Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Remaja pada era sekarang yaitu era globalisasi di abad 21 ini sangatlah
berbeda dengan remaja di masa kemerdekan. Remaja sekarang lebih sering
berkiblat pada budaya barat dan juga beberapa remaja menoleh pada budaya
korea. Mereka berfikir dengan menirukan budaya asing itu keren dan mereka
merasa bangga apabila mereka menerapkan budaya asing di kehidupan sehari hari
mereka. Bahkan mereka sampai lupa bagaimana budaya mereka sendiri yaitu
budaya Indonesia yang menjunjung tinggi nilai-nilai moral dan kesopanan.
Beberapa remaja yang mempunyai pendididkan dan paham akan dirinya,
sadar akan budaya di tanah ia dilahirkan dan dibesarkan mungkin tidak akan
terpengaruh oleh budaya asing. Remaja ini tahu porsi dirinya dan ia juga tahu
bagaimana ia memposisikan dirinya sebagai remaja Indonesia yaitu generasi
penerus bangsa yang bisa menyebarkan budaya dan nama baik Indonesia di dunia.
Adapun di era globalisasi sekarang ini remaja sangat jauh akan moral yang
dijunjung tinggi oleh bangsa Indonesia. Remaja ini mungkin sering kita jumpai
pada masyarakat perkotaan dan pedesaan. Tapi persoalan remaja ini banyak sekali
dijumpai pada masyarakat pedesaan yang kurang akan pendidikan moral. Masalah
remaja ini timbul seiring maraknya budaya asing yang melekat pada remaja kota.
Remaja kota mungkin bisa memfilter budaya asing tersebut dengan cukup baik
dengan kecerdasan dan kesadaran mereka tentang budaya Indonesia sehingga
hanya beberapa remaja yang gagal menjadi generasi emas penerus bangsa.
Sedangkan remaja desa yang miskin akan pendidikan moral dan miskin akan
kesadaran budaya yang baiyang sesuai dengan negaranya. Remaja desa hanya bisa
meniru padahal mereka tidak mengerti dan paham benar akan budaya asing itu
yang mereka tahu hanyalah budaya asing itu keren. Akibatnya beberapa remaja

desa kini salah arti dan akhirnya mereka terjerumus pada budaya dan kebiasaan
yang buruk.
Saat ini banyak sekali remaja desa yang salah pegaulan mulai dari geng
motor, pergaulan seks bebas, minuman keras dan masih banyak lagi. Beberapa
remaja desa pun sampai ada yang hamil di luar nikah. Ada pula beberapa orang
tua yang mengkhawatirkan anaknya sehingga ia menikahkan anaknya dengan
saudaranya sendiri. Orang tua ini berfikiran bahwa, apabila ia membiarkan
anaknya dengan pergaulannya yang tidak jelas yang menjurus pada pola seks
bebas akan memunculkan aib yang tidak diinginkan yaitu hamil di luar nikah.
B. Rumusan Masalah
1. Faktor apa saja yang menyebabkan perubahan moral pada remaja?
2. Mengapa kehidupan remaja desa dan remaja kota berbeda?
3. Bagaimana peranan orang tua terhadap perkembangan moral remaja?
C. Tujuan
Adapun tujuan dalam pembuatan makalah ini yaitu :
1. Mengetahui faktor-faktor perubahan moral remaja.
2. Mengetahui perbedaan kehidupan ramaja desa dan remaja kota.
3. Mengetahui peranan orang tua terhadap perkembangan moral remaja.
D. Manfaat
Adapun manfaat dalam pembuatan makalah ini yaitu :
1.
Guna menambah wawasan para mahasiswa mengenai problematika
2.

sosial dan budaya di linkungan remaja desa dan kota.


Meningkatkan
keterampilan
para mahasiswa dalam

membuat

makalah dengan benar.

