Anda di halaman 1dari 5

Nama : Nindi Melisa Tumanggor

NIM : 11910121122

Kelas : SLTP-SLTA 4 C

Matkul : Filsafat Pendidikan

Jawaban

1. Pandangan materialisme yaitu pemikiran manusia berkembang menggunakan pemikiran


yang berifat teologis, yakni berdasakan pada keyakinan yang bersifat fantasi. Bukan
pada pemikiran rasional dan fakta. Kemudian berkembang kapada pemikiran abstrak
spikulatif dan metafisis atau filosofis, dan akhirnya berkembang ke pemikiran yang
bersifat positif ilmiah melalui pengamatan indera. Sedangkan, pandangan islam yaitu
manusia adalah sesuai dengan masa perkembangannya karena proses pendidikan dalam
prinsip pandangan Islam bersifat tarbiyah artinya sesuai dengan tabiat hidup manusia.
sudah jelas bahwa Islam telah mengatur berbagai hal begitu juga pendidikan dengan
segala aspeknya.
2. Pandangan idealisme yaitu hakikat manusia bukanlah tubuh atau jasadnya, melainkan
jiwa atau rohanya, yaitu suatu wujud yang meimliki kemampuan untuk menyadari dunia
dan sebagai faktor utama yang mendorong serta menggerakkan semua perilaku dan
aktivitas manusia, dan apa yang disebut sebagai ‘berpikir’ menurut idealisme, tidak lain
daripada menaruh perhatian pada ide mutlak, karena pada hakikatnya ide mutlak itu ada
di luar diri manusia, dan tugas manusia adalah mencari dan menemukan ide mutlak itu
melalui akalnya. karena itu ide lebih penting daripada materi. Pandangan islam yaitu
manusia adalah sesuai dengan masa perkembangannya karena proses pendidikan dalam
prinsip pandangan Islam bersifat tarbiyah artinya sesuai dengan tabiat hidup manusia.
sudah jelas bahwa Islam telah mengatur berbagai hal begitu juga pendidikan dengan
segala aspeknya.
3. Pandangan dualiesme segala pengertian manusia tentang segala yang ada (realitas)
bukanlah suatu kesesuaian antara realitas dengan ide, melainkan kesesuain antara bentuk
dengan jenis benda yang tampak pada benda konkrit. Dengan begitu, antara materi dan
bentuk tidak dapat dipisahkan. Pandangan islam yaitu manusia adalah sesuai dengan
masa perkembangannya karena proses pendidikan dalam prinsip pandangan Islam
bersifat tarbiyah artinya sesuai dengan tabiat hidup manusia. sudah jelas bahwa Islam
telah mengatur berbagai hal begitu juga pendidikan dengan segala aspeknya.
4. Realisme idealisme menyatakan bahwa apa yang dikatakan sebagai sesuai yang memiliki
nilai etis atau yang disebut baik, bukanlah terletak pada hidup, perilaku, atau perbuatan
nyata, melainkan pada pikiran atau budi.
realisme rasional klasik, manusia adalah makhluk rasional, dan dengan akal atau rasionya
manausia dapat mengenal dunia, dan dengan rasionya itu pula manusia mampu
menjangkau kebenaran umum, yaitu kebenaran yang tidak perlu dibuktikan lagi, karena
bukti dari kebenaran itu terletak pada kebenaran itu sendiri.
realisme religious menyatakan hawa keteraturan dan keharmonisan alam ini disebabkan
karena ada orde (kekuatan) yang mengaturnya, yaitu orde natural dan orde supernatural
Realisme naturalis ilmiah adalah aliran filsafat yang menyatakan bahwa manusia adalah
organisme biologis dengan sistem syaraf yang kompleks dan secara inheren ber-
pembawaan sosial. Pandangan positivisme, apa yang disebut sebagai kebenaran tidak lain
adalah persesuaian (korespondensi) antara pikiran dengan realitas.
Sedangkan, Pendidikan islam merupakan sistem pendidikan yang berdasarkan nilai- nilai
Islam. Perlu strategi yang tepat untuk mewujudkannya. Pendidikan bagian dari kebutuhan
manusia, manusia membutuhkan pendidikan.
5. Dalam pandangan realisme rasional, tujuan pendidikkan harus bersifat rasional. Perhatian
terhadap realitas atau intelektualitas adalah penting, bukan saja sebagai tujuan, melainkan
juga untuk dapat mempergunakannya sebagai alat untuk memecahkan maasalah. Untuk
itu, bahan atau materi pendidikan yang esensial adalah penyatuan dan pengulangan
penga-laman manusia, cara demikian akan membuat peserta didik menjadi manusia
bijaksana, yaitu manusia yang dapat menyesuaikan diri dengan baik terhadap lingkungan
fisik dan sosialnya. Sisi-sisi pemikiran realisme Bagi idealisme, intelek atau akal
memegang peranan penting dan sangat menentukan dalam proses belajar dan mengajar.
Dengan akal manusia dapat memperoleh pengetahuan dan kebenaran sejati, dan apa yang
diajarkan haruslah bersifat intelektual. Oleh karena itulah pengetahuan seperti filsafat,
logika, bahasa, dan matematika memperoleh porsi yang besar dalam kurikulum
pendidikan idealisme. Selain pengetahuan yang bersifat intelektual, harus pula diajarkan
nilai-nilai yang mutlak dan abadi, dan diajarkan bagaimana cara melaksanakan nilai-nilai
itu sesuai dengan kehendak Tuhan sebagai pencipta dan sumber nilai.
6. Problema ke-6
a. Resume
Progresivisme merupakan suatu aliran pemikiran yang muncul sebagai kritik atas
pemikiran materialisme, idealisme, realisme, dan rasionalisme yang selalu mencari
sesuatu yang ultimat, absolut, abadi, esensial, substansial, dan permanen. Untuk
dapat mengalami perubahan, manusia harus mempunyai pandangan yang progresif,
yaitu suatu pandangan hidup yang bertumpu pada sifat-sifat yang fleksibel, tidak
kaku, tidak menolak perubahan, dan tidak terikat oleh doktrin tertentu apapun,
memiliki rasa ingin tahu (coriousity), ingin menyelidiki, dan menolak segala bentuk
otoritarianisme maupun absolutisme seperti yang diajarkan agama, politik, etika, dan
epistemology.
 Perkembangan Progresivisme
pemecahan masalah seperti yang dikemukakan progmatisme pada suatu sisi
ada positifnya, karena dilema-dilema yang ditimbulkan oleh realisme dan
idealisme dapat digugurkan dengan menghalangi konfrontasi antara subjek
dan objek, di mana pengetahuan merupakan sebuah relasi atau hubungan
dalam lingkungan masyarakat dan di tengah-tengah pengalaman sehari-hari
dan ilmiah. Namun di sisi lain menimbulkan problem baru, karena tidaklah
benar jika berpikir dan mencari kebenaran itu semata-mata diterangkan
sebagai suatu daya untuk mencapai kegunaan dan efisiensi. Memang benar,
pengetahuan itu otonom, tapi tidak berdiri sendiri, ia mempunyai fungsi
pengantara untuk melayani sesuatu. Tetapi atas dasar apa orang
mempertahakan bahwa berpikir itu berguna, dan pihak mana yang bewenang
menentukan apa yang ‘berguna’ itu. Untuk itu diperlukan pertanggung
jawaban yang lebih mendalam.
 Pandangan Proresivisme tentang Kebudayaan
Kebudayaan sebagai hasil budi manusia dalam berbagai bentuk dan
menisfetasinya dan telah dikenal sepanjang sejarah sebagai milik manusia
tidaklah kaku. Ia selalu berkembang dan berubah. Manusia dengan sifatnya
yang kreatif dan dinamis terus berevolusi meningkatkan kualitas hidup yang
semakin terus maju. Realitas historis menunjukkan bahwa pada zaman purba
manusia hidup di pohon-pohon dan di gua-gua, dan hidup sepenuhnya
bergantung pada alam. Alamlah yang menentukan dan mengendalikan hidup
manusia. Bagi proresivisme, pendidikan adalah alat atau instrumen untuk
memeroses dan merekonstruksi kebudayaan, karena itu pendidikan harus
dapat menciptakan situasi edukatif yang dapat memberikan warna dan corak
keperibadian pada peserta didik (output) sebagai manusia-mansia berkualitas,
unggul, kompetitif, inisiatif, adaptif, kreatif, dan mampu menjawab tantangan
zaman.
 Pandangan progresivisme tentang Pendidikan
Progresivisme, sebagai suatu aliran filsafat pendidikan, muncul sebagai reaksi
terhadap dua teori pendidikan yang saling bertentangan, yaitu, teori
pendidikan konservatif dan teori pemekaran. Bagi progresivisme, pendidikan
bukanlah proses pembentukan dari luar dan bukan pula pemekaran kekuatan-
kekuatan laten dengan sendirinya dari dalam, melainkan suatu proses
reorgansiasi dan rekonstrusi pengalaman-pengalaman individu. Pengalaman-
pengalaman itu bukan terdiri atas materi intern maupun materi yang
diungkapkan, melainkan materi yang berasal dari aktivitas asli dari
lingkungan. Progresivisme memandang, pendidikkan adalah penting, karena
pendidikan merupakan kebutuhan untuk hidup, pertumbuhan, dan fungsi
sosial. Sebagai kebutuhan untuk hidup, pendidikan berfungsi sebagai alat
pembaharu hidup.
Tujuan pendidikan menurut progresivisme adalah kehidupan yang baik, yaitu
pertum-buhan dan perkembangan maksimum dan hanya dapat diukur dengan
mereka yang memiliki intelegnsi (kecerdasan) yang baik. Perbuatan intelegen
(cerdas) merupakan jaminan terbaik untuk keberlangsungan pertumbuhan dan
perkembangan, dan merupakan jaminan terbaik untuk moral yang baik.
Penetapan tujuan pendidikan progresivisme yang demikian itu pada
hakikatnya tidak terlepas dari pandangannya tentang realitas, teori
pengetahuan dan kebenaran, dan teori nilai (etika). Meskipun tujuan
pendidikan progresivisme sangat umum dan seolah-olah tidak mengenal
tujuan akhir, namun demikian terdapat beberapa kriteria sebagai rambu-rambu
yang dapat dipedomani dalam menilai pendidikan.
Untuk melaksanakan kurikulum pendidikan yang terintegrasi dalam unit
dalam bentuk core curriculum (kurikulum inti), progresivisme menekankan
pada penerapan pembelajaran berdasarkan prinsip belajar sambil berbuat
(learning by doing) dan penerapan metode pemecahan masalah (problem
solving). Pendidikan progresif dan student oriented menempatkan pendidik
pada posisi sebagai fasilitator dan motivator yang memberi kemudahan dan
dorongan kepada peserta didik untuk belajar, menyelidiki, mengamati,
berpikir, menarik kesimpulan, dan memecahkan masalahnya sendiri sesuai
dengan minat yang ada dalam dirinya.
b. Sisi positif :
Manusia dengan sifatnya yang kreatif dan dinamis terus berevolusi meningkatkan
kualitas hidup yang semakin terus maju. Realitas historis menunjukkan bahwa pada
zaman purba manusia hidup di pohon-pohon dan di gua-gua, dan hidup sepenuhnya
bergantung pada alam. Alamlah yang menentukan dan mengendalikan hidup
manusia. Tetapi dengan memiliki keinginan untuk tahu, daya rasa, daya cipta, dan
daya karsa manusia menjadi berkembang dan dapat mengubah alama tempat tinggal
untuk hidupnya menjadi sesuatu yang berguna dan dapat dikendalikan. Manusia
dengan potensi kreatif dan intelektualnya, mampu mengatasi berbagai persoalan dan
mampu mengubah hidup menjadi lebih maju, lebih berbudaya dan beradab.

Sisi negative :
Manusia bergerak dalam kesungguhan yang selalu berubah. Jika manusia berada pada
suatu kesulitan, manusia akan mulai berpikir untuk mengatasi kesulitan itu, karena
berpikir merupakan alat atau instrumen untuk bertindak, dan dengan demikian pikiran
sesungguhnya berpangkal dari pengalaman dan bergerak kembali menuju
pengalaman-pengalaman baru, dan gerak dari pemikiran akan berakhir pada beberapa
peru bahan dalam dunia sekitar atau dalam diri manusia itu sendiri.
c. Sisi positif :
 pendidikan dipandang sebagai suatu proses pembentukan peribadi peserta
didik tanpa memperhatikan potensi-potensi yang ada di dalam dirinya, dan
pendidiklah yang membentuk segalanya.
 pendidikan adalah pembentukan jiwa dari luar, di mana mata pelajaran
(subject matter) yang akan diberikan kepada peserta didik ditentukan
sepenuhnya oleh pendidik
 peserta didik akan berkembang dengan sendirinya karena telah memiliki
kekuatan-kekuatan laten (potensi) dan telah memiliki tujuan yang pasti.
 pendidikan bukanlah proses pembentukan dari luar dan bukan pula pemekaran
kekuatan-kekuatan laten dengan sendirinya dari dalam, melainkan suatu
proses reorgansiasi dan rekonstrusi pengalaman-pengalaman individu.
 pendidikan (sekolah) adalah sarana transmisi dan merupakan lingkungan
khusus
 Untuk melaksanakan kurikulum pendidikan yang terintegrasi dalam unit
dalam bentuk core curriculum (kurikulum inti), progresivisme menekankan
pada penerapan pembelajaran berdasarkan prinsip belajar sambil berbuat
(learning by doing) dan penerapan metode pemecahan masalah (problem
solving).
 pendidikan yang diberikan kepada peserta didik harus disesuaikan dengan
dunianya, dan jangan dipandang dari sudut orang dewasa, dan pendidik
mestilah mengenal dan memahami tahap-tahap perkembangan peserta didik
melalui psikologi pendidikan dan psikologi perkembangan,

Sisi negatif :

 Progresivisme tidak menyetujui pendidikan yang otoriter, karena pendidikan


otoriter akan mematikan tunas-tunas peserta didik untuk hidup sebagai
peribadi-peribadi yang gembira menghadapi pelajaran dan mematikan daya
kreasi peserta didik secara fisik maupun psikis.
 Dalam rangka memenuhi kebutuhan hidup, individu berinteraksi dengan
lingkungan, meskipun individu bisa mati tetapi kehidupan tersus berlangsung
melalui proses reproduksi dan regenerasi.
d. Kehidupan masyarakat menurut Dewey sama seperti kehidupan biologis yang terus
tumbuh melalui proses transmisi yang berlangsung melalui prantara alat komunikasi
dari generasi yang tua kepada generasi yang lebih muda, dalam bentuk kebiasaan
bertindak berfikir dan merasa.

Anda mungkin juga menyukai