Anda di halaman 1dari 30

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Filsafat berusaha untuk memahami realitas secara menyeluruh, dengan menjelaskannya
secara umum dan sistematis. Begitu pula dengan filsafat pendidikan berusaha memahami
pendidikan dalam keseluruhan, menafsirkannya dengan konsep-konsep yang umum, yang akan
membimbing kita dalam memilih tujuan dan kebijakan pendidikan. Filsafat pendidikan sebagai
salah satu acuan untuk memperbaiki pendidikan di Indonesia. Karena dalam mempelajari filsafat
pendidikan kita lebih tahu dasar-dasar pendidikan.
Dalam filsafat terdapat berbagaai mazhab, aliran-aliran seperti materialism, idialisme,
realism, pragmatism dan lain-lainnya. Karena filsafat pendidikan merupakan terapan dari filsafat,
sedangkan filsafat beraneka ragam alirannya, maka dalam filsafat pendidikan pun kita akan
temukan berbagai aliran, sekurang-kurangnya sebanyak aliran dalam aliran filsafat itu sendiri.
Dengan mempelajarinya maka generasi yang akan datang akan lebih memahami tentang
pendidikan dan aliran filsafat pendidikan, supaya kita dapat mengambil hikmah pembelajaran
dari aliran-aliran filsafat pendidikan tersebut.

1.2 RUMUSAN MASALAH


a. Apa saja aliran-aliran filsafat pendidikan ?
b. Apakah defenisi dari aliran filsafat pendidikan idealisme, realisme, materialisme,
pragmatisme, eksistensialisme, progresivisme, perenialisme, esensialisme, dan
rekonstruksionisme ?
c. Siapa saja tokoh dalam aliran filsafat pendidikan idealisme, realisme, materialisme,
pragmatisme, eksistensialisme, progresivisme, perenialisme, esensialisme, dan
rekonstruksionisme ?
d. Bagaimana prinsip dari aliran filsafat pendidikan idealisme, realisme, materialisme,
pragmatisme, eksistensialisme, progresivisme, perenialisme, esensialisme, dan
rekonstruksionisme ?

1
1.3 TUJUAN
a. Untuk memenuhi tugas dari dosen dalam mata kuliah Filsafat Pendidikan
b. Untuk mengetahui aliran-aliran filsafat pendidikan
c. Untuk mengetahui pengertian, tokoh, dan prinsip aliran filsafat pendidikan idealisme,
realisme, materialisme, pragmatisme, eksistensialisme, progresivisme, perenialisme,
esensialisme, dan rekonstruksionisme

1.4 MANFAAT
a. Mahasiswa dapat mengetahui tentang aliran-aliran filsafat pendidikan
b. Mahasiswa dapat mengetahui pengertian, tokoh, dan prinsip aliran filsafat pendidikan
idealisme, realisme, materialisme, pragmatisme, eksistensialisme, progresivisme,
perenialisme, esensialisme, dan rekonstruksionisme.
c. Mahasiswa dapat menjelaskan pandangan dan pelaksanaan pendidikan menurut aliran
filsafat pendidikan idealisme, realisme, materialisme, pragmatisme, eksistensialisme,
progresivisme, perenialisme, esensialisme, dan rekonstruksionisme.
d. Mahasiswa dapat mendisain rencana pembelajaran sesuai dengan gagasan aliran
filsafat pendidikan tertentu.

2
BAB II
PEMBAHASAN
ALIRAN-ALIRAN FILSAFAT PENDIDIKAN

Filsafat pendidikan merupakan terapan dari filsafat, yang berarti bahwa filsafat pendidikan
pada dasarnya menggunakan cara kerja filsafat dan akan menggunakan hasil-hasil kajian dari
filsafat, yaitu berupa hasil pemikiran manusia tentang realitas, pengetahuan, dan nilai, khususnya
yang berkaitan dengan praktek pelaksanaan pendidikan. Dalam filsafat pendidikan terdapat
berbagai aliran sesuai dengan aliran yang terdapat dalam filsafat. Tinjauan filsafat dapat
berwujud sebagai upaya penemuan kongruensi antara aliran-aliran filsafat pendidikan dengan
filsafat pancasila. Berikut ini akan diuaraikan berbagai aliran filsafat pendidikan yang
menjelaskan tentang pengkajian terhadap fenomena atau gejala dan eksistensi manusia dalam
pengembangan hidup dan kehidupannya dalam alam dan lingkungannya yang tercakup dalam
eksistensialisme, progresivisme, perenialisme, esensialisme, dan rekonstruksionisme ( Edward
dan Yusnadi, 2015: 18-19 ).

2.1 FILSAFAT PENDIDIKAN IDEALISME


2.1.1 Definisi Aliran Filsafat Idealisme
Idealisme berasal dari bahasa Inggris yaitu Idealism dan kadang juga dipakai istilahnya
mentalism atau imaterialisme. Istilah ini pertama kali digunakan secara filosofis oleh Leibnez
pada mula awal abad ke-18. Idealisme diambil dari kata ide yakni sesuatu yang hadir dalam jiwa.
Idealisme dapat diartikan sebagai suatu paham atau aliran yang mengajarkan bahwa hakikat
dunia fisik hanya dapat dipahami dalam kaitannya dengan jiwa dan roh.
Inti dari Idealisme adalah suatu penekanan pada realitas ide gagasan, pemikiran, akal-pikir
atau kedirian daripada sebagai suatu penekanan pada objek-objek dan daya-daya material.
Idealisme menekankan akal pikir sebagai hal dasar atau lebih dulu ada bagi materi dan bahkan
menganggap bahwa akal pikir adalah sesuatu yang nyata, sedangkan materi adalah akibat yang
ditimbulkan oleh akal-pikir atau jiwa (mind). Hal itu sangat berlawanan dengan materialisme
yang berpendapat bahwa materi adalah nyata ada, sedangkan akal-pikir (mind) adalah sebuah
fenomena pengiring.

3
Filsafat idealisme memandang bahwa realitas akhir adalah roh, bukan materi, bukan
fisik.Parmenides, filosof dari Elea (Yunani Purba) berkata, Apa yang tidak dapat dipikirkan
adalah tidak nyata. Plato, seorang filosof idealisme klasik (Yunani Purba) menyatakan bahwa
realitas terakhir adalah dunia cita. Dunia cita merupakan dunia mutlak, tidak berubah, dan asli
serta abadi. Realitas akhir tersebut sebenarnya telah ada sejak semula pada jiwa manusia.
Hakikat manusia adalah jiwanya, rohaninya, yakni apa yang disebut mind.
Mind merupakan suatu wujud yang mampu menyadari dunianya, bahkan sebagai pendorong dan
penggerak semua tingkah laku manusia. Jiwa (mind) merupakan faktor utama yang
menggerakkan semua aktivitas manusia, badan atau jasmani tanpa jiwa tidak memiliki apa-apa.
Plato mengatakan bahwa jiwa manusia sebagai roh yang berasal dari ideeksternal dan sempurna.
Bagi Immanuel Kant, manusia adalah bebas dan ditentukan. Manusia bebas, sepanjang ia
sebagai spirit (jiwa), sedangkan ia terikat berarti manusia juga merupakan makjluk fisik yang
tunduk terhadap hukum alam.
Tentang teori pengetahuan, idealisme mengemukakan pandangannya bahwa pengetahuan
yang diperoleh melalui indera tidak pasti dan tidak lengkap, karena dunia hanyalah merupakan
tiruan belaka, sifatnya maya, yang menyimpang dari kenyataan yang sebenarnya.Pengetahuan
yang benar hanya merupakan hasil akal belaka, karena akal dapat membedakan bentuk spiritual
murni dari benda-benda di luar penjelmaan material.
Menurut pandangan idealisme, nilai itu absolut.Apa yang dikatakan baik, benar, salah,
cantik atau tidak cantik, secara fundamental tidak berubah dari generasi ke generasi. Pada
haikatnya nilai itu tetap.Nilai tidak diciptakan manusia, melainkan merupakan bagian dari alam
semesta.
Dalam hubungannya dengan pendidikan, idealisme memberi sumbangan yang besar
terhadap perkembangan teori pendidikan, khususnya filsafat pendidikan. Tokoh idealisme
merupakan orang-orang yang memiliki nama besar. Sampai sekarang orang akan mengakui
kebesaran hasi pemikirannya, baik memberikan perstujuan maupun memberikan kritik bahkan
pemikiran.
Seorang guru yang menganut paham idealism harus membimbing atau mendiskusikan
bukan sebagai prinsip-prinsip eksternal kepada siswa, melainkan sebagai kemungkinan (batin)
yang perlu dikembangkan. Guru idealis juga harus mewujudkan sedapat mungkin watak yang
terbaik. Socrates, Plato, dan Kant yakin bahwa pengetahuan yang terbaik adalah pengetahuan

4
yang dikeluarkan dalam diri siswa, bukan dimasukkan atau dijejalkan ke dalam diri siswa.
Aliran idealism kenyataannya tidak terpisahkan dengan alam dan lingkungan seingga
melahirkan dua macam realita ; pertama, yang Nampak yaitu apa yang dialami oleh kita selaku
makhluk hidup dalam lingkungan ini seperti ada yang dating dan ada yang pergi, ada yang hidup
dan ada yang mati, demikian seterusnya. Kedua, adalah realitas sejati, yang merupakan sifat
yang kekal dan sempurna (idea), gagasan dan pikiran yangbutuh di dalamnya terdapat nilai-nilai
yang murni dan asli, kemudian kemutlakan dankesejatian kedudukannya lebih tinggi dari yang
nampak karena idea merupakan wujud yang hakiki.

