Daftar Isi…………………………………………………………………................... ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang………………………………….........................………………… 1
B. Rumusan
Masalah……………..........................………………………………….. 2
C. Tujuan penulisan
makalah……..........................…………………………………. 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian teori belajar
humanisme…..........................…………………………… 3
B. Tokoh-tokoh teori
humanism………..............................………………………… 4
1. Arthur
Combs………………………..................................……………………….. 4
2. Abraham
Maslow………………..................................……………………………. 5
3. Carl R. Rogers………………..................................…………………………….. 6
C. Kekurangan dan kelebihan teori belajar
humanisme…............................…………. 9
DAFTAR PUSTAKA
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Aliran humanisme muncul pada tahun 90-an sebagai reaksi ketidakpuasan terhadap
pendekatan psikoanalisa dan behabvioristik. Sebagai sebuah aliran dalam psikologi, aliran ini
boleh dikatakan relative masih muda, bahkan beberapa ahlinya masih hidup dan terus-menerus
mengeluarkan konsep yag relevan dengan bidang pengkajian psikologi, yang sangat
menekankan pentingnya kesadaran, aktualisasi diri, dan ha-hal yang bersifat positif tentang
manusia.
Pengertian humanisik yang beragam membuat batasan-batasan aplikasinya dalam dunia
pendidikan yang beragam pula. Teori humanisme menyatakan bahwa bagian terpenting dalam
proses pembelajaran adalah unsure manusianya. Humanisme lebih melihat sisi perkembangan
kepribadian manusia dibandingkan berfokus pada “ketidaknormala”atau “sakit”.manusia akan
mempunyai kemampuan positif untuk menyembuhkan diri dari “sakit” tersebut, sehingga sisi
positif inilah yang ingin dikembangka oleh teori humanisme
Teori belajar humanisme bertujuan bahwa belajar adalah untuk memanusiakan
manusia. Proses belajar dianggap berhasil jika telah memhami lingkungan dan dirinya sendiri.
Teori belajar ini berusaha memahami perilaku belajar dari sudut pandang pelakunya bukan dati
sudut pandang pengamatnya. Teori belajar ini sifatnya lebih abstrak dan lebih mendekati
bidang ilmu filsafat, teori kepribadian dan psikoterapi dibanding tentang psikologi belajar.
Teori humanisme lebih mementingkan isi yang dipelajari dari pada proses belajar itu sendiri.
Teori belajar ini lebih banyak berbicara tentang konsep-konsep pendidikan unttuk membentuk
manusia yang dicita-citakan serta tentang proses belajar dalam bentuk yang paling ideal.
Selain teori behavioristik dan teori kognitif, teori belajar humanisme juga perlu untuk
dipahami. Menurut teori humanisme, proses belajar harus dimulai dan ditunjukan untuk
2
kepentingan memanusiakan manusia itu sendiri. Oleh sebab itu, teori humanisme sifatnya lebih
abstrak dan mendekati bidang kajian filsafat, teori kepribadian, dan psikoterapi dari pada
bidang kajian psikologi belajar. Teori humanisme sangat mementingkan isi yang dipelajari
daripada proses belajar itu sendiri. Teori belajar ini lebih banyak berbicara tentang konsep-
konsep pendidikan untuk membentuk manusia yang dicita-citakan, serta tentang proses belajar
dalam bentuknya yang paling ideal. Dengan kata lain, teori ini lebih tertarik pada pemahaman
tentang prosesbelajar sebagaimana apa adanya, seperti yang selama ini dikaji oleh teori-teori
belajar lainnya
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka dapat dirumuskan beberapa masalah
diantaranya adalah sebagai berikut :
Bagaimana pengertian teori belajar humanisme ?
Siapakah tokoh – tokoh dalam teori humanisme ?
3
BAB II
PEMBAHASAN
4
yang telah dimilikinya teori humanisme berpendapat bahwa teori belajar apapun dapat
dimanfaatkan, asal tujuannya untuk memenusiakan manusia yaitu mencapai aktualisai diari,
pemahama diri, serta realisasi diri orang yang belajar secara optimal.
