OLEH :
SUMIATI
K012171116
KONSENTRASI EPIDEMIOLOGI
PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2018
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum wr wb.
Puji syukur atas kesehatan yang di berikan oleh Allah SWT
sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah dengan judul
“Pengendalian Penyakit Malaria Pasca Bencana Gempa Dan
Manajemen Kesehatan Lingkungan”, yang merupakan tugas dari mata
kuliah Epidemiologi Kesehatan Darurat Lanjut. Tak lupa pula kita
kirimkan salam dan salawat kepada Nabi Muhammad SAW yang telah
membawa kita dari alam kegelapan ke alam benderang seperti saat ini.
Makalah ini membahas tentang upaya pengendalian yang
dilakukan pasca bencana khususna gempa untuk menanggulangi
terjadinya peningkatan kejadian malaria yang ada di Lombok. Selain itu
dalam makalah ini juga memberikan sedikit gambaran terkait manajemen
kesehatan lingkungan pasca bencana gempa. Sehingga dapat
mengetahui hal-hal yang dapat dilakukan untuk kembali memperbaiki
lingkungan yang tercemat agar tidak berisiko meningkatkan kejadian
malaria.
Makalah ini masih sangat jauh dari kesempurnaan, penulis sangat
mengarapkan masukan dan saran dari pembaca. Dengan ini penulis
ucapkan terima kasih.
Makassar, Oktober 2018
Penulis
ii
DAFTAR ISI
Sampul i
Kata Pengantar ii
Daftar Isi iii
BAB I Pendahuluan
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 2
C. Tujuan Penulisan 3
BAB II Tinjauan Pustaka
A. Tinjauan Umum Tentang Bencana Gempa 4
B. Tinjauan Umum masalah Kesehatan Pasca Bencana Gempa 6
C. Tinjauan Umum Tentang Penyakit Malaria 9
D. Tinjauan Umum Tentang Kesehatan Lingkungan Pasca Bencana
Gempa 12
BAB III Pembahasan
A. Upaya Penanggulangan Malaria Pasca Gempa di Lombok 15
B. Manajemen Kesehatan Lingkungan Pacsa Gempa di Lombok 17
BAB IV Penutup
A. Keseimpulan 19
B. Rekomendasi 20
Daftar pustaka
iii
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia merupakan salah satu Negara rawan bencana, hal ini
di karenakan oleh letak geografis Indonesia yang menyebabkan rawan
akan bencana. Alasan pertama factor alam yang mana Indonesia
berdiri di atas pertemuan lempeng-lempeng tektonik itu. Akibatnya
negeri ini berada di atas jalur gempa, patahan-patahan yang
menyebabkan gempa. Negeri kita ini juga memiliki banyak gunung
berapi. Jumlahnya sekitar 140 gunung yang aktif. Iklim kita yang tropis
juga menyebabkan banyak tanah yang tidak stabil. Banyak tanah yang
rusak. Iklim tropis dengan curah hujan yang cukup tinggi memudahkan
terjadi pelapukan. Bencana alam seperti longsor, misalnya, itu karena
curah hujan di sini cukup tinggi. Itu dari sisi alamnya. Kedua dari sisi
non alam. Negeri kita berpenduduk padat, terutama di Pulau Jawa dan
Sumatera. Kalau kawasan timur Indonesia mungkin belum begitu
banyak. Infrakstuktur kita tidak didesain sesuai dengan kondisi alam
itu. Bangunan rumah, juga bangunan besar seperti gedung, belum
banyak disesuaikan dengan kondisi alam.
Bencana yang terjadi di Indonesia sangat berpotensi
mempengaruhi keterbatasan pangan dan gizi serta penularan
penyakit. Sebenarnya, pemerintah Indonesia telah membangun
sebuah sistem dalam menangani masalah ini. Namun, Indonesia
memiliki keterbatasan sumber daya untuk menangani masalah ini
akibat krisis ekonomi, transisi pemerintahan, otonomi daerah,
desentralisasi, frekuensi, sifat dan intensitas bencana.(Imran
Tumenggung, 2017)
Bencana alam yang baru-baru ini terjadi di Lombok Provinsi
Nusa Tenggara Barat pada bulan Juli sampai dengan Agustus 2018.
