Anda di halaman 1dari 8

RESUME

BELAJAR DAN PEMBELAJARAN


Dosen Pengampu Dr. Hj. Sri Endah Indriwati, M.Pd

Hari, tanggal : Rabu, 19 September 2018


Nama/ NIM : Endang Firnia Indi R.H.T/160341606089
Kelas :B
Prodi : S1 Pendidikan Biologi
Topik : Teori Belajar Humanistik atau Sosial dan Penerapannya Dalam
Pembelajaran
Tujuan : Untuk Menjelaskan Teori Belajar Humanistik dan Penerapannya
Dalam Pembelajaran

1. Teori Humanistik
Psikologi humanistik atau disebut juga psikologi kemanusiaan adalah suatu
pendekatan yang multifaset terhadap pengalaman dan tingkah laku manusia, yang
memusatkan perhatian pada keunikan dan aktualisasi diri manusia. Bagi sejumlah ahli
psikologi humanistik ia adalah alternatif, sedangkan bagi sejumlah ahli psikologi
humanistik yang lainnya merupakan pelengkap bagi penekanan tradisional behaviorisme
dan psikoanalis.
Psikologi humanistik juga memberikan sumbangannya bagi pendidikan yang dikenal
dengan sebutan pendidikan humanistik (humanistic education) keseluruhan melalui
pembelajaran nyata. Pengembangan aspek emosional, sosial, mental, dan keterampilan
dalam berkarier menjadi fokus dalam model pendidikan humanistik.
Teori belajar humanistik pada dasarnya memiliki tujuan belajar untuk memanusiakan
manusia (Uno 2006). Oleh karena itu, proses belajar dapat dianggap berhasil apabila si
pembelajar telah memahami lingkungan dan dirinya sendiri (Sukardjo 2010). Dengan kata
lain, si pembelajar dalam proses belajarnya harus berusaha agar mampu mencapai
aktualisasi dengan sebaik-baiknya.
2. Tokoh – Tokoh Teori Humanistik
1) Arthur W. Combs
Makna adalah konsep dasar yang sering digunakan dalam teori humanistik. Seberapa
besar kebermaknaan dari suatu materi bagi siswa (peserta didik) menjadi peran sentral
dalam teori ini. Jadi, guru tidak dapat memaksakan suatu materi yang tidak relevan dengan
kehidupan mereka. Untuk itu ada kalanya tenaga pendidik memahami perilaku siswa
dengan menyelami dunia persepsi mereka (Sukardjo 2010).
Combs berpendapat bahwa banyak guru membuat kesalahan dengan berasumsi
bahwa siswa mau belajar apabila materi pelajarannya disusun dan disajikan sebagaimana
mestinya. Padahal makna yang terkandung dalam materi tersebut tidak menyatu dengan
makna yang diharapkan siswa (Sukardjo 2010). Combs mengilustrasikan lukisan persepsi
diri dan persepsi dunia seseorang dengan menggunakan dua lingkaran (besar dan kecil)
yang bertitik pusat sama (Gambar 2.1).

A
.
B

Gambar 2.1 Ilustrasi Combs 1. Lingkaran A menggambarkan persepsi diri seseorang


sedangkan lingkaran B yang lebih besar menggambarkan persepsi dunia
yang lebih luas.

Makin jauh kebermaknaan persepsi dari peristiwa-peristiwa (lingkaran B) dengan


persepsi diri (lingkaran A), makin berkurang pengaruhnya terhadap perilaku siswa.
Sehingga, hal-hal yang mempunyai sedikit hubungan keterkaitan diri, akan makin mudah
terlupakan oleh siswa. Sebaliknya, apabila makin dekat kebermaknaan persepsi diri
(lingkaran A) dengan peristiwa-peristiwa dalam persepsi dunia (lingkaran B), makin besar
pengaruhnya terhadap perilaku siswa. Sehingga, hal-hal tersebut akan mudah diingat oleh
siswa (Gambar 2.2).
A A
.

