KEKURANGAN VITAMIN A
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Penilaian Status Gizi
Diusun oleh :
Lala
Ridha
Risa
Tri
Yasin
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masalah gizi kurang umumnya diderita oleh kelompok rawan biologi yakni
bayi, anak, ibu hamil, ibu menyusui, dan kelompok rawan sosial ekonomi yakni
masyarakat miskin. Namun demikian, sebenarnya masalah gizi dapat saja terjadi
pada seluruh kelompok umur, bahkan masalah gizi dapat mempengaruhi status
gizi kelompok umur pada siklus kehidupan berikutnya. Masa kehamilan
merupakan peride sangat penting karena akan mentukan kualitas bayi yang
akan dilahirkan yang pada gilirannya menentukan kualitas SDM di masa depan.
Tumbuh kembang anak sangat ditentukan oleh kondisinya saat masa janin
dalam kandungan. Perlu diingat status kesehatan dan status gizi ibu hamil
ditentukan oleh status kesehatan dan gizi pada saat remaja, calon pengantin,
usia sekolah, atau bahkan usia balita dan bayi. Artinya status gizi dalam siklus
daur kehidupan seseorang akan terus berlanjut. Jika siklus dimulai dengan
status gizi baik, diharapkan dapat dipertahankan dan yang terjadi adalah siklus
gizi baik, sebaliknya bila dimulai dengan gizi kurang, maka harus ada upaya
khusus untuk dapat keluar dari siklus gizi kurang.
Gizi kurang juga dapat terjadi pada kelompok masyarakat yang tidak
miskin, karena pengetahuan gizi yang rendah atau kurang, sehingga
pengeluarannya lebih diutamakan bukan untuk makanan yang bergizi, tetapi
misal untuk perhiasan atau pengeluaran lain untuk meningkatkan status
sosialnya.
Masyarakat Indonesia menghadapai empat masalah gizi, yakni kurang
energi protein (KEP), kurang vitamin a (KAV), anemia gizi besi (AGB), dan
gangguan akibat yodium (GKY). Tiga maslah terakhir sering disebut sebagai
masalah gizi miro atau kelaparan tersembunyi (hidden hunger). Dinamakan gizi
mikro karena ukurannya kecil, yakni dalam mikrogram (g) dan dibutuhkan oleh
tubuh dalam jumlah sedikit. Tapi meski sedikit, keberadaannya sangat penting
dan diperluan untuk kesehatan manusia. Disebut kelaparan tersembunyi, karena
pada umumnya penderita tidak mengetahui atau tidak menyadari kalau yang
bersangkutan kekurangan zat gizi tersebut dan baru diketahui setelah gejala-
B. Rumusan Masalah
1. Apakah yang dimaksud dengan masalah gizi kekurangn vitamin A (KVA)?
2. Apakah faktor agen dari KVA ?
3. Bagaimanakah perana manusia sebagia host dalam masalah gizi KVA?
4. Bagaimankan peran lingkungan dalam masalah gizi KVA?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui KVA.
2. Untuk mengetahui agen dari KVA.
3. Untuk mengetahui peran manusia yang merupakan host dalam masalah gizi
KVA.
4. Untuk mengetahui peran lingkungan dalam masalah gizi KVA.
BAB II
PEMBAHASAN
A. KONSEP MASALAH GIZI
Dalam konsep masalah gizi terdapat interaksi antara tiga komponen yaitu
host/pejamu, agent/penyebab dan environment/lingkungan.
Host (penjamu)
Agen
(penyebab penyakit)
Environment
(lingkungan)
Dari konsep the epidemiologic triangel diatas, apabila terjadi perubahan disalah
satu faktor, maka akan terjadi perubahan keseimbangan antara mereka
sehingga akan menambah atau mengurangi masalah gizi.
1. Pejamu (host).
Pejamu adalah semua faktor yang terdapat pada diri manusia yang dapat
mempengaruhi dan timbulnya suatu perjalanan penyakit. Faktor-faktor yang
dapat menimbulkan penyakit pada penjamu adalah:
a. Daya tahan tubuh terhadap penyakit.
Daya tahan tubuh seseorang sangat dipengaruhi oleh kecukupan gizi,
aktifitas dan istirahat. Apabila seseorang hidup secara teratur dengan
memelihara higiene personal dengan baik serta dapat memenuhi
kebutuhan gizinya sesuai dengan aturan kesehatan maka ia akan memiliki
daya tahan tubuh yang baik terhadap penyakit.
b. Genetik.
Ada beberapa penyakit keturunan yang dapat ditularkan dari kedua orang
tua, misalnya penyakit diabetes melitus, asma bronkiale dan sebagainya.
c. Umur.
Penyakit dapat menyerang seseorang pada umur-umur tertentu, misalnya:
penyakit morbili, difteria bannyak menyerang anak-anak.
d. Jenis kelamin.
Ada beberapa penyakit tertentu hanya menyerang jenis kelamin tertentu,
misalnya: kanker payudara banyak ditemukan pada wanita, sedangkan
kanker prostat diderita oleh pria.
e. Adat kebiasaan.
Kebiasaan-kebiasaan buruk seseorang merupakan ancaman kesehatan
bagi orang tersebut, sebagai contoh seseorang yang kurang dapat
memelihara higiene personalnya, seperti kulit, gigi dan mulut, rambut
akan mudah untuk terserang penyakit. Kebiasaan merokok akan dapat
menimbulkan penyakit kanker paru-paru. Kebiasaan minum minuman
keras akan dapat menimbulkan penyakit lever.
f. Ras.
Ada beberapa ras tertentu yang diduga lebih sering menderita beberapa
penyakit tertentu, penyakit hemofili banyak ditemukan pada orang Eropa.
g. Pekerjaan.
Situasi pekerjaan tertentu akan dapat menimbulkan penykit tertentu,
misalnya orang bekerja di pabrik asbes kemungkinan besar akan
menderita penyakit asbestosis, dan para manager perusahaan sering
mengalami stres daripada bawahannya.
2. Agens
Adalah
sesuatu
substansi
tertentu
yang
keberadaaannya
atau
yang
bukan
termasuk
golongan
mikroorganisme
cacing,
protozoa,
yang
banyak
sedangkan yang
sangat
penting
artinya
untuk
kehidupan
manusia,
untuk
kekurangan
atau
kelebihan
gizi
maka
akan
dapat
menimbulkan penyakit.
c. Golongan fisik.
Yang termasuk golongan fisik adalah suhu yang terlalu tinggi atau rendah,
suara yang terlalu bising, tekanan udara, kelembaban udara, radiasi atau
trauma mekanis yang dialami seseorang yang dapat menimbulkan
berbagai penyakit. Golongan fisik akan dapat menimbulkan penyakit
apabila berada dalam keadaan luar biasa baik dari segi kualitas maupun
kuantitasnya. Misalnya suhu yang terlalu panas akan dapat menimbulkan
heat stroke.
d. Golongan kimia.
Ada beberapa zat kimia yang dapat menimbulkan penyakit terhadap
seseorang, baik yang berasal dari luar tubuh maupun dalam tubuh. Zat
kimia yang berasal dari luar tubuh dapat berupa logam berat, bahanbahan insektisida yang dapat membunuh serangga dan banyak lainnya.
Sedangkan yang berasal dari dalam tubuh adalah hasil metabolisme yang
dapat dikeluarkan tubuh misalnya urium yang seharusnya dikeluarkan
melalui urine.
e. Golongan mekanik.
Golongan mekanik sering dikategorikan ke dalam gologan fisik, tetapi
sesungguhnya golongan mekanik lebih banyak disebabkan oleh karena
b.
c.
d.
e.
f.
2. Sumber Vitamin A
Faktor makanan mempunyai pengaruh terhadap timbulnya masalah
defisiensi vitamin A. Pangan yang kaya karbohidrat seperti padi-padian dan
ubi-ubian, umumnya mengandung karoten sangat rendah. Konsumsi pangan
pokok tersebut tanpa lengkapi dengan konsumsi sayuran hijau dan pangan
sumber vitamin A, apalagi pada golongan anak-anak akan memberi peluang
terjadinya Xeropthalmia
Sumber utama vitamin A :
a. Berasal dari hewan
Vitamin A yang berasal dari hewan ada dalam bentuk retinol. Contohnya
hati, kuning telur, susu, mentega.
b. Berasal dari tumbuhan
Vitamin A yang berasal dari tumbuhan berbentuk karoten, dan dapat
diproleh dari sayuran berwarna hijau tua dan buah-buahan berwarna
kuning jingga seperti daun singkong, daun kacang, kangkung, bayam,
kacang panjang, buncis, tomat, jagung kuning, papaya, mangga, nangka
masak dan jeruk.
Pada umumnya Vitamin A pada orang dewasa didapat dari makanan
yang di konsumsi setiap hari. Demikian juga bagi anak anak selain didapat
dari makanan juga dari suplemen Vitamin A. Di Indonesia, dalam rangka
menurunkan
angka
prevalensi
kekurangan
vitamin
A,
pemerintah
Februari dan Agustus, sejak anak berusia enam bulan. Kapsul merah (dosis
100.000 IU) diberikan untuk bayi umur 6-11 bulan dan kapsul biru (dosis
200.000 IU) untuk anak umur 12-59 bulan Bagi bayi yang berumur kurang
dari 6 bulan kebutuhan Vitamin A juga diperoleh dari Air Susu Ibu. ASI tetap
menjadi sumber yang penting dari vitamin A. Kadar Vitamin A dalam air susu
sangat dipengaruhi oleh jumlah dan jenis makanan yang dikonsumsi selama
menyusui. Untuk itu bagi ibu nifas dianjurkan banyak mengkonsumsi sayuran
terumata yang banyak mengandung Vitamin A.
Angka Kecukupan Gizi (AKG) yang dianjurkan untuk
Golongan Umur
AKG
Golongan Umur
0 6 bln
350
Wanita :
7 12 bln
350
10 -12 th
1 3 th
350
13 -15 th
4 6 th
360
16 19 th
7 9 th
400
20 50 th
13 -15 th
400
51 59 th
Pria :
10 -12 th
500
Hamil :
13 -15 th
600
16 19 th
700
Menyusui :
20 45 th
700
0 6 bln
46 59 th
700
7 12 bln
60 th
600
vitamin a
AKG
500
500
500
500
500
500
+ 200
+ 350
+ 300
dari 2,5 kg, anak yang tidak mendapat ASI eksklusif dan tidak diberi
ASI sampai usia 2 tahun, anak yang tidak mendapat makanan
pendamping ASI yang cukup, baik mutu maupun jumlahnya, anak
kurang gizi atau di bawah garis merah pada KMS, anak yang
menderita penyakit infeksi (campak, diare, TBC, pneumonia) dan
cacingan.
2) Jenis Kelamin
Anak laki-laki sering berisiko lebih tinggi terhadap xerophthalmia
(rabun senja dan bercak bitot) dibanding anak perempuan. Namun,
pada kebanyakan masyarakat atau kebudayaan, risiko kebutaan
xerophthalmia yang berat (ulserasi kornea dan keratomalasia) sama
pada kedua jenis kelamin; perbaikan status vitamin A umumnya samasama menurunkan mortalitas kedua jenis kelamin.
Risiko KVA telah meningkat pada kelompok masyarakat yang
sangat bergantung pada makanan sumber vitamin A, seperti wanita
usia reproduktif,ibu yang sedang hamil dan menyusui. dan anak yang
tinggal di daerah dimana distribusi vitamin A relatif rendah
3) Kelompok.
Karena kebiasaan makan dan perawatan kesehatan yang
bertanggung jawab terhadap defisiensi vitamin A dialami oleh
kebanyakan anggota masyarakat yang sama, defisiensi vitamin A dan
xerophthalmia
cenderung
mengelompok
dalam
keluarga
dan
yang
dicerna
juga
tergantung
pada
penyerapan,
Kurangnya
perhatian
keluarga
terhadap
pertumbuhan
dan
terhadap
penyakit
infeksi
pernapasan,
hubungan
antara
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
1. Kesimpulan
a. Kekurangan vitamin A merupakan salah satu permasalahan gizi yang ada di
Indonesia.
b. Kekurangan vitamin a secara klinik menyebabkan kebutaan (xeropthalmia),
sementara KVA sub-klinik hanya dapat diketahui dengan memeriksa kadar
Vitamin A dalam darah.
c. Penyebab kekurangan vitamin A bisa terjadi karena asupan vitamin A yang
kurang atau adanya ganguan absopsi vitamin dan mineral di dalam tubuh.
d. Faktor host yang dapat menimbulkan masalah gizi KVA adalah umur, jenis
kelamin, kelompok dan penyakit.
e. Faktor agen yang dapat menimbulan masalah gizi
2. Saran
a. Meningkatkan kemudahan dan pemasokan vitamin A (suplementasi vitamin
A), peningkatan konsumsi makanan yang banyak mengandung vitamin A
(Fortifikasi), dan mengontrol KVA pada daerah-daerah risiko tinggi.
Daftar Pustaka
Almatsier, Sunita., (2013). Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta : Gramedia Pustaka
Utama
Baliwati F, dkk. 2010. Pengantar pangan dan gizi. Jakarta. Penebar Swadaya.
Herman,
Susulowati.
(2007).
Masalah
Vitamin
(KVA)
dan
Prospek