PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Wabah merupakan peningkatan kejadian kasus penyakit yang lebih banyak
daripada keadaan normal di suatu area tertentu atau pada suatu kelompok tertentu,
selama suatu periode waktu tertentu. Informasi tentang terjadinya wabah biasanya
datang dari sumber-sumber masyarakat, yaitu laporan pasien, keluarga pasien, kader
kesehatan, atau warga masyarakat. Informasi tentang terjadinya wabah bisa juga
berasal dari petugas kesehatan, laporan kematian, laporan hasil pemeriksaan
laboratorium, atau media lokal (surat kabar dan televisi). Pada dasarnya wabah
merupakan penyimpangan dari keadaan normal, karena itu wabah ditentukan dengan
cara membandingkan jumlah kasus sekarang dengan rata-rata jumlah kasus dan
variasinya di masa lalu (minggu, bulan, tahun).
Sejarah dirintisnya metode investigasi wabah dimulai dengan adanya
penemuan kuman cholera oleh John Snow sehingga ia terkenal dengan metode
investigasi wabah cholera di London (1854). Disebuah fasilitas pelayanan kesehatan,
dugaan terhadap suatu wabah mungkin muncul ketika aktivitas surveilans rutin
mendeteksi adanya suatu kluster kasus yang tidak biasa atau terjadinya peningkatan
jumlah kasus yang signifikan dari jumlah biasanya. Kluster kasus adalah kelompok
kasus penyakit atau peristiwa kesehatan lain yang terjadi dalam rentang waktu dan
tempat yang berdekatan. Didalam suatu kluster banyaknya kasus dapat melebihi
jumlah yang diperkirakan, umumnya jumlah yang diperkirakan tidak diketahui.
Beberapa penyakit menimbulkan manifestasi klinis ringan dan akan berhenti
dengan sendirinya (self-limiting diseases), misalnya flu biasa. Implikasinya tidak
perlu dilakukan investigasi wabah maupun tindakan spesifik terhadap wabah, kecuali
kewaspadaan. Tetapi wabah lainnya akan terus berlangsung jika tidak ditanggapi
dengan langkah pengendalian yang tepat. Sejumlah penyakit lain menunjukkan
virulensi tinggi, mengakibatkan manifestasi klinis berat dan fatal, misalnya flu
burung. Implikasinya, sistem kesehatan perlu melakukan investigasi wabah dan
mengambil langkah-langkah segera dan tepat untuk mencegah penyebaran lebih
lanjut penyakit itu.
Langkah pencegahan kasus dan pengendalian wabah dapat dimulai sedini
mungkin setelah tersedia informasi yang memadai. Bila investigasi atau penyelidikan
wabah telah memberikan fakta yang jelas mendukung hipotesis tentang penyebab
terjadinya wabah, sumber agen infeksi, dan cara transmisi yang menyebabkan
wabah, maka upaya pengendalian dapat segera dimulai tanpa perlu menunggu
pengujian hipotesis.
B.
Rumusan Masalah
Rumusan masalah berdasarkan latar belakang diatas adalah sebagai berikut :
1. Apa pengertian wabah?
2. Bagaimana kriteria wabah?
3. Penyakit apa saja yang bisa menjadi potensial wabah?
4. Bagaimana langkah-langkah penyelidikan wabah
5. Bagaimana pembuatan laporan wabah?
C.
Tujuan Penyusunan
1. Menjelaskan tentang pengertian dari wabah.
2. Menjelaskan kriteria wabah.
3. Menyebutkan dan menjelaskan tentang penyakit potensial wabah.
4. Menjelaskan langkah-langkah penyelidikan wabah.
5. Menjelaskan pembuatan laporan wabah.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Wabah
Wabah atau epidemic berasal dari bahasa Yunani yaitu epi yang berarti pada,
dan demos yang berarti penduduk atau rakyat. Jadi epidemic diartikan sebagai halhal yang terjadi pada penduduk. Wabah adalah istilah umum untuk menyebut
kejadian tersebarnya penyakit pada daerah yang luas dan pada banyak orang,
maupun untuk menyebut penyakit yang menyebar tersebut. Wabah dipelajari dalam
epidemiologi.
