Anda di halaman 1dari 25

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Masa remaja adalah masa yang paling penting dalam rentang kehidupan.
Masa remaja adalah masa transisi dari anak-anak menjadi dewasa yang ditandai
dengan perkembangan fisik, mental, emosional, dan sosial yang berlangsung
pada dekade dua kehidupan (pardede,2008) remaja juga sedang mengalami
perkembangan pesat dalam aspek intelektual, transformasi intelektual dari cara
remaja ini berpikir remaja ini memungkinkan mereka tidak hanya mampu
mengintegrasikan dirinya ke dalam masyarakat dewasa, tetapi juga merupakan
karakteristik yang paling menonjol dari semua periode perkembangan. (Shaw
dan Costanzo, 1985). Selain itu remaja mulai memiliki keinginan untuk mencari
hal-hal baru dalam rangka mencari jati dirinya.

Keluarga memegang peranan yang sangat penting dalam masa ini, karena
remaja sedang melewati beberapa kesulitan. Peran orang tua sangat diperlukan
dalam memberikan pemahaman tentang agama dan dunia luar agar anak tidak
terjerumus kedalam hal-hal yang negatif seperti tawuran, penggunaan alkohol,
narkoba, dll.

Oleh karena itu, disini kami mencoba membahas mengenai


perkembangan remaja, tugas-tugas sebagai remaja dan aspek-aspek
perkembangan remaja yang juga mempengaruhi pendidikan.

B. Rumusan Masalah

1. Apa itu perkembangan remaja ?


2. Apa saja tugas perkembangan masa remaja ?

3. Apa karakteristik umum perkembangan remaja ?

4. Bagaimana perkembangan fisik remaja dan faktor yang mempengaruhi


perkembangan remaja ?

5. Apa manfaat olahraga bagi perkembangan remaja ?

6. Apa aspek yang dilihat dalam perkembangan remaja ?

C. Tujuan

1. Tujuan umum

a. Untuk memenuhi tugas perkembangan peserta didik

2. Tujuan khusus

a. Mengetahui apa itu masa remaja

b. Mengetahui tugas-tugas sebagai remaja

c. Mengetahui karakteristik umum remaja

d. Mengetahui perkembangan fisik dan faktor yang mempengaruhi


perkembangan remaja

e. Mengetahui manfaat olahraga bagi perkembangan masa remaja

f. Mengetahui aspek yang mempengaruhi perkembangan remaja


BAB II

Perkembangan Masa Remaja

A. Teori kajian

1. Pengertian remaja dan perkembangan

Masa remaja menurut Mappiare (1982), berlangsung antara umur 12


tahun sampai dengan 21 tahun bagi wanita dan 13 tahun sampai dengan 22
tahun bagi pria. Perkembangan atau pertumbuhan dapat didefinisikan
sebagai proses pertumbuhan fisiologis yang bersifat progresif dan kontinu
serta berlangsung dalam periode tertentu. Oleh karena itu sebagai hasil dari
pertumbuhan adalah bertambahnya berat, panjang atau tinggi badan, tulang
dan otot-otot menjadi lebih kuat, lingkar tubuh menjadi lebih besar, dan
organ tubuh menjadi lebih sempurna.

Menurut istilah remaja berasal dari bahasa latin adolescence yang artinya
“tumbuh atau tumbuh untuk mencapai kematangan”. Bangsa dan orang-
orang purbakala memandang masa puber dan masa remaja tidak berbeda
dengan periode lain dalam rentang kehidupan. Anak dianggap sudah dewasa
apabila sudah mampu mengadakan reproduksi perkembangan lebih lanjut,
istilah adolescence sesungguhnya memiliki arti yang luas, mecakup
kematangan mental, emosional, sosial, dan fisik (Hurlock,1991) pandangan
ini didukung oleh piaget (Hurlock,1991) yang mengatakan bahwa secara
psikologis, remaja adalah suatu usia dimana individu menjadi terintegrasi ke
dalam masyarakat dewasa, suatu usia dimana anak tidak merasa bahwa
dirinya berada dibawah tingkat orang yang lebih tua melainkan merasa
sama, atau paling tidak sejajar.

3
2. Tugas-tugas perkembangan masa remaja

Tugas perkembangan masa remaja, menurut Hurlock (1991) adalah


berusaha:

a. Mampu menerima keadaan fisiknya

b. Mampu menerima dan memahami peran seks usia dewasa

c. Mampu membina hubungan baik dengan anggota kelompok yang


berlainan jenis

d. Mencapai kemandirian emosional

e. Mencapai kemandirian ekonomi

f. Mengembangkan konsep dan keterampilan intelektual yang sangat


diperlukan untuk melakukan peran sebagai anggota masyarakat

g. Memahami dan menginternalisasikan nilai-nilai orang dewasa dan orang


tua

h. Mengembangkan perilaku tanggung jawab sosial yang diperlukan untuk


memasuki dunia dewasa

i. Mempersiapkan diri untuk memasuki perkawinan

j. Memahami dan mempersiapakan berbagai tanggung jawab kehidupan


keluarga

3. Karakteristik umum perkembangan remaja

Masa remaja seringkali dikenal dengan masa mencari jati diri, oleh
Erickson disebut dengan identitas ego (Bischof, 1983) jika dilihat dari segi
fisik remaja bisa dikatakan sudah dewasa, tetapi kalau kita melihat dari
sikapnya, ternyata belum bisa menunjukan sikap dewasa. Oleh karena itu
ada sejumlah sikap yang sering ditunjukan oleh ramaja; yaitu sebagai
berikut
a. Kegelisahan

