Anda di halaman 1dari 8

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan yang dikenal dimasyarakat merupakan warisan budaya yang berupa
pengetahuan, ide, atau nilai yang tersusun secara logis dan sistematis. Kadang kala
dalam proses belajar mengajar guru atau pendidik bersusah payah dalam mencari dan
menciptakan pengetahuan, ide, dan nilai baru yang akan diajarkan kepada anak
didiknya.
Tentunya masalah tersebut terletak pada teori pendidikan yang lebih menekankan
isi dari pada proses ajarannya. Teori-teori pendidikan khususnya kontemporer, lebih
menekankan isi dari pada proses pendidikan. Untuk itu kita perlu memahami apa saja
teori-teori pendidikan tersebut.
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang masalah tersebut, maka rumusan masalah makalah ini adalah:
1. Apakah teori pendidikan Humanisme?
2. Apakah teori pendidikan Behaviorisme?
3. Apakah teori pendidikan Progresivisme?
4. Apakah teori pendidikan Esensialisme?
5. Apakah teori pendidikan Rekonstruksivisme?
C. Tujuan
Dari rumusan masalah tersebut, maka tujuaan makalah ini adalah:
1. Menjelaskan teori pendidikan Humanisme.
2. Menjelaskan teori pendidikan Behaviorisme.
3. Menjelaskan teori pendidikan Progresivisme.
4. Menjelaskan teori pendidikan Esensialisme.
5. Menjelaskan teori pendidikan Rekonstruksivisme.

1
BAB II
KAJIAN TEORI

A. Teori Pendidikan Humanisme

Teori belajar humanisme adalah teori yang berusaha memahami perilaku belajar
dari sudut pandang pelakunya, bukan dari sudut pandang pengamatnya. Tujuan utama
para pendidik adalah membantu peserta didik untuk mengembangkan dirinya, yaitu
membantu individu untuk mengenal diri mereka sendiri sebagai manusia yang unik dan
membantu dalam mewujudkan potensi-potensi yang ada dalam diri mereka.

Dalam teori belajar humanistik proses belajar harus berhulu dan bermuara pada
manusia itu sendiri. Meskipun teori ini sangat menekankan pentingnya isi dari proses
belajar, dalam kenyataan teori ini lebih banyak berbicara tentang pendidikan dan
proses belajar dalam bentuknya yang paling ideal. Dengan kata lain, teori ini lebih
tertarik pada ide belajar dalam bentuknya yang paling ideal dari pada belajar seperti
apa adanya, seperti apa yang bisa kita amati dalam dunia keseharian. Teori apapun
dapat dimanfaatkan untuk “memanusiakan manusia” (mencapai aktualisasi diri dan
sebagainya) dapat tercapai.

Dalam teori belajar humanisme, belajar dianggap berhasil jika si pelajar memahami
lingkungannya dan diri sendiri. Peserta didik dalam proses belajarnya harus berusaha
agar lambat laun ia mampu mencapai aktualisasi diri dengan sebaik-baiknya.

B. Teori pendidikan Behaviorisme

Teori belajar behaviorisme merupakan teori yang lebih menekankan perubahan


tingkah laku terhadap peserta didik. Menurut desmita dalam Nugraha, teori belajar
behavioristik merupakan suatu teori yang digunakan untuk memahami pola perubahan
perilaku manusia dengan menggunakan beberapa pendekatan yakni objektif,
mekanistik, dan materialistis, sehingga terjadi perubahan tingkah laku pada individu
dengan memperhatikan kondisi yang ada. Dengan sebutan lain, tingkah laku yang
terlihat pada diri seseorang perlu adanya penguatan dan melakukan pengujian dan
pengamatan. Titik teori ini lebih mendorong untuk melakukan sesuatu pengamatan
karena pengamatan dianggap hal yang urgen untuk mengetahui terjadi atau tidaknya
perubahan tingkah laku manusia.

kelebihan dan kekurangan teori behavioristik :

1. Kelebihan teori behaviorisme

2
a. Pendidik tidak hanya memberikan ceramah, namun melalui instruksi singkat
yang diikuti dengan beberapa contoh baik yang dilakukan diri sendiri maupun
secara simulasi. inti teori ini adalah contoh perilaku yang bisa dilihat dan
diperhatikan oleh peserta didik. Jadi, pendidikan yang memberikan contoh
dalam pembelajarannya. dengan demikian, peserta didik akan lebih paham
b. Tujuan pembelajaran dibagi dalam bagian yang kecil yang ditandai dengan
pencapaian suatu keterampilan (perilaku) tertentu. Dengan demikian,
pembelajaran berorientasi pada hasil yang dapat diukur dan diamati berupa
perubahan sikap jika ada kesalahan bisa segera diperbaiki.
c. Pengulangan dan latihan digunakan sebagai upaya perilaku yang diinginkan
dapat menjadi kebiasaan.
2. Kekurangan teori behaviorisme
a. Teori ini memandang belajar sebagai kegiatan yang dialami langsung melalui
perubahan sikap atau tingkah laku. Padahal, belajar adalah kegiatan yang ada
dalam otak manusia yang tidak terlihat berupa kognisi manusia melalui
perkembangan pola pikir cara pandang, dan lain-lain.
b. proses belajar dipandang otomatis-mekanis sehingga terkesan seperti robot,
padahal manusia memiliki kontrol sendiri bersifat kognitif. sehingga dengan
kemampuan ini manusia mampu mengelola kebiasaan yang tidak sesuai dengan
dirinya.
C. Teori pendidikan progresivisme