B
B
Gambar 2.2 Ilustrasi Combs 2. Lingkaran A menggambarkan persepsi diri seseorang
sedangkan lingkaran B yang lebih besar menggambarkan persepsi dunia
yang lebih luas.
2) Abraham Maslow
Teori Maslow didasarkan pada asumsi bahwa di dalam diri individu ada dua hal,
yaitu suatu usaha yang positif untuk berkembang dan kekuatan untuk melawan atau
menolak perkembangan itu. Maslow mengemukakan bahwa individu berperilaku dalam
rangka memenuhi kebutuhan yang bersifat hierarkis. Pada dasarnya setiap individu
memiliki perasaan takut. Takut untuk berusaha dan berkembang, takut untuk mengambil
peluang, takut untuk mencoba hal-hal baru, dan sebagainya. Namun di sisi lain, setiap
individu juga memiliki dorongan yang kuat untuk menjadi lebih maju dan berkembang
menuju keutuhan, keunikan diri, ke arah berfungsinya semua kemampuan, ke arah
kepercayaan diri, dan juga menerima diri sendiri.
Manusia sebagai individu memiliki berbagai macam kebutuhan-kebutuhan yang
berkecenderungan meningkat dalam kehidupannya. Sebagai contoh, ketika manusia telah
berhasil memperoleh kebutuhan pertama seperti kebutuhan fisiologis, barulah mereka ingin
memperoleh kebutuhan yang berada di atas kebutuhan pertama dan seterusnya. Hierarki
kebutuhan manusia ini menurut Maslow memiliki implikasi penting yang harus
diperhatikan oleh guru pada saat mengajar. Ia mengatakan bahwa perhatian dan motivasi
belajar ini mungkin akan berkembang apabila kebutuhan dasar siswa belum terpenuhi.
Dalam artikel “Some Educational Implications of the Humanistic Psychologist”,
Maslow berpendapat bahwa yang terpenting dalam melihat manusia adalah potensi yang
dimilikinya. Humanistik lebih melihat pada sisi perkembangan positif manusia.
Kemampuan bertindak positif ini yang disebut sebagai potensi manusia. Para pendidik yang
beraliran humanistik biasanya memfokuskan pengajarannya pada pembangunan
kemampuan positif ini.
Kemampuan positif di sini erat kaitannya dengan pengembangan emosi positif yang
terdapat dalam domain afektif, misalnya keterampilan membangun dan menjaga hubungan
dengan orang lain, mengajarkan kepercayaan, memahami perasaan orang lain, kejujuran
dan sebagainya. Intinya adalah mengajarkan peningkatan kualitas ketrampilan interpersonal
dalam kehidupan sehari-hari.
Selain menitikberatkan pada hubungan interpersonal, para pendidik yang beraliran
humanistik juga mencoba untuk membuat pembelajaran yang membantu peserta didik didik
dalam membuat, berimajinasi, berintuisi, merasakan, berfantasi dan mempunyai
pengalaman. Pendidik humanistik mencoba untuk melihat dalam spektrum yang luas
mengenai perilaku manusia.
Melihat hal-hal yang dikembangkan oleh para pendidik humanistik, tampak bahwa
pendekatan ini mengedepankan pentingnya emosi (emotional quotation) dalam dunia
pendidikan. Karena berpikir dan merasakan berjalan saling beriringan, mengabaikan
pendidikan emosi sama dengan mengabaikan salah satu potensi terbesar manusia.
3) Carl Rogers
Rogers membedakan dua tipe belajar, yaitu kognitif (kebermaknaan) dan experiential
(pengalaman). Guru menghubungkan pengetahuan akademik ke dalam pengetahuan
terpakai. Experiential learning menunjuk pada pemenuhan kebutuhan dan keinginan siswa.
Kualitas belajar experiential learning mencakup keterlibatan siswa secara personal,
berinisiatif, evaluasi oleh siswa sendiri, dan adanya efek membekas pada siswa. Menurut
Rogers, yang terpenting dalam proses pembelajaran adalah pentingnya guru memperhatikan
prinsip pendidikan dan pembelajaran, yaitu :
 Menjadi manusia berarti memiliki kekuatan yang wajar untuk belajar. Artinya siswa
tidak harus belajar tentang hal-hal yang tidak ada artinya.
 Siswa akan mempelajari hal-hal yang bermakna bagi dirinya.
 Pengorganisasian bahan pelajaran berarti mengorganisasikan bahan dan ide baru sebagai
bagian yang bermakna bagi siswa.
 Belajar yang bermakna dalam masyarakat modern berarti belajar tentang proses.
Salah satu model pendidikan terbuka yang dikembangkan oleh Rogers mencakup
konsep mengajar guru yang fasilitatif. Model ini menekankan kemampuan para guru untuk
menciptakan kondisi yang mendukung, yaitu empati, penghargaan, dan umpan balik positif
(Hadis 2006). Ciri guru fasilitatif adalah :
 Merespon perasaan siswa.
 Menggunakan ide-ide siswa untuk melaksanakan interaksi yang sudah dirancang.
 Berdialog dan berdiskusi dengan siswa.
 Menghargai siswa.
 Kesesuaian antara perilaku dan perbuatan.
 Menyesuaikan isi kerangka berpikir siswa
 Tersenyum pada siswa
Dari penelitian itu, diketahui bahwa guru yang fasilitatif mampu mengurangi angka
membolos, meningkatkan angka konsep diri, meningkatkan upaya untuk meraih prestasi
akademik, mengurangi tingkat masalah yang berkaitan dengan kedisiplinan, serta
menjadikan siswa lebih spontan dan menggunakan tingkat berpikir yang lebih tinggi.
3. Prinsip Teori Belajar Humanistik
Dari bukunya Freedom to Learn, ia menunjukkan sejumlah prinsip dasar humanistik
yang penting di antaranya :
 Memberi kesempatan pada siswa untuk maju sesuai dengan kemampuan belajarnya.
 Manusia mempunyai kemampuan belajar secara alami.
 Belajar yang signifikan terjadi apabila materi pelajaran yang dirasakan memiliki
relevansi dengan maksud-maksudnya sendiri.
 Belajar yang menyangkut perubahan di dalam persepsi mengenai dirinya.
 Adanya potensi negatif yang rendah membuat siswa dapat lebih mudah memperoleh
pengalaman belajar bermakna bagi dirinya sendiri.
 Belajar akan lancar jika siswa dilibatkan dalam proses belajar.
 Belajar yang melibatkan siswa seutuhnya dapat memberikan hasil yang mendalam.
 Kepercayaan pada diri siswa ditumbuhkan dengan membiasakan untuk mawas diri.
 Belajar sosial adalah belajar mengenai proses belajar.
4. Aplikasi belajar humanistik
Aplikasi teori humanistik lebih mununjuk kepada roh atau spirit selama proses
pembelajaran yang mewarnai metode-metode yang diterapkan. Peran guru dalam
pembelajaran humanistik sebagai fasilitator bagi para siswa dengan memberikan motivasi
terkait dengan kesadaran mengenai makna belajar dalam kehidupan siswa. Guru
memberikan fasilitas pengalaman belajar siswa dan mendampingi siswa untuk memperoleh
tujuan pembelajaran (Dakir 1993).
Siswa berperan sebagai pelaku utama (student centered) yang memaknai proses
pengalaman belajarnya sendiri. Dengan peran tersebut, diharapkan siswa memahami
potensi diri, mengembangkan potensi dirinya secara positif, dan meminimalkan potensi
negatif yang ada dalam dirinya.
Tujuan pembelajaran dari humanistik lebih menitikberatkan pada proses belajar
daripada hasil belajar yang pada umumnya melalui serangkaian proses antara lain :
 Merumuskan tujuan belajar yang jelas.
 Mengusahakan partisipasi aktif siswa melalui kontrak belajar yang bersifat jelas, jujur
dan positif.
 Mendorong siswa untuk mengembangkan kesanggupan siswa untuk belajar atas inisiatif
sendiri.
 Mendorong siswa untuk peka berpikir kritis, dan memaknai proses belajar secara
mandiri.
 Mendorong siswa untuk berani mengemukakan pendapat, memilih pilhannya sendiri,
melakukan apa yang diinginkan dan menanggung resiko dari perilaku yang ditunjukkan.
5. Kelebihan dan Kelemahan Teori Humanistik
Teori humanistik sering dikritik karena sifatnya yang terlalu deskriptif (meskipun
semua teori belajar sebenarnya bersifat deskriptif). Kelemahan lain adalah sukarnya
menerjemahkan teori ini ke langkah-langkah yang lebih praktis dan konkrit (Suciati &
Prasetya 2001). Namun, karena sifatnya yang deskriptif itulah maka teori ini seolah
memberi arah proses belajar. Semua tujuan belajar bersifat ideal dan teori humanistik inilah
yang menjelaskan bagaimana tujuan ideal itu seharusnya.
Teori humanistik akan sangat membantu dalam proses pemahaman belajar serta
melakukan proses belajar dalam dimensi yang lebih luas, jika kita mampu
menempatkannya dalam konteks yang tepat. Kalaupun teori ini sulit untuk diterjemahkan
ke dalam langkah-langkah yang lebih konkrit dan praktis, namun ide-ide yang diberikan
dalam teori ini setidaknya telah membuka mata kita agar lebih memahami hakekat jiwa
manusia.
PERTANYAAN
1. Mengapa teori humanistik sangat membantu dalam proses pemahaman belajar?
2. Bagaimana prinsip dasar dari teori humanistik ?
JAWABAN

1.Teori humanistik akan sangat membantu dalam proses pemahaman belajar serta
melakukan proses belajar dalam dimensi yang lebih luas,jika kita mampu menempatkannya
dalam konteks yang tepat. Kalaupun teori ini sulit untuk diterjemahkan ke dalam langkah-
langkah yang lebih konkrit dan praktis, namun ide-ide yang diberikan dalam teori ini
setidaknya telah membuka mata kita agar lebih memahami hakekat jiwa manusia.
2. Prinsip dasar humanistik yang penting di antaranya :
 Memberi kesempatan pada siswa untuk maju sesuai dengan kemampuan belajarnya.
 Manusia mempunyai kemampuan belajar secara alami.
 Belajar yang signifikan terjadi apabila materi pelajaran yang dirasakan memiliki
relevansi dengan maksud-maksudnya sendiri.
 Belajar yang menyangkut perubahan di dalam persepsi mengenai dirinya.
 Adanya potensi negatif yang rendah membuat siswa dapat lebih mudah memperoleh
pengalaman belajar bermakna bagi dirinya sendiri.
 Belajar akan lancar jika siswa dilibatkan dalam proses belajar.
 Belajar yang melibatkan siswa seutuhnya dapat memberikan hasil yang mendalam.
 Kepercayaan pada diri siswa ditumbuhkan dengan membiasakan untuk mawas diri.
 Belajar sosial adalah belajar mengenai proses belajar.
DAFTAR RUJUKAN

Dakir. 1993. Dasar-Dasar Psikologi. Jakarta: Pustaka Belajar.


Hadis A. 2006. Psikologi dalam Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

Budiningsih CA. 2005. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.

Suciati, Prasetya P. 2001. Teori Belajar dan Motivasi. Jakarta : PAU-PPAI, Universitas
Terbuka.

Sukardjo. 2010. Landasan Pendidikan: Teori dan Aplikasinya. Jakarta: Rineka Cipta.

Rachmahana SR. 2008. Psikologi humanistik dan aplikasinya dalam pendidikan. Jurnal
Pendidikan Islam El-Tarbawi 1: 99-114.

Tudge J. 1994. Vygotsky: The Zone of Proximal Development, and Peer Collaboration:
Implications for Classroom Practice. Cambrige: University Press.

Uno HB. 2006. Orientasi Baru dalam Psikologi Pendidikan. Jakarta: PT. Bumi Aksara.

Anda mungkin juga menyukai