Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH

TEORI BELAJAR MENURUT ALIRAN HUMANISME DAN


LANDASAN FILOSOFISNYA

Sebagai syarat untuk memenui tugas kelompok

Mata Kuliah Belajar dan Pembelajaran

Diampu Oleh Dosen Prof. Dr. H. Karwono, M.Pd. dan Ira Vahlia, M,Pd

DISUSUN OLEH

Kelompok 4

Dina Nuriavani NPM 19310016

Lisa Irfani Hanifah NPM 19310026

Via Milenia Putri NPM 19310036

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH METRO

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

TAHUN AKADEMIK 2019/2020


KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah yang telah melimpahkan rahmat dan hidayahnya,
sehingga Makalah Mata Kuliah Belajar dan Pembelajaran, dengan judul “Teori
Belajar Menurut Aliran Humanisme dan Landasan Filosofisnya” dapat penulis
selesaikan sebagai salah satu tugas yang diberikan dosen mata kuliah.

Penulis ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada dosen


pengampu Mata kuliah Belajar dan Pembelajaran yaitu bapak Prof. Dr. H.
Karwono, M.Pd. dan ibu Ira Vahlia, M,Pd. yang telah memberi kesempatan
kapada kami untuk mengumpulkan tugas makalah ini. Semoga makalah ini dapat
bermanfaat dan menambah pengetahuan mahasiswa atau pembacanya. Dan
penulis berharap, mahasiswa dan pembaca dapat memanfaatkan makalah ini
dengan sebaik-baiknya.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna, baik
dari materi maupun teknik penyajiannya, mengingat kurangnya pengetahuan dan
pengalaman penulis. Oleh karena itu, bimbingan dari dosen pengampu Mata
Belajar dan Pembelajaran serta kritik dan saran yang membangun sangat penulis
harapkan demi tercapainya kesempurnaan dari makalah ini.
.

Metro, 15 April 2020

Penulis,

Penulis

ii
Daftar Isi

Halaman Judul .................................................................................................. i

Kata Pengantar ................................................................................................. ii

Daftar Isi........................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ........................................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah ...................................................................................... 2

1.3 Tujuan Makalah ......................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN ................................................................................ 3

2.1 Pengertian Teori Belajar Aliran Humanisme ............................................. 3

2.2 Teori Belajar Menurut Aliran Humanisme ................................................ 4

2.3 Bentuk Pendidikan Humanisme ................................................................. 5

2.4 Tokoh Teori Humanisme ........................................................................... 7

2.5 Prinsip Dasar Teori Humanisme ................................................................ 14

2.6 Kelebihan dan Kekurangan Teori Humanisme .......................................... 18

BAB III PENUTUP ........................................................................................ 19

3.1 Kesimpulan ................................................................................................ 19

3.2 Saran ........................................................................................................... 19

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 20

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang
Aliran humanisme muncul pada tahun 90-an sebagai reaksi
ketidakpuasan terhadap pendekatan psikoanalisa dan behabvioristik.
Sebagai sebuah aliran dalam psikologi, aliran ini boleh dikatakan relative
masih muda, bahkan beberapa ahlinya masih hidup dan terus-menerus
mengeluarkan konsep yag relevan dengan bidang pengkajian psikologi,
yang sangat menekankan pentingnya kesadaran, aktualisasi diri, dan ha-hal
yang bersifat positif tentang manusia.
Pengertian humanisik yang beragam membuat batasan-batasan
aplikasinya dalam dunia pendidikan yang beragam pula. Teori humanisme
menyatakan bahwa bagian terpenting dalam proses pembelajaran adalah
unsure manusianya. Humanisme lebih melihat sisi perkembangan
kepribadian manusia dibandingkan berfokus pada “ketidaknormala”atau
“sakit”.manusia akan mempunyai kemampuan positif untuk
menyembuhkan diri dari “sakit” tersebut, sehingga sisi positif inilah yang
ingin dikembangka oleh teori humanisme
Teori belajar humanisme bertujuan bahwa belajar adalah untuk
memanusiakan manusia. Proses belajar dianggap berhasil jika telah
memhami lingkungan dan dirinya sendiri. Teori belajar ini berusaha
memahami perilaku belajar dari sudut pandang pelakunya bukan dati sudut
pandang pengamatnya. Teori belajar ini sifatnya lebih abstrak dan lebih
mendekati bidang ilmu filsafat, teori kepribadian dan psikoterapi
dibanding tentang psikologi belajar. Teori humanisme lebih
mementingkan isi yang dipelajari dari pada proses belajar itu sendiri. Teori
belajar ini lebih banyak berbicara tentang konsep-konsep pendidikan