Masa remaja adalah masa dimana mereka sedang mencari jati


diri. Remaja memiliki banyak keinginan yang hendak diwujudkan di
masa depan. Namun remaja belum memliki banyak kemampuan
untuk mewujudkan semua itu. Selain itu, mereka ingin memiliki
pengalaman yang banyak untuk menambah pengetahuan, tetapi
mereka tidak bisa langsung terjun ke lapangan karena keinginan tidak
dapat diimbangi dengan kemampuan yang belum memadai
mengakibatkan mereka diliputi oleh perasaan gelisah.

b. Pertentangan

Sebagai individu yang sedang berusaha mencari jati diri, remaja


berada pada situasi psikologis antara ingin melepaskan diri dari ortu
dan perasaan masih belum mampu mandiri. Oleh karena itu, pada
umumnya remaja sering mengalami kebingungan karena sering
terjadi pertentangan pendapat antara mereka dengan orang tua.

c. Mengkhayal

Keinginan untuk menjelajah, memiliki uang yang banyak, karier


yang bagus dan romantika hidup adalah keinginan semua orang.
Untuk mewujudkan hal tersebut tidaklah mudah karena harus
melalui proses yang panjang. Remaja belum bisa mewujudkan
semua keinginannya sehingga mereka berkhayal mencari kepuasan,
bahkan menyalurkan melalui dunia fantasi.

d. Aktivitas berkelompok

Berbagai masalah yang dihadapi membuat remaja sedikit merasa


tertekan, kebanyakan remaja menemukan jalan keluar setelah
berkumpul dengan rekan sebaya untuk melakukan kegiatan bersama.
Mereka melaukan suatu kegiatan secara berkelompok sehingga
berbagai kendala dapat diatasi bersama-sama. (Singgih DS,1980)

5
e. Keinginan mencoba segala sesuatu

Umumnya remaja memiliki keingintahuan yang sangat tinggi.


Namun banyak hal yang dilarang oleh orang tua. Contohnya remaja
pria ingin tahu apa itu rokok karena sering melihat orang dewasa
melakukannya, akhirnya ia secara sembunyi-sembunyi mecoba
rokok. Jika keinginan mereka dapat disikapi dengan baik, rasa
keingin tahuan dapat terarah kepada kegiatan-kegiatan yang positif,
kreatif, dan produktif.

4. Pertumbuhan fisik

Pertumbuhan adalah suatu proses perubahan fisiologis yang bersifat


progresif dan kontinu dan berlangsung dalam periode tertentu. Perubahan
ini bersifat kuantitatif dan berkisar hanya pada aspek-aspek fisik individu.

Pertumbuhan fisik pada gilirannya akan membawa sampai pada suatu


kondisi jasmaniah yang siap untuk melaksanakan tugas perkembangan
secara memadai.

Karakteristik pertumbuhan fisik remaja menimbulkan kejutan bagi


remaja itu sendiri. Pada remaja putri seperti dada mulai membesar dan
menstruasi membuat mereka canggung dan gelisah, sedangkan pada remaja
putra seperti pertumbuhan lekum menyebabkan suara remaja itu menjadi
parau untuk beberapa saat dan akhirnya turun satu oktaf. Berkembangnya
hormon mengakibatkan remaja mengalami mimpi basah. Baik remaja putri
maupun putra mereka mulai menyukai lawan jenis.

ada beberapa faktor yang mempengaruhi pertumbuhan fisik individu, yaitu :

a. Faktor internal

1) Sifat jasmaniah yang diwariskan dari orang tuanya : kalau orang tua
bertubuh tinggi anak juga akan tinggi saat dewasa.

2) Kematangan: bukan pengaruh dari makanan tetapi dari umur


b. Faktor eksternal

1) Kesehatan

Anak yang sering sakit pertumbuhan fisiknya akan terlambat

2) Makanan

Anak yang kurang gizi pertumbuhannya akan terlambat, sebaliknya


yang cukup gizi pertumbuhannya peasat

3) Stimulasi lingkungan

Dorongan dari lingkungan, anak yang tubuhnya dilatih akan berbeda


dengan yang tidak dilatih untuk meningkatkan percepatan
petumbuhan

Manfaat Olahraga Bagi Remaja

Masa remaja merupakan masa yang memiliki peranan penting dari masa
kanak – kanak yang masih tergantung pada orang tua menjadi lebih mandiri.
Tentunya dalam beraktifitas olahraga juga akan memiliki pengaruh yang
signifikan pada fase peralihan tersebut. Pada usia remaja ini seorang anak sudah
mengalami banyak perubahan baik secara fisik maupun hormonal. Saat individu
mulai menginjak masa remaja, fisiknya banyak mengalami perubahan dan yang
terbesar pengaruhnya pada perkembangan jiwa remaja adalah pertumbuhan
tubuh (Sarwono, 2000: 52)

Menurut Sadoso (1992: 141) keterampilan dasar motorik dan


perkembangannya selama remaja perlu dipahami oleh guru olahraga, seperti
keseimbangan (balance), ketepatan (accuracy), ketangkasan (agility),
penguasaan (control), dan kekuatan (strength). Olahraga yang cocok untuk
dilakukan pada masa remaja adalah latihan beban dengan hati – hati untuk
meningkatkan kekuatan otot, senam untuk melatihan fleksibilitas, keseimbangan
dan ketangkasan. Selain itu olahraga-olahraga permainan yang membutuhkan

7
kerjasama tim juga sangat diperlukan pada masa remaja ini, sehingga akan
terbentuk kekompakan dalam suatu kelompok.

Pada masa remaja ini juga waktu yang tepat bagi individu untuk
mengejar prestasi dalam bidang olahraga sesuai dengan kemampuan dan
kecabangan olahraga yang dikuasai. Masa ini merupakan masa pencarian jati
diri seorang individu untuk dapat memperlihatkan dan menunjukkan
kemampuannya dalam bidang olahraga kepada orang lain dengan penuh rasa
percaya diri, sehingga mendapatkan kepuasan.

Upaya membantu pertumbuhan fisik dan implikasinya bagi pendidikan :

Usaha pertumbuhan fisik dapat dibantu dengan berbagai usaha atau


stimulasi secara sistematis, antara lain sebagai berikut :

a. Menjaga kesehatan badan

b. Memberi makanan yang baik

Implikasi bagi pendidkan :

a. Sarana dan prasarana

Jangan sampai faktor sarana dan prasarana dapat menimbulkan


penyakit bagi siswa. Misalnya tempat duduk yang tidak nyaman, ruang
kelas gelap gulita, dan ruang sempt akan menyebabkan gangguan
kesehatan.

b. Waktu istirahat

Anak wajib diberi istirahat dalam pembelajaran karena anak butuh


stamina untuk berkonsentrasi dalam menghadapi pembelajaran.

c. Diadakan jam-jam olahraga bagi siswa


Pelajaran olahraga yang diadakan sekolah bisa memporeleh stimulasi
bagi pertumbuhan fisik anak.

d. Edukasi

Materi tentang perkembangan membantu siswa untuk mengetahui


perubahan-perubahan fisik yang dialaminya apabila nanti mereka
mengalami perubahan fisik tersebut, mereka tidak merasa minder atau
malu terhadap perubahan yang dialaminya.

5. Perkembangan kognitif

Menurut Piaget dan Santrock (2003), perkembangan kognitif pada masa


remaja awal berada pada tahap pemikiran operasional formal tahap awal
dimana peningkatan kemampuan remaja untuk berpikir. Cara berpikir
operasional akhir yaitu mengembalikan keseimbangan intelektual. Intelek
adalah akal budi atau intelegensi yang berarti kemampuan untuk meletakkan
hubungan dari proses berpikir. Selanjutnya, dikatakan bahwa orang yang
intelligent adalah orang yang dapat menyelesaikan persoalan dalam waktu
yang lebih singkat, memahami masalahnyalebih cepat dan cermat, serta
mampu bertindak cepat.

Jean piaget (Byee and Sund,1982) membagi perkembangan intelek/kognitif


menjadi empat tahapan sebagai berikut:

a. Tahapan Sensori-Motoris

Tahap ini dialami pada usia 0-2 tahun. Pada tahap ini segala perbuatan
merupakan perwujudan dari proses pematangan aspek motorik. Melalui
persepsi, sentuhan-sentuhan, gerakan-gerakan, dan belajar
mengoordinasikan tindakannya.

b. Tahap praoperasional

Tahap ini pada usia 2-7 tahun. Tahap ini disebut juga tahap intuisi
sebab perkembangan kognitifnya memperlihatkan kecenderungan yang

9
ditandai oleh suasana intuitif; dalam arti semua perbuatan rasionalnya
tidak didukung oleh pemikiran tapi oleh unsur perasaan, kecenderungan
alamiah, sikap-sikap yang diperoleh dari orang-orang bermakna, dan
lingkungan sekitarnya.

c. Tahap operasional konkret

Tahap ini berlangsung antara usia 7-11 tahun. Pada tahap ini anak
mulai menyesuaikan diridengan realitas konkret dan sudah mulai
berkembang rasa ingin tahunya. Anak sudah dapat mengamati,
menimbang, mengevaluasi dan menjelaskan pikiran-pikiran orang lain
dalam cara-cara yang kurang egosentris dan lebih objektif, sudah mulai
memahami hubungan fungsionalkarena mereka sudah menguji coba
suatu permasalahan, tetapi masih harus dengan bantuan benda konkret
dan belum mampu melakukan abstraksi.

d. Tahap operasional formal

Tahap ini dialami oleh anak pada usia 11 tahun ke atas. Pada tahapan
ini sudah mampu melakukan abstraksi, memakai arti kiasan dan
simbolik, dan memecahkan persoalan yang bersifat hipotesis.

Implikasi perkembangan kognitif bagi pendidikan :

Penting bagi peserta didik untuk megetahui isi dan ciri-ciri dari setiap
tahap perkembangan kognitif peserta didiknya sehingga dapat mengambil
keputusan tindak edukatif yang tepat. Dengan demikian, dapat dihasilkan
peserta didik yang memahami pengalaman belajar yang diterimanya.
Menyesuikan sistem pengajaran dengan kebutuhan peserta didik merupakan
jalan untuk meninggalkan prinsip lama, yaitu guru tinggal menunggu
sampai peserta didik siap sendiri, kemudian baru diberi pelajaran. Sekarang
tidak dengan demikian keadaanya.