BAB II
PEMBAHASAN

A. Remaja
Remaja adalah waktu manusia berumur belasan tahun. Pada masa remaja
manusia tidak dapat disebut sudah dewasa tetapi tidak dapat pula disebut anakanak. Masa remaja adalah masa peralihan manusia dari anak-anak menuju
dewasa. Remaja merupakan masa peralihan antara masa anak dan masa dewasa
yang berjalan antara umur 11 tahun sampai 21 tahun. (Wikipedia)
Remaja berasal dari kata latin adolensence yang berarti tumbuh atau
tumbuh menjadi dewasa. Istilah adolensence mempunyai arti yang lebih luas lagi
yang mencakup kematangan mental, emosional sosial dan fisik (Hurlock, 1992).
Pasa masa ini sebenarnya tidak mempunyai tempat yang jelas karena tidak
termasuk golongan anak tetapi tidak juga golongan dewasa atau tua.
Seperti yang dikemukakan oleh Calon (dalam Monks, dkk 1994)
bahwa masa remaja menunjukkan dengan jelas sifat transisi atau peralihan karena
remaja belum memperoleh status dewasa dan tidak lagi memiliki status anak.
Menurut Sri Rumini & Siti Sundari (2004: 53) masa remaja adalah peralihan dari
masa anak dengan masa dewasa yang mengalami perkembangan semua aspek/
fungsi untuk memasuki masa dewasa.
Masa remaja berlangsung antara umur 12 tahun sampai dengan 21 tahun
bagi

wanita

dan

13

tahun

sampai

dengan

22

tahun

bagi

pria.

Sedangkan pengertian remaja menurut Zakiah Darajat (1990: 23) adalah: masa
peralihan diantara masa kanak-kanak dan dewasa. Dalam masa ini anak
mengalami masa pertumbuhan dan masa perkembangan fisiknya maupun
perkembangan psikisnya. Mereka bukanlah anak-anak baik bentuk badan ataupun
cara berfikir atau bertindak, tetapi bukan pula orang dewasa yang telah matang.
Hal senada diungkapkan oleh Santrock (2003: 26) bahwa adolescene diartikan
sebagai masa perkembangan transisi antara masa anak dan masa dewasa yang
mencakup perubahan biologis, kognitif, dan sosial-emosional.
Batasan usia remaja yang umum digunakan oleh para ahli adalah antara 12
hingga 21 tahun. Rentang waktu usia remaja ini biasanya dibedakan atas tiga,
yaitu 12 15 tahun = masa remaja awal, 15 18 tahun = masa remaja
3

pertengahan, dan 18 21 tahun = masa remaja akhir. Tetapi Monks, Knoers, dan
Haditono membedakan masa remaja menjadi empat bagian, yaitu masa pra-remaja
10 12 tahun, masa remaja awal 12 15 tahun, masa remaja pertengahan 15 18
tahun, dan masa remaja akhir 18 21 tahun (Deswita, 2006: 192)
Definisi remaja yang dipaparkan oleh Sri Rumini & Siti Sundari, Zakiah
Darajat, dan Santrock tersebut menggambarkan bahwa masa remaja adalah masa
peralihan dari masa anak-anak dengan masa dewasa dengan rentang usia antara
12-22 tahun, dimana pada masa tersebut terjadi proses pematangan baik itu
pematangan fisik, maupun psikologis.
B. Perkembangan Moral Remaja
Perkembangan moral remaja saat ini sangatlah beragam. Keberagaman ini
terjadi karena beberapa faktor, beberapa faktor diantaranya adalah :
a. Kurangnya perhatian dan pendidikan agama oleh keluarga
b. Gagal dalam studi/pendidikan
c. Peranan media massa
d. Pengaruh lingkungan yang tidak baik
e. Perkembangan teknologi modern
f. Tekanan psikologi yang dialami remaja
Dari beberapa faktor diatas yang paling sangat berpengaruh pada
perkembangan moral remaja yaitu pengaruh lingkungan. Hal ini sangat berakibat
buruk padalingkungan remaja desa pinggir perkotaan. Mereka ingin bergaya
hidup seperti remaja kota pada umumnya namun mereka tidak bisa. Beberapa dari
remaja desa salah mengartikan gaya hidup remaja kota. Mungkin remaja kota bisa
hidup berfoya-foya berkiblat pada budaya barat dengan mudah karena mereka
mempunyai fasilitas yang mumpuni atau orang tua mereka mampu memberikan
uang lebih pada merekan. Namun bagi remaja desa yang sebagian besar