1
unttuk membentuk manusia yang dicita-citakan serta tentang proses
belajar dalam bentuk yang paling ideal.
Selain teori behavioristik dan teori kognitif, teori belajar humanisme
juga perlu untuk dipahami. Menurut teori humanisme, proses belajar harus
dimulai dan ditunjukan untuk kepentingan memanusiakan manusia itu
sendiri. Oleh sebab itu, teori humanisme sifatnya lebih abstrak dan
mendekati bidang kajian filsafat, teori kepribadian, dan psikoterapi dari
pada bidang kajian psikologi belajar. Teori humanisme sangat
mementingkan isi yang dipelajari daripada proses belajar itu sendiri. Teori
belajar ini lebih banyak berbicara tentang konsep-konsep pendidikan untuk
membentuk manusia yang dicita-citakan, serta tentang proses belajar
dalam bentuknya yang paling ideal. Dengan kata lain, teori ini lebih
tertarik pada pemahaman tentang prosesbelajar sebagaimana apa adanya,
seperti yang selama ini dikaji oleh teori-teori belajar lainnya

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan teori belajar aliran humanisme ?
2. Bagaimana teori belajar menurut aliran humanisme ?
3. Apa saja bentuk pendidikan humanisme ?
4. Siapa saja tokoh teori humanisme ?
5. Apa saja prinsip dasar teori humanisme ?
6. Apa saja kelebihan dan kekurangan dari teori humanisme ?

1.3Tujuan Makalah
1. Untuk mengetahui yang dimaksud dengan teori belajar aliran
humanisme
2. Untuk mengetahui teori belajar menurut aliran humanisme
3. Untuk mengetahui bentuk pendidikan humanisme
4. Untuk mengetahui tokoh teori humanisme
5. Untuk mengetahui prinsip dasar teori humanisme
6. Untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan dari teori humanisme

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1Pengertian Teori Belajar Aliran Humanisme


Menurut Teori humanistik, tujuan belajar adalah untuk memanusiakan
manusia. Proses belajar dianggap berhasil jika si pelajar memahami
lingkungannya dan dirinya sendiri. Siswa dalam proses belajarnya harus
berusaha agar lambat laun ia mampu mencapai aktualisasi diri dengan sebaik-
baiknya. Teori belajar ini berusaha memahami perilaku belajar dari sudut
pandang pelakunya, bukan dari sudut pandang pengamatnya.
Tujuan utama para pendidik adalah membantu si siswa untuk
mengembangkan dirinya, yaitu membantu masing-masing individu untuk
mengenal diri mereka sendiri sebagai manusia yang unik dan membantu
dalam mewujudkan potensi-potensi yang ada dalam diri mereka. Para ahli
humanistik melihat adanya dua bagian pada proses belajar, ialah ;
▪ Proses pemerolehan informasi baru;
▪ Personalia informasi ini pada individu.

Dalam pelaksanaannya, teori humanistik ini antara lain tampak juga


dalam pendekatan belajar yang dikemukakan oleh Ausubel. Pandangannya
tentang belajar bermakna ataua “Meaningful Learning” yang juga tergolong
dalam aliran kognitif ini, mengatakan bahwa belajar merupakan asimilasi
bermakna. Materi yang dipelajari diasimilasikan dan dihubungkan dengan
pengetahuan yang telah dimiliki sebelumnya. Faktor motivasi dan pengalaman
emosional sangat penting dalam peristiwa belajar, sebab tanpa motivasi dan
keinginan dari pihak si belajar, maka tidak akan terjadi asimilasi pengetahuan
baru kedalam struktur kognitif yang telah dimilikinya. Teori humanistik
berpendapat bahwa teori belajar apapun dapat dimanfaatkan, asal tujuannya

3
untuk memanusiakan manusia yaitu mencapai aktualisasi diri, pemahaman
diri, serta realisasi diri orang yang belajar secara optimal (Asri. 2005).

Pemahaman terhadap belajar yang diidealkan menjadi teori humanistik


dapat memanfaatkan teori belajar apapun asal tujuannya untuk memanusiakan
manusia. Hal ini menjadikan teori humanistik bersifat sangat eklektik. Tidak
dapat disangkal lagi bahwa setiap pendirian atau pendekatan belajar tertentu
akan ada kebaikan dan ada pula kelemahannya. Dalam arti ini elektisisme
bukanlah suatu sistem dengan membiarkan unsur – unsur tersebut dalam
keadaan sebagaimana adaya atau aslinya. Teori humanistik akan
memanfaatkan teori – teori apapun asal tujannya tercapai yaitu
memanusiakan manusia (Asri. 2005).

Manusia adalah makhluk yang kompleks. Banyak ahli didalam menyusun


teorinya hanya terpukau pada aspek tertentu yang sedang menjadi pusat
perhatiannya. Dengan pertimbangan – pertimbangan tertentu setiap ahli
melakukan penelitiannya dari sudut pandangnya masing – masing dan
menganggap bahwa keterangannya tentang bagaimana manusia itu belajar
adalah sebagai keterangan yang paling memadai. Maka akan terdapat
berbagai teori tentang belajar sesuai pandangan masing –masing (Asri. 2005).

2.2Teori Belajar Menurut Aliran Humanisme


Pendekatan Humanisme mengedepankan pentingnya emosi dalam dunia
pendidikan. Jadi bisa dikatakan bahwa emosi adalah karakterisitik yang sangat
kuat yang nampak dari para pendidik beraliran humanistik. Karena berpikir
dan merasakan saling beriringan, mengabaikan pendidikan emosi sama
dengan mengabaikan salah satu potensi terbesar manusia. Kita dapat belajar
menggunakan emosi kita dan mendapat keuntungan dari pendekatan
humanistik ini sama seperti yang kita dapatkan dari pendidikan yang
menitikberatkan kognisi.

4
Berbeda dengan behaviorisme yang melihat motivasi manusia sebagai
suatu usaha untuk memenuhi kebutuhan fisiologis manuisa atau dengan
freudian yang melihat motivasi sebagai berbagai macam kebutuhan seksual,
humanistik melihat perilaku manusia sebagai campuran antara motivasi yang
lebih rendah atau lebih tinggi. Hal ini memunculkan salah satu ciri utama
pendekatan humanistik, yaitu bahwa yang dilihat adalah perilaku manusia,
bukan spesies lain. Akan sangat jelas perbedaan antara motivasi manusia dan
motivasi yang dimiliki binatang. Hirarki kebutuhan motivasi maslow
menggambarkan motivasi manusia yang berkeinginan untuk bersama manusia
lain, berkompetensi, dikenali, aktualisasi diri sekaligus juga menggambarkan
motovasi dalam level yang lebih rendah seperti kebutuhan fisiologis dan
keamanan.
Beberapa psikolog humanistik melihat bahwa manusia mempunyai
keinginan alami untuk berkembang, untuk lebih baik, dan juga belajar. Jadi
sekolah harus berhati-hati supaya tidak membunuh insting ini dengan
memaksakan anak belajar sesuatu sebelum mereka siap. Jadi bukan hal yang
benar apabila anak dipaksa untuk belajar sesuatu sebelum mereka siap secara
fisiologis dan juga punya keinginan. Dalam hal ini peran guru adalah sebagai
fasilitator yang membantu siswa untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan yang
lebih tinggi, bukan sebagai konselor seperti dalam Freudian ataupun pengelola
perilaku seperti pada behaviorisme.
Secara singkatnya, penedekatan humanistik dalam pendidikan
menekankan pada perkembangan positif. Pendekatan yang berfokus pada
potensi manusia untuk mencari dan menemukan kemampuan yang mereka
punya dan mengembangkan kemampuan tersebut. Hal ini mencakup
kemampuan interpersonal sosial dan metode untuk pengembangan diri yang
ditujukan untuk memperkaya diri, menikmati keberadaan hidup dan juga
masyarakat. Ketrampilan atau kemampuan membangun diri secara positif ini
menjadi sangat penting dalam pendidikan karena keterkaitannya dengan
keberhasilan akademik.

2.3Bentuk Pendidikan Humanisme


1. Pendidikan Terbuka (Open Education)

5
Pendidikan terbuka merupakan proses pendidikan yang
memberikan kesempatan kepada siswa untuk bergerak secara bebas di
sekitar kelas dan memilih aktifitas belajar mereka sendiri. Siswa dapat
bekerja secara individual maupun dengan cara membentuk kelompok-
kelompok kecil. Proses ini memungkinkan peserta didik mengeksplorasi
bidang-bidang pelajaran, megusulkan topik-topik pembelajaran sehingga
dapat mewujudkan keterampilan-keterampilan atau minat-minat tertentu.
Salah satu model pendidikan terbuka mencakuo konsep mengajar
guru yang fasilitatif yang dikembangkan Rogers diteliti oleh Aspy dan
Roebuck pada tahun 1975 mengenai kemampuan para guru untuk
menciptakan kondidi yang mendukung yaitu empati, penghargaan dan
umpan balik positif.
Kriteria yang disyaratkan dengan bentuk pendidikan terbuka antara lain
sebagai berikut :
▪ Peserta didik tidak dilarang untuk bergerak secara bebas di ruang
kelas, tidak dilarang bicara yang berkaitan dengan materi
pembelajaran, tidak ada pengelompokan atas dasar tingkat
kecerdasan.
▪ Tersedia fasilitas yang memudahkan proses belajar, artinya ada
ketersediaan berbagai macam bahan yang diperlukan untuk belajar
harus ada.
▪ Adanya suasana penuh kasih saying, hangat, hormat, dan terbuka.
▪ Jika ada masalah pribadi dengan peserta didik, guru menangani
masalah-masalah perilaku tersebut dengan berkomunikasi secara
pribadi dengan murid yang bersangkutan.
▪ Guru menghargai kreativitas, mendorong berprestasi, dan
memberikan kebebasan dan hasil-hasil yang bersifat efektif secara
lebih baik.
▪ Guru mempersepsi dengan cara mengamati setiap proses yang
dilalui murid dan membuat catatan dan penilaian secara individual,
hanya sedikit sekali diadakan tes formal.

