Anda di halaman 1dari 6

BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang Masalah


Filsafat adalah berfikir dan merasa sedalam-dalamnya terhadap segala sesuatu sampai
kepada inti persoalan. Filsafat berasal dari bahasa Yunani yang tersusun dari dua kata,
yaitu Fhilos dan Sophia. Filos berarti senang, gemar atau cinta, sedangkan Sophia dapat
diartikan sebagai kebijaksanaan. Dengan begitu filsafat dapat diartikan sebagai suatu
kecintaan kepada kebijaksanaan.
Filsafat menela’ah hal-hal yang menjadi objeknya. Dari sudut intinya yang mutlak,
terdalam tetapi tidak berubah, atau perenungan yang sedalam-dalamnyatentang sebab ada dan
perbuat, kenyataan yang sedalam-dalamnya sampai kepada mengapa yang penghabisan,
menjawab pertanyaan terakhir, tidak dangkaldan dogma, melainkan kritis sehingga kita sadar
akan kekaburan dan kekacauan pengertian sehari-hari.
Karena itu filsafat juga diartikan dengan berfikir dan merasa sedalam-dalamnya,
maka perlu dijelaskan bahwa penulis mendialektikakan berfikir dengan merasa karena
berfikir adalah kegiatan logika, sedangkan merasa adalah kegiatan estetika dan etika. Oleh
karena itu uraian selanjutnya adalah menjelaskan filsafat pengetahuan, hal mana dalam
pengetahuan tersebut terkandung ilmu (logika), moral (etika) dan seni (estetika).
Pendidikan haruslah bersendikan atas nilai-nilai yang dapat mendatangkan kestabilan.
Agar dapat terpenuhi maksud tersebut nilai-nilai itu perlu dipilih yang mempunyai tata yang
jelas dan yang telah truji oleh waktu. Nilai-nilai yang dapat memenuhi adalah berasal dari
kebudayaan dan filsafat yang korelatif selama 4 abad belakangan ini, dengan perhitungan
Zaman Renaisans, sebagai pangkal timbulnya pandangan-pandangan esensialistis awal.
Essensialisme percaya bahwa pendidikan harus didasarkan kepada nilai-nilai kebudayaan
yang telah ada sejak awal peradaban umat manusia.
Dalam dunia pendidikan, manusia memiliki rasionalitas berpikir untuk memecahkan
masalahnya, baik berupa reaksi, aksi maupun keinginan (cita-cita). Pengertian masing-masing
suatu kesimpulan sebagai belum final, valid, tidak mutlak dan lain sebagainya, memberi
kebebasan untuk menganut atau menolak suatu aliran. Sikap demikian pra kondisi bagi
perkembangan aliran-aliran filsafat, salah satunya adalah esensialisme
Filsafat Esensial merupakan filsafat pendidikan konservatif yang dirumuskan sebagai
suatu kritik terhadap praktek pendidikan progresif di sekolah-sekolah, para esensialis
berpendapat bahwa fungsi utama sekolah adalah menyampaikan warisan budaya dan sejarah
kepada generasi muda dimana pendidikan harus nilai-nilai luhur yang tertata jelas.
Esensialisme bukan merupakan bangunan filsafat yang berdiri sendiri, melainkan
merupakan terhadap pendidikan progresivisme. Pada umumnya pemikiran aliran pendidikan
esensialisme dilandasi dengan filsafat tradisional idealisme klasik dan realisme. Dua aliran
tersebut adalah pendukung esensialisme, namun tidak melebur menjadi satu dan tidak
melepaskan karakteristiknya masing-masing.
Esensialisme secara umum menekankan pada pilihan kreatif, subjektifitas pengalaman
manusia dan tindakan kongkrit dari keberadaan hakikat atas setiap skema rasional untuk
hakikat manusia atau realita.
2. Rumusan Masalah
Adapun masalah-masalah yang akan dibahas dalam makalah ini adalah :
1) Pengertian filsafat pendidikan esensialisme
2) Sejarah dan yang melatar belakangi lahirnya ajaran Esensialisme
3) Dasar Filosofis filsafat Pendidikan Esensialisme
4) Karakteristik dan prinsip Esensialisme