2.1.2 Tokoh-Tokoh Aliran Filsafat Idealisme


Tokoh-tokoh dalam aliran ini adalah Plato (477 -347 SM), Immanuel Kant (1724 -1804),
Pascal (1623-1662), J. G. Fichte (1762-1914 M.), F. W. S. Schelling (1775-1854 M.), G. W. F.
Hegel (1770-1031 M.)

2.1.3 Prinsip-Prinsip Aliran Filsafat Idealisme


Prinsip yang mendasari pengetahuan idealisme adalah rasionalisme mengemukakan bahwa
indra kita hanya memberikan materi mentah bagi pengetahuan. Pengetahuan tidak ditemukan
dari pengalaman indra , melainkan dari konsepsi, dalam prinsip-prinsip sebagai hasil aktivitas
Berpandangan bahwa nilai itu absolut. Tidak berubah darijiwa generasi ke generasi. Pada
hakikatnya nilai itu tetap. Contohnya : hukum moral kewajiban manusia manusia untuk
berlaku jujur, adil, ikhlas, pemaaf, kasih sayang sesama manusia dimanapun berada.
Implikasi filsafat idealisme dalam pendidikan adalah sebagai berikut :
a. Tujuan, untuk membentuk karakter, mengembangkan bakat atau kemampuan dasar, serta
kebaikan sosial.
b. Kurikulum, pendidikan liberal untuk pengembangan kemampuan dan pendidikan praktis
untuk memperoleh pekerjaan.
c. Metode, diutamakan metode dialektika (saling mengaitkan ilmu yang satu dengan yang
lain), tetapi metode lain yang efektif dapat dimanfaatkan.
d. Peserta didik bebas untuk mengembangkan kepribadian, bakat dan kemampuan dasarnya.
e. Pendidik bertanggungjawab dalam menciptakan lingkungan pendidikan melalui kerja
sama dengan alam.

5
2.2 FILSAFAT PENDIDIKAN REALISME
2.2.1 Definisi Aliran Filsafat Realisme
Pada dasarnya realism merupakan filsafat yang memandang realitas secara
dualitis.realisme berbeda dengan materialisme dan idealisme yang bersifat monistis. realisme
berpendapat bahwa hakikat realitas ialah terdiri atas dunia fisik dan dunia rohani. realisme
membagi realitas menjadi dua bagian, yaitu subjek yang menyadari dan mengetahui di satu
pihak, dan dipihak lainnya adlah adanya realita di luar manusia, yang dapat dijadikan sebagai
objek pengetahuan manusia.
Memasuki abad ke-20, realisme muncul. Real berarti yang aktual atau yang ada, kata
tersebut menunjuk kepada benda-benda atau kejadian-kejadian yang sungguh-sungguh, artinya
yang bukan sekadar khayalan atau apa yang ada dalam pikiran. Real menunjukkan apa yang ada.
Pada dasarnya realisme merupakan filsafat yang memandang realitas secara dualitis. Realisme
berbeda dengan materialisme dan idealisme yang bersifat monistis. Realisme berpendapat bahwa
hakikat realitas ialah terdiri ataas dunia fisik dan dunia rahani. Realisme membagi realitas
menjadi dua bagian, yaitu subyek yang menyadari dan mengatahui disatu pihak, dan dipihak
lainnya adalah adanya realita diluar manusia, yang dapat dijadikan sebagai objek pengetahuan
manusiaImplikasinya Realisme dalam pendidikan adalah kebutuhan dasar dan hak yang
mendasar bagi manusia dan kewajiban penting bagi semua masyarakat untuk memastikan bahwa
semua anak-anak dilahirkan dengan pendidikan yang baik.

2.2.2 Tokoh-Tokoh Aliran Filsafat Realisme


Beberapa tokoh yang beraliran realisme: Aristoteles, Johan Amos Comenius, Santo
Thomas Aquinas, Rene Descartes, Wiliam Mc Gucken, Francis Bacon, John Locke, Galileo,
David Hume, John Stuart Mill.

2.2.3 Prinsip-Prinsip Aliran Filsafat Realisme


Pada prinsip dasarnya realisme merupakan filsafat yang memandang hakikat
wujud/realitas/ontologi secara dualitas, terdiri atas dunia fisik dan rohani. Implikasi pendidikan
realisme :
1) Tujuan Pendidikan : Penyesuaian hidup dan tanggung jawab sosial

6
2) Kedudukan siswa : Dalam hal pelajaran, menguasai pengetahuan yang handal, dapat
dipercaya. Dalam hal disiplin, peraturan yang baik adalah esensial untuk belajar. Disiplin
mental dan moral dibutuhkan untuk memperoleh hasil yang baik.
3) Peranan guru : Menguasai pengetahuan, terampil dalam teknik mengajar, dan dengan keras
menuntut prestasi dari siswa
4) Kurikulum : Kurikulum komprehensif mencakup semua pengetahuan yang berguna.
Berisikan pengetahuan liberal dan pengetahuan praktis.
5) Metode : Belajar tergantung pada pengalaman, baik langsung atau tidak langsung. Metode
penyampaian harus logis dan psikologis. Metode Conditioning (SR) merupakan metode
utama bagi realisme sebagai pengikut behaviorisme.

2.3 FILSAFAT PENDIDIKAN MATERIALISME


2.3.1 Definisi Aliran Filsafat Materialisme
Materialisme adalah salah satu paham filsafat yang banyak dianut oleh para filosof, seperti
Demokritus, Thales, Anaximanoros dan Horaklitos. Paham ini menganggap bahwa materi berada
di atas segala-galanya. Ketika paham ini pertama muncul, paham tersebut tidak mendapat banyak
perhatian karena banyak ahli filsafat yang menganggap bahwa paham ini aneh dan mustahil.
Namun pada sekitar abad 19 paham materialisme ini tumbuh subur di Barat karena sudah banyak
para filosof yang menganut paham tersebut.
Aliran materialisme adalah suatu aliran filsafat yang berisikan tentang ajaran kebendaan,
dimana benda merupakan sumber segalanya, sedangkan yang dikatakan materialistis
mementingkan kebendaan menurut materialisme (Poerwadarminta,1984:638). Aliran ini berpikir
dengan sederhana, mereka berpikir realitas sebagaimana adanya, kenyataannya aliran ini
memberikan suatu pertanyaan bahwa segala sesuatu yang ada di semua alam ini ialah yang dapat
dilihat atau diobservasi, baik wujudnya maupun gerakan-gerakannya serta peristiwa-
peristiwanya.
Pada dasarnya realisme merupakan filsafat yang memandang realitas secara
dualitis.realisme berbeda dengan materialisme dan idealisme yang bersifat monistis. realisme
berpendapat bahwa hakikat realitas ialah terdiri atas dunia fisik dan dunia rohani. Realisme
membagi realitas menjadi dua bagian, yaitu subjek yang menyadari dan mengetahui di satu

7
pihak, dan dipihak lainnya adalah adanya realita di luar manusia, yang dapat dijadikan sebagai
objek pengetahuan manusia.
Pada fokusnya aliran materialisme sebagaimana ditegaskan Jalaluddin dan Idi (2005:53)
mengutamakan benda dan segala berawal dari benda demikian juga yang nyata hanya dunia
materi. Segala kenyataan yang ada itu berdasarkan zat atau unsur dan jiwa, roh, sukma (idea:
idealisme) oleh aliran materialisme dianggap pula sejenis materi, tetapi mempunyai sifat yang
berbeda dibandingkan dengan sifat materi karena jiwa, roh, sukma itu mempunyai naluri untuk
bergerak dengan sendiri, sedangkan mempunyai gerakan yang terbatas sehingga tidak bebas dan
kaku.
Karakteristik umum materialisme (Sadulloh. 2003) berdasarkan suatu asumsi bahwa
realitas dapat dikembangkan pada sifat-sifat yang sedang mengalami perubahan gerak dalam
ruang. Asumsi tersebut adalah:
a. Semua sains seperti biologi, kimia, psikologi, fisika, sosiologi, ekonomi dan yang lainnya
ditinjau dari dasar fenomena materi yang berhubungan secara kasual (sebab akibat). Jadi
semua sains merupakan cabang dari sains mekanika.
b. Apa yang dikatakan jiwa (mind) dan segala kegiatannya (berpikir, memahami) adalah
merupakan suatu gerakan yang kompleks dari otak, system urat syaraf, atau organ-organ
jasmani lainnya.
c. Apa yang disebut dengan nilai dan cita-cita, makna dan tujuan hidup, keindahan dan
kesenangan serta kebebasan hanyalah sekedar nama-nama atau semboyan. Symbol
subyektif manusia untuk situasi atau hubungan fisik yang berbeda. Jadi semua fenomena,
baik fenomena social maupun fenomena psikologis adalah merupakan bentuk-bentuk
tersembunyi dari realitas fisik. Hubungan-hubungannya dapat berubah secara kausal.

Pendidikan, dalam hal ini proses belajar mengajar. Merupakan kondisionisasi lingkungan,
yakni perilaku akan dapat muncul pada diri peserta didik melalui pembiasaan, seperti misalnya
percobaan Pavlov akan seekor anjing dengan makanan dan air liur yang disertai dengan lonceng
atau bell. Setiap menyajikan makanan pada anjing selalui disertai dengan bunyi bell, dilakukan
beberapa kali dan pada suatu ketika sesuai dengan waktu penyajiann makanan yang dilakukan
sebelumnya, bell dibunyikan tanpa ada makanan, air liur anjing keluar. Hal ini merupakan
pembiasaan, perilaku anjing yakni air liur keluar hanya dengan bell tanpa disetai makanan. Yang
dimaksud dengan perilaku adalah hal-hal yang berubah, dapat diamati dan dapat diukur. Hal ini

8
mengandung makna bahwa dalam proses pendidikan (proses pembelajaran) penting keterampilan
dan pengetahuan akademis yang empiris sebagai hasil kajian sains, serta perilaku social sebagai
hasil belajar. Disamping itu dalam pendidikan sangat diperlukan adanya penguatan yang akan
meningkatkan hubungan antara stimulus dan respon, aksi dan reaksi.
Materialisme berpandangan bahwa hakikat realisme adalah materi, bukan rohani, bukan
spiritual, atau supranatural. Filsafat materialisme memandang bahwa materi lebih dahulu ada
sedangkan ide atau pikiran timbul setelah melihat materi. Dengan kata lain materialisme
mengakui bahwa materi menentukan ide, bukan ide menentukan materi. Contoh: karena meja
atau kursi secara objektif ada, maka orang berpikir tentang meja dan kursi. Bisakah seseorang
memikirkan meja atau kursi sebelum benda yang berbentuk meja dan kursi belum atau tidak ada.
Aliran materialisme memiliki dua variasi yaitu :
a. Filsafat Materialisme Dialektika
Materialisme dialektika adalah materialisme yang memandang segala sesuatu selalu
berkembang sesuai dengan hukum-hukum dialektika: hukum saling hubungan dan
perkembangan gejala-gejala yang berlaku secara objektif di dalam dunia semesta. Pikiran-
pikiran materialisme dialektika inipun dapat kita jumpai dalam kehidupan misalnya, bumi
berputar terus, ada siang ada malam, habis gelap timbullah terang, patah tumbuh hilang
berganti dsb. Semua pikiran ini menunjukkan bahwa dunia dan kehidupan kita senantiasa
berkembang.
b. Filsafat Materialisme Metafisik
Materialisme metafisik, yang memandang dunia secara sepotong-sepotong atau dikotak-
kotak, tidak menyeluruh dan statis. Pikiran-pikiran materialisme metafisik ini misalnya:
sekali maling tetap maling, memandang orang sudah ditakdirkan, tidak bisa berubah.

2.3.2 Tokoh-Tokoh Aliran Filsafat Materialisme


Tokoh-tokoh aliran ini adalah:
a) Thales (625-545 SM) berpendapat bahwa unsur asal adalah air.
b) Anaximandros (610-545 SM) berpendapat bahwa unsur asal adalah apeiron, yaitu unsur yang
tak terbatas.
c) Anaximenes (585-528 SM) berpendapat bahwa unsur asal adalah udara.
d) Heraklitos (540-475 SM) berpendapat bahwa unsur asal adalah api.

9
e) Demokritus (460-360 SM) berpendapat bahwa hakikat alam adalah atom-atom yang amat
banyak dan halus. Atom-atom itulah yang menjadi asal kejadian alam semesta.

2.3.3 Prinsip-Prinsip Aliran Filsafat Materialisme


Prinsip materialisme yang didasarkan pada suatu asumsi bahwa realitas yaitu :
a) Apa yang dikatakan jiwa ( mind ) dan segala kegiatannya ( berfikir, memahami ) adalah
merupakan suatu gerakan yang kompleks dari otak, sistem urat saraf, atau organ-organ
jasmani yang lainnya.
b) Apa yang disebut dengan nilai dan cita-cita, makna dan tujuan hidup, keindahan dan
kesenangan, serta kebebasan hanyalah sekedar nama-nama atau semboyan.

Menurut Power (1982), implikasi aliran filsafat pendidikan materialisme, sebagai berikut:
1) Temanya yaitu manusia yang baik dan efisien dihasilkan dengan proses pendidikan
terkontrol secara ilmiah dan seksama.
2) Tujuan pendidikan merupakan perubahan perilaku, mempersiapkan manusia sesuai dengan
kapasitasnya, untuk tanggung jawab hidup sosial dan pribadi yang kompleks.
3) Isi kurikulum pendidikan yang mencakup pengetahuan yang dapat dipercaya (handal), dan
diorganisasi, selalu berhubungan dengan sasaran perilaku.
4) Metode, semua pelajaran dihasilkan dengan kondisionisasi (SR conditioning), operant
condisioning, reinforcement, pelajaran berprogram dan kompetisi.
5) Kedudukan siswa tidak ada kebebasan, perilaku ditentukan oleh kekuatan dari luar, pelajaran
sudah dirancang, siswa dipersiapkan untuk hidup, mereka dituntut untuk belajar.
6) Guru memiliki kekuasaan untuk merancang dan mengontrol proses pendidikan, guru dapat
mengukur kualitas dan karakter hasil belajar siswa.

2.4 FILSAFAT PENDIDIKAN PRAGMATISME


2.4.1 Definisi Aliran Filsafat Pragmatisme
Pragmatisme berasal dari kata pragma (bahasa Yunani) yang berarti tindakan, perbuatan.
Pragmatisme adalah suatu aliran yang mengajarkan bahwa yang benar apa yang membuktikan
dirinya sebagai benar dengan perantaraan akibat-akibatnya yang bermanfaat secara praktis.
Aliran ini bersedia menerima segala sesuatu, asal saja hanya membawa akibat praktis.

10
Pengalaman-pengalaman pribadi, kebenaran mistis semua bisa diterima sebagai kebenaran dan
dasar tindakan asalkan membawa akibat yang praktis yang bermanfaat. Dengan demikian,
patokan pragmatisme adalah manfaat bagi hidup praktis.
Pragmatisme berpandangan bahwa kriteria kebenaran sesuatu ialah, apakah sesuatu itu
memiliki kegunaan bagi kehidupan nyata. Oleh sebab itu kebenaran sifatnya menjadi relatif tidak
mutlak. Mungkin sesuatu konsep atau peraturan sama sekali tidak memberikan kegunaan bagi
masyarakat tertentu, tetapi terbukti berguna bagi masyarakat yang lain. Maka konsep itu
dinyatakan benar oleh masyarakat yang kedua. Pendiri filsafat pragmatisme ini adalah Charles
Sandre Peirce (1893-1914), Wiliam James (1842-1910), dan John Dewey (1859-1952).
Pragmatisme yakin bahwa akal manusia aktif dan selalu ingin meneliti, tidak pasif dan tidak
begitu saja menerima pandangan tertentu sebelum dibuktikan kebenarannya secara empiris.
Pikiran (rasio) tidak bertentangan dan tidak terpisah dari dunia, melainkan merupakan bagian
dari dunia.
Pendidikan menurut pandangan pragmatisme bukan merupakan suatu proses pembentukan
dari luar, dan juga bukan merupakan suatu pemerkahan kekuatan-kekuatan laten dengan
sendirinya, melainkan merupakan suatu proses reoerganisasi dan rekonstruksi dari pengalaman-
pengalaman individu; yang berarti bahwa setiap manusia selalu belajar dari pengalamannya.
Menurut John Dewey (Sadulloh, 2003), pendidikan perlu didasarkan pada tiga pokok
pemikiran, yakni:
a. Pendidikan merupakan kebutuhan untuk hidup.
Hidup selalu berubah menuju pembaharuan hidup, karena itu pendidikan adalah
merupakan kebutuhan untuk hidup. Pendidikan berfungsi sebagai alat dan sebagai
pembaharuan hidup. Yakni melalui interaksi antar individu dengan individu lainnya serta
lingkungannya sehingga hal ini membawa perubahan maupun pembaharuan hidup pada
generasi muda, dan pembaharuan ini akan berkembang dengan pesat sejalan dengan
berkembangnya teknologi dan ilmu pengetahuan. Untuk mengisi dan melengkapi
kehidupan yang selalu berubah dan berkembang in maka diperlukan adanya pendidikan
b. Pendidikan sebagai pertumbuhan
Menurut John Dewey (Sadulloh, 2003), pertumbuhan merupakan suatu perubahan
tindakan yang berlangsung terus menerus untuk mencapai hasil selanjutnya. Pertumbuhan
juga merupakan proses pematangan oleh karena peserta didik memiliki potensi berupa

11
kapasitas untuk berkembang atau bertumbuh menjadi sesuatu dengan adanya pengaruh
lingkungan. Hidup selalu mengalami pertumbuhan dan pertumbuhan diwarnai oleh
aktivitas aktif, yang berarti bahwa pertumbuhan akan dipengaruhi oleh intensitas aktivitas
individu yang menimbulkan pengalaman yang akan membawa perubahan pada dirinya
sendiri. Sehingga pertumbuhan merupakan karakteristik dari hidup, sedangkan
pendidikan adalah hidup itu sendiri. Pendidikan adalah kehidupan itu sendiri, bukan
persiapan untuk suatu kehidupan.

c. Pendidikan sebagai fungsi social.


Menurut John Dewey (Sadulloh, 2003), lingkungan merupakan syarat bagi pertumbuhan
dan fungsi pendidikan merupakan suatu proses membimbing dan mengembangkan.
Melalui kegiatan pendidikan masyarakat membimbing peserta didik yang masih belum
matang menurut susunan social tertentu. Dalam keadaan yang belum matang peserta
didik selalu berinteraksi dengan lingkungan, selalu berhubungan dengan individu lainnya.
Dalam aktivitas pendidikan selalu ada interaksi yang dapat mempengaruhi dan
membimbing pesera didik dapat megembangkan diri sebagai pribadi yang dipengaruhi
dan mempengaruhi dalam situasi dan lingkungan social.

Sekolah sebagai suatu lingkungan pendidikan dan sekaligus sebagai alat transmisi,
memiliki tiga fungsi, yakni:

a. Menyederhanakan dan mengarahkan faktor-faktor bawaan yang diharapkan untuk


berkembang
b. Membimbing dan mengarahkan kebiasaan masyarakat yang ada sesuai dengan yang
diharapkan
c. Menciptakan suatu lingkungan yang lebih luas, dan lebih baik yang diperuntukkan bagi
peserta didik untuk mengembangkan kemampuan mereka.

Dalam praktek pelaksanaan pendidikan sangat dianjurkan agar guru dalam menghadapi
peserta didik dalam kelas memperhatikan saran berikut ini:

a. Guru tidak boleh memaksakan sesuatu yang tidak sesuai dengan minat dan kemampuan
peserta didik.

12
b. Peserta didik harus dihadapkan pada suatu masalah yang harus diselesaikan sehingg
timbul minat untuk menyelesaikannya.
c. Guru harus mengenal peserta didik dan dapat membangkitkan minat mereka dalam
pembelajaran.
d. Guru harus menciptakan interaksi pembelajaran yang dapat menimbulkan kerjasama
antara peserta didik dengan peserta didik, peserta didik dengan guru dan sebaliknya.

Dalam pembelajaran, guru harus harus member kesempatan kepada peserta didik untuk
belajar sambil bekerja. Guru hendaknya memfasilitasi, mendorong dan mengarahkan peserta
didik agar dapat belajar menyelidiki dan mengamati sendiri, menemukan sendiri, berpikir dan
menarik kesimpulan sendiri serta bekerja sama memecahkan atau mengatasi masalah yang
dihadapi.

2.4.2 Tokoh-Tokoh Aliran Filsafat Pragmatisme


Pragmatisme dipandang sebagai filsafat Amerika asli. Namun sebenarnya berpangkal pada
filsafat empirisme Inggris, yang berpendapat bahwa manusia dapat mengetahui apa yang
manusia alami. Beberapa tokoh yang menganut filsafat ini adalah: Charles Sandre Peirce,
Wiliam James, John Dewey, Heracleitos.

2.4.3 Prinsip-Prinsip Aliran Filsafat Pragmatisme


Filsafat pragmatisme di dalam pembelajaran lebih menekankan kapada metoda dan
pendirian dari pada kepada doktrin filsafat yang sistematis, yaitu metoda penyelidikan
eksperimental yang biasanya dipakai dalam segala bidang pengalaman. Ada beberapa konsep
dalam filsafat pragmatisme dan salah satunya adalah konsep realitas yang merupakan interaksi
antara manusia dengan lingkungannya. Dalam filsafat pragmatisme manusia dipandang sebagai
makhluk fisik sebagai hasil/evolusi biologis, sosial dan psikologis karena manusia dalam
keadaan yang terus berkembang. Dari konsep ini, penerapan filsafat pragmatisme dalam
pembelajaran mempunyai tujuan, salah satunya untuk mengajarkan kepada para siswa agar
mereka dapat memahami kondisi disekitarnya/dilingkungannya dan dari situlah siswa diharap
dapat memahami, mengerti dan dapat menyaring mana yang baik dan mana yang buruk untuk
diri mereka dari pengaruh lingkungan sekitarnya

13
2.5 FILSAFAT PENDIDIKAN EKSISTENSIALISME
2.5.1 Definisi Aliran Filsafat Eksistensialisme
Eksistensialisme hampir sepenuhnya merupakan produk abad XX. Kata "eksistensi"
berasal dari bahasa Latin yaitu "Existere ", kata "Ex" yang berarti keluar dan kata "Sitere" yang
berarti membuat berdiri. Jadi eksistensialisme berarti apa yang ada, apa yang memiliki aktualitas,
apa saja yang dialami. Hal itu berarti, eksistensialisme adalah aliran filsafat yang melukiskan dan
mendiagnosa kedudukan manusia yang sulit. Titik sentralnya adalah manusia. Eksistensialisme
juga merupakan suatu reaksi terhadap materialisme dan idealisme. Pendapat materialisme
terhadap manusia adalah manusia merupakan benda dunia, manusia adalah materi, dan manusia
adalah sesuatu yang ada tanpa menjadi subyek. Sedangkan pandangan manusia menurut
idealisme manusia hanya sebagai subyek atau hanya sebagai suatu kesadaran.
Filsafat ini memfokuskan pada pengalaman - pengalaman individu. Eksistensi adalah cara
manusia ada di dunia ( Sadulloh.2003 ). Cara berada manusia berbeda dengan cara beradanya
benda - benda materi. Cara beradanya manusia adalah hidup bersama dengan manusia lainnya,
ada kerja sama dan komunikasi dengan penuh kesadaran, sedangkan benda - benda materi
keberadaanya berdasarkan ketidaksadaran akan dirinya sendiri dan tidak dapat berkomunikasi
antara satu dengan lainnya. Benda - benda materi, alam fisik, dunia yang berada diluar manusia
tidak akan bermakna dan tidak memiliki tujuan apa - apa kalau terpisah dari manusia. Jadi dunia
bermakna karena manusia.
Jadi inti masalah yang menjadi pemikiran eksistensialisme adalah, oleh Soren Kierkegaard
(1813 - 1855) (Sadulloh.2003), sekitar : apa kehidupan manusia ? apa pemecahan yang konkrit
terhadap persoalan makna eksis (berada) dari manusia. Ada beberapa pandangan penganut
filsafat ini sehubungan dengan eksistensi, yakni :
a. Eksistensi adalah cara manusia berada. Hanya manusialah yang bereksistensi, manusialah
sebagai pusat perhatian, sehingga bersifat humanisti
b. Bereksistensi tidak statis tetapi dinamis, yang berarti menciptakan dirinya secara aktif,
merencanakan, berbuat dan menjadi
c. Manusia dipandang selalu dalam proses menjadi belum selesai dan terbuka secara realistis.
Namun demikian manusia terikat dengan dunia sekitarnya terutama sesame manusia.

14
Sikun Pribadi. 1971 (Sadulloh.2003), mengemukakan bahwa eksistensialisme dengan
pendidikan sangat berhubungan erat, karena kedua duanya sama -sama membahas masalah yang
sama yakni manusia, hubungan antara manusia, hidup, hakikat kepribadian, dan kebebasan.
Eksistensi manusia adalah makhlik yang diciptakan Tuhan berbeda dengan makhluk dan
benda lainnya dan selalu hidup bersama dan saling bekerja sama untuk mewujudkan diri sebagai
ciptaanNya. Manusia memiliki kesamaan hak dan kewajiban dalam keanekaragaman oleh karena
latar belakang yang berbeda namun memiliki kedudukan yang sama dalam tatanan kehidupan
masyarakat sebagai anggota masyarakat dan warga Negara.
Filsafat pendidikan Eksistensialisme berpendapat bahwa kenyataan atau kebenaran adalah
eksistensi atau adanya individu manusia itu sendiri. Adanya manusia di dunia ini tidak punya
tujuan dan kehidupan menjadi terserap karena ada manusia. Manusia adalah bebas. Akan
menjadi apa orang itu ditentukan oleh keputusan dan komitmennya sendiri. sehingga dapat
dikatakan eksistensialisme adalah aliran yang berpendirian (pada umumnya) bahwa filsafat harus
bertitik tolak pada manusia yang kongrit, yaitu manusia sebagai existensi itu mendahului essensi
yang merupakan suatu penolakan terhadap suatu pemikiran abstrak, tidak logic atau tidak
ilmiyah.
Berbicara tentang nilai, eksistensialisme menekankan kebebasan terhadap tindakan. Tetapi
seseorang harus mampu menciptakan tujuannya. Apabila seseorang menerima tujuan kelompok,
ia harus menjadikan tujuan tersebut menjadi miliknya. Dengan ketentuan bahwa setiap situasi
tujuan tersebut merupakan tujuan yang harus dicapai. Jadi tujuan itu diperoleh dalam situasi.
Intinya, aliran eksistensialisme ini berkeyakinan bahwa segala sesuatu dimulai dari pengalaman
pribadi, kenyakinan yang tumbuh dari dirinya dan kemampuan serta keluasaan jalan untuk
mencapai keinginan hidupnya. Titik sentralnya manusia itu sendiri.

