PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam dunia pendidikan terdapat banyak teori tentang pembelajaran. Salah satu teori
pendidikan yang diterapkan adalah humanisme. Namun tentu saja masih menimbulkan
pertanyaan tentang “Apakah yang dimaksud dengan teori humanisme? “ dan berbagai
pertanyaan lainpun akan bermunculan mengenai teori ini.
Humanisme tidak memandang bangsa, agama, daerah, suku, warna kulit dan
sejenisnya. Ia memperlakukan dan berusaha membantu siapa pun itu manusianya. Tidak
memandang ia baik atau jahat, kawan atau musuh. Humanisme merupakan pendidikan
dan pembelajaran di sekolah selama ini dinilai kurang demokratis. Kurangnya ruang bagi
peserta didik untuk berimajinasi dan berkreasi menunjukkan eksistensinya dengan
perspektif mereka sendiri menunjukkan hal itu. Padahal, kreativitas dan kemampuan
berpikir kritis merupakan kecakapan yang menjadi modal anak agar mampu menghadapi
tantangan dan lebih kompetitif .
Pendidikan sering kali kita harapkan sebagai “pabrik intelektual” yang dituntut agar
mampu menciptakan pelaku-pelaku pembangunan yang tangguh dan handal di masa
mendatang. Akibatnya, pendidikan tidak lagi diarahkan kepada hal-hal penanaman potensi
kemanusiaan lainnya. Terutama yang bermuara pada sisi emosial peserta didik. Padahal,
inti dari sebuah pendidikan ialah agar menjadikan manusia-manusia yang cerdas, kreatif
dan humanis. Untuk itu, harus dicarikan sebuah konsep pendidikan yang berangkat dan
beroerientasi pada potensi dasar manusia secara lebih sistematik dan realistik.
Menciptakan konsep pendidikan yang disebut dehumanisasi di negara kita tidaklah
mudah membalikkan telapak tangan. Selain pendidikan kita yang tidak pernah jelas dan
terarah sistem dan metodenya, apalagi jika kita melihat out put pendidikan itu sendiri yang
faktanya sangat mengkhawatirkan. Belum lagi jika meneropong lebih jauh atas kasus-
kasus tindak kriminal yang dilakukan oleh peserta didik. Tawuran antar pelajar, terjebak
dalam lingkaran narkoba, miras dan berbagai tindakan amoral lainnya menjadi hal yang
lumrah terjadi dalam keseharian kita..
Banyaknya persoalan yang menjadi beban pengelolaan pendidikan dan pengajaran di
neggara kita. Mulai dari beban ajar yang terlalu banyak dan padat, sampai pada
profesionalitas guru yang masih belum memadai dan penghargaan finansial terhadap para
pendidik yang masih sangat rendah. Dalam bahasan ini masalah yang terkait erat adalah
standar keberhasilan belajar yang masih menekankan bidang intelektual dan sekaligus
sentralisasi standar mutu contohnya UNAS: Ujian Nasional, yang mengakibatkan
masyarakat terjerumus pada keyakinan bahwa hasil UNAS adalah satu-satunya ukuran
keberhasilan peserta didik dan juga sekolah sebagai lembaga pendidikan.
Pendidikan dan pembelajaran hendaknya diperbaiki sehingga memberi keseimbangan
pada aspek individualitas ke aspek sosialitas atau kehidupan kebersamaan sebagai
masyarakat manusia. Pendidikan dan pembelajaran hendaknya juga dikembalikan kepada
aspek-aspek kemanusiaan yang perlu ditumbuhkembangkan pada diri peserta didik.
Landasan filosofi pendidikan yang bertujuan mengembangkan dan mengharai aspek
manusia adalah landasan dan teori belajar humanisme.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat dirumuskan beberapa masalah sebagai
berikut:
1. Apakah yang dimaksud dengan teori belajar humanisme?
2. Bagaimanakah pemahaman belajar menurut teori belajar humanisme?
3. Siapa saja tokoh-tokoh yang mempelopori teori belajar humanisme?
4. Bagaimana implikasi teori belajar humanisme dalam proses belajar mengajar?
C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui pengertian teori belajar humanisme.
2. Untuk mengetahui pandangan teori belajar humanisme terhadap belajar.
3. Untuk mengertahui siapa saja tokoh-tokoh yang mempelopori teori belajar
humanisme.
4. Untuk mengetahui implikasi teori belajar humanisme dalam proses belajar
mengajar.
BAB II
PEMBAHASAN
A.Teori Belajar Humanisme
Dalam teori belajar humanistik proses belajar harus berhulu dan bermuara pada
manusia itu sendiri. Meskipun teori ini sangat menekankan pentingya isi dari proses
belajar, dalam kenyataan teori ini lebih banyak berbicara tentang pendidikan dan proses
belajar dalam bentuknya yang paling ideal. Dengan kata lain, teori ini lebih tertarik pada
ide belajar dalam bentuknya yang paling ideal dari pada belajar seperti apa adanya, seperti
apa yang bisa kita amati dalam dunia keseharian. Teori apapun dapat dimanfaatkan asal
tujuan untuk “memanusiakan manusia” (mencapai aktualisasi diri dan sebagainya) dapat
tercapai.
Teori Belajar Humanisme adalah suatu teori dalam pembelajaran yang
mengedepankan bagaimana manusia serta peserta didik mampu mengembangkan potensi
dirinya. Manusia bertanggung jawab terhadap pilihan hidup mereka sendiri, sehingga
mampu berbuat segala hal positif untuk membangun dirinya, hal ini karena pada dasarnya
manusia mempunyai potensi untuk menjadi lebih baik asalkan mau mengaktulisasikan diri.
Dalam teori humanisme, tujuan belajar adalah untuk memanusiakan manusia. Proses
belajar berhasil jika si pelajar telah memahami lingkungannya dan dirinya sendiri.Teori ini
berusaha memahami perilaku belajar dari sudut pandang pelakunya, bukan dari sudut
pandang pengamatnya. Tujuan utama para pendidikan ialah membantu siswa untuk
mengembangkan dirinya, yaitu membantu masing-masing individu untuk mengenal diri
mereka sendiri sebagai manusia yang unik dan membantu mewujudkan potensi yang ada
pada dirinya.
Teori Humanisme dilihat dari adanya dua bagian pada proses belajar, yaitu :
1. Proses pemerolehan informasi
2. Personalisasi informasi ini pada individu
b) Arthur Combs
Bersama dengan Donald Syngg ( 1904 – 1967 ) mereka mencurahkan banyak
perhatian pada dunia pendidikan. Meaning( makna atau arti ) konsep sering yang di
gunakan. Belajar terjadi bila mempunyai arti bagi individu. Guru tidak bisa memaksakan
materi yang tidak di sukai atau tidak relevan dengan kehidupan mereka. Untuk itu guru
harus memahami perilaku siswa dengan mencoba memahami dunia persepsi siswa
tersebut, sehingga apabila merubah perilakunya, seorang guru harus berusaha merubah
keyakinan atau pandangan siswa yang ada.
Combs berpendapat bahwa banyak guru membuat kesalahan dengan berasumsi
bahwa siswa mau belajar apabila materi pelajarannya disusun dan disajikan sebagaimana
mestinya.Padahal arti tidak menyatu pada materi pelajaran itu.Sehingga yang terpenting
adalah bagaimana membawa siswa untuk memperoleh arti bagi kepribadiannya dari materi
pelajaran tersebut dan menghubungkan dalam kehidupan. Combs memberikan persepsi diri
dan dunia seseorang seperti dua lingkaran ( kecil dan besar ).
Lingkaran kecil adalah gambaran dari persepsi diri
Lingkaran besar adalah persepsi dunia.
c) Carl Rogers
Seorang psikolog humanistik yang menekankan perlunya sikap saling menghargai
dan tanpa prasangka dalam membantu mengatasi masalah – masalah kehidupannya.
Menurutnya hal yang terpenting dalam proses pembelajaran adalah pentingnya guru
memperhatikan prinsip pendidikan dan pembelajaran yaitu :
Menjadi manusia berarti memiliki kekuatan yang wajar untuk belajar. Siswa tidak
harus belajar tentang hal – hal yang tidak ada artinya.
Siswa akan mempelajari hal – hal yang bermakna bagi dirinya. Pengorganisasian
bahan pelajaran berarti mengorganisasikan bahan dan ide baru sebagai bahan dan
ide baru sebagai bagian yang bermakna bagi siswa.
Pengorganisasian bahan pengajaran berarti mengorganisasikan bahan dan ide baru
sebagai bahan yang bermakna bagi siswa.
Belajar yang bermakna dalam masyarakat modern berarti belajar tentang proses.
Dari bukunya Freedom to learn, ia menunjukan sejumlah prinsip – prinsip yang
terpenting adalah :
Manusia itu mempunyai kemampuan belajar secara alami
Belajar yang signifikan terjadi apabila materi pelajaran dirasakan murid
mempunyai relevansi dengan maksud – maksud tersendiri.
Belajar yang menyangkut perubahan di dalam persepsi mengenai dirinya sendiri
di anggap mengancam dan cenderung untuk ditolaknya.
Belajar yang bermakna di peroleh siswa dengan melakukanya.
Belajar diperlancar bilamana siswa dilibatkan dalam proses belajar dan ikut
bertanggung jawab terhadap proses belajar itu.
Salah satu model pendidikan terbuka mencakup konsep mengajar guru yang
fasilitatif yang dikembangkan Rogers diteliti oleh Aspy dan Roebuck pada tahun 1975
mengenai kemampuan para guru untuk menciptakan kondisi yang mendukung yaitu
empati, penghargaan dan umpan balik positif. Ciri-ciri guru yang fasilitatif adalah :
Merespon perasaan siswa
Menggunakan ide-ide siswa untuk melaksanakan interaksi yang sudah dirancang
Berdialog dan berdiskusi dengan siswa
Menghargai siswa
Kesesuaian antara perilaku dan perbuatan
Menyesuaikan isi kerangka berpikir siswa ( penjelasan untuk memantapkan
kebutuhan segera dari siswa )
Tersenyum pada siswa
Dari penelitian itu diketahui guru yang fasilitatif mengurangi angka bolos siswa,
meningkatkan angka konsep diri siswa, meningkatkan upaya untuk meraih prestasi
akademik termasuk pelajaran bahasa dan matematika yang kurang disukai, mengurangi
tingkat problem yang berkaitan dengan disiplin dan mengurangi perusakan pada peralatan
sekolah, serta siswa menjadi lebih spontan dan menggunakan tingkat berpikir yang lebih
tinggi.
Bagaimana proses belajar dapat terjadi menurut teori belajar humanisme? Orang
balajar karena ingin mengetahui dunianya. Individu memilih sesuatu untuk dipelajari,
mengusahakan proses belajar dengan caranya sendiri, dan menilainya sendiri tentang
apakah proses belajarnya berhasil.
e) Kolb
Sementara itu, Kolb membagi tahapan belajar menjadi empat tahap, yaitu:
1. Pengalaman konkret;
Pada tahap ini seorang siswa hanya mampu sekedar ikut mengalami suatu
kejadian.Dia belum mempunyai kesadaran tentang hakikat kejadian
tersebut.Dia pun belum mengerti bagaimana dan mengapa suatu kejadian harus
terjadi seperti itu.
2. Pengalaman aktif dan reflektif;
Siswa lambat laun mampu mengadakan observasi aktif terhadap kejadian itu,
serta mulai berusaha memikirkan dan memahaminya.
3. Konseptualisasi;
Siswa mulai belajar untuk membuat abstraksi atau “teori” tentang sesuatu hal
yang pernah diamatinya. Pada tahap ini siswa diharapkan sudah mampu untuk
membuat aturan-aturan umum ( generalisasi ) dari berbagai contoh kejadian
yang meskipun tampak berbeda-beda, tetapi mempunyai landasan aturan yang
sama.
4. Eksperimentasi aktif
Siswa sudah mampu mengaplikasikan suatu aturan umum ke situasi yang baru.
Dalam dunia matematika misalnya, siswa tidak hanya memahami “ asal-usul”
sebuah rumus, tetapi ia juga mampu memakai rumus tersebut untuk
memecahkan suatu masalah yang belum pernah ia temui sebelumnya.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan uraian pembahasan, maka dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut:
1. Teori belajar humanisme adalah teori belajar yang menyatakan bahwa tujuan belajar
adalah untuk memanusiakan manusia. Proses belajar berhasil jika si pelajar telah
memahami lingkungannya dan dirinya sendiri. Tujuan utama para pendidikan ialah
membantu siswa untuk mengembangkan dirinya, yaitu membantu masing-masing individu
untuk mengenal diri mereka sendiri sebagai manusia yang unik dan membantu
mewujudkan potensi yang ada pada dirinya.
2. Belajar menurut paham Humanisme adalah proses belajar yang bermakna adalah belajar
yang melibatkan pengalaman langsung, berpikir dan merasakan, atas kehendak sendiri dan
melibatkan seluruh pribadi peserta didik. Belajar yang bermakna tidak lain adalah belajar
yang dapat memenuhi kebutuhan nyata individu.
3. Implikasi pembelajaran humnisme adala adanya sistem pendidikan yang hendaknya
berpusat pada peserta didik, artinya kurikulum, administrasi, kegiatan ekstrakurikuler
maupun kokurikulernya, sistem pengelolaannya harus dirumuskan dan dilaksanakan demi
kepentingan peserta didik, bukan demi kepentingan guru, sekolah atau lembaga lain.
3.2 Saran
Kami menyarankan dan berharap pemerintah mengusahakan pembaharuan dalam
institusi pendidikan di negara Indonesia, harus dicarikan sebuah konsep pendidikan yang
beroerientasi pada potensi dasar manusia secara lebih sistematik dan realistik. Pendidikan
dan pembelajaran hendaknya diperbaiki sehingga memberi keseimbangan pada aspek
individualitas ke aspek sosialitas atau kehidupan kebersamaan sebagai masyarakat
manusia. Pendidikan dan pembelajaran hendaknya juga dikembalikan kepada aspek-aspek
kemanusiaan yang perlu ditumbuhkembangkan pada diri peserta didik.
DAFTAR PUSTAKA
Annonimus. 2008. Teori Humanistik. (online)http://apadefinisinya.blogspot.com
/2008/05/teori-humanistik.html.Diakses pada tanggal 6 September 2013.
Baharuddin, dan Makin, Moh. 2007. Pendidikan Humanistik (Konsep, Teori dan Aplikasi
dalam Dunia Pendidikan). Ar-Ruzz Media :Yogyakarta.
Haqiqi. 2007. Teori Humanisme. (online) http://haqiqie.wordpress.com/humanisme-dalam-
pikiranku-apakah-itu. Diakses pada tanggal 6 September 2013.
Karwono, dan Mularsih, Heni. 2010. Belajar dan Pembelajaran Serta Pemanfaatan
Sumber Belajar. Jakarta: Cerdas Jaya.
Riyanto. 2007. Pendidikan yang Humanis. (online) http://www.sfeduresearch.org. Diakses
pada tanggal 6 September 2013.