Teori progresivisme merupakan salah satu aliran filsafat yang berorientasi ke depan
yang memposisikan manusia (peserta didik) sebagai salah satu subjek pendidikan yang
memiliki bekal dan potensi dalam pengembangan dirinya dan memiliki kemampuan untuk
memecahkan berbagai persoalan yang dihadapi. Selain itu, sekolah merupakan lingkungan
masyarakat yang kecil, dimana hal itu merupakan cerminan dari pada sekolah tersebut.

Progresivisme memandang pendidikan dalam dua sisi, psikologis dan sosiologis. Dari
segi psikologis, pendidik harus dapat mengetahui tenaga-tenaga atau daya yang ada pada
peserta didik untuk dikembangkan. Sedangkan psikologinya seperti yang berpengaruh di
Amerika, yaitu psikologi dari aliran behaviorisme dan pragmatisme. Kemudian dari segi
sosiologis, pendidik harus mengetahui kemana tenaga-tenaga itu harus diabdikan pada
kehidupan sosial.

Pada dasarnya aliran progresivisme ini memiliki sifat umum dalam


pengelompokannya. Adapun sifat tersebut dikelompokkan menjadi dua kelompok yaitu
3
sifat-sifat positif dan sifat-sifat negatif. Suatu sifat dikatakan positif apabila progresivisme
menaruh kepercayaan kepada kekuatan alamiah dari diri manusia, kekuatan yang diwarisi
oleh manusia dari sejak lahir. Terutama pada kekuatan-kekuatan untuk terus menerus
melawan dan mengatasi takhayul, dan kegawatan yang timbul dari lingkungan hidup yang
mengancam. Sedangkan sifat negatif bahwa progresivisme menolak otoritarisme dan
obsolutisme, dalam semua bentuk seperti agama, politik estika, dan epistemologi.

D. Teori Pendidikan Esensialisme

Esensialisme berasal dari bahasa Latin essential yang berarti hakekat kodrat. Aliran ini
berlawanan dengan filsafat eksistensialisme. Aliran esistensialisme sebuah aliran filsafat
yang berdasar pada Parmenides dan Plato.

Esensialisme aliran filsafat yang berdirinya didasari atas dua aliran filsafat yakni
Idealisme, dan Realisme. Dalam aliran ini pendidikan lebih penting berpijak pada nilai
yang terpilih yang mempunyai tata yang jelas. Menjadikan belajar sebagai sebuah dari
kesungguhan usaha tanpa derita atau menjauh dari persoalan sulit, bergulat dengan dasar-
dasar pendidikan.

Teori pendidikan essensialisme ini menganggap nilai-nilai berbudi pekerti yang baik
itu terletak pada warisan-warisan budaya yang telah membuktikan kebaikan-kebaikan bagi
kehidupan manusia. Dengan memiliki nilai budi pekerti yang baik akan menjadikan
manusia memiliki sikap yang baik untuk menunjang sebuah perilaku dalam pendidikan.

Filsafat essensialisme merupakan filsafat pendidikan konservatif yang dirumuskan


sebagai suatu kritik terhadap praktek pendidikan progresif di sekolah-sekolah, para
essensialisme berpendapat bahwa fungsi utama sekolah adalah menyampaikan warisan
budaya dan sejarah kepada generasi muda dimana pendidikan harus menanamkan nilai-
nilai luhur yang tertata jelas.

Beberapa ciri-ciri filsafat pendidikan esensialisme, diantaranya;

1. Kesan pada awal pembelajaran yang menarik dapat meninbulkan minat yang kuat dan
tahan lama dalam diri siswa.

2. Pada perkembangan manusia di usia balita, pengawasan, pengarahan, dan bimbingan


dari orang tua akam melekat pada proses pertumbuhannya.

3. Menjadikan sikap disiplin sebagai tujuan dari pendidikan tersebut.

4
4. Esensialisme menyajikan teori pendidikan yang kuat dan kokoh, sedangkan sekolah
lain menyajikan teori yang lebih lemah.

E. Teori Pendidikan Rekonstruksionisme

Rekonstruksionisme berasal dari kata reconstruct yang memiliki arti “menyusun


kembali”. Rekonstruksionisme merupakan satu paham filsafat yang bertujuan melanjutkan
gerakan progresivisme. Para kaum rekonstruksionis menentang para kaum progresif yang
hanya berfokus dan melibatkan diri kepada masalah-masalah yang sekarang.

Filsafat rekonstruksionisme pada dasarnya hampir sepaham dengan perenialisme yang


hendak mencoba mengatasi krisis kehidupan modern. Hanya saja, jalan yang ditempuh
memiliki perbedaan, perenialisme memilih untuk kembali ke kebudayaan lama yang
sudah teruji dan terbukti mampu mengatasi krisis, sedangkan rekonstruksionisme
mencoba membina konsensus secara luas yaitu dengan mencari kesepakatan semua orang
mengenai tujuan utama.

Filsafat rekonstruksionisme juga merupakan elaborasi lanjutan dari gerakan


progresivisme. Para kaum rekonstruksionis meyakini bahwa peradaban manusia masa
depan sangat ditekankan. Mereka juga menekankan tentang perbedaan terhadap individual
seperti kaum progresif, akan tetapi rekonstruksionisme lebih menekankan terhadap
pemecahan masalah, berpikir kritis dan sejenisnya.

Kaum rekonstruksionis juga memiliki pandangan bahwa masa depan suatu bangsa
merupakan sebuah dunia yang diatur dan diperintah oleh rakyat secara demokratis, bukan
dunia yang diatur atau dikuasai oleh golongan-golongan tertentu. Menurut mereka, cita-
cita demokrasi yang sesungguhnya tidak hanya dalam teori, tetapi harus diwujudkan
menjadi kenyataan, sehingga dapat meningkatkan kualitas kesehatan, kesejahteraan,
kemakmuran, serta keamanan di tengah masyarakat, tanpa ada pembedaan terhadap warna
kulit, keturunan, nasionalisme, agama (kepercayaan) dan masyarakat yang bersangkutan.

Tujuan rekonstruksionisme yaitu memiliki rasa keinginan untuk membangun


masyarakat baru yang pantas dan adil. Karena tujuan tersebut, kaum rekonstruksionis
mencoba melakukan kesepakatan antar tiap-tiap manusia agar mereka ikut mengatur tata
kehidupan manusia di dalam satu tatanan serta lingkungan. Oleh karena itu, menurut
kaum rekonstruksionis, lembaga pendidikan perlu melakukan tatanan ulang susunan yang
telah lama dan membangun kembali tatanan hidup dengan dasar kebudayaan yang baru.

5
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dari kajian pustaka tersebut, maka yang menjadi kesimpulan makalah ini adalah:

1. Teori belajar humanisme adalah teori yang berusaha memahami perilaku belajar dari
sudut pandang pelakunya, bukan dari sudut pandang pengamatnya. Tujuan utama para
pendidik adalah membantu peserta didik untuk mengembangkan dirinya, yaitu
membantu individu untuk mengenal diri mereka sendiri sebagai manusia yang unik dan
membantu dalam mewujudkan potensi potensi yang ada dalam diri mereka.

2. Teori belajar behaviorisme merupakan teori yang lebih menekankan perubahan


tingkah laku terhadap peserta didik. menurut desmita dalam Nugraha Teori belajar
behavioristik merupakan suatu teori yang digunakan untuk memahami pola perubahan
perilaku manusia dengan menggunakan beberapa pendekatan yakni objektif,
mekanistik, dan materialistis, sehingga terjadi perubahan tingkah laku pada individu
dengan memperhatikan kondisi yang ada.

3. Teori progresivisme merupakan salah satu aliran filsafat yang berorientasi kedepan
yang memposisikan manusia (peserta didik) sebagai salah satu subjek pendidikan yang
memiliki bekal dan potensi dalam pengembangan dirinya dan memiliki kemampuan
untuk memecahkan berbagai persoalan yang dihadapi.

4. Teori pendidikan Essensialisme ini mengganggap nilai-nilai berbudi pekerti yang baik
itu terletak pada warisan-warisan budaya yang telah membuktikan kebaikan-kebaikan
bagi kehidupan manusia.Dengan memiliki nilai budi pekerti yang baik akan
menjadikan manusia memiliki sikap yang baik untuk menunjang sebuah perilaku dalam
pendidikan.

5. Kaum rekonstruksionis juga memiliki pandangan bahwa masa depan suatu bangsa
merupakan sebuah dunia yang diatur dan diperintah oleh rakyat secara demokratis,
bukan dunia yang diatur atau dikuasai oleh golongan-golongan tertentu. Menurut
mereka, cita-cita demokrasi yang sesungguhnya tidak hanya dalam teori, tetapi harus
diwujudkan menjadi kenyataan, sehingga dapat meningkatkan kualitas kesehatan,
kesejahteraan, kemakmuran, serta keamanan di tengah masyarakat, tanpa ada
pembedaan terhadap warna kulit, keturunan, nasionalisme, agama (kepercayaan) dan
masyarakat yang bersangkutan.

6
DAFTAR PUSTAKA

Hasan, Muhammad. 2021. Teori-Teori Belajar. Jawa Tengah : Tahta Media Group
Noorlaia, Feida. 2018. Teori-Teori Belajar Dalam Pendikan. Jawa Barat : Edu Publisher
Suzana, Yenny. 2021.Teori Belajar dan Pembelajaran. Malang : Literasi Nusantara

7
Lampiran

Anda mungkin juga menyukai