 
Aliran ini dalam berkehidupan mengutamakan demokrasi. Sila-sila demokrasi
yang sungguh bukan hanya teori tetapi mesti menjadi kenyataan, sehingga dapat
diwujudkan suatu dunia dengan potensi-potensi teknologi, mampu meningkatkan kualitas
kesehatan, kesejahteraan dan kemakmuran serta keamanan masyarakat tanpa
membedakan warna kulit, keturunan, nasionalisme, agama (kepercayaan) dan masyarakat
bersangkutan.
Tujuan pendidikan rekonstruksionis adalah membangkitkan kesadaran para
peserta didik tentang masalah sosial, ekonomi dan politik yang dihadapi umat manusia
dalam skala global, dan mengajarkan kepada mereka keterampilan-keterampilan yang
diperlukan untuk mengatasi masalah tersebut.
Menurut pemikiran Caroline Pratt  bahwa nilai terbesar suatu pembelajaran di
sekolah harus menekankan pada hasil belajar dari pada proses. Pada kegiatan
pembelajaran di sekolah diharapkan menghasilkan manusia-manusia yang dapat berfikir
secara efektif dan bekerja secara konstruktif, yang saat bersamaan dapat membuat suatu
dunia yang lebih baik dibandingkan dengan sekarang ini untuk hidup didalamnya.
Filsafat rekonstruksionisme juga memandang kurikulum harus memuat nilai-
nilai yang memiliki keterampilan atau sifat yang dibutuhkan oleh industri atau di lapangan
kerja yang berkembang dalam masyarakat. Maka beberapa tahun di Indonesia terkadang
mengalami beberapa perubahan kurikulum dengan tujuan merombak kurikulum lama
menjadi kurikulum yang mnyesuaikan perkembangan jaman. Dimana dalam kurikulum
saat ini terdapat ketrampilan 4 C untuk menghadapi era revolusi industry 4.0 di Indonesia.

5. Behaviorisme Menurut Edward L Thorndike


Behaviorisme berasal dari bahasa Inggris yaitu behaviour yang artinya: tingkah
laku, reaksi total, motor dan kelenjar yang diberikan suatu organisme kepada suatu situasi
yang dihadapinya, kemudian diberikan akhiran isme menjadi behaviorisme yang berarti
aliran dalam psikologi yang mempunyai objek penelitiannya sesuatu yang nampak di
indera yaitu berupa perilaku yang tampak, yang di observasi. Teori tersebut menekankan
pada hubungan antara stimulus dan respon yang dapat diamati lewat panca indera.
Hakikat manusia menurut pendekatan behavioristik adalah pasif dan
mekanistik, manusia dianggap sebagai sesuatu yang dapat dibentuk dan diprogram sesuai
dengan keinginan lingkungan yang membentuknya. Manusia merespon lingkungan
dengan kontrol terbatas, hidup dalam alam deterministik dan memiliki peran aktif dalam
memilih martabatnya. Manusia memulai kehidupannya dengan memberikan reaksi
terhadap lingkungannya, dan interaksi ini menghasilkan pola-pola perilaku yang kemudian
membentuk kepribadian. Dalam pandangan behavioristik, kepribadian manusia
merupakan perilaku yang terbentuk berdasarkan hasil pengalaman yang diperoleh dan
interaksi seseorang dengan lingkungannya. Lingkungan yang baik akan menghasilkan
perilaku yang baik sedang lingkungan yang jelek an memnghasilkan perilaku yang jelek
pula.
Dalam praktik dunia Pendidikan aliran ini menjelaskan bahwa Pendidikan
merupakan sebuah proses dari rekayasa tingkah laku dan menekankan pada terbentuknya
perilaku yang tampak sebagai hasil belajar. Teori behavioristik dengan model hubungan
stimulus responnya, mendudukkan orang yang belajar sebagai individu yang pasif. Respon
atau perilaku tertentu dengan menggunakan metode drill atau pembiasaan semata.
Munculnya perilaku akan semakin kuat bila diberikan reinforcement dan akan menghilang
bila dikenai hukuman. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam menerapkan teori
behavioristik adalah ciri-ciri kuat yang mendasarinya yaitu mementingkan pengaruh
lingkungan, mementingkan bagian-bagian, mementingkan peranan reaksi, mengutamakan
mekanisme terbentuknya hasil belajar melalui prosedur stimulus respon, mementingkan
peranan kemampuan yang sudah terbentuk sebelumnya, mementingkan pembentukan
kebiasaan melalui latihan dan pengulangan.
Edward L. Thorndike berpendapat bahwa belajar adalah proses interaksi antara
stimulus dan respon. Stimulus merupakan segala sesuatu yang merangsang terjadinya
pembelajaran, seperti pikiran, perasaan, atau hal-hal lain yang dapat ditangkap oleh alat
indra. Sedangkan repson merupakan reaksi yang dimunculkan ketika belajar, yang dapat
pula berupa pikiran, perasaan, atau tindakan. Selain itu, Thorndike menyatakan
pandangan bahwa tipe pembelajaran yang paling fundamental adalah pembentukan
asosiasi-asosiasi (koneksi-koneksi)  antara pengalaman inderawi (persepsi terhadap
stimulus atau peristiwa) dan implus-implus saraf (respons-respons) yang memberikan
manifestasinya dalam bentuk perilaku. Thorndike percaya bahwa pembelajaran sering
terjadi melalui rangkaian eksperimen trial and error. Dalam serangkaian eksperimen
tersebut dihasilkan hukum yang mendasari proses pembelajaran agar siswa aktif terlibat
dalam pembelajaran, yaitu Hukum Kesiapan (law of readiness), Hukum Latihan (law of
exercise), Hukum Akibat (Law of Effect), Hukum Sikap (Law of Attitude). Keempat hukum
tersebut dalam diterapkan pada pembelajaran berbasis Inquiry.

6. Humanistik menurut Carl Rogers


Teori belajar humanistik memiliki tujuan untuk memanusiakan manusia.
Belajar dalam teori humanistik dikatakan berhasil jika peserta didik bisa
memahami lingkungan dan dirinya sendiri. Maslow percaya bahwa manusia begerak
untuk memahami dan menerima dirinya sebisa mungkin
Maslow menjelaskan bahwa manusia termotivasi untuk memenuhi
kebutuhan hidupnya. Kebutuhan tersebut bertingkat dari yang paling rendah (bersifat
dasar/ fisiologi) sampai dengan yang tertinggi (aktualisasi diri). Adapun hirarki
kebutuhan tersebut adalah sebagai berikut : 1)Kebutuhan fisiologi / dasar seperti makan
dan minum2)Kebutuhan akan rasa aman nyaman dan tentram seperti terhindar
dari kriminalitas, binatang buas, diejek direndahkan dll3)Kebutuhan untuk dicintai dan
disayangi seperti bagaimana rasannya dianggap dikomunitas sosialnya4)Kebutuhan
untuk dihargai seperti rasa bagaimana dibutuhkan untuk kepercayaan dan tanggung
jawab dari orang lain 5)Kebutuhan aktualisasi diri untuk membuktikan dan
menunjukkan dirinya terhadap orang lain.
Dalam soal Pendidikan Maslow lebih mengedepankan pendidikan berbasis
manusiawi dimana diperlukan adanya perlakuan pendidik yang secara arif dan bijaksana
terhadap anak didiknya, karena anak didik yang sehat secara mental dan psikologis,
diyakini memiliki kecenderungan untuk mendapatkan perhatian psikologis sesuai dengan
human motivation.
Adapun implikasi teori belajar humanistik dalam pembelajaran
yaitu pemenuhan kebutuhan dasar peserta didik harus di utamakan karena
kebutuhan ini sangat mendesak dan hendaknya guru memberikan kesempatan
atau bantuan kepada siswa untuk memenuhinya. Kebutuhan akan keamanan di kelas
menjadi tanggung jawab guru. Tugas guru ialah menetapkan peraturan dan jaminan atas
keselamatan siswa serta kenyamanan kelas. Terkait dengan kebutuhan sosial siswa, guru
hendaknya memberikan perhatian supaya siswa mampu berinteraksi dengan baik dan
mempunyai rasa saling memiliki terhadap teman-temannya serta lingkungan
sekelilingnya. Kebutuhan ego termasuk juga keinginan untuk mendapatkan prestasi.
Memberikan sebuah penghargaan pada peserta didik mampu memotivasi siswa untuk
meningkatkan prestasinya. Setelah kebutuhan akan penghargaan diri dirasa terpenuhi,
kebutuhan aktualisasi akan muncul. Aktualisasi adalah kebutuhan untuk memaksimalkan
potensi siswa.
Di dunia pendidikan indonesia lima kebutuhan yang diajarkan Abraham Maslow
sudah dapat diterapkan pada beberapa sekolah sebagai contoh dapat dipaparkan sebagai
berikut, kebutuhan fisiologi berupa anti kekerasan fisik pada siswa, kebutuhan rasa aman
berupa anti pembulyan atau perundungan, kebutuhan sosial berupa hubungan dan
pergaulan dengan teman dan guru yang ramah anak, kebutuhan penghargaan diri berupa
penghargaan pada siswa yang ikut berpartipasi dalam pembelajaran maupun dalam ajang
perlombaan, dan kebutuhan aktualisasi diri berupa adanya ekstrakulikuler yang
mewadahi minat dan bakat siswa untuk pengembangan diri .
DAFTAR PUSTAKA

 Ersanda, Privera Ajeng. "Eksistensi Pemikiran John Dewey Dalam Pendidikan Di


Indonesia." Sindang: Jurnal Pendidikan Sejarah dan Kajian Sejarah 4.2 (2022): 134-140.
 Faiz, Aiman, and Imas Kurniawaty. "Konsep Merdeka Belajar Pendidikan Indonesia Dalam
Perspektif Filsafat Progresivisme." Konstruktivisme: Jurnal Pendidikan Dan
Pembelajaran 12.2 (2020): 155-164.
 Fatoni, M. "Idealisme Pendidikan Plato." (2010).
 Fauzi, Ihwan. "Pembelajaran Perspektif Psikologi Sufistik Imam Al-Ghazali Dan Psikologi
Humanistik Abraham Maslow Dalam Pembentukan Kepribadian." Journal of Teaching dan
Learning Research 1.2 (2019): 77-100.
 Hanafi, Imam. "Paradigma Pembelajaran Rekontruksionisme." Al-Fikra: Jurnal Ilmiah
Keislaman 5.1 (2017): 30-43. Ariesta,Freddy Widya.2021.Implementasi Teori Belajar
Behaviorisme Dalam Pandangan Edward Thorndike, Artikel Online
Https://pgsd.binus.ac.id/2021/07/07/implementasi-teori-belajar-behaviorisme-dalam-
pandangan-Edward-thorndike (diakses pada,04 oktober 2022 ,pukul 14.33 wib )
 Helaluddin, Helaluddin. "Restrukturisasi pendidikan berbasis budaya: penerapan teori
esensialisme di indonesia." Jurnal Dimensi Pendidikan dan Pembelajaran 6.2 (2018): 74-82.
 Hermansyah, Hermansyah. "Analisis Teori Behavioristik (Edward Thordinke) dan
Implementasinya dalam Pembelajaran SD/MI." Modeling: Jurnal Program Studi PGMI 7.1
(2020): 15-25.
 Hermawan, Sigit. "Aplikasi dan Pengaruh Pemikiran Abraham Maslow pada Manajemen
Bisnis, Humanisme, dan Pembelajaran." Jurnal Akuntansi, Manajemen Bisnis, Dan Sektor
Pblik (JAMBSP) 5.2 (2009): 226-234.
 Insani, Farah Dina, Teori Belajar Humanistik Abraham Maslow Dan Carl Rogers. As-Salam I
Jurnal, Vol VIII. No. 2, Desember 2019.
 Kapoyos, Richard, and Laura Megawaty Manalu. "Filsafat Esensialisme Sebagai Pendukung
Ideologi Pendidikan Seni Di Indonesia." Clef: Jurnal Musik dan Pendidikan Musik 3.1 (2022):
1-11.
 Laily, Irene Mardiatul. "Makalah-Filsafat-A1-Esensialisme." Filsafat Pendidikan Islam (2020).
 Muslim, Ahmad. "Telaah Filsafat Pendidikan Esensialisme Dalam Pendidikan
Karakter." Jurnal Visionary: Penelitian dan Pengembangan dibidang Administrasi
Pendidikan 8.2 (2020).
 Mustaghfiroh, Siti. "Konsep “merdeka belajar” perspektif aliran progresivisme John
Dewey." Jurnal Studi Guru Dan Pembelajaran 3.1 (2020): 141-147.
 Musyafa’Fathoni, A. B. "Idealisme pendidikan Plato." Tadris STAIN Pamekasan 5 (2010).
 Purwati, Ipung, and Endang Fauziati. "Pendidikan Karakter Religius Sekolah Dasar dalam
Perspektif Filsafat Idealisme." Elementa: Jurnal Pendidikan Guru Sekolah Dasar 4.1 (2022).
 Rohmat, Rohmat. "KURIKULUM DALAM TINJAUAN FILSAFAT
REKONSTRUKSIANISME." INSANIA: Jurnal Pemikiran Alternatif Kependidikan 24.2 (2019):
247-261.
 Rusdi, Rusdi. "Filsafat Idealisme: Implikasinya dalam Pendidikan." Dinamika Ilmu (2013).
 Saputri, Sela. Pentingnya Menerapkan Teori Belajar Humanistik dalam Pembelajaran untuk
Meningkatkan Hasil Belajar Peserta Didik Pada Jenjang Sekolah Dasar. Journal of Basic
Education. Vol 3 No 2 (2022)
 Shodik, Ahmad. "MERDEKA BELAJAR: MENURUT PERSPEKTIF JOHN
DEWEY." SEUNEUBOK LADA: Jurnal ilmu-ilmu Sejarah, Sosial, Budaya dan
Kependidikan 8.02 (2021): 206-217.
 Sodikin, Ali. Kurikulum Dalam Perspektif Mazhab Behaviorisme.Jurnal Miyah (2019): vol 15-
02
 Sokip. Konstribusi Teori BehavioristikDalam Pembelajaran. Jurnal TA’ALLUM 2019;vol 07 –
01
 The Liang Gie, 1997, Pengantar Filsafat Ilmu, liberty, Yogyakarta
 Tambunan, Sihol Farida. "Kebebasan Individu Manusia Abad Dua Puluh: Filsafat
Eksistensialisme Sartre." Jurnal Masyarakat dan Budaya 18.2 (2016): 59-76.

Anda mungkin juga menyukai