6
2. Pembelajaran Mandiri (Independent Learning)
Pembelajaran mandiri adalah proses pembelajaran yang menuntut
siswa menjadi subjek yang dapat merancang, mengatur dan mengontrol
kegiatan mereka sendiri secara bertanggung jawab. Proses ini bergantung
pada siapa yang belajar (siswa), mencakup siapa yang memutuskan
tentang apa yang akan dipelajari, siapa yang harus mempelajari sesuatu
hal, metode dan sumber apa saja yang akan digunakan, dan bagaimana
cara mengukur keberhasilan upaya belajar yang telah dilaksanakan
(Lowry, dalam Rachmahana, 2008).
Dalam pelaksanaannya, proses ini cocok untuk pembelajaran di
tingkat atau level perguruan tinggi yang lebih menuntut kemandirian yang
tinggi dari peserta didik. Perancangan pembelajaran diusulkan peserta
didik ini merupakan alat yang fleksibel membantu dalam penentuan tujuan
belajar secara individual. Partisipasi para peserta dalam penentuan tujuan
belajar akan membuat mereka lebih berkomitmen terhadap proses
pembelajaran.

2.4 TOKOH-TOKOH TEORI HUMANISME


1. Carl Ransum Rogers
Carl Ransom Rogers (1902-1987) lahir di Oak Park, Illinois pada
tanggal 8 Januari 1902. Teori humanistik Rogers menpunyai berbagai
nama antara lain : teori yang berpusat pada pribadi (person centered), non-
directive, klien (client-centered), teori yang berpusat pada murid (student-
centered), teori yang berpusat pada kelompok (group centered),
dan person to person). Namun istilah person centered yang sering
digunakan untuk teori Rogers.
Carl R. Rogers adalah seorang ahli psikologi humanistik yang
gagasan-gagasannya berpengaruh terhadap pikiran dan praktek psikologi
di semua bidang, baik klinis, pendidikan, dan lain-lain. Lebih khusus
dalam bidang pendidikan, Rogers mengutarakan pendapat tentang prinsip-

7
prinsip belajar yang humanistik, yang meliputi hasrat untuk belajar, belajar
yang berarti, belajar tanpa ancaman, belajar atas inisiatif sendiri, dan
belajar untuk perubahan (Rumini,dkk. 1993).
Rogers menyebut teorinya bersifat humanis dan menolak
pesimisme suram dan putus asa dalam psikoanalisis serta menentang teori
behaviorisme yang memandang manusia seperti robot. Teori humanisme
Rogers lebih penuh harapan dan optimis tentang manusia karena manusia
mempunyai potensi-potensi yang sehat untuk maju. Dasar teori ini sesuai
dengan pengertian humanisme pada umumnya, dimana humanisme adalah
doktrin, sikap, dan cara hidup yang menempatkan nilai-nilai manusia
sebagai pusat dan menekankan pada kehormatan, harga diri, dan kapasitas
untuk merealisasikan diri untuk maksud tertentu.
a. Dinamika Kperibadian menurut Rogers :
1) Penerimaan Positif (Positive Regard)
Orang merasa puas menerima regard positif, kemudian juga
merasa puas dapat memberi regard positif kepada orang lain.
Orang merasa puas jika diterima secara positif dari orang lain
sehingga ia merasa nyaman dan diakui eksistensinya dan
dihargai. Jika sudah dapat merasakan kepuasan atas penerimaan
dari orang lain, kemudian dia juga merasakan kepuasan jika
dapat menerima orang lain secara positif juga. Kondisi ini akan
menimbulkan kondisi timbal balik yang saling menguntungkan.

2) Konsistensi dan Salingsuai Self (Self Consistensy and


Congruence)
organisme berfungsi untuk memelihara konsistensi
(keajegkan = keadaan tanpa konflik ) dari persepsi diri, dan
kongruen (salingsuai) antara persepsi self dengan pengalaman.

3) Aktualisasi Diri (Self Actualization)

8
Freud memandang organisme sebagai sistem energi, dan
mengembangkan teori bagaimana energi psikik ditimbulkan,
ditransfer dan disimpan. Rogers memandang organisme terus
menerus bergerak maju. Tujuan tingkahlaku bukan untuk
mereduksi tegangan enerji tetapi mencapai aktualisasi diri yaitu
kecenderungan dasar organisme untuk aktualisasi: yakni
kebutuhan pemeliharaan (maintenance) dan peningkatan diri
(enhancement). Contoh, peserta didik memiliki potensi menari,
kemudian peserta didik tersebut berusaha keras untuk menjadi
penari yang sukses. Usaha menjadi penari yang sukses itu
bukan sekedar memanfaatkan kelebihan energi, tetap keinginan
untuk mewujudkan potensi menarinya dalam realitas
kehidupan.

Menurut Rogers yang terpenting dalam proses pembelajaran adalah


pentingnya guru memperhatikan prinsip pendidikan dan pembelajaran,
yaitu:
▪ Menjadi manusia berarti memiliki kekuatan yang wajar untuk
belajar. Siswa tidak harus belajar tentang hal-hal yang tidak ada
artinya.
▪ Siswa akan mempelajari hal-hal yang bermakna bagi dirinya.
Pengorganisasian bahan pelajaran berarti mengorganisasikan bahan
dan ide baru sebagai bagian yang bermakna bagi siswa
▪ Pengorganisasian bahan pengajaran berarti mengorganisasikan
bahan dan ide baru sebagai bagian yang bermakna bagi siswa.
▪ Belajar yang bermakna dalam masyarakat modern berarti belajar
tentang proses.

b. Perkembangan Kepribadian
Rogers meyakini adanya kekuatan yang tumbuh pada semua
orangyang mendorong orang untuk semakin kompleks, ekspansi,

9
sosial, otonom, dan secara keselutuhan semakin menuju aktualisasi
diri atau menjadi Pribadi yang berfungsi utuh (Fully Functioning
Person).
Ada lima ciri kepribadian yang berfungsi sepenuhnya:
1) Terbuka untuk mengalami (openess to experience)
Orang yang terbuka untuk mengalami mampu mendengar
dirinya sendiri, merasakan mendalam, baik emosional maupun
kognitif tanpa merasa terancam. Mendengar orang membual
menimbulkan rasa muak tanpa harus diikuti perbuatan untuk
melampiaskan rasa muak tersebut.

2) Hidup menjadi (Existential living).


Kecenderungan untuk hidup sepenuhnya dan seberisi
mungkin pada seiap eksistensi. Disini orang menjadi fleksibel,
adaptable, toleran, dan spontan.

3) Keyakinan Organismik (Organismic trusting)


Orang mengambil keputusan berdasarkan pengalaman
organismiknya sendiri, mengerjakan apa yang dirasanya benar
sebagai bukti kompetensi dan keyakinannya untuk
mengarahkan tingkah laku. Orang mampu memakai perasaan
yang terdalam sebagai sumber utama membuat keputusan.

4) Pengalaman kebebasan ( Experiental Freedom).


Pengalaman hidup bebas dengan cara yang diinginkan
sendiri, tanpaperasan tertekan atau terhambat. Orang itu
melihat banyak pilihan hidup dan merasa mampu mengerjakan
apa yang ingin dikerjakannya.

5) Kreatifitas (Creativity)

10
Kreatifitas merupakan kemasakan psikologik yang optimal.
Orang dengan good life kemungkinan besar memunculkan
produk kreatif dan hidup kreatif.

2. Abraham Maslow
Abraham H. Maslow (selanjutnya ditulis Maslow) adalah tokoh yang
menonjol dalam psikologi humanistik. Karyanya di bidang pemenuhan
kebutuhan berpengaruh sekali terhadap upaya memahami motivasi
manusia. Sebagian dari teorinya yang penting didasarkan atas asumsi
bahwa dalam diri manusia terdapat dorongan positif untuk tumbuh dan
kekuatan-kekuatan yang melawan atau menghalangi pertumbuhan
(Rumini, dkk. 1993).
Maslow berpendapat, bahwa manusia memiliki hierarki kebutuhan
yang dimulai dari kebutuhan jasmaniah-yang paling asasi- sampai dengan
kebutuhan tertinggi
yakni kebutuhan estetis. Kebutuhan jasmaniah seperti makan, minum,
tidur dan sex menuntut sekali untuk dipuaskan. Apabila kebutuhan ini
terpuaskan, maka muncullah kebutuhan keamanan seperti kebutuhan
kesehatan dan kebutuhan terhindar dari bahaya dan bencana. Berikutnya
adalah kebutuhan untuk memiliki dan cinta kasih, seperti dorongan untuk
memiliki kawan dan berkeluarga, kebutuhan untuk menjadi anggota
kelompok, dan sebagainya. Ketidakmampuan memenuhi kebutuhan ini
dapat mendorong seseorang berbuat lain untuk memperoleh pengakuan
dan perhatian, misalnya dia menggunakan prestasi sebagai pengganti cinta
kasih. Berikutnya adalah kebutuhan harga diri, yaitu kebutuhan untuk
dihargai, dihormati, dan dipercaya oleh orang lain.
Apabila seseorang telah dapat memenuhi semua kebutuhan yang
tingkatannya lebih rendah tadi, maka motivasi lalu diarahkan kepada
terpenuhinya kebutuhan aktualisasi diri, yaitu kebutuhan untuk
mengembangkan potensi atau bakat dan kecenderungan tertentu.
Bagaimana cara aktualisasi diri ini tampil, tidaklah sama pada setiap

11
orang. Sesudah kebutuhan ini, muncul kebutuhan untuk tahu dan mengerti,
yakni dorongan untuk mencari tahu, memperoleh ilmu dan pemahaman.
Sesudahnya, Maslow berpendapat adanya kebutuhan estetis, yakni
dorongan keindahan, dalam arti kebutuhan akan keteraturan, kesimetrisan
dan kelengkapan. Maslow membedakan antara empat kebutuhan yang
pertama dengan tiga kebutuhan yang kemudian. Keempat kebutuhan yang
pertama disebutnya deficiency need (kebutuhan yang timbul karena
kekurangan), dan pemenuhan kebutuhan ini pada umumnya bergantung
pada orang lain. Sedangkan ketiga kebutuhan yang lain dinamakan growth
need (kebutuhan untuk tumbuh) dan pemenuhannya lebih bergantung pada
manusia itu sendiri.
Implikasi dari teori Maslow dalam dunia pendidikan sangat penting.
Dalam proses belajar-mengajar misalnya, guru mestinya memperhatikan
teori ini. Apabila guru menemukan kesulitan untuk memahami mengapa
anak-anak tertentu tidak mengerjakan pekerjaan rumah, mengapa anak
tidak dapat tenang di dalam kelas, atau bahkan mengapa anak-anak tidak
memiliki motivasi untuk belajar. Menurut Maslow, guru tidak bisa
menyalahkan anak atas kejadian ini secara langsung, sebelum memahami
barangkali ada proses tidak terpenuhinya kebutuhan anak yang berada di
bawah kebutuhan untuk tahu dan mengerti. Bisa jadi anak-anak tersebut
belum atau tidak melakukan makan pagi yang cukup, semalam tidak tidur
dengan nyenyak, atau ada masalah pribadi / keluarga yang membuatnya
cemas dan takut, dan lain-lain.
Teori Maslow didasarkan pada asumsi bahwa di dalam diri individu
ada dua hal :
▪ Suatu usaha yang positif untuk berkembang
▪ Kekuatan untuk melawan atau menolak perkembangan itu

