PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masa remaja adalah masa yang paling penting dalam rentang kehidupan.
Masa remaja adalah masa transisi dari anak-anak menjadi dewasa yang ditandai
dengan perkembangan fisik, mental, emosional, dan sosial yang berlangsung
pada dekade dua kehidupan (pardede,2008) remaja juga sedang mengalami
perkembangan pesat dalam aspek intelektual, transformasi intelektual dari cara
remaja ini berpikir remaja ini memungkinkan mereka tidak hanya mampu
mengintegrasikan dirinya ke dalam masyarakat dewasa, tetapi juga merupakan
karakteristik yang paling menonjol dari semua periode perkembangan. (Shaw
dan Costanzo, 1985). Selain itu remaja mulai memiliki keinginan untuk mencari
hal-hal baru dalam rangka mencari jati dirinya.
Keluarga memegang peranan yang sangat penting dalam masa ini, karena
remaja sedang melewati beberapa kesulitan. Peran orang tua sangat diperlukan
dalam memberikan pemahaman tentang agama dan dunia luar agar anak tidak
terjerumus kedalam hal-hal yang negatif seperti tawuran, penggunaan alkohol,
narkoba, dll.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
1. Tujuan umum
2. Tujuan khusus
A. Teori kajian
Menurut istilah remaja berasal dari bahasa latin adolescence yang artinya
“tumbuh atau tumbuh untuk mencapai kematangan”. Bangsa dan orang-
orang purbakala memandang masa puber dan masa remaja tidak berbeda
dengan periode lain dalam rentang kehidupan. Anak dianggap sudah dewasa
apabila sudah mampu mengadakan reproduksi perkembangan lebih lanjut,
istilah adolescence sesungguhnya memiliki arti yang luas, mecakup
kematangan mental, emosional, sosial, dan fisik (Hurlock,1991) pandangan
ini didukung oleh piaget (Hurlock,1991) yang mengatakan bahwa secara
psikologis, remaja adalah suatu usia dimana individu menjadi terintegrasi ke
dalam masyarakat dewasa, suatu usia dimana anak tidak merasa bahwa
dirinya berada dibawah tingkat orang yang lebih tua melainkan merasa
sama, atau paling tidak sejajar.
3
2. Tugas-tugas perkembangan masa remaja
Masa remaja seringkali dikenal dengan masa mencari jati diri, oleh
Erickson disebut dengan identitas ego (Bischof, 1983) jika dilihat dari segi
fisik remaja bisa dikatakan sudah dewasa, tetapi kalau kita melihat dari
sikapnya, ternyata belum bisa menunjukan sikap dewasa. Oleh karena itu
ada sejumlah sikap yang sering ditunjukan oleh ramaja; yaitu sebagai
berikut
a. Kegelisahan
b. Pertentangan
c. Mengkhayal
d. Aktivitas berkelompok
5
e. Keinginan mencoba segala sesuatu
4. Pertumbuhan fisik
a. Faktor internal
1) Sifat jasmaniah yang diwariskan dari orang tuanya : kalau orang tua
bertubuh tinggi anak juga akan tinggi saat dewasa.
1) Kesehatan
2) Makanan
3) Stimulasi lingkungan
Masa remaja merupakan masa yang memiliki peranan penting dari masa
kanak – kanak yang masih tergantung pada orang tua menjadi lebih mandiri.
Tentunya dalam beraktifitas olahraga juga akan memiliki pengaruh yang
signifikan pada fase peralihan tersebut. Pada usia remaja ini seorang anak sudah
mengalami banyak perubahan baik secara fisik maupun hormonal. Saat individu
mulai menginjak masa remaja, fisiknya banyak mengalami perubahan dan yang
terbesar pengaruhnya pada perkembangan jiwa remaja adalah pertumbuhan
tubuh (Sarwono, 2000: 52)
7
kerjasama tim juga sangat diperlukan pada masa remaja ini, sehingga akan
terbentuk kekompakan dalam suatu kelompok.
Pada masa remaja ini juga waktu yang tepat bagi individu untuk
mengejar prestasi dalam bidang olahraga sesuai dengan kemampuan dan
kecabangan olahraga yang dikuasai. Masa ini merupakan masa pencarian jati
diri seorang individu untuk dapat memperlihatkan dan menunjukkan
kemampuannya dalam bidang olahraga kepada orang lain dengan penuh rasa
percaya diri, sehingga mendapatkan kepuasan.
b. Waktu istirahat
d. Edukasi
5. Perkembangan kognitif
a. Tahapan Sensori-Motoris
Tahap ini dialami pada usia 0-2 tahun. Pada tahap ini segala perbuatan
merupakan perwujudan dari proses pematangan aspek motorik. Melalui
persepsi, sentuhan-sentuhan, gerakan-gerakan, dan belajar
mengoordinasikan tindakannya.
b. Tahap praoperasional
Tahap ini pada usia 2-7 tahun. Tahap ini disebut juga tahap intuisi
sebab perkembangan kognitifnya memperlihatkan kecenderungan yang
9
ditandai oleh suasana intuitif; dalam arti semua perbuatan rasionalnya
tidak didukung oleh pemikiran tapi oleh unsur perasaan, kecenderungan
alamiah, sikap-sikap yang diperoleh dari orang-orang bermakna, dan
lingkungan sekitarnya.
Tahap ini berlangsung antara usia 7-11 tahun. Pada tahap ini anak
mulai menyesuaikan diridengan realitas konkret dan sudah mulai
berkembang rasa ingin tahunya. Anak sudah dapat mengamati,
menimbang, mengevaluasi dan menjelaskan pikiran-pikiran orang lain
dalam cara-cara yang kurang egosentris dan lebih objektif, sudah mulai
memahami hubungan fungsionalkarena mereka sudah menguji coba
suatu permasalahan, tetapi masih harus dengan bantuan benda konkret
dan belum mampu melakukan abstraksi.
Tahap ini dialami oleh anak pada usia 11 tahun ke atas. Pada tahapan
ini sudah mampu melakukan abstraksi, memakai arti kiasan dan
simbolik, dan memecahkan persoalan yang bersifat hipotesis.
Penting bagi peserta didik untuk megetahui isi dan ciri-ciri dari setiap
tahap perkembangan kognitif peserta didiknya sehingga dapat mengambil
keputusan tindak edukatif yang tepat. Dengan demikian, dapat dihasilkan
peserta didik yang memahami pengalaman belajar yang diterimanya.
Menyesuikan sistem pengajaran dengan kebutuhan peserta didik merupakan
jalan untuk meninggalkan prinsip lama, yaitu guru tinggal menunggu
sampai peserta didik siap sendiri, kemudian baru diberi pelajaran. Sekarang
tidak dengan demikian keadaanya.
Model pendidikan yang aktif adalah model yang tidak menunggu peserta
didik yang siap sendiri, tetapi sekolahlah yang mengajar llingkungan belajar
sedemikian rupa sehingga dapat memberi kemungkinan maksimal pada
peserta didik untuk berinteraksi . dengan lingkunganyang penuh rangsangan
untuk belajar tersebut, proses pembeajaran yang aktif akan terjadi sehingga
mampu membawa peserta didik maju.
6. Perkembangan emosi
2) Mengungkapkan perasaan
11
3) Menilai intensitas perasaan
4) Mengelola perasaan
5) Menunda pemuasan
7) Mengurangi stres
Cara lain yang dapat dilakukan menurut Daniel Golman yang bisa
disebut dengan self-Science Curriculum sebagaimana dituliskan
dibawah ini.
5) Belajar berempati
6) Belajar berkomunikasi
13
orang disekitarnya, kemampuan untuk menjalin hubungan yang baik,
menghargai diri sendiri dan orang lain serta dapat bertindak sesuai dengan
norma-norma yang ada di masyarakat. Perkembangan sosial remaja dapat
dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti: lingkungan keluarga, lingkungan di
luar rumah dan faktor pengaruh pengalaman sosial yang dialami.
PEMBAHASAN
Bullying
o Pengertian dari berbagai ahli
a. Veenslra et al (2005) Agresi yang berulang-ulang, yang dilakukan seseorang
atau lebih dengan maksud menyakiti atau mengganggu orang lain secara
fisik (memukul, menendang, mendorong, mengambil atau merebut sesuatu
milik orang lain), secara verbal (mengejek, mengancam) atau secara
psikologis (mengeluarkan dari kelompok, mengisolasi, menyebar gosip).
b. Riauskina, Djuwita, dan Soesetio (2005) mendefinsikan school bullying
sebagai perilaku agresif yang dilakukan berulang – ulang oleh
seorang/sekelompok siswa yang memiliki kekuasaan, terhadap siswa/siswi
lain yang lebih lemah, dengan tujuan menyakiti orang tersebut, yaitu dengan
menciptakan suasana yang tidak menyenangkan bagi korban, bahkan
dilakukan dengan tidak beralasan dan bertujuan untuk menyakiti orang lain,
dan hal ini adalah bentuk agresi yang paling umum di sekolah dan pada
umumnya membuat korban merasa tertekan.
a. Keluarga.
Pelaku bullying seringkali berasal dari keluarga yang bermasalah : orang tua
yang sering menghukum anaknya secara berlebihan, atau situasi rumah yang penuh
stress, agresi, dan permusuhan. Anak akan mempelajari perilaku bullying ketika
mengamati konflik-konflik yang terjadi pada orang tua mereka, dan kemudian
menirunya terhadap teman-temannya. Jika tidak ada konsekuensi yang tegas dari
lingkungan terhadap perilaku cobacobanya itu, ia akan belajar bahwa “mereka yang
memiliki kekuatan diperbolehkan untuk berperilaku agresif, dan perilaku agresif itu
15
dapat meningkatkan status dan kekuasaan seseorang”. Dari sini anak
mengembangkan perilaku bullying;
b. Sekolah
Pihak sekolah sering mengabaikan keberadaan bullying ini. Akibatnya, anak
anak sebagai pelaku bullying akan mendapatkan penguatan terhadap perilaku
mereka untuk melakukan intimidasi terhadap anak lain.
a. Bullying Fisik
Penindasan fisik merupakan jenis bullying yang paling tampak dan
paling dapat diidentifikasi diantara bentuk-bentuk penindasan lainnya,
namun kejadian penindasan fisik terhitung kurang dari sepertiga insiden
penindasan yang dilaporkan oleh siswa. Jenis penindasan secara fisik di
antaranya adalah memukul, mencekik,menyikut, meninju, menendang,
menggigit, memiting, mencakar, serta meludahi anak yang ditindas hingga
ke posisi yang menyakitkan, serta merusak dan menghancurkan pakaian
serta barangbarang milik anak yang tertindas. Semakin kuat dan semakin
dewasa sang penindas, semakin berbahaya jenis serangan ini, bahkan
walaupun tidak dimaksudkan untuk mencederai secara serius.
b. Bullying Verbal
Kekerasan verbal adalah bentuk penindasan yang paling umum
digunakan, baik oleh anak perempuan maupun anak laki-laki. Kekerasan
verbal mudah dilakukan dan dapat dibisikkan dihadapan orang dewasa serta
teman sebaya, tanpa terdeteksi Penindasan verbal dapat berupa julukan
nama, celaan, fitnah, kritik kejam, penghinaan, dan pernyataan-pernyataan
bernuansa ajakan seksual atau pelecehan seksual. Selain itu, penindasan
verbal dapat berupa perampasan uang jajan atau barang-barang, telepon yang
kasar, e-mail yang mengintimidasi, surat-surat kaleng yang berisi ancaman
kekerasan, tuduhantuduhan yang tidak benar, kasak-kusuk yang keji, serta
gosip.
c. Bullying Relasional
Jenis ini paling sulit dideteksi dari luar. Penindasan relasionaladalah
pelemahan harga diri si korban penindasan secara sistematis melalui
pengabaian, pengucilan, pengecualian, atau penghindaran. Penghindaran,
suatu tindakan penyingkiran, adalah alat penindasan yang terkuat. Anak yang
digunjingkan mungkin akan tidak mendengar gosip itu, namun tetap akan
mengalami efeknya. Penindasan relasional dapat digunakan untuk
mengasingkan atau menolak seorang teman atau secara sengaja ditujukan
untuk merusak persahabatan. Perilaku ini dapat mencakup sikap-sikap
tersembunyi seperti pandangan yang agresif, lirikan mata, helaan napas,
bahu yang bergidik, cibiran, tawa mengejek, dan bahasa tubuh yang kasar.
