PERATURAN DAERAH
(Berdasarkan UU No. 12 Tahun 2011 tentang
Pembentukan Peraturan Perundang-undangan)
NURYANTI WIDYASTUTI
Direktur Fasilitasi Perancangan Peraturan Daerah dan Pembinaan
Perancang Peraturan Perundang-undangan
Disampaikan pada:
Rapat Koordinasi Pendampingan Penyusunan RAPERDA tentang
Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Perumahan Kumuh dan
Permukiman Kumuh Tahun Anggaran 2016
Yang dimaksud dengan:
Peraturan Daerah adalah peraturan perundang-
undangan yang dibentuk oleh Dewan Perwakilan
Rakyat Daerah dengan persetujuan bersama
Kepala Daerah.
Kedudukan Peraturan Daerah dalam
Hierarki Peraturan Perundang-undangan
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945;
Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat;
UU/Peraturan Pemerintah Pengganti UU;
PP;
Peraturan Presiden;
Peraturan Daerah Provinsi; dan
Peraturan Daerah Kabupaten/Kota.
(Pasal 7 ayat (1) UU Nomor 12 Tahun 2011 ttg
Pembentukan Peraturan Perundang-undangan)
Kedudukan Peraturan Daerah dalam Hierarki
Produk-produk Pengaturan di Daerah
Produk Hukum Daerah berbentuk peraturan bdskn
Permendagri No. 80 Thn 2015 ttg Pembentukan
Produk Hukum Daerah meliputi:
a. Peraturan Daerah;
b. Peraturan Kepala Daerah;
c. Peraturan Bersama Kepala Daerah; dan
d. Peraturan DPRD.
Secara hierarki, kedudukan Peraturan Daerah berada
pada urutan pertama dan menjadi acuan peraturan
yang berada di bawahnya.
Dasar Pembentukan Peraturan Daerah
Berdasarkan ketentuan butir 39 Lampiran II UU No. 12/2011,
dasar pembentukan Peraturan Daerah dibedakan menjadi:
Yang memberikan dasar kewenangan
a. Pasal 18 ayat (6) Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945
b. Undang-Undang tentang Pembentukan Daerah yang
bersangkutan
c. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah
Yang memerintahkan
peraturan perundang-undangan yang memerintahkan
secara tegas pembentukan Peraturan Daerah.
PEMAHAMAN DAN KETENTUAN DALAM
PROGRAM PEMBENTUKAN
PERATURAN DAERAH
Apabila dalam satu masa sidang, Kepala Daerah dan DPRD menyampaikan
Raperda,mengenai materi yang sama, maka yang dibahas adalah Raperda
yang disampaikan oleh DPRD, sedangkan Raperda yang disampaikan oleh
Kepala Daerah digunakan sebagai bahan untuk dipersandingkan.
Pembahasan dilakukan oleh DPRD bersama kepala
daerah untuk mendapat persetujuan bersama.
Pembahasan bersama dilakukan melalui tingkat
pembicaraan, yaitu: pembicaraan tingkat I dan
pembicaraan tingkat II.
Pembicaraan Tingkat I meliputi:
a. Dalam hal rancangan Perda berasal dari
kepala daerah dilakukan dengan kegiatan
sebagai berikut:
1. penjelasan kepala daerah dalam rapat
paripurna mengenai rancangan peraturan
daerah;
2. pemandangan umum fraksi terhadap
rancangan Perda; dan
3. tanggapan dan/jawaban kepala daerah
terhadap pemandangan umum fraksi.
b. Dalam hal rancangan Perda berasal dari DPRD
dilakukan dengan kegiatan sebagai berikut:
1. penjelasan pimpinan komisi, pimpinan gabungan
komisi, pimpinan Badan Pembentukan Peraturan
Daerah, atau pimpinan panitia khusus dalam rapat
paripurna mengenai rancangan Perda;
2. pendapat kepala daerah terhadap rancangan
Perda; dan
3. tanggapan dan/jawaban fraksi terhadap pendapat
kepala daerah.
Pembicaraan Tingkat II meliputi:
a. pengambilan keputusan dalam rapat
paripurna yang didahului dengan:
1. penyampaian laporan pimpinan komisi/
pimpinan gabungan komisi/pimpinan
panitia khusus yang berisi proses
pembahasan, pendapat fraksi dan hasil
pembicaraan sebagaimana dimaksud pada
ayat (3) huruf c; dan
2. permintaan persetujuan dari anggota
secara lisan oleh pimpinan rapat
paripurna.
b. pendapat akhir kepala daerah.
Pada tingkat II, apabila persetujuan tidak dapat
dicapai secara musyawarah untuk mufakat,
keputusan diambil berdasarkaan suara terbanyak.
Dalam hal rancangan Perda tidak mendapat
persetujuan bersama antara DPRD dan kepala
daerah, rancangan Perda tersebut tidak boleh
diajukan lagi dalam persidangan DPRD masa itu.
Penetapan Rancangan Peraturan Daerah
Rancangan Perda yang telah disetujui bersama oleh
DPRD dan Kepala Daerah disampaikan oleh
pimpinan DPRD kepada kepala daerah untuk
ditetapkan menjadi Perda.
Penyampaian rancangan Perda dilakukan dalam
jangka waktu paling lama 3 (tiga) hari terhitung sejak
tanggal persetujuan bersama.
Kepala daerah wajib menyampaikan rancangan Perda
kepada gubernur sebagai wakil Pemerintah Pusat
paling lama 3 (tiga) hari terhitung sejak menerima
rancangan Perda dari pimpinan DPRD untuk
mendapatkan nomor register Perda.
Lanjutan …
Gubernur sebagai wakil Pemerintah Pusat
memberikan nomor register rancangan Perda paling
lama 7 (tujuh) hari sejak rancangan Perda diterima.
Rancangan Perda yang telah mendapat nomor register
ditetapkan oleh kepala daerah dengan membubuhkan
tanda tangan paling lama 30 (tiga puluh) hari sejak
rancangan Perda disetujui bersama oleh DPRD dan
kepala daerah.
Dalam hal kepala daerah tidak menandatangani
rancangan Perda yang telah mendapat nomor register
akan sah menjadi Perda dan wajib diundangkan dalam
lembaran daerah.
Lanjutan …
Judul
Pembukaan
Batang Tubuh
Penutup
Penjelasan
Lampiran (Jika Diperlukan)
JUDUL
MEMUTUSKAN:
Pengertian:
Dibuat sesuai kebutuhan.
SINGKATAN ATAU AKRONIM
Perbedaan singkatan dan akronim:
Contoh singkatan:
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD)
Contoh akronim:
Badan Koordinasi Survei dan Pemetaan Nasional
(BAKOSURTANAL)
Frasa yang digunakan adalah:
Singkatan>>>>>>> yang selanjutnya disingkat…….
Akronim >>>>>>> yang selanjutnya disebut……..
MATERI POKOK YANG DIATUR
Contoh:
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan
Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah
Provinsi Kepulauan Riau.