Esensialisme adalah pendidikan yang didasarkan kepada nilai-nilai kebudayaan yang telah
ada sejak awal peradaban umat manusia, yang muncul pada zaman renaissance dengan ciri-
ciri utama yang berbeda dengan progresifisme. Perbedaannya yang utama adalah
memberikan dasar berpijak pada pendidikan yang penuh fleksibilitas, dimana serta terbuka
untuk perubahan, toleran, dan tidak ada keterkaitan denga doktrin tertentu. Esensialisme
memandang bahwa pendidikan harus berpijak pada nilai-nilai yang memiliki kejelasan dan
tahan lama yang memberikan kestabilan dan nilai-nilai terpilih yang mempunya tata yang
jelas. Idealisme dan realisme sebagai pendukung esensialisme, akan tetapi tidak lebur
menjadi satu dan tidak melepaskan sifatnya yang utama pada dirinya masing-masing.
Idealisme sebagai filsafat hidup, memulai tinjauannya mengenai pribadi individu dengan
menitikberatkan pada individu tersebut. Menurut idealisme, bila seorang itu belajar pada taraf
permulaan adalah memahami dirinya sendiri, terus bergerak keluar untuk memahami dunia
obyektif. Dengan mengambil landasan fikir, belajar dapat didefinisikan sebagai jiwa yang
berkembang pada sendirinya sebagai substansi spiritual yang jiwanya membina dan
menciptakan diri sendiri. Belajar adalah menerima dan mengenal secara sungguh-sungguh
nilai-nilai sosial angkatan baru yang timbul untuk ditambah dan dikurangi dan diteruskan
kepada angkatan berikutnya. Dengan demikian pandangan-pandangan realisme
mencerminkan adanya dua jenis, yaitu determinasi mutlak dan determinasi terbatas.
Sebab jika manusia mampu beberapa tokoh idealisme memandang bahwa kurikulum itu
hendaklah berpangkal pada landasan idiil dan organisasi yang kuat. Kegiatan dalam
pendidikan perlu disesuaikan dan ditujukan kepada yang serba baik. Sehingga kegiatan dan
keaktifan anak didik tidak terkekang, asalkan sejajar dengan fundamen-fundamen yang telah
ditentukan.1
Pandangan tentang Aliran Esensialisme dari segi ontologi, Epistemologi dan aksiologi
1. Pandangan secara Ontologi
Sifat yang menonjol dari ontologi esensialisme adalah suatu konsep bahwa dunia ini
dikuasai oleh tata yang tiada cela, yang mengatur isinya dengan tiada ada pula. Pendapat ini
berarti bahwa bagaimana bentuk, sifat, kehendak dan cita-cita manusia haruslah disesuaikan
dengan tata alam yang ada. Tujuan umum aliran esensialisme adalah membentuk pribadi
bahagia di dunia dan akhirat. Isi pendidikannya mencakup ilmu pengetahuan, kesenian dan
segala hal yang mampu menggerakkan kehendak manusia.
1
https://afidburhanuddin.wordpress.com/2013/11/07/filsafat-esensialisme-dalam-pendidikan/ ((19:08
.01.12.2015))
1
2. Pandangan secara Epistemologi
Teori kepribadian manusia sebagai refleksi Tuhan adalah jalan untuk mengerti
epistemologi esensialisme. Sebab jika manusia mampu menyadari realita scbagai
mikrokosmos dan makrokosmos, maka manusia pasti mengetahui dalam tingkat atau kualitas
apa rasionya mampu memikirkan kesemestiannya.
a. Neorealisme
Secara psikologi neorealisme lebih erat dengan behaviorisme Baginya pengetahuan
diterima, ditanggap langsung oleh pikirar dunia realita. ltulah sebabnya neorialisme
menafsirkan badan sebagai respon khusus yang berasal dari luar dengan sedikit atat tanpa
adanya proses intelek
b. Cretical Realisme
Aliran ini menyatakan bahwa media antara inetelek dengan realita adalah seberkas
pengindraaan dan pengamatan.
2
3. Pandangan secara Aksiologi
Pandangan ontologi dan epistemologi sangat mempengaruhi pandangan aksiologi. Bagi
aliran ini, nilai-nilai berasal, tergantung pada pandangun-pandangan idealisme dan realism
sebab essensialisme terbina aleh kedua syarat tersebut.
2
https://arasmunandar.wordpress.com/hakikat-aliran-filsafat-esensialisme/ ((19:12 .01.12.2015))
3
Realisme modern yang menjadi salah satu eksponen esensialisme, titik berat
tinjauannya adalah mengenai alam dan dunia fisik; sedangkan idealisme modern sebagai
eksponen yang lain, pandangan-pandangannya bersifat spiritual.
Idealisme modern mempunyai pandangan bahwa realita adalah sama dengan
substansi gagasan-gagasan(ide-ide). Di balik duni fenomenal ini ada jiwa yang tidak terbatas
yaitu Tuhan, yang merupakan pencipta adanya kosmos. Manusia sebagai makhluk yang
berpikir berada dalam lingkungan kekuasaan Tuhan. Dengan menguji menyelidiki ide-ide
serta gagasan-gagasannya, manusia akan dapat mencapai kebenaran, yang sumbernya
adalah Tuhan sendiri.
3
http://kumpulanmakalahdanartikelpendidikan.blogspot.co.id/2011/01/aliran-esensialisme-dalam-
filsafat.html ((19:17 .01.12.2015))
4
Dasar-dasar yang telah diketemukan, yang akhirnya dirangkum menjadi konsep
filsafat pendidikan esensialisme ini, tampak manifestasinya dalam sejarah dari zaman
Renaisans sampai timbulnya Progresivisme.
5
3. PANDANGAN MENGENAI PENDIDIKAN
Pandangan mengenai pendidikan yang diutarakan disini bersifat umum, simplikatif
dan selektif, dengan maksud agar semata-mata dpat memberikangambaran mengenai
bagian-bagian utama dari esensialisme. Disamping itu karena tidak setiap filsuf idealis dan
realis mempunyai faham esensialistis yang sistematis, maka uraian ini bersifat eklektik.
Esensialisme timbul karena adanya tantangan mengenai perlunya usaha emansipasi
diri sendiri, sebagaimana dijalankan oleh para filsuf pada umumnya ditinjau dari sudut abad
pertengahan. Usaha ini diisi dengan pandangan-pandangan yang bersifat menanggapi hidup
yang mengarah kepada keduniaan, ilmiah dan teknologi, yang ciri-cirinya telah ada sejak
zaman Renaisans.
Tokoh yang perlu dibicarakan dalam rangka menyingkap sejarah esensialisme ini
adalah William T. Harris (1835-1909). Sebagai tokoh Amerika Serikat yang dipengaruhi oleh
Hegel ini berusaha menerapkan idealisme obyektif pada pendidikan umum. Menurut Harris,
tugas pendidikan adalah mengijinkan terbukanya realita berdasarkan susunan yang tidak
terelakan (pasti) bersendikan kesatuan spiritual. Sekolah adalah lembaga yang memelihara
nilai-nilai yang telah turun-menurun, dan menjadi penuntun penyesuaian orang kepada
masyarakat.
Oleh karena terasaskan adanya saingan dari progresivisme, maka pada sekitar tahun
1930 timbul organisasi yang bernama Esentialist Comittee for the Advancement of
Education. Dengan timbulnya Komite ini pandangan-pandangan esensialisme (menurut
tafsiran abad xx), mulai diketengahkan dalam dunia pendidikan.
6
6. PANDANGAN MENGENAI KURIKULUM
Beberapa tokoh idealisme memandang bahwa kurikulum itu hendaklah berpangkal
pada landasan ideal dan organisasi yang kuat. Bersumber atas pandangan ini, kegiatan-
kegiatan pendidikan dilakukan. Pandangan dari dua tokoh dipaparkan dibawah ini.
Herman Harrell Horne menulis dalam bukunya yang berjudul This New Education
mengatakan bahwa hendaknya kurikulum itu bersendikan atas fundamental tunggal, yaitu
watak manusia yang ideal dan ciri-ciri masyarakat yang ideal. Kegiatan dalam pendidikan
perlu disesuaikan dan ditujukan kepada yang serba baik tersebut. Atas dasar ketentuan ini
berarti bahwa kegiatan atau keaktifan anak didik tidak terkekang, asalkan sejalan dengan
fundamen-fundamen itu.
Bogoslousky, dalam bukunya The Ideal School, mengutarakan hal-hal yang lebih
jelas dari Horne. Disamping menegaskan supaya kurikulum dapat terhindar dari adanya
pemisahan mata pelajaran yang satu dengan yang lain, kurikulum dapat diumpamakan
sebagai sebuah rumah yang mempunyai empat bagian, ialah :
b. Universum. Pengetahuan yang merupakan latar belakang dari segala manifestasi
hidup manusia, diantaranya adalah adanya kekuatan-kekuatan alam, asal-usul tata
surya dan lain-lainnya. Basis pengetahuan ini adalah ilmu pengetahuan alam kodrat
yang diperluas.
c. Sivilisasi. Karya yang dihasilkan manusia sebagai akibat hidup masyarakat. Dengan
sivilisasi manusia mampu mengadakan pengawasan terhadap lingkungannya,
mengejar kebutuhan, hidup aman dan sejahtera.
d. Kebudayaan. Karya manusia yang mencakup diantaranya filsafat, kesenian,
kesusasteraan, agama, penafsiran dan penilaian mengenai lingkungan.
e. Kepribadian. Bagian yang bertujuan pembentukan kepribadian dalam arti riil yang
tidak bertentangan dengan kepribadian yang ideal.
Jadi, tujuan umum aliran esensialisme adalah membentuk pribadi bahagia didunia
dan akhirat. Isi pendidikannya mencakup ilmu pengetahuan, kesenian dan segala hal yang
mampu menggerakan kehendak manusia. Kurikulum sekolah bagi esensialisme merupakan
semacam miniatur dunia yang bisa dijadikan sebagai ukuran kenyataan, kebenaran dan
kegunaan. Maka dalam sejarah perkembangannya, kurikulum esensialisme menerapkan
berbagai pola kurikulum, seperti pola idealisme, realisme dan sebagainya. Sehingga peranan
sekolah dalam menyelenggarakan pendidikan bisa berfungsi sesuai dengan prinsip-prinsip
dan kenyataan sosial yang ada dimasyarakat.
7
PENUTUP
SIMPULAN
SARAN
Saran yang dapat di sampaikan yaitu makalah ini masih jauh dari sempurna, jadi
diharapkan kritikan dari para pembaca untuk kesempurnaan makalah ini, semoga makalah ini
dapat bermanfaat bagi para pembaca.
4
http://kumpulanmakalahdanartikelpendidikan.blogspot.co.id/2011/01/aliran-esensialisme-dalam-
filsafat.html ((19:19 .01.12.2015))