Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta
karunia-Nya kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat
waktu dan dengan judul pembahasan “ Ciri-Ciri Anak Berbakat “.
Semoga makalah ini dapat memberikan pengetahuan dan informasi baru kepada semua
pihak khususnya pada teman-teman mahasiswa.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik
dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi
kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan
serta dalam penyusunan makalah ini dari awal hingga akhir. Semoga Allah SWT senantiasa
meridhai segala usaha kita. Amin.
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Aliran humanisme muncul pada tahun 90-an sebagai reaksi ketidakpuasan
terhadap pendekatan psikoanalisa dan behabvioristik. Sebagai sebuah aliran
dalam psikologi, aliran ini boleh dikatakan relative masih muda, bahkan beberapa
ahlinya masih hidup dan terus-menerus mengeluarkan konsep yang relevan
dengan bidang pengkajian psikologi, yang sangat menekankan pentingnya
kesadaran, aktualisasi diri, dan ha-hal yang bersifat positif tentang manusia.
Pengertian humanisik yang beragam membuat batasan-batasan aplikasinya dalam
dunia pendidikan yang beragam pula. Teori humanisme menyatakan bahwa bagian
terpenting dalam proses pembelajaran adalah unsure manusianya. Humanisme lebih
melihat sisi perkembangan kepribadian manusia dibandingkan berfokus pada
“ketidaknormala”atau “sakit”.manusia akan mempunyai kemampuan positif
untuk menyembuhkan diri dari “sakit” tersebut, sehingga sisi positif inilah yang
ingin dikembangka oleh teori humanism
Teori belajar humanisme bertujuan bahwa belajar adalah untuk
memanusiakan manusia. Proses belajar dianggap berhasil jika telah memahami
lingkungan dan dirinya sendiri. Teori belajar ini berusaha memahami perilaku
belajar dari sudut pandang pelakunya bukan dati sudut pandang pengamatnya.
Teori belajar ini sifatnya lebih abstrak dan lebih mendekati bidang ilmu filsafat, teori
kepribadian dan psikoterapi dibanding tentang psikologi belajar. Teori humanisme lebih
mementingkan isi yang dipelajari dari pada proses belajar itu sendiri. Teori belajar ini
lebih banyak berbicara tentang konsep-konsep pendidikan unttuk membentuk manusia
yang dicita-citakan serta tentang proses belajar dalam bentuk yang paling ideal.
Selain teori behavioristik dan teori kognitif, teori belajar humanisme juga perlu
untuk dipahami. Menurut teori humanisme, proses belajar harus dimulai dan ditunjukan
untuk kepentingan memanusiakan manusia itu sendiri. Oleh sebab itu, teori humanisme
sifatnya lebih abstrak dan mendekati bidang kajian filsafat, teori kepribadian, dan
psikoterapi dari pada bidang kajian psikologi belajar. Teori humanisme sangat
mementingkan isi yang dipelajari daripada proses belajar itu sendiri. Teori belajar ini
lebih banyak berbicara tentang konsep-konsep pendidikan untuk membentuk manusia
yang dicita-citakan, serta tentang proses belajar dalam bentuknya yang paling ideal.
Dengan kata lain, teori ini lebih tertarik pada pemahaman tentang prosesbelajar
sebagaimana apa adanya, seperti yang selama ini dikaji oleh teori-teori belajar lainnya.
B. Rumusan Masalah
Dalam penulisan makalah ini kami sebagai penulis membatasi permasalahan-
permasalahan sebagai berikut:
a. Pengertian teori belajar humanisme
b. Tokoh-tokoh teori belajar humanisme
c. Perbandingan teori belajar humanism dari beberapa tokoh
d. Prinsip teori belajar humanisme
e. Implikasi dan aplikasi teori belajar humanisme
C. Tujuan
Dari rumusan masalah yang ada, maka tujuan penulis makalah ini yaitu:
a. Untuk mengetahui pengertian dari teori belajar humanism
b. Untuk mengetahui tokoh-tokoh teori belajar humanism
c. Untuk mengetahui perbandingan teori humanism dari beberapa tokoh
d. Untuk mengetahui prinsip teori belajar humanism
e. Untuk mengetahui implikasi dan aplikasi teori humanism terhadap pembelajaran
BAB II
PEMBAHASAN
Dalam teori belajar humanistik, belajar dianggap berhasil jika siswa memahami
lingkungannya dan dirinya sendiri. Siswa dalam proses belajarnya harus berusaha agar
lambat laun ia mampu mencapai aktualisasi diri dengan sebaik-baiknya. Teori belajar ini
berusaha memahami perilaku belajar dari sudut pandang pelakunya, bukan dari sudut
pandang pengamatnya. Tujuan utama para pendidik adalah membantu si siswa untuk
mengembangkan dirinya, yaitu membantu masing-masing individu untuk mengenal diri
mereka sendiri sebagai manusia yang unik dan membantu dalam mewujudkan potensi-
potensi yang ada dalam diri mereka.
