Anda di halaman 1dari 22

A.

PENGERTIAN PJK
Penyakit Jantung Koroner adalah penyempitan pembuluh darah kecil yang memasok
darah dan oksigen ke jantung. Ini disebabkan oleh pembentukan plak di dinding arteri, dikenal
pula sebagai pengerasan arteri. Pembentukan plak ini dapat menyertai perpaduan pradisposisi
genetik dan pilihan gaya hidup. Faktor risiko mencakup usia, jenis kelamin, riwayat genetik dan
ras. Faktor lain yang memengaruhi kemungkinan CCHD mencakup kolesterol tinggi, merokok,
penyalahgunaan substansi dan masalah berat badan.
http://gleneagles.com.sg/id/Useful-Information/Diseases-Conditions/Heart/What-is-CoronaryHeart-Disease-CHDPenyakit jantung koroner ( PJK ) merupakan problema kesehatan utama di negara maju.
Di Indonesia telah terjadi pergeseran kejadian Penyakit Jantung dan pembuluh darah dari
urutan ke-l0 tahun 1980 menjadi urutan ke-8 tahun 1986. Sedangkan penyebab kematian tetap
menduduki peringkat ke-3. Banyak faktor yang mempengaruhi terjadinya Penyakit Jantung
Koroner sehingga usaha pencegahan harus bentuk multifaktorial juga.Pencegahan harus
diusahakan sedapat mungkin dengan cara pengendalian faktor faktor resiko PJK dan merupakan
hal yang cukup penting dalamusaha pencegahan PJK, baik primer maupun sekunder.
Pencegahan primer lebih ditujukan pada mereka yang sehat tetapi mempunyai resiko tinggi,
sedangkan sekunder merupakan upaya memburuknya penyakit yang secara klinis telah diderita.
Berbagai Penelitian telah dilakukan selama 50 tahun lebih dimana didapatlah variasi insidens PJK
yang berbeda pada geografis dan keadaan sosial tertentu yang makin meningkat sejak tahun
1930 dan mulai tahun 1960 merupakan Penyebab Kematian utama di negaraIndustri. Mengapa
didapatkan variasi insidens yang berbeda saat itu belum diketahui dengan pasti, akan tetapi
didapatkan jelas terjadi pada keadaan tertentu. Penelitian epidemiologis akhirnya mendapatkan
hubungan yang jelas antara kematian dengan pengaruh keadaan sosial, kebiasaan merokok,
pola diet, exercise, dsb yang dapat dibuktikan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi
terjadinya PJK antara lain: umur, kelamin, ras, geografis, keadaan sosial, perubahan masa,
kolesterol, hipertensi, merokok, diabetes, obesitas, exercise, diet,perilaku dan kebiasaan
lainnya, stress serta keturunan.

Gejala penyakit jantung koroner pada kaum laki sedikit lain dari yang berlangsung pada kaum
wanita. ini ungkapan dari sebagian pakar. pada wanita umumnya Gejala jantung koroner
berbentuk sesak napas. apabila mengeluh sakit, serangannya lebih ke arah perut mau pun
punggung bawah, serta umumnya dibarengi mual. rasa sakit di dada tidak cuma di sebelah kiri,
dapat juga di kanan. diagnosis penyakit jantung koroner melewati gejala-gejala itu adakalanya
sukar dikerjakan, dikarenakan kerap serupa dengan sebagian penyakit lain layaknya maopause
pada wanita layaknya sakit punggung, berdebar-debar, berkeringat dingin, dan lain-lain. walau
tidak amat detil tentang tanda-tanda jantung koroner yang nampak, namun mualilah
berprasangka buruk apabila anda jadi terengah-engah dibarengi keringat dingin usai lakukan
pekerjaan berat.

Nyeri dada kiri ( angina pektoris ) adalah ciri khas tanda-tanda penyakit jantung koroner. serta
juga dada terasanya tertekan diikuti sesak napas. terkadang merasa ada tekanan di bahu atau
leher layaknya tercekik, serta nyeri di lengan kiri hingga jari-jari. didalam sebagian masalah
sakitnya jadi merasa di rahang. seluruh keluhan / tanda-tanda jantung koroner berlangsung
disebabkan penyumbatan atau penyempitan pembuluh darah jantung.
Penyumbatan didalam satu arteri koroner atau semakin dapat menyebabkan serangan jantung
dengan tiba-tiba. pemicunya dikarenakan jantung menghendaki oksigen melebihi yang ada
hingga menyebabkan serangan jantung.
Tanda-tanda jantung koroner yang lain, bila sistem kerja dari jantung rusak, irama normal
jantung bisa jadi kacau serta jantung mulai bergetar dengan tidak berarturan. irama detak
jantung tidak normal ini dikatakan sebagai aritmia yakni penyimpangan dari irama jantung
normal. perihal ini dapat mengakibatkan jantung kehilangan kesanggupannya untuk memompa
darah dengan efisien ke otak. kurun waktu sepuluh menit, otak mati serta si pasien lalu
kemungkinan tidak tertolong lagi.
Tanda-tanda jantung koroner, sepanjang sebagian bln. sebelum saat serangan jantung
umumnya pasien penyakit jantung koroner kerap jadi amat capek tanpa alasan. janganlah
berasumsi tanda-tanda ini dikarenakan oleh kurang tidur serta stres disebabkan pekerjaan.
dapat kemungkinan tanda-tanda awal penyakit jantung koroner.Oleh karena itu sebelum
terlanjur cegahlah dengan rajin mengonsumsi buah2an yang mengandung antioksidan tinggi.
http://obat-alami.com/tag/gejala-klinis-penyakit-jantung-koroner

Penyakit jantung koroner adalah salah satu jenis penyakit jantung yang sangat ditakuti. Jantung
merupakan suatu organ yang terdiri dari otot, memiliki 4 ruangan, berukuran kira-kira sebesar
kepalan tangan dan berbentuk seperti sebuah kerucut. Jantung terletak pada sisi kiri dari rongga
dada bagian atas. Sisi kanan dari jantung terbagi menjadi 2 ruangan : atrium kanan dan ventrikel
kanan. Sisi kiri dari jantung terbagi menjadi dua ruangan yaitu atrium kiri dan ventrikel kiri (Hull,
1993).
Jantung merupakan salah satu organ vital dari sekian banyak organ vital lainnya. Jantung
terletak dalam rongga dada pada bagian kiri agak ketengah, tepatnya diatas sekat diafragma
yang memisahkan rongga dada dengan rongga perut. Fungsi utama jantung adalah sebagai
pemompa darah, agar darah bisa bersirkulasi ke seluruh tubuh, (Irawan, 1998).
Darah sendiri berfungsi sebagai pengangkut zat-zat makanan yang diperlukan tubuh, sekaligus
juga oksigen. Disamping itu darah juga berfungsi untuk mengangkut zat-zat yang tidak berguna

bagi tubuh seperti sisa-sisa metabolisme dan karbon dioksida untuk dikeluarkan dari tubuh,
(Joewono, 2003).
Secara sederhana ukuran jantung kira-kira sebesar kepalan kita masing-masing dan terdiri dari:
Dua ruang atas disebut serambi jantung atau atrium sebelah kanan dan kiri. Dua ruang
bawah disebut bilik jantung atau ventrical sebelah kanan dan kiri. Empat buah klep jantung,
dua diantaranya menghubungkan serambi dan bilik kanan serta serambi dan bilik kiri (tricuspid
dan mitral). Sedangkan dua buah yang lain mengatur aliran darah keluar jantung dari bilik kiri
dan kanan (aorta dan pulmonary).
Suatu sistem listrik yang terdiri dari simpul-simpul Sinoatrial node (SA) dan Atrioventricular
node (AV) serta serabut syaraf, yaitu suatu kelompok jaringan khusus yang secara periodik dan
teratur menyebarkan aliran listrik yang berfungsi sebagai pengatur irama denyut jantung.
Proses pemompaan darah sehingga darah dapat bersirkulasi ke tubuh dan paru- paru mengikuti
urutan sebagai berikut:
Pada saat jantung sedang relaks (diastole), darah kurang oksigen dari vena tubuh mengalir ke
serambi kanan. Pada saat yang sama, serambi kiri terisi dengan darah yang kaya oksigen dari
paru-paru.
Pusat listrik (node) yang ada di dalam serambi kanan menembakkan arus listrik yang
menyebabkan kedua serambi berkerut secara serempak. Pada saat yang sama, katup-katup di
antara serambi dan bilik terbuka, memungkinkan darah mengalir kedalam bilik.
Tahap berikutnya adalah pemompaan dari bilik. Pada tahap ini sinyal listrik dari node yang
lain menyebabkan kedua bilik berkerut secara serempak. Ini mendorong darah yang kurang
oksigen dari bilik kanan ke dalam paru-paru. Darah yang kaya oksigen dari bilik kiri didesak ke
dalam arteri utama yang disebut aorta dan dari sini darah dialirkan ke seluruh tubuh. Klepklep tertutup untuk menjamin agar tidak ada aliran balik kedalam serambi.
Setelah pengerutan bilik, jantung mengendur, dan memungkinkan serambi terisi darah
sehngga proses sirkulasi dimulai kembali, (Joewono, 2003).
Definisi Penyakit Jantung Koroner
Jantung merupakan mesin pompa darah yang berukuran kira-kira sebesar kepalan tangan
kanan, dan berbentuk seperti kerucut. Jantung terbagi menjadi empat ruangan yaitu dua
ruangan atas yang disebut atrium (serambi) dan dua ruang bawah yang disebut ventrikel (bilik),
(Irawan, 1998).
Menurut WHO Coronary Heart Desease (PJK) adalah ketidaksanggupan jantung, akut maupun
kronik yang timbul karena kekurangan suplai darah pada miokardium sehubungan dengan
proses penyakit pada sistem nadi koroner dan menurut American Heart Organitation (AHA), PJK
merupakan kelainan pada satu atau lebih pembuluh darah arteri koroner dimana terdapat
penebalan dinding dalam pembuluh darah disertai adanya plak yang akan mengganggu aliran
darah ke otot jantung. Kemudian terjadi kerusakan otot jantung yang akibatnya dapat
menggangu fungsi jantung, (Fahmi, 2004).

Penyakit jantung koroner adalah penyakit yang diakibatkan oleh penyempitan pembuluh darah
arteri koroner yang memeberi pasokan zat makanan dan O2 ke otot- otot jantung terutama bilik
kiri yang memompa darah ke seluruh tubuh, (Sani, 2001).
Mekanisme Terjadinya Penyakit Jantung Koroner
Penyakit jantung koroner diawali dengan terjadinya atherosklerosis yaitu keadaan pengerasan
dinding pembuluh darah. Telah diketahui bahwa atherosklerosis terjadi sejak masa anak-anak
yang didukung dengan pemeriksaan patologis. Disfusi endotel merupakan proses awal
terjadinya atherosklerosis. Disfusi endotel ini akan menurunkan produksi nitric oxide (NO) yang
merupakan mediator regulasi vaskuler sehingga terjadi gangguan keseimbangan faktor relaksasi
dan kontraksi.
Sehingga bila terjadi penurunan NO akan terjadi peningkatan tegangan vaskuler, mengubah
geometri/remodelling, trombosis, inflamasi, oksidasi dan proliferasi. Penyebab disfusi endotel
yang akan mengakibatkan atherosklerosis adalah peningkatan LDL, radikal bebas yang
disebabkan rokok, hipertensi dan diabetes melitus, keturunan, peningkatan kadar homosistein
plasma, infeksi mikroorganisme (seperti kuman clamydia pneumoniae, pelicobacter pylori, virus
herves dan hepatitis) dan kombinasi beberapa faktor.
Faktor-faktor resiko tersebut secara langsung atau tidak langsung dapat menurunkan produksi
NO dan aktifitasnya. Penyebab dari disfungsi endotel adalah injury yang akan meningkatkan
permeabilitas dan adhesi endotel dengan leukosit atau platelet. Juga menginduksi endotel
mengubah antikoagulan menjadi prokoagulan, molekul vasoaktif, sitokin dan faktor
pertumbuhan.
roses inflamasi ini berlangsung terus dengan meningkatnya jumlah makrofag dan limfosit yang
berimigrasi dari darah ke daerah lesi dan akan melepaskan enzim hidrolitik, sitokin dan faktor
pertumbuhan dan akhirnya terjadi nekrosis. Adanya akumulasi monosit dan migrasi sel otot
polos akan membentuk jaringan fibrosis yang menutup lesi. Garis lemak yang terjadi sejak masa
kanak-kanak akan menjadi plak fibrosa serta disusul klasifikasi (pengapuran). Sehingga
menimbulkan kekakuan pembuluh darah, (Madiyono, 2003).
Patofisiologi Penyakit Jantung Koroner
Penyakit jantung koroner dapat memberikan manifestasi klinis yang berbeda- beda. Untuk
menentukan manifestasi klinisnya, perlu dilakukan pemeriksaan yang seksama. Dengan
memperhatikan klinis penderita, riwayat perjalanan penyakit, pemeriksaan fisik,
elektrokardiografi saat istirahat, foto dada, dan pemeriksaan enzim jantung dapat membedakan
subset klinis PJK, (Joewono, 2003).
Gambaran klinik adanya PJK dapat berupa angina pectoris, infark miokardium (akut miokard
infark), payah jantung (iskemic heart diseases) dan mati mendadak (sudden death). Pada
umumnya gangguan suplai darah arteri koronaria dianggap berbahaya bila terjadi penyempitan
sebesar 70% atau lebih pada pangkal atau cabang utama arteri koronaria.
Penyempitan yang kurang dari 50% kemungkinan belum menampakkan gangguan yang berarti.
Keadaan ini tergantung kepada beratnya arterisklerosis dan luasnya gangguan dan apakah
serangan itu lama atau masih baru, (Bustan, 2000).
Angina Pectoris

Angina pectoris adalah suatu sindrom klinis berupa serangan sakit dada yang khas, yaitu seperti
ditekan atau rasa berat di dada yang seringkali menjalar ke lengan kiri. Hal ini sering timbul saat
pasien melakukan aktifitas dan segera hilang saat aktifitas dihentikan.
Angina pectoris biasanya berkaitan dengan PJK aterosklerotik tetapi dalam beberapa kasus
dapat merupakan kelanjutan dari aterosklerosis aorta berat, insufiensi atau hipertropi
kardiomiopati tanpa disertai obstruksi, aortitis sifilitika, peningkatan kebutuhan metabolik
(seperti hipertiroidisme atau pasca pengobatan tiroid), anemia yang jelas takikardia proksimal
dengan frekuensi ventrikuler cepat, emboli atau spasme koroner), (Mansjoer, 2001).
Nyeri dada yang khas dari angina pectoris ialah rasa tertekan, seperti merasa terpilin, sperti
terbakar (panas yang berpusat di daerah retrostenal (dibalik tulang sternum yang berada
ditengah-tengah dada) yang bisa menjalar kelengan kiri, leher, bahu dan punggung.
Dalam hal ini angina pectoris bisa digolongkan menjadi 3 (tiga) macam, yait :
Angina pectoris stabil, yaitu gejala yang timbul frekuensinya tetap, baik lamanya maupun
kadar pencetusnya.
Angina pectoris tidak stabil, yaitu pola gejala yang timbul berubah-ubah, baik frekuensinya,
lamanya, maupun kenyerian yang dirasakan.
Angina prinzmental, yang biasanya timbul sewaktu sedang beristirahat. Biasanya disebabkan
oleh spasme pembuluh darah koroner. Secara elektrokardiografi (EKG), timbulnya angina
pectoris sering pula dibarengi dengan depresi segmen ST dan inversi gelombang T. Kelainan
segmen ST (depresi segmen ST) sangat nyata pada pemeriksaan uji beban masuk (Irawan, 1998).
Infark Miokard Akut/Acute Myocardial Infraction (serangan jantung)
Acute myocard infraction atau serangan jantung akut umumnya disebabkan oleh penyumbatan
pembuluh arteri koroner secara tiba-tiba, karena pecahnya plak lemak ateroskeloris pada arteri
koroner. Plak lemak tersebut menjadi titik-titik lemah dari arteri itu dan cenderung untuk pecah.
Pada waktu pecah, gumpalan cepat terbentuk dan mengakibtkan penghambatan (okulasi) arteri
yang menyeluruh, serta memutuskan aliran darah ke otot jantung. Ini mengakibatkan rasa sakit
dada yang hebat pada pusat dada dan menyebar sampai lengan atau leher (Joewono, 2003).
Ischemic Heart Disease (payah jantung)
Ischemic Heart Disease adalah suatu keadaan dimana terjadi pengurangan oksigen secara
temporer pada jantung yang disebabkan oleh penyempitan pembuluh darah atau karena
penyakit tertentu. Ischemic ini ada yang disebut sebagai silent ischemic dimana penderitanya
tidak merasakan gejala yang timbul (Andari, 2001). Payah jantung terjadi karena denyut jantung
sudah sedemikian lemahnya sehingga jantung tidak lagi dapat memompa darah dengan baik.
Rasa sakit akibat payah jantung bertahan berjam-jam. Gejala yang timbul ialah gelisah, pusing,
keringat dingin, gangguan gastro intestinal (muntah, diare, mual) dan shock yang menyebabkan
tensi turun serta nadi cepat, (Bustan, 2000).
Kematian Mendadak (sudden death)
Kematian mendadak (sudden death) terjadi pada 50% penderita yang tanpa keluhan
sebelumnya. Sedangkan selebihnya disertai keluhan yang mati mendadak 6 jam setelah keluhan.
Proses mati mendadak ini dimulai dengan trombosis pembuluh darah koroner yang disusul
dengan nekrosis yang disertai aritmia ventrikel (Bustan, 2000).

Salah satu unsur dalam makanan adalah lemak. Lemak tidak dapat larut dalam darah kecuali
terikat oleh protein tertentu. Lemak akan mengalami pemecahan asam lemak bebas, trigliserida
dan kolesterol.
Selama dalam peredaran darah ada kecenderungan kolesterol menempel pada dinding
pembuluh darah sehingga mempersempit pembuluh darah, menjadi tidak lancar dan lemak
terlarut dalam darah sehingga tidak mencukupi proses metabolisme dan mengganggu
keseimbangan kebutuhan oksigen dan penyediaan oksigen. Penyempitan ini dapat
menyebabkan penyumbatan pembuluh darah. Bila penyumbatan ini terjadi di pembuluh
koronaria dinamakan penyakit jantung koroner.
Gejala Penyakit Jantung
Nyeri pada dada merupakan tanda paling umum dan sering dialami setiap kali terjadi serangan
jantung. Variasi rasa sakit sangat besar dan terjadi tiba-tiba di setiap saat. Rasa nyeri ini
selanjutnya menyebar ke leher, tulang rahang, dan lengan kiri, rasa nyeri dapat berlanjut ke
daerah antara kedua bahu atau rongga lambung dan terkadang timbul ketidakteraturan denyut
jantung, gejala lain umumnya meliputi lemah dan pusing, kulit pucat, dingin dan basah serta
dapat berlanjut ke pingsan (shock) (Mursito, 2002).
Rasa nyeri muncul karena jantung kekurangan darah dan suplai oksigen. Semua orang
merasakan hal semacam ini merupakan serangan jantung atau bukan, gejala lain yang menyertai
adalah rasa tercekik, kondisi seperti ini timbul secara tak terduga dan hanya timbul jika jantung
dipaksa bekerja keras, misal fisik dipaksa bekerja keras atau mengalami tekanan emosional,
(Krisnatuti, 2002).
Faktor-faktor Resiko Penyebab Penyakit Jantung Koroner
Faktor resiko adalah semua faktor penyebab (etiologi) ditambah dengan faktor epidemiologi
yang berhubungan dengan terjadinya suatu penyakit. Secara garis besar faktor resiko dapat
dibagi 2 (dua) yaitu, faktor resiko yang tidak dapat diubah dan faktor resiko yang dapat diubah.
Faktor Resiko yang Tidak Dapat Diubah (Unchangeable Risk Factors)
Faktor-faktor resiko yang tidak dapat diubah terdiri dari keturunan, jenis kelamin, umur dan
stress.
Keturunan
Keturunan mengambil peranan penting dalam menentukan resiko alamiah dari PJK. Penelitian
menunjukkan bahwa keluarga yang mempunyai anggota keluarga menderita PJK di bawah umur
55 tahun menunjukkan bahwa ada anggota lain dari keluarga tersebut yang mempunyai
penyakit jantung yang bersifat premature. Beberapa kelompok keluarga yang mempunyai
predisposisi PJK adalah ayah (37%), ibu (9,98%), saudara sekandung (27,6%), saudara kembar
laki-laki ( 43%) dan saudara kembar perempuan 21%, (Bustan, 2000).
Jenis Kelamin
Pria lebih sering terkena serangan jantung dibandingkan wanita, setelah manopause
frekuensinya sama antara pria dan wanita. Pria beresiko terkena PJK setelah berusia 40 tahun,
sedangkan wanita setelah berusia 50 tahun. Wanita lebih terlindungi dari PJK mungkin karena
hormon estrogen pada wanita (Soeharto, 200) Pravalensi PJK lebih tinggi pada laki-laki dari
pada wanita. Pada umur 45-54 tahun rasio terkena PJK pada laki-laki 6 kali dari pada wanita.

Pada umur 50 tahun ASDR laki-laki dan wanita akibat PJK tidak berbeda, dan pada umur 80
tahun ASDR pada kedua jenis kelamin sama (Sitepu, M, 1997).
Umur
Jelas sekali umur merupakan faktor yang amat berpengaruh terhadap terjadinya PJK, terutama
terhadap terjadinya pengendapan aterosklerosis pada arteri koroner. Saluran arteri koroner ini
dapat dibandingkan dengan saluran pipa ledeng, makin tua umurnya makin besar kemungkinan
timbulnya kerak di dindingnya, yang menyebabkan terganggunya aliran dalam pipa
(Soeharto,2000).
Stress
Stres dapat memicu pengeluaran hormon adrenalin dan katekolamin yang tinggi dan dapat
berakibat mempercepat kekejangan arteri koroner, sehingga suplai darah ke otot jantung
terganggu. Dalam jangka panjang, terlalu banyak peristiwa yang menegangkan dalam satu tahun
dapat menjadi awal serangan jantung (Payne, 1995).
Faktor Resiko yang Dapat Diubah (Changeable Risk Factors)
Hipertensi
Tekanan darah yang tinggi secara terus menerus beban pembuluh arteri perlahan-lahan. Arteri
mengalami proses pengerasan, menjadi tebal dan kaku, sehingga mengurangi elastisitasnya.
Tekanan darah yang terus menerus tinggi dapat pula menyebabkan dinding arteri rusak atau
luka dan mendorong proses terbentuknya pengendapan plak pada arteri koroner
(aterosklerosis). Proses ini menyempitkan lumen yang terdapat pada pembuluh darah, sehingga
aliran darah menjadi terhalang. Dengan demikian hipertensi merupakan salah satu resiko PJK
(Soeharto, 2000).
Kolesterol
Kolesterol dalam zat makanan yang kita makan meningkatkan kadar kolesterol dalam darah.
Sejauh pemasukan ini masih seimbang dengan kebutuhan, tubuh akan tetap sehat, tetapi
kelebihan kolesterol dapat mengendap di dalam pembuluh darah arteri, sehingga menyebabkan
penyempitan dan pengerasan yang dikenal aterosklerosis, sehingga menyebabkan suplai darah
ke otot jantung tidak cukup jumlahnya sehingga timbul sakit atau nyeri dada yang disebut
angina, bahkan dapat menjurus ke serangan jantung (Soeharto, 2000).
Pola Makan
Pola makan adalah frekuensi jumlah serta jenis makanan yang dikonsumsi. Tujuannya untuk
mencapai serta memelihara kesehatan dan status gizi optimal, untuk itu tubuh perlu
mengkonsumsi makanan sehari-hari yang mengandung zat-zat gizi yang seimbang sesuai
Pedoman Umum Gizi Seimbang (PUGS). Yang dimaksud dengan PUGS adalah pedoman dasar
tentang gizi seimbang yang disusun sebagai penuntun pada perilaku konsumsi makanan di
masyarakat secara baik dan benar. Berdasarkan fungsi utama zat gizi makanan harus
mengandung sumber energi, sumber protein dan sumber zat pengatur. Untuk memudahkan
penyusunan menu sehari-hari yang bervariasi dan bergizi dapat digunakan daftar bahan

makanan penukar. Penukar ini dapat digunakan dalam keadaan sehat maupun sakit (Almatsier,
2004).
Merokok
Asap merokok mengandung nikotin yang memacu pengeluaran zat-zat seperti adrenalin, zat ini
merangsang denyutan jantung dan tekanan darah. Asap rokok mengandung karbon monoksida
(CO) yang memiliki kemampuan jauh lebih kuat dari pada sel darah merah untuk menyerap
oksigen, sehingga menurunkan kapasitas darah merah tersebut untuk membawa oksigen ke
jaringan-jaringan termasuk jantung (Irawan, 1998).
Diabetes melitus
Diabetes menyebabkan faktor resiko PJK yaitu bila kadar glukosa darah naik, terutama bila
berlangsung dalam waktu yang cukup lama, gula darah tersebut dapat mendorong terjadinya
pengendapan (arterosklerosis) pada arteri koroner. Diabetes yang tidak terkontrol dengan
kadar glukosa yang tinggi dalam darah cenderung menaikkan kadar kolesterol dan trigliserida.
Kadar glukosa darah stabil berkisar antara 70-140 mg/dl. Jika kadar glukosa darah melebihi
angka tadi maka dapat dipastikan jika seseorang telah positif menderita diabetes melitus
(Vitahealth, 2004). 6. Kegemukan dan kurang aktivitas Kegemukan dan kurang aktivitas
merupakan salah satu faktor risiko PJK, namun berbeda dengan faktor risiko yang lain,
kegemukan mendorong timbulnya faktor risiko yang lain seperti diabetes melitus, hipertensi
yang pada taraf selanjutnya meningkatkan risiko PJK.
Tekanan darah tinggi tidak jarang terjadi pada penderita obesitas. Kelebihan berat badan
memaksa jantung bekerja lebih keras. Adanya beban ekstra bagi jantung itu, ditambah dengan
terjadinya pengerasan pembuluh darah arteri koroner, cenderung mendorong terjadinya
kegagalan jantung (Soeharto, 2000).
http://www.psychologymania.com/2012/10/penyakit-jantung-koroner.html

Makalah PENYAKIT JANTUNG KORONER

BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Penyakit jantung koroner adalah suatu penyakit jantung yang disebabkan karena kelainan
pembuluh darah koroner. Salah satu penyebab utamanya adalah aterosklerosis koroner yaitu
proses penimbunan lemak dan jaringan fibrin, gangguan fungsi dan struktur pembuluh darah

yang mengakibatkan berkurangnya aliran darah ke miokard. Faktor risiko yang mempengaruhi
terjadinya aterosklerosis adalah kolesterol darah yang meninggi,diet, hipertensi, merokok,
diabetes melitus, obesitas, jeniskelamin, umur, kurang latihan dan keturunan.1
Di seluruh dunia, jumlah penderita penyakit ini terus bertambah. Ketiga kategori penyakit ini
tidak lepas dari gaya hidup yang kurang sehat, yang banyak dilakukan seiring dengan
berubahnya pola hidup. Organisasi Kesehatan Sedunia (WHO) dan Organisasi Federasi Jantung
Sedunia (World Heart Federation) memprediksi penyakit jantung akan menjadi penyebab utama
kematian di negara-negara Asia pada tahun 2010. Saat ini, sedikitnya 78% kematian global
akibat penyakit jantung terjadi pada kalangan masyarakat miskin dan menengah. Berdasarkan
kondisi itu, dalam keadaan ekonomi terpuruk maka upaya pencegahan merupakan hal
terpenting untuk menurunkan penyakit kardiovaskuler pada 2010.2
Di negara berkembang dari tahun 1990 sampai 2020, angka kematian akibat penyakit jantung
koroner akan meningkat 137 % pada laki-laki dan 120% pada wanita, sedangkan di negara maju
peningkatannya lebih rendah yaitu 48% pada laki-laki dan 29% pada wanita. Di tahun 2020
diperkirakan penyakit kardiovaskuler menjadi penyebab kematian 25 orang setiap tahunnya.
Oleh karena itu, penyakit jantung koroner menjadi penyebab kematian dan kecacatan nomer
satu di dunia.2
Indonesia saat ini menghadapi masalah kesehatan yang kompleks dan beragam. Tentu saja
mulai dari infeksi klasik dan modern, penyakit degeneratif serta penyakit psikososial yang
menjadikan Indonesia saat ini yang menghadapi threeple burden diseases. Namun tetap saja
penyebab angka kematian terbesar adalah akibat penyakit jantung koroner the silence killer.
Tingginya angka kematian di Indonesia akibat penyakit jantung koroner (PJK) mencapai 26%.
Berdasarkan hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga Nasional (SKRTN), dalam 10 tahun terakhir
angka tersebut cenderung mengalami peningkatan. Pada tahun 1991, angka kematian akibat PJK
adalah 16 %. Kemudian di tahun 2001 angka tersebut melonjak menjadi 26,4 %. Angka kematian
akibat PJK diperkirakan mencapai 53,5 per 100.000 penduduk Indonesia.2

BAB II
ISI
II.1 Definisi
Penyakit Jantung Koroner (PJK) atau disebut juga Ischemic Heart Disease (IHD) adalah penyakit
jantung yang disebabkan karena kelainan pembuluh darah koroner. Salah satu penyebab
utamanya adalah aterosklerosis koroner.3
II.2 Etiologi
Penyebab jantung koroner adalah karena penumpukan zat lemak secara berlebihan di lapisan
dinding nadi pembuluh koroner, yang dipengaruhi oleh pola makan yang kurang sehat.
Kecanduan rokok, hipertensi, kolesterol tinggi juga dapat menjadi penyebab penyakit jantung
koroner.4
Salah satu penyebab utamanya adalah aterosklerosis koroner yaitu proses penimbunan lemak
dan jaringan fibrin, gangguan fungsi dan struktur pembuluh darah yang mengakibatkan
berkurangnya aliran darah ke miokard.
Aterosklerosis adalah penyakit arteri yang berkembang secara perlahan, dengan penebalan
tunika intima yang terjadi akibat disfungsi endotel, inflamasi vaskular, terbentuknya lipid
kolesterol, kalsium, dan debris seluler pada dinding pembuluh darah. Pembentukan ini akan
menghasilkan plak, remodelling pembuluh darah, obstruksi lumen pembuluh darah akut dan
kronik, abnormalitas aliran darah dan menurunnya suplai oksigen ke organ target.34
Adanya aterosklerosis koroner dimana terjadi kelainan pada intima bermula berupa bercak
fibrosa (fibrous plaque) dan selanjutnya terjadi ulserasi, pendarahan, kalsifikasi dan trombosis.
Perjalanan dalam kejadian aterosklerosis tidak hanya disebabkan oleh faktor tunggal, akan
tetapi diberati juga banyak faktor lain seperti : hipertensi, kadar lipid, rokok, kadar gula darah
yang abnormal.4

II.3 Faktor Resiko 5


Faktor risiko penyakit jantung koroner ada yang membaginya dalam faktor risiko primer
(independen) dan sekunder (Kasiman, 1997; Krismi, 2002), yaitu:
1. Faktor risiko primer; faktor ini dapat menyebabkan gangguan arteri berupa aterosklerosis
tanpa harus dibantu oleh faktor lain (independen), termasuk faktor risiko primer, yaitu
hiperlidemi, merokok, dan hipertensi.
2. Faktor risiko sekunder; Faktor ini baru dapat menimbulkan kelainan arteri bila ditemukan
faktor lain secara bersamaan, termasuk factor risiko sekunder, yaitu diabetes melitus (DM),
obesitas, stres, kurang olah raga, alkohol, dan riwayat keluarga.

Dalam penelitiannya, Tjokroprawiro (2001) menyebutkan ada 34 faktor risiko yang bertanggung
jawab terhadap kualitas sel endotel dan pembuluh darah, yang selanjutnya juga bertanggung
jawab terhadap kualitas hidup manusia itu sendiri. Ke-34 faktor risiko tersebut adalah :
Tab. 1. Faktor resiko Penyakit Jantung Koroner
1. Genetik
2. Insulin resistensi
3. Intoleransi glukosa
4. Asam urat
5. Lipid
6. Obesitas
7. Merokok
8. Hipertensi
9. Inaktivitas fisik
10. Agregasi platelet
11. Stres
12. Jenis kelamin
13. Usia
14. Fibrinogen
15. Faktor pembekuan darah VIIIc, VII, Va, Xa,XIIIa
16. Radikal bebas
17. Penyalahgunaan alkohol
18. Ras
19. Inhibitor dan promotor
20. Hipertrofi ventrikel kiri
21. PAF
22. Androgen
23. Interleukin
24. Katekolamin
25. Kortisol
26. Hormon pertumbuhan
27. Estrogen
28. Leptin
29. TNF-
30. Homosistein
31. Cu
32. Fe
33. Inflamasi
34. TGF-

II.4 PATOGENESIS ATEROSKLEROSIS 6


Menurut kelompok studi WHO (1958), aterosiderosis adalah suatu kombinasi perubahan tunika
intima pembuluh darah arteri yang bervariasi, yang terdiri dari penimbunan setempat lemak,
kompleks karbohidrat, darah dan produk darah, jaringan fibrosa, penimbunan kalsium bersama-

sama dengan perubahan tunika media. Seperti diketahui struktur normal dinding arteri terdiri
dari tunika intima, tunika media dan tunika adventisia. Pada proses aterosklerosis prinsipnya
yang terlibat adalah tunika intima walaupun perubahan sekunder dapat juga dijumpai pads
tunika media. Tiga tipe lesi aterosklerosis klasik yang dapat dijumpai adalah garis lemak, plak
fibrosa dan lesi kompleks. Garis lemak ditandai oleh penimbunan lemak setempat, sejumlah
kecil sel otot polos intima dan tidak menyebabkan obstruksi ataupun gejala. Garis lemak ini
bersifat reversibel dan dapat menjadi plak fibrosa. Plak fibrosa adalah lesi yang karakteristik,
nampak keputihan dan menonjol ke dalam lumen arteri. Plak fibrosa dapat berkembang menjadi
lesi kompleks yaitu plak fibrosa yang berubah karena adanya perdarahan, fibrosis dan kalsifikasi,
ulserasi ataupun trombosis. Sifat khan lesi ini adalah kalsifikasi dan sering dihubungkan dengan
kejadian oklusi.
Aterosklerosis merupakan spektrum dari reaksi arteri akibat beberapa faktor yang
mempengaruhi dinding pembuluh darah dan menyebabkan kelainan melalui mekanisme yang
berbeda pada subyek yang berbeda bahkan tempat yang berbeda pada subyek yang sama.
Teori dan mekanisme terbentuknya aterosklerosis :
1. Mekanisme Infiltrasi Lipid
Teori ini menerangkan bahwa plasma protein termasuk LDL dan VLDL secara kontinu masuk ke
dalam pembuluh darah melalui endotel. LDL yang berlebihan akan tertimbun di dalam dinding
arteri. Produk dari metabolisme lipoprotein ini terutama kolesterol bebas; kolesterol bebas dan
kolesterol ester akan menyebabkan reaksi fibrokalsifikasi.
2.Permeabilitas Tunika Intima dan Kerusakan Sel Endotel
Perubahan permeabilitas tunika intima terhadap lipoprotein dan kerusakan sel endotel
merupakan faktor penting terbentuknya aterosklerosis. Dari percobaan diketahui bahwa
kerusakan endotel dapat disebabkan oleh panas, dingin, mekanik (kateter) yang mempercepat
proses aterosklerosis pads keadaan hiperkolesterolemi. Kerusakan endotel ataupun perubahan
permeabilitas juga dapat terjadi akibat aglutinasi platelet yang melepaskan vasoaktif amin, dari
area yang mengalami stres hemodinamik, hipertensi dan kompleks antigen-antibodi.
3.Mekanisme Trombogenik
Perkembangan lebih lan jut proses aterosklerostik dapat menyebabkan oklusi total yang erat
hubungannya dengan ruptur plak, agregasi platelet, terbentuknya trombus serta vasospasme
koroner. Ruptur plak akan menyebabkan pelepasan ATP dan ADP dari sel-sel yang rusak. ATP
dan ADP mengaktifkan platelet sehingga terjadi adesi. Platelet kemudian melepaskan
tromboksan A2 dan terutama ADP yang mengaktifkan platelet di sekitarnya untuk beragregasi
dan membentuk gumpalan trombus.
4. Mekanisme Hemodinamik
Mekanisme ini menerangkan hubungan lokalisasi dan pembentukan aterosklerosis. Plak
ateroma terutama sering didapatkan di daerah percabangan pembuluh darah. Pada pembuluh
darah koroner, ateroma lebih jelas pads bagian proksimal dari tiga cabang utama epikardial
arteri koronaria yang jelas bergerak pads setiap denyut jantung. Arteri penderita hipertensi
menunjukkan peningkatan permeabilitas terhadap molekul lipoprotein. Faktor mekanis ini dapat
mempengaruhi perubahan tunika intima dan merangsang pembentukan mikro trombi
5. Perdarahan Kapiler

Teori Wintemitz (1938) menerangkan bahwa lipid pads lesi aterosklerotik berasal dari
perdarahan berulang pads plak akibat ruptur kapiler lumen pembuluh darah maupun vasa
vasorum. Walaupun mekanisme ini tidak ada hubungannya dengan permulaan pembentukan
lipid akan tetapi mekanisme ini dapat menambah penimbunan lipid dan fibrosis pads plak yang
sudah terbentuk. Paterson menjelaskan bahwa frekuensi dan adanya perdarahan kapiler dalam
plak merupakan mekanisme untuk terjadinya obstruksi akut arteri koroner.
6. Migrasi Lipofag (Makrofag)
Teori ini diperkuat oleh Leary; penimbunan kolesterol pada arteri adalah akibat lipofag yang
beredar dalam darah melakukan penetrasi pads tunika intima. Sel ini diduga melakukan
penetrasi ke dalam endotelium atau melekat pads permukaan sehingga menutupi endotelium
II. 5 PATOFISIOLOGI PENYAKIT JANTUNG KORONER 6
Fase penyakit jantung koroner dapat diketahui berdasarkan hubungan antara gejala klinis
dengan patologi endotelium yangdapat dilihat secara angioskopi. Pada permulaan penyakit akan
tampak lapisan lemak pads permukaan pembuluh darah. Bila lesi melebar akan menyebabkan
obstruksi parsial oleh plak yang permukaannya licin. Bila plakbertambah besar aliran koroner
akan berkurang dan menyebabkan angina stabil. Beberapa plak akan mengalami ulserasi dan
menyebabkan kumpulan platelet pada tempat tersebut. Kumpulan platelet tersebut akan
mengakibatkan lepasnya vasokonstriktor koroner secara periodik dari aliran darah dan
menyebabkan angina yang laju (accelerated angina) yaitu bentuk peralihan dari angina stabil ke
angina tak stabil. Bila emboli yang lepas cukup besar akan menyebabkan kematian yang
mendadak.
Kumpulan platelet yang menempel dapat membentuk trombus kecil. Bila trombus cukup besar
dan menyebabkan obstruksi total akan menjadi infark miokard. Setelah terjadi infark, trombus
akan lisis oleh proses endogen. Ulserasi endotelium menyembuh dalam beberapa minggu.
Proses penyembuhan kadang-kadang tidak seluruhnya sempurna, seringkali trombus yang
tersisa membentuk sumbatan dalam pembuluh darah sehingga timbul kembali angina stabil.
Plak tersebut dapat ruptur kembali, dan seterusnya
Jadi mekanisme pencetus yang mengubah status seorang penderita dengan gejala klinis stabil
menjadi gawat seperti infark miokard akut sangat berhubungan erat dengan patogenesis ate
rosklerosis, agregasi platelet,trombosis intra koroner serta vasospasme koroner. Maka bagi
penderita penyakit koroner dengan aliran darah koroner terganggu, penanganan utamanya
adalah revaskularisasi dan reperfusi, baik secara mekanik maupun medikamentosa.
II.6 GEJALA 7
1. Nyeri dada (angina). Anda mungkin merasa tekanan atau sesak di dada, seolaholah seseorang
sedang berdiri di dada Anda. Rasa sakit, yang disebut sebagai angina, biasanya dipicu oleh
tekanan fisik atau emosional. Hal itu biasanya hilang dalam beberapa menit setelah
menghentikan aktivitas yang menyebabkan tekanan. Pada beberapa orang, terutama
perempuan, nyeri ini mungkin sekilas atau tajam dan terasa di perut, punggung, atau lengan.
2. Sesak napas. Jika jantung tidak dapat memompa cukup darah untuk memenuhi kebutuhan
tubuh Anda, Anda dapat mengalami sesak napas atau kelelahan ekstrem tanpa tenaga .
3. Serangan jantung. Jika arteri koroner menjadi benar-benar diblokir, Anda mungkin mengalami
serangan jantung. Gejala klasik serangan jantung termasuk tekanan yang menyesakkan dada

dan sakit pada bahu atau lengan, kadang-kadang dengan sesak napas dan berkeringat. Wanita
mungkin kurang mengalami tanda-tanda khas serangan jantung dibanding laki-laki, termasuk
mual dan sakit punggung atau rahang. Kadang-kadang serangan jantung terjadi tanpa ada
tanda-tanda atau gejala yang jelas.
II.7 Kriteria Diagnosa 8
Diagnosis IMA dengan elevasi ST ditegakkan berdasarkan anamnesis nyeri dada yang khas dan
gambaran EKG adanya elevasi ST> 2 mm, minimal pada 2 sadapan prekordial yang
berdampingan atau>1mm pada sadapan ekstremitas. Pemeriksaan enzim jantung, terutama
troponin T yang meningkat memperkuat diagnosis.
Nyeri Dada
Nyeri dada (angina) merupakan gejala kardinal pasien IMA. Sifat nyeri dada angina sebagai
berikut:
o Lokasi: substernal, retrosternal, dan prekordial
o Sifat nyeri: rasa sakit, seperti ditekan, rasa terbakar, ditindih benda berat seperti:ditusuk,
diperas, atau dipelintir
o Penjalaran:biasanya ke lengan kiri, dapat juga ke leher, rahang bawah, gigi, punggung /
interskapula, perut dan dapat juga ke lengan kanan.
o Nyeri membaik atau hilang dengan istirahat atau obat nitrat.
o Faktor pencetus:latihan fisik, stress emosi, udara dingin, sesudah makan.
o Gejala yang menyertai:mual, muntah, sulit bernapas, keringat dingin, cemas, dan lemas.
Diagnosis banding8
Perikarditis akut, emboli paru, diseksi aorta akut, kostokondritis dan gangguan GI. STEMI tanpa
nyeri lebih sering pada DM dan usia lanjut.
Pemeriksaan Fisik8
Sebagian besar pasien cemas dan tidak bisa istirahat (gelisah). Seringkali ekstremitas pucat
dengan keringat dingin. Kombinasi nyeri dada substernal >30 menit dan banyak keringat
dicurigai kuat. Tanda fisis lain adalah penurunan intensitas bunyi jantung pertama dan murmur
midsistolik yang bersifat sementara. Peningkatan suhu sampai 38C dapat dijumpai dalam
minggu pertama pasca STEMI.
Pemeriksaan EKG 8
Sebagian besar pasien dengan presentasi awal elevasi segmen ST mengalami evolusi menjadi
gelombang Q pada EKG yang akhirnya didiagnosis infark miokard gelombang Q.
Reaksi non spesifik terhadap injuri miokard adalah leukositosis polimorfonuklear yang dapat
terjadi dalam beberapa jam setelah onset nyeri dan menetap selama 3-7 hari. Leukosit dapat
mencapai 12000-15000/ul.
II.8 Penatalaksanaan 9
Tindakan umum : pasien perlu perawatan di rumah sakit, diistirahatkan (bed rest), diberi
penenang dan oksigen. Pemberian morfin atau petidin perlu pada pasien yang masih merasakan
sakit dada walaupun sudah mendapat nitrogliserin.
Terapi farmakologi :
Oba
dengan efek mengurangi preload dan afterload sehingga dapat mengurangi wall stress dan
kebutuhan oksigen. Nitrat juga menambah suplai oksigen dengan vasodilatasi pembuluh

koroner dan memperbaiki aliran darah kolateral. Pembuluh darah kolateral memberikan rute
alternatif perfusi miokard bila arteri koroner epikard mayor mengalami stenosis atau oklusi.
Saluran ini dorman dalam keadaan normal namun dalam beberapa jam kolateral yang ada
mengalami dilatasi dan mengembangkan karakteristik pembuluh darah matur. menurunkan
daya kontraksi miokardium. Contoh : propanolol, metoprolol, atenolol. Vasodilatasi koroner dan
o Obat antiagregasi trombosit
pasien dengan angina tidak stabil. Merupakan obat lini kedua jika p

reseptor GP IIb/IIIa pada platelet ialah ikatan terakhir pada proses agregasi platelet. Karena GP
IIb/IIIa inhibitor menduduki reseptor tadi maka ikatan platelet dengan fibrinogen dapat
dihalangi dan agregasi platelet tidak terjadi.
o Obat antitrombin
molecular weight Heparin (LMWH) depolarisasi rantai polisakarida heparin.
o Direct thrombin inhibitors : bekerja langsung mencegah pembentukan pembekuan darah
Tindakan revaskularisasi pembuluh koroner :Tindakan operasi bypass (CABG), angioplasti dan
pemasangan stent (Percutaneous Coronary Revascularization), coronary brachytherapy, dan
laser revascularization.
II.9 Prognosis
Penyakit jantung koroner masih merupakan pembunuh utama di banyak negara tidak hanya
negara industri maju, seperti Amerika dan negara Eropa hal ini pun berlaku di negara kita.
Setelah terdiagnosa sebagai penderita pjk oleh dokter, baik yang hanya memerluka pengobatan,
yang sudah dibalon maupun yang sudah menjalani bedah pintas koroner. Pasien masih memiliki
kesempatan hidup tanpa kekawatiran yang berlebihan dan yang terpenting penyakinya tidak
memburuk. Termasuk disini, pasien dapat bekerja kembali, berolahraga, dan boleh menikmati
makanan kesukaannya. Pengendalian Faktor Resiko Penyakit jantung koroner sangat
berhubungan dengan faktor resiko tersebut dapat memperbaiki kualitas hidup dan memperkecil
resiko kambuh atau memberatnya penyakit.
II.10 Komplikasi STEMI 10
Disfungsi ventricular, aritmia pasca STEMI, gangguan hemodinamik, ekstrasistol ventrikel,
edema paru, takikardi dan fibrilasi atrium dan ventrikel, syok kardiogenik, bradikardi dan blok,
infark ventrikel kanan.
II.11 Pencegahan
Sama halnya dengan penyakit-penyakit lain, PJK juga berlaku prinsip mencegah lebih baik dari
pada mengobati. Dalam hubungan ini dikenal dengan ada nya pencegahan hubungan primer
dan sekunder. Yang pertama bermaksud menjaga seseoran jangan sampai terkena PJK, dan
kedua mengusahakan agar penyakitnya tidak menjadi lebih parah, bahkan bila mungkin
menyenbuhkannya sampai mendekati keadaan normal.
Pada penyakit jantung koroner dikenal adanya pencegahan primer dan sekunder.
a. Pencegahan Primer

Sepertiga dari mereka mengalami serngan jantung atau myocardial infarction (MI) akan
meninggal dalam waktu 24 jam dan mereka yg hidup akan mengalami akibat yang serius,
termasuk kegagalan jantung, angina, aritmia, dan meningkatnya resiko untuk mati mendadak
(AHA, 1998). Pertiga dari kejadian kardiovaskuler baru terjadi pada orang-orang dibawah umur
65 tahun (AHA 1999). Karena itu kita perlu serius upaya melakukan pencegahan primer.
Pencegahan primer dilakukan untuk mencegah PJK baru. Bila pencegahan ditunda sampai
terbentuknya plak diarteri koroner ketingkat lanjut individu dan masyarakat akan menderita
beban berat biaya PJK. Pendekatan yang esensial dari pencegahan prier adalah mengurangi
faktor resiko PJK.

Strategi pencegahan primer


Dua pendekatan yang komplementer terhadap pencegahan primer yaitu strategi populasi dan
strategi klinis.
a. Strategi Populasi
Bertujuan untuk menggalakan pola hidup yang benar bagi individu dan masyarakat untuk
menekan terjadinya penyakit kardiovaskuler dengan cara menyebarluaskan keterangan
mengenai segala masalah kesehatan jantung seperti menghentikan rokok, meningkatkan
aktivitas fisik, diit mengurangi mengurangi makanan berlemak dll.
b. Strategi Klinis
Strategi klinis diperlukan untuk mengidentifikasi individu yang memiliki resiko tinggi dimana
modifikasi faktor resiko sudah diperlukan sangat mendesak. Hal ini dapat diperluas dengan
mengidentifikasi warga individu yang terkena yang memiliki resiko tertinggi.
Pencegahan primer klinis juda dapt dikateorikan menjadi jangka pendek dan jangka panjang.
o Pencegahan Jangka Pendek
Bertujuan mengurangi resiko PJK baru, serangan jantung dan stroke yang tejadi pada masa
dekat (dibawah 10 tahun). Ini ditujukan kepada mereka yang telah memilki kemungkinan
pengapuran yang telah lanjut dan memilik resiko PJK yang tinggi. Mereka ini memerlukan
intervensi yang lebih intensif. Perubahan pola hidup tetap merupakan komponen yang penting
dari prnurunan resiko jangka pendek. Tetapi lebih banyak orang akan memerlukan tambahan
terapi obat-obatan untuk mengurangi resiko dibanding pencegahan jangka.
o Pencegahan Jangka Panjang
Bermaksud mengurangi PJK selama hidup dengan jalan mencegah tebentuknya dan
berkembangnya aterosclerosis dan sebab dasar dari PJK. Ini ditukan kepada mereka yang tidak
langsung aman terkena masalah jantung yan berat dan memiliki kemungkinan timbulnya PJK.
Pencegahan seumur hidup memprioritaskan perubahan pola hidup yang menjadi penyebab
utama faktor resiko, seperti kegemukan, kurang aktifitas, dan pola makan. Intensitas terapi
kategori ini tergantung pada penilaian resiko.
b. Pencegahan Sekunder
Pencegahan sekunder adalah tindakan yang dilakukan untuk mengurangi faktor resiko bagi
mereka yang nyata-nyata mengidap PJK, ada plak pada arteri, atau telah mengalami serangan
jantung atau stoke. Program rehabilitasi adalah satu contoh dari pencegahan sekunder. Pasien

dilatih olah raga dan diberi penyuluhan yang diperlukan, disamping pemeriksaan profil lemak
dll.

BAB III
PENUTUP

III.1 Kesimpulan
Penyakit Jantung Koroner (PJK) atau disebut juga Ischemic Heart Disease (IHD) adalah penyakit
jantung yang disebabkan karena kelainan pembuluh darah koroner. Salah satu penyebab
utamanya adalah aterosklerosis koroner. Aterosklerosis adalah penyakit arteri yang berkembang
secara perlahan, dengan penebalan tunika intima yang terjadi akibat disfungsi endotel, inflamasi
vaskular, terbentuknya lipid kolesterol, kalsium, dan debris seluler pada dinding pembuluh
darah. Pembentukan ini akan menghasilkan plak, remodelling pembuluh darah, obstruksi lumen
pembuluh darah akut dan kronik, abnormalitas aliran darah dan menurunnya suplai oksigen ke
organ target.
Mengenal Faktor resiko PJK sangat penting dalam usaha pencegahan PJK merupakan salah satu
usaha yang cukup besar peranannya dalam penanganan PJK untuk menurunkan resiko dan
kematian akibat PJK yaitu dengan cara mengendalikan faktor resiko PJK. Faktor resiko Utama PJK
adalah : Hipertensi, hiperkolesterolemi, dan merokok dimana merupakan faktor yang dapat
dikontrol dan bersifat reversibel. Faktor resiko lainnya adalah : umur, ras, jenis kelamin,
keturunan (bersifat Irreversibel), geografis, diet, obesitag, diabetes, exercise, perilaku dan
kebiasaan hidup lainnya, stress, perubahan sosial dan perubahan masa (bersifat Reversibel)

Dengan mengatur, berhenti merokok dan perubahan hipertensi yang efektif, dapat menurunkan
resiko dan kematian akibat PJK.

DAFTAR PUSTAKA

1. Slibernagl, S dan Lang, F. Teks dan Atlas Berwarna Patofisiologi. Jakarta: EGC. 2000. h.236-239
2. www.jevuska.com/topic/epidemiologi+dan+pencegahannya.html.cited:19Mei 2010.
3. Boudi, F.B. Atherosclerosis. dikutip dari www.emedicine.com. ( cited:18 Mei 2010).
4. Slibernagl, S dan Lang, F. Teks dan Atlas Berwarna Patofisiologi. Jakarta: EGC. 2000. h.236239.
5. http://www.smallcrab.com/jantung/540-sekilas-mengenal-gagal-jantung(cited:18 Mei 2010).
6. Coopers K.H. : controlling Cholesterol, Bantam Books, New York .1988
7. Cruikhshank J.M & Prichard B.N.C : Hypertension, Beta Blockers in Clinical practice, Churchill
Livingstone, New York 1987
8. Rahman, AM. Angina Pektoris Stabil dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi 4 jilid III.
Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI. 2006. h. 1626-1628
9. Alwi, Idrus. Tatalaksana Infark Miokard Akut dengan Elevasi ST dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam. Edisi 4 jilid III. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI. 2006. h.
1630-1640.
10. Trisnohadi, Hanafi B. Angina Pektoris Tak Stabil dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi 4
jilid III. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI. 2006. h. 1621-1623)
http://karikaturijo.blogspot.com/2010/05/makalah-penyakit-jantung-koroner.html

Pendahuluan
Penyakit kardiovaskular (CVD) adalah nama untuk sekelompok gangguan jantung dan pembuluh
darah, dan mencakup penyakit jantung koroner (PJK). Penyakit kardiovaskular adalah penyebab
kematian nomor satu secara global: lebih banyak orang meninggal setiap tahun karena penyakit
kardiovaskular daripada penyebab lainnya. [1]

PJK merupakan salah satu bentuk utama penyakit kardiovaskuler (penyakit jantung dan
pembuluh darah). Menurut WHO (1990) kematian karena PJPD adalah 12 juta/ tahun, menjadi
penyebab kematian nomor satu di dunia. [2]
Di Amerika Serikat, jenis yang paling umum dari penyakit jantung adalah penyakit arteri koroner
(CAD), yang dapat menyebabkan serangan jantung. Kita dapat mengurangi resiko untuk CAD
melalui perubahan gaya hidup dan dalam beberapa kasus, dengan obat-obatan.[3]
Sekitar 600.000 orang meninggal karena penyakit jantung di Amerika Serikat. Penyakit jantung
adalah penyebab utama kematian bagi pria dan wanita. Lebih dari setengah dari kematian
akibat penyakit jantung pada tahun 2009 berada pada pria. Penyakit jantung koroner adalah
jenis yang paling umum dari penyakit jantung, menewaskan lebih dari 385.000 orang setiap
tahunnya.[4]
Di Indonesia, penyebab angka kematian terbesar adalah akibat penyakit jantung koroner.
Tingginya angka kematian di Indonesia akibat penyakit jantung koroner (PJK) mencapai 26%.
Berdasarkan hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga Nasional (SKRTN), dalam 10 tahun terakhir
angka tersebut cenderung mengalami peningkatan. Jumlah kasus Penyakit Jantung Koroner di
Provinsi Jawa Tengah tahun 2005 sebanyak 12.338 kasus. Kasus tertinggi Penyakit Jantung
Koroner adalah di Kota Semarang yaitu sebesar 1.487 (19,54%), dibanding dengan jumlah
keseluruhan kasus Penyakit Jantung Koroner di kabupaten/kota lain di Jawa Tengah.[5]
Definisi Kasus
Menurut CDC, penyakit arteri koroner terjadi ketika zat yang disebut plak menumpuk di arteri
yang memasok darah ke jantung (disebut arteri koroner). Plak terdiri dari endapan kolesterol,
yang dapat terakumulasi dalam arteri. Ketika ini terjadi, arteri dapat menyempit dari waktu ke
waktu. Proses ini disebut aterosklerosis.[6]
Penyakit jantung koroner (PJK) adalah penyakit yang terjadi sebagai manifestasi dari penurunan
suplai oksigen ke otot jantung sebagai akibat penyempitan atau penyumbatan aliran darah
arteri koronaria yang manifestasi kliniknya, tergantung pada berat ringannya penyumbatan
arteri koronaria.[7]

Sumber gambar: http://aliefherbal.com/penyakit/ciri-ciri-penyakit-jantung-koroner.html


Menurut U.S. National Library of Medicine, Penyakit jantung koroner (PJK) adalah penyempitan
pembuluh darah kecil yang memasok darah dan oksigen ke jantung. PJK juga disebut penyakit
arteri koroner.[8]
Menurut WHO, PJK adalah penyakit yang disebabkan oleh gangguan jantung dan pembuluh
darah, dan termasuk penyakit jantung koroner (serangan jantung), penyakit serebrovaskular
(stroke), peningkatan tekanan darah (hipertensi), penyakit arteri perifer, penyakit jantung
rematik, penyakit jantung bawaan dan gagal jantung. Penyebab utama penyakit kardiovaskular
adalah penggunaan tembakau, aktivitas fisik, diet yang tidak sehat dan penggunaan berbahaya
alkohol.[9]

Gambar Ilustrasi Anatomi Jantung


Sumber: http://vector-art.blogspot.com/2008/11/anatomic-heart-vector-illsutration-in.html
Faktor Risiko
1. Hipertensi
Tekanan darah tinggi menambah kerja jantung sehingga dinding jantung menebal/kaku dan
meningkatkan risiko penyakit jantung koroner.
2. Kolesterol
Penyebab penyakit jantung koroner adalah endapan lemak pada dinding arteri koroner, yang
terdiri dari kolesterol dan zat buangan lainnya. Kadar kolesterol tinggi bisa menyebabkan
penyumbatan arteri dan jantung.
3. Rokok
Kandungan nikotin di dalam rokok merupakan racun mematikan yang dapat menjadi faktor
resiko PJK.
4. Kencing Manis
Diabetes meningkatkan risiko penyakit jantung koroner, terlebih bila kadar gula darah tidak
dikontrol dengan baik.
5. Stres
Stres menimbulkan perangsangan saraf simpatis. Irama detak jantung tak teratur hingga
menimbulkan gangguan pada jantung.
6. Obesitas
Obesitas meningkatkan risiko tekanan darah tinggi dan diabetes. Orang yang kegemukan juga
cenderung memiliki kadar HDL rendah/ LDL tinggi.
7. Gaya hidup
Gaya hidup yang buruk dapat berpengaruh terhadap penyakit jantung. Gaya hidup yang buruk
ini seperti pola makan yang tidak teratur, sering mengkonsumsi fast food/junk food, dan
kurangnya aktivitas fisik yang menyebabkan kerja jantung bertambah.
8. Kurang olahraga
Apabila kita kurang berolahraga jantung tidak akan sanggup menanggung kelebihan serta
ketegangan yang diakibatkan oleh aktivitas diluar aktivitas normal kita.[2]
Pencegahan PJK
Yayasan Jantung Indonesia memperkenalkan apa yang disebut Panca Usaha Kesehatan jantung
yang menganjurkan pola hidup sehat berupa:
Seimbang gizi
Enyahkan rokok
Hindari stres
Awasi tekanan darah secara teratur
Teratur berolahraga[2]
Upaya pencegahan primer, yaitu mencegah mereka yang sehat agar tidak mendapatkan
penyakit jantung koroner atau serangan jantung, seperti pola makan sehat dan gizi seimbang,

perbanyak olahraga, berfikiran positif dan hindari stress, dan hindari kebiasaan minum minuman
beralkohol.[10]
Pencegahan sekunder adalah upaya pencegahan bagi penderita PJK agar tidak mendapatkan
komplikasi akibat PJK, termasuk serangan jantung baik yang pertama maupun serangan jantung
ulangan. Misalnya diagnosis dini dan pengobatan segera, perawatan medis, dan pemabatasan
ketidakmampuan.[11]
Pencegahan tersier adalah upaya pencegahan bagi penderita PJK agar tidak mengalami
komplikasi lanjut atau kecacatan akibat PJK. Misalnya pemeriksaan secara berkala, rehabilitasi,
menjaga pola makan, olahraga rutin, dan pemberian motivasi. [11]
Penelitian Tentang PJK
Judul penelitian: Hubungan obesitas dengan beberapa factor risiko Penyakit Jantung Koroner di
Laboratorium Klinik Prodia Makassar tahun 2005.
Peneliti: Hariadi, Arsad Rahim.
Tujuan penelitian: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui mengetahui hubungan obesitas
dengan beberapa faktor resiko Penyakit Jantung Koroner seperti diabetes melitus, dislipidemia
dan hipertensi di laboratorium klinik Prodia Makassar tahun 2005.
Metode penelitian: Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian observasional dengan
pendekatan cros sectional.
Hasil penelitian: Hasil penelitian pada analisis bivariat didapatkan hubungan bermakna kejadian
penyakit jantung koroner pada obesitas yang disertai diabetes melitus (p 0,018), hubungan
bermakna kejadian penyakit jantung koroner pada obesitas yang disertai dengan hipertensi ( p
0,007) dan tidak terdapat hubungan bermakna kejadian penyakit jantung koroner pada obesitas
yang disertai dislipidemia ( p 0,355).[12]

Judul penelitian: Faktor-faktor risiko yang berpengaruh terhadap kejadian penyakit jantung
koroner pada kelompok usia<45 tahun.
Peneliti: Mamat Supriyono.
Tujuan penelitian: Untuk mengetahui besarnya pengaruh faktor risiko yang dapat dimodifikasi
dan tidak dapat dimodifikasi terhadap kejadian PJK pada usia< 45 tahun.
Metode penelitian: Jenis penelitian adalah observasional dengan rancangan kasus control.
Jumlah sampel 80 kasus dan 80 kontrol.
Hasil penelitian: Analisa multivariate menunjukkan bahwa faktor-faktor yang terbukti
berpengaruh terhadap kejadian PJK dan merupakan faktor risiko PJK pada kelompok usia < 45
tahun adalah: dislipidemia (p=0,006 dan OR=2,8 ; 95% CI=1,3-6,0), kebiasaan merokok (p=0,011
dan OR=2,4 ; 95% CI=1,2-4,8), adanya penyakit DM (p=0,026 dan OR=2,4; 95% CI=1,2-5,9) dan
penyakit DM dalam keluarga (p=0,018 dan OR=2,3 ; 95% CI=1,1-4,5).
Simpulan : faktor-faktor yang terbukti berpengaruh terhadap kejadian PJK dan merupakan
faktor risiko PJK pada kelompok usia < 45 tahun adalah: dislipidemia, kebiasaan merokok,
penyakit DM dan penyakit DM dalam keluarga.[13]

Judul penelitian: Prevalensi penderita penyakit jantung koroner dengan kadar kolesterol-HDL
rendah di RS. Bina Waluya tahun 2008-2009.
Peneliti: Arum Widi Sarastuti.
Tujuan penelitian: Mengetahui prevalensi penderita PJK dengan kadar kolesterol HDL rendah
pada di RS. Jantung Binawaluya selama tahun 2008-2009.
Metode penelitian: Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan jenis cross sectional.
Jumlah sample yang digunakan pada penelitian ini adalah sebanyak 533 pasien.
Hasil penelitian: Pada penelitian ini, didapatkan prevalensi PJK selama satu tahun adalah
64,46%, dengan pasien yang memiliki kadar kolesterol-HDL rendah sebanyak 60,4%.
Simpulan: Berdasarkan penelitian ini didapatkan bahwa kadar kolesterolHDL rendah memiliki
peran terhadap terjadinya penyakit jantung koroner. Sehingga diharapkan dapat mengingatkan
akan pentingnya kadar kolesterol-HDL sebagai target terapi dalam pengobatan penyakit jantung
koroner.[14]

Kesimpulan
PJK merupakan salah satu bentuk utama penyakit kardiovaskuler (penyakit jantung dan
pembuluh darah). Menurut WHO (1990) kematian karena penyakit ini adalah 12 juta/ tahun dan
menjadi penyebab kematian nomor satu di dunia.[2] Penyakit jantung koroner (PJK) adalah
penyakit yang terjadi sebagai manifestasi dari penurunan suplai oksigen ke otot jantung sebagai
akibat penyempitan atau penyumbatan aliran darah arteri koronaria yang manifestasi kliniknya,
tergantung pada berat ringannya penyumbatan arteri koronaria.[6]
Faktor resiko dari penyakit jantung koroner diantaranya adalah hipertensi, kolesterol tinggi,
merokok, diabetes, stress, obesitas, gaya hidup tidak sehat, dan kurang olahraga.[10] Untuk
mencegah penyakit jantung koroner dilakukan upaya pencegahan primer yaitu dengan
pengaturan pola makan yang baik, perbanyak olahraga, berfikiran positif dan hindari stress, dan
hindari kebiasaan minum minuman beralkohol. [10]
Selain itu, juga dilakukan pencegahan sekunder seperti diagnosis dini dan pengobatan segera,
perawatan medis, dan pemabatasan ketidakmampuan dan pencegahan tersier dengan
pemeriksaan secara berkala, rehabilitasi, menjaga pola makan, olahraga rutin, dan pemberian
motivasi. [11]
http://eptmfkmunsri.blogspot.com/2013/03/penyakit-jantung-koroner_21.html

Anda mungkin juga menyukai