Gempa di Lombok terjadi beberapa kali yang menyebabkan
banyaknya korban jiwa dan meningkatnya pengungsi. Dilihat dari
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Umum Tentang Bencana Gempa
1. Definisi Gempa
Gempa bumi adalah getaran yang terjadi permukaan bumi.
Gempa bumi biasa disebabkan oleh pergerakan kerak bumi
(lempeng bumi). Kata gempa bumi juga digunakan untuk
menunjukkan daerah asal terjadinya kejadian gempa bumi tersebut.
Bumi kita walaupun padat, selalu bergerak, dan gempa bumi terjadi
apabila tekanan yang terjadi karena pergerakan itu sudah terlalu
besar untuk dapat ditahan. Gempa Bumi merupakan pelepasan
energi secara tiba-tiba yang menimbulkan getaran partikel yang
menyebar kesegala arah akibat proses subduksi. (Purnama, 2017)
2. Jenis-jenis gempa
a. Gempa Vulkanik merupakan gempa yang berasal dari letusan
gunung berapi, terjadinya letusan gunung berapi karena adanya
pergerakan aktivitas magma yang berada di dalam gunung
berapi, magma yang terus terkumpul dari dalam bumi
menyebabkan terjadinya tekanan terhadap bebatuan yang
berada disekitarnya, hal ini dapat memicu terjadinya letusan
gunung berapi.
b. Gempa bumi Tektonik : Kerak bumi terdiri dari lapisan-lapisan
berupa bebatuan, tiap lapisan mempunyai tingkat kekerasannya
masing-masing dan masa jenis yang berbeda-beda, karena
adanya arus konveksi lempeng-lempeng tektonik lapisan kulit
bumi terus mengalami perpindahan dan pergeseran satu
dengan yang lainnya. Akibat dari perpindahan dan pergeseran
yang terus terjadi, energi stress akan terkumpul menjadi banyak
yang suatu saat akan terlepas, pergeseran lempeng terbagi atas
pergeseran mendatar dan pergeseran menunjam. pergeseran
mendatar menyebabkan terjadinya patahan mendatar dan
5
2. Perpindahan Penduduk
Ketika terjadi perpindahan penduduk besar-besaran secara
spontan atau terorganisir terjadi sangat diperlukan sekali bantuan
kemanusiaan. Penduduk mungkin pindah ke daerah perkotaan
disebabkan pelayanan publik tidak dapat melayani, dan akhirnya
dapat meningkatkan morbiditas dan mortalitas.
3. Kerusakan dan pencemaran
Sistem persediaan air dan sistem pembuangan air kotor dan sistem
saluran listrik adalah system yang sangat rentan dan mudah rusak
akibat bencana alam. Setelah gempa bumi tahun 1985 di Mexico
City, misalnya, jutaan penduduk bertahan tanpa adanya saluran
penyediaan air bersih selama beberapa minggu. Air minum sangat
rentan terhadap kontaminasi yang disebabkan oleh kebocoran
saluran air kotor dan adanya bangkai binatang di sumber air.
Penyakit menular merupakan masalah yang perlu mendapat
perhatian besar, mengingat potensi munculnya KLB penyakit menular
pada periode pasca bencana yang besar sebagai akibat banyaknya
faktor risiko yang memungkinkan terjadinya penularan bahkan KLB
penyakit. Permasalahan penyakit menular ini disebabkan oleh :(Imran
Tumenggung, 2017)
1. Kerusakan lingkungan dan pencemaran.
2. Jumlah pengungsi yang banyak, menempati suatu ruangan yang
sempit, sehingga harus berdesakan.
3. Pada umumnya tempat penampungan pengungsi tidak memenuhi
syarat kesehatan.
4. Ketersediaan air bersih yang seringkali tidak mencukupi jumlah
maupun kualitasnya.
5. Diantara para pengungsi banyak ditemui orang-orang yang memiliki
risiko tinggi, seperti balita, ibu hamil, usia lanjut.
6. Pengungsian berada pada daerah endemis penyakit menular,
dekat sumber pencemaran, dll.
9
sakit kepala, muntah, badan nyeri, dan rasa tidak enak badan. Dari
daerah yang jarang ditemukan penyakit malaria, gejala-gejala ini
sering dikaitkan dengan penyakit influensa, dingin, atau
infeksi/peradangan umum yang lain, terutama jika tidak mencurigai
infeksi malaria. Sebaliknya, penduduk yang berasal dari daerah
endemis malaria, sering mengenal gejala-gejala malaria tanpa
mengkonfirmasikan diagnosa. Gejala yang terlihat secara fsik
meliputi suhu tinggi, berkeringat, badan lemah, dan limpa
membesar. (Prabowo, 2007 dan Centers for Diseases Control and
Prevention. 2006)
3. Epidemiologi Penyakit Malaria
Secara alamiah, penularan malaria terjadi karena adanya interaksi
antara agent (parasit Plasmodium spp), host definitive (nyamuk
Anopheles spp) dan host intermediate (manusia). Karena itu, penu-
laran malaria dipengaruhi oleh keberadaan dan fluktuasi populasi
vektor (penular yaitu nyamuk Anopheles spp), yang salah satunya
dipengaruhi oleh in- tensitas curah hujan, serta sumber parasit
Plasmodium spp. atau penderita. Sumber parasit Plasmodium spp.
adalah host yang menjadi penderita positif malaria. Tapi di daerah
endemis malaria tinggi, seringkali gejala klinis pada penderita tidak
muncul (tidak ada gejala klinis) meskipun parasit terus hidup di
dalam tubuhnya. Ini disebabkan adanya peru- bahan tingkat
resistensi manusia terhadap parasit malaria sebagai akibat
tingginya frekuensi kontak dengan parasit, bahkan di beberapa
negara terjadinya kekebalan ada yang diturunkan melalui mutasi
genetik. (Hakim, 2011)
Komponen epidemiologi malaria terdiri dari (1). agent malaria
adalah parasit Plasmodium spp, (2). host malaria, ada dua jenis
yaitu manusia sebagai host intermediate atau sementara karena
tidak terjadi pembiakan seksual dan nyamuk sebagai host definitive
atau tetap karena terjadi pembiakan seksual dan (3). lingkungan
11
BAB III
PEMBAHASAN
A. Upaya Penanggulangan Malaria Pasca Gempa di Lombok
Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 145/Menkes/SK/l/2017 tentang Pedoman Penanggulangan
Bencana Bidang Kesehatan; disebutkan bahwa dalam prinsip
penanggulangan bencana di sektor kesehatan tidak ada kebijakan
dalam pembentukan sarana dan prasarana secara khusus. Tetapi,
dalam bentuk pemanfaatan sarana dan prasarana yang telah ada,
dengan meningkatkan semua sumberdaya baik dari pemerintah
kabupaten/ kota dan provinsi, serta masyarakat maupun pihak swasta.
(Suni, 2018)
Penanggulangan penyakit menular seperti malaria lebih
mengutamakan aspek promotif dan preventif. Tujuannya adalah untuk
menurunkan angka kesakitan dan kematian, serta membatasi
penularan dan penyebaran penyakit agar tidak meluas ke daerah lain.
Upaya penanggulangan mencakup upaya pengendalian dan
pemberantasan secara efektif, efisien, dan terpadu. Penyakit endemis
di daerah bencana harus dimasukkan dalam sistem surveilans
penilaian risiko penyakit menular; supaya ancaman penyakit bisa
teridentifikasi dan terprioritaskan, sehingga dapat dilakukan tindakan
pengamanan jika diperlukan. (Suni, 2018)
Kasus malaria di Lombok telah menjadi prioritas masalah untuk
segera ditangani. Berdasarkan penyelidikan epidemiologi secara cepat
sampai minggu ke-36, Kabupaten Lombok Barat memenuhi kriteria
KLB. Khususnya Kecamatan Gunungsari dimana peningkatan kasus
tersebut terkonfirmasi lebih dari tiga kali lipat. Penetapan KLB di
kecamatan tersebut telah sesuai dengan Permenkes RI Nomor 949
tahun 2014 Tentang Pedoman Penyelenggaraan Sistem
Kewaspadaan Dini Kejadian Luar Biasa. Upaya-upaya pencegahan
16
BAB IV
PENTUP
A. KESIMPULAN
Berdasarkan uraian dalam pembahasan di atas maka disimpulkan
sebagai berikut:
1. Malaria merupakan penyakit infeksi yang masih menjadi masalah
kesehatan di hampir semua negara tropis terutama pada kelompok
risiko tinggi, yaitu bayi, anak balita, dan ibu hamil.
2. Secara alamiah, penularan malaria terjadi karena adanya interaksi
antara agent (parasit Plasmodium spp), host definitive (nyamuk
Anopheles spp) dan host intermediate (manusia). Di tempat
pengungsian sangat berisiko karena padatnya penduduk sehingga
mempermudah atau mempercepat penularan penyakit malaria.
3. Penanggulangan penyakit menular seperti malaria lebih
mengutamakan aspek promotif dan preventif. Tujuannya adalah
untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian, serta membatasi
penularan dan penyebaran penyakit agar tidak meluas ke daerah
lain.
4. Deteksi dini kasus malaria dapat ditingkatkan melalui monitoring
terhadap kasus mingguan dan harus menjadi bagian dari
pengawasan. Risiko timbulnya kasus malaria juga harus dievaluasi
secara sistematis. Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap
pengendalian penyakit menular, seperti air bersih, sanitasi yang
efektif, pengendalian vektor serta kemampuan tenaga kesehatan
dalam mendiagnosis dini suatu penyakit, perlu menjadi perhatian.
5. Pengelolaan kesehatan lingkungan setelah bencana terdiri dari
kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan dasar sanitasi;
pembuangan sampah, pemeliharaan persediaan air, kebersihan
pribadi, asupan makanan dan kontrol vektor, pemakaman yang
tepat untuk korban bencana, dan penyediaan tempat tinggal.
20
B. REKOMENDASI
Berdasarkan kesimpulan di atas maka diharapkan:
1. Untuk mencegah timbulnya kejadian luar biasa pada situasi
bencana, maka deteksi kasus dan respons pengendalian harus
dilakukan secara simultan.
2. Setiap informasi yang mengarah munculnya sebuah kasus penyakit
prioritas di wilayah bencana (meskipun dalam bentuk rumor), harus
ditindaklanjuti dengan proses verifikasi segera dengan melakukan
penyelidikan epidemiologi.
3. Pencegahan dan pengendalian penyakit malaria dapat dilakukan
dengan cara memutuskan mata rantai penularan, pengobatan
penderita, memberantas temoat perindukan nyamuk, dan
meningkatkan sanitasi lingkungan terutama di lokasi pengungsian
hingga suasana kembali kondusif bahkan petugas kesehatan perlu
untuk tetap melaksanakan surveilans malaria secara aktif di dalam
populasi sebagai upaya kewaspadaan dini.
DAFTAR PUSTAKA
https://id.wikipedia.org/wiki/Gempa_bumi_Lombok_Juli_2018
Kompas. 2018. 137 Warga Lombok Terjangkit Malaria, Tes Darah dan
Bagi Kelambu Terus Dilakukan.
https://regional.kompas.com/read/2018/09/16/13580391/137-warga-
lombok-terjangkit-malaria-tes-darah-dan-bagi-kelambu-terus. di
akses pada tanggal 22 September 2018.
Ratnasari, Yuliana (29 Juli 2018). "Gempa Susulan di Lombok NTB 133
Kali, BMKG: Hindari Gedung Rusak". Tirto.id. Diakses tanggal 30 Juli
2018.