Anda di halaman 1dari 5

ALIRAN FILSAFAT PENDIDIKAN ESENSIALISME

A. Pengertian Esensialisme
Esensialisme adalah pendidikan yang didasarkan kepada nilai-nilai
kebudayaan yang telah ada sejak peradaban umat manusia.
Esensialisme memandang bahwa pendidikan harus berpijak pada nilai-nilai yang
memiliki kejelasan dan tahan lama yang memberikan kestabilan dan nilai-nilai
terpilih yang mempunyai tata yang jelas.
Menurut esensialisme pendidikan harus bertumpu pada nilai-nilai yang telah teruji
ketangguhannya, dan kekuatannya sepanjang
Masa sehingga nilai-nilai yang tertanam dalam warisan budaya / sosial adalah
nilai-nilai kemanusiaan yang berbentuk secara berangsur-angsur melalui kerja keras
dan susah payah selama beratus tahun, di dalam telah teruji dalam gagasan-
gagasan dan cita-cita yang telah teruji dalam perjalanan waktu.

Secara etimologi esensialisme berasal dari bahasa Inggiris yakni essential (inti
atau pokok dari sesuatu), dan isme berarti aliran, mazhab atau paham
Menurut Brameld bahwa esensialisme ialah aliran yang lahir dari perkawinan dua
aliran dalam filsafat yakni idealism dan realism.

Sejarah Lahirnya Aliran Esensialisme


Esensialisme muncul pada zaman Renaissance, ia memberikan dasar
berpijak pada pendidikan yang penuh flexibilitas dimana terbuka untuk perubahan,
toleran dan tidak ada keterkaitan dengan doktrin tertentu.
Dengan demikian Renaissance adalah pangkal sejarah timbulnya konsep-
konsep pikir esensialisme, karena timbul di zaman itu, esensialisme adalah konsep
meletakkan ciri modern. Aliran muncul sebagai reaksi terhadap simbolisme mutlak
dan dogmatis, abad pertengahan. Maka disusunlah konsep yang sistematis dan
menyeluruh mengenai manusia dan alam semesta, yang memenuhi tuntutan zaman.

Dasar Filosofis filsafat Pendidikan Esensialisme


Esensialime dalam melakukan gerakan pendidikan bertumpu pada mazhab
filsafat idealisme dan realisme, meskipun kaum idealisme dan kaum realisme
berbeda pandangan filsafatnya, mereka sepaham bahwa :
Hakikat yang mereka anut makna pendidikan bahwa anak harus menggunakan
kebebasannya, dan ia memerlukan disiplin orang dewasa untuk membantu dirinya
sebelum sendiri dapat mendisiplinkan dirinya.
Manusia dalam memilih suatu kebenaran untuk dirinya sendiri dan lingkungan
hidupnya mengandung makna pendidikan bahwa generasi perlu belajar untuk
mengembangkan diri setinggi-tingginya dan kesejahteraan sosial.

Karakteristik Filsafat Pendidikan Esensialisme

Ciri-ciri filsafat pendidikan esensialisme yang disarikan oleh Welli am.c.Bagley


adalah sebagai berikut :

Minat-minat yang kuat dan tahan lama sering tumbuh dari upaya-upaya belajar
awal yang memikat atau menarik perhatian bukan karena dorongan dari dalam jiwa.

Pengawasan, pengarahan, dan bimbingan orang yang belum dewasa adalah


melekat dalam masa balita yang panjang atau keharusan ketergantungan yang
khusus pada spesies manusia.
Mendisiplin diri harus menjadi tujuan pendidikan, maka menegakkan disiplin
adalah suatu cara yang diperlukan untuk mencapai tujuan tersebut. Di kalangan
individu maupun bangsa, kebebasan yang sesungguhnya selalu merupakan sesuatu
yang dicapai melalui perjuangan tidak pernah merupakan pemberian.
Esensialisme menawarkan teori yang kokoh kuat tentang pendidikan, sedangkan
sekolah-sekolah pesaingnya (progressive) memberikan sebuah teori yang lemah.

1. Pandangan Antilogi Esensialisme


Ontologi filsafat pendidikan idealisme menyatakan bahwa kenyataan dan
kebenaran itu pada hakikatnya adalah ide-ide atau hal-hal yang berkualitas spiritual.
Oleh karena itu, hal pertama yang perlu ditinjau pada peserta didik adalah
pemahaman sebagai makhluk spiritual dan mempunyai kehidupan yang bersifat
teleologis dan idealistik. Pendidikan bertujuan untuk membimbing peserta didik
menjadi makhluk yang berkepribadian, bermoral, serta mencita-citakan segala hal
yang serba baik dan bertaraf tinggi.
Sentesa ide idealisme ddan realisme tentang hakekat realita berarti esensialisme
mengakui adanya realisme objek si sampimg konsep-konsep.
Aliran esensialisme di pengaruhi penemuan-penemuan ilme pengetahuan modren
Penafsiran spirituan atas sejarah.
Pahan makrokosmos dan mikrokosmos
Paham makrokosmos adalah keseluruah semetanya dalam suatu disain dan
kesatuan menurut teori kosmologi. Paham mikrokosmos alah sebagian tunggal
suatu fakta yang terpisah keseluruhan, baik tingkat umum probadi manusai maupun
lembaga.

