Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dalam dunia pendidikan terdapat dua komponen pokok yang harus
jelas tentang keberadaanya, yaitu siswa dan guru. Suatu proses
pembelajaran tidak akan berkembang jika hanya ada guru saja tanpa
adanya murid, dan begitupula jika keberadaan murid dalam proses
pembelajaran tanpa didampingi oleh gurunya maka tidak akan
berkembang proses pendidikan tersebut. Kemudian tingkat kepribadian
siswa yang bermacam-macam, ada yang baik, kasar, malas, pintar,
manja, bodoh, nakal dan lain sebagainya merupakan isyarat bagi guru
untuk dapat mendekati siswanya. Oleh karena itu untuk mengetahui
bagaimana keadaan psikologi siswa dalam proses pembelajaran harus
dilakukan beberapa pendekatan. Sehingga setelah kita mengetahui
kondisi psikologi peserta didik, kita selaku calon guru dapat
mempersiapkan dan memilih metode yang tepat dalam menyampaikan
suatu mata pelajaran ketika diberi kesempatan untuk terlibat dalam proses
belajar mengajar.
Dalam dunia pendidikan banyak dikenal beberapa teori pendidikan.
Salah satunya yaitu teori humanistik yang fokus pembahasanya
menitikberatkan kepada perilaku seseorang manusia. Pada hakikatnya
teori ini berkembang dari aliran psikologi yang kemudian berpengaruh
terhadap arah pengembangan teori, praktek pendidikan dan pembelajaran
yang dikenal sebagai aliran humanistik. Oleh karena itu prespektif disiplin
ilmu yang digunakan penulis dalam menyusun makalah ini ada dua
macam, yaitu disiplin ilmu pendidikan dan psikologi.
Makalah ini berjudul teori humanisme dan implementasinya dalam
pembelajaran yang sengaja disusun oleh penulis agar dapat memberikan
kontribusi khazanah keilmuan khususnya dalam dunia pendidikan. Selain
itu penulis juga mengharapkan dengan adanya makalah ini dapat
memberikan gambaran awal bagi para calon guru untuk mempersiapkan
pembelajaran dengan sebaik mungkin sehingga kualitas pendidikan di
tanah air ini dapat berkembang dan maju.

1.2 Rumusan Masalah


Dari pemaparan latar belakang yang singkat di atas dapat diambil
beberapa rumusan masalah :
1. Apa yang dimaksud dengan teori humanisme?
2. Bagaimana sejarah timbulnya teori humanisme?
3. Siapa saja tokoh dalam teori humanisme?
4. Bagaimana orientasi teori humanisme?
5. Apa saja kekurangan dan kelebihan teri humanisme?
6. Bagaimana implementasi teori humanisme dalam pembelajaran?

1.3 Tujuan
Tujuan dari pembahasan ini adalah :
1. Dapat mengetahui pengertian teori humanisme?
2. Dapat mengetahui sejarah timbulnya teori humanisme?
3. Dapat mengetahui siapa saja tokoh dalam teori humanisme?
4. Dapat mengetahui tentang orientasi teori humanisme?
5. Dapat mengetahui apa saja kekurangan dan kelebihan teori
humanisme?
6. Dapat mengetahui implementasi teori humanisme dalam
pembelajaran?
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Teori Humanisme


