Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN
A.

Latar Belakang
Wabah merupakan peningkatan kejadian kasus penyakit yang lebih banyak
daripada keadaan normal di suatu area tertentu atau pada suatu kelompok tertentu,
selama suatu periode waktu tertentu. Informasi tentang terjadinya wabah biasanya
datang dari sumber-sumber masyarakat, yaitu laporan pasien, keluarga pasien, kader
kesehatan, atau warga masyarakat. Informasi tentang terjadinya wabah bisa juga
berasal dari petugas kesehatan, laporan kematian, laporan hasil pemeriksaan
laboratorium, atau media lokal (surat kabar dan televisi). Pada dasarnya wabah
merupakan penyimpangan dari keadaan normal, karena itu wabah ditentukan dengan
cara membandingkan jumlah kasus sekarang dengan rata-rata jumlah kasus dan
variasinya di masa lalu (minggu, bulan, tahun).
Sejarah dirintisnya metode investigasi wabah dimulai dengan adanya
penemuan kuman cholera oleh John Snow sehingga ia terkenal dengan metode
investigasi wabah cholera di London (1854). Disebuah fasilitas pelayanan kesehatan,
dugaan terhadap suatu wabah mungkin muncul ketika aktivitas surveilans rutin
mendeteksi adanya suatu kluster kasus yang tidak biasa atau terjadinya peningkatan
jumlah kasus yang signifikan dari jumlah biasanya. Kluster kasus adalah kelompok
kasus penyakit atau peristiwa kesehatan lain yang terjadi dalam rentang waktu dan
tempat yang berdekatan. Didalam suatu kluster banyaknya kasus dapat melebihi
jumlah yang diperkirakan, umumnya jumlah yang diperkirakan tidak diketahui.
Beberapa penyakit menimbulkan manifestasi klinis ringan dan akan berhenti
dengan sendirinya (self-limiting diseases), misalnya flu biasa. Implikasinya tidak
perlu dilakukan investigasi wabah maupun tindakan spesifik terhadap wabah, kecuali
kewaspadaan. Tetapi wabah lainnya akan terus berlangsung jika tidak ditanggapi
dengan langkah pengendalian yang tepat. Sejumlah penyakit lain menunjukkan
virulensi tinggi, mengakibatkan manifestasi klinis berat dan fatal, misalnya flu
burung. Implikasinya, sistem kesehatan perlu melakukan investigasi wabah dan
mengambil langkah-langkah segera dan tepat untuk mencegah penyebaran lebih
lanjut penyakit itu.
Langkah pencegahan kasus dan pengendalian wabah dapat dimulai sedini
mungkin setelah tersedia informasi yang memadai. Bila investigasi atau penyelidikan

wabah telah memberikan fakta yang jelas mendukung hipotesis tentang penyebab
terjadinya wabah, sumber agen infeksi, dan cara transmisi yang menyebabkan
wabah, maka upaya pengendalian dapat segera dimulai tanpa perlu menunggu
pengujian hipotesis.
B.

Rumusan Masalah
Rumusan masalah berdasarkan latar belakang diatas adalah sebagai berikut :
1. Apa pengertian wabah?
2. Bagaimana kriteria wabah?
3. Penyakit apa saja yang bisa menjadi potensial wabah?
4. Bagaimana langkah-langkah penyelidikan wabah
5. Bagaimana pembuatan laporan wabah?

C.

Tujuan Penyusunan
1. Menjelaskan tentang pengertian dari wabah.
2. Menjelaskan kriteria wabah.
3. Menyebutkan dan menjelaskan tentang penyakit potensial wabah.
4. Menjelaskan langkah-langkah penyelidikan wabah.
5. Menjelaskan pembuatan laporan wabah.

BAB II
PEMBAHASAN
A.

Pengertian Wabah
Wabah atau epidemic berasal dari bahasa Yunani yaitu epi yang berarti pada,
dan demos yang berarti penduduk atau rakyat. Jadi epidemic diartikan sebagai halhal yang terjadi pada penduduk. Wabah adalah istilah umum untuk menyebut
kejadian tersebarnya penyakit pada daerah yang luas dan pada banyak orang,
maupun untuk menyebut penyakit yang menyebar tersebut. Wabah dipelajari dalam
epidemiologi.

Secara umum wabah dapat diartikan juga sebagai kejadian penyakit melebihi
dari normal (kejadian yang biasa terjadi). Banyak definisi yang diberikan mengenai
wabah diantaranya :
1. Wabah adalah penyakit menular yang terjangkit dengan cepat, menyerang
sejumlah besar orang didaerah luas ( KBBI:1989 ).
2. Wabah adalah peningkatan kejadian kesakitan atau kematian yang telah meluas
secara cepat, baik jumlah kasusnya maupun daerah terjangkit (Depkes RI, Dirjen
P2MPLP : 1981).
3. Wabah adalah kejadian berjangkitnya suatu penyakit menular dalam masyarakat
yang jumlah penderitanya meningkat secara nyata melebihi daripada keadaan
yang lazim pada waktu tertentu dan daerah tertentu serta dapat menimbulkan
malapetaka (UU No 4. Tahun 1984).
4. Wabah adalah terdapatnya penderita suatu penyakit tertentu pada penduduk suatu
daerah, yang nyata jelas melebihi jumlah biasa (Benenson : 1985).
5. Wabah adalah timbulnya kejadian dalam suatu masyarakat, dapat berupa
penderita penyakit, perilaku yang berhubungan dengan kesehatan, atau kejadian
lain yang berhubungan dengan kesehatan, yang jumlahnya lebih banyak dari
keadaan biasa (Last 1981).
Dari sudut epidemiologi wabah berarti suatu peningkatan kejadian kesakitan
atau kematian suatu penyakit di suatu tempat tertentu yang melebihi keadaan
biasanya. Tinjauan definisi menurut UU No 4. Tahun 1984 dapat mencakup 3 hal
berikut :