2.5.2 Tokoh-Tokoh Aliran Filsafat Eksistensialisme


Istilah Eksistensialisme pertarna kali dikemukakan oleh ahli filsafat Jerman yaitu Martin
Heidegger pada tahun 1889-1976. Munculnya eksistensialisme berawal dari filsafat Kiekegaard
dan Neitchze. Tokoh-tokoh lainnya yang terkenal diantaranya Martin Buber, Martin Heideger,
Jean Paul Satre, Karl Jasper, Gabril Marsel, Paul Tillich.

15
2.5.3 Prinsip-Prinsip Aliran Filsafat Eksistensialisme
Prinsip-prinsip Aliran Filsafat Eksistensialisme adalah sebagai berikut:
1) Aliran ini tidak mementingkan metafisika.
2) Kebenaran lebih bersifat eksistensial daripada proporsional atau faktual.
3) Aliran ini memandang individu dalam keadaan tunggal selama hidupnya dan individu hanya
mengenai dirinya dalam interaksi dirinya sendiri dalam kehidupan.
4) Jiwa aliran ini mengutamakan manusia, memperkembangkan eksistensi pribadinya atas
alasan bahwa manusia akan mati.

Implementasi aliran eksistensialisme tehadap pendidikan antara lain sebagai berikut:


1) Aliran ini mengutamakan perorangan/ individu.
2) Memandang individu dalam keadaan tunggal selama hidupnya.
3) Aliran filsafat ini percaya akan kemampuan ilmu untuk memecahkan semua persoalannya.
4) Aliran ini memabatasi murid-murinya dengan buku-buku yang ditetapkan saja.
5) Aliran ini tidak menghendaki adanya aturan-aturan pendidikan dalam segala bentuk.

2.6 FILSAFAT PENDIDIKAN PROGRESIVISME


2.6.1 Definisi Aliran Filsafat Progresivisme
Progresivisme merupakan filsafat yang dimulai pada tahun 1918. Filsafat ini berpendapat
bahwa pengetahuan yang benar pada masa kini tidak mungkin benar di masa mendatang.
Karenanya, cara terbaik mempersiapkan para siswa untuk suatu masa depan yang tidak diketahui
adalah membekali mereka dengan strategi-strategi pemecahan masalah yang memungkinkan
mereka mengatasi tantangan-tantangan baru dalam kehidupan dan untuk menemukan kebenaran-
kebenaran yang relevan pada saat ini.
Menurut penganut aliran ini bahwa kehidupan manusia berkembang terus menerus dalam
suatu arah yang positif. Apa yang dipandang benar sekarang belum tentu benar pada masa yang
akan datang. Oleh sebab itu, peserta didik bukan dipersiapkan untuk menghidupi kehidupan
masa kini, melainkan mereka harus dipersiapkan menghadapi kehidupan masa mendatang.
Permasalahan hidup masa kini tidak akan sama dengan permasalahan hidup masa yang akan
datang. Untuk itu peserta didik harus dilengkap dengan srtategi - strategi menghadapi kehidupan
masa mendatang dan pemecahan masalah yang memungkinkan mereka mengatasi permasalahan

16
-permasalahn baru dalam kehidupan dan untuk menemukan kebenaran - kebenaran yang relevan
pada masa itu.
Guru atau pendidik harus berperan sebagai pembimbing dan fasilitator agar peserta didik
terdorong dan terbantu untuk mempelajari dan memiliki pengalaman tentang hal - hal yang
penting bagi kehidupan mereka, bukan memberikan sejumlah kebenaran yang disebut abadi.
Yang penting adalah bahwa guru atau pendidik harus memfasilitasi peserta didik agar memiliki
kesempatan yang luas untuk bekerja sama atau kooperatif didalam kelompok, memecahkan
masalah yang dipandang penting oleh kelompok bukan oleh guru, dalam kelompoknya.
Progresivisme pengikut Dewey (Sadulloh.2003) mendasarkan pada asumsi berikut ;
a. Minat - minat peserta didik sebagai dasar menentukan muatan kurikulum, bukan disiplin
ilmu atau akademik
b. Pengajaran efektif adalah apabila memperlakukan peserta didik sebagai keseluruhan dan
minat - minat serta kebutuhan - kebutuhannya dihubungkan dengan bidang kognitif,
efektif, dan psikomotor.
c. Pembelajaran harus aktif, guru menyediakan kemungkinan agar peserta didik memiliki
pengalaman melalui belajar dengan berbuat/melakukan
d. Pendidikan bertujuan untuk membina peserta didik berpikir rasional sehingga menjadi
manusia yang cerdas yang berkontribusi pada masyarakat
e. Peserta didik mempelajari nilai - nilai personal dan social di sekolah
f. Individu berada pada suatu keadaan yang selal berubah secara terus menerus, dan
pendidikan merupakan wahana yang memungkinkan masa depan yang lebih baik dari masa
sebelumnya

Dalam praktek pelaksanaan pembelajaran hendaknya diberikan kesempatan yang seluas


luasnya pada peserta didik untuk menemukan pengalaman - pengalaman yang tepat seperti ;
kunjungan lapangan, proyek kelompok kecil, simulasi, bermain peran, eksplorasi internet, dan
aktifitas lainnya yang menimbulkan pengalaman yang berharga pada peserta didik yang dapat
digunakan pada masa yang akan datang. Dapat dikatakan bahwa, pengalaman belajar
memecahkan atau mengatasi permasalahan pada usia dini, merupakan persiapan dan sekaligus
modal yang terbaik untuk hidup menghidupi kehidupan masa depan

17
Melalui analisis diri dan refleksi yang berkelanjutan, individu dapat mengidentifikasi nilai-
nilai yang tepat dalam waktu yang dekat. Progresivisme didasarkan pada keyakinan bahwa
pendidikan harus berpusat pada anak (child-centered) bukannya memfokuskan pada guru atau
bidang muatan.
Progresifisme melancarkan suatu gerakan untuk perubahan sosial dan budaya dengan
penekanan pada perkembangan individual dan mencakup cita-cita seperti :
a) Cooperation ,yaitu kerja sama dalam berbagai aspek kehidupan.
b) Sharing ,yaitu berbagi peran dan turut ambil bagian dalam berbagai kegiatan.
c) Adjustment ,yaitu fleksibel untuk dapat menyesuaikan diri dengan berbagai perubahan
yang terjadi.

Kritik terhadap Progresivisme:


1) Siswa tidak mempelajari warisan sosial, mereka tidak mengetahui apa yang seharusnya
diketahui oleh orang terdidik.
2) Mengabaikan kurikulum yang telah ditentukan, yang menjadi tradisi sekolah
3) Mengurangi bimbingan dan pebgaruh guru. Siswa memilih aktivitas sendiri
4) Siswa menjadi orang yang mementingkan diri sendiri, ia menjadi manusia yang tidak
memiliki self discipline, dan tidak mau berkorban demi kepentingan umum.

2.6.2 Tokoh-Tokoh Aliran Filsafat Progresivisme


Beberapa tokoh dalam aliran ini antara lain : George Axtelle, William O. Stanley, Ernest
Bayley, Lawrence B.Thomas, Frederick C. Neff

2.6.3 Prinsip-Prinsip Aliran Filsafat Progresivisme


Adapun prinsipnya yaitu:
a) Proses pendidikan berawal dan berakhir pada anak.
b) Subjek didik adalah aktif, bukan pasif.
c) Peran guru hanya sebagai fasilitator, pembimbing, ataupengarah.
d) Sekolah adalah masyarakat kecil dari masyarakat besar.
e) Sekolah harus kooperatif dan demokratif
f) Aktivitas lebih focus pada pemecahan masalah, bukan untuk pengajaran materi kajian