Secara umum wabah dapat diartikan juga sebagai kejadian penyakit melebihi
dari normal (kejadian yang biasa terjadi). Banyak definisi yang diberikan mengenai
wabah diantaranya :
1. Wabah adalah penyakit menular yang terjangkit dengan cepat, menyerang
sejumlah besar orang didaerah luas ( KBBI:1989 ).
2. Wabah adalah peningkatan kejadian kesakitan atau kematian yang telah meluas
secara cepat, baik jumlah kasusnya maupun daerah terjangkit (Depkes RI, Dirjen
P2MPLP : 1981).
3. Wabah adalah kejadian berjangkitnya suatu penyakit menular dalam masyarakat
yang jumlah penderitanya meningkat secara nyata melebihi daripada keadaan
yang lazim pada waktu tertentu dan daerah tertentu serta dapat menimbulkan
malapetaka (UU No 4. Tahun 1984).
4. Wabah adalah terdapatnya penderita suatu penyakit tertentu pada penduduk suatu
daerah, yang nyata jelas melebihi jumlah biasa (Benenson : 1985).
5. Wabah adalah timbulnya kejadian dalam suatu masyarakat, dapat berupa
penderita penyakit, perilaku yang berhubungan dengan kesehatan, atau kejadian
lain yang berhubungan dengan kesehatan, yang jumlahnya lebih banyak dari
keadaan biasa (Last 1981).
Dari sudut epidemiologi wabah berarti suatu peningkatan kejadian kesakitan
atau kematian suatu penyakit di suatu tempat tertentu yang melebihi keadaan
biasanya. Tinjauan definisi menurut UU No 4. Tahun 1984 dapat mencakup 3 hal
berikut :
1. Penyakit menular
Yang dimaksud penyakit menular adalah penyakit yang disebabkan oleh
mikroorganisme atau produk toksinnya, yang ditularkan dari penderita atau
reservoirnya kepada manusia lain yang rentan
2. Keadaan yang lazim
Jumlah penderita suatu penyakit menular dalam suatu masyarakat atau wilayah
sangat bervariasi tergantung dari penyebab penyakitnya, sifat-sifat penduduk yang
terserang serta lingkungan dimana penyakit itu terjangkit. Pada umumnya jumlah
penderita penyakit menular di suatu wilayah diamati dalam suatu kurun waktu
tertentu (mingguan, bulan, atau tahunan).
3. Peningkatan jumlah penderita
Suatu wabah dapat terbatas pada lingkup kecil tertentu (disebut outbreak, yaitu
serangan penyakit) lingkup yang lebih luas (epidemi) atau bahkan lingkup global
(pandemi).
a. Outbreak
Suatu episode dimana terjadi dua atau lebih penderita suatu penyakit yang
sama dimana penderita tersebut mempunyai hubungan satu sama lain.
b. Epidemi
Keadaan dimana suatu masalah kesehatan (umumnya penyakit) yang
ditemukan pada suatu daerah tertentu dalam waktu yang singkat frekuensinya
meningkat.
c. Pandemi
Keadaan dimana suatu masalah kesehatan (umumnya penyakit), frekuensinya
dalam waktu singkat meningkat tinggi dan penyebarannya telah mencakup
wilayah yang luas.
d. Endemi
Keadaan dimana suatu masalah kesehatan (umumnya penyakit), frekuensinya
pada wilayah tertentu menetap dalam waktu lama berkenaan dengan adanya
penyakit yang secara normal biasa timbul dalam suatu wilayah tertentu.
B.