3. Tujuan Penulisan
Penyususnan makalah ini bertujuan agar mahasiswa mengerti dan memahami apa saja
masalah-masalah yang ada di dalam aliran filsafat pendidikan esensialisme ini, baik dari segi
pengertian, sejarah munculnya, Dasar, serta karakter dan prinsipnya.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Esensialisme
Esensialisme adalah pendidikan yang didasarkan kepada nilai-nilai kebudayaan yang
telah ada sejak peradaban umat manusia.
Esensialisme memandang bahwa pendidikan harus berpijak pada nilai-nilai yang memiliki
kejelasan dan tahan lama yang memberikan kestabilan dan nilai-nilai terpilih yang
mempunyai tata yang jelas.
Menurut esensialisme pendidikan harus bertumpu pada nilai-nilai yang telah teruji
ketangguhannya, dan kekuatannya sepanjang
Masa sehingga nilai-nilai yang tertanam dalam warisan budaya / sosial adalah nilai-nilai
kemanusiaan yang berbentuk secara berangsur-angsur melalui kerja keras dan susah payah
selama beratus tahun, di dalam telah teruji dalam gagasan-gagasan dan cita-cita yang telah
teruji dalam perjalanan waktu.

Secara etimologi esensialisme berasal dari bahasa Inggiris yakni essential (inti atau
pokok dari sesuatu), dan isme berarti aliran, mazhab atau paham
Menurut Brameld bahwa esensialisme ialah aliran yang lahir dari perkawinan dua aliran
dalam filsafat yakni idealism dan realism.

B. Sejarah Lahirnya Aliran Esensialisme


Esensialisme muncul pada zaman Renaissance, ia memberikan dasar berpijak pada
pendidikan yang penuh flexibilitas dimana terbuka untuk perubahan, toleran dan tidak ada
keterkaitan dengan doktrin tertentu.
Dengan demikian Renaissance adalah pangkal sejarah timbulnya konsep-konsep pikir
esensialisme, karena timbul di zaman itu, esensialisme adalah konsep meletakkan ciri
modern. Aliran muncul sebagai reaksi terhadap simbolisme mutlak dan dogmatis, abad
pertengahan. Maka disusunlah konsep yang sistematis dan menyeluruh mengenai manusia
dan alam semesta, yang memenuhi tuntutan zaman.
C. Dasar Filosofis filsafat Pendidikan Esensialisme
Esensialime dalam melakukan gerakan pendidikan bertumpu pada mazhab filsafat
idealisme dan realisme, meskipun kaum idealisme dan kaum realisme berbeda pandangan
filsafatnya, mereka sepaham bahwa :
Hakikat yang mereka anut makna pendidikan bahwa anak harus menggunakan
kebebasannya, dan ia memerlukan disiplin orang dewasa untuk membantu dirinya sebelum
sendiri dapat mendisiplinkan dirinya.
Manusia dalam memilih suatu kebenaran untuk dirinya sendiri dan lingkungan hidupnya
mengandung makna pendidikan bahwa generasi perlu belajar untuk mengembangkan diri
setinggi-tingginya dan kesejahteraan sosial.

D. Karakteristik Filsafat Pendidikan Esensialisme

Ciri-ciri filsafat pendidikan esensialisme yang disarikan oleh Welli am.c.Bagley


adalah sebagai berikut :

Minat-minat yang kuat dan tahan lama sering tumbuh dari upaya-upaya belajar awal
yang memikat atau menarik perhatian bukan karena dorongan dari dalam jiwa. Pengawasan,
pengarahan, dan bimbingan orang yang belum dewasa adalah melekat dalam masa balita
yang panjang atau keharusan ketergantungan yang khusus pada spesies manusia. Mendisiplin
diri harus menjadi tujuan pendidikan, maka menegakkan disiplin adalah suatu cara yang
diperlukan untuk mencapai tujuan tersebut. Di kalangan individu maupun bangsa, kebebasan
yang sesungguhnya selalu merupakan sesuatu yang dicapai melalui perjuangan tidak pernah
merupakan pemberian. Esensialisme menawarkan teori yang kokoh kuat tentang pendidikan,
sedangkan sekolah-sekolah pesaingnya (progressive) memberikan sebuah teori yang lemah.

Tujuan pendidikan esensialisme adalah menyampaikan warisan budaya dan sejarah


melalui suatu inti pengetahuan yang telah terhimpun, dasar bertahan sepanjang waktu untuk
diketahui oleh semua orang. Pengetahuan ini diikuti oleh keterampilan, sikap, dan nilai-nilai
yang tepat untuk membentuk unsur-unsur yang inti (esensiliasme), sebuah pendidikan
sehingga pendidikan, jadi Menurut esensialisme sekolah berfungsi untuk warga negara
supaya hidup sesuai dengan prinsip-prinsip dan lembaga-lembaga sosial yang ada di dalam
masyarakat.
1

E. Prinsip – prinsip pendidikan aliran Esensialisme


Prinsip – prinsip pendidikan aliran Esensialisme antara lain :
1. Belajar pada dasarnya melibatkan kerja keras dan dapat menimbulkan keseganan dan
menekankan pentingnya prinsip disiplin.
2. Inisiatif dalam pendidikan harus ditekankan pada pendidik bukan pada anak didik.
3. Inti dari proses pendidikan adalah asimilasi dari subjek materi yang telah ditentukan.
4. Sekolah harus mempertahankan metode-metode tradisional yang bertautan dengan
disiplin mental.
5. Tujuan akhir pendidikan adalah untuk meningkatkan kesejahteraan umum, karena
dianggap tuntunan demokrasi yang nyata.2

F. Tokoh-tokoh Esensialisme

1. Georg Wilhelm Friedrich Hegel (1770 – 1831)


Georg Wilhelm Friedrich HegelHegel mengemukakan adanya sintesa antara ilmu
pengetahuan dan agama menjadi suatu pemahaman yang menggunakan landasan spiritual.
Sebuah penerapan yang dapat dijadikan contoh mengenai sintesa ini adalah pada teori
sejarah. Hegel mengatakan bahwa tiap tingkat kelanjutan, yang dikuasai oleh hukum-hukum
yang sejenis. Hegel mengemukakan pula bahwa sejarah adalah manifestasi dari berpikirnya
Tuhan. Tuhan berpikir dan mengadakan ekspresi mengenai pengaturan yang dinamis
mengenai dunia dan semuanya nyata dalam arti spiritual. Oleh karena Tuhan adalah sumber
dari gerak, maka ekspresi berpikir juga merupakan gerak.

2. George Santayana
George Santayana memadukan antara aliran idealisme dan aliran realisme dalam suatu
sintesa dengan mengatakan bahwa nilai itu tidak dapat ditandai dengan suatu konsep tunggal,
karena minat, perhatian dan pengalaman seseorang menentukan adanya kualitas tertentu.
Walaupun idealisme menjunjung asas otoriter atau nilai-nilai, namun juga tetap mengakui
bahwa pribadi secara aktif bersifat menentukan nilai-nilai itu atas dirinya sendiri (memilih,
melaksanakan).

1
http://yunifirwinda.blogspot.com/2014/11/aliran-filsafat-pendidikan-esensialisme_8.html
2
https://afidburhanuddin.wordpress.com/2013/11/07/filsafat-esensialisme-dalam-pendidikan
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Esensialisme adalah pendidikan yang didasarkan kepada nilai-nilai kebudayaan yang
telah ada sejak peradaban umat manusia.
Esensialisme memandang bahwa pendidikan harus berpijak pada nilai-nilai yang memiliki
kejelasan dan tahan lama yang memberikan kestabilan dan nilai-nilai terpilih yang
mempunyai tata yang jelas.

Anda mungkin juga menyukai