d. Cyber bullying Ini adalah bentuk bullying yang terbaru karena semakin
berkembangnya teknologi, internet dan media sosial. Pada intinya adalah
17
korban terus menerus mendapatkan pesan negative dari pelaku bullying baik
dari sms, pesan di internet dan media sosial lainnya. Bentuknya berupa:
1. Mengirim pesan yang menyakitkan atau menggunakan gambar
2. Meninggalkan pesan voicemail yang kejam
3. Menelepon terus menerus tanpa henti namun tidak mengatakan apa-apa
(silent calls) 4. Membuat website yang memalukan bagi si korban
5. Si korban dihindarkan atau dijauhi dari chat room dan lainnya
6. “Happy slapping” – yaitu video yang berisi dimana si korban
dipermalukan atau di-bully lalu disebarluaskan
Sementara itu, faktor eksternal adalah faktor yang dipengaruhi dari luar
siswa, misalnya kebijakan sekolah yg tidak berdamai dengan kepentingan siswa,
guru yang tidak profesional, fasilitas penunjang sekolah misal laboratorium dan
perpustakaan yang tidak memadai, bisa juga kurikulum yang kurang bersahabat
sehingga mempengaruhi proses belajar di sekolah.
19
Akibat Siswa Membolos
Solusi
Sekolah lebih menggalakan lagi peraturan yang ada.
Guru lebih interaktif, berinovasi, dan berkreasi di dalam kelas agar para
siswa merasa nyaman di dalam kelas.
Sekolah melakukan evaluasi setiap tahunnya tentang program belajarnya.
Melakukan sosialiasi tentang bahaya bolos kepada para siswa.
Sekolah dan orang tua saling bersinergi untuk membimbing anaknya.
21
3) Menumbuhkan suasana disiplin sejak dini. Dengan pembiasaan
pembuatan jadwal kegiatan sehari-hari dan melaksanakan secara
disiplin, akan membuat anak terhindar dari kegiatan yang tidak ada
manfaatnya.
4) Orang tua mengontrol remaja dengan menyadari keadaan remaja. Di
antara cara-cara menolong remaja keluar dari persoalan tubuh,
antara lain:
- Membantu remaja untuk mempelajari hal-hal tentang tubuhnya.
- Mendorong remaja untuk memeriksakan diri kepada dokter.
- Mendorong remaja untuk makan secara seimbang dan teratur.
- Membantu remaja untuk mengembangkan ketrampilan yang dapat
mengalihkan perhatian dari tubuhnya.
- Tidak melakukan kritik atau menghina tubuh remaja.(Daradjat,
1983: 10)
5) Mengarahkan remaja untuk melakukan kegiatan-kegiatan positif.
Karena remaja mempunyai energi yang “lebih”, maka tugas orang
dewasa adalah membimbing remaja agar aktif beraktivitas (olah
raga, ikut organisasi keagamaan atau sosial.
6) Pendidikan seks. Pendidikan seks atau sex education sudah
seharusnya diberikan kepada anak-anak yang sudah beranjak
dewasa/remaja (baik melalui pendidikan informal, formal maupun
nonformal). Pendidikan ini penting untuk mencegah biasnya
pendidikan seks maupun pengetahuan tentang kesehatan reproduksi
di kalangan remaja. Berdasarkan kesepakatan internasional di Kairo
1994, tentang kesehatan reproduksi yang ditandatangani oleh 184
negara (termasuk Indonesia), diputuskan tentang perlunya
pendidikan seks pada remaja.
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kasus – Kasus yang diterima oleh remaja di sekolah juga beragam mulai
dari Bullying, Membolos, Pergaulan Bebas dan lain – lain. Beragam solusi dicari
untuk mengatasi permasalahan remaja di sekolah
B. Saran
Remaja adalah masa dimana anak mulai beranjak dari kecil menuju
dewasa, remaja pada usia-usia ini memiliki banyak konflik didalam dirinya.
sebagai orang tua, kita harus bisa menjadi curahan isi hati anaknya, mengajarkan
anak hal-hal yang baik, dan selalu mengontrol dan mengawasi kegiatan anak-
anak. Di sekolah guru juga harus memperhatikan murid-muridnya dan harus
peka terhadap perubahan-perubahan yang dialami oleh anak didik karena setiap
anak berbeda tingkah lakunya, selain itu, guru harus bisa menjalin komunikasi
yang baik dengan muridnya agar guru mudah memberikan saran atas semua
masalah yang dihadapi muridnya.
DAFTAR PUSTAKA
23
Adnan, Evita, Juriana, Issom, Fitri Lestari & Novianti, Rahmah. 2016.
Perkembangan Peserta Didik. Jakarta : Universitas Negeri Jakarta
Farida. 2009. Pergaulan Bebas dan Hamil Pra Nikah. Semarang : Balai
Penelitian dan Pengembangan Agama Semarang.