Teori humanisme merupakan salah satu teori yang terdapat dalam
teori-teori pendidikan dalam disiplin ilmu pendidikan. Sebelum membahas
lebih jauh mengenai teori humanisme, perlu dipahami terlebih dahulu
mengenai teori pendidikan itu sendiri.
Teori pendidikan merupakan adalah suatu pandangan atau
serangkaian pendapat ihwal pendidikan yang diidealkan yang disajikan
dalam bentuk sebuah sistem konsep dan dalil (hukum) 1. Menurut salah
satu tokoh pendidikan, mudyaharjo (2002 : 26) menjelaskan bahwa teori
pendidikan adalah sebuah pandangan atau serangkaian pendapat ihwal
pendidikan yang disajikan dalam sebuah sistem konsep. Pendidikan
sebagai sistem mengandung arti suatu kelompok tertentu yang setidaknya
memiliki hubungan khusus secara timbal balik dan memiliki informasi.
Selain itu teori pendidikan juga dapat diartikan sebagai pengetahuan
tentang makna dan bagaimana seyogyanya pendidikan itu
dilaksanakan,sedangkan praktek adalah tentang pelaksanaan pendidikan
secara konkretnya (nyatanya)2. Dari beberapa pendapat diatas dapat
ditarik sebuah kesimpulan bahwa teori pendidikan adalah serangkaian
konstruk (konsep), definisi, asumsi dan proposisi tentang cara merubah
sikap dan tingkah laku seseorang dalam rangka mewujudkan manusia
yang adil dan beradab, selain itu didalam teori pendidikan memberi
pedoman pada praktik pendidikan dan memiliki fungsi untuk
mendeskripsikan, menjelaskan dan memprediksi segala hal yang ada
didalam pendidikan.

1
Handout Ilmu Pendidikan, Zainal Arifin, FTK.prodi bahasa arab, hal 15
2
Diambil dari http://kajianpsikologi.guru-indonesia.net/artikel_detail-19887.html
Adapun teori humanisme itu sendiri merupakan konsep belajar
yang lebih melihat pada sisi perkembangan kepribadian manusia.
Berfokus pada potensi manusia untuk mencari dan menemukan
kemampuan yang mereka punya dan mengembangkan kemampuan
tersebut3. Kemudian teori humanisme banyak mengadopsi prinsip-prinsip
progresif dan mendapat stimulan dari eksistensialisme, yang mencakup
keberpusatan pada anak, peran guru yang tidak otoritatif, pemfokusan
pada subjek didik yang terlibat aktif, dan sisi-sisi pendidikan yang
kooperatif dan demokratis4. Pada intinya fokus teori humanisme adalah
perilaku seseorang. Selain itu teori belajar humanistik sifatnya sangat
mementingkan isi yang dipelajari dari pada proses pembelajaran itu
sendiri. Teori belajar ini lebih banyak berbicara tentang konsep-konsep
pendidikan untuk membentuk manusia yang dicita-citakan dan bertujuan
untuk memanusiakan manusia itu sendiri serta tentang proses belajar
dalam bentuknya yang paling ideal. Dalam artian memanusiakan manusia
adalah perilaku tiap orang ditentukan oleh orang itu sendiri dan
memahami manusia terhadap lingkungan dan dirinya sendiri.
Menurut para tokoh aliran ini penyusunan dan pemilihan materi
pelajaran harus sesuai dengan perasaan dan perhatian siswa. Tujuan
utama pendidik adalah membantu siswa mengembangkan dirinya yaitu
membantu individu untuk mengenal dirinya sendiri sebagai manusia
secara utuh dan membantu mengembangkan potensi dan keterampilan
mereka. Para ahli humanistikk melihat adanya dua bagian pada proses
belajar yaitu proses pemerolehan informasi baru dan internalisasi
informasi ini pada individu.

3
Diambil dari http://afifahchen.wordpress.com
4
Ibid, hal 22
2.1 Sejarah timbulnya teori humanisme
Seperti yang telah dipaparka diatas bahwa teori humanisme dalam
disiplin ilmu pendidikan merupakan akar pengembangan dari ilmu
psikologi. Oleh karena itu sejarah singkat timbulnya teori humanisme akan
dipaparkan dari awal kemunculanya dala ilmu psikologi.
Pada akhir tahun 1940-an muncul suatu perspektif psikologi baru
yang dipelopori oleh beberapa orang yang mengembangkan ilmu
psikologi, diantaranya yaitu ahli-ahli psikologi klinik, pekerja-pekerja sosial
dan konseler. Gerakan ini berkembang dan kemudian dikenal sebagai
psikologi humanistik. Psikologi ini berusaha untuk memahami prilaku
seseorang dari sudut si pelaku (behavior), bukan dari pengamat
(observer).
Dalam dunia pendidikan, aliran humanistik muncul pada tahun
1960 sampai dengan 1970-an dan kemudian perubahan-perubahan dan
inivasi yang terjadi selama dua dekade yang terakhir pada abad 20 ini pun
juga akan menuju pada arah ini5.
Berikut ini pemaparan tokoh-tokoh yang sangat berperan beserta
teori-teorinya sebagai kontribusi atas lahirnya teori humanisme.
1. Arthur Combs (1912-1999)
Combs dan kawan-kawan menyatakan bahwa apabila kita ingin
memahami perlaku orang lain maka kita harus mencoba memahami dunia
persepsi orang itu. Selanjutnya Combs dan kawn-kawanya mengatakan
juga bahwa perilaku buruk itu sesungguhnya tak lain halnya dari
ketidakmauan seseorang untuk melakukan sesuatu yang tidak akan
memberikan kepuasan baginya. Apabila seorang guru mengeluh bahwa
siswanya tidak mempunyai motivasi unuk melakukan sesuatu, ini
sesungguhnya berarti bahwa siswa itu tidak mempunyai motivasi untuk
melakukan sesuatu yang dikehendaki oleh guru itu. Apabila guru itu
membeikan aktivitas yang lain , ada kemungkinan siswa akan
memberikan reaksi yang positif.

5
Diambil dari http://mashurimas.blogspot.com
2. Abraham Maslow
Teori Maslow didasarkan pada asumsi bahwa di dalam diri individu
ada dua hal :
(1) Suatu usaha yang positif untuk berkembang.
(2) Kekuatan untuk melawan atau menolak perkembangan itu.
Maslow mengemukakan bahwa individu berperilaku dalam upaya
untuk memenuhi kebutuhan yang bersifat hirarkis. Hierarki kebutuhan
manusia menurut Maslow ini mempunyai implikasi yang penting yang
harus diperharikan oleh guru pada waktu ia mengajar anak-anak. Ia
mengatakan bahwa perhatian dan motivasi belajar ini mungkin
berkembang kalau kebutuhan dasar si siswa belum terpenuhi.
3. Carl Ransom Rogers
Rogers membedakan dua tipe belajar, yaitu:
 Kognitif (kebermaknaan)
 Experiential ( pengalaman atau signifikansi)
Guru menghubungkan pengetahuan akademik ke dalam
pengetahuan terpakai seperti memperlajari mesin dengan tujuan untuk
memperbaikai mobil. Experiential Learning menunjuk pada pemenuhan
kebutuhan dan keinginan siswa. Kualitas belajar experiential learning
mencakup : keterlibatan siswa secara personal, berinisiatif, evaluasi oleh
siswa sendiri, dan adanya efek yang membekas pada siswa.
Belajar yang paling berguna secara sosial di dalam dunia modern
ini adalah belajar mengenai proses belajar, suatu keterbukaan yang terus
menerus terhadap pengalaman dan penyatuannya ke dalam diri sendiri
mengenai proses perubahan itu6.
4. Kolb, dengan konsepnya tentang empat tahap belajar, yaitu
pengalaman konkret, pengalaman aktif dan reflektif,
konseptualisasi, dan eksperimentasi aktif.
5. Honey dan Mumford, menggolongkan siswa menjadi 4, yaitu aktifis,
reflektor, teoris, dan pragmatis.
6
Diambil dari http://afifahchen.wordpress.com
6. Hubermas, membedakan 3 macam atau tipe belajar, yaitu belajar
teknis, belajar praktis, dan belajar emansipatoris.
7. Bloom dan Krathwohl, dengan 3 kawasan tujuan belajar, yaitu
kognitif, psikomotor, dan efektf.
8. Ausubel, walaupun termasuk juga kedalam aliran kognitifisme, ia
terkenal dengan konsepnya belajar bermakna (meaningful
learning)7.

2.2 Orientasi teori humanisme


Berangkat dari disiplin ilmu psikologi, psikologi humanistik
memberikan sumbangannya bagi pendidikan alternatif yang dikenal
dengan sebutan pendidikan humanistik (humanistic keseluruhan melalui
pembelajaran nyata. Pengembangan aspek emosional, sosial, mental,
dan keterampilan dalam berkarier menjadi fokus dalam model pendidikan
humanistik.
Perhatian Psikologi Humanistik yang utama tertuju pada masalah
bagaimana tiap-tiap individu dipengaruhi dan dibimbing oleh maksud-
maksud pribadi yang mereka hubungkan kepada pengalaman-
pengalaman mereka sendiri. Menurut para pendidik aliran humanistik,
penyusunan dan penyajian materi pelajaran harus sesuai dengan
perasaan dan perhatian siswa.
Teori kepribadian humanistik direpresentasikan oleh teori
kepribadian salah satu tokoh pelopor teori humanisme yaitu Maslow 8.
Ajaran-ajaran yang berkaitan dengan teori kepribadian humanistik adalah:
1. Individu sebagai keseluruhan yang integral
Salah satu aspek yang fundamental dari psikologi humanistik
adalah ajarannya bahwa manusia atau individu harus dipelajari sebagai
keseluruhan yang integral, khas, dan terorganisasi. Maslow merasa
bahwa para ahli psikologi di masa lalu maupun sekarang terlalu banyak