Model pendidikan yang aktif adalah model yang tidak menunggu peserta
didik yang siap sendiri, tetapi sekolahlah yang mengajar llingkungan belajar
sedemikian rupa sehingga dapat memberi kemungkinan maksimal pada
peserta didik untuk berinteraksi . dengan lingkunganyang penuh rangsangan
untuk belajar tersebut, proses pembeajaran yang aktif akan terjadi sehingga
mampu membawa peserta didik maju.

6. Perkembangan emosi

Emosi adalah setiap pergolakan pikiran-pikiran, perasaan, dan nafsu atau


setiap keadaan mental yang hebat dan meluap-luap. Daniel Goleman
mengelompokan dari sekian banyak emosi kedalam delapan kelompok, yaitu
: amarah, kesedihan, ketakutan, kenikmatan, cinta, terkejut, jengkel, dan
malu. Daniel Goleman menggambarkan hubungan antara emosi dengan
tingkah laku kedalam bentuk-bentuk respons yang cepat tetapi ceroboh,
mendahulukan perasaan baru kemudian pikiran, memperlakukan realitas
sebagai relaitas simbolik, masa lampau diposisikan sebagai masa sekarang
dan realitas ditentukan oleh keadaan.

Upaya mengembangkan emosi remaja dan implikasinya bagi


pendidikan

Upaya yang dapat dilakukan untuk mengembangkan emosi remaja agar


berkembang ke arah kecerdasan emosional antara lain dengan menggunakan
intervensi yang dikemukakan oleh W.T. Grant Consortium tentang “Unsur-
Unsur Aktif Program Pencegahan”, yaitu sebagai berikut

a. Pengembangan Keterampilan Emosional

Cara yang dapat dilakukan adalah :

1) Mengindentifikasi dan memberi nama atau label perasaan

2) Mengungkapkan perasaan

11
3) Menilai intensitas perasaan

4) Mengelola perasaan

5) Menunda pemuasan

6) Mengendalikan dorongan hati

7) Mengurangi stres

8) Memahami perbedaan antara perasaan dan tindakan

b. Pengembangan Keterampilan Kognitif

1) Belajar melakukan dialog batin sebagai cara untuk menghadapi


dan mengatasi masalah atau memperkuat perilaku diri sendiri

2) Belajar memahami sudut pandang orang lain

3) Belajar memahami sopan santun, yaitu perilaku mana yang dapat


diterima dan mana yang tidak

4) Belajar bersikap positif terhadap kehidupan

5) Belajar mengembangkan kesadaran diri, misalnya


mengembangkan harapan-harapan yang realistis tentang diri
sendiri.

c. Pengembanan Keterampilan Perilaku

Cara yang dapat dilakukan untuk mengembagkan keterampilan


perilaku individu sebagai berikut :

1) Mempelajari keterampilan komunikasi nonverbal, misalnya


berkomunikasi melalui pandangan mata, ekspresi wajah, gerak-
gerik, posisi tubuh, dan sejenisnya.

2) Mempelajari keterampilan komunikasi verbal, misalnya


mengajukan permintaan dengan jelas, mendeskripsikan sesuatu
kepada orang lain dengan jelas, menolak pengaruh negatif, dan
sejenisnya.

Cara lain yang dapat dilakukan menurut Daniel Golman yang bisa
disebut dengan self-Science Curriculum sebagaimana dituliskan
dibawah ini.

1) Belajar mengembangkan kesadaran diri

2) Belajar mengembangkan keputusan pribadi

3) Belajar mengelola perasaan

4) Belajar menangani stres

5) Belajar berempati

6) Belajar berkomunikasi

7) Belajar membuka diri

8) Belajar mengembangkan pemahaman

9) Belajar menerima diri sendiri

10) Belajar mengembangkan tanggung jawab pribadi

7. Perkembangan Hubungan Sosial

Hubungan sosial individu berkembang karena adanya dorongan rasa


ingin tahu terhadap segala sesuatu yang ada di dunia sekitarnya. Salah satu
tugas perkembangan remaja yang sulit adalah yang berhubungan dengan
penyesuaian sosial. Pada fase ini seorang remaja harus menyesuaikan diri
dengan lawan jenis, dengan teman sebaya serta harus menyesuaikan diri
dengan orang dewasa diluar lingkungan keluarga dan sekolah. Selain itu
remaja perlu menguasai kemampuan untuk bekomunikasi dengan orang-

13
orang disekitarnya, kemampuan untuk menjalin hubungan yang baik,
menghargai diri sendiri dan orang lain serta dapat bertindak sesuai dengan
norma-norma yang ada di masyarakat. Perkembangan sosial remaja dapat
dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti: lingkungan keluarga, lingkungan di
luar rumah dan faktor pengaruh pengalaman sosial yang dialami.

Menurut Bronfenbrenner ( dalam Fuhrmann, dalam Thalib, 2013)


menyatakan bahwa dalam perkembangan sosial terdapat hubungan
resiprokal antara perkembangan sikap dan perilaku remaja dengan
lingkungan disekitarnya, perubahan sosial yang terjadi di dalam lingkungan
sosial membawa pengaruh yang besar seperti jika remaja tinggal di
lingkungan yang baik maka remaja bisa terbawa menjadi pribadi yang baik
pula dan sebaliknya jika remaja tinggal di lingkungan yang kurang baik
akan berpengaru bagi perkembangan sosial remaja seperti terjadi kasus
bullying baik secara verbal dan lain sebagainya.

Implikasi perkembangan hubungan sosial bagi pendidikan

Menurut Tilaar ( 1987:2), tantangan komleksitas masa depan meberikan


dua alternatif, yaitu pasrah pada nasib atau mempersiapkan diri sebaik
mungkin. Misi pendidikan yang juga berdimensi mengemban tugas untuk
mempersiapkan remaja bagi peranannya di masa depan agar kelak menjadi
manusia berkualitas sebagaimana sosok manusia ideal yang diamanahkan
melalui UUSPN Tahun 1989.
BAB III

PEMBAHASAN

Kasus – Kasus Yang Dialami Peserta Didik Remaja

 Bullying
o Pengertian dari berbagai ahli
a. Veenslra et al (2005) Agresi yang berulang-ulang, yang dilakukan seseorang
atau lebih dengan maksud menyakiti atau mengganggu orang lain secara
fisik (memukul, menendang, mendorong, mengambil atau merebut sesuatu
milik orang lain), secara verbal (mengejek, mengancam) atau secara
psikologis (mengeluarkan dari kelompok, mengisolasi, menyebar gosip).
b. Riauskina, Djuwita, dan Soesetio (2005) mendefinsikan school bullying
sebagai perilaku agresif yang dilakukan berulang – ulang oleh
seorang/sekelompok siswa yang memiliki kekuasaan, terhadap siswa/siswi
lain yang lebih lemah, dengan tujuan menyakiti orang tersebut, yaitu dengan
menciptakan suasana yang tidak menyenangkan bagi korban, bahkan
dilakukan dengan tidak beralasan dan bertujuan untuk menyakiti orang lain,
dan hal ini adalah bentuk agresi yang paling umum di sekolah dan pada
umumnya membuat korban merasa tertekan.

o Faktor Penyebab terjadinya Bullying

Menurut Ariesto (2009), faktor-faktor penyebab terjadinya bullying antara lain:

a. Keluarga.
Pelaku bullying seringkali berasal dari keluarga yang bermasalah : orang tua
yang sering menghukum anaknya secara berlebihan, atau situasi rumah yang penuh
stress, agresi, dan permusuhan. Anak akan mempelajari perilaku bullying ketika
mengamati konflik-konflik yang terjadi pada orang tua mereka, dan kemudian
menirunya terhadap teman-temannya. Jika tidak ada konsekuensi yang tegas dari
lingkungan terhadap perilaku cobacobanya itu, ia akan belajar bahwa “mereka yang
memiliki kekuatan diperbolehkan untuk berperilaku agresif, dan perilaku agresif itu

15
dapat meningkatkan status dan kekuasaan seseorang”. Dari sini anak
mengembangkan perilaku bullying;
b. Sekolah
Pihak sekolah sering mengabaikan keberadaan bullying ini. Akibatnya, anak
anak sebagai pelaku bullying akan mendapatkan penguatan terhadap perilaku
mereka untuk melakukan intimidasi terhadap anak lain.

c. Faktor Kelompok Sebaya.


Anak-anak ketika berinteraksi dalam sekolah dan dengan teman di sekitar rumah,
kadang kala terdorong untuk melakukan bullying. Beberapa anak melakukan
bullying dalam usaha untuk membuktikan bahwa mereka bisa masuk dalam
kelompok tertentu, meskipun mereka sendiri merasa tidak nyaman dengan perilaku
tersebut.
d. Kondisi lingkungan sosial
Kondisi lingkungan sosial dapat pula menjadi penyebab timbulnya perilaku
bullying. Salah satu faktor lingkungan social yang menyebabkan tindakan bullying
adalah kemiskinan. Mereka yang hidup dalam kemiskinan akan berbuat apa saja
demi memenuhi kebutuhan hidupnya, sehingga tidak heran jika di lingkungan
sekolah sering terjadi pemalakan antar siswanya.
e. Tayangan televisi dan media cetak
Televisi dan media cetak membentuk pola perilaku bullying dari segi tayangan yang
mereka tampilkan. Survey yang dilakukan kompas (Saripah, 2006) memperlihatkan
bahwa 56,9% anak meniru adegan-adegan film yang ditontonnya, umumnya
mereka meniru geraknya (64%) dan kata-katanya (43%).