1. Penyakit menular
Yang dimaksud penyakit menular adalah penyakit yang disebabkan oleh
mikroorganisme atau produk toksinnya, yang ditularkan dari penderita atau
reservoirnya kepada manusia lain yang rentan
2. Keadaan yang lazim
Jumlah penderita suatu penyakit menular dalam suatu masyarakat atau wilayah
sangat bervariasi tergantung dari penyebab penyakitnya, sifat-sifat penduduk yang
terserang serta lingkungan dimana penyakit itu terjangkit. Pada umumnya jumlah
penderita penyakit menular di suatu wilayah diamati dalam suatu kurun waktu
tertentu (mingguan, bulan, atau tahunan).
3. Peningkatan jumlah penderita

Suatu wabah dapat terbatas pada lingkup kecil tertentu (disebut outbreak, yaitu
serangan penyakit) lingkup yang lebih luas (epidemi) atau bahkan lingkup global
(pandemi).
a. Outbreak
Suatu episode dimana terjadi dua atau lebih penderita suatu penyakit yang
sama dimana penderita tersebut mempunyai hubungan satu sama lain.
b. Epidemi
Keadaan dimana suatu masalah kesehatan (umumnya penyakit) yang
ditemukan pada suatu daerah tertentu dalam waktu yang singkat frekuensinya
meningkat.
c. Pandemi
Keadaan dimana suatu masalah kesehatan (umumnya penyakit), frekuensinya
dalam waktu singkat meningkat tinggi dan penyebarannya telah mencakup
wilayah yang luas.
d. Endemi
Keadaan dimana suatu masalah kesehatan (umumnya penyakit), frekuensinya
pada wilayah tertentu menetap dalam waktu lama berkenaan dengan adanya
penyakit yang secara normal biasa timbul dalam suatu wilayah tertentu.

B.

Klasifikasi Wabah
Menurut penyebabnya, penyakit yang menimbulkan wabah digolongkan menjadi :
1. Toxin, terdiri dari:
a. Enterotoxin (Stapylococcus aureus)
b. Exotoxin (Clostridium botolinum)
c. Endotoxin

2. Infeksi
a. Virus
b. Bakteri
c. Protozoa
d. Cacing
3. Toxin Biologis

a. Racun jamur, Plankton, racun ikan, racum tumbuhan.


b. Afla toxin
4. Toxin Kimia
a. Zat kimia organik : logam berat (Hg).
b. Gas beracun: CO2, CO.
C.

Pembagian Wabah Menurut Sifatnya


1. Cosmmon Source Epidemic/ Point Source Epidemic
Adalah suatu letusan penyakit yang disebabkan oleh terpaparnya sejumlah
orang dalam suatu kelompok secara menyeluruh dan terjadi dalam waktu yang
relatif singkat. Adapun Common Source Epidemic itu berupa keterpaparan umum,
biasa pada letusan keracunan makanan, polusi kimia di udara terbuka. Dapat
ditandai oleh :
a. Timbulnya gejala penyakit (onset penyakit) yang cepat.
b. Masa inkubasi yang pendek.
c. Episode penyakit merupakan episode tunggal.
d. Waktu munculnya penyakit jelas.
e. Lenyapnya penyakit dalam waktu yang cepat.
2. Propagated/ Progresive Epidemic atau Contagious disease epidemic
Bentuk epidemi dengan penularan dari orang ke orang sehingga waktu lebih
lama dan masa tunas yang lebih lama pula. Propagated atau progressive epidemic
terjadi karena adanya penularan dari orang ke orang baik langsung maupun
melalui vector, relatif lama waktunya dan lama masa tunas, dipengaruhi oleh
kepadatan penduduk serta penyebaran anggota masyarakat yang rentan serta
morbilitas dari penduduk setempat, masa epidemi cukup lama dengan situasi
peningkatan jumlah penderita dari waktu ke waktu sampai pada batas minimal
anggota masyarakat yang rentan, lebih memperlihatkan penyebaran geografis
yang sesuai dengan urutan generasi kasus. Ditandai oleh :
a. Timbulnya gejala penyakit (onset penyakit) yang pelan.
b. Masa inkubasi yang panjang.
c. Episode penyakit yang bersifat majemuk.
d. Waktu munculnya penyakit tidak jelas.
e. Lenyapnya penyakit dalam waktu yang lama.

3. Mix Source Epidemic


Yang dimaksud disini adalah suatu keadaan wabah yang disamping ditemukan
gejala-gejala dari wabah bentuk pertama juga ditemukan gejala-gejala dari wabah
bentuk kedua.
D.