Maslow mengemukakan bahwa individu berperilaku dalam upaya


untuk memenuhi kebutuhan yang bersifat hirarkis. Pada diri masing-
masing orang mempunyai berbagai perasaan takut seperti rasa takut untuk

12
berusaha atau berkembang, takut untuk mengambil kesempatan, takut
membahayakan apa yang sudah ia miliki dan sebagainya, tetapi di sisi lain
seseorang juga memiliki dorongan untuk lebih maju ke arah keutuhan,
keunikan diri, ke arah berfungsinya semua kemampuan, ke arah
kepercayaan diri menghadapi dunia luar dan pada saat itu juga ia dapat
menerima diri sendiri(self).
Maslow membagi kebutuhan-kebutuhan (needs) manusia menjadi
tujuh hirarki. Bila seseorang telah dapat memenuhi kebutuhan pertama,
seperti kebutuhan fisiologis (udara, makanan, air, tidur), barulah ia dapat
menginginkan kebutuhan yang terletak di atasnya, ialah kebutuhan
mendapatkan ras aman / safety needs (lapangan kerja, kesehatan),
kebutuhan untuk dimiliki dan dicintai / belongingness needs (keluarga,
persahabatan, cinta), kebutuhan akan harga diri / esteem needs (harga diri,
kepercayaan diri) dan kebutuhan aktualisasi diri / self actualization
needs (moralitas, kreativitas).

3. Arthur Combs
Perasaan, persepsi, keyakinan dan maksud merupakan perilaku-
perilaku batiniah yang menyebabkan seseorang berbeda dengan yang lain.
Agar dapat memahami orang lain, seseorang harus melihat dunia orang
lain tersebut, bagaimana ia berpikir dan merasa tentang dirinya. Itulah
sebabnya, untuk mengubah perilaku orang lain, seseorang harus mengubah
persepsinya. Perasaan, persepsi, keyakinan dan maksud merupakan
perilaku-perilaku batiniah yang menyebabkan seseorang berbeda dengan
yang lain. Agar dapat memahami orang lain, seseorang harus melihat
dunia orang lain tersebut, bagaimana ia berpikir dan merasa tentang
dirinya. Itulah sebabnya, untuk mengubah perilaku orang lain, seseorang
harus mengubah persepsinya.
Sesungguhnya para ahli psikologi humanistik melihat dua bagian
belajar, yaitu diperolehnya informasi baru dan personalisasi informasi baru

13
tersebut adalah keliru jika guru berpendapat bahwa murid akan mudah
belajar kalau bahan pelajaran disusun dengan rapi dan disampaikan
dengan baik, sebab arti dan maknanya tidak melekat pada bahan pelajaran
itu; murid sendirilah yang mencerna dan menyerap arti dan makna bahan
pelajaran tersebut ke dalam dirinya. Yang menjadi masalah dalam
mengajar bukanlah bagaimana bahan pelajaran itu disampaikan, tetapi
bagaimana membantu murid memetik arti dan makna yang terkandung di
dalam bahan pelajaran tersebut, yakni apabila murid dapat mengaitkan
bahan pelajaran tersebut dengan hidup dan kehidupan mereka, guru boleh
bersenang hati bahwa misinya telah berhasil.
Semakin jauh hal-hal yang terjadi di luar diri seseorang (dunia)
dari pusat lingkaran lingkaran (persepsi diri), semakin kurang
pengaruhnya terhadap seseorang. Sebaliknya, semakin dekat hal-hal
tersebut dengan pusat lingkaran, maka semakin besar pengaruhnya
terhadap seseorang dalam berperilaku. Jadi jelaslah mengapa banyak hal
yang dipelajari oleh murid segera dilupakan, karena sedikit sekali
kaitannya dengan dirinya.
Perilaku merupakan hasil dari persepsi seseorang. Combs
berpendapat bahwa persepsi merupakan unsur batinah yang menyebabkan
seseorang berbeda dengan yang lain. Kaitannya dengan pembelajaran,
guru berusaha untuk memahami sudut pandang peserta didik terhadap
suatu hal. Perilaku yang keliru atau tidak baik terjadi karena tidak adanya
kesediaan seseorang untuk melakukan apa yang seharusnya dilakukan
karena adanya faktor lain.
Combs memberikan lukisan persepsi diri dan dunia seseorang
seperti dua lingkaran (besar dan kecil) yang bertitik pusat pada
satu yaitu lingkaran kecil dan lingkaran besar.

