Anda di halaman 1dari 10

Filsafat Pendidikan Esensialisme

Pengertian EsensiaIisme
Esensialisme adalah pendidikan yang didasarkan kepada nilai-nilai kebudayaan
yang telah ada sejak peradaban umat manusia.
Esensialisme memandang bahwa pendidikan harus berpijak pada nilai-nilai yang
memiliki kejelasan dan tahan lama yang memberikan kestabilan dan nilai-nilai terpilih
yang mempunyai tata yang jelas. Menurut esensialisme pendidikan harus bertumpu pada
nilai-nilai yang telah teruji ketangguhannya, dan kekuatannya sepanjang masa sehingga
nilai-nilai yang tertanam dalam warisan budaya / sosial adalah nilai-nilai kemanusiaan
yang berbentuk secara berangsur-angsur melalui kerja keras dan susah payah selama
beratus tahun, di dalam telah teruji dalam gagasan-gagasan dan cita-cita yang telah teruji
dalam perjalanan waktu.
B. Sejarah Lahirnya Aliran Esensialisme
Esensialisme muncul pada zaman Renaissance, ia memberikan dasar berpijak
pada pendidikan yang penuh Ilexibilitas dimana terbuka untuk perubahan, toleran dan
tidak ada keterkaitan dengan doktrin tertentu.
Dengan demikian Renaissance adalah pangkal sejarah timbulnya konsep-konsep
pikir esensialisme, karena timbul di zaman itu, esensialisme adalah konsep meletakkan
ciri modern. Aliran muncul sebagai reaksi terhadap simbolisme mutlak dan dogmatis,
abad pertengahan. Maka disusunlah konsep yang sistematis dan menyeluruh mengenai
manusia dan alam semesta, yang memenuhi tuntutan zaman.
C. Dasar Filosofis filsafat Pendidikan Esensialisme
Esensialime dalam melakukan gerakan pendidikan bertumpu pada mazhab IilsaIat
idealisme dan realisme, meskipun kaum idealisme dan kaum realisme berbeda pandangan
IilsaIatnya, mereka sepaham bahwa :
a. Hakikat yang mereka anut makna pendidikan bahwa anak harus menggunakan
kebebasannya, dan ia memerlukan disiplin orang dewasa untuk membantu dirinya
sebelum sendiri dapat mendisiplinkan dirinya.
b. Manusia dalam memilih suatu kebenaran untuk dirinya sendiri dan lingkungan
hidupnya mengandung makna pendidikan bahwa generasi perlu belajar untuk
mengembangkan diri setinggi-tingginya dan kesejahteraan sosial.
D. Karakteristik Filsafat Pendidikan Esensialisme
Ciri-ciri IilsaIat pendidikan esensialisme yang disarikan oleh Welli am.c.Bagley
adalah sebagai berikut :
1. Minat-minat yang kuat dan tahan lama sering tumbuh dari upaya-upaya belajar awal
yang memikat atau menarik perhatian bukan karena dorongan dari dalam jiwa.
. Pengawasan, pengarahan, dan bimbingan orang yang belum dewasa adalah melekat
dalam masa balita yang panjang atau keharusan ketergantungan yang khusus pada
spesies manusia.
3. Mendisiplin diri harus menjadi tujuan pendidikan, maka menegakkan disiplin adalah
suatu cara yang diperlukan untuk mencapai tujuan tersebut. Di kalangan individu
maupun bangsa, kebebasan yang sesungguhnya selalu merupakan sesuatu yang
dicapai melalui perjuangan tidak pernah merupakan pemberian.
4. Esensialisme menawarkan teori yang kokoh kuat tentang pendidikan, sedangkan
sekolah-sekolah pesaingnya (progressive) memberikan sebuah teori yang lemah.
E. Teori Pendidikan Esensialisme
1. Tujuan Pendidikan
Tujuan pendidikan esensialisme adalah menyampaikan warisan budaya dan sejarah
melalui suatu inti pengetahuan yang telah terhimpun, dasar bertahan sepanjang waktu
untuk diketahui oleh semua orang. Pengetahuan ini diikuti oleh keterampilan, sikap,
dan nilai-nilai yang tepat untuk membentuk unsur-unsur yang inti (esensiliasme),
sebuah pendidikan sehingga pendidikan bertujuan mencapai standart akademik yang
tinggi, pengembangan intelek atau kecerdasan.
. Metode pendidikan
a. Pendidikan berpusat pada guru (teacher centered)
b. Umumnya diyakini bahwa pelajar tidak betul-betul mengetahui apa yang
diinginkan, dan mereka harus dipaksa belajar.
c. Metode utama adalah latihan mental, misalnya melalui diskusi dan pemberian tugas,
penguasaan pengetahuan, misalnya melalui penyampaian inIormasi dan membaca.
3. Pelajar
Siswa adalah mahluk rasional dalam kekuasaan Iakta & keterampilan-keterampilan
pokok yang siap melakukan latihan-latihan intelektiI atau berIikir.
4. Pengajar
1. Peranan guru kuat dalam mempengaruhi & menguasai kegiatan kegiatan di kelas.
. Guru berperan sebagai sebuah contoh dalam pengawasan nilai-nilai dan penguasaan
pengetahuan atau gagasan.
F. Tokoh-Tokoh Esensliasme dan Panangannya
Adapun pandangan tentang pendidikan dari tokoh pendidikan Renaisans yang
pertama:
1. Johan Amos Cornenius (159-1670) yaitu agar segala sesuatu diajarkan melalui indra,
karena indra adalah pintu gerbangnya jiwa.
. Johan Frieddrich Herbart (1776-1841) mengatakan bahwa tujuan pendidikan adalah
menyesuaikan jiwa seseorang dengan kebijaksanaan Tuhan artinya adanya
penyesuaian dengan hukum kesusilaan. Proses untuk mencapai tujuan pendidikan itu
oleh Herbart disebut pengajaran.
3. William T. Harris (1835-1909) tugas pendidikan adalah menjadikan terbukanya realitas
berdasarkan susunan yang tidak terelakkan dan bersendikan ke kesatuan spiritual
sekolah adalah lembaga yang memelihara nilai-nilai yang turun menurut, dan menjadi
penuntun penyesuaian orang pada masyarakat.
Tokoh lainnya antara lain:
a. George Wilhelm Friedrich Hegel (1770-1831)
Mengemukakan adanya sintesa antara ilmu pengetahuan dan agama menjadi suatu
pemahaman yang menggunakan landasan spiritual.
b. George Santayana
ia memadukan antara aliran idealisme dan realisme dalam suatu sintesa dengan mengatakan
bahwa nilai tidak dapat ditandai dengan suatu konsep tunggal, karena minat, perhatian dan
pengalaman seseorang menentukan adanya kualitas tertentu.
____________________________________________________________________

Iiran EsensiaIisme
Esenssialisme adalah suatu IilsaIat dalam aliran pendidikan konservatiI yang pada
mulanya dirumuskan sebagai suatu kritik pada trend-trend progresiI di sekolah-sekolah.
Bagi aliran ini "Education as Cultural Conservation", pendidikan sebagai pemeliharaan
kebudayaan karena dalil ini maka aliran esensialisme dianggap para ahli sebagai
"ConservatiI road to culture, "yakni aliran ini ingin kembali kepada kebudayaan lama
warisan sejarah yang telah membuktikan kebaikan-kebaikannya bagi kehidupan
manusia. Esensialisme memandang bahwa pendidikan harus berpijak pada nilai-nilai
yang memiliki kejelasan dan tahan lama, yang memberikan kestabilan dan nilai-nilai
terpilih yang mempunyai, tata yang jelas. Pendapat ini dikemukakan oleh Jalaluddin dkk
yang dikutip dari pendapat Zuharnini Esensialisme percaya bahwa pendidikan harus
didasarkan kepada nilai-nilai kebudayaan yang telah ada sejak zaman awal peradaban
umat manusia, kebudayaan yang mereka wariskan kepada kita hingga sekarang, telah
teruji oleh zaman, kondisi dan sejarah kebudayaan demikian ialah esensial yang mampu
pula pengembangan hari ini dan masa depan umat manusia.
Dengan artian esensialisme ingjn kembali ke masa dimana nila-nilai kebudayaan
itu masih tetap terjaga, yang nilai itu tersimpul dalam ajaran para IilosoI, ahli
pengetahuan yang agung, yang ajaran dan nilai-nilai ilmu mereka kekal.
B. Latar Belakang Munculnya Esensialisme
Gerakan ini muncul pada awal tahun 1930, dengan beberapa orang pelopornya,
seperti William C. Bagley, Thomas Brigger, Frederick Breed, dan Isac L Kandel, pada
tahun 1983 mereka membentuk suatu lembaga yang di sebut "The esensialist commite Ior
the advanced oI American Education" Bagley sebagai pelopor esensialisme adalah
seorang guru besar pada "teacher college," Columbia University, ia yakin bahwa Iungsi
utama sekolah adalah menyampaikan warisan budaya dan sejarah kepada generasi muda.
Esensialisme muncul pada zaman Renaisance dengan ciri-ciri yang berbeda
dengan pregresivisme. Dasar pijakan aliran ini lebih Ileksibel dan terbuka untuk
perubahan, toleran, dan tidak ada keterkaitan dengan doktrin tertentu
Nilai-nilai memenuhinya adalah yang berasal dari kebudayaan dan dan IilsaIat
yang korelatiI selama empat abad belakang.
Kesalahan dari kebudayaan sekarang menurut essensialisme yaitu terletak pada
kecenderungan bahkan gejala-gejala penyimpangannya dari jalan lurus yang telah
ditanamkan kebudayaan warisan itu. Fenomena-Ienomena sosial-kultural yang tidak
diingini kita sekarang, hanya dapat di atasi dengan kembali secara sadar melalui
pendidikan, yaitu kembali ke jalan yang telah ditetapkan itu, dengan demikian kita boleh
optimis terhadap masa depan kita dan masa depan kebudayaan umat manusia.
Essensialisme mengadakan protes terhadap progressvisme, namun dalam proses
tersebut tidak menolak atau menentang secara keseluruhan pandangan proregssvisme
seperti halnya yang dilakukan perenialisme. Ada beberapa aspek dari progresivisme yang
secara prinsipil tidak dapat diterimanya. Mereka berpendapat bahwa betul ada hal-hal
yang esensial dari pengalaman anak yang memiliki nilai esensial tersebut apabila manusia
berpendidikan. Akar IilsaIat mereka mungkin idealisme, mungkin realisme, namun
kebanyakan mereka tidak menolak epistemologi Dewey.
Esensialisme didukung oleh idelisme modern yang mempunyai pandangan yang
sistematis mengenai alam semesta tempat manusia berada, dan juga didukung oleh
Realisme yang berpendapat bahwa kualitas nilai tergantung ada apa dan bagaimana
keadaannya apabila dihayati oleh subjek tertentu, dan selanjutnya tergantung pola pada
subjek tersebut.
Menurut idealisme, nilai akan menjadi kenyataan (ada) atau disadari oleh setiap
orang apabila orang yang bersangkutan berusaha untuk mengetahui/ menyesuaikan diri
dengan sesuatu yang menunjukkan nilai kepadanya dan orang itu mempunyai pengalaman
emosional yang berupa pemahaman dan peragaan senang tak senang mengenai nilai
tersebut. Menurut Realisme pengetahuan tersebut terbentuk berkat bersatunya stimulus
dan tanggapan tertentu menjadi satu kesatuan. Sedangkan menurut Idealisme,
pengetahuan timbul kerena adanya hubungan antara dunia kecil dengan dunia besar.
Esensialisme berpendapat bahwa pendidikan haruslah bertumpu pada nilai-nilai yang
telah teruji ketangguhannya dan kekuatannya sepanjang masa.
C. Konsep Pendidikan Esensialisme
1. Gerakan Back to Basic
Kaum esensialis mengemukakan bahwa sekolah harus melatih/mendidik siswa
untuk berkomunikasi dengan jelas dan logis, keterampilan-keterampilan inti
kurikulum haruslah berupa membaca, menulis, berbicara dan berhitung, serta sekolah
memiliki tanggung jawab untuk memperhatikan penguasaan terhadap keterampilan-
keterampilan tersebut.
Menurut IilsaIat esensialisme, pendidikan sekolah harus bersiIat praktis dan
memberi pengajaran yang logis yang mempersiapkan untuk hidup mereka, sekolah
tidak boleh mempengaruhi atau menetapkan kebijakan-kebijakan sosial.
. Tujuan Pendidikan
Tujuannya adalah untuk meneruskan warisan budaya dan warisan sejarah
melalui pengetahuan inti yang terakomulasi dan telah bertahan dalam kurun waktu
yang lama, serta merupakan suatu kehidupan yang telah teruji oleh waktu yang lama,
selain itu tujuan pendidikan esensialisme adalah mempersiapkan manusia untuk
hidup, tidak berarti sekolah lepas tangan tetapi sekolah memberi kontribusi
bagaimana merancang sasaran mata pelajaran sedemikian rupa, yang pada akhirnya
memadai untuk mempersiapkan manusia hidup.
3. Kurikulum
Kurikulum esensialisme seperti halnya perenialisme, yaitu kurikulum yang berpusat
pada mata pelajaran (subjek matter centered). Pengusaan materi kurikulum tersebut
merupakan dasar yang esensialisme general education (IilsaIat, matematika, IPA,
sejarah, bahasa, seni dan sastra) yang diperlukan dalam hidup belajar dengan tepat
berkaitan dengan disiplin tersebut akan mampu mengembangkan pikiran (kemampuan
nalar) siswa dan sekaligus membuatnya sadar akan dunia Iisik sekitarnya.
D. Peranan Guru dan Sekolah.
Peranan sekolah adalah memelihara dan menyampaikan warisan budaya dan
sejarah pada generasi pelajar dewasa ini, melalui hikmat dan pengalaman yang
terakumulasi dari disiplin tradisional. Selanjutnya mengenai peranan guru banyak
persamaan dengan perenialisme. Guru dianggap sebagai seorang yang menguasai
lapangan subjek khusus dan merupakan model contoh yang sangat baik untuk digugu dan
tiru. Guru merupakan orang yang mengusai pengetahuan, dan kelas berada di bawah
pengaruh dan penguasaan guru.
E. Prinsip-prinsip Pendidikan
Prinsip-prinsip pendidikan esensialisme yaitu:
O Pendidikan harus dilakukan melalui usaha keras, tidak begitu saja timbul dari dalam diri
siswa.
O InisiatiI dalam pendidikan ditekankan pada guru, bukan pada siswa. Peranan guru
adalah menjembatani antara dunia orang dewasa dengan dunia anak-anak, guru
disiapkan secara khusus untuk melaksanakan tugas tersebut.
O Inti proses pendidikan adalah asimilasi dari mata pelajaran yang telah ditentukan.
O Sekolah harus mempertahankan metode-metode tradisional yang bertautan dengan
disiplin mental.
O Tujuan akhir pendidikan adalah untuk meningkatkan kesejahteraan umum merupakan
tuntutan demokrasi yang nyata.

Esensialisme adalah pendidikan yang di dasarkan kepada nilai-nilai kebudayaan yang
telah ada sejak awal peradaban umat manusia. Esensialisme muncul pada zaman
Renaissance dengan ciri-ciri utama yang berbeda dengan progresivisme.
Perbedaannya yang utama ialah dalam memberikan dasar berpijak pada pendidikan
yang penuh Ileksibilitas, di mana serta terbuka untuk perubahan, toleran dan tidak ada
keterkaitan dengan doktrin tertentu. Esensialisme memandang bahwa pendidikan
harus berpijak pada nilai-nilai yang memiliki kejelasan dan tahan lama yang
memberikan kestabilan dan nilai-nilai terpilih yang mempunyai tata yang jelas.
Idealisme dan realisme adalah aliran IilsaIat yang membentuk corak esensialisme.
Dua aliran ini bertemu sebagai pendukung esensialisme, akan tetapi tidak lebur
menjadi satu dan tidak melepaskan siIatnya yang utama pada dirinya masing-masing.
Dengan demikian Renaissance adalah pangkal sejarah timbulnya konsep-konsep pikir
yang disebut esensialisme, karena itu timbul pada zaman itu, esensialisme adalah
konsep meletakkan sebagian ciri alam pikir modern. Esensialisme pertama-tama
muncul dan merupakan reaksi terhadap simbolisme mutlak dan dogmatis abad
pertengahan. Maka, disusunlah konsep yang sistematis dan menyeluruh mengenai
manusia dan alam semesta, yang memenuhi tuntutan zaman. Beberapa tokoh dalam
aliran ini: william C. Bagley (1874-1946), George Wilhelm Friedrich Hegel (1770
1831), Thomas Briggs, Frederick Breed dan Isac L. Kandell.
Pandangan Ontologi Essentialisme
1. Sintesa ide idealisme dan realisme tentang hakikat realita berarti essensialisme mengakui adanya
realita obyektif di samping pre-determinasi, supernatural dan transcendal.
2. Aliran ini dipengaruhi penemuan-penemuan ilmu pengetahuan modern baik Fisika maupun Biologi.
Karena itu realita menurut analisa ilmiah dapat dihayati dan diterima oleh Essensialisme. Jadi,
Semesta ini merupakan satu kesatuan yang mekanis, menurut hukum alam obyektif (Kausalitas).
Manusia adalah bagian alam semesta dan terlihat, tunduk pada hukum alam.
3. Penapsiran Spiritual atas sejarah. Teori filsafat Heggel yang mensitesakan science dengan religi
dalam kosmologi, berarti sebagai interpretasi sepiritual atas sejarah perkembangan realita semesta.
Hukum apakah yang mengatur tiap fase perubahan dan tiap peristiwa sejarah, perubahan-perubahan
social, dijawab problem itu secara prinsip: "Bahwa sejarah itu adalah pikiran Tuhan pikiran yang di
ekspresikan, dinamika abadi yang merubah dunia, yang mana ia secara sepiritual adalah realitas.
4. Faham Makrokosmos dan Mikrokosmos. Makrokosmos adalah keseluruhan alam semesta raya
dalam suatu deign dan kesatuan menurut teori kosmologi. Mikrokosmos ialah bagian tunggal, suatu
fakta yang terpisah dari keseluruhan itu, baik pada tingkat umum, pribadi manusia, ataupun lembaga.
Pandangan Epistemologi Essentialisme
Teori kepribadian manusia sebagai refleksi Tuhan adalah jalan untuk mengerti epistemologi
Essentialisme. Sebab, jika manusia mampu menyadari realita dirinya sebagai mikrokosmos dalam
makrokosmo, maka manusia pasti mengetahui dalam tingkat/kualitas apa rasionya mampu
memikirkan kesemestaan itu. ari berdasarkan kualitas itulah dia memproduksi secara tepat
pengetahuannya dalam bidang-bidang: lmu alam, Biologi, Sosial, Estetika, dan Agama.
1. Kontraversi jasmaniah-rohaniah
Perbedaan dealisme dengan realisme ialah karena yang pertama menganggap bahwa rohaniah
adalah kunci kesadaran tentang realita. Manusia hanya mengetahu melalui ide atau rohaniah.
Sebaliknya realis berpendapat bahwa kita hanya mengetahui sesuatu realita di dalam dan melalui
jasmani
2. Pengetahuan
a. dealisme
Kita hanya mengerti rohani kita sendiri. Tetapi pengertian ini memberi kesadaran untuk mengerti
realita yang lain (Personalisme)
Menurut Hegel: "Substansi mental tercermin pada hukum logika (Mikrokosmos) dab hukum alam
(Makrokosmos). Hukum dialegtika berfikir, berlaku pula hukum perkembangan sejarah dan
kebudayaan manusia (Teori inamis).
Saya sebagai finite being (Makhluk terbatas) mengetahui hukum dan kebenaran universal sebagai
realisasi resonasi jiwa saya dengan Tuhan. (Teori Absolutisme)
b. Realisme
Realisme dalam pengetahuan sangat dipengaruhi oleh Newton dengan ilmu pengetahuan alamnya,
cara menafsirkan manusia dalam realisme adalah:
Teori Associationisme: Teori ini sangat dipengaruhi oleh filsafat empirisme John Locke, atau ide-ide
dan isi jiwa adalah asosiasi unsure-unsur penginderaan dan pengamatan. Penganut teori ini juga
menggunakan metode introspeksi yang dipakai oleh kaum idealis (T.H. Green)
Teori Behaviorisme: Aliran behaviorisme berkesimpulan bahwa perwujudan kehidupan mental
tercermin pada tingkah laku.
Teori Connectionisme: Teori Connectionisme menyatakan semua makhluk hidup, termasuk manusia
terbentuk tingkah lakunya oleh pola-pola connections between (Hubungan-hubungan antara) stimulus
(S) dan Respone (R).
Pandangan Axiologi Essentialisme
Pandangan ontologi dan epistemologinya amat mempengaruhi pandangan axiology ini. Bagi aliran
ini, nilai-nilai, seperti juga kebenaran berakar dalam dan berasal dari sumber objektif. Watak sumber
ini dari mana nilai-nilai berasal, tergantung pada pandangan-pandangan idealisme dan realisme,
sebab Essentialisme terbina oleh kedua sayap tersebut.
Teori Nilai
1. Menurut dealisme
a. dealisme: "Menurut aliran ini bahwa hukum etika adalah kosmos, karena itu seseorang dikatakan
baik hanya jika ia secara active berada di dalam dan melaksanakan hukum-hukum itu.
b. dealisme Modern: "dealisme lebih di ungkapkan oleh E. Kant: Bahwa manusia yang baik adalah
manusia yang bermoral.
c. Teori Sosial dealisme: "isini E. Kant menekankan akan adanya rasa sosialis, kekluargaan,
patriotisme, dan nasionalisme. Yang dimaksud E. Kant adalah adanya kemerdekaan individu agar
bisa bersosialisasi dengan manusia lainnya.
d. Teori Estetika: "Bahwa yang disebut nilai adalah suatu keindahan (E. Kant).
2. Menurut Realisme
a. Etika eterminisme: "Semua unsur semesta, termasuk manusia adalah satu kesatuan dalam satu
rantai yang tak berakhir dan dalam kesatuan hukum kausalitas. Seseorang tergantung seluruhnya
pada sebab-akibat kodrati itu dan yang menentukan keadaannya sekarang, baik ataupun buruk.
b. Teori Sosial: Teori ini lebih menekankan kepada unsure ekonomi, social, politi dan Negara. Free
man (Bertrand Russel). an lebih menekankan kepada kehidupan sekarang.
c. Teori Estetika: Menurut paham ini bahwa keindahan itu tidak hanya sesuatu yang bagus, namun
ada pula yang buruk.
Prinsip dan karakteristik essensialisme
Aliran filsafat essensialisme pertama kali muncul sebagai reaksi atas simbolisme mutlak dan
dogmatisme abad pertengahan. Filsafat ini menginginkan agar manusia kembali kepada kebudayaan
lama karena kebudayaan lama telah banyak melakukan kebaikan untuk manusia. Esesensialisme
modern dalam pendidikan adalah gerakan pendidikan yang memprotes terhadap skeptisisme dan
sinisme dari gerakan Progresisvisme terhadap nilai-nilai yang tertanam dalam warisan budaya/sosial.