2. Pandangan Epistemologi Esensialisme


Aspek epistemologi yang perlu diperhatikan halam pendidikan adalah
pengetahuan hendaknya bersifat ideal dan spiritual, yang dapat menuntun
kehidupan manusia pada kehidupan yang lebih mulia. Pengetahuan semacam itu
tidak semata-mata terikat kepada hal-hal yang bersifat fisik, tetapi mengutamakan
yang bersifat spiritual. Sedangkan aspek aksiologi menempatkan nilai pada dataran
yang bersifat tetap dan idealistik. Artinya, pendidik hendaknya tidak menjadikan
peserta didik terombang-ambing oleh hal-hal yang bersifat relative atau temporer
(Imam Barnadib, 2002). Ontologi dari filsafat pendidikan realisme bahwa pendidikan
itu seyogyanya mengutamakan perhatian pada peserta didik seperti apa adanya,
artinya utuh tanpa reduksi.
Dalam bidang epistemologi, bahwa pengetahuan adalah hasil yang dicapai
oleh proses mana subjek dan objek mengadakan pendekatan. Dengan demikian
hasilnya adalah perpaduan antara pengamatan, pemikiran, dan keseimpulan dari
kemampuan manusia dalam menyerap objeknya. Oleh karena itu, epistemologi
dalam filsafat pendidikan realisme adalah proses dan produk dari seberapa jauh
pendidik dapat mempelajari secara ilmiah emperis mengenai peserta didiknya. Hasil-
hasilnya akan digunakan sebagai dasar untuk menyelenggarakan pendidikan.
Konstaversi jasmaniah dan rohaniah peebedaan idealisme dan realisme.
Idelaisme alah manusai mengetahui sesuatu hanya di dalam melakui ide,
rohaniah sedangkan realisme adalah manusia mengetahui sesuatu realita di dalam
jasmani dan rohani.
3. Approach idealisme pada pengetahuan.
Personalisme adalah manusai bahagia dan rasio tuhan yang maha sempurna.
Approach personalsme adalah manusai tidak mungkin mengetaui sesuatu hanya
dengan kesadaran jiwa tampa adanya pengalaman.
Bagi hegel adalah mental tercemin pada hukum logika (mikrokosmos) hukum alah
(makrokosmos) hukum dealitika berfikir, hukum perkembangan sejarah dan
kebudayaan manusai (teori dinamis)

Realisme adalah menafsirkan manusai dalam rangka hukum alam. Cara


menafsirkan manusai dalam realisme di bedakan atas :
Menurut teori associstionisme
Teoti ini membicarakan bahwa jiwa adalah pengindaraan dan pengamatan.
Menurut teori beavioristik.
Kehidupan menal tercermin pada tingkah laku. Hukum beavioristik adalah
bahwa manusai di tentukan semata-mata oleh hukum. Hukum idealisme adalah
bahwa manusia seluruhnya di tentukan oleh hukum-hukum rohani.
Menurut teori conectionisme
Semua makhluk hidup termasuk manusia terbentuk tingkah lauknya oleh pola-
pola hubungan anatara sirmulasi dan respon kurikulum sangat mengutamakan
proses.

4. Tipe epsitimologis realisme


Teori menilai menurut idealisme.
Menyatakan bahwa hukum-hukum efesiensi adalah hukum kosmos, nila-nilai
yang terkandung di dalamnya dalah ;
Teori menilai idelaisme modren
Teori sosial idealisme
Teoti estetika
Teori menilai menurut realisme
Menyatak bahwa sumber-sumber pengalaman manusia terletak pada
keteraturan lingkungan hidupnya. Teori ini melahirkan :
Estetika derteminisme
Teori sosial realisme
Teori estetika
B. Peranan sekolah
Tujuan pendidikan esensialisme adalah menyampaikan warisan budaya dan
sejarah melalui suatu inti pengetahuan yang telah terhimpun, dasar bertahan
sepanjang waktu untuk diketahui oleh semua orang. Pengetahuan ini diikuti oleh
keterampilan, sikap, dan nilai-nilai yang tepat untuk membentuk unsur-unsur yang
inti (esensiliasme), sebuah pendidikan sehingga pendidikan, jadi Menurut
esensialisme sekolah berfungsi untuk warga negara supaya hidup sesuai dengan
prinsip-prinsip dan lembaga-lembaga sosial yang ada di dalam masyarakat.
C. Peranan aliran esensialisme
Sebagai sako guru dalam kebudayaan modren
Sebagai pemeliharaan kebdayaan (warisan kebudayaan)

D. Fungi pemeliharaan kebudayaan


Kebudayaan. Karya manusia yang mencakup di antaranya filsafat, kesenian,
kesusasteraan, agama, penafsiran dan penilaian mengenai lingkungan.
Membina sikap jiwa untuk menjunjung tinggi dan menyesuaikan diri terhadap
hukum-hukum dan kebenaran yang di temukan manusia alaram.
Hukum harus di pahami dalam konteks dan kebudayaan.

Anda mungkin juga menyukai