orangtuanya bekerja sebagai buruh sawah atau buruh pabrik tidak akan mampu
memberikan fasilitas atau uang lebih untuk hal-hal yang berlebih.
Pada akhirnya remaja desa ini mencari cara untuk membuat dia merasa
terlihat seperti anak kota. Mereka menggunakan cara yang beragam mulai dari
sering keluar malam dan lainnya. Dari situlah hal-hal yang tidak diinginkan
terjadi, dengan mereka keluar di malam hari dan bertemu dengan orang-orang
baru mereka secara langsung akan diajak orang baru itu agar mereka bisa seperti
mereka. Mungkin mereka bisa beruntung apabila mereka bertemu dengan orang
yang baik namun, kebanyakan dari mereka bertemu dengan orang yang lebih
buruk. Lambat laun mereka akan menyerupai orang baru itu, mereka lebih sering
keluar dimalam hari, berfoya-foya sampai menginap di villa dll. Mereka mendapat
uang untuk berfoya-foya mulai dari memerasuang oran tuanya sampai
memutuskan pendidikan untuk bekerja sebagai buruh di pabrik. Hal tersebutlah
yang paling disayangkanmereka lebih memilih memutuskan pendidikan untuk
uang yang akan mereka gunakan untuk hal-hal yang tidak bermanfaat. Dengan
kurangnya pendidikan, mereka juga lebih cepat terkontaminasi hal-hal buruk. Hal
ini dikarenakan mereka tidak dapat memfilter hal-hal baru yang mereka dapat.
Mereka tidak bisa memilah mana yang baik mana yang buruk, mana yang
bermanfaat mana yang tidak.
Seharusnya para remaja sekarang harus melakukan perubahan moral kea
rah yang lebih baik. Untuk itu Mitchell telah meringkaskan lima perubahan dasar
dalam moral yang harus dilakukan oleh remaja yaitu:
1. Pandangan moral individu semakin lama semakin abstrak dan
kurang konkret
2. Keyakinan moral lebih berpusat pada apa yang benar dan kurang
pada apa yang salah.
3. Penilaian moral menjadi semakin kognitif dan berani mengambil
keputusan terhadap berbagai masalah moral yang dihadapinya.
4. Penilaian moral menjadi kurang egosentris.

5. Penilaian moral secara psikologis menjadi lebih mahal


Adapun tiga tugas pokok remaja dalam mencapai moralitas remaja
dewasa, yaitu:
1. Mengganti konsep moral khusus dengan konsep moral umum
2. Merumuskan konsep moral yang baru dikembangkan ke dalam
kode moral sebagai kode prilaku
3. Melakukan pengendalian terhadap perilaku sendiri.
Menurut Kohlberg ada 3 tahap perkembangan moral :
1. Tahap Penalaran Prakonvensional (4 10 Tahun)
Tingkat pra-konvensional dari penalaran moral umumnya ada pada anakanak, walaupun orang dewasa juga dapat menunjukkan penalaran dalam tahap ini.
Seseorang yang berada dalam tingkat pra-konvensional menilai moralitas dari
suatu tindakan berdasarkan konsekuensinya langsung. Tingkat pra-konvensional
terdiri dari dua tahapan awal dalam perkembangan moral, dan murni melihat diri
dalam bentuk egosentris.
Dalam tahap

pertama,

individu-individu

memfokuskan

diri

pada

konsekuensi langsung dari tindakan mereka yang dirasakan sendiri. Sebagai


contoh, suatu tindakan dianggap salah secara moral bila orang yang
melakukannya dihukum. Semakin keras hukuman diberikan dianggap semakin
salah tindakan itu. Sebagai tambahan, ia tidak tahu bahwa sudut pandang orang
lain berbeda dari sudut pandang dirinya. Tahapan ini bisa dilihat sebagai
sejenis otoriterisme.
Tahap dua menempati posisi apa untungnya buat saya, perilaku yang benar
didefinisikan dengan apa yang paling diminatinya. Penalaran tahap dua kurang
menunjukkan perhatian pada kebutuhan orang lain, hanya sampai tahap bila
kebutuhan itu juga berpengaruh terhadap kebutuhannya sendiri, seperti kamu
garuk punggungku, dan akan kugaruk juga punggungmu. Dalam tahap dua

perhatian kepada oranglain tidak didasari oleh loyalitas atau faktor yang berifat
intrinsik. Kekurangan perspektif tentang masyarakat dalam tingkat prakonvensional, berbeda dengan kontrak sosial (tahap lima), sebab semua tindakan
dilakukan untuk melayani kebutuhan diri sendiri saja. Bagi mereka dari tahap dua,
perpektif dunia dilihat sebagai sesuatu yang bersifat relatif secara moral.
2.

Tahap Penalaran Konvensional (10 13 Tahun)


Tingkat konvensional umumnya ada pada seorang remaja atau orang

dewasa. Orang di tahapan ini menilai moralitas dari suatu tindakan dengan
membandingkannya dengan pandangan dan harapan masyarakat. Tingkat
konvensional terdiri dari tahap ketiga dan keempat dalam perkembangan moral.
Dalam tahap tiga, seseorang memasuki masyarakat dan memiliki peran
sosial. Individu mau menerima persetujuan atau ketidaksetujuan dari orang-orang
lain karena hal tersebut merefleksikan persetujuan masyarakat terhadap peran
yang dimilikinya. Mereka mencoba menjadi seorang anak baik untuk memenuhi
harapan tersebut, karena telah mengetahui ada gunanya melakukan hal tersebut.
Penalaran tahap tiga menilai moralitas dari suatu tindakan dengan mengevaluasi
konsekuensinya dalam bentuk hubungan interpersonal, yang mulai menyertakan
hal seperti rasa hormat, rasa terimakasih, dan golden rule. Keinginan untuk
mematuhi aturan dan otoritas ada hanya untuk membantu peran sosial yang
stereotip ini. Maksud dari suatu tindakan memainkan peran yang lebih signifikan
dalam penalaran di tahap ini; 'mereka bermaksud baik.
Dalam tahap empat, adalah penting untuk mematuhi hukum, keputusan,
dan konvensi sosial karena berguna dalam memelihara fungsi dari masyarakat.
Penalaran moral dalam tahap empat lebih dari sekedar kebutuhan akan
penerimaan individual seperti dalam tahap tiga; kebutuhan masyarakat harus
melebihi kebutuhan pribadi. Idealisme utama sering menentukan apa yang benar
dan apa yang salah, seperti dalam kasus fundamentalisme. Bila seseorang bisa
melanggar hukum, mungkin orang lain juga akan begitu - sehingga ada kewajiban

atau tugas untuk mematuhi hukum dan aturan. Bila seseorang melanggar hukum,
maka ia salah secara moral, sehingga celaan menjadi faktor yang signifikan dalam
tahap ini karena memisahkan yang buruk dari yang baik.
3.

Tahap Penalaran Pascakonvensional (Awal masa remaja)


Tingkatan pasca konvensional, juga dikenal sebagai tingkat berprinsip,

terdiri dari tahap lima dan enam dari perkembangan moral. Kenyataan bahwa
individu-individu adalah entitas yang terpisah dari masyarakat kini menjadi
semakin jelas. Perspektif seseorang harus dilihat sebelum perspektif masyarakat.
Akibat hakekat diri mendahului orang lain ini membuat tingkatan pascakonvensional sering tertukar dengan perilaku pra-konvensional.
Dalam tahap

lima,

individu-individu

dipandang

sebagai

memiliki

pendapat-pendapat dan nilai-nilai yang berbeda, dan adalah penting bahwa


mereka dihormati dan dihargai tanpa memihak. Permasalahan yang tidak
dianggap sebagai relatif seperti kehidupan dan pilihan jangan sampai ditahan atau
dihambat. Kenyataannya, tidak ada pilihan yang pasti benar atau absolut 'memang anda siapa membuat keputusan kalau yang lain tidak'? Sejalan dengan
itu, hukum dilihat sebagai kontrak sosial dan bukannya keputusan kaku. Aturanaturan yang tidak mengakibatkan kesejahteraan sosial harus diubah bila perlu
demi terpenuhinya kebaikan terbanyak untuk sebanyak-banyaknya orang. Hal
tersebut diperoleh melalui keputusan mayoritas, dan kompromi. Dalam hal ini,
pemerintahan yang demokratis tampak berlandaskan pada penalaran tahap lima.
Dalam tahap

enam,

penalaran

moral

berdasar

pada

penalaran abstrak menggunakan prinsip etika universal. Hukum hanya valid bila
berdasar pada keadilan, dan komitmen terhadap keadilan juga menyertakan
keharusan untuk tidak mematuhi hukum yang tidak adil. Hak tidak perlu sebagai
kontrak sosial dan tidak penting untuk tindakan moraldeontis. Keputusan
dihasilkan secara kategoris dalam cara yang absolut dan bukannya secara hipotetis
secara kondisional. Hal ini bisa dilakukan dengan membayangkan apa yang akan

dilakukan seseorang saat menjadi orang lain, yang juga memikirkan apa yang
dilakukan bila berpikiran sama. Tindakan yang diambil adalah hasil konsensus.
Dengan cara ini, tindakan tidak pernah menjadi cara tapi selalu menjadi hasil;
seseorang bertindak karena hal itu benar, dan bukan karena ada maksud pribadi,
sesuai harapan, legal, atau sudah disetujui sebelumnya. Walau Kohlberg yakin
bahwa tahapan ini ada, ia merasa kesulitan untuk menemukan seseorang yang
menggunakannya secara konsisten. Tampaknya orang sukar, kalaupun ada, yang
bisa mencapai tahap enam dari model Kohlberg ini.
Dampak dari perkembangan moral yang dialami oleh remaja sebagai
berikut :
1. Mempunyai standar moral yang diakui dan diyakini dirinya dan
kelompoknya
2. Merasa bersalah bila menyadari perilakunya tidak sesuai dengan
standar moral yang diyakininya
3. Merasa malu bila sadar terhadap penilaian buruk kelompoknya
C. Perbedaan Moral Remaja Desa dan Remaja Kota
Perbedaan moral atau pun perkembangan moral remaja desa dan kota
sangatlah berbeda. Kita dapat membedakan mana remaja desa mana remaja desa
dari penampilan dan sikap mereka. Perbedaan moral ataupun sikap remaj desa dan
kota telah dirangkum pada tabel berikut :
Indikator

Remaja Desa

Remaja Kota

Pendidikan moral

kurang

cukup

Lingkungan pergaulan

buruk

cukup baik

Pendidikan keluarga

kurang

cukup baik

Cara memfilter budaya

buruk

cukup baik

Dari tabel di atas saya menyimpulkan bahwa remaja desa sangat buruk
dari sisi pendidikan moral, lingkungan pergaulan, pendidikan keluarga dan juga
cara memfilter budaya dibandingkan remaja kota. Hal ini terjadi karena
lingkungan tempat tinggal atau keluarga maupun dari diri remaja itu sendiri.
D. Peran Orang Tua tehadap Perkembangan Moral Remaja
Setiap orangtua pastinya mengingini anaknya tumbuh dan berkembang
menjadi anak yang baik, tahu membedakan yang baik dan benar, dan tidak mudah
terjerumus dalam hal-hal yang merugikan dirinya sendiri maupun orang lain.
Semua keinginan ini bisa lebih mudah terwujud jika orangtua sadar bahwa mereka
dibutuhkan dalam proses perkembangan moral anak. Dari sekian tahap
perkembangan anak, masa remaja menjadi masa yang menjadi fokus perhatian
para orangtua. Mereka takut apabila anak mereka tumbuh menjadi remaja yang
buruk.
Perkembangan moral anak sebenarnya dimulai sejak awal kehidupan anak
di dunia, hanya saja kita tidak bisa menilai perilaku mereka sebagai perilaku
bermoral atau tidak, karena anak/ bayi belum memiliki pengetahuan dan
pengertian mengenai apa yang diharapkan oleh norma-norma masyarakat.
Perkembangan moral anak lebih banyak dipengaruhi oleh lingkungan. Nilai-nilai
moral yang dimiliki anak merupakan hasil yang diperoleh anak dari luar dirinya.
Anak belajar dan diajar oleh lingkungan tentang bagaimana ia harus berperilaku
yang baik dan buruk. Lingkungan ini adalah semua yang berada di luar diri anak,
seperti orangtua, saudara-saudara, teman, guru dan masyarakat. Dan orangtua
(keluarga) adalah dunia pertama yang anak lihat dan temui. Anak belajar banyak
dari keluarga sebelum ia keluar kedunia yang lebih luas. Ingat bahwa apa-apa
yang sudah matang pada masa remaja adalah hasil dari proses belajar anak ketika
masa kecilnya. Anak belajar bertingkah laku dengan meniru atau melihat
bagaimana orangtuanya berperilaku. Ini tidak berarti orangtua merupakan faktor
penentu bermoral atau tidaknya seorang anak, tetapi orangtua bertugas untuk
mengarahkan

anak

untuk

menjadi

anak

yang

bermoral

atau

tidak.

10

Memasuki masa remaja kehidupan anak semakin meluas. Anak juga mulai
mengenal kelompok sosial lainnya selain keluarganya seperti disekolah, di tempat
kursus-kursus dan di Gereja. Kelompok sosial ini selalu penuh dengan normanorma baik yang tertulis maupun yang tidak, yang menuntut ketaatan dari anggota
kelompoknya. Sebelumnya anak bertingkah laku baik atas dasar ketaatan kepada
orangtua, atau ingin mendapat imbalan (moralitas pra-konvensional : Kolbergh),
kemudian bertingkah laku baik sesuai dengan aturan agar diterima dalam
kelompoknya (moralitas konvensional) , maka pada masa remaja anak sudah
mengetahui dengan baik alasan alasan atau prinsip-prinsip yang mendasari
pembuatan norma tersebut (moralitas pasca-konvensional). Anak sudah mampu
membedakan macam-macam nilai moral serta macam-macam situasi dimana
nilai-nilai moral itu dapat dikenakan. Anak sudah mengenal konsep-konsep
moralitas yang lebih besar seperti kejujuran, hak milik keadilan, kehormatan.
Pada masa ini anak mulai memiliki rasa/ dorongan untuk melakukan perbuatan
yang dapat dinilai baik oleh orang lain. Jadi , anak berbuat baik bukan lagi untuk
mendapatkan kepuasan secara fisik, tetapi untuk mendapatkan kepuasan
psikologis.
Berikut ada beberapa hal yang perlu diingat orangtua dalam rangka
mengarahkan pada moral yang baik :
1. Moralitas itu berkembang dengan pelan dan bertahap. Konsep
mengenai benar dan salah sudah bisa dimulai ketika anak berumur 1
tahun.
2. Moralitas diperoleh dengan 2 cara yaitu contoh dan cerita. Menjadi
model yang baik bagi anak. Bagaimana orangtua bersikap terhadap
oranglain seperti kepada anak yang lain, kepada pembantu, sopir dan
saudara yang lain adalah contoh-contoh yang dilihat anak setiap hari.
Pada saat yang sama bercerita dengan dongeng (untuk anak) atau kisah
kehidupan yang sarat dengan pesan moral (untuk remaja) akan
membantu anak mengembangkan konsep mereka mengenai salah dan
benar.

11

3. Moralitas juga berbicara mengenai konsistensi. Konsistensi dalam


mendidik anak. Satu tingkah laku yang sudah dilarang pada suatu
waktu, harus pula dilarang apabila dilakukan pada waktu yang lain.
Antara ayah dan ibu juga harus ada kesusaian dalam melarang atau
mengijinkan tingkah laku tertentu.
4. Penghayatan orangtua terhadap agama juga mempengaruhi sikap
mereka dan tindakan mereka sehari-hari. Ini akan mempengaruhi caracara mereka mengasuh anak. Anak yang selalu dibekali dengan
pemahaman mengenai Kasih yang sesungguhnya, kasih yang melewati
batas agama, ras dan golongan; pemahaman mengenai kesetiaannya
kepada Tuhan; ketaatan; penghargaan, dll akan menjadi dasar yang
kuat bagi anak untuk melangkah dalam hidupnya.

12

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa faktor yang sangat
berpengaruh bagi perkembangan seorang remaja yaitu, lingkungan pergaulan,
keluarga, pendidikan dan juga factor yang dating dari diri remaja itu sendiri.
Perbedaan remaja desa dan kota dapat dilihat dari cara mereka bersikap dan
tampilan mereka. Remaja kota memiliki moral dan kesopanan yang lebih baik
dadi pada remaja desa yang tidak bisa memfilter budaya dengan baik. Peran
aktif orang tua dalam perkembangan moral remaja pun sangat penting karena
orang tualah guru pertama yang mengajarkan segala hal kepada anak dan
orang tualah yang menjadi panutan anaknya.
B. Kritik dan Saran
1. Seharusnya di era global ini para orang tua lebih memperhatikan
anaknya, memperhatikan begaimana pergaulan mereka.
2. Para orang tua harus lebih sering mengingatkan kepada anak atau
remaja sekarang ini saat mereka mulai bertindak di luar batas wajar
3. Untuk kita para mahasiswa hendaklah kita berbagi ilmu bagaimana
menjadi remaja yang baik dan bisa menjadi generasi penerus bangsa
yang berwawasan luas.

13

DAFTAR PUSTAKA
https://id.wikipedia.org/wiki/Remaja
http://belajarpsikologi.com/pengertian-remaja/
https://id.wikipedia.org/wiki/Tahap_perkembangan_moral_Kohlberg
https://independent.academia.edu/

14

Anda mungkin juga menyukai