Menurut Esesensialisme, nilai-nilai yang tertanam dalam warisan budaya/sosial adalah nilai-nilai
kemanusiaan yang terbentuk secara berangsur-angsur dengan melalui kerja keras dan susah payah
selama beratus tahun, dan di dalamnya telah teruji dalam gagasan-gagasan dan cita-cita yang telah
teruji dalam perjalanan waktu. ari paparan diatas dapat disimpulkan bahwa prinsip-prinsip
Essensialisme adalah :
1). Esensialisme berakar pada ungkapan realisme objektif dan idealisme objektif yang moderen, yaitu
alam semesta diatur oleh hukum alam sehingga tugas manusia memahami hukum alam adalah
dalam rangka penyesuaian diri dan pengelolaannya.
2). Sasaran pendidikan adalah mengenalkan siswa pada karakter alam dan warisan budaya.
Pendidikan harus dibangun atas nilai-nilaiyang kukuh, tetap dan stabil
3). Nilai (kebenaran bersifat korespondensi ).berhubungan antara gagasan dengan fakta secara
objekjtif.
4). Bersifat konservatif (pelestarian budaya) dengan merefleksikan humanisme klasik yang
berkembang pada zaman renaissance.
Ciri-ciri Filsafat Pendidikan Esesensialisme, yang disarikan oleh William C. Bagley adalah sebagai
berikut :
1) Minat-minat yang kuat dan tahan lama sering tumbuh dari upaya-upaya belajar awal yang memikat
atau menarik perhatian bukan karena dorongan dari dalam jiwa.
2) Pengawasan, pengarahan, dan bimbingan orang yang belum dewasa adalah melekat dalam masa
balita yang panjang atau keharusan ketergantungan yang khusus pada spesies manusia.
3) Oleh karena kemampuan untuk mendisiplinkan diri harus menjadi tujuan pendidikan, maka
menegakkan disiplin adalah suatu cara yang diperlukan untuk mencapai tujuan tersebut. i kalangan
individu maupun bangsa, kebebasan yang sesungguhnya selalu merupakan sesuatu yang dicapai
melalui perjuangan, tidak pernah merupakan pemberian.
4) Esesensialisme menawarkan teori yang kokoh kuat tentang pendidikan, sedangkan sekolah-
sekolah pesaingnya (progresivisme) memberikan sebuah teori yang lemah. Apabila terdapat sebuah
pertanyaan di masa lampau tentang jenis teori pendidikan yang diperlukan sejumlah kecil masyarakat
demokrasi di dunia, maka pertanyaan tersebut tidak ada lagi pada hari ini.
Pandangan Esensialisme di Bidang Pendidikan
1. Pandangan Essensialisme Mengenai Belajar.
dealisme, sebagai filsafat hidup, memulai tinjauannya mengenai pribadi individu dengan menitik
beratkan pada aku. Menurut idealisme, bila seorang itu belajar pada taraf permulaan adalah
memahami akunya sendiri, terus bergerak keluar untuk memahami dunia obyektif. ari mikrokosmos
menuju ke makrokosmos. Segala pengetahuan yang dicapai oleh manusia melalui indera
merperlukan unsur apriori, yang tidak didahului oleh pengalaman lebih dahulu. Bila orang berhadapan
dengan benda-benda, tidak berarti bahwa mereka itu sudah mempunyai bentuk, ruang dan ikatan
waktu. Bentuk, ruang dan waktu sudah ada pada budi manusia sebelum ada pengalaman atau
pengamatan. Jadi, apriori yang terarah bukanlah budi kepada benda, tetapi benda-benda itu yang
terarah kepada budi. Budi membentuk, mengatur dalam ruang dan waktu.
engan mengambil landasan pikir tersebut, belajar dapat didefinisikan sebagai jiwa yang
berkembang pada sendirinya sebagai substansi spiritual. Jiwa membina dan menciptakan diri sendiri.
Pandangan-pandangan realisme mencerminkan adanya dua jenis determinasi mutlak dan
determinasi terbatas:
1. eterminisme mutlak, menunjukkan bahwa belajar adalah mengalami hal-hal yang tidak dapat
dihalang-halangi adanya, jadi harus ada, yang bersama-sama membentuk dunia ini. Pengenalan ini
perlu diikuti oleh penyesuaian supaya dapat tercipta suasana hidup yang harmonis.
2. eterminisme terbatas, memberikan gambaran kurangnya sifat pasif mengenai belajar. Bahwa
meskipun pengenalan terhadap hal-hal yang kausatif di dunia ini berarti tidak dimungkinkan adanya
penguasaan terhadap mereka, namun kemampuan akan pengawas yang diperlukan.
Pada prinsipnya, proses belajar menurut Essensialisme adalah melatih daya jiwa potensial yang
sudah ada dan proses belajar sebagai proses absorbtion (menyerap) apa yang berasal dari luar.
Yaitu warisan-warisan sosial yang disusun dalam kurikulum tradisional, dan guru berfungsi sebagai
perantara.
2. Pandangan Essensialisme Mengenai Kurikulum
Beberapa tokoh idealisme memandang bahwa kurikulum itu hendaklah berpangkal pada landasan
idiil dan organisasi yang kuat. Kurikulum itu bersendikan alas fundamen tunggal, yaitu watak manusia
yang ideal dan ciri-ciri masyarakat yang ideal. Kegiatan dalam pendidikan perlu disesuaikan dan
ditujukan kepada yang serba baik. Atas ketentuan ini kegiatan atau keaktifan anak didik tidak
terkekang, asalkan sejalan dengan fundamen-fundamen yang telah ditentukan.
Menurut Essensialisme: "Kurikulum yang kaya, yang berurutan dan sistematis yang didasarkan pada
target yang tidak dapat dikurangi sebagai suatu kesatuan pengetahuan, kecakapan- kacakapan dan
sikap yang berlaku di dalam kebudayaaan yang demokratis. Kurikulum dibuat memang sudah
didasarkan pada urgensi yang ada di dalam kebudayaan tempat hidup si anak.
3. Peranan Sekolah menurut Essensialisme
Sekolah berfungsi sebagai pendidik warganegara supaya hidup sesuai dengan prinsip-prinsip dan
lembaga-lembaga sosial yang ada di dalam masyarakatnya serta membina kembali tipe dan
mengoperkan kebudayaan, warisan sosial, dan membina kemampuan penyesuaian diri individu
kepada masyarakatnya dengan menanamkan pengertian tentang fakta-fakta, kecakapan-kecakapan
dan ilmu pengetahuan.
4. Penilaian Kebudayaan menurut Essensialisme
Essensialisme sebagai teori pendidikan dan kebudayaan melihat kenyataan bahwa lembaga-lembaga
dan praktik-praktik kebudayaan modern telah gagal dalam banyak hal untuk memenuhi harapan
zaman modern. Maka untuk menyelamatkan manusia dan kebudayaannya, harus diusahakan melalui
pendidikan.
5. Teori Pendidikan
a. Tujuan Pendidikan
Tujuan pendidikan adalah menyampaikan warisan budaya dan sejarah melalui suatu inti
pengetahuan yang telah terhimpun, yang telah bertahan sepanjang waktu dan dengan demikian
adalah berharga untuk diketahui oleh semua orang. Pengetahuan ini diikuti oleh keterampilan.
Keterampilan-keterampilan, sikap-sikap, dan nilai-nilai yang tepat, membentuk unsur-unsur yang inti
(esensial) dari sebuah pendidikan. Pendidikan bertujuan untuk mencapai standar akademik yang
tinggi, pengembangan intelek atau kecerdasan.
b. Metode Pendidikan
1) Pendidikan berpusat pada guru (teacher centered).
2) Umumnya diyakini bahwa pelajar tidak betul-betul mengetahui apa yang diinginkan, dan mereka
haru dipaksa belajar. Oleh karena itu pedagogi yang bersifat lemah-lembut harus dijauhi, dan
memusatkan diri pada penggunaan metode-metode tradisional yang tepat.
3) Metode utama adalah latihan mental, misalnya melalui diskusi dan pemberian tugas; dan
penguasan pengetahuan, misalnya melalui penyampaian informasi dan membaca.
c. Kurikulum
1) Kurikulum berpusat pada mata pelajaran yang mencakup mata-mata pelajaran akademik yang
pokok.
2) Kurikulum Sekolah asar ditekankan pada pengembangan keterampilan dasar dalam membaca,
menulis, dan matematika.
3) Kurikulum Sekolah Menengah menekankan pada perluasan dalam mata pelajaran matematika,
ilmu kealaman, humaniora, serta bahasa dan sastra. Penguasaan terhadap mata-mata pelajaran
tersebut dipandang sebagai suatu dasar utama bagi pendidikan umum yang diperlukan untuk dapat
hidup sempurna. Studi yang ketat tentang disiplin tersebut akan dapat mengembangkan kesadaran
pelajar, dan pada saat yang sama membuat mereka menyadari dunia fisik yang mengitari mereka.
Penguasaan fakta dan konsep-konsep pokok dan disiplin-disiplin yang inti adalah wajib.
d. Pelajar
Siswa adalah makhluk rasional dalam kekuasaan fakta dan keterampilan-keterampilan pokok yang
siap melakukan latihan-latihan intelektif atau berpikir. Sekolah bertanggungjawab atas pemberian
pelajaran yang logis atau dapat dipercaya. Sekolah berkuasa untuk menuntut hasil belajar siswa.
e. Pengajar
1) Peranan guru kuat dalam mempengaruhi dan mengawasi kegiatan-kegiatan di kelas.
2) Guru berperanan sebagai sebuah contoh dalam pengawalan nilai-nilai dan penguasaan
pengetahuan atau gagasan-gagasan.
__________________________________________________________________
Teori Belajar Essentialisme
Pada prinsipnya, proses belajar menurut Essensialisme adalah melatih daya jiwa potensial yang
sudah ada dan proses belajar sebagai proses absorption (menyerap) apa yang berasal dari luar.
Yaitu dari warisan-warisan sosial yang disusun di dalam kurikulum tradisional, dan guru berfungsi
sebagai perantara.


:rik:I:m EssentiaIisme
ianggap sebagai miniatur dunia yang oleh guru dan administrator pendidikan itu dipandang sebagai
kenyataan benar, dan bernilai/berguna.
Menurut Essensialisme:
"Kurikulum yang kaya, yang berurutan dan sistematis yang didasarkan pada target yang tidak dapat
dikurangi sebagai satu kesatuan pengetahuan, kecakapan-kecakapan dan sikap yang berlaku di
dalam kebudayaan yang demokratis. Kurikulum dibuat memang sudah ada didasarkan pada urgensi
yang ada di dalam kebudayaan tempat hidup si anak".


Peranan SekoIah Men:r:t EssensiaIisme
Semua penganut Essensialisme di Amerika tanpa kecuali percaya dan menganut nili-nilai demokrasi.
emokrasi bagi mereka bukanlah semata-mata proses antara individu dengan masyarakat, antara
pendapat tentang nilai sebagai alat atau sebagai tujuan. Melainkan lebih bermakna sebagai suatu
susunan atas, lembaga-lembaga yang di warisi dimana pendidikan dan warga negara berkewajiban
untuk menjunjung.
Sekolah berfungsi sebagai pendidik warganegara supaya hidup sesuai dengan prinsip-prinsip dan
lembaga-lembaga social yang ada didalam masyarakatnya serta membina kembali tipe dan
mengoperkan kebudayaan, warisan sosial, dan membina kemampuian penyesuaian diri individu
kepada masyarakatnya dengan menanamkan pengertian tentang fakta-fakta, kecakapn-kecakapan
dan ilmu pengetahuan.


PeniIaian eb:/ayaan atas EssentiaIisme
Essensialisme sebagai teori pendidikan dan kebudayaan melihat kenyataan bahwa lembaga-lembaga
dan praktek-praktek kebudayaan modern telah gagal dalam banyak hal untuk memenuhi harapan
zaman modern. Maka untuk menyelamatkan manusia dan kebudayaanya, harus diusahakan melalui
pendidikan.

Sifat onservative EssensiaIisme
Sejarah sangat mengenang para tokoh-tokoh essenisalisme atas sumbangannya yang positif dalam
filsafat seperti: Locke, Harris, Bagley, Thorndik dalam hal pendidikan. Tokoh slam yaitu bnu Thufail
dan Hayy Bin Yaqdhan.

Akibat kebudayaan itu selalu berubah dan berkembang, maka pendidikan harus mampu membina
pribadi yang secara inteelgent sanggup menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan
(Konservative). Prinsip kebudayaan Essensialisme kembali kepada kebudayaan silam, tidak berart
jalan mundur, melainkan dapat ditafsirkan penentangan terhadap sesuatu yang baru, sebagai
opponents of novel, ini dapat di artikan sebagai satu sikap konservatif. Kami, pemakalah sangat
terharu jika ada seseorang yang berpikiran maju namun conservative dalam kebudayaan lamanya.

eIemahan EssensiaIisme
engan konservativenya Essensialisme ini berarti merupakan suatu keterlambatan, keterbelakangan
cultural. ni bertentangan dengan proses perkembangan kebudayaan yang dinamis.
bservasi para ahli atas gejala conservative itu di sebabkan adanya 3 hal, yakni:
1. Sikap pemujaan atas social-heterage.
2. Teori Korespodensi dengan akibat-akibatnya (Tidak Kritis).
3. Pusat kepercayaan kepada hukum-hukum alam yang dipraktekan begitu saja ke dalam hukum-
hukum kehidupandan kebudayaan
http://websweet.blogspot.com/010/11/IilsaIat-pendidikan-esensialisme.html tanggal 03 Jan.
11

Anda mungkin juga menyukai