Pemahaman terhadap belajar yang diidealkan menjadi teori humanisme dapat
memanfaatkan teori belajar apapun asal tujuannya memanusiakan manusia. Hal ini menjadikan
teori humanisntic bersifat sangan eklektik. Tidak dapat disangkal lagi bahwa setiap pendiriian
atau pendekatan belajar tertentu akan ada kebaikan dan ada pula klemahannya. Dalam arti ini
elektisisme suatu system dengan membiarkan unsure-unsur tersebut dalam keadaan
sebagaimana adanya atau aslinya. Teori humanisme akan memanfaatkan teori-teori apapunasal
tujuanya tercapai yaitu memanusiakan manusia.
Manusia adalah makhluk yang kompleks. Banyak ahli didalam menyusun teorinya
hanya terpukau pada aspek tertentu yang sedang menjadi pusat perhatiannya. Dengan
pertimbangan – pertimbangan tertentu setiap ahli melakukan penelitiannya dari sudut
pandangnya masing – masing dan menganggap bahwa keterangannya tentang bagaimana
manusia itu belajar adalah sebagai keterangan yang paling memadai. Maka akan terdapat
berbagai teori tentang belajar sesuai pandangan masing –masing.
6
needs (kebutuhan untuk tumbuh) dan pemenuhannya lebih bergantung pada manusia itu
sendiri.
Apabila seseorang telah dapat memenuhi semua kebutuhan yang tingkatannya lebih
rendah tadi, maka motivasi lalu diarahkan kepada terpenuhinyankebutuhan aktualisasi diri,
yaitu kebutuhan untuk mengembangkan potensi atau bakat dan kecenderungan tertentu.
Bagaimana cara aktualisasi diri ini tampil,tidaklah sama pada setiap orang. Sesudah kebutuhan
ini, muncul kebutuhan untuk tahu dan mengerti, yakni dorongan untuk mencari tahu,
memperoleh ilmu dan pemahaman.
Implikasi dari teori Maslow dalam dunia pendidikan sangat penting. Dalam proses
belajar-mengajar misalnya, guru mestinnya memperhatikan teori ini. Apabila guru menemukan
kesulitan untuk memahami mengapa anak-anak tertentu tidak mengerjakan pekerjaan rumah,
mengapa anak tidak dapat tenang di dalam kelas, atau bahkan mengapa anak-anak tidak
memiliki motivasi untuk belajar. Menurut Maslow, guru tidak bias menyalahkan anak atas
kejadian ini secara langsung, sebelum memahami barangkali ada proses tidak terpenuhinya
kebutuhan anak yang berada di bawah kebutuhan untuk tahu dan mengerti.bisa jadi anak-anak
tersebut belum atau tidak melakukan makan pagi yang cukup, smalaman tidak tidur dengan
nyenyak, atau ada masalah pribadi/keluarga yang membuatnya cemas dan takut, dan lain-lain.
3. Carl R. Rogers
Metode yang diterapkan Rogers dalam psikoterapi awalnya disebut non directive atau
terapi yang berpusat pada klien (client centered therapy), dan pioneer dalam risetnya pada
proses terapi. Pendekatan terapi yang berpuast pada klien dari Rogers sebagi metode untuk
memahami orang lain, menangani masalah-masalah gangguan emosional. Rogers
berkeyakinan bahwa pandangan humanisme dan holism terhadap nilai-nilai kemanusiaan.
Dalam teorinya, klien diajak untuk memahami diri dan pada akhirnya menyadari untuk
mengembangkan diri secara utuh dan lebih dapat menjadi dirinya sendiri.
Lima sifat khas orang yang berfungsi sepenuhnya (fully human being):
Keterbukaan pada pengalaman
Orang yang berfungsi sepenuhnya adalah orang yang menerima semua pengalaman
dengan fleksibel sehingga timbul persepsi baru. Dengan demikian ia akan banyak mengalami
emosi (emosional) baik yang positif maupun yang negative.
Kehidupan ekstansial
Kualitas dari kehidupan ekstansial dimana orang terbuka terhadap pengalamannya
sehingga ia selalu menemukan sesuatu yang baru, dan selalu berubah dan cenderung
menyesuaikan diri sebagai respon atas pengalaman selanjutnya.
7
Kepercayaan terhadap organisme orang sendiri
Pengalaman akan menjadi hidup ketika seorang membuka diri terhadap pengalaman itu
sendiri. Dengan begitu ia akan bertingkah laku menurut apa yang dirasakannya benar (timbul
seketika dan intuitif) sehingga ia dapat mempertimbangkan setiap segi dari suatu situasi dengan
sangat baik.
Perasaan bebas
Orang yang sehat secara psikologis dapat membuat suatu pilihan tanpa adanya paksaan-
paksaan atau rintangan-rintangan antara alternative pikiran dan tindakan. Orang yang bebas
memiliki suatu perasaan berkuasa secara pribadi mengenai kehidupan dan percaya masa depan
tergantung pada dirinya sendiri, tidak pada peristiwa pada masa lampau sehingga ia dapat
melihat sangat banyak pilihan dalam kehidupanya dan merasa mampu melakukan apa yang
saja yang ingin dilakukanya.
Kreatifitas
Keterbukaan diri terhadap pengalaman dan kepercayaan kepada organisme mereka
sendiri akan mendorong seseorang untuk memiliki kreativitas dengan cirri-ciri bertingkah laku
spontan, tidak defensif, berubah, bertumbuh, dan berkembang sebagai respon atas stimulus
kehidupan yang beraneka ragam disekitarnya.
Calr R. Rogers merupakan ahli psikologi humanisme yang gagasan-gagasnnya
berpebgaruh terhadap pukiran dan praktek psikologi di semua bidang, baik klinis, pedidikan,
dan lain-lain. Lebih khusus dalam bidang pendidikan , Rogers mengutarakan pendapat tentang
prinsis-prinsip belajar humanisme.Dalam buku Freedom to Learn, Rogers mengemukakan
prinsip-prinsip belajar humanisme yang penting adalah sebagia berikut :
8
Belajar diperlancar jika peserta didiknya dilibatkan dalam proses belajar dan ikut
bertanggung jawab terhadap proses belajar.
Belajar inisiatif sendiri yang melibatkan pribadi peserta didik seutuhnya, baik perasaan
maupun intelek, merupakan cara yang dapat memberikan hasil yang mendalam dan lestari.
Keprcayaan terhadap diri sendiri, kemerdekaan,kreativitas, lebih mudah dicapai terutama
jika peserta didiknya dibiasakan untuk mawas diri dan mengkritik dirinya sendiri dan penilaian
dari orang lain merupakan cara kedua yang penting.
Belajar yang paling berguna secara social di dalam dunia modern ini adalah belajar
mengenai proses belajar, suatu keterbukaan yang terus menerus terhadap pengalaman dan
penyatuan kedalam diri sendiri mengenai proses perubahan itu.
Berdasarkan prinsip-prinsip belajar yang dikemukakan oleh Rogers diatas, secara singkat inti
prinsip belajar humanism adalah sebagai berikut :
a. Hasrat untuk Belajar
Menurut Rogers,manusia mempunyai hasrat alamiah untuk belajar. Hal ini terbukti
dengan tingginya rasa ingin tau anak apabila diberi kesempatan untuk mengeksplorasi
lingkungan. Dorongan ingin tahu untuk belajar ini merupakan asumsi dasar pendidikan
humanisme. Di dalam kelas yang humanism anak-anak diberi kesempatan dan bebas untuk
memuaskan dorongan ingin tahunya, untuk memenuhi minatnya dan untuk menemukan apa
yang penting dan berarti tentang dunia di sekitarnya.
b. Belajar yang berarti
belajar akan mempunyai arti atau mekne apabila apa yang dipelajari relevan dengan
kebutuhan dan maksud anak. Artinya, anak akan belajar adengan cepat apabila yang dipelajari
mempunyai arti baginya.
c. Belajar tanpa ancaman atau hukuman
Belajar mudah dilakukan dan hasilanya dapat disimpan dengan baik apabila
berlangsung dalam lingkungan yang bebas ancaman atau hukuman. Proses belajar akan
berjalan lancer manakala murid dapat menguji kemampuanya, dapat mencoba pengalaman-
pengalaman baru atau membuat kesalahan-kesalahan tan pa mendapat kecaman yang biasanya
menyinggung perasaan.
d. Belajar atas inisiatif sendiri
Belajar akan paling bermakna apabila hal itu dilakukan atas inisiatif sendiri dan
melibatkan perasaan dan pikiran si pelajar. Mampu memilih arah arah belajarnya sendiri
sangatlah memberikan motivasi dan mengulurkan kesempatan kepada murid untuk “belajar
bagaimana caranya belajar” (to learn how to learn). Tidak perlu diragukan bahwa menguasai
bahan pelajaran itu penting, akan tetapi tidak ebih penting daripada memperoleh kecakapan
9
untuk mencari sumber, merumuskan masalah, menguji hipotesis atau asumsi, dan menilai hasil.
Belajar atas inisiatif sendiri memusatkan perhatian murid baik paa proses maupun hasil belajar.
Belajar atas inisiatif sendiri juga mengajar murid menjadi bebas, tidak bergantung, dan
percaya pada diri sendiri. Apabila murid belajar atas inisiatif sendiri, ia memiliki kesempatan
untuk menimbang-nimbang dan membuat keputusan, menentukan pilihan dan melekukan
penilaian. Dia juga lebih bergantung pada dirinya sendiri dan kuran bersandar pada penilaian
pihak lain.
Disamping atas inisiatif sendiri, belajar juga harus melibatkan semua aspek pribadi,
kognitif, maupun afektif. Rogers dan para ahli humanisme yang lain menanamkan jenis belajar
ini sebagai whole – person learning belajar dengan seluruh pribadi, belajar dengan pribadi
yang utuh. Para ahli humanisme percaya, bahwa belajar dengan tipwe ini akan menghasilkan
perasaan memiliki (feeling of belonging) pada diri murid. Dengan demikian, murid akan
merasa terlibat dalam belajar, lebih bersemangat menangani tugas-tugas dan yang terpenting
adalah senantiasa bergairah untuk terus belajar.
e. Belajar dan perubahan
Prinsip terakhir yang dikamukakan oleh Rogers ialah bahwa yang paling bermanfaat
ialah belajar tentang proses belajar. Menurut Rogers, diwaktu-waktu yang lampau murid
belajar mengenai fakta-fakta dan gagasan-gagasan yang statis. Waktu itu dunia lambat berubah,
dan apa yang diperoleh di sekolah sudah dipandang cukup untuk memenuhi tuntutan zaman.
Saat ini perubahan merupakan fakta hidup yang sentral. Ilmu Pengetahuan dan teknologi selalu
maju dan melaju.apa yang dipalajari di masa lalu tidak membekali orang untuk hidup dan
berfungsi baik di masa kini dan masa yang akan datang. Dengan demikian, yang dibutuhkan
saat ini adalah orang yang mampu belajar di lingkungan yang sedang berubah dan akan terus
berubah.
C. Kekurangan dan kelebihan teori belajar humanisme
1. Kekurangan
Peserta didik kesulitandalam mengenali diri dan potensi-potensi yang ada pada diri
mereka.
2. Kelebihan
Dalam pembelajaran pada teori ini siswa dituntutuntuk berusaha agar lambat laun
mampu mencapai aktualisai diri dengan sebaik-baiknya.
Selain itu Teori humanistik mempunyai pengaruh yang signifikan pada ilmu psikologi dan
budaya populer. Sekarang ini banyak psikolog yang menerima gagasan ini ketika teori tersebut
membahas tentang kepribadian, pengalaman subjektif manusia mempunyai bobot yang lebih
tinggi daripada relitas
10
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Menurut Teori humanisme, tujuan belajar adalah untuk memanusiakan manusia. Proses
belajar dianggap berhasil jika si pelajar memahami lingkungannya dan dirinya sendiri. Siswa
dalam proses belajarnya harus berusaha agar lambat laun ia mampu mencapai aktualisasi diri
dengan sebaik-baiknya. Teori belajar ini berusaha memahami perilaku belajar dari sudut
pandang pelakunya, bukan dari sudut pandang pengamatnya.
Tokoh penting dalam teori belajar humanisme secara teoritik antara lain adalah: Arthur
W. Combs, Abraham Maslow dan Carl Rogers.
B. Saran
Perlu adanya kajian yang lebih mendalam dan lebih luas tentang teori ini dan aplikasi.
11
DAFTAR PUSTAKA
12