18
2.7 FILSAFAT PENDIDIKAN PERENIALISME
2.7.1 Definisi Aliran Filsafat Perennialisme
Perenialisme merupakan suatu aliran filsafat pendidikan yang lahir pada abad kedua puluh.
Perenialisme berasal dari kata perennial yang berarti abadi, kekal, atau selalu. Dari makna yang
terkandung dalam kata itu aliran perenialisme mengandung kepercayaan filsafat yang berpegang
kepada nilai-nilai dan norma yang bersifat kekal abadi. Perenialisme lahir sebagai suatu reaksi
terhadap pendidikan progresif. Mereka menentang pandangan progresivisme yang menekankan
perubahan dan sesuatu yang baru.
Perenialisme memandang situasi dunia dewasa ini penuh kekacauan, ketidakpastian, dan
ketidakteraturan, terutama dalam kehidupan moral, intelektual dan sosio kultual. Oleh karena itu
perlu ada usaha untuk mengamankan ketidakberesan tersebut, yaitu kembali kepada kebudayaan
masa lampau, regressive road to culture. Oleh sebab itu Perennialisme memandang penting
peranan pendidikan dalam proses mengembalikan keadaan manusia zaman modern ini kepada
kebudayaan masa lampau yang dianggap cukup ideal dan yang telah terpuji ketangguhannya.
Perennialisme memandang pendidikan sebagai jalan kembali atau proses mengembalikan
keadaan sekarang.
Aliran ini berbeda dengan progresivisme yang menekankan perubahan dan suatu yang
baru. Perenialisme mengemukakan bahwa situasi dunia saat ini penuh dengan kekacauan dan
ketidak pastian, dan ketidak teraturan terutama dalam tatanan kehidupan moral, intelektual, dan
sosiokultural. Untuk memperbaiki keadaan ini adalah dengan kembali kepada nilai-nilai atau
prinsip-prinsip umum yang telah menjadi pandangan hidup yang kuat pada jaman dulu dan pada
abad pertengahan. Pandangan Plato dan Aristoteles menjadi perdaban yunani kuno dan ajaran
Thomas Aquina pada abad pertengahan (Sadulloh. 2003). Ciri utama perenialisme memandang
bahwa keadaan sekarang adalah sebagai zaman yang mempunyai kebudayaan yang terganggu
oleh kekacauan, kebingungan dan kesimpang siuran. Berhubung dengan itu dinilai sebagai
zaman yang membuuhkan usaha untuk mengamankan lapangan moral, intelektual dan
lingkungan social cultural yang lain. Ibarat, kapal yang akan berlayar, zaman memerlukan
pangkalan dan arah tujuan yang jelas. Perenialisme berpendapat bahwa mencari dan menemukan
pangkalan yang demikian ini merupakan tugas yang pertama-tama dari filsafat dan filsafat
pendidikan.

19
Perenialisme mengambil jalan regresif, karena mempunyai pandangan bahwa tidak ada
jalan lain kecuali kembali kepada prinsip umum yang telah menjadi dasar tingkah laku dan
perbuatan zaman kuno dan abad pertengahan. Motif perenialisme dengan mengambil jalan
regresif bukanlah hanya nostalgia atau rindu akan nilai-nilai lama untuk di ingat atau dipuja,
melainkan bependapa bahwa nilaitersebut mempunyai kedudukan vital bagi pembangunan
kebudayaan abad ke 20. Prinsip-prinsip aksiomatis yang terikat oleh waktu itu terkandung dalam
sejarah.
Pola dasar pendidikan perenialisme hanya dibatasi pada prinsip-prinsip umum dari teori
dan praktek pendidikan yang dilaksanakan oleh penganut Perennialisme. Tujuan dari pendidikan,
menurut pemikir perenialis, adalah memastikan bahwa para siswa memperoleh pengetahuan
tentang prinsip-prinsip atau gagasan-gagasan besar yang tidak berubah.

2.7.2 Tokoh-Tokoh Aliran Perenialisme


Tokoh-tokoh aliran perenialisme seperti Plato(427-347 SM), Aristoteles (384-322 SM), St.
Thomas Aquinas.

2.7.3 Prinsip-Prinsip Aliran Filsafat Perennialisme


Prinsip-prinsip umum ideal yang di maksud dalam aliran filsafat perenialisme berhubungan
dengan nilai ilmu pengetahuan, realita dan moral yang mempunyai peranan penting dan
memegang kunci bagi keberhasilan pembangunan kebudayaan saat ini. aliran ini memandang
penting peranan pendidikan dalam hal mengembalikan kebudayaan masa lampau yang dianggap
cukup ideal dan telah teruji kehebatannya ketika menahan arus keterbelakangan budaya. Dengan
demikian, peranan pendidik/guru bagi perenialisme adalah mengajar dalam arti memberi bantuan
kepada anak didik untuk dapat berfikir jelas dan mampu mengembangkan potensi-potensi yg ada
pada diri anak didik.
Berikut ini adalah beberapa prinsip pendidikan perenialisme (Sadulloh. 2003), sebagai
berikut :
a. Pada hakikatnya manusia adalah sama dimanapun dan kapanpun dia berada, yang
walaupun lingkungannya berbeda. Tujuan pendidikan adalah sama dengan tujuan hidup,
yaitu untuk mencapai kebijakan dan kebijakan, untuk memperbaiki manusia sebagai

20
manusia atau dengan kata lain pemulihan manusia mulia. Oleh karena itu maka
pendidikan harus sama bagi semua orang kapanpun dan dimanapun.
b. Bagi manusia, pikiran adalah kemampuan yang paling tinggi. Karena itu manusia harus
menggunakan pikirannya untuk mengembangkan bawaannya sesuai dengan tujuannya.
Manusia memiliki kebebasan namun harus belajar untuk mempertajam pikiran dan
dapat mengontrol hawa nafsunya. Kegagalan yang di alami peserta didik jangan dengan
cepat menyalahkan lingkungan yang kurang menguntungkan atau nuansa psikologis
yang kurang menyenangkan, namun guru hendaknya dapat mengatasinya dengan
pendekatan intelektual yang sama bagi semua peserta didik.
c. Fungsi utama pendidikan adalah memberikan pengetahuan tentang kebenaran yang pasti
dan abadi. Pengetahuan yang penting diberikan kepada peserta didik adalah mata
pelajaran pendidikan umum atau general education, bukan hanya mata pelajaran yang
penting sesaat atau minat menarik pada saat tertentu saja atau seketika. Mata pelajaran
yang esensi adalah bahasa, sejarah, matematika, IPA, Filsafat dan seni, dan 3 Rs,
membaca, menulis dan berhitung.
d. Pendidikan adalah persiapan untuk hidup bukan peniruan untuk hidup
e. Peserta didik harus mempelajari karya-karya besar dalam literature yang menyangkut
sejarah, filsafat, seni, kehidupan social terutama politik dan ekonomi.

2.8 FILSAFAT PENDIDIKAN ESENSIALISME


2.8.1 Definisi Filsafat Pendidikan Aliran Esensialisme
Awalnya, esensialisme merupakan suatu filsafat pendidikan konservatif yang pada
mulanya dirumuskan sebagai suatu kritik pada trend-trend progresif di sekolah-sekolah. Mereka
berpendapat bahwa pergerakan progresif telah merusak standar-standar intelektual dan moral di
antara kaum muda. Esensialisme yang muncul pada zaman Renaissance tersebut memiliki ciri-
ciri utama yang berbeda dengan progresivisme. Esensialisme menolak pandangan progresifisme
yang mengakui adanya sifat realitas yang serba berubah, fleksibel, partikular dan bahwa nilai-
nilai itu relatif.
Esensialisme bukan merupakan suatu aliran filsafat tersendiri, yang mendirikan suatu
bangunan filsafat tersendiri, melainkan suatu gerakan dalam pendidikan yang memprotes
pendidikan progresivisme. Penganut paham ini berpendapat bahwa betuk-betul ada hal-hal yang

21
esensial dari pengalaman peserta didik yang memiliki nilai esensial dan perlu dipertahankan.
Esensi (Essence)ialah hakikat barang suatu yang khusus sebagai sifat terdalam dari sesuatu
sebagai satuan yang konseptual atau akali. Esensi (Essentia) adalah apa yang membuat sesuau
menjadi apa adanya. Esensi mengacu pada aspek-aspek yang mengacu lebih permanen dan
mantap dari suatu yang berlawanan dengan berubah-ubah, parsial atau fenomenal.
(Sadulloh. 2003) terjadi gerakan disekolah untuk mengadakan perubahan dalam praktek
pelaksanaan pendidikan disekolah, yakni bahwa peserta didik harus dilatih atau di didik untuk
dapat berkomunikasi dengan jelas dan logis. Membaca, menulis, berhitung,dan bercakap-cakap
merupakan kemampuan yang sangat penting dikembangkan dalam diri peserta didik menurut
penganut aliran ini.
Peserta didik dipandang sebagai manusia yang memiliki kemampuan yang dapat
berkembang dengan baik apabila dilibatkan secara aktif dengan penuh semangat dan motivasi
dalam aktivitas dalam pembelajaran. Dalam diri peserta didik perlu ditanamkan dan dibina
disiplin, kerja keras dan rasa hormat. Pendidikan di sekolah harus bersifat logis dan praktis guna
dapat memepersiapkan mereka hidup dalam masyarakat. Dengan demikian tujuan pendidikan
adalah untuk mempersiapkan peserta didik untuk hidup. Kurikulum berpusat pada mata pelajaran
yang dapat mengembangkan kemampuan membaca, menulis, berhitung, dan berbicara, terutama
dikembangkan dalam pendidikan dasar. Kemampuan ini merupakan dasar esensial bagi penguasa
pendidikan umum (general education), seperti filsafat, matematika, IPA, sejarah, bahasa, seni,
dan sastra yang diperlukan dalam hidup. Sekolah berperan untuk memelihara dan mewariskan
budaya dan sejarah kepada generasi berikut melalui hikmat dan pengalaman yang diperoleh dari
disiplin tradisional.
Menurut esensialisme landasan semacam itu kurang tepat untuk pendidikan, sebab dapat
menimbulkan pandangan pendidikan yang berubah-ubah, pelaksanaan yang tidak stabil dan tidak
menentu ,bahkan dapat menimbulkan kehilangan arah pendidikan. Karena itu,menurut
esensialisme pendidikan harus bersendikan nilai-nilai yang dapat mendatangkan kestabilan. Agar
dapat terpenuhi maksud tersebut nilai-nilai itu perlu dipilih yang mempunyai tata yang jelas dan
yang telah diuji oleh waktu. Nilai-nilai yang dapat memenuhi adalah yang berasal dari
kebudayaan dan filsafat yang korelatif selama empat abad belakangan ini dengan perhitungan
zaman renaisans, sebagai pangkal sejarah timbulnya konsep-konsep pikiran yang disebut
esensialisme.

22
Esensialisme didukung atau dilandasi oleh filsafat idealisme dan realisme. Idealisme dan
realisme secara bersama-sama mendukung esensialisme,tetapi tidak lebur menjadi satu,masing-
masing aliran tidak melepaskan sifat utama masing-masing. Aliran filsafat esensialisme adalah
aliran filsafat pendidikan yang didasarkan kepada nilai-nilai kebudayaan yang telah ada sejak
awal peradaban umat manusia. Aliran ini ingin mengembalikan kepada kebudayaan-kebudayaan
lama yang warisan sejarah yang telah membuktikan kebaikan-kebaikannya bagi kehidupan
manusia.
Esensialisme didasari atas pandangan humanisme yang merupakan reaksi terhadap hidup
yang mengarah kepada keduniawian, serba ilmiah dan materialistic. Esensialisme berusaha
mencari dan mempertahankan hal-hal yang esensial yaitu sesuatu yang bersifat inti atau hakikat
fundamental,atau unsur mutlak yang menentukan keberadaan sesuatu. Menurut
esensialisme,yang esensial tersebut harus diwariskan kepada generasi muda agar dapat bertahan
dari waktu ke waktu karena itu esensialisme tergolong tradisionalisme. Tujuan pendidikan aliran
ini adalah untuk meneruskan warisan budaya dan warisan sejarah melalui pengetahuan inti yang
terakulmulasi dan telah bertahan dalam kurun waktu yang lama, serta merupakan suatu
kehidupan yang telah teruji oleh waktu dan dikenal oleh semua orang.
Menurut William C. Bagley ciri-ciri filsafat pendidikan esensialisme adalah sebagai
berikut :
a) Minat-minat yang kuat dan tahan lama sering timbul dari upaya-upaya belajar awal yang
memikkat atau menarik perhatian bukan karena dorongan dari dalam diri siswa.
b) Pengawasan, pengarahan, dan bimbingan orang dewasa melekat dalam masa balita yang
panjang atau ketergantungan yang khusus pada spesies mansia.
c) Oleh karena kamampuan untuk kedisiplinan diri harus menjad tujuan pendidikan.
d) Esensialisme menawarkan sebuah teori yang kokoh dan kuat tentang pedidikan, sedangkan
sekolah-sekolah pesaingnya memberikan sebuah teri lemah.

2.8.2 Tokoh-Tokoh Aliran Filsafat Esensialisme


Gerakan esensialisme muncul pada awal tahun 1930, dengan beberapa orang pelopornya,
seperti William C. Bagley, Thomas Briggs, Frederick Breed, dan Isac L. Kandell, Georg
Wilhelm Friedrich Hegel (1770 1831), George Santayana.

23
2.8.3 Prinsip-Prinsip Aliran Filsafat Esensialisme
Penganut paham esensialisme mengemukakan beberapa prinsip pendidikan (Sadulloh.
2003), sebagai berikut ;
a. Pendidikan dilakukan dengan usaha keras, tidak timbul dengan sendirinya dari dalam
diri peserta didik
b. Inisiatif pelaksanaan pendidikan datang dari guru bukan peserta didik. Guru berperan
menjembatani antara dunia orang dewasa dengan dunia peserta didik, karena itu kendali
pelaksanaan pembelajaran ada paa guru atau pendidik.
c. Inti proses pendidikan adalah asimilasi dari mata pelajaran yang telah ditentukan.
Materi pelajaran direncanakan sepenuhnya oleh orang dewasa dan sekolah yang baik
adalah apabila sekolah tersebut berpusat pada masyarakat ( Society Centered School).
d. Metode-metode tradisional yang berkaitan dengan disiplin mental merupakan metode
yang diutamakan dalam pendidikan disekolah . Pengikut esensialisme mengakui bahwa
problem solving atau metode pemecahan masalah ada manfaatnya namun tidak perlu
dilaksanakan dalam setiap pembelajaran karena pengetahuan tidak selalu didasarkan
atas fakta-fakta tetapi banyak yang abstrak sehingga tidak dapat dipecahkan kedalam
masalah-masalah yang kongkrit.
e. Tujuan akhir pendidikan adalah meningkatkan kesejahteraan atau kebahagiaan sesuai
dengan tuntunan demokrasi.

2.9 FILSAFAT PENDIDIKAN REKONSTRUKSIONISME


2.9.1 Definisi Aliran Filsafat Rekonstruksionisme
Rekonstruksionisme merupakan kelanjutan dari gerakan progresivisme. Gerakan ini lahir
didasari atas suatu tanggapan bahwa kaum progresif hanya memikirkan dan melibatkan diri
dengan masalah-masalah masyarakat yang ada pada saat sekarang. Rekonstruksionisme berasal
dari kata reconstruct, yaitu gabungan dari kata re- yang artinya kembali dan construct yang
artinya membangun atau menyusun. Dalam konteks filsafat pendidikan, aliran
rekonstruksionisme merupakan suatu aliran yang berusaha merombak tata susunan lama dengan
membangun tata susunan hidup kebudayaan yang bercorak modern.
Pada prinsipnya, aliran rekonstruksionisme banyak yang sepaham dengan aliran
perenialisme, yang dikhususkan kepada keprihatinan para rekonstruksionis terhadap kehidupan

24
manusia modern atau dengan kata lain menyebutkan adanya krisis kebudayaan modern. Kedua
aliran tersebut berpandangan bahwa kehidupan manusia modern telah banyak mengalami
kebobrokan, kerusakan, kebingungan, dan tidak menentunya prinsip manusia, sehingga manusia
modern sudah banyak kehilangan jati diri mereka. Bedanya kedua aliran ini, jika aliran
perenialisme berpandangan bahwa kebobrokan kehidupan manusia modern dapat diatasi dengan
cara kembali ke dalam kehidupan yang masih menjunjung tinggi kebudayaan dan peradaban
masa lampau, karena kaum perenialis berpandangan bahwa pola perkembangan kebudayaan
sepanjang zaman adalah sebagai pengulangan dari apa yang ada dalam masa sebelumnya,
sehingga perenialisme sering disebut juga dengan istilah tradisionalisme. Sementara, aliran
rekonstruksionisme berusaha membina konsensus yang paling luas dan mungkin tentang tujuan
utama dan tertinggi dalam kehidupan manusia.

2.9.2 Tokoh-Tokoh Aliran Filsafat Rekonstruksionisme


Rekonstruksionisme dipelopori oleh George Count dan Harold Rugg pada tahun 1930,
yang memiliki keinginan yaitu ingin membangun masyarakat yang baru, masyarakat yang pantas
dan adil. Beberapa tokoh dalam aliran ini antara lain adalah Caroline Pratt, George Count,
Harold Rugg.

2.9.3 Prinsip-Prinsip Aliran Filsafat Rekonstruksionisme


Prinsip-Prinsip dalam Aliran Rekonstruksionisme :
a. Memberikan kesempatan pendidikan yang sama kepada setiap anak, tanpa membedakan
Ras, kepercayaan, atau latar belakang ekonomi.
b. Memberikan pendidikan tinggi latihan akademik, professional, dan teknikal kepada
setiap mahasiswanya untuk dapat menyerap dan menggunakan ilmu dan teknologi yang
diajarkan.
c. Membuat sekolah-sekolah Amerika menjadi berperanan sangat penting sebagai satu bagian
dari kehidupan nasional kita.
d. Menyusun sebuah program pemuda untuk usia 17-23 tahun untuk membawa mereka dan
sekolah aktif menuju pada berpartisipasi dalam masyarakat orang dewasa.

25
e. Mengusahakan penggunaan penuh dari perlengkapan sekolah dalam waktu di luar sekolah
untuk pertemuan-pertemuan pemuda, kegiatan-kegiatan masyarakat pendidikan orang
dewasa.
f. Bekerjasama penuh dengan semua lembaga masyarakat dan lembaga sosial menuju sebuah
masyarakat demokratis yang sesungguhnya, tetapi dalam waktu yang bersamaan menjaga
pendidikan yang bebas dari kekuasaan suatu kelompok atau kepentingan tertentu.
g. Terus memperluas penelitian dan eksperimentasi pendidikan.
h. Mengajak pemimpin-pemimpin masyarakat untuk menjadikan pendidikan sebagai bagian
dari masyarakat dan masyarakat menjadi bagian dari sekolah.

2.10 PERTANYAAN DAN JAWABAN HASIL DISKUSI


2.10.1 Sesi Pertama
a) Ika manurung : coba jelaskan tentang aliran filsafat konstruksivisme dan perenialisme !
Jawab : aliran rekonstruksionisme merupakan suatu aliran yang berusaha merombak tata
susunan lama dengan membangun tata susunan hidup kebudayaan yang bercorak modern.
Pada prinsipnya, aliran rekonstruksionisme banyak yang sepaham dengan aliran
perenialisme, yang dikhususkan kepada keprihatinan para rekonstruksionis terhadap
kehidupan manusia modern atau dengan kata lain menyebutkan adanya krisis kebudayaan
modern. Kedua aliran tersebut berpandangan bahwa kehidupan manusia modern telah
banyak mengalami kebobrokan, kerusakan, kebingungan, dan tidak menentunya prinsip
manusia, sehingga manusia modern sudah banyak kehilangan jati diri mereka. Bedanya
kedua aliran ini, jika aliran perenialisme berpandangan bahwa kebobrokan kehidupan
manusia modern dapat diatasi dengan cara kembali ke dalam kehidupan yang masih
menjunjung tinggi kebudayaan dan peradaban masa lampau, karena kaum perenialis
berpandangan bahwa pola perkembangan kebudayaan sepanjang zaman adalah sebagai
pengulangan dari apa yang ada dalam masa sebelumnya, sehingga perenialisme sering
disebut juga dengan istilah tradisionalisme. Sementara, aliran rekonstruksionisme berusaha
membina konsensus yang paling luas dan mungkin tentang tujuan utama dan tertinggi
dalam kehidupan manusia.
b) Dini juliani : bagaimana penerapan aliran pragmatisem di Indonesia ?

26
Jawab : Dilihat dari segi pragmatisme, sistem pendidikan di Indonesia masih terbilang
kacau balau. Semua permasalahan yang terjadi di dunia pendidikan indonesia sangatlah
kompleks. Mulai dari fasilitas yang tidak memadai, SDM (Sumber Daya Manusia) yang
tidak berkualitas, hingga kurikulum yang dianggap belum berhasil dalam setiap
penerapannya. Dengan zaman yang semakin modern dan canggih ini, heran memang bila
kita melihat sistem pendidikan yang kita alami saat ini yang sungguh memprihatinkan.
Karena di negara-negara maju perkembangan pendidikan di negara tersebut amatlah
kompleks. Mulai dari segi fasilitasnya, SDM (Sumber Daya Manusia) yang berkualitas
sampai kurikulum yang digunakannya pun terbilang sangat berhasil dalam penerapannya.
Meskipun kurikulum yang digunakan berbeda dengan kita, akan tetapi mereka tidak terus-
menerus mengganti kurikulum yang mereka gunakan, karena mereka menganggap bahwa
kurikulum hanyalah sebagai pedoman saja karena yang terpenting keberhasilan suatu
pendidikan itu adalah terletak pada pelaksanaan dalam kegiatan pembelajaran tersebut
yang mana dapat menghasilkan output yang berkualitas dan mampu bersaing dalam dunia
kerja. Sangat berbeda dengan penerapan di Negeri kita ini bukan? Maka dari itu indonesia
menempati urutan ke 40 sebagai sistem pendidikan yang buruk versi Pearson Education
2014 yang berdasarkan Education Index. Berbeda dengan negeri tetangga kita yakni
Singapura yang berperingkat ke 3 sebagai sistem pendidikan terbaik di dunia versi Pearson
Education. Hal ini memang bukan sepenuhnya kesalahan dari kurikulum yang kita anut
selama ini, akan tetapi kurikulum yang kita anut tidaklah kita terapkan secara optimal
dalam sistem pendidikan di Indonesia ini. Ini di sebabkan oleh tidak adanya penerapan
yang dilakukan sesuai dengan pikiran yang sudah buat sebelumnya. Sehingga
menimbulkan suatu keadaan pendidikan indonesia semakin tidak terorganisir.
c) Abdi berutu : aliran filsapat pendidikan manakah yang cocok diterapkan untuk mahasiswa
?
Jawab : menurut kelompok kami semua alirang filsafat pendidikan cocok digunakan untuk
mahasiswa, namun di sesuaikan dengan kondisi atau keadaan mahasiswa dan
pembelajarannya. Karena pada dasarnya setiap aliran mempunyai makna yang berbeda
tetapi memiliki tujuan yang sama yaitu untuk membuat pendidikan menjadi lebih baik lagi.

27
2.10.2 Sesi Kedua
a) Sahron : apa penyebab munculnya aliran-aliran filsafat pendidikan ?
Jawab : penyebab munculnya aliran-aliran filsafat pendidikan adalah karena adanya
perbedaan pandangan para filosof terkait dengan definisi filsafat yang berbuntut pada
perbedaan beberapa prinsip sehingga menyebabkan berdirinya beberapa aliran filsafat.
b) M. Ridho : mengapa aliran pragmatisme dikatakan praktis ?
Jawab : Kata pragmatisme sering sekali diucapkan orang.Orang-orang menyebut kata ini
biasanya dalam pengertian praktis.Jika orang berkata, Rencana ini kurang pragmatis, maka
maksudnya ialah rancangan itu kurang praktis.Pengertian seperti itu tidak begitu jauh dari
pengertian pragmatisme yang sebenarnya, tetapi belum menggambarkan keseluruhan
pengertian pragmatisme. Pragmatisme adalah aliran dalam filsafat yang berpandangan
bahwa kriteria kebenaran sesuatu ialah, apakah sesuatu itu memiliki kegunaan bagi
kehidupannyata. Oleh sebab itu kebenaran sifatnya menjadi relatif tidak mutlak.
Pragmatisme itu berarti ajaran yang menekankan bahwa pemikiran itu menuruti
tindakan.Aliran ini bersedia menerima segala sesuatu, asal saja hanya membawa akibat
praktis.

28
BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Dari uraian makalah di atas dapat disimpulkan bahwa Filsafat pendidikan adalah terapan
dari filsafat umum yang dilaksanakan dalam pandangan dan kaidah bidang pendidikan yang
berusaha membangun teori-teori hakikat manusia, masyarakat, dan dunia, menentukan tujuan-
tujuan yang harus dicapai dalam lapangan pendidikan.
Aliran-aliran filsafat pendidikan yang memiliki pengaruh terhadap pengembangan
pendidikan antara lain Idealisme, Realisme, Materialisme, Pragmatisme, Eksistensialisme,
Progresivisme, Perenialisme, Esensialisme, dan Rekonstruksionalisme. Masing-masing aliran
memiliki ciri-ciri dan pengaruh terhadap pendidikan. Setiap aliran mempunyai makna yang
berbeda tetapi memiliki tujuan yang sama yaitu untuk membuat pendidikan yang lebih baik lagi,
maka dari itu baik siswa maupun guru dapat menelaah secara baik dan apa saja yang pantas
untuk dipelajari dan dikembangkan. Aliran ini juga mengajarkan kita dapat menghargai dan
mengenal nilai-nilai budaya yang telah ada sejak peradaban umat manusia.

3.2 SARAN
Berdasarkan aliran-aliran filsafat pendidikan yang telah dipaparkan dalam makalah ini
diharapkan para pembaca terutama bagi calon pendidik untuk dapat mengkritisi, memahami,
mendalami, dan menerapkan aliran filsafat pendidikan yang dapat membangun pendidikan yang
bermutu.

29
DAFTAR PUSTAKA

Achmadi, asmoro. 2010. Filsafat Ilmu. Jakarta : Raja Grafindo Persada


Purba, Edward, Yusnadi. 2017. Filsafat Pendidikan. Medan : Unimed Press
http://abumaimunah.files.wordpress.com/2012/11/filsafat-pendidikan.pdf. (diakses tanggal 26
September 2017)
http://haedarakib.files.wordpress.com/2012/01/filsafat-dan-filsafat-pendidikan1.pdf.(diakses
tanggal 26 September 2017)
http://skp.unair.ac.id/repository/Guru-
Indonesia/ALIRANPENDIDIKANPR_MuhammadNasrudinRosid_8805.pdf. (diakses
tanggal 26 September 2017)
http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/pendidikan/Prof.%20Dr.%20Ajat%20Sudrajat,%20M.Ag./
BAB%20%203%20-%20FILSAFAT%20IDEALISME%20DAN%20REALISME.pdf.
(diakses tanggal 26 September 2017)

30

Anda mungkin juga menyukai