Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH TEORI BELAJAR HUMANISTIK

BK BELAJAR

Dosen Pengampu:
ERMA PRATIWI NUFI, M.Pd

Khilda Nur Fauziah 2186201001

SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (STKIP)


MUHAMMADIYAH SAMPIT
TAHUN 2023

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan
hidayah-Nya, kami bisa menyelesaikan makalah BK Belajar yang berjudul “Teori
Belajar Humanistik” pada waktu yang tepat.
Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas
dosen pengampu pada mata kuliah BK Belajar. Secara garis besar, makalah ini berisi
tentang hal yang berhubungan dengan teori belajar humanistik yang dapat bermanfaat
untuk pembaca dan juga penulis.
Saya mengucapkan terima kasih kepada ibu Erma Pratiwi Nufi,M.Pd., selaku
dosen pengampu mata kuliah BK Belajar yang telah memberikan tugas ini sehingga
dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang kami
pelajari.
Saya menyadari, makalah yang saya tulis ini masih jauh dari kata sempurna.
Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan saya nantikan demi
kesempurnaan makalah ini.
Sampit,20 Maret 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..........................................................................i


DAFTAR ISI .........................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN .....................................................................1
A. Latar Belakang........................................................................................1
B. Rumusan masalah....................................................................................1
C. Tujuan Pembahasan ................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN.......................................................................2
A. Konsep Dasar Teori Belajar Humanistik................................................2
B. Tujuan Belajar Menurut Teori Belajar Humanistik................................2
C. Postulat Psikologi Humanistik ...............................................................2
D. Prinsip Belajar Humanistik.....................................................................3
E. Para Ahli yang Banyak Berkarya di Aliran Humanistik.........................4
BAB III PENUTUP...............................................................................13
A. Kesimpulan .............................................................................................13
B. Saran .......................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................14

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Bidang atau bagian yang ada dalam BK bukan hanya tentang masalah pribadi
atau sosial, tetapi juga ada belajar. BK Karir ini membahas mengenai berbagai hal
yang berkaitan dengan proses belajar siswa. BK belajar ini juga membantu mengenai
masalah-masalah yang dihadapi siswa mengenai masalah belajar baik disekolah
maupun dirumah.
Ada beberapa teori yang membahas mengenai belajar diantaranya yaitu teori
Humanistik. Humanistik adalah salah satu pendekatan atau aliran dari psikologi yang
menekankan kehendak bebas, pertumbuhan pribadi, kegembiraan, kemampuan
untuk pulih kembali setelah mengalami ketidakbahagiaan, serta keberhasilan dalam
merealisasikan potensi manusia. Tujuan humanistik adalah
membantu manusia mengekspresikan dirinya secara kreatif dan merealisasikan
potensinya secara utuh.
Oleh karena itu pada kali ini, saya akan membahas mengenai Teori Belajar
Humanistik agar kita dapat lebih mengetahui mengenai BK Belajar.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa konsep dasar teori belajar humanistik?
2. Apa tujuan belajar menurut teori belajar humanistik?
3. Apa postulat psikologi humanistik?
4. Apa prinsip belajar Humanistik?
5. Siapa para ahli yang banyak berkarya dialiran humanistik?
C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui konsep dasar teori belajar humanistik
2. Untuk mengetahui tujuan belajar menurut teori belajar humanistik
3. Untuk mengetahui postulat psikologi humanistik
4. Untuk mengetahui prinsip belajar humanistik
5. Untuk mengetahui para ahli yang benyak berkarya dialiran humanistik

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. KONSEP DASAR TEORI BELAJAR HUMANISTIK