Klasifikasi Wabah
Menurut penyebabnya, penyakit yang menimbulkan wabah digolongkan menjadi :
1. Toxin, terdiri dari:
a. Enterotoxin (Stapylococcus aureus)
b. Exotoxin (Clostridium botolinum)
c. Endotoxin
2. Infeksi
a. Virus
b. Bakteri
c. Protozoa
d. Cacing
3. Toxin Biologis
Penyakit
yang
dapat
menimbulkan
wabah
(Permenkes
RI
No.
560/Menkes/Per/VIII/1989) :
1.
Kholera
a. Berak-berak mendadak disertai muntah-muntah, tinja mengucur seperti air
sehingga dalam waktu singkat tubuh kekurangan cairan (dehidrasi).
b. Pemeriksaan laboratorium pada muntahan menunjukkan adanya kuman
cholera (vibrio cholera) dan dalam darah terdapat zat antinya.
2.
Demam kuning
a. Demam tinggi mendadak, kulit kuning, sakit kepala, lemah/lesu, mual,
muntah, denyut nadi lemah dan lambat, seringkali disertai dengan perdarahan
berupa mimisan, perdarahan mulut, muntah darah, berak darah.
b. Pemeriksaan laboratorium pada darah menunjukkan adanya virus demam
kuning atau zat antinya.
3.
Tifus bercak
a. Demam 2 minggu, sakit kepala, menggigil, badan lemah, kadang-kadang
selama masa demam ditemukan bercak-bercak merah menimbul pada kulit.
b. Pemeriksaan laboratorium pada darah menunjukkan adanya zat anti terhadap
tifus bercak wabah I (Rickettsia prowazeki).
4.
Campak
a. Panas tinggi, sakit kepala, batuk pilek dan conjungtivitis fotophoby yang
berakhir lebih kurang setelah 3-7 hari. Masa timbulnya bercak-bercak merah
(rash) pada kulit sesudah kira-kira 3 hari panas. Mula-mula timbul pada
belakang telinga menyebar ke seluruh muka, dada dan anggota badan
lainnya. Bercak bertahan selama 4-6 hari.
b. Pemeriksaan laboratorium pada lendir konjungtiva dan tenggorokan
menunjukkan adanya virus campak, dan pada darah terdapat virus campak
atau zat antinya.
5. Difteri
a. Panas lebih kurang 380, adanya pseudomembran putih keabu-abuan, tak
mudah lepas dan mudah berdarah. Letak pseudomembran bisa di faring,
laring atau tonsil, sakit waktu menelan, leher membengkak seperti leher sapi
disebabkan karena pembengkakan kelenjar leher dan sesak nafas disertai
bunyi (stridor).
Influenza
Demam, perasaan dingin dan ingusan 1-6 hari, sering kali disertai sakit kepala,
sakit pada otot-otot dan batuk. Pemeriksaan laboratorium pada darah
menunjukkan adanya virus influenza atau zat antinya.
8.
Tifus Perut
Demam tinggi terus menerus 1 minggu atau lebih, badan lemah, sakit kepala,
sembelit kadang-kadang diare, permukaan lidah kotor dan pinggirnya merah,
disertai dengan kesadaran menurun. Pemeriksaan laboratorium pada darah, air
seni, tinja atau sumsum tulang menunjukkan kuman salmonella typhi dan pada
darah terdapat kenaikan kadar zat antinya.
9.
Encephalitis
a. Panas tinggi, kejang-kejang, kesadaran menurun dan reflek patologis positif.
b. Pemeriksaan lab darah atau cairan serebrospinal menunjukkan adanya virus/
kuman atau zat antinya.
10. Pes
a. Demam tinggi mendadak, disertai pembengkakan kelenjar (bubo) dilipat paha
atau ketiak, atau leher, batuk darah mendadak (tanpa didahului sakit batuk).
b. Pemeriksaan laboratorium pada darah, cairan bubo, sputum atau usap
tenggorok menunjukkan adanya kuman pes (Yersinia pestis).
11. Demam bolak-balik
a. Demam 2-9 hari diikuti masa tanpa demam 3-4 hari yang berulang-ulang 210 kali. Kadang-kadang selama masa masa demam ditemukan bercak-bercak
merah dikulit.