2.5 Prinsip-Prinsip Dasar Teori Humanisme


Dari bukunya Freedom To Learn, Rogers menunjukkan sejumlah prinsip-
prinsip dasar humanistik yang penting diantaranya ialah :

14
1. Manusia itu mempunyai kemampuan belajar secara alami.
2. Belajar yang signifikan terjadi apabila materi pelajaran dirasakan
murid mempunyai relevansi dengan maksud-maksud sendiri.
3. Belajar yang menyangkut perubahan di dalam persepsi mengenai
dirinya sendiri diangap mengancam dan cenderung untuk ditolaknya.
4. Tugas-tugas belajar yang mengancam diri ialah lebih mudah dirasakan
dan diasimilasikan apabila ancaman-ancaman dari luar itu semakin
kecil.
5. Apabila ancaman terhadap diri siswa rendah, pengalaman dapat
diperoleh dengan berbagai cara yang berbeda-beda dan terjadilah
proses belajar.
6. Belajar yang bermakna diperoleh siswa dengan melakukannya.
7. Belajar diperlancar bilamana siswa dilibatkan dalam proses belajar dan
ikut bertanggungjawab terhadap proses belajar itu.
8. Belajar inisiatif sendiri yang melibatkan pribadi siswa seutuhnya, baik
perasaan maupun intelek, merupakan cara yang dapat memberikan
hasil yang mendalam dan lestari.
9. Kepercayaan terhadap diri sendiri, kemerdekaan, kreativitas, lebih
mudah dicapai terutama jika siswa dibiasakan untuk mawas diri dan
mengritik dirinya sendiri dan penilaian dari orang lain merupakan cara
kedua yang penting.
10. Belajar yang paling berguna secara sosial di dalam dunia modern ini
adalah belajar mengenai proses belajar, suatu keterbukaan yang terus
menerus terhadap pengalaman dan penyatuannya ke dalam diri sendiri
mengenai proses perubahan itu.

Berdasarkan prinsip-prinsip belajar yang dikemukakan oleh Rogers, secara


singkat inti prinsip belajar humanisme yaitu :
1. Hasrat Untuk Belajar
Menurut Rogers, manusia mempunyai hasrat alami untuk belajar.
Hal ini terbukti dengan tingginya rasa ingin tahu anak apabila diberi

15
kesempatan untuk mengeksplorasi lingkungan. Dorongan ingin tahu
untuk belajar ini merupakan asumsi dasar pendidikan humanistik. Di
dalam kelas yang humanistik anak-anak diberi kesempatan dan
kebebasan untuk memuaskan dorongan ingin tahunya, untuk
memenuhi minatnya dan untuk menemukan apa yang penting dan
berarti tentang dunia di sekitarnya.

2. Belajar Tanpa Ancaman atau Hukuman


Belajar mudah dilakukan dan hasilnya dapat disimpan dengan baik
apabila berlangsung dalam lingkungan yang bebas ancaman. Proses
belajar akan berjalan lancar manakala murid dapat menguji
kemampuannya, dapat mencoba pengalaman-pengalaman baru atau
membuat kesalahan-kesalahan tanpa mendapat kecaman yang bisaanya
menyinggung perasaan.

3. Belajar Atas Inisiatif Sendiri


Belajar akan paling bermakna apabila hal itu dilakukan atas
inisiatif sendiri dan melibatkan perasaan dan pikiran si pelajar. Mampu
memilih arah belajarnya sendiri sangatlah memberikan motivasi dan
mengulurkan kesempatan kepada murid untuk “belajar bagaimana
caranya belajar” (to learn how to learn ). Tidaklah perlu diragukan
bahwa menguasai bahan pelajaran itu penting, akan
tetapi tidak lebih penting daripada memperoleh kecakapan untuk
mencari sumber, merumuskan masalah, menguji hipotesis atau asumsi,
dan menilai hasil. Belajar atas inisiatif sendiri memusatkan perhatian
murid baik pada proses maupun hasil belajar.
Belajar atas inisiatif sendiri juga mengajar murid menjadi bebas,
tidak bergantung, dan percaya pada diri sendiri. Apabila murid belajar
atas inisiatif sendiri, ia memiliki kesempatan untuk menimbang-
nimbang dan membuat keputusan, menentukan pilihan dan melakukan

16
penilaian. Dia menjadi lebih bergantung pada dirinya sendiri dan
kurang bersandar pada penilaian pihak lain.
Di samping atas inisiatif sendiri, belajar juga harus melibatkan
semua aspek pribadi, kognitif maupun afektif. Rogers dan para ahli
humanistik yang lain menamakan jenis belajar ini sebagaiwhole –
person learning belajar dengan seluruh pribadi, belajar dengan pribadi
yang utuh. Para ahli humanistik percaya, bahwa belajar dengan tipe ini
akan menghasilkan perasaan memiliki (feeling of belonging ) pada diri
murid. Dengan demikian, murid akan merasa terlibat dalam belajar,
lebih bersemangat menangani tugas-tugas dan yang terpenting adalah
senantiasa bergairah untuk terus belajar.

4. Belajar dan Perubahan


Menurut Rogers, belajar yang paling bermanfaat ialah bejar
tentang proses belajar. Menurut Rogers, di waktu-waktu yang lampau
murid belajar mengenai fakta-fakta dan gagasan-gagasan yang statis.
Waktu itu dunia lambat brerubah, dan apa yang diperoleh di sekolah
sudah dipandang cukup untuk memenuhi tuntutan zaman. Saat ini
perubahan merupakan fakta hidup yang sentral. Ilmu Pengetahuan dan
Teknologi selalu maju dan melaju. Apa yang dipelajari di masa lalu
tidak dapat membekali orang untuk hidup dan berfungsi baik di masa
kini dan masa yang akan dating. Dengan demikian, yang dibutuhkan
saat ini adalah orang yang mampu belajar di lingkungan yang sedang
berubah dan akan terus berubah.

5. Belajar yang Berarti


Belajar akan mempunyai arti atau makna apabila apa yang
dipelajari relevan dengan kebutuhan dan maksud anak. Artinya, anak
akan belajar dengan cepat apabila yang dipelajari mempunyai arti
baginya.

17
2.6 Kekurangan dan Kelebihan Teori Belajar Humanisme
1. Kekurangan Teori Belajar Humanisme
Peserta didik kesulitan dalam mengenali diri dan potensi-potensi
yang ada pada diri mereka.

2. Kelebihan Teori Belajar Humanisme


Dalam pembelajaran pada teori ini siswa dituntutuntuk berusaha
agar lambat laun mampu mencapai aktualisasi diri dengan sebaik-
baiknya. Selain itu Teori humanistik mempunyai pengaruh yang
signifikan pada ilmu psikologi dan budaya populer. Sekarang ini banyak
psikolog yang menerima gagasan ini ketika teori tersebut membahas
tentang kepribadian, pengalaman subjektif manusia mempunyai bobot
yang lebih tinggi daripada relitas

18
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Teori belajar humanisme adalah teori belajar yang memiliki tujuan
untuk memanusiakan manusia. Proses belajar dianggap berhasil jika si
pelajar memahami lingkungannya dan dirinya sendiri. Teori belajar menurut
aliran humanisme lebih mengedepankan pentingnya emosi dalam dunia
pendidikan. Jadi bisa dikatakan bahwa emosi adalah karakterisitik yang
sangat kuat yang nampak dari para pendidik beraliran humanistik.
Terdapat dua bentuk pendidikan humanisme yaitu pendidikan terbuka
(Open Education) dan pembelajaran mandiri (Independent Learning). Dalam
teori humanisme terdapat tiga tokoh yaitu Carl Ransum Rogers, Abraham
Maslow, dan Arthur Combs. Prinsip-prinsip dasar teori aliran humanisme
ada lima yaitu hasrat untuk belajar, belajar tanpa ancaman atau hukuman,
belajar atas inisiatif sendiri, belajar dan perubahan, dan belajar yang berarti.
Teori ini memiliki kelebihan yaitu penuntutan terhadap siswa untuk
berusaha agar lambat laun mampu mencapai aktualisasi diri dengan sebaik-
baiknya serta memiliki pengaruh yang signifikan pada ilmu psikolog dan
budaya populer. Tidak hanya kelebihan, teori ini juga memiliki kekurangan
yaitu peserta didik kesulitan dalam mengenali diri dan potensi-potensi yang
ada pada diri mereka.

3.2 Saran
Penulis menyadari bahwa makalah diatas banyak sekali kesalahan dan
jauh dari kesederhanaan. Penulis akan memperbaiki makalah tersebut dengan
pedoman pada banyak sumber yang dapat dipertanggungjawabkan. Maka
dari itu penulis mengharapkan kritik dan saran mengenai makalah diatas.

19
DAFTAR PUSTAKA

Anjarsari , Puspa Ayu. 2012. Teori Humanisme Dan Landasan Filosofinya.


http://puspaanjarsari.blogspot.com/2012/11/teori-humanisme-dan-
landasan.html?m=1. Diakses pada 6 April 2020 pukul 20:04 WIB.
Anonim. 2008. Teori Belajar Humanistik. trimanjuniarso.files.wordpress.com
/2008/02/ teori-belajar-humanistik.doc. Diakses pada 6 April 2020 pukul
19:46 WIB.
Kurniawan, Isqal. 2013. Makalah Teori Belajar Humanisme. http://isqal
kurniawan.blogspot.com/2013/03/makalah-teori-belajar-humanisme.html.
Diakses pada 15 April 2020 pukul19:00 WIB.
Mas’ud, Abdu. 2009. Landasan Filosofi Belajar Humanisme Dalam Perspektif
Proses Belajar Mengajar. http://abdundari.blogspot.com/2009/05/
makalah-dengan-judul-landasan-filosofi.html. Diakses pada 15 April 2020
pukul 19:00 WIB

20

Anda mungkin juga menyukai