Kriteria Kerja Wabah


Kepala wilayah/daerah setempat yang mengetahui adanya tersangka wabah
diwilayahnya atau tersangka penderita penyakit yang dapat menimbulkan wabah,
wajib seera melakukan tindakan-tindakan penanggulangan seperlunya, dengan
bantuan unit kesehatan setempat, agar tidak berkembang menjadi wabah (UU No. 4
dan PerMenKes 560/ MenKes/ Per/ VIII/ 1989).
Suatu kejadian penyakit atau keracunan dapat dikatakan wabah apabila memenuhi
kriteria sebagai berikut :
1. Timbulnya suatu penyakit menular yang sebelumnya tidak ada/tidak dikenal.
2. Peningkatan kejadian penyakit/kematian terus-menerus selama tiga kurun waktu
berturut-turut menurut jenis penyakitnya (jam, hari, minggu).
3. Peningkatan kejadian penyakit/kematian, dua kali atau lebih dibandingkan dengan
periode sebelumnya (jam, minggu, bulan, tahun).
4. Jumlah penderita baru dalam suatu bulan menunjukan kenaikan dua kali atau
lebih dibandingkan dengan angka rata-rata perbulan dalam tahun sebelumnya.
5. Angka rata-rata perbulan selama satu tahun menunjukan kenaikan dua kali lipat
atau lebih dibandingkan dengan angka rata-rata perbulan dari tahun sebelumnya.
6. Case fatality rate (CFR) suatu penyakit dalam suatu kurun waktu tertentu
menunjukan kenaikan 50% atau lebih, dibandingkan dengan CFR dari periode
sebelumnya.
7. Proportional rate (PR) penderita dari suatu periode tertentu menunjukan kenaikan
dua kali atau lebih dibandingkan periode,kurun waktu atau tahun sebelumnya.
8. Beberapa penyakit khusus menetapkan kriteria khusus : cholera dan demam
berdarah dengue.
a. Setiap peningkatan kasus dari periode sebelumnya (pada daerah endemis).
b. Terdapat satu atau lebih penderita baru dimana pada periode 4 minggu
sebelumnya daerah tersebut dinyatakan bebas dari penyakit yang bersangkutan.
9. Beberapa penyakit yang di alami 1 atau lebih penderita.
a. Keracunan makanan
b. Keracunan pestisida

Penyakit

yang

dapat

menimbulkan

wabah

(Permenkes

RI

No.

560/Menkes/Per/VIII/1989) :
1.

Kholera
a. Berak-berak mendadak disertai muntah-muntah, tinja mengucur seperti air
sehingga dalam waktu singkat tubuh kekurangan cairan (dehidrasi).
b. Pemeriksaan laboratorium pada muntahan menunjukkan adanya kuman
cholera (vibrio cholera) dan dalam darah terdapat zat antinya.

2.

Demam kuning
a. Demam tinggi mendadak, kulit kuning, sakit kepala, lemah/lesu, mual,
muntah, denyut nadi lemah dan lambat, seringkali disertai dengan perdarahan
berupa mimisan, perdarahan mulut, muntah darah, berak darah.
b. Pemeriksaan laboratorium pada darah menunjukkan adanya virus demam
kuning atau zat antinya.

3.

Tifus bercak
a. Demam 2 minggu, sakit kepala, menggigil, badan lemah, kadang-kadang
selama masa demam ditemukan bercak-bercak merah menimbul pada kulit.
b. Pemeriksaan laboratorium pada darah menunjukkan adanya zat anti terhadap
tifus bercak wabah I (Rickettsia prowazeki).

4.

Campak
a. Panas tinggi, sakit kepala, batuk pilek dan conjungtivitis fotophoby yang
berakhir lebih kurang setelah 3-7 hari. Masa timbulnya bercak-bercak merah
(rash) pada kulit sesudah kira-kira 3 hari panas. Mula-mula timbul pada
belakang telinga menyebar ke seluruh muka, dada dan anggota badan
lainnya. Bercak bertahan selama 4-6 hari.
b. Pemeriksaan laboratorium pada lendir konjungtiva dan tenggorokan
menunjukkan adanya virus campak, dan pada darah terdapat virus campak
atau zat antinya.

5. Difteri
a. Panas lebih kurang 380, adanya pseudomembran putih keabu-abuan, tak
mudah lepas dan mudah berdarah. Letak pseudomembran bisa di faring,
laring atau tonsil, sakit waktu menelan, leher membengkak seperti leher sapi
disebabkan karena pembengkakan kelenjar leher dan sesak nafas disertai
bunyi (stridor).

b. Pemeriksaan laboratorium pada jaringan luka menunjukkan adanya kuman


difteri.
6. Rabies
a. Demam tinggi, sakit kepala hebat, kelumpuhan mulai dari tungkai menjalar
ke atas, sulit menelan, takut air (hydrophobia), sulit bernafas, kesadaran
menurun, terjadi beberapa minggu sampai satu tahun setelah digigit anjing,
kucing, kera, atau hewan penular rabies lainnya yang menderita rabies.
b. Pemeriksaan laboratorium pada otak dan kelenjar air liur hewan yang
menggigit, dan pada air liur, air mata serta jaringan otak penderita
menunjukkan adanya virus rabies.
7.

Influenza
Demam, perasaan dingin dan ingusan 1-6 hari, sering kali disertai sakit kepala,
sakit pada otot-otot dan batuk. Pemeriksaan laboratorium pada darah
menunjukkan adanya virus influenza atau zat antinya.

8.

Tifus Perut
Demam tinggi terus menerus 1 minggu atau lebih, badan lemah, sakit kepala,
sembelit kadang-kadang diare, permukaan lidah kotor dan pinggirnya merah,
disertai dengan kesadaran menurun. Pemeriksaan laboratorium pada darah, air
seni, tinja atau sumsum tulang menunjukkan kuman salmonella typhi dan pada
darah terdapat kenaikan kadar zat antinya.

9.

Encephalitis
a. Panas tinggi, kejang-kejang, kesadaran menurun dan reflek patologis positif.
b. Pemeriksaan lab darah atau cairan serebrospinal menunjukkan adanya virus/
kuman atau zat antinya.