17. Meningitis
Panas, kaku kuduk, kejang-kejang, kesadaran menurun, reflek patologis positif.
Pemeriksaan laboratorium pada LCS.
18. Anthrax
a. Tipe kulit
Kulit melepuh (vesikel) tanpa sebab yang jelas atau tukak (ulkus) dengan
pinggir menonjol dan bagian tengahnya berwarna merah tua-kehitaman,
kadang-kadang disertai demam tinggi.
b. Tipe gastrointestinal
Sakit perut hebat terjadi beberapa jam sesudah makan daging hewan yang
menderita penyakit anthrax (Bacillus anthracis).
19. Diare
Penyakit yang ditandai dengan bertambahnya frekuensi buang air besar/defekasi
(lebih 3 kali sehari) disertai adanya perubahan bentuk atau kondisi tinja dari
penderita.
20. Keracunan
a. Penderita jatuh sakit mendadak dengan gejala pusing, mual/muntah, dan
kejang (cramp) perut atau usus, kadang-kadang disertai adanya kejang otot
serta gejala khas keracunan lainnya.
b. Pada pemeriksaan laboratorium tinja atau muntahan menunjukkan adanya
penyebab keracunan dan konsentrasinya melebihi ambang normal.
E.
b.
c.
d.
e.
f.
F.
criteria
epidemiologic,
klinis,
dan
laboratorium
untuk
4.
wabah
adalah
kasus yang terjadi dengan criteria suatu kejadian dikategorikan sebagai wabah.
Pencarian literatur.
Ketika wabah terjadi, baik yang dicuriagi memiliki etiologi infeksius ataupun
non-infeksius, tahap awal yang harus dilakukan adalah melakukan pencarian
literatur atau sumber lain untuk memperoleh informasi yang berkaitan dengan
11
kasus, seperti faktor resiko, sumber, reservoir, dan cara penular. Dasar
dilakukannya pencarian literatur adalah untuk merumuskan definisi kasus,
membuat hipotesis mengenai faktor resiko, mekanisme pajanan dan penularan,
6.
7.
8.
9.
sesuai kebutuhan.
Menentukan adanya bantuan pihak luar.
Tim investigasi seharusnya memutuskan apakah perlu bantuan dari pihak luar
atau tidak. Apakah pelaksanaan investigasi luas yang melibatkan suatu studi
penelitian kasus control atau kohort, tim investigasi sebaiknya mencari bantuan
pada ahli metodologi dan statistic yang terlatih. Apabila wabah yang terjadi
merupakan kondisi yang tidak biasa atau suatu penyakit dengan tingkat
morbiditas dan mortalitas yang tinggi atau sumber umum wabah dihubungkan
dengan suatu produk yang tersedia secara komersial (makanan dan obat-obatan),
maka departemen kesehatan setempat atau pusat dapat memberikan bantuan
12
13
kasus pada setiap kejadian wabah dipastikan harus dicatat karena digunakan
untuk mmbuat kurva epidemic. Begitu juga dengan masa inkubasi, yang akan
digunakan untuk menentukan pengaruh waktu dalam perjalanan penyakit dan
puncak serta lembah pada kurva epidemik serta pengaruh waktu terhadap cara
dan media penularan. Kronologis peristiwa, tahapan kejadian, mata rantai
kejadian yang terkait dengan waktu dan ditribusi waktu mulai terkena penyakit
harus dipastikan dan ditandai pada bagian dan grafik. Dari informasi kurva
epidemik, tentukan sifat perjalanan penyakit, pastikan apakah kelompok
memang tepajan dan terinfeksi pada dalam waktu yang sama atau berbeda.
13. Menggambar kurva epidemik.
Kurva epidemik adalah grafik (histogram) yang digambar dengan menempatkan
data mengenai jumlah kasus pada sumbu Y dan tanggal mulai terjadinya kasus
(onset) pada sumbu X. kurva epidemik yang disusun secara tepat tepat
digunakan untuk membedakan antara wabah setempat (point sources epidemic)
dan wabah yang meluas (propagated epidemic).