o Jenis – Jenis Bullying

Bullying juga terjadi dalam beberapa bentuk tindakan. Menurut Coloroso


(2007), bullying dibagi menjadi tiga jenis, yaitu:

a. Bullying Fisik
Penindasan fisik merupakan jenis bullying yang paling tampak dan
paling dapat diidentifikasi diantara bentuk-bentuk penindasan lainnya,
namun kejadian penindasan fisik terhitung kurang dari sepertiga insiden
penindasan yang dilaporkan oleh siswa. Jenis penindasan secara fisik di
antaranya adalah memukul, mencekik,menyikut, meninju, menendang,
menggigit, memiting, mencakar, serta meludahi anak yang ditindas hingga
ke posisi yang menyakitkan, serta merusak dan menghancurkan pakaian
serta barangbarang milik anak yang tertindas. Semakin kuat dan semakin
dewasa sang penindas, semakin berbahaya jenis serangan ini, bahkan
walaupun tidak dimaksudkan untuk mencederai secara serius.
b. Bullying Verbal
Kekerasan verbal adalah bentuk penindasan yang paling umum
digunakan, baik oleh anak perempuan maupun anak laki-laki. Kekerasan
verbal mudah dilakukan dan dapat dibisikkan dihadapan orang dewasa serta
teman sebaya, tanpa terdeteksi Penindasan verbal dapat berupa julukan
nama, celaan, fitnah, kritik kejam, penghinaan, dan pernyataan-pernyataan
bernuansa ajakan seksual atau pelecehan seksual. Selain itu, penindasan
verbal dapat berupa perampasan uang jajan atau barang-barang, telepon yang
kasar, e-mail yang mengintimidasi, surat-surat kaleng yang berisi ancaman
kekerasan, tuduhantuduhan yang tidak benar, kasak-kusuk yang keji, serta
gosip.

c. Bullying Relasional
Jenis ini paling sulit dideteksi dari luar. Penindasan relasionaladalah
pelemahan harga diri si korban penindasan secara sistematis melalui
pengabaian, pengucilan, pengecualian, atau penghindaran. Penghindaran,
suatu tindakan penyingkiran, adalah alat penindasan yang terkuat. Anak yang
digunjingkan mungkin akan tidak mendengar gosip itu, namun tetap akan
mengalami efeknya. Penindasan relasional dapat digunakan untuk
mengasingkan atau menolak seorang teman atau secara sengaja ditujukan
untuk merusak persahabatan. Perilaku ini dapat mencakup sikap-sikap
tersembunyi seperti pandangan yang agresif, lirikan mata, helaan napas,
bahu yang bergidik, cibiran, tawa mengejek, dan bahasa tubuh yang kasar.
d. Cyber bullying Ini adalah bentuk bullying yang terbaru karena semakin
berkembangnya teknologi, internet dan media sosial. Pada intinya adalah

17
korban terus menerus mendapatkan pesan negative dari pelaku bullying baik
dari sms, pesan di internet dan media sosial lainnya. Bentuknya berupa:
1. Mengirim pesan yang menyakitkan atau menggunakan gambar
2. Meninggalkan pesan voicemail yang kejam
3. Menelepon terus menerus tanpa henti namun tidak mengatakan apa-apa
(silent calls) 4. Membuat website yang memalukan bagi si korban
5. Si korban dihindarkan atau dijauhi dari chat room dan lainnya
6. “Happy slapping” – yaitu video yang berisi dimana si korban
dipermalukan atau di-bully lalu disebarluaskan

Upaya Pencegahan Bullying

 Upaya pengendalian dari diri sendiri


Setiap individu memiliki karakteristik yang berbeda-beda. Ia
harus mengetahui kelebihan dan kelemahannya. Jangan sampai
kelebihan yang dimiiki menjadikannya sombong dan menindas yang
lemah. Begitu juga dengan kelemahannya. Jangan jadikan kelemahan
itu suau hal yang membuat dirinya tidak percaya diri, malu, rendah,
dsb. Kembangkan kelebihan yang dimiliki, kendalikan emosional diri
dan jadikan kelemahan adalah suatu kelebihan
 Mengajarkan kemampuan asertif
Kemampuan asertif yaitu kemampuan untuk menyatakan
pendapat pada orang lain dengan cara yang tepat bahea dirinya
bukanlah orang yang tepat untuk dibully. Apabila pelaku menggunakan
hati nurani, maka ia tidak akan melakukan aksinya dan berasumsi
bahwa ia telah salah sasaran.

 Membekali remaja untuk membela dirinya sendiri


Hal ini dibutuhkan ketika remaja dalam keadaan sulit, tanpa
adanya orang tua, teman ataupun guru. Pertahanan itu bisa berupa :
a. Pertahanan fisik : Bela diri, berenang, bersepeda, lari dan
aktifitas olahraga lainnya untuk meningkatkan ketangkasan dan
kesehatan prima.
b. Pertahanan psikis : Rasa percaya diri, berani, berakal sehat,
mampu mengambil keputusan, kemampuan analisa sederhana,
kemampua menganalisa sederhana, mampu melihat situasi, dsb.
 Mengisi waktu senggang untuk berbuat hal-hal yang positif
Sesungguhnya setiap individu memiliki potensi/ bakat tertentu.
Masa remaja merupakan masa yang penuh dengan ide-ide dan
kreatifitas yang apabila dikembangkan bisa menjadikan kesuksesan
pada dirinya. Gunakanlah waktu senggang untuk mewujudkan dan
mengembangkan hobi/bakat yang dimiliki.
 Membolos
 Pengertian Membolos
o Menurut Mustaqim dan Wahib (Khanisa, 2012:28) perilaku
membolos adalah suatu bentuk perbuatan yang dilakukan siswa atau
murid dengan sengaja meninggalkan pelajaran atau meninggalkan
sekolah tanpa izin terlebih dahulu atau tanpa keterangan. Tidak masuk
sekolah dengan alasan yang tidak tepat dan tanpa alasan yang jelas.
o Menurut Setyowati (2004:69) bahwa pengertian membolos
adalah suatu tindakan yang dilakukan oleh siswa dalam bentuk
pelanggaran tata tertib sekolah atau meninggalkan sekolah pada jam
pelajaran tertentu, meninggalkan pelajaran dari awal sampai akhir guna
menghindari pelajaran efektif tanpa ada keterangan yang dapat diterima
oleh pihak sekolah atau dengan keterangan palsu.

