Anda di halaman 1dari 17

RIWAYAT ALAMIAH TERJADINYA PENYAKIT GIZI

KEKURANGAN VITAMIN A
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Penilaian Status Gizi

Diusun oleh :
Lala
Ridha
Risa
Tri
Yasin

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN


JENDERAL ACHMAD YANI CIMAHI
2014

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Masalah gizi kurang umumnya diderita oleh kelompok rawan biologi yakni
bayi, anak, ibu hamil, ibu menyusui, dan kelompok rawan sosial ekonomi yakni
masyarakat miskin. Namun demikian, sebenarnya masalah gizi dapat saja terjadi
pada seluruh kelompok umur, bahkan masalah gizi dapat mempengaruhi status
gizi kelompok umur pada siklus kehidupan berikutnya. Masa kehamilan
merupakan peride sangat penting karena akan mentukan kualitas bayi yang
akan dilahirkan yang pada gilirannya menentukan kualitas SDM di masa depan.
Tumbuh kembang anak sangat ditentukan oleh kondisinya saat masa janin
dalam kandungan. Perlu diingat status kesehatan dan status gizi ibu hamil
ditentukan oleh status kesehatan dan gizi pada saat remaja, calon pengantin,
usia sekolah, atau bahkan usia balita dan bayi. Artinya status gizi dalam siklus
daur kehidupan seseorang akan terus berlanjut. Jika siklus dimulai dengan
status gizi baik, diharapkan dapat dipertahankan dan yang terjadi adalah siklus
gizi baik, sebaliknya bila dimulai dengan gizi kurang, maka harus ada upaya
khusus untuk dapat keluar dari siklus gizi kurang.
Gizi kurang juga dapat terjadi pada kelompok masyarakat yang tidak
miskin, karena pengetahuan gizi yang rendah atau kurang, sehingga
pengeluarannya lebih diutamakan bukan untuk makanan yang bergizi, tetapi
misal untuk perhiasan atau pengeluaran lain untuk meningkatkan status
sosialnya.
Masyarakat Indonesia menghadapai empat masalah gizi, yakni kurang
energi protein (KEP), kurang vitamin a (KAV), anemia gizi besi (AGB), dan
gangguan akibat yodium (GKY). Tiga maslah terakhir sering disebut sebagai
masalah gizi miro atau kelaparan tersembunyi (hidden hunger). Dinamakan gizi
mikro karena ukurannya kecil, yakni dalam mikrogram (g) dan dibutuhkan oleh
tubuh dalam jumlah sedikit. Tapi meski sedikit, keberadaannya sangat penting
dan diperluan untuk kesehatan manusia. Disebut kelaparan tersembunyi, karena
pada umumnya penderita tidak mengetahui atau tidak menyadari kalau yang
bersangkutan kekurangan zat gizi tersebut dan baru diketahui setelah gejala-

gejala defisiensi atau kekurangan muncul. Kekurangan gizi biasanya terjadi


secara lambat, tersembunyi dan sering kali penderitanya tidak menyadari, luput
dari pengamatan biasa, dan penderita datang ke pelayanan kesehatan seperti
dokter, Puskesmas atau rumah sakit, karena sakit dan bukan karena kurang gizi.

B. Rumusan Masalah
1. Apakah yang dimaksud dengan masalah gizi kekurangn vitamin A (KVA)?
2. Apakah faktor agen dari KVA ?
3. Bagaimanakah perana manusia sebagia host dalam masalah gizi KVA?
4. Bagaimankan peran lingkungan dalam masalah gizi KVA?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui KVA.
2. Untuk mengetahui agen dari KVA.
3. Untuk mengetahui peran manusia yang merupakan host dalam masalah gizi
KVA.
4. Untuk mengetahui peran lingkungan dalam masalah gizi KVA.

BAB II
PEMBAHASAN
A. KONSEP MASALAH GIZI
Dalam konsep masalah gizi terdapat interaksi antara tiga komponen yaitu
host/pejamu, agent/penyebab dan environment/lingkungan.
Host (penjamu)

Agen
(penyebab penyakit)

Environment
(lingkungan)

Dari konsep the epidemiologic triangel diatas, apabila terjadi perubahan disalah
satu faktor, maka akan terjadi perubahan keseimbangan antara mereka
sehingga akan menambah atau mengurangi masalah gizi.
1. Pejamu (host).
Pejamu adalah semua faktor yang terdapat pada diri manusia yang dapat
mempengaruhi dan timbulnya suatu perjalanan penyakit. Faktor-faktor yang
dapat menimbulkan penyakit pada penjamu adalah:
a. Daya tahan tubuh terhadap penyakit.
Daya tahan tubuh seseorang sangat dipengaruhi oleh kecukupan gizi,
aktifitas dan istirahat. Apabila seseorang hidup secara teratur dengan
memelihara higiene personal dengan baik serta dapat memenuhi
kebutuhan gizinya sesuai dengan aturan kesehatan maka ia akan memiliki
daya tahan tubuh yang baik terhadap penyakit.
b. Genetik.
Ada beberapa penyakit keturunan yang dapat ditularkan dari kedua orang
tua, misalnya penyakit diabetes melitus, asma bronkiale dan sebagainya.

c. Umur.
Penyakit dapat menyerang seseorang pada umur-umur tertentu, misalnya:
penyakit morbili, difteria bannyak menyerang anak-anak.
d. Jenis kelamin.
Ada beberapa penyakit tertentu hanya menyerang jenis kelamin tertentu,
misalnya: kanker payudara banyak ditemukan pada wanita, sedangkan
kanker prostat diderita oleh pria.
e. Adat kebiasaan.
Kebiasaan-kebiasaan buruk seseorang merupakan ancaman kesehatan
bagi orang tersebut, sebagai contoh seseorang yang kurang dapat
memelihara higiene personalnya, seperti kulit, gigi dan mulut, rambut
akan mudah untuk terserang penyakit. Kebiasaan merokok akan dapat
menimbulkan penyakit kanker paru-paru. Kebiasaan minum minuman
keras akan dapat menimbulkan penyakit lever.
f. Ras.
Ada beberapa ras tertentu yang diduga lebih sering menderita beberapa
penyakit tertentu, penyakit hemofili banyak ditemukan pada orang Eropa.
g. Pekerjaan.
Situasi pekerjaan tertentu akan dapat menimbulkan penykit tertentu,
misalnya orang bekerja di pabrik asbes kemungkinan besar akan
menderita penyakit asbestosis, dan para manager perusahaan sering
mengalami stres daripada bawahannya.
2. Agens
Adalah

sesuatu

substansi

tertentu

yang

keberadaaannya

atau

ketidakberadaannya dapat menimbulkan penyakit atau mempengaruhi


perjalanan suatu penyakit. Golongan yang dapat menimbulkan penyakit
adalah:
a. Golongan biologi.
Yang termasuk dalam golongan biologi yang banyak menimbulkan
penyakit adalah mikroorganisme seperti virus, bakteri, riketsia, sedangkan

yang

bukan

termasuk

golongan

menimbulkan penyakit adalah

mikroorganisme

cacing,

protozoa,

yang

banyak

sedangkan yang

termasuk golongan tumbuh-tumbuhan adalah jamur.


b. Golongan gizi.
Gizi

sangat

penting

artinya

untuk

kehidupan

manusia,

untuk

mempertahankan hidupnya manusia memerlukan berbagai unsur gizi


yang sangat diperlukan diantaranya protein, karbohidrat, lemak, vitamin,
dan mineral. Mengenai kebutuhan gizi ini disesuaikan dengan kebutuhan
seseorang dan setiap orang tidak sama kebutuhannya. Jika seseorang
mengalami

kekurangan

atau

kelebihan

gizi

maka

akan

dapat

menimbulkan penyakit.
c. Golongan fisik.
Yang termasuk golongan fisik adalah suhu yang terlalu tinggi atau rendah,
suara yang terlalu bising, tekanan udara, kelembaban udara, radiasi atau
trauma mekanis yang dialami seseorang yang dapat menimbulkan
berbagai penyakit. Golongan fisik akan dapat menimbulkan penyakit
apabila berada dalam keadaan luar biasa baik dari segi kualitas maupun
kuantitasnya. Misalnya suhu yang terlalu panas akan dapat menimbulkan
heat stroke.
d. Golongan kimia.
Ada beberapa zat kimia yang dapat menimbulkan penyakit terhadap
seseorang, baik yang berasal dari luar tubuh maupun dalam tubuh. Zat
kimia yang berasal dari luar tubuh dapat berupa logam berat, bahanbahan insektisida yang dapat membunuh serangga dan banyak lainnya.
Sedangkan yang berasal dari dalam tubuh adalah hasil metabolisme yang
dapat dikeluarkan tubuh misalnya urium yang seharusnya dikeluarkan
melalui urine.
e. Golongan mekanik.
Golongan mekanik sering dikategorikan ke dalam gologan fisik, tetapi
sesungguhnya golongan mekanik lebih banyak disebabkan oleh karena

kelalaian manusia, seperti kecelakaan lalu lintas, pukulan, kecelakaan


dalam pekerjaan dan sebagainya.
3. Lingkungan (environment).
Yang dimaksud dengan lingkungan di sini adalah segala sesuatu yang berada
disekitar manusia serta pengaruh-pengaruh luar yang mempengaruhi
kehidupan dan perkembangan manusia. Lingkungan dapat dibagi dalam 2
macam,yaitu:
a. Lingkungan fisik.
Yang merupakan lingkungan alamiah yang terdapat disekitar manusia,
seperti cuaca, musim, keadaan geografis, struktur geologi.
b. Lingkungan nonfisik.
Ada lingkungan yang muncul sebagai adanya interaksi antara manusia ,
seperti keadaan social budaya dan ekonomi, norma-norma yang berlaku,
nilai-nilai yang berlaku, adat istiadat
c. Lingkungan biologis.
Adalah segala bentuk kehidupan yang berada di sekitar manusia seperti
binatang, tumbuh-tumbuhan, termasuk mikroorganisme seperti kuman
yang dapat menimbulkan penyakit pada manusia.

B. KEKURANGAN VITAMIN A (KVA)


1. Definisi
Vitamin A merupakan salah satu vitamin yang larut dalam lemak atau
minyak dan merupakan vitamin yang esensial untuk pemeliharaan kesehatan
dan kelangsungan hidup. Vitamin A stabil terhadap panas, asam dan alkali
tetapi sangat mudah teroksidasi oleh udara dan akan rusak pada suhu tinggi.
Vitamin A adalah satu zat gizi mikro yang diperlukan oleh tubuh yang
berguna untuk meningkatkan daya tahan tubuh dan kesehatan mata. Vitamin
A merupakan zat gizi yang penting (essensial), bagi manusia karena gizi tidak
dapat dibuat oleh tubuh, sehingga harus dipenuhi dari luar.
Kekurangan vitamin A (KVA) di Indonesia masih merupakan masalah
gizi utama yang disebabkan karena kurangnya pemasukan vitamin A.

Masalah kekurangan vitamin A (KVA) telah dikenal sebagai penyebab utama


masalah kebutaan (xeropthalmia) di banyak negara. Saat ini gejala klinik
rabun senja dan xeroptalmia pada anak-anak telah menurun dengan adanya
pelaksanaan berbagai program intervensi, namun jumlah anak yang memiliki
gejala sub-klinik masih sangat besar di dunia. KVA subklinis yaitu tingkat
yang belum menampakkan gejala nyata, masih menimpa masyarakat luas
terutama kelompok balita. KVA sub-linis hanya dapat diketahui dengan
memeriksa kadar Vitamin A dalam darah di laboratorium dengan di tandai
rendahnya kadar Vitamin A dalam darah. KVA sub-klinik dapat meningkatkan
kerentanan anak-anak terhadap infeksi, memperlambat pertumbuhan fisik,
dan mengurangi kemampuan kekebalan tubuh, dan meningkatkan kesakitan
dan kematian akibat beberapa penyakit infeksi.
Tingkatan kekurangan Vitamin A (Depkes, 2003) adalah :
a.

Buta Senja (XN)


Merupakan prevalensi yang sering terjadi yang menjadi akibat dan
gejala keurangan vitamin a. Buta senja merupakan xerophtalmia yang
paling ringan.

b.

Xerosis Konjungtiva dan Bercak Bitot (X1B)


Ditandai dengan kekeringan yang nyata atau kurangnya kemampuan
membasahi mata, daerah yang terkena tampa kasar disrtai tetesa halus
pada permukan dan bukan permukan yang licin dan mengkilat.

c.

Xerosis Kornea (X2)


Perubahan kornea mulai terjadi pada awal defisiensi vitamin A, jauh
sebelum perubahan kornea dapat dilihat dengan mata telanjang.

d.

Keratomalasia dan Ulcus Kornea (X3A dan X3B)


Keratomalsia menunjukan kerusakan tetap pada suatu bagian atau
keseluruhan stoma ornea, menyebaban perubahan struktural yang
menetap.

e.

Xerophtalmia Scar (XS)


Gejala sisa setelah sembuh dari penyakit kornea terdahulu yang
berkaitan dengan kekurangan vitamin A termasuk opasitas atu jaringan
parut dengan bermacam-macam kepadatan.

f.

Xerophtalmia Fundus (XF)


Lesi retina yang putih kecil yang digambarkan pada beberapa kasus
kekurangan vitamin A. Hal ini mungkin disertai penyempitan lapang
pandang dan sebagian besar akan hilang dalam waktu 2-4 bulan aibat
respon pada terapi vitamin A.

2. Sumber Vitamin A
Faktor makanan mempunyai pengaruh terhadap timbulnya masalah
defisiensi vitamin A. Pangan yang kaya karbohidrat seperti padi-padian dan
ubi-ubian, umumnya mengandung karoten sangat rendah. Konsumsi pangan
pokok tersebut tanpa lengkapi dengan konsumsi sayuran hijau dan pangan
sumber vitamin A, apalagi pada golongan anak-anak akan memberi peluang
terjadinya Xeropthalmia
Sumber utama vitamin A :
a. Berasal dari hewan
Vitamin A yang berasal dari hewan ada dalam bentuk retinol. Contohnya
hati, kuning telur, susu, mentega.
b. Berasal dari tumbuhan
Vitamin A yang berasal dari tumbuhan berbentuk karoten, dan dapat
diproleh dari sayuran berwarna hijau tua dan buah-buahan berwarna
kuning jingga seperti daun singkong, daun kacang, kangkung, bayam,
kacang panjang, buncis, tomat, jagung kuning, papaya, mangga, nangka
masak dan jeruk.
Pada umumnya Vitamin A pada orang dewasa didapat dari makanan
yang di konsumsi setiap hari. Demikian juga bagi anak anak selain didapat
dari makanan juga dari suplemen Vitamin A. Di Indonesia, dalam rangka
menurunkan

angka

prevalensi

kekurangan

vitamin

A,

pemerintah

memberikan suplementasi kapsul vitamin A setahun dua kali pada bulan

Februari dan Agustus, sejak anak berusia enam bulan. Kapsul merah (dosis
100.000 IU) diberikan untuk bayi umur 6-11 bulan dan kapsul biru (dosis
200.000 IU) untuk anak umur 12-59 bulan Bagi bayi yang berumur kurang
dari 6 bulan kebutuhan Vitamin A juga diperoleh dari Air Susu Ibu. ASI tetap
menjadi sumber yang penting dari vitamin A. Kadar Vitamin A dalam air susu
sangat dipengaruhi oleh jumlah dan jenis makanan yang dikonsumsi selama
menyusui. Untuk itu bagi ibu nifas dianjurkan banyak mengkonsumsi sayuran
terumata yang banyak mengandung Vitamin A.
Angka Kecukupan Gizi (AKG) yang dianjurkan untuk
Golongan Umur
AKG
Golongan Umur
0 6 bln
350
Wanita :
7 12 bln
350
10 -12 th
1 3 th
350
13 -15 th
4 6 th
360
16 19 th
7 9 th
400
20 50 th
13 -15 th
400
51 59 th
Pria :
10 -12 th
500
Hamil :
13 -15 th
600
16 19 th
700
Menyusui :
20 45 th
700
0 6 bln
46 59 th
700
7 12 bln
60 th
600

vitamin a
AKG
500
500
500
500
500
500
+ 200

+ 350
+ 300

3. Penyebab Kekurangan Vitamin A


a. Faktor host
1) Umur
Dalam host diduga ada kaitanya dengan umur. Kelompok anak
kecil merupakan kelompok yang secara biologis rawan dan sangat
peka terhadap mata. Hal ini berhubungna dengan tingginya kebutuhan
vitamin A untuk pertumbuhan, untuk melawan infeksi yangn sering
menyerang, konsumsi yang rendah karena ibunya bergizi kurang atau
kurangnya konsumsi sayuran hijau.
Kelompok umur yang terutama mudah mengalami kekurangan
vitamin A adalah kelompok bayi usia 6-11 bulan dan kelompok anak
balita usia 12-59 bulan (1-5 tahun). Sedangkan yang lebih berisiko
menderita kekurangan vitamin A adalah bayi berat lahir rendah kurang

dari 2,5 kg, anak yang tidak mendapat ASI eksklusif dan tidak diberi
ASI sampai usia 2 tahun, anak yang tidak mendapat makanan
pendamping ASI yang cukup, baik mutu maupun jumlahnya, anak
kurang gizi atau di bawah garis merah pada KMS, anak yang
menderita penyakit infeksi (campak, diare, TBC, pneumonia) dan
cacingan.
2) Jenis Kelamin
Anak laki-laki sering berisiko lebih tinggi terhadap xerophthalmia
(rabun senja dan bercak bitot) dibanding anak perempuan. Namun,
pada kebanyakan masyarakat atau kebudayaan, risiko kebutaan
xerophthalmia yang berat (ulserasi kornea dan keratomalasia) sama
pada kedua jenis kelamin; perbaikan status vitamin A umumnya samasama menurunkan mortalitas kedua jenis kelamin.
Risiko KVA telah meningkat pada kelompok masyarakat yang
sangat bergantung pada makanan sumber vitamin A, seperti wanita
usia reproduktif,ibu yang sedang hamil dan menyusui. dan anak yang
tinggal di daerah dimana distribusi vitamin A relatif rendah
3) Kelompok.
Karena kebiasaan makan dan perawatan kesehatan yang
bertanggung jawab terhadap defisiensi vitamin A dialami oleh
kebanyakan anggota masyarakat yang sama, defisiensi vitamin A dan
xerophthalmia

cenderung

mengelompok

dalam

keluarga

dan

lingkungan yang khas. Anak yang hidup sekitar kasus xerophthalmia


aktif, lebih mungkin menderita defisiensi vitamin A, dan mempunyai
risiko lebih tinggi untuk xerophthalmia dibanding anak dengan usia,
jenis kelamin dan sosial ekonomi yang sama yang hidup dalam
lingkungan yang berbeda pada desa atau kota yang sama.
4) Kondisi penyakit
Pada kekurangan vitamin a sekunder yang berhubungan dengan
kemampuan usus dalam penyerapan vitamin dan lemak dalam tubuh,
kebutuhan yang meningkat, ataupun karena gangguan pada konversi

karoten menjadi vitamin A terjadi pada beberapa penyakit. Selain itu


kekurangan vitamin A sekunder dapat terjadi pada penderita Kurang
Energi Protein (KEP), penyakit hati, gangguan absorpsi vutamin a
karena kekurangan asam empedu.
Sementara pada campak, infeksi saluran napas dan demam
akan meningkatkan metablisme tubuh, serta tidak jarang pula
merusak nafsu makan. Sebagai contoh penderita gastroenteritis akan
mempengaruhi jenis dan jumlah makanan yang diberikan dan nafsu
makan si anak, serta waktu transit yang memendek akan menurunkan
penyerapan semua vitamin A yang dicerna. Bila anak sudah
kekurangan protein, maka pengangkutan dan penyimpanan dapat
menurun dan demam akan meningkatkan kebutuhan metabolik.
b. Agen
1) Unsur Gizi
Penyebab kekurangan vitamin A biasa sangat kompleks, dan
tergantung pada jenis serta jumlah vitamin dan provitamin (terutama
-karoten)

yang

dicerna

juga

tergantung

pada

penyerapan,

pengangkutan dan kapasitas penyimpanan dan kebutuhan metabolic


individu
Kadar vitamin A dalam darah yang dianggap normal di Indonesia
ialah 20g/dl atau lebih. Kadar kurang dari 10 g/dl sudah dianggap
menderita defisiensi vitamin A.
Air Susu Ibu (ASI) mengandung 50 mikrogram retinol/dl ASI
(kolostrum mengandung 2-6 x lipat), sedang rata-rata volume ASI
yang diisap bayi 840 ml. Jumlah ini sudah memenuhi kebutuhannya,
tetapi apabila konsumsi pangan ibu kurang baik, maka kandungan
vitamin A dalam ASI juga menurun
2) Fisik
Vitamin A stabil terhadap panas, asam dan alkali tetapi sangat
mudah teroksidasi oleh udara dan akan rusak pada suhu tinggi. Pada
cara memasak biasa tidak banyak vitamin A yang hilang. Suhu tinggi
untuk mengoreng dapat merusak vitamin A, begitupun oksidasi yang

terjadi pada minyak yang tengik. Pengeringan buah dimatahari dan


cara dehidrasi lain menyebabkan kehilangan sebagian dari vitamin A.
3) Faktor biologi
Hygiene kurang saat membersihkan sayuran dan makan yang
mengandung vitamin A serta terdapatnya peptisida disayuran yang
menyebabkan infestasi parasit yang dapat menyebabkan absorpsi dan
utilisasi terhambat. .
Peningkatan KVA ini juga disebabkan kurangnya konsumsi
makanan kaya mikronutrien, terutama makanan berasal hewan dan
makanan yang difortifikasi, karena sebagian besar makanan tersebut
harganya mahal sehingga hampir tidak terjangkau oleh mereka yang
paling rentan terhadap krisis. Pada anak, peningkatan KVA relatif
terbatas, karena kapsul vitamin A dosis tinggi merupakan sumber
utama vitamin A dan distribusinya telah terjaga dengan baik selama
krisis berlangsung..
c. Lingkungan
1) Fisik
Diantara berbagai faktor lingkungan, faktor musim mempunyai
hubungan yang erat terutama dengan ketersediaan buah-buahan dan
sayur-sayuran, yang merupakan sumber vitamin A yang potensial.
Disamping itu musim yang berkaitan dengan iklim sangat bermakna
terhadap terhadap tinggi rendahnya konsumsi vitamin A. Sebagai
contoh, musim kering yang terus-menerus, angin yang merusak dan
lain-lain, situsai ini dapat menimbulkan kegagalan produksi pangan
yang dapat menciptakan krisis konsumsi pangan termasuk vitamin A.
Kondisi tempat tinggal yang jauh dari fasilitas kesehatan juga
dapat menyebabkan terjadinya KVA. Misalnya masyarakat yang
tinggal dipedalaman dimana menjadi hambatan bagi pendistribusian
vitamin A tambahan bagi anak.
2) Non Fisik
-

Pendidikan orang tua yang rendah akan berisiko lebih tinggi


kemungkinananaknya menderita KVA karena pendidikan yang

rendah biasanya disertai dengan keadaan sosial ekonomi dan


pengetahuan gizi yang kurang.
-

Penghasilan keluarga yang rendah akan lebih berisiko mengalami


KVA walaupun demikian besarnya penghasilan keluarga tidak
menjamin anaknya tidak mengalami KVA, karena harus diimbangi
dengan pengetahuan gizi yang cukup sehingga dapat memberikan
makanan kaya vitamin A.

Semakin banyak anak semakin kurang perhatian orang tua dalam


mengasuh anaknya.

Kurangnya

perhatian

keluarga

terhadap

pertumbuhan

dan

perkembangan anak seperti pasangan suami istri yang bekerja


dan perceraian.
4. Akibat Kekurangan Vitamin A
Kekurangan vitamin A pada fungsi faali tubuh
a. Pada penglihatan: Tanda pertama kekurangan vitamin A adalah rabun
senja
b. Pada diferensiasi sel: Kekurangan vitamin A menghalangi fungsi sel-sel
kelenjar yang mengeluarkan mucus dan digantikan oleh sel-sel epitel
bersisik dan kering (keratinized). Kulit menjadi kering dan kasar dan
luka sukar sembuh. Membrane mukosa tidak mengeluarkan cairan
mucus dengan sempurna sehingga mudah terserang bakteri (infeksi).
Keratinisasi konjungtiva mata (selaput yang melapisi kelopak dan bola
mata) merupakan salah satu tanda khas kekurangan vitamin A.
c. Pada fungsi kekebalan : Dalam kaitan vitamin A dan fungsi kekebalan
ditemukan bahwa, ada hubungan kuat antara status vitamin A dan
risiko

terhadap

penyakit

infeksi

pernapasan,

hubungan

antara

kekurangan vitamin A dan diare belum begitu jelas, kekurangan vitamin


A pada campak cenderung menimbulkan komplikasi yang dapat
berakibat kematian.

d. Pada pertumbuhan dan perkembangan : Kekurangan vitamin A


menyebabkan pertumbuhan tulang terhambat dan bentuk tulang tidak
normal.
e. Pada system reproduksi : pada percobaan hewan betina dengan status
vitamin A rendah mampu hamil akan tetapi mengalami keguguran atau
kesukaran dalam melahirkan.
f. Kekurangan vitamin A juga menyebabkan berkurangnya nafsu makan.
Hal ini mungkin karena perubahan pada jonjor rasa pada lidah. Vitamin
A juga berperan dalam pembentukan sel darah merah, kemungkinan
melalui interaksi dengan besi.

BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
1. Kesimpulan
a. Kekurangan vitamin A merupakan salah satu permasalahan gizi yang ada di
Indonesia.
b. Kekurangan vitamin a secara klinik menyebabkan kebutaan (xeropthalmia),
sementara KVA sub-klinik hanya dapat diketahui dengan memeriksa kadar
Vitamin A dalam darah.
c. Penyebab kekurangan vitamin A bisa terjadi karena asupan vitamin A yang
kurang atau adanya ganguan absopsi vitamin dan mineral di dalam tubuh.
d. Faktor host yang dapat menimbulkan masalah gizi KVA adalah umur, jenis
kelamin, kelompok dan penyakit.
e. Faktor agen yang dapat menimbulan masalah gizi

KVA adalah unsur

gizi,fisik, dan biologi.


f. Faktor lingkungan yang menimbulkan masalah gizi KVA adalah lingkungan
fisik yang mencakup masalah iklim dan geografi serta lingkungan non fisik
yang mencaup masalah sosial ekonomi.

2. Saran
a. Meningkatkan kemudahan dan pemasokan vitamin A (suplementasi vitamin
A), peningkatan konsumsi makanan yang banyak mengandung vitamin A
(Fortifikasi), dan mengontrol KVA pada daerah-daerah risiko tinggi.

Daftar Pustaka

Almatsier, Sunita., (2013). Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta : Gramedia Pustaka
Utama
Baliwati F, dkk. 2010. Pengantar pangan dan gizi. Jakarta. Penebar Swadaya.
Herman,

Susulowati.

(2007).

Masalah

Vitamin

(KVA)

dan

Prospek

Pemanggulangannya. Media Litbang Kesehatan Volume XVII Nomor 4


Sediaoetama, Achmad Djaeni., (1988). Ilmu Gizi. Jakarta : Dian Rakyat
Sommer, Alfred., (2003). Defisiensi Vitamin A dan Akibatnya edisi 3. Jakarta : EGC
Supariasa, I Dewa Nyoman., (2001). Penilaian Status Gizi. Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai