Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

KEBIJAKAN PEMBANGUNAN KESEHATAN DI PAPUA

NAMA : LULU FORTUNELLA


NIM : 15 023 63 201 114
PRODI : ADMINISTRASI NEGARA

FAKULTAS FISIP
PRODI ADMINSTRASI NEGARA
UNIVERSITAS ANDI DJEMMA
A. PENDAHULUAN

1) LATAR BELAKANG

Saat ini di era globalisasi banyak perubahan sosial yang terjadi, baik itu pembangunan
dalam masyarakat kota maupun pembangunan masyarakat desa. Perubahan-perubahan tersebut
memberi dampak di segala aspek kehidupan masyarakat, salah satunya bagi kehidupan
masyarakat Papua. Namun apakah dampak tersebut bersifat positif atau negatif, dalam arti
apakah hal itu memberi perubahan yang bersifat menguntungkan atau bersifat merugikan bagi
masyarakat?.
Kekayaan sumberdaya alam yang dimiliki Papua nampaknya belum dimanfaatkan
dengan baik, terlihat dari banyak masyarakat yang masih hidup susah, contohnya kasus di
pertambangan Freeport Timika, dimana yang merasakan hasil alam bukan masyarakat setempat
tetapi masyarakat asing. Seharusnya kekayaan alam yang dimiliki menjadi pemicu dalam
pembangunan daerah tersebut, tetapi apa yang terjadi malah sebaliknya. Pembangunan tentu
telah terlaksana, namun masih begitu rendah atau minim, sehingga mempengaruhi sektor
lainnya salah satunya adalah bidang kesehatan. Otonomi khusus pun telah diberikan oleh pihak
pemerintah dalam mengadakan pembangunan, tetapi jika kita lihat pelaksanaannya belum
membawa kemajuan yang lebih baik.
Pembangunan merupakan proses perubahan yang disengaja dan direncanakan dengan
tujuan untuk mengubah keadaan yang tidak dikehendaki kearah yang dikehendaki
(Rahardjo,1999 hal 192). Pembangunan di suatu daerah, termasuk Papua merupakan bagian dari
pembangunan nasional, dan dapat dikatakan sebagai pembangunan pedesaan. Pembangunan
tersebut tidak terlepas dari peranan pihak pemerintah, oleh karena itu dapat dikatakan bahwa
yang merencanakan dan merekayasa pembangunan adalah negara.
Pembangunan di suatu daerah sangat berdampak bagi daerah tersebut dan
masyarakatnya, termasuk terhadap kesehatan masyarakat. Saat ini, jika diperhatikan
masyarakat Papua khususnya daerah pedalaman Papua masih memerlukan peningkatan dalam
pembangunan kesehatan .

Pembangunan kesehatan belum dapat dikatakan terlaksana dengan baik, hal itu
dikarenakan keterbatasan pelayanan kesehatan dan cara hidup masyarakat yang masih begitu
sederhana, misalnya kebiasaan mereka yang terus menerus mengkonsumsi makanan yang tidak
bergizi, dan masih banyak lagi.Rendahnya tingkat pendidikan dan kesehatan yang terjadi
menjadi hal yang penting untuk ditinjau lebih lanjut. Oleh karena itu pembangunan dalam
bidang kesehatan mesti ditingkatkan. Dengan adanya pembangunan yang dilakukan pada
wilayah ini, diharapkan nantinya memberi pengaruh yang positif bagi kesehatan masyarakat
Papua dalam peningkatan kesejahteraan masyarakat.
2) RUMUSAN MASALAH
a) Apa saja Kebijakan Pemerintah Papua menyangkut Kebijakan Pembangunan Kesehatan
b) Bagaimana Proses jalannya Kebijakan Pembangunan Kesehatan di Papua
3) TUJUAN
a) Untuk Mengetahui Kebijakan- Kebijakan Apa Saja Yang Menyangkut Dengan Pembangunan
Kesehatan di Papua
b) Untuk Mengetahui Bagaimana Proses Jalannya Kebijakan Pembangunan Kesehatan Di
Papua
4) MANFAAT

Tulisan ini diharapkan memberikan informasi bagi para pembaca mengenai apa saja
Kebijakan- Kebijakan Pemerintah Papua Terkait Dengan pembangunan kesehatan pada
masyarakat Papua.serta bagaimana proses jalannya kebijakan tersebut. Penulis berharap tulisan
ini dapat menambah wawasan para pembaca, khususnya para akademik dan mahasiswa.
B. KONSEP ATAU PENGERTIAN KEBIJAKAN

Sebelum dibahas lebih jauh mengenai konsep kebijakan atau pengertian


kebijakan kita perlu mengakaji terlebih dahulu mengenai konsep kebijakan atau dalam
bahasa inggris sering kita dengar dengan istilah policy. Dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia, kebijakan diartikan sebagai rangkaian konsep dan asas yang menjadi garis
besar dan dasar rencana dalam pelaksanaan suatu pekerjaan, kepemimpinan, dan cara
bertindak (tentang pemerintahan, organisasi, dsb); pernyataan cita-cita, tujuan, prinsip
dan garis pedoman untuk manajemen dalam usaha mencapai sasaran. Carl J Federick
sebagaimana dikutip Leo Agustino(2008: 7) mendefinisikan kebijakan sebagai
serangkaian tindakan/kegiatan yang diusulkan seseorang, kelompok atau pemerintah
dalam suatu lingkungan tertentu dimana terdapat hambatan-hambatan (kesulitan-
kesulitan) dan kesempatan-kesempatan terhadap pelaksanaan usulan kebijaksanaan
tersebut dalam rangka mencapai tujuan tertentu. Pendapat ini juga menunjukan bahwa
ide kebijakan melibatkan perilaku yang memiliki maksud dan tujuan merupakan bagian
yang penting dari definisi kebijakan, karena bagaimanapun kebijakan harus menunjukan
apa yang sesungguhnya dikerjakan daripada apa yang diusulkan dalam beberapa
kegiatan pada suatu masalah
Solichin Abdul Wahab mengemukakan bahwa istilah kebijakan sendiri masih
terjadi silang pendapat dan merupakan ajang perdebatan para ahli. Maka untuk
memahami istilah kebijakan, Solichin Abdul Wahab (2008: 40-50) memberikan
beberapa pedoman sebagai berikut :
a) Kebijakan harus dibedakan dari keputusan
b) Kebijakan sebenarnya tidak serta merta dapat dibedakan dari
administrasi
c) Kebijakan mencakup perilaku dan harapan-harapan
d) Kebijakan mencakup ketiadaan tindakan ataupun adanya tindakan
e) Kebijakan biasanya mempunyai hasil akhir yang akan dicapai
f) Setiap kebijakan memiliki tujuan atau sasaran tertentu baik eksplisit
maupun implisit
g) ) Kebijakan muncul dari suatu proses yang berlangsung sepanjang waktu
h) Kebijakan meliputi hubungan-hubungan yang bersifat antar organisasi
dan yang bersifat intra organisasi
i) Kebijakan publik meski tidak ekslusif menyangkut peran kunci lembaga-
lembaga pemerintah
j) Kebijakan itu dirumuskan atau didefinisikan secara subyektif.

Menurut Budi Winarno (2007 : 15), istilah kebijakan (policy term) mungkin
digunakan secara luas seperti pada “kebijakan luar negeri Indonesia” , “kebijakan
ekonomi Jepang”, dan atau mungkin juga dipakai untuk menjadi sesuatu yang lebih
khusus, seperti misalnya jika kita 13 mengatakan kebijakan pemerintah tentang
debirokartisasi dan deregulasi. Namun baik Solihin Abdul Wahab maupun Budi
Winarno sepakat bahwa istilah kebijakan ini penggunaanya sering dipertukarkan dengan
istilah lain seperti tujuan (goals) program, keputusan, undang-undang,
ketentuanketentuan, standar, proposal dan grand design (Suharno :2009 : 11).
Irfan Islamy sebagaimana dikutip Suandi (2010: 12) kebijakan harus dibedakan
dengan kebijaksanaan. Policy diterjemahkan dengan kebijakan yang berbeda artinya
dengan wisdom yang artinya kebijaksanaan. Pengertian kebijaksanaan memerlukan
pertimbangan pertimbangan lebih jauh lagi, sedangkan kebijakan mencakup
aturanaturan yang ada didalamnya. James E Anderson sebagaimana dikutip Islamy
(2009: 17) mengungkapkan bahwa kebijakan adalah “ a purposive course of action
followed by an actor or set of actors in dealing with a problem or matter of concern”
(Serangkaian tindakan yang mempunyai tujuan tertentu yang diikuti dan dilaksanakan
oleh seorang pelaku atau sekelompok pelaku guna memecahkan suatu masalah tertentu).
Konsep kebijakan yang ditawarkan oleh Anderson ini menurut Budi Winarno
(2007: 18) dianggap lebih tepat karena memusatkan perhatian pada apa yang sebenarnya
dilakukan dan bukan pada apa yang diusulkan atau dimaksudkan. Selain itu konsep ini
juga membedakan secara tegas antara kebijakan (policy) dengan keputusan (decision)
yang mengandung arti pemilihan diantara berbagai alternatif yang ada.
Richard Rose sebagaimana dikutip Budi Winarno (2007: 17) juga menyarankan
bahwa kebijakan hendaknya dipahami sebagai serangkaian kegiatan yang sedikit banyak
berhubungan beserta konsekuensikonsekuensi bagi mereka yang bersangkutan daripada
sebagai keputusan yang berdiri sendiri. Pendapat kedua ahli tersebut setidaknya dapat
menjelaskan bahwa mempertukarkan istilah kebijakan dengan keputusan adalah keliru,
karena pada dasarnya kebijakan dipahami sebagai arah atau pola kegiatan dan bukan
sekadar suatu keputusan untuk melakukan sesuatu.
Berdasarkan pendapat berbagai ahli tersebut di atas maka dapat disimpulkan
bahwa kebijakan adalah tindakan-tindakan atau kegiatan yang sengaja dilakukan atau
tidak dilakukan oleh seseorang, suatu kelompok atau pemerintah yang di dalamnya
terdapat unsur keputusan berupa upaya pemilihan diantara berbagai alternatif yang ada
guna mencapai maksud dan tujuan tertentu.
C. KONSEP PEMBANGUNAN

Berikut beberapa definisi pembangunan menurut para ahli :


 Pembangunan merupakan proses untuk melakukan perubahan (Riyadi dan Deddy
Supriyadi Bratakusumah, 2005).
 Siagian (1994) memberikan pengertian tentang pembangunan sebagai “Suatu usaha atau
rangkaian usaha pertumbuhan dan perubahan yang berencana dan dilakukan secara sadar
oleh suatu bangsa, negara dan pemerintah, menuju modernitas dalam rangka pembinaan
bangsa (nation building)”.
 Ginanjar Kartasasmita (1994) memberikan pengertian yang lebih sederhana, yaitu
sebagai “suatu proses perubahan ke arah yang lebih baik melalui upaya yang dilakukan
secara terencana”.
 Pembangunan (development) adalah proses perubahan yang mencakup seluruh system
sosial, seperti politik, ekonomi, infrastruktur, pertahanan, pendidikan dan teknologi,
kelembagaan, dan budaya (Alexander 1994).
 Portes (1976) mendefenisiskan pembangunan sebagai transformasi ekonomi, sosial dan
budaya. Pembangunan adalah proses perubahan yang direncanakan untuk memperbaiki
berbagai aspek kehidupan masyarakat.
 Amartya Sen (pemenang hadial Nobel untuk Ekonomi tahun 1998 mengatakan
Pembangunan pada hakikatnya adalah Pembebasan dari tirani, kurangnya kesempatan
ekonomi, deprivasi sosial secara sistematik, kurangnya prasarana publik dan
ketidaktoleransi atau ‘overactivity’ negara-negara yang represif.
Pada awal pemikiran tentang pembangunan sering ditemukan adanya pemikiran
yang mengidentikan pembangunan dengan perkembangan, pembangunan dengan
modernisasi dan industrialisasi, bahkan pembangunan dengan westernisasi. Seluruh
pemikiran tersebut didasarkan pada aspek perubahan, di mana pembangunan,
perkembangan, dan modernisasi serta industrialisasi, secara keseluruhan mengandung
unsur perubahan. Namun begitu, keempat hal tersebut mempunyai perbedaan yang
cukup prinsipil, karena masing-masing mempunyai latar belakang, azas dan hakikat
yang berbeda serta prinsip kontinuitas yang berbeda pula, meskipun semuanya
merupakan bentuk yang merefleksikan perubahan (Riyadi dan Deddy Supriyadi
Bratakusumah, 2005).
Makna penting dari pembangunan adalah adanya kemajuan/perbaikan (progress),
pertumbuhan dan diversifikasi. Secara sederhana pembangunan sering diartikan sebagai
suatu upaya untuk melakukan perubahan menjadi lebih baik. Karena perubahan yang
dimaksud adalah menuju arah peningkatan dari keadaan semula, tidak jarang pula ada
yang mengasumsikan bahwa pembangunan adalah juga pertumbuhan. Seiring dengan
perkembangannya hingga saat ini belum ditemukan adanya suatu kesepakatan yang
dapat menolak asumsi tersebut. Akan tetapi untuk dapat membedakan keduanya tanpa
harus memisahkan secara tegas batasannya, Siagian (1983) dalam bukunya Administrasi
Pembangunan mengemukakan, “Pembangunan sebagai suatu perubahan, mewujudkan
suatu kondisi kehidupan bernegara dan bermasyarakat yang lebih baik dari kondisi
sekarang, sedangkan pembangunan sebagai suatu pertumbuhan menunjukkan kemam-
puan suatu kelompok untuk terus berkembang, baik secara kualitatif maupun kuantitatif
dan merupakan sesuatu yang mutlak harus terjadi dalam pembangunan.

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa pada dasarnya pembangunan tidak


dapat dipisahkan dari pertumbuhan, dalam arti bahwa pembangunan dapat menyebabkan
terjadinya pertumbuhan dan pertumbuhan akan terjadi sebagai akibat adanya
pembangunan. Dalam hal ini pertumbuhan dapat berupa pengembangan/perluasan
(expansion) atau peningkatan (improvement) dari aktivitas yang dilakukan oleh suatu
komunitas masyarakat.
Karakteristik utama dari bidang studi pembangunan yg multi dan inter-disiplin
sejak diresmikan pada tahun 1940an, adalah satu seri perubahan dalam Pemikiran
Pembangunan. Dalam discourse bidang keilmuan teori pembangunan identik dengan
sifat perubahan yg evolusiner daripada revolusiner. Pemikiran Pembangunan bukan
saja merupakan terjemahan teori tentang fakta tapi merupakan juga tentang nilai,
aspirasi, tujuan sosial yg pada akhirnya mencari sesuatu yg berlandaskan moral, etika
dan keadilan. Maka perubahan dalam studi pembangunan menjurus ke evolusi ide2
yang paralel daripada revolusi ide2. maka tidak heran apabila konflik, bahasan, debat,
posisi dan juga sanggahan moral tersirat dalam bahasan strategi pembangunan dengan
teori2 pembangunan yang majemuk.
Pembangunan mencakup teori dan praktek yaitu bagaimana pembangunan
seharusnya atau mungkin terjadi dan upaya riil yg dilakukan utk menerapkan berbagai
aspek pembangunan dalam praktek. Pembangunan mempunyai pengertian dinamis,
maka tidak boleh dilihat dari konsep yang statis.Pembangunan juga mengandung
orientasi dan kegiatan yang tanpa akhir.

Proses pembangunan merupakan suatu perubahan sosial budaya. Pembangunan


menunjukkan terjadinya suatu proses maju berdasarkan kekuatan sendiri, tergantung
kepada manusia dan struktur sosialnya. Pembangunan tidak bersifat top-down, tetapi
tergantung dengan “innerwill”, proses emansipasi diri. Dengan demikian, partisipasi
aktif dan kreatif dalam proses pembangunan hanya mungkin bila terjadi karena proses
pendewasaan.
D. PEMBANGUNAN KESEHATAN DI PAPUA

Pembangunan kesehatan di Provinsi Papua dilaksanakan melalui empat strategi


yaitu ;
Pembanguan daerah berwawasan kesehatan, artinya program pembangunan
tersebut harus memberikan kontribusi yang positif terhadap kesehatan yang meliputi
pembentukan lingkungan yang sehat dan pembentukan perilaku yang sehat.
Profesionalisme tenaga kesehatan. Untuk terselenggaranya pelayanan kesehatan yang
bermutu, perlu didukung oleh penerapan ilmu dan teknologi bidang kesehatan
masyarakat dan kedokteran.
Jaminan pemeliharaan kesehatan masyarakat. Kemandirian masyarakat dalam
melaksanakan pola hidup sehat perlu ditingkatkan dan partisipasi masyarakat seluas-
luasnya termasuk peran sertanya dalam pembiayaan kesehatan perlu digalakkan.
Desentralisasi. Untuk keberhasilan pembangunan kesehatan, penyelenggaraan pelbagai
upaya kesehatan harus bertitik tolak dari masalah kesehatan yang ada dan
potensispesifik daerah untuk mengatasinya.
Dalam jangka pendek, langkah utama pengembangan kesehatan ditujukan untuk
mempertahankan keadaan kesehatan dan gizi masyarakat dari dampak buruk terjadinya
krisis ekonomi, terutama dari keluarga miskin.
Dalam jangka menengah, kebijakan umum pembangunan kesehatan antara lain
adalah :
 Pemantapan kerjasama lintas sector
 Peningkatan perilaku peningkatan dan kemitraan antara pemerintah dan
swasta dalam pembangunan kesehatan
 Peningkatan perilaku peningkatan dan kemitraan antara pemerintah dan
swasta dalam pembangunan kesehatan
 Peningkatan kesehatan lingkungan
 Peningkatan upaya kesehatan masyarakat
 Peningkatan kemampuan dalam penyusuna kebijakan dan manajemen
pembangunan kesehatan
 Peningkatan perlindungan kesehatan masayarakat terhadap penggunaan
sediaan farmasi, makanan dan alat kesehatan yang tidak abash
 Peningkatan pengetahuan dan teknologi
1) A ) Program Perilaku Sehat Dan Pemberdayaan Masyarakat
Program ini bertujuan untuk memberdayakan individu dan
masayarakat dalam bidang kesehatan untuk memelihara, meningkatkan dan
melindungi kesehatannya sendiri dari lingkungannya menuju masyarakat yang
sehat, mandiri dan produktif.

Sasarannya adalah terciptanya keberdayaan individu dan masyarakat


dalam bidang kesehatan yang ditandai oleh peningkatan perilaku hidup sehat dan
peran aktif dalam memelihara, meningkatkan dan melindungi kesehatan diri dan
lingkungan sesuai budaya setempat.

B) Program Lingkungan Sehat


Program ini bertujuan untuk mewujudkan lingkungan hidup yang bersih
lingkungan sehingga tercapai derajat kesehatan individu, kelarga dan masyarakat
yang optimal.
Secara umum sasaran yang ingin dicapai adalah terwujudnya suatu
lingkungan yang bersih dan sehat yang berasal dari kesadaran masyarakat akan
kesehatan dengan ditunjang oleh kelengkapan pelayanan pemerintah dalam
memenuhi persyaratan kebersihan lingkungan maupun individu.
C) Program Upaya Kesehatan

Tujuan dari program ini adalah meningkatkan pemerataan dan mutu


upaya kesehatan yang berhasil guna dan berdayaguna serta terjangkau oleh
segenap anggota masyarakat. Secara umum program ini adalah tersedianya
pelayanan kesehatan dasar dan rujukan baik pemerintah maupun swasta yang
didukung oleh peran serta masyarakat dan sistem pembiayaan pra upaya.
Sasaran yang ingin dicapai adalah meningkatnya mutu kesehatan
masyarakat yang ditunjang dengan meningkatnya mutu pelayanan kesehatan oleh
pemerintah yang berasaskan pemerataan dan keadilan pelayanan secara intensif
dan keseluruhan.
D) Program Sumber Daya Kesehatan
Tujuan program ini secara umum adalah menngkatkan jumlah, mutu dan
penyebaran tenaga kesehatan dengan berupaya meningkatkan efektifitas dan
efisiensi penggunaan biaya yang dapat penggandaan produksi bahan baku dan
obat yang bermutu aman.
Sasaran umum program ini adalah terdapatnya kebijakan dan rencana
pengembangan tenaga kesehatan dari masyarakat, digunakannnya tenaga
kesehatan yang ada, berfungsinya pendidikan dan pelatihan tenaga kesehatan,
meningkatnya jaringan pemberi pelayanan kesehatan paripurna dan bermutu.
E) Program Obat, Makanan Dan Bahan Berbahaya
Program ini bertujuan untuk melindungi masyarakat dari bahaya
penyalahgunaan dan kesalahgunaan obat, prikotropika, narkotika, zat aditif
(NAPZA) dan bahan berbahaya lainnya. Di samping itu program ini bertujuan
untuk melindungi masyarakat dari penggunaan sediaan farmasi, makanan dan
alat kesehetan yang tidak bermutu.
Sasaran yang ingin dicapai oleh program ini adalah terlindungi
masyarakat dari kesalahan penggunaan NAPZA sehingga tercapainya tujuan
medis penggunaan obat secara efektif dan aman dengan ketersediaan obat yang
bermutu.
F) Program Kebijakan Dan Manajemen Pembangunan kesehatan
Program ini bertujuan memberikan masukan ilmu pengetahuan dan
teknologi untuk menunjang pembangunan kesehatan, mendukung perumusan
kebijakan masalah kesehatan, dan mengatasi kendala dalam pelaksanaan
program kesehatan.
Sasaran program ini adalah makin berkembangnya ilmu pengetahuan dan
teknologi yang digunakan untuk meningkatkan pelayanan kesehatan, gizi,
pendayagunaan obat, pemberatasan penyakit dan perbaikan lingkungan. Makin
berkembangnya penelitian yang berkaitan dengan ekonomi kesehatan untuk
membantu upaya-upaya mengoptimalkan pemanfaatan biaya kesehatan dari
pemerintah dan swasta. Makin meningkatnya penelitian bidang sosial budaya
dan perilaku hidup sehat untuk mengurangi masalah kesehatan masyarakat.
2) Peranan Ahli Antropologi Kesehatan terhadap Penanganan Masalah Kesehatan Masyarakat
di Provinsi Papua
Enam program utama dalam lembaga Dinas Kesehatan Provinsi Papua seperti
tersebut di atas kalau diperhatikan dengan seksama sangat berkaitan dengan peranan
antropologi dalam menangani masalah kesehatan. Fokus program-program tersebut pada
penanganan kebiasaan buruk yang menyebabkan sakit, penanganan partisipasi masyarakat
memanfaatkan pelayanan kesehatan yang disediakan pemerintah, masyarakat memanfaatkan
pelayanan kesehatan yang disediakan pemerintah, meningkatkan mutu pelayanan kesehatan
dengan memperhatikan kualitas manusia tenaga kesehatan dan penanganan dampak ekologi
terhadap kesehatan manusia. Seperti sudah diuraikan di atas bahwa antropologi kesehatan
mengkaji biokultural kesehatan manusia dan ini berarti penggunaan tenaga antropologi
sangat dibutuhkan dalam penanganan program-program kesehatan tersebut. Atau tenaga
kesehatan yang bekerja di Dinas Kesehatan Provinsi Papua yang tersebar diberbagai
kabupaten kota di Papua perlu memiliki pengetahuan antropologi kesehatan dalam
mengatasi masalah-masalah praktis yang mereka hadapi di lapangan
Penggunaan tenaga antropologi kesehatan dalam program-program
pembangunan kesehatan di Papua, menurut saya masih sangat rendah. Sepanjang
pengetahuan saya keterlibatan tenaga antropologi kesehatan dipakai untuk riset-riset tertentu
saja, tetapi belum pernah digunakan dalam perencanaan pembangunan kesehatan,
keterlibatan sebagai konsultan dalam penanganan kegiatan program kesehatan di Dinas
Kesehatan provinsi papua
Tetapi tenaga kesehatan belajar antropologi pernah di programkan oleh Dinas
Kesehatan Provinsi Papua bekerjasama dengan Jurusan Antropologi Uncen pada tahun
1998. 15 orang tenaga perawat dari 12 kabupaten dan 2 kota di Provinsi Papua belajar
Antropologi di Program studi Antropologi UNCEN. Saat ini mereka telah menyelesaikan
pendidikan antropologinya di Uncen, sayangnya sampai saat ini belum ada evaluasi
bagaimana penggunaan ilmu antropologi kesehatan dalam penanganan masalah kesehatan di
provinsi Papua.

3) A) Penanganan kebiasaan buruk yang menyebabkan sakit


Ini berkaitan dengan pranata-pranata kebudayaan yang mengatur perilaku manusia
tentang kebiasaan-kebiasaan yang dapat menyebabkan terjangkitnya penyakit. Bicara
pranata-pranata kebudayaan yang mengatur perilaku manusia merupakan salah satu isu
yang dipelajari oleh Ilmu Antropologi Kesehatan dan ini merupakan pengetahuan dasar
yang harus dimiliki oleh seorang antropolog. Dengan demikian penggunaan ilmu
antropologi kesehatan sangat dibutuhkan dalam program Dinas Kesehatan tentang
“Program Perilaku Sehat dan Pemberdayaan Masyarakat”. Sekarang tinggal bagaimana
kerjasama antara Jurusan Antropologi dengan Dinas Kesehatan Provinsi Papua dalam
melibatkan tenaga Antropologi Kesehatan dalam program-program Dinas kesehatan.

B) Penanganan partisipasi masyarakat dalam memanfaatkan pelayanan kesehatan yang


disediakan pemerintah.

Antropologi mempunyai metode yang khas dan tidak dimiliki oleh ilmu-ilmu lain,
yaitu Observasi partisipasi. Metode ini yang sering menghebohkan dunia ilmu
pengetahuan dengan penemuan-penemuan baru yang sangat berguna dalam membangun
suatu masyarakat. Kadang-kadang di lingkungan dunia “praktis”, cara masuk untuk
menumbuhkan partisipasi masyarakat sangat lambat dan bahkan tidak berhasil karena
pendekatan yang digunakan keliru. Ilmu Antropologi memahami kebudyaan manusia
dan mengerti orientasi nilai dalam suatu masyarakat yang menjadi acuan dalam
hidupnya untuk melakukan sesuatu (partisipasi dalam bahasa dunia “praktis”). Dengan
memahami orientasi nilai ini, partisipasi sangat mudah dibangun dalam menjalankan
program pembangunan. Disinilah letak penggunaan ilmu antropologi dalam
meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pembangunan kesehatan. Oleh karena itu
tenaga antropologi sangat dibutuhkan dalam program pembangunan kesehatan di Papua.
Sering terjadi pada masyarakat sederhana lebih percaya pada pengobatan
tradisional dari pada pengobatan modern karena alasan nilai yang dipakai untuk melihat
sistem pelayanan yang dibangun oleh kedua pengobatan tersebut. Ahli antropologi lebih
memahami konsep ini daripada tenaga kesehatan. Konsep “Etik” dan Konsep “Emik”
lebih dikuasai oleh ahli antropologi daripada tenaga kesehatan. Oleh karena itu ahli
antropologi sangat dibutuhkan dalam merancang sistem pelayanan kesehatan moderen
yang bisa diterima masyarakat tradisional
E. PEMBAHASAN

1. Dasar Pembangunan kesehatan


a) Dasar perikemanusiaan
b) Dasar Pemberdayaan dan Kemandirian
c) Dasar Adil dan Merata
d) Dasar Pengutamaan dan Manfaat

Isu Strategis Pembangunan Kesehatan

1. Kerja sama lintas sektoral :

1. Masalah nasional yang tidak dapat terlepas dari berbagai kebijakan dari sector lain.

2. Kurangnya dukungan lintas sektoral

3. Manajemen pelayanan kesehatan.

2. Sumberdaya manusia Kesehatan dan pemberdayaan masyarakat

1. Mutu sumber daya manusia kesehatan


2. Nilai-nilai moral yang dianut dan diterapkan

3. Mutu dan keterjangkauan pelayanan Kesehatan

1. Sebaran sarana pelayanan kesehatan

2. Mutu pelayanan kesehatan

4. Pengutamaan dan sumber daya pembiayaan upaya kesehatan

Upaya kesehatan masih kurang mengutamakan pendekatan pemeliharaan dan


peningkatan kesehatan serta pencegahan penyakit, dan kurang didukung oleh sumber daya
pembiayaan yang memadai.

Visi Dan Misi Pembangunan Kesehatan

1. VISI.

PAPUA SEHAT 2015

2. MISI
1. Menggerakkan pembangunan nasional berwawasan kesehatan.
2. Mendorong kemandirian masyarakat untuk hidup sehat
3. Memelihara dan meningkatkan pelayanan kesehatan yang bermutu, merata dan
terjangkau
4. Memelihara dan meningkatkan kesehatan individu, keluarga dan masyarakat
beserta lingkungannya

KEBIJAKAN UMUM DAN STRATEGI PEMBANGUNAN KESEHATAN

Tujuan Pembangunan Kesehatan.

Tujuan pembangunan kesehatan menuju Indonesia sehat 2015 adalah meningkatkan


kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat
kesahatan masyarakat yang optimal melalui terciptanya masyarakat, bangsa dan Negara
Indonesia yang ditandai oleh penduduknya hidup dalam lingkungan dan dengan prilaku yang
sehat, memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil
dan merata, serta memiliki derajat kesehatan yang optimal diseluruh wilayah PAPUA.
Sasaran pembangunan Kesehatan
1. Prilaku hidup sehat
2. Lingkungan Sehat
3. Upaya kesehatan
4. Manajemen Pembangunan kesehatan
5. Derajat Kesehatan
Kebijakan Pembangunan Kesehatan
1. Peningkatan kerja sama lintas sektoral.
2. Kerjasama lintas sektoral harus mencakup pada tahap perencanaan, pelaksanaan
dan penilaian serta melandaskan dengan seksama pada dasar-dasar pembangunan
kesehatan.
3. Peningkatan prilaku, pemberdayaan masyarakat dan kemitraan swasta
4. Peran masyarakat swasta dan organisasi masyarakat dalam pembangunan
kesehatan terutama melalui penerapan konsep pembangunan kesehatan
mayarakat tetap didorong dan bahkan dikembangkan untuk menjamin
terpenuhinya kebutuhan serta kesinambungan upaya kesehatan.
5. Peningkatan Kesehatan lingkungan
6. Kesehatan lingkungan perlu diselenggarakan untuk mewujudkan kualitas
lingkungan yang sehat yaitu keadaan lingkungan dari resiko yang
membahayakan kesehatan dan keselamatan hidup manusia.
7. Peningkatan Upaya Kesehatan
8. Penyelenggaraan upaya kesehatan dilaksanakan secara menyeluruh dan terpadu
berkesinambungan melalui upaya peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit,
penyembuhan dan pemulihan kesehatan serta upaya khusus melaui pelayanan
kemanusiaan dan darurat atau krisis. Selanjutnya pemerataan dan peningkatan
mutu pelayanan kesehatan perlu terus menerus diupayakan
9. Peningkatan Sumberdaya kesehatan
10. Pengembangan tenaga kesehatan ertujuan untuk meningkatkan pemberdayaan
atau daya guna tenaga dan penyediaan jumlah serta mutu tenaga kesehatan dari
masyarakat dan pemerintah yang mampu melaksanakan pembangunan
kesehatan.
11. Peningkatan kebijakan dan manajemen Pembanguna Kesehatan
12. Kebijakan dan manajemen pembangunan kesehatan sangat perlu untuk
dtingkatkan terutama melalui peningkatan secara strategis dalam kerja sama
antar sector kesehatan dengan sector lain yang terkait dan antara berbagai
program kesehatan serta antara para pelaku dalam pembangunan kesehatan
sendiri.
13. Peningkatan ilmu Pengetahuan dan Teknologi Kesehatan
14. Penelitian dan pembangunan ilmu pengetahuan dan tekhnologi didorong untuk
meningkatkan pelayanan gizi, pendayagunaan obat dan pengembangan obat asli
Indonesia, pemberantasan penyakit dan perbaikan lingkungan.
15. Peningkatan Lingkungan social Budaya
16. Peningkatan ketahanan social budaya masyarakat melalui peningkatan
pendidikan khususnya bagi wanita dan anak-anak serta peningkatan sosio-
ekonomi masyarakat
Strategi Pembangunan Kesehatan
1. Pembangunan Nasional Berwawasan Kesehatan.
Faktor – factor yang mempengaruhi :
1. Wawasan kesehatan sebagai azas pembangunan Nasional
2. Paradigma sehat sebagai komitmen gerakan Nasional
3. Sistem yang mendorong aspek promotif dan preventif dalam
pemeliharaan kesehatan komprehensif.
4. Dukungan sumber daya yang berkesinambungan
5. Sosialisasi internal dan eksternal
6. Restrukturisasi dan revitalisasi infrastruktur terutama yang terkait dengan
rencana desentralisasi.
2. Profesionalisme
Faktor penentu keberhasilan mencakup :
1. Pemantapan manajemen sumber daya manusia
2. Pemantapan aspek ilmu dan tekhnologi, iman dan takwa serta etika
profesi.
3. Penajaman konsep profesionalisme kedokteran dan kesehatan.
4. Penciptaan aliansi strategis dengan pihak-pihak yang turut memainkan
peranan penting dalam mewujudkan visi Indonesia sehat 2015.
SASARAN
1. Perilaku hidup sehat.
2. Lingkungan sehat
3. Upaya Kesehatan
4. Manajemen pembangunan kesehatan
5. Derajat Kesehatan
KEBIJAKAN
1. Peningkatan kerjasama lintas sektoral : Hali harus mencakup tahap
perencanaan dan penilaian serta melandaskan dengan seksama pada dasar-
dasar pembangunan Kesehatan.
2. Peningkatan Prilaku, Pemberdayaan masyarakat dan kemitraan swasta :
Peran masyarakat swasta dan organisasi masyarakat dalam pembangunan
kesehatan terutama melalui penerapan konsep pembangunan kesehatan
masyarakat tetap didorong dan bahkan dikembangkan untuk menjamin
terpenuhinya kebutuhan serta kesinambungan upaya kesehatan.
3. Peningkatan kesehatan lingkungan : Kesehatan lingkingan perlu
diselenggarakan untuk mewujudkan kualitas lingkungan yang sehat yaitu
keadaan lingkungan yang bebas dari resiko yang membahayakan kesehatan
dan keselamatan hidup manusia.
4. Peningkatan Upaya kesehatan : Penyelenggaraan upaya kesehatan
dilaksanakan secara menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan melalui
upaya peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit, penyembuhan penyakit
dan pemulihan kesehatan serta upaya khusus melalui pelayanan kemanusiaan
dan darurat atau krisis. Selanjutnya pemerataan dan peningkatan mutu
pelayanan kesehatan perlu teru – menerus diupayakan.
5. Peningkatan Sumber daya kesehatan.
Pengembangan tenaga Kesehatan bertujuan untuk meningkatkan
pemberdayaan atau daya guna tenaga dan penyediaan jserta mutu tenaga
kesehatan dari masyarakat dan pemerintah yang mampu melaksanakan
pembangunan kesehatan.
Jaminan Pemeliharaan kesehatan Masyarakat ( JPKM )
Faktor Penentu keberhasilan Mencakup :
1. Komitmen dan pencanangan JPKM bersama gerakan Paradigma sehat.
2. Dukungan peraturan perundang – undangan
3. Sosialisasi Internal dan eksternal
4. Intervensi pemerintah terutama dalam inisiasi penghimpunan dana awal.
5. Kebijakan yang memberi keleluasaan pengelolaan secara bertanggung jawab.
DESENTRALISASI
Faktor penentu keberhasilan mencakup :
1. Keseimbangan dan sinergis azas-azas desentralisasi, dekonsentralisasi dantugas
pembantuan.
2. Penegasan jenis dan peringkat kewenangan.
3. Kejelasan pedoman pengelolaan disertai dengan indicator / parameter kinerja
kota sehat dan kabupaten sehat.
4. Evidence Based analisis digunakan sebagai landasan penetapan program.
5. Pemberdayaan : Kemampuan/Kapasitas untuk menerapkan desntralisasi.
6. Sistem dan kebijakan SDM yang mendukung.
7. Infrastruktur lintas sektoral yang menunjang
8. Mekanisme pengendalian yang andal
PROGRAM PEMBANGUNAN Kesehatan
1. Pokok program prilaku, pemberdayaan dan kemandirian Masyarakat
2. Pokok program Lingkungan sehat
3. Pokok program upaya kesehatan
4. Pokok program pengawasan obat, makanan dan bahan berbahaya
5. Pokok program pengembangan Sumber Daya Kesehatan
6. Pokok program Kebijakan dan manajemen Pembangunan Kesehatan
7. Pokok program Ilmu pengetahuan dan teknologi Kesehatan
INDIKATOR KEBERHASILAN PEMBANGUNAN KESEHATAN.
INDIKATOR INPUT : Dapat dilihat dari kebijaksanaan manajemen ( Man,
Money, Material, Method, dsb ).Struktur organisasi serta kondisi keadaan
masyarakat pada saat ini :
1. Komitmen politik mengenai kesehatan bagi semua.
2. Alokasi sumber daya, pembiayaan Kesehatan 5 % dari total pembayaan nasional
dan pembiayaan pembangunan daerah.
3. Penyebaran Pendapatan
4. Angka melek huruf orang dewasa.
5. Ketersediaan sarana kesehatan, Penyebaran dan penggunaannya.
6. Tingkat pertumbuhan penduduk
7. Penduduk yang ikut JPKM
8. Kerangka Organisasi dan proses manajerial.
INDIKATOR PROSES : Adanya kemajuan dalam proses manajemen baik
dalam perencanaan, organisasi, staffing, koordinasi, pelaporan dan
pembiayaan, misalnya :
1. Keterlibatan masyarakat dalam mencapai kesehatan bagi semua.
2. Tingkat desentralisasi pengambilan keputusan, pengembangan dan penetapan
suatu proses manajerial bagi pembangunan kesehatan nasional atau pembangunan
daerah.
3. Wanita hamil yang memeriksakan kehamilan
4. Penduduk yang tidak merokok dan tidak minum minuman keras.
INDIKATOR OUTPUT : Misalnya :
Cakupan :
1. Cakupan pelayanan kesehatan dasar.
2. Cakupan pelayanan rujukan.
Status kesehatan ;
1. Status gizi dan perkembangan Psikososial anak
2. Angka kematian bayi, angka kematian anak, umur harapan hidup waktu lahir dan
angka kematian ibu.
F. KESIMPULAN

1) Konsep atau pengertian kebijakan adalah serangkaian Konsep yang menjadi dasar / asas
proses perubahan yang disengaja dan direncanakan dengan tujuan untuk mengubah
keadaan yang tidak dikehendaki kearah yang dikehendaki
2) Konsep atau dasar kebijakan pembangunan kesehatan di papua ada 4 yaitu :
A) Dasar perikemanusiaan
B) Dasar Pemberdayaan dan Kemandirian
C) Dasar Adil dan Merata
D) Dasar Pengutamaan dan Manfaat
3) Kebijakan- Kebijakan Pemerintah Papua menyangkut dengan pembagunan kesehatan
yaitu :
1) Peningkatan kerjasama lintas sektoral : Hali harus mencakup tahap perencanaan
dan penilaian serta melandaskan dengan seksama pada dasar-dasar pembangunan
Kesehatan.
2) Peningkatan Prilaku, Pemberdayaan masyarakat dan kemitraan swasta : Peran
masyarakat swasta dan organisasi masyarakat dalam pembangunan kesehatan
terutama melalui penerapan konsep pembangunan kesehatan masyarakat tetap
didorong dan bahkan dikembangkan untuk menjamin terpenuhinya kebutuhan
serta kesinambungan upaya kesehatan.
3) Peningkatan kesehatan lingkungan : Kesehatan lingkingan perlu diselenggarakan
untuk mewujudkan kualitas lingkungan yang sehat yaitu keadaan lingkungan
yang bebas dari resiko yang membahayakan kesehatan dan keselamatan hidup
manusia.
4. Peningkatan Upaya kesehatan : Penyelenggaraan upaya kesehatan dilaksanakan
secara menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan melalui upaya peningkatan
kesehatan, pencegahan penyakit, penyembuhan penyakit dan pemulihan
kesehatan serta upaya khusus melalui pelayanan kemanusiaan dan darurat atau
krisis. Selanjutnya pemerataan dan peningkatan mutu pelayanan kesehatan perlu
teru – menerus diupayakan.
5. Peningkatan Sumber daya kesehatan.
Pengembangan tenaga Kesehatan bertujuan untuk meningkatkan pemberdayaan
atau daya guna tenaga dan penyediaan jserta mutu tenaga kesehatan dari
masyarakat dan pemerintah yang mampu melaksanakan pembangunan kesehatan.

Anda mungkin juga menyukai