 Faktor – faktor Penyebab Siswa Membolos

Beberapa faktor - faktor penyebab siswa membolos dapat dikelompokkan


menjadi dua faktor, yakni faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal
adalah faktor yang berasal dari dalam diri siswa bisa berupa karakter siswa yang
memang suka membolos, sekolah hanya dijadikan tempat mangkal dari rutinitas
- rutinitas yang membosankan di rumah.

Sementara itu, faktor eksternal adalah faktor yang dipengaruhi dari luar
siswa, misalnya kebijakan sekolah yg tidak berdamai dengan kepentingan siswa,
guru yang tidak profesional, fasilitas penunjang sekolah misal laboratorium dan
perpustakaan yang tidak memadai, bisa juga kurikulum yang kurang bersahabat
sehingga mempengaruhi proses belajar di sekolah.

19
 Akibat Siswa Membolos

Anak yang dapat ke sekolah tapi sering membolos, akan mengalami


kegagalan dalam pelajaran. Meskipun dalam teori guru harus bersedia
membantu anak mengejar pelajaran yang ketinggalan, tetapi dalam prakteknya
hal ini sukar dilaksanakan. Kelas berjalan terus. Bahkan meskipun ia hadir, ia
tidak mengerti apa yang diajarkan oleh guru, karena ia tidak mempelajari dasar -
dasar dari mata pelajaran - mata pelajaran yang diperlukan untuk mengerti apa
yang diajarkan.

Selain mengalami kegagalan belajar, siswa tersebut juga akan mengalami


marginalisasi atau perasaan tersisihkan oleh teman-temannya. Hal ini kadang
terjadi manakala siswa tersebut sudah begitu “parah” keadaannya sehingga
anggapan teman-temannya ia anak nakal dan perlu menjaga jarak dengannya.

 Solusi
 Sekolah lebih menggalakan lagi peraturan yang ada.
 Guru lebih interaktif, berinovasi, dan berkreasi di dalam kelas agar para
siswa merasa nyaman di dalam kelas.
 Sekolah melakukan evaluasi setiap tahunnya tentang program belajarnya.
 Melakukan sosialiasi tentang bahaya bolos kepada para siswa.
 Sekolah dan orang tua saling bersinergi untuk membimbing anaknya.

 Pergaulan Bebas Remaja


 Pengertian Pergaulan Bebas
Pergaulan bebas sering dikonotasikan dengan sesuatu yang negatif
seperti seks bebas, narkoba, kehidupan malam, dan lain-lain. Istilah ini
diadaptasi dari budaya Barat di mana orang bebas untuk melakukan hal-hal
di atas tanpa takut menyalahi norma-norma yang ada dalam masyarakat
Barat. Berbeda dengan budaya Timur yang menganggap semua itu adalah
tabu sehingga seringkali kita mendengar “jauhi pergaulan bebas”.
 Beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya pergaulan bebas:
a. Faktor agama (pemahaman terhadap agama yang kurang) dan iman
(lemahnya iman, sehingga mudah dibujuk rayuan setan).
b. Faktor lingkungan, seperti: orang tua (keluarga yang kurang harmonis),
teman (peer group yang memberi pengaruh negatif)), tetangga (masyarakat
yang kurang memberi kontrol karena akibat dari individualisme) dan media
(pornografi di media cetak, pornoaksi di tempat-tempat umum atau di media
TV dan internet).
c. Faktor pengetahuan dan pengalaman yang minim dan ditambah rasa ingin
tahu/ curiousity yang berlebihan.
d. Faktor perubahan zaman.(WorldPress.com)
Beberapa akibat kebebasan yang "kebablasan" hasil jiplakan remaja terhadap
budaya Barat:
a. Free thinker/bebas berpikir: Remaja merasa punya hak untuk berpikir
tanpa dibatasi oleh norma-norma agama, terutama dalam upaya mencari
jalan keluar dari masalah dengan cara pintas (misal bunuh diri, nge-drugs,
minum minuman keras, melakukan kriminal untuk mendapatkan uang dan
lain-lain).
b. Permissif/bebas berbuat: Remaja mau melakukan apapun di manapun
boleh saja, mulai dari berbusana, berdandan, berbicara, bergaul atau
berperilaku. Remaja “malah” merasa bangga jika daya tarik seksualnya
disapu setiap mata lawan jenis yang jelalatan, antimalu (tidak punya malu,
padahal malu adalah budaya timur) dengan mengantongi label “kebebasan
berekspresi”.
c. Free sex/pergaulan bebas: pergaulan antar lawan jenis yang banyak
digandrungi remaja sangat mudah terkontaminasi unsur cinta dan seks,
kampanye terselubung antijomblo yang diopinikan di media via sinetron
(membuat remaja untuk punya pacar), membuka peluang untuk aktif
melakukan kegiatan seksual (pemicunya