7
Diambil dari http://hasanudin18.wordpress.com
8
Diambil dari http://mashurimas.blogspot.com
membuang waktu untuk menganalisa kejadian-kejadian (tingkah laku)
secara terpisah dan mengabaikan aspek-aspek dasar dari pribadi yang
menyeluruh. Dalam perumpamaan umum, pernyataan Maslow ini bisa
dinyatakan melalui ungkapan bahwa para ahli psikologi itu hanya
mempelajari pohon-pohon, bukan hutan. Dalam teori maslow dengan
prinsip holistiknya itu, motivasi mempengaruhi individu secara
keseluruhan, dan bukan secara sebagian.
2. Ketidak relevanan penyelidikan dengan hewan
Maslow dan para teoris kepribadian humanistik umumnya
memandang manusia sebagai makhluk yang berbeda dengan hewan apa
pun. Ia menganggap bahwa behaviorisme dengan filsafat yang
menyertainya telah mendehumanisasikan manusia dengan
memandangnya tak lebih dari mesin pengolah reflek-reflek berkondisi dan
tak berkondisi. Maslow menegaskan bahwa peyelidikan dengan hewan
tidak relevan bagi upaya memahami tingkah laku manusia karena hal itu
mengabaikan cirri-ciri yang khas manusia seperti adanya gagasan-
gagasan, nilai-nilai, rasa malu, cinta, semangat, humor, rasa seni,
kecemburuan, dan sebagainya, dan dengan kesemua ciri yang dimilikinya
itu manusia bisa menciptakan pengetahuan, puisi, musik, dan pekerjaan-
pekerjaan khas manusia lainnya.
3. Pembawa baik manusia
Psikologi humanistik memiliki anggapan, bahwa manusia itu pada
dasarnya adalah baik, atau tepatnya netral. Menurut persepektif
humanistik, kekuatan jahat atau merusak yang ada pada manusia itu
adalah hasil dari lingkungan yang buruk, dan bukan merupakan bawaan.
4. Potensi kreatif manusia
Potensi kreatif manusia merupakan potensi yang umum pada
manusia, jika setiap orang memiliki kesempatan atau menghuni
lingkungan yang menunjang, setiap orang dengan kreatifitasnya itu akan
mampu mengungkapkan segenap potensi yang dimilikinya. Maslow
mengingatkan bahwa, untuk menjadi kreatif seorang itu tidak perlu
memiliki bakat atau kemampuan khusus. Kreativitas itu tidak lain adalah
kekuatan yang mengarahkan manusia kepada pengekspresian dirinya.
5. Penekanan pada kesehatan psikologis
Psikologi humanistik memandang self-fulfillment sebagai tema yang
utama dalam hidup manusia, suatu tema yang tidak akan ditemukan pada
teori-teori lain yang berlandaskan studi atas individu-individu yang
mengalami gangguan.
Dari pemaparan di atas dapat diambil benang merah bahwa
orientasi teori humanistik adalah pengaktualisasian diri sesuai dengan
peunjuk-petunjuk yang baik serta mampu mengembangkan potensi
secara utuh, sehingga dapat bermakna dan berfungsi bagi kehidupan
dirinya dan lingkungannya.
2.3 Kekurangan dan kelebihan teori humanisme
Ada pepatah mengatakan bahwa “segala sesuatu itu memiliki
kekurangan dan kelebihan”. Hal tersebut mengisyaratkan bahwa tidak ada
makhluk ciptaan tuhan yang sempurna. Begitu pula dengan teori
pendidikan, ada beberapa kekurangan dan kelebihan yang saling
melengkapi satu sama lainya. Menurut hemat penulis ada beberapa
kelebihan dalam teori humanisme yaitu :
1) Teori humanisme lebih cocok untuk diterapkan dalam materi
pelajaran yang bersifat pembentukan karakter.
2) Teori ini dinyatakan berhasil apabila siswa bersemangat dalam
mengikuti proses pembelajaran. Contoh kongkritnya siswa
bergairah, berinisiatif dalam belajar dan terjadi perubahan pola pikir,
perilaku dan sikap atas kemauan sendiri.
3) Teori ini mengharapkan siswa untuk menjadi manusia yang bebas,
tidak terikat oleh pendapat orang lain dan mengatur pribadinya
sendiri secara bertanggungjawab tanpa mengurangi hak-hak orang
lain atau melanggar aturan, norma, disiplin atau etika yang berlaku.
4) Teori ini mendorong guru untuk dapat lebih mengenali peserta
didiknya
5) Teori ini memberikan dampak yang signifikan terhadap proses
perkembangan anak dilihat dari sisi kepribadianya
6) Teori ini lebih mengedepankan aspek memanusiakan manusia dan
pembentukan karakter.
Adapun kekurangan teori humanisme adalah sebagai berikut:
1) Siswa yang tidak menyadari dan memahami potensi dirinya akan
ketinggalan dalam proses belajar.
2) Siswa yang tidak aktif dan malas belajar akan merugikan diri sendiri
dalam proses belajar.
3) Proses pembelajaran lebih difokuskan kepada pengembangan
potensi yang dimiliki siswa, sehingga pengembangan intelektual
siswa tidak terasah.

2.4 Implementasi teori humanisme dalam pembelajaran


Aplikasi teori humanisme dalam pembelajaran cenderung
mengarahkan siswa untuk berfikir induktif, mementingkan pengalaman,
serta membutuhkan keterlibatan siswa secara aktif dalam proses
pembelajaran. Oleh sebab itu guru harus dapat menentukan langkah-
langkah pembelajaran yang mengacu pada aspek tersebut. Adapun
contoh langkah kongkrit yang bisa dijadikan bahan pertimbangan oleh
guru adalah :
1. Menentukan tujuan-tujuan pembelajaran.
2. Menentukan materi pelajaran.
3. Mengidentifikasi kemampuan awal siswa.
4. Mengidentifikasi topik-topik pelajaran yang memungkinkan
siswa secara aktif melibatkan diri dalam proses pembelajaran.
Kemudian implementasi dari teori humanisme dalam pembelajaran
itu dapat kita lihat dengan beberapa model pembelajaran yang telah
digunakan pada beberapa lembaga pendidikan. Dalam makalah ini
penulis hanya memaparkan tiga model pembelajaran yang berkaitan
dengan implementasi teori humanisme, yaitu Confluent Education, Open
Education dan Cooperative Learning.
1) Confluent Education
Confluent Education adalah pendidikan yang memadukan atau
mempertemukan pengalaman-pengalaman afektif dengan belajar kognitif
di dalam kelas. Hal ini merupakan cara yang bagus sekali untuk
melibatkan para siswa secara pribadi di dalam bahan pelajaran.
Sebagai contoh misalnya, guru bahasa Arab memberikan tugas
kepada para siswa untuk membaca sebuah Qishoh yang berjudul “Abu
Nawas”. Melalui tugas itu, siswa-siswa tidak hanya diharapkan memahami
isi bacaan tersebut dengan baik tetapi juga memperoleh kesadaran antar
pribadi yang lebih baik dengan jalan guru membahas nilai-nilai yang
terkandung dalam qishoh tersebut. Sehingga siswa tahu bagaimana
seharusnya bersikap dalam kehidupan sehari-hari.
2) Open Education
Open Education adalah proses pendidikan terbuka. Menurut Walberg
dan Tomas(1972), Open Education itu memiliki delapan kriteria, yaitu:
a) Kemudahan belajar tersedia, artinya berbagai macam bahan
yang diperlukan untuk belajar tersedia, para siswa bergerak
bebas di sekitar ruangan, tidak dilarang berbicara, tidak ada
pengelompokkan atas dasar tingkat kecerdasan.
b) Penuh kasih sayang, hormat, terbuka dan hangat, artinya
menggunakan bahan buatan siswa, guru menangani masalah-
masalah tingkah laku dengan jalan berkomunikasi secara
pribadi dengan siswa yang bersangkutan, tanpa melibatkan
kelompok.
a) Mendiagnosa pristiwa-pristiwa belajar, artinya siswa-siswa
memerikasa pekerjaan mereka sendiri, guru mengamati dan
mengajukan pertanyaan-pertanyaan.
b) Pengajaran, yaitu pengajaran individual, tidak ada tes ataupun
buku kerja.
c) Penilaian, ujudnya: guru membuat catatan, penilaian secara
individual, hanya sedikit sekali diadakan tes formal.
d) Mencari kesempatan untuk pertumbuhan profesional, artinya
guru menggunakan bantuan orang lain, guru bekarja dengan
teman sekerjanya.
e) Persepsi guru sendiri, artinya guru mengamati semua siswa
untuk memantau kegiatan mereka.
f) Asumsi tentang para siswa dan proses belajar, artinya
suasana kelas hangat dan ramah, para siswa asyik
melakukan sesuatu.
g) Meskipun pendidikan terbuka memberikan kesempatan
kepada para siswa untuk bergerak secara bebas de sekitar
ruangan dan memilih aktifitas belajar mereka sendiri, namun
bimbingan guru tetap diperlukan.
3) Cooperative Learning
Cooperative Learning atau belajar kooperatif merupakan fondasi
yang baik untuk menigkatkan dorongan berprestasi siswa. Menurut Slavin
(1980) Cooperative Learning mempunyai tiga karakteristik:
1. Siswa bekerja dalam tim-tim belajar yang kecil (4-6 orang
anggota), komposisi ini tetap selama berminggu-minggu.
2. Siswa didorong untuk saling membantu dalam mempelajari bahan
yang bersifat akademik atau dalam melakukan tugas kelompok.
3. Siswa diberi imbalan atau hadiah atas dasar prestasi kelompok.

Adapun teknik Cooperative Learning itu ada empat macam, yaitu:


1. Team-Games-Tournament.
Dalam teknik ini siswa yang kemampuan dan jenis kelaminnya
berbeda-beda disatukan dalam tim yang terdiri dari empat sampai lima
orang anggota. Setelah guru menyajikan bahan, tim lalu mengerjakan
lembaran-lembaran kerja, saling mengajukan pertanyaan, dan belajar
bersama untuk persiapan menghadapi turnamen atau pertandingan, yang
biasanya diselenggaran sekali seminggu. Dalam turnamen itu ditentukan
beranggotakan tiga orang siswa untuk bertanding melawan siswa-siswa
yang kemampuannya serupa (atas dasar hasil minggu sebelumnya).
Hasilnya siswa-siswa yang prestasi paling rendah pada setiap kelompok
memiliki kesempatan yang sama untuk memperoleh poin bagi timnya
sebagai siswa yang berprestasi paling tinggi.
2. Student Teams-achievement Divisions.
Teknik ini juga menggunakan tim yang terdiri dari empat sampai lima
anggota tetapi kegiatan turnamen diganti dengan saling bertanya selama
lima belas menit, pertanyaan-pertanyaan yang diajukan terlebih dahulu
disusun oleh tim, skor-skor yang tertinggi memperoleh poin lebih dari pada
skor-skor yang lebih rendah, kecuali itu juga digunakan “skor perbaikan”.
3. Jigsaw.
Dalam teknik ini siswa dimasukkan ke dalam tim-tim kecil yang
bersifat heterogen. Bahan pelajaran dibagikan kepada anggota-anggota
tim, kemudian siswa-siswa tersebut mempelajari bagian mereka masing-
masing bersama-sama dengan anggota-anggota dari tim lain yang
memiliki bahan yang sama. Setelah itu mereka kembali ke kelompoknya
masing-masing dan mengajarkan bagian-bagian yang telah dipelajari
bersama-sama dengan anggota tim lain itu kepada anggota-anggota
timnya sendiri. Akhirnya, semua anggota tim dites mengenai seluruh
bahan pelajaran.
Sebagai contoh misalnya guru menetapkan tujuan yang menuntut
para siswa mempelajari qira’ah. Guru kemudian membagikan bahan
tersebut menjadi empat atau lima bagian terganting pada banyaknya
anggota tim. Kemudian para siswa belajar bersama-sama dengan
anggota tim lain yang menerima bahan yang sama. Setelah itu mereka
kembali dan mengajarkannya pada anggota timnya sendiri. Tujuannya
adalah agar setiap tim mempelajarai seluruh bahan qirah’ah.
4. Group Investigation.
Group Investigation adalah teknik dimana siswa bekerja di dalam
kelompok-kelompok kecil untuk menangani berbagai macam proyek kelas.
Setiap kelompok membagi-bagi tugas tersebut menjadi sub topik-sub
topik, kemudian setiap anggota kelompok melakukan kegiatan-kegiatan
meneliti yang diperlukan untuk mecapai tujuan kelompok. Setelah itu
setiap kelompok mengajukan hasil penelitiannya kepada kelas. Dalam
metode ini, hadiah atau poin tidak diberikan.
Demikianlah sekilas tentang keempat teknik Cooperative Learning
itu. Menurut hemat penulis, ternyata Cooperative Learning itu pada
umumnya mempunyai efek positif terhadap prestasi akademik.
Keberhasilan Cooperative Learning bergantung pada kemampuan siswa
berinteraksi di dalam kelompok.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari penjelasan singkat mengenai teori humanisme dan
implementasinya dalam pembelajaran, akhirnya penulis dapat
menyimpulkan sebagai berikut :
1) Teori humanisme merupakan konsep belajar yang lebih melihat
pada sisi perkembangan kepribadian manusia dan fokus
pembahasanya menitikberatkan kepada perilaku seseorang.
2) Ukuran keberhasilan pembelajaran dalam teori ini adalah siswa
bersemangat dalam mengikuti proses pembelajaran dan mau
berpartisipasi didalamnya.
3) Tujuan pembelajaran teori humanisme adalah memanusiakan
manusia artinya perilaku tiap orang ditentukan oleh orang itu sendiri
dan memahami manusia terhadap lingkungan dan dirinya sendiri.
4) Sejarah munculnya teori humanisme dalam pendidikan berawala
dari pengembangan teori humanistik pada ilmu psikologi yang
muncul pada akhir tahun 1940.
5) Tokoh-tokoh yang berperan besar dalamm kemunculan teori
humanisme adalah Arthur Combs, Abraham Maslow, Carl Ransom
Rogers, Kolb, Honey dan Mumford, Hubermas, Bloom dan
Krathwohl, Ausubel.
6) Orientasi teori humanisme pengaktualisasian diri sesuai dengan
peunjuk-petunjuk yang baik serta mampu mengembangkan potensi
secara utuh, sehingga dapat bermakna dan berfungsi bagi
kehidupan dirinya dan lingkungannya.
7) Kelebihan teori humanisme yaitu cocok digunakan untuk
pembelajaran yang bersifat pembentukan karakter dan lain
sebagainya. Sedangkan kekuranganya yaitu siswa tidak aktif dan
malas belajar akan merugikan diri sendiri dalam proses belajar dan
lain sebagainya.
8) Implementasi teori humanisme dalam pembelajaran dapat dilihat
dari model pembelajara yang digunakan dalam beberapa lembaga
pendidikan. Contoh kongkrot model pembelajaran yang menjadi
indikasi implementasi teori humanisme dalam pembelajaran yaitu :
Confluent Education, Open Education dan Cooperative Learning.

B. Saran
Bagi saya, teori ini sebaiknya digunakan pada jenjang pendidikan
setelah SMP. Karena teori ini menitikberatkan kepada keaktifan peserta
didik dalam kelas dan bersifat student oriented. Kemudian peran guru
dalam teori ini hanya berperan sebagai fasilitator dan pendamping peserta
didik ketika proses pembelajaran berlangsung.
DAFTAR PUSTAKA

Sukmadinata, Prof DR Nana Syaodih, Metode Penelitian Pendidikan, PT


Remaja Rosdakarya
Ahmad, Drs H Zainal Arifin, Handout Ilmu Pendidikan, Fakultas Tarbiyah
dan Keguruan

Website :
http://hasanudin18.wordpress.com
http://kajianpsikologi.guru-indonesia.net/artikel_detail-19887.html
http://afifahchen.wordpress.com
http://mashurimas.blogspot.com

MAKALAH
PRO DAN KONTRAK UJIAN NASIONAL DALAM
PRAKTIK PENDIDIKAN DI INDONESIA

Diajukan guna memenuhi tugas mata kuliah


Pengantar Ilmu Pendidikan
Disusun oleh : Kelompok
1. Tanti Rinda Wati
2. Dian Apriyani
3. Elpi Aisyah
4. Laily Badriah

Dosen Pengampu : Dra. Hj. Endang Yanuartini R.,


S.Pd

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ISLAM ANAK USIA DINI (PIAUD)


SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM (STAI)
BANI SALEH
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur Alhamdulillah bagi Allah Rabb semesta alam, sholawat


serta salam semoga terlimpah curahkan kepada nabi kita Muhammad
SAW beserta keluarganya dan para sahabatnya, thabi’in, thabiut dan yang
mengikutinya hingga hari pembalasan.
Berkat limpahan rahmat dan hidayahNya kami bisa menyelesaikan
tugas penyusunan makalah ini yang berjudul “PENGANTAR ILMU
PENDIDIKAN” dan ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah
Pengantar Ilmu Pendidikan Semester I.
Tak ada gading yang tak retak, begitulah adanya makalah ini masih
jauh dari kata sempurna. Dengan segala kerendahan hati, saran dan kritik
yang membangun sangat kami harapkan.
Semoga makalah ini bisa memberikan suatu manfaat bagi kami dan
para pembaca serta dapat dijadikan referensi untuk penyusunan makalah
di waktu yang akan datang.

Bekasi, Oktober 2019


Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................i
DAFTAR ISI .............................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .................................................................1
B. Rumusan Masalah ............................................................2
C. Tujuan................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
A. Masalah Pokok Pendidikan...............................................3
B. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Berkembangnya
Masalah Pendidikan..........................................................11
C. Penanggulangan Masalah Pendidikan..............................13
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan .......................................................................15
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................17

ii

ii

Anda mungkin juga menyukai