Menurut teori humanistik, belajar menekankan isi dan proses yang berorientasi
pada peserta didik sebagai subjek belajar. Teori ini bertujuan memanusiakan manusia
sehingga ia mampu mengaktualisasikan diri dalam hidup dan penghidupannya.
Dengan sifatnya yang deskriptif, seolah-olah teori ini memberi arah proses belajar.
B. TUJUAN BELAJAR MENURUT TEORI HUMANISTIK
Menurut teori humanistik, tujuan belajar adalah untuk memanusiakan manusia.
Jadi peserta didik dalam proses belajarnya harus berusaha mencapai aktualisasi diri
secara optimal. Proses belajar dianggap berhasil jika siswa telah memahami
lingkungannya dan dirinya sendiri. Maka dari itu yang menjadi tujuan utama para
guru adalah membantu anak didik untuk mengembangkan dirinya sendiri, bagaimana
membantu anak didiknya dapat lebih mengenal dirinya sendiri, sehingga nantinya
dapat mengembangkan potensi yang dimiliki masing-masing. Teori humanistik
cenderung bersifat elektik, maksudnya teori ini dapat memanfaatkan teori apa saja
asal tujuannya tercapai.
C. POSTULAT PSIKOLOGI HUMANISTIK
Teori ini merupakan aliran dalam psikologi yang muncul tahun 1950-an sebagai
reaksi terhadap behaviorisme dan psikoanalisis. Humanisme menentang pesismisme
dan keputusasaan pandangan psikoanalis dan konsep kehidupan “robot” pandangan
behaviorisme. Arthur Combs berpendapat bahwa banyak guru membuat kesalahan
dengan berasumsi bahwa peserta didik mau belajar apabila materi pelajarannya
disusun dan disajikan sebagaimana mestinya. James Bugental mengemukakan lima
postulat psikologi humanistik, yaitu sebagai berikut:
1. Manusia tidak bisa direduksi menjadi komponen komponen.
2. Manusia memiliki konteks yang unik didalam dirinya.
3. Kesadaran manusia menyertakan kesadaran akan diri dalam konteks orang lain.

2
4. Manusia mempunyai pilihan-pilihan dan tanggung jawab.
5. Manusia bersifat internasional. Mereka mencari makna, nilai, dan memiliki
kreativitas.

D. PRINSIP BELAJAR HUMANISTIK


Teori belajar Humanistik menganggap bahwa keberhasilan belajar terjadi jika
peserta didik memahami lingkungannya dan dirinya sendiri. Teori belajar ini
berusaha memahami perilaku belajar dari sudut pandang pelakunya, bukan dari sudut
pandang pengamatannya. Prinsip belajar Humanistik adalah sebagai berikut:
1. Manusia mempunyai cara belajar alami.
2. Belajar terjadi secara signifikan jika materi pelajaran dirasakan mempunyai
relevansi dengan maksud tertentu.
3. Belajar menyangkut perubahan dalam persepsi mengenai diri peserta didik
4. Belajar yang bermakna diperoleh jika peserta didik melakukannya.
5. Belajar akan berjalan lancar jika peserta didik dilibatkan dalam proses belajar.
Belajar dengan melibatkan peserta didik akan menimbulkan hasil yang
mendalam.
6. Kepercayaan pada diri peserta didik ditumbuhkan dengan membiasakan untuk
mawas diri.
7. Belajar sosial adalah belajar mengenai proses belajar.
Belajar Humanistik menempatkan guru sebagai pembimbing dengan memberi
pengarahan pada peserta didik agar dapat mengaktualisasikan dirinya sendiri sebagai
manusia yang unik untuk mewujudkan potensi-potensi yang ada dalam dirinya.
Peserta didik perlu melakukan sesuatu berdasarkan inisiatifnya dengan melibatkan
pribadinya secara utuh yang mencakup baik perasaan maupun intelektualnya dalam
proses belajar agar dapat memperoleh hasil. Peserta didik berperan sebagai pelaku
utama yang memaknai pengalaman belajarnya sendiri.
Teori Humanistik beranggapan bahwa teori belajar apapun dapat dimanfaatkan
asal tujuan untuk mencapai aktualisasi diri, pemahaman diri. Serta realisasi diri orang

3
yang belajar secara optimal. Teori ini cenderung bersifat eklektik, yakni
memanfaatkan metode dan teknik belajar apa saja asal tujuan belajar tercapai. Proses
belajar dibuat menyenangkan dan bermakna bagi peserta didik.
Humanistik adalah aliran kemanusiaan, humanistik adalah suatu pendekatan
psikologis, dimana ditonjolkan masalah-masalah, kepentingan-kepentingan
manusiawi, nilai-nilai dan martabat manusiawi. Bagi penganut teori ini, proses belajar
harus berhulu dan bermuara pada manusia itu sendiri.

E.PARA AHLI YANG BANYAK BERKARYA DI ALIRAN HUMANISTIK


Para ahli yang banyak berkarya dalam aliran ini antara lain:
1. Bloom dan Krathwohl
Belajar, menurut Bloom dan Krathwohl, (Irawan, 1996: dalam Rianto,
1999/2000) merupakan proses perkembangan kemampuan mencakup tiga ranah,
yakni: kognitif, afektif, dan psikomotor. Selanjutnya Bloom dan Krathwohl
menunjukkan kemampuankemampuan dasar dari tiga ranah tersebut yang lebih
dikenal dengan taksonomi Bloom untuk dikembangkan dalam diri peserta didik
melalui proses pembelajaran. Menurut Bloom, proses belajar, baik di sekolah
maupun di luar sekolah, menghasilkan tiga pembentukan kemampuan yang
dikenal sebagai taxonomy Bloom, yaitu kemampuan kognitif, afektif, dan
psikomotorik.
Kemampuan kognitif merupakan kemampuan yang berkaitan dengan penguasaan
ilmu pengetahuan dan teknologi. Setiap individu memiliki persepsi tentang hasil
pengamatan terhadap suatu objek.Kemampuan kognitif menggambarkan
penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi setiap orang
Dalam hal ini, Bloom dan Krathwohl menunjukkan apa yang mungkin
dikuasai (dipelajari) oleh siswa, yang tercakup dalam tiga kawasan berikut:
a. Kognitif
Kognitif terdiri dari enam tingkatan, yaitu:
1) Pengetahuan (mengingat, menghafal)

4
2) Pemahaman (menginterpretasikan)
3) Aplikasi (menggunakan konsep untuk memecahkan suatu masalah)
4) Analisis (menjabarkan suatu konsep)
5) Sintesis (menggabungkan bagian-bagian konsep menjadi suatu konsep
utuh)
6) Evaluasi (membandingkan nilai, ide, metode, dsb.)
b. Psikomotor
Psikomotor terdiri dari lima tingkatan, yaitu
1) Peniruan (menirukan gerak)
2) Penggunaan (menggunakan konsep untuk melakukan gerak)
3) Ketepatan (melakukan gerak dengan benar)
4) Perangkaian (melakukan beberapa gerakan sekaligus dengan benar)
5) Naturalisasi (melakukan gerak secara wajar)
c. Afektif
Afektif terdiri dari lima tingkatan, yaitu
1) Pengenalan (ingin menerima, sadar akan adanya sesuatu)
2) Merespons (aktif berpartisipasi)
3) Penghargaan (menerima nilai-nilai, setia kepada nilainilai tertentu)
4) Pengorganisasian (menghubung-hubungkan nilai- nilai yang dipercayai)
5) Pengamalan (menjadikan nilai-nilai sebagian bagian dari pola hidup)

2. Teori Belajar Menurut Kolb


Menurut Kolb, (Irawan, 1996: dalam Rianto, 1999/2000) belajar dapat
dibagi menjadi empat tahap, yaitu pengalaman konkret, pengalaman kreatif dan
reflektif, konseptualisasi, dan eksperimentasi aktif. Tahapan ini terjadi secara
berkesinambungan dan berlangsung di luar kesadaran peserta didik.Keempat
tahapan belajar tersebut, yaitu:
a. Pengalaman konkret

5
Pada tahap paling dini dalam proses belajar, seorang siswa hanya
mampu sekedar ikut mengalami suatu kejadian. Dia belum mempunyai
kesadaran tentang hakikat kejadian tersebut. Dia pun belum mengerti
bagaimana dan mengapa suatu kejadian harus terjadi seperti itu. Inilah yang
terjadi pada tahap pertama proses belajar.
b. Pengamatan aktif dan reflektif
Pada tahap kedua, siswa tersebut lambat laun mampu mengadakan
observasi aktif terhadap kejadian itu, serta mulai berusaha memikirkan dan
memahaminya.
c. Konseptualisasi
Pada tahap ketiga, siswa mulai belajar untuk membuat abstraksi atau
teori tentang suatu hal yang pernah diamatinya. Pada tahap ini siswa
diharapkan sudah mampu untuk membuat aturan-aturan umum dari berbagai
contoh kejadian yang meskipun tampak berbeda-beda, tetapi mempunyai
landasan aturan yang sama.
d. Eksperimentasi
Pada tahap akhir, siswa sudah mampu mengaplikasikan suatu aturan
umum ke situasi yang baru. Dalam dunia matematika misalnya, siswa tidak
hanya memahami asal-usul sebuah rumus, tetapi ia juga mampu memakai
rumus tersebut untuk memecahkan suatu masalah yang belum pernah ia
temui sebelumnya.

3. Honey dan Mumford


Honey dan Mumford membuat penggolongan siswa. Menurut mereka ada empat
macam atau tipe siswa, yakni :
a. Aktivis
Ciri dari siswa tang bertipe aktivis adalah mereka yang suka
melibatkan diri pada pengalaman-pengalaman baru. Mereka cenderung
berpikiran terbuka dan diajak berdialog. Namun siswa semacam ini biasanya

6
kurang skeptis terhadap sesuatu. Ini kadangkala identik dengan sifat mudah
percaya. Dalam proses belajar, mereka menyukai metode yang mampu
mendorong seseorang menemukan hal-hal baru.
b. Reflektor
Untuk siswa yang bertipe reflektor, sebaliknya cenderung sangat
berhati-hati mengambil langkah. Dalam proses pengambilan keputusan,
siswa tipe ini lebih suka menimbangnimbang secara cermat
c. Teoris,
Sedangkan siswa yang bertipe teoris biasanya sangat kritis, senang
menganalisis dan tidak menyukai pendapat yang sifatnya subjektif. Bagi
mereka berfikir secara rasional adalah sangat penting.
d. Pragmatis.
Untuk siswa tipe pragmatis biasanya menaruh perhatian besar pada
aspek-aspek praktis dari segala hal. Teori memang penting, namun apabila
tidak dipraktikkan untuk apa? Bagi mereka sesuatu dikatakan ada gunanya
dan baik hanya jika bisa dipraktikkan. Teori ini dianggap baik kalau berguna
dan dapat diterapkan. Tipe ini tidak menyukai pembahasan yang bersifat
teoretis, apalagi filosofis.
Dari keempat teori di atas, tipe aktivis dapat digunakan untuk belajar
secara berkelompok dengan ragam perbedaan rasial dan gender untuk sharing
pengalaman dan ide konstruktif sehingga dapat mendorong siswa/siswi untuk
belajar secara inovatif dan dinamis. Sedangkan tipe pragmatis bermanfaat untuk
mengkonstruk pemahaman siswa/siswi tentang kesetaraan gender melalui
penerapan relasi gender dalam kelas.

4. Habermas
Menurut Hebermas, (Irawan, 1996: dalam Rianto, 1999/ 2000) belajar
sangat dipengaruhi oleh Interaksi, baik dengan lingkungan (alam) maupun

7
dengan sesama manusia (sosial). Dengan asumsi ini, Habermas
mengelompokkan tipe belajar menjadi tiga bagian, yaitu:
a. Belajar teknis
Dalam belajar teknis, siswa belajar bagaimana berinteraksi dengan
alam sekelilingnya. Mereka berusaha menguasai dan mengelola alam dengan
cara mempelajari keterampilan dan pengetahuan yang dibutuhkan untuk itu.
b. Belajar praktis
Dalam belajar praktis, siswa juga belajar berinteraksi, tetapi pada
tahap ini yang lebih dipentingkan adalah interaksi antara dia dengan orang-
orang di sekelilingnya. Pada tahap ini pemahaman siswa terhadap alam tidak
berhenti sebagai suatu pemahaman yang kering dan terlepas kaitannya
dengan manusia.
c. Belajar emansipatoris
Sedangkan dalam belajar emansipatoris siswa berusaha mencapai
pemahaman dan kesadaran yang sebaik mungkin tentang perubahan kultural
dari suatu lingkungan. Bagi Habermas pemahaman dan kesadaran terhadap
transformasi kultural ini dianggap tahap belajar yang paling tinggi, sebab
transformasi kultural inilah yang dianggap sebagai tujuan pendidikan yang
paling tinggi. GSI dapat menggunakan tipe belajar emansipatoris untuk
membangun kesadaran perbedaan sosial dalam masyarakat termasuk
perbedaan gender sebagai konstruksi rasial, sehingga budaya patriarkhi bias
gender diubah menjadi budaya ramah gender.
5. Abraham Maslow
Abraham Maslow adalah pelopor psikologi humanistik. Ia berasal dari
Amerika yang tepatnya berada di Brooklyn Newyork. Ia dilahirkan pada tahun
1930. Ia merupkan anak pertama dari tujuh bersaudara. Orangtuanya merupakan
imigran dari Rusia. Sedangkan, latar belakang keluarga Abraham Maslow adalah
bukan dari latar belakang keluarga yang berpendidikan. Dengan keadaan yang
sepeti itu, ayah Abraham Maslow mengharapkan kesuksesan dalam berpendidikan

8
dan dalam bidang yang diminati di kemudian hari (Amalia, 2019). Pada masa
kecilnya, Abraham Masow mulai mengagumi para tokoh filosof, seperti: Alfred
North, Whitehead, Henry Bagson, Thomas Jefferson, Abraham Lincolin, Plato dan
Spinoza. Selain itu, Abraham Maslow juga mendalami karya-karya para tokoh
tersebut (Insani, 2019). Hal itulah yang menjadikan cikal bakal Abraham Maslow
bisa menjadi salah satu tokoh teori humanistik. Pada tahun 1951-1969, Abraham
Maslow menjadi professor di Universitas Brandeis. Kemudian, ia juga menjadi
anggota di Laughlin Insitute. Tidak lama dari itu, Abraham Maslow mengalami
serangan jantung. Lalu, ia meninggal pada tanggal 8 Juni tahun 1970 Sebelum itu,
Abraham Maslow telah dikenal sebagai bapak psikologi humanistik.
Ia meyakini, bahwa manusia berperilaku untuk mengapresiasi diri mereka
sebaik-baiknya. Selain itu, manusia juga melakukan aktivitas dalam memenuhi
kebutuhannya. Dari situlah kemudian, Abraham Maslow memunculkan sebuah
teori hirarki kebutuhan manusia yang terkenal hingga saat ini. Dari teori hierarki
kebutuhan tersebut, manusia memiliki lima macam kebutuhan, antara lain:
kebutuhan fisiologis, kebutuhan rasa aman, kebutuhan akan rasa kasih sayang,
kebutuhan akan harga diri dan kebutuhan akan aktualisasi diri (Qodir, 2017).
Kelima hierarki kebutuhan tersebut memiliki keterkaitan. Hal tersebut
menyesuaikan dengan kemauan belajar yang dimiliki peserta didik dalam proses
pembelajaran (Yuliandri, 2017), sehingga seorang guru harus bisa memahami
peserta didik dengan baik, agar kegiatan belajar mengajar bisa terlaksana dengan
kebutuhan murid sebagai peserta didik di sekolah.
Dalam hal pembelajaran, teori hierarki Abraham Maslow memang harusnya
digunakan untuk mengembangkan sumber daya manusia pada dunia pendidikan.
Pembelajaran yang kondusif akan memotivasi dan mendorong peserta didik dalam
mengembangkan potensi yang dimilikinya secara maksimal (Zulfikar Mujib,
2020). Hal inilah yang nantinya akan membatu memotivasi siswa dalam
perkembangan belajar di dalam kelas. Akan tetapi, agar hal tersebut bisa tercapai,
maka sistem pembelajaran yang humanistik benar-benar sangat diperlukan dalam

9
hal ini. Proses yang humanistik tersebut akan memunculkan cara berpikir aktif
positif yang berguna untuk memperoleh kemajuan di bidang intelektual, emosi
atau perasaan (EQ), afeksi maupun keterampilan peserta didik. Dengan suasana
pembelajaran yang humanistik itulah, peran guru dalam memanusiakan manusia
telah terwujud.

6. Carl R. Rogers
Dalam psikologi humanistik, Carl Rogers memiliki dua konsep. Konsep
yang pertama adalah jika manusia bisa memberikan peluang kepada diri sendiri
dalam mengeksplorasi, menganalisis, memahami dan memecahkan persoalan
masalah. Konsep yang kedua adalah freedom to learn (teori belajar bebas). Hal
yang dimaksud adalah pendidikan yang bertujuan untuk membimbing peserta
didik ke arah kemerdekaan dan kebebasan (Sanusi, 2013). Carl Rogers juga
meyakini, bahwa pengalaman seseorang di dalam hidupnya akan menentukan
masukan-masukan yang nantinya akan diterima olehnya, sehingga masukan-
masukan tersebut akan mengarahkan hidupnya secara mutlak ke arah pemenuhan-
pemenuhan kebutuhan di dalam dirinya (Qodir, 2017).
Dari pengalama-pengalaman tersebut itulah, peserta didik akan menemukan
sesuatu yang berbeda yang mampu meningkatkan semangat peserta didik. Oak
park merupakan tempat kelahiran Carl Rogers Carl Rogers dilahirkan pada tahun
1902. Tahun 1987, Carl Rogers meninggal di Lajolla California. Carl Rogers
merupakan psikologi humanistik yang mengharuskan perilaku murid untuk
bertoleransi tanpa berprasangka antara satu individu dengan individu lainnya
dalam memecahkan masalah-masalah dalam kehidupannya. Hal tersebut
berdasarkan latar belakang akademik Carl Roger yang merupakan Master pada
bidang psikologi Universitas Colombia dan perolehan gelar Ph.D pada bidang
psikologi klinis Society for the prevention of Cruelty to Children di Rochester, NY
(Budi Agus Sumantri, 2019).

10
Pada konsep belajar, Roger juga telah mengeluarkan gagasan-gagasan yang
berpengaruh terhadap pemikiran dan praktek pendidikan. Gagasan yang dimaksud
adalah prinsip-prinsip belajar yang humanistik, seperti: hasrat untuk belajar,
belajar yang berarti, belajar tanpa ancaman, belajar atas inisiatif sendiri dan belajar
untuk perubahan (Yuliandri, 2017). Oleh karena itu, peserta didik di dalam proses
pembelajaran akan merasa bebas dalam memilih keputusan-keputusan di dalam
hidupnya dengan penuh tanggung jawab. Menurut Carl Rogers, setiap orang
memiliki kebutuhan akan anggapan yang positif yang bernilai bagi dirinya sendiri.
Carl Rogers juga menyatakan, bahwa konsep diri manusia adalah tersirat dan
terpadu. Hal yang dimaksud adalah kebebasan seorang individu dalam
mengekspresikan semua keinginan yang perlu dilakukan oeh individu tersebut
(Nurbaiti, 2019). Proses belajar dengan konsep belajar Rogers adalah membangun
kemauan belajar murid dalam memperoleh eksistensi dirinya di tengah-tengah
lingkungan sekolah maupun masyarakat (Self Realization). Peserta didik
diharapkan untuk menggunakan kemampuan dasar dan potensi yang dimiliki
terhadap proses pembelajaran (Insani, 2019), sehingga peserta didik mampu
memahami dirinya dan menemukan pengalaman-pengalaman yang berarti dalam
kehidupannya pada proses pembelajaran.

7. Arthur Combs
Arthur Combs juga adalah tokoh humanistik yang telah mencetuskan
gagasannya yang juga memiliki keterkaitan dengan dunia pendidikan. Menurut
Combs, bahwa pendidik perlu memahami tingkah laku peserta didik dengan
melihat berbagai sudut pandang dari peserta didik itu sendiri (Yuliandri, 2017).
Hal tersebut akan berdampak pada ranah kognitif dan afektif peserta didik dalam
proses pembelajaran. Pada tahun 1904-1967, Combs bersama Donald Syngg
menjelaskan tentang meaning. Hal yang dimaksud adalah peserta didik harus
memperoleh kebermaknaan dalam proses pembelajaran. Dengan hal itu, peserta
didik diharapkan untuk mengembangkan pengetahuan yang diperoleh dari proses

11
pembelajaran dengan perubahan tingkah lakunya di dalam kehidupan sehari-hari.
Oleh sebab itu, peran yang harus dilakukan adalah pendidik juga mampu
mengkonstruk pembelajaran atau materi ke dalam dunia peserta didik (Ekawati &
Yarni, 2019). Sehingga, proses pembelajaran dapat terhindar dari hal-hal yang
dehumanis.
Arthur Combs juga mengatakan, bahwa setiap orang memiliki potensi yang
perlu dikembangkan. Pada intinya, Combs menjelaskan hal tersebut ke dalam lima
hal yang berkaitan dengan pandangan psikologi humanistik, antara lain:
keterbatasan fisik, kesempatan, kebutuhan manusia, konsep diri dan penolakan
akan ancaman (Haryu, 2006). Kelima hal tersebut harus diperhatikan secara
seksama oleh para pendidik, karena kelima hal tersebut merupakan hasil interaksi
peserta didik di dalam lingkungannya yang dapat menghambat peserta didik dalam
mengembangkan potensinya.
Menurut Combs, perilaku yang keliru dari peserta didik adalah akibat dari
perlakuan para pendidik yang tidak melakukan tindakan pada proses pembelajaran
yang menarik dan memuaskan, sehingga perilaku peserta didik menunjukkan
ketidakminatan pada proses pembelajaran yang sedang berlangsung (Rachmahana,
2008). Maka dari itu, para pendidik memerlukan aktivitas yang menarik dalam
proses pembelajaran, agar peserta didik dapat merubah sikap dan menerima
pembelajaran dengan baik. Pada proses pembelajaran, peserta didik akan
mempersonalisasikan informasi-informasi materi pembelajaran kepada diri peserta
didik tersebut.
Menurut Combs, proses personalisasian bisa dianalogikan kepada gambaran
lingkaran kecil (gambaran persepsi diri dan lingkungannya masing-masing) dan
lingkaran besar (gambaran persepsi dunia) (Sulistiyono, 2018). Konsep gambaran
yang dimaksud adalah guru harus bisa mendalami dunia peserta didik dalam
merubah pandangan mereka terhadap proses pembelajaran yang berlangsung, agar
peserta didik memperoleh sesuatu yang bermakna dari proses pembelajaran yang
diberikan oleh pendidik itu sendiri (Yuliandri, 2017). Oleh sebab itu, para pendidik

12
di lembaga-lembaga pendidikan memerlukan pemahaman yang kuat terhadap
peserta didik, agar proses belajar mengajar dapat terlaksana dengan kondusif dan
fleksibel. Kolb, Honey dan Humford, Hebermas.

BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Menurut teori humanistik, belajar menekankan isi dan proses yang berorientasi
pada peserta didik sebagai subjek belajar. Teori ini bertujuan memanusiakan manusia
sehingga ia mampu mengaktualisasikan diri dalam hidup dan penghidupannya.
Dengan sifatnya yang deskriptif, seolah-olah teori ini memberi arah proses belajar.
Teori ini merupakan aliran dalam psikologi yang muncul tahun 1950-an sebagai
reaksi terhadap behaviorisme dan psikoanalisis. Humanisme menentang pesismisme
dan keputusasaan pandangan psikoanalis dan konsep kehidupan “robot” pandangan
behaviorisme.
Teori belajar Humanistik menganggap bahwa keberhasilan belajar terjadi jika
peserta didik memahami lingkungannya dan dirinya sendiri. Teori belajar ini
berusaha memahami perilaku belajar dari sudut pandang pelakunya, bukan dari sudut
pandang pengamatannya.
Para ahli yang banyak berkarya dalam aliran ini antara lain:
1. Bloom dan Krathwohl
2. Kolb
3. Honey dan Mumford
4. Habermas
B. SARAN
Berikut beberapa saran agar dapat menjadi bahan masukan dan acuan yang
bermanfaat, yaitu :

13
1. Saran untuk pembaca
Untuk pembaca agar dapat mengetahui teori belajar humanistik pada
pembelajaran BK Belajar.

2. Saran untuk guru


Untuk guru agar selalu meningkatkan kemampuan dalam hal penguasaan
materi sehingga dapat meningkatkan kualitas dan keberhasilan dalam proses
pembelajaran.
3. Saran untuk penulis lain
Untuk penulis lainnya agar dapat mengkaji dan mempelajari teori belajar
humanistik supaya lebih menguasai dan mengembangkan serta mendalami secara
terperinci mengenai pembahasan tersebut.

DAFTAR PUSTAKA
Parnawi, Afi. 2012. Psikologi Belajar. Sleman: Deepublish Publisher.
Purnomo, Halim. 2019. Psikologi Pendidikan. Yogyakarta: LP3M Universitas
Muhammadiyah Yogyakarta.
Nurjan, Syarifan. 2016. Psikologi Belajar edisi revisi. Purwosari: Wade Group.
Alindra, Bagus Malik, Ahmad Makinun Amin.2021. TOKOH-TOKOH TEORI
BELAJAR HUMANISTIK DAN URGENSINYA PADA
PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM. Journal of
Educational Integration and Development Volume 1, Nomor 4

14

Anda mungkin juga menyukai