 Solusi Pergaulan Bebas


a. Keluarga,
1) Menciptakan kehidupan keluarga yang beragama. Artinya membuat
suasanan rumah tangga menjadi kehidupan yang taat dan taqwa
kepada Allah SWT dalam kehidupan sehari-hari.(Fitriah, 2008: 41).
2) Menciptakan suasana yang harmonis, dengan cara menjalin
komunikasi

21
3) Menumbuhkan suasana disiplin sejak dini. Dengan pembiasaan
pembuatan jadwal kegiatan sehari-hari dan melaksanakan secara
disiplin, akan membuat anak terhindar dari kegiatan yang tidak ada
manfaatnya.
4) Orang tua mengontrol remaja dengan menyadari keadaan remaja. Di
antara cara-cara menolong remaja keluar dari persoalan tubuh,
antara lain:
- Membantu remaja untuk mempelajari hal-hal tentang tubuhnya.
- Mendorong remaja untuk memeriksakan diri kepada dokter.
- Mendorong remaja untuk makan secara seimbang dan teratur.
- Membantu remaja untuk mengembangkan ketrampilan yang dapat
mengalihkan perhatian dari tubuhnya.
- Tidak melakukan kritik atau menghina tubuh remaja.(Daradjat,
1983: 10)
5) Mengarahkan remaja untuk melakukan kegiatan-kegiatan positif.
Karena remaja mempunyai energi yang “lebih”, maka tugas orang
dewasa adalah membimbing remaja agar aktif beraktivitas (olah
raga, ikut organisasi keagamaan atau sosial.
6) Pendidikan seks. Pendidikan seks atau sex education sudah
seharusnya diberikan kepada anak-anak yang sudah beranjak
dewasa/remaja (baik melalui pendidikan informal, formal maupun
nonformal). Pendidikan ini penting untuk mencegah biasnya
pendidikan seks maupun pengetahuan tentang kesehatan reproduksi
di kalangan remaja. Berdasarkan kesepakatan internasional di Kairo
1994, tentang kesehatan reproduksi yang ditandatangani oleh 184
negara (termasuk Indonesia), diputuskan tentang perlunya
pendidikan seks pada remaja.

BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan

Masa remaja adalah masa dimana anak-anak mulai tumbuh menjadi


dewasa yang ditandai dengan perubahan-perubahan fisik dan perubahan
pandangan hidup untuk masa depan yang cerah. Pada masa ini remaja mulai
mencari jati diri mereka masing-masing. Perkembangan remaja diikuti oleh
berbagai aspek seperti aspek perkembangan fisik, perkembangan kognitif,
perkembangan emosi, dan perkembangan sosial.

Kasus – Kasus yang diterima oleh remaja di sekolah juga beragam mulai
dari Bullying, Membolos, Pergaulan Bebas dan lain – lain. Beragam solusi dicari
untuk mengatasi permasalahan remaja di sekolah

B. Saran

Remaja adalah masa dimana anak mulai beranjak dari kecil menuju
dewasa, remaja pada usia-usia ini memiliki banyak konflik didalam dirinya.
sebagai orang tua, kita harus bisa menjadi curahan isi hati anaknya, mengajarkan
anak hal-hal yang baik, dan selalu mengontrol dan mengawasi kegiatan anak-
anak. Di sekolah guru juga harus memperhatikan murid-muridnya dan harus
peka terhadap perubahan-perubahan yang dialami oleh anak didik karena setiap
anak berbeda tingkah lakunya, selain itu, guru harus bisa menjalin komunikasi
yang baik dengan muridnya agar guru mudah memberikan saran atas semua
masalah yang dihadapi muridnya.

DAFTAR PUSTAKA

23
Adnan, Evita, Juriana, Issom, Fitri Lestari & Novianti, Rahmah. 2016.
Perkembangan Peserta Didik. Jakarta : Universitas Negeri Jakarta

Ali, Mohammad & Arsori, Mohammad. PSIKOLOGI REMAJA


perkembangan Peserta Didik. Jakarta : PT. Bumi Aksara

Desmita.2009. Psikologi Perkembangan Peserta Didik. Bandung : PT.


REMAJA ROSDAKARYA

Gunarsa, Singgih D & Gunarsa, Yulia Singgih D. 2017. Psikologi


Perkembangan Anak dan Remaja. Jakarta : PT. BPK Gunung Mulia

Sarwono, Sarlito Wirawan. 2008. Paikologi Remaja. Jakarta : PT. Raja


Grafindo Persada

Humaedi, Sahadi. 2017. Faktor Yang Mempengaruhi Remaja Dalam


Melakukan Bullying. Bandung: Universitas Padjajaran.

Sugiariyanti. Perilaku Bullying Pada Anak Dan Remaja. Semarang:


Universitas Negeri Semarang.

Isti, Meul. Upaya Penanganan Kasus Bully Pada Remaja. Purwokerto :


Universitas Muhamadiyyah Purwokerto.

Supianto. 2012. Mengatasi Siswa Sering Bolos. Cianjur : Madrasah Aliyah


Naringgul.

Farida. 2009. Pergaulan Bebas dan Hamil Pra Nikah. Semarang : Balai
Penelitian dan Pengembangan Agama Semarang.

Nasrulloh, Ahmad. 2015. Membangun Kemandirian Anak – Anak, Remaja Dan


Dewasa Untuk Berolahraga. Yogyakarta : Universitas Negeri
Yogyakarta.
25

Anda mungkin juga menyukai