14. Evaluasi masalah.
Data dan informasi yang ada harus ditinjau untuk menentukan sifat alami
penyakit atau masalah kesehatan yang dihadapi, apabila abah termasuk penyakit
infeksius, maka identitas dan karakteristik organisme yang menimbulkan
penyakit perlu di analisa lebih lanjut. Apabila wabah disebabkan oleh organism
tertentu yang berhubungan dengan air dan larutan, maka informasi ini dapat
digunakan untuk membantu tim investigasi untuk menjadi reservoir air dengan
mengevaluasi faktor risiko seperti obat-obatan danlarutan yang diencerkan
dengan air. Data dan informasi yang didapatkan harus ditinjau kembali untuk
mencari bukti adanya penyebaran dari orang ke orang atau suatu sumber
reservoir lainnya.
15. Menentukan kebutuhan uji diagnostik lain.
Tim investigasi harus menentukan kebutuhan uji diagnostik lainnya, terutama
bagi penyakit nfeksi yang terjadi tanpa gejala dan tanda. Untuk menentukan
orang tersebut telah terinfeksi sebagai akibat adanya pajanan selama wabah.
Misalnya, ketika meneyelidiki wabah penyakit campak sering kali dilakukan uji
serologik untuk mengidentifikasi orang yang rentan sehingga mereka dapat di
imunisasi untuk mencegah terjadinya infeksi dan penularan penyakit lebih
lanjut.
14
15
dan
2. Metode
a. Metode laboratorium
b. Metode epidemiologik
16
G.
3. Hasil
4. Pembahasan
5. Ringkasan/rekomendasi
6. Distribusi laporan
7. Pengarang
2.
17
4.
Pelaporan wabah
Pada dasarnya laporan wabah tersebut meliputi laporan terjangkitnya keadaan
wabah, laporan penanganan wabah serta laporan berakhirnya keadaan wabah.
Semua laporan ini dipersiapkan oleh Puskesmas untuk dikirimkan ke Dinas
Kesehatan Tingkat II.Adanya laporan seperti ini dipandang penting dalam
rangka
penyusunan
rencana-rencana
dan
pelaksanaan
rencana
kerja
18
Gambar
Alur Pelaporan Wabah
H.
2.
Patogenesity
Adalah kemampuan bibit penyakit untuk dapat menimbulkan suatu penyakit.
3.
19
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Wabah adalah suatu keadaan ketika dimana kasus penyakit atau peristiwa yang
lebih banyak daripada yang diperkirakan dalam suatu periode waktu tertentu di area
tertentu atau diantara kelompok tertentu. Dan dugaan terhadap suatu wabah mungkin
muncul ketika aktivitas surveilans rutin mendeteksi adanya suatu kluster kasus yang
tidak biasa atau terjadinya peningkatan jumlah kasus yang signifikan dari jumlah
biasanya dan diperlukan upaya evaluasi pada suatu masalah yang potensial atau
memulai investigasi.
Pengungkapan adanya wabah yang sering dilakukan atau didapatkan adalah
dengan deteksi dari analisis data surveilans rutin atau adanya laporan petugas,
pamong, atau warga yang cukup peduli. Alasan dilakukannya penyelidikan adanya
kemungkinan wabah adalah :
1. Mengadakan penanggulangan dan pencegahan
2. Kesempatan mengadakan penelitian dan pelatihan
3. Pertimbangan Program
4. Kepentingan Umum, Politik dan Hukum
B.
Saran
Investigasi wabah adalah peristiwa yang lebih banyak dari biasanya, misalnya
wabah DBD. Mencegah lebih baik daripada mengobati, maka dari itu investigasi
wabah dilakukan untuk mencegah KLB yang bisa saja terjadi di kemudian hari.
20