Anda di halaman 1dari 2

Nama : Fakhri Furqoni Kelas : Pendidikan Sosiologi B 2018

NIM : 1405618036

Review Riwayat Kaum Depok

Depok merupakan kota yang berada di provinsi Jawa Barat, disana terdapat banyak
situs – situs dan bangunan bersejarah yang dibangun pada era kolonial belanda. Namun
sayangnya pada zaman sekarang situs bersejarah banyak yang diterawat dikarenakan tergerus
oleh modernisasi dan pembangunan. Situs dan bangunan bersejarah ini menjadi saksi bisu
dan tanda bahwa depok adalah wilayah yang sangat makmur pada zaman hindia belanda.
Berawal dari sosok keturunan kolonial belanda yaitu Cornelis Chastelein yang membuka
peradaban baru bagi wilayah depok, dimana pada tahun 1696 ia membeli tanah sekitar 1.244
hektar yang menjadi kota depok sekarang. Chastelein membangun komunitas pertanian dan
mempekerjakan sekitar 150 budak dari berbagai penjuru nusantara. Berbeda dengan sifat dan
watak orang – orang VOC sezamannya karena ketaatannya terhadap ajaran protestan,
Chastelein mempunyai prinsip pembebasan dan cinta kasih. Maka dari itu budak – budak
yang dilepas olehnya untuk mengurus pertanian di depok, dididik dan dibina olehnya agar
menjadi manusia yang merdeka. Hingga akhirnya selama bertahun – tahun dikarenakan
kepemimpinan Cornelis Chastelein, wilayah depok menjadi maju dan sangat berkembang
pada saat itu.

Pada 28 Juni 1714 Chastelein meninggal dan meninggalkan wasiat, inti dari wasiat
tersebut bahwa depok harus dikelola dengan kesejahteraan, memerdekakan keturunan dan
budak – budaknya serta membagikan seluruh tanah di depok untuk dikelola bersama. Setelah
Chastelein meninggal, depok memiliki pemerintahan yang mandiri dan memiliki presiden
serta melaksanakan pemilu setiap tiga tahun sekali. Dari situlah kemudian depok berkembang
pesat dan tumbuh makmur. Penduduk depok pada saat itu bergaya dan berasitektur eropa.
Hingga akhirnya terjadi peristiwa Gedoran Depok pada 11 Oktober 1945, dimana laskar
rakyat melakukan pembakaran dan pembunuhan kepada warga depok karena dianggap tidak
antusias dengan kemerdekaan RI dan banyak keturunan kolonial. Dalam perspektif
Interaksionisme Simbolik, penduduk depok pada saat itu memproduksi dan memakai simbol
– simbol belanda dan eropa. Hal itulah yang melatarbelakangi laskar rakyat melakukan
Gedoran Depok karena warga depok dianggap representatif atau simbol dari kolonial
belanda. Padahal depok sama sekali tidak menolak kemerdekaan RI. Setelah itu seluruh tanah
dan wilayah depok dialihkan kepada pemerintah Republik Indonesia pada tahun 1950an,
hingga 1960 – 1980an depok mengalami masa yang surut dan kehilangan kekuatan untuk
tumbuh sebagai sebuah kota.

Anda mungkin juga menyukai