10. Pes
a. Demam tinggi mendadak, disertai pembengkakan kelenjar (bubo) dilipat paha
atau ketiak, atau leher, batuk darah mendadak (tanpa didahului sakit batuk).
b. Pemeriksaan laboratorium pada darah, cairan bubo, sputum atau usap
tenggorok menunjukkan adanya kuman pes (Yersinia pestis).
11. Demam bolak-balik
a. Demam 2-9 hari diikuti masa tanpa demam 3-4 hari yang berulang-ulang 210 kali. Kadang-kadang selama masa masa demam ditemukan bercak-bercak
merah dikulit.

b. Pemeriksaan laboratorium pada darah menunjukkan adanya virus kuman


demam bolak-balik (Borellia recurrentis).
12. DBD
a. Demam mendadak 2-7 hari tanpa penyebab yang jelas, lemah, lesu atau
gelisah, nyeri ulu hati, hati membesar, dan disertai perdarahan dikulit berupa
bintik merah (petechiae), ruam, lebam. Kadang-kadang berak darah, muntah
darah, kesadaran menurun, dan renjatan (shock).
b. Pemeriksaan lab pada darah menunjukkan adanya pengentalan darah
(hemokonsentrasi) dan kekurangan sel pembekuan darah (trombosit), dan
ditemukan virus dengue atau zat antinya.
13. Polio
a. Panas, ingusan, batuk, lemas, muntah, diare. Panas menurun kemudian timbul
kelemahan/ kelumpuhan anggota gerak (lengan/kaki), biasanya asimetris.
b. Pemeriksaan laboratorium pada tinja atau lendir tenggorokan menunjukkan
adanya virus polio dan pada darah terdapat zat antinya.
14. Pertusis
a. Batuk beruntun, pada akhir batuk anak menarik nafas panjang dan terdengar
suara hup (whoop) khas, biasanya disertai muntah. Serangan batuk lebih
sering pada malam hari. Anak mengeluarkan riak liat dan kental. Akibat
batuk yang dapat terjadi perdarahan konjungtiva atau edema periorbital.
Lamanya batuk 1-3 bulan (batuk 100 hari).
b. Pemeriksaan laboratorium pada lendir tenggorokan menunjukkan adanya
kuman pertusis (Bordetella pertusis).
15. Malaria
a. Demam, berkeringat, dingin, menggigil, yang berulang setiap 1-3 hari, sakit
kepala hebat, badan lemah, muka pucat, sering disertai mual, muntah dan
nyeri otot. Kadang-kadang limpa membesar, kejang dan kesadaran menurun.
b. Pemeriksaan laboratorium pada darah menunjukkan adanya parasit malaria.
16. Hepatitis
a. Demam, badan lemas, mual, selaput mata kuning, air seni berwarna seperti
air the kental.
b. Pemeriksaan laboratorium pada darah/ tinja menunjukkan adanya virus
hepatitis dan darah juga terdapat antigen virus tersebut.

17. Meningitis
Panas, kaku kuduk, kejang-kejang, kesadaran menurun, reflek patologis positif.
Pemeriksaan laboratorium pada LCS.
18. Anthrax
a. Tipe kulit
Kulit melepuh (vesikel) tanpa sebab yang jelas atau tukak (ulkus) dengan
pinggir menonjol dan bagian tengahnya berwarna merah tua-kehitaman,
kadang-kadang disertai demam tinggi.
b. Tipe gastrointestinal
Sakit perut hebat terjadi beberapa jam sesudah makan daging hewan yang
menderita penyakit anthrax (Bacillus anthracis).
19. Diare
Penyakit yang ditandai dengan bertambahnya frekuensi buang air besar/defekasi
(lebih 3 kali sehari) disertai adanya perubahan bentuk atau kondisi tinja dari
penderita.

20. Keracunan
a. Penderita jatuh sakit mendadak dengan gejala pusing, mual/muntah, dan
kejang (cramp) perut atau usus, kadang-kadang disertai adanya kejang otot
serta gejala khas keracunan lainnya.
b. Pada pemeriksaan laboratorium tinja atau muntahan menunjukkan adanya
penyebab keracunan dan konsentrasinya melebihi ambang normal.
E.

Tujuan Investigasi Wabah/ KLB


1. Tujuan umum penyelidikan Wabah/ KLB
a. Upaya penanggulangan dan pencegahan
b. Surveilans (lokal, nasional, dan internasional)
c. Penelitian
d. Pelatihan
e. Menjawab keingintahuan masyarkat
f. Pertimbangan program
g. Kepentingan politik dan hukum
h. Kesadaran masyarakat
2. Tujuan khusus penyelidikan Wabah/ KLB
a. Memastikan diagnosa
10

b.
c.
d.
e.
f.

Memastikan bahwa terjadi Wabah/ KLB


Mengidentifikasi penyebab Wabah/ KLB
Mengidentifikasi sumber penyebab
Rekomendasi : cepat dan tepat
Mengetahui jumlah korban dan populasi rentan, waktu dan periode KLB, serta
tempat terjadinya KLB (variabel orang, waktu dan tempat)

F.

Langkah- langkah Investigasi Wabah


Langkah yang dilakukan pada investigasi wabah adalah :
1. Identifikasi dan verifikasi diagnosis kasus baru.
Lakukan identifikasi asus dengan melakukan surveilans secara prospektif
terhadap kasus baru dengan melakukan pemantuan hasil laboratorium, hasil
catatan medis pasien, dan laporan dari pengelola pelayanan kesehatan.
2.

Tentukan definisi kasus.


Definisi kasus harus dilakukan pada awal investigasi yang akan digunakan untuk
mengidentifikasi orang-orang yang telah terinfeksi. Definisi kasus dengan
menggunakan

criteria

epidemiologic,

klinis,

dan

laboratorium

untuk

menggambarkan dan memgklasifikasikan kasus, serta digunakan untuk


membatasi kasus berdasarkan waktu, tempat dan orang secara spesifik. Dari
definisi kasus, kita dapat mengklasifikasikan kasus menjadi possible (mungkin),
3.

probable (memiliki kemungkinan besar), dan definite (pasti).


Tinjau ulang temuan klinis dan laboratorium.
Apabila wabah yang terjadi termasuk dalam golongan penyakit infeksi, hasil
temuan secara klinis dan laboratorium perlu di tinjau ulang pada awal
pelaksanaan investigasi. Tindakan mengkaji ulang bertujuan untuk menentukan
arah apakah kasus benar-benar terinfeksi atau hanya infeksi palsu (hasil

4.

laboratorium menunjukan adanya kekeliruan diagnosis).


Konfirmasikan adanya epidemik.
Kegiatan selanjutnya dalam melaksanakan investigasi

wabah

adalah

menginformasikan keberadaan adanya epidemic. Konfiramsi dapat dilakukan


dengan membandingkan apakah angka insidensi atau jumlah kasus berada diatas
nilai endemic atau nilai yang diperkirakan. Kemudian, bandingkan peningkatan
5.

kasus yang terjadi dengan criteria suatu kejadian dikategorikan sebagai wabah.
Pencarian literatur.
Ketika wabah terjadi, baik yang dicuriagi memiliki etiologi infeksius ataupun
non-infeksius, tahap awal yang harus dilakukan adalah melakukan pencarian
literatur atau sumber lain untuk memperoleh informasi yang berkaitan dengan
11

kasus, seperti faktor resiko, sumber, reservoir, dan cara penular. Dasar
dilakukannya pencarian literatur adalah untuk merumuskan definisi kasus,
membuat hipotesis mengenai faktor resiko, mekanisme pajanan dan penularan,
6.

serta mengembangkan tindakan pencegahan dan pengendalian.


Konsultasi dengan laboratorium.
Jika wabah termasuk etiologi infeksius, petugas laboratorium harus diberitahu
secepat mungkin tentang kemungkinan terjadinya wabah dan di instruksikan
untuk menyimpan serum dan semua agen isolasi yang dicurigai sesuai ketentuan

7.

yang berlaku untuk penelitian di masa mendatang.


Melaporkan ke pihak yang berkepentingan.
Pengelola fasilitas dan para pengambil kebijakan perlu diberitahu secepat
mungkin terjadinya wabah terutama apabila wabah tersebut menyebabkan

8.

mortalitas atau morbiditas yang signifikan.


Bentuk tim pelaksana investigasi.
Dalam melakasanakan investigasi perlu dibentuk tim, yang terdiri dari petugas
pengendali infeksi, tim penyakit menular, manajemen mutu, manajemen resiko,
laboratorium, apotik, petugas kesehatan, jasa pelayanan dan administrasi, dll

9.

sesuai kebutuhan.
Menentukan adanya bantuan pihak luar.
Tim investigasi seharusnya memutuskan apakah perlu bantuan dari pihak luar
atau tidak. Apakah pelaksanaan investigasi luas yang melibatkan suatu studi
penelitian kasus control atau kohort, tim investigasi sebaiknya mencari bantuan
pada ahli metodologi dan statistic yang terlatih. Apabila wabah yang terjadi
merupakan kondisi yang tidak biasa atau suatu penyakit dengan tingkat
morbiditas dan mortalitas yang tinggi atau sumber umum wabah dihubungkan
dengan suatu produk yang tersedia secara komersial (makanan dan obat-obatan),
maka departemen kesehatan setempat atau pusat dapat memberikan bantuan

dalam melaksanakan investigasi.


10. Memulai tindakan pengendalian awal.
Tujuan uama investigasi wabah adalah menghentikan wabah, dan dengan
demikian tindakan pengendalian seharusnya telah diketahui dan dilaksanakan
sedini mungkin untuk memperkecil morbiditas, mortalitas serta kerugian yang
diakibatkan adanya wabah. Pengedalian yang dilaksanakan disesuaikan dengan
sifat dan besar permasalahan yang terjadi.
11. Mencari kasus tambahan.
Pada investigasi wabah, pencarian kasus baik secara retrospektif maupun
prospektif harus dilakukan untuk mendeteksi adanya kasus tambahan. Pencarian

12

dapat dilakukan untuk mendeteksi adanya kasus tambahan. Pencarian dapat


dilakukan dengan meninjau kembali laporan laboratorium, arsip surveilans, data
rekam medis, dan laporan dari dinas kesehatan setempat. Pencarian dapat pula
dilakukan dengan menghubungi semua fasilitas kesehatan, agar segera
melapokan apabila menemukan kasus baru.
Jika penyakit memiliki masa inkubasi yang sangat panjang maka dapat
dilakukan surveilans secara aktif untuk menemukan adanya kasus-kasus baru.
Apabila penyakit asimtomatik (tanpa gejala) maka perlu di adakan uji infeksi
dengan pemeriksaan laboratorium untuk mendeteksi adanya kasus baru. Selain
itu, buatlah formulir pengumpulan data untuk mengumpulkan informasi dari
setiap kasus, elemen data yang dicantumkan tergantung pada penyakit, kondisi
atau kejadian yang diteliti.
Format pengumpulan data perlu dirancang dengan cermat agar dapat mencakup
semua informasi yang diperlukan untuk menentukan apakah suatu kasus sesuai
dengan definisi kasus, dapat menghindari waktu yang terbuang untuk
mengumpulkan terlalu banyak informasi,dan menghindarkan data yang hilang
apabila dibutuhkan untuk analisis selanjutnya.
12. Menjelaskan hubungan wabah berdasarkan orang, tempat, dan waktu. Setelah
data terkumpul, tim invesitgasi dapat melakukan analisis secara deskrifptif
berdasarkan variable orang, tempat, dan waktu.
Orang: harus mengenali orang dan karakteristik yang berkaitan dengan
penyakit yang sedang di investigasi. Semua kasus ditabulasikan menurut
kelompok usia, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, agama, dan cirri terkait
lainnya. Populasi yang berisiko harus ditentukan, jika memungkinkan dapat di
hitung Attack Rate (AR) dan Case Fatality Rate (CFR).
Tempat: dengan mengggunakan peta titik yaitu dot map dan, tandai setiap
(lokasi kasus dan lokai pajanan (lokasi saat terpapar faktor penyebab terjadinya
penyakit). Sumber terjadinya penyakit, faktor iklim dan topologi yang
memungkinkan terjadinya penyakit juga dikaji. Pengelompokan kejadian harus
ditentukan dengan menghubungkan tempat tinggal, tempat kerja, dan
kemungkinan munculnya kembal kasus. Apakah setiap kasus ada saat terjadi
pajanan? Lokasi sumber-sumber zat kimia, polutan, dan media infeksi harus
dipastikan.
Waktu: waktu mulai terjadinya penyakit perlu dicatat untuk masing-masing
kasus, meliputi tanggal, dan jam mulai terjadinya penyakit. Waktu terjadinya

13

kasus pada setiap kejadian wabah dipastikan harus dicatat karena digunakan
untuk mmbuat kurva epidemic. Begitu juga dengan masa inkubasi, yang akan
digunakan untuk menentukan pengaruh waktu dalam perjalanan penyakit dan
puncak serta lembah pada kurva epidemik serta pengaruh waktu terhadap cara
dan media penularan. Kronologis peristiwa, tahapan kejadian, mata rantai
kejadian yang terkait dengan waktu dan ditribusi waktu mulai terkena penyakit
harus dipastikan dan ditandai pada bagian dan grafik. Dari informasi kurva
epidemik, tentukan sifat perjalanan penyakit, pastikan apakah kelompok
memang tepajan dan terinfeksi pada dalam waktu yang sama atau berbeda.
13. Menggambar kurva epidemik.
Kurva epidemik adalah grafik (histogram) yang digambar dengan menempatkan
data mengenai jumlah kasus pada sumbu Y dan tanggal mulai terjadinya kasus
(onset) pada sumbu X. kurva epidemik yang disusun secara tepat tepat
digunakan untuk membedakan antara wabah setempat (point sources epidemic)
dan wabah yang meluas (propagated epidemic).
14. Evaluasi masalah.
Data dan informasi yang ada harus ditinjau untuk menentukan sifat alami
penyakit atau masalah kesehatan yang dihadapi, apabila abah termasuk penyakit
infeksius, maka identitas dan karakteristik organisme yang menimbulkan
penyakit perlu di analisa lebih lanjut. Apabila wabah disebabkan oleh organism
tertentu yang berhubungan dengan air dan larutan, maka informasi ini dapat
digunakan untuk membantu tim investigasi untuk menjadi reservoir air dengan
mengevaluasi faktor risiko seperti obat-obatan danlarutan yang diencerkan
dengan air. Data dan informasi yang didapatkan harus ditinjau kembali untuk
mencari bukti adanya penyebaran dari orang ke orang atau suatu sumber
reservoir lainnya.
15. Menentukan kebutuhan uji diagnostik lain.
Tim investigasi harus menentukan kebutuhan uji diagnostik lainnya, terutama
bagi penyakit nfeksi yang terjadi tanpa gejala dan tanda. Untuk menentukan
orang tersebut telah terinfeksi sebagai akibat adanya pajanan selama wabah.
Misalnya, ketika meneyelidiki wabah penyakit campak sering kali dilakukan uji
serologik untuk mengidentifikasi orang yang rentan sehingga mereka dapat di
imunisasi untuk mencegah terjadinya infeksi dan penularan penyakit lebih
lanjut.

14

16. Rumuskan hipotesis sementara.


Salah satu tujuan wabah adalah adalah untuk menentukan mengapa individu
tertentu dalam populasi terjangkit suatu penyakit. Hal ini dilakukan dengan
mengumpulkan informasi tentang faktor risiko yang memungkinkan (terjadinya
paparan) dan merumuskan hipotesis. Hipotetsis dirumuskan terkait dengan
faktor yang mungkin menyebabkan wabah, seperti reservoir, sumber, dan cara
penularan penyakit.
17. Melakukan tindakan pengendalian.
Tindakan pengendalian harus diterapkan secepat mungkin sepanjang proses
pelaksanaan investigasi. Pada wabah penyakit menular dengan etiologi yang
sudah diketahui, intervensi pencegahan didasarkan pada karakteristik agen
penyebab, termasuk sumber, reservoir dan cara penularan yang paling
memungkinkan. Tindakan pengendalian yang diidentifikasi dapat berbentuk
sederhana, seperti penekananpada personal hygiene, seperti mencuci tangan,
sanitasi lingkungan, dan membatasi kontak akan mebantu mengendalikan
wabah. Untuk penyakit noninfeksius, tindakan pengendalian berdasarkan pada
sifat yang alami penyakit.
18. Mengevaluasi efektivitas tindakan pengendalian.
Aktivitas surveilans perlu dilanjutkan untuk menentukan apakah ada kasus baru
yang terjadi. Apabila didapat kasus baru maka tindakan pengendalian yang perlu
dievaluasi kembali dan diperlukan suatu investigasi yang lebih luas.
19. Uji hipotesis secara satatistik.
Dalam investigasi secara luas, diperlukan bantuan uji statistik untuk menguji
hipotesis yang akan menjelaskan kemungkinan penyebab terjadinya wabah.
Banyak investigasi yang tidak mencapai tahap pengujian hipotesis, yaitu jika
pengendalian berfungsi dengan baik dan situasi yang terjadi tidak membutuhkan
penelitian lebih lanjut. Tahap ini merupakan tantangan terbesar dalam
pelaksanaan investigasi wabah, tim investigasi perlu teliti dalam meninjau
temuan klinis, laboratorium dan data epidemiologi yang telah didapatkan serta
membuat hipotesis faktor risiko dan pajanan mana yang secara logis telah
menyebabkan terjadinya penyakit. Hipotesis kemudian di uji secara statistik
asosiasi dan signifikansi disesuaikan dengan data yang didapatkan, untuk
membandingkan populasi yang sakit (terkena pajanan) dan populasi yang tidak
sakit (sebagai control/pembanding) berkaitan dengan pajanan faktor risiko yang

15

memungkinkan. Perbandingan dilakukan dengan melaksanakan penelitian,


dengan rancangan kasus kasus control atau kohort.
20. Analisis dan investigasi lebih lanjut.
Tim investigasi harus beruasaha untuk menemukan kasus tambahan dengan
melakukan pencarian kasus baik secara retrospektif maupun prospektif.
Surveilas secara kontinu perlu dilakukan untuk menilai efektivitas tindakan
pengendalian yang diterapkan. Tim investigasi juga perlu meninjau temuan
sampai pada tahap ini, serta merumuskan dan menguji hipotesis tambahan sesuai
kebutuhan. Hasil semua uji laboratorium dan uji diagnostik tambahan perlu
dicatat dan dianalisis secara hati-hati dan teliti oleh tim investigasi.
21. Menyiapkan dan mendistribusikan laporan tertulis.
Tim investigasi harus mendokumentiasikan setiap tindakan

dan

mengorganisasikan temuan pada setiap tahap investigasi. Laporan sementara


perlu dipersiapkan dan didistribusikan sesuai kebutuhan. Ketika investigasi
secara keseluruhan telah selesai, harus dibuat suatu laporan akihir dan
dikirimkan ke departemen kesehatan dan departemen terkait lainnya, bidang
atau unit lainnya. Laporan akhir investigasi seharusnnya mengikuti format
ilmiah pada umumnya meliputi pendahuluan/latar belakang, metode, hasil,
diskusi, an ringkasan/rekomendasi, serta mencakup nama dan gelar orang yang
menyiapkan dan menerimanya.
Contoh format laporan akhir investigasi dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Bagian
1. Pendahuluan/latar
belakang

2. Metode
a. Metode laboratorium

b. Metode epidemiologik

Uraikan/Beri penjelasan (Jika tersedia)


Wabah serupa yang sebelumnya telah dilaporkan;
cara wabah tersebut telah dideteksi; siapa yang
melakukan investigasi; jenis fasilitas dan area
tempat wabah terjadi.
Jenis media yang digunakan; metode untuk
mengumpulkan specimen; system identifikasi
dan penggolongan yang digunakan untuk
mikroorganisme yang telah di isolasi; uji serologi
atau uji lainnya yang digunakan.
Jenis penelitian yang digunakan; antara lain
penelitian kasus control atau kohort); definisi
kasus (possible, probable, definite; asimtomatik
vs simtomatik); cara kelompok kasus dan kontrol
diseleksi; sumber pengumpulan data (antara lain:

16

rekam medis pasien atau penghuni, data


surveilans pengendalian infeksi, data manajemen
mutu, arsip laboratorium, laporan petugas
pelanyanan kesehatan, arsip departemen
kesehatan, survey telepon atau tertulis,
wawancara dengan pasien, petugas atau
pengunjung).
c. Metode statistik

G.

Uji statistic yang digunakan.

3. Hasil

Temuan penelitian (fakta saja tanpa


pembahasan); mungkin juga meliputi table kasus
dan faktor risiko, kurva epidemik, dan peta (area
map atau spot map) sesuai kebutuhan.

4. Pembahasan

Interpretasi dan pembahasan temuan

5. Ringkasan/rekomendasi

Ringkasan temuan dan rekomendasi

6. Distribusi laporan

Catatan nama dan gelar orang yang telah diberi


laporan

7. Pengarang

Catatan nama dan gelar orang yang menyiapkan


laporan.

Kegiatan Penanggulangan Wabah


Untuk dapat melakukan penanggulangan wabah banyak kegiatan yang harus
dilakukan. Untuk suatu Puskesmas, kegiatan tersebut secara sederhana dapat
dibedakan atas empat macam, yaitu:
1.

Menetapkan terjangkitnya keadaan wabah


Merupakan kegiatan pertama yang harus dilakukan. Untuk dapat menetapkan
terjangkit atau ridaknya wabah tersebut, perlu dilakukan pengumpulan data,
penganalisaan data, dan penarikan kesimpulan. Agas kesimpulan tersebut sesuai
dengan keadaan yang sebenarnya perlu dimiliki suatu pedoman pengambilan
kesimpulan. Pedoman yang dimaksud dikenal dengan nama Nilai Batas Keadaan
Wabah.

2.

Melaksanakan penanganan keadaan wabah

17

Apabila telah dibuktikan adanya wabah, kegiatan selanjutnya yang perlu


dilakukan adalah melaksanakan penanganan wabah. Untuk ini ada tiga hal yang
harus dilakukan yakni :
a. Kegiatan-kegiatan yang ditujukan kepada penderita
b. Kegiatan-kegiatan yang ditujukan kepada masyarakat
c. Kegiatan-kegiatan yang ditujukan terhadap lingkungan
3.

Menetapkan berakhirnya keadaan wabah


Cara menetapkan berakhirnya keadaan wabah adalah sama dengan menetapkan
terjangkitnya wabah, yakni melakukan pengumpulan data, penganalisaan data,
dan penarikan kesimpulan. Penarikan kesimpulan disini juga memanfaatkan
Nilai Batas Keadaan Wabah yang telah ditetapkan.

4.

Pelaporan wabah
Pada dasarnya laporan wabah tersebut meliputi laporan terjangkitnya keadaan
wabah, laporan penanganan wabah serta laporan berakhirnya keadaan wabah.
Semua laporan ini dipersiapkan oleh Puskesmas untuk dikirimkan ke Dinas
Kesehatan Tingkat II.Adanya laporan seperti ini dipandang penting dalam
rangka

penyusunan

rencana-rencana

dan

pelaksanaan

rencana

kerja

penanggulangan wabah itu sendiri.


Ruang lingkup penanggulangan wabah di Indonesia masih terbatas pada
penyakit menular. Jika ditinjau dari sudut program kesehatan masyarakat, maka
ada tidaknya penyakit menular di suatu Negara merupakan petunjuk dari maju
atau tidaknya program kesehatan masyarakat di Negara tersebut. Lazimnya jika
penyakit menular banyak ditemukan ini berarti program kesehatan masyarakat
belum maju dan demukian juga sebaliknya.

18

Gambar
Alur Pelaporan Wabah

H.

Faktor Yang Mempengaruhi Timbulya Wabah


1.

Herd immunity yang rendah


Adalah daya tahan masyarakat terhadap penyebran penyakit infeksi karena
sebagian besar anggota masyarakat memiliki kekebalan terhadap penyakit
infeksi tersebut. Dalam keadaan tertentu herd immunity ini bisa menurun
sehingga terjadi wabah.

2.

Patogenesity
Adalah kemampuan bibit penyakit untuk dapat menimbulkan suatu penyakit.

3.

Lingkungan yang buruk


Adalah seluruh kondisi yang terdapat disekitar mikroorganisme tetapi
mempengaruhi kehidupan atau perkembangan mikroorganisme tersebut.

19

BAB III
PENUTUP
A.

Kesimpulan
Wabah adalah suatu keadaan ketika dimana kasus penyakit atau peristiwa yang
lebih banyak daripada yang diperkirakan dalam suatu periode waktu tertentu di area
tertentu atau diantara kelompok tertentu. Dan dugaan terhadap suatu wabah mungkin
muncul ketika aktivitas surveilans rutin mendeteksi adanya suatu kluster kasus yang
tidak biasa atau terjadinya peningkatan jumlah kasus yang signifikan dari jumlah
biasanya dan diperlukan upaya evaluasi pada suatu masalah yang potensial atau
memulai investigasi.
Pengungkapan adanya wabah yang sering dilakukan atau didapatkan adalah
dengan deteksi dari analisis data surveilans rutin atau adanya laporan petugas,
pamong, atau warga yang cukup peduli. Alasan dilakukannya penyelidikan adanya
kemungkinan wabah adalah :
1. Mengadakan penanggulangan dan pencegahan
2. Kesempatan mengadakan penelitian dan pelatihan
3. Pertimbangan Program
4. Kepentingan Umum, Politik dan Hukum

B.

Saran
Investigasi wabah adalah peristiwa yang lebih banyak dari biasanya, misalnya
wabah DBD. Mencegah lebih baik daripada mengobati, maka dari itu investigasi
wabah dilakukan untuk mencegah KLB yang bisa saja terjadi di kemudian hari.

20

Anda mungkin juga menyukai

  • Posbindu PTM
    Posbindu PTM
    Dokumen18 halaman
    Posbindu PTM
    Siti Nurjanah Septiani
    Belum ada peringkat
  • Abortus
    Abortus
    Dokumen1 halaman
    Abortus
    Siti Nurjanah Septiani
    Belum ada peringkat
  • Sub Sistem Pangan Dan Gizi
    Sub Sistem Pangan Dan Gizi
    Dokumen4 halaman
    Sub Sistem Pangan Dan Gizi
    Siti Nurjanah Septiani
    50% (2)
  • Menlh Kep50 1987
    Menlh Kep50 1987
    Dokumen23 halaman
    Menlh Kep50 1987
    Siti Nurjanah Septiani
    Belum ada peringkat
  • PPT Tanggap Darurat Bahan Kimia
    PPT Tanggap Darurat Bahan Kimia
    Dokumen17 halaman
    PPT Tanggap Darurat Bahan Kimia
    Siti Nurjanah Septiani
    Belum ada peringkat
  • Ctev
    Ctev
    Dokumen6 halaman
    Ctev
    Siti Nurjanah Septiani
    Belum ada peringkat
  • Powerpoint
    Powerpoint
    Dokumen6 halaman
    Powerpoint
    Siti Nurjanah Septiani
    Belum ada peringkat
  • Makalah Kel 2
    Makalah Kel 2
    Dokumen21 halaman
    Makalah Kel 2
    Siti Nurjanah Septiani
    Belum ada peringkat
  • Makala H
    Makala H
    Dokumen15 halaman
    Makala H
    Siti Nurjanah Septiani
    Belum ada peringkat
  • Perang Puputan
    Perang Puputan
    Dokumen12 halaman
    Perang Puputan
    Siti Nurjanah Septiani
    Belum ada peringkat
  • PSG - Kva
    PSG - Kva
    Dokumen17 halaman
    PSG - Kva
    Siti Nurjanah Septiani
    Belum ada peringkat
  • Pengertian PJK
    Pengertian PJK
    Dokumen22 halaman
    Pengertian PJK
    Siti Nurjanah Septiani
    Belum ada peringkat
  • Fibroadenoma Mammae
    Fibroadenoma Mammae
    Dokumen7 halaman
    Fibroadenoma Mammae
    Siti Nurjanah Septiani
    Belum ada peringkat
  • Fraktur Femur Sinistra
    Fraktur Femur Sinistra
    Dokumen4 halaman
    Fraktur Femur Sinistra
    Siti Nurjanah Septiani
    Belum ada peringkat
  • GAKY
    GAKY
    Dokumen21 halaman
    GAKY
    Siti Nurjanah Septiani
    67% (3)