Ada salah satu ide penting dalam teori belajar humanisme yaitu siswa harus mampu
untuk mengarahkan dirinya sendiri dalam kegiatan belajar mengajar, sehingga siswa
mengetahui apa yang dipelajarinya serta tahu seberapa besar siswa tersebut dapat
memahaminya. Dan juga siswa dapat mengetahui mana, kapan, dan bagaimana mereka
akan belajar. Dengan demikian maka siswa diharapkan mendapat manfaat dan kegunaan
dari hasil belajar bagi dirinya sendiri. Aliran humanisme memandang belajar sebagai
sebuah proses yang terjadi dalam individu yang meliputi bagian/domain yang ada yaitu
dapat meliputi domain kognitif, afektif, dan psikomotorik.
1. Arthur Combs
Peserta didik akan tertarik dan bersemangat untuk belajar jika apa yang dipelajari
akan menjadi suatu informasi baru yang bermakna dan bermanfaat bagi dirinya.
Informasi baru yang dipahami peserta didik itu bukan hasil transfer langsung dari
guru ke peserta didik. Peserta didik sendirilah yang mecerna dan mengolah apa yang
disampaikan oleh guru menjadi sesuaidan bermakna. Atrinya informasi itu diperolehnya
sendiri dan peserta didik menjadi pemilik informasi tersebut. Peran guru disini adalah
sebagai pembimbing yang mengarahkan.
Keliru jika guru berpendapatbahwa murid akan mudah belajar kalua bahan pelajaran
disusun dengan rapid an disampaikan dengan baik, tetapi arti dan maknanya tidak
melekat pada bahan ajar itu, murid sendirilah yang mencerna dan menyerap arti dan
makna bahan pelajaran tersebut ke dalam dirinya. Yang menjadi masalah dalam mengajar
bukanlah bagaimana pelajaran itu disampaikan,tetapi bagaimana membantu murid
memetik arti dan makna yang terkandung di dalam bahan pelajaran tersebut dengan hidup
dan kehidupan mereka, guru boleh bersenang hati bahwa misinya telah berhasil.
Semakin jauh hal-hal yang terjadi di luar diri seseorang (dunia) dari pusat lingkaran
lingkaran (persepsi diri),semakin kurang pengaruhnya terhadap seseoarang. Sebaliknya,
semakin dekat hal-hal tersebut dengan pusat lingkaran, maka semakin besar pengaruhnya
terhadap seseorang dalam berperilaku. Jadi jelaslah maka semakin banyak hal yang
dipelajari oleh murid segera dilupakan, karena tidak adakaitanya sama sekali dengan
dirinya.
2. Abraham Maslow
1. Kebutuhan jasmaniah atau dasar (basic needs), seperti makan, minum, tidur,
dan sex menuntut sekali untuk dipuaskan.
4. Kebutuhan akan harga diri (esteem needs), butuh kepercayaan diri, harga diri,
prestasi, dan penghargaan dari orang lain.
Maslow membedakan antara empat kebutuhan pertama dengan satu kebutuhan yang
berikutnya (kebutuhan teratas). Keempat kebutuhan yang pertama disebutdeficiency
neds (kebutuhan yang timbul karena kekurangan) pemenuhan kebutuhan ini pada
umumnyabergantung pada orng lain. Sedangkan satu kebutuhan yang lain
dinamakan growth needs (kebutuhan untuk tumbuh) dan pemenuhannya lebih bergantung
pada manusia itu sendiri.
Apabila seseorang telah dapat memenuhi semua kebutuhan yang tingkatannya lebih
rendah tadi, maka motivasi lalu diarahkan kepada terpenuhinyankebutuhan aktualisasi
diri, yaitu kebutuhan untuk mengembangkan potensi atau bakat dan kecenderungan
tertentu. Bagaimana cara aktualisasi diri ini tampil,tidaklah sama pada setiap orang.
Sesudah kebutuhan ini, muncul kebutuhan untuk tahu dan mengerti, yakni dorongan
untuk mencari tahu, memperoleh ilmu dan pemahaman.
Implikasi dari teori Maslow dalam dunia pendidikan sangat penting. Dalam proses
belajar-mengajar misalnya, guru mestinnya memperhatikan teori ini. Apabila guru
menemukan kesulitan untuk memahami mengapa anak-anak tertentu tidak mengerjakan
pekerjaan rumah, mengapa anak tidak dapat tenang di dalam kelas, atau bahkan mengapa
anak-anak tidak memiliki motivasi untuk belajar. Menurut Maslow, guru tidak bias
menyalahkan anak atas kejadian ini secara langsung, sebelum memahami barangkali ada
proses tidak terpenuhinya kebutuhan anak yang berada di bawah kebutuhan untuk tahu
dan mengerti.bisa jadi anak-anak tersebut belum atau tidak melakukan makan pagi yang
cukup, smalaman tidak tidur dengan nyenyak, atau ada masalah pribadi/keluarga yang
membuatnya cemas dan takut, dan lain-lain.
3. Carl R. Rogers
Metode yang diterapkan Rogers dalam psikoterapi awalnya disebut non directive
atau terapi yang berpusat pada klien (client centered therapy), dan pioneer dalam risetnya
pada proses terapi. Pendekatan terapi yang berpuast pada klien dari Rogers sebagi metode
untuk memahami orang lain, menangani masalah-masalah gangguan emosional. Rogers
berkeyakinan bahwa pandangan humanisme dan holism terhadap nilai-nilai kemanusiaan.
Dalam teorinya, klien diajak untuk memahami diri dan pada akhirnya menyadari untuk
mengembangkan diri secara utuh dan lebih dapat menjadi dirinya sendiri.
Lima sifat khas orang yang berfungsi sepenuhnya (fully human being):
Orang yang berfungsi sepenuhnya adalah orang yang menerima semua pengalaman
dengan fleksibel sehingga timbul persepsi baru. Dengan demikian ia akan banyak
mengalami emosi (emosional) baik yang positif maupun yang negative.
Kehidupan ekstansial
Pengalaman akan menjadi hidup ketika seorang membuka diri terhadap pengalaman
itu sendiri. Dengan begitu ia akan bertingkah laku menurut apa yang dirasakannya benar
(timbul seketika dan intuitif) sehingga ia dapat mempertimbangkan setiap segi dari suatu
situasi dengan sangat baik.
Perasaan bebas
Orang yang sehat secara psikologis dapat membuat suatu pilihan tanpa adanya
paksaan-paksaan atau rintangan-rintangan antara alternative pikiran dan tindakan. Orang
yang bebas memiliki suatu perasaan berkuasa secara pribadi mengenai kehidupan dan
percaya masa depan tergantung pada dirinya sendiri, tidak pada peristiwa pada masa
lampau sehingga ia dapat melihat sangat banyak pilihan dalam kehidupanya dan merasa
mampu melakukan apa yang saja yang ingin dilakukanya.
Kreatifitas
Apabila ancaman terhadap diri peserta didik rendah, pengalaman dapat diperoleh
dengan berbagai cara yang berbeda-beda dan terjadilah proses belajar.
Belajar diperlancar jika peserta didiknya dilibatkan dalam proses belajar dan ikut
bertanggung jawab terhadap proses belajar.
Belajar inisiatif sendiri yang melibatkan pribadi peserta didik seutuhnya, baik
perasaan maupun intelek, merupakan cara yang dapat memberikan hasil yang mendalam
dan lestari.
Keprcayaan terhadap diri sendiri, kemerdekaan,kreativitas, lebih mudah dicapai
terutama jika peserta didiknya dibiasakan untuk mawas diri dan mengkritik dirinya
sendiri dan penilaian dari orang lain merupakan cara kedua yang penting.
Belajar yang paling berguna secara social di dalam dunia modern ini adalah
belajar mengenai proses belajar, suatu keterbukaan yang terus menerus terhadap
pengalaman dan penyatuan kedalam diri sendiri mengenai proses perubahan itu.
Menurut Rogers,manusia mempunyai hasrat alamiah untuk belajar. Hal ini terbukti
dengan tingginya rasa ingin tau anak apabila diberi kesempatan untuk mengeksplorasi
lingkungan. Dorongan ingin tahu untuk belajar ini merupakan asumsi dasar pendidikan
humanisme. Di dalam kelas yang humanism anak-anak diberi kesempatan dan bebas
untuk memuaskan dorongan ingin tahunya, untuk memenuhi minatnya dan untuk
menemukan apa yang penting dan berarti tentang dunia di sekitarnya.
belajar akan mempunyai arti atau mekne apabila apa yang dipelajari relevan dengan
kebutuhan dan maksud anak. Artinya, anak akan belajar adengan cepat apabila yang
dipelajari mempunyai arti baginya.
Belajar mudah dilakukan dan hasilanya dapat disimpan dengan baik apabila
berlangsung dalam lingkungan yang bebas ancaman atau hukuman. Proses belajar akan
berjalan lancer manakala murid dapat menguji kemampuanya, dapat mencoba
pengalaman-pengalaman baru atau membuat kesalahan-kesalahan tan pa mendapat
kecaman yang biasanya menyinggung perasaan.
Belajar akan paling bermakna apabila hal itu dilakukan atas inisiatif sendiri dan
melibatkan perasaan dan pikiran si pelajar. Mampu memilih arah arah belajarnya sendiri
sangatlah memberikan motivasi dan mengulurkan kesempatan kepada murid
untuk “belajar bagaimana caranya belajar” (to learn how to learn). Tidak perlu diragukan
bahwa menguasai bahan pelajaran itu penting, akan tetapi tidak ebih penting daripada
memperoleh kecakapan untuk mencari sumber, merumuskan masalah, menguji hipotesis
atau asumsi, dan menilai hasil. Belajar atas inisiatif sendiri memusatkan perhatian murid
baik paa proses maupun hasil belajar.
Beljar atas inisiatif sendiri juga mengajar murid menjadibebas, tidak bergantung, dan
percaya pada diri sendiri. Apabila murid belajar atas inisiatif sendiri, ia memiliki
kesempatan untuk menimbang-nimbang dan membuat keputusan, menentukan pilihan
dan melekukan penilaian. Dia juga lebih bergantung pada dirinya sendiri dan kuran
bersandar pada penilaian pihak lain.
Disamping atas inisiatif sendiri, belajar juga harus melibatkan semua aspek pribadi,
kognitif, maupun afektif. Rogers dan para ahli humanisme yang lain menanamkan jenis
belajar ini sebagai whole – person learning belajar dengan seluruh pribadi, belajar dengan
pribadi yang utuh. Para ahli humanisme percaya, bahwa belajar dengan tipwe ini akan
menghasilkan perasaan memiliki (feeling of belonging) pada diri murid. Dengan
demikian, murid akan merasa terlibat dalam belajar, lebih bersemangat menangani tugas-
tugas dan yang terpenting adalah senantiasa bergairah untuk terus belajar.
Prinsip terakhir yang dikamukakan oleh Rogers ialah bahwa yang paling bermanfaat
ialah belajar tentang proses belajar. Menurut Rogers, diwaktu-waktu yang lampau murid
belajar mengenai fakta-fakta dan gagasan-gagasan yang statis. Waktu itu dunia lambat
berubah, dan apa yang diperoleh di sekolah sudah dipandang cukup untuk memenuhi
tuntutan zaman. Saat ini perubahan merupakan fakta hidup yang sentral. Ilmu
Pengetahuan dan teknologi selalu maju dan melaju.apa yang dipalajari di masa lalu tidak
membekali orang untuk hidup dan berfungsi baik di masa kini dan masa yang akan
datang. Dengan demikian, yang dibutuhkan saat ini adalah orang yang mampu belajar di
lingkungan yang sedang berubah dan akan terus berubah.
b. Adanya suasana penuh kasih sayang, hangat, hormat dan terbuka. Guru
menangani masalah-masalah perilaku dengan jalan berkomunikasi secara
pribadi dengan murid yang bersangkutan, tanpa melibatkan kelompok.
d, Pengajaran yang bersifat individual, sehingga tidak ada tes ataupun buku
kerja
e. Guru mempersepsi dengan cara mengamati setiap proses yang dilalui murid
dan membuat catatan dan penilaian secara individual, hanya sedikit sekali
diadakan tes formal.
a. Murid bekerja dalam tim-tim belajar yang kecil (4 – 6 orang anggota), dan
komposisi ini tetap selama beberapa minggu.
b. Murid didorong untuk saling membantu dalam mempelajari bahan yang bersifat
akademik dan melakukannya secara berkelompok.
Adapun teknik-teknik dalam belajar koperatif ini ada 4 (empat) macam, yakni :
Teknik ini menggunakan tim yang terdiri dari empat sampai lima orang
anggota, akan tetapi kegiatan turnamen diganti dengan saling bertanya selama lima
belas menit, dimana pertanyaanpertanyaan yang diajukan terlebih dulu disusun oleh
tim. Skorskor pertanyaan diubah menjadi skor-skor tim, skor-skor yang tertinggi
memperoleh poin lebih dari pada skor-skor yang lebih rendah, disamping itu juga
ada skor perbaikan.
c) Jigsaw
yakni skor untuk masing-masing murid dan skor yang digunakan untuk membuat
skor tim.
d) Group Investigation
Dalam pelaksanaannya, proses ini cocok untuk pembelajaran di tingkat atau level
perguruan tinggi, karena menuntut kemandirian yang tinggi dari peserta didik. Di sini
pendidik beralih fungsi menjadi fasilitator proses belajar, bukan sebagai penentu proses
belajar. Meski demikian, pendidik harus siap untuk menjadi tempat bertanya dan bahkan
diharapkan pendidik betul-betul ahli di bidang yang dipelajari peserta.
Agar tidak terjadi kesenjangan hubungan antara peserta dan pendidik, perlu
dilakukan negosiasi dalam perancangan pembelajaran secara keseluruhan (Harsono,
2007). Perancangan pembelajaran ini merupakan alat yang fleksibel tetapi efektif untuk
membantu peserta didik dalam penentuan tujuan belajar secara individual. Tanggung
jawab peserta didik dan pengajar harus dibuat secara eksplisit dalam perancangan
pembelajaran. Partisipasi para peserta didik dalam penentuan tujuan belajar akan
membuat mereka lebih berkomitmen terhadap proses pembelajaran.
Sama seperti model sebelumnya, SCL banyak diterapkan dalam system pendidikan di
tingkat Perguruan Tinggi (Harsono, 2007). Dengan SCL mahasiswa memiliki keleluasaan
untuk mengembangkan segenap potensinya (cipta, karsa dan rasa), mengeksplorasi
bidang yang diminatinya, membangun pengetahuan dan mencapai kompetensinya secara
aktif, mandiri dan bertanggung jawab melalui proses pembelajaran yang bersifat
kolaboratif, kooperatif dan kontekstual.
Pada intinya, pembelajaran dengan SCL sangat bertentangan dengan proses pembelajaran
konvensional yang cenderung Teacher Centered Instruction, yakni proses pembelajaran
yang mengandalkan guru atau dosen sebagai sentralnya. Di sini nampak aplikasi dari
aliran humanistik, yang sangat ‘memanusiakan’ peserta didik.
Aplikasi teori humanistik lebih menunjuk pada ruh atau spirit selama proses
pembelajaran yang mewarnai metode-metode yang diterapkan. Peran guru dalam
pembelajaran humanistik adalah menjadi fasilitator bagi para siswa sedangkan guru
memberikan motivasi, kesadaran mengenai makna belajar dalam kehidupan siswa. Guru
memfasilitasi pengalaman belajar kepada siswa dan mendampingi siswa untuk
memperoleh tujuan pembelajaran.
Siswa berperan sebagai pelaku utama (student center) yang memaknai proses
pengalaman belajarnya sendiri. Diharapkan siswa memahami potensi diri,
mengembangkan potensi dirinya secara positif dan meminimalkan potensi diri yang
bersifat negatif.
Tujuan pembelajaran lebih kepada proses belajarnya daripada hasil belajar. Adapun
proses yang umumnya dilalui adalah :
Siswa diharapkan menjadi manusia yang bebas, berani, tidak terikat oleh pendapat
orang lain dan mengatur pribadinya sendiri secara bertanggungjawab tanpa mengurangi
hak-hak orang lain atau melanggar aturan , norma , disiplin atau etika yang berlaku.
e) Dia menempatkan dirinya sendiri sebagai suatu sumber yang fleksibel untuk dapat
dimanfaatkan oleh kelompok.
h) Dia mengambil prakarsa untuk ikut serta dalam kelompok, perasaannya dan juga
pikirannya dengan tidak menuntut dan juga tidak memaksakan, tetapi sebagai suatu
andil secara pribadi yang boleh saja digunakan atau ditolak oleh siswa
Peserta didik kesulitandalam mengenali diri dan potensi-potensi yang ada pada diri
mereka.
2. Kelebihan
Dalam pembelajaran pada teori ini siswa dituntutuntuk berusaha agar lambat laun
mampu mencapai aktualisai diri dengan sebaik-baiknya.
Selain itu Teori humanistik mempunyai pengaruh yang signifikan pada ilmu
psikologi dan budaya populer. Sekarang ini banyak psikolog yang menerima gagasan ini
ketika teori tersebut membahas tentang kepribadian, pengalaman subjektif
manusiamempunyai bobot yang lebih tinggi daripada relitas
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan